Seminar Nasional PERIPI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Seminar Nasional PERIPI"

Transkripsi

1 Biodiversitas Tanaman Buah Di Pekarangan Sebagai Pendukung Pengembangan Komoditas Buah Lokal (Studi Kasus: di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah) Endang Setia Muliawati, MTh. Sri Budiastuti, dan Jaka Suyana Prodi Agroteknologi, Fak. Pertanian, Univ. Sebelas Maret Surakarta Jl. Ir. Sutami No. 36A, Surakarta ABSTRAK Penelitian dilakukan untuk mengetahui biodiversitas tanaman buah di pekarangan yang dapat mendukung pengembangan komoditas produk hortikultura buah berbasis sumberdaya lokal. Penelitian dilaksanakan di wilayah sub DAS Samin, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat m dpl. Penelitian menggunakan metode survey, dengan sampel dipilih sesuai tujuan sebanyak 78 unit pekarangan, yang tersebar pada jenis tanah Mediteran Coklat Kemerahan (Alfisol), Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat (Inceptisol). Hasil penelitian menunjukkan jumlah spesies tanaman buah terbanyak pada pekarangan dengan jenis tanah Mediteran Coklat Kemerahan yaitu 32 spesies, diikuti pada tanah Latosol Coklat 25 spesies, dan pada tanah Latosol Coklat Kemerahan 22 spesies. Indeks keanekaragaman jenis (Shannon-Wiener) pada tiaptiap jenis tanah berturut-turut 1,75; 1,96 dan 1,95 (tergolong sedang). Indeks kekayaan jenis (Margallef) pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat mencapai 4,34 dan 3,53 (tergolong sedang), dan pada Latosol Coklat Kemerahan 2,96 (tergolong rendah). Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan di dominasi tanaman pisang (INP=44,8%), yang diikuti dengan duku (INP=34,6%) dan rambutan (INP=28,2%). Pada tanah Latosol Coklat Kemerahan, didominasi tanaman rambutan (INP=55,6%) yang diikuti dengan pisang (INP=52,6%) dan durian (INP=38,5%), sedangkan pada tanah Latosol Coklat didominasi tanaman pisang (INP=91,4%) yang diikuti dengan rambutan (INP=46,9%) dan duku (INP=30,8%). Tanaman buah yang sudah sangat jarang ditemukan yaitu kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.), mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz), dan apel bludru (Chrysophyllum cainito L.). Tanaman buah tersebut berpotensi dipromosikan untuk memperkaya ragam jenis buah lokal yang khas dari Kabupaten Karanganyar, sehingga perlu dikembangkan dan dibudidayakan. Kata kunci : Biodiversitas tanaman buah, buah lokal, pekarangan, Karanganyar. PENDAHULUAN Berkurangnya lahan produktif untuk pengusahaan pertanian (khususnya pangan pokok) akibat alih fungsi lahan untuk tujuan komersial ekonomi jangka pendek maupun menengah, merupakan ancaman yang dapat berakibat fatal yaitu kemungkinan terjadinya kelangkaan pangan. Kondisi tersebut makin diperparah oleh adanya kecenderungan terjadinya perubahan iklim global, yang menjadikan pengusahaan produk-produk pertanian sangat rentan menghadapi gangguan cuaca ekstrim maupun ledakan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Upaya intensifikasi dalam usaha budidaya pertanian juga dihadapkan pada kendala makin menurunnya kualitas lahan, sehingga daya dukungnya berkurang terhadap pencapaian hasil (yield) maksimal. Salah satu pemikiran adalah menemukan sumberdaya lahan alternatif yang potensial untuk mengembangkan usaha budidaya Seminar Nasional PERIPI

2 pertanian dengan praktik yang lebih ramah lingkungan. Menurut Arifin et al. (2008) pekarangan sebagai lahan yang berada di sekitar rumah dengan batas dan pemilikan yang jelas merupakan lahan yang potensial sebagai salah satu lahan untuk produksi pertanian, sumber plasma nutfah dan sebagai ruang terbuka hijau yang dapat menyerap karbon secara efektif. Pemberdayaan pekarangan yang didasari oleh kearifan lokal diperkirakan dapat diandalkan sebagai lahan produktif baik untuk subsisten maupun berskala ekonomis. Karena itu pekarangan berperan dalam ketahanan pangan masyarakat selain untuk konservasi keragaman jenis biologi. Masyarakat perdesaan memanfaatkan pekarangan untuk berbagai keperluan, yakni: tempat produksi bahan pangan, dipraktikkannya sistem agroforestri, konservasi sumberdaya genetik, konservasi tanah dan air, tempat terselenggaranya aktivitas yang berhubungan dengan sosial budaya dan ekonomi (Arifin et al., 2008). Galluzzi et al. (2010) berpendapat bahwa pekarangan dicirikan oleh multi fungsi dan kompleksitas struktural yang memungkinkan ketersediaan manfaat yang berbeda bagi kepentingan manusia dan ekosistem. Keragaan pekarangan pada tiap-tiap wilayah bervariasi dan dipengaruhi oleh faktor edafik dan agroklimatnya. Faktor edafik salah satunya akan menentukan tingkat kesuburan dan ketersediaan hara yang berpengaruh terhadap produktivitas tanaman, sedangkan faktor agroklimat akan berpengaruh terhadap keragaman spesies tanaman yang dapat beradaptasi sehingga mampu menghasilkan sesuai potensinya. Kajian mengenai karakteristik biodiversitas tanaman buah di pekarangan pada beberapa jenis tanah diperlukan untuk mengetahui daya dukung lingkungan edafik terhadap keberlanjutan budidaya tanaman buah di pekarangan guna pengembangan komoditas produk hortikultura buah berbasis sumberdaya lokal. Kabupaten Karanganyar (di Jawa Tengah), merupakan salah satu wilayah penghasil dan pemasok buah-buahan lokal di pasar-pasar wilayah Surakarta dan sekitarnya. Jenis buah yang khas dari Kabupaten Karanganyar diantaranya adalah duku dan durian. Melalui kajian mengenai biodiversitas tanaman buah di pekarangan dapat ditemukan jenis-jenis tanaman buah lokal lainnya yang dapat dikembangkan untuk memperkaya jenis buah lokal yang dibudidayakan di pekarangan, sekaligus menjadikannya sebagai alternatif jenis buah baru yang dapat dipasarkan di wilayah Kabupaten Karanganyar dan sekitarnya. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di wilayah Sub DAS Samin, Kabupaten Karanganyar, pada bulan Juni sampai dengan September Penelitian dilakukan menggunakan metode survei pada lahan pekarangan yang terletak pada ketinggian tempat m dpl. Sampel pekarangan dipilih sesuai tujuan penelitian sebanyak 78 unit, yang tersebar pada tiga jenis tanah berbeda yaitu Mediteran Coklat Kemerahan (Desa Dawung dan Plosorejo), Latosol Coklat Kemerahan (Desa Kebak), dan Latosol Coklat (Desa Plosorejo). Pada tiap-tiap jenis tanah diwakili oleh pekarangan berukuran sempit (< 500 m 2 ), sedang ( m 2 ) dan luas (> 900 m 2 ). Pengamatan struktur komunitas tanaman di tiap-tiap pekarangan dilakukan dengan mencacah dan mengidentifikasi seluruh tanaman buah yang ada, dan mengukur habitus tiap tanaman yang meliputi tinggi tanaman, diameter batang dan luas kanopi (tajuk). Kondisi agroklimat dan keragaan tingkat kesuburan pada tiaptiap jenis tanah menggunakan data sekunder bersumber dari Lembaga Penelitian Tanah (1973). Seminar Nasional PERIPI

3 Nilai penting dari tiap-tiap jenis tanaman buah diketahui dengan menghitung indek nilai penting (INP), sedangkan untuk keanekaragaman jenis, kekayaan jenis dan kemerataan jenis tanaman masing-masing diketahui berdasarkan indek keanekaragaman jenis Shanon-Wiener dan indek kekayaan dan kemerataan jenis Margallef. Pengharkatan nilai keanekaragaman jenis, kekayaan jenis dan kemerataan jenis tanaman berdasarkan Magurran (1988). Hasil analisis disajikan secara deskriptif. Karakteristik Agroklimat dan Tanah HASIL DAN PEMBAHASAN Lahan di wilayah Sub DAS Samin, di Kabupaten Karanganyar pada umumnya adalah jenis tanah Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat (Inceptisol), dan pada sepanjang Sungai Samin berupa tanah Mediteran Coklat Kemerahan (Alfisol). Berdasarkan data sekunder (LPT, 1973) diketahui pada wilayah dengan jenis tanah Mediteran Coklat Kemerahan memiliki tipe curah hujan C dan D (Schmidt and Ferguson), dengan curah hujan mm/tahun, jumlah bulan kering 3,1 bulan, dan tipe iklim Am dan Aw (Koppen). Bentuk wilayah berombak sampai bergelombang dengan erosi agak berat. Wilayah dengan jenis tanah Latosol Coklat Kemerahan memiliki tipe curah hujan C dan sebagian kecil D (Schmidt and Ferguson), dengan curah hujan mm/tahun, jumlah bulan kering 3 bulan, dan tipe iklim Am (Koppen). Bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit dengan erosi berat. Wilayah dengan jenis tanah Latosol Coklat memiliki tipe curah hujan C (Schmidt and Ferguson), dengan curah hujan mm/tahun, jumlah bulan kering 3,5 bulan, dan tipe iklim Am (Koppen). Tanah Mediteran Coklat Kemerahan memiliki solum tanah dalam, kecuali di tempat-tempat yang tererosi. Lapisan atas berwarna coklat sampai coklat kemerahan, tekstur liat, struktur remah sampai gumpal, konsistensi teguh sampai gembur. Lapisan bawah lebih padat, konsistensi teguh (kering: keras), mengandung konkresi mangan. Drainase dan permeabilitas sedang dan daya menahan air baik. Tanah Latosol Coklat Kemerahan memiliki solum tanah sedang sampai cukup dalam. Lapisan atas berwarna coklat tua sampai coklat tua kemerahan, tekstur liat, struktur gumpal sampai gumpal bersudut, konsistensi gembur sampai teguh. Lapisan bawah bertekstur liat, konsistensi teguh atau keras, mengandung sedikit konkresi besi dan mangan. Tanah Latosol Coklat mengalami erosi agak berat, dan bahan induk kadangkadang muncul di permukaan. Solum tanah bervariasi, bahkan dibeberapa tempat berbatu-batu, hanya di tempat mendatar umumnya bersolum dalam. Lapisan atas berwarna coklat sampai coklat tua agak kekelabuan, tekstur lempung berliat, struktur remah sampai gumpal, konsistensi gembur sampai teguh. Drainase dan permeabilitas cepat dengan daya menahan air baik (LPT, 1973) Tingkat kesuburan pada ketiga jenis tanah berdasarkan kandungan unsur hara N, P, K, C dan ph (Tabel 1) menunjukkan bahwa pengharkatan menurut kriteria penilaian sifat kimia tanah (Pusat Penelitian Tanah, 1983 cit. Hardjowigeno, 1995) pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan dan Latosol tergolong memiliki kandungan N dan C sangat rendah hingga rendah, sedangkan kandungan P dan K pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan tinggi sampai sangat tinggi, sementara pada Latosol rendah hingga sedang. Seminar Nasional PERIPI

4 Tabel 1. Kandungan unsur Hara N, P, K, C dan ph pada Tanah Mediteran Coklat Kemerahan, Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat. Sifat Tanah Mediteran CM Latosol CM Latosol C (dalam 0-15 cm) (dalam 0-20 cm) (dalam 0-15 cm) N (%) 0,08 (SR) 0,10 (R) 0,10 (R) P 2 O 5 (mg/100g) 62 (T) 40 (S) 18 (R) K 2 O (mg/100g) 62 (ST) 33 (S) 12 (R) C (%) 0,99 (SR) 0,46 (SR) 1,33 (R) ph (H2O) 6,8 (netral) 6,4 (agak masam) 6,2 (agak masam) Sumber: Data sekunder (Lembaga Penelitian Tanah, 1973) Keterangan: SR (sangat rendah), R (rendah), S (sedang), T (tinggi), ST (sangat tinggi) Tanah Mediteran Merah Kecoklatan memiliki ph netral sementara pada Latosol agak masam. Lahan pekarangan pada umumnya tidak pernah diberi pupuk. Asupan hara bagi tanaman terbatas dari hasil dekomposisi seresah yang berasal dari tanaman, yang merupakan sumber bahan organik di pekarangan. Berdasarkan data pada tabel 1 menunjukkan tanah Mediteran Coklat Kemerahan cenderung memiliki tingkat kesuburan relatif lebih baik dibandingkan pada tanah latosol, terutama untuk kandungan P dan K, serta ph tanah yang netral. Unsur N dalam tanah cenderung mobil dan mudah tercuci, sehingga pada ketiga jenis tanah sangat perlu dilakukan rekayasa untuk meningkatkan asupan hara N guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan tunas dan daun pada pohon. Unsur hara P dan K juga perlu ditambahkan terutama pada tanah Latosol Coklat. Berdasarkan topografinya, pekarangan dengan jenis tanah Latosol Coklat berada pada posisi bukit. Pekarangan tersebut semula merupakan lahan kering yang tererosi agak berat, kemudian dikembangkan sebagai area pemukiman. Pada sistem pekarangan, pengelolaan kesuburan tanah dapat dilakukan secara biologi seperti halnya dalam sistem hutan alami di mana vegetasi dapat tumbuh subur tanpa tambahan unsur hara dari luar. Hal ini membuktikan bahwa pepohonan berperan penting dalam pemeliharaan kesuburan tanah. Sistem hutan alam memiliki siklus hara yang tertutup, di mana hara yang dipergunakan untuk pertumbuhan pohon diambil dari tanah dan pohon juga akan mengembalikan sebagian hara tersebut ke dalam tanah melalui daun, ranting dan cabang yang gugur. Kenyataan yang terpenting pada kondisi hutan ini adalah bahwa jumlah kehilangan hara melalui pencucian, erosi atau aliran permukaan sangat kecil (Hairiah et al., 2000 ) Bahan organik memberikan pengaruh yang menguntungkan bukan hanya pada sifat kimia, tetapi juga sifat fisik dan biologi tanah. Hasil mineralisasi bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan hara tanah dan nilai kapasitas tukar kation tanah, sehingga kehilangan hara melalui proses pencucian dapat dikurangi. Bahan organik juga dapat mempertahankan kualitas fisik tanah, sehingga membantu perkembangan akar tanaman dan kelancaran siklus air tanah antara lain melalui pembentukan pori tanah dan kemantapan agregat tanah. Dengan demikian jumlah air hujan yang dapat masuk ke dalam tanah (infiltrasi) semakin meningkat sehingga mengurangi aliran permukaan dan erosi. Bahan organik tanah juga memberikan manfaat biologi melalui penyediaaan energi bagi berlangsungnya aktivitas organisma, sehingga meningkatkan kegiatan organisma mikro maupun makro di dalam tanah. Seminar Nasional PERIPI

5 Kondisi tanah yang optimal bagi pertumbuhan tanaman, diperlukan adanya bahan organik tanah (C total) di lapisan atas paling sedikit 2%, namun demikian penetapan kandungan bahan organik tanah yang optimal berhubungan erat sekali dengan kandungan liat dan ph tanah. Biodiversitas Tanaman Buah Hasil identifikasi jenis (spesies) tanaman buah yang terdapat di pekarangan di lokasi penelitian seluruhnya terdapat 36 jenis dan bervariasi jumlahnya pada tiaptiap jenis tanah. Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan, Latosol Coklat Kemerahan, dan Latosol Coklat jumlah jenis tanaman buah berturut-turut mencapai 32, 25, dan 22 jenis. Tabel 2 menunjukkan jenis tanaman buah yang terdapat di tiap-tiap jenis tanah di Kabupaten Karanganyar. Secara umum jumlah populasi tanaman pisang paling banyak, urutan berikutnya adalah populasi tanaman rambutan, durian, nangka dan duku. Terdapat tanaman yang buahnya enak dikonsumsi, namun jumlah tanamannya hanya sedikit dijumpai di lokasi penelitian antara lain: apel bludru (Chrysophyllum cainito L), kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.)), dan mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz). Hasil penelitian Prasetyo (2007) menunjukkan bahwa jenis tanaman buah di pekarangan Desa Jabon Mekar, Bogor mencapai 57 jenis, dengan jumlah individu terbanyak adalah tanaman pisang, urutan berikutnya adalah tanaman nanas, durian, rambutan, salak dan duku. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian di desa Jabon Mekar, jumlah jenis tanaman buah yang ada di Karanganyar lebih sedikit, namun secara umum biodiversitas tanaman buah yang dominan hampir mirip dengan keragaan di pekarangan Desa Jabon Mekar. Hasil penelitian di unit-unit beberapa DAS di Pulau Jawa (Arifin et al., 2008) menunjukkan bahwa 14,8% dari spesies tanaman yang ada di pekarangan merupakan tanaman buah. Beberapa jenis tanaman buah yang ditanam di seluruh provinsi di Pulau Jawa adalah jambu, mangga, pepaya, pisang, rambutan dan durian. Tanaman buah-buahan jauh lebih banyak daripada yang lainnya seperti pisang (47%), pepaya (24%), jambu (29%), mangga (34%). Jenis tanaman buah yang paling banyak ditanam di lahan pekarangan adalah pisang. Tanaman buah yang ditanam sedikitnya oleh 25% keluarga adalah jambu dan mangga. Hasil penelitian Archambault dan Coomes (2008) di desa-desa sepanjang sungai Corientes, Peruvian Amazone rata-rata ditemui spesies/desa, dan 26 spesies/pekarangan. Keanekaragaman jenis tanaman di pekarangan menyebar normal, dengan kekayaan jenis tertinggi mencapai 78 spesies/pekarangan. Proporsi tertinggi merupakan jenis tanaman buah (44%), jenis tanaman pangan non buah 23% dan tanaman obat 17%. Pada umumnya tanaman buah di pekarangan merupakan jenis tanaman tahunan, sehingga komposisi jenis tanaman buah hampir stabil dalam kurun waktu yang cukup lama. Biodiversitas tanaman yang tinggi di lahan pekarangan memungkinkan untuk terbentuknya struktur lapisan tajuk yang dapat meningkatkan efisiensi pemanenan energi matahari. Hasil perhitungan indek keanekaragaman jenis (Shannon-Wiener) menunjukkan bahwa pada ketiga jenis tanah dihasilkan nilai indek H 1 berturut-turut 1,75; 1,96 dan 1,95 (tergolong sedang). Keanekaragaman jenis tanaman buah di Karanganyar masih lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Prasetyo (2007) pada lahan pekarangan di Desa Jabon Mekar dengan luas kurang dari 800 m 2 yaitu mencapai H 1 = 3,11-3,17 (tergolong tinggi). Seminar Nasional PERIPI

6 Tabel 2. Jenis dan Jumlah Tanaman Buah dan Persebarannya di Tanah Mediteran Coklat Kemerahan, Latosol Coklat Kemerahan, dan Latosol Coklat No Nama Lokal Nama Botani Jumlah MCM LCM LC 1 Alpukat Persea Americana Miller Apel bludru Chrysophyllum cainito L Asam Tamarindus indica L Belimbing Averrhoa carambola L Buah naga Hylocercus undatus Duku Lansium domesticum Correa Durian Durio zibethinus Murray Jambu air Syzygium aqueum (Burm.f) Alston Jambu biji Psidium guajava L Jambu mete Anacardium occidentale L Jeruk bali Citrus maxima (Burm.) Merr Jeruk keprok Citrus auranticum L Jeruk nipis Citrus aurantifolia (Christm.&Panzer) Kedondong Spondias cytherea Sonnerat Kelengkeng Dimocarpus longan Lour Kepel Stelechocarpus burahol (Bl.) Klenci Mangga Mangifera indica L Manggis Garcinia mangostana L Matoa Pometia pinnata J.R.& G. Forster Mundu Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz Nanas Ananas commosus L. (Merr.) Nangka Artocarpus heterophyllus Lamk Pakel Mangifera foetida Lour Pepaya Carica papaya L Pisang Musa sp Pundung Baccaurea racemosa Muell. Arg Rambutan Nephelium lappacceum L Salak Salacca zalacca (Gaertner) Voss Sawo Acharas zapota L Sawo kecik Manilkara kauki (L.) Dubard Sirsak Annona muricata L Srikaya Annona squamosa L Sukun Artocarpus altilis L Talok Muntingia calabura L Tomat Lycopersicum esculentum Mill Jumlah Keterangan: MCM: Mediteran Coklat Kemerahan; LCM: Latosol Coklat Kemerahan; LC: Latosol Coklat Seminar Nasional PERIPI

7 KR (%) Sementara hasil penelitian pekarangan di beberapa negara menunjukkan bahwa di Meegahakiula, Sri Lanka pada pekarangan dengan kemiringan lahan <10% indeks keanekaragaman jenis tanaman secara keseluruhan adalah H 1 =1,55 (Senanayake et al., 2009) dan di Kerala, India yaitu H 1 =1,12-3,0 (Kumar et al. cit Senanayake et al., 2009), dan berturut-turut di Thailand H 1 =1,9-2,7 dan di Nepal H 1 =4,03-4,42 (Gajaseni and Gajaseni, 1999, Sunwar et al. cit. Vlkova et al., 2011). Jika dibandingkan dengan hasil penelitian di beberapa negara tersebut, indek keanekaragaman jenis tanaman buah di Karanganyar termasuk tinggi, oleh karena nilai indek tersebut hanya memperhitungkan jenis tanaman buah saja. Indek kekayaan jenis (Margallef) pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat mencapai R= 4,34 dan 3,53 (tergolong sedang), dan pada Latosol Coklat Kemerahan R= 2,96 (tergolong rendah). Hasil analisis vegetasi pada Gambar 1 menunjukkan nilai kerapatan relatif 9 jenis tanaman buah yang pada umumnya terdapat di lokasi penelitian. Keberadaan tanaman pisang tampak paling dominan di tiap-tiap jenis tanah, yang diikuti oleh tanaman rambutan pada tanah Latosol Coklat Kemerahan maupun Latosol Coklat, dan nanas pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan. Tanaman pisang mempunyai kemampuan adaptasi luas, dan pada ketinggian tempat mdpl berbagai kultivar tanaman pisang masih dapat menghasilkan buah secara optimal. Demikian juga tanaman rambutan termasuk jenis tanaman buah dengan kemampuan adaptasi dan persebaran yang luas, serta mudah dibudidayakan dan rajin berbuah. Teknik perbanyakan tanaman rambutan yang dapat dilakukan secara vegetatif melalui okulasi, menjadikan tanaman tersebut cepat berbuah sehingga hampir pada tiap pekarangan terdapat tanaman rambutan Mediteran CM Latosol CM Latosol C Pisang Rambutan Durian Nanas Pepaya Nangka Duku Alpukat Mangga Gambar 1. Kerapatan Relatif (KR) Tanaman Buah di Pekarangan pada jenis Tanah Berbeda Gambar 2 dan 3 masing-masing menunjukkan nilai frekuensi relatif dan dominansi relatif dari 9 jenis tanaman buah yang pada umumnya terdapat di Kabupaten Karanganyar. Keberadaan tanaman pisang dan rambutan tampak paling sering ada di pekarangan pada tiap-tiap jenis tanah. Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan, tanaman buah lainnya yang sering ada di pekarangan adalah duku, nangka dan mangga, pada tanah Latosol Coklat Kemerahan terdapat tanaman durian, nangka dan mangga, dan pada tanah Latosol Coklat terdapat tanaman duku, nangka Seminar Nasional PERIPI

8 DR (%) FR (%) dan durian. Penguasaan area tumbuh terbesar pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan didominasi tanaman duku, sedangkan pada Latosol Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat masing-masing didominasi oleh tanaman rambutan dan pisang Mediteran CM Latosol CM Latosol C Pisang Rambutan Durian Nanas Pepaya Nangka Duku Alpukat Mangga Gambar 2. Frekuensi Relatif (KR) Tanaman Buah di Pekarangan pada jenis Tanah Berbeda Mediteran CM Latosol CM Latosol C Pisang Rambutan Durian Nanas Pepaya Nangka Duku Alpukat Mangga Gambar 3. Dominansi Relatif (DR) Tanaman Buah di Pekarangan pada jenis Tanah Berbeda Gambar 4 menunjukkan nilai penting dari tanaman buah di pekarangan. Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan di dominasi tanaman pisang (INP=44,8%), yang diikuti dengan duku (INP=34,6%) dan rambutan (INP=28,2%). Pada tanah Latosol Coklat Kemerahan, didominasi tanaman rambutan (INP=55,6%), pisang (INP=52,6%) dan durian (INP=38,5%), sedangkan pada tanah Latosol Coklat didominasi tanaman pisang (INP=91,4%), rambutan (INP=46,9%) dan duku (INP=30,8%). Nilai INP yang tinggi pada tanaman pisang disebabkan jumlah individu tanaman pisang cukup banyak dan hampir selalu ada di tiap-tiap pekarangan, sehingga menghasilkan nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif yang tinggi. Pada tanaman rambutan, selain hampir ada di setiap pekarangan juga memiliki kanopi tajuk yang luas sehingga memiliki nilai frekuensi relatif dan dominansi relatif yang tinggi. Seminar Nasional PERIPI

9 INP (%) Mediteran CM Latosol CM Gambar 4. INP Tanaman Buah di Pekarangan pada jenis Tanah Berbeda Prospek Pekarangan untuk Pengembangan Komoditas Buah Lokal Peranan dan pemanfaatan pekarangan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain, tergantung pada tingkat kebutuhan, sosial-budaya, pendidikan masyarakat, dan faktor ekologi setempat. Hasil penelitian di beberapa negara menunjukkan bahwa keanekaragaman spesies tanaman pangan tradisional, baik inter maupun intra spesifik, yang dipelihara dan dilindungi melalui pekarangan sangat tinggi. Rumah tangga mengandalkan sebagian hasilnya untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga (subsisten) atau memasarkannya dalam jumlah terbatas dan bervariasi (Galluzzi et al., 2010). Hasil penelitian Arifin et al. (2008) menunjukkan bahwa 69,2% dari produksi tanaman di pekarangan dikonsumsi oleh keluarga, dan 16,8% dijual oleh keluarga. Produksi pekarangan berkontribusi 137,8 k.kal energi (1,97%), 4,0 g protein (2,0%), 58,0 IU (12,5%) Vitamin A dan 40,2 mg (23,7%) Vitamin C per keluarga. Biodiversitas tanaman buah di pekarangan merupakan asset yang bernilai tinggi, baik dipandang dari segi ekologi maupun ekonomi. Hasil penelitian di Vietnam (Vlkova et al., 2011) menunjukkan di pekarangan terdapat 70 spesies tanaman yang bermanfaat, dan merupakan tempat cadangan spesies tanaman pangan hingga mencapai 86%, dan 32 % dari spesies lokal yang ada merupakan sumberdaya genetik. Pekarangan juga bisa menjadi penghasil komoditas buah yang memberikan sumbangan cukup signifikan bagi keluarga. Hasil penelitian pada komunitas Phong My di Vietnam Tengah menunjukkan bahwa tanaman di pekarangan menyediakan bahan pangan bernilai komplementer terhadap bahan pangan harian, dan memberi kontribusi terhadap status sosial ekonomi rumah tangga. Sekitar 52 % dari komunitas tersebut memperoleh pendapatan tunai dari pekarangan melalui penjualan hasil panen (Vlkova et al., 2011). Di Desa Lampeapi (Sulawesi Tenggara) keanekaragaman jenis tanaman di pekarangan didominasi oleh tanaman kakao, mete, lada, pisang, kelapa. Lebih dari 33-50% penggunaan lahan untuk komoditas tersebut berkontribusi lebih besar terhadap pendapatan rumah tangga (Rahayu dan Prawiroatmodjo, 2005). Di kabupaten Karanganyar tanaman duku dan durian menjadi sumber pendapatan masyarakat, karena kedua jenis buah tersebut merupakan buah unggulan dan menjadi ikon Kabupaten Karanganyar. Keberadaan tanaman buah apel bludru (Chrysophyllum cainito L), kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.)), dan mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz), yang tergolong jarang ditemukan, merupakan sumber plasma nutfah yang sangat berharga. Buah-buah tersebut memiliki citarasa yang khas, sehingga berpotensi untuk Latosol C Pisang Rambutan Durian Nanas Pepaya Nangka Duku Alpukat Mangga Seminar Nasional PERIPI

10 dipromosikan sebagai buah baru. Jenis tanaman tersebut perlu segera mendapat perhatian untuk dikembangkan dan dibudidayakan agar tidak terancam punah. KESIMPULAN Biodiversitas tanaman buah di Kabupaten Karanganyar termasuk sedang. Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan dan Latosol Coklat biodiversitas tanaman buah tergolong sedang, pada tanah Latosol Coklat Kemerahan tergolong rendah. Pada tanah Mediteran Coklat Kemerahan di dominasi tanaman pisang, duku, dan rambutan. Pada tanah Latosol Coklat Kemerahan didominasi tanaman rambutan, pisang, dan durian, sedangkan pada tanah Latosol Coklat didominasi tanaman pisang, rambutan, dan duku. Tanaman buah yang sudah sangat jarang ditemukan yaitu kepel (Stelechocarpus burahol (Bl.), mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz), dan apel bludru (Chrysophyllum cainito L.). Tanaman buah tersebut berpotensi dipromosikan untuk memperkaya ragam jenis buah lokal yang khas dari Kabupaten Karanganyar, sehingga perlu segera dikembangkan dan dibudidayakan. DAFTAR PUSTAKA Archambault, P.M. and O.T. Comees Distribution of agrobiodiversity in home gardens along the Corrientes River, Peruvian Amazon. Econ. Bot. 62 (2): Arifin, H.S., A. Munandar, W.Q. Mugnisyah, N.H.S. Arifin, T. Budiarti, Q. Pramukanto Revitalisasi Pekarangan sebagai Agroekosistem dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Wilayah Perdesaan. Prosiding Semiloka Nasional. IPB Desember. Bogor. Gajaseni, N. and J. Gajaseni Ecological rationalities of the traditional homegarden system in the Chao Phraya Basin, Thailand. Agrofores. Sys. 46: Galluzzi, G., P. Eyzaguirre and V. Negri Home gardens: neglected hotspots of agro-biodiversity and cultural diversity. Biodivers Conserv 19: Hairiah, K., Widianto, S.R.Utami, D.Suprayogo, Sunaryo,S.M.Sitompul, B. Lusiana, R. Mulia, M. van Noordwijk dan G. Cadish Pengelolaan Tanah Masam secara Biologi: Refleksi pengalaman dari Lampung Utara International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF), Bogor, Indonesia. 187 pp. Hardjowigeno, S Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta. Lembaga Penelitian Tanah Tanah dan Kemampuan Wilayah Daerah Aliran Sungai Bengawan Solo. Direktorat Jenderal Pertanian, Departemen Pertanian. Magurran, A.E Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton Univ. Press. Princeton, New Jersey. 172 p. Prasetyo, B Keanekaragaman tanaman buah di pekarangan Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Bogor. Biodiversitas 8 (1): Rahayu, M. dan S. Prawiroatmodjo Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya di Desa Lampeapi, Pulau Wawoni, Sulawesi Tenggara. J. Tek. Lingkungan P3TL-BPPT 6(2): Senanayake, R.L, U.R. Sangakkara, D.K.N.G. Pushpakumara and P. Stamp Vegetation composition and ecological benefits of home garden in the Meegahakiula Region of Sri Lanka. Tropical Agric. Res. 21(1):1-9. Vlkova, M., Z.Polesny, V. Verner, J. Banout, et al Ethnobotanical knowledge and agrobiodiversity in subsistence farming: case study of home gardens in Phong My commune, Central Vietnam. Gen. Resour. Crop Evol. 58: Seminar Nasional PERIPI

11 Seminar Nasional PERIPI

12 Seminar Nasional PERIPI

13 Seminar Nasional PERIPI

SKRIPSI KARAKTERISASI POHON DI PEKARANGAN PADA BEBERAPA JENIS TANAH DI SUB DAS SAMIN. Oleh Noverita Tri Asmoro H

SKRIPSI KARAKTERISASI POHON DI PEKARANGAN PADA BEBERAPA JENIS TANAH DI SUB DAS SAMIN. Oleh Noverita Tri Asmoro H SKRIPSI KARAKTERISASI POHON DI PEKARANGAN PADA BEBERAPA JENIS TANAH DI SUB DAS SAMIN Oleh Noverita Tri Asmoro H 0709079 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah 1. List Program Untuk Menu Utama MPenjelasan_Menu_Utama.Show 1 2. List Program Untuk Penjelasan Menu Utama MPenjelasan_Tanah.Show 1 3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah MSifat_Bentuk2.Show

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN Pola tanam agroforestri yang diterapkan petani di Desa Pesawaran Indah terdapat pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut Indra, dkk (2006)

Lebih terperinci

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015

TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 TASIKMALAYA 14 DESEMBER 2015 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI PRODUKTIFITAS TANAMAN SANGAT DIPENGARUHI OLEH FAKTOR KESESUAIAN JENIS DENGAN TEMPAT TUMBUHNYA, BANYAK PETANI YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu dalam penyediaan

Lebih terperinci

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN Noviana Khususiyah, Subekti Rahayu, dan S. Suyanto World Agroforestry Centre (ICRAF) Southeast

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Tutupan Lahan dan Vegetasi Terdapat 6 jenis tutupan lahan yang digunakan dalam penelitian ini seperti yang ada dalam Tabel 4. Arsyad (2010) mengelompokkan penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK A. Kehadiran dan Keragaman Jenis Tanaman Pada lokasi gunung parakasak, tidak dilakukan pembuatan plot vegetasi dan hanya dilakukan kegiatan eksplorasi. Terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang mempunyai nama ilmiah Ananas comosus (L) Merr. Tanaman ini berasal dari benua Amerika, tepatnya negara Brazil.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditi buah buahan mempunyai keragaman dalam jenisnya serta memiliki nilai ekonomi yang tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan. Selain itu, buah buahan juga bersifat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran 1. Keadaan Geografis Pemerintah Daerah Kabupaten Pesawaran dibentuk berdasarkan Undangundang Nomor 33 Tahun 2007 dan diresmikan

Lebih terperinci

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN. MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN Dosen pada Laboratorium Silvikultur Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jenis salak yang terdapat di Indonesia, yakni : salak Jawa Salacca zalacca

I. PENDAHULUAN. jenis salak yang terdapat di Indonesia, yakni : salak Jawa Salacca zalacca I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salak merupakan salah satu buah tropis yang banyak diminati orang karena memiliki keunggulan baik dari segi rasa maupun penampilan buahnya. Ada 3 (tiga) jenis salak yang

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka.

BAB I PENDAHULUAN. (merah). Banyaknya vitamin A pada tanaman tomat adalah 2-3 kali. banyaknya vitamin A yang terkandung dalam buah semangka. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Mill) adalah tumbuhan dari familia Solanaceae. Tomat merupakan tanaman semusim, dapat tumbuh setinggi 1-3 meter. Tomat termasuk sayuran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia termasuk negara dengan megabiodiversity terbesar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah karena memiliki peranan yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi jangka

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah

PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pisang (Musa paradisiaca) adalah komoditas buah yang paling banyak dikonsumsi di Indonesia, karena sekitar 45% konsumsi buah-buahan adalah pisang. Buah pisang mudah didapat

Lebih terperinci

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam

Kuliah ke-2. R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam Kuliah ke-2 R. Soedradjad Lektor Kepala bidang Pengelolaan Sumberdaya Alam terdiri dari 3 kata: 1. Agro ( pertanian), 2. Eco ( lingkungan), dan 3. Logos (ilmu). artinya Agroekologi adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

PENDAHULLUAN. Latar Belakang

PENDAHULLUAN. Latar Belakang PENDAHULLUAN Latar Belakang Tanaman kakao sebagai salah satu komoditas andalan subsektor perkebunan Propinsi Sulawesi Tenggara banyak dikembangkan pada topografi berlereng. Hal ini sulit dihindari karena

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Indonesia menghasilkan banyak jenis buah-buahan.

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sub sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri.

Restorasi Organik Lahan. Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri. Restorasi Organik Lahan Aplikasi Organik Untuk Pemulihan Biofisik Lahan & Peningkatan Sosial Ekonomi Melalui Penerapan Agroforestri Ex-Tambang Restorasi Perubahan fungsi lahan pada suatu daerah untuk pertambangan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut Pembukaan lahan gambut untuk pengembangan pertanian atau pemanfaatan lainnya secara langsung mengubah ekosistem kawasan gambut yang telah mantap membentuk suatu

Lebih terperinci

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI

SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI LEMPUNG 20/05/2013 SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS HUTAN RAKYAT UNTUK PETANI JOGYAKARTA SIDIK CEPAT PEMILIHAN JENIS POHON HUTAN RAKYAT BAGI PETANI Produktifitas tanaman sangat dipengaruhi oleh faktor kesesuaian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

Lebih terperinci

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang AgroinovasI Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang Tanaman jambu mete (Anacardium occidentale. L.) merupakan salah satu tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunung Salak merupakan salah satu ekosistem pegunungan tropis di Jawa Barat dengan kisaran ketinggian antara 400 m dpl sampai 2210 m dpl. Menurut (Van Steenis, 1972) kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pertanian organik itu sendiri diantaranya untuk menghasilkan produk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian organik merupakan suatu kegiatan budidaya pertanian yang menggunakan bahan-bahan alami serta meminimalisir penggunaan bahan kimia sintetis yang dapat merusak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu pembangunan yang dilaksanakan di sektor ini diharapkan dapat meningkatkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan Madagaskar. Diperkirakan 25% aneka spesies dunia berada di Indonesia (Rahmawaty,

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17 persen dari jumlah seluruh spesies burung dunia, 381 spesies diantaranya merupakan spesies endemik (Sujatnika, Joseph, Soehartono,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) atau yang sering disebut Brambang dalam bahasa (Jawa) adalah nama tanaman dari familia Alliaceae. Umbi dari tanaman bawang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tersebar luas di wilayahnya. Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris dan sebagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, seperti Peru, Ekuador, dan Meksiko. Selanjutnya, tomat menyebar ke seluruh Amerika,

Lebih terperinci

KAJIAN EKOLOGI, KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI POHON DI PEKARANGAN (STUDI KASUS DI DESA KEBAK, JUMANTONO, KARANGANYAR)

KAJIAN EKOLOGI, KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI POHON DI PEKARANGAN (STUDI KASUS DI DESA KEBAK, JUMANTONO, KARANGANYAR) KAJIAN EKOLOGI, KEANEKARAGAMAN JENIS DAN POTENSI POHON DI PEKARANGAN (STUDI KASUS DI DESA KEBAK, JUMANTONO, KARANGANYAR) Arief Susanto 1), Endang Setya Muliawati 2) dan Djoko Purnomo 2) 1) Mahasiswa Program

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan habitat yang komplek untuk organisme. Dibandingkan dengan media kultur murni di laboratorium, tanah sangat berbeda karena dua hal utama yaitu pada kondisi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan tropis di Indonesia meliputi areal seluas 143 juta hektar dengan berbagai tipe dan peruntukan (Murdiyarso dan Satjaprapdja, 1997). Kerusakan hutan (deforestasi) masih

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

SISTEM AGROFORESTRI SEBAGAI ALTERNATIF HADAPI PERGESERAN MUSIM GUNA PENCAPAIAN KEAMANAN PANGAN

SISTEM AGROFORESTRI SEBAGAI ALTERNATIF HADAPI PERGESERAN MUSIM GUNA PENCAPAIAN KEAMANAN PANGAN SISTEM AGROFORESTRI SEBAGAI ALTERNATIF HADAPI PERGESERAN MUSIM GUNA PENCAPAIAN KEAMANAN PANGAN MTh. Sri Budiastuti Postgraduate Program of Environmental Study Surakarta Sebelas Maret University Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan bagi keluarga petani.,

Lebih terperinci

MEMBUAHKAN TANAMAN BUAH DALAM POT

MEMBUAHKAN TANAMAN BUAH DALAM POT iptek hortikultura MEMBUAHKAN TANAMAN BUAH DALAM POT Tanaman buah dalam pot (tabulampot) semakin banyak digemari di kawasan perkotaan karena tabulampot menjadi solusi hobi berkebun tanaman buah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok dibudidayakan didaerah tropis. Tanaman ini berasal dari amerika selatan ( Brazilia). Tanaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,

Lebih terperinci

Identifikasi dan Karakterisasi Sumber Daya Genetik Buah-buahan Lokal di Kabupaten Bangli

Identifikasi dan Karakterisasi Sumber Daya Genetik Buah-buahan Lokal di Kabupaten Bangli AGROTROP, 5 (2): 179-186 (2015) ISSN: 2008-155X Fakultas Pertanian Universitas Udayana Denpasar Bali - Indonesia Identifikasi dan Karakterisasi Sumber Daya Genetik Buah-buahan Lokal di Kabupaten Bangli

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat penting bagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di hutan hujan tropika yang berlokasi di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kesadaran manusia akan kesehatan menjadi salah satu faktor kebutuhan sayur dan buah semakin meningkat. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tanaman pada dasarnya akan meninggalkan limbah baik limbah kimia maupun limbah organik, limbah organik biasanya berupa sisa tanaman seperti sisa batang dan daun tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 5 II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH 2.1. Karakteristik tanah tropika basah Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversitas di kawasan tropika basah, tetapi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Curah Hujan Data curah hujan yang terjadi di lokasi penelitian selama 5 tahun, yaitu Januari 2006 hingga Desember 2010 disajikan dalam Gambar 5.1. CH (mm) 600 500 400

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman durian merupakan salah satu tanaman buah yang dapat dibudidayakan dan termasuk dalam tanaman hortikultura. Definisi dari tanaman hortikultura itu sendiri menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Buah-buahan Lokal Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang peranan penting bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Fungsi buah-buahan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian meliputi subsektor tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gambir (Uncaria gambir Roxb.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi serta memiliki prospek yang baik bagi petani maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan daerah dalam era globalisasi saat ini memiliki konsekuensi seluruh daerah di wilayah nasional menghadapi tingkat persaingan yang semakin tinggi secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini didukung oleh faktor letak geografis Indonesia yang mendukung untuk sektor pertanian,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas,

PENDAHULUAN. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman 41 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Jenis Tanaman Agroforestri Komposisi tanaman yang menjadi penyusun kebun campuran ini terdiri dari tanaman pertanian (padi, kakao, kopi, cengkeh), tanaman kayu,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian yang cukup banyak digemari, karena memiliki kandungan gula yang relatif tinggi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat terhadap pertanian berubah menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Seiring dengan kebijakan otonomi daerah yang telah diterapkan sejak tahun 1999, masing-masing daerah harus bekerja keras untuk meningkatkan pendapatan daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Revegetasi di Lahan Bekas Tambang Setiadi (2006) menyatakan bahwa model revegetasi dalam rehabilitasi lahan yang terdegradasi terdiri dari beberapa model antara lain restorasi

Lebih terperinci

OPTIMALISASI LAHAN PEKARANGAN BERBASIS PERIKANAN DAN TANAMAN UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN KERAGAMAN HAYATI DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN

OPTIMALISASI LAHAN PEKARANGAN BERBASIS PERIKANAN DAN TANAMAN UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN KERAGAMAN HAYATI DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN OPTIMALISASI LAHAN PEKARANGAN BERBASIS PERIKANAN DAN TANAMAN UNTUK MENDUKUNG PENINGKATAN KERAGAMAN HAYATI DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN Sri Karyaningsih Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah e-mail:

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi

I. PENDAHULUAN. Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor pertanian yang dikembangkan saat ini adalah intensifikasi hortikultura. Prioritas dari komoditas holtikultura tersebut adalah tanaman buah. Subsektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. di tahun 2006 menjadi lebih dari 268,407 juta ton di tahun 2015 (Anonim, 2015). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil tambang merupakan salah satu kekayaan alam yang sangat potensial. Penambangan telah menjadi kontributor terbesar dalam pembangunan ekonomi Indonesia selama lebih

Lebih terperinci

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot

Makalah. Tanaman Buah dalam Pot. Tabulampot Makalah Tanaman Buah dalam Pot Tabulampot Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia tiap tahunnya menunjukan angka peningkatan. Lahan di Indonesia yang dulunya luas pun kini menjadi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya lahan merupakan komponen sumberdaya alam yang ketersediaannya sangat terbatas dan secara relatif memiliki luas yang tetap serta sangat bermanfaat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI Pengetahuan tentang faktor penentu kepekaan tanah terhadap longsor dan erosi akan memperkaya wawasan dan memperkuat landasan dari pengambil

Lebih terperinci