BAB II KREATIVITAS SISWA DALAM MEMANFAATKAN LIMBAH KERTAS PADA KONSEP DAUR ULANG LIMBAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KREATIVITAS SISWA DALAM MEMANFAATKAN LIMBAH KERTAS PADA KONSEP DAUR ULANG LIMBAH"

Transkripsi

1 9 BAB II KREATIVITAS SISWA DALAM MEMANFAATKAN LIMBAH KERTAS PADA KONSEP DAUR ULANG LIMBAH A. KREATIVITAS 1. Definisi Kreativitas Kreativitas dapat dipandang sebagai produk dari berpikir kreatif, sedangkan aktivitas kreatif merupakan kegiatan dalam pembelajaran yang diarahkan untuk mendorong atau memunculkan kreativitas siswa. Menurut Supriadi (2001) kreativitas didefinisikan berbeda-beda tergantung pada bagaimana orang mendefinisikannya. Hal ini disebabkan oleh dua alasan, yaitu pertama kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional yang mengundang berbagai tafsiran yang beragam; kedua definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda-beda, tergantung dasar teori yang menjadi acuan pembuat definisi (Supriadi, 2001). 2. Kriteria Kreativitas Menurut Amabile (Supriadi, 2001) penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi, yaitu dimensi proses, person, dan produk. Ditinjau sebagai proses, menurut Torrance (Munandar, 2009) kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan masalah ini, menilai dan menguji dugaan hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya. Menurut Graham

2 10 Wallas (Ayan, 2002 dan Supriadi, 2001) kreativitas muncul dalam proses empat tahap : a. Tahap persiapan Pada tahap ini, otak mengumpulkan informasi dan data yang berfungsi sebagai dasar atau riset untuk karya kreatif yang sedang terjadi. b. Tahap inkubasi Dikenal sebagai tahap istirahat, masa menyimpan informasi yang sudah dikumpulkan, lalu berhenti dan tidak lagi memusatkan diri atau merenungkannya. Pada masa ini sangat penting meskipun tampak seperti pemborosan waktu, akan tetapi pikiran bawah sadar mengambil alih informasi, dimana terjadi penghubungan berbagai ide. c. Tahap pencerahan (iluminasi) Tahapan dimana gagasan muncul untuk memecahkan masalah. d. Tahap pelaksanaan (verifikasi) Tahapan dimana gagasan yang muncul dievaluasi secara kritis dan kemudian dihadapkan pada realitas. c b Iluminasi a Inkubasi d Verifikasi Persiapan Gambar 2.1 Tahap-Tahap Proses Kreatif Sumber: Supriadi (2001)

3 11 Dilihat dari dimensi person, Amabile (Supriadi, 2001) mengatakan bahwa pengertian person sebagai kreativitas identik dengan apa yang oleh Guilford (Supriadi, 2001) kemukakan, yaitu: those patterns of traits that are characteristics of creative persons. Dimana dimensi person ini meliputi ciri kognitif (aptitude) dan ciri non-kognitif (non-aptitude). Adapun ciri-ciri kognitif dari kreativitas terdiri dari orisinalitas; fleksibilitas; kelancaran; dan elaboratif, sedangkan ciri non-kognitif dari kreativitas meliputi motivasi, kepribadian, dan sikap kreatif (Trihadiyanti dalam Susanto, 2008). Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kreatif Menurut Williams No. Indikator Berpikir Kreatif Definisi Perilaku Siswa 1. Berpikir lancar (fluency) 2. Berpikir luwes (flexibility) a. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan b. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal c. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban a. Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi b. Dapat melihat suatu masalah dari sudut a. Mengajukan banyak pertanyaan b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya e. Lebih cepat dan melakukan lebih banyak daripada anakanak lain f. Dapat dengan cepat melihat kelebihan atau kekurangan pada suatu objek atau situasi a. Memberikan macammacam penafsiran (interpreatasi) suatu gambar, cerita atau suatu masalah

4 12 No. Indikator Berpikir Kreatif Definisi Perilaku Siswa 3. Berpikir orisinal (originality) pandang yang berbeda c. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbedabeda d. Mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran a. Mampu melahirkan ungkapan baru dan unik b. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk mengungkapkan diri c. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang tidak lazim dari bagianbagian atau unsur-unsur b. Memberikan macammacam penafsiran (interpreatasi) suatu gambar, cerita atau suatu masalah c. Menerapkan suatu konsep atau suatu asas dengan cara yang berbeda-beda d. Memberi pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain e. Dalam membahas atau mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang berbeda atau bertentangan dengan mayoritas kelompok f. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan macammacam cara yang berbeda-beda untuk menyelesaikannya g. Menggolongkan halhal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda h. Mampu mengubah arah berpikir secara spontan a. Memikirkan masalahmasalah atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh orang lain b. Mempertanyakan caracara lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang lebih baru c. Memikirkan masalahmasalah atau hal-hal yang tidak pernah

5 13 No. Indikator Berpikir Kreatif Definisi Perilaku Siswa 4. Kemampuan memerinci (elaboration) a. Mampu memperkaya dan mengembangkan gagasan b. Memperinci detil-detil dari suatu objek atau situasi sehingga lebih menarik terpikirkan oleh orang lain d. Mempertanyakan caracara lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang lebih baru e. Memilih simetris dalam menggambar atau membuat desain f. Memilih cara berpikir yang lain daripada yang lain g. Mencari pendekatan Mencari pendekatan yang baru dari stereotif. h. Setelah membaca/ mendengar gagasangagasan, bekerja untuk menemukan penyelesaian yang baru. i. Lebih senang mensintesis daripada menganalisis sesuatu. a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci. b. Mengembangkan atau memperkaya gagasangagasan orang lain. c. Mencoba atau menguji detil-detil untuk melihat arah yang akan ditempuh. d. Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana.

6 14 No. Indikator Berpikir Kreatif Definisi Perilaku Siswa Tabel 2.2 Indikator Kepribadian Kreatif e. Menambah garis-garis, warna-warna, detildetil (bagian-bagian) terhadap terhadap gambarannya sendiri atau gambar orang lain. Sumber: Munandar (1999) No. Indikator Kepribadian Kreatif Definisi Perilaku Siswa 1. Rasa Ingin Tahu a. Selalu mengajukan banyak pertanyaan b. Selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak c. Selalu memperhatikan orang, objek, dan situasi 2. Imajinatif a. Perbuatan yang mampu memperagakan/ membayangkan hal-hal yang tidak/ belum pernah terjadi. a. Mempertanyakan segala sesuatu b. Senang menjajaki buku-buku, gambargambar, dan sebagainya untuk mencari gagasangagasan yang baru c. Tidak membutuhkan dorongan untuk menjajaki atau mencoba sesuatu yang belum dikenal d. Menggunakan semua panca inderanya untuk mengenal e. Tidak takut untuk menjajaki bidangbidang baru f. Ingin mengamati perubahan-perubahan dari hal-hal atau kejadian-kejadian g. Ingin bereksperimen dengan benda-benda mekanik a. Membayangkan halhal yang belum terjadi b. Memikirkan bagaimana jika melakukan sesuatu yang belum pernah

7 15 No. Indikator Kepribadian Kreatif Definisi Perilaku Siswa 3. Berani Mengambil Resiko a. Memberikan jawaban meskipun belum tentu benar b. Tidak takut gagal/ mendapat kritikan c. Tidak menjadi ragu-ragu karena ketidakjelasan, hal-hal yang konvensional/ kurang berstruktur dilakukan oleh orang lain c. Meramalkan apa yang dikatakan atau dilakukan orang lain d. Mempunyai firasat tentang sesuatu yang belum terjadi e. Melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain f. Membuat cerita tentang tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi/ tentang kejadian-kejadian yang belum pernah dialami. a. Bersedia mengakui kesalahannya b. Berani menerima tugas yang sulit meskipun ada kemungkinan gagal c. Tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain d. Melakukan hal-hal yang diyakini, meskipun tidak disetujui sebagian orang e. Berani mencoba halhal baru f. Berani mengakui kegagalan dan berusaha lagi. 4. Inisiatif Menurut Al-Bary (Ferdian, 2007) adalah perintis jalan, langkah pertama, ide usaha, bersifat penuh rencana a. Memahami tujuan dan maksud kegiatan b. Mencari literature c. Mengetahui alat dan bahan yang dibutuhkan dalam merancang kegiatan praktikum Sumber: Ferdian (2007)

8 16 Bersikap kreatif membawa dampak positif pada diri sendiri dan lingkungan sekitar. Pada diri sendiri mendorong aktualisasi potensi yang dimiliki. Bagi orang lain memberikan kepuasaan karena tindakan yang dilakukan dalam waktu yang lebih cepat, memberi hasil yang lebih tepat, hasil yang lebih banyak, dan merupakan hasil karya yang orisinal dan unik (Dharma, 2008). Kreativitas ditinjau dari dimensi produk, menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas ialah sesuatu yang baru, orisinal, dan bermakna. Besemer dan Treffinger (Munandar, 2009) menyarankan bahwa produk kreatif dapat digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu 1) kebaruan (novelty), 2) pemecahan (resolution), dan 3) kerincian (elaboration). Tabel 2.3 Kategori Produk Kreatif Menurut Besemer dan Treffinger No. Kategori Produk Kreatif Definisi Kriteria Produk 1. Kebaruan (novelty) 2. Pemecahan (resolution) Sejauh mana produk itu baru Menyangkut sejauh mana produk itu memenuhi kebutuhan dari situasi bermasalah a. Dalam hal: jumlah dan luas proses yang baru, teknik baru, bahan baru, konsep baru yang terlibat b. Dalam hal di dalam dan di luar lapangan/bidang c. Dalam hal dampak dari produk terhadap produk kreatif di masa depan. a. Bermakna (valuable) menurut para pengamat karena memenuhi kebutuhan b. Logis, dengan mengikuti aturan yang ditentukan dalam bidang tertentu c. Berguna, karena dapat diterapkan secara praktis

9 17 No. Kategori Produk Kreatif Definisi Kriteria Produk 3. Kerincian (elaboration) Sejauh mana produk itu menggabung unsurunsur yang tidak sama menjadi keseluruhan yang canggih dan koheren (bertahan secara logis). a. Organis, dalam arti mempunyai arti inti seputar mana produk itu disusun b. Elegan, yaitu canggih, mempunyai nilai lebih dari yang tampak c. Kompleks, yaitu berbagai unsur digabung pada satu tingkat atau lebih d. Dapat dipahami, karena tampil secara jelas e. Menunjukkan keterampilan/ keahlian yang baik, dikerjakan secara seksama. Sumber: Munandar (2009) 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Selain itu, ada beberapa faktor yang menunjang seseorang dalam berkreativitas. Susanto (2008) mengemukakan bahwa kreativitas dapat terwujud dengan adanya dorongan dalam diri individu (motivasi instrinsik) dan dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik), sebagai berikut : a. Motivasi untuk Kreativitas Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannya dalam upaya menjadi dirinya sepenuhnya (Rogers, dalam Munandar, 1999). Motivasi intrinsik ini yang hendaknya dibangun dalam diri individu sejak dini. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkenalkan individu dengan kegiatan-kegiatan kreatif dengan tujuan untuk memunculkan rasa ingin tahu dan untuk melakukan hal-hal baru.

10 18 b. Kondisi Eksternal yang Mendorong Perilaku Kreatif Kondisi eksternal (dari lingkungan) secara konstruktif ikut mendorong munculnya kreativitas. Kreativitas memang tidak dapat dipaksakan, tetapi harus dimungkinkan untuk tumbuh. Menurut pengalaman Rogers (dalam Munandar, 1999) dalam psiko-terapi, penciptaan kondisi keamanan, dan kebebasan psikologis memungkinkan timbulnya kreativitas yang konstruktif. c. Keamanan Psikologis Hal ini dapat terbentuk melalui tiga proses yang saling berhubungan, yakni menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya, mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada, sekurang-kurangnya tidak bersifat atau mempunyai efek mengancam, dan memberikan pengertian secara empatis (dapat ikut menghayati). Dalam suasana ini real self dimungkinkan untuk timbul, untuk diekspresikan dalam bentukbentuk baru dalam hubungannya dengan lingkungannya. Inilah pada dasarnya yang disebut memupuk kreativitas. d. Kebebasan Psikologis Memberikan kesempatan pada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permisif akan memberikan individu kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya. Ekspresi dalam bentuk tindakan agresif tidak selalu dimungkinkan, namun tindakan-tindakan konstruktif kearah kreatif hendaknya dimungkinkan.

11 19 4. Asumsi Tentang Kreativitas Menurut Supriadi (2001: 16) ada enam asumsi kreativitas yang diangkat dari teori dan berbagai studi tentang kreativitas, yaitu: a. Pertama, setiap orang memiliki kemampuan kreatif dengan tingkat yang berbeda-beda. b. Kedua, kreativitas dinyatakan dalam bentuk produk-produk kreatif baik berupa benda maupun gagasan. c. Ketiga, aktualisasi kreativitas merupakan hasil dari proses interaksi antara faktor-faktor psikologis (internal) dengan lingkungan (eksternal). d. Keempat, dalam diri seseorang dan lingkungannya terdapat faktor-faktor yang dapat menunjang atau justru menghambat perkembangan kreativitas. e. Kelima, kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevakuman, melainkan didahului oleh hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkarya sebelumnya. f. Keenam, karya kreatif tidak lahir hanya karena kebetulan, melainkan melalui serangkaian proses kreatif yang menuntut kecakapan, keterampilan, dan motivasi yang kuat. 5. Penelitian-Penelitian yang Relevan Penelitian umumnya menerapkan suatu metode atau pendekatan baru untuk melihat gambaran mengenai kreativitas siswa di sekolah. Adapun beberapa penelitian yang relevan pada kreativitas siswa dalam penelitian ini: Suparman (2005) melihat kemampuan berpikir kreatif siswa melalui kegiatan praktikum dengan cara mengobservasi perilaku siswa. Hasil penelitian

12 20 menunjukkan umumnya kemampuan berpikir kreatif siswa rendah dengan perolehan nilai tertinggi pada aspek elaborasi dan nilai terendah pada aspek orisinal. Adapun faktor yang mempengaruhi hasil pada penelitian tersebut adalah peranan guru dengan menghargai berbagai ide baru, berbagai pertanyaan, dan jawaban siswa untuk mengembangkan kreativitas dan mendorong kemampuan tersebut bagi siswa. Serta menumbuhkan komunikasi yang baik antara guru dan siswa. Susilowati (2005) dalam penelitiannya melalui perencanaan praktikum dengan pembelajaran berbasis inkuiri pada konsep lingkungan, melihat kemampuan berpikir kreatif siswa pada perencanaan praktikum yang dibuat serta kemunculan indikator berpikir kreatif selama penelitian berlangsung. Hasil penelitian menunjukkan kemampuan merencanakan praktikum dan kemampuan berpikir kreatif mengalami peningkatan dari kurang menjadi cukup melalui pembelajaran berbasis inkuiri. Sedangkan Septiani (2007) melakukan penelitian melalui cara yang sama, yaitu merencanakan percobaan namun dengan menggunakan metode yang berbeda (think-pair-square) dimana rancangan percobaan pada awalnya dibuat oleh masing-masing individu, kemudian berpasangan (2 orang), dan selanjutnya gabungan dari beberapa individu (kelompok). Hasil penelitian menunjukkan rancangan percobaan yang dibuat secara individu termasuk kategori cukup, berpasangan (kategori baik), dan kelompok (kategori sangat baik). Penelitian terhadap kepribadian kreatif dan sikap kreatif dilakukan Trihadiyanti (2005) melalui pembelajaran berbasis masalah pada topik

13 21 pencemaran air. Dengan hasil penelitian pada umumnya termasuk sedang untuk aspek kepribadian kreatif dan sikap kreatif yang dijaring melalui angket. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Ferdian (2007) yang menekankan pada hubungan antara kepribadian kreatif dengan kemampuan merencanakan percobaan melalui metode merancang percobaan pada konsep difusi-osmosis. Hasil perolehan data penelitian menunjukkan korelasi sedang dan signifikan antara kepribadian kreatif dan merencanakan percobaan, dengan kategori sedang bagi keduanya dan ciri kepribadian kreatif, yaitu aspek berani mengambil resiko yang paling banyak muncul. Adapun faktor yang mempengaruhi kemampuan merancang percobaan selain kepribadian kreatif adalah keterampilan proses sains merencanakan percobaan yang perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa. Penelitian mengenai kreativitas melalui merancang percobaan dilakukan Widyantari (2008) dengan pembelajaran problem based instruction pada konsep pencemaran tanah yang berkaitan dengan pemanfaatan sampah sebagai upaya untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah pencemaran tanah. Penelitian ini menekankan pada kemampuan berpikir kreatif siswa yang dijaring melalui lembar observasi, angket, soal tes berupa esai, dan laporan praktikum. Hasil penelitian menunjukkan kebanyakan siswa dapat mengekspresikan kreativitasnya secara bebas dengan model pembelajaran problem based instruction. Afianti, dkk. (2009) melakukan penelitian mengenai kreativitas siswa dalam kegiatan merencanakan percobaan pada pembelajaran pencemaran air melalui

14 22 metode investigative practical work. Dimana siswa dilibatkan untuk merancang sendiri cara terbaik untuk menyelesaikan masalah melalui: tahap pengajuan masalah yang diberikan oleh guru; tahap perencanaan percobaan yang dilakukan siswa secara individu dan kelompok; tahap realisasi rancangan percobaan; tahap evaluasi; dan tahap presentasi dimana siswa mengomunikasikan hasil percobaan melalui presentasi secara lisan. B. PRAKTIKUM Dalam pendidikan IPA kegiatan laboratorium (praktikum) merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar, khususnya Biologi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya peranan kegiatan laboratorium untuk mencapai tujuan pendidikan IPA (Rustaman dkk., 2005). Woolnough & Allsop (Rustaman dkk., 2005) mengemukakan empat alasan mengenai pentingnya kegiatan praktikum, sebagai berikut : 1. Praktikum membangkitkan motivasi belajar IPA. Belajar siswa dipengaruhi oleh motivasi, siswa yang termotivasi untuk belajar akan bersungguh-sungguh dalam mempelajari sesuatu. Melalui kegiatan praktikum, siswa diberi kesempatan untuk memenuhi dorongan rasa ingin tahu dan ingin bisa. 2. Praktikum mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen. Dengan kegiatan praktikum, siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan bereksperimen dengan melatih kemampuan mereka dalam mengobservasi dengan cermat, mengukur secara akurat dengan alat ukur yang

15 23 sederhana atau lebih canggih, menggunakan dan menangani alat secara aman, merancang, melakukan dan menginterpretasikan eksperimen. 3. Praktikum menjadi wahana belajar pendekatan ilmiah Banyak para pakar pendidikan IPA menyakini bahwa cara yang terbaik untuk belajar pendekatan ilmiah adalah dengan menjadikan siswa sebagai saintis. Di dalam kegiatan praktikum menurut pandangan metode inkuiri, siswa bagaikan seorang saintis yang sedang melakukan eksperimen. Disini siswa dituntut untuk merumuskan masalah, merancang eksperimen, merakit alat, melakukan pengukuran secara cermat, menginterpretasikan data perolehan, serta mengomunikasikannya melalui laporan yang harus dibuatnya. 4. Praktikum menunjang materi pelajaran. Kegiatan praktikum memberi kesempatan bagi siswa untuk menemukan teori dan membuktikan teori. Selain itu praktikum dalam pelajaran Biologi dapat membentuk ilustrasi bagi konsep dan prinsip Biologi. Dari kegiatan-kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa praktikum dapat menunjang pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Adapun macam-macam bentuk praktium yang dikemukakan Woolnough (Rustaman dkk., 2005) bahwa bentuk praktikum bisa berupa : 1. Bentuk praktikum latihan Bentuk praktikum ini digunakan untuk mengembangkan keterampilan dasar. Keterampilan dikembangkan melalui latihan-latihan menggunakan alat, observasi, mengukur dan kegiatan lainnya.

16 24 2. Bentuk praktikum bersifat investigasi (penyelidikan) Bentuk praktikum ini digunakan untuk aspek tujuan kemampuan memecahkan masalah. Melalui kegiatan praktikum siswa memperoleh pengalaman mengindetifikasi masalah nyata yang dirasakannya, merumuskan masalah tersebut secara operasional, merancang cara terbaik untuk memecahkan masalahnya, dan mengimplementasikannya dalam laboratorium serta menganalisis dan mengevaluasi hasilnya. Bentuk praktikum investigasi ini memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar divergent thinking dan memberi pengalaman merekayasa suatu proses yang diperlukan dalam pengembangan teknologi. 3. Bentuk praktikum bersifat memberi pengalaman. Tujuan dari bentuk praktikum ini ialah meningkatkan pemahaman materi pelajaran. Kontribusi praktikum dalam meningkatkan pemahaman terhadap materi pelajaran dapat terwujud apabila siswa diberi pengalaman untuk mengindera fenomena alam dengan segenap inderanya. Pengalaman langsung siswa terhadap fenomena alam menjadi prasyarat penting untuk mendalami dan memahami materi pelajaran. Apabila kegiatan praktikum berformat discovery, fakta-fakta yang diamati menjadi landasan pembentukan konsep atau prinsip dalam pikirannya. Apabila kegiatan praktikum bersifat verifikasi, fakta-fakta yang diamati menjadi bukti konkret kebenaran konsep atau prinsip yang dipelajarinya sehingga pemahaman mahasiswa lebih mendalam (Rustaman dkk., 2005).

17 25 C. PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (UU Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982 dalam Masbin, 2010). Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh buangan limbah yang mengandung bahan kimia dapat berakibat buruk terhadap organisme bahkan pada manusia karena bahan polutan yang dibuang dalam bentuk limbah dapat berpindah diantara media udara, air, dan tanah (Surtikanti, 2009). Dilihat dari media penyebaran bahan polutan tersebut maka pencemaran lingkungan terbagi menjadi tiga macam, yaitu pencemaran udara, air, dan tanah. D. KONSEP DAUR ULANG LIMBAH Limbah atau sampah yaitu limbah atau kotoran yang dihasilkan karena pembuangan sampah atau zat kimia dari pabrik-pabrik. Limbah atau sampah juga merupakan suatu bahan yang tidak berarti dan tidak berharga, tapi kita tidak mengetahui bahwa limbah juga bisa menjadi sesuatu yang berguna dan bermanfaat jika diproses secara baik dan benar. Limbah atau sampah juga bisa berarti sesuatu yang tidak berguna dan dibuang oleh kebanyakan orang, mereka menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak berguna dan jika dibiarkan terlalu lama maka akan menyebabkan penyakit padahal dengan pengolahan sampah

18 26 secara benar maka bisa menjadikan sampah ini menjadi benda ekonomis. Secara umum yang disebut limbah adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah tersebut dapat berupa gas dan debu, cair, atau padat. Di antara berbagai jenis limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3). Berdasarkan hukum pasal 1 ayat 1 (Surtikanti, 2009) Bahan Berbahaya dan Beracun adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Bahan kimia B3 memiliki karakteristik berdasarkan klasifikasi B3 (pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah dalam Surtikanti, 2009), yaitu: 1. Mudah meledak (explosive); 2. Pengoksidasi (oxidizing); 3. Sangat mudah sekali menyala (extremely flammable); 4. Sangat mudah menyala (highly flammable); 5. Amat sangat beracun (extremely toxic); 6. Sangat beracun (highly toxic); 7. Beracun (moderately toxic); 8. Korosif (corrosive); 9. Bersifat iritasi (irritant); 10. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment);

19 Karsinogenik (carcinogenic); 12. Teratogenik (teratogenic); 13. Mutagenik (mutagenic). Adapun salah satu cara menanggani masalah yang ditimbulkan dari limbah atau sampah, yaitu dengan cara mendaur ulang limbah tersebut. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru (Alamendah, 2011). Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk / material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga dalam proses hierarki sampah 4R (Reuse, Reduce, Recycle, dan Replace) (Alamendah, 2011). Gambar 2.2 Lambang (logo) Daur Ulang yang Berlaku secara Internasional Sumber: Alamendah, 2011

20 28 Berikut pemaparan mengenai beberapa usaha dalam mengurangi limbah dalam kehidupan sehari-hari seperti reuse, recyle, reduce, dan replace (Prima, 2011) tersebut: 1. Reuse Memanfaatkan ulang (reuse), yaitu menggunakan kembali barang bekas tanpa pengolahan bahan untuk tujuan yang sama atau berbeda dari tujuan asalnya. Misalnya, kaleng bekas minuman digunakan sebagai tempat pensil atau kotak bekas sepatu digunakan untuk menyimpan surat. 2. Recycle Mengolah kembali (recyle), yaitu kegiatan yang memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk digunakan lebih lanjut. Kertas daur ulang dan kompos merupakan contoh hasil kegiatan recyle. 3. Reduce Mengurangi (reduce) adalah semua bentuk kegiatan atau perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah. Sebagai contoh jika hendak berbelanja sebaiknya membawa kantung belanja yang ramah lingkungan sehingga tidak perlu meminta kantung plastik kepada penjual untuk menyimpan barang belanjaan. 4. Replace Menggantikan dengan bahan yang bisa dipakai ulang (replace) adalah upaya mengubah kebiasaan yang dapat mempercepat produksi sampah, terutama sampah yang mempunyai sifat sukar diolah dan berbahaya. Contohnya adalah mengganti kebiasaan memakai kantong plastik dengan kertas atau daun.

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai dengan perguruan tinggi.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Belajar adalah proses perubahan seseorang yang diperoleh dari pengalamannya sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas menurut Semiawan (1987: 8) adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar unsur, data atau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran kognitif yang baru dalam psikologi pendidikan yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3

BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3 45 BAB III TINJAUAN UMUM TERHADAP PENCEMARAN LINGKUNGAN OLEH LIMBAH B3 A. Pengertian Limbah Di dalam pasal 1 butir 20 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Gagne pada tahun 1970-an. Awang dan Ramly (2008:1) mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk. mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan usia yang sangat baik bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan potensi yang dimilikinya. Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman, ketua pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk mengembangkan keterampilan proses sains serta menumbuhkan kreativitas siswa. Keterampilan proses

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA A-10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Pembelajaran Matematika Dalam proses pembelajaran, seorang guru akan memilih strategi tertentu agar pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya di kelas berjalan

Lebih terperinci

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4. LIMBAH Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.B3 PENGERTIAN Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/1999 Jo.PP 85/1999

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas seringkali dianggap sebagai sesuatu keterampilan yang didasarkan pada bakat alam, dimana hanya mereka yang berbakat saja yang bisa menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas 1. Pengertian Kreativitas Istilah kreativitas berasal dari bahasa Inggris to create yang berarti mencipta, yaitu mengarang atau membuat sesuatu yang berbeda baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Pengertian Berpikir Kreatif Kreatif merupakan istilah yang banyak digunakan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Umumnya orang menghubungkan kreatif dengan sesuatu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : c. d. bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah ilmu kimia. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan bersaing dengan sangat ketat untuk dapat mencapai tujuannya. Setiap perusahaan selain bersaing dengan perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Berpikir merupakan kemampuan alamiah yang dimiliki manusia sebagai pemberian berharga dari Allah SWT. Dengan kemampuan inilah manusia memperoleh kedudukan mulia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global sekarang ini menuntut individu untuk berkembang menjadi manusia berkualitas yang memiliki

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang 9 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang dimiliki sebagai hasil dari kemampuan berpikir kreatif merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia. Ilmu kimia adalah salah satu rumpun sains yang mempelajari tentang zat; meliputi struktur,

Lebih terperinci

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Menurut Munandar (1999:47), kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda-beda. Jika kemampuan berpikir kreatif tidak dipupuk dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu setiap manusia memiliki tingkat kemampuan berpikir yang berbeda-beda dan tidak ada yang sama persis baik dari tingkat berpikir kreatif secara keseluruhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Konstruktivisme Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20. Piaget (Sanjaya, 2008) berpendapat bahwa pada dasarnya setiap individu sejak kecil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011).

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. suatu makna (Supardi, 2011). 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Berpikir Kreatif Kemampuan berpikir adalah kecakapan menggunakan akal menjalankan proses pemikiran/kemahiran berfikir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Komalasari (2010) pembelajaran didefinisikan sebagai suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Komalasari (2010) pembelajaran didefinisikan sebagai suatu 68 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran Menurut Komalasari (2010) didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Zaman yang semakin berkembang ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta cepatnya dalam mendapatkan suatu informasi di segala bidang,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau lukisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang melibatkan guru, siswa, media, bahan ajar dan komponen lainnya sehingga tercipta proses interaksi belajar

Lebih terperinci

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP

KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP KETRAMPILAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) PADA SISWA SMP Fransiskus Gatot Iman Santoso Universitas Katolik Widya Mandala Madiun ABSTRAK.Tujuan matematika diajarkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan di kelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivis (constructivist

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan

BAB II LANDASAN TEORI. globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan BAB II LANDASAN TEORI A. Kreativitas Kretaivitas penting bagi individu dan masayarakat terutama dalam era globalisasi ini, karena yang dibutuhkan bukan hanya sumber daya manusia dengan intelegensi tinggi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91). Pengajaran Berdasarkan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Broblem Based Instruction (PBI) Istilah Pengajaran Berdasarkan Masalah (PBM) diadopsi dari istilah Inggris Problem Based Instruction (PBI) (Trianto, 2009:91).

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pemecahan Masalah Matematis Setiap individu selalu dihadapkan pada sebuah masalah dalam kehidupan sehari harinya. Mereka dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70).

BAB II KAJIAN TEORI. jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Mulyasa, 2005 :70). BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar Pendidikan Sekolah Dasar sebagai bagian dari sitem pendidikan nasional mempunyai peran amat penting dalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM).

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 6 BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian Teoritik 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif Proses berpikir merupakan urutan kejadian mental yang terjadi secara alamiah atau terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia PEMBELAJARAN TATA BUSANA BERBASIS KREATIVITAS DALAM MENUNJANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN Oleh: Suciati Prodi Pendidikan Tata Busana, Jurusan PKK, FPTK UPI ABSTRAK Kreativitas atau daya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 1) Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurangkurangnya

Lebih terperinci

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 24 BANJARMASIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum, melalui pendekatan inkuiri pada subkonsep faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis dilakukan dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Keterampilan Proses Sains Keterampilan proses sains dapat diartikan sebagai keterampilan intelektual, sosial maupun fisik yang diperlukan untuk mengembangkan lebih lanjut pengetahuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir divergen) ialah memberikan macam-macam kemungkinan jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap

Lebih terperinci

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan.

pembelajaran. Sedangkan guru dalam pembelajaran ini hanya membantu dan mengarahkan siswa dalam melakukan eksperimen jika siswa mengalami kesulitan. 134 BAB V ANALISA Pembelajaran dengan model GIL adalah pembelajaran yang bersifat mandiri yang dilakukan sendiri oleh siswa dalam melakukan suatu eksperimen. Adapun subjek pembelajaran pada pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR

PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR PERAN GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK SEKOLAH DASAR Murhima A. Kau Universitas Negeri Gorontalo Email : murhimakau@ymail.com ABSTRAK Permasalahan kreativitas menjadi sangat penting untuk dibicarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk,

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) pada hakekatnya adalah produk, proses, sikap dan teknologi. Dalam IPA selain mempelajari prinsip, konsep atau teori,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu: BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi operasional Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran istilah dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelaskan tentang istilah yang digunakan, yaitu: 1. Kreativitas

Lebih terperinci

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 SIDOARJO PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI Nuril Maghfiroh 1, Herawati Susilo 2, Abdul Gofur 3 Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang No.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Risa Meidawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Peranan pendidikan adalah menyiapkan generasi masa depan yang lebih baik dari generasi sekarang. Harus disadari bersama, bahwa kita saat ini berada di era globalisasi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Pendekatan adalah usaha dalam rangka aktivitas penelitian untuk mengadakan hubungan dengan orang yang diteliti, metode untuk mencapai pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran dalam pendidikan sains seperti yang diungkapkan Millar (2004b) yaitu untuk membantu peserta didik mengembangkan pemahamannya tentang pengetahuan

Lebih terperinci

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh NINDY PROFITHASARI

DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN. (Artikel) Oleh NINDY PROFITHASARI DESKRIPSI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN LINGKUNGAN (Artikel) Oleh NINDY PROFITHASARI ` FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2014 DESKRIPSI

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN Latifah Kurnia, Zainuddin, dan Andi Ichsan Mahardika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan, karena pendidikan merupakan suatu wahana yang digunakan untuk menciptakan sumber daya manusia

Lebih terperinci

Kreativitas. MIF Baihaqi

Kreativitas. MIF Baihaqi Kreativitas Disampaikan pada acara Seminar bertema GURU SENIOR vs GURU MUDA: Pengkaderan Tenaga Didik, Realita dan Tantangan & Pelatihan bertema: Menggali Kreativitas Tenaga Didik yang diadakan oleh Forum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Subjek, dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMPN I Lembang yang beralamat di Jalan raya Lembang No 357. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena dengan pendidikan setiap manusia bisa belajar berbagai ilmu pengetahuan dan dengan ilmu

Lebih terperinci

Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani

Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani Aryadita Minanda Budi Wiratmaka Eppy Nurul C Handini Citraswari Harini Merdekawati Neo Husien N Rahmawati Tri Rohani Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan/atau konsentrasinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK 7 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 1. Pengertian Berpikir Kreatif Berpikir dapat diartikan sebagai alur kesadaran yang setiap hari muncul dan mengalir tanpa kontrol, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, teknologi dan budaya masyarakat. Pendidikan dari masa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan

I. PENDAHULUAN. gejala-gejala alam. Perkembangan IPA tidak hanya ditunjukkan oleh kumpulan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik, yang di dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh : LAKSMI PUSPITASARI K4308019

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORETIK BAB II KAJIAN TEORETIK A. Kajian Teori 1. Deskripsi konseptual a. Berpikir kreatif Santrock (2011) mengemukakan bahwa berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransformasi informasi dalam memori.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas merupakan kemampuan untuk menciptakan hal-hal yang sama sekali baru atau kombinasi dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang sangat kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar memakai konsep

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Proses berpikir kreatif berhubungan erat dengan kreativitas. Setiap manusia pada dasarnya memiliki kreativitas, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan. 1 Berpikir sebagai

BAB II KAJIAN TEORI. mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan. 1 Berpikir sebagai BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Berpikir adalah suatu keaktipan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan terarah kepada suatu tujuan. 1 Berpikir sebagai suatu kemampuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan berpikir kreatif merupakan kebutuhan yang harus dimiliki individu di era globalisasi. Hal ini didukung oleh pernyataan Munandar (2009: 7) bahwa kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan (Dhiu, 2012: 25)

BAB I PENDAHULUAN. didik, alat pendidikan dan lingkungan pendidikan (Dhiu, 2012: 25) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses interaksi manusiawi antara pendidik dengan subjek didik untuk mencapai tujuan. Proses itu berlangsung dalam lingkungan tertentu dengan

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI

2015 PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan khususnya sains (IPA) dan teknologi, di satu sisi memang memberikan banyak manfaat bagi penyediaan beragam kebutuhan manusia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mind Map Mind map atau pemetaan pikiran merupakan salah satu teknik mencatat tinggi. Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan catatan.

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperiment dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperiment dengan 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperiment dengan desain penelitian The Static Group Pretest Posttest Design, metode tersebut

Lebih terperinci

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH Winny Liliawati Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Pembelajaran Fisika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IPA merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas, yaitu manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah

BAB I PENDAHULUAN. meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelligent adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk Allah yang paling sempurna. Mereka diberi kelebihan dalam fungsi kognitifnya berupa akal agar mampu berpikir. Proses kognitif atau proses intelek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kelas X SMA Negeri 7 Bandung karena sekolah tersebut termasuk ke dalam sekolah kluster 2 yang sudah menggunakan Kurikulum 2013

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Minggu ke- : 37, 38 & 39

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Minggu ke- : 37, 38 & 39 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Minggu ke- : 37, 38 & 39 Satuan Pendidikan : SMA Negeri IDL Cianjur Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Semester : X/2 Alokasi Waktu : 1 x 3 JP Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir Kreatif Kreativitas sebagai kemampuan umum untuk menciptakan sesuatu yang baru, sebagai kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru yang diterapkan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) merupakan salah satu ilmu yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya dalam menghasilkan peserta didik

Lebih terperinci

PRODUK DAUR ULANG LIMBAH

PRODUK DAUR ULANG LIMBAH PERTEMUAN MINGGU KE 17 PRODUK DAUR ULANG LIMBAH Standar Kompetensi: 4. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energi serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem. Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Salah satu indikator kerusakan lingkungan tersebut didasarkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Salah satu indikator kerusakan lingkungan tersebut didasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aspek lingkungan pada dekade ini terus menjadi perhatian utama, perhatian tersebut didasarkan pada kerusakan lingkungan yang semakin meningkat. Salah satu indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Masalah sampah di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat Indonesia dalam membuang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi gerak, fluida, panas, suara, cahaya, listrik dan magnet, dan topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. menjadi gerak, fluida, panas, suara, cahaya, listrik dan magnet, dan topik-topik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar, karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Bidang fisika biasanya dibagi menjadi gerak, fluida,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu komponen penting yang tidak dapat dipisahkan dalam diri seseorang, dengan pendidikan seseorang dapat mengeluarkan kemampuan yang tersimpan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam ikut serta memajukan kehidupan bangsa Indonesia. Hal ini tertuang dalam pembukaan Undang-undang

Lebih terperinci