MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT"

Transkripsi

1 ISSN : NO.II/TH.XXXVI/2011 MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha Perusahaan Modal Ventura Dalam Perusahaan Pasangan Usaha Warah Atikah, S.H.,M.Hum. : Penguasaan Tanah Untuk Kepentingan Kepemilikan Lahan Makam Modern Halif, S.H.,M.H. : Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Ratih Listyana Chandra, S.H., M.H : Peranan Pemerintah Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Budaya Asli Bangsa (Folklore) Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Siti Sudarmi, S.H., M.H. : Pemenuhan Hak Anak Korban Kejahatan Dan Implementasinya Sebagai Bentuk Perlindungan Anak Multazaam Muntahaa, S.H., M.Hum. : Pemeriksaan Terhadap Pengendara Sepeda Motor Yang Melanggar Peraturan Lalu Lintas Jalan Diterbitkan oleh : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JEMBER

2 ISSN : MAJALAH ILMIAH NO.II/TH.XXXVI/2011 HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha Perusahaan Modal Ventura Dalam Perusahaan Pasangan Usaha Warah Atikah, S.H.,M.Hum. : Penguasaan Tanah Untuk Kepentingan Kepemilikan Lahan Makam Modern Halif, S.H.,M.H. Ratih Listyana Chandra, S.H., M.H Siti Sudarmi, S.H., M.H. Multazaam Muntahaa, S.H., M.Hum. : Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa : Peranan Pemerintah Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Budaya Asli Bangsa (Folklore) Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta : Pemenuhan Hak Anak Korban Kejahatan Dan Implementasinya Sebagai Bentuk Perlindungan Anak : Pemeriksaan Terhadap Pengendara Sepeda Motor Yang Melanggar Peraturan Lalu Lintas Jalan Diterbitkan oleh : FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JEMBER

3 HUKUM DAN MASYARAKAT Majalah Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jember Terbit 4 Bulan sekali pada bulan April, Agustus dan Desember Penanggung Jawab Ketua Penyunting Dewan Penyunting Penyunting Pelaksana Pelaksana Administrasi : Prof. Dr.M.Arief Amrullah, S.H.,M.Hum : I Wayan Yasa, S.H.,M.H. : 1. Dwi Endah Nurhayati, S.H.,M.Hum 2. Iswi Hariyani, S.H.,M.H. 3. Warah Atikah, S.H.,M.Hum : 1. Dra. Tutik Patmiati 2. Dodik Prihatin AN, S.H.,M.H. 3. Aan Effendi, S.H.,M.H. : 1. Asnan, S.H. 2. Bambang Joko Lelono HUKUM DAN MASYARAKAT adalah majalah ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jember. Majalah ini sebagai media penuangan pelbagai pemikiran masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum dan masyarakat, di samping sebagai media komunikasi antara Fakultas Hukum Universitas Jember dengan para alumninya. Pemuatan tulisan dalam majalah ini bukan berarti sebagai pandangan dari Redaksi atau fakultas, tetapi merupakan pendapat pribadi penulisnya. Redaksi menerima naskah karangan, terutama dari warga Sivitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Jember. Naskah yang dikirim kepada Redaksi maksimal 15 halaman kuarto diketik 1,5 spasi. Alamat Redaksi: Fakultas Hukum Universitas Jember Jl. Kalimantan Nomor 37 Jember Telp. (0331) ,322808, Fax : (0331) majalahhukum_fh@unej.ac.id

4 H PENGANTAR REDAKSI ukum sebagai salah satu bidang ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi, pada akhirnya diharapkan mampu memberikan bekal pengetahuan kepada siapa saja yang membutuhkan. Oleh karena itu, perguruan tinggi melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan harapan tersebut. Salah satu di antaranya adalah penerbitan Majalah Hukum dan Masyarakat secara berkala oleh Fakultas Hukum Universitas Jember, juga dimaksudkan untuk membantu memberikan pencerahan kepada siapa saja yang berminat mempelajari bidang ilmu hukum. Pada edisi II/TH.XXXVI/2011 ini Majalah Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Jember menampilkan berbagai tulisan dari para dosen. Adapun tulisan-tulisan tersebut, adalah : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme; Kegiatan Usaha Perusahaan Modal Ventura Dalam Perusahaan Pasangan Usaha; Penguasaan Tanah Untuk Kepentingan Kepemilikan Lahan Makam Modern; Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa; Peranan Pemerintah Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Budaya Asli Bangsa (Folklore) Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta; Pemenuhan Hak Anak Korban Kejahatan Dan Implementasinya Sebagai Bentuk Perlindungan Anak; dan Pemeriksaan Terhadap Pengendara Sepeda Motor Yang Melanggar Peraturan Lalu Lintas Jalan. Semoga berbagai tulisan tersebut mampu memberikan tambahan pengetahuan berupa informasi baru yang berkaitan dengan bidang ilmu hukum. Semoga! Dewan Redaksi, i

5 D A F T A R I S I Halaman PengantarRedaksi..... Daftar Isi... i ii Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha Perusahaan Modal Ventura Dalam Perusahaan Pasangan Usaha Warah Atikah, S.H.,M.Hum : Penguasaan Tanah Untuk Kepentingan Kepemilikan Lahan Makam Modern Halif, S.H.,M.H. : Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Ratih Listyana Chandra, : Peranan Pemerintah Dalam S.H., M.H Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Budaya Asli Bangsa (Folklore) Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Siti Sudarmi, S.H., M.H. : Pemenuhan Hak Anak Korban Kejahatan Dan Implementasinya Sebagai Bentuk Perlindungan Anak Multazaam Muntahaa, S.H., M.Hum. : Pemeriksaan Terhadap Pengendara Sepeda Motor Yang Melanggar Peraturan Lalu Lintas Jalan Ketentuan Naskah ii

6 Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011 P PEMERIKSAAN TERHADAP PENGENDARA SEPEDA MOTOR YANG MELANGGAR PERATURAN LALU LINTAS JALAN Oleh : Multazaam Muntahaa, S.H., M.Hum. Abstraksi erkara pelanggaran lalu lintas jalan merupakan perkara pelanggaran tertentu yang diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat. Yang dimaksud dengan perkara pelanggaran tertentu antara lain ialah tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, mengemudikan kendaraan bermotor tidak dapat memperlihatkan Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNKB), khususnya bagi pengendara sepeda motor. Pelimpahan perkara pidana ini ke Pengadilan Negeri dilakukan oleh penyidik atas kuasanya sendiri. Dalam pemeriksaan terhadap pelaku pelanggaran peraturan lalu lintas khususnya pengendara sepeda motor tidak mempersoalkan adanya pertanggungjawaban pidana atau kesalahan yang dikenal dengan strict liability. Sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap pelaku pelnggaran tersebut dapat berupa pidana kurungan atau pidana denda Kata Kunci : Acara Pemeriksaan Cepat, Pertanggungjawaban Pidana, Penjatuhan Pidana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkara pidana yang diperiksa oleh pengadilan menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) diperiksa dengan tiga macam acara, yaitu acara pemeriksaan biasa, acara pemeriksaan singkat dan acara pemeriksaan cepat. Acara pemeriksaan biasa diatur dalam Pasal 152 sampai dengan Pasal 182 KUHAP, acara pemeriksaan singkat diatur dalam Pasal 203 sampai dengan Pasal 204 KUHAP dan acara pemeriksaan cepat diatur dalam Pasal 205 sampai dengan Pasal 216 KUHAP. Acara pemeriksaan cepat terbagi ke dalam : 103

7 NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT 1. acara pemeriksaan tindak pidana ringan; 2. acara pemeriksaan pelanggaran lalu lintas jalan. Menurut Pasal 211 KUHAP, perkara yang diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat dalam hal ini ialah perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan. Penjelasan pasal tersebut menentukan, bahwa yang dimaksud dengan perkara pelanggaran tertentu ialah : a. mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi, membahayakan ketertiban atau keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan pada jalan; b. mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan surat izin mengemudi (SIM), surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNKB), surat tanda uji kendaraan yang sah atau tanda bukti lainnya yang diwajibkan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan atau ia dapat memperlihatkannya tetapi masa berlakunya sudah daluwarsa; c. membiarkan atau memperkenankan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang yang tidak memiliki surat izin mengemudi; d. tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan lalu lintas jalan tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat-syarat penggandengan dengan kendaraan lain; e. membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda nomor kendaraan yang sah sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan yang bersangkutan; f. pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan dan atau isyarat alat pengatur lalu lintas jalan, rambu- 104

8 Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011 rambu atau tanda yang ada di permukaan jalan; g. pelanggaran terhadap ketentuan tentang ukuran dan pemuatan yang diizinkan, cara menaikkan dan menurunkan penumpang dan atau cara memuat dan membongkar barang; h. pelanggaran terhadap izin trayek, jenis kendaraan yang diperbolehkan beroperasi di jalan yang ditentukan. Dalam tulisan ini yang dibahas adalah perkara pelanggaran tertentu terhadap pelanggaran peraturan lalu lintas jalan antara lain ialah tidak memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan lalu lintas jalan tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, mengemudikan kendaraan bermotor tidak dapat memperlihatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), khususnya bagi pengendara sepeda motor. Undangundang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan antara lain menentukan bahwa Pengendara harus mempergunakan kelengkapan berkendaraan sebagaimana diatur dalam Pasal 280, Pasal 281, Pasal 285, Pasal 288, Pasal 291, Pasal 293 dan Pasal 297. Mengenai perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas yang diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat ini, terdakwa dalam persidangan dapat diwakili, sehingga dengan demikian tidak perlu hadir dalam pemeriksaan sidang pengadilan. Pemeriksaan perkara pelanggaran tertentu dengan acara pemeriksaan cepat yang dikenal dengan perkara tilang hanya berlaku terhadap pelanggaran perkara lalu lintas jalan sebagaimana dirinci dalam penjelasan Pasal 211 KUHAP 1. Pelimpahan perkara ini dilakukan oleh penyidik langsumg ke Pengadilan Negeri atas kuasanya sendiri, sehingga berbeda dengan perkara pidana yang diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa dan perkara pidana yang diperiksa dengan acara pemeriksaan singkat, yang yang melakukan pelimpahan 1 HMA Kuffal, Penerapan KUHAP Dalam Praktik Hukum, UMM Pres, Malang, 2002, Hlm

9 NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT perkara ke Pengadilian Negeri adalah Penuntut Umum. Sedangkan perkara pidana yang diperiksa dengan acara pemeriksaan tindak pidana ringan, yang bertugas melimpahkan ke Pengadilan Negeri adalah penyidik atas kuasa dari Penuntut Umum. Pelimpahan perkara pelanggaran lalu lintas jalan oleh penyidik ke Pengadilan Negeri ialah dengan menyerahkan catatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 207 ayat (1) huruf a KUHAP selambat-lambatnya pada kesempatan hari sidang pertama berikutmya. Catatan yang dilimpahkan oleh penyidik tersebut berupa pemberitahuan secara tertulis kepada terdakwa tentang hari, jam, dan tempat ia harus menghadap sidang pengadilan. Dengan demikian terdakwa harus datang ke pengadilan tanpa surat panggilan, karena catatan yang dibuat oleh penyidik itu berfungsi sebagai surat panggilan, yang juga berfungsi sebagai pemberitahuan mengenai hari, tanggal dan jam serta tempat persidangan pengadilan dan juga pasal-pasal pelanggaran peraturan lalu lintas yang didakwakan kepada terdakwa. Menurut Pasal 213 KUHAP, terdakwa dapat menunjuk seseorang dengan surat untuk mewakilinya di pesidangan. Penjelasan pasal tersebut menentukan, bahwa ada perbedaan dengan pemeriksaan menurut acara biasa, sehingga pemeriksaan menurut acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas terdakwa boleh mewakilinya di persidangan. Pada hari sidang yang ditentukan terdakwa dipanggil masuk ke dalam ruang sidang kemudian ditanyakan identitasnya, yaitu nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan pekerjaaan terdakwa serta apa yang didakwakan kepada terdakwa. Hakim kemudian menjatuhkan pidana (biasanya) denda tanpa menanyakan terlebih dahulu apakah perbuatan yang didakwakan itu benar atau tidak, di samping tanpa membuktikan kesalahan terdakwa. Hal yang demikian dalam kepustakaan dikenal dengan strict liability. Dalam perbuatan pidana yang bersifat strict liability hanya dibutuhkan dugaan atau pengetahuan dari 106

10 Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011 pelaku sudah cukup menuntut pertanggungjawaban pidana dari pelaku dan tidak dipersoalkan adanya mens rea karena unsur pokok dari strict liability adalah actus reus (perbuatan), bukan mens rea (kesalahan) 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang Masalah tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan ialah : 1. Apakah bentuk acara pemeriksaan bagi pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan? 2. Apa sanksi yang dapat dijatuhkan bagi pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan? II. PEMBAHASAN 2.1 Bentuk Acara Pemeriksaan Bagi Pengendara Sepeda Motor yang Melakukan Pelanggaran Tertentu terhadap Peraturan erundang-undangan Lalu Lintas Jalan. Ada beberapa istilah yang diberikan terkait dengan pengertian secara resmi oleh Undangundang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tetapi untuk istilah pengendara tidak diberi pengertian. Namun demikian, undang-undang tersebut mempergunakan istilah pengendara. Pengendara ialah pengemudi yaitu orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki surat izin mengemudi (Pasal 1 angka 23 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Sedangkan sepeda motor ialah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah (Pasal 1 angka 20). Penjelasan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan, dalam undang-undang ini pengaturan dan penerapan sanksi pidana diatur lebih tegas. Bagi 107

11 NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT pelanggaran yang sifatnya ringan, dikenakan sanksi pidana kurungan atau denda yang relatif ringan. Namun, terhadap pelanggaran berat dan terdapat unsur kesengajaan dikenakan sanksi pidana yang jauh lebih berat. Hal ini dimaksudkan agar dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku pelanggaran dengan tidak membebani masyarakat. Ketentuan pidana dalam undangundang tersebut diatur dalam Bab XX (Pasal 273 Pasal 317). Menurut UU tersebut: 1. setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor; 2. setiap sepeda motor yang dikemudikan di jalan, harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, knalpot dan kedalaman alur ban; 3. setiap orang yang mengemudiakan sepeda motor dan penumpang sepeda motor wajib mengenakan helm yang memenuhi standar nasional Indonesia; 4. setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor wajib memilik surat izin mengemudi; 5. pengemudi sepeda motor wajib menyalakan lampu utama pada malam hari, pada kondisi tertentu dan pada siang hari. Bagi pengendara sepeda motor yang tidak mematuhi aturan tersebut merupakan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280, Pasal 281, Pasal 285, Pasal 287, Pasal 291, Pasal 292, dan Pasal 293 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Oleh karena itu, perkara tersebut diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat. Pemeriksaan dan pemanggilan bagi terdakwa untuk menghadap ke persidangan pengadilan dibuat catatan berupa model formulir atau surat tilang. Surat tilang tersebut oleh penyidik diserahkan langsung ke Pengadilan Negeri. Menurut Pasal 213 KUHAP terdakwa dapat menunjuk seorang wakil dengan surat. 108

12 Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011 Penjelasan Pasal 213 KUHAP menentukan, bahwa dalam acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas berbeda dengan pemeriksaan dengan acara biasa. Dengan ketentuan Pasal 213 KUHAP yang memperbolehkan terdakwa diwakili menghadap dan mewakili sidang berarti undang-undang tidak mewajibkan terdakwa menghadap in persona di sidang pengadilan, yang hal ini di samping merupakan quasi keperdataan juga merupakan pengecualian terhadap asas in absetia 2. Dalam pemeriksaan sidang perkara pelanggaran lalu lintas jalan panitera tidak membuat berita acara sidang. Berita acara sidang dan dakwaan serta putusan berupa catatan yang dibuat oleh panitera sesuai ketentuan Pasal 207 ayat (1) huruf a KUHAP, yaitu hakim memerintahkan panitera mencatat dalam buku register semua perkara yang diterimanya dan 2 M. Yahya Harahap,, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2002,Hlm dalam buku register tersebut memuat : - nama lengkap, - tempat lahir, - umur atau tanggal lahir, - jenis kelamin, - kebangsaan, - tempat tinggal, - agama, - pekerjaaan terdakwa, dan - Perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa. Oleh karena itu, dalam pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan tidak ada surat dakwaan yang dibacakan oleh penuntut umum sebagaimana dalam pemeriksaan perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa. Surat dakwaan inilah yang oleh penuntut umum harus dibuktikan di muka persidangan pengadilan dengan alat-alat bukti sah yang ditentukan oleh undangundang untuk membuktikan apakah terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan dan apakah terdakwa terbukti bersalah atau tidak. Dengan demikian perkara pidana yang diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa di samping harus dibuktikan perbuatan yang didakwakan, juga harus di- 109

13 NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT buktikan adanya pertanggungjawaban pidananya. Berbeda dengan acara pemeriksaan pelanggaran lalu lintas jalan yang pertanggungjawaban pidana terdakwa tidak perlu dibuktikan. Dengan demikian pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan sangat sederhana karena pemeriksaan dilakukan tanpa berita acara pemeriksaan dan pembacaan surat dakwaan. Demikian pula putusannya bentuknya sederhana dan tidak perlu memperhatikan ketentuan Pasal 197 KUHAP. Kesederhanaan bentuk putusan dalam perkara pelanggaran lalu lintas jalan ialah pada catatan yang dibuat hakim pada catatan atau formulir pemeriksaan yang dibuat penyidik juga memuat catatan putusan yang dijatuhkan pengadilan. Catatan putusan ini disebut dengan surat amar putusan, kemudian panitera mencatat isi putusan ke dalam register Sanksi Yang Dapat Dijatuhkan Bagi Pengendara Sepeda Motor Yang Melakukan Pelanggaran Tertentu 3 Ibid., Hlm. 426 Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Lalu Lintas Jalan. Seseorang yang melakukan perbuatan pidana untuk dapat dipidana harus mempunyai pertanggungjawaban pidana atau kesalahan. Dalam hukum pidana dikenal asas tiada pidana tanpa kesalahan. Perbuatan pidana ialah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum dan larangan itu disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut 4. Berdasarkan pengertian perbuatan pidana menurut Moeljatno tersebut, maka pengertian perbuatan pidana tidak termasuk pertanggungjawaban pidana. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan perbuatan pidana belum tentu dapat dipidana dan untuk memidana tersebut harus ada pertanggungjawaban pidana atau kesalahan karena masalah kesalahan adalah masalah pertanggungjawaban pidana. Namun demikian, untuk tindak pidana tertentu untuk memidana seseorang tidak diper- 4 Moeljatno, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1984, Hlm

14 Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011 lukan adanya kesalahan yang dalam doktrin dikenal dengan istilah strict liability. Dalam perbuatan pidana yang bersifat strict liability hanya dibutuhkan dugaan atau pengetahuan dari pelaku, sudah cukup untuk menuntut pertanggungjawaban pidana dari dirinya, tidak dipersoalkan adanya mens rea karena unsur pokok dari strict liability adalah actus reus, bukan mens rea 5. Dalam perkara strict liability seseorang yang telah melakukan perbuatan terlarang sebagaimana yang dirumuskan dalam undang-undang sudah dapat dipidana tanpa mempersoalkan apakah pembuat mempunyai kesalahan atau tidak 6. Ketentuan pidana dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur dalam Bab XX mulai dari Pasal 273 sampai dengan Pasal 317. Bagi 5 Hanafi, Strict Liability Dan Vicarious Liability Dalam Hukum Pidana, Lembaga Penelitian Univ. Islam Indonesia, Yogyakarta, 1997,Hlm. 63. Hamzah Hatrik, Asas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia (Stric Liability Dan Vicarious Liability), Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal.110. pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran tertentu terhadap pelanggaran peraturan lalu lintas jalan yang diperiksa dengan Acara Pemeriksaan Cepat dengan Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu lintas Jalan sebagaimana dimaksud oleh Pasal 211 KUHAP antara lain karena tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang: - penomoran, - penerangan, - peralatan, - perlengkapan, - mengemudikan kendaraan bermotor tidak dapat memperlihatkan surat izin mengemudi (SIM), - tidak dapat menunjukkan surat tanda nomor kendaraan, - tidak menyalakan lampu utama pada siang hari, - tidak dipasang tanda nomor kendaraan bermotor, - tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi : - kaca spion, - klakson, - lampu utama, - lampu rem, 111

15 NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT - lampu penunjuk arah, - alat pemantul cahaya, - alat pengukur kecepatan, dan - knalpot, diancam dengan pidana sebagaimana diatur dan ditentukan dalam Pasal 280, Pasal 281, Pasal 285, Pasal 288 Pasal 291, Pasal 292, Pasal 293 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 280 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (lima ratus ribu rupiah). Pasal 281 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (satu juta rupiah). Pasal 285 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, setiap orang yang mengemudikan sepeda motor di jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat peng-ukur kecepatan, knalpot dan kedalaman alur ban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor yang 112

16 Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011 ditetapkan oleh Kepolisian Negera Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (lima ratus ribu rupiah) (ayat 1). Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) (ayat 2). Pasal 291 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, bahwa setiap orang yang menge-mudikan sepeda motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Ayat (2) dari pasal tersebut menentukan, bahwa setiap orang yang menge-mudikan sepeda motor yang membiarkan penumpangnya ti-dak mengenakan helm sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Pasal 292 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, bahwa setiap orang yang mengemudikan sepeda motor tanpa kereta samping yang mengangkut penumpang lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (9) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp ,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Pasal 293 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, bahwa setiap orang yang mengemudikan sepeda motor di jalan tanpa menyalakan lampu utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling 113

17 NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak Rp ,- (seratus ribu rupiah). III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Bentuk acara pemeriksaan bagi pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran tertentu terhadap Peraturan Perundang-undangan Lalu Lintas Jalan menurut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP ialah Acara Pemeriksaan Cepat dengan Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan. 2. Sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran tertentu terhadap Peraturan Perundang-Undangan Lalu Lintas Jalan berdasarkan Pasal 280, Pasal 281, Pasal 285, Pasal 288, Palsal 291, Pasal 292 dan Pasal 293 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ialah pidana kurungan atau pidana denda. 3.2 Saran Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan tulisan ini ialah : 1. Walaupun pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat dilakukan tanpa melihat adanya kesalahan karena berlaku strict liability, hendaknya hakim yang memeriksa perkara tersebut tidak langsung menyatakan pelaku melanggar pasal yang didakwakan oleh polisi tetapi hakim terlebih dahulu menanyakan kepada pelaku apakah benar atau tidak pasal yang didakwakan tersebut. 2. Sanksi yang dijatuhkan terhadap pelaku pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan ialah pidana denda maksimum untuk menimbulkan efek jera, kecuali berkalikali dan sering melakukan pelanggaran dapat dijatuhi sanksi pidana kurungan. 114

18 Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011 DAFTAR PUSTAKA Andi Hamzah, 1994, Pelaksanaan Peradilan Pidana Berdasarkan Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Andi Taher Hamid, 1982, Praktek Peradilan Perkara Pidana, Al Ihsan, Surabaya. Eva Achjani Zulfa, 2011, Pergeseran Paradigma Pemidanaan, Lubuk Agung, Bandung. Hanafi, 1997, Strict Liability dan Vicarious Liability dalam Hukum Pidana, Lembaga Penelitian Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Hamzah Hatrik, 1996, Asas Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana(Strict Liability dan Vicarious Liability), Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harahap M. Yahya, 2002, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan Banding Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta. Kuffal HMA, 2002, Penerapan KUHAP dalam Praktik Hukum, UMM Press, Malang. Moeljatno, 1984, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta. Moeljatno, 2009, Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP), Bumi Aksara, Jakarta. 115

19 NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT KETENTUAN NASKAH Majalah Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Jember terbit setahun 3 kali (per-kuartal) pada bulan April, Agustus dan Desember. Setiap terbit, memuat maksimal 7 (tujuh) naskah. Redaksi mengundang secara terbuka kepada seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Jember maupun semua kalangan untuk menulis ide-ide atau gagasan-gagasan kritis, maupun berbagai masalah aktual di bidang hukum dan kemasyarakatan. Ketentuan naskah: belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain, Pengiriman naskah diserahkan dalam bentuk print out dan soft copy (CD-RW) kepada Pelaksana Administrasi, dengan memberikan kontribusi sebesar Rp (Dua ratus lima puluh ribu rupiah) khusus bagi penulis luar kalangan Fakultas Hukum Univ. Jember. Redaksi berwenang menyunting naskah, tanpa mengubah maksud dan isinya. Petunjuk penulisan: 1. Isi naskah terdiri atas : ABSTRAKSI (dalam Bahasa Indonesia); I. PENDAHULUAN, berisi 1.1. Latar Belakang Masalah dan 1.2. Rumusan Masalah, II. PEMBAHASAN; III. PENUTUP, berisi 3.1. Kesimpulan dan 3.2. Saran. 2. Jumlah halaman naskah sebanyak 12 sampai dengan 15 halaman kertas ukuran A4; 3. Diketik menggunakan huruf jenis Time New Roman ukuran 12, dengan spasi 1,5. 4. Sumber rujukan menggunakan catatan kaki (foot note); 5. Penulisan daftar pustaka dengan urutan penyajian : Nama pengarang diakhiri dengan koma (,) Tahun publikasi diakhiri dengan koma (,) Judul artikel atau judul buku yang ditulis miring dan diakhiri dengan tanda koma (,), Nama Penerbit diakhiri tanda koma (,), Nama Kota Penerbit. Contoh : Subekti, 1980.Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta 6. Penulisan halamam pada foot note, disingkat dengan Hlm. Contoh: Subekti, 1980, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta,Hlm

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT ISSN : 0852-6206 NO.II/TH.XXXVI/2011 MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha

Lebih terperinci

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT ISSN : 0852-6206 NO.II/TH.XXXVI/2011 MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha

Lebih terperinci

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT ISSN : 0852-6206 NO.II/TH.XXXVI/2011 MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha

Lebih terperinci

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT ISSN : 0852-6206 NO.II/TH.XXXVI/2011 MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha

Lebih terperinci

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT ISSN : 0852-6206 NO.II/TH.XXXVI/2011 MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki Jalan yang rusak yang mengakibatkan Kecelakaan

Lebih terperinci

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT ISSN : 0852-6206 NO.II/TH.XXXVI/2011 MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha

Lebih terperinci

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5346 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 187) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025] BAB XX KETENTUAN PIDANA Pasal 273 (1) Setiap penyelenggara Jalan yang tidak dengan segera dan patut memperbaiki

Lebih terperinci

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas Mengenal Undang Undang Lalu Lintas JAKARTA, Telusurnews Sejak Januari 2010 Undang Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009 sudah efektif diberlakukan, menggantikan Undang Undang Nomor 14 Tahun 1992. Namun

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaksa pada setiap kejaksaan mempunyai tugas pelaksanaan eksekusi putusan hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dan untuk kepentingan itu didasarkan

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.187, 2012 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak sesuai

Lebih terperinci

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA KEJAKSAAN AGUNG REPUBLIK INDONESIA JAKARTA Nomor : B-373/E/Epl/8/1993 Sifat : - Lampiran : 1 (satu) expl Perihal : Penyelesaian tindak pidana sebagaimana diatur dalam UU No. 14/1992 dan Konsep Tabel Jenis

Lebih terperinci

Pasal 48 yang berbunyi :

Pasal 48 yang berbunyi : 41 BAB III PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM TERHADAP MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN A. Persyaratan Teknis Modifikasi Kendaraan

Lebih terperinci

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Lalu lintas adalah gerak kendaraan, orang, dan hewan di jalan;

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D

TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D TINJAUAN YURIDIS PROSES PERKARA PIDANA PELANGGARAN LALU LINTAS MOHAMMAD RIFKI / D 101 07 509 ABSTRAK Lalu-lintas dan angkutan jalan mempunyai peran yang cukup penting dalam rangka pembangunan pada umumnya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS Setio Agus Samapto STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Didalam kecelakaan lalu - lintas yang

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS Setio Agus Samapto STMIK AMIKOM Yogyakarta Abstraksi Didalam kecelakaan lalu - lintas yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2009 SERI E NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG JARINGAN LINTAS ANGKUTAN BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti Mengenai pengembalian barang bukti juga diatur dalam Pasal 46 KUHAP. Hal ini mengandung arti bahwa barang bukti selain

Lebih terperinci

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan

Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan Bab XXI : Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan Pasal 359 Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang mati, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya lima tahun atau hukuman kurungan

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis. menyimpulkan bahwa :

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis. menyimpulkan bahwa : 61 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah diuraikan sebelumnya maka penulis menyimpulkan bahwa : 1. Dalam memperoleh suatu keyakinan oleh hakim, ia harus mendasarkan keyakinannya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 3 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 3 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG No. 19, 2001 Seri B No. 3 LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 3 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN

Lebih terperinci

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis) 1. Dany Try Hutama Hutabarat, S.H.,M.H, 2. Suriani, S.H.,M.H Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA 16 BAB II PENGATURAN HAK RESTITUSI TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DI INDONESIA A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 PENYANTUNAN BAGI KELUARGA MENINGGAL ATAU LUKA BERAT KECELAKAAN LALU LINTAS DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENGAMBILAN PUTUSAN HAKIM Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Syarat-Syarat Guna

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 ABD. WAHID / D 101 10 633 ABSTRAK Perkembangan ilmu dan

Lebih terperinci

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT ISSN : 0852-6206 NO.II/TH.XXXVI/2011 MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah menjadi rahasia umum apabila perkembangan lalu lintas pada saat ini begitu pesat hal ini beriringan pula dengan perkembangan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB I PENDAHULUAN. (On-line),  (29 Oktober 2016). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengaruh era globalisasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara di masa kini tidak dapat terelakkan dan sudah dirasakan akibatnya, hampir di semua negara,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIJAYA PUTRA SURABAYA PEMBUKTIAN TITIP SIDANG DALAM PERKARA TILANG PELANGGARAN LALULINTAS DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI SKRIPSI OLEH : AGUNG HENDRA SAPUTRO PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta suatu keamanan dan suatu kerukunan, yang mana tiap-tiap individu di dalam suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang digunakan masyarakat untuk melakukan aktifitasnya. Seiring dengan berkembangnya zaman, maka semakin banyak pula alat transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3) BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara berdasarkan hukum. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3) yang berbunyi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang dan peraturan serta ketentuan-ketentuan lain yang berlaku di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan seseorang yang dianggap belum dewasa dari segi umur. Penentuan seseorang dikatakan sebagai anak tidak memiliki keseragaman. Undang-Undang dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KECELAKAAN LALU LINTAS DAN PELANGGARAN LALU LINTAS A. Lalu Lintas 1. Pengertian Lalu Lintas dan Kecelakaan Lalu Lintas Pengertian lalu lintas adalah gerak/pindah kendaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 T E N T A N G PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 1993 TENTANG PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 394/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

BAB II HUKUMAN BAGI PENGEMUDI DI BAWAH UMUR DALAM UNDANG- UNDANG NO.22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB II HUKUMAN BAGI PENGEMUDI DI BAWAH UMUR DALAM UNDANG- UNDANG NO.22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB II HUKUMAN BAGI PENGEMUDI DI BAWAH UMUR DALAM UNDANG- UNDANG NO.22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN A.Pengertian Lalu Lintas dan Angkutan jalan adalah suatu kesatuan sistem yang tedari

Lebih terperinci

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN

Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN Makalah Daluwarsa Penuntutan (Hukum Pidana) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan apa yang tertuang dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana bahwa wewenang penghentian penuntutan ditujukan kepada

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN PIDANA PENJARA TERHADAP ANAK YANG MELAKUKAN TINDAK PIDANA PENCURIAN Diajukan Oleh : Nama : Yohanes Pandu Asa Nugraha NPM : 8813 Prodi : Ilmu

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. dalam penulisan hukum ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB III PENUTUP. dalam penulisan hukum ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 55 BAB III PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan analisis pembahasan, hasil penelitian yang penulis lakukan dalam penulisan hukum ini, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Hakim sebelum memutus suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pada saat ini banyak sekali pelanggaran-pelanggaran yang terjadi di Indonesia baik pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat maupun dari para penegak hukum dan aparat

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN MENGENAI LALU LINTAS MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA

BAB II PENGATURAN MENGENAI LALU LINTAS MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA BAB II PENGATURAN MENGENAI LALU LINTAS MENURUT HUKUM POSITIF DI INDONESIA A. Peranan Kepolisian Dalam Menanggulangi Pelanggaran Lalu Lintas 1. Aspek Hukum Kepolisian Indonesia Pengertian Kepolisian menurut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 45 TAHUN 2000 (45/2000) TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi, BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara Menurut Khisty dan Lall (2005) pengemudi yang baik tidak harus memiliki keahlian khusus. Uji fisik dan psikologis dapat dengan

Lebih terperinci

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO. 22 TAHUN 2009 BAGI WARGA DESA TAMPINGAN KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL Anis Widyawati Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak kecelakaan lalu lintas yang terjadi disebabkan oleh kelalaian pengemudi baik kendaraan roda dua maupun kendaraan roda empat. Beberapa faktor yang menyebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hukum Pidana Sebagaimana yang telah diuraikan oleh banyak pakar hukum mengenai hukum pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi terhadap

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 Lex Crimen, Vol.II/No.1/Jan-Mrt/2013 KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN http://images.hukumonline.com/ I. PENDAHULUAN Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan

Lebih terperinci

Masyarakat Transparansi Indonesia Kajian Page 1 of 6

Masyarakat Transparansi Indonesia Kajian Page 1 of 6 Masyarakat Transparansi Indonesia Kajian Page 1 of 6 TABEL PELANGGARAN LALU LINTAS YANG DITINDAK DENGAN TILANG SESUAI UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 BESERTA PERATURAN PELAKSANAANNYA UNTUK DKI JAKARTA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 02 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENGAWASAN DAN PENGOPERASIAN BECA BERMOTOR DI KABUPATEN OGAN ILIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana (kepada barangsiapa yang melanggar larangan tersebut), untuk singkatnya dinamakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENTUAN BERLALU LINTAS DENGAN MENGGUNAKAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DALAM WILAYAH KOTA SAMARINDA W A L I K O T A S A M A R I N D A Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari banyaknya perubahan yang terjadi, terutama dalam bidang teknologi transportasi.

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 22-2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1992 (ADMINISTRASI. PERHUBUNGAN. Kendaraan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2003 T E N T A N G PEMINDAHAN KENDARAAN BERMOTOR, KERETA TEMPELAN DAN KERETA GANDENGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembara

Nomor 187, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5346); 3. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembara No. 593, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bentuk, Ukuran, dan Tata Cara Pengisian Blangko Bukti Pelanggaran oleh PPNS di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. praperadilan, maka dapat disimpulkan bahwa: akan memeriksa tuntutan tersebut. Tata cara atau acara dalam proses pemeriksaan

BAB III PENUTUP. praperadilan, maka dapat disimpulkan bahwa: akan memeriksa tuntutan tersebut. Tata cara atau acara dalam proses pemeriksaan 78 BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan tuntutan ganti kerugian akibat tidak sahnya penangkapan dan penahanan melalui proses praperadilan, maka dapat

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS, Menimbang : a. bahwa keamanan dan keselamatan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa untuk mengimplementasikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191]

UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191] UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG [LN 2002/30, TLN 4191] BAB II TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG Pasal 3 (1) Setiap orang yang dengan sengaja: a. menempatkan Harta Kekayaan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2005 T E N T A N G RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAPUAS Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017 PROSES PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA 1 Oleh: Raymond Lontokan 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui apa bentuk-bentuk perbuatan

Lebih terperinci

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA OLEH KORPORASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang semakin banyak, serta kemajuan teknologi yang semakin canggih membawa implikasi semakin ramainya transportasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 16/PID.SUS.Anak/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 16/PID.SUS.Anak/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 16/PID.SUS.Anak/2015/PT.MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ]

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG [LN 2007/58, TLN 4720 ] BAB II TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG Pasal 2 (1) Setiap orang yang melakukan perekrutan,

Lebih terperinci

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG

Direktori Putusan Pengadilan Negeri Sibolga pn-sibolga.go.id P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG P U T U S A N NO. 144/PID.B/2014/PN.SBG DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Negeri Sibolga yang mengadili perkara-perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa pada peradilan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian. Responsive Web Layout. Sistem Absensi Karyawan Online

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Tabel 2.1 Perbandingan Penelitian. Responsive Web Layout. Sistem Absensi Karyawan Online BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian yang terkait dengan penelitian ini terutama dari basis aplikasi, kemiripan obyek yang diteliti dan juga framework yang digunakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012 TENTANG KELAS JALAN, PENGAMANAN DAN PERLENGKAPAN JALAN KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 568/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 568/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 568/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

HAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2

HAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2 HAKIKAT DAN PROSEDUR PEMERIKSAAN TINDAK PIDANA RINGAN 1 Oleh: Alvian Solar 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana hakikat dari tindak pidana ringan dan bagaimana prosedur pemeriksaan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli

Lebih terperinci

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 4 TAHUN 1993 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENYELESAIAN PERKARA PELANGGARAN LALU LINTAS JALAN TERTENTU

SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 4 TAHUN 1993 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENYELESAIAN PERKARA PELANGGARAN LALU LINTAS JALAN TERTENTU SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 4 TAHUN 1993 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENYELESAIAN PERKARA PELANGGARAN LALU LINTAS JALAN TERTENTU MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 1 Juli 1993

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR POLEWALI MANDAR SIPAMANDAQ S IPA M A N D AQ PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGGUNAAN JARINGAN PERLENGKAPAN JALAN KABUPATEN DAN

Lebih terperinci

BAB II KETENTUAN PIDANA YANG MENGATUR TENTANG KELALAIAN BERLALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN ORANG LAIN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB II KETENTUAN PIDANA YANG MENGATUR TENTANG KELALAIAN BERLALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN ORANG LAIN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK 44 BAB II KETENTUAN PIDANA YANG MENGATUR TENTANG KELALAIAN BERLALU LINTAS YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN ORANG LAIN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK A. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan lalu lintas merupakan suatu masalah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan lalu lintas merupakan suatu masalah yang sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan lalu lintas merupakan suatu masalah yang sering mendapat sorotan masyarakat, karena lalu lintas mempunyai peranan yang sangat strategis dalam mendukung

Lebih terperinci

b. bahwa atas dasar pertimbangan tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Bongkar Muat Barang.

b. bahwa atas dasar pertimbangan tersebut di atas perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Izin Bongkar Muat Barang. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 22 TAHUN 2004 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG IZIN BONGKAR MUAT BARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang lazim ditemui di dunia hukum. Demikian halnya dengan proses penegakan suatu perundang-undangan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa Retribusi Pengujian

Lebih terperinci