BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang tentunya mendukung skripsi ini, dan penelitian tersebut dapat dijadikan pedoman dalam penulisan. Penelitian yang dilakukan oleh Abdurrahman Ghifari, Agung Warsito, Susatyo Handoko (2013), tentang Studi Harmonisa Pengaruh Kapasitor Bank Pada Sistem Kelistrikan PT. Chandra Asri Petrochemical, TBK. Penelitian ini menggunakan hasil simulasi software ETAP power station, dari hasil penelitiannya di dapatkan bahwa besarnya harmonisa tegangan pada main substation akan berkurang apabila faktor daya sistem meningkat akibat dipasang kapasitor bank. Penambahan kapasitor bank dapat mengurangi I THD, namun apabila terjadi resonansi yang terjadi akibat pemasangan kapasitor bank dapat menyebabkan arus pada kapasitor dan I THD naik. Penelitian ini juga dilakukan pemasangan harmonic filter dengan single tuned filter dapat mengurangi I THD pada LV T6 sampai 73,36% dari nilai awalnya. Penelitian juga dilakukan oleh I Kadek Suwardana (2013), tentang Simulasi Penentuan Penempatan Filter Aktif Shunt Untuk Mendapatkan Distorsi Daya Yang Terkecil Di Blue Point Bay Villa & SPA. Penelitian ini dilakukan simulasi penggunaan filter aktif shunt menggunakan software MATLAB, pengelompokan jenis beban non linier, perhitungan daya aktif (P) dan arus beban (IL), simulasi pada sistem sebelum dan sesudah penggunaan filter aktif, analisis daya distorsi (D), analisis THD hasil simulasi dan pengukuran sesuai dengan IEEE yang ditentukan dan analisis penempatan filter aktif shunt yang tepat untuk menekan distorsi daya. Hasil analisis menunjukkan pemasangan filter aktif shunt menyebabkan kandungan THD arus dan tegangan telah sesuai dengan standar IEEE yang ditentukan yaitu 15%. Daya distorsi harmonisa pada sistem mengalami penurunan dan terjadi peningkatan faktor daya mendekati 4

2 5 unity power factor pada feeder. Penempatan filter aktif shunt yang terbaik untuk menurunkan THD dan distorsi daya yaitu pada SDP Sistem Tenaga Listrik Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari beberapa komponen dasar yaitu pusat pembangkit listrik (Power Plant), transmisi tenaga listrik, sistem distribusi dan beban. Pusat pembangkit (Power Plant) merupakan tempat energi listrik pertama kali dibangkitkan, dimana terdapat turbin sebagai penggerak mula (Prime Mover) dan generator yang membangkitkan listrik. Setelah energi listrik tersebut dibangkitkan maka akan dilakukannya proses transmisi tenaga listrik yang merupakan proses penyaluran tenaga listrik dari tempat pembangkit tenaga listrik (Power Plant) sehingga dapat disalurkan sampai pada konsumen pengguna listrik melalui sistem distribusi. Sistem distribusi merupakan subsistem tersendiri yang terdiri dari: pusat pengatur (Distribution Control Center, DCC), saluran tegangan menengah (6 kv dan 20 kv, yang juga biasa disebut tegangan distribusi primer) yang merupakan saluran udara atau kabel tanah, gardu distribusi tegangan menengah yang terdiri dari panel-panel pengatur tegangan menengah dan trafo sampai dengan panel-panel distribusi tegangan rendah (380V, 220V) yang menghasilkan tegangan kerja atau tegangan jala-jala yang nantinya disalurkan ke beban untuk industri dan konsumen. Ketentuan dasar sistem tenaga listrik : (Standar IEC dan IEEE) 1. Menyediakan setiap waktu, tenaga listrik untuk keperluan konsumen. 2. Menjaga kestabilan nilai tegangan, dimana tidak lebih toleransi ±10% 3. Menjaga kestabilan frekuensi, dimana tidak lebih toleransi ±0,1Hz 4. Harga yang tidak mahal (Efisien) 5. Standar keamanan (safety) 6. Respek terhadap lingkungan

3 6 Gambar 2.1. Tiga Komponen Utama dalam Penyaluran Tenaga Listrik Sumber : Budiana, Pengertian Instalasi Listrik Instalasi listrik merupakan saluran listrik maupun peralatan yang terpasang baik di dalam maupun di luar bangunan untuk menyalurkan arus listrik. Rancangan instalasi listrik harus memenuhi ketentuan PUIL 2000 dan peraturan yang tekait dalam dokumen seperti UU NO 18 Tahun 1999 tentang jasa konstruksi, peraturan pemerintah NO 51 tahun 1995 tetang Usaha Penunjang Tenaga Listrik dan peraturan lainnya. (ismansyah,2009) Prinsip-Prinsip Dasar Instalasi Listrik Beberapa prinsip instalasi listrik yang harus menjadi pertimbangan pada pemasangan suatu instalasi listrik dimaksudkan agar instalasi listrik yang dipasang dapat digunakan secara optimum, efektif ada ifisien adapun prinsif dasar tersebut ialah sebagai berikut : 1. Keandalan Artinya seluruh peralatan yang dipakai pada instalasi tersebut haruslah handal dan baik secara mekanik maupun secara kelistrikannya. Kendalan juga berkaitan dengan sesuai tindalan pemakaian pengaman jika terjadi gangguan,

4 7 contohnya bila terjadi suat kerusakan atau gangguan harus mudah dan cepat diatasi dan diperabaiki agar gangguan yang terjadi dapat diatasi. 2. Ketercapain tinya dalam pemasangan peralatan instalasi listrik yang relatif mudah dijangkau oleh pengguna pada saat mengoperasikannya dan tata letak komponen listrik tidak susah untuk di operasikan, sebagai contoh pemasangan sakelar tidak terlalu tingggi maupun rendah. 3. Ketersediaan Artinya kesiapan suatu instalasi listrik dalam melayani kebutuhan baik berupa daya, peralatan maupun kemungkinan perluasan instalasi. Apabila ada perluasan instalasi listrik tidak mengganggu sistem instalasi yang sudah ada, tetapi kita hanya menghubungkannya pada sumber cadangan (spare) yang telah diberikan pengaman. 4. Keindahan Artinya, dalam pemasangan komponen atau peralatan instalasi listrik harus ditata sedemikian rupa, sehingga dapat terlihat rapih dan indah serta tidak menyalahi peraturan yang berlaku. 5. Keamanan Artinya, harus mempertimbangkan faktor keamanan dari suatu instalasi listrik, baik keamanan terhadap manusia, banguna atau harta benda, makhluk hidup lain dan peralatan itu sendiri. 6. Ekonomis Artinya, biaya yang dikeluarkan dalam pemasangan instalasi listrik harus dipertimbangkan dengan teliti serta pertimbangan-pertimbangan tertentu sehingga biaya yang dikeluarkan dapat sehemat mungkin tanpa harus mengesampingkan hal-hal diatas Pengaruh Lingkungan Pengaruh lingkungan kerja peralatan instalasi listrik dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan normal dan lingkungan tidak normal. Lingkungan tidak normal dapat menimbulkan gangguan pada instalasi listrik yang normal.

5 8 Untuk itu, jika suatu instalasi atau bagian dari suatu instalasi berada pada lokasi yang pengaruh luarnya tidak nomal, maka diperlukan perlindungan yang sesuai. Pengaruh luar yang tidak diimbangi dengan peralatan yang memadai akan menyebabkan rusaknya peralatan dan bahan dapat membahayakan manusia. Demikian juga pengaruh kondisi tempat akan dipasangnya suatu instalasi listrik, misalnya dalam suatu industri apakah penghantar tersebut harus ditanam atau dimasukan jalur penghantar untuk menghindari tekanan mekanis. Oleh karena itu, pada pemasangan-pemasangan instalasi listrik hendaknya mempunyai rencana perhitungan dan analisa yang tepat. 2.4 Panel Hubung Bagi (PHB) PHB adalah panel berbentuk lemari (cubicle), yang dapat dibedakan sebagai (Sutarno, 2011) : 1. Panel Utama/MDP (Main Distribution Panel) yang berfungsi sebagai penerima listrik dari trafo dan memungkinkan pembagian distribusi listrik ke beberapa sirkuit dengan menggunakan ACB (Air Circuit Breaker) untuk memutuskan sirkuit di setiap rangkaian dan mendistribusikan listrik tersebut ke SDP (Sub Distributian Panel). 2. Panel Cabang/SDP (Sub Distribution Panel) adalah panel yang berfungsi untuk mendistribusikan listrik dari MDP (Main Distribution Panel) ke peralatan listrik lainnya sesuai dengan kebutuhan. 3. Panel Beban/SSDP (Subsub Distribution Panel) Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya merupakan kabel feeder dan biasanya menggunakan NYFGBY. Di dalam panel biasanya busbar/rel dibagi menjadi dua segmen yang saling berhubungan dengan saklar pemisah, yang satu mendapat saluran masuk dari APP (pengusaha ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik sendiri (genset). Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara langsung atau melalui SDP dan atau SSDP. Tujuan dari pembagian busbar menjadi dua segmen adalah jika sumber listrik dari PLN mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan, maka suplai ke beban tidak akan terganggu dengan adanya sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan.

6 9 2.5 Penghantar dalam Instalasi Listrik Bahan penghantar kabel instalasi listrik merupakan sebuah bahan yang berfungsi sebagai penghubung dan penghantar aliran listrik dari satu komponen listrik ke komponen listrik yang lain. Bahan penghantar yang biasanya digunakan dalam instalasi listrik harus memenuhi syarat dan sesuai dengan tujuan penggunaanya, serta telah diuji mutunya oleh lembaga yang berwenang. Ukuran penghantar listrik dinyatakan dalam ukuran luas penampang inti penghantar dan dinyatakan dengan satuan mm 2. ( Hapiddin, 2009) Tembaga dan alumunium merupakan jenis bahan penghantar yang biasanya digunakan sebagai penghantar aliran listrik. Bahan tembaga yang digunakan sebagai penghantar listrik harus memiliki kemurnian minimal 99%. Tahanan jenis bahan tembaga yang diisyaratkan tidak melebihi 0, ohm.mm 2 /m pada suhu 20 o C atau sama dengan daya hantar 50 siemen 100% IACS (International Annealid Copper Standard). Koefisien suhu pada suhu awal 20 o C adalah 0,04% per derajat celcius. Jika terjadi kenaikan suhu 20 o C, akan terjadi kenaikan tahanan jenis 4% luas penampang penghantar tembaga harus memenuhi standar internasional.pada kabel instalasi listrik berselubung, terdapat beberapa huruf untuk memberikan kode pada kabel tersebut antara lain: (Hapiddin, 2009) a. N : kabel standar dengan penghantar tembaga. b. NA : kabel standar dengan penghantar Alumunium. c. Y : kabel dengan isolasi atau selubung PVC. d. F : kabel dengan perisai kawat pipih. e. R : kaber dengan perisai kawat baja bulat. f. Gb : Kabel spiral pita baja. g. Re : Kabel pengantar padat bulat. h. Rm : Kabel penghantar bulat padat banyak. i. Se : Kabel penghantar padat bentuk sektor. j. Sm : Kabel penghantar kawat banyak bentuk sektor.

7 10 Tabel 2.1. Kemampuan Penghantaran Arus Kabel Instalasi Berbahan Tembaga,Berisolasi, dan Berselubung PVC Kemampuan Hantar Arus Luas Penampang Kemampuan Hantar Arus Nominal Maksimum Nominal Kabel Maksimum Pengaman Mm 2 Ampere (A) Ampere (A) 1, , Sumber : Rusmadi, 2006 Adapun nilai tegangan nominal kabel berdasarkan warna selubung luar kabel yang berbahan PVC telah dibakukan, dalam PUIL ayat 720 G1, seperti tercantum dalam tabel 2.2 berikut. Tabel 2.2 Tegangan Nominal Kabel Berdasarkan Warna Selubung Luar Kabel PVC Jenis Kabel Tegangan Nominal Warna Selubung Luar Kabel berselubung PVC untuk instalasi tetap (misalnya,nym) Hantaran udara berselubung PVC(misalnya,NYMT) 500V 500V Putih Hitam Kabel berselubung PVC 0,6 / 1KV Hitam Kabel berselubung PVC Diatas 1 KV Merah Sumber : Rusnadi, 2006

8 11 Jenis Kabel Instalasi yang digunakan dalam instalasi listrik rumah adalah jenis kawat tembaga, bukan dengan kabel serabut. Ada berbagai jenis kabel kawat tembaga yang digunakan dalam instalasi listrik rumah, seperti tipe kabel NYA,NYM dan NYY. ( Hapiddin, 2009). PUIL 2011 ayat menetapkan bahawa setiap konduktor harus mempunyai KHA yang tidak kurang dari arus yang mengalir di dalamnya. Untik itu KHA harus dianggap tidak kurang dari kebutuhan maksimum yang ditentukan dalam PUIL 2011 ayat untuk sirkit utama dan sirkit cabang, atau dalam PUIL 2011 ayat untuk sirkit utama atau sirkit cabang dengan cara pengukuran atau pembatasan, atau dalam PUIL ayat untuk sirkit akhir. Untuk kabel dilindungi oleh bahan isolasi keseluruhannya Kabel NYFGBY Kabel NYFGBY/NYRGbY/NYBY merupakan Kabel ini dirancang khusus untuk instalasi tetap dalam tanah yang ditanam langsung tanpa memerlukan perlindungan tambahan (kecuali harus menyeberang jalan). Pada kondisi normal kedalaman pemasangan dibawah tanah adalah 0,8 meter. Gambar 2.2 Kabel NYFGBY Kabel NYY Kabel NYY memiliki lapisan isolasi PVC yang biasanya berwarna hitam, ada yang berinti 2, 3 atau 4. kabel NYY merupakan kabel Instalasi listrik yang dipergunakan untuk instalasi tertanam (kabel tanah) dan memiliki lapisan isolasi yang lebih kaut dari kabel NYM. ( Hapiddin,2009)

9 12 Gambar 2.3 Kabel NYY Kabel NYA Kabel NYA jenis kabel tembaga berinti tunggal dan berlapis bahan isolasi PVC, yang biasa digunakan untuk instalasi luar/kabel udara. Kode warna isolasi pada kabel NYA terdiri atas warna merah, kuning, biru dan hitam. Jenis kabel ini banyak digunakan dalam instalasi listrik perumahan karena harganya yang relatif murah. akan tetapi, kabel NYA merupakan jenis kabel yang mudah cacat dan mudah terkelupas dikarenakan isolasinya yang hanya 1 lapis. Kabel NYA adalah kabel tipe udara sehingga tidak terlalu tahan terhadap air dan udara lembab. Jika memakai kabel NYA dalam instalasi listrik untuk pengamanan kabel harus dipasang dalam pipa/conduit jenis PVC atau saluran tertutup. Hal tersebut dilakukan agar kabel tidak mudah terkelupas akibat bergesekan dengan benda lain. Jika isolasi kabel terkelupas, kawat kabel tersebut tidak akan tersentuh oleh manusia. ( Hapiddin, 2009) Gambar 2.4 Kabel NYA 2.6 Kualitas Daya Listrik Kualitas daya listrik merupakan tenaga listrik yang handal, energi listrik yang memiliki kualitas baik dan memenuhi standar, serta mempunyai kontribusi yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Kualitas daya listrik juga dapat diartikan sebagai hubungan dari daya listrik dengan peralatan listrik. Jika

10 13 peralatan listrik dapat bekerja handal tanpa mengalami tekanan dan juga kerugian, maka dapat dikatakan peralatan listrik tersebut memiliki kualitas daya yang baik. Begitu pula sebaliknya, jika peralatan listrik bekerja kurang handal atau gagal fungsi serta mengalami kerugian saat pengoperasiaannya maka dapat dikatakan peralatan listrik tersebut memiliki kualitas daya yang buruk. Pada dasarnya, tegangan berbentuk sinusoidal yang memiliki amplitudo dan frekuensi yang sesuai dengan standar (pada umumnya) atau spesifikasi sistem. Namun pada kenyataanya, sumber daya listrik tidak ada yang ideal dan pada umumnya daya listrik dapat menyimpang dengan cara-cara berikut (Dugan,dkk, 2003) : 1. Peak variation atau RMS adalah 2 hal yang penting dalam membedakan jenis dari peralatan. 2. Swell adalah Saat dimana tegangan RMS melebihi dari tegangan nominal sebesar % pada 0.5 cycle sampai 1 menit. 3. Dip atau Sag adalah kejadian dimana tegangan RMS di bawah tegangan nominal sebesar % dalam 0.5 cycle sampai 1 menit. 4. Kenaikan tegangan yang sangat singkat disebut spikes, impulse atau surja, yang umumnya disebabkan oleh switch off-nya beban induktif yang besar atau (yang sering terjadi) karena petir. 5. Under voltage adalah saat dimana tegangan nominal turun di bawah 90% selama lebih dari 1 menit. 6. Overvoltage terjadi saat tegangan nominal meningkat sampai di atas 110% selama lebih dari 1 menit. 7. Variasi frekuensi. 8. Variasi gelombang (biasanya menggambarkan harmonisa) Konsep Kualitas Daya Listrik Kualitas daya listrik menjadi perhatian lebih saat ini yang semakin meningkat seiring dengan peningkatan penggunaan energi listrik dan utilitas kelistrikan. Istilah kualitas daya listrik telah menjadi isu penting pada industri tenaga listrik sejak akhir 1980-an. Kualitas daya listrik merupakan suatu konsep yang memberikan gambaran tentang baik atau buruknya mutu daya listrik akibat

11 14 adanya beberapa jenis gangguan yang terjadi pada sistem kelistrikan (Dugan, dkk 1996). Empat alasan utama, para ahli di bidang tenaga listrik memberikan perhatian lebih pada isu kualitas daya listrik (Dugan, dkk 1996), yaitu : 1. Saat ini pertumbuhan beban-beban listrik bersifat lebih peka terhadap kualitas daya listrik seperti halnya sistem kendali dengan berbasis pada mikroprosesor dan perangkat elektronika daya. 2. Meningkatnya efisiensi sistem daya listrik secara keseluruhan, sehingga menimbulkan terjadinya peningkatan penggunaan peralatan yang memiliki tingkat efisiensi tinggi, seperti pengaturan kecepatan motor listrik dan penggunaan kapasitor untuk perbaikan faktor daya. Penggunaan peralatan tersebut dapat mengakibatkan peningkatkan tingkat harmonik pada sistem daya listrik, dimana para ahli mengkhawatirkan dampak harmonisa tersebut di masa mendatang yang dapat menurunkan kemampuan dari sistem daya listrik itu sendiri. 3. Meningkatnya kesadaran pengguna energi listrik mengenai masalah kualitas daya listrik. Para pengguna utilitas kelistrikan menjadi lebih pandai dan bijak dalam persoalan seperti interupsi, sags, dan peralihan transien dan merasa berkepentingan untuk meningkatkan kualitas distribusi daya listriknya. 4. Sistem tenaga listrik yang satu sama lainnya saling berhubungan dalam suatu jaringan interkoneksi, dimana sistem tersebut memberikan suatu konsekuensi bahwa kegagalan dari setiap komponen dapat mengakibatkan kegagalan pula pada komponen yang lainnya Jenis-Jenis Permasalahan Kualitas Daya Listrik Ada beberapa jenis-jenis permasalahan dalam kualitas daya listrik seperti (Dugan, dkk 1996): 2 Gejala Peralihan (Transient), yakni gejala perubahan variabel (tegangan, arus dan lain-lain) yang terjadi selama masa transisi dari keadaan operasi lunak (steady state) menjadi keadaan yang lainnya.

12 15 3 Gejala Perubahan Tegangan Durasi Pendek (Short-Duration Variations), yakni gejala perubahan nilai tegangan dalam waktu yang begitu singkat yaitu kurang dari 1 (satu) menit. 4 Gejala Perubahan Tegangan Durasi Panjang (Long-Duration Variations), yakni gejala perubahan nilai tegangan, dalam waktu yang lama yaitu lebih dari 1 (satu) menit. 5 Ketidakseimbangan Tegangan, yakni gejala perbedaan besarnya tegangan dalam sistem tiga fasa serta sudut fasanya. 6 Distorsi Gelombang, yakni gejala penyimpangan suatu gelombang (tegangan dan arus) dari bentuk idealnya berupa gelombang sinusoidal 7 Fluktuasi Tegangan, yakni gejala perubahan besarnya tegangan secara sistematik. 8 Gejala Perubahan Frekuensi Daya yakni gejala penyimpangan frekuensi daya listrik pada suatu sistem tenaga listrik. 2.7 Teori Harmonisa Berdasarkan Standart IEC (International Electrotechnical Commission) , gangguan harmonisa tergolong kedalam Distorsi Bentuk Gelombang (Dugan, dkk 1996). Pengertian harmonik menurut International Electrotechnical Commision (IEC) didefenisikan yakni tegangan ataupun arus sinusoidal yang mempunyai kelipatan frekuensi sistem pasokan tenaga listriknya sebagaimana yang dirancang untuk dioperasikan ( 50 Hz ataupun 60 Hz). Hampir sama dengan IEC, Institute of Electrical and Electronic Engineering (IEEE) Std mendefenisikan harmonik sebagai tegangan ataupun arus sinusoida yang mempunyai kelipatan bulat dari frekuensi dimana sistem tenaga listrik pasokannya dirancang untuk dioperasikan (atau disebut juga dengan terminologi: frekuensi fundamental, yaitu pada umumnya 50 Hz atau 60 Hz (Syahwil,dkk 2010). Selain itu, harmonisa ialah gangguan yang terjadi karena adanya distorsi gelombang arus dan gelombang tegangan dalam sistem distribusi tenaga listrik. Dasarnya, harmonisa itu merupakan pembentukan gelombang-gelombang dengan

13 16 frekuensi berbeda. Dimana ini merupakan perkalian bilangan bulat dengan frekuensi fundamentalnya atau frekuensi dasarnya. Gambar 2.5 Gelombang Fundamental, Gelombang Harmonisa dan Gelombang Terdistorsi. Sumber : Suryajaya, Sumber harmonisa Terjadinya gangguan harmonisa pada sistem tenaga listrik di industri disebabkan karena banyaknya pemakaian peralatan yang merupakan beban beban non linier, seperti: inverter, converter, dan lain sebagainya. Gambar 2.6 Penurunan Derajat Tegangan pada Jaringan yang Disebabkan Beban Non Linier. Sumber : Ferracci, Ph, 2001 Ada empat sebab dasar yang menyebabkan terjadinya harmonisa dalam bentuk gelombang non linier, yaitu (Susiono, 1999) : 1. Sumber arus dan tegangan non sinusoidal, dan elemen-elemen rangkaian (resistor, induktor, dan kapasitor) adalah linier (independent).

14 17 2. Sumber arus dan tegangan sinusoidal, sedangkan elemen-elemen rangkaian mengandung elemen nonlinier. 3. Sumber arus dan tegangan non sinusoidal, sedangkan elemen-elemen rangkaian nonlinier. 4. Sumber arus dan tegangan yang berupa sumber DC, sedangkan rangkaiannya mengandung elemen yang berubah secara periodik Pengaruh Harmonisa Dalam Sistem Tenaga Listrik Ada beberapa akibat yang ditimbulkan oleh adanya harmonisa dalam sistem tenaga listrik, antara lain adalah: 1. Dengan adanya harmonisa akan meningkatkan nilai efektif (RMS) arus listrik, sehingga rugi-rugi tembaga (I 2 R) juga semakin meningkat. 2. Dengan adanya harmonisa yang berfrekuensi lebih tinggi, akan meningkatkan rugi-rugi inti (histeresis dan arus pusar) pada mesin-mesin listrik (misalnya transformator). 3. Harmonisa akan meningkatkan nilai efektif tegangan sehingga akan meningkatkan kerapatan medan magnet pada inti besi yang juga akan meningkatkan rugi-rugi inti (transformator). 4. Dengan meningkatnya rugi-rugi pada poin pertama sampai dengan poin ketiga di atas, suhu kerja peralatan juga semakin tinggi dan pada akhirnya akan mengurangi umur peralatan. Selain itu, meningkatnya rugi-rugi akan menurunkan efisiensi peralatan. 5. Tegangan efektif yang meningkat akibat adanya harmonisa ini juga akan meningkatkan kuat medan listrik yang dipikul oleh isolasi peralatan. 6. Menimbulkan panas yang berlebih pada isolasi kapasitor. 7. Dengan adanya harmonisa, efek kulit (skin effect) akan meningkat pada kabel sehingga menaikkan resistansi AC (Rac) yang dapat meningkatkan rugi-rugi. 8. Alat proteksi tidak bekerja secara tepat. Sekring dapat bekerja pada arus di bawah nominalnya, relai bisa bekerja pada selang waktu yang lebih cepat ataupun lebih lambat dibanding dengan waktu yang diharapkan

15 18 ketika bekerja pada frekuensi fundamental. Oleh karena itu, dalam merencanakan alat proteksi, faktor harmonisa harus juga diperhitungkan. 9. Menimbulkan kesalahan pengukuran pada alat ukur. 10. Menimbulkan interfrensi pada saluran komunikasi radio, telepon, PLC (Power Line Carrier) melalui kopling induktif. 11. Memperburuk faktor daya Interharmonisa Interharmonisa merupakan arus atau tegangan yang mempunyai komponen frekuensi yang bukan kelipatan bilangan bulat dari frekuensi daya (misalnya, 50 atau 60 Hz). Interharmonisa ini dapat ditemukan dalam jaringan sistem tenaga listrik untuk semua klasifikasi tegangan. Sumber utama dari distorsi gelombang interharmonisa ialah berasal dari konverter frekuensi statis, cycloconverter, motor induksi, dan juga peralatan yang dapat menimbulkan busur api. Sinyal pembawa pada saluran tenaga listrik juga dapat disebut sebagai interharmonisa Hal ini dapat dilihat dengan adanya pengaruh sinyal pembawa pada saluran daya, adanya flicker yang terlihat secara visual pada lampu fluoressent, atau dengan adanya pencahayaan secara busur listrik seperti yang terjadi pada layar perangkat komputer. (Ngabei, 2013) Proses konversi frekuensi dapat dihasilkan,yang nilainya tergantung dari perubahan beban. Interharmonisa dapat pula muncul sebagai frekuensi diskrit atau sebagai spektrum pita lebar. Interharmonisa arus dapat membangkitkan resonansi yang cukup tinggi pada sistem tenaga listrik sebagai akibat adanya perubahan frekuensi interharmonisa menjadi frekuensi yang digunakan dalam sistem tenaga Orde Harmonisa Orde Harmonisa adalah perbandingan frekuensi harmonisa dengan frekuensi dasar (Ghifari, dkk, 2013), dapat kita definisikan dengan sebuah persamaan berikut : n = ƒn/f..(2.1) Keterangan :

16 19 n : Orde harmonisa ƒ : Frekuensi dasar harmonisa ke-n (Hz) F : Frekuensi dasar (Hz) Gelombang dengan frekuensi dasar tidak dianggap sebagai harmonisa, yang dianggap sebagai harmonisa adalah orde ke-2 sampai ke-n Spektrum Harmonisa Spektrum harmonisa adalah pendistribusian dari semua amplitudo dari komponen harmonisa sebagai fungsi dari orde harmonisanya diilustrasikan dari screenshot etap (Ghifari, dkk, 2013). Gambar 2.7 Bentuk Spektrum Harmonisa Sumber : Ghifari, dkk, 2013 Gambar diatas bisa kita lihat bahwa spektrum merupakan perbandingan antara arus atau frekuensi harmonisa terhadap arus atau tegangan frekuensi dasar. Spektrum digunakan sebagai dasar perencanaan pembuatan filter yang akan digunakan untuk mereduksi harmonisa Harmonisa Pada Jaringan Distribusi Untuk mempermudah dalam menganalisa persoalan harmonisa pada jaringan distribusi, maka representasi suatu jaringan bisa dinyatakan dalam model

17 20 jaringan dengan beban nonlinier seperti pada Gambar 2.8 di bawah ini. (Susiono, 1999) Beban Nonlinier Sumber Arus Gambar 2.8 Representasi Jaringan Distribusi dengan Beban Non Linier Sumber : Susiono, 1999 Pada penyulang distribusi radial dan pada penyulang yang melayani kawasan industri, kecendrungan arus harmonisa akan mengalir dari beban (sumber harmonik) ke arah sistem sumber daya (power source). Hal ini terjadi karena, impedansi sumber biasanya relatif lebih kecil dari pada impedansi sumber harmonik sehingga sebagian besar arus harmonik mengalir ke arah sumber daya, seperti pada Gambar 2.9 di bawah ini. Gambar 2.9 Aliran Arus Harmonik Sumber : Susiono, 1999 Apabila pada saluran tersebut terpasang impedansi yang relatif rendah pada frekuensi harmonik, maka lintasan arus harmonik akan berubah, hal seperti ini misalnya terjadi karena pemasangan bangku kapasitor (capasitor bank) untuk perbaikan faktor daya pada beban. Kejadian seperti ini ditunjukkan oleh Gambar 2.10 di bawah ini. (Susiono,1999)

18 21 Normal Path Altered Path Harmonic Source Gambar 2.10 Perubahan Lintasan Arus Harmonik Sumber : Susiono, 1999 Beban non linier umumnya berupa komponen semikonduktor, sehingga sebagian besar harmonik merupakan fenomena yang timbul akibat bekerjanya suatu peralatan elektronik, misalnya komputer, TV, motor listrik berpengaturan kecepatan, lampu hemat energi dengan ballast elektronik, dan lainnya Standar harmonisa Yang dijadikan standar harmonisa yakni IEEE Ada dua kriteria yang dapat mengevaluasi harmonisa yaitu Distorsi harmonisa arus (THDi) dan harmonisa tegangan (THDv). Harmonisa juga memiliki batas yang dapat ditentukan dari perbandingan arus hubung singkat yang ada pada PCC (Point of Common Coupling), dan I L merupakan arus beban fundamentalnya. Batas harmonisa tegangan sendiri ditentukan dari besarnya tegangan sistem yang terpasang. Standar harmonisa yang diizinkan untuk arus dan tegangan berdasarkan IEEE dapat dilihat pada table dibawah ini (Dugan. dkk, 2003) : Tabel 2.3 Current Distortion Limits untuk General Distribution System Maximum Harmonics Current Distortion I n % I L Individual Harmonic Order (Odd Harmonics) I sc / I L <11 11=<h<17 17=<h<23 23=<h<35 35=<h THD < > Sumber : IEEE Std

19 22 THD arus harmonisa yang urutan genap dibatasi oleh 25% dari harmonisa yang urutan ganjil diatas. Distorsi arus yang ditimbulkan oleh sebuah penyearah setengah gelombang dc tidak diizinkan atau tidak termasuk pada tabel diatas. Dengan : I sc = Max short circuit current di PCC (Point of Common Coupling) I L = Max load current (arus beban fundamental) di PCC Menurut IEEE Standard , untuk mengetahui standar batas maksimum THD i pada utility, maka harus diketahui terlebih dahulu rasio hubung singkat (short-circuit ratio). SC ratio yang dapat dicari dengan menggunakan rumus: SC ratio = I sc I L (2.6) Dimana, Isc (Arus hubung singkat) dapat dicari dengan rumus : Isc KVA KV Z (%) Sedangkan I L (Arus beban maksimum) dapat dicari dengan rumus : I L = Keterangan:....(2.7) KW PF. 3.KV..(2.8) I SC = Arus hubung singkat maksimum pada PCC I L = Arus beban maksimum KW = Total daya aktif TabeL 2.5 Voltage Distortion Limits Total Harmonic Distortion THD Voltage at PCC Individual Voltage Distortion (%) (%) 69 kv and below kv 161 kv kv Sumber : IEEE Std

20 Total harmonic distortion (THD) Distorsi harmonisa atau harmonic distortion disebabkan oleh peralatanperalatan nonlinier dalam suatu sistem tenaga listrik. Peralatan yang dikategorikan kedalam beban non linier yakni apabila mempunyai output yang nilainya tidak sebanding dengan tegangan yang diberikan (Dugan, dkk, 1996). Gambar 2.14 Beban Non Linier Sumber : Dugan, dkk, 1996 Gambar 2.15 merupakan ilustrasi dari konsep dengan kasus tegangan masukan sinusoidal diberikan pada resistor nonlinear, dimana arus dan tegangan bervariasi sesuai dengan kurva yang ditampilkan. Selain itu tegangan masukan berupa sinusoidal sempurna, tetapi arus yang dihasilkan berupa gelombang terdistorsi. Peningkatan tegangan walaupun hanya beberapa persen dapat menyebabkan terjadinya penggandaan arus dan akan menghasilkan bentuk gelombang yang berbeda. Hal ini merupakan sumber dari distorsi harmonisa dalam sistem tenaga listrik (Dugan, dkk, 1996). Gambar 2.15 Gelombang Terdistorsi Sumber: Dugan, dkk, 1996 Gambar 2.16 memperlihatkan bentuk gelombang terdistorsi yang merupakan penjumlahan dari beberapa gelombang sinusoidal yang memiliki

21 24 variasi frekuensi yang berbeda. Gelombang sinusoidal yang mempunyai frekuensi berbeda ini merupakan hasil kelipatan dari bilangan bulat dengan frekuensi fundamentalnya. Dan jumlah dari gelombang sinusoidal disebut dengan deret fourier, di mana Fourier tersebut merupakan nama matematikawan besar yang berhasil menemukan suatu konsep yang dapat menjelaskan tentang gelombang terdistorsi tersebut. Nilai Distorsi Harmonisa Total (THD) dari suatu gelombang dapat dihitung dengan menggunakan rumus : THD = hmax h =2 M h 2 M (2.2) Dimana M h adalah nilai rms komponen harmonisa h dari kuantitas M. Kuantitas M dapat berupa besaran tegangan V maupun besaran arus I, sehingga THD v nilai distorsi harmonisa total tegangan dan THD I distorsi harmonisa total arus listrik, dimana : THD V = hmax h =2 V 1 V h 2...(2.3) THD I = hmax h =2 I 1 I h (2.4) Nilai rms dari total bentuk gelombang bukanlah penjumlahan dari setiap komponen harmonisa, tetapi akar kuadrat dari penjumlahan kuadratnya. Hubungan THD dengan nilai rms dari gelombang adalah : h rms = max 2 h=1 M h = M THD (2.5) Tegangan harmonisa selalu digunakan sebagai pedoman untuk nilai dasar dari bentuk gelombang sesaat. Hal ini dikarenakan tegangan mempuyai persentase perbedaan yang kecil, dimana THD tegangan adalah pendekatan dari jumlah yang sebenarnya. Hal ini tidak berlaku untuk arus listrik, karena sebuah arus yang mempunyai nilai kecil dapat menghasilkan THD yang tinggi, sehingga tidak dapat digunakan untuk menggambarkan keadaan suatu sistem (Dugan, dkk, 1996) Standar harmonisa berdasarkan standar IEEE Ada dua kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi distorsi harmonisa. Yaitu batasan untuk

22 25 harmonisa arus, dan batasan untuk harmonisa tegangan. Untuk standard harmonisa arus, ditentukan oleh rasio I sc /I L. I sc adalah arus hubung singkat SC yang ada pada PCC (Point of Common Coupling) dan I L adalah arus beban maksimum. Dan untuk standard harmonisa tegangan ditentukan oleh tegangan sistem yang dipakai Permasalahan teknis yang ditimbulkan oleh harmonisa Konsep daya Bila arus dan tegangan dapat dinyatakan secara umum sebagaimana persamaan (2.8) dan (2.9) sebagai : (Buhron, 2001) v( t) h i( t) h 1 1 a h cos( h ) b h cos( h ) Daya aktif dapat dinyatakan sebagai : P total h 1 a h b h o o h h cos( ) Daya nyata dinyatakan sebagai : h h (2.9).... (2.10)....(2.11) S total ahbh....(2.12) h 1 Bila daya reaktif diturunkan dengan cara yang sama sebagaimana mendapatkan daya aktif P, maka didapat : Q total h 1 a h b h sin( ) h h....(2.13) Definisi daya reaktif pada persamaan (2.13) di atas belum disepakati secara bulat oleh para insinyur listrik. Salah satunya dikarenakan apabila kita terapkan persamaan standar untuk daya tampak (apparent power): S 2 2 P Q (2.14) Dimana : S = Daya Semu (VA)

23 26 P = Daya Aktif (Watt) Q = Daya Reaktif (Var) ternyata P dan Q tidak memenuhi persamaan di atas. Untuk itu, diintrodusir satu besaran lain, yaitu daya distorsi D, yang dinyatakan sebagai: D S P Q (2.15) Dari ulasan singkat di atas, tampak bahwa definisi daya, khususnya daya reaktif yang normal harus ditinjau ulang akibat kehadiran harmonisa. Nilai dari daya distorsi juga dapat dinyatakan sebagai berikut: D = (2.16) V rms I 2 I3... I h Hubungan antara daya semu, daya aktif, daya reaktif dan daya distorsi dapat dilihat dari hubungan tetahedron dibawah ini: Gambar 2.11 Tetahedron Yang Menyatakan Hubungan Antara Daya S, P, Q dan D Sumber : Buhron, 2001 Gambar diatas menunjukkan bahwa dengan adanya daya distorsi, maka terjadi perubahan nilai daya semu dari S1 menjadi S dan juga daya reaktif dari Q1 menjadi Q (Sumber : Septiawan, 2012) Konsep faktor daya Jika arus dan tegangan berbentuk sinusoidal, maka faktor daya diartikan sebagai cosinus sudut yang dibentuk antara simpangan nol (zero-crossing) tegangan dan simpangan nol arus, dengan nol tegangan sebagai acuan (Buhron, 2001). Seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.20 di bawah ini.

24 27 Gambar 2.12 Kurva Arus dan Tegangan Pada Beban Linier Sumber : Buhron, 2001 Bila arus dan atau tegangan tidak sinusoidal, seperti pada gambar di atas, definisi tersebut tidak lagi dapat digunakan. Permasalahan akan timbul jika salah satu atau kedua besaran tidak sinusoidal sebagaimana yang diperlihatkan pada gambar di atas, terlebih lagi apabila besaran-besaran memiliki beberapa simpangan nol. Jadi untuk menyelesaikan permasalahan mengenai faktor daya, ada dua definisi yang umum digunakan yang berkaitan dengan bentuk arus dan atau tegangan yang tidak sinusoidal, yaitu true power factor (tpf atau pf saja). (Sutanto; Buhron, 2001) tpf P totalseluruh frekuensi V rms I rms.(2.17) dan displacement power factor (dpf), P dpf V I 1 1 fundamental...(2.18) True power factor (tpf) merupakan ukuran dari kemampuan daya rangkaian, dengan mencakup seluruh komponen harmonisa. Nilai tpf adalah selalu lebih kecil atau sama dengan dpf (yaitu dalam kasus arus dan tegangan sinusoidal) Tegangan sistem Arus sumber yang tidak berbentuk sinusoidal dapat menyebabkan terjadinya cacat tegangan pada tegangan sistem. Dalam domain waktu, fenomena cacat tegangan dapat berupa puncak dan lembah yang terpotong dapat dijelaskan sebagai berikut, yakni arus yang ditarik dari sumber hanya mengalir ketika

25 28 gelombang tegangan berada di sekitar puncak dan lembah. Dengan begitu, jatuh tegangan pada feeder juga hanya terjadi ketika tegangan berada di sekitar puncak dan lembah. Jatuh tegangan ini ditandai dengan pemotongan (clipping) tegangan yang hanya terjadi di sekitar puncak dan lembah (Yuliana, 2009). V i n R j314.n.l V s V PCC Gambar 2.13 Rangkaian Ekivalen Feeder Sumber : Buhron, 2001 Seperti yang tampak pada Gambar 2.21 feeder memiliki elemen resistif dan induktif. Apabila efek kulit (skin effect) dan efek proximity dapat diabaikan, maka elemen resistif secara ideal memiliki sifat yang bernilai konstan untuk setiap nilai frekuensi dari DC hingga infinit. Dengan demikian, elemen resistif memberikan kontribusi jatuh tegangan yang tetap untuk setiap komponen frekuensi. Perilaku yang berbeda terjadi pada elemen induktif, yang disebabkan oleh reaktansi induktif yang bervariasi terhadap frekuensi, dari nol pada DC hingga infinit pada frekuensi infinit. Dengan demikian, elemen induktif memberikan kontribusi jatuh tegangan yang berbeda untuk setiap komponen frekuensi. Reaktansi induktif untuk setiap komponen frekuensi dapat dinyatakan sebagai : X n j2.. n.50. L j314. n. L (2.19) Jatuh tegangan V untuk setiap komponen dapat dituliskan sebagai : V n = I n.z n...(2.20) dimana I n adalah nilai-nilai efektif komponen arus harmonisa dan Z n = R + j314.n.l. Dari persamaan (2.20) tersebut tampak bahwa jatuh tegangan bergantung pada nilai efektif komponen-komponen arus harmonisa dan impedansi pada frekuensi harmonisa.

26 Penyearah (Rectifier) Sumber utama dari harmonisa adalah penyearah. Jika dilihat dari segi pengendalian. Penyearah dibagi menjadi dua jenis yakni : 1. Penyearah tak terkendali (dengan dioda) 2. Penyearah terkendali (dengan thyristor) Penyearah yang pertama dan kedua mengintrodusir harmonisa dalam jumlah yang besar. Penyearah kedua, selain untuk menghasilkan harmonisa, juga mempunyai faktor daya yang sangat rendah. Sedangkan penyearah pertama, khususnya dari jenis satu phasa ialah penyumbang harmonisa terbesar dari sektor perumahan. Peralatan elektronik yakni meliputi televisi, printer, scanner, komputer, monitor, oven microwave, dan lainnya menggunakan penyearah jenis ini pada seksi front-end-nya. Pada Gambar 2.17 ditampilkan topologi penyearah pertama. Penyearah tak terkendali tiga phasa sangat sering ditemui pada sektor industri. Penyearah ini sangat lazim dijumpai pada seksi front-end pengendali putaran motor-motor asinkron tiga phasa dalam semua sektor industri induktor perata arus (optional) v s C beban V o Gambar 2.16 Topologi Penyearah Tak-Terkendali Satu Phasa Sumber: Dugan, dkk, 2003 Sedangkan penyearah jenis kedua, yaitu penyearah terkendali biasa digunakan dalam sektor industri yang menggunakan pengendalian putaran motor DC dengan penyearah. Pada Gambar 2.18 diperlihatkan topologi dan bentuk arus penyearah terkendali tiga phasa.

27 30 R S T I o Gambar 2.17 Topologi Penyearah Terkendali Tiga Fasa Sumber: Dugan, dkk, 2003 Bentuk arus penyearah terkendali tiga phasa hampir sama dengan bentuk arus penyearah tak terkendali tiga phasa, terkecuali mempunyai beda phasa terbelakang terhadap tegangan Harmonisa pada sistem distribusi tenaga listrik akan mengakibatkan penurunan kinerja pada komponen tersebut. Timbulnya harmonisa ketiga ini dapat mengkibatkan panas yang berlebih pada kawat netral dan transformator, hal ini yang merupakan dampak paling umum akibat adanya harmonisa. Pembebanan yang seimbang, arus beban dari beban linier akan saling mengurangi sehingga dengan begitu arus netralnya akan menjadi nol. Tidak sama halnya pada keadaan tak seimbang dengan beban non linier, akan muncul harmonisa ganjil kelipatan tiga. Harmonisa ini yang akan membuat arus netral menjadi semakin besar, sehingga rugi-rugi daya akan bertambah besar juga. Tabel 2.5 Polaritas dari Komponen Harmonisa Orde harmonisa Frekuensi (Hz) Urutan Sumber : Suryajaya, 2011 Harmonisa yang urutan positif akan mengakibatkan medan magnet putar arah maju pada motor dan ini juga mengakibatkan panas pada jaringan distribusi, begitu pula sebaliknya dengan harmonisa yang urutan negatif. Sedangkan harmonisa yang urutan nol akan menimbulkan panas berlebih, selain itu akan mengakibatkan arus netral menjadi meningkat.

28 Beban linier dan beban non linier Beban Linier Beban linear adalah beban yang impedansinya selalu konstan sehingga arus selalu berbanding lurus dengan tegangan setiap waktu (De La Rosa, 2006). Beban linear ini mematuhi Hukum Ohm yang menyatakan bahwa arus berbanding lurus dengan tegangan. Gelombang arus yang dihasilkan oleh beban linier akan sama dengan bentuk gelombang tegangan, apabila diberi tegangan sinusoidal, maka arus yang mengalir ke beban linier juga merupakan sinusoidal sehingga tidak terjadi distorsi dan tidak menimbulkan harmonisa. Beberapa contoh beban linier adalah lampu pijar, pemanas, resistor, dan lain-lain. Gambar 2.11 berikut adalah contoh bentuk gelombang arus dan tegangan dengan beban linear (De La Rosa, 2006). Gambar 2.18 Bentuk Gelombang Arus dan Tegangan Beban Linier Sumber : Dugan, dkk, Beban Non Linier Beban non linier adalah beban yang impedansinya tidak konstan dalam setiap periode tegangan masukan. Impedansinya yang tidak konstan, maka arus yang dihasilkan tidaklah berbanding lurus dengan tegangan yang diberikan, sehingga beban non linear tidaklah mematuhi Hukum Ohm yang menyatakan arus berbanding lurus dengan tegangan (De La Rosa, 2006). Gelombang arus yang dihasilkan oleh beban non linier tidak sama dengan bentuk gelombang tegangan sehingga terjadi cacat (distorsi). Gambar 2.12 berikut ini adalah beberapa contoh beban non linear untuk keperluan rumah tangga maupun industri (Rusli, 2009).

29 32 Gambar 2.19 Jenis Beban Non Linear Sumber: Rusli, 2009 Gambar 2.19 berikut adalah contoh bentuk gelombang tegangan dan arus dengan beban non linear. Gambar 2.20 Gelombang Arus dan Tegangan Beban Non Linier. Sumber : Suryajaya, 2011 Gambar 2.21 Arus Yang Diserap Oleh Beban Non Linier Sumber : Dugan,dkk, 2003 Kecendrungan penggunaan beban-beban elektronika dalam jumlah besar akan menimbulkan masalah yang tidak terelakkan sebelumnya. Berbeda dengan beban-beban listrik yang menarik arus sinusoidal, beban-beban elektronik menarik

30 33 arus dengan bentuk non sinusoidal walaupun disupalai oleh tegangan sinusoidal. Beban yang memiliki sifat ini disebut sebagai beban non linear (Rusli, 2009). Beban non linier adalah peralatan yang menghasilkan gelombanggelombang arus yang berbentuk sinusoidal berfrekuensi tinggi yang disebut dengan arus harmonisa. Arus harmonisa ini menimbulkan banyak implikasi pada peralatan sistem tenaga listrik, misalnya rugi-rugi jaringan akan meningkat, pemanasan yang tinggi pada kapasitor, transformator, dan pada mesin-mesin listrik yang berputar serta kesalahan pada pembacaan alat ukur RMS Pemanfaatan Filter Harmonisa Suatu teknologi elektronika daya untuk menghasilkan komponen arus spesifik yang bertujuan untuk meredam arus harmonisa yang dihasilkan oleh beban non linier disebut juga Filter harmonisa. Filter harmonisa biasanya dipasang pada transformator distribusi atau panel kontrol utama.dengan penambahan filter harmonisa pada suatu sismtem tenaga listrik yang mengandung suber-sumber harmonisa, maka penyebaran arus harmonisa ke seluruh jaringan dapat di tekan sekecil mungkin. Secara umum filter harmonisa ada 3 tipe, yaitu filter aktif, filter pasif dan filter hybrid Filter Harmonisa Pasif Untuk meredam distosri harmonisa dalam sistem tenaga, maka kita perlu mengunakan filter harmonisa yaitu filter pasif. Filter pasif terdiri dari induktor, kapasitor, resistor (R,L,C) dan unsur-unsur tahanan untuk meredam marmonisa. Teknik filter pasif yang menggunakan double tuned filter atau Type-C filter yang memiliki impedansi yang rendah untuk arus harmonisa pada frekuensi tertentu atau frekuensi tinggi atau band-pass filters (damped filters) dapat memfilter harmonisa di atas frekuensi tertentu (frequency bandwidth).

31 34 Gambar 2.22 Model Filter Pasif (sumber: sastrakusuma, 2009) Filter pasif secara ekonomi relatif murah dibandingkan dengan metoda lain untuk meredam distorsi harmonisa. Bagaimanapun, semua mempunyai kelemahan atau kerugian karena berpotensi saling berinteraksi dengan sistem tenaga, dan penting sekali untuk menganalisa semua interaksi sistem yang mungkin terjadi saat mereka dirancang. Filter pasif bekerja sangat efisien bila filter tersebut dipasang dilokasi pembangkit harmonisa (beban non linier). Frekuensi resonansi harus dihindari dari setiap harmonisa atau pada frekuensi harmonisa lain yang dihasilkan oleh beban. Filter umumnya di tuning lebih rendah dari frekuensi harmonisa untuk keamanan sistem. Rancangan filter pasif harus memperhatikan perkembangan sumber arus harmonisa atau konfigurasi dari beban sebab akan menyebabkan beban lebih yang dapat berkembang menjadi panas yang berlebihan. Perancangan filter pasif memerlukan suatu pengetahuan yang tepat dari beban pembangkit harmonisa pada sistem tenaga. Banyak simulasi yang dilakukan untuk menguji kriteria di bawah kondisi beban yang berubah sesuai topologi jaringan tersebut. 1. Double tuned filter adalah filter harmonisa yang terdiri 2 buah single tuned filter yang digunakan untuk mengurangi harmonisa 2 buah orde

32 35 harmonisa diantara orde harmonisa yang ada. Didalam perhitungan penentuan nilai L dan C mengacu pada 2 buah orde harmonisa tersebut. 2. Third-orde filter adalah jenis filter high pass yang digunakan hanya melewatkan frekuensi diatas frekuensi cut-off juga. Third-orde highpass filter adalah filter frekuensi tinggi yang lebih efektif dalam memfilter, tetapi memiliki rugi-rugi daya yang lebih besar dibanding second-orde high-pass filter. Filter pasif selalu menyediakan kompensasi daya reaktif sampai batas tertentu sesuai besar Volt-Ampere dan tegangan dari bank kapasitor yang digunakan, mereka dapat dirancang untuk dua tujuan yaitu sebagai filter dan kompensasi faktor daya yang diinginkan. Jika saringan lebih dari satu digunakan sebagai contoh, sebuah double tuned filter untuk harmonisa ke 5 dan sebuah lagi untuk harmonisa ke 7, atau harmonisa ke 11 dan ke 13. yang terpenting yang perlu diingat bahwa filter pasif menyediakan kompensasi daya reaktif. Filter pasif merupakan suatu kombinasi rangkaian seri sebuah induktansi dan sebuah kapasitansi. Pada kenyataannya, tidak ada sebuah resistor yang secara fisik dipasang, tapi dalam perhitungan resistor selalu ada dalam rangkaian seri, tahanan dalam dari reaktor yang terhubung secara seri terkadang menimbulkan panas yang berlebih pada filter. Semua arus harmonisa pada frekuensi bersamaan dengan tuned filter akan didapat impedansi rendah yang melalui filter tersebut (sastrakusuma, 2009) Single Tuned dan Double Tuned Filter Double tuned filter mempunyai nilai impedamsi yang kecil jika frekuensinya besar. Sehingga Filter ini harus mempertimbangkan parameter kaitannya dengan frekuensi harmonisa. Bebarapa aspek berkaitan dengan factor kualitas pada single tuned filter yaitu: 1. Tahanan R pada filter harmonisa single tuned filter adalah nilai tahanan dari kumparan reaktor. 2. Tahanan R dapat juga digunakan untuk setiap faktor kualitas dari filter dan

33 36 menyediakan suatu cara untuk mengendalikan jumlah arus harmonisa yang diinginkan yang melaluinya. 3. Besar nilai Q menyiratkan mengenai frekuensi resonansi filter dan oleh karena itu filter dilakukan pada nilai paling besar dari frekuensi harmonisa. Gambar 2.9 menunjukkan gambar rangkaian ekivalen Double tuned filter yang terdiri dari dua buah single tuned filter dihubung paralel. Gambar 2.23 Double Tuned Filter (Sumber : sastrakusuma, 2009) Single tuned filter yang terdiri dari kapasitor (C) dihubung seri dengan induktor (L) dan tahanan (R). Penggunaan double tuned filter yaitu: 1. Digunakan pada High Voltage Direct Current (HVDC) stasiun modern pada sistem tegangan tinggi dimana kapasitor utama C lebih besar agar lebih mudah untuk mengoptimalkan biaya /kvar 2. Menurunkan pembangkitan daya reaktif di cabang transmisi tenaga yang lebih indah. 3. Masing-Masing filter pada dua harmonisa untuk mengurangi filter cabang dan rugi-rugi filter.

34 Type-C Filter Untuk meredam harmonisa frekuensi rendah, Type C filter tepat untuk digunakan karena tidak ada rugi-rugi daya fundamental, derating VAR dan juga tepat untuk memfilter pada harmonisa yang tinggi. Type C filter mempunyai dua kapasitor dengan sebuah kapasitor dihubung secara seri dengan resistor dan induktor seperti Gambar Dua kapasitor pada Type C filter mempunyai kapasitansi dalam (µf). Di dalam perencanaan untuk menentukan sebuah highpass filter sebagai peredam harmonisa, maka ada berapa aspek yang harus dipertimbangkan yaitu: a. Dari Karakteristik yang terbentuk antara impedansi terhadap frekuensi, maka Type C filter akan memerlukan suatu perhatian yang sangat khusus dibandingkan dengan single tuned filter. b. Peredaman arus harmonisa yang menggunakan Type-C filter memerlukan ukuran yang berbeda terhadap komponen filter, terutama sekali bank kapasitor, bandingkan dengan single tuned filter. Sebagai contoh, sebuah kapasitor bank sebesar 3-MVAR yang digunakan untuk filter harmonisa ke lima dari 50Hz dalam aplikasinya boleh tidak mencapai nilai frekuensi 300 Hz. c. Double tuned filter merupakan filter yang sederhana dalam aplikasinya, filter tersebut dapat mengurangi rugi-rugi daya pada frekuensi dasarnya. d. Third order filter memiliki kerugian operasi yang lebih besar dibandingkan dengan double tuned filter karena kurang efektif dalam meredam harmonisa. Untuk menyederhanakan rancangan filter, Kapasitor (C) dan induktor (L) dari Type-C filter terjadi resonans seri pada frekuensi dasar untuk mengurangi kerugian daya pada frekuensi fundamental. Type-C passive filter secara rangkaian dapat dilihat pada Gambar 2.11, dimana kapasitor (C ) dihubung seri dengan kapasitor (C ) dan induktor (L), kemudian induktor (L) dan kapasitor (C ) diparalel dengan resistor (R) yang tujuannya untuk damping filter.

35 38 Gambar Rangkaian Type-C Filter (sumber: Sastrakusuma, 2009) Type-C filter secara luas digunakan untuk harmonisa low pass orde. Type-C filter merupakan pengembangan dari high-pass filter orde ke-3. Faktor utama untuk menentukan parameter komponen yaitu: 1. Daya reaktif pada frekuensi fundamental. 2. Kondisi resonansi. 3. Frekuensi resonansi. 4. Persyaratan peredaman ETAP (Electric Transient and Analysis Program) ETAP (Electric Transient and Analysis Program) merupakan perangkat lunak yang dapat mendukung sistem tenaga listrik. Dan perangkat ini mampu bekerja dalam keadaan offline untuk simulasi tenaga listrik, online untuk pengelolaan data real-time atau digunakan untuk mengendalikan sistem secara real-time. Fitur yang terdapat dalam ETAP bermacam-macam antara lain, yang digunakan untuk menganlisa pembangkit tenaga listrik, sistem transmisi maupun sistem distribusi tenaga listrik. ETAP juga dapat digunakan untuk membuat proyek sistem tenaga listrik dalam bentuk single line diagram (diagram satu garis) dan juga jalur sistem pentanahan untuk berbagai bentuk analisis, antara lain:

36 39 hubung singkat, aliran daya, starting motor, trancient stability, koordinasi relay proteksi dan sistem harmonisasi. Proyek dari sistem tenaga listrik memiliki masing-masing elemen rangkaian yang dapat diedit langsung dari diagram satu garis dan atau jalur sistem pentanahan. Yang dapat mempermudahkan hasil perhitungan analisis dapat ditampilkan pada single line diagram (Operation Technology, 2001). Harmonisa analysis pada ETAP memberikan fasilitas untuk mensimulasikan, memodelkan dan menganalisis fenomena harmonisa pada sistem tenaga listrik. Metode yang digunakan untuk menganalisa harmonisa adalah harmonics load flow method dan harmonics frequency scan method. Dengan menggunakan kedua metode ini dan kombinasinya, harmonisa yang muncul akan dihitung dan dibandingkan dengan batas/standar dari industri dan permasalahan yang muncul pada sistem tenaga khususnya pada kualitas daya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Harmonisa Beban non linier pada peralatan rumah tangga umumnya merupakan peralatan elektronik yang didalamnya banyak terdapat penggunaan komponen semi konduktor pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir Terdapat beberapa penelitian sebelumnya yang tentunya mendukung tugas akhir ini, dan penelitian tersebut dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam penulisan.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Catu Daya Listrik dan Distribusi Daya Pada desain fasilitas penunjang Bandara Internasional Kualanamu adanya tuntutan agar keandalan sistem tinggi, sehingga kecuali

Lebih terperinci

I Wayan Rinas. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, *

I Wayan Rinas. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, * Simulasi Penggunaan Filter Pasif, Filter Aktif dan Filter Hybrid Shunt untuk Meredam Meningkatnya Distorsi Harmonisa yang Disebabkan Oleh Munculnya Gangguan Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON-LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA

ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON-LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON-LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA I Putu Alit Angga Widiantara 1, I Wayan Rinas 2, Antonius Ibi Weking 3 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata kunci : Beban non linier, Harmonisa, THD, filter aktif high-pass.

ABSTRAK Kata kunci : Beban non linier, Harmonisa, THD, filter aktif high-pass. ABSTRAK Hotel The Bene Kuta yang berlokasi di jalan Bene Sari Kuta-Bali, memiliki suplai daya terpasang berkapasitas 630 KVA. Beban non linier yang terdapat pada SDP mengakibatkan adanya distorsi harmonisa

Lebih terperinci

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT Nama : Andyka Bangun Wicaksono NRP : 22 2 111 050 23 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

50 Frekuensi Fundamental 100 Harmonik Pertama 150 Harmonik Kedua 200 Harmonik Ketiga

50 Frekuensi Fundamental 100 Harmonik Pertama 150 Harmonik Kedua 200 Harmonik Ketiga PENGGUNAAN FILTER HIBRID KONFIGURASI SERI UNTUK MEMPERBAIKI KINERJA FILTER PASIF DALAM UPAYA PENINGKATAN PEREDUKSIAN HARMONISA PADA SISTEM KELISTRIKAN DI RSUP SANGLAH Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Suatu sistem tenaga listrik dikatakan ideal jika bentuk gelombang arus yang dihasilkan dan bentuk gelombang tegangan yang disaluran ke konsumen adalah gelombang sinus murni.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Kualitas daya listrik sangat dipengaruhi oleh penggunaan jenis-jenis beban tertentu seperti beban non linier dan beban induktif. Akibat yang ditimbulkan adalah

Lebih terperinci

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter

tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tuned filter dan filter orde tiga. Kemudian dianalisa kesesuaian antara kedua filter tersebut. 1.5. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini dapat memberikan konsep mengenai penggunaan single

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Daya Listrik Peningkatan terhadap kebutuhan dan konsumsi energi listrik yang baik dari segi kualitas dan kuantitas menjadi salah satu alasan mengapa perusahaan utilitas

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER NASKAH PUBLIKASI ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan oleh: AGUS WIDODO D 400

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Serdang. Dalam memenuhi kebutuhan daya listrik industri tersebut menggunakan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Serdang. Dalam memenuhi kebutuhan daya listrik industri tersebut menggunakan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah studi kasus pada pabrik pengolahan plastik. Penelitian direncanakan selesai dalam waktu 6 bulan dan lokasi penelitian berada

Lebih terperinci

3.2.3 Teknik pengumpulan data Analisis Data Alur Analisis... 42

3.2.3 Teknik pengumpulan data Analisis Data Alur Analisis... 42 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i PRASYARAT GELAR... ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... iii LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vi ABSTRACT... vii DAFTAR ISI... DAFTAR

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4. Jurnal Emitor Vol. 15 No. 02 ISSN 1411-8890 ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.0 Novix Jefri

Lebih terperinci

Perencanaan Filter Hybrid untuk Mengurangi Dampak Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Rembang

Perencanaan Filter Hybrid untuk Mengurangi Dampak Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Rembang Perencanaan Filter Hybrid untuk Mengurangi Dampak Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Rembang Anissa Eka Marini Pujiantara - 2210100133 Pembimbing 1. Prof. Ir. Ontoseno Penangsang,M.Sc.,Ph.D 2. Dedet

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yaitu beban linier dan beban non-linier. Beban disebut linier apabila nilai arus dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yaitu beban linier dan beban non-linier. Beban disebut linier apabila nilai arus dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Sistem distribusi dalam sitem tenaga listrik dikenal dua jenis beban, yaitu beban linier dan beban non-linier. Beban disebut linier apabila nilai arus dan bentuk gelombang tegangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Harmonisa Dalam sistem tenaga listrik dikenal dua jenis beban yaitu beban linier dan beban tidak linier. Beban linier adalah beban yang memberikan bentuk gelombang keluaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berbanding lurus dengan tegangan setiap waktu [3]. Beban linear ini mematuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berbanding lurus dengan tegangan setiap waktu [3]. Beban linear ini mematuhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Linear Beban linear adalah beban yang impedansinya selalu konstan sehingga arus selalu berbanding lurus dengan tegangan setiap waktu [3]. Beban linear ini mematuhi Hukum

Lebih terperinci

Analisis Pemasangan Filter Pasif untuk Menanggulangi Distorsi Harmonisa Terhadap Beban non Linier di PT.Wisesa Group

Analisis Pemasangan Filter Pasif untuk Menanggulangi Distorsi Harmonisa Terhadap Beban non Linier di PT.Wisesa Group 88 Teknologi Elektro, Vol. 16, No. 02, Mei - Agustus 2017 Analisis Pemasangan Pasif untuk Menanggulangi Distorsi Harmonisa Terhadap Beban non Linier di PT.Wisesa Group I Wayan Wahyu Adi Merta 1, I Gusti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini sebagian besar pemakaian beban listrik di masyarakat hampir 90%

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini sebagian besar pemakaian beban listrik di masyarakat hampir 90% 15 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Saat ini sebagian besar pemakaian beban listrik di masyarakat hampir 90% memakai beban elektronika atau beban non linier. Pemakaian beban elektronika diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tegangan, disebabkan jarak sumber ke saluran yang sangat jauh ke beban

BAB I PENDAHULUAN. tegangan, disebabkan jarak sumber ke saluran yang sangat jauh ke beban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem distribusi umumnya pada ujung-ujung saluran mengalami drop tegangan, disebabkan jarak sumber ke saluran yang sangat jauh ke beban karena terjadinya

Lebih terperinci

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah

Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Rancang Bangun Rangkaian AC to DC Full Converter Tiga Fasa dengan Harmonisa Rendah Mochammad Abdillah, Endro Wahyono,SST, MT ¹, Ir.Hendik Eko H.S., MT ² 1 Mahasiswa D4 Jurusan Teknik Elektro Industri Dosen

Lebih terperinci

Peredaman Harmonik Arus pada Personal Computer All In One Menggunakan Passive Single Tuned Filter

Peredaman Harmonik Arus pada Personal Computer All In One Menggunakan Passive Single Tuned Filter Mustamam, Azmi Rizki Lubis, Peredaman... ISSN : 598 99 (Online) ISSN : 5 364 (Cetak) Peredaman Harmonik Arus pada Personal Computer All In One Menggunakan Passive Single Tuned Filter Mustamam ), Azmi Rizki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tombak pemikulan beban pada konsumen. Gangguan-gangguan tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. tombak pemikulan beban pada konsumen. Gangguan-gangguan tersebut akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Energi listrik menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia saat ini. Energi Listrik dibangkitkan pada sistem pembangkit disalurkan ke konsumen melalui

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.3 /Maret 24 ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP PANAS PADA BELITAN TRANSFORMATORDISTRIBUSI Hotbe Hasugian, Panusur SML.Tobing Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pembangkit tegangan tinggi DC sangat diperlukan pada riset dibidang fisika

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pembangkit tegangan tinggi DC sangat diperlukan pada riset dibidang fisika 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Tegangan Tinggi DC Pembangkit tegangan tinggi DC sangat diperlukan pada riset dibidang fisika terapan dan tes instalasi kabel pada aplikasi industri. Unit pembangkit

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7.

NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7. NASKAH PUBLIKASI PERANCANGAN HIGH PASS DAMPED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 9 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 7.0 Diajukan Oeh : INDRIANA ZELLA MARGARETA D 400 130 001 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian daya listrik dengan beban tidak linier banyak digunakan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian daya listrik dengan beban tidak linier banyak digunakan pada 14 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian daya listrik dengan beban tidak linier banyak digunakan pada konsumen rumah tangga, perkantoran maupun industri seperti penggunaan rectifier, converter,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA

ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA SKRIPSI ANALISIS PENGARUH PENGOPERASIAN BEBAN- BEBAN NON LINIER TERHADAP DISTORSI HARMONISA PADA BLUE POINT BAY VILLA & SPA I PUTU ALIT ANGGA WIDIANTARA JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (Pembangkit Listrik Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (Pembangkit Listrik Sistem 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Hibrid (Pembangkit Listrik Sistem Hibrid) Pembangkit Listrik Sistem Hibrid adalah pembangkit yang terdiri lebih dari satu pembangkit dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jarang diperhatikan yaitu permasalahan harmonik. harmonik berasal dari peralatan yang mempunyai karakteristik nonlinier

BAB I PENDAHULUAN. jarang diperhatikan yaitu permasalahan harmonik. harmonik berasal dari peralatan yang mempunyai karakteristik nonlinier BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Energi listrik merupakan suatu sumber energi yang menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia di dunia saat ini. Energi listrik dibangkitkan di pusat pembangkit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. macam sumber listrik dapat digunakan yaitu sumber DC sebesar 600 V, 750

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. macam sumber listrik dapat digunakan yaitu sumber DC sebesar 600 V, 750 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kereta Rel Listrik (KRL) Kereta Rel Listrik (KRL) merupakan kereta yang menggunakan tenaga listrik dalam menggerakkan motornya. Pada Kereta Rel Listrik (KRL) dua macam sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya BAB TINJAUAN PUSTAKA.. Faktor Daya Pada suatu jaringan distribusi arus bolak-balik dengan tegangan (V), daya aktif (P) dan daya reaktif (Q), maka besarnya daya semu (S) adalah sebanding dengan arus (I)

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK 3.1 Tahapan Perencanaan Instalasi Sistem Tenaga Listrik Tahapan dalam perencanaan instalasi sistem tenaga listrik pada sebuah bangunan kantor dibagi

Lebih terperinci

Studi Analisis dan Mitigasi Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh

Studi Analisis dan Mitigasi Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh B-456 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) Studi Analisis dan Mitigasi Harmonisa pada PT. Semen Indonesia Pabrik Aceh Stefanus Suryo Sumarno, Ontoseno Penangsang, Ni

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa

Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Analisis Pengaruh Harmonisa terhadap Pengukuran KWh Meter Tiga Fasa Agus R. Utomo Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Depok 16424 E-mail : arutomo@yahoo.com Mohamad Taufik

Lebih terperinci

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN

MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN MODUL III PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN I. TUJUAN 1. Mengetahui besarnya tahanan pentanahan pada suatu tempat 2. Mengetahui dan memahami fungsi dan kegunaan dari pengukuran tahanan pentanahan dan aplikasinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-97

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: B-97 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 B-97 Evaluasi Harmonisa dan Perencanaan Filter Pasif pada Sisi Tegangan 20 Akibat Penambahan Beban pada Sistem Kelistrikan Pabrik Semen Tuban

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Umum Gedung Keuangan Negara Yogyakarta merupakan lembaga keuangan dibawah Kementrian Keuangan yang bertugas memberikan pelayanan masyarakat serta penyelenggaraan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A RANGKAIAN CATU DAYA BEBAN TAK LINIER. Berikut adalah gambar rangkaian catu daya pada lampu hemat energi :

LAMPIRAN A RANGKAIAN CATU DAYA BEBAN TAK LINIER. Berikut adalah gambar rangkaian catu daya pada lampu hemat energi : LAMPIRAN A RANGKAIAN CATU DAYA BEBAN TAK LINIER Berikut adalah gambar rangkaian catu daya pada lampu hemat energi : Gb-A.1. Rangkaian Catu Daya pada Lampu Hemat Energi Gb-A.2. Rangkaian Catu Daya pada

Lebih terperinci

ABSTRAKSI ANALISIS DISTORSI HARMONIK PADA SISTEM DISTRIBUSI DAN REDUKSINYA MENGGUNAKAN TAPIS HARMONIK DENGAN BANTUAN ETAP POWER STATION 4.

ABSTRAKSI ANALISIS DISTORSI HARMONIK PADA SISTEM DISTRIBUSI DAN REDUKSINYA MENGGUNAKAN TAPIS HARMONIK DENGAN BANTUAN ETAP POWER STATION 4. ABSTRAKSI ANALISIS DISTORSI HARMONIK PADA SISTEM DISTRIBUSI DAN REDUKSINYA MENGGUNAKAN TAPIS HARMONIK DENGAN BANTUAN ETAP POWER STATION 4. 0 TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Peradaban manusia modern adalah salah satunya ditandaidengan kemajuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Peradaban manusia modern adalah salah satunya ditandaidengan kemajuan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peradaban manusia modern adalah salah satunya ditandaidengan kemajuan teknologi. Dalam bidang elektronika, peralatan seperti TV, komputer, Air Conditioner, ataulampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelistrikan maka konsumsi daya semakin meningkat. Seperti halnya komputer,

BAB 1 PENDAHULUAN. kelistrikan maka konsumsi daya semakin meningkat. Seperti halnya komputer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sitem kelistrikan berkembang begitu cepat. Semakin berkembangnya kelistrikan maka konsumsi daya semakin meningkat. Seperti halnya komputer, pendingin ruangan (AC),

Lebih terperinci

Desain Filter Pasif Pada Sistem Kelistrikan Industri Guna Mengurangi Distorsi Harmonisa

Desain Filter Pasif Pada Sistem Kelistrikan Industri Guna Mengurangi Distorsi Harmonisa Desain Filter Pasif Pada Sistem Kelistrikan Industri Guna Mengurangi Distorsi Harmonisa Soedibyo dan Sjamsjul Anam Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri - Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. rendah banyak dibahas dalam forum-forum kelistrikan. Permasalahan kualitas daya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. rendah banyak dibahas dalam forum-forum kelistrikan. Permasalahan kualitas daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, permasalahan kualitas daya pada sistem tegangan rendah banyak dibahas dalam forum-forum kelistrikan. Permasalahan kualitas daya sistem disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada penyaluran energi listrik dari tingkat pembangkit sampai tingkat beban, seringkali terdapat gangguan-gangguan yang bisa berupa ketidakseimbangan tegangan pada

Lebih terperinci

ANALISA GANGGUAN PADA ELECTRIC ARC FURNACE (EAF) AKIBAT ARUS INRUSH TRANSFORMATOR & RESONANSI FILTER HARMONISA PABRIK PELEBURAN BAJA PT.

ANALISA GANGGUAN PADA ELECTRIC ARC FURNACE (EAF) AKIBAT ARUS INRUSH TRANSFORMATOR & RESONANSI FILTER HARMONISA PABRIK PELEBURAN BAJA PT. ANALISA GANGGUAN PADA ELECTRIC ARC FURNACE (EAF) AKIBAT ARUS INRUSH TRANSFORMATOR & RESONANSI FILTER HARMONISA PABRIK PELEBURAN BAJA PT. ISPATINDO Oleh: Gunawan Muhammad 2209106042 Dosen Pembimbing: 1.

Lebih terperinci

ANALISA PENANGGULANGAN THD DENGAN FILTER PASIF PADA SISTEM KELISTRIKAN DI RSUP SANGLAH

ANALISA PENANGGULANGAN THD DENGAN FILTER PASIF PADA SISTEM KELISTRIKAN DI RSUP SANGLAH ANALISA PENANGGULANGAN THD DENGAN FILTER PASIF PADA SISTEM KELISTRIKAN DI RSUP SANGLAH Staff Pengajar Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran, Bali, 8036 Email: suweden@ee.unud.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri, tegangan masukan pada peralatan tersebut seharusnya berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. industri, tegangan masukan pada peralatan tersebut seharusnya berbentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kebutuhan energi listrik untuk rumah tangga dan industri pada umumnya dipenuhi oleh PT. PLN (persero). Akan tetapi pada sistem tenaga listirk banyak terjadi

Lebih terperinci

Studi Perencanaan Filter Hybrid Untuk Mengurangi Harmonisa Pada Proyek Pakistan Deep Water Container Port

Studi Perencanaan Filter Hybrid Untuk Mengurangi Harmonisa Pada Proyek Pakistan Deep Water Container Port JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-142 Studi Perencanaan Filter Hybrid Untuk Mengurangi Harmonisa Pada Proyek Pakistan Deep Water Container Port Rahman Efandi,

Lebih terperinci

Arrifat Lubis

Arrifat Lubis Seminar Tugas Akhir (Gasal 2010-2011) Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro ITS ANALISIS DAN SIMULASI KUALITAS DAYA : FAKTOR DAYA, TEGANGAN KEDIP DAN HARMONISA PADA PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penulis melakukan beberapa hal yang akan menjadi dasar dari penelitian ini. Dimulai dari studi pustaka, dimana penulis mencari dan mengkaji mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan peran penting dalam kehidupan diberbagai sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan peran penting dalam kehidupan diberbagai sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan peran penting dalam kehidupan diberbagai sektor seperti di industri, perkantoran, rumah tangga dan sebagainya. Seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

PENGARUH HARMONIK PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

PENGARUH HARMONIK PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PENGARUH HARMONIK PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI Oleh : CRISTOF NAEK HALOMOAN TOBING 0404030245 Sistem Transmisi dan Distribusi DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2008 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian energi listrik pada bangunan industri sebaiknya menjadi kajian

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemakaian energi listrik pada bangunan industri sebaiknya menjadi kajian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian energi listrik pada bangunan industri sebaiknya menjadi kajian awal sebelum perencanaan bagi pemilik dan penggunanya. Dengan demikian pemilihan peralatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah rectifier, converter, inverter, tanur busur listrik, motor-motor listrik,

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah rectifier, converter, inverter, tanur busur listrik, motor-motor listrik, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini banyak konsumen daya listrik menggunakan beban tidak linier, baik konsumen rumah tangga, perkantoran maupun industri. Contoh beban tidak linier adalah rectifier,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type.

ABSTRAK. Kata kunci : Arus Transien, Ketahanan Transformator, Jenis Beban. ABSTRACT. Keywords : Transient Current, Transformer withstand, load type. Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Analisis Arus Transien Transformator Setelah Penyambungan Beban Gedung Serbaguna PT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Transformator Ukur Transformator ukur di rancang secara khusus untuk pengukuran dalam sistem daya. Transformator ini banyak digunakan dalam sistem daya karena mempunyai keuntungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan, sumber daya manusia yang dimanfaatkan untuk. meningkatkan kemajuan industri serta aspek-aspek lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan, sumber daya manusia yang dimanfaatkan untuk. meningkatkan kemajuan industri serta aspek-aspek lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi perkembangan sebuah negara. Dalam perkembangannya industri juga tidak lepas dari aspekaspek yang membuat industri

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR

ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR ANALISIS PENGARUH HARMONISA TERHADAP FAKTOR-K PADA TRANSFORMATOR Eka Rahmat Surbakti, Masykur Sj Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

Kualitas Daya Listrik (Power Quality)

Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Kualitas Daya Listrik (Power Quality) Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pend. Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta HP: 0812 2745354 giriwiyono@uny.ac.id Perkembangan Teknologi Karakteristik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN SECOND ORDER DAMPED FILTER UNTUK MEREDUKSI MASALAH HARMONIK PADA BEBAN NON-LINEAR MENGGUNAKAN ETAP POWER STATION 7.0.0 SKRIPSI VELAYATI PUSPA PERTIWI 0806319236 FAKULTAS

Lebih terperinci

Penyearah (rectifier) Permasalahan yang ditimbulkan oleh harmonisa Permasalahan Harmonisa pada Transformator...

Penyearah (rectifier) Permasalahan yang ditimbulkan oleh harmonisa Permasalahan Harmonisa pada Transformator... DAFTAR ISI Sampul Depan... i Sampul Dalam... ii Lembar Pernyataan Orisinalitas... iii Halaman Persyaratan Gelar... iv Lembar Pengesahan... v Ucapan Terima Kasih... vi Abstrak... vii Daftar Isi... ix Daftar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bandar Udara Internasional Kualanamu terletak 39 Km dari kota Medan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bandar Udara Internasional Kualanamu terletak 39 Km dari kota Medan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandar Udara Internasional Kualanamu terletak 39 Km dari kota Medan dan berada di Desa Beringin Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Bandara ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator, BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK II.1. Sistem Tenaga Listrik Struktur tenaga listrik atau sistem tenaga listrik sangat besar dan kompleks karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Proses Penyaluran Tenaga Listrik Gambar 2.1. Proses Tenaga Listrik Energi listrik dihasilkan dari pusat pembangkitan yang menggunakan energi potensi mekanik (air, uap, gas, panas

Lebih terperinci

Reduksi Harmonisa dan Ketidakseimbangan Tegangan menggunakan Hybrid Active Power Filter Tiga Fasa berbasis ADALINE-Fuzzy

Reduksi Harmonisa dan Ketidakseimbangan Tegangan menggunakan Hybrid Active Power Filter Tiga Fasa berbasis ADALINE-Fuzzy Reduksi Harmonisa dan Ketidakseimbangan Tegangan menggunakan Hybrid Active Power Filter Tiga Fasa berbasis ADALINE-Fuzzy Oleh: Marselin Jamlaay 2211 201 206 Dosen Pembimbing: 1. Prof. Dr. Ir. Mochamad

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI Renny Rakhmawati, ST, MT Jurusan Teknik Elektro Industri PENS-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya Phone 03-5947280

Lebih terperinci

Aplikasi Filter Pasif Pada Beban Inverter Tiga Fase Berbeban

Aplikasi Filter Pasif Pada Beban Inverter Tiga Fase Berbeban Aplikasi Filter Pasif Pada Beban Inverter Tiga Fase Berbeban Wahri Sunanda Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung wahrisunanda@ubb.ac.id Abstract Harmonic is one of sinusoidal

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONISA TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK DI GEDUNG DIREKTORAT TIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

ANALISIS HARMONISA TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK DI GEDUNG DIREKTORAT TIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ANALISIS HARMONISA TEGANGAN DAN ARUS LISTRIK DI GEDUNG DIREKTORAT TIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Wasimudin Surya S 1, Dadang Lukman Hakim 1 Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemakaian listrik dari hari ke hari semakin meningkat seiring dengan perkembangan teknologi kala ini. Peralatan-peralatan yang biasa dijalankan secara manual, sekarang

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3157

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3157 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3157 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS FILTER UNTUK MEMINIMALISASI NILAI HARMONISA PADA CONVERTER DC TO DC TIPE BUCK IMPLEMENTATION

Lebih terperinci

92 Teknologi Elektro, Vol. 16, No.03,September -Desember I Gusti Ngurah Dwipayana 1, I Wayan Rinas 2, I Made Suartika 3

92 Teknologi Elektro, Vol. 16, No.03,September -Desember I Gusti Ngurah Dwipayana 1, I Wayan Rinas 2, I Made Suartika 3 92 Teknologi Elektro, Vol. 16, No.03,September -Desember 2017 Analisis THD dan Peningkatan Arus pada Kawat Netral Akibat Pengoperasian Beban Non Linier yang Tak pada Sistem Tenaga Listrik di RSUD Kabupaten

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan oleh penyusun dalam melakukan penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Studi Pustaka, yaitu dengan cara mencari, mempelajari

Lebih terperinci

SIMULASI PENENTUAN PENEMPATAN FILTER AKTIF SHUNT UNTUK MENDAPATKAN DISTORSI DAYA YANG TERKECIL di BLUE POINT BAY VILLA & SPA

SIMULASI PENENTUAN PENEMPATAN FILTER AKTIF SHUNT UNTUK MENDAPATKAN DISTORSI DAYA YANG TERKECIL di BLUE POINT BAY VILLA & SPA SIMULASI PENENTUAN PENEMPATAN FILTER AKTIF SHUNT UNTUK MENDAPATKAN DISTORSI DAYA YANG TERKECIL di BLUE POINT BAY VILLA & SPA A.I. Weking*, I W. Rinas, A. K. Suwardana Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Harmonisa dan faktor daya merupakan acuan utama dalam menilai sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Harmonisa dan faktor daya merupakan acuan utama dalam menilai sebuah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harmonisa dan faktor daya merupakan acuan utama dalam menilai sebuah sistem mempunyai kualitas daya listrik baik atau buruk. Masalah yang ditimbulkan oleh pengaruh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahap Proses Perancangan Alat Perancangan rangkaian daya Proteksi perangkat daya Penentuan strategi kontrol Perancangan rangkaian logika dan nilai nominal Gambar 3.1 Proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar- BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perkembangan teknologi sangat cepat pertumbuhannya dari suatu negara, perkembangan tersebut hampir menyeluruh disegala bidang terutama dibidang kelistrikan. Sejak berkembangnya

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi seperti saat ini, peralatan listrik yang berbasis elektronika daya berkembang pesat, karena mempunyai efisiensi yang tinggi dan perancangannya

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN RANGKAIAN FILTER UNTUK MENGURANGI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI

STUDI PENGGUNAAN RANGKAIAN FILTER UNTUK MENGURANGI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI STUDI PENGGUNAAN RANGKAIAN FILTER UNTUK MENGURANGI EFEK HARMONISA PADA LAMPU HEMAT ENERGI Irnanda Priyadi, ST, MT Staf pengajar Teknik Elektro UNIB Abstract Harmonics is a phenomenon in power system that

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SINGLE TUNED FILTER SEBAGAI ALAT PEREDUKSI DISTORSI HARMONIK UNTUK KARAKTERISTIK BEBAN RUMAH TANGGA 2200VA

RANCANG BANGUN SINGLE TUNED FILTER SEBAGAI ALAT PEREDUKSI DISTORSI HARMONIK UNTUK KARAKTERISTIK BEBAN RUMAH TANGGA 2200VA RANCANG BANGUN SINGLE TUNED FILTER SEBAGAI ALAT PEREDUKSI DISTORSI HARMONIK UNTUK KARAKTERISTIK BEBAN RUMAH TANGGA 2200VA SKRIPSI BESTION ALZARI 0706267572 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di Lab Lama Teknik Elektro FPTK UPI dengan perencanaan rangkaian listrik yang dipasang beberapa beban listrik. Pengukuran

Lebih terperinci

APLIKASI FILTER PASIF SEBAGAI PEREDUKSI HARMONIK PADA INVERTER TIGA FASE

APLIKASI FILTER PASIF SEBAGAI PEREDUKSI HARMONIK PADA INVERTER TIGA FASE APLIKASI FILTER PASIF SEBAGAI PEREDUKSI HARMONIK PADA INVERTER TIGA FASE 1) Wahri Sunanda, 2) Yuli Asmi Rahman 1) Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Bangka Belitung 2) Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Fakultas Teknik UMY 4.1.1 Sejarah Fakultas Teknik UMY didirikan pada tanggal 24 Rabi ul Akhir 1401 H, bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1981 M, berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS HARMONISA YANG DIHASILKAN CYCLOCONVERTER DENGAN BERBAGAI PARAMETER

ANALISIS HARMONISA YANG DIHASILKAN CYCLOCONVERTER DENGAN BERBAGAI PARAMETER ANALISIS HARMONISA YANG DIHASILKAN CYCLOCONVERTER DENGAN BERBAGAI PARAMETER Prof. Dr. Ir. Iwa Garniwa M.K., MT., Fikri Umar Bajuber Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Kampus UI, Depok, 16424,

Lebih terperinci

Voltage sag atau yang sering juga disebut. threshold-nya. Sedangkan berdasarkan IEEE Standard Voltage Sag

Voltage sag atau yang sering juga disebut. threshold-nya. Sedangkan berdasarkan IEEE Standard Voltage Sag 2.3. Voltage Sag 2.3.1. Gambaran Umum Voltage sag atau yang sering juga disebut sebagai voltage dip merupakan suatu fenomena penurunan tegangan rms dari nilai nominalnya yang terjadi dalam waktu yang singkat,

Lebih terperinci