BAB I PENDAHULUAN. 1 Liliweri, Alo Komunikasi Serba Ada Serba Makna Jakarta: Kencana

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 1 Liliweri, Alo Komunikasi Serba Ada Serba Makna Jakarta: Kencana"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media merupakan suatu alat komunikasi atau perantara yang memiliki tujuan untuk menyampaikan sebuah pesan. Terdapat beberapa jenis dari media komunikasi seperti media periklanan, media pembelajaran, media permainan dan lain sebagainya yang dapat dikemas kedalam sebuah media. Perkembangan media memiliki perkembangan yang sangat pesat sekarang ini, didukung dengan sumber daya manusia yang jauh lebih kreatif. Penggunaan sebuah media perlu dipertimbangkan sesuai fungsi yang jelas, agar pesan yang disampaikan dapat dikomunikasikan dan diterima dengan baik kepada sasaran. Salah satu jenis media adalah media periklanan. Media iklan merupakan alat atau sarana komunikasi yang telah didesain agar lebih komunikatif, mudah dicerna, dan mudah diingat yang memuat pesan verbal maupun visual. Dalam Kamus Pusat Bahasa Indonesia (2008) media memiliki makna penghubung yang terletak diantara dua pihak yaitu orang dan golongan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media merupakan sebuah alat komunikasi atau perantara dengan tujuan untuk menyampaikan pesan, dari pengirim pesan kepada penerima pesan yaitu khalayak sasaran. Sedangkan iklan menurut Liliweri (2011) 1 Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi yang bertujuan untuk mempersuasi para pendengar, pemirsa dan pembaca agar mereka memutuskan untuk melakukan tindakan tertentu. Terdapat beberapa jenis media iklan, pembagian jenis media iklan ini disesuaikan dengan proses pembuatannya, media, ataupun penempatannya. Adapun beberapa jenis media iklan yaitu : a. Media Luar Ruang b. Media Cetak c. Media Dalam Ruang 1 Liliweri, Alo Komunikasi Serba Ada Serba Makna Jakarta: Kencana 1

2 d. Media Siar dan media Internet Media Periklanan di Indonesia semakin banyak jumlahnya dalam menyiarkan pesan informasi mengenai produk atau jasa yang ditawarkan beberapa perusahaan seiring perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin maju. Dalam melakukan iklan para perusahaan menggunakan beberapa media seperti koran, majalah, televisi, radio, internet dan sebagainya. Namun, sejumlah perusahaan terkadang lebih memilih menggunakan media iklan luar ruang dalam beriklan seperti spanduk, bailho, ataupun poster. Publikasi luar ruang diminati para perusaahaan dalam memasang iklan dikarenakan harga iklan relatif jauh lebih murah, dapat menginformasikan serta memperkenalkan produk atau jasa baru dari perusahaan, memiliki audience yang heterogen karena memiliki target utama yaitu pengguna jalan raya, serta waktu pemasangan iklan yang relatif lama. Media luar ruang merupakan salah satu jenis media periklanan yang dipasang atau diletakkan di lokasi terbuka seperti di pusat keramaian, di jalan raya, dan di tempat publik lainnya. Media luar ruang ini memiliki keuntungan dengan target audiencenya yang heterogen sehingga dapat banyak menjaring massa. Sedangkan menurut pakar ahli. Fandy Tjiptono (2008:243) 2 Media Luar ruangan adalah media yang berukuran besar dipasang ditempat-tempat terbuka seperti dipinggir jalan, dipusat keramaian atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti di dalam bus kota, gedung, pagar tembok dan sebagainya. Namun, Menurut Sigit Santosa (2009:168) Media Luar ruangan adalah semua iklan yang menjangkau konsumen ketika mereka sedang berada di luar rumah atau kantor. Media luar ruangan membujuk konsumen ketika mereka sedang di tempat-tempat umum, dalam perjalanan, dalam ruang tunggu, juga di tempat-tempat terjadi transaksi. 3 Salah satu jenis media luar ruang adalah spanduk atau biasa disebut banner. Spanduk merupakan salah satu media iklan di luar ruangan yang banyak digunakan perusahaan dalam mengiklankan produk atau jasa mereka karena 2 Fandy Tjiptono (2008:243). [ 3 Sigit Santosa (2009:168) dalam buku Creative Advertising 2

3 murah, mudah digunakan, tahan terhadap cuaca dan dapat digunakan maksimal. Seiring dengan berjalannya waktu, banyak spanduk menghiasi berbagai sudut kota. Spanduk tersebut pada awalnya bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat. Namun, faktanya dari berbagai spanduk yang ada, terdapat beberapa kendala. Beberapa spanduk seringkali dibuat tidak berdasarkan prinsip desain serta tidak memperhatikan lokasi penempatannya dengan benar. Pada kota Bandung, Dinas Pemakaman dan Pertamanan hanya memiliki 46 titik tiang untuk pemasangan spanduk, jumlah itu sangat sedikit jika dibandingkan permohonan izin pemasangan spanduk di Kota Bandung dan pihak Dinas Pemakaman dan Pertamanan tidak akan menambah jumlah tiang pemasangan spanduk. No Jenis Reklame Jumlah total ( Buah ) 1 Reklame Papan ( Papan Identitas Perusahaan ) Reklame Papan ( Dipasang pada tanah Pemda ) Reklame sinar ( Papan Identitas Perusahaan ) Reklame Sinar ( Dipasang pada tanah Pemda ) 61 5 Reklame Kendaraan 60 6 Papan, Spanduk, Umbul Umbul, Banner, Balon Udara ( Insidentil ) 7 Timplet ( Insidentil ) - 8 Poster ( Insidentil ) - Jumlah Total Tabel 1.1 Jumlah Media Promosi / Media Luar Ruang di Kota Bandung tahun 2007 ( Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Bandung 2015 ) Pemasangan Spanduk juga harus melaporkan kepada dinas terkait yaitu Dinas Pemakaman dan Pertamanan untuk hal itu dilakukan agar spanduk dapat terpasang sesuai peruntukannya dan sesuai dengan aturan yang sudah ada. Dampak negatif dari pemasangan spanduk liar adalah merusaknya tatanan kota yang ada, membuat pemandangan menjadi terganggu karena banyak spanduk yang melintang di jalanan, Membuat plang penunjuk jalan tertutup, dan membuat banyak sampah yang dihasilkan dari bekas spanduk. Berdasarkan dampak yang 3

4 dijelaskan maka Dinas yang terkait dalam masalah ini adalah Dinas Satuan Polisi Pamong Praja yang memiliki hak untuk menertibkan spanduk yang terpasang secara liar. Spanduk yang dikatakan liar adalah pertama tidak berizin dan tidak membayar pajak, kedua berizin dan membayar pajak namun penempatannya salah atau tidak sesuai, ketiga masa pajak dan izinnya sudah habis, hal ini disampaikan oleh Bapak Rochmat selaku anggota Satuan Polisi Pamong Praja kota Bandung. Banyak ditemukan spanduk dilapangan yang terpasang secara liar, pihak Satuan Polisi Pamong Praja selalu rutin melaksanakan patroli dan penertiban dengan jadwal dua kali dalam seminggu, patroli dan penertiban ini juga bekerjasama dengan instasi terkait seperti Dinas Pemakaman dan Pertamanan. No Pajak Daerah Target Realisasi Persentase 1 Pajak Hotel ,32% 2 Pajak Restoran ,37% 3 Pajak Hiburan ,9% 4 Pajak Reklame ,38% 5 Pajak Penerangan ,98% Jalan 6 Pajak Parkir ,51% Tabel 1.2 Sumber Pajak Daerah Kota Bandung Tahun Anggaran 2010 di Kota Bandung ( Sumber : Dinas Pajak kota Bandung 2015 ) Gambar 1.1 Suasana Penertiban Spanduk Liar ( Sumber : Satuan Polisi Pamong Praja 2015 ) 4

5 Dalam Penertibannya Satuan Polisi Pamong Praja mengerahkan sekitar 5-10 orang yang dibagi kedalam dua kawasan kerja, hal ini dibuat agar penertiban lebih merata dan maksimal. Dalam melakukan penertiban spanduk liar Satuan Polisi Pamong Praja menggunakan alat berupa arit yang disambungkan dengan sebilah bambu. Hal itu bertujuan agar saat penertiban dapat meraih spanduk yang diletakkan di ketinggian. Namun dalam pelaksanaannya alat ini masih belum dapat berfungsi maksimal pertama dalam efisiensi peletakan, penyimpanan, dan saat dibawa Alat ini berukuran besar dan memiliki ujung yang tajam sehingga membahayakan dan pada saat dibawa dari kantor ke lokasi penertiban posisi alat akan keluar dari bak truk pengangkut. Menurut Bapak Rohmat, alat ini masih bersifat konvensional dan masih kurang nyaman saat digunakan, perawatan juga harus dilakukan seperti mengasah mata pisau agar tetap tajam, serta saat digunak jika salah satu ujung telah terpotong maka ujung spanduk lainnya harus ditarik agar alat bisa memotong tali karena jika posisi tali kendor alat tidak akan bisa memotong tali pengikat. Selain kendala diatas alat tersebut masih sangat susah memotong media kawat, karena sekarang pemasang spanduk lebih banyak menggunakan awat agar lebih susah saat ditertibkan. Gambar 1.2 Sarana dan Peralatan Penertiban Spanduk Liar ( Sumber : Data Penulis 2015 ) Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian mengenai Perancangan Sarana Penataan Spanduk untuk meminimalisir Spanduk Liar di Jalan Raya dianggap penting dan perlu diangkat. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan dari penjelasan latar belakang diatas, berikut merupakan beberapa permasalahan yang teridentifikasi : 5

6 A. Jumlah media promosi spanduk akan semakin bertambah penggunaannya. Dengan jumlah yang akan bertambah, maka akan ada dampak positif dan negatif bagi Masyarakat. B. Beberapa spanduk yang ada di jalanan merusak tata kota yang ada, hal itu dikarenakan pemasangan tidak dilakukan di tempat atau di sarana yang sudah disediakan Pemerintah Kota Bandung. Sehingga akhirnya spanduk dipasang secara liar dan banyak ditempatkan pada fasilitas umum seperti bahu jalan, jembatan penyebrangan, diikat pada tiang listrik, pohon dan tidak memiliki izin atau masa izinnya sudah berakhir. C. Dinas Pemakaman dan Pertamanan hanya memiliki 46 titik tiang pemasangan spanduk dan tidak akan ditambah kembali jumlah sarana tersebut, jumlah yang sedikit dibandingkan dengan jumlah permohonan izin pemasangan spanduk liar. D. Dinas Satuan Polisi Pamong Praja merupakan instansi yang memiliki wewenang dalam melakukan patrol dan penertiban terhadap spanduk liar. E. Satuan Polisi Pamong Praja dalam melakukan penertiban mengalami beberapa kendala dengan peralatan yang ada, mereka hanya memiliki alat yang masih sederhana dan berukuran sangat besar sehingga kurang optimal dalam melaksanakan penertiban. 1.3 Rumusan Masalah Adapun Perumusan masalah yang dihadapi penuslis adalah sebagai berikut : a. Permasalahan apa yang terjadi dalam aktivitas Dinas Satuan Polisi Pamong Praja dalam menertibkan spanduk liar? b. Faktor apa saja yang mempengaruhi adanya permasalahan yang terjadi pada kegiatan penertiban spanduk liar? c. Solusi apakah yang dapat menyelesaikan masalah dalam aktivitas penertiban spanduk liar? 6

7 d. Alat atau sarana seperti apakah yang dapat membantu Dinas Satuan Polisi Pamong praja agar dapat lebih efektif saat melakukan patroli dan penertiban spanduk liar? 1.4 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian perancangan sarana meminimalisir spanduk liar di kota Bandung akan dibagi menjadi dua bagian, pada bagaian pertama ini adalah permasalahan mengenai aktivitas atau kegiatan penertiban spanduk liar yang dilakukan dinas pemerintah kota Bandung yang terkait yaitu Satuan Polisi Pamong Praja Bandung ( Satpol PP Bandung ), dalam hal ini adalah kegiatan penertiban spanduk liar yang dilakukan satpol PP di daerah kota Bandung dengan malakukan objek studi kasus dalam permasalahan ini yaitu pada kantor Satuan Polisi Pamong Praja kota Bandung yang beralamatkan di Jl.R.E. Martanegara No. 4 Bandung. Batasan masalah yang kedua adalah sebuah solusi yang dipakai mengenai sebuah produk berupa peralatan dan perlengkapan yang berguna sebagai fasilitas untuk memudahkan Dinas Satuan Polisi Pamong Praja dalam meminimalisir spanduk liar dan menegakkan peraturan daerah kota Bandung mengenai penyelenggaraan spanduk. Pada perancangan ini penyelesaian masalah berupa produk ataupun fasilitas akan disesuaikan dengan aspek desain yang ada pada bidang keilmuan desain produk seperti aspek fungsi, aspek operasional, aspek material, dan aspek ergonomi. 1.5 Tujuan Adapun tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus : Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari penelitian mengenai perancangan sarana meminimalisir spanduk liar ini adalah untuk mengetehaui solusi seperti apakah yang dapat dilakukan dalam kegiatan dinas Satpol PP Bandung meminimalisir spanduk liar. Sehingga peneliti dapat menemukan solusi tersebut dan dapat 7

8 diaplikasikan sebagai fasilitas berupa peralatan dan perlengkapan meminimalisir spanduk liar untuk memudahkan para anggota Dinas Satuan Polisi Pamong Praja agar lebih efektif dan efisien dalam melakukan aktivitas tersebut dikarenakan jumlah penggunaan spanduk yang sangat meningkat Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus mengenai permasalahan pada Satuan Polisi Pamong Praja kota Bandung dalam melakukan aktivitas penertiban spanduk liar, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui permasalahan dan factor yang ada pada Dinas Satuan Polisi Pamong Praja kota Bandung dalam aktivitas meminimalisir spanduk liar. 2. Memperoleh sebuah pemecahan masalah atau solusi terhadap permasalahan meminimalisir spanduk liar. 3. Merancang sarana atau produk yang dapat memudahkan menyelesaikan permasalahan pada kegiatan meminimalisir spanduk liar. 1.6 Manfaat Dari pembuatan perancangan ini penulis mengharapakan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, lembaga pendidikan, dan masyarakat pengguna. Berbagai manfaat yang diharapkan adalah : 1. Bagi Mahasiswa : a. Merupakan proses belajar secara nyata dalam mengembangkan, memodifikasi, dan menciptakan suatu alat maupun sistem yang bermanfaat untuk diri sendiri maupun orang lain. b. Sarana dalam menerapkan ilmu yang didapat selama dibangku kuliah untuk mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). c. Membangkitkan minat dalam mengamati, mempelajari, dan mengembangkan alat maupun sistem tersebut. 8

9 2. Bagi Program Studi Desain Produk a. Sebagai aplikasi nyata dibidang pengembangan rekayasa teknologi dan desain. b. Sebagai wujud partisipasi yang positif terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna. 3. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat khususnya para pengguna jalan raya, Sarana Penataan Spanduk untuk meminimalisir Spanduk Liar di Jalan Raya ini dapat diaplikasikan secara langsung dan maksimal di areal jalan raya sehingga tidak menggangu aktifitas di jalan raya serta keindahan tata kota. 1.7 Metode Penelitian Dalam penelitian dan perancangan sarana penertiban spanduk liar di jalan raya dengan studi kasus pada Dinas Satuan Polisi Pamong Praja kota Bandung ini menggunakan beberapa jenis metode penelitian untuk menyelesaikan masalah yang ditemukan pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data pustaka, literatur, wawancara, survey dan dokumentasi. Dimana pada metode ini melakukan pengumpulan data, peneliti akan mengumpulkan berbagai data dari berbagai sumber terkait sebagai materi awal atau landasan untuk penelitian ini, kemudian data yang telah didapat akan dibuaa berbagai kemungkinan kemungkinan solusi untuk memyelesaikan atau menanggulangi permasalahan atau fenomena yang dibahas pada penelitian ini. Setelah data dari berbagai sumber terkait didapat oleh peneliti yang diperoleh dari survey,wawancara,dan studi kasus beserta dengan kemungkinan kemungkinan solusi yang ada maka peneliti akan melanjutkan dengan metode penelitian eksperimen atau percobaan,yang dimana pada metode ini akan digunakan sebagai acuan untuk menyelesaikan berbagai kemungkinan kemungkinan solusi yang ada pada fenomena tersebut yang akan diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang diangkat pada penelitian ini. Pada metode ini hasil penelitian atau eksperimen merupakan proses dalam perancangan sarana atau alat. 9

10 1.7.1 Metode Pnegumpulan Data Pada proses pengumpulan data pustaka,literatur,wawancara,survey dan dokumentasi metode yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dimana dikenal juga dengan pengumpulan data secara kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif sendiri merupakan sebuah metode yang banyak digunakan untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta fakta, sifat sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penggunaan metode deskriptif pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara nyata terhadap fenomena yang diangkat. Pada metode penelitian secara deskriptif ini akan menggunakan beberapa teknik untuk mendapatkan data,fakta,fenomena dan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian diantaranya teknik survei dan kepustakaan atau dokumenter. Metode survei adalah penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keteranganketerangan secara factual, baik tentang institusi sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daera. Metode survey membedah dan menguliti serta mengenal masalah-masalah serta mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung. Teknik survei dapat dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pembagian kuisoner, serta mencari data dan informasi yang valid baik dari narasumber terkait,para ahli, buku, jurnal, berita, maupun berbagai dokumentasi lapangan Metode Analisa Data Pada proses selanjutnya yaitu proses perancangan maka metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen atau percobaan. Dimana teknik yang paling efektif dan efisien untuk digunakan pada proses ini adalah teknik comparative experiment. Eksperimen sendiri merupakan sebuah kegiatan observasi di bawah kondisi buatan ( artificial condition ) di mana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti. Tujuan dari penelitian eksperimental adalah untuk 10

11 menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan memberikan perlakuan perlakuan tertentu pada objek eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan. Berbagai eksperimen dan percobaan dilakukan untuk menguji hipotesis serta untuk menemukan hubungan hubungan kausal yang baru. Eksperimen atau percobaan bukanlah merupakan titik akhir atau tujuan yang diinginkan dalam penelitian. Percobaan hanya merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan, karena itu sering kali ada kritik kritik dan saran terhadap metode eksperimen yang telah dilakukan. Dengan metode eksperimen ini maka akan menghasilkan berbagai macam hipotesa dan kemungkinan tentang hasil akhir dari proses perancangan sarana meminimalisir spanduk liar di jalan raya dengan studi kasus pada kota Bandung dari hasil metode penelitian deskriptif dan analisanya pada tahap sebelumnya. 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian perancangan sarana meminimalisir spanduk liar di jalan raya dengan studi kasus pada kota Bandung ini akan memiliki urutan sebagai berikut : Bab I berupa pendahuluan yang akan memaparkan gambaran pelaksanaan penelitian tentang perancangan sarana meminimalisir spanduk liar di jalan raya dengan studi kasus pada kota Bandung Bab II merupakan pengamatan dan tinjauan pustaka yang dikumpulkan dari berbagai sumber yang valid dan mendukung proses penelitian perancangan sarana meminimalisir spanduk liar di jalan raya dengan studi kasus pada kota Bandung. Bab III akan menyajikan berbagai data dan tinjauan lapangan yang mendukung data data yang ada pada tinjauan pustaka. Bab IV, pada bab ini akan dijelaskan mengenai proses perancangan dan proses desain yang ditinjau dari berbagai aspek dan unsur unsur desain yang terkait dengan perancangan sarana meminimalisir spanduk liar di jalan. Bab V, merupakan hasil akhir dan kesimpulan dari pelaksaan kegiatan penelitian tentang perancangan sarana meminimalisir spanduk liar di jalan raya dengan studi 11

12 kasus pada kota Bandung serta saran yang akan menunjang kegiatan penelitian selanjutnya. 1.9 Kerangka Berfikir Perkembangan kawasan perdagangan memicu kompetensi dalam merangkul konsumen sebanyak-banyaknya, menjadikan reklame layar ( spanduk ) sebagai alat media promosi mulai muncul pada kawasan-kawasan berkembang, terutama kawasan komersial jasa dan perdagangan. Fenomena ini juga berkembang di Kota Bandung,dimana jalanan kota Bandung yang difungsikan sebagai kawasan komersial jasa dan perdagangan memiliki potensi berkembangnya media promosi berupa reklame layar / spanduk yang cukup banyak dan bervariasi. Dengan semakin banyaknya perusahaan menggunakan media reklame layar sebagai alat promosi menyebabkan pemasangan cenderung mangabaikan keselamatan dan keindahan kota secara keseluruhan. Untuk dapat mengevaluasi keberadaan reklame di kota Bandung hal yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi terhadap kondisi potensi dan permasalahan yang ada di sepanjang jalan kota Bandung yang meliputi kajian terhadap kondisi fisik, lingkungan, lanskep bangunan dan aktivitas yang ada di wilayah studi. Selanjutnya menganalisis persepsi masyarakat yang ada di sekitar dan yang beraktivitas di koridorjalanan kota Bandung. Pengkajian dan identifikasi potensi dan masalah menjadi dasar dalam penjaringan persepsi masyarakat sekitar atau konsumen dari kebeadaan reklame layar di wilayah studi. Tahap selanjutnya adalah menganalisis persepsi perusahaan periklanan (biro iklan) dalam menentukan kriteria-kriteria pemasangan reklame, hambatan-hambatan, keluhan serta solusi terhadap permasalahan pemasangan reklame yang sudah berjalan di sepanjang jalan Slamet Riyadi. Hasil kajian persepsi ini berupa evaluasi secara keseluruhan mengenai keberadaan reklame. Selain melihat persepsi pemasangan reklame layar menurut masyarakat dan biro iklan,juga akan dikaji mengenai pengelolaan reklame layar secara keseluruhan. Seperti diketahui,di Kota Bandung pengelolaan reklame dilakukan oleh beberapa instansi, Pada hal ini terdapat kepentingan dan kebijakan dari 12

13 masing-masing instansi dalam mengoptimalkan pemanfaatan reklame sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun terhadap pertimbangan teknis dalam pemasangan reklame tentu akan berbeda pula, upaya pengembangan tersebut merupakan upaya pengembangan prioritas atau yang dipandang perlu dan dapat menjadi langkah pertama bagi kelanjutan langkah langkah selanjutnya. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat terdapat keterbatasan keterbatasan kemampuan dari pihak pengelola yaitu dinas-dinas pemerintah terkait. Persepsi masyarakat dan potensi dan kendala fisik koridor jalan di Kota Bandung menjadi dasar pemasangan reklame yang kemudian di crosschek-kan terhadap ketentuan pemerintah terhadap kriteria yang menjadi pertimbangan teknis oleh masing-masing dinas atau instansi untuk menghasilkan rekomendasi pemasangan reklame sebagai media luar ruangan yang efektif serta pengelolaan bagi pemanfaatan reklame sebagai alternatif sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). 13

14 Bagan 1.3 Kerangka Berfikir 14

JURNAL PERANCANGAN SARANA PENERTIBAN SPANDUK LIAR DI JALAN RAYA DENGAN STUDI KASUS PADA DINAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANDUNG

JURNAL PERANCANGAN SARANA PENERTIBAN SPANDUK LIAR DI JALAN RAYA DENGAN STUDI KASUS PADA DINAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANDUNG JURNAL PERANCANGAN SARANA PENERTIBAN SPANDUK LIAR DI JALAN RAYA DENGAN STUDI KASUS PADA DINAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANDUNG Oleh : Ahmad Fauzan Ramadhani 1402110002 PROGRAM STUDI DESAIN PRODUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ( Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia Tahun 2013 )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ( Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia Tahun 2013 ) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena kenaikan jumlah populasi kendaraan pada tiap tahunnya di Indonesia yang terdiri dari mobil penumpang, bis, truk, dan sepeda motor membawa berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi hubungan antara pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi hubungan antara pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia. Salah satu dari sekian banyak reformasi yang membawa kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, menuntut masyarakat, terutama yang hidup di daerah perkotaan untuk dapat mengetahui berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam bidang teknologi dan informasi, hampir semua masyarakat baik yang berada di daerah pekotaan maupun yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus-menerus

I. PENDAHULUAN. Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus-menerus I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota pada hakikatnya adalah suatu tempat yang akan berkembang terus-menerus sesuai dengan perkembangan zaman dan potensi yang dimilikinya. Dalam perkembangannya, segala

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH 1 BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seperti negara-negara berkembang lainnya, Indonesia mempunyai masalah dengan poverty vicious circle (lingkaran setan kemiskinan). Dengan besarnya penerimaan pajak yang

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2014 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : bahwa Peraturan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK MEDIA LUAR RUANG

KARAKTERISTIK MEDIA LUAR RUANG KARAKTERISTIK MEDIA LUAR RUANG Dipresentasikan dalam Perkuliahan Perencanaan dan Penyusunan Program Media Informasi Rabu, 23 Mei 2012 Oleh : Ardiansyah Nim : 8508118070 Fathuroji Nim : 7607118074 Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang Kaki Lima dahulu dikenal dengan pedagang emperan jalan dan kemudian disebut pedagang kaki lima. Saat ini, istilah pedagang kaki lima digunakan untuk menyebut

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Istilah difabel sebagai kepanjangan dari Different Abled People atau orang yang memiliki kemampuan berbeda, sudah dikenal sejak tahun 1988. Istilah tersebut secara

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 Menimbang BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, : a. bahwa seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

Daerah Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 );

Daerah Kabupaten dalam lingkungan Jawa Barat ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 ); BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : TAHUN 2005 SERI : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PROSEDUR PENYELENGGARAAN PEMASANGAN REKLAME DI KABUPATEN MAJALENGKA BUPATI MAJALENGKA,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PARIGI MOUTONG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada kebutuhan akan transportasi. Kebutuhan akan transportasi ini

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada kebutuhan akan transportasi. Kebutuhan akan transportasi ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumen merupakan suatu hal yang menarik untuk di teliti perkembangannya.kondisi perekonomian yang semakin membaik menyebabkan konsumen semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik merupakan salah satu variable yang menjadi ukuran

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan publik merupakan salah satu variable yang menjadi ukuran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa pemerintahan terdiri atas pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang diatur oleh undang-undang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia tidak lepas dari komunikasi. Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Bogor merupakan kota yang nyaman dan sejuk untuk beristirahat. Bogor sejak memiliki Taman yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan bisa lebih mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang merdeka dan berdaulat. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa tujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 02 Tahun : 2008 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 85 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung saat ini menjadi kota dengan tingkat kepadatan berkendara yang tinggi. Hal tersebut mengakibatkan berkurangnya rasa aman bagi sesama pengendara karena kedisiplinan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7 BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2010 NOMOR 7 SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, Menimbang : a. bahwa reklame

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan penelitian yang dilakukan melalui observasi langsung, wawancara kepada pejalan kaki, dan wawancara kepada dinas-dinas terkait, maka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan komunikasi saat ini mengakibatkan kebutuhan masyarakat akan informasi semakin besar. Dan informasi tersebut dapat dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iklan bukanlah sesuatu hal yang asing dalam kegiatan perekonomian Indonesia. Bahkan iklan memegang peran untuk menyampaikan pesan penjualan dan untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan media massa yang paling luas jangkauannya dalam hal meraih penggunanya. Televisi mampu menyajikan informasi secara serentak dan secara langsung dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode transaksi yang di lakukan secara online mulai berkembang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. metode transaksi yang di lakukan secara online mulai berkembang pesat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan hadirnya internet akhir-akhir ini yaitu salah satunya metode transaksi yang di lakukan secara online mulai berkembang pesat, bahkan sampai pada

Lebih terperinci

UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA DENPASAR

UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA DENPASAR UPAYA PENERTIBAN PENYELENGGARAAN REKLAME DI KOTA DENPASAR Oleh : I Gusti Ayu Agung Jennie Asmika I Nyoman Suyatna I Ketut Suardita Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah membawa perubahan dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, Undangundang tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kebutuhan terhadap hiburan sudah tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupan manusia. Layaknya kebutuhan sandang, pangan, dan papan, hiburan merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui, dewasa ini persaingan antara perusahaan semakin

PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui, dewasa ini persaingan antara perusahaan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian. Sebagaimana kita ketahui, dewasa ini persaingan antara perusahaan semakin ketat. Masing masing perusahaan berusaha untuk merealisasikan tujuannya. Usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan tidak lain merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersaingan di era globalisasi ini. Perusahaan diharapkan mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. untuk bersaingan di era globalisasi ini. Perusahaan diharapkan mengikuti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat, dunia usaha dituntut untuk bersaingan di era globalisasi ini. Perusahaan diharapkan mengikuti perkembangan teknologi

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa salah satu

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME 1 SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang aktif melaksanakan pembangunan di segala bidang, terutama dalam bidang ekonomi, dimana perkembangan ekonomi Indonesia mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perancangan. perdagangan se-asia Tenggara, Monumen Nasional (MONAS), dan kota

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perancangan. perdagangan se-asia Tenggara, Monumen Nasional (MONAS), dan kota BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perancangan Hotel jati adalah nama yang di ambil dari sebuah nama jalan yaitu jalan jati baru yang ber alamat di Jalan. Jati Baru Raya No.13 Tanah Abang -

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Supriyanto, 2011). (Supadmi, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Supriyanto, 2011). (Supadmi, 2009). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah, dengan kekayaan alam yang dimiliki tersebut seharusnya Indonesia dapat menjadi negara yang maju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di bidang penyiaran televisi (broadcasting). Perkembangan ini dapat

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di bidang penyiaran televisi (broadcasting). Perkembangan ini dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi maju dengan cepat, khususnya di bidang penyiaran televisi (broadcasting). Perkembangan ini dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP PERANCANGAN

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP PERANCANGAN BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP PERANCANGAN 3.1 Strategi Komunikasi Komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick O Whitney (1988) dalam I Putu Suwarbawa (2009), bahasa komunikasi massa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan di segala bidang, maka konsekuensinya Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan di segala bidang, maka konsekuensinya Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanaan otonomi daerah yang nyata dan bertanggung jawab, salah satu kewajiban daerah adalah berusaha meningkatkan pendapatan asli daerah agar dapat

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa reklame merupakan salah satu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis begitu ketat, bersaing untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis begitu ketat, bersaing untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini persaingan dalam dunia bisnis begitu ketat, bersaing untuk menciptakan produk yang benar benar dibutuhkan konsumen. Apalagi konsumen pada saat ini semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hakikat mendasar dari prinsip kebijakan otonomi daerah sebagaimana yang dimaksudkan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, adalah

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Globalisasi membuat setiap SDM Indonesia dituntut untuk dapat bersaing dengan SDM dari negara lain. Tiga faktor dasar penunjang terbentuknya sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tahun 2013 sampai waktunya penelitian diselesaikan. Adapun alasan penulis untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Tahun 2013 sampai waktunya penelitian diselesaikan. Adapun alasan penulis untuk BAB III METODE PENELITIAN 1.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dikantor Satuan Polisi Pamong PrajaKota Pekanbaru Pada Tahun 2013 sampai waktunya penelitian diselesaikan. Adapun alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Industri periklanan di Indonesia berkembang kian pesat dengan kompetisi ketat di antara para kreator iklan, yang bersaing menciptakan strategi baru untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Strategi Komunikasi Pemasaran Player s Pool n Lounge

BAB IV ANALISIS DATA. 1. Strategi Komunikasi Pemasaran Player s Pool n Lounge 85 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Strategi Komunikasi Pemasaran Player s Pool n Lounge Manajemen Player s Pool n Lounge menyusun sebuah strategi komunikasi pemasaran, dengan mengacu beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat BAB I PENDAHULUAN I.7 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat dalam rangka penyusunan Tugas Akhir dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin modern, Perguruan Tinggi dituntut untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan alam terbuka adalah suatu kegiatan yang melakukan perjalanan mulai dari kegiatan kecil sampai dengan kegiatan besar. perjalanan kecil dapat berupa pemanjatan,

Lebih terperinci

BID. P I - BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BPMP2T) KOTA DEPOK LEMBAR PENGESAHAN

BID. P I - BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BPMP2T) KOTA DEPOK LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN Standar Operasional Prosedur (SOP) ini diterbitkan sebagai Izin Pemasangan Reklame Bidang Pelayanan I - BPMP2T Kota, baik dari Proses Dokumentasi mengenai Dokumen Induk (Master), Organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena itu perusahaan-perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. karena itu perusahaan-perusahaan dituntut untuk melakukan kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era informasi dan globalisasi menyebabkan lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat pesat dengan tingkat persaingan ketat. Oleh karena itu perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha

BAB I PENDAHULUAN. atau konsumen dari produk mereka. Melalui iklan, produsen berusaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi karena di dalamnya terdapat elemen elemen komunikasi yang diantaranya terdapat komunikator sebagai pembuat dan

Lebih terperinci

NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME BAGI IKLAN PRODUK TEMBAKAU DI MEDIA LUAR RUANG DI KOTA TANGERANG

NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME BAGI IKLAN PRODUK TEMBAKAU DI MEDIA LUAR RUANG DI KOTA TANGERANG ======================================================= PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN REKLAME BAGI IKLAN PRODUK TEMBAKAU DI MEDIA LUAR RUANG DI KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun produk karena produk ataupun jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun produk karena produk ataupun jasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran adalah kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan oleh perusahaan, baik itu perusahaan jasa maupun produk karena produk ataupun jasa yang ditawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Berkembangnya era modern saat ini khususnya di bidang era komunikasi memberikan dampak yang cukup signifikan dalam berbagai bidang, terutama dalam bidang perekonomian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Metode perancangan Metode merupakan sebuah strategi atau cara yang dapat mempermudah dalam mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga dalam proses perancangan membutuhkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang melahirkan konsekueansi logis bagi dunia penyiaran radio, maka dengan perkembangan daya pikir seorang manusia

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah konsumen yang pernah

METODE PENELITIAN. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah konsumen yang pernah III. METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah konsumen yang pernah membeli atau menggunakan jasa PT JNE di kota Bandar Lampung. 3.2 Jenis Penelitian Jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL. Patau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL. Patau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL 2.1 Pengertian Iklan Iklan merupakan setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seorang pembeli potensial dan mempromosikan penjual suatu produk Patau jasa, untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang BAB III METODE PERANCANGAN Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang dilakukan, baik menggunakan metode penelitian yang bersifat analisa kuantitatifkorelatif, yaitu mencari serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Redesain Pasar Umum Sukawati. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar merupakan salah satu dari berbagai sistem, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang maupun jasa atas dasar pemenuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Solo terletak di daerah Jawa Tengah, berdekatan dengan kota Wonogiri. Wonogiri juga merupakan daerah wisata yang cukup menarik berbentuk seperti bukit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan mampu mengelola dan menyampaikan informasi kepada konsumennya

BAB I PENDAHULUAN. dengan mampu mengelola dan menyampaikan informasi kepada konsumennya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era teknologi dan persaingan pasar yang makin ketat sekarang ini, banyaknya informasi dan kemudahan untuk mengakses suatu informasi, membuat konsumen semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi bisnis merupakan kegiatan dari organisasi organisasi bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Administrasi bisnis merupakan kegiatan dari organisasi organisasi bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Administrasi bisnis merupakan kegiatan dari organisasi organisasi bisnis dalam usahanya mencapai tujuan yaitu mencari keuntungan. Kegiatan dari organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha kecil hingga perusahaan yang besar memanfaatkan kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. pengusaha kecil hingga perusahaan yang besar memanfaatkan kemajuan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan dan pemanfaatan internet sebagai suatu sarana informasi dan komunikasi dapat digunakan sebagai salah satu media bisnis untuk saat ini. Mulai dari pengusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan nasional merupakan pembangunan yang dapat diharapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, oleh karena itu hasil pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe Penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yaitu bahwa prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyajikan berita-berita yang aktual dan up to date yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyajikan berita-berita yang aktual dan up to date yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radar Malang sebagai bagian dari Jawa Pos Group senantiasa berusaha untuk menyajikan berita-berita yang aktual dan up to date yang berkaitan dengan peristiwa

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PERANCANGAN

BAB II METODOLOGI PERANCANGAN BAB II METODOLOGI PERANCANGAN 2.1. Tujuan & Manfaat Perancangan 2.1.1. Tujuan Perancangan Sebelum penulis menentukan tujuan dari proses perancangan nantinya, penulis melakukan langkah awal dengan melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menyebabkan persaingan bisnis semakin kompetitif. Tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menyebabkan persaingan bisnis semakin kompetitif. Tidak sedikit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan industri otomotif khususnya mobil sekarang ini menyebabkan persaingan bisnis semakin kompetitif. Tidak sedikit varian mobil baru bermunculan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perkembangan dunia televisi di Indonesia menunjukkan. tersebut, tidak bisa dilepaskan dari dunia iklan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Televisi sebagai salah satu media komunikasi massa memiliki peran besar dalam menyebarkan informasi dan memberikan hiburan kesemua lapisan masyarakat. Perkembangan

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PEMASANGAN ALAT PERAGA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH DAN DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program tayangan Professor Cilik. Praktikan bekerja pada bagian perencanaan pra production, creative production

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan-hubungan antar variabel secara komprenshif sedemikian rupa agar hasil

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan-hubungan antar variabel secara komprenshif sedemikian rupa agar hasil BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana kerja yang terstruktur dalam hal hubungan-hubungan antar variabel secara komprenshif sedemikian rupa agar hasil penelitiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya teknologi yang semakin pesat membuat pariwisata tidak hanya dapat diketahui melalui surat kabar, brosur ataupun majalah, namun dapat diketahui melalui

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga keuntungan selisih nilai tukar rupiah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga keuntungan selisih nilai tukar rupiah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah salah satu sumber keuangan daerah yang juga merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah otonom. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Commuter Line adalah salah satu bagian dari Pola Transportasi Makro DKI Jakarta yang dinilai memiliki peran penting sebagai sarana transportasi masal untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab memerlukan adanya kemampuan yang besar untuk menggali sumber keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, dan maju di berbagai bidang, menuntut seseorang harus selalu up to date

BAB I PENDAHULUAN. dinamis, dan maju di berbagai bidang, menuntut seseorang harus selalu up to date BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat, dinamis, dan maju di berbagai bidang, menuntut seseorang harus selalu up to date mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam 72 Persen Keluarga Indonesia Pengguna Sepeda

BAB I PENDAHULUAN.  dalam 72 Persen Keluarga Indonesia Pengguna Sepeda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarana transportasi massal di Indonesia yang minim menjadi penyebab mengapa masyarakat lebih memilih kendaraan pribadi sebagai pilihan utama, baik itu sepeda motor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik dan menjaga loyalitas konsumen, salah satunya melalui iklan.

BAB I PENDAHULUAN. menarik dan menjaga loyalitas konsumen, salah satunya melalui iklan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat pada era modern ini menuntut perusahaan untuk menjaga kelangsungan kegiatan ekonomi yang dijalankannya. Masing-masing perusahaan

Lebih terperinci

BIRO IKLAN DI SEMARANG

BIRO IKLAN DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR BIRO IKLAN DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : CITRA EKA SYANDI L2B 002

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan sebuah investasi yang tak ternilai harganya. Pada saat ini begitu banyaknya berdiri rumah sakit-rumah sakit maupun tempat perawatan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada titik berjaya di sekitar tahun Pada saat itu layar tancap

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada titik berjaya di sekitar tahun Pada saat itu layar tancap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Layar tancap merupakan hiburan bagi masyarakat Indonesia di era penjajahan sampai pada titik berjaya di sekitar tahun 1970. Pada saat itu layar tancap merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi, dekosentrasi dan tugas pembantuan yang dilaksanakan secara bersama-sama. Untuk mewujudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di

I. PENDAHULUAN. dengan semakin sering munculnya iklan-iklan baru dari merek-merek lama di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Intensitas penayangan iklan melalui media televisi di Indonesia dalam perkembangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini ditandai dengan semakin sering munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyiaran merupajan sebuah proses untuk menyampaikan siaran yang di awali dengan penyiapan materi atau konsep, lalu proses produksi atau pengambilan gambar dan juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu harus siap menghadapi hal tersebut terutama perusahaan-perusahaan di Indoneisa yang

BAB I PENDAHULUAN. itu harus siap menghadapi hal tersebut terutama perusahaan-perusahaan di Indoneisa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi ini, perkembangan perekonomian sangat pesat yang di dukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin ketat di setiap Negara, untuk itu

Lebih terperinci