PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO"

Transkripsi

1 PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO SUPRIANTO Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo Rio Monoarfa, SE. Ak, M.Si (Pembimbing I) Lukman Pakaya, S.Pd, MSA (Pembimbing II) ABSTRAK Suprianto. NIM Skripsi Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Provinsi Gorontalo. Program Studi Strata Satu Akuntansi. Jurusan Akuntansi. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Negeri Gorontalo. Tahun Dibawah bimbingan Bapak Rio Monoarfa, SE. Ak, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Lukman Pakaya, S.Pd, MSA selaku pembimbing II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Pendapatan Asli Daerah berpengaruh terhadap kinerja keuangan pada pemerinta Provinsi Gorontalo. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif yakni data yang digunakan dalam angkaangka, dan jenis data yang digunakan yakni data sekunder berupa time series (runtut waktu) yaitu dokumen Laporan Realisasi APBD dari taun 2003 sampai dengan Tekhnik analisis data pada penelitian ini menggunakan pendekatan analisis regeresi sederhana dengan melalui pengujian koefisien regresi menggunakan uji t. Hasil analisis regresi menunjukan bahwa variabel PAD berpengaruh positif dan signifikan terhadap rasio kemandirian daerah. PAD berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap derajat desentralisasi. PAD berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap rasio ketergantungan daerah. Sedangkan rasio varians PAD dipengruhi oleh jumlah PAD positif dan tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan secara umum PAD memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Gorontalo. Kata Kunci : PAD, Kinerja Keuangan Pendahuluan Perubahan sistem penganggaran yang dianut dari traditional budget menjadi performance budget (Halim dan Iqbal, 2012: xii). Performance budget menganjurkan anggaran harus disusun dengan penekanan pada pertanggung jawaban tidak hanya input tetapi mempertimbangkan output dan outcome. Artinya bahwa penyusunan APBD bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan ekonomi makro dan sumber daya yang tersedia, mengalokasikan secara tepat sesuai kebijakan pemerintah dan mempersiapkan

2 kondisi bagi pelaksanaan pengelolaan anggaran secara baik melalui Pendapatan Asli Daerah. Selaras dengan tujuan otonomi daerah yaitu menuntun kemandirian suatu daerah sehingga upaya harus dilakukan oleh pemerintah daerah untuk mengoptimalkan peningkatan Pendapatan Asli Daerah dalam rangka membiayai aktifitas operasional pemerintah daerah melalui pendapatan asli daerah yang berasal dari pajak dan retribusi daerah. Pendapatan Asli Daerah merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembangunan daerah. Menurut Halim dan Iqbal (2012: 27) masalah yang paling besar pasca otonomi daerah adalah ketergantungan pemerintah daerah terhadap dana perimbangan dari pemerintah pusat. Hal ini disebabkan lemahnya pengelolaan potensi yang ada di daerah. Oleh karena itu perlu adanya manajemen pendapatan sehingga setiap daerah memahami potensi pendapatan yang dimiliki daerah dan dapat memaksimalkan pendapatan untuk membiayai kegiatan pemerintahan dan pelayanan publik. Pada prinsipnya, anggaran pendapatan merupakan batas minimal jumlah pendapatan yang ditargetkan harus diperoleh oleh pemerintah daerah (Mahmudi, 2007: 123). Kinerja pendapatan daerah dinilai baik apabila realisasi melampaui target anggaran. Namun perlu diidentifikasi lebih lanjut komponen pendapatan apa yang paling berpengaruh. Hal ini untuk mengetahui lebih lanjut apakah hasil tersebut disebabkan karena good planing dan kerja keras pemerintah daerah atau tidak. Menurut Mahmudi (2007: 124) selisih lebih realisasi pendapatan merupakan selisih yang diharapkan (favourable variance), sedangkan selisih kurang merupakan selisih yang tidak diharapkan (unfavourable variance). Laporan keuangan Provinsi Gorontalo triwulan 1 tahun 2012 terlihat bahwa adanya surplus anggaran hal ini dikarenakan realisasi anggaran masih dibawah target anggaran. Namun pada realisasi pendapatan masih jauh dari target realisasi walaupun dana perimbangan masih sangat mendominasi pendapatan. Selain itu realisasi penghimpunan pajak mengalami penurunan sebesar 24,65% dari target anggaran 2012 dibandingkan tahun anggarn sebelumnya mencapai 31,48%. Hal ini diduga penyebabnya adalah kebijakan pemerintah untuk membebaskan Bea Balik Nama Kendaraan bermotor yang berasal dari luar daerah Provinsi Gorontalo. Berdasarkan laporan kajian ekonomi regional Provinsi Gorontalo dari tahun 2008 sampai tahun 2012 terlihat kinerja pendapatan asli daerah masih fluktuasi atau belum menentu bahkan mengalami penurunan pada tahun 2011 yaitu sebesar 37,30 Miliar dengan nilai capaian 30,37% dari target anggaran dibandingkan tahun 2010 senilai 130,90 Miliar dengan nilai

3 capaian sebesar 122,58% dari target anggaran walaupun terjadi peningkatan pada tahun 2012 yaitu sebesar 39,07 milyar dengan hasil capaian 24,17 %. Hal ini mengindikasikan bahwa terjadi pertumbuhan pendapatan yang kurang sehat (negatif). Menurut Mahmudi (2007: 125) pertumbuhan pendapatan dikatakan positif apabila kecenderungannya (trend) meningkat. Tinjauan Pustaka Pendapatan Asli Daerah (PAD) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pendapatan Asli daerah adalah hak pemeritah daerah yang diakui sebagai penambah ekiuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Yuwono dalam Julitawati, Dkk (2012: 5) menyatakan bahwa pendapatan daerah adalah semua penerimaan kas yang menjadi hak daerah dan diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oeh pemerintah. Dalam pasal 6 Undang-Undang No 33 Tahun 2004 sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terdiri dari: a) Pajak Daerah b) Retribusi Daerah c) Hasil Pengelolaan Kekayaan yang dipisahkan d) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. Kinerja Keuangan Kinerja merupakan pencapaian atas apa yang direncanakan, baik oleh pribadi atau organisasi (Sularso dan Restianto, 2011: 111). Jika hasil capaian sesuai dengan yang direncanakan, artinya kinerja yang dilakukan terlaksana dengan baik namun apabila hasil capaian tidak sesuai dengan rencana maka kinerja dinilai kurang baik. Laporan Keuangan daerah yang dapat dijadikan pedoman dalam menganalisis yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Mahmudi (2007: 121) Laporan Realisasi anggaran (LRA) yang dipublikasikan pemerintah daerah memberikan informasi yang sangat bermanfaat untuk menilai kinerja keuangan. Dengan laporan keuangan dapat dilakukan analisis pendapatan asli daerah antara lain dengan cara: 1) Analisis Varians (Selisih anggaran) Analisis Varians anggaran Pendapatan dilakukan dengan cara menghitung selisih antara realisasi PAD dengan PAD yang dianggarkan (Mahmudi, 2007: 123). Dalam Laporan Realisasi anggaran biasanya telah dicantumkan selisih anggaran dan realisasi yang sangat membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan menganalisa laporan keuangan. Informasi yang

4 dihasilkan dari analisis ini menunjukan tingkat pencapaian kinerja keuangan. Analisis Varians = (Mahmudi, 2007: 123) 2) Rasio Kemandirian Keuangan Daerah Rasio Kemandirian Keuangan Daerah bermanfaat untuk mengetahui apakah suatu daerah telah mampu membiayai kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat (Wenny, 2012: 43). Rasio kemandirian keungan daerah dihitung dengan cara membandingkan antara jumlah pendapatan asli daerah dengan pendapatan transfer pemerintah pusat, provinsih dan pinjaman daerah. Rasio ini di hitung dengan rumus: RasioKemandirian = (Mahmudi, 2007: 128) 3) Rasio Ketergantungan Daerah Rasio ketergantungan daerah ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat. Semakin tinggi angka rasio ketergantungan daerah maka semakin tinggi ketergantungan daerah terhadap pemerintah pusat. Rasio ini dihitung dengan rumus: Rasio Ketergantungan Daerah (Mahmudi, 2007: 128) 4) Rasio Derajat Desentralisasi Rasio ini bermanfaat untuk mengetahui tingkat kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Semakin tinggi kontribusi PAD maka semakin tinggi kemampuan daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut: Derajat Desentralisasi = (Mahmudi, 2007: 128) Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah tahap analisis dengan terlebih dahulu melakukan uji normalitas data untuk kedua vriabel yang diteliti, untuk dapat mengetahui data dari variabel bebas dan variabel tak bebas yang akan digunakan terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas data. Sedangkan untuk analisis data, peneliti melakukan langka-langka sebagai berikut: 1) Mencari persamaan regresi 2) Melakukan uji linearitas dan uji keberartian. 3) Melakukan uji koefisien korelasi dan uji koefisien determinasi. Analisis data diakukan dengan menggunakan regresi sederhana dengan rumus sebagai berikut: Ŷ= a + bx (Sugiyono, 2009: 261)

5 Ŷ = Subbyek dalam variabel independen yang diprediksikan a = nilai Y ketika nilai X = 0 (Konstan) B = Koifisien regresi, X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu Uji Normalitas Data Uji normalitas bermanfaat untuk mengetahui distribusi data dalam variabel dependen yang diamati dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki distribusi normal. Untuk melakukan pengujian asumsi normalitas data tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan pengujian metode Kolmogorov Smirnov (KS). Adapun hipotesis yang akan diuji adalah: H 0 H 1 : Data variabel yang diamati berdistribusi normal : Data variabel yang diamati tidak berdistribusi normal : 5% Kriteria uji : Jika nilai Kolomogorov Smirnov untuk variabel yang diuji lebih besar dari nilai Z- tabel maka Ho ditolak. Pengujian juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi untuk KS dengan nilai alpha. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari alpha yang digunakan maka H 0 ditolak. Sebaliknya jika nilai signifikansi dari statistik KS lebih besar dari alpha yang digunakan maka H 0 diterima Hasil pengujian normalitas data untuk setiap variabel dependen yang diamati dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut : 1) Pengujian Normlitas Data Analisis Varians PAD, Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar Sedangkan nilai Z pada tingkat signifikansi 5% adalah sebesar Karena nilai KS lebih kecil dari nilai Z-tabel maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data rasio Analisis Varians PAD telah berdistribusi normal. 2) Pengujian Normalitas Data Rasio Kemandirian, Hasil analisis diperoleh nilai koefisien Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar 0,931. Sedangkan nilai Z pada tingkat signifikansi 5% adalah sebesar Karena nilai KS lebih kecil dari nilai Z-tabel maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel rasio kemandirian telah berdistribusi normal. 3) Pengujian Normalitas Data Rasio Ketergantungan, Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien Kolmogorov

6 Smirnov (KS) sebesar 0,757. Sedangkan nilai Z pada tingkat signifikansi 5% adalah sebesar Karena nilai KS lebih kecil dari nilai Z-tabel maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel rasio ketergantungan telah berdistribusi normal. 4) Pengujian Normalitas Data Derajat Desentralisasi, Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien Kolmogorov Smirnov (KS) sebesar 0,560. Sedangkan nilai Z pada tingkat signifikansi 5% adalah sebesar Karena nilai KS lebih kecil dari nilai Z-tabel maka Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data variabel rasio desentralisasi PAD telah berdistribusi normal. Hasil Analisis Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jumlah PAD terhadap kinerja keuangan Provinsi Gorontalo selama tahun Indikator kinerja keuangan yang digunakan sebanyak empat rasio yakni Analisis Varians PAD, Rasio Kemandirian, Rasio Ketergantungan dan Derajat Desentralisasi. Untuk melihat pengaruh dari jumlah PAD terhadap kinerja keuangan dilakukan dengan pendekatan analisis regresi data dengan cara meregresikan jumlah PAD (X) dengan setiap rasio kinerja keuangan yang diamati. Dengan demikan akan diperoleh sebanyak empat model regresi yang menggambarkan arah dan bentuk pengaruh dari jumlah PAD terhadap masingmasing rasio indikator kinerja keuangan. Adapun model analisis regresi yang dipakai adalah model regresi semi log dengan pendekatan lin-log (linear-logaritma). Pemilihan model ini didasarkan pada pertimbangan tujuan yang ingin dicapai dari proses analisis ini yakni untuk mengetahui besarnya nilai Y (kinerja keuangan) akibat adanya perubahan persentase variabel X (jumlah PAD). Ini didasarkan pada fungsi model lin-log yang berguna untuk melihat perubahan Y secara absolut akibat adanya perubahan persentase pada variabel X (Gujarati, 2010 : 213). Dengan demikian model analisis regresi yang akan dianalisis adalah sebagai berikut : 1) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Analisis Varians PAD Variasi PAD Ln PAD 0 1 2) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian Rasio Kemandirian Ln PAD 0 1 3) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Rasio Ketergantungan Rasio Ketergantungan Ln PAD 0 1 4) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Derajat Desentralisasi Derajat Desentralisasi Ln PAD 0 1

7 Rekapitulasi hasil analisis regresi untuk masing-masing model adalah sebagai berikut : 1) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Varians PAD Rasio Efektifitas PAD = 2,159E6+0,314Ln(PAD) 2) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian Rasio Kemandirian 1,698 0,081 Ln PAD 3) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Rasio Ketergantungan Rasio Ketergantungan 2,772 0,083 Ln PAD 4) Model pengaruh jumlah PAD terhadap Derajat Desentralisasi Derajat Desentralisasi 0,894 0,045Ln PAD Pengujian Pengaruh Jumlah PAD Terhadap Kinerja Keuangan Provinsi Gorontalo selama Periode Setelah model regresi diperoleh, selanjutnya akan dilakukan pengujian untuk mengetahui signfikansi pengaruh jumlah PAD terhadap kinerja keuangan. Untuk keperluan itu dilakukan pengujian koefisien regresi dengan menggunakan uji t. Jika nilai mutlak t-hitung yang diperoleh lebih besar dari nilai t-tabel pada tingkat signifikansi tertentu dan derajat bebas (N-k-1) maka Ho ditolak. Secara eksplisit hasil pengujian signifikansi jumlah PAD terhadap setiap jenis indikator kinerja keuangan adalah sebagai berikut 1) Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Varians PAD Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai t-hitung untuk variabel jumlah PAD dalam model pertama (pengaruh jumlah PAD terhadap Varians PAD) adalah sebesar 2,886. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat bebas 38 adalah sebesar 2,024. Jika dibandingkan antara nilai t-hitung yang diperoleh dengan nilai t-tabel maka nilai t- hitung masih lebih besar dari t-tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat kepercayaan 95% jumlah PAD berpengaruh signifikan terhadap Varians PAD Provinsi Gorontalo selama tahun Adapun besar pengaruh dari jumlah PAD terhadap Varians PAD sebesar Ini berarti bahwa setiap kenaikan jumlah PAD sebesar 1% akan diikuti dengan peningkatan varians PAD sebesar 31.4 %. 2) Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai t-hitung untuk variabel jumlah PAD dalam model kedua (pengaruh jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian) adalah sebesar 8,998. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat bebas 38 adalah sebesar 2,024. Jika dibandingkan antara nilai t-hitung yang diperoleh dengan nilai t-tabel

8 maka nilai t-hitung masih lebih besar dari t- tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian pada tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa jumlah PAD yang diperoleh berpengaruh secara signifikan terhadap rasio kemandirian Provinsi Gorontalo selama tahun Adapun besar pengaruh dari jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian sebesar 0,081. Ini berarti bahwa setiap kenaikan jumlah PAD sebesar 1% akan diikuti dengan peningkatan rasio kemandirian sebesar 8,1 %. 3) Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Rasio Ketergantungan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai mutlak t-hitung untuk variabel jumlah PAD dalam model ketiga (pengaruh jumlah PAD terhadap Rasio Ketergantungan) adalah sebesar 8,815. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat bebas 38 adalah sebesar 2,024. Jika dibandingkan antara nilai t-hitung yang diperoleh dengan nilai t-tabel maka nilai t-hitung masih lebih besar dari t- tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian pada tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa jumlah PAD yang diperoleh berpengaruh secara signifikan terhadap rasio ketergantungan Provinsi Gorontalo selama tahun Adapun besar pengaruh dari jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian sebesar -0,083. Ini berarti bahwa setiap kenaikan jumlah PAD sebesar 1% akan diikuti dengan penurunan Rasio Kemandirian sebesar 8,3 %. 4) Pengujian pengaruh Jumlah PAD terhadap Derajat Desentralisasi Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diketahui nilai mutlak t-hitung untuk variabel jumlah PAD dalam model keempat (pengaruh jumlah PAD terhadap Derajat Desentralisasi) adalah sebesar 6,566. Sedangkan nilai t-tabel pada tingkat signfikansi 5% dan derajat bebas 38 adalah sebesar 2,024. Jika dibandingkan antara nilai t-hitung yang diperoleh dengan nilai t-tabel maka nilai t-hitung masih lebih besar dari t- tabel sehingga Ho ditolak. Dengan demikian pada tingkat kepercayaan 95% dapat disimpulkan bahwa jumlah PAD yang diperoleh berpengaruh secara signifikan terhadap derajat desentralisasi Provinsi Gorontalo selama tahun Adapun besar pengaruh dari jumlah PAD terhadap Rasio Kemandirian sebesar 0,045. Ini berarti bahwa setiap kenaikan jumlah PAD sebesar 1% akan diikuti dengan peningkatan derajat desentralisasi sebesar 4,5% Penafsiran Koefisien Determinasi Model Regresi Koefisien determinasi mencerminkan besarnya pengaruh perubahan variabel bebas dalam menjalankan perubahan pada variabel tidak bebas secara bersama-sama, dengan tujuan untuk mengukur kebenaran dan

9 kebaikan hubungan antar variable dalam model yang digunakan. Besarnya nilai R 2 berkisar antara 0< R 2 <1. Jika nilai R 2 semaikn mendekati satu maka model yang diusulkan dikatakan baik karena semakin tinggi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai koefisien determinasi untuk setiap model yang diperoleh dari hasil analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut : Tabel 11. Nilai Koefisien Determinasi Setiap Model Regresi Model Nilai R R-Square Model Pengaruh Jumlah PAD 0,424 0,180 Terhadap Varians PAD Model Pengaruh Jumlah PAD 0,825 0,681 Terhadap Rasio Kemandirian Model Pengaruh Jumlah PAD Terhadap Rasio 0,820 0,672 Ketergantungan Model Pengaruh Jumlah PAD Terhadap Derajat 0,729 0,531 Desentralisasi Berdasarkan hasil analisis di atas terlihat bahwa model yang mempunyai koefisien determinasi tertinggi adalah model pengaruh jumlah PAD terhadap rasio kemandirian yakni sebesar 0,681. Koefisien determinasi ini menunjukkan bahwa pengaruh Rasio Kemandirian Provinsi Gorontalo selama periode ebesar 68,1% dipengaruhi oleh jumlah PAD yang diperoleh sedangkan sisanya sebesar 31,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Model yang memperoleh koefisien determinasi tertinggi selanjutnya adalah pengaruh PAD terhadap rasio ketergantungan (67,2%) diikuti oleh model pengaruh PAD terhadap derajat desentralisasi (53,1%). Sedangkan model yang mempunyai koefisien determinasi terendah adalah model pengaruh PAD terhadap varians PAD yakni hanya sebesar 0,180 atau sekitar 18%. Pembahasan Pengaruh PAD Terhadap Analisis Varians PAD Provinsi Gorontalo Selama Periode Mengenai pengaruh PAD terhadap analisis varians PAD Provinsi Gorontalo, dari analisis yang telah dilakukan menghasilkan koefisien regresi yang positif. Ini menandakan semakin besar jumlah PAD yang diperoleh maka rasio varians PAD juga akan semakin meningkat. Meskipun memiliki koefisien regresi yang positif namun berdasarkan hasil pengujian secara statistika menyimpulkan bahwa jumlah PAD tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variasi PAD. Hasil ini juga didukung dengan nilai koefisien determinasi yang hanya sebesar 18% artinya varians PAD hanya sebesar 18% dipengaruhi oleh jumlah PAD sedangkan sisanya sebesar 82% rasio varians PAD dipengaruhi oleh faktor lain.

10 Pengaruh PAD Terhadap Rasio Kemandirian Provinsi Gorontalo Selama Periode Bedasrkan analisis yang telah dilakukan menghasilkan koefisien regresi yang positif. Hal Ini menandakan semakin besar jumlah PAD yang diperoleh maka rasio kemandirian daerah juga akan semakin meningkat. Hasil pengujian secara statistika juga menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari jumlah PAD terhadap rasio kemandirian daerah. Koefisien regresi sebesar 0,081 menunjukkan setiap peningkatan PAD sebesar 1% akan meningkatkan rasio kemandirian sebesar 8,1%. Adapun besar pengaruh dari PAD terhadap rasio kemandirian daerah Provinsi Gorontalo selama periode ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 0,681. Nilai ini berarti 68,1% rasio kemandirian Provinsi Gorontalo selama periode dipengaruhi oleh jumlah PAD yang berhasil dihimpun sedangka sisanya sebesar 31,9% dipengaruhi oleh variabel lain. Pengaruh PAD Terhadap Rasio Ketergantungan Provinsi Gorontalo Selama Periode Mengenai pengaruh PAD terhadap variasi rasio ketergantungan Provinsi Gorontalo, dari analisis yang telah dilakukan menghasilkan koefisien regresi yang negatif. Ini menandakan semakin besar jumlah PAD yang diperoleh maka rasio ketergantungan daerah akan semakin menurun. Hasil pengujian secara statistika juga menyimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan dari jumlah PAD terhadap rasio ketergantungan daerah. Koefisien regresi sebesar -0,083 menunjukkan setiap peningkatan PAD sebesar 1% akan menurunkan rasio ketergantungan sebesar 8,3%. Adapun besar pengaruh dari PAD terhadap rasio ketergantungan daerah Provinsi Gorontalo selama periode ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 0,672. Nilai ini berarti 67,2% rasio ketergantungan Provinsi Gorontalo selama periode dipengaruhi oleh jumlah PAD yang berhasil dihimpun sedangka sisanya sebesar 32,8% dipengaruhi oleh variabel lain. Pengaruh PAD Terhadap Derajat Desentralisasi Provinsi Gorontalo Selama Periode Mengenai pengaruh PAD terhadap variasi derajat desentralisasi Provinsi Gorontalo, dari analisis yang telah dilakukan menghasilkan koefisien regresi yang positif. Ini menandakan semakin besar jumlah PAD yang diperoleh maka derajat desentralisasi daerah juga akan semakin meningkat. Hasil pengujian secara statistika juga menyimpulkan terdapat pengaruh yang

11 signifikan dari jumlah PAD terhadap derajat desentralisasi daerah. Koefisien regresi sebesar 0,045 menunjukkan setiap peningkatan PAD sebesar 1% akan meningkatkan derajat desentralisasi sebesar 4,5%. Adapun besar pengaruh dari PAD terhadap derajat desentralisasi daerah Provinsi Gorontalo selama periode ditunjukkan oleh koefisien determinasi sebesar 0,531. Nilai ini berarti 53,1% derajat desentralisasi Provinsi Gorontalo selama periode dipengaruhi oleh jumlah PAD yang berhasil dihimpun sedangka sisanya sebesar 46,9% dipengaruhi oleh variabel lain. Hasil Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Thesaurianto (2003: 57) menyatakan bahwa meskipun pertumbuhan PAD terus meningkat dari tahun ke tahun namun derajat desentralisasi masi terlihat fluktuatif. Hal ini dikarenakan komponen penerimaan lain juga ikut meningkat sehingga menggambarka bahwa kemampuan keuangan yang rendah. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diatas secara umum disimpulkan bahwa PAD merupakan komponen yang berpengaruh terhadap kinerja pendapatan Provinsi Gorontalo. 1) Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan jumlah PAD berpengaruh secara positif tidak signifikan terhadap varians PAD. 2) Jumlah PAD berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Tingkat Kemandirian daerah selama periode ) Jumlah PAD berpengaruh secara positif dan signifikan rasio Ketergantungan Daerah selama periode ) PAD berpengaruh secara signifikan terhadap derajat desentralisasi daerah Provinsi Gorontalo selama periode Saran Berdasarkan simpulan di atas maka saran yang dianggap relevan dengan peneitian adalah sebagai berikut: Kepada pemerintah daerah agar lebih menggali sumber-sumber pendapatan daerah sehingga target pendapatan dapat dicapai serta menurunkan tingkat ketergantungan daerah walaupun pemerintah Provinsi Gorontalo masih membutuhkan dana transfer dalam rangka percepatan pembangunan daerah. Untuk peneliti selanjutnya agar menambah variable yang mempengaruhi kinerja keuangan sehingga dapat menambah wawasan lebih luas, serta menambah populasi dan periode pengamatan sehingga dapat dijadikan dasar penilaian kinerja yang lebih akurat.

12 DAFTAR PUSTAKA Darise, Nurlan Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta. Indeks Florida, Asha Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sumatera Utara. Tesis. Medan Gujarati, Damodar N Dasar- Dasar Ekonomitrika Buku 1 Edisi 5. Jakarta. Salemba Empat Halim dan Iqbal Pengelolaan Keuangan Daerah. Yogyakarta. UUPP STIM YKPN Halim dan Kusufi Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta. Salemba Empat Julitawati, Ebit Dkk Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Dana Perimbangan Terahadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Aceh. Jurnal Akuntansi Pascasarjana Syiah Kuala. Banda Aceh Kurniawan, Kindi Pengaruh Pendapatan Asli Daerah,Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Belanja Modal Sebagai Variabel Intervening Di Kabupaten Dan Kota Provinsi Riau. Tesis. Medan Ladjin, Nurjanna Analisis Kemandirian Fiskal Di Era Otonomi Daerah (Studi Kasus Di Propinsi Sulawesi Tengah). Tesis. Semarang. Mahmudi Analisis Laporan Keuangan Daerah. Yogyakarta. UPP STIM YKPN. Muliana Pengaruh Rasio Efektifitas Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum Dan Dana Alokasi Khusus Terhadap Tingkat kemandirian Keuangan Daerah Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatra Utara. Skrisi. Medan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Jakarta Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Jakarta.2011 Riyadi,Agung Faktor Internal Dan Eksternal Yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan PDAM Kota Surakarta. Jurnal. Surakarta Sugiyono Statistika Untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta Sularso dan Restianto Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja Modal Dan Pertumbuhan

13 Ekonomi Kabupaten/Kota Di Jawa Tengah. Jurnal ISSN Purwokerto Thesaurianto, Kuncoro Analisis Pengelolaan Keuangan Daerah Terhadap Kemandirian Daerah. Tesis. Semarang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Jakarta Wenny,Cherrya Dhia Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Kinerja Keuangan Pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Di Propinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah STIE MDP

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) pendapatan Asli

Lebih terperinci

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo) ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo) MERI IMELDA YUSUF 921 409 130 PROGRAM STUDI SRATA 1 AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN 2011-2013 WIRMIE EKA PUTRA*) CORIYATI**) *) Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi **) Alumni

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO HELDY ISMAIL Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR Dwi Wahyu Setyowati Program Studi Pendidikan Akuntansi FPIPS ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah

BAB III METODE PENELITIAN. dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian dampak kinerja keuangan terhadap alokasi belanja modal dan pertumbuhan ekonomi adalah laporan keuangan pemerintah daerah kabupaten/kota Provinsi

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN BOALEMO (Studi Pada Kantor BadanPengelolaanKeuangandanAset Daerah KabupatenBoalemo)

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN BOALEMO (Studi Pada Kantor BadanPengelolaanKeuangandanAset Daerah KabupatenBoalemo) PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA DAERAH KABUPATEN BOALEMO (Studi Pada Kantor BadanPengelolaanKeuangandanAset Daerah KabupatenBoalemo) Fitriyani NIM: 921 409 073 PROGRAM STUDI STRATA SATU

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta besarnya Penerimaan Asli Daerah (PAD) Kota Gorontalo selama periode Data

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta besarnya Penerimaan Asli Daerah (PAD) Kota Gorontalo selama periode Data BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Variabel Penelitian Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan serta besarnya Penerimaan Asli Daerah (PAD) Kota

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan bulan juli Lokasi penelitian dilakukan di kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan bulan juli Lokasi penelitian dilakukan di kantor Dinas Pendapatan Pengelolaan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian direncanakan selama 6 bulan terhitung mulai bulan februari sampai dengan bulan juli 2012. Lokasi penelitian dilakukan di kantor

Lebih terperinci

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN 2002-2010 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango. Dinas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango. Dinas BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Bone Bolango.

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA (Studi pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009-2011 ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan dikeluarkannya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004, daerah diberi kewenangan yang luas dalam mengurus dan mengelola

Lebih terperinci

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN Oleh : Brian Sagay Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

BABV PENUTUP. signifikan antara variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi

BABV PENUTUP. signifikan antara variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi 65 BABV PENUTUP 5.1 Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Alokasi

Lebih terperinci

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal

Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal Prosiding Akuntansi ISSN: 2460-6561 Pengaruh Desentralisasi Fiskal dan Kinerja Keuangan terhadap Alokasi Belanja Modal 1 Muhammad Miftah Falah, 2 Sri Fadilah, dan 3 Edi Sukarmanto 1,2,3 Prodi Akuntansi,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET

OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET 73 OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET Eko Syafputro dan Mariaty Ibrahim FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Optimizing the

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian data ini adalah Pemerintah Daerah pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitiannya, yaitu data PAD, DAU, DAK, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sampul Depan Judul... Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran... Intisari... i iii iv vii vii ix xviii BAB 1 PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang...

Lebih terperinci

Artikel. Persetujuan Pembimbing YULI LIDYA MONOARFA. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo) Pembimbing I.

Artikel. Persetujuan Pembimbing YULI LIDYA MONOARFA. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Negeri Gorontalo) Pembimbing I. Persetujuan Pembimbing Artikel PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP BELANJA MODAL DI KABUPATEN POHUWATO Oleh YULI LIDYA MONOARFA (Nf M. 921 410 230, Program Studi Si Akuntansi Jurusan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian...

DAFTAR ISI. 1.2 Rumusan Masalah Maksud dan Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian... DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii BAB I PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta) PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat

Lebih terperinci

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*) ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN Haryani 1*) 1) Dosen FE Universitas Almuslim Bireuen *) Haryani_68@yahoo.co.id ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk menganalisis

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI GORONTALO PERIODE

PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI GORONTALO PERIODE PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI PROVINSI GORONTALO PERIODE 2009-2013 SAPRUDIN DANIAL 1, LA ODE RASULI 2, RONALD S.BADU 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo Saprudin Danial.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2014 sampai dengan Februari 2014. Penelitian

Lebih terperinci

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR) Akhmad Imam Amrozi

Lebih terperinci

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN PENGARUH BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN KINERJA KEUANGAN DENGAN PENDAPATAN ASLI DAERAH SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (STUDI KASUS PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TIMUR) Akhmad Imam Amrozi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH Tri Prastiwi 1 Muhammad Arfan 2 Darwanis 3 Abstract: Analysis of the performance of

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, sebagian besar banyak memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang

PENDAHULUAN Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, sebagian besar banyak memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN PANDEGLANG PROPINSI BANTEN TAHUN ANGGARAN 2009-2011 Chitra Ananda (Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma) Ananda_chitra@yahoo.co.id

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Analisis Rasio untuk Mengukur Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah 333 ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Vidya Vitta Adhivinna Universitas PGRI Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penerapan otonomi daerah memberikan ruang kepada daerah untuk mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga pemberian pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian metode kuantitatif yaitu metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo lahir pada hari kamis, 18 Maret 1728 M atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo lahir pada hari kamis, 18 Maret 1728 M atau 40 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Sejarah Singkat Kota Gorontalo Kota Gorontalo lahir pada hari kamis, 18 Maret 1728 M atau bertepatan dengan kamis, 6 Sya ban

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah otonomi di Provinsi Sulawesi Utara. Ibu kota Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. daerah otonomi di Provinsi Sulawesi Utara. Ibu kota Kabupaten BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Lokasi/Objek Penelitian Kabupaten Bolaang Mongondow Utara merupakan salah satu daerah otonomi di Provinsi Sulawesi Utara. Ibu kota Kabupaten Bolaang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem sentralisasi menjadi desentralisasi. Bentuk pelaksanaan desentralisasi ditandai dengan diberlakukannya

Lebih terperinci

Diah Indriani Universitas Telkom

Diah Indriani Universitas Telkom Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan Dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA PERIMBANGAN DAN LAIN-LAIN PENDAPATAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pendapatan Asli Daerah Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 32 Provinsi di Seluruh

BAB III METODE PENELITIAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 32 Provinsi di Seluruh BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Jakarta. Penelitian ini dimulai pada bulan September 2016. Penelitian ini mengambil data Laporan Realisasi Anggaran

Lebih terperinci

Swastika Enjang Prasasti, Ratna Purnama Sari Universitas PGRI Yogyakarta, Jl. PGRI I No. 117 Sonosewu, Yogyakarta.

Swastika Enjang Prasasti, Ratna Purnama Sari Universitas PGRI Yogyakarta, Jl. PGRI I No. 117 Sonosewu, Yogyakarta. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap... 610 PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (Studi Kasus Pemerintah

Lebih terperinci

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK

ZELFIA YULIANA SUTAMI ( ) Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi. Universitas Maritim Raja Ali Haji ABSTRAK PENGARUH RASIO EFEKTIVITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH PADA PEMERINTAHAN KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pemerintah Provinsi Jawa Timur. Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 29 Kabupaten dan 9 Kota, akan tetapi ada penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya sendiri, pada tahun ini juga tonggak sejarah reformasi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya sendiri, pada tahun ini juga tonggak sejarah reformasi manajemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak 1 Januari 2001 pemerintah Pusat dan Daerah diberi kewenangan yang lebih luas, nyata, dan bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelola daerahnya sendiri,

Lebih terperinci

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan Samalua Waoma Program Studi Akuntansi STIE Nias Selatan Kabupaten Nias Selatan samaluawaoma@gmail.com Abstract Tujuan penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Metode 36 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga

Lebih terperinci

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN 2009-2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kota Gorontalo. dilaksanakan dari bulan Januari 2014 sampai dengan Maret 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kota Gorontalo. dilaksanakan dari bulan Januari 2014 sampai dengan Maret 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Kota Gorontalo. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari 2014 sampai dengan Maret 2014. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak

I. PENDAHULUAN Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak 1 I. PENDAHULUAN Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah dapat menjadi tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kewenangan daerah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan perundangundangan. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengelolaan Pemerintah Daerah di Indonesia sejak tahun 2001 memasuki era baru yaitu dengan dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah ini ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Salah satu komponen dari penelitian adalah menggunakan metode yang ilmiah, agar metode yang ilmiah ini dapat dilaksanakan dengan relatif lebih mudah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini dominasi Pusat terhadap Daerah menimbulkan besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Selama ini dominasi Pusat terhadap Daerah menimbulkan besarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Selama ini dominasi Pusat terhadap Daerah menimbulkan besarnya ketergantungan Daerah terhadap Pusat. Pemerintah Daerah tidak mempunyai keleluasaan dalam menetapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah yang menjadi landasan utama dalam mendukung penyelenggaraan

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK 1 2 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Farni Umar 1, Rio Monoarfa 2, Nilawaty Yusuf 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah awal yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah awal yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Sebelum dilakukan penelitian, langkah awal yang harus dilakukan oleh peneliti adalah mengetahui dan menentukan terlebih dahulu metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU

PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU PENGARUH DANA ALOKASI KHUSUS, DANA BAGI HASIL DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN LUWU Hapid 1, Muh. Halim 2, Yuli Wulandari 3 1) Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan sistem penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia dari sistem sentralisasi menjadi sistem desentralisasi merupakan konsekuensi logis dari reformasi. Undang-Undang

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM PADA TAHUN 2010-2012 Nama : Farah Rizki Annisa NPM : 22211696 Jurusan : Akuntansi Latar Belakang Kemajuan Suatu Bangsa

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAN BELANJA BADAN KEUANGAN DAERAH KOTA TOMOHON

ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAN BELANJA BADAN KEUANGAN DAERAH KOTA TOMOHON ANALISIS KINERJA PENDAPATAN DAN BELANJA BADAN KEUANGAN DAERAH KOTA TOMOHON PERFORMANCE ANALYSIS OF INCOME AND EXPENDITURE BADAN KEUANGAN DAERAH KOTA TOMOHON Oleh: Christin Marciah Poyoh1 Sri Murni2 Joy

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 40 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Variabel Penelitian Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengauh revaluasi aktiva tetap terhadap pajak penghasilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi

BAB III METODE PENELITIAN. 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Subyek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 kabupaten dan 1 kota di Provinsi D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data realisasi APBD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis multidimensi yang melanda Indonesia memberi dampak bagi upaya peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh masyarakat

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2011-2012 NASKAH PUBLIKASI DI SUSUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 22 tahun 1999 dan Undang-Undang No. 25 tahun 1999, yang kemudian diubah menjadi Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. lakukan dapat terselesaikan dengan baik dan benar serta terarah dan fokus

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. lakukan dapat terselesaikan dengan baik dan benar serta terarah dan fokus BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian, seorang peneliti harus dapat menentukan objek penelitiannya. Ini dimaksudkan agar setiap penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan bagian penting dari pembangunan nasional. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari terwujudnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri

BAB I PENDAHULUAN. daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemandirian keuangan daerah merupakan salah satu tujuan dari otonomi daerah. Adanya otonomi daerah diharapkan masing-masing daerah dapat mandiri dalam memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi sistem desentralisasi atau yang sering dikenal sebagai era BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan kepemimpinan nasional dari Orde Baru menuju Orde Reformasi, pola hubungan antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Pusat mengalami

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan 3.1.1 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah dana perimbangan dan kinerja keuangan Pemerintah Kota Cimahi sejak tahun 2008 hingga

Lebih terperinci

Kata Kunci: Tingkat Pemahaman, Pelatihan, Penerapan SAP Berbasis Akrual

Kata Kunci: Tingkat Pemahaman, Pelatihan, Penerapan SAP Berbasis Akrual PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN DAN PELATIHAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN (SAP) BERBASIS AKRUAL DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (Studi pada Pemerintah Kota

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect.

ABSTRAK. Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, Flypaper Effect. Judul : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Bagi Hasil Pada Belanja Modal Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Nama : Ni Nyoman Widiasih Nim : 1315351081 ABSTRAK Belanja modal merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK

KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI. Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK KAJIAN PENGARUH BELANJA DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI Oleh: N U R D I N Dosen STIE Muhammadiyah Jambi ABSTRAK Penelitian ini mengambil judul kajian Pengaruh Belanja Daerah Terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian tersendiri bagi sebuah organisasi sektor publik. Pendekatan-pendekatan

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian tersendiri bagi sebuah organisasi sektor publik. Pendekatan-pendekatan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Anggaran Proses penganggaran adalah sebuah proses penting yang sering kali menjadi perhatian tersendiri bagi sebuah organisasi sektor publik. Pendekatan-pendekatan penyusunan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN 2013-2015 Nama : Hasna Nursholeha NPM : 24214849 Pembimbing : Sri Sapto Darmawati, SE., MMSi LATAR BELAKANG Pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD 2009-2011 NASKAH PUBLIKASI Disusun Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis data serta pengujian hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab 3 ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, variabel operasional, metode analisis data serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK),

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Pada penelitian ini dilakukan analisis hasil pengumpulan data penelitian dari 34 provinsi di Indonesia. Data yang digunakan meliputi

Lebih terperinci

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH DI KOTA TARAKAN TAHUN 2010-2015 Oleh: Febby Randria Ramadhani Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Muhammadiya Malang Email: febby.randria@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN 2009-2011 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN Analisi Kinerja Keuangan... (Bahrun Assidiqi) 1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN 2008-2012 FINANCIAL PERFORMANCE ANALISYS OF KLATEN REGENCY

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau

BAB III METODE PENELITIAN. menggambarkan obyek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang dilaksanakan bersifat studi deskriptif yaitu suatu penelitian untuk memecahkan masalah yang diselidiki dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan

Lebih terperinci

Oleh: Uyik Retnaning Sayekti Politeknik Kediri. Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Kemandirian, Efektifitas dan Efisiensi

Oleh: Uyik Retnaning Sayekti Politeknik Kediri. Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Kemandirian, Efektifitas dan Efisiensi VOL. 5 NO. 2 OKTOBER 216 ANALISIS TINGKAT KEMANDIRIAN, EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH (DPPKAD) DI PEMERINTAH

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN PERIODE 2009-2011 Gomgom Arthur Simamora / 26209168 Pembimbing: Dr.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kinerja pemerintah provinsi Banten telah gagal menyusul penilaian Opini Tidak Memberikan Pendapat yang diperoleh pemerintah provinsi Banten sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam penelitian 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supomo, 2003). Populasi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya kekuasaan orde baru pada tahun 1998 menyebabkan banyak perubahan yang terjadi di pemerintahan Indonesia. Perubahan tidak terjadi di pusat tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah penggunaan metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Salah satu komponen dari penelitian adalah penggunaan metode yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain penelitian Salah satu komponen dari penelitian adalah penggunaan metode yang ilmiah, agar metode yang ilmiah ini dapat dilaksanakan dengan relatif lebih mudah dan terarah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Pada penelitian ini, penulis menganalisa laporan realisasi anggaran dan belanja daerah (LRA) Kabupaten Serang selama periode 2011-2016. Adapun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diartikan sebagai hak, wewenwang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. diartikan sebagai hak, wewenwang, dan kewajiban daerah otonom untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenwang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Dan Tempat Penelitian Mengenai waktu penelitian dimulai dari tanggal 27 Oktober 30 November 2016. Tempat mendapatkan data dalam penyusunan skripsi ini adalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia adalah untuk kemandirian keuangan daerah. Hal ini membuat topik tentang kemandirian keuangan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reformasi dalam bidang sektor publik di Indonesia setelah adanya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah telah melahirkan desentralisasi fiskal yang dapat memberikan suatu perubahan kewenangan bagi hubungan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. saham Perusahaan PT. HM Sampoerna, Tbk yang terdaftar di BEI. Sampel adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. saham Perusahaan PT. HM Sampoerna, Tbk yang terdaftar di BEI. Sampel adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Dan Waktu Penelitian 3.1.1Populasi dan Sampel Penelitian Populasi adalah seluruh elemen yang dapat digunakan untuk membuat beberapa kesimpulan (Sekaran, 2003 : 273).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah termasuk didalamnya sumber penerimaan asli pada penerimaan PAD

BAB III METODE PENELITIAN. Daerah termasuk didalamnya sumber penerimaan asli pada penerimaan PAD BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berbentuk data-data yang berkaitan dengan Pendapatan Asli Daerah termasuk didalamnya sumber penerimaan asli pada penerimaan PAD yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan data DP (dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dana bagi hasil), PAD, dan BD. Data tersebut adalah data

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMBAR

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMBAR PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA PERIMBANGAN TERHADAP KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI SUMBAR Febri Ferta Yanto 1, Mukhlizul Hamdi 2, Meihendri 3 Jurusan Akuntansi,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA PERIODE Ary Anjani Denis 1 Mesak Iek 2

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA PERIODE Ary Anjani Denis 1 Mesak Iek 2 ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA PERIODE 2008-2013 Ary Anjani Denis 1 anjanidenis@yahoo.com Mesak Iek 2 imesaki@yahoo.com Robert M. W. S. T. Marbun 3 robertmarbun@gmail.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dan komparatif. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif dan komparatif. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu penelitian berbentuk deskriptif dan komparatif. Dalam penelitian ini langkah pertama yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Semenjak reformasi, akuntansi keuangan pemerintah daerah di Indonesia merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang menjadi perhatian besar

Lebih terperinci