BAB II KAJIAN TEORI. di sekolah. Belajar adalah proses yang sangat manusiawi dan memiliki

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORI. di sekolah. Belajar adalah proses yang sangat manusiawi dan memiliki"

Transkripsi

1 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Analisis Teoretis 1. Pengertian Hasil Belajar a. Pengertian Belajar Istilah belajar sudah tidak asing lagi di telinga, karena secara tidak langsung dalam kehidupan sehari-hari kita juga mengalami proses belajar meskipun proses belajar yang dilakukan berbeda dengan belajar di sekolah. Belajar adalah proses yang sangat manusiawi dan memiliki kedudukan yang sangat tinggi, baik dalam kehidupan masyarakat tradisional maupun modern. Belajar juga sering diartikan sebagai penambahan, perluasan, pendalaman pengetahuan, nilai dan sikap, serta keterampilan. Dalam proses belajar ada tiga aspek yang berperan aktif, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut (Djamarah, 2006:10) menjelaskan bahwa: belajar yaitu: Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Menurut (Rusman, 2012:134) menjelaskan tentang definisi Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalaman dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan sekadar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang. 12

2 13 Gagne (Sudjana, 2005:46-47) membedakan pola-pola belajar peserta didik kedalam delapan tipe. Delapan tipe yang dimaksud antara lain: b. Ciri-ciri Belajar (a) Belajar signal. Bentuk belajar ini paling sederhana yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang. (b) Belajar pereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang manakala terjadi reinforcement atau penguatan. (c) Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubunghubungkan gejala/faktor yang satu dengan yang lain, sehingga menjadi satu kesatuan (rangkaian yang berarti). (d) Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang diterimanya. (e) Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap rangsangan yang hampir sama sifatnya. (f) Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi tertentu. (g) Belajar kaidah atau belajar prinsip, yang menghubunghubungkan beberapa konsep. (h) Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip, untuk memecahkan persoalan. Winataputra, dkk (2007 : 19) mendefinisikan dan menjelaskan ciri-ciri dari belajar yaitu: Pertama, belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada individu. Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja. Tetapi juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotorik). Kedua, perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi pada diri individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan, interaksi ini berupa interaksi fisik.

3 14 Ketiga, perubahan tersebut bersifat menetap, perubahan perilaku akibat obat-obatan, minuman keras, dan yang lainnya tidak dapat diartikan sebagai perilaku hasil belajar. Perubahan perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen. Dapat disimpulkan bahwa belajar berarti mengharapkan adanya perubahan tingkah laku pada seseorang, baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotoriknya. Belajar dapat dilakukan dimanapun dan dari apa saja yang bisa memberi pengetahuan, seperti halnya pengalaman yang banyak memberi pembelajaran dalam hidup. Belajar tanpa dipengaruhi hal-hal negatif akan bersifat menetap atau permanen. c. Pengertian Hasil Belajar Setiap proses belajar yang dilakukan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar. Didalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam membantu meningkatkan keberhasilan peserta didik. Keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor internal dari peserta didik itu sendiri. Saat mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti peserta didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Selain itu hasil belajar digunakan oleh guru sebagai kriteria dalam pengukuran keberhasilan dirinya dalam proses belajar mengajar, hasil belajar yang baik dapat dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan

4 15 terjadinya hasil belajar yang baik. (Suprijono, 2012:5) mendefinisikan hasil belajar yaitu; hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilanketerampilan. Dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler, ataupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom (Sudjana, 2011 : 22-23) yang secara garis besar membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yakni ranah kognitif, afektif, psikomotorik yang terdiri dari beberapa aspek antara lain: Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya disebut kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Aspek psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif. Dalam meningkatkan hasil belajar guru dituntut untuk dapat mengkondisikan dan mengatur kelas sedemikian rupa sehingga suasana pembelajaran, terutama saat mengajar Bahasa Indonesia menjadi lebih menyenangkan. Sehingga dapat merangsang atau memancing peserta

5 16 didik untuk aktif dalam pembelajaran sehingga hasil belajar dapat ditingkatkan. Kamus besar Bahasa Indonesia (2005: ) mendefinisikan arti kata meningkatkan yang berarti: menaikkan (derajat, taraf, dsb): mempertinggi; memperhebat (produksi, dsb). Meningkatkan hasil belajar adalah meningkatkan hasil dari proses atau cara belajar dengan jalan meningkatkan pembelajaran melalui pengembangan perangkat pembelajaran ataupun menggunakan metode pembelajaran yang berpengaruh pada keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini hasil belajar dikatakan meningkat apabila hasil belajar peserta didik mencapai nilai sesuai KKM yaitu 65. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu akhir dari suatu proses pembelajaran yang telah dilakukan oleh peserta didik. Hasil belajar yang diperoleh peserta didik ini berupa nilai atau angka yang diberikan setelah peserta didik mengerjakan suatu tes yang diberikan guru untuk mengetahui keberhasilan yang dicapainya. Hasil belajar ini juga berpengaruh terhadap tingkah laku peserta didik yang akan mengarahkannya kehal yang lebih baik. d. Bentuk dan Tipe Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia melakukan belajar, hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan peserta

6 17 didik dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan lain yang dapat dilakukan oleh peserta didik untuk meningkatkan hasil belajarnya. Hasil belajar dapat dibagi menjadi tiga macam yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita. Kingsley (Sudjana, 2005:45) yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Sedangkan belajar yang berkenaan dengan hasil belajar menurut Gagne (Sudjana, 2005:47-49) mengemukakan ada lima jenis atau lima tipe, yakni: (a) Belajar Kemahiran Intelektual Dalam tipe ini termasuk belajar diskriminasi, belajar konsep, dan belajar kaidah. Belajar kriminasi yakni kesanggupan membedakan beberapa objek berdasarkan ciri-ciri tertentu, belajar konsep yakni kesanggupan menepatkan objek yang mempunyai ciri yang sama menjadi suatu kelompok (klasifikasi) tertentu, belajar kaidah pada hakikatnya menghasilkan beberapa konsep misalnya konsep keluarga terdiri dari konsep ibu, ayah, dan anak. (b) Belajar Informasi Verbal Pada umumnya belajar berlangsung melalui informasi verbal apalagi belajar di sekolah seperti membaca, mengarang, bercerita, mendengarkan uraian guru, kesanggupan menyatakan pendapat dalam bahasa lisan atau tulisan, berkomunikasi, kesanggupan memberi arti dari setiap kata. (c) Belajar Mengatur Kegiatan Intelektual Belajar mengatur kegiatan intelektual lebih dari pada kesanggupan dalam memecah masalah melalui konsep dan kaidah yang telah dimilikinya. Dengan kata lain tipe belajar

7 18 ini menekankan pada aplikasi kognitif dalam pemecahan persoalan. (d) Belajar Bersikap Sikap merupakan kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu, apakah berarti atau tidak bagi dirinya. (e) Belajar Keterampilan Motorik Belajar keterampilan motorik banyak berhubungan dengan kesanggupan menggunakan gerakan yang teratur, luwes, tepat, cepat, dan lancar. Misalnya belajar menjahit, mengetik, bermain basket dan lain-lain. Menurut (Sudjana, 2005:50-52) tiga ranah sebagai bagian dari pencapaian hasil belajar terdapat unsur-unsur dari ketiga ranah tersebut. Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam tiga aspek di atas yaitu sebagai berikut: 1) Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif (a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge) (b) Tipe hasil belajar pemahaman (comprehention) (c) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi) (d) Tipe hasil belajar analisis (e) Tipe hasil belajar sintesis (f) Tipe hasil belajar evaluasi 2) Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Ada beberapa tingkatan bidang kognitif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkatan yang dasar/sederhana sampai tingkatan yang kompleks. Menurut (Sudjana, 2005:53-54) tipe hasil belajar bidang afektif antara lain:

8 19 (a) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada peserta didik, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan, untuk menerima stimulasi, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar. (b) Responding atau jawaban, yakni yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulasi dari luar yang datang kepada dirinya. (c) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulasi tadi. (d) Organisasi, yakni pengembangan nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk menentukan hubungan satu nilai dengan nilai lain dan kemantapan, dan prioritas nilai yang telah dimilikinya. (e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. 3) Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotorik Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Menurut (Sudjana, 2005:54) ada enam tingkatan tipe hasil belajar psikomotorik antara lain: (a) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar). (b) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar. (c) Kemampuan perseptual termasuk didalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain. (d) Kemampuan dibidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, dan ketepatan. (e) Gerakan-gerakan skill, mulia dari keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks.

9 20 (f) Kemampuan berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan ekspresif, interpretatif. Ketiga tipe hasil belajar yang telah diuraikan di atas memiliki keterkaitan yang sangat erat, karena saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Meskipun dalam proses belajar mengajar tipe hasil belajar kognitiflah yang lebih dominan jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar bidang afektif maupun psikomotorik. Namun diharapkan dengan menggunakan metode pembelajaran yang lebih efektif dan bervariasi dapat membangkitkan ketiga tipe hasil belajar tersebut agar diperoleh hasil belajar yang memuaskan. e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar, diantaranya adalah faktor internal dan faktor eksternal dari peserta didik. Menurut Winkel (Hariyanto, 2010:84) membagi faktor-faktor hasil belajar diantaranya yaitu: 1) Faktor-faktor Internal, yang terdiri dari: (a) Faktor jasmaniah (fisiologis), yang termasuk faktor ini antara lain: penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. (b) Faktor psikologis, yang termasuk faktor ini antara lain: intelektual (taraf intelegensi, kemampuan belajar, dan cara belajar). Non intelektual (motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi psikis, dan kondisi akibat keadaan sosiokultur) dan faktor kondisi fisik.

10 21 2) Faktor-faktor eksternal, yang terdiri dari: (a) Faktor pengaturan belajar di sekolah (kurikulum, disiplin sekolah, guru, fasilitas belajar, dan pengelompokan peserta didik). (b) Faktor sosial di sekolah (sistem sosial, status sosial peserta didik, dan interaksi guru dan peserta didik). (c) Faktor situasional (keadaan politik ekonomi, keadaan waktu dan tempat atau iklim). 2. Bahasa Indonesia a. Pengertian Bahasa Indonesia Bahasa Indonesia ialah bahasa resmi Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Dasar RI 1945, Pasal 36. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia sebagaimana disebut dalam Sumpah Pemuda 28 Oktober Bahasa Indonesia merupakan bahasa hantaran untuk pendidikan di sekolah-sekolah Indonesia. Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian Bahasa Indonesia, maka diperlukan berbagai upaya. Pendidikan Bahasa Indonesia di lembaga formal dimulai dari SD. Jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia di SD kelas I, II, dan III sebanyak 6 jam pelajaran. Sedangkan kelas IV, V, dan VI sebanyak 5 jam pelajaran. Banyaknya jumlah jam pelajaran Bahasa Indonesia dimaksudkan agar peserta didik mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta mempunyai kemampuan berpikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui bahasa yang baik pula. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

11 22 sangat penting yang diajarkan di SD, karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan sehari-hari. b. Tujuan Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Menurut BSNP (2006), tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia bagi peserta didik adalah: untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Indonesia sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, sedangkan bagi guru adalah untuk mengembangkan potensi Bahasa Indonesia peserta didik, serta lebih mandiri dalam menentukan bahan ajar kebahasaan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didik. Dari penjelasan di atas maka tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Lulusan Sekolah Dasar diharapkan dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar yang mencakup tujuan kognitif dan afektif. 2) Lulusan Sekolah Dasar diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia. 3) Penggunaan bahasa harus sesuai dengan situasi dan tujuan berbahasa sesuai fungsi bahasa sebagai alat komunikasi. 4) Pengajaran bahasa Indonesia disesuaikan dengan tingkat pengalaman peserta didik Sekolah Dasar sesuai tingkatannya. Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar meliputi aspek kemampuan keterampilan berbahasa mendengar, berbicara, membaca dan menulis yang berkaitan dengan ragam bahasa maupun ragam sastra

12 23 merupakan ruang lingkup Standar Kompetensi (SK) pembelajaran Bahasa Indonesia. Dengan belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar, peserta didik diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Peserta didik diharapkan dapat menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar serta dapat berkomunikasi secara efektif dan efisien baik secara lisan maupun tertulis sesuai dengan etika yang berlaku. 2) Peserta didik bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa pemersatu bangsa Indonesia. 3) Peserta didik dapat memahami bahasa Indonesia serta dapat menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan. 4) Peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial. 5) Peserta didik dapat membaca dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6) Peserta didik diharapkan dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia serta menghargai dan bangga terhadap sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual Indonesia. (Depdiknas, 2004:6) menyatakan secara umum tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia dinyatakan dalam kurikulum 2004 adalah sebagai berikut:

13 24 1) Peserta didik menghargai dan membanggakan bahasa dan sastra Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara. 2) Peserta didik memahami bahasa dan sastra Indonesia dari segi bentuk, makna, dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk macam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan. 3) Peserta didik memiliki kemampuan menggunakan bahasa dan sastra Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional dan kematangan sosial. 4) Peserta didik memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara, membaca, mendengar, dan menulis). 5) Peserta didik dapat menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. 6) Peserta didik menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Bahasa Indonesia, bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra, dan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Selain itu juga, diarahkan untuk mempertajam perasaan peserta didik. Peserta didik tidak hanya diharapkan dapat memahami informasi yang disampaikan secara lugas atau langsung, tetapi juga yang disampaikan secara terselubung atau secara tidak langsung. Peserta didik tidak hanya pandai dalam bernalar, tetapi memiliki kecakapan didalam interaksi sosial dan dapat menghargai perbedaan baik didalam hubungan antar individu maupun didalam kehidupan bermasyarakat, yang berlatar dengan berbagai budaya dan agama. Agar peserta didik dapat berkomunikasi, pembelajaran Bahasa Indonesia haruslah diarahkan untuk membekali

14 25 peserta didik terampil berkomunikasi baik secara lisan maupun tertulis. Peserta didik perlu dilatih lebih banyak menggunakan bahasa untuk berkomunikasi, tidak hanya dituntut untuk menguasai pengetahuan tentang bahasa. Dalam penelitian ini materi yang akan digunakan adalah materi Pendidikan dengan Topik: Memperingati Hari Pendidikan Nasional Bab VI semester genap Tahun Pelajaran 2013/2014 dengan SK-KD, Indikator, Materi dan Tujuan Pembelajaran sebagai berikut: Standar Kompetensi: - Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun. Kompetensi Dasar: - Menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif. Indikator: - Menemukan kalimat utama pada setiap paragraf. - Menulis kata-kata sukar pada paragraf. Materi: - Pendidikan dengan topik Memperingati Hari Pendidikan Nasional. A. Membaca Sekilas Bacalah teks berikut ini dengan saksama!

15 26 Memperingati Hari Pendidikan Nasional Tepat pada tanggal 2 Mei, guru dan peserta didik SD 08 Kotaraya memperingati Hardiknas. Upacara yang dilaksanakan di halaman sekolah tersebut berjalan dengan tertib. Mengapa tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hardiknas? Tahukah kamu bahwa tanggal 2 Mei itu adalah hari lahirnya Ki Hajar Dewantara? Ki Hajar Dewantara adalah salah seorang pahlawan. Beliau berjuang untuk mewujudkan Indonesia merdeka, khususnya dalam hal memajukan pendidikan. Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa yang dikhususkan bagi anak-anak orang biasa. Pada masa penjajahan itu, hanya anak para bangsawan dan keturunan Belanda yang boleh bersekolah. Anak orang kebanyakan atau orang biasa sama sekali tidak boleh bersekolah. Sekolah atau Perguruan Taman Siswa maju pesat. Belanda tidak suka melihat hal tersebut. Walaupun mendapat tekanan dari pihak Belanda, Ki Hajar Dewantara, yang dilahirkan dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat, tetap kokoh pada pendiriannya untuk memajukan pendidikan bangsa Indonesia. Setelah Indonesia merdeka, Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan RI yang pertama. Ajaran Ki Hajar Dewantara yang terkenal adalah Ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangunkarso, tut wuri handayani. Artinya, di depan memberi contoh teladan, di tengah

16 27 membangkitkan semangat, dan di belakang memberi dukungan. Sampai saat ini, kata tut wurihandayani dijadikan semboyan Departemen Pendidikan Nasional. Atas jasa-jasanya kepada bangsa dan negara, maka hari kelahiran Ki Hajar Dewantara ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Tujuan Pembelajaran: - Peserta didik dapat menemukan kalimat utama pada paragraf. - Peserta didik dapat menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan teks. - Peserta didik dapat menulis kalimat utama paragraf. - Peserta didik dapat menemukan kata-kata sukar dalam setiap paragraf. 3. Metode Pembelajaran SQ3R a. Pengertian Metode Pembelajaran Menurut (Surachmad, 2004:42) metode atau metodik adalah ilmu tentang jalan yang dilalui untuk mengajar anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan mengajar. Menurut (Sudjana, 2005:76) metode adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat berlangsung. Menurut (Hidayat, 2005:60 ) metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang berarti jalan atau cara. Dalam filsafat dan ilmu pengetahuan, metode diartikan sebagai cara memikirkan dan memeriksa sesuatu hal diartikan sebagai cara memikirkan dan memeriksa sesuatu hal menurut

17 28 sesuatu rencana tertentu, atau cara melakukan sesuatu. Dalam dunia pengajaran metode diartikan sebagai rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan dan strategi tertentu. Selanjutnya, menurut Djamarah dan Zain (2006 : 46). Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode adalah merupakan cara atau prosedur yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu dalam melaksanakan pekerjaan. b. Pengertian Pembelajaran Menurut (Miarso, 2004:545) pembelajaran adalah suatu usaha yang sengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain. Menurut (Lefrancois, 2005:370) pembelajaran (instuction) adalah merupakan persiapan kejadian-kejadian eksternal dalam suatu situasi belajar dalam rangka memudahkan pebelajar belajar, menyimpan (kekuatan mengingat informasi), atau mentransfer pengetahuan dan keterampilan. Menurut Smith dan Ragan (2005 : 4) pembelajaran adalah desain dan pengembangan penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada hasil belajar tertentu. Selanjutnya menurut (Walter, 2006:96-97) pembelajaran adalah sebagai intervensi pendidikan yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu, bahan atau prosedur yang

18 29 ditargetkan pada pencapaian tujuan tersebut, dan pengukuran yang menentukan perubahan yang diinginkan pada perilaku. Berdasarkan beberapa pendapat yang dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha yang dilakukan oleh guru atau orang dewasa lainnya untuk membuat pebelajar dapat belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal, serta pembelajaran bukan menitik beratkan pada apa yang dipelajari, melainkan pada bagaimana membuat pebelajar mengalami proses belajar, yaitu caracara yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara mengelola pengorganisasian materi, cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola pembelajaran. c. Pengertian Metode Pembelajaran SQ3R Metode pembelajaran SQ3R ialah metode membaca yang telah diperkenalkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio Amerika Serikat pada tahun Dalam sistem membaca terlebih dahulu melakukan survei bacaan untuk mendapatkan gagasan umum apa yang akan kita baca lalu dengan mengajukan berbagai pertanyaan pada peserta didik yang jawabannya diharapkan terdapat dalam bacaan sehingga bacaan tersebut lebih mudah dipahami. Menurut (Tarigan, 2008:56-57) metode pembelajaran SQ3R adalah metode membaca yang dapat mengembangkan metakognitif peserta didik, yaitu dengan menugaskan peserta didik untuk membaca bahan belajar secara cermat dan saksama.

19 30 Karakteristik strategi metode pembelajaran SQ3R dapat digunakan dalam pembelajaran membaca untuk meningkatkan daya ingat dan pemahaman peserta didik terhadap isi bacaan. Metode pembelajaran SQ3R merupakan singkatan dari kata Survey (memeriksa/meneliti), Question (bertanya), Reading (membaca), Recite (menjawab), dan Review (meninjau kembali). Dimana dalam menggunakan metode ini, sebelum membaca peserta didik melakukan survei untuk memperoleh gambaran umum dari suatu bacaan dengan cara melihat bagian permukaan dan akhir. Setelah mensurvei buku dapat dirumuskan beberapa pertanyaan untuk masing-masing peserta didik tentang bacaan tersebut yang diharapkan jawabannya ada di dalam buku. Hal ini, akan membantu dan menuntun peserta didik memahami bacaan. Dengan bekal rumusan pertanyaan-pertanyaan tadi, barulah peserta didik membaca. Pertanyaan tersebut merupakan penentuan yang dapat membantu peserta didik menemukan informasi yang diinginkannya dengan cepat. Menurut (Sutan, 2004:155) metode pembelajaran SQ3R adalah: Metode pembelajaran yang menggali potensi peserta didik dalam memahami isi bacaan/materi dan membuat pertanyaanpertanyaan serta menjawab pertanyaan yang ada pada isi bacaan, yang hasilnya membuat peserta didik aktif dan fokus untuk belajar. Menurut Robinson (Khalik, 2008:199) menjelaskan bahwa metode pembelajaran SQ3R adalah: Salah satu pembelajaran yang aktif, karena metode ini dianggap efektif jika digunakan dalam pengajaran membaca.

20 31 Penerapan metode pembelajaran SQ3R peserta didik lebih cepat menguasai keseluruhan isi bahan bacaan tersebut dalam waktu yang relatif singkat. Dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran SQ3R adalah metode pembelajaran yang secara tidak langsung melibatkan peserta didik aktif untuk turut serta dalam proses pembelajaran serta dapat meningkatkan pemahaman peserta didik pada materi, karena dalam pembelajaran peserta didik harus membaca dengan cermat isi bacaan, mencari pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan dijawab oleh peserta didik lain, kemudian peserta didik dapat mencari jawaban dari isi bacaan tersebut, sehingga dengan sendirinya metakognitif peserta didik dapat bekerja secara langsung. d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Pembelajaran SQ3R 1) Kelebihan Metode Pembelajaran SQ3R (a) Peserta didik diarahkan untuk terbiasa berpikir terhadap bahan bacaan sehingga peserta didik menjadi lebih aktif dan terlatih untuk bisa membuat pertanyaan. (b) Peserta didik berusaha untuk memikirkan jawaban-jawaban dari pertanyaan yang terdapat dalam isi bacaan atau teks tersebut. (c) Peserta didik dapat bekerjasama dalam kelompoknya untuk saling bertukar pendapat dalam memahami konsep materi yang disajikan dalam uraian teks. (d) Dengan mensurvei buku terlebih dahulu, peserta didik akan mengenal organisasi tulisan dan memperoleh kesan umum dari

21 32 buku. Hal ini akan mempercepat pemahaman terhadap buku tersebut. (e) Pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun tentang apa yang peserta didik baca akan membangkitkan keingintahuan dan membantu peserta didik untuk membaca dengan tujuan mencari jawaban-jawaban yang penting, serta akhirnya akan meningkatkan pemahaman dan mempercepat penguasaan seluruh isi buku. (f) Dapat melakukan kegiatan membaca secara lebih cepat karena dipandu oleh langkah-langkah sebelumnya, yaitu mensurvei buku dan menyusun pertanyaan bacaan. (g) Catatan-catatan tentang buku yang dibaca dapat membantu peserta didik memahami secara cepat dan membantu ingatan peserta didik. Mencatat fakta-fakta serta ide-ide yang penting akan menanamkan kesan yang mendalam pada ingatan peserta didik. (h) Melalui langkah terakhir, yaitu review atau mengulangi/meninjau ulang peserta didik akan memperoleh penguasaan bulat, menyeluruh atas bahan yang mereka baca. 2) Kelemahan Metode Pembelajaran SQ3R a) Alokasi waktu yang digunakan untuk memahami sebuah teks dengan metode pembelajaran SQ3R tidak banyak dengan mempelajari teks biasa.

22 33 b) Peserta didik sulit dikondisikan (ramai) saat berdiskusi dengan teman sebangkunya dalam mempelajari teks materi pelajaran. c) Guru akan mengalami kesulitan dalam mempersiapkan buku bacaan untuk masing-masing peserta didik jika tidak semua peserta didik memiliki buku bacaan. Tetapi kelemahan dalam penggunaan metode ini dapat tertutupi dengan cara: a) Guru terlebih dahulu mempersiapkan materi yang sesuai dengan waktu pada penerapan metode SQ3R. b) Guru memisahkan peserta didik yang dianggap sulit diatur dalam kelompok lain. c) Guru harus bisa untuk memberikan kegiatan yang lebih menantang, sehingga peserta didik fokus untuk berpikir serta aktif pada setiap kelompok. d) Sebelum mengajar guru menyiapkan bahan ajar sesuai yang diperlukan pada saat pengajaran. Alokasi waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah teks dengan metode pembelajaran SQ3R, tidak banyak berbeda dengan mempelajari teks secara biasa. Akan tetapi, hasil pembelajaran peserta didik dengan penerapan metode pembelajaran SQ3R dapat diharapkan lebih memuaskan, karena dengan metode ini peserta didik menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada intisari atau kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam teks.

23 34 e. Langkah-langkah Metode Pembelajaran SQ3R Burns (Khalik, 2008:14) metode pembelajaran SQ3R yang diadaptasi dari buku Teaching In Todays Elementary School memaparkan beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam mempraktekkan/menerapkan metode pembelajaran SQ3R, yaitu: 1) Survey (memeriksa dan meneliti): Langkah pertama: dalam melakukan aktivitas survey, guru perlu membantu dan mendorong peserta didik untuk memeriksa atau meneliti secara singkat seluruh struktur teks. Tujuannya adalah agar peserta didik mengetahui panjangnya teks, judul, bagian (heading) dan judul sub bagian (subheading), istilah dan kata kunci, dan sebagainya. Dalam melakukan survey, peserta didik dianjurkan menyiapkan pensil, kertas, dan alat pembuat ciri (berwarna kuning, hijau, dan warna lainnya) seperti stabilo untuk menandai bagian-bagian tertentu. Bagian-bagian penting dan akan dijadikan bahan pertanyaan, perlu ditandai untuk memudahkan proses penyusunan daftar pertanyaan pada langkah selanjutnya. 2) Question (bertanya): Langkah kedua: guru sebaiknya memberi petunjuk atau contoh kepada para peserta didik untuk menyusun pertanyaan-pertanyaan yang jelas, singkat, dan relevan dengan bagian-bagian teks yang telah ditandai pada langkah pertama. Jumlah pertanyaan tergantung pada panjang pendeknya teks, dan kemampuan peserta didik dalam memahami teks yang sedang dipelajari. Jika teks yang sedang dipelajari peserta didik berisi hal-hal yang sebelumnya sudah diketahui, mereka hanya perlu membuat beberapa pertanyaan. Sebaliknya, apabila latar belakang pengetahuan peserta didik tidak berhubungan dengan isi teks, maka perlu menyusun pertanyaan sebanyakbanyaknya. 3) Read (membaca): Langkah ketiga: guru sebaiknya menyuruh peserta didik untuk membaca secara aktif dalam rangka mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun. Dalam hal ini, membaca secara aktif juga berarti membaca yang difokuskan pada paragraf-paragraf yang diperkirakan mengandung jawaban-jawaban yang diperkirakan relevan dengan pertanyaan tadi.

24 35 4) Recite (mengkomunikasikan setiap jawaban yang telah ditemukan): Langkah keempat: sebaiknya guru mengarahkan peserta didik menyebutkan lagi jawaban-jawaban atas pertanyaan yang telah tersusun. Peserta didik dilatih untuk tidak membuka catatan jawaban. Jika sebuah pertanyaan tidak terjawab, peserta didik tetap disuruh menjawab pertanyaan berikutnya. Demikian seterusnya, hingga seluruh pertanyaan, termasuk yang belum terjawab, dapat diselesaikan dengan baik. 5) Review (mengulangi/meninjau ulang): Pada langkah kelima, langkah terakhir (review): guru mengarahkan peserta didik meninjau ulang seluruh pertanyaan dan jawaban secara singkat. Pada tahap ini peserta didik diarahkan membaca kembali teks untuk meninjau atau menyempurnakan seluruh jawabannya, jawaban yang belum tuntas pada tahap sebelumnya, dibahas oleh peserta didik melalui bimbingan guru. Survey (mengamati dan meneliti) Question (bertanya) Kesimpulan Read (membaca) Review (mengulang) Recite (mengkomunikasikan) Gambar 1 Grafik Langkah-langkah Metode Pembelajaran SQ3R

25 36 4. Membaca a. Pengertian Membaca Menurut (Tarigan, 2008:32) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis, melalui kata-kata atau bahan tulis dan memetik serta memahami arti yang terkandung didalam bahan yang tertulis. Menurut (Amir, 2006:2) membaca adalah usaha memahami bacaan sebaik-baiknya. Jika teks yang dilafalkan maka pembelajarannya jelas dan fasih, tepat informasi dan penjedaannya, sehingga komunikatif dengan pendengar, dan juga ditandai oleh suatu pemahaman teks. Menurut (Hodgson, 2008:43-44) membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media katakata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang akan tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Menurut (Soedarsono, 2010:4) mengemukakan bahwa membaca adalah aktivitas yang kompleks dengan mengarahkan sejumlah besar

26 37 tindakan yang terpisah-pisah, meliputi: orang harus menggunakan pengertian, khayalan, dan mengamati dan mengingat-ingat. Berdasarkan beberapa pendapat yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses berpikir yang termasuk didalamnya memahami, menceritakan, menafsirkan arti dari lambang-lambang tertulis dengan melibatkan penglihatan, gerak mata, pembicaraan batin, dan ingatan. Serta memahami pola-pola bahasa dari gambaran tertulisnya. b. Proses Membaca Pada hakikatnya, aktivitas membaca terdiri dari dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas fisik dan mental. Sedangkan membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca. Proses membaca sangat kompleks dan rumit karena melibatkan beberapa aktivitas, baik berupa kegiatan fisik maupun kegiatan mental. Proses membaca terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut: 1) Aspek sensori, yaitu kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis. 2) Aspek perseptual, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan apa yang dilihat sebagai simbol. 3) Aspek skemata, yaitu kemampuan menghubungkan informasi tertulis dengan struktur pengetahuan yang telah ada.

27 38 4) Aspek berpikir, yaitu kemampuan membuat inferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari. 5) Aspek afektif, yaitu aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap kegiatan membaca. c. Jenis-jenis Membaca Menurut (Tarigan, 2008:56) berdasarkan cara membaca, membaca dibedakan menjadi: 1) Membaca bersuara (membaca nyaring), yaitu membaca yang dilakukan dengan bersuara, biasanya dilakukan oleh kelas tinggi/besar. Sebenarnya apabila kita berpegang pada batasanbatasan tentang membaca, semua perbuatan membaca tentu saja didengar orang lain. Perbedaannya terletak pada persoalan berapa jauh suara bacaan dapat didengar orang lain. Istilah membaca keras maksudnya membaca dengan suara nyaring. Oleh karena itu, ada istilah membaca nyaring. Mengapa harus bersuara keras atau nyaring karena perlu didengar oleh orang lain. Biarpun membaca untuk diri sendiri, bagi anak kelas I mempunyai kebiasaan keras atau nyaring. Tujuan membaca keras agar guru dan kawan sekelas dapat menyimak. Dengan menyimak guru dapat memperbaiki bacaan peserta didik. Pelaksanaan membaca keras bagi peserta didik SD dilakukan seperti berikut: (a) Membaca klasikal, yaitu membaca yang dilakukan secara bersamasama dalam satu kelas. Membaca klasikal biasanya dilaksanakan di

28 39 kelas I. Dengan tujuan supaya peserta didik yang belum lancar membaca bisa menirukannya lebih dahulu. (b) Membaca berkelompok, yaitu membaca yang dilakukan oleh sekelompok peserta didik dalam satu kelas. Biasanya dilakukan secara berderet. Satu deret dijadikan satu kelompok. Dengan membaca kelompok guru dapat memperhatikan lebih serius (khusus) peserta didik yang sudah lancar membaca ataupun yang belum lancar membaca biasanya cenderung diam (tidak menirukan). (c) Membaca perorangan, yaitu membaca yang dilakukan secara individu. Membaca perorangan diperlukan keberanian peserta didik dan mudah dikontrol oleh guru. Biasa dilaksanakan untuk mengadakan penilaian. 2) Membaca dalam hati, membaca dalam hati yaitu membaca dengan tidak mengeluarkan kata-kata atau suara. Dengan membaca dalam hati peserta didik dapat lebih berkonsentrasi, sehingga lebih dapat memahami isi yang terkandung dalam sebuah bacaan. Tidak semua peserta didik dapat membaca dalam hati. Membaca dalam hati peserta didik tetap dilakukan dengan membaca bersuara atau membaca secara berbisik-bisik. Tidak dapat dilaksanakan secara sempurna. Khusus kelas I dan kelas II SD tidak ada pembelajaran membaca dalam hati. Kelas III-IV SD dapat dilatih membaca dengan suara berbisik-bisik. Sedangkan kelas V-VI SD dapat membaca dalam hati

29 40 secara lebih baik. Tujuan pembelajaran membaca dalam hati agar peserta didik dapat: a) Berkonsentrasi fisik dan mental. Konsentrasi fisik maksudnya peserta didik (pembaca) dapat bebas sikap duduknya. Pandangan mata teramat pada seluruh kalimat yang akan dibaca sebelum mengucapkan (dalam hati) kalimat tersebut. Konsentrasi mental yaitu memerlukan ekstra penilaian. b) Membaca secepat-cepatnya. Membaca cepat diperlukan konsentrasi yang cukup maksimal, selain memahami isi diperlukan pemahaman yang cukup spontanitas, serta untuk membaca cepat hanya inti dari isi bacaan yang akan diperlukan. c) Memahami isi. Memahami isi diperlukan konsentrasi yang maksimal, Pemikiran kita harus tertuju pada bacaan yang sedang dihadapi. Tidak boleh membaca dengan pemikiran yang gundah dan kacau. Hasilnya pasti tidak maksimal, bahkan sering terjadi melamun, membayangkan apa yang ada pada angan-angan. d) Menghayati isi. Apabila latihan membaca dilaksanakan akan dapat menimbulkan suasana demonstratif dari para peserta didik untuk lekas dapat menghayati isi serta mengungkapkan kembali isi bacaan. Pemahaman isi tidak melalui pendengaran terlebih dahulu.

30 41 e) Mengungkapkan kembali isi bacaan. Membaca dengan berkonsentrasi akan lebih terkondisi akan menarik minat para peserta didik agar lekas mengetahui atau memahami isi bacaan. 3) Menurut (Amir, 2006:28) membaca teknik, yaitu hampir sama dengan membaca keras. Pembelajaran membaca teknik meliputi pembelajaran membaca dan pembelajaran membacakan. Membaca teknik lebih formal, mementingkan kebenaran pembaca serta ketetapan intonasi dan jeda. Dengan mengacu pada pelafalan yang standar, kegiatan membaca teknik langsung memasuki kegiatan pembaca berita, pengumuman, ceramah, pidato, dan sebagainya. d. Tujuan Membaca Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan membaca dengan menyediakan tujuan khusus yang sesuai atau dengan membantu mereka menyusun tujuan membaca peserta didik itu sendiri. Pembelajaran membaca dimaksudkan agar peserta didik dapat membaca untuk keperluan diri sendiri dan untuk keperluan peserta didik yang lain. Pembaca lebih bertanggung jawab kepada lagu dan lafal. Tetapi kurang bertanggung jawab akan isi bacaan. Yang lebih baik akan isi

31 42 bacaan ialah pendengar atau para pendengarnya. Membaca teknik ialah cara membaca yang mencakup sikap, dan intonasi bahasa. (Depdiknas, 2002:44) latihan-latihan yang diperlukan dalam membaca teknik, yaitu sebagai berikut : 1) Latihan membaca di tempat duduk. 2) Latihan membaca di depan kelas. 3) Latihan membaca di mimbar. 4) Latihan membacakan. e. Manfaat Membaca Selain fungsi tersebut di atas, kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat, antara lain sebagai berikut: 1) Memperoleh banyak pengalaman hidup. 2) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan. 3) Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa. 4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir didunia. 5) Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan pikir, meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa. 6) Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdas dan pandai.

32 43 7) Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dan lain-lain yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis. 8) (Amir, 2006:6) mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap desistensi, dan lain-lain. B. Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang telah mengkaji tentang metode pembelajaran SQ3R, beberapa diantaranya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Muhammad Karwapi pada tahun 2012 dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Pada Materi Membaca Peserta Didik Kelas IV SDN-06 Buttue Kabupaten Barru Tahun Pelajaran 2011/2012. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa: hasil penelitiannya dengan penerapan metode pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia karena pada siklus I rata-rata nilai hasil tes mencapai 61,79% dan pada siklus II meningkat menjadi 79,69%. Penelitian lain pernah dilakukan oleh Trihastuti Lisange pada tahun 2011 dengan judul Penerapan Metode Pembelajaran SQ3R Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Peserta Didik Kelas IV SDN Mayang I Kecamatan Cisalak Kabupaten Subang Tahun Pelajaran 2010/2011. Ia menyimpulkan bahwa: hasil penelitiannya dengan penerapan metode pembelajaran SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman karena pada siklus I rata-rata nilai hasil tes pengamatan adalah

33 44 55,56%, siklus II meningkat menjadi 63,89% dan pada siklus III lebih meningkat menjadi 82,22%. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada, namun penelitian ini memiliki kesamaan karena sama-sama menerapkan metode pembelajaran SQ3R. Metode pembelajaran dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar dan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia peserta didik kelas IV SDN-5 Panarung. Salah satu metode pembelajaran yang dapat memperbaiki aktivitas dan untuk meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia peserta didik yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran SQ3R adalah salah satu solusi untuk memperbaiki aktivitas belajar peserta didik di dalam kelas terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia pada materi pendidikan. Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan penerapan metode pembelajaran SQ3R akan melibatkan peserta didik untuk dapat bekerjasama dengan teman kelompoknya dan berinteraksi dengan kelompok lain, memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap anggota kelompoknya, berpikir secara aktif karena masing-masing peserta didik mencari sebuah kalimat pada setiap paragraf untuk membuat beberapa pertanyaan yang akan dijawab oleh peserta didik lain, fokus terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik lain, serta mengkomunikasikan setiap jawaban yang ditemukan. Sehingga secara tidak langsung kegiatan ini dapat memperbaiki aktivitas dan

34 45 untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Indonesia peserta didik kelas IV SDN-5 Panarung. C. Kerangka Berpikir Menurut (Arikunto, 2006:70) menyatakan bahwa kerangka berpikir adalah suatu titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik. Sedangkan menurut Uma (Sugiyono, 2010:60) mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting. (Muhamad, 2009:75) mengemukakan bahwa kerangka berpikir adalah gambaran mengenai hubungan antar variabel dalam suatu penelitian, yang diuraikan oleh jalan pikiran menurut kerangka logis. Sedangkan menurut (Riduwan, 2004:25) kerangka berpikir adalah dasar pemikiran dari penelitian yang disentesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah penelitian. Kerangka berpikir memuat teori, dalil atau konsep-konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. D. Hipotesis Tindakan Menurut Good dan Scates (2009 : 25). Hipotesis adalah sebuah tafsiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun petunjuk-petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Menurut (Hartono, 2011:27) mengemukakan bahwa hipotesis adalah penjelasan sementara tentang suatu tingkah laku, gejala-gejala, atau kejadian

35 46 tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Hipotesis merupakan rumusan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya dengan data yang dianalisis data kegiatan penelitian. Berdasarkan pendapat tersebut di atas, maka dapat diketahui hipotesis dalam penelitian ini ada 2, anggapan suatu penelitian dimana kebenarannya masih harus diuji terlebih dahulu yaitu: 1. Aktivitas belajar Bahasa Indonesia sudah mengalami perbaikan dan terlihat lebih aktif dengan penerapan metode pembelajaran SQ3R pada peserta didik kelas IV SDN-5 Panarung Tahun Pelajaran 2013/ Ada peningkatan hasil belajar Bahasa Indonesia melalui penerapan metode pembelajaran SQ3R peserta didik kelas IV SDN-5 Panarung Tahun Pelajaran 2013/2014.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Teknik Pembelajaran SQ3R Metode SQ3R adalah metode membaca untuk memahami dan menguasai isi bacaan dengan langkah-langkah: mensurvai isi (Survey: S), mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu pemersatu bangsa. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia merupakan makhluk sosial yang

Lebih terperinci

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

Nurdia Artu. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV SDN Pembina Liang Melalui Penerapan Strategi Survey Questions Reading Recite Review (SQ3R) Nurdia Artu Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan yang diharapkan karena itu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia diperlukan manusia yang lainnya, manusia tidak bisa hidup seorang diri. Komunikasi merupakan jembatan untuk menjalin hubungan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Pendidikan bahasa Indonesia sangat penting karena bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang berfungsi sebagai pemersatu bangsa, identitas bangsa, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi negara Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat dimaknai sebagai bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, sehingga diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, sehingga diperlukan suatu pendidikan yang berkualitas. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi kehidupan manusia. Melalui proses pendidikan manusia dapat mengembangkan berbagai kemampuan yang ada dalam dirinya. Dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Tematik Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak belajar, konsep

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis melalui media

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Landasan teoretis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi, (1). Bahasa Indonesia, (2). Metode Talking Stick, (3). Hasil belajar. 2.1.1. Bahasa Indonesia Pada

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. KAJIAN TEORI 1. Lingkungan Sekolah a. Pengertian Lingkungan Sekolah Manusia sebagai makhluk sosial pasti akan selalu bersentuhan dengan lingkungan sekitar,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Pembelajaran Pengertian media sebagai sumber belajar adalah segala benda serta mahluk hidup yang berada di lingkungan sekitar serta peristiwa yang dapat memungkinkan siswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar 1) Pengertian Belajar Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat

BAB I PENDAHULUAN. orang lain, memengaruhi atau dipengaruhi orang lain. Melalui bahasa, orang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa bahasa lisan dan bahasa tulis. Melalui bahasa seseorang dapat mengemukakan pikiran dan keinginannya kepada orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan dari proses pembelajaran tersebut. Berbagai mata pelajaran diajarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam bidang pendidikan proses pembelajaran di sekolah menjadi pilar utama. Karena tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan nasional sangat ditentukan dari proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT 8 BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT A. Metode Kerja Kelompok Salah satu upaya yang ditempuh guru untuk menciptakan kondisi belajar mengajar yang kondusif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, maupun tingkat atas. Selain itu,

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

2015 PENERAPAN METODE BRAINSTORMING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa persatuan, diciptakan untuk mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, budaya, dan bahasa.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Observasi Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang digunakan oleh guru atau instruktur. Pengertian lain ialah sebagai teknik penyajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kamaludin Gumilar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kamaludin Gumilar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sarana komunikasi bagi manusia, melalui bahasa orang dapat menyampaikan dan menerima informasi. Berbahasa merupakan suatu proses interaktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sektor yang sangat menentukan kualitas suatu bangsa. Kegagalan pendidikan berimplikasi pada gagalnya suatu bangsa dan keberhasilan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2011: 5-6) bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sikap serta ketrampilan yang berguna baginya dalam menyikapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan tidak lepas dari proses belajar mengajar, yang di dalamnya meliputi beberapa komponen yang saling terkait, antara lain; guru (pendidik),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga bahasa resmi negara kita. Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang terdapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan untuk mewujudkan diri menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan untuk mewujudkan diri menjadi manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadian sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah, 2009: 1). Dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak

BAB II KAJIAN TEORITIS. pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teoretis 1. Strategi Cooperative Script Dalam strategi pembelajaran kooperatif ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa pada dasarnya kegiatan berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada bab II tentang kajian pustaka berturut-turut dipaparkan 1. Pengertian Belajar 2. Hasil belajar 3. Pembelajaran Matematika 4. Metode demonstrasi 5. Hasil Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan di sekolah memiliki tiga variabel yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan di sekolah memiliki tiga variabel yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan pendidikan di sekolah memiliki tiga variabel yang sangat berkaitan. Ketiga variabel tersebut adalah kurikulum, guru, dan proses belajar mengajar. dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Dalam kajian teori ini dibahas teori-teori yang relevan dengan penelitian ini agar dapat memberi gambaran umum tentang latar peneliti dan sebagai bahan rujukan pembahasan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Belajar IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah dasar (SD) ditujukan untuk memberikan pengetahuan dan latihan pada siswa agar mereka mampu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Pada sub bab ini, peneliti akan membahas mengenai teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang sudah ditentukan. Adapaun teori yang berkaitan dengan variabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Membaca Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Strategi Pembelajaran Aktif Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) a. Pengertian Tipe Everyone Is Teacher Here (ETH) Strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Hakikat Belajar Hasil Belajar

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar Hakikat Belajar Hasil Belajar BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1 Hakikat Belajar Belajar adalah perubahan perilaku yang dialami siswa dikarenakan adanya interaksi dengan lingkungannya, Quthb (2005, hal. 14). Belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi penting yang diajarkan di SD, karena Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut: a)berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil belajar BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan dari siswa setelah mengalami pengalaman belajar. Dalam Sudjana (2008:22), hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based

BAB I PENDAHULUAN. bermacam-macam. Model yang diajarkan disini memakai model Inquiry Based BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan di jaman sekarang semakin berkembang karena dengan adanya perubahan kurikulum yang semakin pesat. Model pembelajaran yang dipakai pun bermacam-macam.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lama, yaitu pembelajaran berpusat pada guru, sementara siswa yang harus siap

BAB I PENDAHULUAN. lama, yaitu pembelajaran berpusat pada guru, sementara siswa yang harus siap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran geografi masih terpengaruh oleh paradigma pendidikan lama, yaitu pembelajaran berpusat pada guru, sementara siswa yang harus siap diisi sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini dititikberatkan pada keterampilan siswa. Berdasarkan kurikulum 2006 siswa dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas perilaku

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 4 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan IPA Pendidikan IPA merupakan disiplin ilmu yang di dalamnya terkait dengan ilmu pendidikan dan IPA itu sendiri. Sebelum mengetahui lebih jelas mengenai pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan undang undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA CERITA DAN TEKNIK MENJAWAB PERTANYAAN PADA PESERTA DIDIK KELAS V SD NEGERI I KADIPIRO KECAMATAN JUMAPOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun Pelajaran 2013/2014. Tabel rencana pelaksanaan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tahun Pelajaran 2013/2014. Tabel rencana pelaksanaan penelitian 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Juni Tahun Pelajaran 2013/2014. Tabel rencana pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pengertian Bahasa Indonesia Pengertian bahasa telah banyak didefinisikan oleh para ahli menurut pandangan mereka masing-masing. Sedangkan pengertian umum bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN Pada bab ini akan diuraikan empat hal pokok yaitu: (1) kajian pustaka, (2) landasan teori, (3) kerangka berpikir, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya, tidak langsung dapat berdiri sendiri, dan

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia, sebagai salah satu identitas atau pembeda dari bangsa lain, selain sebagai bahasa persatuan juga berkedudukan sebagai bahasa negara dan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa dan bersastra dan meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar serta kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa

BAB I PENDAHULUAN. dua materi ajar, yakni materi bahasa dan materi sastra. Materi bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia dititikberatkan kepada empat keterampilan berbahasa. Keempat keterampilan itu adalah mendengar, berbicara, membaca, dan menulis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran Bahasa Indonesia di dunia pendidikan bertujuan agar siswa memiliki keterampilan berbahasa dan pengetahuan kebahasaan. Keterampilan berbahasa mencakup 4

Lebih terperinci

BAB II Kajian Pustaka

BAB II Kajian Pustaka BAB II Kajian Pustaka 2.1 Kajian Teori Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pembahasan landasan teori dalam penelitian ini berisi tinjauan pustaka yang merupakan variabel dari penelitian ini. Kajian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Hamalik (2009: 155) hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan 1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat

Lebih terperinci

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio

Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio Penerapan Metode Bermain Peran Pada Materi Drama Anak Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SDN Gio Hijria.H.Aliakir, Muh. Tahir, dan Saharudin Barsandji Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang secara luas dikenal di masyarakat adalah pendidikan dalam arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Aep Suryana, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) merupakan bagian penting dalam kerangka pengembangan pendidikan nasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia atau peserta didik dengan cara mendorong kegiatan belajar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang bahasa. Keterampilanketerampilan berbahasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap.

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran sejarah Belajar merupakan suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan, yang menghasilkan

Lebih terperinci

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang

pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah membosankan. Jika hal ini dapat diwujudkan maka diharapkan di masa yang A. Kondisi Kelas dan Proses Pembelajaran Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang amat pesar baik dari segi materi maupun kegunaannya. Tugas guru adalah menciptakan strategi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pegetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di sekolah tidak hanya difokuskan pada pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting terhadap kemajuan suatu bangsa di dunia. Pendidikan diproses

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian diperlukan suatu metode dan teknik penelitian yang sesuai dengan masalah yang diteliti sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Matematika. dan matematis (Rina Dyah Rahmawati, dkk, 2006: 01). 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Matematika Ke SD-an a. Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada siswa melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat diperlukan oleh semua manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bahasa seseorang dapat menyampaikan suatu maksud kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu alat komunikasi untuk saling berinteraksi dalam kehidupan manusia baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

Lebih terperinci