BAB II KARAKTERISTIK POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KARAKTERISTIK POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN"

Transkripsi

1 BAB II KARAKTERISTIK POLUSI UDARA LINTAS BATAS NEGARA YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN Kehidupan generasi mendatang sangatlah tergantung pada generasi sekarang, di mana kehidupan masa kini akan menentukan kualitas lingkungan hidup dan kesejahteraan manusia di masa yang akan datang. Dalam kehidupan masa sekarang ini ada empat permasalahan pokok lingkungan yang berdampak global, yaitu : a. perubahan iklim, termasuk peningkatan suhu bumi secara global; b. lubang ozon di atmosfer; c. ancaman terhadap punahnya species flora dan fauna; d. polusi dari bahan kimia. Menurut temuan para pakar, pada dasarnya peristiwa kebakaran hutan di kawasan Asia Tenggara merupakan gejala yang terjadi sejak zaman yang dinamakan zaman Pleistocene. 5 Namun, sudah barang tentu peristiwa kebakaran pada zaman itubelum mempunyai makna jika dilihat dari segi pengelolaan lingkungan hidup maupun hubungan internasional. Berbeda halnya dengan peristiwa kebakaran hutan pada dasawarsa 1980 dan 1990 an, serangkaian peristiwa ini dipandang sebagai sebuah malapetaka lingkungan regional. Masalah masalah lingkungan mengandung dimensi internasional dan juga bersifat timbal balik, yaitu dalam arti, bahwa dalam suatu peristiwa sebuah negara menjadi penderita pencemaran lingkungan, tetapi dalam peristiwa lain kegiatan kegiatan di dalam negara itu merupakan sumber pencemaran 5 Ibid, hal. 81

2 lingkungan hidup lintas batas. Oleh sebab itu, perlindungan lingkungan dipandang sebagai sebuah kepentingan bersama yang dapat diwujudkan jika terdapat kerjasama antar negara dalam lingkup lokal maupun regional. Salah satu masalah lingkungan yang kini sedang dihadapi masyarakat internasional adalah masalah pencemaran udara. Pencemaran udara lintas batas merupakan suatu masalah lingkungan yang sangat serius. Selain karena dampak negatifnya terhadap kesehatan manusia, polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan juga menimbulkan akibat akibat ekologis dikarenakan rusaknya hutan tropis yang amat bernilai. Defenisi pencemaran udara bila kita pelajari di berbagai kepustakaan ternyata tidak ada satu pun yang sama antara yang satu dengan yang lainnya, dimana umumnya lebih banyak menengahkan pengertian pengertian melalui perumpamaan yang dirangkaikan sebagai suatu defenisi. Istilah pencemaran sendiri mulai dipergunakan di Indonesia untuk pertama kalinya untuk menerjemahkan istilah asing pollution pada seminar biologi II di Ciawi, Bogor pada tahun Sejak itu mulailah istilah ini menyebar dan merata dalam bahasa Indonesia, baik dalam penggunaan di media massa atau dipergunakan di lembaga lembaga resmi. Secara mendasar dalam kata pencemaran terkandung pengertian pengotoran (contamination), pemburukan (deterioration). Pengotoran dan pemburukan terhadap sesuatu semakin lama akan kian menghancurkan apa yang dikotori atau diburukkan, sehingga akhirnya dapat memusnahkan setiap sasaran yang dikotorinya.

3 Menurut temuan para pakar, polusi udara merupakan gejala alam yang telah terjadi sejak zaman dahulu kala. Namun, polusi udara yang terjadi pada saat itu bisa dibilang tidak berarti dibandingkan dengan polusi udara yang terjadi belakangan ini, dimana kuantitas dan skala polusi udara yang terjadi telah mempunyai dampak yang sangat buruk bagi pengelolaan lingkungan hidup. Polusi udara yang terjadi pada dasawarsa 1980 dan 1990 an telah dipandang sebagai sebuah malapetaka lingkungan regional. Ini disebabkan karena dampak yang ditimbulkan oleh polusi udara ini tidak saja dialami oleh masyarakat di negara yang di dalam yurisdiksinya polusi itu terjadi, namun juga terhadap masyarakat negara lain. Gejala gejala inilah yang dinamakan dengan pencemaran udara lintas batas (transboundary air pollution). A. SUMBER SUMBER POLUSI UDARA SECARA UMUM Polusi udara merupakan pencemaran udara yang diakibatkan oleh beberapa aktivitas manusia seperti transportasi, industri, dan lain lain. Aktivitas yang berlebihan seperti itulah yang menyebabkan kadar polusi udara di suatu daerah atau negara meningkat, dengan kata lain semakin tinggi populasi suatu daerah atau negara, maka semakin besar kemungkinan tingkat polusi udara suatu negara tersebut meningkat. Kita dapat membedakan berbagai macam pencemar udara dalam dua kelompok berdasarkan asal mulanya dan kelanjutan perkembangannya di udara yaitu : 6 6 Slamet Riyadi, Pencemaran Udara, Surabaya, Usaha Nasional, 1982 hal

4 1. Pencemar Primer Yaitu semua pencemar yang berada di udara dalam bentuk yang hampir tidak pernah berubah. Sama seperti saat ia dibebaskan dari sumbernya semula sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Umumnya ia berasal dari sumber sumber yang diakibatkan oleh aktivitas manusia (karena perbuatan tangan manusia), antara lain kegiatan industri, pembakaran hutan, dan lain lain. 2. Pencemar Sekunder Yaitu semua pencemar di udara yang sudah berubah karena hasil reaksi tertentu antara dua atau lebih zat pencemar/pollutant. Umumnya pencemar sekunder itu merupakan hasil antara pencemar primer dengan kontaminan/pollutant lain yang ada di dalam udara. Reaksi reaksi yang ditimbulkan dalam timbulnya pencemar sekunder antara lain adalah reaksi foto kimia dan reaksi oksida katalitis. Pencemar udara sekunder yang terjadi melalui reaksi foto kimia pada umumnya diwakili contohnya oleh pembentukan pembentukan ozon, yang terjadi antara zat zat hidrokarbon yang ada di udara dengan No x melalui pengaruh sinar ultra violet yang ada pada sinar matahari. Sebaliknya pencemar udara sekunder yang terjadi melalui reaksi reaksi oksida katalitis diwakili oleh pencemar pencemar berbentuk oksida oksida gas, yang terjadi di udara karena adanya partikel partikel logam di udara sebagai katalisator.

5 B. POLUSI UDARA LINTAS BATAS YANG DISEBABKAN OLEH KEBAKARAN HUTAN Lingkungan hidup adalah suatu ekologi dan ekosistem, dan hutan adalah salah satu tempat ekologi dan ekosistem tersebut. Segala sesuatu di dunia ini erat hubungannya satu dengan yang lain. Antara manusi dengan manusia, antara manusia dengan hewan, antara manusia dengan tumbuh tumbuhan dan antara manusia dengan benda mati sekalipun. Begitu pula antara hewan dengan hewan, antara hewan dengan tumbuh tumbuhan, antara hewan dengan manusia dan juga antara hewan dengan benda benda mati di sekelilingnya. Akhirnya tidak terlepas pula pengaruh mempengaruhi antara tumbuh tumbuhan yang satu dengan yang lainny, antara tumbuh tumbuhan dengan hewan, antara tumbuh tumbuhan dengan manusia, dan antara tumbuh tumbuhan dengan benda mati di sekelilingnya. 7 Oleh karena itu, besarnya ekologi dan ekosistem di suatu tempat seperti hutan harus tetap dijaga karena memiliki manfaat yang besar, tidak hanya bagi manusia, tetapi juga bagi negara itu sendiri. Lingkungan hidup juga menjadi salah satu faktor penting bagi kemajuan dan perkembangan suatu negara. Karena lingkungan hidup menyediakan sumber daya alam yang besar, sumber daya alam yang baik tidak lepas dari pelestarian lingkungan hidup yang baik pula. Hutan merupakan hal yang harus diperhatikan, selain menjadi paru paru dunia, hutan merupakan kebanggaan bagi suatu negara yang mempunyai kawasan hutan yang luas. Tetapi, luasnya hutan belum menjamin besarnya sumber daya 7 Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata Lingkungan, Edisi ketujuh, Cetakan keenambelas, (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2001), hal. 1.

6 alam negara tersebut tanpa memperhatikan pelestarian terhadap hutan itu sendiri, yang memerlukan perhatian yang cukup serius untuk itu. Tidak dapat kita pungkiri, kebakaran hutan bukan hanya kesalahan dari manusia saja, faktor cuaca juga mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan tersebut. Panjangnya musim kemarau di suatu negara adalah salah satu penyebab kebakaran hutan itu terjadi, di Indonesia misalnya, kebakaran hutan dalam skala yang cukup besar diakibatkan karena panjanganya musim kemarau. Polusi udara lintas batas dapat disebabkan oleh banyak hal, salah satunya ialah dikarenakan adanya kebakaran hutan dalam skala besar hingga menimbulkan tidak saja kerusakan lingkungan, namun juga menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan manusia. Gangguan pernafasan menjadi salah satu ancaman bila kebakaran hutan terjadi. Selain itu, gangguan jarak pandang pada lalu lintas juga menjadi masalah yang penting, karena mengganggu aktivitas aktivitas manusia di dalam suatu negara yang mengalami kebakaran hutan. Kerusakan lingkungan menjadi salah satu hal yang menjadi perhatian dalam hal ini. Selain merusak ekosistem tumbuhan, kebakaran hutan juga merusak ekosistem hewan yang terdapat di dalamnya. Masalah demi masalah pun timbul akibat kebakaran hutan, selain mempengaruhi kesehatan manusia yang diakibatkan oleh asap kebakaran hutan yang sangat mengganggu, kebakaran hutan juga menimbulkan masalah antar negara apabila kebakaran hutan telah mencapai taraf polusi udara lintas batas, dimana asap dari kebakaran hutan itu sendiri mencapai suatu wilayah negara lain akibat besarnya suatu kebakaran hutan yang tidak secara cepat ditanggulangi.

7 Akibatnya, negara yang merasa dirugikan oleh polusi udara yang diakibatkan oleh kebakaran hutan dari suatu negara yang mengalami suatu kebakaran hutan dalam skala yang besar menuntut suatu pertanggung jawaban kepada negara yang mengalami kebakaran hutan skala besar tersebut yang dianggap sebagai negara yang menjadi suatu sumber polusi udara lintas batas yang bukan hanya mengganggu wilayah negaranya sendiri, tetapi juga mengganggu wilayah negara lain. C. PENYEBAB KEBAKARAN HUTAN Ada berbagai macam penyebab polusi udara, dimana salah satunya adalah dikarenakan adanya suatu kebakaran hutan dalam skala besar. Penyebab terjadinya kebakaran hutan ini sendiri ada bermacam macam, entah karena bencana alam maupun akibat perbuatan manusia. Kebakaran baik secara alamiah maupun yang disebabkan oleh umat manusia merupakan faktor perubah lingkungan penting bagi berbagai ekosistem daratan. Kebakaran dapat merusak dan mendatangkan malapetaka, akan tetapi teknik pembakaran dapat juga dianggap sebagai suatu alat yang digunakan untuk pengelolaan hutan atau lahan di suatu kawasan. Kebakaran mengakibatkan kerusakan karena panas yang ditimbulkannya, akan tetapi teknik pembakaran dapat pula merangsang akar untuk menghisap air tanah lebih banyak serta dapat merangsang kuncup untuk tumbuh dan dapat merangsang pertumbuhan kecambah dari beberapa species tumbuhan yang tahan api. Tiga faktor yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan adalah kesengajaan, kelalaian dan pengaruh alam. Kebakaran hutan berskala besar yang

8 disebabkan oleh perbuatan manusia biasanya disebabkan oleh pelanggaran peraturan oleh investor baru di bidang agribisnis khususnya Perkebunan Berskala Besar Tanpa Bakar (PLTB) yang merupakan peraturan dari Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan dan Departemen Transmigrasi, Pemukiman Perambah Hutan yang telah disepakati sejak tahun Selain itu ada juga kebakaran hutan yang berskala kecil, yang disebabkan oleh penyiapan lahan pertanian perorangan yang telah menjadi kebiasaan setiap musim kemarau, karena antisipasi datangnya musim hujan. Masyarakat dengan sengaja membakar hutan dengan berbagai tujuan, antara lain untuk memperoleh lahan hutan bagi perladangan, memanfaatkan abu serasahnya untuk memupuk tanah garapan, memperoleh tunas atau rumput muda untuk makanan ternak dan untuk mengalihkan perhatian terhadap keamanan hutan. Bentuk kelalaian atau kecerobohan masyarakat yang dapat menimbulkan kebakaran hutan, antara lain adalah dengan membuang atau meninggalkan secara sembarangan obor, puntung rokok atau api unggun yang belum dimatikan. Api dengan mudah dapat menyulut serasah hutan yang kering, lebih lebih jika terhembus angin kebakaran yang ditimbulkan oleh pengaruh alam. Kebakaran hutan yang disebabkan hal hal ini pada awalnya hanya berskala kecil namun kemudian menjadi kebakaran yang meluas yang sedikit banyak memberikan andil terhadap bencana nasional kebakaran hutan dan lahan. Secara umum kegiatan pembukaan lahan hutan, yang sekarang ini dilakukan di luar pulau Jawa, merupakan bagian atau tahapan dari proses peningkatan pembangunan khususnya dalam rangka pengembangan usaha budi 8 Aca Sugandhy, Dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap keanekaragaman hayati, (Diskusi Nasional Kebakaran Hutan, Jakarta, 22 Oktober 1997).

9 daya tanaman dan untuk pengembangan areal pemukiman. Kegiatan pembukaan lahan untuk pengembangan budi daya tanaman antara lain adalah untuk budi daya tanaman pangan, perkebunan dan kehutanan. Kegiatan tersebut dilakukan baik oleh badan badan usaha yang sedang melakukan pembangunan perkebunan dan kehutanan, maupun oleh masyarakat yang sedang melakukan persiapan penanaman tanaman pangan. 9 Timbulnya kabut asap yang telah menjadi bencana nasional ini, terkait dengan proses proses kegiatan pembukaan lahan sebagaimana dijelaskan di atas. Kaitan ini dikarenakan dalam suatu proses pembukaan lahan hutan, dilakukan pembakaran terhadap sisa sisa material bahan tebangan atau biomassa seperti dahan, ranting dan daun, langkah pembakaran dilakukan karena dalam proses pembakaran terdapat hal hal yang menguntungkan, antara lain cepat, murah, dan sisa sisa pembakaran akan menjadi input terhadap peningkatan lahan budi daya. Proses pembakaran sebenarnya selalu terjadi di dalam proses pembukaan lahan dalam persiapan pengembangan budi daya tanaman. Namun terjadinya asap tebal yang dikarenakan pembakaran hutan seperti pada dasawarsa 1980 dan 1990 an selain disebabkan karena kondisi alam, yaitu musim kemarau yang berkepanjangan, juga disebabkan karena tidak terkendalinya kebakaran sebagai akibat kecerobohan para pembuka lahan. Intensitas dan frekuensi kebakaran bervariasi daya pengaruhnya, baik pengaruh yang merugikan maupun yang menguntungkan. Setiap daerah memiliki ciri sendiri sendiri dan masalah kebakaran tidak hanya bervariasi di antara berbagai kawasan yang berbeda, akan tetapi juga di dalam kawasan tertentu 9 Direktur jenderal pengusahaan hutan, Kebijaksanaan Pembukaan Lahan Hutan Di Bidang Pengusahaan Hutan, (Diskusi Nasional Kebakaran Hutan, Jakarta, 22 Oktober 1997).

10 menurut keadaan habitat yang berbeda satu dengan yang lainnya. Di daerah tropika timbulnya kebakaran cenderung ada kaitannya dengan bentuk kehidupan rerumputan. Ada beberapa jenis pohon perdu yang tahan terhadap kebakaran sebagai hasil adaptasinya terhadap keadaan kekeringan yang periodik. Kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan telah menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang mengakibatkan rusaknya habitat, penurunan populasi serta lenyapnya flora fauna dan mikroba, disamping itu kebakaran hutan berdampak langsung terhadap kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar hutan yang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya (pangan, sandang, papan dan obat obatan) sangat tergantung pada potensi keanekaragaman hayati. Kebakaran tersebut dalam jangka waktu tertentu akan menimbulkan bencana kelaparan terhadap masyarakat tradisional. Faktor faktor yang mendorong meluasnya kebakaran hutan ialah : Faktor Perubahan Iklim Secara umum kita memiliki musim kemarau dan musim hujan yang datangnya relatif teratur. Siklus ini kadang kadang mengalami gangguan karena datang lebih cepat dan berakhir lebih lambat dari biasanya. Hal ini berkaitan dengan gejala El Nino Southern Oscillation atau ENSO yang datang secara tidak beraturan dan dengan intensitas yang tidak sama pula. Kemampuan meramalkan secara tepat datangnya El Nino ini merupakan salah satu cara mengurangi atau menghindari dampak negatifnya. Misalnya, musim kemarau yang berkepanjangan 10 Nengah Wirawan, Bahaya Kebakaran Hutan dan Pencegahannya, (Makalah disampaikan pada Diskusi Nasional Kebakaran Hutan, Jakarta, 22 Oktober 1997).

11 membuat air sungai menurun sangat drastis, lahan lahan kekeringan, pepohonan dan tumbuhan lainnya malah ada yang mati sebelum ada api yang melahapnya. 2. Faktor Habitat Seperti diuraikan diatas, keanekaragaman jenis habitat yang sebenarnya sangat tidak teratur, mempengaruhi tingkat kemudahan / kesulitan habitat itu dalam menghentikan atau membiarkan meluasnya penyebaran api. Ada jenis hutan yang sudah mati kekeringan sebelum terbakar. Jenis hutan seperti ini jelas akan menghambat meluasnya kebakaran hutan. Ada juga jenis hutan yang mudah terbakar dikarenakan kandungan bahan organiknya. Lahan gambut yang kering karena kemarau menjadi sangat mudah terbakar. Juga jenis hutan yang mengandung lapisan batu bara (coal seam) yang menonjol ke permukaan tanah, seperti yang terdapat di Kalimantan Timur, akan sangat mudah terbakar. Di kedua jenis hutan yang mengandung bahan organik ini api bisa menjalar di permukaan tanah. Kalau di lahan gambut api bisa dipadamkan oleh hujan lebat yang turn terus menerus dalam kurun waktu tertentu, api di lapisan batu bara lebih bersifat permanen yang tidak mampu dimatikan oleh hujan. 3. Faktor Sifat Biomassa Seperti yang sudah disinggung di atas, ada jenis tumbuhan yang tahan api dan ada pula yang mempermudah pembakaran karena kandungan rasin / damarnya. Sebaran dari jenis jenis ini ada yang mengelompok dan ada yang tidak, sehingga ada tegakan hutan yang terbakar habis dan ada yang relatif masih

12 utuh meskipun api telah menghanguskan serasah serta jenis yang tidak tahan kebakaran. 4. Faktor Manusia Pada masyarakat tradisional, seperti di pedalaman Kalimantan, api merupakan alat utama dalam pembukaan areal pertanian mereka. Melalui pengalaman yang diteruskan secara turun temurun, proses penebasan, pengeringan dan pembakaran biomassa dilakukan sedemikian rupa sehingga areal yang ditebas sudah habis terbakar pada saat musim hujan datang. Hal ini tidak saja membuat hujan itu menjadi efektif dalam mendukung pertumbuhan tanaman, tetapi juga efektif dalam menghentikan kemungkinan kebakaran yang tidak terkendali. Pengendalian kebakaran juga dilakukan dengan membuat petak petak perladangan yang relatif kecil (1 2 Ha) yang tersebar sendiri sendiri di dalam kawasan hutan primer atau hutan sekunder yang sudah tua. Dengan cara ini, meskipun hujan belum tiba, hutan utuh di sekitar petak yang baru dibuka itu secara otomatis akan menghentikan meluasnya kebakaran. Tetapi, dengan adanya kegiatan pembakaran hutan yang dilakukan di mana mana oleh pengusaha HPH, yang seringkali berada di areal yang sama atau berdampingan dengan kegiatan perladangan penduduk, meluasnya jalaran api menjadi tak terhindarkan. Kayu sisa tebangan yang tergeletak di lantai hutan yang kemudian mengering, merupakan sumber energi baru bagi perluasan area kebakaran. Umumnya kebakaran hutan terbagi menjadi tiga tipe, yaitu : Rubini Atmawidjaja, What to do with Forest Fire (Makalah disampaikan pada International Workshop on Forest Fire and Suprresion Aspects).

13 1. Ground Fire (Kebakaran di bawah permukaan tanah) Biasanya terjadi karena pembakaran spontan. Humus atau tanah gemuk yang dipakai sebagai bahan pembakar penghasil panas, dimana panas yang dihasilkan ini sangat hebat sehingga mematikan akar pohon. Di Kalimantan Timur, lapisan batu bara di bawah permukaan tanah terus terbakar bahkan pada saat musim hujan. Ini merupakan potensi besar bagi terjadinya kebakaran pada saat musim kemarau. 2. Surface Fire (kebakaran di permukaan tanah) Ini merupakan jenis kebakaran yang terjadi di permukaan tanah. Api yang dihasilkan akan membakar bahan bahan yang mudah terbakar, seperti dedaunan, sampah, ranting atau batang pohon yang telah jatuh. 3. Crown Fire (puncak kebakaran) Saat kebakaran yang terjadi di permukaan tanah telah terus meningkat, maka ia akan menjadi kebakaran puncak. Angin yang bertiup akan membawa daun daun yang terbakar ataupun percikan api hingga jauh dari sumber kebakaran itu sendiri. D. DAMPAK KEBAKARAN HUTAN Kebakaran hutan yang terjadi menimbulkan banyak dampak negatif ke dalam berbagai aspek kehidupan, yaitu terhadap : kondisi tanah, air dan atmosfer 2. keanekaragaman floranya 3. keanekaragaman faunanya 12 Nengah Wirawan, Op. Cit. hal. 3

14 4. keutuhan ekosistemnya 5. kehidupan manusia 1. Terhadap kondisi tanah, air dan atmosfer a. Struktur tanah menyebabkan erosi dan banjir meningkat, unsur hara banyak yang hancur sehingga kesuburan tanah menurun drastis. b. Pembakaran biomassa tumbuh menghasilkan : c. panas dan berbagai gas kamar kaca yang meningkatkan suhu atmosfer d. Gas ozon yang menyebabkan gangguan mata, paru paru, kerusakan pada tanaman, mengumpul di atas permukaan tanah dengan konsentrasi 5 kali lebih tinggi dari biasanya. e. Asam nitrit yang menimbulkan hujan asam (acid rair) merusak potensi perikanan dan sumber air minum. f. Abu atau partikel halus dan semua jenis gas ini kemudian membentuk asap (smog) yang mengganggu pernapasan dan penglihatan yang dapat mengganggu sistem transportasi darat, laut dan udara. 2. Terhadap keanekaragaman floranya a. Api tidak bisa menjalar jauh ke dalam hutan yang masih utuh (belum ditebang) sehingga dampak keanekaragaman hayati di hutan seperti itu boleh dibilang tidak ada. Disitu, dampak kebakaran terbatas pada areal sepanjang hutan yang utuh itu saja. Makin tinggi tingkat

15 kerusakan hutan sebelum kebakaran, makin tinggi pula dampak kebakarannnya. b. Api membakar suatu wilayah secara berkala dan terus menerus lebih merusak dari pada api dengan intensitas yang lebih tinggi tapi datang dengan frekuensi yang lebih rendah. Jenis api yang pertama akan menimbulkan hutan sekunder yang masih cukup beragam jenisnya, meskipun keanekaragaman menurun atau berkurang. c. Keanekaragaman hayati di kawasan yang unit area kebakarannya luas akan lebih lambat pulihnya dibandingkan dengan di kawasan hutan yang areal kebakarannya kecil kecil meskipun luas total kebakarannya sama. d. Tingkat kerusakan juga dipengaruhi oleh komposisi floranya. Tegakan hutan yang di dominasi oleh jenis kayu ulin yang tahan api akan jauh lebih utuh dari tegakan yang di dominasi oleh jenis kapur, meranti, damar dan lain lain yang menghasilkan resin (damar) yang sangat mudah terbakar. e. Tingkat kerusakan juga ditentukan oleh jenis habitatnya. Hutan di bukit kapur yang tanahnya dangkal akan mengalami kebakaran yang jauh lebih parah dari hutan di atas tanah yang lebih dalam atau teksturnya lebih halus.

16 3. Terhadap keanekaragaman faunanya a. Perubahan keasaman air sungai juga menyebabkan terjadinya peledakan populasi Aeromonas hidrophyla, Staphylococcus sp. dan Pseudomonas sp. yang akhirnya menyebabkan infeksi kulit pada ikan. b. Hutan yang terbakar secara merata dan luas akan memberikan dampak yang lebih parah kepada kehidupan satwanya dibandingkan dengan kebakaran hutan yang tidak merata (ada kantong kantong hutan yang tidak terbakar). c. Karena keberadaan unsur hara yan berlimpah di atas permukaan tanah sesaat setelah kebakaran selesai, berbagai jenis serangga mengalami ledakan populasi, yang ulatnya bisa menjadi hama bagi jenis tumbuhan yang tidak ikut terbakar. 4. Terhadap keutuhan ekosistemnya Pengamatan atas kebakaran hutan menunjukkan bahwa, tergantung dari tingkat kerusakannya sebelum terbakar, berbagai ekosistem memberikan reaksi yang berbeda beda terhadap api yang melanda kawasan itu. Kawasan yang belum pernah ditebang / diganggu ( Ha) pada dasarnya tetap utuh sementara di areal sisanya tingkat kerusakan sangat ditentukan oleh intensitas kerusakan dan tipe habitatnya.

17 5. Terhadap kehidupan manusia Pada umumnya pengaruh yang ditimbulkan lebih banyak menimpa alat pernapasan, berupa gangguan gangguan seperti infeksi akut dari alat alat pernapasan, bronchitis kronis, penyakit paru paru yang memberikan pernapasan ventilasi, pulmonary emphysema, bronchial asthma, dan kanker paru paru. 13 Sebaliknya penyakit alat pernapasan yang bersifat akut dan nin spesifik meliputi : influensa, tonsilitis akuta, sakit tenggorokan, bronchitis, sinusitis akuta, maupun penyerangan penyerangan asthma. 13 Slamet Riyadi, Op. Cit., hal. 63

BAB VII KEBAKARAN HUTAN

BAB VII KEBAKARAN HUTAN BAB VII KEBAKARAN HUTAN Api merupakan faktor ekologi potensial yang mempengaruhi hampir seluruh ekosistem daratan, walau hanya terjadi pada frekuensi yang sangat jarang. Pengaruh api terhadap ekosistem

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan gambut merupakan salah satu tipe ekosistem yang memiliki kemampuan menyimpan lebih dari 30 persen karbon terestrial, memainkan peran penting dalam siklus hidrologi serta

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2 1. Berikut ini yang tidak termasuk kegiatan yang menyebabkan gundulnya hutan adalah Kebakaran hutan karena puntung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global.

I. PENDAHULUAN. Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dekade terakhir kebakaran hutan sudah menjadi masalah global. Hal itu terjadi karena dampak dari kebakaran hutan tersebut bukan hanya dirasakan ole11 Indonesia saja

Lebih terperinci

INOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W)

INOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W) INOVASI PENCEGAH KEBAKARAN BAWAH TANAH LAHAN GAMBUT DENGAN SPIDER PIPELINE AS GROUND FIRE WETLAND (SPAS GROFI-W) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hutan merupakan tanah luas yang ditumbuhi pohon-pohon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan di Kalimantan Barat telah dikenal sejak tahun 1997 dan merupakan bencana nasional yang terjadi setiap tahun hingga

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebakaran Hutan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Definisi dan Tipe Kebakaran Hutan dan Lahan Kebakaran hutan adalah sebuah kejadian terbakarnya bahan bakar di hutan oleh api dan terjadi secara luas tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati (biological

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan dapat diberi batasan sesuai dengan sudut pandang masing-masing pakar. Misalnya dari sisi ekologi dan biologi, bahwa hutan adalah komunitas hidup yang terdiri dari

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman 1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam yang beranekaragam termasuk lahan gambut berkisar antara 16-27 juta hektar, mempresentasikan 70% areal gambut di Asia Tenggara

Lebih terperinci

Ekologi Padang Alang-alang

Ekologi Padang Alang-alang Ekologi Padang Alang-alang Bab 2 Ekologi Padang Alang-alang Alang-alang adalah jenis rumput tahunan yang menyukai cahaya matahari, dengan bagian yang mudah terbakar di atas tanah dan akar rimpang (rhizome)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan kebutuhan hidup manusia, tidak dapat dipungkiri bahwa tekanan terhadap perubahan lingkungan juga akan meningkat

Lebih terperinci

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn KTSP & K-13 Kelas X Geografi ATMOSFER VII Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami iklim Junghuhn dan iklim Schmidt Ferguson. 2. Memahami

Lebih terperinci

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair

Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Dampak Pemanasan Global Terhadap Perubahan Iklim di Indonesia Oleh : Ahkam Zubair Iklim merupakan rata-rata dalam kurun waktu tertentu (standar internasional selama 30 tahun) dari kondisi udara (suhu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut.

Kriteria angka kelahian adalah sebagai berikut. PERKEMBANGAN PENDUDUK DAN DAMPAKNYA BAGI LINGKUNGAN A. PENYEBAB PERKEMBANGAN PENDUDUK Pernahkah kamu menghitung jumlah orang-orang yang ada di lingkunganmu? Populasi manusia yang menempati areal atau wilayah

Lebih terperinci

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp , PENDAHULUAN

ABSTRACT. Alamat Korespondensi : Telp ,   PENDAHULUAN KAJIAN FAKTOR PENYEBAB DAN UPAYA PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN GAMBUT OLEH MASYARAKAT DI DESA SALAT MAKMUR KALIMANTAN SELATAN Oleh/By FONNY RIANAWATI Jurusan Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Iklim

Dampak Perubahan Iklim Pemanasan Global, Perubahan Iklim, pencemaran lingkungan Bab Pemanasan III Dampak Global, Perubahan Perubahan Iklim Iklim, & pencemaran lingkungan Dampak Perubahan Iklim Menteri Negara Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lahan gambut terluas di antara negara tropis, yaitu sekitar 21 juta ha atau 10.8% dari luas daratan Indonesia. Lahan rawa gambut sebagian besar terdapat

Lebih terperinci

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6.

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN UMUM

Lebih terperinci

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan. 1. Sejarah Perkembangan Timbulnya Pencemaran Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan oleh manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. 4 TINJAUAN PUSTAKA Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tunjuk dan atau di tetapkan oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap. Kawasan hutan perlu di tetapkan untuk

Lebih terperinci

2. Berikut ini beberapa contoh yang dapat menyebabkan hutan terbakar.

2. Berikut ini beberapa contoh yang dapat menyebabkan hutan terbakar. CONTOH SOAL PLH KELAS XII SEMESTER 1. Berikut ini yang sesuai dengan definisi hutan adalah... a. daerah yang sangat luas yang ditumbuhirumput liar b. daerah yang sangat luas yang ditumbuhi pohon liar c.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN.. Anjarlea Mukti Sabrina Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi

STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN.. Anjarlea Mukti Sabrina Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN.. Anjarlea Mukti Sabrina Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk mengangkat permasalahan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 4. SISTEM TATA SURYALatihan Soal 4.10 1. Akhir-akhir ini suhu bumi semakin panas dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya karena efek rumah kaca. Faktor yang mengakibatkan semakin

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI PERAN EKOSISTEM HUTAN BAGI IKLIM, LOKAL, GLOBAL DAN KEHIDUPAN MANUSIA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya.

Tenggara yakni Malaysia, Singapura, dan Brunai Darusalam. Oleh karena itu perlu ditetapkan berbagai langkah kebijakan pengendaliannya. PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN UMUM

Lebih terperinci

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA

TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA TIPOLOGI EKOSISTEM DAN KERAWANANNYA 1 OLEH : Kelompok V Muslim Rozaki (A 231 10 034) Melsian (A 231 10 090) Ni Luh Ari Yani (A 231 10 112) Rinanda Mutiaratih (A 231 11 006) Ismi Fisahri Ramadhani (A 231

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis.

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5. La Nina. El Nino. Pancaroba. Badai tropis. SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 5. DINAMIKA ATMOSFERLATIHAN SOAL 5.5 1. Perubahan iklim global yang terjadi akibat naiknya suhu permukaan air laut di Samudra Pasifik, khususnya sekitar daerah ekuator

Lebih terperinci

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA

LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA LAMPIRAN 99 LAMPIRAN SURAT 100 LAMPIRANSURAT UJI VALIDITAS SD MANGUNSARI 05 SALATIGA 101 102 103 LAMPIRAN SURAT VALIDASI PAKAR 104 105 106 107 108 109 110 LAMPIRAN SURAT SD PANGUDI LUHUR AMBARAWA 111 112

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi

Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 106 Lampiran 3. Rubrik Penilaian Jawaban Esai Ekologi 1. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa energi matahari akan diserap oleh tumbuhan sebagai produsen melalui klorofil untuk kemudian diolah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Organisme atau makhluk hidup apapun dan dimanapun mereka berada tidak akan dapat hidup sendiri. Kelangsungan hidup suatu organisme akan bergantung kepada organisme lain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

BAB. Keseimbangan Lingkungan

BAB. Keseimbangan Lingkungan BAB 3 Keseimbangan Lingkungan Pada hari minggu, Dimas dan keluarganya pergi menjenguk neneknya. Rumah nenek Dimas berada di Desa Jangkurang. Mereka membawa perbekalan secukupnya. Ketika tiba di tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi.

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses. infra merah diserap oleh udara dan permukaan bumi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global (global warming) menjadi salah satu isu lingkungan utama yang dihadapi dunia saat ini. Pemanasan global berhubungan dengan proses meningkatnya suhu

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 04 TAHUN 2005 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang : a. bahwa kebakaran hutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak Geografi Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian

Lebih terperinci

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT Dr. David Pokja Pangan, Agroindustri, dan Kehutanan Komite Ekonomi dan Industri

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebakaran hutan di Jambi telah menjadi suatu fenomena yang terjadi setiap tahun, baik dalam cakupan luasan yang besar maupun kecil. Kejadian kebakaran tersebut tersebar dan melanda

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLatihan soal 10.4 1. Penanaman pohon bakau di pinggir pantai berguna untuk mencegah.. Abrasi Erosi Banjir Tanah longsor Jawaban a Sudah

Lebih terperinci

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP

HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP HUBUNGAN SALING KETERGANTUNGAN ANTAR MAKHLUK HIDUP Hubungan Antarmakhluk Hidup Kita sering melihat kupu-kupu hinggap pada bunga atau kambing berkeliaran di padang rumput. Di sawah, kita juga sering melihat

Lebih terperinci

APA ITU GLOBAL WARMING???

APA ITU GLOBAL WARMING??? PEMANASAN GLOBAL APA ITU GLOBAL WARMING??? Pemanasan global bisa diartikan sebagai menghangatnya permukaan Bumi selama beberapa kurun waktu. Atau kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan tumpuan dan harapan bagi setiap komponen makhluk hidup yang ada di bumi saat ini, pasalnya dari hutan banyak manfaat yang dapat diambil baik yang bersifat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tanah sebagai

Lebih terperinci

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran K-13 Kelas X Geografi MITIGASI BENCANA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami pengertian mitigasi. 2. Memahami adaptasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005).

I. PENDAHULUAN. hutan dapat dipandang sebagai suatu sistem ekologi atau ekosistem yang sangat. berguna bagi manusia (Soerianegara dan Indrawan. 2005). I. PENDAHULUAN Hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan hewan yang hidup di lapisan permukaan tanah yang terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam keseimbangan

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBUKAAN LAHAN DAN PEKARANGAN BAGI MASYARAKAT DI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN PENGARUH ELNINO PADA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DEPUTI BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN PERUBAHAN IKLIM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP Jakarta, 12 Juni 2014 RUANG LINGKUP 1. KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN (KARHUTLA)

Lebih terperinci

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang utama memegang posisi penting dalam kelestarian lingkungan. Kemerosotan kemampuan tanah yang ditunjukkan dengan meningkatnya laju erosi dari

Lebih terperinci

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global

PEMANASAN GLOBAL. 1. Pengertian Pemanasan Global PEMANASAN GLOBAL Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA

PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 07 TAHUN 2003 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI WILAYAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Hutan merupakan bagian penting di negara Indonesia. Menurut angka resmi luas kawasan hutan di Indonesia adalah sekitar 120 juta hektar yang tersebar pada

Lebih terperinci

PERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN

PERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN PAB245 (3-0) PERANAN SUMBERDAYA ALAM DALAM PERTANIAN Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Sumberdaya Alam Sumberdaya alam adalah segala unsur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan sebagai bagian dari sumber daya alam nasional memiliki arti dan peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan lingkungan hidup, telah

Lebih terperinci

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora AMDAL (AGR77) Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Hidroorologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebakaran hutan merupakan fenomena yang sering terjadi di Indonesia (Stolle et al, 1999) yang menjadi perhatian lokal dan global (Herawati dan Santoso, 2011). Kebakaran

Lebih terperinci

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis ix H Tinjauan Mata Kuliah utan tropis yang menjadi pusat biodiversitas dunia merupakan warisan tak ternilai untuk kehidupan manusia, namun sangat disayangkan terjadi kerusakan dengan kecepatan yang sangat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.9/MENLHK/SETJEN/KUM.1/3/2018 TENTANG KRITERIA TEKNIS STATUS KESIAGAAN DAN DARURAT KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Kurangi risiko kebakaran hutan dan lakukan tindakan tepat!

Kurangi risiko kebakaran hutan dan lakukan tindakan tepat! Kurangi risiko kebakaran hutan dan lakukan tindakan tepat! Bencana Kebakaran. Kebakaran ialah terbakarnya sesuatu yang menimbulkan bahaya atau mendatangkan bencana. Kebakaran dapat terjadi karena pembakaran

Lebih terperinci

1. Kebakaran. 2. Kekeringan

1. Kebakaran. 2. Kekeringan 1. Kebakaran Salah satunya kebakaran hutan adalah bentuk kebakaran yang tidak dapat terkendali dan seringkali terjadi di daerah hutan belantara. Penyebab umum hal ini seperti petir, kecerobohan manusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kegiatan penambangan telah meningkatkan isu kerusakan lingkungan dan konsekuensi serius terhadap lingkungan lokal maupun global. Dampak penambangan yang paling

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari

mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik Talaud Lestari Didukung oleh: Talaud Lestari Mencintai, melestarikan dan merawat alam untuk kualitas hidup lebih baik harus segera

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Hutan Kota Hutan dalam Undang-Undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah

PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH. A.Pembentukan Tanah PEMBENTUKAN TANAH DAN PERSEBARAN JENIS TANAH A.Pembentukan Tanah Pada mulanya, permukaan bumi tidaklah berupa tanah seperti sekarang ini. Permukaan bumi di awal terbentuknya hanyalah berupa batuan-batuan

Lebih terperinci

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia

BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN. penjelasan mengenai keterlibatan INGO World Agroforestry Centre (ICRAF) di Indonesia BAB III PROBLEM LINGKUNGAN DI SUMATERA SELATAN Provinsi Sumatera Selatan memiliki masalah terkait dengan lingkungannya yang disebabkan dan menyebabkan banyak masalah lain yang melanda Sumatera Selatan

Lebih terperinci

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak

Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak Deforestasi merupakan penghilangan dan penggundulan hutan yang tidak terkendali. Dilakukan dengan cara menebang, membakar, atau mengalihkan fungsi hutan menjadi pertambangan. Degradasi hutan merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Vegetasi Hutan Hutan merupakan ekosistem alamiah yang sangat kompleks mengandung berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh rapat mulai dari jenis tumbuhan yang kecil hingga berukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal,

BAB I PENDAHULUAN. dunia tersebut. Upaya upaya pembangunan ini dilakukan dengan banyak hal, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara negara dunia pasca perang dunia II gencar melaksanakan pembangunan guna memperbaiki perekonomian negaranya yang hancur serta memajukan kesejahteraan penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan kehidupan paling signifikan saat ini adalah meningkatnya intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya lapisan atmosfer.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang TINJAUAN PUSTAKA Penghijauan Kota Kegiatan penghijauan dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan kota menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang asri, serasi dan sejuk dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hutan sebagai salah satu penentu penyangga kehidupan dan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hutan sebagai salah satu penentu penyangga kehidupan dan sumber BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hutan sebagai salah satu penentu penyangga kehidupan dan sumber kesejahteraan yang semakin menurun keadaannya, oleh sebab itu eksistensinya harus dijaga secara terus-menerus,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 267, 2000 LINGKUNGAN HIDUP.TANAH.Pengendalian Biomasa. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat dalam hutan berbentuk pokok kayu, dahan, daun, akar dan sampah hutan (serasah) (Arief, 2005).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi pertukaran materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia tentang. sumber daya alam. Pasal 2 TAP MPR No.IX Tahun 2001 menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan salah satu sumber daya alam hayati yang memiliki banyak potensi yang dapat diambil manfaatnya oleh masyarakat, Pasal 33 ayat (3) Undang- Undang Dasar 1945 menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN

BAB I. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN Topik kuliah pendahuluan ini membahas tentang lingkungan hidup di Indonesia dengan sumberdaya alam dan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Poko bahasan kuliah ini

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gunungapi Merapi merupakan gunung yang aktif, memiliki bentuk tipe stripe strato yang erupsinya telah mengalami perbedaan jenis erupsi, yaitu erupsi letusan dan leleran

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan di daerah tropika yang terdiri dari 17.504 buah pulau (28 pulau besar dan 17.476 pulau kecil) dengan panjang garis pantai sekitar

Lebih terperinci

INDONESIA DIJULUKI NEGARA RING OF FIRE KARENA DIKELILINGI GUNUNG BERAPI YANG AKTIF. MEMILIKI BANYAK DEPOSIT MINERAL UNTUK MEMPERTAHANKAN KESUBURAN

INDONESIA DIJULUKI NEGARA RING OF FIRE KARENA DIKELILINGI GUNUNG BERAPI YANG AKTIF. MEMILIKI BANYAK DEPOSIT MINERAL UNTUK MEMPERTAHANKAN KESUBURAN SUMBERDAYA PENGERTIAN SUMBER DAYA MERUPAKAN UNSUR LINGKUNGAN HIDUP YANG TERDIRI DARI SUMBERDAYA MANUSIA, SUMBERDAYA HAYATI, SUMBERDAYA NON HAYATI DAN SUMBERDAYA BUATAN. (UU RI NOMOR 4 TAHUN 1982) SEHINGGA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang 16 PENDAHULUAN Latar Belakang Rawa sebagai salah satu habitat air tawar yang memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya sebagai pemancingan, peternakan, dan pertanian. Melihat fungsi dan peranan rawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan Tropis di dunia, walaupun luas daratannya hanya 1.32% dari luas daratan di permukaan bumi, namun demikian

Lebih terperinci