FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG HIV/AIDS DI KOTA GARUT TAHUN 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG HIV/AIDS DI KOTA GARUT TAHUN 2008"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG HIV/AIDS DI KOTA GARUT TAHUN 2008 Syafrida Harahaf * ) Oktoruddin Harun **) ABSTRAK Dampak penyebaran HIV/AIDS di negara-negara berkembang sungguh menghawatirkan. Populasi angka kesakitan dan kematian penduduk produktif meningkat terus sehingga usia harapan hidup menurun. Selain berdampak langsung bagi kehidupan social, ekonomi suatu bangsa dan telah menimbulkan keprihatinan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional. Selain epidemik HIV/AIDS yang semakin merebak, maka krisis ekonomipun perlu diatasi secara lebih baik lagi, hal ini dikarenakan penyebaran HIV/AIDS tidak dapat dipisahkan dengan masalah kemiskinan, sebagai dampak krisis ekonomi yang berlarut-larut menyebabkan jumlah Pekerja Seks Komersial (PSK) terus bertambah PSK merupakan kelompok rawan terjangkit virus HIV/AIDS, untuk itu mereka harus dibekali pengetahuan dan sikap yang baik tentang HIV/AIDS agar dapat bertanggung jawab melindungi diri mereka sendiri dari virus HIV/AIDS yang mematikan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS di kota Garut tahun 2008, dengan variabel-variabel penelitian adalah umur, pendidikan, pendapatan, lama bekerja, akses informasi, pengaruh rekan kerja, anjuran medis dan sikap petugas kesehatan Metode penelitian adalah metode survei dan merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan kros seksional. Populasi dalam penelitian ini adalah para PSK yang berada pada tempat penginapan, warung remang-remang dan yang beroperasi di jalan-jalan.. Tehnik pengambilan sampel dengan accidental sampling( responden yang diperoleh pada saat penelitian dilakukan ) sebanyak 35 orang. Hasil penelitian menunjukkan dari variabel-variabel yang diteliti setelah dilakukan uji statistik chi square dan fisher exact pada α = 0,05 ternyata yang ada hubungan dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS adalah variabel pendidikan dan pendapatan dan tidak ada variabel yang berhubungan dengan sikap PSK tentang HIV/AIDS.

2 PENDAHULUAN Penyakit Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome ( HIV/AIDS ) merupakann salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh Virus HIV dan secara kilinis untuk pertama kali dilaporkan di Amerika Serikat pada tahun 1981 ( Kementrian Pemberdayaan Perempuan, 2002 ) Berdasarkan laporan UN-AIDS tahun 2003, epidemik HIV/AIDS global sampai saat ini masih mengancam dan kasus-kasus baru meningkat pesat. Setiap hari diperkirakan orang terinfeksi HIV, dan ini berarti terdapat penambahan 1 ( satu) kaasus baru HIV/AIDS setiap 6 detik diseluruh dunia. Hingga akhir tahun 2003 diperkirakan terdapat 40 juta orang dengan HIV/AIDS ( ODHA ) diseluruh dunia. Dan lebih dari 95 % ODHA tersebut berada di negara berkembang ( Kementerian Pemberdayaan Perempuan, 2002 ) Di benyak negara epidemik AIDS masih dianggap rendah atau terkonsentrasi. Terutama di dalam kelompok-kelompok yang mempunyai risiko tinggi, termasuk didalamnya kaum lelaki yang melakukan hubungan seksual dengan sesama jenisnya, kelompok menggunakan narkoba suntik dan mereka yang berada di dalam perdagangan seks. Sebuah epidemik dianggap terkonsentrasi ketika jumlah orang yang terinfeksi kurang dari 1 ( satu ) persen populasi umum dan lebih dari 5 ( lima) persen infeksi terjadi pada kelompok berisiko tinggi.. Di Eropa Timur dan Asia Tengah, hampir semuanya melaporkan penularan HIV berhubungan dengan penyuntikan narkoba dan telah menyebar luas dikalangan anakanak muda, terutama kaum pemudanya. Di beberapa bagian wilayah Amerika Latin dan Asia dan banyakm negara-negara maju, epidemik terkonsentrasi pada pria yang berhubungan seksual dengan sesama jenisnya, beberapa negara ini juga mempunyai konsentrasi epidemik hetero seksual dikalangan anak mudanya yang menjajakan seks dan pria-pria yang membeli seks dari mereka, Di beberapa negara Asia Tenggara seperti Nepal dan Vietnam, epidemik meledak dikalangan pemakai narkoba yang menggunakan jarum suntik dan para pekerja seks dengan mayoritas usia dibawah 25 tahun. Di Cina, dimana sepertiga masyarakat dunia hidup, konsentrasi epidemik telah muncul dibeberapa Provinsi, dan HIV dengan cepat meluas masuk kedalam kelompok-kelompok baru ( UNICEF/UN-AIDS, 2002 ). D Indonesia, kasus pertama ditemukan di Bali sekitar April Tahun 1987 pada seorang wisatawan Belanda. Erdwar Hop yang meninggal di RS. Sanglah Bali. Smentara itu, orang Indonesia yang pertama kali meninggal akibat AIDS terjadi pada Juni 1998, juga terjadi di Bali ( Syafruddin Anwar, 2006 ). Perkembangan kasus HIV/AIDS di Indonesia juga sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan. Menurut catatan Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI ( Ditjen PP & PL ), sampai dengan 30 Juni 2006 kasus HIV secara Kumulatif telah mencapai angka kasus dengan rincian penderita AIDS dan pengidap HIV. Adapun ratio kasus AIDS antara

3 pria dan wanita adalah 4,5 : 1. Kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat,Bali, Kalimantan Barat, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Jawa Tengah. Kondisi diatas semakin memprihatinkan karena persentase tertinggi terdapat pada usia produktif ( 54,12 % ) yaitu kelompok usia tahun dan sekitar 26,41% pada kelompok usia tahun diikuti kelompok umur tahun sekitar 8,42%. Disamping itu, telah terjadi pergeseran dalam cara penularannya yang semula hubungan seksual menjadi penyebab utama, kini kasus penularan terbanyak ( 50,5% ) melalui penggunaan jarum suntik oleh kelompok pengguna narkoba dengan jarum suntik ( Injecting Drugs Users- IDU ), sedangkan penularan melalui heteroseksual sebesar 38,7% dan homoskesual 4,7% ( Syafruddin Amir, 2006 ) Ditjen PP & PL juga menyampaikan bahwa rate kumulatif kasus AIDS Nasional sampai dengan 31 Maret 2006 adalah 3,15 per penduduk ( Sensus, 2000) Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi dilaporkan dari Provinsi Papua ( 15,88 kali angka nasional ), Maluku ( 2,71 kali angka nasional, Kalimantan Barat ( 1,97 kali angka nasional ), Riau dan Kepulauan Riau ( 1,82 kali angka nasional ), Sulawesi Utara ( 1,62 kali angka nasional ) dan Bangka Belitung ( 1,55 kali angka nasional ). Sedangkan proporsi kasus AIDS yang dilaporkan telah meninggal adalah 23,8% ( Syafruddin Amir, 2006 ) Meskipun data diatas merupakan data resmi dari pemerintah, namun data sesungguhnya tidak ada yang tahu berapa persisnya, karena HIV/AIDS seperti fenomena gunung es, apa yang telihat hanyalah puncak yang menyembul di permukaan tanpa diketahui seberapa dalam dan berapa besar kasus yang sebenarnya terjadi. Saat ini diperkirakan jumlah pengidap HIV/AIDS di Indonesia adalah orang ( Syafruddin Amir, 2006 ) Tingkat penyebaran HIV dan AIDS sudah mencapai titik yang sangat mengkhawatirkan. Dari tahun ke tahun jumlah penderita HIV/AIDS mengalami peningkatan pesat. Dari catatan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional, penyebarannya terutama ditularkan melalui seks berisiko dan penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada pengguna narkoba suntik. Selain itu diperkirakan ada 13 juta orang berisiko terinfeksi HIV yang disebabkan perilaku berisiko, baik penggunaan penjaja seks, isteri pelanggan seks, serta pengguna narkoba suntik dan pasangan seksnya ( Syafruddin Amir, 2006 ) Secara global, perempuan lebih rentan tertular HIV dari pada laki-laki. Kerentanan kaum perempuan untuk tertular HIV pada umumnya karena kurangnya pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS ataupun kurangnya akses untuk mendapatkan layanan pengetahuan HIV. Selain itu secara biologis perempuan lebih berisiko untuk tertular HIV jika melakukan hubungan seksual tanpa kondom dibandingkan dengan laki-laki. Ironisnya, perempuan lebih sulit melindungi dirinya dari infeksi HIV karena pasangan seksualnya tidakmau menggunakan kondom. Berdasarkan data Depkes RI tahun 2002 disebutkan bahwa hanya 10% yang bersedia menggunakan kondom dari sekitar 10 juta pasangan seks ( Kampanye AIDS Sedunia, 2004 )

4 Adapun stigma masyarakat terhadap HIV/AIDS sendiri lebih cenderung menganggap HIV/AIDS hanya dialami oleh perempuan Pekerja Seks Komersial ( PSK ) menambah berat masalah sosial yang dialami odha perempuan, meskipun PSK merupakan kelompok rentan berisiko tinggi untuk tertular HIV/AIDS, tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa perempuan yang tidak melakukan perilaku berisikopun bisa saja terinfeksi HIV dari pasangan tetapnya ( suami) Pekerja Seks Komersial atau PSK, kata-kata itu sudah tidak asing lagi terdengar di masyarakat kita. Istilah PSK yang dianggap sebagai penghalusan bahasa ( eufimisme ) dari istilah pelacur atau lonte, tanpa disadari seolah-olah menjadikan perbuatan itu legal karena disebut sebagai pekerja. Adapun sebagai pekerja, dikhawatirkan mereka akan menuntut legitimasi dan hak-haknya sebagai pekerja yang memberikan pelayanan kepada mereka yang membutuhkannya. Meskipun sampai dengan saat ini keberadaannya masih menjadi kontroversi, karena mereka dianggap tidak pantas atau dipandang hina oleh sebagian masyarakat kita untuk berbaur bersama komunitas masyarakat yang hidup normal lainnya. Padahal mau tidak mau, suka tidak suka kita tidak dapat menutup mata terhadap keberadaan mereka dan mereka juga merupakan bagian dari masyarakat yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan yang lainnya ( Syafruddin Amir, 2006) Psndangan sinis yang datang dari masyarakat, membuat mereka menutup diri dari masyarakat yang hidup normal, sehingga pada akhirnya kebanyakan dari mereka berkumpul menjadi komunitas yang tinggal dalam suatu lokalisasi dan baru beraksi pada malam hari ditengah hingar bingarnya kehidupan dunia gemerlap malam untuk menjajakan cinta dan seks kepada konsumennya yang justru sebagian besar datang dari komunitas masyarakat yang mengaku berasal dari masyarakat yang hidup normal. Suatu fenomena kemunafikan atau mungkin juga merupakan degradasi moral atau gaya hidup ( LSM Mitra Perempuan ) Hal ini juga ditunjang dengan maraknya industri seks di Indonesia yang ikut mengantarkan peluang terbesar meningkatnya kasus HIV/AIDS dikalangan pekerja seks komersial. Di Provinsi Papua sampai dengan tanggal 8 September 2007 telah ditemukan 14 pekerja seks komersial yang positif HIV/AIDS ( Info papua.com, 2008 ) PSK dan HIV/AIDS merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan dalam menjalankan pekerjaannya, pelanggan yang ditemui selalu berbeda, datang dari mana saja dengan berbagai latar belakang fisik, sosial budaya, biologis dan lingkungan yang tidak diketahui asal usulnya,dengan satu tujuan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan seks para lelaki hidung belang. Fenomena himpitan ekonomi orang tua terpaksa membuat mereka menjalani pekerjaan di dunia pelacuran, karena merupakan cara pintas mendapatkan uang banyak, atau karena diperkosa, terjebak penjualan ( trafficking ) atau bahkan terjebak pergaulan bebas ( free-seks) dan berbagai macam motif lainnya kenapa mereka menjadi seperti itu ( LSM Mitra Perempuan Mandiri, 2006 ). Ketika mereka telah terjebak didalamnya, akan sangat sulit bagi mereka untuk keluar dari situasi tersebut. Hal ini disebabkan karena ketiadaan bentuk pekerjaan alternatif atau

5 pengganti yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan keteranpilan yang dimiliki atau yang dapat menandingi jumlah pendapatan mereka ketika bekerja sebagai PSK. Mereka akan terus menjadi objek seks sugar daddy ( laki-laki yang menawarkan kompesnasi uang tunai untuk melakukan hubungan seksual ) yang hampir tidak pernah menawarkan perlindungan terhadap HIV/AIDS ( UNICEF/ UNAIDS, 2002 ) Mereka sering bergonta-ganti pasangan, tergantung kepada siapa yang memakainya. Konsumennyapun berbagai macam kalangan dari tingkat ekonomi. Ada yang menjajakan birahinya di pinggir jalan, di rel-rel kereta api, panti pijat, warung remang-remang, salonsalon terselubung, dan di taman-taman kota yang siap sedia dibawa kemana pun sipemakai mengajaknya. Ada juga yang mejeng di mall-mall, di tempat-tempat kos, dilokalisasi bahkan ada yang gentayangan mencari mangsa di hotel-hotel melati dan berbintang ( Syafruddin Amir, 2006 ) Kehidupan yang dijalani oleh PSK tersebut bukan hanya milik kota-kota besar saja seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung, tetapi juga sudah merambah ke kota-kota kecil lainnya termasuk Garut. Kenyataan kehidupan yang demikian sudah menjadi keseharian di kota Garut yang konon sangat relegius ini ( LSM Mitra Perempuan Mandiri, 2006 ) Berdasarkan laporan DInas Tenaga Kerja, Sosial dan Transmigrasi ( DISNAKERSOSTRAN ) tahun 2006 terdapat 158 PSK yang beroperasi di kota Garut Meskipun upaya meminimalisir jumlah PSK dalam berbagai program rehabilitasi yang dilakukan oleh berbagai macam LSM, DISNAKERSOSTRAN bekerja sama dengan POLRES dan KESBANG ( SATPOL PP ) tidak dapat dilakukan dalam waktu singkat, paling tidak membekali mereka pengetahuan yang benar tentang HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi penting untuk menekan bertambah tingginya kasus HIV/AIDS di kalangan kelompok risiko tinggi dengan tindakan preventif bagi mereka dalam melayani para pelanggannya. Karena bagaimanapun juga PSK adalah perempuan yang pada mereka terdapat hak-hak reproduksi sama seperti perempuan normal lainnya. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik mnelakukan penelitian tentang fakto-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan dan sikap pekerja seks komersial tetang HIV/AIDS di kota Garut METODE Penelitian ini menggunakan metode deksriptif korelasi yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan umur PSK, pendidikan PSK, pendapatan PSK, lama bekerja PSK, akses informasi tentang HIV/AIDS, anjuran medis, pengaruh rekan kerja PSK dan sikap petugas kesehatan dengan pengetahuan dan sikap PSK tentang HIV/AIDS di kota Garut. Waktu penelitian dilakukan dari tanggal 01 Juni sampai dengan tanggal 19 Juli Rancangan penelitian yang digunakan adalah kros seksional.

6 Populasi dalam penelitian ini adalah semua PSK yang berada di kota Garut, yang diperkirakan berjumlah sekitar 158 PSK.. Sampel yang digunakan adalah sebagian dari PSK yang ada di kota Garut. Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara accidental sampling yaitu pengambilan responden PSK yang kebetulan ada atau tersedia pada waktu penelitian, adapun jumlah sampel 35 orang PSK. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dengan pertanyaan tertutup. HASIL PENELITIAN Hasil Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Tehnik dalam analisis ini adalah tabulasi silang dengan uji statistik Kai Kuadrat dengan derajat kemaknaan pada α = 0,05 dan uji Fisher Exact karena dari hasil penelitian pada tabel 2 X 2 yang mempunyai satu atau lebih sel mempunyai nilai harapan kurang dari 5 1.Hubungan antara umur dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS Tabel 1 Hubungan Antara Umur Dengan Pengetahuan PSK Tentang HIV /AIDS Umur Tinggi Rendah Muda 14 60,9 9 39, Tua 8 66,7 4 33, Hasil analisis hubungan antara umur dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS pada table diatas diperoleh sebanyak 14 orang ( 60,9 %) dari 23 responden termasuk dalam kategori umur muda memiliki pengetahuan tinggi dan 9 orang ( 39,1%) memiliki pengetahuan rendah. Sedangkan pada kategori umur tua terdapat 8 orang ( 66,7%) dari 12 responden yang mmemiliki pengetahuan tinggi dan sisanya 4 orang lagi memiliki pengetahaun rendah. Hasil uji Fisher Exact pada α = 0,05 ternyata tidak ada hubungan antara umur responden dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS ( P > 0,05 )

7 2.Hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS Tabel 2 Hubungan Antara Pendidikan Dengan Pengetahuan PSK Tentang HIV /AIDS Pendidikan Tinggi Rendah Tinggi 10 43, , Rendah ,001 Hasil analisis hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS pada tabel diatas diperoleh sebanyak 10 orang ( 43,5% %) dari 23 responden termasuk dalam kategori pendidikan tinggi memiliki pengetahuan tinggi dan 13 orang ( 56,5 %) memiliki pengetahuan rendah. Sedangkan pada kategori pendidikan rendah 12 orang ( 100 %) dari 12 responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan tidak ada yang pengetahaun rendah. Hasil uji Fisher Exact pada α = 0,05 ternyata ada hubungan antara pendidikan responden dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS ( P < 0,05 ) 3.Hubungan antara pendapatan dengan pengetahuan PSK tentang HIV?AIDS Tabel 3 Hubungan Antara Pendapatan Dengan Pengetahuan PSK Tentang HIV AIDS Pendapatan Tinggi Rendah Tinggi 11 91,7 1 8, Rendah 11 47, , ,013 Hasil analisis hubungan antara pendapatan dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS pada tabel diatas diperoleh sebanyak 11 orang ( 91,7 %) dari 12 responden termasuk dalam kategori pendidikan tinggi memiliki pengetahuan tinggi dan 1 orang ( 8,3 %) memiliki pengetahuan rendah. Sedangkan pada kategori pendidikan rendah 11 orang (47,8 %) dari 23 responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan 13 orang (37,1%) yang pengetahaun rendah. Hasil uji Fisher Exact pada α = 0,05 ternyata ada hubungan antara pendapatan responden dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS ( P < 0,05 )

8 4.Hubungan antara lama kerja dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS Tabel 4 Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Pengetahuan PSK Tentang HIV / AIDS Lama Kerja Tinggi Rendah Lama 2 66,7 1 33, Baru 20 62, , ,00 Hasil analisis hubungan antara lama kerja dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS pada tabel diatas diperoleh sebanyak 2 orang ( 66,7 %) dari 3 responden termasuk dalam kategori sudah lama bekerja memiliki pengetahuan tinggi dan 1 orang ( 33,3 %) memiliki pengetahuan rendah. Sedangkan pada kategori baru bekerja 20 orang (62,5 %) dari 32 responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan 12 orang (37,5%) yang pengetahaun rendah. Hasil uji Fisher Exact pada α = 0,05 ternyata tidak ada hubungan antara lama kerja responden dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS ( P > 0,05 ) 5.Hubungan antara akses informasi dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS Tabel 5 Hubungan Antara Akses Informasi Dengan Pengetahuan PSK Tentang HIV /AIDS Akses Informasi Tinggi Rendah Pernah 13 61,9 8 38, Tidak Pernah 9 64,3 5 35, ,00 Hasil analisis hubungan antara akses informasi dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS pada tabel diatas diperoleh sebanyak 13 orang ( 61,9 %) dari 21 responden termasuk dalam kategori pernah mengakses informasi memiliki pengetahuan tinggi dan 8 orang ( 38,1 %) memiliki pengetahuan rendah. Sedangkan pada kategori tidak pernah mengakses informasi 9 orang (64,3 %) dari 14 responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan 5 orang (35,7 %) yang pengetahuan rendah. Hasil uji Kai Kuadrat pada α = 0,05 ternyata tidak ada hubungan antara lama kerja responden dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS ( P > 0,05 )

9 6.Hubungan antara anjuran medis dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS Tabel 6 Hubungan Antara Anjuran Medis Dengan Pengetahuan PSK Tentang HIV /AIDS Anjuran Medis Tinggi Rendah Pernah Tidak Pernah ,259 Hasil analisis hubungan antara anjuran medis dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS pada tabel diatas diperoleh sebanyak 8 orang ( 80 %) dari 10 responden termasuk dalam kategori pernah mendapat anjuran medis memiliki pengetahuan tinggi dan 2 orang ( 20 %) memiliki pengetahuan rendah. Sedangkan pada kategori tidak pernah mendapat anjuran medis 14 orang (56 %) dari 25 responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan 11 orang (44 %) yang pengetahuan rendah. Hasil uji Fisher Exact pada α = 0,05 ternyata tidak ada hubungan anjuran medis dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS ( P > 0,05 ) 7.Hubungan pengaruh rekan kerja dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS Tabel 7 Hubungan Antara Pengaruh Rekan Kerja Dengan Pengetahuan PSK Tentang HIV /AIDS Pengaruh Rekan Tinggi Rendah Positif 17 73,9 6 26, Negatif 5 41,7 7 58, ,079 Hasil analisis hubungan antara pengaruh rekan kerja dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS pada tabel diatas diperoleh sebanyak 17 orang ( 73,9 %) dari 23 responden termasuk dalam kategori pernah mendapat pengaruh positif rekan kerja memiliki pengetahuan tinggi dan 6 orang ( 26,1 %) memiliki pengetahuan rendah. Sedangkan pada kategori pernah mendapat pengaruh negatif 5 orang (41,7 %) dari 12 responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan 7 orang (58,3 %) yang pengetahuan rendah. Hasil uji Fisher Exact pada α = 0,05 ternyata tidak ada hubungan antara pengaruh rekan kerja dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS ( P > 0,05 )

10 8.Hubungan sikap petugas kesehatan dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS Tabel 8 Hubungan Antara Sikap Petugas Kesehatan Dengan Pengetahuan PSK Tentang HIV /AIDS Sikap Petugas Tinggi Rendah Ramah 10 66,7 5 33, Tidak Ramah ,960 Hasil analisis hubungan antara sikap petugas kesehatan dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS pada Tabel diatas diperoleh sebanyak 10 orang ( 66,7 %) dari 15 responden termasuk dalam kategori yang menyatakan sikap petugas kesehatan ramah dalam memberikan pelayanan memiliki pengetahuan tinggi dan 5 orang ( 33,3 %) memiliki pengetahuan rendah. Sedangkan pada kategori yang menyatakan petugas tidak ramah sebanyak 12 orang (60 %) dari 20 responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan 8 orang (40 %) yang pengetahuan rendah. Hasil uji Kai Kuadrat pada α = 0,05 ternyata tidak ada hubungan antara sikap petugas kesehatan dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS ( P > 0,05 ) PEMBAHASAN 1.Hubungan antara umur dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS Dari hasil penelitian didapat hasil hubungan antara umur dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS sebanyak 14 orang ( 60,9%) dari 23 responden yang termasuk dalam kategori umur muda meiliki pengetahuan tinggi, dan 9 orang ( 39,1% ) memiliki pengetahuan rendah. Sedangkan pada kategori umur tua terdapat 8 orang ( 66,7% ) dari 12 responden yang memiliki pengetahuan tinggi dan sisanya 4 responden memiliki pengetahuan rendah. Hasil uji statistik didapat hasil tidak ada hubungan antara umur dengan pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS. Berdasarkan teori, umur dapat mempengaruhi pengetahuan salah satunya diperoleh dari pengalaman seseorang. Seorang yang berumur lebih berpengalaman dan pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang ( Notoatmodjo, 2003 ). Selanjutnya dalam penelitian disebutkan bahwa sebanyak PSK yang ada di Indonesia, sekitar 60% diantaranya berusia 24 tahun atau kurang dan hanya 30% saja yang memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS ( )

11 Tetapi dalam penelitian ini, tidak ditemukan bahwa umur PSK yang lebih tua dapat mempengaruhi pengetahuannya tentang HIV/AIDS, Justru PSK dengan umur muda, pengetahuan dan pemahamannya tentang HIV/AIDS lebih baik. Selain itu dari 35 responden PSK yang diteliti, responden yang berumur tua hanya 2 orang lebih sedikit dibandingkan responden PSK yang berusia muda. Ada beberapa faktor lain yang berkaitan dengan tingginya pengetahuan PSK tentang HIV/AIDS pada responden yang berusia muda. Diantaranya pendidikan serta akses informasi yang mereka dapatkan selain dari faktor umur. Makin berkembangnya dunia teknologi di era globalisasi seperti sekarang ini membuat siapapun dengan cepat memperoleh informasi tentang apa saja yang diperlukan. Tetapi tentunya hal ini tergantung dari kemauan individu tersebut untuk dapat mencari, membuka dan menerima informasi yang didapat apakah berguna atau tidak untuk kepentingan dirinya.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG HIV/AIDS DI KOTA GARUT TAHUN Oktoruddin Harun * Syafrida Harahaf **

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG HIV/AIDS DI KOTA GARUT TAHUN Oktoruddin Harun * Syafrida Harahaf ** FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIKAP PEKERJA SEKS KOMERSIAL TENTANG HIV/AIDS DI KOTA GARUT TAHUN 2008 Oktoruddin Harun * Syafrida Harahaf ** ABSTRAK Dampak penyebaran HIV/AIDS di negara-negara berkembang

Lebih terperinci

TINJAUAN TENTANG MUTU

TINJAUAN TENTANG MUTU TINJAUAN TENTANG MUTU Oktoruddin Harun *), Ijun Rijwan Susanto**) PENDAHULUAN Pelayanan yang bermutu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang diperlukan setiap orang. Hal ini telah disadari sejak dahulu

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Virus ini menyerang sistem kekebalan (imunitas) tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus ini adalah virus yang diketahui sebagai penyebab AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). HIV merusak sistem ketahanan tubuh,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Insidensi infeksi HIV-AIDS secara global cenderung semakin meningkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit menular yang belum dapat diselesaikan dan termasuk iceberg phenomenon atau fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang yang terjangkit HIV di dunia sampai akhir tahun 2010 diperkirakan 34 juta orang. Dua pertiganya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immuno-deficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus (HIV) dan ditandai dengan imunosupresi berat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi sel-sel dari sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI

PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI PERAN CERAMAH TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AIDS PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S1 Diajukan Oleh : SLAMET WIDODO

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah kasus infeksi HIV khususnya pada kelompok Wanita Penjaja Seks (WPS) di Indonesia pada saat ini, akan menyebabkan tingginya risiko penyebaran infeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency Syndrome (AIDS) adalah masalah besar yang mengancam banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health. diperkirakan sebanyak 1.6 juta orang diseluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS sebagai salah satu epidemik yang paling menghancurkan pada sejarah, United National HIV/AIDS (UNAIDS) & Word Health Organization (WHO) 2012 menyebutkan bahwa

Lebih terperinci

1 Universitas Kristen Maranatha

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome atau yang kita kenal dengan HIV/AIDS saat ini merupakan global health issue. HIV/AIDS telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) merupakan virus penyebab Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP BAGI WANITA PENGHUNI PANTI KARYA WANITA WANITA UTAMA SURAKARTA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS), merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan karena menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh human immunodeficiency

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan penyakit menular akibat infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan tubuh serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV-AIDS, mulai dari penularan, dampak dan sampai penanggulangannya, merupakan masalah yang sangat kompleks. Penularan HIV- AIDS saat ini tidak hanya terbatas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan menurunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired

Lebih terperinci

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar Esse Puji 1, Sri Syatriani 2, Bachtiar 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan, Makassar, Indonesia Introduction

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV merupakan famili retrovirus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia terutama limfosit (sel darah putih) dan penyakit AIDS adalah penyakit yang merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIV-AIDS PADA PSK El Rahmayati*, Ririn Sri Handayani* Acquired Immune Deficiency Syndrome atau AIDS merupakan kumpulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan pandemi terhebat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. AIDS adalah kumpulan gejala penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan menyerang sel darah putih CD4 yang berada pada permukaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit menular masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian penderitanya. Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB I PENDAHULUAN. akan mempunyai hampir tiga kali jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah HIV dan AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian yang sangat serius. Ini terlihat dari jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, menyebabkan penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa dimana seorang anak mengalami pubertas dan mulai mencari jati diri mereka ingin menempuh jalan sendiri dan diperlakukan secara khusus. Disinilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya pembangunan fisik dan pertambahan penduduk di suatu kota dan perubahan sosial budaya yang tidak sesuai dan selaras, menimbulkan berbagai masalah antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu masalah internasional dalam bidang kesehatan adalah upaya menghadapi masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) yang tertuang pada target keenam Millennium Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah suatu infeksi oleh salah satu dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang dapat merusak sistem pertahanan tubuh manusia. Sejalan dengan berkembangnya proses infeksi, mekanisme pertahanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh :

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG HIV-AIDS DAN VOLUNTARY COUNSELLING AND TESTING (VCT) SERTA KESIAPAN MENTAL MITRA PENGGUNA NARKOBA SUNTIK DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN KE KLINIK VCT DI SURAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006).

3740 kasus AIDS. Dari jumlah kasus ini proporsi terbesar yaitu 40% kasus dialami oleh golongan usia muda yaitu tahun (Depkes RI 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immuno-defiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang system kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di kenal sebagai AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). AIDS merupakan penyakit yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Epidemi human immunodeficiency virus/acquired immune deficiency syindrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di dunia. Di tingkat global,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Viruse (HIV) merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan suatu virus yang dapat menyebabkan penurunan kekebalan tubuh pada manusia. Virus ini akan memasuki tubuh manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) semakin lama semakin mengkhawatirkan, baik dari sisi kuantitatif maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan kesehatan yang dikenal dengan promosi kesehatan adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan kemampuan (ability) masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan pandemi global yang menimbulkan dampak kesehatan, sosial, ekonomi, dan politik.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan salah satu masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya meningkat setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. belum ditemukan, yang dapat mengakibatkan kerugian tidak hanya di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. belum ditemukan, yang dapat mengakibatkan kerugian tidak hanya di bidang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah

BAB I PENDAHULUAN. yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konsep dan strategi pembangunan kesehatan telah mengalami pergeseran, yang dahulu kala lebih menitik beratkan kepada upaya kuratif, sekarang sudah berorientasi kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV). Virus tersebut merusak sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV/AIDS, mempromosikan perubahan perilaku

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan AIDS adalah suatu penyakit yang fatal. Penyakit ini disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus atau

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) pada tahun terakhir mengalami peningkatan yang signifikan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan IMS seperti perubahan demografi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia pelaku transeksual atau disebut waria (Wanita-Pria) belum mendapat pengakuan dari masyarakat. Karena dalam hukum negara Indonesia hanya mengakui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunno deficiency Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena dari tahun ke tahun terus meningkat. Dalam sepuluh tahun terakhir, peningkatan AIDS sungguh mengejutkan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menyadarkan para wanita tuna susila tentang bahaya HIV/AIDS itu perlu dilakukan untuk menjaga kesehatan masyarakat. Hal ini penting karena para wanita tuna susila itu dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Indonesia tahun , BPS, BAPPENAS, UNFPA, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia, berdasarkan data sensus penduduk jumlah remaja 10-24 tahun mencapai 64 juta pada tahun 2010 atau 28,64% dari total

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu rumah tangga menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai seorang wanita yang mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired

BAB I PENDAHULUAN. sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati, 2007). Acquired BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang termasuk dalam famili lentivirus. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya (Kurniawati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi permasalahan kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Fakta bahwa sekitar 2000 anak diseluruh dunia umur

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan masalah besar dalam kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat individu rentan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang utuh bukan hanya bebas penyakit atau kelemahan dalam segala aspek BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut International Cooperation Populatiom and Development (ICPD) 1994 adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi HIV adalah melalui kontak seksual;

Lebih terperinci

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu internasional karena HIV telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian sangat serius. Hal ini karena jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kehamilan diluar nikah pada remaja di pedesaan dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan remaja di perkotaan. Dimana wanita dengan pendidikan yang rendah akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mengakomodasi kesehatan seksual, setiap negara diharuskan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS dapat diartikan sebagai kumpulan dari gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya daya tubuh akibat infeksi oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Sydrome) merupakan masalah kesehatan di dunia sejak tahun 1981, penyakit ini berkembang secara pandemi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak pertama kali ditemukan (1987) sampai dengan Juni 2012, kasus HIV/AIDS tersebar di 378 (76%) dari 498 kabupaten/kota di seluruh (33) provinsi di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Status gizi merupakan gambaran atau ekspresi dimana terdapat keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi seseorang dapat diukur dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di abad ini, dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan telah terpengaruh oleh HIV sejak awal epidemi terjadi dan dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010). Secara global HIV dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini salah satu aspek kesehatan yang menjadi bencana bagi manusia adalah penyakit yang disebabkan oleh suatu virus yaitu HIV (Human Immunodeficiency Virus)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Human Immunodeficiensy Vyrus (HIV) yaitu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom (AIDS) adalah sindrom kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Kasus HIV-

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Kasus HIV- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan salah satu masalah kesehatan utama dan salah satu penyakit menular yang dapat mempengaruhi kematian penduduk di

Lebih terperinci

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2 Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 201 Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2 1 Puskesmas Bulupoddo, 2 Dinas Kesehatan Kabupaten Sinjai, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014 1. Hari AIDS Sedunia diperingati setiap tahun, dengan puncak peringatan pada tanggal 1 Desember. 2. Panitia peringatan Hari AIDS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 1 KEBERMAKNAAN HIDUP PADA ODHA (ORANG DENGAN HIV/AIDS) WANITA (STUDI KUALITATIF MENGENAI PENCAPAIAN MAKNA HIDUP PADA WANITA PASCA VONIS TERINFEKSI HIV/AIDS) Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA

TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA TINGKAT PENGETAHUAN SISWA SMA TENTANG HIV/AIDS DAN PENCEGAHANNYA Rosnancy Sinaga : Email: sinagaantyj@yahoo.com Abstrak Penelitian ini dilatar belakangi oleh karena adanya peningkatan penderita HIV/AIDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat secara global. Pada tahun 2015, diperkirakan terdapat 36.700.000 orang hidup dengan HIV termasuk sebanyak 2,25 juta anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan

BAB I PENDAHULUAN sebanyak 1,1 juta orang (WHO, 2015). menurut golongan umur terbanyak adalah umur tahun dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS telah menjadi penyakit yang menakutkan bagi masyarakat dunia tidak terkecuali masyarakat Indonesia karena penderita HIV/AIDS di dunia setiap tahunnya mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrom) merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dewasa ini, terdapat hampir

Lebih terperinci