Mengasuh Anak Sing Becik Menurut Masyarakat Sidowayah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Mengasuh Anak Sing Becik Menurut Masyarakat Sidowayah"

Transkripsi

1 PINTAR SANGU AKIK Mengasuh Anak Sing Becik Menurut Masyarakat Sidowayah Dokumen ini merupakan bagian dari laporan hasil penelitian Mohammad Mahpur yang digali dari hasil-hasil Sekolah Rakyat Sangu Akik (Sekolah Ngasuh Anak Sing Becik) di Sidowayah, Sidoharjo, Jambon Ponorogo. Dokumen ini dapat dijadikan pedoman pendamping lokal. Dokumen ini hanya untuk kalangan sendiri (pendamping lokal SR Sangu Akik) dan tidak untuk dikutip atau disebarluaskan tanpa seizin peneliti dan ketua SR Sangu Akik Mohammad Mahpur dan SR Sangu Akik Sidowayah, Sidoharjo, Jambon, Ponorogo i

2 DAFTAR ISI Tujuan dan harapan pengasuhan anak... 1 Berpikir positif tentang pendidikan... 4 A. Menghidupkan pemikiran positif... 4 B. Hubungan guru/sekolah dengan orang tua... 9 Pembiasaan A. Jam belajar bebas televisi B. Moralitas dan keteladanan Memberi dorongan A. Cita-cita dan tekad B. Telaten mendampingi anak Kebebasan yang terarah A. Bertukar pendapat dan Mengarahkan anak B. Membantu kematangan sosial anak Mengasuh anak tanpa kekerasan A. Menyadari mengasuh tanpa kekerasan B. Langkah-langkah menghindari kekerasan mengasuh anak Sumber bacaan ii

3 TUJUAN DAN HARAPAN PENGASUHAN ANAK Melihat harapan orang tua, telah nampak bahwa orang tua yang terlibat di Sekolah Rakyat Sangu Akik sebenarnya memiliki harapan yang positif terhadap masa depan anak-anak mereka. Berikut ini digambarkan bahwa ibu-ibu yang terlibat di SR Sangu Akik, keterlibatan mereka memiliki beberapa tujuan dan harapan. Tujuan pengasuhan anak yang paling dominan adalah orang tua mampu mendidik mereka agar menjadi anak yang menguasai ilmu pengetahuan (pinter/pandai) dan mampu berperan positif pada kehidupannya. Gambaran ini diperoleh dari kumpulan analisis isi tulisan partisipan dan stakeholder mengenai harapan mereka terhadap Sekolah Rakyat Sangu Akik. Harapan baru ini menunjukkan jika mereka menginginkan anak-anaknya menjadi generasi berprestasi pada kehidupannya. Harapan tersebut kemudian dikompilasi secara tematik dan memperoleh deskripsi tematik sebagai berikut (Dok.PH). Kecakapan hidup. Sebanyak 27 orang tua (90%) yang hadir memberikan harapan bahwa pengasuhan anak yang baik akan menjadikan anak-anak itu memiliki kecakapan hidup [N=31; 27 (90,00)]. Jika dirinci lebih mendalam kecakapan hidup itu menurut 16 orang (53.33) mencakup kemampuan menjadi anak yang memiliki prestasi akamedik, yakni sebagai anak-anak pandai atau pintar. Para orang tua (N=6; 20%) juga berharap agar anak-anak mereka sukses dalam belajarnya dan menjadi generasi yang mencintai ilmu pengetahuan. Mereka berharap anak-anaknya akan mampu memberi jaminan mendapatkan pendidikan yang baik dan melek huruf, mampu belajar dengan lancar, rajin dan tekun terhindar dari ancaman putus sekolah. Kecakapan hidup itu juga menyangkut nasib anak di masa depan. Sebanyak 3 orang tua (10%) berharap anaknya menjadi orang yang sukses (mandiri), memiliki kreatifitas dan ketrampilan positif di masa depan. Harapan lain dari dua orang tua (6.67%) mampu menyiapkan anak-anak untuk memiliki sifat positif dan tata krama tidak lagi berkata-kata kotor, lebih santun, mampu membedakan antara yang baik dan buruk. 1

4 Harapan menjadi anak religius. Forum juga berharap peningkatan pengetahuan tentang pengasuhan aka menjadikan anak berkarakter dan mempunyai sifat-sifat keagamaan. Para orang tua yang hadir berharap anak-anak mereka menjadi anak-anak yang sholeh dan sholehah [N=31; 6 (0.20]. Ketrampilan mengasuh. Dalam konteks pengasuhan anak, ketrampilan mengasuh menjadi faktor utama untuk mencapai impian masa depan anak-anak [N=31; 20 (0.67)]. Sebagian orang tua mengatakan bahwa mengasuh anak itu terkait dengan kemampuan mereka mendidik anak secara benar. Oleh karena itu kehadiran mereka di forum ngasuh anak sing becik menumbuhkan harapan agar supaya orang tua mampu mendidik anak-anak mereka dengan benar dan penuh kebaikan, memiliki semangat untuk menyekolahkan anak-anak mereka sampai tinggi. Orang tua juga akan lebih fokus untuk mendidik agar anak-anaknya lebih rajin belajar, mampu mendidik dengan petunjuk yang baik agar anak-anaknya mematuhi dan menaati orang tua secara baik. Dengan demikian orang tua akan menjadi lebih bersungguh-sungguh dalam mendidik anak-anak. Ketrampilan mengasuh anak juga terkait dengan harapan bahwa keterlibatan orang tua di forum ngasuh anak sing becih semakin banyak memberikan perhatian pada pendidikan anaknya, memberi dorongan dan mengetahui cara terbaik mengasuh anak. Harapan tersebut juga sejalan dengan kemauan agar sebagai orang tua akan memahami tugas asah, asih dan asuh anak. Dengan demikian orang tua akan mampu mengatur anak-anak mereka menjadi lebih baik dan semakin sadar untuk dapat menghilangkan kata-kata negatif terhadap anak. Secara umum orang tua berharap agar mereka memiliki pengetahuan tentang cara-cara mengasuh anak secara baik. Generasi bermanfaat. Berdasarkan impian kecakapan hidup dan harapan peningkatan pengetahuan terkait dengan cara mendidik dan mengasuh anak, orang tua juga berharap agar anak-anaknya akan dapat mengambil peran penting di hari depan. Sebanyak 16 orang (0.53) (N=31) dalam forum tersebut menyatakan harapan masa depan anak mereka akan menjadi generasi yang bermanfaat bagi masyarakat (bangsanegara), agama dan mampu berbakti kepada orang tua. 2

5 Harapan yang dibangun dalam forum ini memberikan gambaran masa depan orang tua sehingga mereka dibawa pada iklim pengasuhan yang optimistik. Optimisme ini sejalan juga dengan harapan Kepala Desa, Kamituwo dan Kordinator Sekolah Rakyat Sangu Akik. Mereka berharap forum ini menjadi langkah progresif memutus mata-rantai kampung idiot dengan menyiapkan anak-anak mereka menjadi generasi yang berprestasi. Harapannya, anda dan saya sudah tua, sudah terlanjur goblok. Karenanya bagaimana agar kita bisa mengasuh anak yang baik agar putra-putri kita jangan sampai bodoh seperti kita (HR1.1d), kata Kepala Desa. Oleh karena itu, forum seperti ngasuh anak sing becik perlu diikuti sehingga orang-orang yang hadir di forum ini dapat memahami dengan baik (HR1.1e). Harapan tersebut menggambarkan stigma kampung idiot masih berhadapan dengan rendahnya partisipasi sekolah anakanak. Oleh karena itu pengasuhan anak di Sidowayah tidak bisa dilepaskan dari dinamika orang tua untuk terlibat intensif dalam proses mendidik anak untuk mencapai kualitas pendidikan yang baik bagi mereka. Gambaran harapan pengasuhan yang didominasi oleh kepentingan pendidikan anak-anak akan diuraikan secara lebih rinci dari hasil diskusi dan pendalaman peran pengasuhan orang tua mengenai ketrampilan pengasuhan di masing-masing keluarga. 3

6 4 BERPIKIR POSITIF TENTANG PENDIDIKAN Pendidikan adalah hak semua anak (H ). Pendidikan menjadi prioritas ditengah persepsi sebagian masyarakat yang masih menganggap apa guna sekolah. Harapan anak sekolah yang tinggi juga tidak sejalan dengan kemampuan ekonomi masyarakat sehingga sebagian dari orang tua ada yang menilai, anake wong kere ae arep dadi opo, kok sekolah duwur-duwur, anaknya orang miskin mau jadi apa koq sekolah tinggi. Cara berpikir seperti ini menggambarkan harga diri masyarakat terbelah karena faktor kemiskinan sehingga melahirkan pemikiran pesimis mengenai pendidikan dan masa depan anak-anak. Melihat cara berpikir demikian, berpikir positif tentang pendidikan adalah salah satu cara agar orang tua tidak lagi berpikir negatif dengan semangat, meskipun miskin senyampang kita bisa mengejar ketertinggalan dalam pendidikan, mengapa semangat itu tidak dibangun sejak sekarang? Pemikiran ini merupakan bagian dari semangat untuk tidak menyerah pada nasib. Toh, ada pendidikan gratis. Ada juga kesempatan yang bisa diperoleh dengan usaha keras, meskipun dari keluarga yang terbatas, toh ada nasib baik anakanak Sidowayan ada yang tetap mempunyai kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih baik, entah dari hasil beasiswa, atau bantuan dari berbagai pihak. Berpikir positif tentang pendidikan adalah salah satu cara melihat anak dengan semangat positif. Pikiran dan semangat positif bisa menjadi yoni sekaligus doa agar anak-anak memiliki nasib jauh lebih baik dari orang tuanya. A. Menghidupkan pemikiran positif Sikap tersebut membawa keprihatinan dan kesadaran bahwa kebodohan sejatinya berdampak buruk bagi generasi Sidowayah. Kilas balik ini muncul dari kesadaran bahwa orang yang bodoh itu adalah orang yang mudah dikendalikan oleh orang pintar. Wong bodo iku dadi dolanane wong pinter, Istilah lokal yang muncul menggambarkan kerugian rendahnya wawasan masyarakat (H1:550d). Arti kalimat tersebut

7 5 menumbuhkan sikap komunitas jika kebodohan hanya akan menyebabkan masyarakat dibodohi oleh orang pintar yang mengambil untung. Dibohongi pun jika orang Sidowayah bodoh tetap saja percaya sehingga masyarakat sendiri selalu mengalami kerugian (ED-58). Gambaran imajinasi manfaat pendidikan bagi masyarakat seperti dicontohkan oleh Tiar, kalau orang yang memiliki pengetahuan, meskipun kembali menjadi petani, tetapi diibaratkan tidak hanya menjadi petani klotok (W _02), yakni petani konvensional. Oleh karena itu harapan yang diletupkan pada Sangu Akik dapat menghidupkan pikiran positif orang tua terhadap pendidikan. Iin suatu contoh, dengan sekolah, ia berharap agar anaknya memiliki kemampuan (pengetahuan) lebih baik daripada orang tuanya. Tukul pun berkata serupa, meskipun orang tuanya lulus SD tetapi janganlah anaknya menjadi orang bodoh, goblok wong tuane, nanging anake ojo melu goblok (T39). Orang tua yang lain seperti Natri pun memiliki semangat yang sama, meskipun nantinya anaknya tidak bisa sekolah tinggi, akan tetapi dia berharap anaknya bisa mengambil sekolah kejuruan (menjahit), namun jurusan itu pun terserah anaknya mau memilih apa. Orang tua bertugas mendukung terus pilihan anak sesuai dengan jenjang yang dipilih anaknya (BI:2a). Harapan kesuksesan tetap menjadi bagian dari impian orang-tua, memperoleh pekerjaan serta memberikan kepastian terhadap masa depan anak-anaknya (BI.5). Para orang tua ini telah terhindar dari perkataan yang pesimistik seperti dasare bocah lek ra tekad, diragati koyok opo ae yo ora gelem sekolah. Para ibu pada akhirnya tidak terjebak pada logika berpikir seperti itu, tetapi persepsi tentang masa depan pendidikan anak-anaknya untuk memperoleh dukungan yang seimbang, dan mereka berharap agar anak-anaknya mengenyam pendidikan yang tinggi. Kalau saya mengikuti anak. Seumpama tidak punya biaya, jika memang tekad anak mau sekolah, dengan sekuat tenaga orang tua menuruti kemauan anaknya (BMT 5). Orang tua tetap mengendalikan agar tekad sekolah selalu terjaga dengan baik. Ketika anak-anak putus sekolah, tugas

8 6 orang tua membangkitkan semangat anak (BMT 2). Contoh ini terjadi pada seorang ibu yang mendorong anaknya untuk melanjutkan sekolah setelah tamat SMP. Dia meyakinkan kalau sekolah yang tinggi akan memudahkan mencari pekerjaan dan uang (BMT-39; ED-58). Meskipun orang tua tidak mempunyai biaya, namun mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhan anak. Tekad ini dapat dipahami dari cerita seorang ibu, Saya sudah menasihati, ya jangan hanya sampai SMP, kalau bisa sekolah yang tinggi. Kalau sekolahnya tinggi nanti mencari uang kan gampang. Anaknya kemudian menjawab, saya kalau sekolah tinggi banyak biayanya bu, ngesakne aku. Yo tidak apa-apa, kan masih bisa membiayai (ngragati) (BMT-43). Orang tua berkewajiban dan terus berjuang untuk mencarikan biaya bagi anak-anaknya untuk sekolah sampai tingkat tertinggi. Orang tua menjadi sosok yang mampu mengontrol kemauan dan masa depan anak-anak mereka. Terserah anak, namun anak saya sebenarnya ingin sekolah tinggi, tetapi karena orang tuanya tidak mampu karena sudah ada tekad maka dicarikan biaya meskipun menjadi buruh, jika memang berminat ingin sekolah yang tinggi (BMT-55) Dalam bahasa lokal orang tua tidak lagi nggelandor atau oyeng ketika melihat anak-anak mereka surut motivasinya. Melihat respon orang tua begitu, keterlibatan mereka di SR Sangu Akik menjadi pengontrol budaya asuh yang tidak terpola pada kebiasaan berpikir negatif dan pesimistis, buat apa sekolah tinggi, toh kalau akhirnya tetap bekerja di sawah (baon). Mereka bangkit dan tidak mau terpolarisasi pada perkataan orang lain. Suara batin seorang ibu berbicara, Di hati tetap ingin menyekolahkan. Seandainya mempunyai biaya, ya ingin, tidak perlu mengurusi orang bilang apa. Pokoknya berminat ingin menyekolahkan anak (BMT 3). Orang tua semakin yakin bahwa masa depan anak selalu terkait dengan pendidikan (BMT 2). Hal ini menunjukkan orang tua bebas dari pengaruh budaya nggelandor (lemah) atau oyeng (labil) karena orang tua menaruh harapan positif akan masa depan anak (BMT 2). Orang tua juga sudah menumpukan bahwa anak yang memiliki pendidikan yang cukup, mereka

9 7 memiliki kemampuan yang lebih baik dari orang tua, pengetahuan bertambah, dan peluang mendapatkan akses pekerjaan semakin banyak (HR ; HR ; HR ; HR ). Nilai anak direstrospeksi agar anak tidak mengulang penderitaan orang tua. Oleh karena itu pendidikan menjadi prasyarat kesejahteraan anak untuk masa depan mereka. Kesuksesan menjadi tumpuan bagi orang tua (BMT 7, 9-11). Di sinilah berpikir positif tentang pendidikan telah merekonstruksi persepsi negatif sekolah dan melihat persepsi futuristik (motivasi menjangkau masa depan) orang tua untuk percaya diri menatap masa depan anak tanpa keragu-raguan (HR ). Kalau bertani capeknya seperti ini. Kalau bisa jangan sampai tani nduk. Jadi carilah jurusan yang bisa untuk menghidupimu besok. Kalau menjadi tani rasanya seperti ini, tidak ke sawah/tegalan ya tidak makan. Jadi kalau bisa jangan sampai seperti ibu ini, hidupnya susah karena tidak sekolah. Sebenarnya tani pun tidak apa-apa. Jika tidak ada petani juga bingung, karena beraspun dari petani (BMT- 62). Harapan tersebut mengakar pada gagasan peribahasa lokal yang disampaikan oleh Jarot dan Misrun yang termaktub dalam ujaran semut ireng pranakan sapi. Meskipun Sidowayah itu masyarakat kecil, melalui tekad dan semangat untuk mendorong anak-anak untuk berpendidikan niscaya akan melahirkan anak-anak yang sukses atau generasi besar (SR ;23:53.12Sep). Begitu juga sanepan (pribahasa) tunggak jarak mranjak tunggak jati. Potongan pohon jarak (tunggak) hidup menjulur di atas potongan kayu jati. Bisa juga bekas potongan (tunggak) kayu jati mati, tunggak jarak hidup di atas tunggak jati (mranjak) (23:53;12Sep). Peribahasa ini sesuai dengan pemaknaan mengenai transformasi intergenerasi yang terjadi pada keluarga Tukul. Dia mengaku tidak menjadi persoalan kalau orang tua pendidikannya rendah. Orang tua bodoh, janganlah anaknya ikut-ikutan bodoh (T39). Gambaran tersebut orang tua diibaratkan semut yang melahirkan peranakan sapi. Anak-anak akan menjadi calon generasi yang memiliki peran lebih besar daripada orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua mempunyai kewajiban

10 8 mendidik anak mereka dengan baik agar anak siap menghadapi kehidupan di kemudian hari (SR ). Implikasi praktis peran orang tua untuk menyiapkan anak yang diibaratkan sebagai anak-anak sapi dan tunggak jarak mranjak tunggak jati membawa kesadaran diri orang tua yang dimanifestasikan kedalam peribahasa kebo nusu gudel. Peribahasa tersebut menjadi salah satu pemahaman bahwa orang tua perlu juga belajar dari anak melalui beragam realita. Sebagaimana dikatakan oleh orang tua Lola dan juga oleh keluarga Maritun, kalau dahulu anak belajar dari orang tua, tetapi sekarang orang tua juga perlu belajar pengetahuan dari anaknya (NT:95, MRT ). Dalam konteks ini orang tua dituntut belajar apa yang dipelajari anak agar orang tua mampu membantu kesulitan anak dalam belajar (NT:91,89; REF 14;18). Pengalaman itu juga terjadi pada keluarga Janem. Orang tua kadang-kadang harus bersimulasi memerankan peran anak pada situasi-situasi khusus, seperti belajar. Ibu berperan sebagai anak, anak berperan sebagai guru. Orang tua diberi tebakan (dijedek-i) dari tema-tema tertentu terkait dengan pelajaran sekolah. Oleh karena itu Sekolah Rakyat Sangu Akik menjadi katalis untuk menggerakkan pikiran positif orang tua tentang persepsi negatif mengenai sekolah yang bertumpu pada pragmatisme instan dalam bentuk kerja. Pemikiran positif dipupuk untuk membangkitkan motivasi orang tua. Pikiran ini sangat bermanfaat merujuk pada dimensi-dimensi positif yang ternyata bermakna memotivasi (tekad) sekolah anak sebagaimana dialami oleh Indadi. Semangat itu didasari oleh cara keberhasilan Indadi melihat pemodelan positif sosok Misrun, seorang guru SDN 4 di Sidowayah. Indadi menyadari jikalau orang tuanya secara ekonomi tidak memungkinkan memberikan dukungan material untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi (SMP), tetapi sosok guru Misrun memberikan inspirasi motivasi mengatasi keterbatasan tersebut. Dia terpaksa bekerja mencari kayu bakar agar dapat mendaftar ke SMP. Setelah masuk dia mendapatkan sedikit kepedulian dari orang tuanya untuk dibantu sesuai dengan persediaan keuangan yang menurut dia juga pas-pasan. Indadi memaknai bahwa niat itu menopang motivasi dan kesungguhan hati

11 9 (tekad) agar tetap menempuh sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan tidak terpengaruh dengan kondisi ekonomi keluarga (IND52). Berdasarkan dinamika berpikir positif akan lahir kemauan positif yang didorong dari tekad yang kuat. Berpikir positif tentang pendidikan adalah pendekatan yang dibangun secara kognitif agar orang tua optimis. Orang tua diajak merekonstruksi figur positif yang berdampak meningkatnya motivasi anak-anak. Cara berpikir ini mengacu pada pengalaman Indadi, bahwa untuk membangkitkan tekad sekolah, figur positif diperlukan untuk memberi gambaran ideal cita-cita anak. Selain itu pemahaman tentang ekonomi tidak seharusnya menghalanghalangi tekad anak. Pengalaman tersebut membawa kesadaran bersama pada diskusi di Sangu Akik. Ketika orang tua dalam kondisi sulit, janganlah keadaan itu menjadikan kendurnya semangat anak. Masalah kemampuan itu urusane sing kuoso, sudah digaris oleh yang maha Kuasa (HR ; HR ). B. Hubungan guru/sekolah dengan orang tua Kesadaran orang tua semakin baik ketika orang tua dan sekolah menjalin komunikasi, meskipun komunikasi itu dilaksanakan dengan sederhana. Suatu contoh saling berbagi cerita antara kondisi belajar anak di rumah dan di sekolah yang dikemas dengan jagongan. Rileks, humor, akrab dan informatif serta saling koreksi diri baik guru ataupun orang tua. Momentum jagongan menjadikan komunikasi mencair. Pertemuan ini melatih orang tua berani bicara. Begitu juga dengan guru bisa terlatih menggunakan bahasa orang tua agar informasi penting tentang sekolah dapat disampaikan dengan baik. Oleh karena itu pertemuan orang tua-sekolah tidak hanya dilakukan ketika menerima raport, melainkan diisi komunikasi dalam bentuk saling bercerita untuk mendiskusikan tentang perkembangan anak-anak sehingga orang tua dan sekolah (guru) bisa saling mendukung dengan semangat (SL ; SL ). Orang tua merasa mendapatkan informasi dari guru mengenai kondisi belajar anaknya, sehingga orang tua

12 10 lebih tahu jika ada hambatan belajar anak di sekolah (NT:13a). Guru juga demikian, merasa mendapat umpan balik positif dari orang tua (HR ). Komunikasi interaktif dialogis ini menghasilkan beberapa kemajuan baru bagi orang tua. Ibu-ibu memperoleh informasi belajar anak di sekolah sehingga orang tua merubah cara mendampingi belajar anak di rumah dan solusi pendampingan belajar (HR ; BI:15,17). Hasil akhirnya, anak mengalami peningkatan prestasi. Pekerjaan sekolahnya selesai dan meningkat prestasinya (SR7.199). Ibu-ibu memahami bahwa pendampingan terhadap anak di rumah perlu ditransformasi dari sok-sok (jarang) ke pendampingan yang ajeg (rutin) (HR ). Setelah pertemuan dengan guru maka setiap hari saya selalu mengingatkan jika ada pekerjaan rumah. Pekerjaan sekolah sudah tidak lagi kecewet (ketinggalan), dan nilainya pun ada peningkatan. Matematika dapat 100, BI dapat 92 dan agama dapat 97. (HR ). Ia berubah karena mengetahui informasi tersebut sehingga setiap hari ajeg menunggui anak belajar di rumah (SR7.199) Indadi juga menegaskan, hubungan komunikasi guru orang tua dapat berdampak pada anak. Anak akan merasa mendapat perhatian dari orang tua. Jika perlu, akan sangat baik jika orang tua diberikan materi khusus. Contohnya, tentang sekolah inklusi. Hubungan komunikasi sekolah dan orang tua menjembatani kesalahpamahan jika inklusi itu bukan sekolahnya anak-anak idiot, mendo, dan goblok karena ada beberapa orang tua yang tersinggung anaknya masuk program inklusi. Forum ini guru mendapat kesempatan untuk menjelaskan dengan detil bahwa inklusi adalah layanan pendidikan memanusiakan manusia, memaksimalkan kelebihan atas keterbatasan anak yang berbeda-beda. Dengan penjelasan yang dilakukan guru, orang tua menyadari sehingga mereka tetap berpikir positif, memperoleh pencerahan dan tetap menghargai anak untuk terus belajar, meskipun masuk program inklusi. Pemahaman ini justru mendorong peran orang tua semakin positif, menerima dan percaya diri sehingga orang tua tidak goyah semangatnya. Pertemuan ini justru dirasakan telah membuka akses orang tua terhadap sekolah semakin intensif (JNM.70-72;73-76;78-79;82;89).

PRESS RELEASE DISERTASI. KEARIFAN LOKAL DAN PENINGKATAN KUALITAS PENGASUHAN ANAK BERBASIS KOMUNITAS (Sebuah penelitian tindakan partisipatoris)

PRESS RELEASE DISERTASI. KEARIFAN LOKAL DAN PENINGKATAN KUALITAS PENGASUHAN ANAK BERBASIS KOMUNITAS (Sebuah penelitian tindakan partisipatoris) PRESS RELEASE DISERTASI KEARIFAN LOKAL DAN PENINGKATAN KUALITAS PENGASUHAN ANAK BERBASIS KOMUNITAS (Sebuah penelitian tindakan partisipatoris) Mohammad Mahpur Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suami, istri, anak-anak, juga termasuk kakek dan nenek serta cucu-cucu dan

BAB I PENDAHULUAN. dari suami, istri, anak-anak, juga termasuk kakek dan nenek serta cucu-cucu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga menurut para psikolog adalah sebuah ikatan sosial yang terdiri dari suami, istri, anak-anak, juga termasuk kakek dan nenek serta cucu-cucu dan beberapa kerabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Berikut ini simpulan dari seluruh hasil penelitian terhadap empat keluarga pra sejahtera di Kampung Kudang Uyah Kelurahan Cipedes Kota Tasikmalaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belekang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Negara Indonesia merupakan suatu sistem Pendidikan Nasional serta pendidikan yang mutlak yang diatur secara tersistem dan terencana.

Lebih terperinci

Sukses Dimulai dari Impian Besar

Sukses Dimulai dari Impian Besar Sukses Dimulai dari Impian Besar Apakah saat ini kita memiliki impian yang sangat tinggi yang ingin diraih, yaitu sebuah impian yang mungkin mustahil untuk kita capai dengan keadaan kita sekarang ini?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Meski

BAB 1 PENDAHULUAN. sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk. Meski BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memerlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau bangsa demi kelangsungan masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yang dihadapi dunia pendidikan Indonesia adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mentransfer nilai-nilai moral. Maka dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mentransfer nilai-nilai moral. Maka dalam pelaksanaannya, ketiga kegiatan tadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya akan mencakup kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Kegiatan tersebut kita laksanakan sebagai suatu usaha untuk mentransfer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pendidikan anak usia 4-6 tahun sampai memasuki

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pendidikan anak usia 4-6 tahun sampai memasuki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Taman Kanak-Kanak merupakah salah satu bentuk pendidikan yang menyediakan pendidikan anak usia 4-6 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Dalam Keputusan Menteri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: PENGARUH MINAT BELAJAR, KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN AKUNTANSI KELAS XI IPS SMA N 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik,

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan salah satu model dalam pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang menjadikan peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh beberapa hal. Guru sebagai pendidik, fasilitas, metode pembelajaran,

BAB I PENDAHULUAN. oleh beberapa hal. Guru sebagai pendidik, fasilitas, metode pembelajaran, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar apabila didukung oleh beberapa hal. Guru sebagai pendidik, fasilitas, metode pembelajaran, kurikulum, dan sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara kita Indonesia sejak dua tahun belakangan ini banyak dihembusi oleh angin demokrasi yang dipadatkan dalam bentuk berbagai keinginan dan tuntutan dengan mengatasnamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan cepat yang terjadi sebagai peningkatan IPTEK berdampak

BAB I PENDAHULUAN. perubahan cepat yang terjadi sebagai peningkatan IPTEK berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beralihnya masyarakat kita dari peradaban agraris ke peradaban mesin, industri dan informatika, mempengaruhi kehidupan. Akibat dari berbagai perubahan cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga yang kokoh akan menghasilkan anak-anak yang kokoh juga. Kualitas hubungan orang tua akan memberikan dampak besar terhadap tumbuh kembang anak. Hubungan

Lebih terperinci

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati

Pertemuan Pertama. Allah Yang Murah Hati APP 2013 Pertemuan Pertama Allah Yang Murah Hati Sasaran Pertemuan: Melalui pertemuan ini kita semakin meningkatkan kesadaran kita akan Allah yang murah hati, berbela rasa. Bacaan Pertemuan Pertama: Matius

Lebih terperinci

MENGGAPAI CITA-CITAKU Oleh : Eva Imania Eliasa, S.Pd. Pertanyaan pertanyaan diatas sering ditanyakan oleh anak-anak, juga orang tua pada

MENGGAPAI CITA-CITAKU Oleh : Eva Imania Eliasa, S.Pd. Pertanyaan pertanyaan diatas sering ditanyakan oleh anak-anak, juga orang tua pada MENGGAPAI CITA-CITAKU Oleh : Eva Imania Eliasa, S.Pd Ayo, anak-anak, apa cita-citamu? Kalau sudah besar ingin jadi apa? Ingin jadi tentara, dimana sekolahnya? Kalau mau jadi dokter, harus kemana sekolahnya?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik termasuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sasaran utama dalam kerangka sistem dan aktifitas persekolahan di antaranya mempersatukan pendidikan dan kreatifitas peserta didik. Tujuannya untuk menumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan jumlah sekolah luar biasa di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam dunia pendidikan sering kita temukan berbagai macam permasalahan, salah satunya adalah masalah diskriminasi yang secara tidak langsung dialami oleh para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya.

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak selalu ada kebutuhan untuk dikasihi dan merasakan bahwa mereka adalah milik seseorang atau keluarga serta diakui keberadaannya. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dan disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam pembelajaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan mengidentifikasi unsur cerita seperti tokoh, tema, latar dan amanat dari cerita anak yang dibaca merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa dan negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikannya. Setiap bangsa yang ingin berkualitas selalu berupaya untuk meningkatkan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai warga negara perlu mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah masyarakat, apalagi di perkembangan zaman yang menuntut perubahan dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI

PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR DI GUGUS 1 BARUGA KOTA KENDARI PERAN KELOMPOK KERJA GURU (KKG) DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR JURNAL HASIL PENELITIAN SITI MURNI NUR G2G1 015 116 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2017 1 PERAN KELOMPOK

Lebih terperinci

Ketika Anda memutuskan untuk mendaftar di sebuah perguruan tinggi, berarti Anda sudah tahu konsekwensi yang mesti Anda hadapi. Anda telah memilih

Ketika Anda memutuskan untuk mendaftar di sebuah perguruan tinggi, berarti Anda sudah tahu konsekwensi yang mesti Anda hadapi. Anda telah memilih Menjadi Mahasiswa adalah Sebuah Pilihan Ketika Anda memutuskan untuk mendaftar di sebuah perguruan tinggi, berarti Anda sudah tahu konsekwensi yang mesti Anda hadapi. Anda telah memilih untuk bertualang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan baik dalam segala hal (Maulana dkk, 2008: 363). Optimis juga berarti memiliki pengharapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang mampu berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar sehingga dapat mengikuti bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang

BAB I PENDAHULUAN. status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan asal-usul, status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang, termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan

Lebih terperinci

MENJADI ORANG TUA YANG TERUS BELAJAR

MENJADI ORANG TUA YANG TERUS BELAJAR Blitar, 7 Maret 2015 PSIKOLOGI PARENTING MENJADI ORANG TUA YANG TERUS BELAJAR Talk show dan pelatihan memaksimalkan usia emas dan keberagaman anak usia dini, di PGIT TKIT Al-Hikmah Bence, Garum, Blitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha dari setiap bangsa dan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha dari setiap bangsa dan negara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha dari setiap bangsa dan negara untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi. Pendidikan tersebut juga diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah yang luas dan komplek, Indonesia harus bisa menentukan prioritas atau pilihan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. dan bernegara demi terwujudnya kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah pelita dan harapan bagi suatu masyarakat, bangsa, dan negara yang kelak akan menjadi motor penggerak kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu dasar murni yang kini telah berkembang pesat baik materi maupun

BAB I PENDAHULUAN. ilmu dasar murni yang kini telah berkembang pesat baik materi maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya tak lepas dari matematika yang merupakan ilmu penting untuk mendasari ilmu-ilmu lain serta merupakan alat-alat bantu bagi ilmu-ilmu tersebut

Lebih terperinci

Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan!

Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan! Membangun : & Strategi dan kiat-kiat untuk menuju kesuksesan! Bagian I Teori Kesuksesan dan Kekayaan Percaya Bahwa Anda Akan Kaya dan Sukses Percaya Anda akan sukses, maka sukseslah Anda. Berpikir positif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, masih mengalami permasalahan yang serius. Kunandar (2011:7), menjelaskan bahwa bangsa Indonesia kini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia sejak awal kemerdekaannya telah mencanangkan programprogram 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu usaha dan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan suatu keadaan yang lebih baik di masa yang akan datang. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN (Studi Kasus Guru PKn Di SMP Muhammadiyah 1 Surakarta) NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. a. Perkembangan kognitif anak berkebutuhan khusus selama berada di. program inklusi SDN 4 Krebet, Sidowayah, Jambon, Ponorogo.

BAB V PENUTUP. a. Perkembangan kognitif anak berkebutuhan khusus selama berada di. program inklusi SDN 4 Krebet, Sidowayah, Jambon, Ponorogo. 83 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan paparan data dan uraian dalam analisis dan pembahasan masalah di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: a. Perkembangan kognitif anak berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI STRATEGI ORIENTASI TINDAKAN YULI AMBARWATI Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Berdasarkan

Lebih terperinci

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang nyaman dan bahagia, yaitu hidup dengan perlindungan dan kasih sayang dari kedua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi informasi sekarang ini telah memberikan dampak positif dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Lebih terperinci

BUKU 4 MENDENGARKAN (DALAM MEMFASILITASI) TEKNIK BERTANYA/ MENDENGARKAN

BUKU 4 MENDENGARKAN (DALAM MEMFASILITASI) TEKNIK BERTANYA/ MENDENGARKAN (DALAM MEMFASILITASI) 1 61 1 62 BAB 3 Teknik Bertanya/ Mendengarkan (Dalam Memfasilitasi) Banyak orang berpikir bahwa yang paling diperlukan fasilitator adalah keterampilan berbicara di depan orang banyak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajemukan yang dimiliki oleh bangsa Indonsia adalah suatu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karenanya perlu mendapat dukungan serta kepedulian bersama dari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan

BAB V PENUTUP. mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Konstruksi sosial yang dibangun oleh warga RW 11 Kampung Badran mengenai program Kampung Ramah Anak, lahir melalui proses yang simultan dan berlangsung secara dialektis yakni

Lebih terperinci

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai self esteem pada wanita yang menderita infertilitas, maka peneliti dapat menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini telah memasuki seluruh sendi kehidupan manusia. Salah satu diantaranya adalah dunia pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Kalimantan Tengah di PalangkaRaya ini memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Suatu bangsa dikatakan cerdas apabila penduduk dalam suatu bangsa tersebut mampu memajukan negaranya dan ikut berpartisipasi aktif dalam dunia pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna mengembangkan bakat

Lebih terperinci

Kreatifitas, Pengakuan dan Pengayaan Rangsangan Pada Anak (3)

Kreatifitas, Pengakuan dan Pengayaan Rangsangan Pada Anak (3) Kreatifitas, Pengakuan dan Pengayaan Rangsangan Pada Anak (3) Seorang bapak menanyakan bagaimana mengembangkan kreatifitas anak sehingga orang tua mampu mendukung perkembangan anak tidak semata-mata menuntut

Lebih terperinci

Sedikit Membaca Kalam Tak Pernah Membaca Alam

Sedikit Membaca Kalam Tak Pernah Membaca Alam Sedikit Membaca Kalam Tak Pernah Membaca Alam Zaidah Rifah Uswatun SMA N 1 Muntilan Masalah, bencana, dan musibah terus saja terjadi. Semua itu dikarenakan faktor alam dan ulah manusia yang tidak bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Metode pembelajaran merupakan suatu cara yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi

BAB I PENDAHULUAN. akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam. mengoptimalkan dan memaksimalkan perkembangan seluruh dimensi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keberhasilan pembangunan nasional Indonesia disegala bidang akan sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dalam mengoptimalkan dan memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di Pematang

BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. kepemimpinan kepala sekolah terhadap iklim organisasi SMA Negeri di Pematang BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada Bab IV, maka simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, Terdapat pengaruh langsung persepsi

Lebih terperinci

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL Definisi Kematangan Vokasional Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Mengajar adalah suatu usaha guru memimpin siswa kepada perubahan dalam arti kemajuan atau perkembangan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. sehingga siswa memperoleh keberhasilan dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. keunikannya agar mampu membantu mereka dalam menghadapi kesulitan belajar. sehingga siswa memperoleh keberhasilan dalam belajar. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses belajar mengajar dalam suatu pembelajaran merupakan interaksi antara guru dan siswa yang saling timbal balik, untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Proses

Lebih terperinci

PELATIHAN PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK GURU TK AISYIYAH SE-KECAMATAN NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA

PELATIHAN PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK GURU TK AISYIYAH SE-KECAMATAN NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA PELATIHAN PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK GURU TK AISYIYAH SE-KECAMATAN NGEMPLAK SLEMAN YOGYAKARTA TIM PENGUSUL Siti Irene Astuti D, M. Si Anggota Peneliti: Murtamadji, M. Si.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya orang tua juga merupakan faktor terpenting dalam mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. khususnya orang tua juga merupakan faktor terpenting dalam mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan diibaratkan sebagai sebuah rumah yang dapat menaungi penghuninya dari sengatan matahari dan hujan. Akan tetapi rumah tidak dapat dibangun dalam angan-angan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia Hal 4 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya, bahasa, dan seni. Jakarta sebagai ibu kota Indonesia pun memiliki keanekaragaman tersebut. Masyarakat

Lebih terperinci

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH. Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang

BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH. Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang BAB VI REFLEKSI PENDAMPINGAN BERBASIS ASET KAMPUNG PENELEH Pendampingan masyarakat Peneleh dalam memanfaatkan aset yang mereka miliki merupakan salah satu cara untuk merubah pola pikir mereka. Upaya-upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, kemampuan menulis merupakan kemampuan berbahasa sangat penting karena menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan

Lebih terperinci

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA 1 SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PROGRAM PENYEBARAN DAN PENGIBARAN BENDERA MERAH PUTIH Dl PERSADA NUSANTARA Yang saya hormati, Tanggal : 11 Agustus 2008 Pukul : 09.30 WIB Tempat : Balai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berkembang sejak jaman purbakala hingga jaman modern saat ini. Perkembangan ini tidak hanya diikuti dengan perkembangan teknologi tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH. Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH Agus Munadlir Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Wates (munadlir@yahoo.co.id) ABSTRAK Pendidikan di sekolah sampai saat kini masih dipercaya sebagai media yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja dalam bahasa latin adolescence berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Rentang waktu usia remaja dibedakan menjadi tiga, yaitu : 12-15

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Informasi yang bisa disaring oleh siswa ini adalah hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Informasi yang bisa disaring oleh siswa ini adalah hal-hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi dan belajar menghargai manusia dan nilai-nilai kemanusiaannya. Pembelajaran ini diarahkan secara terbuka terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk membangun manusia seutuhnya. Ini berarti bahwa pembangunan mempunyai jangkauan yang luas dan jauh. Berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainserta mau belajar untuk mengembangkan diri dari kekalahan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. lainserta mau belajar untuk mengembangkan diri dari kekalahan tersebut. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kalah atau menang dalam permainan adalah hal yang biasa. Kekalahan jika dirasakan memang terasa pahit, tapijika diresapi bisa terasa manis. Ada yang memaknai

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi ini

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi ini Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi ini telah mempercepat berubahnya nilai-nilai sosial yang membawa dampak positif dan negatif terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, dimana seluruh segi kehidupan bangsa dan negara di atur di dalamnya. Dalam pembukaan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah pendidikan sebagai proses pembudayaan dan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Dalam proses tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran

Lebih terperinci

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel : PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI (GI) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS IX-1 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SR Sangu Akik 1. Sejarah dan Filosofi SR Sangu Akik SR Sangu Akik, menjadi istilah yang diramu dari dua fokus, yakni, SR merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII E SMP Negeri 3 Patebon Kendal Pokok Bahasan Balok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar?

Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Image type unknown http://majalahmataair.co.id/upload_article_img/bagaimana memotivasi anak belajar.jpg Bagaimana Memotivasi Anak Belajar? Seberapa sering kita mendengar ucapan Aku benci matematika atau

Lebih terperinci

lingkungan sekolah maupun di rumah.

lingkungan sekolah maupun di rumah. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan SMA Negeri 1 Batang Kuis memiliki siswa-siswi yang berasal dari berbagai etnis atau suku bangsa, namun siswa dari etnis Batak Toba merupakan dominan lebih sering

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum 2013 kini sedang hangat dibicarakan oleh para guru, wali murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada beragam pernyataan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1 Deskripsi Kondisi Awal SMK Negeri 1 Amlapura terletak di Jalan Veteran, Kelurahan Padangkerta, Kecamatan Karangasem, Bali. Sekolah ini merupakan sekolah kejuruan pertama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG

BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG BAB IV HASIL ANALISIS POLA ASUH ORANG TUA BURUH TANI DALAM MEMBINA KEBERAGAMAAN ANAK DESA BUMIREJO ULUJAMI PEMALANG Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara dan observasi, mengenai

Lebih terperinci

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya)

POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN. (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) POLA KOMUNIKASI REMAJA MASJID DENGAN PREMAN (Studi Kualitatif Mengenai Pola Komunikasi Remaja Masjid dengan Preman di Daerah Kandangan Surabaya) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Melalui bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. positif pula. Menurut Ginnis (1995) orang yang optimis adalah orang yang merasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimisme merupakan kemampuan seseorang memandang positif dalam segala hal. Memiliki pemikiran yang selalu positif akan menghasilkan hasil yang positif pula.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencapai ketuntasan belajar, pada materi penjumlahan dan. mengamati dan menanya sedangkan pada tahap mengumpulkan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencapai ketuntasan belajar, pada materi penjumlahan dan. mengamati dan menanya sedangkan pada tahap mengumpulkan informasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam analisis struktur kurikulum 2013 yang ada di SD Negeri 3 Metro Barat dan SD Negeri 4 Metro Barat dipaparkan bahwa ada beberapa kesulitan dalam mencapai ketuntasan

Lebih terperinci

AWAS! JEBAKAN NUMERIK: PERINGKAT, NEM, DAN IPK

AWAS! JEBAKAN NUMERIK: PERINGKAT, NEM, DAN IPK AWAS! JEBAKAN NUMERIK: PERINGKAT, NEM, DAN IPK Oleh: Hendra Gunawan Di pertengahan tahun, anda mungkin sempat mendengarkan dua orangtua murid berbincang-bincang tentang anaknya yang baru saja naik kelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi medium untuk menggerakkan dan mengangkat manusia pada harkat yang paling tinggi. Karya sastra

Lebih terperinci