kesehatan LAPORAN EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1434H/2013M

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "kesehatan LAPORAN EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1434H/2013M"

Transkripsi

1 kesehatan LAPORAN EVALUASI PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1434H/2013M KEMENTERIAN AGAMA RI TAHUN 2013

2

3

4

5 A. LAPORAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434H/2013M 1. Penyelenggaraan Haji di Tanah Air Penyelenggaraan ibadah haji merupakan rangkaian proses ibadah yang dimulai sejak keberangkatan jemaah haji di Tanah Air, pelaksanaan rukun dan wajib haji di Arab Saudi, sampai dengan pemulangan kembali ke Tanah Air. Operasional penyelenggaraan ibadah haji di Tanah Air dapat dipaparkan sebagai berikut: a. Realisasi Kuota Haji Berdasarkan keputusan rapat menteri luar negeri negara-negara Organisasi Konferensi Islam (OKI) tahun 1978 disepakati pembatasan jumlah jemaah haji setiap negara sebesar 1:1000 dari total jumlah penduduk (yang bergama Islam). Kuota jemaah haji Indonesia yang disepakati dalam MoU Persiapan Haji 1434 H/2013 M sebanyak orang berdasarkan jumlah penduduk Republik Indonesia yang tercatat di PBB. Namun pada tanggal 6 Juni 2013 Pemerintah Indonesia mendapat surat pemberitahuan dari Pemerintah Arab Saudi tentang kebijakan pengurangan kuota haji sebesar 20% untuk seluruh negara tanpa terkecuali karena adanya proyek perluasan tempat tawaf yang memakan waktu penyelesaian selama 3 (tiga) tahun. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 121 tahun 2013 tanggal 21 Juni 2013 tentang Penetapan Kuota Haji Tahun 1434 H/2013 M, setelah mengalami pengurangan kuota jemaah haji sebanyak 20% dari jemaah, jumlah jemaah haji yang akan diberangkatkan ke Tanah Suci pada tahun 1434 H/2013 M sebanyak jemaah, yang terdiri dari jemaah haji regular dan jemaah haji khusus yang diselenggarakan oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK). Adapun kuota jemaah haji, profil berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan kelompok umur adalah sebagaimana tersaji dalam tabel berikut ini: Tabel Kuota Jemaah Haji Indonesia Tahun 1434 H/ 2013 M No. Jemaah Haji Kuota Realisasi Sisa Kuota Realisasi (%) 1 Reguler ,58 2 Haji Khusus ,74 Total ,59 Tabel Profil jemaah berdasarkan jenis kelamin: No. Jenis kelamin Jumlah* % 1 Laki-Laki % 2 Perempuan % Jumlah % * Sudah termasuk dengan Petugas Tabel Profil Pekerjaan Jemaah Haji Indonesia No. Pekerjaan Jumlah* Prosentase Keterangan 1 PNS ,5% Jemaah 2 TNI/POLRI ,8% terbanyak adalah 3 PEDAGANG ,7% berstatus ibu 4 PETANI ,8% rumah tangga 2

6 No. Pekerjaan Jumlah* Prosentase Keterangan 5 PEG. SWASTA % yaitu 27,4%. 6 IBU RUMAH TANGGA ,4% 7 PELAJAR/MAHASISWA ,1% 8 PEG. BUMN/BUMD ,0% 9 LAIN-LAIN ,9 % Total % * Sudah termasuk dengan Petugas Tabel Profil Pendidikan Jemaah Haji Indonesia No. Pendidikan Jumlah Prosentase Keterangan 1 Sekolah Dasar ,0% Tingkat pendidikan 2 Sekeloh Menegah Pertama ,2% 3 Sekolah Menegah Atas ,4% 4 Sarjana Muda ,2% 5 Sarjana S ,7% 6 Sarjana S ,3% 7 Sarjana S ,2% 8 Lain-lain 90 0,1% Total = % jemaah terbanyak adalah SD yaitu 34,0 % Tabel Profil Kelompok Umur Jemaah Haji Indonesia No. Kelompok Umur Jumlah Prosentase Keterangan 1 0 s.d % Kelompok umur 2 41 s.d % 3 51 s.d % 4 > % Total % terbanyak jemaah adalah usia Thn (33 %) Dari total jemaah haji Indonesia, jemaah yang belum pernah melaksanakan haji sebanyak orang (98,9%) dan yang pernah melaksanakan haji berjumlah orang (1,1%). Dengan adanya kebijakan pengurangan kuota 20% oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi yang secara umum mengakibatkan penyelenggaraan ibadah haji tahun 1434 H/2013 M menjadi lebih baik, namun telah menimbulkan permasalahan di Indonesia, yaitu hampir 25 ribu jemaah haji yang telah melunasi tertunda keberangkatannya, program percepatan keberangkatan haji bagi jemaah lansia 83 tahun ke atas menjadi batal, rata-rata waktu tunggu keberangkatan haji menjadi lebih lama, dan menimbulkan potensi kerugian materiil baik pihak pemerintah maupun swasta. Untuk itu kedepan perlu dilakukan upaya-upaya: 1. Kajian terkait dengan penyesuaian besaran setoran awal dan sistem pengelolaan untuk memperoleh nilai manfaat yang optimal. 2. Pembahasan dengan pemerintah Arab Saudi untuk memastikan tidak ada pengurangan kuota tahun depan dengan pertimbangan kembali pada kuota dasar. 3. Jemaah haji yang tertunda berangkat tidak menanggung risiko beban tambahan BPIH lagi apabila BPIH 2014 naik. Apabila besaran BPIH 2014 lebih kecil maka jemaah tersebut memperoleh pengembalian. 3

7 4. Penyederhanaan pendaftaran yang semula 4x menjadi 2x dengan pembayaran dapat dilakukan di ATM. 5. Dalam rangka transpransi dalam proses pendaftaran, Ditjen PHU mengembangkan Siskohat generasi kedua untuk kemudahan akses bagi masyarakat serta desain penyusunan kuota bagi jemaah haji Lansia. 6. Untuk mengurangi masa tunggu yang makin panjang, Pemerintah melakukan beberapa hal sebagai berikut: mengajukan adanya tambahan kuota, penundaan permanen bagi jemaah yang sudah berhaji, dan waktu tunggu disusun berdasarkan usia jemaah b. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) Rancangan besaran komponen indirect cost BPIH ditetapkan pada Rapat Kerja Menteri Agama dengan Komisi VIII DPR RI tanggal 28 Maret 2013, rancangan yang telah disetujui DPR kemudian diusulkan kepada Presiden. Pada tanggal 8 Mei 2013 Presiden menetapkan besaran BPIH melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 31 tahun 2013 tentang Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1434H/2013M. BPIH tertinggi di Makassar sebesar US$3.807, dan terendah di Aceh US$3.253, dan rata-rata nasional BPIH adalah US$ Jika dibandingkan dengan BPIH tahun 1433H/2012M, maka besaran rata-rata BPIH tahun 1434H/2013M dalam dolar mengalami penurunan sebesar USD90 dari USD3,617 menjadi USD3,527. Penurunan dalam USD disebabkan penurunan biaya komponen penerbangan, serta biaya sewa rumah di Makkah dan Madinah yang dibebankan jemaah. Adapun besaran BPIH tahun 1434H/2013M untuk masing-masing embarkasi sebagai berikut: No Embarkasi BPIH (USD) Provinsi/Kab/Kota 1 Aceh 3,253 Aceh 2 Medan 3,263 Sumatera Utara 3 Batam 3,357 Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Jambi (Kab. Tanjung Jabung Barat, Kota Jambi, Muaro Jambi, Batang Hari, dan Tanjung Jabung Timur) 4 Padang 3,329 Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi (Kab. Merangin, Kerinci, Sorolangun, Bungo, dan Tebo) 5 Palembang 3,381 Sumatera Selatan dan Bangka Belitung 6 Jakarta 3,522 DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan Lampung 7 Solo 3,542 Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, 8 Surabaya 3,619 Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur 9 Banjarmasin 3,733 Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah 10 Balikpapan 3,744 Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Utara 4

8 No Embarkasi BPIH (USD) Provinsi/Kab/Kota 11 Makassar 3,807 Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat 12 Lombok 3,782 Nusa Tenggara Barat Rata-rata 3,527 Sedangkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) bagi jemaah haji khusus ditetapkan minimal sebesar USD sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 60 tahun 2013 tentang Penetapan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus Tahun 1434H/2013M. Setiap jemaah haji melakukan pembayaran sesuai dengan kurs transaksi dollar terhadap rupiah yang berlaku pada saat pembayaran. Dalam rangka persiapan penyelenggaraan ibadah haji 1434H/2013M kami mengharapkan pembahasan bersama komisi VIII DPR Rl dapat dilakukan di awal tahun Penetapan lebih awal akan memberikan waktu yang cukup bagi calon jemaah untuk melakukan pelunasan BPIH, dan persiapan operasional dapat dilakukan secara lebih dini. Waktu pelunasan BPIH bagi jemaah haji reguler dimulai tanggal 22 Mei s.d. 12 Juni Oleh karena sampai dengan tanggal 12 Juni 2013 masih terdapat sisa kuota, maka waktu pelunasan diperpanjang tanggal 18 s.d. 26 Juni Sedangkan pelunasan BPIH bagi jemaah haji khusus dilakukan lebih awal yaitu dari tanggal 22 April s.d. 3 Mei Oleh karena sampai batas akhir tersebut masih terdapat sisa kuota, maka waktu pelunasan diperpanjang, yaitu tanggal 7 s.d. 14 Mei Saat ini konsolidasi Laporan Keuangan BPIH tahun 2013 masih menunggu finalisasi perhitungan realisasi pelaksanaan haji tahun Opini laporan keuangan yang masih WDP pada tahun 2012 diharapkan menjadi WTP pada tahun Permasalahan efisiensi biaya penerbangan masih akan terus berlanjut pada tahun berikutnya mengingat faktor biaya yang cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Di samping itu, optimalisasi biaya pemondokan di Makkah yang sebagian besar dananya disubsidi dari nilai manfaat setoran awal BPIH masih perlu perbaikan pada sistem optimalisasi dana, pengelolaan dan rekonsiliasi data keuangan, serta pengelolaan aset. Untuk itu perlu upaya yang dimulai saat ini hingga ke depan dengan melakukan reformasi kebijakan keuangan haji, meliputi antara lain peningkatan transparansi laporan keuangan, optimalisai nilai manfaat dengan prinsip syariah, konsolidasi bank penerima setoran dana haji, memberikan jaminan dana setoran awal melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), melakukan integrasi system pendaftaran, pelayanan, keuangan dan pembatalan, serta menerbitkan rancangan peraturan tentang pengelolaan dan penataan aset haji. c. Pelaksanaan Bimbingan Jemaah Haji dan Penyuluhan Masyarakat Sesuai dengan UU 13 Tahun 2008, jemaah haji berhak memperoleh pembinaan, pelayanan, dan perlindungan dalam menjalankan Ibadah Haji, yang antara lain meliputi pembimbingan manasik haji dan materi lainnya, baik di Tanah Air, di perjalanan, maupun di Arab Saudi. Bimbingan jemaah haji dilaksanakan di tingkat KUA kecamatan sebanyak 7 kali pertemuan dan di tingkat kabupaten/kota sebanyak 3 kali pertemuan. Selain mendapatkan buku paket manasik, jemaah haji juga memperoleh DVD bimbingan dan perjalanan manasik haji sebagai 5

9 bekal bahan pembelajaran sebelum dan selama melaksanakan ibadah haji. Sebelum jemaah haji diberangkatkan ke Arab Saudi, para Ketua Regu dan Ketua Rombongan juga diberi pembekalan yang dilaksanakan di asrama embarkasi terkait dengan perjalanan ibadah haji di Arab Saudi. Bimbingan jemaah juga dilakukan melalui media elektronik kepada jemaah haji dan masyarakat umum berupa: 1. Program talkshow, Public Service Advertisement (PSA), dan filler di televisi. 2. Penayangan running text di televisi. 3. Pemasangan banner di media online. 4. Pemberitaan melalui website Kementerian Agama. 5. Pemasangan Advertorial di media cetak. 6. Penerbitan majalah tentang haji. Bimbingan manasik haji bagi jemaah haji reguler mandiri perlu ditingkatkan. Bimbingan haji yang dilakukan oleh pembimbing KBIH perlu distandarisasi dan pengawasan kepada para pembimbing KBIH perlu ditingkatkan agar mereka efektif dan tidak melampaui kewenangnnya dalam memberikan bimbingan kepada jemaah. Pelaksanaan bimbingan manasik haji yang dilakukan oleh pembimbing KBIH masih belum standard, sedangkan untuk program bimbingan manasik dari pemerintah telah memiliki standard namun waktu pelaksanaannya terbatas mengingat anggaran yang diterima oleh pelaksana terlambat, seringkali buku manasik yang dibagikan kepada Jemaah juga terlambat. Bagi Jemaah haji reguler yang mandiri seringkali tidak mendapat perhatian perlu ditingkatkan pemahamannya dalam hal bimbingan manasik dan perjalanan haji. Untuk itu bimbingan ibadah kedepan perlu dilakukan upaya-upaya: 1) Peningkatan program sertifikasi pembimbing manasik haji. Pelaksanaan kegiatan di 5 lokasi sebanyak 800 orang dan penyusunan modul sebanyak 6 paket program. 2) Penyediaan buku paket bimbingan manasik haji (manasik ibadah, perjalanan, ziarah, kesehatan, hak dan kewajiban, kondisi sosial Arab Saudi dan Akhlakul karimah), penambahan buku manasik praktis (bergambar), Do a pendek bagi jemaah haji, DVD, dan alat peraga (Ka bah Mini, Mannequin, LCD ) dilakukan lebih awal 3) Distribusi anggaran untuk pelaksanaan manasik sebanyak 10 kali dilakukan lebih awal dan diusulkan naik semula Rp ,-/pertemuan/orang menjadi Rp ,- orang. Khusus honor pembimbing diperhitungkan berdasarkan pelaksanaan bimbingan /rombongan (45 orang)/jam pelajaran sebesar Rp ,- 4) Pemantapan regulasi KUA sebagai pelaksana bimbingan manasik bagi jemaah haji reguler Sedangkan untuk itu kelompok bimbingan ibadah kedepan perlu dilakukan upaya-upaya: 1) Penetapan regulasi tentang pedoman operasional kelompok bimbingan yang didalamnya berisi penerbitan izin baru, perpanjangan dan kewenangan melakukan bimbingan jemaah reguler di Tanah Air dan Arab Saudi 2) Penetapan standar pelayanan minimal kegiatan bimbingan manasik haji dan pelaporannya oleh kelompok bimbingan dengan menyertakan peran FK KBIH. 3) Menyempurnakan pedoman akreditasi, pengawasan dan pengendalian kelompok bimbingan. 6

10 d. Petugas Haji Jumlah petugas haji Indonesia termasuk tenaga musim (temus) seluruhnya orang, terdiri dari petugas kloter yang menyertai jemaah sebanyak orang, petugas non-kloter sebanyak 823 orang, Temus 729 orang dan Tim Amirul Hajj 13 orang. Temus direkrut dari para mukimin dan mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negara-negara Timur Tengah. Petugas yang menyertai jemaah haji ditempatkan pada setiap kloter berjumlah 5 orang yang terdiri dari 1 orang petugas TPHI, 1 orang petugas TPIHI, dan 3 orang petugas kesehatan (TKHI). sedangkan petugas PPIH Arab Saudi ditempatkan pada kantor pusat PPIH (TUH) dan daerah kerja Jeddah, Makkah, dan Madinah, Secara rasio petugas terhadap jemaah haji, jumlah petugas haji masih perlu ditingkatkan, khususnya petugas kesehatan dan keamanan. Koordinasi dan kerjasama antar petugas juga masih perlu ditingkatkan. Kinerja dan efektivitas petugas juga masih perlu dioptimalkan. Adapun rincian jumlah petugas haji sebagaimana tabel berikut: No Uraian Kemenag Kemenkes Jml 1 Tim Amirul Haj PPIH Arab Saudi (Non Kloter): a. Kantor Teknis Haji 46 5 b. Daker Jeddah c. Daker Makkah d. Daker Madinah Petugas Kloter Tenaga Musim: a. Asal 1) Unsur Pimpinan *) 25-2) Mahasiswa 178-3) Arab Saudi b. Penempatan 1) Kantor Teknis Haji ) Daker Jeddah ) Daker Makkah ) Daker Madinah ) Pelayanan Transportasi 90-6) TETA (Tenaga Evakuasi Tanpa Alat) - 20 Jumlah *) Staf Perwakilan RI Riyadh dan Jeddah Dalam pelaksanaan haji tahun 2013 walaupun kuota Jemaah dikurangi namun secara rasio jumlah petugas haji terhadap Jemaah haji masih tetap belum ideal, sedangkan kinerja dan efektifitas petugas haji di lapangan serta koordinasi antar petugas juga belum optimal. Untuk itu pada tahun mendatang perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1) Penerapan pedoman rekrutmen petugas secara konsisten baik untuk petugas yang menyertai jemaah ( Kloter ) dan Non Kloter. 7

11 2) Mempertegas rasio petugas Haji yang sudah melaksanakan haji sebesar 60% dan belum haji 40 %, kecuali TPIHI 100% sudah haji. 3) Pelaksanaan rekrutmen dilakukan secara berjenjang dan diawasi dengan ketat oleh aparat pengawasan internal. 4) Peningkatan koordinasi antar petugas dalam tahap persiapan operasional. 5) Rekruitmen petugas pengamanan haji/pam disyaratkan memiliki tanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan berlatar belakang pendidikan agama. 6) Merekrut mantan Temus yang berada di Indonesia dan kinerjanya baik untuk menjadi petugas haji. Mereka di berangkatkan dari Jakarta, karena kebijakan pemerintah Arab Saudi bahwa TKI harus bekerja pada Kafilnya. 7) Merasionalisasikan kembali jumlah Temus mahasiswa sebagai petugas haji dan meningkatkan kompetensi serta loyalitasnya. 8) Memantapkan pola pelatihan petugas haji yang menyertai jemaah, PPIH Arab Saudi dan Temus berbasis kompetensi sesuai bidang tugas masing-masing serta pendalaman ilmu manasik haji. 9) Melakukan analisis beban tugas dan evaluasi kinerja petugas di masing-masing daerah kerja. e. Dokumen Perjalanan Penyiapan paspor jemaah haji mulai dilakukan pada Bulan Mei 2013, diikuti proses pemvisaan. Seluruh paspor jemaah dan petugas haji telah diselesaikan sebelum jemaah haji dan petugas berangkat ke Arab Saudi. Dari hasil evaluasi, waktu penyelesaian visa belum sepenuhnya sinkron. dengan waktu pelunasan BPIH. Pegajuan visa mulai dilakukan sebelum waktu pelunasan BPIH. Hal ini dilakukan karena banyaknya jumlah visa yang harus diproses, sedang waktu yang tersedia untuk memproses visa tersebut sangat terbatas. Apabila pengajuan itu harus menunggu pelunasan BPIH, dikhawatirkan tidak dapat terselesaikan. Hal ini mengakibatkan adanya penggantian visa karena jemaah haji yang masuk kuota tahun 2013 dan sudah diajukan visanya ternyata tidak melakukan pelunasan BPIH. Batas akhir pengajuan visa yang ditetapkan Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi adalah tanggal 1 Oktober 2013 (25 Dzulqo'dah 1433H). Namun dalam realisasinya, Kedutaan Besar Arab Saudi masih memberi toleransi menerima pengajuan permohonan visa setelah tanggal tersebut, karena adanya keterlambatan penerbitan barcode untuk jemaah haji khusus dan adanya batal ganti visa. Mulai tahun ini Pemerintah Arab Saudi telah mengeluarkan kebijakan baru, yaitu menerapkan Sistem Jalur Elektronik Jemaah Haji untuk pemberian visa. Melalui sistem tersebut, permohonan visa jemaah haji, baik regular maupun khusus harus dilengkapi dengan data jadwal pemberangkatan dan pemulangan jemaah, pemondokan, transportasi, katering, dan aktivitas perhajian lainnya. Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pelayan administrasi, pengawasan, dan pengendalian jemaah haji selama berada di Arab Saudi. Namun implikasinya adalah bahwa seluruh kontrak terkait dengan layanan jemaah haji harus sudah diselesaikan sebelum Bulan Sya'ban, sehingga seluruh data yang menjadi persyaratan untuk pengajuan visa bagi setiap jemaah haji dapat dipenuhi. 8

12 f. Kesehatan Pemeriksaan kesehatan pertama kepada jemaah haji dilakukan di Puskesmas kecamatan, kemudian dilanjutkan pemeriksaaan kesehatan kedua yang waktunya bersamaan dengan bimbingan jemaah haji di tingkat Kabupaten/Kota. Sedangkan pemeriksaan kesehatan ketiga dilakukan di asrama haji embarkasi. Kementerian Kesehatan juga menyiapkan vaksin meningitis meningokokus halal untuk seluruh calon jemaah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci. Bagi setiap jemaah haji disiapkan buku catatan kesehatan yang berisi riwayat kesehatan jemaah. Buku ini penting dalam rangka penanganan kesehatan lebih dini, khususnya bagi jemaah haji resiko tinggi. Pada pelaksanaan haji tahun 2013 ditemui banyaknya jemaah yang kurang kemampuan kesehatannya dan kurangnya dokter spesialis sebagai petugas kesehatan. Di samping itu, masih belum optimalnya pelaksanaan prosedur pemeriksaan kesehatan berdasarkan standard yang ditetapkan. Untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ke depan akan dilakukan beberapa hal sebagai berikut: a) Pengawasan yang lebih ketat untuk pemeriksaan kesehatan sejak tahap di kecamatan, kabupaten/kota sampai dengan di embarkasi. b) Melakukan kajian istito ah kesehatan bekerjasama dengan MUI. c) Perekrutan tenaga kesehatan berdasarkan keahlian dan kemampuan keagamaan. d) Memodifikasi komposisi petugas kesehatan berdasarkan keahlian dengan menambah dokter spesialis. e) Mengkaji jumlah dan tugas pokok tenaga musiman kesehatan. g. Pelayanan di Asrama Haji dan Pemberangkatan Jemaah Haji Di asrama haji embarkasi, jemaah selain memperoleh pelayanan akomodasi juga dilakukan proses Custom Immigration and Quarantine (CIQ), check in penerbangan, pemberian gelang identitas dan living allowance, pemeriksaan akhir kesehatan, bimbingan manasik, serta pemantapan Ketua Regu (Karu) dan Ketua Rombongan (Karom). Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 63 Tahun 2013 tentang Penetapan Pelaksana Transportasi Udara Jemaah Haji Indonesia Tahun 1434 H/2013 M, Kementerian Agama menunjuk dua maskapai penerbangan yaitu: (1) PT. Garuda Indonesia dengan cakupan embarkasi Banda Aceh (BTJ), Medan (MES), Padang (PDG), Palembang (PLM), Solo (SOC), Balikpapan (BPN), Banjarmasin (BDJ), Makassar (UPG) dan Jakarta (CGK) khusus Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Lampung; dan (2) Saudi Arabia Airlines dengan cakupan embarkasi Batam (BTH), Jakarta (JKS) khusus provinsi Jawa Barat, dan Surabaya (SUB). Operasional pemberangkatan jemaah haji berlangsung selama 30 hari, dengan total 387 Kloter dan 384 penerbangan yang diberangkatkan dari 13 embarkasi, yaitu: Aceh, Medan, Batam, Padang, Palembang, Jakarta-Pondok Gede, Jakarta-Bekasi, Solo, Surabaya, Banjarmasin, Balikpapan, Ujung Pandang, dan Lombok. Untuk tahun 2013, penerbangan jemaah haji dari embarkasi Bekasi (JKS) dan Pondok Gede (JKG) melalui Bandara Halim Perdana Kusuma- Jakarta dan dari embarkasi Medan (MES) melalui Bandara Internasional Kuala Namu. Dalam rangka rneningkatkan efektivitas, efesiensi, dan kernudahan pelayanan transportasi udara bagi jemaah haji Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Bengkulu pada penyelenggaraan ibadah haji Tahun 1434 H/2013 M, ditetapkan dua embarkasi antara yaitu 9

13 Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya dan Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu sesuai Keputusan Menteri Agama Nomor 142 Tahun Pelaksanaan pemberangkatan dan pemulangan diatur waktunya sebagai berikut: Phase I (Pemberangkatan) : 10 September s/d 09 Oktober 2013 Phase II (Pemulangan) : 20 Oktober s/d 19 Nopember 2013 Perbandingan jumlah jemaah haji yang diangkut oleh maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Saudi Arabian Airlines tahun 1434 H/ 2013 M sebagai berikut: No. OPERATOR RENCANA JUMLAH JEMAAH FASE I FASE II 1 PT. GARUDA INDONESIA SAUDI ARABIAN AIRLINES TOTAL h. Keamanan dan Perlindungan Keamanan dan perlindungan jemaah diarahkan agar jemaah haji memperoleh jaminan keselamatan dan keamanan, baik di Tanah Air maupun Arab Saudi. Untuk memberikan perlindungan, setiap jemaah haji diberikan asuransi jiwa syariah amanah ghita yang dibayarkan melalui dana optimalisasi BPIH. Santunan bagi setiap jemaah yang meninggal dunia (natural death) sebesar Rp ,-. Sedangkan jemaah haji yang meninggal karena kecelakaan (by accident) diberikan santunan sebesar Rp ,- dengan premi asuransi sebesar Rp ,-. Sedangkan petugas haji diberikan santunan sebesar Rp ,- bagi yang meninggal dunia (natural death) dan yang meninggal karena kecelakaan (by accident) diberikan santunan sebesar Rp ,- Pengadaan penyedia jasa asuransi haji pada tahun 2013 dilaksanakan tidak sesuai jadual siklus penyelenggaraan ibadah haji sehingga berlakunya kontrak mendekati waktu keberangkatan Jemaah haji. Di samping itu covering asuransi belum mencakup jaminan penggantian untuk barang bawaaan Jemaah haji yang hilang di tanah air maupun di Arab Saudi. Sedangkan untuk santunan petugas yang wafat dan kecelakaan uang premi menggunakan premi Jemaah sebesar Rp ,- per orang. Saran kedepan agar pengadaan penyedia jasa asuransi haji dilaksanakan lebih awal, dan biaya premi dinaikan untuk mengcover barang bawaan Jemaah haji. Sedangkan biaya premi asuransi petugas haji dialokasikan secara tersendiri. i. Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus Jemaah haji khusus tahun 1434H/2013M berjumlah orang dan penyelenggaraannya dilakukan oleh 138 PIHK. Keberangkatan jemaah haji khusus ke Arab Saudi mulai tgl 19 September dan berakhir 9 Oktober Pemberangkatan jemaah haji khusus menggunakan penerbangan reguler yaitu Garuda Indonesia, Lion Air, dan Maskapai Asing yaitu Saudi Arabian Airlines, Malaysia Airlines, Singapore International Airlines, Royal Brunei, Cathay Pacific, Qatar Air, Emirates, Etihad, dan Air Yaman. 10

14 Dalam pelaksanaannya seringkali hotel transit di Makkah yang dipergunakan oleh Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) terutama saat menjelang Arafah Mina kualitasnya kurang baik, disamping itu, koordinasi PIHK dengan Pihak Muasassah belum optimal dan standar pelayanan minimal haji khusus belum diterapkan secara optimal. Pembimbing ibadah jemaah haji khusus saat ini jumlah dan kualitasnya juga masih belum memadai. Dinamika perkembangan masyarakat terkait dengan akumulasi dana setoran awal haji khusus yang mempunyai nilai manfaat seringkali dipertanyakan. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan ibadah haji khusus, Pemerintah melakukan langkah-langkah penyempurnaan terhadap penyelenggara ibadah haji khusus, antara lain: a. lmplementasi PMA Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Haji Khusus dan Upaya Peningkatan Tata Kelola dan Pengawasan Kinerja PIHK. b. Implementasi PMA Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji yang di dalamnya memuat pembatasan kepada BPS untuk dana talangan haji, baik haji reguler maupun khusus. c. Sanksi pencabutan PIN hingga penutupan usaha bagi PIHK yang melanggar aturan dan menjadi agen MLM haji. d. Penggunaan nilai manfaat setoran awal haji khusus. e. Menambah ketersediaan pembimbing ibadah jemaah haji khusus. Pembinaan terhadap PIHK dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, orientasi, dan evaluasi. Pengawasan/pengendalian terhadap PIHK dilakukan melalui kegiatan verifikasi program, pengaturan pemvisaan, pengawasan pemberangkatan, pemulangan, dan pelayanan di Arab Saudi. Selain itu untuk ke depan akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan sertifikasi pembimbing manasik jemaah haji khusus sebanyak 265 orang. b. Pengadaan Buku paket bimbingan manasik untuk jemaah haji khusus sebanyak buah. c. Menyempurnakan pedoman akreditasi, pengawasan dan pengendalian PIHK. d. Menyempurnakan PMA No. 15 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus terkait dengan Bank penerima setoran BPIH dan persyaratan perizinan. e. Menyempurnakan aplikasi SISKOHAT untuk jemaah haji khusus berdasarkan daftar tunggu per PIHK dan konsorsium. 2. Penyelenggaraan Haji di Arab Saudi Operasional penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi merupakan rangkaian kegiatan lanjutan dari operasional yang dilakukan di Tanah Air sekaligus menjadi puncak penyelenggaraan ibadah haji. Penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi tidak dapat dipisahkan dari kebijakan Pemerintah Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini masih melakukan perluasan wilayah Masjidil Haram, penataan fasilitas Bandara King Abdul Aziz International Airport (KAIA) Jeddah, dan rehab/pengembangan Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah. Sedangkan Pemerintah Indonesia berkonsentrasi pada peningkatan pelayanan pemondokan jemaah, transportasi dari dan ke Masjidil Haram, kesehatan, katering, bimbingan jemaah, keamanan dan perlindungan jemaah serta pemulangan. 11

15 Adapun operasional pelayanan haji di Arab Saudi meliputi kegiatan kedatangan dan pemulangan jemaah haji, pemondokan, katering, transportasi, kesehatan, bimbingan ibadah, dan pelaksanaan wukuf di Arafah yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kedatangan Jemaah di Arab Saudi Kedatangan jemaah haji Indonesia di Arab Saudi melalui 2 pintu jalur udara, yaitu Bandara King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah dan Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz International Airport (AMAIA) Madinah. Kedatangan Kloter pertama tanggal 10 September 2013 di Bandara KAAIA Jeddah dari embarkasi Padang (01-PDG), sedangkan kedatangan Kloter pertama di Bandara AMAIA Madinah dari embarkasi Batam (01-BTH). Operasional kedatangan jemaah haji berlangsung selama 30 hari, dengan total 387 Kloter dan 384 penerbangan dan total jemaah sebanyak orang ( jemaah petugas), diberangkatkan dari 13 embarkasi, yaitu: BTJ, MES, BTH, PDG, PLM, JKG, JKS, SOC, SUB, BDJ, BPN, UPG dan LOP. Untuk tahun 2013, penerbangan jemaah haji dari embarkasi Bekasi (JKS) dan Pondok Gede (JKG) melalui Bandara Halim Perdana Kusuma- Jakarta dan dari embarkasi Medan (MES) melalui Bandara Internasional Kuala Namu. Kloter terakhir tiba di Jeddah tanggal 9 Oktober 2013 dari embarkasi Palembang, Medan, dan Aceh (17-PLM, 16-MES, dan 8-BTJ) yang merupakan Kloter Gabungan, sedangkan kedatangan Kloter terakhir gelombang I di Madinah tanggal 25 September 2013 dari embarkasi Bekasi (31-JKS). Tabel Kedatangan Jemaah Haji per Embarkasi dan Penerbangan: GA SV Total % No. Embarkasi Klt Jmh Klt Jmh Klt Jmh 1 Banda Aceh (BTJ) Medan (MES) Padang (PDG) Batam (BTH) Palembang (PLM) Jakarta Garuda (JKG) Jakarta Saudia (JKS) Solo (SOC) Surabaya (SUB) Banjarmasin (BDJ) Balikpapan (BPN) Ujung Pandang (UPG) Lombok (LOP) Total * Persen 57,49 42,51 * Jumlah Kloter 387 dengan 384 penerbangan. + Termasuk petugas Kloter sebanyak orang. 12

16 Tabel Kedatangan Jemaah Haji Gelombang I dan II: No. Bandara Gel. I Gel. II Total Klt Jemaah Klt Jemaah Klt Jemaah % 1 KAAIA AMAIA Total * Persen 50,85 49, Proses CIQ jemaah haji di dalam Gate Bandara KAAIA Jeddah dan AMAIA Madinah rata-rata 3 jam, dan proses pemberangkatan jemaah haji sejak keluar Gate sampai diberangkatkan ke Madinah/Makkah berkisar antara 3 s.d. 4 jam. Pada hari pertama dan kedua masa kedatangan jemaah haji terkendala terkait pengangkutan koper jemaah disebabkan belum adanya tenaga porter oleh pihak Maktab Wukala dan selanjutnya berjalan normal. On time performance penerbangan selama masa kedatangan mengalami peningkatan dibandingkan tahun lalu. Dari 384 flight penerbangan yang mengangkut 387 kloter, sebanyak 345 kloter (89,15%) tiba cepat dan tepat waktu (on time), serta 42 kloter (10,85%) mengalami keterlambatan 30 menit s/d 4 jam dan mengalami keterlambatan lebih dari 4 jam. Secara garis besar On Time Performance (OTP) penerbangan haji tahun 1434 H/2013 M pada masa kedatangan di Bandara Jeddah sebagai berikut: No. Penerbangan Cepat On Time Lambat Delay >30 m <30/>30 m >30 m -4 j >4 j Jumlah 1 Garuda Saudia Total Prosentase 23,40% 64,90% 10,28% 1,42% 100% Keterangan: m = menit, j = jam. Sedang OTP kedatangan penerbangan haji tahun 1432H/2011M di Bandara Madinah adalah sebagai berikut: No. Penerbangan Cepat On Time Lambat Delay >30 m <30/>30 m >30 m -4 j >4 j Jumlah 1 Garuda Saudia Total Prosentase 33,33% 58,10% 8,57% 100% Keterangan: m = menit, j = jam. Pada masa kedatangan jemaah haji mengalami permasalahan keterlambatan layanan di imigrasi Arab Saudi, proses penyobekan lembaran DAPIH di Maktab Wukala bandara Jeddah, terlalu menyita waktu dan tenaga terutama disaat kedatangan yang bersamaan. Masih kurangnya perhatian jamaah terhadap dokumen perjalanan seperti paspor yang hilang, boarding pass pulang tidak ada. 13

17 Rekomendasi untuk tahun 2014: 1) Perlu adanya PPIH yang memiliki akses masuk ke dalam gate Imigrasi untuk membantu pelayanan 2) Penggantian DAPIH sebagai bukti manual untuk perhitungan pembayaran perlu diganti secara elektronik dengan system barcode yang lebih cepat dan akurat b. Pemondokan di Arab Saudi 1) Pemondokan di Makkah Kebutuhan akomodasi jemaah haji di Makkah disesuaikan berdasarkan kuota jemaah haji Indonesia sebanyak kapasitas, namun dengan adanya kebijakan pengurangan kuota 20% oleh Pemerintah Arab Saudi maka kebutuhan setelah pengurangan 20% menjadi kapasitas. Jumlah tersebut meliputi perumahan jemaah, ruang untuk petugas Kloter dan layanan Kloter, ruang kantor dan klinik sektor, dan selisih distribusi untuk memelihara kesatuan penempatan Kloter/rombongan, serta dan cadangan sebesar 1% dari total jumlah jemaah haji dapat diuraikan sebagaimana tabel berikut: No. 1 2 Uraian Jemaah haji reguler Ruang Layanan Kloter Volume Kebutuhan Awal (100%) Volume Setelah Penguran gan 20% ( ) ( ) (484 klt x 5 kpst) (384 klt x 5 kpst) Kantor Sektor (12 sek. x 100 kpst) (10 sek. x kpst) 4 Selisih (70 Maktab x 20 kpst) 1,400 (48 Maktab x Distribusi kpst) 5 Cadangan 1% ( x 1%) ( x 1%) Jumlah Jumlah rumah yang disewa pada awalnya sebanyak 220 rumah dengan total kapasitas. Dengan adanya pengurangan kuota 20% rumah yang disewa menjadi 196 rumah dengan total kapasitas dengan rincian berdasarkan jarak, yaitu jarak 0 s.d meter sebanyak 115 rumah dengan total kapasitas (65 %), dan jarak s.d meter sebanyak 81 rumah dengan total kapasitas (35 %) dapat dilihat dalam tabel berikut: No Jarak Jumlah Rumah Kapasitas Prosentase 1 <2.000 m % 2 > m % Total % Sedangkan rekapitulasi penyewaan perumahan di Makkah berdasarkan jarak dan wilayah sebagaimana tabel berikut: 14

18 No. Wilayah Jumlah dan Jarak 0 s.d meter s.d meter Jumlah 1 Jarwal Hafair Syari' Mansur Syari' Ummul Qura Jumaizah Rei' Zakhir Ma'abdah Misfalah Bakhutmah Mahbas Jin Aziziah JUMLAH Dalam pelaksanaan haji di Arab Saudi tahun 2013 masih terdapat beberapa permasalahan perumahan sebagai berikut: a) Dengan adanya pengurangan kuota 20% kapasitas rumah yang sudah disewa melebihi kuota sebanyak kapasitas. Pada umumnya pemilik rumah tidak bersedia untuk dikurangi pembayarannya menjadi sebesar 80%, namun dengan upaya maksimal kelebihan kapasitas tersebut pada akhirnya dapat dikurangi hingga tersisa 434 kapasitas. b) Jumlah gedung yang tersedia pada jarak meter sangat terbatas dengan kualitas dan kapasitas yang bervariasi. c) Pemerintah Arab Saudi tidak menetapkan standar harga sewa pemondokan di Makkah d) Masih terdapat rumah yang tidak layak, baik dari sisi kualitas gedung dan fasilitas yang tidak sesuai dengan kontrak. Untuk itu rekomendasi yang perlu diupayakan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut: a) Penyewaan perumahan dilakukan lebih awal berdasarkan pengurangan kuota tahun lalu. b) Menetapkan alternatif kebijakan jarak perumahan tidak lagi memprioritaskan jarak, namun lebih fokus pada kualitas gedung yang bagus dan nyaman serta kemudahan akses ke masjidil haram dengan menggunakan bus. c) Melakukan kerjasama antar Negara untuk mendapatkan rumah yang lebih baik. d) Memberikan sanksi tidak disewa kembali kepada pemilik rumah yang tidak layak. 2) Pemondokan di Madinah Penyewaan perumahan jemaah haji di Madinah adalah penyewaan fasilitas layanan penempatan/akomodasi jemaah haji per ± 9 hari, selama jemaah haji melaksanakan ibadah sholat Arba'in. Berdasarkan hasil verifikasi administrasi, pengukuran dan pemeriksaan lapangan (kasyfiah) ke lokasi perumahan yang diajukan Majmu ah (Group) serta berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati dan berkoordinasi dengan Kementerian Haji dan Muassasah Adilla, telah ditetapkan 12 (dua belas) majmu ah yang memberikan layanan akomodasi kepada jemaah haji Indonesia selama di Madinah pada Tahun 1434 H/2013 M berdasarkan surat Dirjen PHU No. Dt.VII.II/3/Hj.06/01642/2013 tanggal 13 Maret 2013), dengan distribusi jumlah jemaah sebagaimana tabel berikut: 15

19 Tabel Daftar Majmuah yang memberikan Layanan Pemondokan di Madinah Alokasi Setelah No. Nama Majmuah Alokasi Awal Pengurangan Kuota 20% 1 Syarikat Al-Andalus Elyas Company Mubarak Group Hotels Al-Syatta Group Al-Zuhdi Group Al-Mukhtarah Manazil Al-Khomri Group Wasel Hotels Company Saed Makkey Hotel Group Manazeli Company Mawadddah International Makarem Al Madinah Jumlah Dalam pelaksanaan haji di Arab Saudi tahun 2013 seluruh Jemaah haji telah ditempatkan seluruhnya (100%) di wilayah Markaziah atau dalam jarak di abwah 650 meter dari halaman masjid Nabawi Madinah. Namun demikian kepastian hotel yang akan ditempati Jemaah paling cepat baru diketahui oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, 3 hari sebelum kedatangan Jemaah. Bahkan ada beberapa kloter yang hotelnya baru diketahui dalam waktu 12 jam sebelum kedatangan. Hal ini bisa terjadi karena system kontrak pelayanan di Madinah memang berjalan seperti itu. 3) Hotel Transit Jeddah Kepulangan jemaah haji ke tanah air melalui bandara King Abdul Aziz International Airport (KAIA) Jeddah ditempatkan di hotel transit, dengan layanan tiga kali makan, pengangkutan bagasi, transportasi ke bandara, dan city tour dengan biaya sebesar SR 100,- per jemaah. Pada tahun 1434 H/ 2013 M untuk jemaah haji dari Makkah tidak ditempatkan di hotel transit namun langsung menuju bandara KAIA Jeddah. Sedangkan jemaah haji dari Madinah yang pulang melalui Bandara KAAIA Jeddah tetap transit selama kurang lebih 24 jam di hotel yang telah disediakan, sebelum diberangkatkan ke Bandara KAIA Jeddah. Dalam pelaksanaannya terjadi perubahan jadwal kloter yang semula gelombang pertama menjadi gelombang kedua sehingga perlu menambah hotel cadangan untuk melayani kloter yang mengalami perubahan jadwal tersebut. Pemerintah pada tahun ini menetapkan 2 (dua) perusahaan/hotel dengan kewajiban menyediakan back up hotel apabila kekurangan daya tampung kapasitas akibat adanya delay penerbangan atau kejadian lainnya. Nama-nama hotel transito dengan distribusi jumlah jemaah adalah sebagai berikut: 16

20 No. Hotel Alokasi % 1 Norcom Oasis ,19 2 Rotana ,81 Jumlah Kedepan perlu dilakukan koordinasi yang lebih ketat sejak awal dengan pihak penerbangan terkait jadwal penerbangan sehingga PPIH mempunyai gambaran tentang kebutuhan kapasitas cadangan hotel transito. c. Katering Pelayanan katering yang diberikan kepada jemaah haji Indonesia meliputi pada saat kedatangan dan pemulangan di bandara KAIA Jeddah, selama jemaah melaksanakan ibadah di Madinah, dan prosesi haji di Arafah, Muzdalifah, Mina (ARMINA). Pelayanan katering di bandara KAIA Jeddah dapat berjalan lancar. Namun demikian, masih terdapat sedikit masalah berkenaan dengan penyediaan menu telur dadar oleh Muasassah yang menimbulkan aroma tidak sedap, sehingga mendapat teguran oleh Baladiyah. Penyediaan katering bagi jemaah haji selama di Madinah dapat berjalan baik dari kualitas menu dan ketepatan distribusi. Namun pada tanggal 1 Muharram 1435H mengalami gangguan supply karena sebagian tenaga kerja perusahaan Al Amody tidak bekerja karena adanya kebijakan pemerintah Arab Saudi tentang berakhirnya masa amnesti. Perusahaan Al Amoudy berupaya dengan mengatasi permohonan bantuan tenaga kerja dari perusahaan lainnya untuk memberikan pelayanan katering kepada jemaah haji Indonesia. Penyajian katering jemaah haji selama di ARMINA seluruhnya dapat berjalan lancar dengan baik dan lancar dengan cara pembarian dengan mekanisme system box. Hal ini dilakukan agar dapat mengurangi terjadinya antrian. Tetapi dalam pelaksanaanya terdapat sedikit gangguan dengan mundurnya perusahaan katering Al Amody karena tidak keluar izin amdalnya, dan telah diatasi dengan mengalihkan kepada perusahaan lainnya. Untuk kedepan diperlukan rekomendasi sebagai berikut: a. Memberikan catatan untuk tidak dipergunakan lagi pada tahun depan b. Proses seleksi penyediaan katering lebih diperketat Pelayanan katering jemaah haji untuk masing-masing wilayah perhajian tersebut adalah sebagai berikut: 1) Katering di Bandara KAAIA Jeddah Jemaah haji yang tiba dan pulang melalui Bandara KAAIA Jeddah diberikan 1 box makanan, dilaksanakan oleh perusahaan Said Salim Bawazir Trading (Salamah Katering) berdasarkan kontrak No. 0376/H/VII/2013, dan surat Dirjen PHU No. Dt.VII.II/3/Hj.00/1643/2013 tanggal 14 Maret Pada tahun ini harga katering di Bandara KAAIA Jeddah ada penyesuaian sehingga menjadi SR 10,5 per jemaah/box sesuai persetujuan Komisi VIII DPR-RI. Katering dibagikan ketika jemaah haji menaiki bus meninggalkan Bandara pada fase kedatangan dan ketika tiba di Bandara pada fase pemulangan. Katering dikemas dalam box dengan penutup kertas jenis milky board yang tertulis di atasnya batas akhir waktu konsumsi dan tanggal produksi makanan. Secara berkala dilakukan pengawasan untuk kualitas menu dan selalu dilakukan uji organoleptik oleh petugas PPIH Arab Saudi dari Sansur dan ahli gizi. 17

21 2) Katering di Madinah Selama jemaah haji melaksanakan ibadah sholat Arba'in di Madinah diberikan makan 2 (dua) kali sehari, makan siang dan makan malam, sehingga jumlah keseluruhan sebanyak 18 box. Adapun biayanya adalah SR 10,5.00 per box/jemaah. Pemerintah telah menetapkan 12 perusahaan berdasarkan surat Dirjen PHU No. Dt.VII.II/3/Hj.00/1643/2013 tanggal 14 Maret 2013 dengan distribusi jumlah jemaah sebagai berikut : No Nama Perusahaan Jumlah Jemaah Prosentase 1 Al Andalus Company 24, % 2 Muasassah Hamid Humaid Luhaibi 20, % 3 United Regional Company For Catering 12, % 4 Muasassah Hanan Sama i 12, % 5 Saudi Rations 12, % 6 Almunief Catering Services 12, % 7 Taiba For Catering 12, % 8 Oriental Savoury Catering 12, % 9 Muhsin Al Amoudi Trading 10, % 10 Muasassah Saad Abdul Kadir Haidari 8, % 11 Al- Ahmadi Catering 8, % 12 Salal Istambul Catering 9, % Jumlah 155, % Pengawasan katering dilakukan dalam bentuk pemantauan terhadap distribusi makan siang dan malam. Pengawasan juga dilakukan di dapur perusahaan katering dan di pemondokan. Di samping itu, sebelum makanan dikonsumsi jemaah, petugas Sansur dan gizi melakukan uji organoleptik. 3) Pelayanan Katering di Armina Pelaksanaan katering jemaah haji di Armina pada 48 maktab dilaksanakan oleh Muassasah Mutawwif Asia Tenggara cq. Maktab-maktab pelayanan untuk 24 maktab, dan sebagian lagi sebanyak 24 maktab dilaksanakan oleh perusahaan katering yang terpilih dan ditunjuk oleh Misi Haji Indonesia (muta'ahhidin). Untuk katering di Armina tersebut biayanya sebesar SR 215,- per jemaah untuk 16 kali makan dengan layanan box (4 kali di Arafah, 11 kali di Mina, dan 1 box makanan ringan untuk mabit di Muzdalifah). Di samping itu berdasarkan ketentuan Kementerian Haji, Misi Haji Indonesia harus melakukan Kontrak penyediaan Logistik dengan Muassasah Mutawwif Asia Tenggara dengan biaya sebesar SR 60,- per jemaah dipergunakan untuk penyiapan dapur dan kebersihan tambahan akibat sampah katering Armina, menyediakan petugas kebersihan tenda sebelum dan sesudah makan, menyediakan 18

22 dapur, gudang logistik, menyiapkan tempat box makanan di setiap maktab, menyediakan fasilitas keamanan dan keselamatan dapur. Pemerintah telah menetapkan 18 (delapan belas) muta ahhidin untuk melayani 24 maktab dari total 48 maktab berdasarkan surat Dirjen PHU No. Dt.VII.II/3/Hj.00/1643/2013 tanggal 14 Maret 2013 sebagai berikut: No. Nama muta ahhidin Jumlah Maktab Nomor Maktab 1 Muassasah Tasnim Catering 2 37, 38, 72 2 Muassasah Mamdud Abd. Damanhuri 2 45 & 47 3 Muassasah Ragaib 2 48 & 51 4 Cabang Muassah Hanan Sanai 2 40 & 42 5 Al ahmadi Catering 2 52 & 54 6 Cabang Al Munif Catering Muassasah Youm Youm Muassasah Sami Mansour Damhuri Muasasah Hamid Humaid Luhaibi Muassasah Ghaliyah Cabang Muassasah Mansur Muhammad Rawa Muassasah Wafa Ibrahim Siyami Muassasah Yusuf Fatani Muassasah Al Juzur Muassasah Turki Muhammad Al Qurasy Muassasah Zubaidah Abdul Aziz Muassasah El Ejab Muassasah Ahmad Muhsin Salimi 1 70 d. Transportasi Darat Pelayanan transportasi jemaah haji yang menempati pemondokan lebih dari 2.000m sesuai dengan Taklimatul Hajj agar disediakan bus untuk antar jemput dari dan ke Masjidil Haram dapat berjalan dengan baik. Pelayanan transportasi juga diberikan antar kota perhajian (Makkah, Madinah, dan Jeddah) dan Armina. Pada pelaksanaannya masih terdapat beberapa kendala terutama pada aspek kenyamanan. Hal ini sebagai akibat dari bus yang terisi melebihi kapasitasnya, sehingga dirasa kurang nyaman dan aman. Untuk meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan ketertiban, Pemerintah telah mengupgrade bus dari kelas ekonomi menjadi eksekutif untuk rute Makkah-Madinah PP, Madinah-Jeddah, dan Makkah-Jeddah serta ke Masyair. Selain itu, Pemerintah juga mengupgrade transportasi sholawat namun jumlahnya masih belum mencukupi. 19

23 1) Transportasi Jemaah Haji Antar Kota Perhajian dan Masyair Muqaddasah Transportasi jemaah haji antar kota perhajian (Jeddah, Makkah, Madinah) dan Masyair Muqaddasah dilaksanakan oleh perusahaan bus angkutan jemaah haji yang tergabung di bawah Naqabah Ammah Lissayyrat (asosiasi perusahaan bus angkutan jemaah haji). Biaya transportasi jemaah haji Indonesia sesuai dengan rute perjalanan terbagi dua: Pertama bagi jemaah yang tiba dan pulang melalui Bandara KAAIA Jeddah sebesar SR 435,- per jemaah, Kedua bagi jemaah haji yang tiba/pulang melalui Bandara AMAIA Madinah sebesar SR 347,50 per jemaah. Biaya tersebut sudah termasuk biaya transportasi jemaah haji di Masyair Muqaddasah dengan sistem Taraddudi (shuttle bus) sebesar SR 180,- per jemaah (kontrak Maktab Wukala Muwahhad, Pasal 6 Ayat 2, halaman 4). Penyiapan dan pembayaran biaya transportasi jemaah haji dilakukan melalui Maktab Wukala Muwahhad sesuai dengan tahapan yang disepakati dalam kontrak. Untuk tahun ini pemerintah telah melaksanakan kebijakan up grade transportasi bus untuk rute Makkah-Madinah p.p dengan tambahan biaya SR 40 per Jemaah, Makkah- Jeddah p.p sebesar SR 22 per Jemaah, dan Madinah-Jeddah sebesar SR 26 per Jemaah yang telah berjalan lancar. Namun demikian, untuk rute bandara ke Pemondokan (Jeddah-Makkah, Jeddah-Madinah, dan Bandara Madinah ke Hotel) pada tahun ini usulan upgrade belum dapat dipenuhi oleh pihak Arab Saudi, sehingga masih banyak jemaah merasa tidak nyaman mendapatkan layanan transportasi pada rute tersebut. Di samping itu, jumlah bus upgrade selama di Masyair (Armina) belum dapat memenuhi kebutuhan seluruh jemaah haji Indonesia. 2) Transportasi Jemaah Haji dari Pemondokan ke Masjdil Haram PP (Sholawat) Berdasarkan kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang disampaikan dalam MoU Persiapan Haji (Lampiran B paragraf 7), bahwa misi-misi haji berkewajiban menyediakan sarana transportasi bagi jemaah hajinya yang berada di pemondokan berjarak 2000 meter ke atas dari Masjidil Haram. Untuk melaksanakan pelayanan transportasi dari pemondokan jemaah haji (Aziziah, Aziziah dan Mahbas Jin, Ma abdah, Rie Dzakhir) ke Masjidi Haram PP (transportasi Sholawat) pemerintah Indonesia melakukan kontrak dengan perusahaan bus SAPTCO (Saudi Public Transport Company, kontrak No. 0122/H/III/2013) dan Rawahel (kontrak No. 0112/H/III/2013) sebagai pelaksana pelayanan transportasi dimaksud dengan pertimbangan perusahaan tersebut adalah perusahaan terbesar dan paling berpengalaman serta memiliki akses ke Masjidil Haram melalui terowongan Mahbas Jin. Pelayanan transportasi Sholawat dibagi 2 (dua) periode, tahap kedatangan/sebelum wukuf dan tahap kepulangan/setelah wukuf. Pada saat kegiatan ibadah haji di Armina, tanggal 11 s.d 18 Oktober 2013 tidak ada pelayanan transportasi Sholawat karena sesuai peraturan Pemerintah Arab Saudi seluruh armada bus dipersiapkan untuk pelayanan transportasi di Masyair. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: 20

24 No. Periode* Tanggal Jml Hari Keterangan 1 Kedatangan 14 Dzulqa dah s.d hari - Dzulhijjah 1433 H (20 Sept sd 10 Okt 2013) 2 Masa Armina 11 s.d 18 Oktober hari Bus tidak operasi 3 Kepulangan 14 Dzulhijjah 1433 H s.d hari - Muharram 1434 H(19 Okt s.d 9 Nov 2013) Total 52 hari Transportasi shalawat 46 hari Periode Kedatangan = 22 hari. Periode Kepulangan = 22 hari, total operasional = 44 hari. Perhitungan kebutuhan bus disesuaikan dengan jumlah/volume kedatangan jemaah haji di Makkah. Perhitungan kebutuhan bus terbagi dua: Pertama dengan rasio 1:700 (satu bus mengangkut 700 jemaah) per hari untuk transportasi di luar terowongan Mahbas Jin. Jumlah tersebut dalam pelaksanaannya masih belum memenuhi seluruh kebutuhan jemaah haji Indonesia. Untuk ke depan rekomendasi yang diperlukan: a) Mengupayakan penyediaan bus upgrade untuk rute bandara ke Pemondokan (Jeddah-Makkah, Jeddah-Madinah, dan Bandara Madinah ke Hotel) dan menambah jumlah bus upgrade di Masyair. b) Mengupayakan penambahan armada bus sholawat (upgrade). e. Kesehatan Sebelum jemaah haji tiba di Arab Saudi, Kementerian Kesehatan RI mengirim obat-obatan dan alat kesehatan yang diperlukan untuk melayani jemaah haji Indonesia melalui kargo udara penerbangan Saudi Arabian Airlines. 21

25 Tabel Alat Kesehatan No. Nama Kebutuhan Alat Kesehatan Lokasi Mekah Madinah Jeddah Jumlah I Radiologi 1 X-Ray Mobile 1 1 unit 2 Cassete + screen Green 24 x buah 3 Cassete + screen Green 30 x buah 4 Cassete + screen Green 35 x buah 5 Bucky stand 1 1 unit II Peralatan Gigi 1 Kaca Mulut 2 2 set 2 Pinset 2 2 set 3 Sonde 2 2 set 4 Excavator 2 2 set 5 Ultrasonic Scaler 1 1 unit 6 Light Curing 1 1 unit 7 Bein 1 1 set 8 Cryer 1 1 set 9 Forcep rahang atas dan bawah 1 1 buah 10 Semen spatel 1 1 buah 11 Semen stopper 1 1 buah 12 Glass plate 1 1 buah 13 Spatula 1 1 buah 14 Plastic filling instrument 2 2 buah 15 Burnizer 1 1 buah 16 Cytoject 1 1 buah III Laboratorium 1 Mikroskop binokuler 1 1 unit 2 Chemistry analizer 1 1 unit 3 Hematology analizer 1 1 unit 4 Pemeriksa AGD 1 1 unit 5 Pemeriksa elektrolit 1 1 unit 6 Termometer ruangan 2 2 buah 7 Food Poisoning Test 1 1 set IV Ruang Perawatan 1 Ventilator 1 1 unit 2 Portable ventilator 1 1 unit 3 Bed side monitor unit 4 Portable nebulizer unit 5 DC Shock unit 6 EKG unit 7 Laryngoscope 4 4 set 8 Intubation set 1 1 unit 9 USG portable 1 1 unit 10 Portable oxigen concentrate 1 1 unit 11 Spine board rescucitation 4 4 unit 12 Oximetry 3 3 unit 13 Trolley alat unit 14 Lemari obat dan alat unit 15 Minor set 9 9 set 16 Sterilisator 1 1 unit 17 Bed patient untuk tindakan 4 4 unit 18 Bak instrumen 3 3 buah 19 Lampu tindakan unit 20 Tromol besar 4 4 buah 21 Baju/alat fixasi pasien 2 2 buah 22 Telecardiology 1 1 paket 23 Termometer infra red 4 4 unit

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA Republik Indonesia Kementerian Agama KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA 1 DASAR HUKUM UU NOMOR 13 TAHUN 2008 A.

Lebih terperinci

2016, No tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran

2016, No tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 141, Tambahan Lembaran No.383, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG.Biaya. Penyelenggaraan Ibadah Haji. Pembiayaan dan Penggunaan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PEMBIAYAAN DAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.749, 2014 KEMENAG. Biaya. Ibadah Haji Reguler. Pembayaran. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.898, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Haji. Penyelenggaraan. Reguler. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI REGULER

Lebih terperinci

KEBIJAKAN TEKNIS PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1437 M/2016 H

KEBIJAKAN TEKNIS PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1437 M/2016 H KEBIJAKAN TEKNIS PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1437 M/2016 H Dr. H. Muhajirin Yanis, M.Pd.I Direktur Pembinaan Haji dan Umrah Kemenag RI DISAMPAIKAN DALAM RANGKA PEMBEKALAN PETUGAS YANG MENDAMPINGI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2006 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1427 H/2006 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2006 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1427 H/2006 M PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2006 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1427 H/2006 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PROFESIONALISME DAN KOMITMEN PELAYANAN PETUGAS HAJI

PROFESIONALISME DAN KOMITMEN PELAYANAN PETUGAS HAJI PROFESIONALISME DAN KOMITMEN PELAYANAN PETUGAS HAJI Disampaikan pada Pembekalan Petugas Haji yang Menyertai Jemaah Tahun 1437H/2016M Surabaya, 28 Mei 2016 PROFESIONAL Berkaitan dengan profesi yang memerlukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/DPD RI/II/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/DPD RI/II/ TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33/DPD RI/II/2013-2014 TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ATAS PELAKSANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1428 H/2007 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1428 H/2007 M PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1428 H/2007 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014

PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 http://www.tribunnews.com I. PENDAHULUAN Negara kesatuan Republik Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.760, 2015 KEMENAG. Ibadah Haji Khusus. Penyelenggaraan.Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran. No.373, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Biaya. Ibadah Haji Khusus. Pembayaran. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH

Lebih terperinci

Jl. Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat Disampaikan pada Audiensi KPHI dengan Presiden RI Istana Presiden RI Jakarta 14 Juni 2016

Jl. Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat Disampaikan pada Audiensi KPHI dengan Presiden RI Istana Presiden RI Jakarta 14 Juni 2016 Jl. Kramat Raya No. 85, Jakarta Pusat 10420 Disampaikan pada Audiensi KPHI dengan Presiden RI Istana Presiden RI Jakarta 14 Juni 2016 KOMISIONER KETUA Drs. H. M Samidin Nashir, MM WAKIL KETUA Drs. H. Imam

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1429 H/2008 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1429 H/2008 M PERATURAN PRESIDEN NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1429 H/2008 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran dan ketertiban penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1433H/2012M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1433H/2012M PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2012 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1433H/2012M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1432H/2011M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1432H/2011M PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1432H/2011M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RENCANA KERJA OPERASIONAL SATUAN KERJA : KLOTER 42 JKS BEKASI KOTA SUKABUMI-KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1430 H/2009 M PENANGGUNG GUGAT : TPHI/KETUA KLOTER

RENCANA KERJA OPERASIONAL SATUAN KERJA : KLOTER 42 JKS BEKASI KOTA SUKABUMI-KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1430 H/2009 M PENANGGUNG GUGAT : TPHI/KETUA KLOTER RENCANA KERJA OPERASIONAL SATUAN KERJA : KLOTER 42 JKS BEKASI KOTA SUKABUMI-KABUPATEN CIANJUR TAHUN 1430 H/2009 M PENANGGUNG GUGAT : TPHI/KETUA KLOTER NO URAIAN TUGAS TPHI PENANGGUNG JAWAB TPIHI TKHI TPHD

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1431 H/2010 M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1431 H/2010 M PERATURAN PRESIDEN NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1431 H/2010 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran dan ketertiban penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim yang mampu, dan apabila ia melaksanakan haji kembali itu sifatnya

BAB I PENDAHULUAN. setiap muslim yang mampu, dan apabila ia melaksanakan haji kembali itu sifatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam agama Islam, setiap muslim diwajibkan melaksanakan Rukun Islam. Salah satu dari rukun tersebut yaitu melaksanakan ibadah haji bagi setiap muslim yang mampu. Ibadah

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran dan ketertiban dalam menunaikan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1434H/2013M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1434H/2013M PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1434H/2013M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dengan pemberlakuan Keputusan Menteri Agama

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun

2016, No Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun No.534, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Ibadah Haji Reguler. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH NOMOR : D/ 78 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI INDONESIA

LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH NOMOR : D/ 78 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI INDONESIA LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH NOMOR : D/ 78 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN REKRUTMEN PETUGAS HAJI INDONESIA BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2006 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1435H/2014M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1435H/2014M PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1435H/2014M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG

BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG BAB IV PELAYANAN JAMA AH HAJI PT. FATIMAH ZAHRA SEMARANG A. Pendaftaran Pendaftaran jama ah haji bisa dilakukan kapan saja baik melalui on line ataupun datang langsung ke kantor PT. Fatimah Zahra Semarang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELAYANAN DI ARAB SAUDI

KEBIJAKAN PELAYANAN DI ARAB SAUDI KEBIJAKAN PELAYANAN DI ARAB SAUDI 1 Oleh: Sri Ilham Lubis Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Disampaikan pada kegiatan koordinasi persiapan penyelenggaraan kesehatan haji tahun 1439H/2018M DASAR HUKUM

Lebih terperinci

Dugaan Markup dalam Rencana BPIH 1432H. Indonesia Corruption Watch Jakarta, 28 Juni 2011

Dugaan Markup dalam Rencana BPIH 1432H. Indonesia Corruption Watch  Jakarta, 28 Juni 2011 Dugaan Markup dalam Rencana BPIH 1432H Indonesia Corruption Watch www.antikorupsi.org Jakarta, 28 Juni 2011 UU No.13 Tahun 2008 Penyelenggaran Ibadah Haji Ketentuan Umum Pasal 1 : Ayat 2 : Penyelenggaraan

Lebih terperinci

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061);

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5061); PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

Asrama Haji Batakan, Jum at 21 September 2012

Asrama Haji Batakan, Jum at 21 September 2012 LAPORAN PANITIA PENYELENGGARA IBADAH HAJI (PPIH) EMBARKASI HAJI BALIKPAPAN KALTIM PADA PELEPASAN JAMAAH CALON HAJI KLOTER I EMBARKASI BALIKPAPAN PROV. KALTIM Asrama Haji Batakan, Jum at 21 September 2012

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST 009 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UDARA HAJI TAHUN 1438

Lebih terperinci

BUKU PINTAR PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

BUKU PINTAR PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI BUKU PINTAR PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI I. PEMBINAAN HAJI 1. Apa yang dimaksud dengan pembinaan haji dan umrah? Pembinaan haji adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penyuluhan dan bimbingan bagi jemaah

Lebih terperinci

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 396 TAHUN 2003. TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur

Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Oleh: DRS. ABD. HARIS, MPd.I Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Timur Disampaikan pada Acara: Pelatihan Integrasi Petugas Kloter 1437 H/2016 M CURRICULUM VITAE

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1436H/2015M

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1436H/2015M PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1436H/2015M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2004 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2004 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2004 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 2005 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN PENYELENGGARAAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a. bahwa negara

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016

LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016 LAPORAN KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN ANGGARAN 2016 SISTEMATIKA 1.Evaluasi Pelayanan Kesehatan Haji Tahun 2016: a.penyelenggaraan Kesehatan Haji b.tantangan c.capaian d.upaya Peningkatan 2.Kesiapan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH SALINAN PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN DAN PELAYANAN HAJI DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang P

2017, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang P No.1700, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Dana Haji. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Inovasi Pelayanan Jemaah Haji

Inovasi Pelayanan Jemaah Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama RI Inovasi Pelayanan Jemaah Haji Innovation in Public Services Through Open Data: Learning from Indonesian Cross Sectoral Champions

Lebih terperinci

MODUL I. Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter) BAHAN AJAR PELATIHAN PETUGAS HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M

MODUL I. Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter) BAHAN AJAR PELATIHAN PETUGAS HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M MODUL I Uraian Tugas Petugas Yang Menyertai Jamaah Haji (Petugas Kloter) BAHAN AJAR PELATIHAN PETUGAS HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH JAKARTA KATA

Lebih terperinci

SANKSI EDUKASI: UU Nomor 13 Tahun 2008 Pepres Nomor 3 Tahun Pilgrim Ordonasi 1922 UU 34 Tahun Kepres Nomor 122 Tahun 1964

SANKSI EDUKASI: UU Nomor 13 Tahun 2008 Pepres Nomor 3 Tahun Pilgrim Ordonasi 1922 UU 34 Tahun Kepres Nomor 122 Tahun 1964 SANKSI EDUKASI: Penguatan Pembinaan Penyelenggara Haji Khusus Yayasan Penyelenggaraan Haji Indonesia UU Nomor 17 Tahun 1999 Keppres Nomor 53 Tahun 1951 PT. Pelayaran Muslim UU Nomor 13 Tahun 2008 Pepres

Lebih terperinci

Kamus Informasi Haji & Umrah Tahun 2017 Disusun oleh Sub Bagian Informasi Haji

Kamus Informasi Haji & Umrah Tahun 2017 Disusun oleh Sub Bagian Informasi Haji Kamus Informasi Haji & Umrah Tahun 2017 i ii Kamus Informasi Haji & Umrah Tahun 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, dan hidayah-nya kepada kita

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara Republik

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 371 TAHUN 2002 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang bahwa dengan pemberlakuan Keputusan Menteri Agama

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.366, 2015 KEMENAG. Ibadah Umrah. Perjalanan. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Petunjuk Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Petunjuk Umum BAB I PENDAHULUAN A. Petunjuk Umum 1. Bahan ajar ini memberi pengertian tentang landasan yuridis sebagaimana tercantum dalam: a. UU Nomor 13 Tahun 2008, Tentang Penyelenggaraan lbadah Haji; b. Peraturan

Lebih terperinci

JEMAAH HAJI REGULER LUNAS BPIH

JEMAAH HAJI REGULER LUNAS BPIH Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Kementerian Agama RI Hak dan Kewajiban JEMAAH HAJI REGULER LUNAS BPIH Tahun 1436 H / 2015 M Diterbitkan oleh: Kementerian Agama Republik Indonesia Direktorat

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace dicabut: UU 13-2008 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 53, 1999 AGAMA. IBADAH HAJI. Umroh. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG BIAYA PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1430 H/2009 M DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN,

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN 1436 H / 2015 M

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN 1436 H / 2015 M LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT KESEHATAN HAJI TAHUN 1436 H / 2015 M SISTEMATIKA PENYAJIAN 1. Kondisi Jemaah Haji tahun 1436 H/2015 M 2. Ketersediaan dan kesiapan layanan kesehatan 3. Hasil dan evaluasi

Lebih terperinci

DITJEN PHU KEMENAG RI SURVEI KEPUASAN JAMAAH HAJI INDONESIA SKJHI 1346 H/2015 M

DITJEN PHU KEMENAG RI SURVEI KEPUASAN JAMAAH HAJI INDONESIA SKJHI 1346 H/2015 M DITJEN PHU KEMENAG RI SURVEI KEPUASAN JAMAAH HAJI INDONESIA SKJHI 1346 H/2015 M Dilengkapi dengan Indikator Standar Pelayanan Minimal Penyelenggaraan Haji dan Umrah 2 PENDAHULUAN (1) Dari tahun 2010-2015

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM DAN PENYELENGGARAAN HAJI NOMOR D/348 TAHUN 2003 TENTANG

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM DAN PENYELENGGARAAN HAJI NOMOR D/348 TAHUN 2003 TENTANG KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM DAN PENYELENGGARAAN HAJI NOMOR D/348 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERA14IMBINGAN MASYARAKAT ISLAM DAN PENYELENGGARAAN HAJI

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI BERMITRA DENGAN KEMENTERIAN AGAMA RI, KEMENTERIAN SOSIAL RI, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI, KOMISI PERLINDUNGAN ANAK INDONESIA (KPAI), BADAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2008 TERHADAP PELAYANAN JAMA AH HAJI DI KENMENAG KOTA SEMARANG A. Muatan UU. No. 13 Tahun 2008 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2008

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1999 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan warga negaranya

Lebih terperinci

A. AKOMODASI PAKET. Hotel Madinah : Al Haram / Setaraf Hotel Makkah : Al Sofwa / Setaraf Tipe Kamar : Quard (Sekamar 4 Orang) : Saudia / Setaraf

A. AKOMODASI PAKET. Hotel Madinah : Al Haram / Setaraf Hotel Makkah : Al Sofwa / Setaraf Tipe Kamar : Quard (Sekamar 4 Orang) : Saudia / Setaraf A. AKOMODASI PAKET. Hotel Madinah : Al Haram / Setaraf Hotel Makkah : Al Sofwa / Setaraf Tipe Kamar : Quard (Sekamar 4 Orang) Pesawat : Saudia / Setaraf Starting : Jakarta / CGK Harga : Rp. 31.900.000,-

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERJALANAN IBADAH UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 121 Tahun 2013 tentang Penetapan Kuota Haji Tahun 1434 H/2013 M, kuota haji Indonesia berjumlah 168.800

Lebih terperinci

PROSEDUR PENDAFTARAN HAJI OFF LINE

PROSEDUR PENDAFTARAN HAJI OFF LINE PROSEDUR PENDAFTARAN HAJI OFF LINE 2 5 Calon Jemaah Haji membuka rekening tabungan haji pada BPS BPIH 2 Calon Jemaah haji cek kesehatan di Puskesmas domisili untuk memperoleh surat keterangan sehat 4 6

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.338, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Transportasi. Darat. Jamaah Haji. Penyediaan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN TRANSPORTASI DARAT

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

Itinerary Perjalanan Umroh Awal Ramadhan Program 5 Juni 2016

Itinerary Perjalanan Umroh Awal Ramadhan Program 5 Juni 2016 Itinerary Perjalanan Umroh Awal Ramadhan Program 5 Juni 2016 Hotel : Firdaus Al Umroh Bintang 3 Jarak 300 Meter Dari Masjidil Haram Hotel Madinah : Mukhtara Internasional Bintang 3 Jarak 50 Meter Dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Petunjuk Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Petunjuk Umum BAB I PENDAHULUAN A. Petunjuk Umum 1. Modul ini menyajikan Uraian Tugas Panitia Penyelenggara lbadah Haji (PPIH) Arab Saudi yang menjelaskan 4 (empat) bahan ajar, yaitu: Bahan Ajar 1 uraian tugas Misi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG

BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG 72 BAB IV ANALISIS SOP PENDAFTARAN IBADAH HAJI REGULER DI KEMENTERIAN AGAMA KOTA SEMARANG DAN IBADAH HAJI PLUS DI PT. KAISA ROSSIE SEMARANG 4.1. Aplikasi SOP Pendaftaran Ibadah Haji Reguler Di Kementerian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ibadah haji merupakan ritual tahunan umat muslim yang dilaksanakan pada bulan Muharram. Setiap umat Islam yang mampu (baik secara ekonomi maupun kesehatan)

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN IBADAH HAJI DAN UMRAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin

Lebih terperinci

2016, No atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang 2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tah

2016, No atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi Undang-Undang 2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 233, 2016 KEMENAG. Barang/Jasa. Ibadah Haji. Penyediaan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENYEDIAAN BARANG/JASA DALAM

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK

Lebih terperinci

DIAN R. PUTRI PT.ARMINAREKA PERDANA Mitra dengan No ID 4458710 Tlp / SMS (081 3336 22233) WhatsApp (08193 7777 892) BBM (7908F656) PAKET HAJI PLUS -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

2 menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Keuangan Haji (Lembara

2 menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142); 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Keuangan Haji (Lembara No.1041, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Ibadah Haji. Petugas Pengawasan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PETUGAS PENGAWASAN PENYELENGGARAAN IBADAH

Lebih terperinci

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT

VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT VISITASI KE KLOTER I. DESKRIPSI SINGKAT Visitasi pada Jemaah haji merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan jemaah haji dan responnya serta adanya bimbingan kesehatan kepada

Lebih terperinci

LAPORAN KUNJUNGAN DPR RI DALAM RANGKA PENGAWASAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M KE ARAB SAUDI

LAPORAN KUNJUNGAN DPR RI DALAM RANGKA PENGAWASAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M KE ARAB SAUDI LAPORAN KUNJUNGAN DPR RI DALAM RANGKA PENGAWASAN PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI TAHUN 1438 H / 2017 M KE ARAB SAUDI MASA SIDANG I TAHUN SIDANG 2017-2018 TANGGAL 24 AGUSTUS 07 SEPTEMBER 2017 DPR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 17 TAHUN 1999 (17/1999) TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN AGAMA RI

KEMENTERIAN AGAMA RI KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH Jalan Lapangan Banteng Barat 3-5 Jakarta KETERANGAN PERS PERKEMBANGAN INFORMASI ATAS PERISTIWA MINA 1. Pada sore hari tadi telah

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN PENYELENGGARAAN EMBARKASI/DEBARKASI HAJI ANTARA UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA TJILIK

Lebih terperinci

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH LAMPIRAN III TENTANG PERUBAHAN ATAS NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PERJALANAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA NO. TUJUAN UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS

Lebih terperinci

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah Haji Reguler Indonesia Tahun 1437 H / 2016 M

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah Haji Reguler Indonesia Tahun 1437 H / 2016 M Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah Haji Reguler Indonesia Tahun 1437 H / 2016 M Assalamu alaikum wr.wb. Alhamdulillah wa syukru lillah, kami telah menyelesaikan Buku Panduan Asuransi Jemaah Haji Reguler

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

ORIENTASI RAKORNAS BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2017

ORIENTASI RAKORNAS BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2017 ORIENTASI RAKORNAS BAP PAUD DAN PNF TAHUN 2017 STRUKTUR ORGANISASI BAN & BAP PAUD dan PNF ADMIN KEU. BAN PAUD dan PNF - Ketua - Sekretaris - Anggota SEKRETARIAT KOMISI RENBANG KOMISI PENINGKATAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

A. AKOMODASI PAKET. Harga : Rp ,- : 9 Hari (PP)

A. AKOMODASI PAKET. Harga : Rp ,- : 9 Hari (PP) A. AKOMODASI PAKET. Hotel Madinah : Mubarok Madinah / Setaraf Hotel Makkah : Al Fajar Badya 2 / Setaraf Tipe Kamar : Quard (Sekamar 4 Orang) Pesawat : Etihad / Setaraf Starting : Jakarta / CGK Harga :

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.296, 2014 KESRA. Haji. Pengelolaan. Keuangan. Dana. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5605) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh;

6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh; 6. Keputusan Menteri Agama Nomor 224 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umroh; 7. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI DAERAH DAN PEMBIAYAAN TRANSPORTASI JAMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah dan Petugas Haji Indonesia Tahun 1436 H / 2015 M

Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah dan Petugas Haji Indonesia Tahun 1436 H / 2015 M Buku Panduan Asuransi Jiwa Jemaah dan Petugas Haji Indonesia Tahun 1436 H / 2015 M Assalamu alaikum wr.wb. Alhamdulillah wa syukru lillah, Kami telah menyelesaikan Buku Panduan Asuransi Jemaah dan Petugas

Lebih terperinci

www.bphn.go.id MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

www.bphn.go.id MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa dalam rangka memberikan perlindungan dan pelayanan terhadap pengguna jasa angkutan udara haji perlu ditetapkan standar pelayanan penumpang angkutan udara

Lebih terperinci

HAJI MUNATOUR URAIAN HAJI KOUTA HAJI NON KOUTA

HAJI MUNATOUR URAIAN HAJI KOUTA HAJI NON KOUTA HAJI MUNATOUR URAIAN HAJI KOUTA HAJI NON KOUTA Masa Tunggu 3 5 Tahun Langsung berangkat Jenis Visa Visa Haji Visa Haji Akomodasi VIP Plus VIP Plus DP Porsi 4.000 USD 4.000 USD Pelunasan Tahun berangkat

Lebih terperinci

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 T

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 13 T No.445, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENAG. Ibadah Haji Khusus. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI AGAMA NOMOR

Lebih terperinci