EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR. Oleh: Zulkarnaini

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR. Oleh: Zulkarnaini"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR Oleh: Zulkarnaini Abstrak: Suatu organisasi harus mampu memanfaatkan sumber daya manusia yang dimilikinya. Pemanfaatan sumber daya manusia secara optimal merupakan kunci utama pengembangan organisasi berjalan lancar dan efisien. Sumber daya yang sifatnya dinamis memiliki kemampuan berkembang tanpa batas dan organisasi yang mampu membangun kinerja karyawan akan memperoleh banyak keuntungan. Dengan kinerja tersebut, segala bentuk program kerja akan lebih cepat diselesaikan dan segala jenis kerusakan dapat dikurangi. Untuk memenuhi kepuasan pengguna pada instansi jasa, produktivitas sangat penting fungsinya bagi setiap organisasi untuk dikelola dengan baik dan benar. Karena keterlambatan suatu produktivitas disebabkan oleh kegagalan moral organisasi dan keahlian dalam mengelola fungsi manajerial. Artikel ini memiliki kajian yang menarik untuk dibahas dan menjadi kontribusi positif bagi para manajer di setiap instansi pemerintahan dan pendidikan dalam pencapaian target operasi dan target produksi dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Kata Kunci: Efektivitas, Media Pembelajaran, dan Motivasi Belajar. Pendahuluan Saat ini, Indonesia memasuki era informasi yaitu suatu era yang ditandai dengan makin banyaknya media informasi, tersebarnya informasi yang makin meluas dan drastis, serta informasi dalam berbagai bentuk yang bervariasi tersaji dalam waktu yang cepat. Penyajian pesan pada era informasi ini akan selalu menggunakan media, baik elektronik maupun non elektronik. Terkait dengan kehadiran media ini, Dimyati menjelaskan bahwa: Suatu media yang terorganisasi secara rapi mempengaruhi secara sistematis lembaga-lembaga pendidikan seperti lembaga keluarga, agama, sekolah, dan pramuka. 1 Dari uraian tesebut menunjukkan bahwa kehadiran media telah 1. M. Dimyati, Media Massa Sebagai Lembaga Pendidikan Kelima dalam Masyarakat Indonesia: Dilema Pendidikan Anak Bangsa, (Makalah. Malang: IKIP Malang, 1996), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

2 Zulkarnaini ( 115 dari 18 ) mempengaruhi seluruh aspek kehidupan, termasuk sistem pendidikan kita, Meskipun dalam derajat yang berbeda. Lebih lanjut, peranan media dalam proses belajar mengajar menurut Gerlac dan Ely menegaskan bahwa ada tiga keistimewaan yang dimiliki media pengajaran yaitu: 2 (a) Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian, (b) media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan (c) media mempunyai kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang mengandung makna. Begitu juga, Ibrahim mengemukakan fungsi atau peranan media dalam proses belajar mengajar antara lain: (a) dapat menghindari terjadinya verbalisme, (b) membangkitkan minat atau motivasi, (c) menarik perhatian, (d) mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan ukuran, (e) mengaktifkan siswa dalam belajar dan (f) mengefektifkan pemberian stimulus untuk belajar. 3 Proses belajar merupakan aktivitas yang terdiri atas komponen-komponen yang bersifat sistemik, artinya komponen-komponen dalam proses belajar itu saling berkaitan secara fungsional dan secara bersama-sama menentukan optimalisasi proses dan hasil pembelajaran. Komponen-komponen pembelajaran dalam tinjauan Mudhoffir dan Surjaman dijabarkan atas pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. 4 Sedangkan menurut Winkel menjelaskan bahwa komponen pembelajaran terdiri dari tujuan pembelajaran, kondisi awal, prosedur didaktik, pengelompokan siswa, materi, media, dan penilaian. 5 Selanjutnya Winkel menegaskan bahwa: Tugas dan peran guru dalam proses pembelajaran 2. Gerlac dan Ely, Teaching and Media Sistematic Approach, (New Jersey Prentice Hall. Inc, 1971), h Ibrahim, Media Instruksional, (Malang: FIP IKIP Malang, 1982), h Mudhoffir dan Tjun Surjaman, Teknologi Instruksional. Sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999), h W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo), h. 15. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

3 Zulkarnaini ( 116 dari 18 ) adalah sebagai berikut: (a) organisator, (b) fasilitator, (c) dinamisator, dan (d) evaluator. 6 Dalam hal ini, Lamudji menyatakan bahwa: Salah satu keputusan yang paling penting dalam merancang pembelajaran ialah dengan menggunakan media yang sesuai dalam rangka penyampaian pesan-pesan pembelajaran. 7 Menurut Miarso, menyebutkan bahwa: Media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya dialog internal dalam diri siswa yang belajar. 8 Dengan kata lain, terjadinya komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau guru. Media berhasil membawakan pesan belajar bila kemudian terjadi perubahan kualitas dalam diri siswa. Pemanfaatan media pembelajaran terkait dengan pembelajaran telah dilaksanakan di sekolahsekolah yang telah memiliki beberapa fasilitas terkait dengan media pembelajaran, baik yang diperoleh dari pemerintah (melalui proyek), dibeli sendiri oleh sekolah, maupun yang dibuat sendiri oleh guru. Teknologi informasi harus disadari telah mampu membuat berbagai cara untuk mempermudah penyampaian informasi, seperti misalnya teknologi program microsoft office power point. Software ini merupakan suatu aplikasi media interaktif untuk penyampaian sejumlah materi pembelajaran. Microsoft power point merupakan salah satu aplikasi milik microsoft, di samping microsoft word dan microsoft excel yang telah dikenal banyak orang. Ketiga aplikasi ini lazim disebut dengan microsoft office. Pada dasarnya, aplikasi microsoft power point berfungsi untuk membantu enduser dalam menyajikan berbagai presentasi ilmiah, seperti laporan penelitian, 6. W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran.., h Lamudji, Pengaruh Penggunaan OHP Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Sekolah Menengah Pertama yang Bermotivasi Tinggi dan Rendah, (Tesis tidak diterbitkan, Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2005), h Y. Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan. Pengertian dan Penerapannya di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1984), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

4 Zulkarnaini ( 117 dari 18 ) seminar, lokakarya, workshop dan lain-lain. Motivasi sangat mempengaruhi minat siswa dalam merespon suatu pembelajaran. Oleh karenanya seorang guru seyogianya dituntut memahami karakteristik siswa melalui penyajian materi pembelajaran agar transfer of knowledge yang diberikan benar-benar dapat dipahami dan dapat dicerna oleh siswa dalam keadaan sadar. Respon tanpa sadar dari siswa dapat menghambat proses pembelajaran. Senada dengan hal tersebut, Barbara mengemukakan bahwa: Siswa yang menaruh minat sejenak tetapi tidak memikirkan isinya, atau mereka bisa memperhatikan cukup lama hanya untuk memikirkan informasi yang baru, berbeda, luar biasa, atau menarik, jika mereka tidak mendapati hal-hal yang menarik perhatian, siswa mulai memikirkan sesuatu yang tidak ada kaitannya sama sekali. Karena kesadaran mereka terfokus pada sesuatu yang bukan pelajaran. 9 Beranjak dari latar belakang pemikiran di atas, kiranya pembahan tentang media pembelajaran dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa menjadi kajian menarik untuk dikaji secara ilmiah. Pembahasan Konsep Efektivitas Ketika kita berbicara tentang efektivitas, kita akan mengalami kesulitan dalam mendefinisikan makna efektivitas dalam pemahaman yang benar. Efektivitas tidak memiliki patokan makna yang pasti dalam pengukurannya, pemberian definisi dari efektivitas sangat bergantung pada suatu variabel permasalahan. Efektivitas adalah terjadinya suatu efek atau akibat yang diinginkan pada suatu pekerjaan. Pekerjaan yang dilakukan dapat dikatakan efektif apabila adanya kesesuaian antara rencana kerja dengan tujuan yang diinginkan dengan memanfaatkan waktu yang sebaik-baiknya dan dapat 9. K. Given Barbara, Brain-Base Teaching: Merancang Kegiatan Belajar Mengajar yang Melibatkan Otak Emosional, Sosial, Kognitif, Kinestetis, dan Reflektif, (Bandung. Mizan Pustaka, 2007), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

5 Zulkarnaini ( 118 dari 18 ) diselesaikan tepat pada waktunya. Kata efektif berasal dari kata effect yang berarti pengaruh, akibat, berhasil, sesuai dengan rencana. Shadily mengemukakan bahwa: Kata effect berkembang menjadi kata efektif untuk memaknai akibat, pengaruh atau efek dari suatu kegiatan atau tindakan. 10 Efektivitas berarti adanya kesesuaian dan kesamaan dalam suatu kegiatan antara isi dan kegiatan yang dikerjakan oleh sekelompok orang baik dalam bentuk organisasi maupun individu yang diberikan tugas dengan tujuan yang ingin dicapai dari suatu pekerjaan yang telah ditentukan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa: Efektif berarti ada efeknya (akibat, pengaruh, dan kesan), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Jadi efektivitas adalah keefektifan atau keberdayagunaan. 11 Selanjutnya Handoko, enyebutkan bahwa: Efektivitas adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 12 Suatu media pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi kriteriakriteria pembelajaran. Holmes dan Wynne memberikan beberapa prinsip untuk memilih kriteria efektivitas, yaitu: 13 (a) Efektivitas harus mempunyai tujuan yang jelas dan menggambarkan keberhasilan yang mungkin dan jelas bagi semua pihak, (b) efektivitas mempunyai tujuan yang mengarah kepada peningkatan rasional, (c) efektivitas harus mempunyai tujuan yang inklusif, (d) efektivitas harus mempunyai tujuan yang didasarkan atas suatu penelitian, dan (e) efektivitas harus meliputi visi dan misi sekolah. Dalam pembahasan ini, kriteria yang diuraikan oleh Holmes dan Wynne di atas dapat dijadikan landasan utama dalam menganalisis efesiensi penggunaan media pembelajaran. Keterkaitan media dengan keefektifan 10. H. Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000), h Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h Hani Handoko, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: BPFE, 1987), h Holmes dan Wynne, Making The School an Effective Community. California: The Falmer Press, 1989), p Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

6 Zulkarnaini ( 119 dari 18 ) dalam pembelajaran akan lebih efektif apabila siswa dalam keadaan siap untuk belajar. Dengan adanya persiapan, maka yang bersangkutan akan melakukan kegiatan belajar dengan sepenuh hati, sehingga akan memperlancar proses dan meningkatkan hasil belajarnya. Kesiapsiagaan ini mencakup kesiapan mental, kesiapan bahan atau materi, kesiapan pengetahuan yang terkait, dan kesiapan instrumen (peralatan) yang dibutuhkan untuk belajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas adalah pengukuran suatu keadaan yang menunjukkan tingkat keberhasilan kegiatan dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Dari definisi di atas dapat dipahami bahwa efektivitas adalah suatu upaya untuk mengetahui berhasil tidaknya pelaksanaan pembelajaran, khususnya baik dari segi proses maupun hasil. Efektivitas media pembelajaran berarti sejaumana tingkat keberhasilan penerapan media tersebut dalam pembelajaran di kelas. Hal tersebut dapat diukur melalui meningkatnya animo belajar siswa yang dapat dibuktikan dengan motivasi belajar dan kemampuan siswa dalam memberikan contoh-contoh yang berhubungan dengan penjelasan pembelajaran yang disampaikan guru. Dengan demikian, efektivitas merupakan pekerjaan yang dilakukan seseorang sesuai dengan waktu yang telah direncanakan dan tujuan yang telah ditetapkan. Gibson memberikan pengertian efektivitas bahwa: Pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. 14 Dengan kata lain efektivitas dapat diartikan sebagai proses pekerjaan dan kegiatan yang berlangsung efektif. Selanjutnya Gibson menambahkan bahwa: Untuk mengetahui bentuk efektivitas dapat ditinjau dari tiga perspektif yaitu: (a) perspektif individu, pandangan ini menekan pada hasil kerja pegawai dalam suatu organisasi, tugas yang harus dilaksanakan biasanya 14. Gibson. et al, Organization, (Terj. Djoerban Wahid, Jakarta: Erlangga, 1987), p Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

7 Zulkarnaini ( 120 dari 18 ) ditetapkan sebagai bagian dari kebijakan dalam organisasi, (b) perspektif kelompok, dalam kenyataannya individu bekerja sama dalam kelompok kerja. Efektivitas kelompok adalah jumlah kontribusi dari semua anggota, dan (c) perspektif organisasi, organisasi biasanya terdiri dari individu dan kelompok, karena itu efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan efektivitas kelompok. Individu menempati posisi dasar dalam konteks efektivitas organisasi. Organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi yang dihasilkan setiap bagian atau individu. 15 Sehubungan penjelasan Gibson di atas, maka dapat kita temukan bahwa dalam kehidupan sehari-hari setiap individu tidak bekerja sendiri, akan tetapi berada di tengah-tengah kelompok yang saling kait mengait untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini disebabkan bahwa selain efektivitas individu terdapat pula efektivitas kelompok, tetapi efektivitas kelompok tidak secara otomatis terwujud dari kumpulan aktivitas individu, demikian pula individu yang efektif tidak secara otomatis akan menghasilkan kelompok yang efektif. Maka untuk mengetahui efektivitas suatu pekerjaan ditentukan oleh tingkat kekompakan dalam suatu kelompok, kepemimpinan, status, peran masing-masing pekerjaan, serta norma-norma yang berlaku dalam suatu kelompok organisasi. Konsep Media Pembelajaran Pembelajaran yang optimal merupakan salah satu indikator untuk mewujudkan hasil belajar peserta didik dengan baik. Hasil belajar yang optimal merupakan salah satu cerminan hasil pendidikan yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas memerlukan sumber daya guru yang mampu dan siap berperan secara profesional dalam lingkungan sekolah dan masyarakat. Di era perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, profesionalisme guru tidak cukup dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Konsep lingkungan meliputi tempat belajar, metode, media, sistem penilaian, serta sarana dan prasarana yang 15. Gibson. et al, Organization..., p Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

8 Zulkarnaini ( 121 dari 18 ) diperlukan untuk mengemas pembelajaran dan mengatur bimbingan belajar sehingga memudahkan siswa belajar. Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, overhead projector, film, video, televisi, slide, hypertext, web, dan sebagainya. Guru profesional dituntut mampu memilih dan menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya. Definisi Media Pembelajaran Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima. Criticos, menyebutkan bahwa: Media merupakan salah satu komponen komunikasi, sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan. 16 Sehingga dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru (komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Oleh karena itu, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Posisi Media Pembelajaran Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi dan berlangsung dalam suatu sistem, maka media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan bisa berlangsung secara optimal. Media 16. C. Criticos, Media Selection. Plomp. T.. & Ely. D. P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, (New York: Elsevier Science. Inc, 1996), h. 27. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

9 Zulkarnaini ( 122 dari 18 ) pembelajaran adalah komponen yang integral dari suatu sistem pembelajaran. Posisi media pembelajaran sebagai komponen komunikasi dapat penulis uraikan sebagaimana penjelasan gambar 1 yang dimulai dari informasi mentah menjadi informasi yang dapat dimengerti. Gambar 1 Posisi Media dalam Sistem Pembelajaran Sumber Pengalaman Pengalaman Penerima Ide Pengkodean Media Penafsiran Kode Mengerti Gangguan Umpan Balik Sumber: Heinich. R.. Molenda. M.. Russell. J. D.. dan Smaldino. S.E. Instructional Media and Technology for Learning, (New Jersey: Prentice Hall. Inc, 2002). Fungsi Media Pembelajaran Pada saat pembelajaran di sekolah berlangsung, media pembelajaran memiliki fungsi dan peran sebagai pembawa informasi dari sumber informasi itu sendiri (guru) menuju penerima informasi (siswa). Sedangkan metode penyampaian media yang digunakan oleh guru merupakan prosedur yang dapat membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi tertentu menjadi pemahaman dasar dari kumpulan-kumpulan informasi mentah menjadi wacana ilmu pengetahuan. Bila siswa sudah mampu mencerna informasi mentah dari gurunya menjadi sebuah pemahaman kongkrit, maka media yang digunakan oleh guru tersebut boleh dikatakan sudah tepat sasaran dan berhasil. Sebab sasaran penggunaan media dalam 122 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

10 Zulkarnaini ( 123 dari 18 ) pembelajaran adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Fungsi media dalam proses pembelajaran dapat penulis gambarkan sebagai berikut: Gambar 2 Fungsi Media dalam Proses Pembelajaran Guru Media Pesan Siswa Metode Sumber: Heinich. R.. Molenda. M.. Russell. J. D.. dan Smaldino. S.E, Instructional Media and Technology for Learning, (New Jersey: Prentice Hall. Inc, 2002). Dalam kegiatan interaksi antara siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Penjelasan ketiga kelebihan kemampuan media sebagaimana disampaikan oleh Gerlac dan Ely (dalam Ibrahim, et al) akan diuraikan sebagai berikut: 17 (a) Kemampuan fiksatif, merupakan kemampuan yang dapat menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu obyek atau kejadian (peristiwa). Dengan kemampuan ini, obyek atau kejadian dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian dapat disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati kembali seperti kejadian aslinya, sehingga tak jarang sebagian orang menyebutnya bahwa media ini merupakan media yang dapat didokumentasikan, (b) kemampuan manipulatif, merupakan kemampuan yang dapat menampilkan kembali obyek atau kejadian dengan berbagai macam perubahan (manipulasi) sesuai keperluan, misalnya diubah ukurannya, kecepatannya, warnanya, serta dapat pula diulang-ulang penyajiannya, dan (c) kemampuan distributif, merupakan kemampuan media yang mampu menjangkau para audiensi yang besar jumlahnya dalam satu kali penyajian secara serempak, misalnya siaran TV atau Radio. Pengembangan media pembelajaran hendaknya diupayakan untuk memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media tersebut dan 17. H. Ibrahim, dkk, Media pembelajaran: Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar, (FIP. UM, 2001), h. 28. Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

11 Zulkarnaini ( 124 dari 18 ) berusaha menghindari hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran. Konsep Belajar Sebagian orang berpendapat bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafal fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang yang beranggapan demikian biasanya akan merasa bangga ketika anaknya sudah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Di samping itu, ada pula sebagian orang yang memandang belajar sebagai latihan belaka seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi tersebut, biasanya seseorang akan cukup puas bila anaknya mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut. Belajar menurut pengertian secara psikologis merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, di mana perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Purwanto mengemukakan bahwa: Belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah atau berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap. 18 Selanjutnya, definisi belajar yang diungkapkan oleh Cronbach (dalam Suryabrata) menyatakan bahwa: Belajar yang sebaik- 18. M. Ngalim. Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

12 Zulkarnaini ( 125 dari 18 ) baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya. 19 Berdasarkan definisi yang dikemukakan beberapa tokoh di atas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan, bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang merupakan sebagai akibat dari pengalaman atau latihan. Ditinjau dari segi jumlah (kuantitatif), belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Dalam pandangan ini belajar dilihat dari banyaknya materi yang dikuasai siswa. Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan prose mengajar. Sehingga Syah mengatakan bahwa: Ukurannya ialah semakin baik mutu mengajar yang dilakukan guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian dinyatakan dalam bentuk skor atau nilai. 20 Sementara bila ditinjau dari aspek mutu (kualitatif), maka belajar adalah proses memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia si sekeliling siswa. Tinjauan belajar di sini lebih fokus pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa. Selanjutnya Syah menambahkan bahwa: Timbulnya aneka ragam pendapat para ahli tersebut 19. Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h h Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

13 Zulkarnaini ( 126 dari 18 ) merupakan fenomena perselisihan yang wajar karena adanya perbedaan titik pandang. 21 Sehingga dapat dipahami bahwa belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Motivasi Belajar Banyak para ahli mengungkapkan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang yang berbeda, namun intinya merupakan suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa seseorang yang akan dikerjakan itu tidak menyentuh kebutuhannya. Segala sesuatu yang menarik minat orang lain belum tentu menarik minat orang tertentu selama sesuatu itu tidak bersentuhan dengan kebutuhannya. Maslow sangat percaya bahwa tingkah laku manusia dibangkitkan dan diarahkan oleh kebutuhan-kebutuhan tertentu, seperti: (a) kebutuhan fisiologis, (b) rasa aman, (c) rasa cinta, (d) perhargaan aktualisasi diri, (e) mengetahui dan mengerti, dan (f) kebutuhan estetika. Kebutuhan-kebutuhan inilah menurut Maslow yang mampu memotivasi tingkah laku individu. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang ia lihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Mc. Donald (dalam Hamalik) mengatakan bahwa: 21. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar..., h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

14 Zulkarnaini ( 127 dari 18 ) Motivation is energy change within the person characterized by effective arousal and anticipatory goal reactions. 22 Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan untuk mencapainya. Seseorang yang melakukan aktivitas belajar secara kontinue tanpa motivasi dari luar dirinya merupakan motivasi intrinsik yang sangat penting dalam aktivitas belajar. Secara umum motivasi itu dapat dibagi dalam dua bentuk yaitu: (a) motivasi intrinsik yaitu motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diransang dari luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu, dan (b) motivasi eksrinsik yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya stimulasi dari luar, tentunya motivasi ekstrinsik ini merupakan kebalikan dari motivasi instrinsik sebagaimana yang penulis jelaskan di atas. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar Faktor lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam mata rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antara lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus di hadapi oleh anak didik sebagai makhluk hidup 22. Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar. (Bandung: Sinar Baru, 2009), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

15 Zulkarnaini ( 128 dari 18 ) yang tergolong dalam kelompok biotik. Selama hidup anak didik tidak bisa menghindari diri dari lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya. Interaksi dari kedua lingkungan yang berbeda ini selalu terjadi dalam mengisi kehidupan anak didik. Faktor instrumental Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan ke arah tersebut diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Semuanya dapat diberdayakan menurut fungsi masing-masing kelengkapan sekolah. Kurikulum dapat dipakai oleh guru dalam merencanakan program pengajaran. Program sekolah dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas belajar mengajar. Saran dan fasilitas yang tersedia harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar berdaya guna dan berhasil guna bagi kemajuan belajar anak didik di sekolah. Kondisi fisiologis Pada umumnya, kondisi fisiologis sangat mempengaruhi kemampuan belajar seseorang. Noehi Nasution et al. (1993:6) mengatakan bahwa: Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dengan orang dalam keadaan lelah. Anakanak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah ngantuk, dan sukar menerima pelajaran. 23 Selain itu menurut Noehi, hal yang tidak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh), terutama mata sebagai alat untuk melihat dan sebagai alat mendengar. Sebagian besar yang dipelajari manusia (anak) yang 23. Noehi Nasution, Materi Pokok Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993), h Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

16 Zulkarnaini ( 129 dari 18 ) belajar berlangsung dengan membaca, melihat contoh, atau model, melakukan observasi, mengamati hasil-hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru, mendengar ceramah, mendengarkan keterangan orang lain dalam diskusi dan sebagainya. Kondisi psikologis Belajar pada hakiktnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung, maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampuan-kemampuan kognitif adalah faktor-faktor psikologis yan utama mempengaruhi proses dan hasil belajar anak didik. Hasil yang diinginkan dalam suatu proses belajar adalah terjadinya perubahan yang signifikan dalam hidupnya. Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Jadi untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri individu dan di luar individu. Proses di sini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis. Kecuali bila seseorang telah berhasil dalam belajar, maka seseorang itu telah mengalami proses tertentu dalam belajar. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktivitas belajar yang telah dilakukan. Misalnya, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu dan Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

17 Zulkarnaini ( 130 dari 18 ) sebagainya. Dengan demikian, dapatlah dipahami bahwa belajar itu bukanlah aktivitas yang berdiri sendiri. Akan tetapi terdapat unsurunsur lain yang ikut terlibat langsung di dalamnya yang mengakibatkan seseorang memiliki pencerahan dan pemahaman dari aktivitas belajar. Kesimpulan Suatu media pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria: produksi, efisiensi, mengacu pada penggunaan sumber daya yang langka oleh organisasi, kepuasan, keadaptasian, dan pengembangan. Mengacu pada kriteria efektivitas di atas, kiranya sebagai guru yang baik harus mampu merakit sebuah rancangan media pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi belajar siswa dalam perolehan sejumlah pengetahuan yang disampaikan oleh tenaga-tenaga pendidik yang profesional. Daftar Pustaka Barbara, K. Given. Brain-Base Teaching: Merancang Kegiatan Belajar Mengajar yang Melibatkan Otak Emosional, Sosial, Kognitif, Kinestetis, dan Reflektif, (Bandung. Mizan Pustaka, 2007). Criticos, C. Media Selection. Plomp. T.. & Ely. D. P. (Eds.): International Encyclopedia of Educational Technology, (New York: Elsevier Science. Inc, 1996). Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990). Dimyati, M. Media Massa Sebagai Lembaga Pendidikan Kelima dalam Masyarakat Indonesia: Dilema Pendidikan Anak Bangsa, (Makalah. Malang: IKIP Malang, 1996). Gerlac dan Ely, Teaching and Media Sistematic Approach, (New Jersey Prentice Hall. Inc, 1971). Gibson. et al, Organization, (Terj. Djoerban Wahid, Jakarta: Erlangga, 1987). Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. (Bandung: Sinar Baru, 2009). Handoko, Hani. Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: BPFE, 1987). Holmes dan Wynne, Making The School an Effective Community. California: The Falmer Press, 1989). 130 Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi: No. 1, Vol. 1, Juni 2015

18 Zulkarnaini ( 131 dari 18 ) Ibrahim, H, dkk. Media pembelajaran: Bahan Sajian Program Pendidikan Akta Mengajar, (FIP. UM, 2001). Ibrahim, H. Media Instruksional, (Malang: FIP IKIP Malang, 1982). Lamudji, Pengaruh Penggunaan OHP Terhadap Hasil Belajar Matematika pada Siswa Sekolah Menengah Pertama yang Bermotivasi Tinggi dan Rendah, (Tesis tidak diterbitkan, Malang: Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, 2005). Miarso, Y. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Pengertian dan Penerapannya di Indonesia, (Jakarta: Rajawali, 1984). Mudhoffir dan Tjun Surjaman, Teknologi Instruksional. Sebagai Landasan Perencanaan dan Penyusunan Program Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1999). Nasution, Noehi. Materi Pokok Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1993). Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007). Shadily, H. Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 2000). Suryabrata, Sumardi. Psikologi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008). Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009). Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran, (Jakarta: Grasindo). Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi, No. 1, Vol. 1, Juni

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi baru terutama multimedia, mempunyai peranan semakin penting dalam proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa peserta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort

BAB 1 PENDAHULUAN. akan dapat membawa kita kepada situasi belajar dimana learning with effort BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi baru terutama multimedia mempunyai peranan semakin penting dalam proses pembelajaran. Banyak orang percaya bahwa multimedia akan dapat membawa kita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara visualisasi. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khususnya

I. PENDAHULUAN. secara visualisasi. Dalam pembelajaran ilmu pengetahuan alam, khususnya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran media pembelajaran sebagai media antara guru sebagai pengirim informasi dan penerima informasi harus komunikatif, khususnya untuk obyek secara visualisasi. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas : (a) media pendidikan, dan (b) minat belajar. Adapun penjelasannya sebagai berikut : A. Media Pendidikan Menurut Arsyad (2003), dalam kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam merupakan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR Nina Sundari 1 ABSTRAK Tujuan artikel ini yaitu untuk mengetahui langkah-langkah dalam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM

PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL. Artikel. Oleh RIYANTO NIM PENGEMBANGAN DIKTAT MENGGUNAKAN PERKAKAS TANGAN DI SMK MUHAMMADIYAH 1 BANTUL Artikel Oleh RIYANTO NIM. 08503242008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA MARET

Lebih terperinci

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media dalam Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti Istilah media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran 2.1.1 Pengertian media pembelajaran Menurut Sadiman (2006:6) media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari "Medium" yang secara harfiah berarti

Lebih terperinci

DEFINISI, POSISI DAN FUNGSI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PAI

DEFINISI, POSISI DAN FUNGSI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PAI DEFINISI, POSISI DAN FUNGSI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN PAI Disusun oleh: SAIFUL AMIEN DEFINISI MEDIA BAHASA Berasal dari bahasa latin, medium, yang berarti between antara atau perantara Merupakan saluran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai asal sekolah, kemampuan Bahasa Inggris, serta pengertian belajar dan hasil belajar. A. Asal Sekolah

Lebih terperinci

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI

PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI PERAN MULTI MEDIA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI Hasruddin Abstrak Perkembangan biologi sebagai sains murni dan aplikasinya dalam teknologi yang semakin pesat mendorong upaya-upaya inovasi pemanfaatan hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial guna menjamin perkembangan dan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Fungsi dan tujuan penddikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita setiap bangsa di dunia. Salah satu faktor pendukung utama bagi kemajuan suatu negara adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu (knowing) ataupun menghafal (memorizing) tetapi dituntut untuk memahami konsep biologi. Untuk kurikulum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR Makalah yang disampaikan dalam Sarasehan Pendidikan Membentuk Siswa yang Rajin Belajar dalam Rangka Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Balai Dukuh Mulo Wonosari, 14 Juli 2013. BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang paling tepat untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara, karena pendidikan merupakan sarana yang paling tepat untuk

Lebih terperinci

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT

Oleh: Sri Arita dan Susi Evanita ABSTRACT PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN VARIASI GURU MENGAJAR, LINGKUNGAN KELUARGA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI KOTA BATAM Oleh: ABSTRACT

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI GEUMPANG KABUPATEN PIDIE. Oleh: Yusran

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI GEUMPANG KABUPATEN PIDIE. Oleh: Yusran KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH SEBAGAI SUPERVISOR DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SD NEGERI GEUMPANG KABUPATEN PIDIE Oleh: Yusran Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui program kerja kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS

BAB II KERANGKA TEORETIS 9 BAB II KERANGKA TEORETIS A. Konsep Teoretis 1. Pengertian Apersepsi Apersepsi adalah suatu gejala jiwa yang kita alami apabila suatu kesan baru masuk dalam kesadaran kita dan berassosiasi/bertautan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dalam pembelajaran ke arah paradigma konstruktivisme. Sebagaimana dikemukakan oleh Rusman dan Dewi (2009 : 174) menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sukma Putri Cahyawening, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sukma Putri Cahyawening, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Belajar adalah suatu proses belajar yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat

BAB II KAJIAN TEORI. suatu maksud atau tujuan tertentu. Maka strategi identik dengan teknik, siasat BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Strategi Berikan Uangnya Bambang warsita menjelaskan strategi adalah; a) ilmu siasat perang; b) siasat perang; c) bahasa pembicaraan akal (tipu muslihat) untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6)

TINJAUAN PUSTAKA. perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Sadiman,1986:6). Sementara itu Briggs (dalam Sadiman 1986:6) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Kartu Kuartet Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Aktivitas belajar siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar. Kegiatan kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan UUD 1945 menyatakan dengan tegas bahwa mencerdaskan bangsa merupakan salah satu cita-cita luhur dari perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia. Maka

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Para ahli dalam bidang belajar pada umumnya sependapat bahwa perbuatan belajar itu adalah bersifat komplek, karena merupakan suatu

Lebih terperinci

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI GURU DALAM MENGAJAR DI SEKOLAH

UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI GURU DALAM MENGAJAR DI SEKOLAH UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI GURU DALAM MENGAJAR DI SEKOLAH Alfianis Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract Banyak usaha yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain media BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medium yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar atau dengan kata lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi setiap kecerdasan individu yang beragam. Dengan begitu guru

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi setiap kecerdasan individu yang beragam. Dengan begitu guru 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu pilihan dalam meningkatkan taraf hidup manusia. Maka kunci kemajuan bangsa dapat diukur dari kualitas pendidikannya. Sehingga

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar yaitu perantara atau pengantar sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI HIDROKARBON ALKANA MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH 8

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI HIDROKARBON ALKANA MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH 8 ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI HIDROKARBON ALKANA MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH 8 OLEH MUHAMMAD ANSHORI HASIBUAN NIM A1C108019 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses untuk mendewasakan manusia yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses untuk mendewasakan manusia yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses untuk mendewasakan manusia yang bertujuan untuk mengembangkan potensi sumber daya manusia yang menjadi tolok ukur keberhasilan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Prestasi Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman/

Lebih terperinci

LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA

LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA LINGKUNGAN SEKITAR SEKOLAH SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN IPA Nela Rofisian Abstrak: Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) bagi sebagian siswa masih dirasakan sulit untuk dipahami. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu sendiri. Perubahan zaman yang serba cepat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu sendiri. Perubahan zaman yang serba cepat menuntut sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia ini segalanya berubah, tidak ada yang abadi melainkan perubahan itu sendiri. Perubahan zaman yang serba cepat menuntut sumber daya manusia menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif.

BAB II KAJIAN TEORI. lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. rumusan kuntitatif, rumusan institusional, dan rumusan kualitatif. 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual. 1) Hakikat Belajar. Syah (2009) berpendapat belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik dalam konsep maupun faktanya. Bahkan dalam realitasnya belajar seringkali bersentuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pembentukan karakter bangsa perlu dilakukan penataan terhadap sistem

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pembentukan karakter bangsa perlu dilakukan penataan terhadap sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang cerdas adalah bangsa yang berpendidikan. Pendidikan adalah langkah sadar untuk mencerdaskan kehidupan serta membetuk nilai karakter bangsa. Pembentukan

Lebih terperinci

MODUL TEORI BELAJAR, PRINSIP-PRINSIP BELAJAR, DAN MEDIA PEMBELAJARAN

MODUL TEORI BELAJAR, PRINSIP-PRINSIP BELAJAR, DAN MEDIA PEMBELAJARAN MODUL TEORI BELAJAR, PRINSIP-PRINSIP BELAJAR, DAN MEDIA PEMBELAJARAN Oleh : Annisa Ratna Sari, M.S.Ed FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA YOGYAKARTA TAHUN 2012 DAFTAR ISI Kata Pengantar...2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan berisi suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik sebagai untuk membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. lnteraksi tersebut dapat berlangsung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia yang mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang kompleks, namun kompleksitasnya selalu seiring dengan perkembangan manusia. Melalui pendidikan pula berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pemebelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari Bahasa Inggris, yaitu natural science. Nature artinya berhubungan dengan alam atau yang bersangkut paut dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung lancarnya proses belajar mengajar disekolah. Seperti yang dikemukakan Norris

BAB I PENDAHULUAN. mendukung lancarnya proses belajar mengajar disekolah. Seperti yang dikemukakan Norris BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mendapatkan proses belajar mengajar yang efektif di sekolah dibutuhkan guru yang mampu mendidik secara profesional dan mempunyai kemampuan dan kompetensi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PELATIHAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI GURU

MANAJEMEN PELATIHAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI GURU MANAJEMEN PELATIHAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI BAGI GURU Galih Purnama, Sonhadji, Achmad Supriyanto Manajemen Pendidikan Pascasarjana-Universitas Negeri Malang Sekolah Dasar Negeri Ngunut 02 Pacitan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Kompetensi Guru Istilah kompetensi merupakan istilah turunan dari bahasa inggris competence yang berarti kecakapan, kemampuan dan wewenang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2001), hlm Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi

BAB I PENDAHULUAN. Aksara, 2001), hlm Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Bumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang, karena hasil dari proses pendidikan akan dirasakan baik untuk saat ini maupun untuk waktu yang akan datang. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini sistem pendidikan masih cenderung mengarah pada dua masalah pokok, yakni 1) bagaimana mengadaptasikan dengan benar kurikulum dan metode pendidikan

Lebih terperinci

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR

BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR 8 BAB II MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan pada BAB I, maka dalam penelitian ini difokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi

Lebih terperinci

ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 BOLAANG UKI

ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 BOLAANG UKI ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREATIVITAS MENGAJAR GURU MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 1 BOLAANG UKI KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW SELATAN Oleh RANTI HASAN NIM: 911 410 162 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Pengembangan Laboratorium Media Pembelajaran Berbasis Kebutuhan Sekolah

Pengembangan Laboratorium Media Pembelajaran Berbasis Kebutuhan Sekolah JPK 3 (2) (2017): 244-252 Jurnal Profesi Keguruan https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpk Pengembangan Laboratorium Media Pembelajaran Berbasis Kebutuhan Sekolah Isnarto 1), Abdurrahman 2), Sugianto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak

PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si. Abstrak PSIKOLOGI BELAJAR DAPAT MEMBANTU PARA GURU MEMBANGUN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SISWA Oleh Drs. Rusli, M.Si Abstrak Tulisan ini menjelaskan tentang peran sekaligus posisi psikologi belajar dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan hasil belajar ditunjukkan dalam bentuk berubah pengetahuannya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif

BAB II LANDASAN TEORI. dan saluran atau media (Sardiman A.M., 2001: 7). Multimedia interaktif BAB II LANDASAN TEORI Interaksi berkaitan erat dengan istilah komunikasi. Komunikasi terdiri dari beberapa unsur yang terlibat di dalamnya, yaitu komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media (Sardiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. 2 Salah satu pendidikan formal yaitu sekolah, dimana lingkungan pendidikan

Lebih terperinci

Belajar Investasi Masa Depan * Kata Kunci : Motivasi, Belajar, Masa depan.

Belajar Investasi Masa Depan * Kata Kunci : Motivasi, Belajar, Masa depan. Belajar Investasi Masa Depan * Oleh: Ibrahim Chalid** Abstrak Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Wasty Soemanto (2003: 34), mengartikan perhatian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 20 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS 585 KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran guru sebagai (a) manejerial yaitu mengelola kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan pembelajaran. Karena perencanaan, maka pelaksanaan pengajaran menjadi baik dan efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, dan cerdas. Pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi sampai kapanpun, manusia tanpa pendidikan mustahil dapat hidup berkembang sejalan dengan perkembangan jaman.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah suatu proses pendewasaan peserta didik melalui suatu interaksi, proses dua arah antara pendidik dan peserta didik yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar yang dialami oleh peserta didik menghasilkan perubahanperubahan dalam bidang pengetahuan atau pemahaman, bidang keterampilan, dan bidang nilai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Pendekatan Discovery Learning Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat membantu siswa memahami konsep yang sulit dengan memberikan pengalaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar para siswa atau sering disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan dua pihak yaitu guru dan siswa dengan tujuan yang sama dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan dua pihak yaitu guru dan siswa dengan tujuan yang sama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya berlangsung dalam bentuk belajar mengajar yang melibatkan dua pihak yaitu guru dan siswa dengan tujuan yang sama dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT PESERTA DIDIK DALAM KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG JURNAL

FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT PESERTA DIDIK DALAM KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG JURNAL FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT PESERTA DIDIK DALAM KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG JURNAL Oleh : OKNI LIZA MAWARNI 11060290 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu:

Berbicara tentang hasil belajar ada beberapa pendapat yaitu: 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Hakikat Belajar Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar maka dibawah ini ada beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan manusia diera global seperti saat ini menjadi kebutuhan yang amat menentukan bagi masa depan seseorang dalam kehidupannya, yang menuntut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas produk pendidikan tersebut merupakan gambaran kualitas proses. konsep, nilai serta materi pendidikan diintegrasikan.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas produk pendidikan tersebut merupakan gambaran kualitas proses. konsep, nilai serta materi pendidikan diintegrasikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah rendahnya kualitas pendidikan baik dilihat dari proses pendidikan yang sedang berjalan maupun produk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar Pengertian matematika pada dasarnya tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis yang dilakukan orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai

Lebih terperinci

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN SENI RUPA Tim Dosen Media TUJUAN PENDIDIKAN Mengantarkan siswa (peserta didik) menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku, baik intelektual, moral maupun sosial. Dalam

Lebih terperinci

JURNAL PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP DHARMA WANITA PARE

JURNAL PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP DHARMA WANITA PARE JURNAL PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA POKOK BAHASAN STRUKTUR TUMBUHAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP DHARMA WANITA PARE EFFECT OF APPLICATION OF EXPERIMENTAL METHODS IN COST STRUCTURE

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu 93 BAB V PEMBAHASAN Setelah data dipaparkan dan menghasilkan beberapa temuan, maka perlu adanya analisis hasil penelitian. Hal ini dilakukan agar data yang dihasilkan tersebut dapat dilakukan interprestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Thursan Hakim (2005: 21) belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara atau

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka

BAB II. Kajian Pustaka 5 BAB II Kajian Pustaka 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hakekat PKn Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang A. Kondisi Kelas dan Proses Pembelajaran Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah menciptakan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Faktor-faktor internal ini meliputi fisiologis dan psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Faktor-faktor internal ini meliputi fisiologis dan psikologis. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar adalah susatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dapat dilukiskan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti lebih banyak diferensiasinya,

Lebih terperinci