BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN 2.1 Tinjauan Data Tinjauan Umum Permainan Tradisional Gambar 2.1. Permainan tradisional lompat tali Permainan tradisional atau permainan rakyat adalah suatu hasil budaya masyarakat yang berasal dari jaman yang sangat tua, yang telah tumbuh dan hidup hingga sekarang (Depdikbud, 1980/1981). Permainan tradisional adalah segala bentuk permainan yang sudah ada sejak jaman dahulu dan diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi (Purwaningsih, 2006). Menurut Jarahnitra (dalam Siagawati dkk, 2007) bahwa permainan tradisional rakyat merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berolahraga yang sekaligus sebagai sarana berlatih untuk hidup bermasyarakat, ketrampilan, kesopanan, serta ketangkasan. 5

2 6 Dharmamulya (dalam Siagawati dkk, 2007) menyatakan bahwa permainan tradisional merupakan sarana untuk mengenalkan anakanak pada nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan untuk mengadakan hubungan atau kontak sosial dan memainkan peran yang sesuai dengan kedudukan sosial dalam masyarakat. Penjelasan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan permainan tradisional adalah permainan yang sudah ada sejak jaman dahulu yang merupakan warisan turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Permainan tradisional juga merupakan sarana untuk memperkenalkan anak-anak terhadap nilai budaya dan norma sosial yang dibutuhkan dalam mengadakan hubungan atua kontak sosial dalam masyarakat. Gambar 2.2 Permainan tradisional gundu atau kelereng Kemajuan tekhnologi sudah menggerus permainan tradisional bangsa kita. Jika melihat anak-anak sekarang permainannya serba instan, mulai dari playstasion, ipad, gadget dan masih banyak lagi permainan canggih lainnya. Sekarang sulit menemui anak-anak yang main dihalaman seperti main kelereng, petak umpet, layangan, galasin, gasing, enggrang, sondah, congklak, beklen, bedil jepret dan lain-lain. Permainan tradisional begitu langka dimainkan. Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa hampir punahnya permainan tradisional Indonesia dikarenakan lahan untuk bermain yang tidak ditemukan

3 7 lagi, kemajuan teknologi pun turut ambil bagian, sulit ditemukannya bahan untuk membuat permainan pun menjadi faktor kehampirpunahan itu dan factor yang tidak kalah besarnya yaitu tidak ada pengenalan permainan tradisional dari orang tua kepada anak dan tidak ada pengenalan permainan tradisional di sekolah yang dikarenakan guru-guru tersebut tidak tahu atau lupa dengan permainan tradisional baik manfaatnya maupun sampai cara memainkanya Komunitas Hong Gambar 2.3. Logo Komunitas Hong Komunitas Hong adalah sebagai Pusat Kajian Mainan Rakyat yang didirikan pada tahun 2003 dan melakukan penelitian mainan sejak tahun 1996, komunitas mainan rakyat ini bertekad melestarikan mainan dan permainan rakyat. Komunitas mainan rakyat ini berusaha menggali dan merekonstruksi mainan rakyat baik itu dari tradisi lisan atau tulisan berupa naskah-naskah kuno dan berusaha memperkenalkan mainan rakyat dengan tujuan menanamkan sebuah pola pendidikan nilai dan etika masyarakat agar seorang anak mengenal diri, lingkungan dan Tuhannya Manfaat Permainan Tradisional Padahal jika ditinjau lebih jauh permainan tradisional juga memilikki dampak positif bagi perkembangan anak, contohnya saja : 1. Anak menjadi lebih kreatif.permainan tradisional biasanya dibuat

4 8 langsung oleh para pemainnya.mereka menggunakan barang-barang, benda-benda, atau tumbuhan yang ada di sekitar para pemain. Hal itu mendorong mereka untuk lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan. Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya aturan yang berlaku adalah selain aturan yang sudah umum digunakan, ditambah dengan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Disini juga terlihat bahwa para pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang sesuai dengan keadaan mereka. 2. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak. Saat bermain, anakanak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut. 3. Mengembangkan kecerdasan intelektual anak. Permainan tradisional seperti permainan Gagarudaan, Oray-Orayan, ular naga, ancak-ancak alis dan Pa Cici-Cici Putri mampu membantu anak untuk mengembangkan kecerdasan intelektualnya. Sebab, permainan tersebut akan menggali wawasan anak terhadap beragam pengetahuan. 4. Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak.hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain, nyaman dan terbiasa dalam kelompok, misalnya permainan Bebentengan, Adang-Adangan, Anjang- Anjangan, Kasti. 5. Mengembangkan kecerdasan logika anak. Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkahlangkah yang harus dilewatinya, misalnya: Engklek, Congkak, Macanan, Dam Daman, Lompat tali/spintrong, Encrak/Entrengan, Bola bekel, Tebak-Tebakan. 6. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Pada umumnya,

5 9 permainan tradisional mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan lainnya. Contoh permainannya adalah: Nakaluri, Adang-Adangan, Lompat tali, Baleba, Pulu-Pulu, Sorodot Gaplok, Tos Asya, Heulang jeung Hayam, Enggrang 7. Mengembangkan kecerdasan natural anak. Banyak alat-alat permainan yang dibuat atau digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu terhadap alam. Contoh permainannya adalah: Anjang-Anjangan atau dadagangan dengan membuat minyak dari daun bunga sepatu, mie baso terbuat dari tumbuhan parasit berwarna kuning yang bisanya tumbuh di tumbuha. Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali. Engrang terbuat dari bambu. Encrak menggunakan batu. Bola sodok menggunakan bambu. Parise terbuat dari bambo. Calung terbuat dari bambo. Agra atau sepak takraw, bolanya terbuat dari rotan 8. Mengembangkan kecerdasan spasial anak. Bermain peran dapat ditemukan dalam permainan tradisional Anjang-Anjangan (Jawa Barat), Alek-alekan (Sumatera). Permainan itu mendorong anak untuk mengenal konsep ruang dan berganti peran (teatrikal). 9. Mengembangkan kecerdasan musical anak. Nyanyian atau bunyi- bunyian sangat akrab pada permainan tradisional. Permainanpermainan yang dilakukan sambil bernyanyi diantaranya: Ucang- Ucang Angge, Enjot-Enjotan, Calung, Ambil-Ambilan, Tari Tempurung, Berbalas Pantun, Wayang, Pur-Pur Sadapur, Oray- Orayan. 10. Mengembangkan kecerdasan spiritual anak. Dalam permainan tradisional mengenal konsep menang dan kalah. Namun menang dan kalah ini tidak menjadikan para pemainnya bertengkar atau rendah diri. Bahkan ada kecenderungan, orang yang sudah bisa melakukan permainan

6 10 mengajarkan tidak secara langsung kepada teman- temannya yang belum bisa. Menurut Misbach (2006), permainan tradisional yang ada di Nusantara ini dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan anak, seperti : 1. Aspek motorik: Melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik, motorik kasar, motorik halus. 2. Aspek kognitif: Mengembangkan maginasi, kreativitas, problem solving, strategi, antisipatif, pemahaman kontekstual. 3. Aspek emosi: Katarsis emosional, mengasah empati, pengendalian diri 4. Aspek bahasa: Pemahaman konsep-konsep nilai 5. Aspek sosial: Menjalin relasi, kerjasama, melatih kematangan sosial dengan teman sebaya dan meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi berlatih peran dengan orang yang lebih dewasa/masyarakat. 6. Aspek spiritual: Menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung (transcendental). 7. Aspek ekologis: Memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana. 8. Aspek nilai-nilai/moral : Menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu kepada generasi selanjutnya Analisis Permainan Tradisional Analisis permainan ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek yang bisa dikembangkan dari permainan tradisional sebagai media

7 11 pembelajaran anak. Langkah analisis dimulai memilih beberapa jenis permainan tradisional dengan sifat outdoor activities dan meilikki low contact physic. Dari mengelompokkan jenis permainan tradisional tersebut dipetakan lagi seperti alat permainan yang digunakan, tempat bermain, jumlah dan kelompok usia pemain, aturan permainan, cara bermainnya dan aspek-aspek apa yang didapatkan dari Permainan Tradisional tersebut mulai dari aspek moral, agama, fisik, bahasa, kognitif dan aspek social emosional. Kemudian aspek yang dikembangkan dari permainan tradisonal tersebut sebagai media pembelajaran. Aspek yang dikembangkan itu terdiri dari aspek moral dan agama, aspek fisik, aspek bahasa, aspek kognitif dan Analisis dilakukan dengan metode sampling artinya tidak semua permainan tradisional yang berkembang dimasyarakat dianalisis. Permainan tradisional yang dianalisis adalah : 1. Egrang / Jajangkungan Gambar 2.4. Permainan Tradisional Enggrang Nama Permainan Enggrang / Jajangkungan

8 12 Alat Permainan Tempat Bermain Pemain Bambu atau papan kayu di luar atau di dalam ruangan yang luas Jumlah : 1 orang (lebih ramai lebih asik) Umur : 7 sampai 10 Tahun Aturan Main Aturan permainan egrang dapat dibagi menjadi dua, yaitu : - perlombaan lari : Perlombaan adu kecepatan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara 7-11 tahun dengan jumlah 2--5 orang. - Pertandingan untuk saling menjatuhkan dengan cara saling memukulkan kaki-kaki bambu. Sedangkan, permainan untuk saling menjatuhkan lawan biasanya dilakukan oleh anak-anak yang berusia antara tahun dengan menggunakan sistem kompetisi. Persiapan - Mempersiapkan tempat - Mempersiapkan alat / Egrang (Media bamboo yang dipergunakan umumnya bamboo tali/awi tali atau bamboo hijau/awi hejo, dan bamboo hitam/awi hideung. Setelah bambu dipilih yang sesuai dengan pegangan tangan atau bamboo bagian atas lalu bamboo tersebut mengalami proses pengeringan dan dibersihkan. Lalu pemasangan buluh bamboo disesuaikan dengan urutan buluh bamboo bagian bawah.)

9 13 - Mempersiapkan pemain - Membuat atau membagi kelompok Pelaksanaan - Apabila permainan hanya berupa adu kecepatan (lomba lari), maka diawali dengan berdirinya 3-4 pemain di garis start sambil menaiki bambu masing-masing. Bagi anak-anak yang kurang tinggi atau baru belajar bermain egrang, mereka dapat menaikinya dari tempat yang agak tinggi atau menggunakan tangga dan baru berjalan ke arah garis start. Apabila telah siap, orang lain yang tidak ikut bermain akan memberikan aba-aba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, para pemain akan berlari menuju garis finish. Pemain yang lebih dahulu mencapai garis finish dinyatakan sebagai pemenangnya. - Sedangkan, apabila permainan bertujuan untuk mengadu bambu masing-masing pemain, maka diawali dengan pemilihan dua orang pemain yang dilakukan secara musyawarah/mufakat. Setelah itu, mereka akan berdiri berhadapan. Apabila telah siap, peserta lain yang belum mendapat giliran bermain akan memberikan abaaba untuk segera memulai permainan. Mendengar aba-aba itu, kedua pemain akan mulai mengadukan bambu-bambu yang mereka naiki. Pemain yang dapat menjatuhkan lawan dari bambu yang dinaikinya dinyatakan sebagai pemenangnya.

10 14 Manfaat yang didapat - Permainan yang bersifat individual, seperti bermain Egrang secara khusus melatih anak tentang kemandirian. Bermain Egrang, meskipun bisa diajarkan atau didampingi orang lain, namun pada jalanya permainan, bermain Egrang pasti dilakukan sendiri, dengan resiko jatuh tanpa pegangan orang lain. Dalam hal ini, setiap pemain Egrang dilatih untuk dapat mengantisipasi resiko yang bersifat individual, di mana setiap masalah harus diselesaikan atau ditanggung sendiri. Dengan Proses seperti itu, permainan Egrang secara tidak langsung akan menumbuhkan sikap percaya diri. Pada tahap lanjutan bermain Egrang, setiap pemain bisa mengembangkan diri dalam bermain, seperti melakukan trik sulit, dengan diam dii atas Egrang dalam waktu yang lama, melakukan loncatan dengan satu pijakan Egrang, menari, berlari dan seterusnya. Dengan demikian ketangkasan, dan proses mengasah kemampuan individu (skill) dilatih secara intensif (terus menerus_ dalam permainan ini. - Nilai budaya yang terkandung dalam permainan egrang adalah: kerja keras, keuletan, dan sportivitas. Nilai kerja keras tercermin dari semangat para pemain yang berusaha agar dapat mengalahkan lawannya. Nilai keuletan tercermin dari proses pembuatan alat yang digunakan untuk berjalan yang memerlukan keuletan dan ketekunan agar seimbang dan mudah digunakan untuk berjalan. Dan, nilai sportivitas tercermin tidak hanya dari sikap para pemain yang tidak

11 15 berbuat curang saat berlangsungnya permainan, tetapi juga mau menerima kekalahan dengan lapang dada. Tabel 2.1. Tabel deskripsi permainan Enggrang 2. Lompat Tali / Main Karet Gambar 2.5. Permainan Tradisional Lompat Tali Nama Permainan Alat Permainan Tempat Bermain Pemain Lompat Tari / Lompat karet 1. Karet gelang yang dijalin atau dirangkai hingga panjangnya mencapai ukuran yang dibutuhkan, biasanya 3 4 meter. Luar ruang atau dalam ruangan yang luas Jumlah : minimal 3 orang atau lebih Umur : 7 sampai 10 Tahun

12 16 Aturan Main - Tim yang kalah dalam undian, akan menjadi penjaga. - Tim dianggap menang apabila semua anggota tim bisa menyelesaikan tantangan dari permainan karet ini Persiapan - Mempersiapkan tempat - Membuat gambar arena permainan - Mengundi pemain Pelaksanaan 1. Pemain dibagi 2 kelompok dengan jumlah anggota bebas,semakin banyak semakin lama mainnya. 2. Yang tidak mendapatkan giliran main maka dua orang darinya memegangi tali di ke dua sisi ujung untuk di lompati si pemain. 3. Ketinggian tali yang dipegang ada beberapa tahapan,pertama setinggi mata kaki dalam keadaan jongkok,kemudian si pemain satu demi satu melompati karet tersebut tanpa menyentuhya. 4. Step kedua setinggi pusar saat jongkok,kemudian pemain melompati tali itu tanpa menyentuhnya juga.

13 17 5. Kemudian tak jauh beda dengan yang telah dilakukan tapi ketinggian tali setinggi dada. 6. Lalu ditinggikan lagi setinggi dagu,kemudian hidung,lalu kuping,lalu teluntuk jari dengaan tangan diangkaat juga tanp menyentuh tali. 7. Tak jauh beda lagi,tapi step berikutnya si pemegang tali keadaan berdiri.dimulai dri setinggi lutut,juga melompat tanpa menyentuh tali. 8. Selanjutnya dilanjutkan setinggi pusar,bedanya disini pemain boleh menyentuh tali yang melintang(yang dilompati),tapi harus sukses melompatinya tanpi kaki atau yang lain tersangkut pada tali. 9. Dilanjutkan setinggi dada juga boeh menyentuh tali.kemudian setinggi kuping,lalu setinggi kepala,dan terakhir setinggi jari telunjuk dengan keadaan tangan di atas. 10. Pada step yang boleh menyentu tali,jika

14 18 kesilitan bisa dilakukan dengan bantuan tangan dengan cara jari telunjuk meraih tali itu kemudian langsung dilompati,atau dengan cara gaya katak(koprol dengan tangan di bawah dan kaki di atas). 11. Pemenang adalah kelompok mana yang selesai terlebih dahulu menyelesaikan tahapan-tahapan itu semua. 12. Jika di tengah permainan ada pemain yang salah(tidak bias melompati tali dengan sempurna)maka permainan berganti giliran dengan kelompok yang memegang tali.tapi nanti jika tiba giliran lagi tahapan bias dilanjutkan. Manfaat yang didapat - Memberikan kegembiraan pada anak - Melatih semangat kerja keras pada anakanak untuk memenangkan permainan dengan melompati berbagai tahap lompatan tali - Melatih kecermatan anak karena untuk dapat melompati tali (terutama pada posisiposisi tinggi), kemampuaan anak untuk memperkirakan tinggi tali dan lompatan yang harus dilakukanya akan sanagat

15 19 membantu keberhasilan anak melompati tali. - Melatih motorik kasar anak yang sangat bermanfaat untuk membentuk otot yang padat, fisik yang kuat dan sehat, serta mengembangkan kecerdasan kinestetik anak. Permainan yang dilakukan dengan lompatan-lompatan ini juga bermanfaat menghindarkan anak dari resiko mengalami obesitas. - Melatih keberanian anak dalam mengasah kemampuanya untuk mengambil keputusan. Hal ini karena untuk melompat tali dengan ketinggian tertentu membutuhkan keberanian untuk melakukannya. Anak juga harus mengambil keputusan apakah akan melompat atau tidak. - Menciptakan emosi positif bagi anak. sebab, ketika bermain lompat tali, anak bergerak, berteriak, dan tertawa. Gerakan, tawa, dan teriakan ini sangat bermanfaat untuk membuat emosi anak menjadi positif. - Menjadi media bagi anak untuk bersosialisasi. Dari sosialisasi permainan ini, anak belajar bersabar, menaati peraturan, berempati, dan menempatkan diri

16 20 dengan baik diantara teman-temanya. - Membangun sportifitas anak. Pembelajaran melalui sportifitas ini di peroleh anak ketika harus menggantikan posisi pemegang tali ketika ia gagal melompati tali. Tabel 2.2. Tabel deskripsi permainan Lompat Tali 3. Galasin

17 21 Gambar 2.6. Permainan Tradisional Galaasin Nama Permainan Galasin (Jawa Barat, Banten), Galah Asin (Jakarta), Asing (Makasar), Sodoran (Cirebon), Slodoran (Jawa Timur) Galah Panjang (Malaysia). Sodor (Madura) Alat Permainan Tempat Bermain Pemain 1. Kapur bubuk untuk membuat arena permainan 2. Ranting kayu untuk membuat garis arena permainan bila dilakukan di tanah Luar ruang yang luas Dalam ruang yang luas Jumlah : 8 Orang Umur : 4 sampai 10 Tahun Aturan Main - Tim yang kalah dalam undian, akan menjadi penjaga. - Tim dianggap menang apabila semua anggota tim bisa menerobos semua petak tanpa tertangkap tim penjaga. Persiapan - Mempersiapkan tempat - Mempersiapkan pemain - Membuat/membagi kelompok - Mengatur posisi pemain

18 22 Pelaksanaan - Anak-anak dibagi menjadi 2 tim. Setelah menentukan tim mana yang jaga, permainan dapat dimulai. - Anggota tim jaga harus menjaga di masing-masing garis yang telah ditentukan dan boleh bergerak sepanjang garis tersebut untuk menyentuh anggota tim lawan. - Tim yang tidak berjaga berdiri di garis yang paling depan dan berusaha menerobos garis-garis tersebut dan tidak boleh sampai tersentuh oleh tim yang jaga. - Setelah berhasil menerobos garis paling akhir, mereka harus berusaha kembali ke tempat pertama mereka mulai. - Bila berhasil, mereka akan mendapatkan satu nilai. Sedangkan bila ada anggota tim yang tersentuh berarti giliran berganti. - Tim yang tersentuh akan bertugas untuk menjaga. Tim yang menang adalah yang mengumpulkan nilai paling

19 23 banyak. Manfaat yang didapat Dengan tugas yang ada bagi setiap pemain di dalam permainan Galah Asin, secara khusus permainan ini memilikki nilai-nilai yang hendak ditanamkan pada setiap pelakunya tentang sikap disiplin. Sebagaimana permainan Galah Asin, apabila setiap penjaga garis tidak melakukan tugasnya dengan baik, maka pihak lawan akan dengan mudah menembus pertahanan tim lawan. Kenapa demikian? Karena dakam Galah Asin, system pertahanan yang ada bukan bersifat individu, melainkan pertahanan kelompok. Begitupun dengan kelompok yang berusaha menembus setiap penjagaan, pembagian wilayah tugas dalam menggoda atau memancing setiap penjaga penting untuk dilakukkan dengan disiplin Tabel 2.3. Tabel deskripsi permainan Galah Asin 4. Bebentengan

20 24 Gambar 2.7. Permainan Tradisional Bebentengan Nama Permainan Alat Permainan Tempat Bermain Pemain Betengan (Yogyakarta), Raton (Kulon Progo), Jeg- Jegan (Jawa), Bebentengan (Jawa Barat dan Banten), Pal-Palan, Pris-Prisan, Sodoran (Cirebon), Penjaga Benteng (Sumatera Barat) Tiang atau pohon sebagai benteng Ranting untuk bikin lingkaran sebagai penjara Tempat bermain: di halaman, lapangan atau di tempat yang agak luas ± (8 x 8 meter) Jumlah : Minimal 10 orang dan harus genap karena dibagi 2 kelompok Umur : 4 sampai 10 Tahu Aturan Main - Mempersiapkan pemain - Mempersiapkan tempat bermain - Mempersiapkan alat permainan - Melakukan undian (hompimpah) untuk membentuk kelompok menjadi 2 dengan

21 25 jumlah yang sama - Kedua kelompok memilih salah seorang anggotanya untuk menjadi ketua kelompok - Kedua ketua kelompok melakukan undian/suiten lagi untuk menentukan kelompok mana yang lebih dulu menyerang. - Kedua kelompok menempati bentengnya masing- masing Persiapan - Mempersiapkan tempat - Mempersiapkan pemain - Membuat/membagi kelompok - Mengatur posisi pemain Pelaksanaan - Masing-masing tim menentukan bentengnya, dapat berupa pohon, tiang, atau tembok. - Mereka berusaha menawan anggota tim lawan agar dapat merebut benteng lawan. - Permainan dimulai dengan salah satu anggota keluar dari benteng, maka anggota tim lawan akan berusaha menyentuh orang tersebut. Tetapi anggota tim pertama dapat langsung menyerang dengan berusaha menyentuh pemain yang keluar tersebut begitu pula dengan tim lawan. - Untuk menghindari disentuh, mereka dapat kembali ke benteng-masing- masing. - Siapa yang tersentuh akan ditawan di benteng lawan. Teman satu tim dapat berusaha

22 26 menyelamatkan teman- teman yang tertawan dengan mendatangi benteng lawan dan menyentuh teman-temannya, tetapi tentu saja tidak boleh tersentuh lawannya. - Harus ada anggota tim yang menjaga bentengnya. Bila benteng lawan tidak ada yang menjaga, maka pemain dapat menyentuh benteng tersebut yang berarti tim tersebut menjadi pemenangnya. Manfaat yang didapat Nilai gotong-royong dan kerjasama begitu jelas diaplikasikan. Dalam bebentengan, permainan tidak akan mungkin dapat diselesaikan (dimenangi) tanpa adanya koordinasi, pembagian tugas, dan disiplin tinggi dari setiap pemain. Dengan kata lain, gotong-rotong dan kerja sama tim begitu penting dalam hal ini. Manfaat lainya yang bisa didapat yaitu pemain dapat melatih kecepatan dan kelincahan dalam berlari serta dapat melatih daya tahan kekuatan karena dalam permainan ini pemain dituntut untuk terus berlari (psikomotorik) Tabel 2.4. Tabel deskripsi permainan Bebentengan Media Pembelajaran Konstruktivisme merupakan paradigma pembelajaran yang digunakan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa. Menurut paham ini, belajar merupakan hasil konstruksi pelajar sendiri sebagai hasil interaksi dengan lingkungan belajarnya. Peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator, mediator, dan pembimbing yang membantu siswanya menjalani proses pembelajaran serta mengelola informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar anak (Ibrahim, dkk., 2001).

23 27 Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996 dalam Santyasa, 2007). Jika proses pembelajaran diartikan sebagai proses komunikasi, maka media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat merangsang minat, perhatian, pikiran serta perasaan dan digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga tujuan belajar dapat tercapai. (Santyasa, 2007) Media berfungsi sebagai pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa) sehingga proses pembelajaran akan berjalan optimal jika media menjalankan fungsinya dengan baik. Dengan demikian, media memiliki posisi yang sangat penting dalam sistem pembelajaran, seperti yang ditunjukkan pada Gambar Gambar 2.8. Posisi Media dalam Sistem Pembelajaran Langkah Strategis Inovasi Media Pembelajaran pada Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dengan Pemanfaatan Permainan Tradisional Telah dijelaskan bahwa Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa terintegrasi dalam tiga hal, yaitu pengajaran seluruh mata pelajaran, program pengembangan diri dan budaya sekolah, maka melalui ketiga hal itu pula permainan tradisional dapat mengambil peranan sebagai media pembelajaran yang inovatif. 1. Pengintegrasian Mata Pelajaran Pengembangan nilai budaya dan karakter bangsa diintegrasikan dalam

24 28 setiap pokok bahasan pada masing-masing mata pelajaran. Permainan tradisional yang sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang akan dikembangkan kemudian digunakan sebagai media pembelajaran. Berikut adalah contoh penerapan permainan tradisional dalam mata pelajaran untuk anak sekolah dasar kelas 1-3. Mata Pelajaran Nilai Teknik Implementasi Permainan Tradisional Pendidikan Kewarganegaraan 1. Demokratis: Terwujud dalam pemilihan yang akan menjadi kucing dengan suit 2. Kerja Keras: Keuletan peserta yang bertindak sebagai kucing dikembangka 3. Gotong Royong: Kerjasama pemain untuk mengelabui si kucing agar temannya tidak tertangkap Nama Kucing-kucingan Permainan: Peserta: lebih dari 3 orang, ada yang bertindak sebagai kucing, ada yang bertindak musuh. sebagai Alat yang digunakan: Sapu tangan (untuk menutup mata) Cara bermain: peserta lingkaran, Seluruh membuat sambil berdiri merentangkan tangan dan saling bergandengan, kecuali kucing berdiri di tengah dengan mata tertutup. Seluruh peserta yang membuat lingkaran terus berputar atau bergerak hingga salah seorang

25 29 tertangkap. Kucing yang berhasil menangkap lawannya harus menerka siapa nama lawannya. Tabel 2.5. Contoh Implementasi Permainan Tradisional sebagai Media Pembelajaran dalam Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan 2. Program Pengembangan Diri Program pengembangan diri siswa salah satunya melalui kegiatan ekstrakurikuler. Bengkel permainan tradisional bisa menjadi salah satu model kegiatan ekstrakulrikuler bagi peserta didik dengan memfokuskan rasa ingin tahu, kreatif, cinta tanah air sebagai nilai-nilai yang akan dikembangkan. Di bengkel ini anak diberi kebebasan untuk bereksplorasi ide dan berkreativitas dengan permainan tradisional. Memodifikasi alatalat permainan tradisional sesuai dengan kreativitas menjadi salah satu pilihan kegiatan yang dapat mendorong pengembangan nilai rasa ingin tahu dan kreatif. Namun demikian, pelaksanaan program ini tetap membutuhkan pendampingan dari guru secara agar proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang terkandung dalam permainan tradisional dapat berjalan optimal pada diri peserta didik dan nilai tersebut dapat berkembang secara optimal dalam diri peserta didik. 3. Budaya Sekolah Waktu istirahat senggang di sekolah menjadi salah satu sarana berkembangnya suatu budaya sekolah. Dalam rangka pengembangan budaya dan karakter bangsa, waktu istirahat di sela-sela jam belajar bisa dijadikan wahana sosialisasi permainan tradisional sebagai bagian dari budaya bangsa, sekaligus menginternalisasikan nilai-nilai karakter yang terkandung di dalamnya. Melalui permainan, anak akan belajar lebih

26 30 santai, tanpa terbebani oleh hal-hal yang condong kea rah kognitif sehingga tak jarang memberatkan anak. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa dapat dilakukan pula dengan berbagai kegiatan yang bersifat kondisional, misalnya Festival Permainan Tradisional. Kegiatan ini sebaiknya melibatkan seluruh elemen sekolah, baik kepala sekolah, guru, peserta didik, tenaga kependidikan bahkan orang tua peserta didik. Masing-masing hendaknya memaknai Namun, hal yang perlu digarisbawahi adalah walaupun bersifat kondisional, kegiatan ini harus tetap memberikan kesan sepanjang proses pembelajaran anak. Permainan tradisional memiliki unsur bermain yang sesungguhnya. Di dalamnya ada aktivitas fisik yang membuat anak bergerak, juga ada unsur kreativitas, dilakukan di ruang terbuka dan berkelompok. Permainan tradisional juga mengandung banyak makna bahkan bisa membangun karakter positif pada anak. Sayangnya, permainan tradisional tak lagi dikenal, tergeser permainan modern yang mengandalkan teknologi. Gambar 2.8. Permainan Tradisional Enggrang

27 31 Guru masa kini barangkali juga tak ingat lagi permainan tradisional. Bahkan, tak mengenalnya. Jika guru tak kenal, maka anak pun tak pernah tahu dan tidak mendapatkan banyak manfaat dari permainan tradisional. Keluarga punya peran besar mengenalkan permainan tradisional pada anak masa kini. Selain melestarikan warisan budaya, juga untuk mendapatkan manfaat dari ragam permainan yang mulai tergeser sejak era televisi di tahun 90-an. Guru perlu perlu menyandingkan pendidikan kognitif (pelajaran formal) dengan permainan tradisional. Untuk itu guru perlu belajar lagi mengenai permainan tradisional yang semakin jarang dimainkan anak-anak masa kini. Anak-anak tak mengenal permainan tradisional karena guru cenderung malas Tinjauan Khusus Teori 360 Degree Campaign Gambar 2.9. tabel 360 Degree Campaign 360 Degree Campaign adalah jenis kampanye yang lebih memperhitungkan ke identitas brand itu sendiri dan mengambil pendekatan secara inkulsif untuk memastikan bahwa brand tetap

28 32 terhubung dengan konsumen di waktu yang bersamaan. Dengan kata lain 360 Degree campaign menciptakan filosofi brand secara khusus yang berpusat pada konsumen. 360 Degree campaign membantu untuk mengantisipasi segala aspek kebutuhan dari konsumen, terutama untuk brand baru yang perlu hadir di berbagai tempat atau media untuk meningkatkan citra brand itu sendiri Teori Interaksi social Menurut menurut Shaw (Ali,2004:87) merupakan suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi individu lain yang menjadi pasangannya. Johnson mengatakan di dalam masyarakat, interaksi sosial adalah suatu hubungan timbal balik antara individu dengan individu lainnya, individu dengan kelompok dan sebaliknya. Interaksi sosial memungkinkan masyarakat berproses sedemikian rupa sehingga membangun suatu pola hubungan. Interaksi sosial dapat pula diandaikan dengan apa yang disebut Weber sebagai tindakan sosial individu yang secara subjektif diarahkan terhadap orang lain (Johnson, 1988: 214). Menurut Kimball Young, interaksi sosial dapat berlangsung antara: a. orang dengan kelompok atau kelompok dengan orang-perorangan (there may be person to group or group to person relation) b. kelompok dengan kelompok (there is group to group interaction) c. orang-perorangan (there is person to person interaction) (Taneko, 1990:112).

29 Teori Belajar dan Pembelajaran Dalam konteks pendidikan, hampir semua aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas belajar. Para Pakar psikologi saling berbeda dalam menjelaskan mengenai cara atau aktivitas belajar itu berlangsung. Akan tetapi dari beberapa penyelidikan dapat ditandai, bahwa belajar yang sukses selalu diikuti oleh kemajuan tertentu yang terbentuk dari pola pikir dan berbuat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar ialah untuk memperoleh kesuksesan dalam pengembangan potensi-potensi seseorang. Beberapa aspek psikologis aktivitas belajar itu misalnya: motivasi, penguasaan keterampilan dan ilmu pengetahuan, pengembangan kejiwaan dan seterusnya. Bahwa setiap saat dalam kehidupan mesti terjadi suatu proses belajar, baik disengaja atau tidak, disadari maupun tidak. Dari proses ini diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut sebagai hasil belajar. Tapi untuk memperoleh hasil yang optimal, maka proses belajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja dan terorganisasi dengan baik dan rapi. Atas dasar ini, maka proses belajar mengandung makna: proses internalisasi sesuatu ke dalam diri subyek didik; dilakukan dengan sadar dan aktif, dengan segenap panca indera ikut berperan. Sumadi Suryabrata (1983:5) menjelaskan pengertian belajar denga mengidentifikasikan ciri-ciri yang disebut belajar, yaitu: Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti behavioral changes) baik aktual maupun potensial; perubahan itu pada pokoknya adalah diperolehnya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama; perubahan itu terjadi karena usaha. Menurut Begge (1982:1-2), belajar adalah suatu perubahan yang berlangsung dalam kehidupan individu sebagai upaya perubahan dalam pandangan, sikap, pemahaman atau motivasi dan bahkan

30 34 kombinasi dari semuanya. Belajar selalu menunjukkan perubahan sistematis dalam tingkah laku yang terjadi sebagai konsekwensi pengaalaman dalam situasi khusus. Bertolak dari pemahaman di atas dapatlah ditegaskan, bahwa belajar senantiasa merupakan perbuatan tingkah laku dan penampilah dengan serangkaian aktivitas misalnya: membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya. Dengan demikian, belajar juga bisa dilihat secara makro dan mikro, luas dan khusus. Dalam arti makro, luas, belajar dapat diartikan sebagai aktivitas ruhani-jasmani menuju perkembangan pribadi yang utuh. Seperti yang dijelaskan oleh Bloom (1979), bahwa belajar itu mencakup tiga ruang lingkup, yaitu cognitive domainyang berkaitan dengan pengetahuan hapalan dan pengembangan intelektual, affective domain, yang berkaitan dengan minat, sikap dan nilai serta pengembangan apresiasi dan penyesuaian, psychomotor domain, yang berkaitan dengan prilaku yang menuntut koordinasi syaraf Teori Design Teori Kampanye Kampanye adalah suatu kegiatan promosi, komunikasi atau rangkaian pesan terencana khususnya spesifik atau untuk mencerahkan masalah kritis, bisa juga masalah komersial maupun non komersial, seperti masalah sosial, politik, budaya, lingkungan hidup. Menurut Shay Sayre kampanye diartikan sebagai sebuah bagian dari pemasaran suatu produk (atau pelayanan atau perusahaan) yang dikerjakan secara individual dan akhirnya adalah untuk menyampaikan pesan kepada konsumen. Sedangkan menurut Jim Albright kampanye itu lebih dari hanya menyatukan kemampuan advertising yang kamu kuasai, berbagai macam pendekatan, tergantung dari strategi yang akan dikembangkan.

31 35 ( Sumber : Altstiel, Tom, & Jean Grow.(2006 : 121) Teori Periklanan Advertising (periklanan) adalah penyajian materi secara persuasif kepada public melalui media massa dengan tujuan untuk mempromosikan barang atau jasa. Advertising (periklanan) adalah bisnis ide dan kreatifitas (Roman, Maas & Nisenholtz, 2005) Menggambar hanyalah ekspresi citra yang kita tuangkan sebagai bentuk konsep ide di dalam pikiran namun akarnya tetap ide itu sendiri, menggambar lebih merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Proses mengungkapkan ide dalam bentuk gambar penting dalam periklanan, namun gambar yang bagus dan indah bukan hal yang utama karena kita hanya dituntut untuk dapat menuangkan ide dalam bentuk citra gambar (Lwin & Aitchison. 2005) Jadi, mampu menggambar dengan baik bukan persyaratan di dunia periklanan. Memiliki naluri dan ide pemasaran yang memungkinkan untuk memadukan sebuah usulan penjualan dan nilai-nilai komersial sebuah gagasan jauh lebih penting. Periklanan atau Promosi (Advertising) adalah suatu bentuk komunikasi yang ditujukan untuk mengajak orang yang melihat, membaca atau mendengarnya untuk melakukan sesuatu. ( Sumber : Altstiel, Tom, & Jean Grow.(2006 : ) Teori Konsep Mengembangkan sebuah ide kreatif sangatlah tidak mudah, terutama prosesnya. Banyak buku yang menawarkan cara-cara untuk membuat sebuah konsep, yang biasanya bermaksud untuk menjelaskan iklah yang sudah ada, tetapi tidak membantu mengembangkan hal yang baru. Akhirnya kita

32 36 terjebak pada hal yang sama, maka dari itu berikut adalah beberapa pendekatan sederhana untuk membuat sebuah konsep : 3. Show the product 4. Show the benefit 5. Show the alternative 6. Comparison 7. Borrowed interest Testimonial ( Sumber : Altstiel, Tom, & Jean Grow.(2006 : 110) Teori Warna Menurut The Language of Graphic Design mengungkapkan definisi warna sebagai salah satu elemen yang paling powerful dan komunikatif dalam bahasa desain grafis. Warna mempengaruhi setiap kita dengan memberi energi visual dan variasi pada apa yang kita lihat dan mengalaminya lewat keseharian. Warna digunakan untuk menarik perhatian, mengelompokkan elemen yang berbeda, memperkuat pesan dan menambah komposisi visual. Selain itu, warna juga dapat menyampaikan suatu sikap atau emosi, menciptakan penekanan dan variasi, mengkomunikasikan pesan yang spesifik dan memperkuat suatu hierarki secara langsung dan cepat. Warna dapat dibagi menjadi beberapa kategori: - Primary Colors Terdiri dari warna kuning, merah dan biru. Warna ini murni dalam komposisi dan tidak dapat diciptakan dari warna lain. Justru warna- warna lain dihasilkan dari ketiga

33 37 warna ini. - Secondary Colors Terdiri dari dua kombinasi warna primer. Contoh : merah dan kuning menghasilkan warna oranye. Begitu juga dengan hijau dan ungu - Tertiary Colors Terdiri dari kombinasi 1 warna primer dan 1 warna sekunder. Contoh : merah dan ungu - Complementary Colors Terdiri dari kombinasi warna yang berada di arah berlawanan dalam color wheel. Kombinasi ini menyeimbangkan warna yang satu dengan lainnya. - Monochromatic Colors Kombinasi warna yang memiliki perbedaan nilai (value). Kombinasi ini dihasilkan dengan menambah kadar hitam atau putih pada suatu warna. - Analogous Colors Kombinasi warna- warna yang berdekatan pada color wheel. Kombinasi warna hampir sama seperti warna monochromatic, tetapi lebih bervariasi. (Poulin, 2011) Teori Illustrasi Ilustrasi : Gambar untuk membantu memperjelas isi buku, atau karangan (Hasan Alwi,2002:425.). Pengertian ilustrasi menurut Maya Ananda, adalah sesuatu yang dapat menyemarakkan halaman-halaman buku atau media lainnya sebagai karya seni yang memiliki nilai estetis. Bentuk gambar ilustrasi dapat berupa : foto, karikatur, kartun, potret manusia, binatang, dan tumbuh-tumbuhan. Ilustrasi kalau dilihat dari segi teknisnya dapat digolongkan menjadi beberapa teknik yaitu: a. Ilustrasi Tangan (Hand Drawing) Yaitu gambar teknik ilustrasi dengan cara mengandalkan keterampilan tangan

34 38 sepenuhnya baik itu menggunakan kuas, pensil, pena, air brush dan alat-alat yang dipakai menggambar lainnya. Ada beberapa guna dari ilustrasi tangan, yaitu: 1. Sebagai simbolisasi; 2. Menggambarkan fantasi; 3. Menggambarkan sesuatu yang membangkitkan selera humor; 4. Untuk pengganti foto. b. Ilustrasi Fotografi Yaitu teknik membuat gambar ilustrasi berupa foto dengan bantuan kamera baik itu manual maupun digital. Biasanya obyek fotografi menjadi lebih realistis, eklusif dan persuasif. ilustrasi fotografi memiliki beberapa kegunaan, yaitu: 1. Menggambarkan perbandingan menunjukkan berita; 2. Mengabadikan sesuatu; 3. Mencitakan suasana hati; 4. Menggambarkan sesuatu yang membangkitkan rasa kemanusiaan (Suyanto, 2004:89). c. Teknik Gabungan Yaitu ilustrasi bentuk komunikasi dengan struktur visual atau rupa yang terwujud dari perpaduan antara teknik fotografi/ilustrasi manual dengan teknik drawing di komputer (Pujiriyanto, 2005:41) Analisis SWOT Permainan Tradisional Strenght - Permainan tradisional rata-rata menggunakan seluruh indera sehingga bisa melatih perkembangan anak baik secara intelektual maupun motoric

35 39 - Murahnya barang-barang permainan tradisional - Ada banyak macam jenis permainan tradisional dan hampir semua dimainkan beramai-ramai Weakness - Kebanyakan permainan tradisional memerlukan lahan yang cukup luas - Susahnya mencari barang permainan tradisional - Muatan lokal tidak cukup sebagai sarana penyaluran permainan tradisional Opportunity - Banyaknya orang tua yang belum begitu tahu dampak positif dari bermain permainan tradisional Threat - Banyaknya permainan yang lain khususnya elektronik yang lebih menagsikan - Permainan yang lain khususnya elektronik mudah di dapatkan Analisis SWOT Kampanye Strenght -Berpotensi sebagai sarana untuk menumbuhkan/mengembalikan kembali Permainan tradisional. - Kerja sama dengan Komunitas Hong sebagai wadah penyalur alat permainan tradisional - Menjalankan fungsi sebagai sarana pendidikan yang tidak di ajarkan di pelajaran sekolah lainya.

36 40 - Sistem operasionalnya lebih dekat dengan target konsumenya karena kampanye ini bersifat aktifasi, yang pada pelaksanaanya target konsumen juga turut berpatisipasi dalam kampanye ini. Weakness - Tidak bisa mengangkut semua permainan tradisional dikarenakan kampanye ini membutuhkan sebuah mobil yang dapat pergi ke tempat satu ke tempat lainya (sekolah). - Dana yang cukup besar untuk pembiayaan sistem operasionalnya Oppurtunity - Kesempatan untuk diturunkan ke berbagai media pemerhati budaya sehingga semakin banyak masyarakat yang mengetahui dan memanfaatkan kampanye ini. - Dalam pelaksanaan kampanye ini juga bisa bekerja sama dengan sekolah-sekolah atau tempat lainya yang menjadi kunjungan keluarga dalam liburan. Threats - Hambatan dari akses perjalanan dari satu tempat ke tempat lainya. - Kemungkinan alat-alat permainan tradisional yang dipinjam bakal mengalami kerusakan.

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional

Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional Melatih Motorik Anak dengan beragam Permainan Tradisional Saat ini jarang terlihat permainan tradisional dimainkan oleh anak-anak terutama di kota besar. Memang banyak kendala yang dihadapi untuk permainan

Lebih terperinci

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN

PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN PERANAN PERMAINAN TRADISIONAL GOBAG SODOR DALAM PENGEMBANGAN ASPEK MOTORIK DAN KOGNITIF ANAK TK PILANGSARI I GESI SRAGEN SKRIPSI Diajukan Guna Mendapat Gelar Sarjana Pendidikan Guru PAUD Fakultas keguruan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Tinjauan Data Orang-orang kreatif membutuhkan wadah, Jakarta sudah memiliki wadah tetapi mereka tidak memiliki awareness yang sangat baik untuk diketahui masyarakat. 2.1.1 Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau

BAB I PENDAHULUAN. Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermain berasal dari kata dasar main, yakni merupakan sebuah hiburan atau sebuah aktivitas dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi dalam Bahasa Latin yaitu traditio diteruskan atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian Kampanye sosial atau iklan layanan masyarakat merupakan iklan yang menampilkan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk membangkitkan kepedulian masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 1. Literatur : Media cetak (buku), media elektronik (artikel internet) 3. Survey di lapangan dengan menyebarkan kuesioner

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 1. Literatur : Media cetak (buku), media elektronik (artikel internet) 3. Survey di lapangan dengan menyebarkan kuesioner 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek tugas akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain : 1. Literatur : Media cetak (buku), media elektronik (artikel

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha SMARATUNGGA Boyolali

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Buddha SMARATUNGGA Boyolali PENGEMBANGAN KREATIVITAS MAHASISWA MENGHIDUPKAN KEMBALI PERMAINAN TRADISIONAL UNTUK MEMBANGUN KARAKTER ANAK BIDANG KEGIATAN: PKM GAGASAN TERTULIS Diusulkan oleh: SARI LATIFA NIM : 1508191207 Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paud Jateng Pengertian Bermain dan Permainan Anak by Para Ahli dalam (Diunduh 26 Maret 2016)

BAB I PENDAHULUAN. Paud Jateng Pengertian Bermain dan Permainan Anak by Para Ahli dalam  (Diunduh 26 Maret 2016) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak adalah tahap perkembangan mulai dari umur 1 atau 2 tahun sampai dengan 10-12 tahun, tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu anak kecil yang berumur 1-6 tahun dan anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pandangan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa lahir di dalam masyarakat. Melalui media bahasa, sebuah kebiasaan lisan terbentuk secara turun temurun di dalam masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Anak Usia Dini adalah anak yang berada pada rentang usia dari 0 sampai dengan usia 8 tahun (Solehudin, 1997 : 23). Dan usia ini juga disebut dengan golden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kognitif Pada Anak Usia Dini Kognitif adalah suatu proses yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa,

Lebih terperinci

TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD.

TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD. TUGAS TUTORIAL III MATA KULIAH METODE PENGEMANGAN FISIK TUTOR ; DIAN BUDIANA, M.PD. 1. Dasar dari keterampilan motorik anak adalah A. Bahasa B. Bernyanyi C. Menari D. Gerak 2. Salah satu cara untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Diana Mutiah (2010) usia 0-5 tahun sering disebut sebagai usia emas (The Golden Age) dimana fisik dan otak anak sedang berada di masa pertumbuhan terbaiknya.

Lebih terperinci

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung

PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati. STKIP Siliwangi Bandung PERAN PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI (Studi di PAUD Geger Sunten, Desa Suntenjaya) Iis Nurhayati STKIP Siliwangi Bandung Abstrak Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL

MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL MENINGKATKAN KOMPETENSI SOSIAL MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL Murfiah Dewi Wulandari,S.Psi.,M.Psi. PGSD FKIP Universitas Muhamadiyah Surakarta Murfiah.Wulandari@ums.ac.id ABSTRAK Kompetensi sosial merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, kesimpulan dalam penelitian ini ialah sebagai

Lebih terperinci

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF

Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF Tulisan yang mempunyai pengait kata Alat Permainan edukatif APE kreatif ala TBIF 30/06/2009 Disimpan dalam Uncategorized Tagged Alat Permainan edukatif, barang bekas, kreatif, Mainan, mainan anak Sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia. Perkembangan teknologinya selalu up to date dan mengikuti perkembangan teknologi global khususnya di kota-kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembelajaran yang optimal menuju tujuan yang diharapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri dari sejumlah unsur atau komponen yang tersusun secara teratur dan saling berhubungan menuju tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma terkini tentang pendidikan bagi anak usia dini telah menumbuhkan pendekatan yang holistik. Anak dipandang sebagai individu yang utuh sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu

BAB 4 KONSEP. 4.1 Landasan Teori Teori Psikologi Anak. Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu 14 BAB 4 KONSEP 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Teori Psikologi Anak Psikologis anak dan orang dewasa tentu berbeda, oleh karena itu pada buku yang berjudul Perkembangan Anak karangan Elizabeth B. Hurlock menjelaskan,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data 2.1.1 Literatur Data yang informasi yang dipakai untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari beberapa sumber, antara lain: 1. Buku Permainan Tradisional

Lebih terperinci

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK

SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK SURVEY KEMAMPUAN MOTORIK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH SE-KECAMATAN TAMAN SIDOARJO TAHUN AJARAN 2011-2012 DIDIK CAHYO WICAKSONO ABSTRAK Kemampuan motorik (motor ability) memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan yang ingin dicapai di dalam Tugas Akhir ini adalah membuat sebuah video features yang mengenalkan atau melestarikan permainan tradisional warisan budaya lokal

Lebih terperinci

Gambar 3. Contoh prinsip keseimbangan horizontal

Gambar 3. Contoh prinsip keseimbangan horizontal Prinsip Desain Komunikasi Visual Perancangan Media Komunikasi Visual Sebagai Sarana Kampanye Imunisasi Campak Di Denpasar Bali Kiriman I Ketut Baskara, Mahasiswa PS. Desain Komunikasi Visual ISI Denpasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak merupakan masa keemasan atau sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pemberi bola kepada si pemukul. Namun pada permaianan kippers si pemukul BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis. 2.1.1 Hakikat Permainan Kippers Pada dasarnya permaianan kippers sama dengan permainan kasti, baik dari segi teknik melempar, menangkap,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebugaran jasmani merupakan suatu keadaan yang sangat diinginkan oleh setiap orang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat dianggap sehat atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Proses Pendekatan Persuasif pada Pembelajaran Seni Tari di SMP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Proses Pendekatan Persuasif pada Pembelajaran Seni Tari di SMP BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Proses Pendekatan Persuasif pada Pembelajaran Seni Tari di SMP Negeri 1 Lembang SMP Negeri 1 Lembang yang sudah terakreditasi A ini beralamat di Jl. Raya

Lebih terperinci

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR

IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR IDEN WILDENSYAH BERMAIN BELAJAR Penerbit www.nulisbuku.com Menginspirasi "Guru tidak bekerja laiknya seorang tukang, tetapi bak seniman. Guru seperti ini tidak sekadar berusaha mencetak murid-murid naik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat transisi, yaitu dari masyarakat agraris menjadi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat transisi, yaitu dari masyarakat agraris menjadi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan kemajemukan penduduk, yang masing-masing penduduknya memiliki corak tersendiri dalam pola kehidupannya. Dan sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan kita mentrasfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah aset yang sangat berharga, tidak hanya bagi orang tua, keluarga, masyarakatnya tetapi juga bagi keberlangsungan sebuah peradaban, sehingga anak juga disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki berbagai macam budaya. Kebudayaan ini haruslah dilestarikan dan dijaga, karena merupakan warisan yang telah diwariskan turun-temurun oleh bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.

BAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambang Sujiono, dalam metode pengembangan fisik (2005:10) Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ahmad Fajar, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ahmad Fajar, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar suatu kegiatan yang dilakukan oleh setiap manusia yang di dalamnya terdapat sebuah proses dari tidak tahu menjadi tahu, tidak mengerti menjadi mengerti, tidak

Lebih terperinci

Membangun Kreatifitas dengan Mainan Edukatif 'Building Block'

Membangun Kreatifitas dengan Mainan Edukatif 'Building Block' Membangun Kreatifitas dengan Mainan Edukatif 'Building Block' Mainan edukatif (Alat Permainan Edukatif / APE) seperti building block yang terdiri dari balok-balok dengan beberapa bentuk seperti segi tiga,

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS

2015 PENERAPAN NILAI-NILAI PERMAINAN TRADISIONAL DALAM PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri melainkan mereka harus bisa hidup berdampingan dengan makhluk hidup lainnya demi

Lebih terperinci

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan.

I. KAJIAN PUSTAKA. manusia dan menghasilkan pola-pola prilaku individu yang bersangkutan. I. KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan bagian dari pendidikan (secara umum) yang berlangsung melalui aktifitas yang melibatkan mekanisme gerak tubuh manusia dan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MOTORIK KASAR 2.1.1 Motorik Kasar Untuk merangsang motorik kasar anak menurut Sujiono, dkk, (2008) dapat di lakukan seperti melatih anak untuk meloncat, memanjat,berlari, berjinjit,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia terlahir dengan karunia berupa kecerdasan. Kecerdasan tersebut terdapat pada sistem syaraf yang ada pada diri manusia yaitu otak. Otak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam permainan tradisional lompat tali ialah permainan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam permainan tradisional lompat tali ialah permainan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam permainan tradisional lompat tali ialah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet yang biasanya digunakan untuk membungkus (karet gelang,

Lebih terperinci

B. METODOLOGI. 1. Tujuan dan Manfaat Perancangan. a. Tujuan Perancangan.

B. METODOLOGI. 1. Tujuan dan Manfaat Perancangan. a. Tujuan Perancangan. II B. METODOLOGI 1. Tujuan dan Manfaat Perancangan a. Tujuan Perancangan. Sebelum penulis menentukan tujuan dari proses perancangan nantinya, penulis melakukan langkah awal dengan melihat salah satu permasalahan

Lebih terperinci

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI BERMAIN SEBAGAI SARANA PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI Asep Ardiyanto PGSD FIP Universitas PGRI Semarang ardiyanto.hernanda@gmail.com Abstrak Bermain bagi anak usia dini adalah sesuatu yang sangat

Lebih terperinci

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini *

Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Pengembangan Keterampilan Motorik Halus melalui Menjahit Untuk Anak Usia Dini * Oleh Martha Christianti, S. Pd Anak usia dini bertumbuh dan berkembang menyeluruh secara alami. Jika pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerapan kurikulum dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah masih sangat kurang optimal baik dalam pelaksanaannya maupun dari hasil pembelajarannya, hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa sekolah, tugas mereka adalah belajar. Ini merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa sekolah, tugas mereka adalah belajar. Ini merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia 6 sampai dengan 12 tahun merupakan usia anak memasuki Sekolah Dasar. Anak sudah mulai belajar pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan pendidikan formal khususnya, dibutuhkan suatu pegangan atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) secara psikologis berada pada rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) secara psikologis berada pada rentang usia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia Taman Kanak-kanak merupakan bagian dari rentang anak usia dini. Anak usia Taman Kanak-kanak (TK) secara psikologis berada pada rentang usia 4-6 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan. yang lebih baik, pendidikan ini berupa pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Blakang Pendidikan merupakan proses membantu mengembangkan dan meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan kemampuan untuk menghadapi setiap perubahan yang

Lebih terperinci

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina

MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina MEMAHAMI PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK BAGI PENGEMBANGAN ASPEK SENI ANAK USIA DINI Oleh: Nelva Rolina PENDAHULUAN Pendidikan anak usia dini yang menjadi pondasi bagi pendidikan selanjutnya sudah seharusnya

Lebih terperinci

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya TINGKATKAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu mampu dikerjakan dalam waktu tertentu. Kemampuan anak berkonsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ANAK Oleh; Heru Subagiyo, S.Sn.

PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ANAK Oleh; Heru Subagiyo, S.Sn. PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN ANAK Oleh; Heru Subagiyo, S.Sn. A. Pendahuluan Setiap anak memiliki keunikan tersendiri dalam belajar dan setiap anak menyadari bahwa dirinya sebagai individu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11)

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi sesuai dengan keunikan dan tahap tahap perkembangan yang. dilalui oleh anak usia dini (Saputra, 2005: 11) 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar kea rah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak

Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong 03 UPTD Pendidikan Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang Abstrak Pembelajaran Pendidikan Jasmani Melalui Permainan Tradisional Bolgrang Siswa Kelas V SDN Gedong 03 Uptd Pendidikan Kecamatan Banyubiru Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 Nuri Sri Widi Astuti SDN Gedong

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam buku Aplikasi Desain Grafis untuk Periklanan (Suyanto, 2004:5-8), tersebut. Ada empat macam tujuan dari iklan, yaitu: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Periklanan Periklanan merupakan salah satu tahap dalam pemasaran. Produk barang atau jasa, baik penamaannya, pengemasannya, penetapan harga, dan distribusinya tercermin dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neuneu Nur Alam, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PEMBELAJARAN TARI KREASI BALI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa fundamental anak ditentukan dari 0-6 tahun (masa anak usia dini). Menurut Sujiono (2009, hlm. 6) anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PENANGKARAN MASAL (PENINGKATAN KARAKTER ANAK MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL) DESA BALESARI KECAMATAN BANSARI KABUPATEN TEMANGGUNG BIDANG KEGIATAN: PKM PENGABDIAN KEPADA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kulitas hidup. Kemampuan gerak dasar di bagi menjadi 3, yaitu. gerak lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kulitas hidup. Kemampuan gerak dasar di bagi menjadi 3, yaitu. gerak lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pada dasarnya gerakan dasar pada manusia adalah gerakan berjalan, berlari, dan melompat. Sebagaimana dikemukakan oleh Yudha (2008: 21) bahwa Kemampuan gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

Indonesia yang Berbudaya Gobak Sodor, Gasing, Congklak Apa Kabar Permainan Tradisional Indonesia?

Indonesia yang Berbudaya Gobak Sodor, Gasing, Congklak Apa Kabar Permainan Tradisional Indonesia? Indonesia yang Berbudaya Gobak Sodor, Gasing, Congklak Apa Kabar Permainan Tradisional Indonesia? Rangkuman : Apa kabar permainan tradisional Indonesia? Merupakan satu pertanyaan yang menggelitik mengingat

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dijelaskan oleh Sugiyono (2010 : 2) bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha atau kegiatan yang disengaja untuk membantu, membina, dan mengarahkan manusia mengembangkan segala kemampuannya yang dilaksanakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Hans Daeng, 2009 :17). Andang Ismail menuturkan bahwa permainan memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. (Hans Daeng, 2009 :17). Andang Ismail menuturkan bahwa permainan memiliki II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Permainan Menurut Hans Daeng permainan adalah bagian mutlak dari kehidupan anak dan permainan merupakan bagian integral dari proses pembentukan kepribadian

Lebih terperinci

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas

PERMAINAN TRADISIOANAL. A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas PERMAINAN TRADISIOANAL A. Sasaran Belajar 1. Sebagai wahana pendidikan 2. Per. tradisional sebagai bahan ajar Penjas 3. Mengubah permainan tradisional suatu daerah shg mudah dilakukan dan disenangi oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasi penjumlahan dan pengurangan. sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. anak untuk menyelesaikan suatu tugas.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. operasi penjumlahan dan pengurangan. sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. anak untuk menyelesaikan suatu tugas. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Berhitung Permulaan Berhitung permulaan bagi anak usia dini merupakan sebuah bagian penting dalam masa perkembangannya. Pada masa ini anak mulai melakukan kegiatan berhitung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tugas Akhir Mainan edukasi 1

I. PENDAHULUAN. Tugas Akhir Mainan edukasi 1 I. PENDAHULUAN A. Penjelasan Tema / Ide /Judul Perancangan Mainan edukasi adalah mainan yang dapat memberikan stimulasi perkembangan anak, seperti perkembangan fisik, motorik kasar dan halus, keberanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. masa peka dalam perkembangan aspek berpikir logis anak. Usia 4-6 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan (golden age), sekaligus dalam tahapan kehidupan manusia yang akan menentukan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seni budaya merupakan penjelmaan rasa seni yang sudah membudaya, yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh orang banyak dalam rentang perjalanan

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori

BAB 4 KONSEP DESAIN. 4.1 Landasan Teori BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori 4.1.1 Definisi Publikasi Publikasi berarti penyiaran, pengumuman atau penerbitan suatu karya yang telah diciptakan agar diketahui publik. Pengumuman tersebut dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun perilakunya (gerakan anggota tubuh). Tubuh manusia akan terlihat kelenturannya apabila sering

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan 1. Penjelasan Judul Perancangan Pendidikan PAUD saat ini sangatlah penting, sebab merupakan pendidikan dasar yang harus diterima anak-anak. Selain itu untuk

Lebih terperinci

2014 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA DAN KEMAMPUAN FISIK PADA SISWA SEKOLAH DASAR

2014 PENGARUH PERMAINAN TRADISIONAL TERHADAP KERJASAMA DAN KEMAMPUAN FISIK PADA SISWA SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengaruh globalisasi sudah menjalari manusia modern sejak usia balita hingga dewasa mulai dari hal terkecil seperti mainan anak-anak sampai hal yang terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya yang mulai memasuki

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan bimbingan belajar kepada anak-anaknya yang mulai memasuki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pentingnya pendidikan anak usia dini sudah dirasakan oleh masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Hal ini berdampak pada keinginan orang tua untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat bagi perkembangan buah hatinya. Dengan demikian anak akan

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat bagi perkembangan buah hatinya. Dengan demikian anak akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanpa seorang anak sebuah keluarga terasa masih belum lengkap. Anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga dan dirawat dengan baik, juga harus selalu kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek, baik kognitif, efektif maupun fisik motorik. besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya berjalan, berlari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini mempunyai kemampuan dan rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Pada usia ini anak mengalami perkembangan yang pesat dari semua aspek, baik kognitif,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS... PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS... TRANSLITERASI...

DAFTAR ISI... HALAMAN SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS... PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS... TRANSLITERASI... xiii DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DALAM... PERNYATAAN KEASLIAN... PERSETUJUAN PEMBIMBING TESIS... PENGESAHAN TIM PENGUJI TESIS... TRANSLITERASI... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang bayi, tumbuh menjadi anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi hingga kelahiran menjadi seorang bayi, tumbuh menjadi anak-anak, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Dariyo (2007:37) mengatakan setiap individu yang normal akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia memiliki begitu banyak budaya, dari tiap-tiap provinsi memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dengan ciri khas yang dimiliki. Masyarakat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Peningkatan kualitas SDM, jauh lebih mendesak untuk segera

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa. Peningkatan kualitas SDM, jauh lebih mendesak untuk segera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa. Peningkatan kualitas

Lebih terperinci