BAB I PENDAHULUAN. dalam kajian budaya pop, beberapa media seperti buku ataupun film pernah pula

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dalam kajian budaya pop, beberapa media seperti buku ataupun film pernah pula"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, fenomena tentang homoseksual sebenarnya bukanlah masalah baru. Secara kultural fenomena ini ada dalam catatan sejarah kebudayaan di Indonesia, bahkan dalam kajian budaya pop, beberapa media seperti buku ataupun film pernah pula mengangkatnya sebagai suatu kajian sosial. Hal ini ditunjukan dengan terbitnya buku berjudul Lelaki Terindah karya Andrei Aksana dan Pria Terakhir karya Gusnaldi yang telah dikenal masyarakat sebagai seniman tata rias kondang di Indonesia sempat menggemparkan masyarakat luas. Dari ranah perfilman, film Arisan! pada tahun 2003 yaitu sebuah drama satir yang mengritik berbagai masalah sosial di Jakarta juga mengangkat isu gay sebagai salah satu tema. Diputarnya film ini di bioskop-bioskop Indonesia mendapat sambutan postif dari masyarakat luas dan dari kalangan gay pada khususnya. Dalam film tersebut tokoh yang bernama Sakti yang diperankan oleh Tora Sudiro mengalami kebimbangan terhadap orientasi seksual pada dirinya sedangkan dirinya bersuku Batak yang mewajibkan laki-laki menikah sebagai penerus nama keluarga. Ditengah kebingungannya, Sakti bertemu dengan Nino (Surya Saputra) yaitu seorang pembuat film yang selalu membuat film bertema hubungan sesama jenis. Keduanya akhirnya berhasil menjalin hubungan setelah Nino meminta ijin kepada ibunda Sakti. Berdasarkan DSM IV yang telah direvisi, hubungan romantisme oleh keduanya bukanlah suatu bentuk penyimpang lagi. Di Indonesia juga diadakan festival film yang bertema tentang hubungan sesama percintaan jenis yaitu Q Film Festival yang diadakan dibeberapa kota besar, termasuk Yogyakarta. 1

2 2 Di Indonesia sendiri lembaga yang menaungi LGBTQ (Lesbian Gay Biseks Transgender/Transeksual Queer) sudah ada pada akhir tahun 1960-an dengan didirikannya Himpunan Wadam Djakarta (hiwad) yang didukung oleh gubernur Jakarta waktu itu, Jendral Marinir Ali Sadikin. Bagi kelompok gay khususnya, pada tahun 1982 mendirikan Lamda Indonesia (Oetomo & Suvianita, Laporan LGBT Nasional Indonesia - Hidup Sebagai LGBT di Asia, 2013). Di Yogyakarta sendiri pernah diadakan Kongres Lesbian dan Gay Indonesia (KLGI) I pada tahun 1993 yang berlokasi di Kaliurang. Kongres tersebut membahas masalah advokasi dan mengorganisir kelompok dan LSM gay dan lesbian di Indonesia. Kongres Lesbian dan Gay Indonesia (KLGI) II diadakan di Lembang, Jawa Barat pada tahun 1995 dan Kongres Lesbian dan Gay Indonesia (KLGI) III diadakan di Denpasar, Bali pada tahun Sesudah itu terjadi vakum, hingga tahun 2004, ketika diselenggarakan Pertemuan Nasional Seksualitas dan Kesehatan Seksual Laki-laki. Pada tahun 2006 muncul Prinsip Yogyakarta (Yogyakarta Principles) hasil dari diskusi para ahli yang diadakan di Universitas Gadjah Mada mengenai perlindungan hak asasi LGBTQ di seluruh dunia. Penjelasan mengenai penentuan orientasi seksual tidak dapat dipastikan secara tepat (Byer, Galliano, & Shainberg, 1999). Pada penelitian pada remaja gay, ditemukan bahwa pembentukan identitas gay terjadi dalam beberapa tahap, yaitu sensitisasi yang diwakili dengan kesadaran disertai rasa bingung, kemudian penyangkalan, rasa bersalah dan rasa malu lalu pada akhirnya menjadi penerimanaan. Rata-rata usia menyukai sesama laki-laki yaitu 12,7 tahun dan rata-rata usia pengungkapan diri sebagai seorang gay itu pada usia 12,5 tahun (Santrock J. W., 1998). Untuk menemukan permasalahan yang dirasakan oleh para gay peneliti membuat wawancara pra-penelitian dengan salah satu gay di Yogyakarta. Wawancara pra-penelitian ini dilakukan untuk menelaah apa yang terjadi di komunitas homoseksual terutama laki-laki homoseksual yaitu gay. Wawancara dilakukan kepada salah satu gay yang telah tinggal selama kurang-lebih lima tahun untuk menjalani studi disalah

3 3 satu perguruan tinggi negeri di Yogyakarta. Narasumber berumur 23 tahun pada saat wawancara dilakukan dan telah menjalani hubungan sesama jenis (homoseksual relationship). Kesadaran dalam menyukai sesama jenis sedari kecil juga dirasakan oleh narasumber wawancara dengan bernama Lant (bukan nama sebenarnya): Ya, sedari kecil. I think I was born that way, so I should embrace it (Lant, 2015). Dalam kehidupan setiap manusia tidak ada yang berjalan statis, semua pergerakan kehidupan manusia akan terus berjalan dinamis seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri. Perkembangan manusia dimulai dari masa pembuahan, menjadi janin, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa dan kematian akan selalu terjadi perubahan. Perubahan-perubahan inilah yang disebut sebagai perkembangan dalam rentang kehidupan manusia. Dalam setiap tahap kehidupan, manusia memiliki tugas yang berbeda-beda disetiap tahapnya. Salah satu tahapan dalam perkembangan manusia menurut Erikson adalah masa dewasa muda (Santrock J. W., 2010) yaitu tahapan setelah remaja. Pada tahap masa dewasa muda tersebut, seorang manusia melakukan penyesuaianpenyesuaian terhadap tugas perkembangan baru yang berbeda dengan masa sebelumnya. Tugas perkembangan ini mencakup pola kehidupan dan harapan-harapan sosial baru dalam rentang kehidupan manusia yang terus bergerak dinamis tersebut. Individu dalam tahapan perkembangan dewasa muda ini diharapkan dapat memerankan tugas dalam mencari pasangan hidup, belajar menjadi suami atau istri bagi pasangannya, memulai hidup berkeluarga dan mengelolanya, mulai bekerja untuk mencari nafkah bagi dirinya dan keluarganya, bertanggung jawab sebagai warga negara, dan menemukan kelompok sosial yang serasi bagi dirinya (Santrock J. W., 2010). Individu dalam tahapan perkembangan dewasa muda ini diharapkan mengembangkan sikap-sikap baru, keinginan dan nilai baru dalam dirinya sesuai dengan tugas perkembangan yang dia emban dalam perkembangan yang sedang dirinya jalani. Sesuai dengan tugas perkembangan yang ada pada masa dewasa

4 4 muda ini, mencari pasangan adala satu tugas yang penting sehingga sebelum tugas-tugas lainnya bisa terlaksana, individu sebaiknya menemukan pasangan yang diinginkan. Menurut teori perkembangan psikososial Erikson (Papalia, Olds, & Feldman, 2009) masa dewasa muda (young adulthood) ditandai dengan adanya kecendrungan intimacy vs isolation pada diri individu. Jika pada masa sebelumnya, yaitu masa remaja, individu akan sangat terikat dengan kelompok sebayanya, pada saat masa dewasa muda tersebut individu akan mampu berdiri sendiri dan ikatan dengan teman sebaya akan semakin longgar. Individu akan mulai selektif terhadap pergaulannya dan membina hubungan yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Tahapan ini menurut Erikson adalah ingin mencapai kedekatan dengan orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan dan kedekatan dengan orang lain, individu akan mencari seseorang yang sepaham dengan dirinya dan melabeli hubungan spesial tersebut sebagai pacaran. Genbeck dan Patherick (2006) menyatakan bahwa tujuan berpacaran yaitu keintiman dengan pasangan dan berbagi dengan orang lain yang merefleksikan tugas perkembangan pada masa dewasa muda ini. Individu yang sedang berada pada tahapan perkembangan dewasa muda mencari keintiman emosional dan fisik kepada pasangan romantis. Hubungan ini mensyaratkan keterampilan seperti kesadaran diri, empati, kemampuan mengkomunikasikan emosi, pembuatan keputusan seksualpenyelesaian konflik dan kemampuan dalam menjaga komitmen. Hal inilah yang terjadi pada setiap individu, termasuk individu yang mempunyai kecendrungan orientasi seksual gay. Menurut data Surveilans Terpadu-Biologis Perilaku (STBP) jumlah rata-rata gay di enam kota pada tahun 2010 (Medan, Batam, Jakarta, Bandung, Surabaya dan Malang) adalah sebanyak (Cempaka & Kardiwinata, 2012) sedangkan belum ada data jumlah gay

5 5 yang ada di Yogyakarta. Orentasi seksual merupakan hal yang berbeda dengan identitas gender. Identitas gender merupakan kesadaran psikologis atau konsep diri individu terkait penilaian dirinya adalah laki-laki atau perempuan (Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003). Lain halnya dengan orientasi seksual, yaitu ketertarikan seksual individu pada sesama jenis, berlainan jenis ataupun kepada kedua-duanya (Miracle, Miracle, & Baumeister, 2003). Miracle, Miracle, Baumeister (2003) mendefinisikan homoseksualitas sebagai ketertarikan, hasrat dan perilaku seksual yang ditunjukan kepada seseorang yang berjenis kelamin sama dengan individu. Hal ini juga dirasakan oleh gay, sesuai dengan hasil wawancara dengan Lant (bukan nama sebenarnya): Ya ada beberapa straight people secara random secara individu yang saya pikir sexy (Lant, 2015). Kalau untuk gay people tidak sama dengan straight, karena lingkupnya yang kecil jadi ssaling mengenal satu sama lain, sehingga harus berhati-hati dalam mencari pasangan (Lant, 2015). Istilah Gay merupakan kata yang sering digunakan untuk menyebut laki-laki dengan orientasi homoseksual (Oetomo, Memberi Suara Pada yang Bisu, 2001). Banyak anggapan masyarakat mengenai hubungan romantisme gay yang hanya mengedepankan hubungan seksual. Gay lebih fokus pada hubungan seksual daripada hubungan emosi (Byer, Galliano, & Shainberg, 1999). Hal ini sangat berbeda dibandingkan dengan hubungan heteroseksual yang mencari dukungan secara psikis dan finansial dalam sebuah hubungan (Byer, Galliano, & Shainberg, 1999). Pemaparan itu ditolak oleh narasumber awal pada saat ditanya apakah dirinya memiliki hasrat pada semua lelaki. Narasumber menyatakan bahwa gay tidak akan memilih pasangannya secara acak kepada semua laki-laki. Mereka akan mencari sesama gay untuk diajak kedalam suatu hubungan terlebih hubungan seksual sesama jenis. Hal inilah yang sering disalah pahami oleh masyarakat pada umumnya sehingga menimbulkan stigma negatif terhadap LGBT.

6 6 Ya, namun tidak semua laki-laki secara general. Ini yang sering disalah pahami oleh laki-laki normal, bahwa para gay mendambakan untuk berhubungan badan dengan mereka. Nyatanya, kebanyakan gay sangatlah pemilih (Lant, 2015). Dalam memandang laki-laki lain, narasumber memandang tidak ada hubungan seks yang begitu saja terjadi di kalangan gay. Menurut narasumber, gay juga mampu berteman dengan laki-laki heteroseksual pada umumnya dan tidak akan mengajak teman laki-laki heteroseksualnya untuk berhubungan seksual. Tergantung individunya. Kalau dia seorang teman, dan dia normal, ya tidak lebih dari itu. Begitu juga kalau sesama gay, I won t think of friends sexually. It s kinda disgusting actually (Lant, 2015). Kurangnya pemahaman mengenai perilaku hubungan romantisme pada gay di masyarakat umum ini sering menimbulkan keresahan di masyarakat itu sendiri dan menimbulkan ketakutan akan kalangan LGBT terutama gay. Masyarakat masih beranggapan bahwa gay akan membawa pengaruh buruk kepada masyarakat serta kepada anak-anak. Masyarakat masih awam khususnya masih berpikir bahwa gay adalah penyakit yang dapat menular padahal pada faktanya LGBT sudah tidak dianggap penyakit oleh DSM edisi ke IV. Dalam tulisan-tulisan di Kompasiana yang merupakan laman masyarakat mengemukakan pendapatnya masih banyak di temukan bahwa gay masih di kaitkan dengan penyakit. Salah satunya gay masih dianggap penyakit sosial di masyarakat yang dapat diklasifikasikan dengan mengukur perbedaan panjang jari telunjuk dan jari manis seseorang dan dikaitkan dengan kromosom seseorang (Abanggeutanyo, 2010). Dengan anggapan bahwa gay adalah penyakit sosial yang akan membawa bencana seperti yang dialami Nabi Luth ditakutkan akan menimbulkan kekerasan kepada kalangan LGBT terutama gay yang memang lebih terlihat jelas bersama dengan waria. Perilaku kekerasan terhadap gay yang sering kita dengar di media massa akibat dari kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai gay dan perilaku-perilakunya seperti aksi sweeping oleh organisasi masyarakat dibantu oleh

7 7 aparat kecamatan dan polsek Bandung Kulon di Bandung yang melakukan penyisiran dibeberapa rumah kos untuk mencari penghuni homoseksual yang dilakukan pada 25 Januari 2016 walaupun belum terbukti bahwa korban sweeping yang tertangkap memang homoseksual (Perdana, 2016). Kurangnya pemahaman masyarakat itu pula yang menjadikan kalangan gay tersisih dari pergaulan luas tanpa takut membuka identitas orientasi seksualnya. Ketakutan dengan dimensi yang berbeda pun dirasakan oleh kalangan gay akan keselamatan dirinya jika masyarakat umum mengetahui orientasi seksual yang dimiikinya apalagi sampai mengadakan pernikahan sesama jenis. Salah satu guru besar Psikologi UGM menyatakan bahwa adanya pernikahan sejenis yang terjadi di Boyolali karena ketidak tegasan pemerintah dalam pelarangan hubungan sejenis yang berakibat kalangan LGBT berlindung di bawah payung HAM, sedangkan dirinya menegaskan bahwa hal tersebut tidak mungkin terjadi di Yogyakarta jika diadakan secara terbuka (Tribun Regional, 2015). Padahal mencari pasangan adalah salah satu tugas perkembangan manusia yang wajib dilaksanakan. Stigma yang melekat pada masyarakat bahwa gay adalah kutukan dan perilaku menyimpang masih sangat lekat dan membuat kalangan gay itu sendiri kesulitan dalam mengekspresikan orientasi seksualnya dalam hal mencari pasangan. Sejak kecil manusia belajar mengenai peran-peran di masyarakat yang dimilikinya. Salah satu peran yang dimilikinya adalah peran berdasarkan jenis kelaminnya, sebagai perempuan atau laki-laki. Peran sebagai laki-laki atau perempuan ini disebut sebagai peran gender. Gender merupakan peran perilaku atau aktivitas bagi laki-laki atau perempuan yang dianggap oleh masyarakat sesuai dengan identitas seksual mereka (Matsumoto & Juang, 2008). Hal ini juga dirasakan oleh gay, sesuai dengan hasil wawancara dengan Lant (bukan nama sebenarnya):

8 8 Laki-laki. Saya punya garis yang saya tak akan pernah cross, seperti memakai gaun atau rok juga memulas blush on atau eye shadow (Lant, 2015) Dalam masa dewasa muda, seorang gay juga mencari pasangan sebagai salah satu tugas perkembangan yang diembannya. Dalam rangka mencari pasangannya, seorang gay pun akan terlibat dalam hubungan romantisme dengan seorang gay lainnya. Saat seseorang melakukan hubungan romantisme, dirinya akan melakukan hubungan interpersonal. Munthe (Munthe, 2012) menjelaskan dari penelitian kelompok Psyche di Surabaya, didapati bahwa 30 dari 100 gay yang diwawancarai memilih berpasangan secara monogami, dengan alasan bahwa adanya pasangan tetap merupakan perwujudan kebutuhan akan cinta dan rasa aman dan pasti. Namun lebih banyak gay yaitu 70 orang yang tidak punya pasangan tetap, karena mempunyai pasangan tetap dianggap terlalu banyak mengajukan tuntutan dan tanggung jawab. Juga dikemukakan alasan sulitnya proses adaptasi antara dua orang yang baru kenal dan kurangnya kebebasan kalau berpasangan tetap. Spanier mendefinisikan romantic relationship sebagai sebuah disposisi umum individu terhadap cinta, perkawinan, keluarga, dan suatu hubungan yang melibatkan interaksi antara laki-laki dan perempuan (De Munck, 1998). Stenberg mengemukakan ada tiga dimensi cinta, yaitu hasrat, keintiman dan komitmen. Hal tersebut juga dirasakan oleh narasumber yang ingin menikah dan membangun sebuah keluarga walaupun dengan pasangan sejenis. Iya dong. Saya selalu bermimpi untuk menikah dan membangun sebuah keluarga nantinya. (Lant, 2015) Sedangkan dengan pertanyaan lanjutan mengenai hubungan romantisme lebih lanjut kejenjang pernikahan, narasumber menjawab bahwa pernikahan yang dirinya inginkan sama seperti pernikahan pada umumnya yang setiap individu didalamnya memiliki peran masingmasing. Dalam hubungan pernikahan sesama jenis yang narasumber inginkan adalah

9 9 keadaan saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Narasumber menyatakan bahwa memang dirinya dan pasangan sejenisnya tidak dapat memiliki keturunan, tetapi masih ada banyak cara untuk memiliki keturunan. Dirinya berpendapat bahwa hanya perihal memiliki keturunan biologislah yang membedakan pernikahan heteroseksual dengan pernikahan homoseksual. Pernikahan yang saya inginkan sama seperti pernikahan... Saya dan pasangan saya memiliki peran yang berbeda. (Lant, 2015) Saling melengkapi. Memang kami tidak akan memiliki keturuman biologis namun dan cara lain untuk memiliki anak. Seharusnya itu saja yang membedakan pernikahan sesama jenis dengan beda jenis. (Lant, 2015) Seorang gay pun dapat mengalami hubungan romantisme dalam masa dewasa mudanya. Dengan tingginya intensitas pada hubungan, akan menimbulkan daya tarik seksual. Pada pasangan gay kegiatan seksual yang dilakukan adalah oral dan seks anal (Irawan & Kartasasmita, 2010). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dengan Lant yang menyatakan bahwa hubungan seksual di hubungan homoseksual dapat dilakukan juga dengan banyak cara lain seperti oral sex sampai dengan anal sex. 2015). Banyak hal sexual activities yang dapat didapatkan seperti oral sampai anal (Lant, Hubungan seksual pada gay dilakukan secara oral maupun anal seks dengan frekuensi penggunaan kondom pada gay sebesar 57,8%, dari 57% (26 gay) tersebut tidak semuanya konsisten menggunakan kondom, yang konsisten hanyak 65,4% (17 gay) (Cempaka & Kardiwinata, 2012). Dari pemaparan di atas, peneliti melihat adanya perbedaan pemahaman masyarakat mengenai hubungan sesama jenis yang dilakukan oleh kelompok LGBTQI dan fakta yang terjadi di dalam hubungan sesama jenis terutama pada pasangan gay. Masyarakat belum memiliki pemahaman yang mendalam mengenai hubungan homoseksual yang semakin

10 10 muncul kepermukaan dalam kehidupan sosial masyarakat luas. Hal ini dapat menimbulkan kesalah-pahaman masyarakat menghadapi fenomena hubungan homoseksual di Indonesia dan berujung pada penolakan dan kekerasan kepada kelompok LGBTQI. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini ingin menjelaskan perilaku pasangan gay dalam menjalani hubungan romantisme sesama jenis sebagai salah satu tugas perkembangan dewasa muda sehingga masyarakat lebih memahami hubungan homoseksual tidak hanya dari stigma yang berkembang saat ini. C, Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan dan data empiris dari pengembangan keilmuan terutama dalam pemahaman perilaku seorang gay dalam mencari pasangan dan menjalin hubungan romantis dengan sesama jenis 2. Manfaat secara praktis : 1. Penelitian ini dapat menjadi landasan bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pemahaman lanjutan, proses atau menelaah faktor-faktor hubungan romantisme sesama jenis. 2. Penelitian ini dapat memberikan tambahan khazanah pengetahuan dari data empiris yang tersaji bagi seorang gay dalam menjalin hubungan romantisme dengan pasangannya. 3. Penelitian ini dapat memberikan pengayaan sudut pandang masyarakat tentang cara menilai seorang gay dan hubungan romantisme sesama jenis.

11 11 D. Keaslian Penelitian Saat ini penelitian mengenai gay dan hubungan sesama jenis sudah cukup banyak dilakukan. Dengan semangat memperkaya jumlah penelitian, pemahaman dan sudut pandang dari bahasan mengenai hubungan sesama jenis, peneliti akan melakukan penelitian ini. Sejatinya penelitian senada juga telah cukup banyak dilakukan seperti penelitian mengenai hubungan seksual pada kencan laki-laki homoseksual oleh M. R. Irawan (2010) yang membahas mengenai hubungan seksual yang dilakukan oleh seorang gay baik dengan pasangan tetapnya maupun dengan partner seksualnya. Penelitian yang bertema gay pun juga dilakukan oleh Tanalin Norfirdausi (2015) mengenai hubungan gender role dan well-being pada gay.

BAB I PENDAHULUAN. ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit

BAB I PENDAHULUAN. ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada seorangpun yang dapat memilih oleh siapa dan menjadi apa ketika ia dilahirkan, baik ia dilahirkan sebagai orang kaya atau miskin, berkulit terang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penulisan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang paling penting yang dihadapi oleh manusia adalah kebutuhan untuk mendefinisikan diri sendiri, khususnya dalam hubungannya dengan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seksualitas merupakan salah satu topik yang bersifat sensitif dan kompleks. Istilah ini menyangkut hal-hal pribadi dan dipengaruhi oleh banyak aspek kehidupan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. seperti rasa kasih sayang, rasa aman, dihargai, diakui, dan sebagainya.memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan manusia lain dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, baik itu kebutuhan biologis seperti makan dan minum maupun kebutuhan psikologis, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan McMullin (1992) (dikutip dalam Siahaan, 2009: 47) mengungkapkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksual merupakan suatu realitas sosial yang semakin berkembang dalam kehidupan masyarakat. Keberadaan homoseksual telah muncul seiring dengan sejarah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis.

Buku Kesehatan dan Hak Seksual serta Reproduksi GWLmuda. Jadi singkatnya Seks bisa disebut juga sebagai Jenis kelamin biologis. BAB 2. SEKSUALITAS Apa itu Seks dan Gender? Sebelum kita melangkah ke apa itu seksualitas, pertanyaan mengenai apa itu Seks dan Gender serta istilah lain yang berkaitan dengan nya sering sekali muncul.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan yaitu : 5.1.1. Indikator Identitas Diri Menurut subjek SN dan GD memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditariklah suatu kesimpulan yaitu : 5.1.1 Indikator kepuasan Seksual Subyek A, B dan C menyatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Perkembangan isu gay di Indonesia meskipun tidak dikatakan pesat, kini masyarakat mulai menyadari akan adanya keberadaan kaum gay disekitar mereka. Data yang dilansir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia

BAB I PENDAHULUAN. bijaksana. Seiring dengan bergulirnya waktu, kini bermilyar-milyar manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan bumi dengan segala isinya, termasuk manusia yang dipercaya Tuhan untuk hidup di dunia dan memanfaatkan segala yang ada dengan bijaksana. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog

BAB I PENDAHULUAN. Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksual pertama kali ditemukan pada abad ke 19 oleh seorang psikolog Jerman Karoly Maria Benkert. Walaupun istilah ini tergolong baru tetapi diskusi tentang seksualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya diperoleh gambaran bahwa keseluruhan subyek yang sedang dalam rentang usia dewasa awal mengalami tahapan pembentukan

Lebih terperinci

Seks Laki-laki dan Laki-laki, perempuan, interseks, transgender

Seks Laki-laki dan Laki-laki, perempuan, interseks, transgender Dari Suara Lesbian, Gay, Bisexual, dan Transgender (LGBT)- Jalan Lain Memahami Hak Minoritas Konsep tentang Seksualitas Esensialism vs Social Constructionism Memperbincangkan LGBT tak dapat dilepaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari segi biologi, psikologi, sosial dan ekonomi. Remaja akan mengalami transisi dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Biseksual 1. Definisi Biseksual Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi

I. PENDAHULUAN. Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya sebagai manusia, kita membutuhkan untuk dapat berinteraksi dan bersosialisasi. Karena manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu,

BAB I PENDAHULUAN. seksual umumnya dibahas seolah-olah hanya merupakan karakteristik individu, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi seksual mengacu pada pola abadi emosional, atraksi romantis, dan seksual dengan laki-laki, perempuan, atau kedua jenis kelamin. Orientasi seksual

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17- Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-21 yaitu dimana remaja tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN I.A. LATAR BELAKANG Sejak pertama kali kita dilahirkan, kita langsung digolongkan berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki atau perempuan. Secara biologis manusia dengan mudah dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun Surabaya pada bulan Juli-Oktober 2012 pada pelajar SMA dan sederajat yang berusia 15-17 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Homoseksualitas adalah salah satu fenomena sosial yang kontroversial sekaligus menarik untuk didiskusikan. Di Indonesia sendiri, homoseksualitas sudah meranah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Pertama yaitu, Communication Privacy Management Gay dalam Menjaga Hubungan Antarpribadi dengan teman.

BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Pertama yaitu, Communication Privacy Management Gay dalam Menjaga Hubungan Antarpribadi dengan teman. 122 BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Untuk memanajemen privasi komunikasinya, kaum gay memiliki cara yang berbeda-beda dalam mengungkapkan mana wilayah privat dan mana wilayah publik dengan teman, pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. melalui tahap intimacy vs isolation. Pada tahap ini, individu berusaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat seseorang memasuki usia dewasa awal, ia mengalami perubahan dalam hidupnya. Pada usia ini merupakan transisi terpenting dalam hidup manusia, dimana remaja mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti saat masih menjadi teman dekat atau pacar sangat penting dilakukan agar pernikahan bertahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perubahan yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini khususnya bagi remaja merupakan suatu gejala yang dianggap normal, sehingga dampak langsung terhadap perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Homoseksualitas merupakan rasa tertarik pada orang-orang berjenis kelamin sama baik secara perasaan ataupun secara erotik, dengan atau tanpa hubungan fisik. Disebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang tabu bagi beberapa orang. seksualitas mereka. Kemunculan mereka bukannya datang tiba-tiba. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dewasa ini, fenomena homoseksualitas semakin marak. Bukan hanya di luar negeri, tetapi fenomena ini juga berlaku di Indonesia. Baik itu lesbian ataupun gay. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa homoseksual bukan penyakit/gangguan kejiwaan.di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jenis kelamin ada perempuan, laki laki, dan intereseks (seseorang yang terlahir dengan dua jenis kelamin.tanpa memandang jenis kelamin seseorang akan merasa tertarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia dalam berbagai aspek menyebabkan mudahnya

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia dalam berbagai aspek menyebabkan mudahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan dunia dalam berbagai aspek menyebabkan mudahnya informasi diterima dan diakses oleh setiap orang, yang berada di belahan bumi berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada rentang usia tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim

BAB I PENDAHULUAN. pada rentang usia tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Santrock mengatakan bahwa individu pada masa dewasa awal yang berada pada rentang usia 19 39 tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim dengan individu

Lebih terperinci

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang

CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE. pada penulisan skripsi ini. Teori yang ada pada bab ini adalah teori teori yang CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE Dalam bab ini, penulis menguraikan teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini dan selanjutnya teori yang telah diuraikan digunakan sebagai acuan pada penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial, dimana manusia tersebut tidak dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan orang lain dalam menjalankan kehidupannya. Seseorang

Lebih terperinci

B A B I I. kelembutan dan kepercayaan terhadap pasangan. Kemampuan membentuk sebuah. dirinya atau berpura-pura menjadi pribadi yang lain.

B A B I I. kelembutan dan kepercayaan terhadap pasangan. Kemampuan membentuk sebuah. dirinya atau berpura-pura menjadi pribadi yang lain. B A B I I L A N D A S A N T E O RI I. INTIMACY I. A. Pengertian Intimacy Kata intimacy berasal dari bahasa Latin, yaitu intimus, yang memiliki arti innermost, deepest yang artinya paling dalam (Caroll,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahap perkembangan remaja, individu memiliki tugas perkembangan membangun hubungan intim dengan lawan jenis yang berguna untuk membentuk hubungan berpacaran pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya perubahan fisiologis pada manusia terjadi pada masa pubertas. Masa Pubertas adalah suatu keadaan terjadinya perubahan-perubahan dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Homo berasal dari kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Homo berasal dari kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Homo berasal dari kata Yunani yang berarti sama, dan seks yang berarti jenis kelamin. Istilah ini menunjukkan penyimpangan kebiasaan seksual seseorang yang menyukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah salah satu fase kehidupan yang pasti akan dilewati oleh semua manusia. Fase ini sangat penting, karena pada saat remaja seseorang akan mencari jati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuhan menciptakan jenis manusia menjadi dua yaitu pria dan wanita. Setiap individu, baik pria maupun wanita memiliki peran masing-masing serta mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam kehidupannya pasti menjalani tahapan perkembangan, salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Menurut Hurlock (1996)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diciptakannya manusia pertama yang dikenal dengan Adam dan Hawa, sejak saat itu pula orang mengetahui bahwa manusia diciptakan secara berpasang-pasangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biasanya seseorang menjadi mahasiswa pada kisaran usia tahun. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. biasanya seseorang menjadi mahasiswa pada kisaran usia tahun. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang mahasiswa dapat digolongkan kedalam kategori remaja, karena biasanya seseorang menjadi mahasiswa pada kisaran usia 18 23 tahun. Menurut Santrock, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia memiliki naluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial.

BAB I PENDAHULUAN. homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penerimaan masyarakat terhadap kelompok berorientasi homoseksual atau dikenal sebagai gay dan lesbian masih kontroversial. Mayoritas masyarakat menganggap homoseksual

Lebih terperinci

Keseimbangan Seks & Seksualitas,KDK/KDM- Sal

Keseimbangan Seks & Seksualitas,KDK/KDM- Sal KESEIMBANGAN SEKS & SEKSUALITAS S A L B I A H, S K p Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Seksualitas merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting mempengaruhi kesehatan psikologis suatu individu. Ketika individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting mempengaruhi kesehatan psikologis suatu individu. Ketika individu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Descutner dan Thelen (1991) mengatakan bahwa keintiman merupakan kebutuhan manusia dalam menjalankan kehidupan sosial dan merupakan faktor penting mempengaruhi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap

Bab 1. Pendahuluan. remaja dan yang terakhir adalah masa dewasa. Di dalam masa dewasa, setiap Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Setiap individu tentunya akan mengalami pertambahan usia. Pertambahan usia setiap individu itu akan terbagi menjadi masa kanak kanak kemudian masa remaja dan yang terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan

BAB I PENDAHULUAN. 2001). Untuk selanjutnya kaum homoseksual yang berjenis kelamin pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Homoseksual adalah orang yang konsisten tertarik secara seksual, romantik, dan afektif terhadap orang yang memiliki jenis kelamin sama dengan mereka (Papalia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru dimana secara sosiologis, remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah CH ( Nama samaran Cahyo, 23 tahun, laki-laki) dan DK ( Nama samaran Dika, 25 tahun, laki-laki) merupakan pasangan gay yang berbeda etnis. Satu tahun tujuh bulan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila

BAB I PENDAHULUAN. seksual kepada sesama jenisnya, disebut gay bila laki-laki dan lesbian bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia orientasi seksual yang umum dan diakui oleh masyarakat kebanyakan adalah heteroseksual. Namun tidak dapat dipungkiri ada sebagian kecil dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk menjalani aktifitas hidup yang normal. Hal ini dilakukan, agar kita dapat diterima dalam masyarakat disekitar. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia harus melewati tahap-tahap perkembangan di dalam kehidupannya. Salah satu tahapan yang harus dilewati adalah masa dewasa awal. Masa dewasa awal (young

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai individu yang kompleks memiliki orientasi seksual dalam kehidupannya dari kecil. Orientasi seksual ada beberapa jenis yaitu heteroseksual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat MODUL PERKULIAHAN Perkembangan Sepanjang Hayat Adolescence: Perkembangan Psikososial Fakultas Program Studi TatapMuka Kode MK DisusunOleh Psikologi Psikologi 03 61095 Abstract Kompetensi Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Gangguan identitas gender adalah suatu gangguan yang membuat pederitanya merasa bahwa identitas gendernya (sebagai laki-laki atau perempuan) tidak sesuai dengan anatomi biologisnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memiliki pola pikir yang dikotomis, seperti hitam-putih, kayamiskin,

BAB I PENDAHULUAN. umumnya memiliki pola pikir yang dikotomis, seperti hitam-putih, kayamiskin, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejatinya jalan hidup setiap manusia berbeda-beda termasuk dalam hal orientasi seksualnya. Secara ekstrim, sebagian besar masyarakat pada umumnya memiliki pola

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini, anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi perkembangan dunia perfilman. Film di era modern ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. yang besar bagi perkembangan dunia perfilman. Film di era modern ini sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya teknologi komunikasi massa memberikan konstitusi yang besar bagi perkembangan dunia perfilman. Film di era modern ini sangat menarik perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat dibutuhkan oleh manusia. Menurut World Health Organization (WHO) sehat itu sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman membuat manusia harus bisa beradaptasi dengan lingkungannya agar mampu bertahan dalam berbagai aspek kehidupan. Individu dituntut mampu menjadi manusia

Lebih terperinci