C. MATRIKS RENCANA TINDAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "C. MATRIKS RENCANA TINDAK"

Transkripsi

1 C. MATRIKS RENCANA TINDAK No. 1 Pengembangan dan 1. Meningkatkan ketersediaan dan akses Peningkatan Akses terhadap informasi dan database SDA dan Informasi SDA dan LH LH secara terpadu; 2. Melanjutkan upaya pemetaan dan pengukuhan kawasan konservasi; 3. Mengembangkan database dan sistem informasi geografi (SIG) potensi industri berbasis SDA; 4. Melakukan upaya pemetaan potensi dan teknologi batu bara, energi baru dan terbarukan; 5. Memetakan potensi sumber daya mineral, dan pemetaan geologi dan geofisika; 6. Meningkatkan upaya penemuan cadangan baru minyak dan gas bumi; 7. Menyusun neraca energi dan sumber daya mineral; 8. Mengembangkan sarana air bawah tanah di daerah sulit air; 9. Memperluas kampanye penataan ruang berbasis geologi; 10. Melanjutkan inventarisasi pengetahuan dan praktik tradisional terkait dengan 1.a. Meningkatnya akses informasi SDA dan LH dengan para pihak terkait, baik dari institusi pemerintah, akademisi maupun LSM dan masyarakat, termasuk penyusunan yang secara terintegrasi terhadap perubahan ekstrim cuaca/iklim melalui media cetak dan elektronik; 1.b. Tersusunnya pedoman sistem, kriteria dan standar pengembangan data base secara sistematik maupun tematik; 1.c. Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai LH secara mudah dan murah; 1.d. Tersusunnya pedoman sistem, kriteria dan standar database SDA darat dan laut secara terpadu; 1.e. Tersedianya informasi mengenai potensi, kualitas dan sebaran SDA pada tingkat propinsi; 2. Tersedianya peta kawasan konservasi; 3.a. Tersedianya database dan SIG potensi industri berbasis SDA; 3.b. Tersedianya peta potensi pengembangan batu bara, energi baru dan terbarukan, termasuk surya, angin, hydropower, panas bumi dan nuklir; 4. Meningkatnya survei geodesi dan geodinamika sebagai data dasar pemetaan; 5. Tersedianya peta potensi sumber daya mineral, dan pemetaan geologi dan geofisika; 6. Meningkatnya cadangan baru minyak dan gas bumi; 7. Tersusunnya neraca energi dan mineral; 8. Tersedianya peta air bawah tanah didaerah sulit air; 9. Tersedianya informasi geologi untuk penataan ruang dan pengelolaan smber daya mineral; 10. Terinventarisasinya pengetahuan dan praktik tradisional terkait dengan Dept. Kelautan & Perikanan, Deptan, Dephut, Dept. Energi dan SD Mineral, BAKOSURTANAL, Kantor Meneg LH, LAPAN, BPPT, Dephub, Depkes, Kantor Meneg Budpar, Depperindag, Depkimpraswil, BPS, BMG, BPN, BATAN, LIPI Pengembangan dan Peningkatan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup X 10

2 pengelolaan sumber daya genetik; 11. Meneruskan upaya penyelesaian data dasar dan peta rupabumi nasional; 12. Melanjutkan upaya untuk mendorong industri/jasa untuk menyusun pelaporan lingkungan secara transparan; 13. Melaksanakan penyusunan neraca SDA; 14. Menyelesaikan penyusunan Produk Domestik Bruto yang berwawasan lingkungan (PDB Hijau); 15. Menyebarluaskan informasi kelayakan peruntukan lahan untuk keperluan relokasi dan rehabilitasi kawasan yang rusak akibat bencana alam; 16. Meningkatkan penyuluhan dan sosialisasi tentang konservasi SDA dan pelestarian fungsi 17. Melaksanakan diseminasi dan sosialisasi perjanjian internasional tentang SDA dan LH; 18. Melaksanakan pengelolaan dan pemantauan pelaksanaan program perlindungan atmosfer; 19. Melaksanakan sosialisasi tentang strategi, rencana aksi dan rencana perlindungan untuk mendukung kebijaksanaan pengelolaan keanekaragaman hayati; 20. Memasyarakatkan peraturan perundangundangan konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; 21. Melakukan sosialisasi konsepsi reduce, reuse, dan recycle (3R). pengelolaan sumber daya genetik; 11. Terselesaikannya data dasar dan peta rupabumi nasional; 12. Meningkatnya sektor industri/jasa dalam pelaporan lingkungan secara transparan; 13. Tersusunnya konsepsi penerapan neraca SDA; 14. Tersusunnya panduan aplikasi, uji coba serta penyebarluasan informasi PDB hijau; 15. Meningkatnya akses informasi kelayakan peruntukan lahan untuk keperluan relokasi dan rehabilitasi kawasan rusak akibat bencana alam; 16. Meningkatnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat terhadap upaya konservasi SDA dan pelestarian LH; 17. Meningkatnya pengetahuan aparat pemerintah dan masyarakat tentang perjanjian internasional SDA dan LH; 18. Terlaksananya pengelolaan dan pemantauan pelaksanaan program perlindungan atmosfir; 19. Tersosialisasinya strategi, rencana aksi dan rencana perlindungan pengelolaan keanekaragaman hayati 20. Meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap aspek legal tentang konservasi keanekaragaman hayati dan ekosistemnya; 21. Meningkatnya pengetahuan dan partisipasi masyarakat tentang konsepsi 3R. 2 Peningkatan Efektivitas Pengelolaan, Konservasi dan Rehabilitasi SDA 1. Menetapkan kebijakan dan strategi pemanfaatan energi baru dan terbarukan; 2. Menyusun peraturan tentang penggunaan teknologi pengelolaan SDA yang ramah 3. Menyelesaikan pedoman dasar dalam penerbitan ijin usaha yang berpotensi merusak fungsi 4. Menyusun kebijakan insentif bagi investasi pertambangan dan migas; 5. Menyelesaikan penyusunan panduan bagi 1. Terlaksananya kebijakan dan strategi induk sebagai acuan dalam pelaksanaan pemanfaatan energi baru dan terbarukan; 2. Tersedianya peraturan tentang penggunaan teknologi pengelolaan SDA yang ramah 3. Terselesaikannya pedoman dasar dalam penerbitan ijin usaha yang berpotensi merusak fungsi 4. Meningkatnya kegiatan investasi di bidang pertambangan dan migas; 5. Tersusunnya panduan bagi pelestarian Dept. Kelautan & Perikanan, Deptan, Dephut, Dept. Energi dan SD Mineral, Kantor Meneg LH, LIPI, Kantor Meneg Budpar, Depperindag, Depkes, Depnakertrans Peningkatan Efektivitas Pengelolaan, Konservasi, dan Rehabilitasi Sumber Daya Alam X 11

3 pelestarian ekosistem lahan basah, danau dan situ serta kebijakan pengelolaan LH; 6. Merencanakan dan mengevaluasi pengelolaan DAS terpadu; 7. Melaksanakan valuasi ekonomi atas dampak pengembangan usaha yang berpotensi mencemari sungai; 8. Melaksanakan penghijauan, reboisasi, pembangunan hutan kota dan konservasi tanah; 9. Melanjutkan rehabilitasi kawasan konservasi dan kawasan lindung; 10. Melanjutkan upaya pemulihan fungsi lingkungan yang kritis akibat kerusakan ekosistem; 11. Melakukan pencegahan dan pengendalian alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian; 12. Merehabilitasi ekosistem pesisir dan pulaupulau kecil yang rusak terutama ekosistem terumbu karang dan mangrove di 12 lokasi; 13. Mengembangkan Taman Nasional Laut di 6 lokasi; 14. Melakukan inventarisasi pengembangan kawasan konservasi laut; 15. Memperluas usaha produktivitas budidaya perikanan berwawasan ekosistem lahan basah, danau dan situ, serta pedoman pengelolaan LH kawasan transmigrasi; 6. Tersedianya konsepsi dasar pengelolaan DAS terpadu; 7. Tersedianya data dasar metoda penghitungan dampak pengembangan usaha yang berpotensi mencemari sungai; 8.a. Terlaksananya kegiatan penghijauan, reboisasi, pembangunan hutan kota dan konservasi tanah; 8.b. Tersedianya data dan informasi pengelolaan DAS, serta rancangan model pengembangan rehabilitasi hutan mangrove; 9. Berkurangnya kawasan konservasi dan kawasan lindung yang rusak; 10. Berkurangnya kegiatan-kegiatan yang merusak dan mencemari 11. Berkurangnya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian; 12. Terehabilitasinya ekosistem pesisir, termasuk terumbu karang dan mangrove di 12 lokasi; 13. Berkembangnya Taman Nasional Laut (TNL) di 6 lokasi; 14. Terinventarisasinya potensi calon Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) terutama di daerah perbatasan; 15. Terciptanya percontohan budidaya perikanan yang ramah 16. Melakukan pengkayaan populasi dan jenis biota di kawasan perairan umum dan laut, serta pengendalian penangkapan induk ikan dan benih alam; 17. Menata ruang pesisir, laut dan pulau-pulau kecil guna mendukung pengembangan kegiatan ekonomi, industri dan pariwisata bahari; 18. Meningkatkan prasarana dan sarana dasar serta menguatkan kapasitas lokal guna pengembangan pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil berbasis masyarakat; 19. Melanjutkan inventarisasi kawasan 16. Meningkatnya populasi dan jenis biota di kawasan perairan umum dan laut; 17. Tersusunnya tata ruang pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil secara terpadu dan mantap; 18. Meningkatnya ketersediaan prasarana dan sarana dasar serta peranserta masyarakat dalam pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil; 19. Terselesaikannya inventarisasi kawasan X 12

4 konservasi laut berdasarkan pertimbangan konservasi laut berdasarkan pertimbangan kesatuan ekosistem kelautan (marine ecoregion); kesatuan ekosistem kelautan; 20. Menyelesaikan penelitian kriteria geologi 20. Tersusunnya konsep kriteria geologi lingkungan untuk kawasan industri dan lngkungan dan pemulihan lahan paska rawan bencana serta penelitian dan tambang; pengembangan pemulihan lingkungan paska tambang; 21. Melakukan penelitian eksplorasi, konservasi dan pendayagunaan plasma nutfah dalam pengembangan pertanian; 3 Pencegahan dan Pengendalian Kerusakan dan Pencemaran LH 22. Mengkaji penerapan pajak dan retribusi SDA; 23. Menyelesaikan penyusunan standar operasi dan prosedur tentang penerapan skema konversi hutang Debt-for-Nature Swap (DNS) serta skema lainnya antara lain conservation concession dan carbon trading termasuk tatanan kelembagaannya; 24. Mengembangkan dan mensosialisasikan industri pariwisata berwawasan lingkungan (ekowisata); 25. Menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan SDA yang mendukung pengolahan lebih lanjut dalam rangka peningkatan nilai tambah SDA nasional. 1. Menyusun strategi dan program mitigasi LH serta adaptasi terhadap perubahan iklim global; 2. Memperbanyak hasil SNI untuk pengujian kualitas 3. Mengembangkan teknologi dan usaha zero waste farming system; 4. Melaksanakan penelitian tentang pemilihan teknologi yang ramah 21. Tersedianya hasil penelitian, eksplorasi, identifikasi, konservasi dan pendayagunaan plasma nutfah dalam pengembangan agribisnis dan peningkatan ketahanan pangan; 22.a. Tersedianya pedoman dan kebijakan penetapan nilai pajak dan sewa dalam pengelolaan SDA, termasuk mekanisme retribusi dan pajak lingkungan bagi usaha kecil yang berpotensi mencemari 22.b. Tersedianya mekanisme penghitungan pajak lingkungan (green tax) untuk kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak dan mencemari 23. Tersedianya acuan penerapan skema DNS serta skema lainnya termasuk tatanan kelembagaannya; 24. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan ekowisata; 25. Tersusunnya kebijakan nasional yang mendukung pelaku usaha dalam negeri untuk mengembangkan usaha yang menghasilkan produk akhir/hilir. 1. Tersusunnya strategi dan program mitigasi serta adaptasi perubahan iklim; 2. Tersedianya SNI pengujian kualitas 3. Berkembangnya teknologi dan usaha zero waste farming system; 4.a. Terwujudnya pengembangan usaha tani organik yang berbasis teknologi lokal/ tradisional serta terjangkau harganya; Depperindag, Kantor Meneg Budpar, Deptan, Dephut, Dept Energi dan SD Mineral, Dep. Kelautan dan Perikanan, Dephub, Kantor Meneg LH, BAPETEN, BATAN, Kantor Meneg Ristek, Depdagri, Depkimpraswil, Depkes, BPPT, LIPI, Depnakertrans Pencegahan Kerusakan dan Pencemaran LH X 13

5 5. Meningkatkan pengawasan dan pengelolaan keselamatan radiasi dan limbah nuklir; 6. Mengembangkan baku mutu 7. Mengembangkan kajian perubahan iklim dan pemanasan global; 8. Menyusun pedoman dan evaluasi pengelolaan/produk pertambangan dan migas; 9. Mengendalikan pencemaran tanah, air, laut, dan udara; 10. Meningkatkan pengawasan terhadap perdagangan bahan perusak lapisan ozon; 11. Menyusun pedoman teknis dan melaksanakan pengolahan limbah B3; 12. Melanjutkan pemantauan hujan asam, pencemaran Persistent Organic Pollutant (POP) dan logam berat (Pb), ketinggian air laut, dan kawasan pertambangan; 13. Melanjutkan pemantauan kualitas lingkungan udara secara kontinyu atau Air Quality Monitoring System (AQMS) di 10 kota; 4.b. Tersedianya perangkat hukum yang mampu meningkatkan kesadaran bagi kegiatan industri untuk menggunakan teknologi ramah lingkungan, dan tersedianya pedoman pemilihan teknologi tepat guna untuk pengelolaan 5. Meningkatnya pengawasan dan pengelolaan keselamatan radiasi dan limbah nuklir; 6. Tersusunnya mekanisme penetapan baku mutu air limbah dan emisi udara untuk industri, pertanian, kehutanan, pertambangan, energi dan migas; 7.a. Berkembangnya kajian perubahan iklim dan pemanasan global; 7.b. Meningkatnya informasi peringatan dini akan dampak perubahan iklim dan pemanasan global; 8. Tersusunnya standar kerja baku di bidang pertambangan dan migas; 9.a. Berkurangnya pencemaran tanah, air, laut, dan udara, seperti konsumsi Chloro fluoro carbons (CFC); 9.b. Tersedianya sistem insentif pasar dalam pengendalian pencemaran air; 10.a. Terwujudnya teknologi pengurangan emisi di lingkungan pembangkit listrik; 10.b. Meningkatnya penerapan konsep produksi bersih di komunitas permukimam; 11.a. Tersusunnya pedoman teknis kriteria pengelolaan limbah B3, termasuk prosedur kerja untuk perizinan dan pengelolaannya; 11.b. Tersosialisasinya penanganan B3 dan limbah B3; 12. Tersedianya data pemantauan hujan asam, pencemaran POP dan logam berat (Pb), ketinggian air laut, dan kawasan pertambangan; 13. Terpantaunya kualitas udara di 10 kota; 14. Menyusun dan mengembangkan pedoman teknis pengelolaan Tempat Pembuangan 14.a. Tersusunnya pedoman teknis TPA/TPS sampah yang berwawasan lingkungan di X 14

6 Akhir (TPA)/ Tempat Pembuangan Sementara (TPS); 15. Meningkatkan pemakaian bahan bakar yang ramah lingkungan secara bertahap; 16. Meningkatkan upaya perlindungan dan pengendalian kebakaran hutan dan kerusakan lingkungan lainnya; 17. Merintis penerapan skema Clean Development Mechanism (CDM) dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan Konvensi Perubahan Iklim Global (United Nations Framework Convention on Climate Change-- UNFCCC); 18. Melanjutkan pengembangan database Program Peringkat Kinerja Industri (PROPER); 19. Melakukan inventarisasi dan evaluasi lahan kritis kawasan pertambangan; 20. Mengembangkan prasarana untuk konservasi pantai akibat sedimentasi dan abrasi; 21. Menyelesaikan kasus-kasus lingkungan di kawasan pertambangan. beberapa kota; 14.b. Menurunnya beban TPA sampah perkotaan; 14.c. Berkurangnya konflik yang timbul akibat penanganan TPA/TPS untuk limbah domestik di kawasan perkotaan 15.a. Tercapainya target penyampaian informasi mengenai dampak penggunaan bensin bertimbal; 15.b. Menurunnya konsumsi bahan bakar timbal; 16. Berkurangnya luasan hutan yang terbakar akibat aktivitas manusia; 17.a. Terbentuknya CDM Designated National Authoriry (DNA); 17.b. Tersusunnya mekanisme pembiayaan CDM, serta pengaturan posisi Indonesia dalam menghadapi isu carbon sequestration; 17.c. Tersedianya mekanisme sistem pendanaan bagi pengendalian kualitas lingkungan hidup secara terpadu; 18. Meningkatnya pengawasan penataan kegiatan bidang pertanian dan kehutanan dengan menggunakan instrumen PROPER; 19.a. Terinventarisasinya lahan kritis di kawasan pertambangan; 19.b. Tersusunnya metode bioteknologi dalam penanggulangan limbah cair dari kegiatan pertambangan 20. Berkembangnya prasarana konservasi pantai akibat sedimentasi dan abrasi; 21. Terselesaikannya kasus-kasus lingkungan di kawasan pertambangan. 4 Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum Pengelolaan SDA dan Pelestarian LH 1. Melanjutkan penyelesaian RUU Pengelolaan SDA berikut peraturan pelaksanaannya; 2. Menyempurnakan UU No. 5/1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 3. Melanjutkan penyusunan RUU tentang pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetika; 4. Melanjutkan penyelesaian RPP tentang keamanan hayati dan keamanan pangan 1. Diundangkannya UU tentang Pengelolaan SDA; 2. Ditetapkannya UU tentang penyempurnaan UU No. 5/ Tersusunnya draft awal RUU pelestarian dan pemanfaatan sumber daya genetika; 4. Tersusunnya RPP keamanan hayati dan keamanan pangan produk rekaya genetika; Depdagri, Dept. Kehakiman dan HAM, Dept. Kelautan dan Perikanan, BPN, LIPI, Kantor Meneg LH, Dephut, Deptan, Depkimpraswil Penataan Kelembagaan dan Penegakan Hukum dalam Pelestarian Alam dan Lingkungan Hidup X 15

7 produk rekayasa genetika; 5. Menyempurnakan RUU Pokok-pokok Pertambangan, Penyusunan RUU Panas Bumi, RUU Energi; 6. Menyusun RUU tentang perubahan UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan LH; 7. Menyusun peraturan mengenai ambang penggunaan pupuk dan pestisida yang aman bagi kelestarian fungsi 8. Menyelesaikan naskah akademik serta draft peraturan perundang-undangan mengenai persampahan; 9. Mengembangkan pedoman pengkajian resiko lingkungan pada penggunaan produk-produk bioteknologi; 10. Meningkatkan kapasitas aparat penegak hukum dalam penyelesaian kasus-kasus lingkungan hidup; 11. Mengembangkan kapasitas personil sertifikasi pengujian kualitas 12. Mengembangkan kelembagaan sertifikasi dan akreditasi di bidang AMDAL; 13. Memperkuat kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat/para pihak dalam kegiatan konservasi dan rehabilitasi SDA; 14. Meningkatkan upaya pemeriksaan operasional dan pemeriksaan lainnya berkaitan dengan antara lain: illegal logging, kebakaran hutan; 5. Disampaikannya RUU Pertambangan, RUU Panas Bumi dan RUU Energi ke DPR RI; 6. Tersusunnya draft awal perubahan UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan LH; 7. Tersusunnya peraturan mengenai ambang penggunaan pupuk dan pestisida yang aman bagi kelestarian fungsi 8. Terselesaikannya naskah akademik serta draft peraturan perundang-undangan mengenai persampahan; 9. Tersedianya pedoman pengkajian resiko lingkungan pada penggunaan produk-produk bioteknologi; 10.a. Meningkatnya kapasitas aparat penegak hukum dalam peraturan perundangundangan LH; 10.b. Meningkatkannya upaya pemberantasan penebangan liar (illegal logging) dan penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing); 11. Meningkatnya kemampuan personil pengujian kualitas 12. Berkembangnya kemampuan kelembagaan sertifikasi dan akreditasi di bidang AMDAL; 13. Meningkatnya kapasitas kelembagaan dan pemberdayaan masyarakat/para pihak dalam kegiatan konservasi dan rehabilitasi SDA; 14. Meningkatnya kinerja aparat dalam pemberantasan illegal logging dan penanggulangan kebakaran hutan; 15. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian pendayagunaan sumber daya kelautan dan perikanan melalui penerapan sistem Monitoring, Controlling, and Survaillance (MCS); 16. Mengembangkan kelembagaan pemangku kawasan konservasi; 17. Membentuk dan mengoperasikan Dewan Nasional Pembangunan Berkelanjutan secara transparan dan partisipatif; 15. Menurunnya tingkat pelanggaran dan tingkat kerusakan terhadap upaya pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan; 16. Terwujudnya organisasi pengelola Taman Nasional di 7 lokasi; 17. Berfungsinya Dewan Nasional Pembangunan Berkelanjutan secara optimal; X 16

8 18. Membentuk pusat produksi bersih nasional 18. Terbentuknya pusat produksi bersih (National Center for Cleaner Production / nasional; NCCP); 19. Mengembangkan Balai Kliring Keamanan Hayati (BKKH) untuk konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati; 20. Meningkatkan sumber daya manusia dalam menangani sistem informasi Pusat Sumber Daya Wilayah dan Lingkungan Hidup (SDWLH); 21. Melanjutkan pengembangan sarana pengendalian dampak 19. Berkembangnya BKKH untuk konservasi dan pemanfaatan keanekaragaman hayati; yang berfungsi sebagai laboratorium rujukan bagi laboratorium-laboratorium lingkungan di pusat maupun di daerah; 20. Meningkatnya sumber daya manusia dalam menangani SDWLH; 21. Berkembangnya sarana pengendalian dampak 22. Melanjutkan upaya internalisasi aspek lingkungan hidup dalam rangka kesepakatan perdagangan internasional; 23. Melakukan evaluasi dan kajian terhadap penataan dan kewajiban negara dari perjanjian Marine Pollution, Protokol Montreal, konvensi Rotterdam dan konvensi Stockholm; 24. Mengembangkan sistem manajemen lingkungan (ISO 14000) dan strategi penerapan produksi bersih; 25. Melakukan pengelolaan dan pemantauan pelaksanaan Bank Halon Nasional dan Refrigerant Management Plan. 22. Berlanjutnya upaya internalisasi aspek lingkungan hidup dalam rangka kesepakatan perdagangan internasional, termasuk dalam kerangka AFTA, APEC, dan WTO; 23. Tersusunnya bahan urgensi dan konsekuensi ratifikasi dari perjanjian Marine Pollution, dan Protokol Montreal, konvensi Rotterdam dan konvensi Stockholm; 24. Bertambahnya jumlah industri yang mendapat ISO dan ekolabeling; 25. Terlaksananya panduan pelaksanaan Bank Halon Nasional dan tersusunnya pelaksanaan Refrigerant Management Plan. 5 Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan SDA dan Pelestarian LH 1. Melakukan inventarisasi hak-hak adat dan ulayat sebagai peraturan hukum untuk mengelola SDA dan LH; 2. Meningkatkan pemanfaatan kearifan tradisional dalam pengelolaan LH; 3. Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat lokal dalam pengelolaan SDA melalui pendekatan keagamaan, adat, budaya, dan pendidikan; 4. Menyusun kebijakan pengembangan masyarakat setempat (Community 1. Terinventarisasinya hak-hak adat dan ulayat dalam mengelola SDA dan LH; 2. Bertambahnya pemanfaatan kearifan tradisional dalam pengelolaan LH; 3.a. Terwujudnya pengakuan atas peran dan keikutsertakan masyarakat untuk mengelola SDA dan lingkungannya sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat lokal dan adat setempat 3.b. Meningkatnya aktivitas pendidikan non formal pengelolaan SDA melalui pendekatan keagamaan, adat, budaya, serta pendidikan; 4. Meningkatnya pemerataan pembangunan ekonomi dan sosial di wilayah Depdagri, Deptan, Dephut, Dept. Kelautan dan Perikanan, Dept. Energi dan SD Mineral, Kantor Meneg. LH, Depkimpraswil, Dephut, Kantor Meneg PPKTI, Depnakertrans Peningkatan Peranan Masyarakat dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Lingkungan Hidup X 17

9 Development) dalam rangka pelaksanaan pertambangan dan migas; kaidah pengusahaan yang baik (good coorporate practice) dalam usaha pertambangan dan migas; 5. Melakukan penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin (PETI); 6. Mengembangkan kapasitas pemangku kepentingan untuk aktif dalam proses perencanaan, implementasi dan monitoring pengelolaan SDA dan LH; 7. Menyusun mekanisme konsultasi publik dalam pengambilan keputusan kebijakan pengelolaan SDA dan LH; 8. Melanjutkan program kemitraan dengan lembaga masyarakat dalam pelestarian LH; 9. Meningkatkan jaringan kerjasama dalam rangka pemantauan kualitas 10. Melanjutkan upaya pemberdayaan, peningkatan pengetahuan, peranserta dan keberpihakan pada wanita dan anak-anak dalam perumusan kebijakan pengelolaan SDA dan LH; 11. Melanjutkan upaya untuk memasukkan pendidikan LH dalam agenda kurikulum pendidikan nasional dan lokal; 5. Terkendalinya kegiatan PETI di wilayah pertambangan dan menurunnya pencemaran 6.a. Meningkatnya partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan LH; 6.b. Berkembangnya partisipasi pemangku kepentingan untuk aktif dalam proses perencanaan, implementasi dan monitoring pengelolaan LH; 7. Tersusunnya mekanisme konsultasi publik dalam pengambilan keputusan kebijakan pengelolaan SDA dan LH; 8. Berkembangnya kemitraan dengan lembaga masyarakat dalam pelestarian LH; 9. Meningkatnya jaringan kerjasama dalam rangka pemantauan kualitas 10. Meningkatnya pemberdayaan, peningkatan pengetahuan, peran serta dan keberpihakan pada wanita dan anak-anak dalam perumusan kebijakan, pengelolaan SDA dan LH; 11. Meningkatnya aktivitas dan pemahaman pengelolaan LH pada pendidikan formal; 12. Meningkatkan kegiatan produktif masyarakat di sekitar hutan dan daerah konservasi lainnya; 13. Menyelenggarakan pemberian penghargaan kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelestarian LH; 14. Mengembangkan pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil berbasis masyarakat; 15. Mengembangkan Sistem Pengawasan Berbasis Masyarakat (Siswasmas) dalam pendayagunaan sumber daya kelautan dan perikanan. 12. Berkembangnya kegiatan produktif masyarakat di sekitar hutan; 13. Terselenggaranya pemberian penghargaan kepada pihak-pihak yang berjasa dalam pelestarian LH, antara lain melalui penghargaan Kalpataru dan Satya Lencana Pembangunan Lingkungan; 14. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan kawasan pesisir dan pulaupulau kecil 15. Menurunnya tingkat pelanggaran dalam pemanfaatan sumber daya ikan dan jasa-jasa kelautan seperti wisata bahari, benda berharga, bangunan laut dan angkutan hasil laut. X 18

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Dinamika pengelolaan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup (LH) belum secara konsisten dijadikan acuan pembangunan sektor-sektor lain

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

BAB XII PEMBANGUNAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM

BAB XII PEMBANGUNAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM BAB XII PEMBANGUNAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. KONDISI UMUM Pembangunan sumber daya alam (SDA) dan lingkungan hidup (LH) diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan tetap

Lebih terperinci

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana. MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 Bidang: SUMBER DAYA ALAM dan LINGKUNGAN HIDUP I Prioritas: Ketahanan Pangan dan Revitalisasi Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan A Fokus Prioritas:

Lebih terperinci

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan

Lebih terperinci

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP - 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH `BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan

Lebih terperinci

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e

-2- Instrumen ekonomi penting dikembangkan karena memperkuat sistem yang bersifat mengatur (regulatory). Pendekatan ini menekankan adanya keuntungan e TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Instrumen Ekonomi. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB 31 PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP

BAB 31 PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP BAB 31 PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP A. KONDISI UMUM Pembangunan yang seimbang dan terpadu antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup adalah prinsip

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP I. PROGRAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP 1 Pengelolaan Kualitas Air dan Kawasan

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

BAB 31 PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP

BAB 31 PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP BAB 31 PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP BAB 31 PERBAIKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN PELESTARIAN FUNGSI LINGKUNGAN HIDUP A. KONDISI UMUM Pembangunan yang

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN USULAN STRUKTUR KELEMBAGAAN Dasar Hukum Lingkungan Hidup UU No. 32/2009: Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup UU No. 18/2008: Pengelolaan Sampah PP turunannnya Kehutanan UU No. 41/1999: Kehutanan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2009 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No 32 tahun 2009 TUJUAN melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup menjamin keselamatan,

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN 2011-2030 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

Workshop Ahli Perubahan Iklim Regional Maluku dan Maluku Utara. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku

Workshop Ahli Perubahan Iklim Regional Maluku dan Maluku Utara. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku Workshop Ahli Perubahan Iklim Regional Maluku dan Maluku Utara Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Maluku Ambon, 3 Juni 2016 I. KARAKTERISTIK WILAYAH PROVINSI MALUKU PROVINSI MALUKU 92,4 % LUAS

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

Lampiran BAB II STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

Lampiran BAB II STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Lampiran BAB II STRUKTUR ORGANISASI KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN STAF AHLI MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN STAF AHLI BIDANG 1. HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA PUSAT DAN DAERAH 2. INDUSTRI DAN

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

10 sungai dan 2 danau

10 sungai dan 2 danau Capaian Kinerja Program dan Kerangka Pendanaan Kondisi Kinerja Indikator Kinerja Program (Outcome) dan Kondisi Kinerja pada Tujuan Sasaran Indikator Sasaran KODE Program dan Kegiatan Awal RPJMD Tahun 2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan

Lebih terperinci

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. - 602 - CC. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Kelautan 1. Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 0 BUPATI SIGI PROVINSI

Lebih terperinci

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

Lebih terperinci

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah. II. URUSAN PILIHAN A. BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kelautan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 2. Pelaksanaan

Lebih terperinci

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

-1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, -1- PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.74/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016... TENTANG PEDOMAN NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA YANG MELAKSANAKAN

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN LINGKUNGAN HIDUP Jalan Ampera Raya No. 7, Jakarta Selatan 12560, Indonesia Telp. 62 21 7805851, Fax. 62 21 7810280 http://www.anri.go.id, e-mail: info@anri.go.id PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

TABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

TABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TABEL 4. KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Visi Pengelolaan energi dan mineral yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI RIAU 1 : PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU PAUD dan Pendidikan Dasar Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus Non

Lebih terperinci

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

Terlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut. B. URUSAN PILIHAN 1. KELAUTAN DAN PERIKANAN a. KELAUTAN 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERAN SERTA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tanah sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi 3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

BAGAN STRUKTUR DINAS PENDIDIKAN DASAR DAN KEBUDAYAN KABUPATEN MIMIKA

BAGAN STRUKTUR DINAS PENDIDIKAN DASAR DAN KEBUDAYAN KABUPATEN MIMIKA LAMPIRAN I Peraturan Daerah Kabupaten Mimika BAGAN STRUKTUR DINAS PENDIDIKAN DASAR DAN KEBUDAYAN KABUPATEN MIMIKA PENDIDIKAN USIA DINI (PAUD) DAN SEKOLAH DASAR PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TENAGA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang

Lebih terperinci

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016 DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (TIPE A) LAMPIRAN I NOMOR 21 TAHUN 2016 LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH TENTANG NOMOR : PERENCANAAN, DAN BMD PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PEMBINAAN SMA PEMBINAAN SMK PEMBINAAN

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten. Sesuai amanat Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi Misi SKPD Lingkungan yang baik sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia. Ketersediaan sumber daya alam secara kuantitas

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PENAATAN HUKUM LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 lampiran A.VII,

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013 Standar Kompetensi 2. Memahami sumberdaya alam Kompetensi Dasar 2.3.

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 54 TAHUN 2016

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 54 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN LAMPIRAN XXIX PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 CC. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Kelautan 1. Pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan. GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Sulawesi Selatan GUBERNUR SULAWESI SELATAN Dr. H. Syahrul Yasin Limpo, SH, M.Si, MH PROFIL WILAYAH SULAWESI SELATAN Luas Area : 46.083,94 Km2 Panjang Pesisir

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Status Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat 2008

1.1. Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Status Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat 2008 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Status Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Barat 2008 1.1.1. Latar Belakang Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan dan Pembangunan (the

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN UMUM

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP

TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP (Berdasarkan Peraturan Bupati Sigi Nomor 28 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Perangkat Daerah) A. Kepala Dinas

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT POTENSI SUMBER DAYA HAYATI KELAUTAN DAN PERIKANAN INDONESIA 17.480

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa program

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

Perencanaan Perjanjian Kinerja

Perencanaan Perjanjian Kinerja Bab II Perencanaan Perjanjian Kinerja Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 I. PENDAHULUAN REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 Pembangunan kehutanan pada era 2000 2004 merupakan kegiatan pembangunan yang sangat berbeda dengan kegiatan pada era-era sebelumnya. Kondisi dan situasi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 103 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN KOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target

Data Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target Tabel 5.1 Rencana, Kegiatan, Kinerja, Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan SKPD Badan Hidup Kabupaten Pelalawan (Satuan Dalam Juta Rupiah) 1.1. Meningkatkan 1.1.1. kinerja Membaiknya pelayanan kinerja

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Lebih terperinci

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR

KEPALA DINAS BIDANG PENDIDIKAN DASAR SEKSI PENGEMBANGAN DATA PENDIDIKAN SEKSI TAMAN KANAK-KANAK SEKSI SEKOLAH MENENGAH ATAS SEKSI SEKOLAH DASAR LAMPIRAN I PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS PENDIDIKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH UMUM, PENGEMBANGAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 10 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya.

Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN UMUM

Lebih terperinci