STUDI PENYUSUNAN KONSEP STANDAR DI BIDANG PRASARANA PELAYARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PENYUSUNAN KONSEP STANDAR DI BIDANG PRASARANA PELAYARAN"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERHUBUNGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TRANSPORTASI LAUT JL. MEDAN MERDEKA TIMUR NO. 5 JAKARTA PUSAT STUDI PENYUSUNAN KONSEP STANDAR DI BIDANG PRASARANA PELAYARAN Laporan Akhir Jakarta, November 2013 PT Anditama Infocon Consultant Supplier General Trading Jl. Dewi Sartika No.4, Cililitan Jakarta Timur Telepon. (021) Fax. (021)

2

3 KATA PENGANTAR Dengan segala kerendahan hati Konsultan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-nya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Akhir pekerjaan Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran. Indonesia merupakan negara kepulauan di mana masing-masing pulau dipisahkan oleh lautan sehingga transportasi laut merupakan salah satu pilihan moda transportasi antar pulau baik untuk mengangkut kendaraan, barang maupun penumpang. Prasarana merupakan salah satu bagian penting untuk menunjang kelancaran dari transportasi laut. Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul karena belum adanya standardisasi pada prasarana pelayaran. Karena itu Konsultan bermaksud untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan melakukan studi, analisis dan menyusun konsep standar di bidang prasarana pelayaran. Laporan Akhir ini menyajikan hasil penyusunan konsep standar prasarana pelayaran berdasarkan hasil analisis data primer dan sekunder. Konsultan menyampaikan terima kasih kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Perhubungan, Tim Pengarah dan Pendamping, dan kepada pihak-pihak yang namanya tidak tercantum namun telah banyak membantu dalam menyelesaikan studi ini. Jakarta, November 2013 PT Anditama Infocon

4

5 ABSTRAK Prasarana pelayaran merupakan salah satu bagian penting untuk menunjang kelancaran transportasi laut. Prasarana pelayaran dan transportasi laut merupakan dua komponen yang saling terkait dan saling menunjang dalam setiap kegiatannya. Namun pada saat ini prasarana pelayaran belum memiliki standar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan yang berkaitan dengan transportasi laut. Untuk menjaga kelancaran, keamanan, dan ketertiban dalam menjalankan fungsi transportasi laut, diperlukan suatu konsep standar prasarana pelayaran yang sesuai dan mengacu pada aturan nasional dan internasional. Standar-standar tersebut antara lain (1) Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional; (2) Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar tipe Yacht; (3) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis; (4) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair; (5) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering; (6) Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; (7) Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo; (8) Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Roro; (9) Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan; (10) Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya; (11) Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area); (12) Standar Car Terminal; (13) Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Analisis dan evaluasi dalam studi ini dilakukan secara komprehensif, dengan pendekatan deskriptif dan kuantitatif yang ditunjang oleh data primer hasil pengukuran, pengamatan dan wawancara serta data sekunder berupa kepustakaan dan peraturan perundang-undangan. Kata Kunci: kepelabuhanan, pelayaran, standardisasi, keselamatan.

6

7 ABSTRACT Shipping infrastructure is one important key for supporting maritime transport. Shipping infrastructure and maritime transport are the two interrelated components that mutually support in every activity. But at this moment, shipping infrastructure has no a standard that can be used as a reference in activities related to maritime transport. To maintain the continuity, safety and regularity in performing the functions of maritime transport, suitable shipping infrastructure standards which refer to national and international regulations are required. These standards include (1) Standard of Facilities and Equipment for Cruise Ship and International Passenger Service; (2) Standard of Facilities and Equipment for Yacht; (3) Standard of Berthing Facility for Interisland Ship; (4) Standard of Berthing Facility for Dry Bulk Cargo Ship and Handling Service; (5) Standard of Berthing Facility for Liquid Bulk Cargo Ship and Handling Service; (6) Standard of Berthing Facility for Container Ship and Handling Service; (7) Standard of Berthing Facility for Lolo Ship Service; (8) Standard of Berthing Facility for Roro Ship Service; (9) Standard of Facilities for Particular Land Area Functioned as Port (Dry Port);(10) Standard of Private Terminal for Hazardous Cargo; (11) Standard of Facilities for Dredged Material Dumping area; (12) Standard of Car Terminal; (13) Standard of Storage Facility for Port Generated Waste and Garbage. Analysis and evaluation of this study will be conducted in a comprehensive manner, with descriptive approach and quantitative means which are supported by primary data (measurements, observations and interviews) and secondary data in the form of textbooks, references and legislation. Keywords: seaport, shipping, standardization, safety.

8

9 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Ruang Lingkup D. Lokasi Studi E. Sistematika Penyajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peraturan Perundangan B. Studi Terdahulu C. Literatur Lainnya D. Terminologi Standar Menurut Referensi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Studi B. Waktu dan Lokasi Penelitian C. Pendekatan Penelitian D. Uraian Metodologi BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI A. Pelabuhan Tanjung Priok B. Pelabuhan Tanjung Perak C. Pelabuhan Makassar D. Pelabuhan Teluk Bayur E. Pelabuhan Benoa

10 viii F. Terminal Peti kemas Bandung BAB V ANALISIS A. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional B. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis C. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah D. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas 5-11 E. Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro F. Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan G. Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya H. Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area) 5-18 I. Car Terminal J. Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA

11 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Tabel 2.6 Halaman Materi terkait dalam Studi Standarisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut, Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Internasional Kelas A Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Internasional Kelas B Materi terkait dalam Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, Terminal peti kemas di pelabuhan-pelabuhan yang disurvey Ukuran dermaga dan kedalaman kolam Pelabuhan Utama Tabel 2.7 Luas lapangan penumpukan sesuai arus peti kemas Tabel 2.8 Jumlah crane minimal sesuai arus peti kemas Tabel 2.9 Peralatan Terminal Peti kemas di Pelabuhan-Pelabuhan Tabel 2.10 fasilitas pendukung transhipment peti kemas Tabel 2.11 Penerapan RSNI di lokasi survey TK Batubara Tabel 2.12 Tabel 2.13 Materi terkait dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, Data Fasilitas di 18 Lokasi Pelabuhan Tujuan Kapal Pesiar Tabel 2.14 Annex dalam MARPOL 73/ Tabel 4.1 Data trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Tabel 4.2 Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok

12 x Tabel 4.3 Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung Priok Tabel 4.4 Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung Priok Tabel 4.5 Tabel 4.6 Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok Data Dermaga Curah Kering Pelabuhan Tanjung Priok Tabel 4.7 Data Fasilitas Terminal Peti kemas JICT Tabel 4.8 Fasilitas dan Peralatan RF Pelabuhan Tanjung Priok 4-20 Tabel 4.9 Data volume limbah Tanjung Priok Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Data Penampungan Sampah di Pelabuhan Tanjung Priok Tenaga Kerja Kebersihan di Pelabuhan Tanjung Priok Mitra Kerja dan Alat Angkut yang digunakan untuk Penampungan Sampah Pelabuhan Tanjung Priok Data Volume Sampah yang Terangkut Dari LPS Pelabuhan Tanjung Priok Januari s/d Desember 2011 dalam satuan m Tabel 4.14 Fasilitas Terminal di Pelabuhan Tanjung Perak Tabel 4.15 Fasilitas Terminal Jamrud Tabel 4.16 Peralatan Terminal Jamrud Tabel 4.17 Fasilitas Terminal Nilam Tabel 4.18 Peralatan Terminal Nilam Timur Multipurpose Tabel 4.19 Fasilitas Terminal Mirah Tabel 4.20 Peralatan Terminal Mirah Tabel 4.21 Fasilitas Terminal Kalimas Tabel 4.22 Fasilitas Terminal Berlian Tabel 4.23 Fasilitas Lapangan PT BJTI Tabel 4.24 Fasilitas Peralatan PT BJTI Tabel 4.25 Produksi PT BJTI

13 xi Tabel 4.26 Kinerja Bongkar Muat PT BJTI Tabel 4.27 fasilitas terminal peti kemas surabaya Tabel 4.28 Standar kinerja PT TPS Tabel 4.29 Tabel 4.30 Tabel 4.31 Data Kunjungan dan Tonase Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Data Arus Penumpang di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Data Perbandingan Arus Bongkar Muat Barang (Cargo Flow) di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya Tabel 4.32 Fasilitas Kade Perak (Roro) Tabel 4.33 Data trafik kapal di Pelabuhan Makassar Tabel 4.34 Data Trafik Penumpang di Pelabuhan Makassar Tabel 4.35 Data Trafik Barang di Pelabuhan Makassar Tabel 4.36 Data Dermaga di Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar Tabel 4.37 Produktivitas dermaga peti kemas Pelabuhan Makassar Tabel 4.38 Dermaga di Pelabuhan Teluk Bayur Tabel 4.39 Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Teluk Bayur Tabel 4.40 Tabel 4.41 Tabel 4.42 Trafik barang berdasarkan komoditi melalui Pelabuhan Teluk Bayur Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Kering di Pelabuhan Teluk Bayur tahun Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Cair di Pelabuhan Teluk Bayur tahun Tabel 4.43 Arus peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur Tabel 4.44 Kegiatan Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat DUKS Pertamina Pelabuhan Teluk Bayur Tahun Tabel 4.45 Trafik Kapal di Pelabuhan Benoa Tabel 4.46 Trafik Penumpang di Pelabuhan Benoa Tabel 4.47 Trafik Barang di Pelabuhan Benoa Tabel 4.48 TUKS Barang Berbahaya di Pelabuhan Benoa

14 xii Tabel 4.49 Data Dermaga Khusus Pertamina di Pelabuhan Benoa Tabel 4.50 Data fasilitas Terminal Peti kemas Bandung Tabel 5.1 Tabel 5.2 Rangkuman Data Fasilitas Pelayanan Kapal dan Penumpang Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Kapal Pesiar Tabel 5.3 kebutuhan luas terminal penumpang Tabel 5.4 rangkuman data dermaga perintis Tabel 5.5 dimensi tipikal kapal perintis Tabel 5.6 Rangkuman data Dermaga Curah Kering Tabel 5.7 Rangkuman data Dermaga Curah Cair Tabel 5.8 Rangkuman data Dermaga Peti kemas Tabel 5.9 Dimensi tipikal Kapal Peti kemas Tabel 5.10 Rangkuman data Dermaga Multipurpose Tabel 5.11 Rangkuman Data Dry Port Tabel 5.12 Daftar TUKS di Lokasi Survey Tabel 5.13 Data Pembuangan Hasil Keruk di Lokasi Survey Tabel 5.14 Fasilitas penampungan limbah di lokasi survey Tabel 5.15 Fasilitas penampungan sampah di lokasi survey

15 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Peta Orientasi Lokasi Studi Gambar 2.1 Denah Terminal Penumpang Internasional Kelas A Gambar 2.2 Denah Terminal Penumpang Internasional Kelas B Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 2.7 Tata letak tipikal Terminal Curah Kering secara umum Tata letak tipikal Terminal Curah Kering dengan sistem sederhana Tata letak tipikal Terminal Curah Kering dengan sistem canggih Tata letak tipikal Terminal Curah Cair secara keseluruhan Tata letak tipikal Peralatan Bongkar Muat pada dermaga Terminal Curah Cair Gambar 2.8 Tata letak tipikal dermaga Terminal Curah Cair Gambar 2.9 Gambar 2.10 Tata letak tipikal Fasilitas Darat Terminal Curah Cair Kegiatan transhipment peti kemas merupakan bagian dari arus peti kemas total Gambar 2.11 Sketsa definisi perhitungan panjang dermaga Gambar 2.12 Sketsa definisi lebar apron dermaga Gambar 2.13 Gambar 2.14 Gambar 2.15 Gambar 2.16 Ilustrasi penumpukan peti kemas sisterm truck trailer dan reach stacker/forklift Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem straddle carrier Ilustrasi penumpukan peti kemas sisterm RTG/RMG dengan head truck Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem RTG/RMG dengan Shuttle-carrier Gambar 2.17 Standar sistem penanganan batubara

16 xiv Gambar 2.18 Sistem penanganan batubara sederhana Gambar 2.19 Standar sistem penanganan di terminal khusus CPO Gambar 2.20 Halaman depan Paparan Wamen Perhubungan pada International Cruise Workshop Gambar 2.21 Grafik jumlah kunjungan kapal berdasarkan lokasinya Gambar 2.22 Jumlah Penumpang Kapal Pesiar di Beberapa Tujuan Wisata di Indonesia Gambar 2.23 Sampul buku Standar Konstruksi Dermaga Gambar 2.24 Contoh isi buku Standar Konstruksi Dermaga Gambar 3.1 Metode pelaksanaan pekerjaan Gambar 4.1 Lokasi terminal pada Kawasan Tanjung Priok Gambar 4.2 Dermaga di Terminal I Tanjung Priok Gambar 4.3 Dermaga di Terminal I Tanjung Priok (lanjutan) Gambar 4.4 Dermaga di Terminal II Tanjung Priok Gambar 4.5 Dermaga di Terminal II Tanjung Priok (lanjutan) Gambar 4.6 Dermaga di Terminal III Tanjung Priok Gambar 4.7 Gambar 4.8 Penempatan peralatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok Orientasi dermaga kapal penumpang Tanjung Priok pada citra satelit Gambar 4.9 Dokumentasi Terminal Penumpang Tanjung Priok 4-11 Gambar 4.10 Trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Gambar 4.11 Trafik peti kemas tahun Gambar 4.12 Orientasi Lokasi Terminal Peti kemas Koja Gambar 4.13 Terminal peti kemas Koja pada peta satelit Gambar 4.14 Denah Fasilitas Car Terminal di Pelabuhan Tanjung Priok Gambar 4.15 Pembangunan Car Terminal tahun Gambar 4.16 Kondisi di depan dermaga Car Terminal

17 xv Gambar 4.17 Standard Operational Procedure Pengelolaan Limbah B3 di Reception facilities (RF) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok Gambar 4.18 Kapal tunda dan tongkang di RF Tanjung Priok Gambar 4.19 Oil Boom dan tangki di RF Tanjung Priok Gambar 4.20 Prosedur pengumpulan sampah dan penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan Gambar 4.21 Dokumentasi fasilitas penampungan sampah di Tanjung Priok Gambar 4.22 Orientasi Pelabuhan Tanjung Perak pada Peta Provinsi Jawa Timur Gambar 4.23 Citra satelit Pelabuhan Tanjung Perak Gambar 4.24 Citra satelit Terminal Jamrud Tanjung Perak Gambar 4.25 Layout Terminal Jamrud Tanjung Perak Gambar 4.26 Citra satelit Terminal Nilam Tanjung Perak Gambar 4.27 Layout Terminal Nilam Tanjung Perak Gambar 4.28 Citra satelit Terminal Mirah Tanjung Perak Gambar 4.29 Layout Terminal Mirah Tanjung Perak Gambar 4.30 Citra satelit Dermaga Berlian Gambar 4.31 Layout Dermaga Berlian Gambar 4.32 Gambar 4.33 Gambar 4.34 Gambar 4.35 Gambar 4.36 Gambar 4.37 Gambar 4.38 Dokumentasi kegiatan sandar kapal penumpang di Dermaga Jamrud Utara Gedung terminal penumpang lama yang kini sudah dibongkar Kondisi eksisting pekerjaan Pembangunan Terminal Penumpang Modern di Pelabuhan Tanjung Perak Tampak depan dan tampak dalam Terminal Penumpang Sementara Tanjung Perak Fasilitas di Terminal Penumpang Sementara Tanjung Perak Aktivitas muat curah kering pangan (atas) dan semen (bawah) di Dermaga Jamrud Selatan Aktivitas muat curah cair CPO di Dermaga Nilam Timur Konvensional

18 xvi Gambar 4.39 Dermaga peti kemas di Terminal Nilam Timur Multipurpose Gambar 4.40 Dokumentasi terminal peti kemas PT BJTI Gambar 4.41 Dokumentasi Terminal Peti kemas PT TPS Gambar 4.42 Aktivitas bongkar muat peti kemas secara Lo-Lo di Dermaga Jamrud Gambar 4.43 Dokumentasi fasilitas RF Tanjung Perak Gambar 4.44 Standard Operating Procedure Penerimaan, Penyimpanan dan Pengeluaran Limbah B3 di RF Tanjung Perak Gambar 4.45 Orientasi lokasi Pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan Gambar 4.46 Tata letak Pelabuhan Makassar Gambar 4.47 Gambar 4.48 Tata letak dermaga dan peruntukannya di Pangkalan Soekarno Pelabuhan Makassar Tata letak dermaga dan peruntukannya di Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar Gambar 4.49 Denah Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar 4-65 Gambar 4.50 Gambar 4.51 Dokumentasi limbah oli dari kapal dan kegiatan pelabuhan yang ditampung dengan drum di Pelabuhan Makassar Gambar Detail Fasilitas Penampungan Limbah Oli dalam drum-drum Gambar 4.52 Layout Pelabuhan Teluk Bayur Gambar 4.53 Dokumentasi Dermaga 01 (atas) dan Dermaga 02 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur Gambar 4.54 Dokumentasi Dermaga 03 (atas) dan Dermaga 04 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur Gambar 4.55 Dokumentasi Dermaga 05 (atas) dan Dermaga 07 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur Gambar 4.56 Dokumentasi Dermaga Baru Teluk Bayur Gambar 4.57 Dokumentasi Dermaga Khusus Semen Teluk Bayur Gambar 4.58 Lokasi Dumping area Pelabuhan Teluk Bayur

19 xvii Gambar 4.59 Citra satelit Pelabuhan Benoa Gambar 4.60 Dokumentasi Dermaga Timur Pelabuhan Benoa Gambar 4.61 Gambar 4.62 Dokumentasi Lahan Reklamasi untuk sandar Kapal Curah Pasir Pelabuhan Benoa Dokumentasi Dermaga Umum (Selatan) Pelabuhan Benoa Gambar 4.63 Dokumentasi Jetty Pertamina di Pelabuhan Benoa Gambar 4.64 Dokumentasi Dumping area (Reklamasi) Pelabuhan Benoa Gambar 4.65 Fasilitas Penampungan Limbah Pelabuhan Benoa Gambar 4.66 Dokumentasi Fasilitas Penampungan Sampah Pelabuhan Benoa Gambar 4.67 Citra satelit Terminal Peti kemas Bandung Gambar 4.68 Dokumentasi Terminal Peti kemas Bandung

20

21 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prasarana merupakan salah satu bagian penting untuk menunjang kelancaran dari transportasi laut. Angkutan perairan dengan pelabuhan merupakan husbandry yang saling terkait dan menunjang dalam setiap kegiatannya. Hal ini tertuang dalam UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menyebutkan bahwa kepelabuhanan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang dan atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra dan antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting dan strategis sehingga penyelenggaraannya dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah dalam rangka menunjang, menggerakkan, dan mendorong pencapaian tujuan nasional, dan memperkukuh ketahanan nasional. Pembinaan kepelabuhanan dalam satu kesatuan Tatanan Kepelabuhanan Nasional yang ditujukan untuk mewujudkan kelancaran, ketertiban, keamanan dan keselamatan pelayaran dalam pelayanan jasa kepelabuhanan, menjamin kepastian hukum dan kepastian usaha, mendorong profesionalisme pelaku ekonomi di pelabuhan, mengakomodasi teknologi angkutan, serta meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing dengan tetap mengutamakan pelayanan kepentingan umum. Prasarana transportasi laut mutlak dibutuhkan untuk mendukung kelancaran kegiatan transportasi laut dalam satu sistem transportasi laut yang terpadu. Dengan demikian diperlukan standar yang sesuai dengan mengacu kepada konvensi internasional dan aturan nasional.

22 1-2 B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud Studi Menganalisis dan merumuskan konsep standar di bidang prasarana pelayaran. 2. Tujuan Studi Tersusunnya 10 konsep standar di bidang prasarana pelayaran. C. Ruang Lingkup Kegiatan yang akan dilaksanakan meliputi penyusunan standar prasarana pelayaran, antara lain: 1. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional: a. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar (cruise) dan Penumpang Internasional. b. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar tipe Yacht. 2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis; 3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah: a. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair; b. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering; 4. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; 5. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro: a. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Lolo; b. Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Roro; 6. Standar Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan (Dry Port) yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan; 7. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya; 8. Standar Fasilitas Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area); 9. Standar Car Terminal; 10. Standar Fasilitas Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan.

23 1-3 D. Lokasi Studi Kegiatan penelitian dilakukan di Jakarta, Surabaya, Makassar, Padang dan Benoa. Peta orientasi lokasi studi diberikan pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Peta Orientasi Lokasi Studi E. Sistematika Penyajian Sistematika penyajian Laporan Pendahuluan ini terdiri dari 6 (enam) Bab, Daftar Pustaka dan Lampiran sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab I adalah bagian ini, menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah maksud, tujuan serta indikator keluaran dan keluaran, lokasi penelitian, lingkup pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan dan sistematika penyajian. Uraian mengenai hal-hal tersebut disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (KAK). Bab II Tinjauan Pustaka Bagian ini menyajikan pustaka dan literatur yang akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan studi. Pustaka dan literatur tersebut meliputi hasil studi terdahulu, buku-buku teks yang berkaitan dengan subyek penelitian, aspek legalitas dalam bentuk peraturan-peraturan

24 1-4 dan undang-undang serta codes dari negara lain yang terkait dan terminologi atau glossary standar. Bab III Metodologi Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai metodologi pelaksanaan pekerjaan dari masing-masing kegiatan sesuai dengan Kerangka Acuan Kerja (KAK). Metodologi pelaksanaan pekerjaan yang diuraikan pada bab ini terdiri dari kegiatan persiapan, pengumpulan data sekunder, kegiatan survey dan pengamatan lapangan, kegiatan pengolahan data hasil survey, kegiatan evaluasi dan analisis data hasil survey, serta kegiatan penyusunan konsep standar. Bab IV Hasil Pengumpulan Data dan Informasi Pada bab ini diuraikan data yang telah diperoleh berdasarkan kegiatan survey lapangan. Bab V Analisis Pada bab ini diuraikan analisis data survey dan literatur yang digunakan sebagai dasar penyusunan konsep standar. Bab VI Kesimpulan Pada bab ini disajikan kesimpulan dari hasil analisis dan penyusunan konsep standar yang telah dilakukan. Daftar Pustaka

25 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Peraturan Perundangan TINJAUAN PUSTAKA 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran Aturan yang ada di dalam UU No. 17 Tahun 2008 tentang pelayaran meliputi aturan mengenai penyelenggaraan kepelabuhanan secara perinci mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Kepelabuhanan. Undang-Undang ini mendefinisikan kepelabuhanan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu-lintas kapal, penumpang dan/atau barang, keselamatan dan keamanan berlayar, tempat perpindahan intra- dan/atau antarmoda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah dengan tetap memperhatikan tata ruang wilayah. Pelaksanaan fungsi pelabuhan tersebut diatur oleh suatu sistem kepelabuhanan yang disebut tatanan kepelabuhanan nasional. Hal-hal yang diatur dalam Undang-undang ini antara lain penjelasan pelaku-pelaku kegiatan pelayaran beserta kewajiban, tanggung-jawab, perizinan, pemberdayaan, aturan main, hingga sanksi administratif baik untuk pelaksana, pengontrol maupun pihak penyedia jasa lainnya yang terkait dengan angkutan di perairan. Sisi-sisi pengaturan pelaksanaan lebih lanjut diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri, dan peraturan pelaksanaan lainnya. b. Terminal. Terminal adalah fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar, dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang. Dalam sistem fasilitas pelabuhan, terminal merupakan salah satu fasilitas pokok yang harus tersedia di pelabuhan. Selain terminal yang dimaksud dalam penjelasan di atas, ada pula jenis-jenis

26 2-2 terminal lain yakni terminal khusus, dan terminal untuk kepentingan sendiri. Terminal khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Terminal untuk kepentingan sendiri adalah terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya. Kedua terminal tersebut dapat dibangun untuk menunjang kegiatan tertentu di luar Daerah Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan. Terminal khusus dan terminal untuk kepentingan sendiri dapat saja digunakan untuk keperluan yang berkaitan dengan pelayaran luar negeri bila telah ditetapkan oleh menteri. Terminal-terminal seperti ini ditetapkan menjadi bagian dari pelabuhan terdekat. Pertimbangan pembangunan, perizinan dan aturan pengoperasian, serta persyaratan pengubahan status diatur sedemikian rupa agar penggunaan terminal seperti ini dapat dilaksanakan dengan baik dengan pola integrasi yang teratur. 2. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan Menurut Permen LH 5/2009 tentang Pengelolaan Limbah di Pelabuhan, Pengelola dapat menerima dan/atau mengelola limbah yang berasal dari kegiatan rutin operasional kapal dan/atau kegiatan penunjang pelabuhan. Limbah tersebut meliputi: a. minyak; b. material cair dan/atau padat berbahaya dalam bentuk curah; c. kemasan bekas bahan berbahaya; d. limbah cair domestik; e. sampah; f. emisi; g. limbah elektronik; dan/atau h. limbah bekas kapal. Pengelola dapat menyediakan fasilitas pengelolaan limbah untuk seluruh atau sebagian jenis limbah.

27 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan a. Kegiatan-kegiatan (fungsi) pelabuhan. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang digunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta berbagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. Pelabuhan memiliki peran sebagai simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya, pintu gerbang kegiatan perekonomian, tempat alih moda transportasi, penunjang kegiatan industri dan/atau perdagangan, tempat distribusi, produksi, dan konsolidasi muatan atau barang, dan sarana perwujudan Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara. Secara hirarki, pelabuhan dibagi menjadi tiga yaitu sebagai berikut: 1) Pelabuhan Utama; Pelabuhan Utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam negeri dan internasional dalam jumlah besar, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. 2) Pelabuhan Pengumpul; Pelabuhan Pengumpul adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut dalam negeri dalam jumlah menengah, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan antarprovinsi. 3) Pelabuhan Pengumpan; Pelabuhan Pengumpan adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri, alih muat angkutan laut

28 2-4 dalam negeri dalam jumlah terbatas, merupakan pengumpan bagi pelabuhan utama dan pelabuhan pengumpul, dan sebagai tempat asal tujuan penumpang dan/atau barang, serta angkutan penyeberangan dengan jangkauan pelayanan dalam provinsi. b. Perbandingan kelas pelabuhan. Pelabuhan terdiri atas dua jenis yakni Pelabuhan Laut, dan Pelabuhan Sungai dan Danau. Pelabuhan Laut didefinisikan sebagai pelabuhan yang dapat digunakan untuk melayani kegiatan angkutan laut dan/atau angkutan penyeberangan yang terletak di laut atau di sungai. Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya, angkutan laut terdiri atas pelabuhan utama, pengumpul, dan pengumpan. Pelabuhan utama digunakan untuk melayani angkutan laut, dan angkutan penyeberangan dalam negeri dan luar negeri. Pelabuhan Pengumpul digunakan untuk melayani angkutan laut dan angkutan penyeberangan antarprovinsi dan/atau antarnegara. Sedangkan Pelabuhan Pengumpan dapat diklasifikasikan lagi menjadi Pelabuhan Pengumpan regional dan lokal. Pelabuhan Pengumpan regional digunakan untuk melayani angkutan laut dan angkutan penyeberangan antar kabupaten/kota dalam satu provinsi. Pelabuhan pengumpan lokal digunakan untuk melayani angkutan laut dan angkutan penyeberangan antar kabupaten/kota dan/atau antarkecamatan dalam satu kabupaten/kota. Sedangkan Pelabuhan Sungai dan Danau adalah pelabuhan yang digunakan untuk melayani angkutan sungai dan danau yang terletak di sungai dan danau. Pelabuhan sungai dan danau dapat digunakan untuk melayani angkutan penyeberangan antar provinsi dan/atau antar negara, antar kabupaten/kota dalam satu provinsi, maupun penyeberangan antar satu kabupaten/kota. Pola pengoperasian dan pengembangan pelabuhan di Indonesia diatur dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional yang berlaku untuk jangka panjang. Fasilitas yang dapat ditemukan di pelabuhan terdiri dari fasilitas pokok dan fasilitas penunjang di daratan dan perairan.

29 2-5 Fasilitas pokok pelabuhan di daerah daratnya terdiri dari dermaga, gudang lini 1, lapangan penumpukan lini 1, terminal penumpang, terminal peti-kemas, terminal roro, fasilitas penampungan dan pengolahan limbah, fasilitas bunker, fasilitas pemadam kebakaran, fasilitas gudang untuk bahan/barang berbahaya dan beracun, dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan peralatan dan sarana bantu navigasi pelayaran. di perairan, fasilitas pokoknya terdiri dari alur pelayaran, perairan tempat labuh, kolam pelabuhan untuk kebutuhan sandar dan olah gerak kapal, perairan tempat alih muat kapal, perairan untuk kapal yang mengangkut bahan/barang berbahaya dan beracun (B3), perairan untuk kegiatan karantina, perairan alur penghubung intrapelabuhan, perairan pandu, dan perairan untuk kapal pemerintah. Sedangkan fasilitas penunjang yang tersedia di daratannya terdiri dari kawasan perkantoran, fasilitas pos dan telekomunikasi, fasilitas pariwisata dan perhotelan, instalasi air bersih, listrik, dan telekomunikasi, jaringan jalan dan rel kereta api, jaringan air limbah, drainase dan sampah, areal pengembangan pelabuhan, tempat tunggu kendaraan bermotor, kawasan perdagangan, kawasan industri, dan fasilitas umum lainnya. Fasilitas penunjang di perairan terdiri dari perairan untuk pengembangan pelabuhan jangka panjang, perairan untuk fasilitas pembangunan dan pemeliharaan kapal, perairan tempat uji coba kapal (percobaan kapal), perairan tempat kapal mati, perairan untuk keperluan darurat, perairan untuk kegiatan kepariwisataan dan perhotelan. 4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional Hirarki pelabuhan dalam PP 61/2009 telah diperbaharui melalui Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional, dengan kriteria sebagai berikut: a. Pelabuhan Utama. 1) kedekatan secara geografis dengan tujuan pasar internasional; 2) berada dekat dengan jalur pelayaran internasional ± 500 mil dan jalur pelayaran nasional ± 50 mil;

30 2-6 3) memiliki jarak dengan pelabuhan utama lainnya minimal 200 mil; 4) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang 5) kedalaman kolam pelabuhan minimal 9 m LWS; 6) berperan sebagai tempat alih muat peti kemas, curah, general cargo, atau penumpang internasional; 7) melayani Angkutan peti kemas sekitar TEUs/tahun atau angkutan lain yang setara; 8) memiliki dermaga peti kemas, curah, atau general cargo, minimal 1 (satu) tambatan, peralatan bongkar muat peti kemas, curah, atau general cargo, serta lapangan penumpukan/gudang penyimpanan yang memadai. 9) berperan sebagai pusat distribusi peti kemas, curah, general cargo, atau penumpang, di tingkat nasional dan pelayanan angkutan peti kemas internasional; b. Pelabuhan Pengumpul. 1) kebijakan Pemerintah yang meliputi pemerataan pembangunan nasional dan meningkatkan pertumbuhan wilayah; 2) memiliki jarak dengan pelabuhan pengumpul lainnya setidaknya 50 mil; 3) berada dekat dengan jalur pelayaran nasional ± 50 mil; 4) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; 5) berdekatan dengan pusat pertumbuhan wilayah ibukota provinsi dan kawasan pertumbuhan nasional; 6) kedalaman minimal pelabuhan 7 m LWS; 7) memiliki dermaga multipurpose minimal 1 tambatan dan peralatan bongkar muat; 8) berperan sebagai pengumpul angkutan peti kemas, curah, general cargo, atau penumpang nasional; 9) berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang umum nasional; c. Pelabuhan Pengumpan Regional. 1) berpedoman pada tata ruang wilayah provinsi dan pemerataan pembangunan antarprovinsi; 2) berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota serta pemerataan dan peningkatan pembangunan kabupaten/kota;

31 2-7 3) berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi wilayah provinsi; 4) berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Pengumpul dan Pelabuhan Utama; 5) berperan sebagai tempat alih muat penumpang dan barang dari/ke Pelabuhan Pengumpul dan/atau Pelabuhan Pengumpan lainnya; 6) berperan melayani angkutan laut antar kabupaten/kota dalam propinsi; 7) memiliki luas daratan dan perairan tertentu serta terlindung dari gelombang; 8) melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar kecamatan dalam 1 (satu) provinsi; 9) berada dekat dengan jalur pelayaran antar pulau ±25 mil; 10) kedalaman maksimal pelabuhan 7 m-lws; 11) memiliki dermaga dengan panjang maksimal 120 m; 12) memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Regional lainnya mil. d. Pelabuhan Pengumpan Lokal. 1) Berpedoman pada tata ruang wilayah kabupaten/kota dan pemerataan serta peningkatan pembangunan kabupaten/kota; 2) Berada di sekitar pusat pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota; 3) Memiliki luas daratan dan perairan tertentu dan terlindung dari gelombang; 4) Melayani penumpang dan barang antar kabupaten/kota dan/atau antar kecamatan dalam 1 (satu) kabupaten/kota; 5) berperan sebagai pengumpan terhadap Pelabuhan Utama, Pelabuhan Pengumpul, dan/atau Pelabuhan Pengumpan Regional; 6) berperan sebagai tempat pelayanan penumpang di daerah terpencil, terisolasi, perbatasan, daerah terbatas yang hanya didukung oleh moda transportasi laut; 7) berperan sebagai tempat pelayanan moda transportasi laut untuk mendukung kehidupan masyarakat dan berfungsi sebagai tempat multifungsi selain sebagai terminal untuk penumpang juga untuk melayani bongkar muat kebutuhan hidup masyarakat di sekitarnya; 8) berada pada lokasi yang tidak dilalui jalur transportasi laut reguler kecuali keperintisan; 9) kedalaman maksimal pelabuhan 4 m-lws;

32 2-8 10) memiliki fasilitas tambat atau dermaga dengan panjang maksimal 70 m; 11) memiliki jarak dengan Pelabuhan Pengumpan Lokal lainnya 5 20 mil. 5. Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2011 Tentang Kunjungan Kapal Wisata (Yacht) Asing Ke Indonesia Inti dari peraturan ini adalah pemberian kemudahan bagi kapal wisata (yacht) asing yang berkunjung ke Indonesia, dalam rangka mengembangkan industri wisata bahari dan meningkatkan perekonomian masyarakan pesisir, pulau-pulau kecul dan perairan pedalaman. Beberapa pokok dari peraturan ini adalah sebagai berikut: a. Kapal wisata (yacht) asing beserta awak kapal dan/atau penumpang termasuk barang bawaan dan/atau kendaraan yang akan memasuki wilayah perairan Indonesia dalam rangka kunjungan wisata diberikan kemudahan di bidang Clearance and Approval for Indonesian Territory (CAIT), kepelabuhanan, kepabeanan, keimigrasian, dan karantina (Pasal 2 ayat (1)). b. Kemudahan ini diberikan bagi kapal wisata asing yang berkunjung melalui 18 (delapan belas) pelabuhan tertentu (Pasal 4 ayat (1)). c. Kapal wisata asing diwajibkan untuk: Memenuhi ketentuan kepabeanan tentang impor sementara, Memiliki izin tinggal, Menjalani pemeriksaan karantina, d. Dalam rangka peningkatan kunjungan kapal wisata asing, Pemerintah dapat memberikan dukungan fasilitas berupa: Penyiapan alur pelayaran, Kemudahan dalam pembangunan marina atau terminal khusus, Pembangunan dermaga, Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, Kemudahan untuk fasilitas perawatan dan perbaikan kapal, Dan fasilitas lainnya sesuai kebutuhan.

33 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 51 Tahun 2011 Tentang Terminal Khusus dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri Terminal Khusus adalah terminal yang terletak di luar Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan terdekat untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya (Pasal 1 butir 3). Terminal Untuk Kepentingan Sendiri adalah terminal yang terletak di dalam Daerah Lingkungan Kerja dan Daerah Lingkungan Kepentingan pelabuhan yang merupakan bagian dari pelabuhan untuk melayani kepentingan sendiri sesuai dengan usaha pokoknya (Pasal 1 butir 4). Daerah Lingkungan Kerja adalah wilayah perairan dan daratan pada pelabuhan atau terminal khusus yang digunakan secara langsung untuk kegiatan pelabuhan (Pasal 1 butir 5). Daerah Lingkungan Kepentingan adalah perairan di sekeliling Daerah Lingkungan Kerja perairan pelabuhan yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan pelayaran (Pasal 1 butir 6). Secara keseluruhan Peraturan ini mengatur tentang syarat penetapan lokasi terminal khusus, syarat pembangunan terminal khusus, syarat pengoperasian terminal khusus, syarat-syarat terminal khusus yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, syarat-syarat Terminal untuk Kepentingan Sendiri serta pembinaan, pengendalian dan pengawasan terminal khusus, terminal untuk kepentingan sendiri. 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2011 Tentang Pengerukan Dan Reklamasi a. Terminologi. 1) Pengerukan adalah pekerjaan mengubah bentuk dasar perairan untuk mencapai kedalaman dan lebar yang dikehendaki atau untuk mengambil material dasar perairan yang dipergunakan untuk keperluan tertentu 2) Reklamasi adalah pekerjaan timbunan di perairan atau pesisir yang mengubah garis pantai dan/atau kontur kedalaman perairan 3) Kapal Keruk adalah kapal dengan jenis apapun yang dilengkapi dengan alat bantu, yang khusus digunakan

34 2-10 untuk melakukan pekerjaan pengerukan dan/atau reklamasi 4) Daerah Buang adalah lokasi yang digunakan untuk tempat penimbunan hasil kerja keruk b. Persyaratan Teknis Pengerukan. Berdasarkan pasal 5 ayat 1, persyaratan teknis pengerukan meliputi Desain teknis, Peralatan keruk, Metode kerja dan Lokasi pembuangan hasil keruk (dumping area). 1) Desain Teknis. Berdasarkan pasal 5 ayat 2, desain teknis meliputi: a) layout (peta bathymetry); b) profil/potongan memanjang dan melintang; c) lebar alur, luas kolam, dan kedalaman sesuai dengan ukuran kapal yang akan melewati alur pelayaran; d) alignment alur-pelayaran; e) slope/kemiringan alur-pelayaran; f) hasil survey jenis material keruk; g) lokasi dan titik koordinat geografis area yang akan dikeruk; dan h) volume keruk. 2) Peralatan Keruk. Berdasarkan pasal 5 ayat 3, peralatan keruk meliputi: a) Jenis kapal keruk hopper; dan b) Non hopper. 3) Metode Kerja. Berdasarkan pasal 5 ayat 4, metode kerja paling sedikit memuat: a) Tata cara pelaksanaan pekerjaan pengerukan; b) penggunaan peralatan; c) jadwal pelaksanaan pekerjaan pengerukan; dan d) produktifitas kerja.

35 2-11 c. Lokasi Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area). Berdasarkan pasal 5 ayat 5, lokasi pembuangan hasil keruk (dumping area) tidak diperbolehkan di: 1) alur-pelayaran; 2) kawasan lindung; 3) kawasan suaka alam; 4) taman nasional; 5) taman wisata alam; 6) kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; 7) sempadan pantai; 8) kawasan terumbu karang; 9) kawasan mangrove; 10) kawasan perikanan dan budidaya; 11) kawasan pemukiman; dan 12) daerah lain yang sensitif terhadap pencemaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan Pasal 6, lokasi pembuangan juga harus memenuhi syarat: 1) kedalaman lebih dari 20 (dua puluh) meter LWS dan/atau jarak dari garis pantai lebih dari 12 (dua belas) Mil; 2) didasarkan pada studi lingkungan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. 8. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2012 Tentang Reception facility Perpres 29/2012 merupakan penyempurnaan dari Instruksi Presiden terkait ratifikasi Annex I dan Annex II MARPOL. Dalam Perpres ini dilakukan pengesahan Annex III, IV, V dan VI MARPOL. Dengan dikeluarkannya Perpres ini, maka Indonesia telah mewajibkan diri secara penuh untuk memenuhi seluruh ketentuan yang diatur dalam MARPOL. B. Studi Terdahulu 1. Studi Standarisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut, 2010 Studi Standardisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut yang disusun pada tahun 2010 menghasilkan beberapa Rancangan

36 2-12 Standar Nasional Indonesia di bidang prasarana transportasi laut yaitu: a. Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A. b. Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas B. c. Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas A. d. Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas B. e. Standar Terminal Penumpang Domestik Kelas C. f. Standar Rambu-rambu Pelabuhan. g. Standar Pelayanan Air di Pelabuhan Hub Internasional. h. Standar Pelayanan Air di Pelabuhan Internasional. i. Standar Terminal Curah Cair. j. Standar Terminal Curah Kering. Dari kesepuluh RSNI tersebut, terdapat 4 (empat) materi yang berkaitan dengan studi yang akan dilaksanakan, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Materi terkait dalam Studi Standardisasi di Bidang Prasarana Transportasi Laut, 2010 No. Studi terdahulu yang relevan Studi saat ini 1 Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A 2 Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas B Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional 3 Standar Terminal Curah Cair Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah 4 Standar Terminal Curah Kering Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah

37 2-13 a. Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A. Analisis Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas A merupakan hasil adopsi dari CTDS. Namun ada beberapa hal lain yang distandarkan yaitu hal-hal yang terkait dengan perkembangan masa kini dan ketentuan lain yang terkait juga diakomodir dalam standar ini baik itu dari standar dalam negeri maupun luar negeri. Standar luas terminal penumpang Internasional Kelas A berdasarkan studi dari referensi-referensi diperoleh sebagai berikut. Tabel 2.2 Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Internasional Kelas A Ruang Esensial Ruang m²/penumpang (n) Ruang Umum (f1) 3 Ruang Pelaporan (f2) 0.5 Ruang Tunggu Keberangkatan 1.5 (f3) Ruang Tunggu Kedatangan 1 (f4) Sumber: Adopsi dari The Air Transport Association (IATA), Dari pemilihan kebutuhan ruang m²/penumpang tersebut kemudian dibuat rumus luas ruang esensial sebagai berikut: Gedung Terminal A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6 Ruang Umum (Public Hall), A1 = n x f1 Ruang Pelaporan (Check-in), A2 = n x f2 Ruang tunggu keberangkatan, A3 = n x f3 Ruang tunggu kedatangan, A4 = n x f4 Area Konsesi/Kios, A5 = 25% x (A1+ A3) +10% x A4 Ruang Utilitas, A6 = 10% x (A1+ A2+ A3) + 25% xa4 Parkir, A = E x f x h Dimana: A = luas lahan parkir. E = jumlah penumpang dalam satu kali keberangkatan. F = jumlah kendaraan per penumpang (0.5). H = kebutuhan lahan parkir per kendaraan (25m²)

38 2-14 Terminal Penumpang Internasional Kelas A dengan kapasitas minimum 800 orang didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut: Ruang Umum (Public Hall) = m² Ruang Pelaporan (Check-in) = 400 m² Ruang tunggu keberangkatan = m² Ruang tunggu kedatangan = 800 m² Area Konsesi/Kios = 980 m² Ruang Utilitas = 480 m² Parkir = m² Sehingga didapatkan luas areal gedung terminal m² dan luas areal Parkir kendaraan antar / jemput & intermodal m². Dari Luasan Bangunan, Luasan Parkir dan Intermoda serta Kebutuhan Fasilitas-Fasilitas di Terminal Penumpang Internasional Kelas A maka disusun contoh denah dari terminal penumpang tersebut. Denah terminal penumpang Internasional Kelas A disajikan pada Gambar 2.1.

39 2-15 F E C B A B D Jalan J G G H I Jalan J Legenda : A B C D E F G H Ruang Umum Ruang Semi Steril Ruang Steril Tempat Parkir Ruang Umum Pemeriksaan Pintu, x-ray-cam Ruang Lapor Diri Ruang Tunggu Kedatangan Ruang Tunggu Keberangkatan Kendaraan Umum Dan Intemoda Kendaraan Pribadi I J Tempat Parkir Cadangan Jalan Ruang Konsesi Loket Tiket Cargo Pos kesehatan Pos Keamanan Ruang Info Sistem Penanganan Bagasi Toilet Pepohonan Gambar 2.1 Denah Terminal Penumpang Internasional Kelas A

40 2-16 b. Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas B. Rancangan Standar Terminal Penumpang Internasional Kelas B merupakan hasil adopsi dari CTDS. Namun ada beberapa hal lain yang distandarkan yaitu hal-hal yang terkait dengan perkembangan masa kini dan ketentuan lain yang terkait juga diakomodir dalam standar ini baik itu dari standar dalam negeri maupun luar negeri. Standar luas terminal penumpang Internasional Kelas B berdasarkan studi dari referensi-referensi diperoleh sebagai berikut. Tabel 2.3 Ruang yang dibutuhkan untuk berbagai fungsi ruang (m²/penumpang) untuk Terminal Penumpang Internasional Kelas B Ruang Esensial Ruang m2/penumpang (n) Ruang Umum (f1) 3 Ruang Pelaporan (f2) 0.5 Ruang Tunggu Keberangkatan 1.5 (f3) Ruang Tunggu Kedatangan 1 (f4) Sumber: adopsi dari The Air Transport Association (IATA), Dari pemilihan kebutuhan ruang m²/penumpang tersebut kemudian dibuat rumus luas ruang esensial sebagai berikut: Gedung Terminal A = A1 + A2 + A3 + A4 + A5 +A6 Ruang Umum (Public Hall) A1 = n x f1 Ruang Pelaporan (Check-in) A2 = n x f2 Ruang tunggu keberangkatan A3 = n x f3 Ruang tunggu kedatangan A4 = n x f4 Area Konsesi/ Kios A5 = 25% x (A1+ A3) +10% x A4 Ruang Utilitas A6 = 10% x (A1+ A2+ A3) + 25% xa4 Parkir A = E x f x h Dimana: A = luas lahan parkir. E = jumlah penumpang dalam satu kali keberangkatan. f = jumlah kendaraan per penumpang (0.5). h = kebutuhan lahan parkir per kendaraan (25m²).

41 2-17 Terminal Penumpang Internasional Kelas B dengan kapasitas minimum 400 orang didapatkan hasil perhitungan sebagai berikut: Ruang Umum (Public Hall) = m² Ruang Pelaporan (Check-in) = 200 m² Ruang tunggu keberangkatan = 600 m² Ruang tunggu kedatangan = 400 m² Area Konsesi/ Kios = 490 m² Ruang Utilitas = 240 m² Parkir = m² Sehingga didapatkan luas areal gedung terminal m² dan luas areal Parkir kendaraan antar / jemput & intermodal m². Dari Luasan Bangunan, Luasan Parkir dan Intermoda serta Kebutuhan Fasilitas-Fasilitas di Terminal Penumpang Internasional Kelas B maka disusun contoh denah dari terminal penumpang tersebut. Denah terminal penumpang Internasional Kelas B disajikan pada Gambar 2.2.

42 2-18 F B C B E A B D Jalan J G G H I Jalan J Legenda : A B C D E F G H I Ruang Umum Ruang Semi Steril Ruang Steril Tempat Parkir Ruang Umum Pemeriksaan Pintu, x-ray-cam Ruang Lapor Diri Ruang Tunggu Kedatangan Ruang Tunggu Keberangkatan Kendaraan Umum Dan Intemoda Kendaraan Pribadi Tempat Parkir Cadangan J Jalan Ruang Konsesi Loket Tiket Pos kesehatan Pos Keamanan Ruang Info Ruang Karantina Bea Cukai Sistem Penanganan Bagasi Toilet Pepohonan Gambar 2.2 Denah Terminal Penumpang Internasional Kelas B c. Rancangan Standar Terminal Curah Kering. Standar yang akan dianalisis adalah untuk terminal curah kering batubara. Batubara merupakan produk yang banyak didistribusikan melalui angkutan laut. Saat ini perusahaanperusahaan memiliki kecenderungan membangun Pelabuhan Khusus Batubara, karena penyimpanan dan penanganan

43 2-19 batubara relatif mudah. Perencanaan terminal curah kering melalui adopsi dari berbagai sumber yaitu: (UNCTAD)-Port Development: a handbook for planners in developing countries 2 nd edition revised and expanded (1985) (UNCTAD)-Suitable development for ports (1993) (ISPS) Code-International Ship & Port Facility Security (IMO)-Comprehensive Manual on port reception facilities (IMO-597E) (1999) (IMO)-BLU Code: Code of Practice for the Safe Loading and Unloading of Bulk Carriers (IMO-266E) (1998) Bentuk zoning terminal curah kering untuk satu unit sandaran dijelaskan seperti pada gambar di bawah ini. Keterangan gambar: 1. Terminal curah kering fasilitas darat; 2. Loading platform; 3. Sistem tambat; 4. Tongkang. Gambar 2.3 Tata letak tipikal Terminal Curah Kering secara umum

44 Keterangan gambar: 1. Pintu gerbang 2. Pos keamanan 3. Perkantoran 4. Area parkir 5. Lapangan penumpukan 1 6. Lapangan penumpukan 2 7. Kolam penampungan aliran drainase dari area terminal 8. Loading platform 9. Jembatan timbang 10. Ruang kontrol terbuka 11. Area supply air 12. Kran 13. Buldozer Buldozer Sistem tambat 16. Tongkang Gambar 2.4 Tata letak tipikal Terminal Curah Kering dengan sistem sederhana

45 Keterangan gambar: 1. Pintu gerbang 11. Reclaimer 2. Pos keamanan 12. Stacker 3. Perkantoran 13. Buldozer 1 4. Area parkir 14. Buldozer 2 5. Jembatan timbang 15. Kolam penampungan aliran drainase dari area terminal 6. Ruang kontrol 16. Conveyor system terbuka 7. Area supply air 17. Loading platform 8. Lapangan 18. Sistem tambat penumpukan 1 9. Lapangan 19. Tongkang penumpukan Lapangan penumpukan 3 Gambar 2.5 Tata letak tipikal Terminal Curah Kering dengan sistem canggih d. Rancangan Standar Terminal Curah Cair. 1) Tangki. Desain dan analisis tanki disesuaikan berdasarkan kebutuhan dengan mengacu kepada API 650/653 Oil Storage Tank Design and Analysis. Tipikal tangki

46 2-22 penyimpanan untuk ekspor LNG berkapasitas barrel atau m 3. 2) Pipa. Pipa-pipa penyalur diletakkan di bawah atau samping jetty dengan tujuan lalu lintas di jetty tidak terganggu. Pipa yang berada di platform dinaikkan ke atas jetty guna memudahkan penyambungan pipa-pipa. Pipa uap untuk membersihkan tangki kapal dan pipa suplai air tawar ditempatkan di sisi pipa utama. Rentang pipa yang menggantung tidak lebih dari 4-12 m. 3) Rumah Pompa. Rumah pompa diletakkan terpisah dari kantor tetapi tidak berjauhan, dan diletakkan dekat dengan jetty. 4) Jetty. Tipikal jetty yang digunakan untuk terminal curah cair adalah tipe jetty L atau T dan tipe jetty jari. Jetty harus dilengkapi dengan fasilitas: a) Loading arm b) Daerah layanan c) Bangunan pelayanan d) Derek jetty e) Cerobong api khusus untuk terminal curah cair LNG f) Tipikal dimensi platform 20 x 35 m2. Tipe jetty jari dipasang dengan platform dan mooring dolphin terpisah. Jarak minimum dari kapal ke dolphin adalah 30 m.

47 2-23 Terminal Curah Cair (Faslitas Darat) Terminal Curah Cair (Faslitas Laut) Gambar 2.6 Tata letak tipikal Terminal Curah Cair secara keseluruhan X1 X Keterangan gambar: (1) Rak pipa; (2) Pipa; (3) Pagar; (4) Walkways; (5) Balok; (6) Pile cap/poer; (7) Tiang pancang; (X1) Panjang rak sistem pipa; (X2) Panjang walkways Gambar 2.7 Tata letak tipikal Peralatan Bongkar Muat pada dermaga Terminal Curah Cair

48 Keterangan gambar: (1) Mooring dolphin; (2) Catwalk; (3) Dolphin; (4) Breasting Dolphin; (5) Fender Gambar 2.8 Tata letak tipikal dermaga Terminal Curah Cair Keterangan gambar: (1) Pintu gerbang 1; (2) Pintu gerbang 2; (3) Pos keamanan 1; (4) Pos keamanan 2; (5) Ruang kontrol terbuka; (6) Jembatan timbang; (7) Area perkantoran; (8) Filling station; (9) Rumah pompa; (10) Gen set; (11) Boiler; (12) Area supply BBM; (13) Concrete ring beam; (14) Tangki; (15) Area sistem pemadam kebakaran; (16) Piping system; (17) Pos keamanan 3; (18) Pintu masuk menuju ke arah jetty Gambar 2.9 Tata letak tipikal Fasilitas Darat Terminal Curah Cair 2. Studi Standarisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011 Studi Standardisasi di Bidang Kepelabuhanan yang disusun pada tahun 2011 menghasilkan beberapa Rancangan Standar Nasional Indonesia di bidang kepelabuhanan, yaitu:

49 2-25 a. Standar Fasilitas Transshipment Peti kemas Pada Pelabuhan Utama b. Standar Fasilitas Transshipment General cargo Pada Pelabuhan Utama c. Standar Pelayanan Jasa Penumpukan di Gudang Tertutup d. Standar Fasilitas Pemeliharaan dan Perawatan Kapal di Pelabuhan e. Standar Sistem Manajemen Perawatan Fasilitas Pelabuhan f. Standar Perhitungan Kinerja Pelayanan Kapal Dan Barang di Pelabuhan g. Standar Terminal Khusus (TK) Batubara h. Standar Terminal Khusus (TK) CPO. i. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) Batubara j. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) CPO. k. Standar Fasilitas Penampungan dan Pengelolaan Limbah Kapal di Pelabuhan Utama. Standar Peralatan Bongkar Muat Peti kemas secara Konvensional di Pelabuhan. Dari keduabelas RSNI tersebut, terdapat 6 (enam) materi yang berkaitan dengan studi yang akan dilaksanakan, seperti ditunjukkan pada Tabel 2.4.

50 2-26 Tabel 2.4 Materi terkait dalam Studi Standardisasi di Bidang Kepelabuhanan, 2011 No. Studi terdahulu yang relevan 1 Standar Fasilitas Transshipment Peti kemas Pada Pelabuhan Utama 2 Standar Terminal Khusus (TK) Batubara 3 Standar Terminal Khusus (TK) CPO 4 Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) Batubara 5 Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) CPO 6 Standar Fasilitas Penampungan dan Pengelolaan Limbah Kapal di Pelabuhan Utama Studi saat ini Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Standar Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan a. Standar Fasilitas Transhipment Peti kemas Pada Pelabuhan Utama. Transshipment peti kemas di pelabuhan atau terminal peti kemas hanya menangani jumlah/prosentase tertentu dari arus kontainer total (total container throughput), dan setelah penyimpanan sementara di lapangan penumpukan, peti kemas segera diangkut kembali oleh kapal lain untuk pengiriman selanjutnya. Diagram yang menggambarkan proses penanganan peti kemas dari laut ke darat melalui terminal ditunjukkan pada gambar berikut ini. Dapat dilihat bahwa transshipment peti kemas merupakan bagian dari proses penanganan peti kemas yang terbatas di hingga ke terminal. Sementara arus keluarmasuk (ekspor-impor) ke darat melibatkan juga angkutan darat (hinterland transport).

51 2-27 Sisi Dermaga/Laut Pelabuhan/Terminal Sisi Darat TRANSSHIPMENT transshipment stack petikemas Transpor hinterland (truck/trailer, KA) ekspor (outbond) ekspor impor (inbond) impor arus petikemas total (TEU s/tahun) (volume petikemas yang ditangani/tahun) Gambar 2.10 Kegiatan transshipment peti kemas merupakan bagian dari arus peti kemas total Tabel 2.5 Terminal peti kemas di pelabuhanpelabuhan yang disurvey Terminal Peti kemas di pelabuhan yang disurvei adalah sebagai berikut: 1) Pelabuhan Tanjung Priok a) PT Jakarta International Container Terminal (JICT). b) TPK Koja. c) PT MTI (Multi Terminal Indonesia). d) Terminal Operasi 3. 2) Pelabuhan Belawan Belawan International Container Terminal 3) Pelabuhan Tanjung Perak a) Terminal Berlian, dikelola oleh PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI) b) Terminal Peti kemas Surabaya, dikelola oleh PT Terminal Peti kemas Surabaya (TPS) 4) Pelabuhan Makassar Terminal Peti kemas Makassar (TPM) 1) Fasilitas Utama. Fasilitas utama pendukung kegiatan transshipment peti kemas di pelabuhan utama minimal terdiri dari fasilitas yang disebutkan pada bagian berikut:

52 2-28 a) Dermaga. Panjang dermaga harus mengikuti kriteria teknis sesuai dengan panjang rata-rata kapal terbesar yang dilayani, termasuk memperhitungkan persyaratanpersyaratan ruang yang diperlukan untuk peralatan tambat labuh yang aman antara lain fendering, mooring dan jarak aman antar kapal. IMO (International Maritime Organization) mengusulkan persamaan berikut untuk menghitung panjang dermaga. 10% x LOA L w n LOA n 1 10% LOA (1) dimana Lw = panjang dermaga LOA = panjang total kapal (length overall) N = jumlah tambatan 10% x LOA 10% x LOA LOA LOA kapal kapal dermaga Gambar 2.11 Sketsa definisi perhitungan panjang dermaga Ukuran kolam dermaga harus memenuhi ketentuan untuk kebutuhan olah gerak kapal dan kedalaman yang cukup sesuai dengan draft kapal pengangkut peti kemas terbesar yang dilayani. Sebagai pedoman, Pelabuhan utama yang melayani kapal peti kemas berkapasitas TEUs, memerlukan panjang total dermaga minimal 350 meter dan kedalaman kolam dermaga 15 meter. Panjang dermaga dan kedalaman kolam untuk transshipment peti kemas Pelabuhan Utama minimal adalah 200 m dengan kedalaman 11m dari

53 2-29 praktek yang ada1, namun sesuai dengan Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 disajikan pada Tabel 2.6. Tabel 2.6 Ukuran dermaga dan kedalaman kolam Pelabuhan Utama Hirarki Pelabuhan Panjang Dermaga Min. (meter) Kedalaman Kolam Min. (meter LWS) Utama Primer ,00 Utama Sekunder 250-9,00 Utama Tersier 150-7,00 Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional. b) Apron. Lebar apron yang aman (ad) dan nyaman untuk operasional alat angkut (truk dan KA) yang diukur dari berth line dermaga sampai dengan sisi gudang laut (gudang lini I) atau lapangan penumpukan sebagai berikut (lihat Gambar 2.12). (Quin,1972). Lebar apron minimum 3,00 m dengan crane dan 1 jalur KA 20,00 m dengan 2 jalur truk trailer 8,00 m dengan 1 jalur KA dan 1 jalur truk trailer 9,00 m dengan 2 jalur KA dan 1 jalur truk trailer 13,00 m dengan crane dan 2 jalur KA 25,00 m 1 sumber:

54 2-30 a d Lapangan penumpukan berth line/tepi dermaga Gambar 2.12 Sketsa definisi lebar apron dermaga. c) Lapangan Penumpukan. Kebutuhan luas lapangan penumpukan peti kemas yang disarankan untuk pelabuhan utama menurut Kepmenhub No. 53 Tahun 2002 diberikan pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Hirarki Pelabuhan Luas lapangan penumpukan sesuai arus peti kemas Arus Peti kemas (TEUs/tahun) Luas Lapangan Penumpukan (Ha) Utama Primer 3 juta-3,5 juta 15 Utama 1,5 juta 10 Sekunder Utama Tersier Tidak diperinci Tidak diperinci Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional.

55 2-31 d) Fasilitas Penanganan Peti kemas. Tabel 2.8 adalah kebutuhan peralatan minimal (crane) yang disyaratkan sesuai dengan arus peti kemas menurut Kepmenhub No. 53 Tahun Tabel 2.8 Hirarki Pelabuhan Utama Primer Utama Sekunder Utama Tersier Jumlah crane minimal sesuai arus peti kemas Arus Peti Peralatan Jumlah kemas (TEUs/tahun) 3 juta-3,5 juta crane 4 unit 1,5 juta crane 2 unit Tidak diperinci mobile crane / ship gear 50 ton Tidak diperinci Sumber: Keputusan Menteri Perhubungan No KP 414 Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional Jenis peralatan tergantung pada sistem bongkar muat peti kemas yang digunakan. Secara umum sistem bongkar muat peti kemas yang biasa digunakan adalah: Sistem truck trailer/forklift dan reach stacker Sistem straddle carrier Sistem Rubber-tyre gantry (RTG) dan/atau railmounted gantry (RMG) Campuran dari ketiga sistem di atas Sistem truck trailer dan reach stacker/forklift paling ekonomis diterapkan pada terminal kecil berkapasitas antara TEUs per tahun dan luas lapangan penumpukan tak terbatas. Gambar menunjukkan sistem truck trailer dan reach stacker/forklift.

56 2-32 Gambar 2.13 Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem truck trailer dan reach stacker/forklift Sistem straddle carrier adalah sistem penanganan peti kemas yang cocok untuk terminal dengan luas lapangan penumpukan yang terbatas. Sistem straddle carrier dapat menumpuk peti kemas 3 hingga 4 tumpukan dan merupakan sistem yang paling optimal dari segi kecepatan untuk terminal yang menangani arus peti kemas hingga TEUs per tahun. Gambar 2.14 adalah ilustrasi penanganan peti kemas sistem straddle carrier. Gambar 2.14 Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem straddle carrier Sistem RTG/RMG bisa menyusun peti kemas 5-9 blok dalam 4-6 tumpuk. Sistem ini ekonomis untuk terminal yang menangani peti kemas lebih dari

57 TEUs per tahun dan luas lapangan penumpukan terbatas atau mahal. Gambar 2.15 dan Gambar 2.16 masing-masing adalah ilustrasi sistem RTG dan/atau RMG dengan head truck dan shuttle carrier. Gambar 2.15 Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem RTG/RMG dengan head truck Gambar 2.16 Ilustrasi penumpukan peti kemas sistem RTG/RMG dengan Shuttlecarrier Peralatan sisi laut Terminal peti kemas adalah Quayside Gantry Crane (QGC). Kapasitas minimum QGC yang disyaratkan adalah: Daya angkat: 40 ton Jangkauan ke sisi laut: 32,5 m Tinggi hoist di bawah spreader: 25 m Lebar track: m

58 2-34 Jangkauan ke sisi darat: 15 m Jarak bebas di bawah crane: 12 m Kapasitas/kemampuan crane dinyatakan dalam Gross Crane Rate (GCR) yang dinyatakan dengan: TCH GCR TWH TCH, Total Container Handled = jumlah peti kemas (masuk atau keluar) yang ditangani TWH, Total Worked Hours = seluruh waktu yang diperlukan crane untuk menangani peti kemas, termasuk idle time. Untuk Pelabuhan utama primer, Kepmenhub No. KM 53 Tahun 2002 mensyaratkan minimal 4 unit crane dengan arus peti kemas total (transit dan non transit) antara 3 juta-3,5 juta TEUs/tahun. Jika dari volume tersebut dianggap 20% adalah peti kemas transit, maka arus peti kemas transit adalah TEUs/tahun, rata-rata = TEUs/tahun. Produktivitas 1 unit crane rata-rata adalah 0,5 TEUs/menit atau 30 TEUs/jam atau TEUs/tahun. Jumlah crane yang diperlukan adalah / = 2,47 3 unit. Peralatan sisi darat Terminal peti kemas adalah sebagai berikut: (1) Rubber-tyred Gantry (RTG) Crane dan Railmounted Gantry (RMG) Crane RTG dan RMG crane atau biasa disebut dengan transtainer adalah crane peti kemas yang berupa portal lebar beroda karet (RTG) atau sistem rel (RMG). Alat ini dapat menumpuk peti kemas 5-9 blok dalam 4-6 tingkat. Kapasitas RTG yang disarankan untuk transshipment peti kemas di Pelabuhan utama adalah minimal 35 ton. Jumlah RTG/RMG yang ideal adalah 3 unit untuk 1

59 2-35 buah QGC, sehingga untuk 3 unit QGC diperlukan 9 unit RTG/RMG. (2) Straddle carrier Straddle carrier adalah kendaraan pengangkut peti kemas berbentuk portal persegi empat panjang beroda karet. Straddle carrier hanya dapat menumpuk hingga 2 atau 3 tingkat. Kapasitas minimal straddle carrier untuk pelabuhan utama berkisar antara ton. Satu buah QGC biasanya cukup ideal dilayani oleh 3-5 unit straddle carrier. (3) Forklift, reach stacker dan side loader Forklift, reach stacker dan side loader merupakan kendaraan khusus pengangkut peti kemas yang dapat menyusun peti kemas di lapangan penumpukan. Reach stacker juga dapat digunakan untuk memuat peti kemas ke truk trailer. (4) Head truck dan container chassis Head truck adalah truk semi-trailer yang memiliki sambungan permanen atau semi permanen sehingga dapat berbelok tajam. Untuk mengangkut peti kemas, head truck dilengkapi dengan container chassis yang dapat di lepas. (5) Shuttle-carrier Shuttle-carrier merupakan kendaraan pengangkut peti kemas generasi terbaru yang merupakan pengembangan dari straddle carrier sehingga dapat bermanuver lebih baik sehingga memiliki produktivitas yang tinggi.

60 2-36 Tabel 2.9 Nama Pelabuhan & Terminal RSNI Tanjung Priok JICT TPK Koja PT MTI TO3 Belawan (BICT) Tanjung Perak BJTI TPS Peralatan Terminal Peti kemas di Pelabuhan-Pelabuhan Container Crane/ Quay Gantry Crane Utama Primer (UP)=4 buah Utama Sekunder(US)=2 buah 21 buah 6 buah 4 (35 ton) 5=40 ton 1=35 ton 11 buah Makassar (TPM) Sumber: Hasil Survey, ) Fasilitas Pendukung. Fasilitas pendukung disajikan pada Tabel Tabel 2.10 fasilitas pendukung transshipment peti kemas RSNI T. Priok Belawan T. Perak Kantor administrasi ada ada ada Kantor Pabean ada ada ada Refrigerator ada ada ada Menara pengawas ada ada ada Bengkel perawatan ada ada ada Penyedia jasa bongkar muat ada ada Ada

61 2-37 Tabel 2.10 (lanjutan) RSNI Makassar Tenau Kantor administrasi ada ada Kantor Pabean ada Tidak ada Refrigerator ada Menara pengawas ada ada Bengkel perawatan ada ada Penyedia jasa bongkar muat ada Tidak diketahui b. Standar Terminal Khusus (TK) Batubara. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Terminal Khusus merupakan hasil adobsi dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011 Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri serta untuk Batubara merupakan hasil adopsi dari Standardisasi Terminal Curah yang dikeluarkan oleh UNCTAD. Standar sistem penanganan batubara disajikan pada Gambar Sistem dilengkapi dengan peralatan khusus untuk loading/unloading dan untuk menumpuk batubara. Sistem terdiri dari penanganan batu bara dari darat untuk dikapalkan dengan kapal khusus pengangkut material curah dan sebaliknya.

62 2-38 Penumpukan/Stockpile Stacker-Reclaimer Truk/ kereta api Unloader Transfer Conveyor Conveyor Loading Ship Loader Kapal Curah Barge Unloader - conveyor Conveyor Muat langsung Barge LAPANGAN PENUMPUKAN Penumpukan/Stockpile Stacker-Reclaimer Truk/ kereta api loader Loading Conveyor Conveyor Transfer Ship Loader Kapal Curah Conveyor, Barge Loader Conveyor Muat langsung Barge Gambar 2.17 Standar sistem penanganan batubara. Standar sistem penanganan batubara sederhana dengan kapasitas yang lebih kecil ditunjukkan oleh flow chart berikut. Truk Dozer /Stacker Penumpukan/St ockpile Dozer, Loader Loading Barge/Ship Loader Barge/ Kapal Truk Loader Loading Dozer, Loader Penumpukan/St ockpile Barge/Ship Unloader Barge/ Kapal Gambar 2.18 Sistem penanganan batubara sederhana.

63 2-39 Tabel 2.11 Penerapan RSNI di lokasi survey TK Batubara No Standar Fasilitas Kaltim Prima Coal Fasilitas Sisi Laut 1 Alur pelayaran 2 Kolam sandar -18 m 3 Tempat labuh kapal 4 Sarana bantu navigasi pelayaran 5 Perairan untuk keperluan darurat Tidak diketahui Fasilitas Sisi Darat 6 Fasilitas tambat -18 m 7 Lapangan penumpukan 8 Fasilitas bongkar muatan - 9 Fasilitas penumpukan dan pengambilan 10 Fasilitas muat Stacker-reclaimer ton per jam dan reclaimer ton per jam Dua ship loaders dengan kapasitas nominal ton per jam 11 Fasilitas bunker bahan bakar Tidak diketahui 12 Fasilitas pemadam kebakaran 13 Fasilitas pengaman debu 14 Jaringan drainase dan pengolahan air buangan 15 Perkantoran nstalasi air bersih, listrik, 16 dan telekomunikasi 17 Jaringan jalan 18 Timbangan

64 2-40 c. Standar Terminal Khusus (TK) CPO. Standar sistem penanganan CPO ditunjukkan oleh diagram berikut ini. Gambar 2.19 Standar sistem penanganan di terminal khusus CPO. Temperatur penanganan CPO yang direkomendasikan selama transportasi perlu dijaga antara 32 C hingga 40 C, sementara untuk proses loading/unloading, dibutuhkan temperatur lebih tinggi antara 50 C hingga 55 C sementara suhu penyimpanan berkisar dari 37 C hingga 45 C. Saat dibutuhkan pemanasan, perubahan maksimum temperatur selama 24 jam tidak boleh melampaui 5 C. Minyak tidak boleh dipanaskan dan didinginkan berulangulang karena akan menyebabkan penurunan kualitasnya. Berat jenisnya bervariasi antara 0.8 dan 0.95, tergantung pada jenis minyak dan juga temperaturnya. Terminal khusus di Indonesia terdiri dari berbagai macam usaha. Standar terminal khusus meliputi segi keselamatan pelayaran untuk pemilihan lokasi, pembangunan dan operasi yang sudah diatur dalam peraturan Menteri nomor 51 tahun d. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) Batubara dan CPO. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Terminal untuk Kepentingan sendiri hampir sama dengan Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) Terminal Khusus yang

65 2-41 merupakan hasil adopsi dari Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2011 Terminal Khusus dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri serta untuk Batubara dan CPO merupakan hasil adopsi dari Standardisasi Terminal Curah yang dikeluarkan oleh UNCTAD. Namun dari rancangan tersebut ada bagian-bagian fasilitas yang dihilangkan, hal ini karena TUKS berada pada DLKr maupun DLKp Pelabuhan Umum yang sebagian fasilitas telah disediakan oleh Pelabuhan umum. Fasilitas-fasilitas tersebut antara lain Alur pelayaran, tempat labuh kapal dan sarana bantu navigasi pelayaran. e. Standar Fasilitas Penampungan dan Pengelolaan Limbah Kapal di Pelabuhan Utama. Pengadaan fasilitas pengelolaan limbah di pelabuhan merupakan bagian dari pelaksanaan Konvensi Internasional tahun 1973 tentang pencegahan pencemaran dari kapal yang kemudian dimodifikasi oleh Protokol 1978 (selanjutnya disebut MARPOL 73/78). Protokol ini telah diratifikasi oleh Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 46 Tahun 1986 tanggal 9 September Dan untuk mendukung program Ecoport Kementerian Perhubungan maka pelabuhan-pelabuhan di wilayah Indonesia perlu adanya fasilitas penampungan dan pengelolaan limbah kapal. Selama ini fasilitas tersebut tidak berfungsi dengan baik sehingga aktivitas pengelolaan limbah dikelola oleh berbagai pihak dari luar pelabuhan. Hal-hal seperti ini perlu ditertibkan agar sistem kendali mutu pengelolaan limbah dapat diatur dengan baik sehingga nantinya limbah tersebut tidak membawa dampak negatif ke lingkungan pelabuhan. Kriteria pelabuhan yang harus dilengkapi fasilitas Reception facility adalah: 1. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga dimana minyak mentah dimuat ke dalam tanker minyak yang mana tanker tersebut mempunyai prioritas untuk segera melakukan ballast tidak lebih dari 72 jam atau lego jangkar pada perairan pelabuhan (DLKR dan atau DLKP) atau yang menempuh perjalanan minimal 1200 mil laut.

66 Semua pelabuhan, terminal dan dermaga di mana minyak selain minyak mentah curah dimuat pada tingkat rata-rata lebih dari 1000 metrik ton per hari. 3. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang mempunyai halaman untuk perbaikan kapal atau fasilitas tank cleaning dan atau jenis pengusahaan tank cleaning. 4. Semua pelabuhan, terminal dan dermaga yang menangani kapal-kapal harus di lengkapi pula dengan tangki sludge sebagaimana dalam peraturan 17 Annex I MARPOL 73/ Semua pelabuhan yang berhubungan dengan air kotor berminyak dan jenis-jenis residu lainnya, yang tidak dapat dibuang sesuai ketentuan peraturan 9 Annex I MARPOL 73/78 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Semua pelabuhan untuk pemuatan kargo curah dan yang berhubungan dengan residu minyak yang tidak dapat dibuang sesuai dengan ketentuan peraturan 9 Annex I MARPOL 73/78 dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Pelabuhan, terminal dan dermaga perbaikan kapal yang melakukan kegiatan perbaikan dan pembersihan tangki kapal tanker pengangkut bahan kimia. 3. Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012 a. Umum. Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran yang disusun pada tahun 2012 menghasilkan beberapa Konsep Standar di bidang prasarana pelayaran yaitu: 1) Standar Teknis Menara Suar; 2) Standar Teknis Rambu Suar; 3) Standar Teknis Pelampung Suar; 4) Standar Teknis Tanda Siang;

67 2-43 5) Standardisasi Sarana Bantu Navigasi-Pelayaran audible (peluit, gong, lonceng, dan sirene); 6) Standar Penerangan di Dermaga, Lapangan Penumpukan dan Gudang Pelabuhan Laut; 7) Standar Dermaga untuk Pelayaran Rakyat; 8) Standar Prasarana/Pangkalan Armada Penjaga Laut dan Pantai Berdasarkan Kelasnya; 9) Standar Peralatan Pemadam Kebakaran di Pelabuhan Laut Utama; Dari kesembilan konsep standar tersebut, terdapat 1 (satu) kajian yang relevan dengan studi ini, yakni Standar Dermaga untuk Pelayaran Rakyat (Tabel 2.12). Tabel 2.12 Studi terdahulu yang relevan Standar Dermaga untuk Pelayaran Rakyat Materi terkait dalam Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Prasarana Pelayaran, 2012 Studi saat ini 1. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis 2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah; 3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; 4. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro. b. Kajian Standar Dermaga untuk Pelayaran Rakyat. 1) Umum. Penyusunan standar dermaga Pelra difokuskan pada dermaga dengan struktur deck-on-pile. Dermaga dengan struktur ini telah distandarkan oleh Kementerian Perhubungan dalam Standar Dermaga, ) Jenis kapal. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan Pasal 99 butir 4, jenis

68 2-44 kapal yang dilayani oleh dermaga pelayaran rakyat adalah: (1) kapal layar (KL) berbendera Indonesia yang laik laut dan digerakkan sepenuhnya dengan tenaga angin; (2) kapal layar motor (KLM) tradisional berbendera Indonesia yang laik laut berukuran sampai dengan 500 GT yang digerakkan oleh tenaga angin dan motor; atau (3) kapal motor (KM) berbendera Indonesia yang laik laut yang laik laut berukuran sampai dengan 35 GT. 3) Tonase kapal. Ukuran kapal biasanya diungkapkan dalam tonase mati (deadweight tonnage, DWT) dan tonase kotor (gross tonnage, GT). DWT didefinisikan sebagai berat maksimum barang yang dapat dimuat ke atas kapal dalam satuan ton (OCDI, 1999). GT adalah ukuran kapasitas isi kapal berdasarkan konvensi Internasional dari IMO Tahun 1969 tentang International Convention on Tonnage Measurement of Ships; untuk kapal-kapal non-konvensi berdasarkan peraturan negara bendera kapal dan tercantum dalam Surat Ukur Kapal yang dinyatakan sebagai tonase kotor. (Sumber: Tonase kapal Pelra lazim dinyatakan dalam satuan GT, yang merupakan fungsi dari volume lambung kapal. Dalam perencanaan kekuatan struktur dermaga, DWT kapal perlu diketahui untuk menghitung gaya tambat dan sandar kapal. Menurut Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan (OCDI, 1999), DWT kapal dapat dihitung berdasarkan korelasi antara GT dan DWT sebagai berikut: DWT = GT/0,541 Dengan demikian untuk kapal Pelra terbesar dengan GT=500, DWT kapal adalah 500/0,541 = 925 ton.

69 2-45 4) Dimensi kapal. Untuk penentuan standar dimensi dermaga, perlu ditentukan dimensi kapal yang dapat dilayani. Berdasarkan Standard Design Criteria for Ports in Indonesia (Dirjen Hubla, 1984), Dimensi kapal Pelra adalah: Panjang Lebar Draf maksimum m 5,5-7,5 m 2,2-2,5 m 5) Dermaga Bongkar-Muat dan Dermaga Tambat. Untuk pelayanan maksimal kepada kapal Pelra, idealnya terdapat dermaga bongkar-muat dan dermaga tambat (parkir) yang terpisah. Standar ini mengatur dermaga yang dimaksudkan sebagai dermaga bongkar-muat dengan posisi kapal sandar sejajar sisi panjang dermaga. Posisi kapal di dermaga tambat (parkir) adalah tegak lurus atau membentuk sudut dengan sisi panjang dermaga untuk memaksimalkan jumlah kapal yang tambat. Kondisi yang ada sering mengharuskan kapal Pelra melakukan bongkar-muat dan tambat pada dermaga yang sama dalam posisi membentuk sudut dengan sisi panjang dermaga atau berbanjar sejajar sisi panjang dermaga. Kondisi ini tidak efektif baik untuk kegiatan bongkar-muat barang maupun naik-turun penumpang, karena perlu melalui beberapa kapal untuk mencapai bibir dermaga. 6) Dimensi dermaga. a) Dimensi dermaga. Dimensi dermaga Pelra dirancang untuk dapat melayani semua jenis kapal Pelra. Struktur bawah (tiang pancang, karena yang diatur oleh standar ini hanya struktur deck on pile) tetap harus bervariasi, diperhitungkan terhadap kondisi tanah setempat.

70 2-46 Demi kesederhanaan, dalam penyusunan standar ditetapkan satu ukuran struktur atas tipikal dermaga Pelra. Ukuran ini ditentukan mengacu pada ukuran kapal terbesar yakni: Panjang 39,0 m Lebar 7,5 m Draf 2,5 m b) Elevasi acuan vertikal (chart datum, CD). Sebagai acuan dimensi vertikal dermaga (elevasi vertikal nol) harus diambil elevasi pasang surut terendah setempat atau ditetapkan lain oleh otoritas yang berwenang. c) Elevasi dermaga. Elevasi dermaga diukur terhadap elevasi acuan vertikal (CD) dengan memperhitungkan tunggang pasang surut dan gelombang mengikuti rumus sebagai berikut: Hd =MHHW + 2/3 Hmax + tinggi jagaan Keterangan: Hd Tinggi dermaga terhadap MLLW (meter) Hmax Tinggi gelombang maksimum (meter) Tinggi jagaan Tinggi bebas di atas geladak lambung timbul, minimum 0,9 meter. d) Kedalaman perairan. Kedalaman perairan diukur terhadap elevasi acuan vertikal (CD) dengan memperhitungkan draf kapal Pelra saat bermuatan penuh mengikuti rumus sebagai berikut: d = draftmax + 0,3 meter Keterangan: d kedalaman perairan di depan dermaga

71 2-47 draftmax draf kapal terbesar dalam kondisi sarat muatan Karena dimensi maksimum kapal Pelra sudah ditentukan, kedalaman perairan di dermaga Pelra dapat dinyatakan dengan angka tetap, yakni 2,8 m e) Panjang dan lebar dermaga dan trestle. Sesuai panjang maksimum kapal Pelra telah ditentukan, panjang dermaga Pelra ditetapkan sebagai berikut Ldermaga = LOA + 30 meter untuk 1 kapal = = 69 meter Ldermaga = n (LOA + 15 meter) + 15 meter untuk n kapal = n ( ) +15 = 54 n + 15 meter Lebar dermaga Pelra ditetapkan minimal 10 meter. Jika kondisi setempat mengharuskan, dibangun trestle (jembatan penghubung) untuk menghubungkan dermaga dengan darat. Trestle tunggal terhubung dengan dermaga di tengahnya. Dalam hal dipilih trestle tunggal, lebar dermaga harus diperhitungkan untuk memungkinkan kendaraan operasional berputar di atas dermaga. Trestle ganda terhubung dengan dermaga di kedua ujungnya. Dalam hal dipilih trestle ganda, lebar dermaga dapat dipilih minimal (10 meter) karena kendaraan operasional dapat berjalan satu arah di trestle dan dermaga. 7) Kekuatan struktur. a) Umum. Kekuatan dermaga Pelra dirancang untuk kuat menahan semua beban dan gaya yang mungkin

72 2-48 bekerja padanya: berat sendiri, beban operasional, dan gaya lingkungan. b) Berat sendiri dermaga dan kelengkapannya. Dalam perhitungan kekuatan struktur dermaga, semua komponen bangunan dan kelengkapan dermaga harus diidentifikasi ukuran dan materialnya sehingga dapat dihitung berat sendirinya. Komponen bangunan dermaga dan kelengkapan dermaga mencakup a) Pelat; b) Balok; c) Kepala tiang; d) Tiang pancang; e) Bollard (titik tambat); f) Fender (bantalan sandar); g) Kerb (curb, pembatas pergerakan kendaraan di dermaga); h) Bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada dermaga, misalnya pipa air, pipa bahan bakar, fasilitas penerangan, tangga akses, dan lain-lain). c) Beban operasi. Beban operasional merupakan beban hidup yang besarnya tergantung pada pemakaian dermaga, yang meliputi: a) Beban yang bekerja pada lantai dermaga: aktivitas pejalan kaki, kendaraan, alat berat untuk bongkar-muat. b) Beban dari operasi kapal: Sandar, Tambat. c) Beban lingkungan Gaya lingkungan yang harus diperhitungkan mencakup angin, arus, gempa dan gelombang.

73 2-49 8) Perhitungan kekuatan struktur. Perencanaan struktur dermaga harus mematuhi standar sebagai berikut atau standar terbaru yang menggantikannya. 1) SK SNI 03 - XXXX 2002 (Tata cara perencanaan struktur kayu untuk bangunan gedung) untuk dermaga kayu. 2) SNI (Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung) untuk dermaga beton. 3) SNI (Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung) untuk dermaga baja. 4) SNI (Standar perencanaan ketahanan gempa untuk struktur bangunan gedung) untuk perhitungan gempa. 5) Untuk dermaga baja dan beton, perhitungan kekuatan makro struktur harus dilaksanakan menggunakan perangkat lunak yang diakui luas dalam praktek jasa konstruksi. 9) Gambar Tipikal. C. Literatur Lainnya Gambar tipikal dermaga mengacu pada Standar Dermaga 2010 yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan. Gambar tipikal ini disajikan sebagai acuan informatif. Gambar rencana aktual dapat berbeda dari gambar tipikal karena kekhasan kondisi setempat atau ditetapkan lain oleh otoritas yang berwenang. 1. Paparan Wakil Menteri Perhubungan Dalam International Cruise Workshop 2012 Dalam International Cruise Workshop 2012, Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono, Ph.D memaparkan materi dengan judul The Readiness Of Ports In Anticipating Cruise Calls To Indonesia.

74 2-50 Gambar 2.20 Halaman depan Paparan Wamen Perhubungan pada International Cruise Workshop 2012 Beberapa informasi yang dapat diambil dari materi paparan ini adalah sebagai berikut: a. Tujuan Kapal Pesiar di Indonesia. Terdapat lebih dari 70 lokasi tujuan kapal pesiar di Indonesia. 25 di antaranya dapat mengakomodasi kapal pesiar di pelabuhan dengan fasilitas berstandar internasional. Jumlah kunjungan kapal pesiar pada tahun 2012 diperkirakan mencapai 200 kunjungan dengan penumpang. b. Statistik Jumlah Penumpang berdasarkan Lokasi Kunjungan Kapal Pesiar. Lokasi yang paling banyak dikunjungi adalah Nusa Tenggara yang mencapai 26% dari seluruh kunjungan kapal pesiar.

75 2-51 Gambar 2.21 Grafik jumlah kunjungan kapal berdasarkan lokasinya Secara statistik terdapat kecenderungan peningkatan jumlah penumpang di lokasi kunjungan kapal pesiar, kecuali di Jakarta, yang dapat dilihat pada gambar berikut Bali Lombok P. Komodo Semarang Jakarta Gambar 2.22 Jumlah Penumpang Kapal Pesiar di Beberapa Tujuan Wisata di Indonesia

76 2-52 c. Milestone. Kapal Pesiar Legend of the Seas (Royal Carribean International) adalah kapal pesiar terbesar yang pernah sandar di Indonesia, yakni di Pelabuhan Benoa pada awal Panjang kapal ini adalah 264 meter, yang sandar dengan bantuan kapal pandu dan kapal tunda. Kapal ini mengangkut penumpang dan 756 awak kapal. d. Dukungan Pemerintah. Pemerintah Indonesia menyediakan fasilitas dan infrastruktur untuk menyokong kedatangan kapal pesiar melalui beberapa langkah: Penerbitan lisensi untuk marina atau terminal khusus Penerbitan Clearance and Aproval for Indonesian Territory (CAIT) dan Port Clearance Pembangunan Terminal Penumpang Pengerukan alur dan kolam pelabuhan Pemasangan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran Pelayanan docking dan perawatan kapal pesiar Penerbitan Peraturan Presiden Nomor 79/2011 tentang Kunjungan Kapal Pesiar di Indonesia. Perpres 19/2011 menetapkan 18 lokasi pelabuhan yang dapat dikunjungi kapal pesiar. Data fasilitas di pelabuhan tersebut ditunjukkan pada tabel berikut ini.

77 2-53 Tabel 2.13 Data Fasilitas di 18 Lokasi Pelabuhan Tujuan Kapal Pesiar No Pelabuhan Dermaga Terminal Penumpang Panjang Lebar Draft Luas Kapasitas (m) (m) (m (m2) (orang) LWS) 1 Belawan , Benoa Kupang Kumai Tarakan Nunukan Bitung Ambon Batam Tual Sorong Biak Teluk Bayur 14 Tanjung Pandan 15 Nongsa Point Marina, Batam 16 Sunda V - Kelapa 17 Tenau, V 442 Kupang 18 Saumlaki Keputusan Dirjen Hubla Tentang Trayek Kapal Perintis 2013 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor: AL.I08/1/10/D.JPL-12 Tentang Jaringan Trayek dan Kebutuhan Kapal Pelayaran Perintis Tahun Anggaran 2013 serta Ketentuan- Ketentuan Pelaksanaannya menetapkan 80 (delapan puluh) trayek Pelayaran Perintis yang tersebar di 19 provinsi dan 32 pangkalan di seluruh Indonesia. Ukuran kapal yang dibutuhkan berkisar antara DWT atau GT.

78 Standar Konstruksi Dermaga, Departemen Perhubungan, 2010 Pada tahun 2010, Direktorat Pelabuhan dan Pengerukan Kementerian Perhubungan telah menerbitkan buku Standar Konstruksi Dermaga. Buku ini memberikan pedoman dimensi dermaga dan trestle untuk beberapa pilihan ukuran kapal, mulai dari 500 DWT sampai DWT. Selain menetapkan persyaratan dimensi dermaga, buku ini juga memberikan acuan terkait persyaratan penulangan struktur beton dermaga dan ukuran bollard yang digunakan. Sampul dan contoh isi buku ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 2.23 Sampul buku Standar Konstruksi Dermaga. Contoh isi buku Standar Konstruksi Dermaga ditunjukkan pada gambar berikut ini.

79 2-55 Gambar 2.24 Contoh isi buku Standar Konstruksi Dermaga. 4. Konvensi Internasional Marpol 73/78 Konvensi Internasional tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal Tahun 1973 dan Protokol Konvensi Tahun 1978 (International Convention For the Prevention of Pollution From Ships, 1973, as modified by the Protocol of 1978 relating thereto) selanjutnya disingkat MARPOL 73/78 adalah asal mula diberlakukannya ketentuan lebih lanjut terkait penyediaan Reception facility di pelabuhan. MARPOL 73/78 bertujuan untuk mengurangi pencemaran laut dengan mengatur atau melarang pembuangan limbah dari kapal. Konvensi ini mensyaratkan tersedianya Reception facility yang memadai di pelabuhan. Jenis dan ukuran fasilitasnya tergantung pada kebutuhan kapal yang datang secara rutin ke pelabuhan tersebut. MARPOL 73/78 terdiri dari 20 (dua puluh) pasal, 2 (dua) protokol dan 6 (enam) annex yang berisi peraturan tentang pencegahan pencemaran limbah dari kapal. Jenis pencemar yang diatur dalam masing-masing annex dan tanggal mulai berlaku wajibnya disajikan pada Tabel 2.14.

80 2-56 Tabel 2.14 Annex dalam MARPOL 73/78 Annex Sumber pencemar Tanggal Perlu diwajibkan RF I Minyak 2/10/1983 Ya II Bahan cair beracun dalam 6/4/1987 Tidak bentuk curah III Bahan berbahaya dalam 1/7/1992 Ya kemasan IV Limbah cair domestik 27/9/2003 Ya V Sampah 31/12/1988 Ya VI Udara 19/5/2005 Ya MARPOL 73/78 dalam bentuk aslinya hanya menetapkan bahwa Annex I dan II wajib dilaksanakan oleh negara yang telah meratifikasi atau menerima MARPOL 73/78. Penerapan annex lainnya bersifat pilihan; tiap negara dapat memutuskan sendiri kapan annex tertentu diterapkan. Sesuai dengan ketentuan pada Article 15 dari MARPOL 73/78, suatu annex pilihan ditetapkan sebagai kewajiban dalam jangka waktu 12 bulan setelah dipenuhinya kriteria/kuota anggota konvensi. Pada saat ini keenam annex tersebut sudah memenuhi kriteria ini sehingga sudah berlaku wajib bagi setiap negara yang mengakui annex tersebut. Di Indonesia, seluruh ketentuan dalam MARPOL 73/78 dan keenam annex-nya harus dipenuhi, setelah dikeluarkannya beberapa peraturan sebagai berikut: a. Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1986 tentang Pengesahan MARPOL 73/78 berikut Annex I dan II yang diundangkan pada tanggal 9 September b. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2012 tentang Pengesahan Annex III-VI MARPOL 73/78 yang diundangkan pada tanggal 20 Maret D. Terminologi Standar Menurut Referensi Hasil kajian pustaka berkaitan dengan terminologi standar dapat diuraikan sebagai berikut.

81 Definisi Beberapa pengertian mengenai standar dari berbagai sumber, dapat diuraikan sebagai berikut: a. Standarisasi adalah penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dan sebagainya) dengan pedoman (standar) yg ditetapkan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia-online). b. Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar, yang dilaksanakan secara tertib dan bekerjasama dengan semua pihak. (Peraturan Pemerintah Nomor: 102 Tahun 2000). c. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tatacara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. (Peraturan Pemerintah Nomor: 102 Tahun 2000). d. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional dan berlaku secara nasional. Rancangan Standar Nasional Indonesia (RSNI) adalah rancangan standar yang dirumuskan oleh panitia teknis setelah tercapai konsensus dari semua pihak yang terkait. e. Standar atau lengkapnya standar teknis suatu norma atau persyaratan yang biasanya berupa suatu dokumen formal yang menciptakan kriteria, metode, proses dan praktik rekayasa atau teknis yang seragam. Suatu standar dapat pula berupa suatu artefak atau perangkat formal lain yang digunakan untuk kalibrasi. f. Standardisasi adalah penyesuaian bentuk (ukuran, kualitas, dsb) dengan pedoman (standar) yang telah ditentukan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka) g. Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan, menerapkan dan merevisi standar yang dilaksanakan secara

82 2-58 tertib dan bekerja sama dengan pihak yang terkait. (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 19/M- IND/PER/5/2006) h. Sistem Standardisasi Nasional (SSN) adalah tatanan jaringan sarana dan kegiatan standardisasi yang serasi, selaras dan terpadu serta berwawasan nasional, yang meliputi penelitian dan pengembangan standardisasi, perumusan standar, penetapan standar, pemberlakuan standar, penerapan standar, akreditasi, sertifikasi, metrologi, pembinaan dan pengawasan standardisasi, kerjasama, informasi dan dokumentasi, pemasyarakatan serta pendidikan dan pelatihan standardisasi. (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 19/M-IND/PER/5/2006). i. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode yang disusun berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya. (Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor: 19/M- IND/PER/5/2006) 2. Ketentuan Dalam Standar Empat ketentuan dalam standar adalah sebagai berikut: a. Harus tertulis dan dapat diterima pada suatu tingkat praktek, mudah dimengerti oleh para pelaksananya; b. Mengandung komponen struktur (peraturan-peraturan), proses (tindakan/actions) dan hasil (outcomes). Standar struktur menjelaskan peraturan, kebijakan fasilitas dan lainnya. Proses standar menjelaskan dengan cara bagaimana suatu pelayanan dilakukan dan outcome standar menjelaskan hasil dari dua komponen lainnya. c. Standar dibuat berorientasi pada pelanggan, staf dan sistem dalam organisasi. Pernyataan standar mengandung apa yang diberikan kepada pelanggan, bagaimana staf berfungsi atau bertindak dan bagaimana sistem berjalan. Ketiga komponen

83 2-59 tersebut harus berhubungan dan terintegrasi. Standar tidak akan berfungsi bila kemampuan atau jumlah staf tidak memadai. d. Standar harus disetujui atau disahkan oleh yang berwenang. Sekali standar telah dibuat, berarti sebagian pekerjaan telah dapat diselesaikan dan sebagian lagi adalah mengembangkannya melalui pemahaman (desiminasi). Komitmen yang tinggi terhadap kinerja prima melalui penerapan-penerapannya secara konsisten untuk tercapainya tingkat mutu yang tinggi. 3. Komponen Standar Komponen-komponen standar meliputi: a. Standar Struktur; b. Standar Proses; c. Standar Outcomes; Pada dasarnya, ada dua tingkatan standar yaitu minimum dan optimum. Standar minimum adalah sesuatu standar yang harus dipenuhi dan menyajikan suatu tingkat dasar yang harus diterima, disamping ada standarlain yang secara terarah dan berkesinambungan dapat dicapai. Ini merupakan keinginan atau disebut juga standar optimum. Standar minimum harus dicapai seluruhnya tanpa ada pertanyaan. Standar optimum mewakili keadaan yang diinginkan atau disebut juga tingkat terbaik, dimana ditentukan hal-hal yang harus dikerjakan dan mungkin hanya dapat dicapai oleh mereka yang berdedikasi tinggi. 4. Manfaat Penetapan Standar Manfaat dari ditetapkannya suatu standar adalah: a. Standar dapat mewujudkan jaminan mutu produk dan jasa; b. Memelihara keselamatan publik dan perlindungan lingkungan; c. Meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing; d. Melancarkan transaksi (perdagangan) dan pencapaian kesepakatan dagang (kontrak); e. Dalam era globalisasi, sebagai alat seleksi entry barriers & entrance facilitation/tools; f. Standar menetapkan norma dan memberi kesempatan anggota masyarakat dan perorangan mengetahui bagaimanakah tingkat pelayanan yang

84 2-60 diharapkan/diinginkan. Karena standar tertulis sehingga dapat dipublikasikan/diketahui secara luas; g. Standar menunjukkan ketersediaan yang berkualitas dan berlaku sebagai tolak ukur untuk memonitor kualitas kinerja; h. Standar berfokus pada inti dan tugas penting yang harus ditunjukkan pada situasi aktual dan sesuai dengan kondisi lokal; i. Standar meningkatkan efisiensi dan mengarahkan pada pemanfaatan sumber daya dengan lebih baik; j. Standar meningkatkan pemanfaatan staf dan motivasi staf; k. Standar dapat digunakan untuk menilai aspek praktis baik pada keadaan dasar maupun post-basic pelatihan dan pendidikan. 5. Terminologi Standar Dalam Studi Ini Berdasarkan referensi-referensi yang telah disebutkan pada sub bab sebelumnya, maka diambil definisi standar dalam pekerjaan ini yaitu: Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan termasuk tata cara dan metode khususnya yang terkait dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan transportasi laut.

85 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III A. Rancangan Studi METODOLOGI PENELITIAN Studi ini bermaksud menganalisis dan merumuskan konsep standar di bidang prasarana pelayaran dengan tujuan tersusunnya 10 konsep standar di bidang prasarana pelayaran, yakni: 1. Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional; 2. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis; 3. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah; 4. Standar Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas; 5. Standar Dermaga Multipurpose Untuk Pelayanan Kapal Lolo dan Roro; 6. Standar Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang Berfungsi Sebagai Pelabuhan; 7. Standar Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya; 8. Standar Lokasi Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area); 9. Standar Sistem Informasi Pelabuhan; 10. Standar Penampungan Limbah dan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Berdasarkan maksud dan tujuan ini, dirancang suatu studi dengan metode pengumpulan data terkait standar yang akan disusun. Pengumpulan data ini berupa data primer dan sekunder dari beberapa pelabuhan yang dijadikan sampel. Hasil pengumpulan data selanjutnya diolah dan dianalisis dengan metode deskriptif dan kuantitatif. Analisis didukung oleh data sekunder berupa perundangan dan literatur lainnya. Hasil analisis ini adalah parameter-parameter yang terukur dan selanjutnya disusun ke dalam naskah standar prasarana. Keseluruhan rancangan studi ini terangkum ke dalam suatu skema yang diberikan pada Gambar 3.1.

86 3-2 Persiapan Data Sekunder Pengumpulan Data Survey dan Wawancara Studi Literatur Pengolahan Data Analisis Data Perumusan RSNI Gambar 3.1 Metode pelaksanaan pekerjaan B. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan ke 5 (lima) lokasi pelabuhan yang dianggap representatif terhadap konten standar yang akan disusun. Kelima pelabuhan tersebut adalah: 1. Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2. Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya 3. Pelabuhan Teluk Bayur, Padang 4. Pelabuhan Benoa, Denpasar 5. Pelabuhan Makassar Waktu pelaksanaan pengumpulan data ini, dimulai dari persiapan survey hingga verifikasi data, dialokasikan selama 6 (enam) minggu. C. Pendekatan Penelitian 1. Instrumen Dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah formulir permohonan data. Dalam formulir ini tercantum datadata yang diperlukan sesuai konteks konsep standar yang akan disusun. Agar formulir ini lebih terarah, maka untuk setiap narasumber disusun formulir yang berbeda sesuai dengan

87 3-3 kewenangan dan kemungkinan tersedianya data yang akan diminta kepada narasumber tersebut. Apabila diperlukan, juga akan digunakan instrumen dalam bentuk kuesioner. Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan dan permintaan data terkait konten standar yang akan disusun. Pertanyaan dalam kuesioner ditujukan untuk memperoleh informasi yang mungkin tidak dapat diperoleh melalui permintaan data dan untuk lebih mempertegas data yang diperoleh. 2. Teknik Analisis Analisis data dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari kelima lokasi yang disurvey. Data ini juga dibandingkan dengan data sekunder lainnya yang mungkin diperoleh selama proses pekerjaan berlangsung. Dari perbandingan ini selanjutnya dipilih parameter-parameter yang dapat dibakukan dalam naskah standar. Analisis data lapangan akan dilakukan sesuai dengan metodemetode baku yang telah teruji dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode analisis yang digunakan meliputi metode deskriptif kualitatif dan metode kuantitatif.pendekatan dalam analisis akan dilakukan secara deduktif (analitis) maupun induktif (sintetis). Pada metode deskriptif kualitatif hasil penelitian berikut hasil analisisnya diuraikan secara narasi, Kemudian dari analisis tersebut diambil suatu kesimpulan. Sebaliknya pada metode kuantitatif, penarikan kesimpulan baru dapat dilakukan setelah sejumlah varibel data dianalisis menggunakan perhitungan statistik dan/atau formula-formula empiris terkait. Dalam pelaksanaannya metode deskriptif kualitatif dan metode kuantitatif akan saling menunjang sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat lebih dipertanggungjawabkan. D. Uraian Metodologi 1. Persiapan Tahap persiapan adalah tahap yang sangat penting dalam pelaksanaan seluruh metode kerja. Dalam tahap ini semua langkah kerja harus sudah direncanakan secara matang, dan

88 3-4 semua komponen pelaksanaan kerja dipersiapkan. Komponen ini setidaknya terdiri atas: a. Tenaga ahli dan pendukung, b. Peralatan pendukung pekerjaan kantor dan mobilisasi, dan c. Formulir permohonan data untuk kegiatan pengumpulan data. 2. Pengumpulan Data a. Pengumpulan data sekunder. Data sekunder yang dikumpulkan adalah acuan kepustakaan seperti peraturan perundangan, pedoman, hasil studi terdahulu dan tulisan ilmiah lainnya. Data sekunder ini nantinya digunakan dalam studi literatur dan perundangan. b. Kunjungan lapangan. Kegiatan kunjungan lapangan dilaksanakan untuk mengetahui kondisi saat ini dari fasilitas yang akan dibuat konsep standarnya. Berdasarkan kondisi saat ini dapat diketahui apakah fasilitas yang ada sudah memadai sehingga dapat diterapkan dalam kandungan konsep standar. Kunjungan lapangan juga dilaksanakan untuk mengumpulkan data sekunder yang mungkin tersedia di lokasi yang dikunjungi. Lokasi kunjungan lapangan adalah 5 (lima) sampel pelabuhan yang dinilai dapat mewakili kondisi saat ini pelabuhan di Indonesia, yaitu Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar, Teluk Bayur dan Benoa. Pemilihan lokasi ini juga didasarkan pada ketersediaan fasilitas yang relevan dengan konsep standar yang akan disusun. 3. Studi Literatur dan Perundangan Studi literatur dan perundangan dilaksanakan untuk menginventarisasi unsur standar yang sudah ada dan dapat diadopsi dalam penyusunan konsep standar. Selain itu hasil studi literatur dan perundangan juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk membuat standar yang berlandaskan hasil kajian ilmiah dan sejalan dengan peraturan perundangan yang berlaku.

89 Pengolahan Data Pengolahan data dilaksanakan untuk menyusun seperangkat data secara terstruktur sehingga memudahkan langkah analisis data. Hal ini diperlukan mengingat data yang diperoleh dari setiap lokasi mungkin sekali tidak seragam, sehingga perlu diolah lebih lanjut sebelum digunakan dalam analisis. 5. Analisis Data Analisis Data dilaksanakan untuk menyimpulkan unsur apa saja yang dapat distandarkan dalam naskah konsep standar. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan data-data yang telah diolah dan hasil studi literatur, dan menarik benang merah keterkaitan antara kondisi saat ini dengan kondisi seharusnya. 6. Perumusan Konsep Standar Perumusan Konsep Standar adalah tujuan akhir dari studi ini. Konsep Standar dirumuskan berdasarkan kesimpulan dari analisis data, dan disusun secara terstruktur mengacu pada Pedoman Standardisasi Nasional (PSN) yang telah diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN).

90

91 4 HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI A. Pelabuhan Tanjung Priok 1. Informasi Pelaksanaan Survey Survey Pelabuhan Tanjung Priok dilaksanakan pada tanggal Juni Instansi terkait yang dikunjungi dalam kunjungan lapangan di Pelabuhan Tanjung Priok adalah: a. Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok b. PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok c. Terminal Peti kemas Koja d. Jakarta International Container Terminal 2. Gambaran Umum Pelabuhan Pelabuhan Tanjung Priok adalah pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia yang terletak di Tanjung Priok, Jakarta Utara, Provinsi Jakarta. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pintu gerbang arus keluar masuk barang ekspor-impor maupun barang antar pulau serta arus penumpang. Pelabuhan Tanjung Priok juga merupakan pelabuhan Internasional termaju di Indonesia yang masuk dalam wilayah kerja PT Pelabuhan Indonesia II (Persero). Denah lokasi terminal di kawasan Tanjung Priok pada citra satelit ditunjukkan pada Gambar 4.1.

92 4-2 PT. MTI Terminal ITerminal II Terminal III PT. JICT TPK Koja Car Terml. Gambar 4.1 Lokasi terminal pada Kawasan Tanjung Priok Gambar 4.2 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga Serbaguna Nusantara, Dermaga KBN, Dermaga Batching Point Selatan, Dermaga 003 s/d 004 Utara, Dermaga 001 s/d 003 Selatan, Dermaga 007 Utara dan Dermaga 005 s/d 007 di Terminal I Pelabuhan Tanjung Priok. Gambar 4.2 Dermaga di Terminal I Tanjung Priok Gambar 4.3 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga Walie Jaya, Dermaga Kalimati dan Dermaga Utama VTP/MTI di Terminal I Pelabuhan Tanjung Priok.

93 4-3 Gambar 4.3 Dermaga di Terminal I Tanjung Priok (lanjutan) Gambar 4.4 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga 100 s/d 107 di Terminal II Pelabuhan Tanjung Priok. Gambar 4.4 Dermaga di Terminal II Tanjung Priok

94 4-4 Gambar 4.5 menunjukkan letak dan dimensi Dermaga 108 s/d 115, Dermaga 200, Dermaga 200 s/d 203, dan Dermaga JICT II di Terminal II Pelabuhan Tanjung Priok. Gambar 4.5 Dermaga di Terminal II Tanjung Priok (lanjutan) Gambar 4.6 menunjukkan lokasi dan dimensi Dermaga 207X, Dermaga 208 s/d 211, Dermaga Pertamina Gulf/ , Dermaga Gudang Arang/300, dan Dermaga TBB 301 s/d 305 di Terminal III Tanjung Priok. Gambar 4.6 Dermaga di Terminal III Tanjung Priok

95 4-5 Gambar 4.7 menunjukkan penempatan peralatan bongkar-muat di Pelabuhan Tanjung Priok. Gambar 4.7 Penempatan peralatan bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok 3. Trafik Pelabuhan a. Data trafik kapal 5 (lima) tahun terakhir. Data traffic kapal 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok tidak dibedakan berdasarkan jenis kapalnya (pesiar, penumpang internasional, perintis, curah cair, curah kering, peti kemas, Lolo, Roro barang berbahaya). Data ini ditunjukkan pada tabel berikut ini.

96 4-6 No Uraian Satuan Pelayaran Luar Negeri 2 Pelayaran Dalam Negeri 3 Pelayaran Rakyat 4 Pelayaran Perintis 5 Kapal Negara/ Tamu 6 Kapal Lainnya JUMLAH Unit 4,508 4,687 4,489 4,588 GT 61,465,032 67,953,098 73,147,578 78,206,546 Unit 11,871 12,549 14,199 14,072 GT 29,525,940 33,872,357 39,194,606 40,760,227 Unit GT Unit GT Unit GT 563, , , ,817 Unit GT 24,544 6, Unit 16,67 17,457 18,914 18,832 GT 91,578, ,502, ,255, ,608,590 Tabel 4.1 Data trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Sumber: PT Pelindo II (Persero) Cabang Tanjung Priok.

97 4-7 b. Data trafik penumpang 5 (lima) tahun terakhir. Pada pelabuhan Tanjung Priok data trafik penumpang tidak dibedakan antara penumpang local maupun kapal pesiar karena kapal pesiar yang tambat di Pelabuhan Tanjung Priok sangat jarang. Untuk data penumpang Internasional di Pelabuhan Tanjung Priok tidak ada, karena kapal Internasional yang pernah tambat di Pelabuhan Tanjung Priok adalah kapal Pesiar. Data trafik penumpang ditunjukkan pada tabel berikut. Tabel 4.2 Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok THN KPL DEB. EMB. TOT (Unit) (Orang ) (Orang) (Orang) , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,012 TOTAL 8,326 1,907,559 1,840,521 3,748,080 c. Data trafik barang 5 (lima) tahun terakhir. Data trafik barang 5 (lima) tahun terakhir yang didapatkan dari Otoritas Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada tabel berikut.

98 4-8 Tabel 4.3 Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung Priok No. Uraian Sat General cargo Ton Bag Cargo Ton Curah Cair Ton Curah Kering Ton Peti kemas Ton TEUs A. Isi 20' Box B. Isi 40' Box C. Kosong 20' Box D. Kosong 40' Box Lain - Lain Ton 0 0 Ton Jumlah Box TEUs Tabel 4.4 Data trafik barang di Pelabuhan Tanjung Priok No. Uraian Sat General cargo Ton Bag Cargo Ton Curah Cair Ton Curah Kering Ton Peti kemas Ton TEUs A. Isi 20' Box B. Isi 40' Box C. Kosong 20' Box D. Kosong 40' Box Lain - Lain Ton 0 0 Ton Jumlah Box TEUs

99 Hasil Survey a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional. Terminal penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok tidak dikhususkan untuk pelayanan kapal pesiar namun untuk semua kapal penumpang. Fasilitas khusus untuk kapal pesiar pun tidak ada, karena jumlahnya tidak banyak, dan juga waktu singgahnya singkat. Orientasi posisi dermaga untuk kapal penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Gambar 4.8. Gambar 4.8 Orientasi dermaga kapal penumpang Tanjung Priok pada citra satelit Data fasilitas pelabuhan untuk kapal pesiar di Tanjung Priok adalah sebagai berikut: 1) Fasilitas Penumpang a) Ruang Ibu Hamil dan Menyusui; b) Ruang Penyandang Cacat; c) Kanopi dan Facade Cladding; d) Aluminium Terminal Nusantara I&2; e) Dropping Area; f) Area Parkir; g) Gate In dan Out; h) Taman di seputar area Terminal Penumpang

100 4-10 2) Terminal Nusantarapura 1 a) Luas Lantai Dasar 3.744,05 M2 b) Luas Lantai Atas 2.643,62 M2 3) Terminal Nusantarapura 2 a) Luas Lantai dasar 7.336,23 M2 b) VIP M2 c) Kantor, Bank & Toilet M2 d) Ruang Debarkasi/embarkasi 5.914,73 M2 4) Area Parkir a) Luas Area Parkir ,69 M2 b) Kapasitas Area Parkir unit kendaraan mini bus; unit Bis; 8 unit Taxi; 46 unit Motor. c) Area Dropping Penumpang 1.492,50 M2 Data kapal pesiar tidak dicatat tersendiri namun menjadi satu dengan data kapal penumpang yang lain. Kapal pesiar yang terkadang sandar di terminal penumpang maupun di dermaga barang menyulitkan pengelola pelabuhan untuk mendata kapal pesiar tersendiri. Data trafik kapal dan penumpang ditunjukkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Data trafik kapal dan penumpang 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok THN KPL DEB. EMB. TOT (Unit) (Orang ) (Orang) (Orang) , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,012 JUMLAH 8,326 1,907,559 1,840,521 3,748,080 Rencana pengembangan pelabuhan terkait pelayanan kapal penumpang tidak terbatas hanya kapal pesiar masih berupa wacana, sehingga pengelola pelabuhan tidak dapat memberikan data.

101 4-11 Dokumentasi Terminal Penumpang Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 4.9 Dokumentasi Terminal Penumpang Tanjung Priok b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis. Pelabuhan Tanjung Priok yang dikelola PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok tidak disinggahi angkutan pelayaran perintis. c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering. Data arus kedatangan kapal yang diperoleh di Pelabuhan Tanjung Priok hanya dibedakan antara kapal peti kemas dengan non peti kemas, sehingga sulit untuk mengetahui kapal yang tambat dengan jenis tertentu. Gambar 4.10 menunjukkan trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok.

102 4-12 Gambar 4.10 Trafik kapal di Pelabuhan Tanjung Priok

103 4-13 Pelayanan kapal dan barang curah kering di Pelabuhan Tanjung Priok dikelola pada Dermaga 001 sampai dengan Dermaga 213. Data fasilitas dermaga curah kering di Pelabuhan Tanjung Priok adalah sebagai berikut: Tabel 4.6 Data Dermaga Curah Kering Pelabuhan Tanjung Priok Dermaga Panjang Lebar Kedalaman (m) (m) (m) 001 GD s/d 003 slt GD & 110 GD GD GD s/d , GD ,5 18, , Pelayanan kapal dan barang curah cair di Pelabuhan Tanjung Priok dikelola pada Dermaga GD 003 sampai Utara 004. Dermaga ini berukuran panjang 356 m, lebar 16 m dan kedalaman rencana 6 m. d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas. Pelabuhan Tanjung Priok melayani kapal dan barang peti kemas pada beberapa terminal, yakni pada UTPK (Unit Terminal Peti kemas) Tanjung Priok, Terminal Peti kemas Koja dan PT Jakarta International Container Terminal. 1) Pelabuhan Tanjung Priok. Data arus kedatangan peti kemas 5 (lima) tahun terakhir di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

104 Sumber: Ari Henryanto, Port of Tanjung Priok: Challenges in Running Indonesia s Largest Port. Gambar 4.11 Trafik peti kemas tahun

105 ANCOL KALIJAPAT V PT RUKINDO Bahtera Jaya PT HARAPAN JAYA PT MBL PT SINDULANG PLTU PT SALIM IVOMAS PT DARMA SAMUDRA FISHING PT SANDI LAUT CARAKA PT. PKL PT. PACIFIC PAINT PT. INGGOM EX PT INGGOM PT. DKB AIRUD JL. NUSANTARA I B&C Ex. PT. BJI Ex. PT. KPI Ex. UKS Ex. PT. KBM Ex. PT. EIM PT. KBS Ex. KANTIN POS I KBN JL. NUSANTARA II EX. PRIMANATA Ex. PT. AT LAP.EX. PT GLORIUS/ 003 X JALUR HIJAU PT PNP PT. TEMPURAN MAS DLN PT PNP JL. PALIAT Ex PT. Dj asa Sumat era Ex PT. Enggano Samo sir Ex. PT. J as a Nu rani Serv ice KOMPLEK TNI-AL KOMPLEK AIRUD D 007 D E R M A G A B E T O N PALIAT D E R M A G A B E T O N YON AIR JL. PULAU PAYUNG TNI AL DIV. KPL CPT Ex. PT PELOPOR / 005 X PELNI WALIE JAYA PT MTI PT TJETOT JL. PANAMBANGAN Ex PT Walie Jasa P GRAHA SAMUDRA PT. SARI JASA PT. RAMA ADI PUTRA PT. SARI JASA Ex. B & C KOTERM A PT TJETOT JL. PADAMARANG POS III PT. DKB Ex. PT AGUNG RAMA PT. PELNI Office Area ALAM Ex. DLN JL. POMBO MIKIE SMART ADIPURUSA Ex. PT PRIMANATA Ex. PT UCL JL. TEMBUS JL. PALMAS PARKIR TERMINAL PENUMPANG LAP. EX OFFICE CENTRE TERMINAL PT. PBI ADIPURUSA Gate Pombo Ex Roro Sam Ex PT Jelajah Laut Nusantara JL. PANAITAN KPPP BANK BUMI PUTRA PT DHU / BCA KANTOR CABANG MASJID PT.DJAKARTA LLOYD EX PT DAHAN KANTOR ARSIP PT PELINDO II GUPER PMK PT AD IPURUSA KARANTINA JL. RAYA PELABUHAN JL. PASOSO Skala JL. ALAS BEA & CUKAI JL. ALAS JL. PABEAN KARANTINA KARANTINA HEWAN IKAN 0 D 115 KESEHATAN EX PT DAHAN JL. ALOR PT. BSA JL. ACEH (JICT II) ORGANDA EX ADMIRAL LINES E X PT JBY EX PT Dwipahasta Utamaduta JL. AMBON SELATAN Ex. PMK TKBM GUDANG CDC JL. ENGGANO m DM SWEATER RUKO ENGGANO EX KSJ JL. AYUNG JL. RAYA PELABUHAN EX. VTP JL. BANDA BEA & CUKAI EX. GESSURY LLOYD EX. RUMAH MAKAN PT. LBS DISHIDROS JL. KALIMANTAN SELATAN JL. KALIMANTAN D 214 D 300 PT. MAL ADHIGUNA PT. DHU PMC B & C EX AKR JL. BITUNG PT. PUL EX PT. TSJ PT. SABINDO VEEM EX PT PERINTIS ASPALINDO JL. BANGKA POS VIII MASAJI KARGOSENTRA TAMA AGUNG RAYA POS IX KOLINLAMIL DWIPA MANUNGGAL KONTENA Jakarta International Container Terminal (JICT 1) JL. RAYA PELABUHAN Terminal Peti Kemas KOJA PT. GRAHA SEGARA STAMAN PT. JTT JL. JAMPEA PERTAMINA JL. DIGUL LOKASI PEKERJAAN PT BOGASARI PT BOGASARI PT ADHIGUNA S.E PT. DKB JL. SINDANG LAUT CAR TERMINAL PT. SAMUDERA INDONESIA PT. EASTERN POLYMER PT. DKP UKMB PT. SAMUDERA INDONESIA U 4-15 Pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok ditempatkan pada Terminal I, II dan III. 2) Terminal Peti kemas Koja. TPK Koja adalah salah satu pelabuhan peti kemas yang beroperasi di kawasan Tanjung Priok. Orientasi lokasi TPK Koja ditunjukkan pada Gambar TPK Koja WILAYAH TERMINAL II WILAYAH TERMINAL III WILAYAH BOGASARI D 101 U WORKSHOP KEPANDUAN PT. EKA NURI WILAYAH PT MTI WILAYAH TERMINAL I PLTU GD 001 GD 002 GD 003 GD 004 Ex. GD BULOG JL. LAKS. RE MARTADINATA GD CFS GD 005 GD 006 GD 007 JL. PENJALAI JL. PADAMARANG JL. PANAITAN STA. KERETA API TERMINAL PENUMPANG GD 109 GD 110 GD 112 GD 113 GD 114 D 200 JL. AMBON GD 203 GD 202 D 211 D 212 D 213 GD 208 GD 209 GD 207X WILAYAH MASAJI KARGOSENTRA WILAYAH RF JL. BANGKA GD 304 EX TERMINAL BESI BEKAS PMB I PMB II PMB III PMB IV WILAYAH PERTAMINA PT. AIRIN Gambar 4.12 Orientasi Lokasi Terminal Peti kemas Koja Citra satelit TPK Koja ditunjukkan pada Gambar 4.13.

106 4-16 U 200 m Gambar 4.13 Terminal peti kemas Koja pada peta satelit Peralatan bongkar muat yang beroperasi di dermaga peti kemas TPK Koja adalah: - 3 units Post-Panamax type Quayside Cranes (QCC) - 3 units Panamax type Quayside Cranes (QCC) - 22 units Rubber-Tyred Gantry Cranes (RTG). Dalam pengoperasiannya, kegiatan bongkar muat peti kemas di TPK Koja murni hanya terhadap peti kemasnya, dan tidak ada pelayanan bongkar muat isi dari peti kemas. Dermaga Peti kemas Koja berukuran panjang 650 m, lebar 40 m dan kedalaman 14 m. Awalnya dahulu terdapat fasilitas pipa air dan bahan bakar namun jarang kapal yang tambat menggunakan fasilitas tersebut sehingga saat ini fasilitas pengisian air dan bahan bakar tidak ada, namun alatnya masih terdapat di pelabuhan.

107 4-17 3) Jakarta International Container Terminal. Data yang diperoleh dari PT JICT adalah data dermaga, lapangan penumpukan dan peralatan, yang ditunjukkan pada Tabel 4.7. Tabel 4.7 Data Fasilitas Terminal Peti kemas JICT Uraian Keterangan Lokasi Terminal 1 Terminal 2 Berth Length (m) Berth Draught (m) CY Area (Ha) CY Capacity (TEUs) Reefer (380 V) (Plugs) QCC (Unit) 16 3 RTGC (unit) Forklift (unit) 8 6 Head truck (unit) Reach stacker (unit) 4 1 Side loader (unit) 6 - Chassis (unit) e. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro. Kapal Roro yang dilayani oleh dermaga di Pelabuhan Tanjung Priok terdiri atas Kapal roro penumpang dan kapal roro non penumpang yang didesain untuk mengangkut kendaraan. Dermaga untuk Roro adalah Dermaga di depan Gudang 105 s/d 107. Dermaga ini berukuran panjang 529,5 m, lebar 25 m dan kedalaman existing -7 m LWS. f. Fasilitas Car Terminal. Tanjung Priok memiliki terminal khusus bongkar muat kendaraan atau Car Terminal. Denah dari foto udara ditunjukkan pada Gambar 4.14.

108 11 m LWS 4-18 Yard F 2,5 Ha Yard C 1,7 Ha Yard E, 5 Ha Building 2 Floor 1 Ha x 3 Yard B 0,5 Ha 12,8 Ha Temporary Landing 1,8 Ha (Yard A) Here We Are - Operating Started : Total Capacity : slot - Average Dwelling Time : 7 days - Throughput 2011 : unit 220 m Sumber: Ari Henryanto, Port of Tanjung Priok: Challenges in Running Indonesia s Largest Port. Gambar 4.14 Denah Fasilitas Car Terminal di Pelabuhan Tanjung Priok Denah Car Terminal dari citra satelit ditunjukkan pada Gambar Extended 2 Floors in car park building WareHouse/ Shed (3000 m 2 ) Fungsi untuk: - gudang spare part - gudang general cargo - luxury car slot - minor repair slot - pre delivery inspection (PDI) Fungsi untuk: - minor assembling - pre voyage arrangement stall area Extended Yard : 2,5 Ha Sumber: Google earth; Paparan PT Pelindo II Cabang Tanjung Priok. Gambar 4.15 Pembangunan Car Terminal tahun 2011 Data fasilitas Car Terminal adalah sebagai berikut: 1) Kedalaman alur perairan -14 m LWS 2) Dermaga I, panjang 88 m, kedalaman -12m LWS 3) Dermaga II, panjang 220 m, kedalaman -12m LWS 4) Tempat Parkir Terbuka:

109 4-19 a. Yard A (Temporary Landing) 1,8 Ha, Kapasitas = units b. Yard B 0,5 Ha, Kapasitas = 180 units c. Yard C 1,7 Ha, Kapasitas = 740 units d. Yard E 5,0 Ha, Kapasitas = units e. Yard F 2,5 Ha, Kapasitas = units 5) Gedung Parkir 2 lantai 3,0 Ha, Kapasitas = units 6) Kapasitas total units 7) Fasilitas lainnya a. Jalan akses 500m b. Gudang m2 c. Car wash 3 lines d. Kantor dan workshop 1 unit e. Gate in/out 6 ways f. Service Point 2 units g. Yard Sweeper 2 units Kondisi di depan Car Terminal ditunjukkan pada Gambar Sumber: diunduh 24 Juni Gambar 4.16 Kondisi di depan dermaga Car Terminal g. Fasilitas Penampungan Limbah dari Kegiatan Pelabuhan. Tidak ada perbedaan sarana dan prasarana untuk penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan maupun

110 4-20 limbah dari kapal yang tambat di pelabuhan. Data fasilitas RF Tanjung Priok ditunjukkan pada Tabel 4.8. Tabel 4.8 Fasilitas dan Peralatan RF Pelabuhan Tanjung Priok No Sarana Unit Kapasitas 1. Kapal tunda 350 hp. 2. Tongkang limbah m³ 3. Tanki penampungan 1 25 ton 4. Separator 1 5 m³ /hour 5. Oil boom meter 6. Fasilitas jembatan 1 6 meter 7. Dermaga beton 1 tongkang 6 meter Kegiatan penampungan limbah mengacu pada SOP yang tercantum pada Gambar 4.17 dan Surat Edaran Kepala Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Priok terkait penanganan limbah B3 di RF.

111 Gambar 4.17 Standard Operational Procedure Pengelolaan Limbah B3 di Reception facilities (RF) Cabang Pelabuhan Tanjung Priok 4-21

112 4-22 Prosedur kegiatan pengumpulan dan penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan adalah: 1) Dalam Pelaksanaan Pengambilan/pengumpulan limbah B3 kapal Cabang Pelabuhan Tanjung Priok telah memiliki ijin sebagai Pengumpul dan Penyimpanan Sementara limbah B3 dari KLH. 2) Dalam pelaksanaan kegiatan pengambilan limbah B3 kapal Cabang Pelabuhan Tanjung Priok mengeluarkan manifest sebagai bukti alur limbah B3 berjalan sampai ke pembuangan terakhir dan akan melaporkan hasil Neraca kegiatan limbahnya ke KLH per 3 (tiga) bulan 3) Setiap kapal yang menyerahkan limbah minyaknya ke Pelabuhan Tanjung Priok akan menerima Sertifikat Penyerahan Limbah yang dikeluarkan resmi dari KLH dan sebagai pertanggungjawabannya dalam setiap 3 (tiga) bulan harus melaporkan ke KLH. 4) Bahwa setiap kapal yang akan menyerahkan limbahnya sesuai ketentuan yang berlaku harus melalui ke Pengelolaan Reception facilities PT. Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Tanjung Priok. 5) Para Pengumpul limbah posisinya harus menghubungi Reception facilities Cabang Pelabuhan Tanjung Priok karena Pemilik kapal atau agen kapal untuk membuang/menyerahkan limbahnya ke RF Pelabuhan. 6) Dalam penyerahan Sertifikat Penyerahan Limbah B3 pihak-pihak yang berhak menandatangani adalah Pengelolaan RF dan Syahbandar sebagai pertanggungjawaban atas pengelolaan limbah minyak kotor dari kapal. 7) Cabang Pelabuhan Tanjung masih menunggu Sertifikat Penyerahan Limbah yang berlogo Garuda dari KLH karena dalam proses pencetakan karena perubahan struktur baru di kantor kesyahbandaran utama Tanjung Priok dan untuk sementara menggunakan sertifikat penyerahan limbah dengan logo Pelindo

113 4-23 8) Penambahan armada pengangkutan baru Kapal tunda Tanjung VII dan Tongkang RF 1 Rencana pengembangan fasilitas penampungan limbah yang telah/akan digunakan di RF Tanjung Priok adalah: 1) Penambahan armada baru kapal tunda dan tongkang baru 2) Pemberian sertifikat penyerahan limbah B3 kepada pemilik kapal atau agen kapal kepada setiap kapal yang membuang limbahnya ke pelabuhan Tanjung Priok. 3) Perputaran limbah dari pengambilan limbah kapal di pelabuhan sampai pembuangan akhir menggunakan manifest yang dilaporkan ke KLH 3 (tiga) bulan melalui neraca limbah. 4) Mempunyai ijin pengumpul dan penyimpanan sementara limbah B3 dari KLH. 5) Penambahan fasilitas oil boom. 6) Adanya Surat Edaran dari Kantor Kesyahbandaran Utama No.UM.062/11/2/SYB.TPK-2012 tanggal 31 Oktober 2012 tentang Penanganan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) Melalui Reception facilities di Pelabuhan Tanjung Priok. Data volume limbah ditunjukkan pada Tabel 4.9. Tabel 4.9 Data volume limbah Tanjung Priok Tahun Pengambilan Pengeluaran Sumber: PT Pelindo II (Persero) Cabang Tanjung Priok. Gambar 4.18 menunjukkan kapal tunda dan tongkang yang beroperasi di RF Tanjung Priok.

114 4-24 Gambar 4.18 Kapal tunda dan tongkang di RF Tanjung Priok Gambar 4.19 menunjukkan fasilitas RF berupa oil boom dan tangki yang beroperasi di RF Tanjung Priok. Gambar 4.19 Oil Boom dan tangki di RF Tanjung Priok h. Fasilitas Penampungan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan di Tanjung Priok mengacu pada SOP yang ditunjukkan pada Gambar 4.20.

115 Bak Sampah Yang Tersebar di 21 Lokasi Dan 214 Bak Sampah Kecil Yang Tersebar di Gudang, Terminal Operator dan masing-masing pos BAK SAMPAH BAK SAMPAH LPS BAK SAMPAH BAK SAMPAH LPS BAK SAMPAH BAK SAMPAH LPS GEROBAK (MITRA) PENGAWASAN OLEH PELINDO TPA INCENERATOR TRUK (MITRA) Gambar 4.20 Prosedur pengumpulan sampah dan penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan

116 4-26 Data penampungan sampah di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.10 Data Penampungan Sampah di Pelabuhan Tanjung Priok Tempat Jumlah Keterangan Sampah Bak sampah 19 Tersebar di 17 titik Fiber Bin 20 Untuk organik/non-organik; Outdoor. Stainless Bin 29 Untuk organik/non-organik; Indoor. Drum 93 Data tenaga kerja kebersihan di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.11 Uraian Pengumpul di TPS Pengangkut Tenaga lapangan Tenaga Kerja Kebersihan di Pelabuhan Tanjung Priok Keterangan 2 orang 9 orang (3 orang/mobil) 1 orang mandor 128 orang 51 orang (pekerja lepas) Mitra kerja dan alat angkut yang digunakan untuk penampungan sampah pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Tabel 4.12.

117 4-27 Tabel 4.12 Uraian Mitra Pangkalan I Barat Pangkalan I Timur dan II Barat Pangkalan II Timur dan III Kendaraan Truk ¾ Dump truck Gerobak Mitra TO I TO II TO III PHL (Pekerja Harian Lepas) Mitra Kerja dan Alat Angkut yang digunakan untuk Penampungan Sampah Pelabuhan Tanjung Priok Keterangan CV. Yosit Anugrah PT. Ernist Wiraguna PT. Arthapura 3 buah milik Mitra (PT. Arthapura) 2 buah milik PT. Pelindo II 12 buah 12 buah 15 buah 12 buah Data volume sampah di Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.13 Data Volume Sampah yang Terangkut Dari LPS Pelabuhan Tanjung Priok Januari s/d Desember 2011 dalam satuan m 3 Bulan Kertas Sampah /kardus dapur Plastik Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL

118 4-28 Dokumentasi fasilitas penampungan sampah di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok ditunjukkan pada Gambar Gambar 4.21 Dokumentasi fasilitas penampungan sampah di Tanjung Priok B. Pelabuhan Tanjung Perak 1. Informasi Pelaksanaan Survey Survey di Surabaya dilakukan pada tanggal 29 Mei - 4 Juni Lokasi dan instansi terkait yang dikunjungi adalah: e. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Tanjung Perak f. Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak g. PT Terminal Peti kemas Surabaya h. PT Berlian Jasa Terminal Indonesia 2. Gambaran Umum Pelabuhan Pelabuhan Cabang Tanjung Perak adalah Pelabuhan Surabaya yang terletak pada posisi BT dan LS, tepatnya di Selat Madura sebelah Utara kota Surabaya yang meliputi daerah perairan seluas 1.574,3 Ha dan daerah daratan seluas 574,7 Ha. Orientasi lokasi diberikan pada Gambar 4.22.

119 4-29 Gambar 4.22 Orientasi Pelabuhan Tanjung Perak pada Peta Provinsi Jawa Timur Citra satelit Pelabuhan Tanjung Perak ditunjukkan pada Gambar Gambar 4.23 Citra satelit Pelabuhan Tanjung Perak Pelabuhan Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan pintu gerbang di Indonesia, yang menjadi pusat kolektor dan distributor barang ke Kawasan Timur Indonesia, khususnya untuk Propinsi Jawa Timur. Karena letaknya yang strategis dan didukung oleh daerah hinterland Jawa Timur yang potensial

120 4-30 maka Pelabuhan Tanjung Perak juga merupakan pusat pelayaran interinsulair Kawasan Timur Indonesia. Pelabuhan Tanjung Perak Memiliki 5 (lima) terminal, yakni: 1. Terminal Jamrud 2. Terminal Mirah 3. Terminal Berlian 4. Terminal Nilam 5. Terminal Kalimas Data dermaga, gudang dan lapangan di kelima terminal tersebut ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.14 Terminal Fasilitas Terminal di Pelabuhan Tanjung Perak Panjang Dermaga (m) Gudang (m2) Lapangan (m2) Jamrud Mirah Berlian Nilam Kalimas a. Terminal Jamrud. Terminal Jamrud terdiri atas 3 (tiga) zona dermaga, yakni Jamrud Utara, Jamrud Selatan dan Jamrud Barat. Citra satelit Terminal Jamrud ditunjukkan pada Gambar 4.24.

121 4-31 Gambar 4.24 Citra satelit Terminal Jamrud Tanjung Perak Layout Terminal Jamrud ditunjukkan pada Gambar 4.25.

122 4-32 SURYA GAPURA ADPEL PT.PAL SBY BUS KOTA PELABUHAN III ASDP KP3 JALAN TEMBUS PERAK 17C A A JAMRUD UTARA m JL JAMRUD UTARA JL JAMRUD SELATAN JAMRUD SELATAN 800 m JAMRUD BARAT 210 m U m Layout Terminal Jamrud Gambar 4.25 Layout Terminal Jamrud Tanjung Perak

123 4-33 Peruntukan Terminal Jamrud adalah pelayanan Pelayaran Samudera dan Antarpulau, dengan jenis muatan General cargo dan Curah Kering. Terminal Jamrud Utara pada sisi timurnya melayani Angkutan Penumpang. Data Fasilitas Terminal Jamrud ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.15 Fasilitas Terminal Jamrud Uraian Jamrud Utara Jamrud Selatan Jamrud Barat Luas 1,8 Ha 1,17 Ha 0,32 Ha Draft 10 mlws 8,5 mlws 7,0 mlws Panjang apron 1200 m 780 m 210 m Lebar apron 15 m 15 m 15 m Luas gudang m2 - Jumlah gudang Luas lapangan m2 - penumpukan Peruntukan Samudera (GC, CK) & Penumpang Antarpulau (GC) Antarpulau (CK) Untuk pelayanan bongkar muat General cargo dan Curah Kering, Terminal Jamrud dilengkapi peralatan berupa Grab, Hopper, Shore Crane dan Harbour Mobile Crane. Jumlah dan kapasitas peralatan tersebut ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.16 Peralatan Terminal Jamrud Peralatan Jumlah Kapasitas Grab 21 8 ton Hopper 24 8 ton Shore crane 1 - Harbour Mobile Crane 4 45 ton b. Terminal Nilam. Terminal Nilam terdiri atas 2 (dua) zona terminal, yakni Terminal Nilam Timur Konvensional dan Terminal Nilam Timur Multipurpose. Citra satelit Terminal Nilam ditunjukkan pada Gambar 4.26.

124 U PERTAMINA PT. BOGASARI 4-34 Gambar 4.26 Citra satelit Terminal Nilam Tanjung Perak Layout Terminal Nilam ditunjukkan pada Gambar Layout Terminal Nilam CURAH CAIR BBM TAMBATAN NILAM 800 m JL NILAM TIMUR 767 STORAGE OPEN INDOMIX SILO 207A 15 PUSRI PLTU DINAS PENGERUKAN JL PRAPAT KURUNG UTARA JL PRAPAT KURUNG SELATAN PEMUKINMAN PEMUKINMAN JL NILAM BARAT KALI PERAK JALUR PIPA SHOP WORK m Gambar 4.27 Layout Terminal Nilam Tanjung Perak Terminal Nilam Timur Konvensional melayani Pelayaran Antarpulau dengan jenis muatan General cargo, Curah Kering dan Curah Cair. Terminal Nilam Timur Multipurpose hanya melayani muatan Peti kemas. Data fasilitas di Terminal Nilam ditunjukkan pada Tabel 4.17.

125 4-35 Tabel 4.17 Fasilitas Terminal Nilam Uraian Nilam Timur Konvensional Nilam Timur Multipurpose Luas 1,4 Ha 4,8 Ha Draft 8 mlws 9 mlws Panjang apron 930 m 320 m Lebar apron 15 m 15 m Luas gudang - - Jumlah gudang 3 - Luas lapangan TEUs penumpukan Peruntukan Antarpulau (GC, CK, CC) Peti kemas Untuk melayani bongkar muat General cargo, Curah Kering dan Curah Cair, Terminal Nilam Timur Konvensional dilengkapi peralatan berupa Stigger dan Flexible Hose sebanyak masing-masing 1 (satu) unit. Untuk melayani bongkar muat Peti kemas, Terminal Nilam Timur Multipurpose dilengkapi peralatan berupa Container Crane, Rubber Tyred Gantry Crane (RTG) dan Truk/Chassis, seperti ditunjukkan pada Tabel Tabel 4.18 Peralatan Terminal Nilam Timur Multipurpose Peralatan Jumlah Kapasitas Container Crane 3 35 ton Rubber Tyred Gantry Crane 5 40 ton Trucking 12 8,35 ton c. Terminal Mirah. Terminal Mirah terletak di sebelah selatan Terminal Jamrud. Citra satelit Terminal Mirah ditunjukkan pada Gambar 4.28.

126 4-36 Gambar 4.28 Citra satelit Terminal Mirah Tanjung Perak Layout Terminal Mirah ditunjukkan pada Gambar Layout Terminal Mirah U m 310 JL TANJUNG PERAK BARAT JL TANJUNG PERAK TIMUR 330 TAMBATAN MIRAH 640 m PN PERTAMINA AIRUD JL PRAPAT KURUNG UTARA TEMPAT PARKIR JL. INTAN PERBEKALAN GUDANG KARANTINA TUMBUH RESERVOIR INDUK TUMBUHAN BENGKEL POOL DIVISI USTER SG GARDU HUBUNG (LISTRIK) JL PRAPAT KURUNG SELATAN Gambar 4.29 Layout Terminal Mirah Tanjung Perak

127 4-37 Terminal Mirah diperuntukkan untuk melayani Pelayaran Antarpulau dengan muatan General cargo. Data fasilitas Terminal Mirah ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.19 Fasilitas Terminal Mirah Uraian Keterangan Luas 1,6 Ha Draft 7 mlws Panjang apron 640 m Lebar apron 25 m Luas gudang ,35 m2 Jumlah gudang 4 Luas lapangan ,40 m2 penumpukan Peruntukan Antarpulau (GC) Untuk pelayanan bongkar muat General cargo, Terminal Mirah dilengkapi peralatan berupa Rubber Tyred Gantry Crane (RTG) dan Reach stacker, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.20 Peralatan Terminal Mirah Peralatan Jumlah Kapasitas Ship crane - - Barge crane - - Rubber Tyred Gantry Crane 2 40,6 ton Reach stacker 3 - d. Terminal Kalimas. Terminal Kalimas adalah terminal yang terletak di muara Sungai Kalimas, melayani Pelayaran Antarpulau, dan diperuntukkan bagi Kapal Lokal dan Kapal Layar Motor. Data fasilitas Terminal Kalimas ditunjukkan pada tabel berikut ini.

128 4-38 Tabel 4.21 Fasilitas Terminal Kalimas Uraian Keterangan Luas 3,4 Ha Draft 9,5 mlws Panjang apron 2270 m Lebar apron 15 m Luas gudang 6060 m2 Jumlah gudang 4 Luas lapangan 3520,00 m2 penumpukan Peruntukan Kapal Lokal & Kapal Layar Motor e. Terminal PT. Berlian Jasa Terminal Indonesia. PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (PT BJTI) merupakan anak perusahaan dari PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). PT BJTI Sejak tahun 2002 dipercaya mengelola Terminal Berlian Tanjung Perak Surabaya dan Terminal Peti kemas di Tenau sejak awal tahun Sebagai operator pelabuhan selama satu dekade, PT BJTI telah banyak dipercaya oleh berbagai perusahaan Indonesia maupun mancanegara dalam pengelolaan peti kemas internasional, terminal peti kemas domestik, terminal curah kering, layanan intermoda, dan berbagai jasa bongkar muat penunjang lainnya. Pendirian PT BJTI dilakukan melalui proses pemisahan (Spin Off) dari salah satu unit bisnis PT (Persero) Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Perak yaitu Divisi Usaha Terminal Serbaguna (DUTS) yang berfokus pada layanan Kargo dan Kontainer di terminal konvensional. DUTS telah beroperasi sejak Status PT BJTI sebagai terminal operator pelabuhan dikukuhkan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP. 410 Tahun 2010 Tanggal 27 September 2010 tentang pemberian ijin usaha kepada PT.Berlian Jasa Terminal Indonesia sebagai Badan Usaha Pelabuhan. Citra satelit Terminal BJTI ditunjukkan pada Gambar 4.30.

129 PARKIR SEPEDA MOTOR PT. SUMA LAUT PERKASA PT. GLOBAL PUTRA POS JAGA GARDU 90 H. MAST H. MAST H. MAST H. MAST CCTV POS JAGA GATE IN GATE OUT GATE IN OUT ALAT BERAT CCTV TOWER KOMP H. MAST H. MAST POS JAGA Gambar 4.30 Citra satelit Dermaga Berlian Layout terminal BJTI ditunjukkan pada Gambar PEMUKIMAN KPLP DOCKING AREA 16 EX. BIMASEMA 10 TERMINAL NILAM PERKERASAN LAHAN EKS. BIMASENA + PAGAR = m² PERKERASAN LAHAN EKS. KPLP + PAGAR = m² (PRE MEMORY) PERKERASAN LAHAN EKS. RUKINDO + PAGAR m² 700 PAVING JALAN KELUAR DAN MASUK Layout Terminal Berlian TERMINAL BERLIAN = m² (DIKERJAKAN OLEH TG. PERAK) PENAMBAHAN PAGAR PK. INTERNASIONAL PANJANG = m' PEMINDAHAN FASILITAS BEHANDLE UNTUK BEA & CUKAI 5,8 x 11,5 m TAMBATAN BERLIAN BARAT 700 m JL. PRAPAT KURUNG SELATAN JL. PRAPAT KURUNG UTARA PT. UEPN 13 TANDON AIR PT. BERLIAN PENTA ± m² KANTOR PT. UEPN PT. TSP HANDYMAX / RORO / CURAH CAIR 2 UNIT TRANA TAINER KONDISI RUSAK CFS 34.5x47.5 GUDANG CURAH KERING PT. UEPN STRIPPING & STUFFING TEMAS TANTO BEHANDLE 25 MERATUS PANAMAX (200 m) PETIKEMAS INTENASIONAL (175 m) 8860 SIPIL ITS 140 TAMBATAN BERLIAN UTARA 140 m U m TAMBATAN BERLIAN TIMUR 785 m 1. PEMBANGUNAN KANTOR 3 LANTAI : A. LANTAI 1 (700 m²) - KOPERASI TKBM, KP3, KPLP B. LANTAI 2 (700 m²) - BEA & CUKAI, PT. UEPN, PERHUTANI & PENGGUNA JASA C. LANTAI 3 (700 m²) - PT. BJTI 2. MEUBEULAIR + AC + TOWER KOMP + PINDAH INST. IT 3. PEMINDAHAN & PEMBENAHAN EKS. KANTOR OPRS 4. PARKIR MOBIL (2.300 m²) Gambar 4.31 Layout Dermaga Berlian Data Terminal PT BJTI ditunjukkan pada tabel berikut ini.

130 4-40 Tabel 4.22 Fasilitas Terminal Berlian Deskripsi Posisi Wharf LWS International Container Vessels East 540-9,6 Berlian M Domestic Container Vessels West Berlian M North 140 M -6,5 Berlian Ocean Going Dry Bulk & General cargo Vessels East Berlian 240 M -9,6 Fasilitas lapangan di Terminal PT BJTI ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.23 Deskripsi International Container Yard Domestic Container Yard Container Freight Station (CFS) Consolidation Stripping & Stuffing Fasilitas Lapangan PT BJTI 4,3 Ha 1,2 Ha 800 M2 1,755 M2 625 M2 Luas Fasilitas peralatan di Terminal PT BJTI ditunjukkan pada tabel berikut ini.

131 4-41 Tabel 4.24 Fasilitas Peralatan PT BJTI Alat Keterangan Stevedoring Type Lifting Jumlah Capacity Harbour Mobile Crane I. Gottwald * 260 Swl 40 Ton 1 Unit * 280 Swl 60 Ton 1 Unit * 4406 Swl 100 Ton 4 Unit II. Liebbherr * 280 Swl 100 Ton 2 Unit * 400 Swl 104 Ton 3 Unit * 420 Swl 120 Ton 3 Unit Total : 14 Unit Container Stacking Spesifikasi Jumlah Rubber Tyred / Rtg 6 Row, 6 Tier 5 Unit 6 Row, 4 Tier 4 Unit Reach stacker * Kapasitas 40 Ton 6 Unit Top Leader * Kapasitas 30 Ton 1 Unit Specific Equipment Kapasitas Jumlah Grab 5 Ton 5 Unit 7 Ton 2 Unit 10 Ton 2 Unit 15 Ton 6 Unit Hopper 5 Ton 7 Unit 10 Ton 6 Unit 20 Ton 3 Unit Timbangan 60 Ton 2 Unit Armada Trailer 38 Unit Produksi PT BJTI berupa arus barang ditunjukkan pada Tabel 4.25.

132 4-42 Tabel 4.25 Produksi PT BJTI Produksi Satuan PK DN Teus PK LN Teus GC M CK Ton CC Ton Batubara Ton Mobil Unit Depo PK Box Bunkering M/Ton Forwarding Box Produksi Satuan PK DN Teus PK LN Teus GC M CK Ton CC Ton Batubara Ton Mobil Unit Depo PK Box Bunkering M/Ton Forwarding Box Sumber: PT Berlian Jasa Terminal Indonesia. Kinerja bongkar muat PT BJTI ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.26 Kinerja Bongkar Muat PT BJTI 2012 Uraian Satuan Realisasi Triwulan I II III IV PK Konv B/S/H PK Int B/S/H GC T/G/H CK T/S/D CC T/S/D Roro U/S/D Uraian Satuan Sumber: PT Berlian Jasa Terminal Indonesia.

133 4-43 f. Terminal PT. Terminal Peti kemas Surabaya. PT Terminal Peti kemas Surabaya adalah anak perusahaan PT Pelabuhan Indonesia III yang dikhususkan untuk pelayanan peti kemas. Secara geografis, TPS berlokasi di bagian barat Pelabuhan Tanjung Perak dengan koordinat 7;12;S, 112;40E, di bagian ujung alur pelayaran di antara pulau Jawa dan pulau Madura sepanjang 25 mil. Lebar minimum alur adalah 80 meter, kedalaman minimum pada saat air surut adalah 9.5 meter. Alur pelayaran tersebut ditandai dengan jelas, dan disediakan layanan kepanduan selama 24 jam nonstop. Data Terminal PT TPS ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.27 fasilitas terminal peti kemas Surabaya. Uraian Keterangan Panjang Dermaga m Internasional Panjang Dermaga Domestik 400 m Lebar Dermaga 50 m Terminal Internasional -10,5 mlws Draft Terminal Domestik Draft - 7,5 mlws Container Yard 49 Ha Container Freight Station m2 Sumber: PT Terminal Peti kemas Surabaya. Untuk mempertahankan pelayanannya, PT TPS menetapkan suatu standar kinerja bongkar muat seperti tertera pada tabel berikut ini. Tabel 4.28 Standar kinerja PT TPS Kinerja Internasional Domestik Boxes Crane Hours (BCH) Boxes Ships Hours (BSH) Boxes Vessel Working Hours (BVWH) Truck Round Time 30 Menit Sumber: PT Terminal Peti kemas Surabaya.

134 Trafik Pelabuhan a. Data Trafik Kapal. Data trafik diperoleh selama 5 (lima) tahun pada periode Data yang diperoleh dikelompokkan menurut tonase, jumlah ship call, jenis pelayaran dan jenis muatan. Tabel berikut ini menunjukkan data kunjungan dan tonase kapal di Pelabuhan Tanjung Perak. Tabel 4.29 Data Kunjungan dan Tonase Kapal di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya NO URAIAN T A H U N SAMUDERA : - Ship Call ( unit's ) 1,721 1,805 1,911 1,965 2,040 - DWT ( ton's ) 33,064,650 42,928,967 38,944,274 41,737,340 46,830,037 2 INTERINSULER : - Ship Call ( unit's ) 9,254 9,300 8,395 7,757 10,584 - DWT ( ton's ) 25,932,766 27,712,342 25,926,685 23,945,619 38,919,702 3 KHUSUS : - Ship Call ( unit's ) DWT ( ton's ) 2,434,533 2,230,065 2,174,989 1,982, PELRA : - Ship Call ( unit's ) DWT ( ton's ) 222, , , ,002 77,855 JUMLAH : - Ship Call (unit's) 11,879 11,867 11,060 10,497 13,400 - DWT (ton's) 61,654,290 73,055,127 67,202,823 67,768,409 85,827,594 Sumber: Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak Surabaya. b. Data Trafik Penumpang. Data trafik diperoleh selama 5 (lima) tahun pada periode Data trafik penumpang dapat dilihat pada tabel berikut.

135 4-45 NO Tabel 4.30 URAIAN Data Arus Penumpang di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya T A H U N Satuan : Jiwa A. TURUN : 1 Umum 557, , , , ,504 2 T uris ,080 3 T ransmigrasi T K I 8,455 7,465 2, , , , , ,584 B. NAIK : 1 Umum 533, , , , ,106 2 T uris ,080 3 T ransmigrasi 1,043 2, T K I , , , , ,120 1,100, ,281 1,072, , ,704 Sumber: Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak Surabaya. c. Data Trafik Barang. Data trafik diperoleh selama 5 (lima) tahun pada periode Data arus bongkar muat ditunjukkan pada tabel berikut.

136 4-46 NO Tabel 4.31 U R A I A N Data Perbandingan Arus Bongkar Muat Barang (Cargo Flow) di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya T A H U N Satuan : T on Angkutan L.N 1. Impor / Bongkar 14,247,400 13,495,462 15,319,130 16,837,696 19,458, Ekspor / Muat 7,830,295 7,636,467 7,728,427 7,676,545 7,518,144 22,077,695 21,131,929 23,047,557 24,514,241 26,977,046 2 Angkutan D.N 1. Bongkar 8,081,008 8,570,380 8,427,599 9,957,047 11,941, Muat 8,307,291 8,489,340 8,178,923 10,381,563 13,234,455 16,388,299 17,059,720 16,606,522 20,338,610 25,175,972 3 Angkutan PELRA : 1. Bongkar 92,996 90,573 53,947 36,222 41, Muat 185, , , , , , , , , ,191 Jumlah Bongkar 22,421,404 22,156,415 23,800,676 26,830,965 31,441,703 Muat 16,323,157 16,317,310 16,064,796 18,174,092 20,878,507 38,744,561 38,473,725 39,865,472 45,005,057 52,320,209 Sumber: Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak Surabaya. 4. Hasil Survey a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional. Dermaga Jamrud Utara dapat digunakan untuk sandar kapal pesiar, dengan panjang dermaga 500 m, dan kedalaman -9 mlws. Dokumentasi kegiatan sandar kapal penumpang di Dermaga Jamrud Utara ditunjukkan pada gambar berikut ini.

137 4-47 Gambar 4.32 Dokumentasi kegiatan sandar kapal penumpang di Dermaga Jamrud Utara Sebelumnya dermaga ini memiliki dua gedung terminal penumpang untuk transit penumpang yaitu Gapura Surya seluas m2 dengan kapasitas orang dan Gapura Nusantara seluas m2 dengan kapasitas orang. Kedua fasilitas tersebut telah sesuai dengan standar ISPS Code dan dilengkapi dengan X-Ray dan Walk Through Metal Detector untuk keselamatan dan keamanan serta tempat parkir kendaraan yang memadai. Dokumentasi Terminal Penumpang lama sebelum dibongkar ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 4.33 Gedung terminal penumpang lama yang kini sudah dibongkar

138 4-48 Pada saat ini sedang dilaksanakan pembangunan Terminal Penumpang Modern. Letaknya adalah pada lokasi terminal lama, yang sudah dibongkar dan ditutup untuk sementara. Dokumentasi pembangunan Terminal Penumpang Modern ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 4.34 Kondisi existing pekerjaan Pembangunan Terminal Penumpang Modern di Pelabuhan Tanjung Perak Saat ini aktivitas pelayanan penumpang dialihkan ke Terminal Penumpang Sementara yang dibuat pada satu gudang di Dermaga Jamrud. Dokumentasi Terminal Penumpang Sementara ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 4.35 Tampak depan dan tampak dalam Terminal Penumpang Sementara Tanjung Perak Dokumentasi fasilitas di dalam Terminal Penumpang Sementara Tanjung Perak ditunjukkan pada gambar berikut ini.

139 4-49 Gambar 4.36 Fasilitas di Terminal Penumpang Sementara Tanjung Perak b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis. Trayek Kapal Perintis yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak adalah Trayek R-11. Kapal yang digunakan untuk trayek ini adalah KM Amukti Palapa dengan ukuran kapal 500 DWT. Selain KM Amukti Palapa yang berpangkalan di Surabaya, Pelabuhan Tanjung Perak juga disinggahi oleh KM Sabuk Nusantara 27 dengan ukuran kapal 500 DWT. KM Sabuk Nusantara 27 melayani Trayek R-12 dengan pangkalan di Pelabuhan Tanjung Wangi. Kapal Perintis di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Kade Perak yang fungsi utamanya adalah sebagai Dermaga Roro. Data fasilitas Kade Perak ditunjukkan pada tabel berikut ini.

140 4-50 Tabel 4.32 Fasilitas Kade Perak (Roro) Uraian Besaran Luas Terminal Penumpang : -Embarkasi 2.371,65 M2 -Debarkasi 201,50 M2 -Teras Sisi Barat 294,25 M2 Kapasitas Terminal Penumpang 700 Orang Draft -7,2 M.LWS Panjang Dermaga 140 M Luas Lapangan Parkir : -Truk (Besar dan Kecil) M2 -Sedan / Sejenis 515 M2 -Kendaraan ex bongkaran 1.912,5 M2 Kapasitas Parkir Mobil 250 Kendaraan Tempat Ibadah (Musholla) 32 M2 Sumber: PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak. c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering. Kapal dan Barang Curah Kering di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Terminal Jamrud Utara, Jamrud Barat dan Nilam Timur Konvensional. Pelabuhan Tanjung Perak melayani muatan curah kering baik jenis pangan maupun non pangan. Dokumentasi aktivitas bongkar muat curah ditunjukkan pada gambar berikut.

141 4-51 Gambar 4.37 Aktivitas muat curah kering pangan (atas) dan semen (bawah) di Dermaga Jamrud Selatan d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair. Kapal dan Barang Curah Cair di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Terminal Nilam Timur Konvensional. Dokumentasi ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 4.38 Aktivitas muat curah cair CPO di Dermaga Nilam Timur Konvensional e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas. Kapal dan Barang Peti kemas di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Terminal Nilam Timur Multipurpose, Terminal PT BJTI dan Terminal PT TPS.

142 4-52 Dokumentasi dermaga dan aktivitas bongkar muat peti kemas di dermaga Nilam Timur Multipurpose ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 4.39 Dermaga peti kemas di Terminal Nilam Timur Multipurpose Dokumentasi Terminal PT BJTI ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 4.40 Dokumentasi terminal peti kemas PT BJTI Dokumentasi Terminal PT TPS ditunjukkan pada gambar berikut.

143 4-53 Gambar 4.41 Dokumentasi Terminal Peti kemas PT TPS f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Lolo. Kapal dan barang lolo di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Terminal Jamrud. Dimensi Dermaga Jamrud sudah ditunjukkan pada Tabel 4.15 di halaman Gambar 4.42 Aktivitas bongkar muat peti kemas secara Lo-Lo di Dermaga Jamrud g. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro. Kapal Roro di Pelabuhan Tanjung Perak dilayani di Terminal Jamrud dan Kade Perak. Dimensi Dermaga Jamrud sudah ditunjukkan pada Tabel 4.15 di halaman Data fasilitas Kade Perak sudah ditunjukkan pada Tabel 4.32 di halaman 4-50.

144 4-54 h. Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang Berfungsi sebagai Pelabuhan. Di Pelabuhan Tanjung Perak, dryport dikelola oleh PT Terminal Peti kemas Surabaya. Namun dengan dimilikinya dermaga di areal dryport tersebut, kini pelabuhan tersebut berkembang fungsinya menjadi pelabuhan laut (seaport). Data Terminal PT TPS sudah ditunjukkan pada Tabel 4.27 di halaman i. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya. TUKS Barang Berbahaya yang beroperasi dalam Wilayah Tanjung Perak adalah TUKS PT Pertamina dan TUKS PT Aneka Kimia Raya. j. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area). 1) Prosedur dan Kriteria Penentuan Lokasi Dumping area. Berdasarkan keterangan dari Pihak Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak, selama ini tidak ditentukan lokasi spesifik untuk pembuangan material keruk. Lokasi pembuangan material keruk (dumping area) di Pelabuhan Tanjung Perak mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi. 2) Kegiatan Pengerukan dan Lokasi Pembuangannya. Kegiatan Pengerukan di Lingkungan Pelabuhan Tanjung Perak dilakukan pada Alur Kalimas dan Kolam Dermaga Jamrud. Pelaksanaannya dilakukan bergantian setiap tahun, sehingga masing-masing lokasi dikeruk setiap dua tahun sekali. Berdasarkan keterangan dari Pihak Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak, selama ini tidak ditentukan lokasi spesifik untuk pembuangan material keruk. Lokasi pembuangan material keruk (dumping area) di Pelabuhan Tanjung Perak mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 52 Tahun 2011 tentang Pengerukan dan Reklamasi.

145 4-55 k. Fasilitas Car Terminal. Pelabuhan Tanjung Perak tidak memiliki fasilitas khusus Car Terminal. Namun demikian pelayanan bongkar muat kendaraan dilaksanakan di Terminal Berlian yang dikelola oleh PT BJTI. l. Fasilitas Penampungan Limbah dari Kegiatan Pelabuhan. Limbah dari kegiatan pelabuhan di Tanjung Perak dikelola bersama dengan limbah dari kapal pada Reception facility (RF). RF Tanjung Perak berlokasi di Jalan Nilam Barat. Limbah dari kegiatan pelabuhan biasanya dihasilkan dalam jumlah kecil, sehingga penampungannya dilakukan menggunakan Intermediate Bulk Container (IBC). Gambar IBC untuk penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 4.43 Dokumentasi fasilitas RF Tanjung Perak. Standard Operational Procedure untuk penampungan limbah di RF Pelabuhan Tanjung Perak ditunjukkan pada gambar berikut.

146 4-56 Sumber: PT Pelindo III (Persero) Cabang Tanjung Perak. Gambar 4.44 Standard Operating Procedure Penerimaan, Penyimpanan dan Pengeluaran Limbah B3 di RF Tanjung Perak. m. Fasilitas Penampungan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Data fasilitas penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan di Pelabuhan Tanjung Perak adalah sebagai berikut: Pemilahan dan Pewadahan Jenis pewadahan : Tempat sampah = 184 buah Sistem pewadahan Untuk pewadahan dengan sistem terpisah, apakah sampahnya sudah : Tercampur dan Terpisah : Ya / Tidak

147 4-57 terpisah sesuai peruntukannya? Jenis Pewadahan Letak Wadah Setiap ruangan Setiap lantai Setiap gedung Penempatan Pewadahan Pengumpulan Proses pengumpulan Sampah dari setiap pewadahan besar dimasukkan Sampah dimasukkan ke dalam : Organik = 30 buah Non Organik = 30 buah : Ada / Tidak Tercampur / Terpisah : Ada / Tidak Tercampur / Terpisah : Ada / Tidak Tercampur / Terpisah : Ruang Tunggu = 40 buah Halaman = 50 buah (Terminal Penumpang, Term Penumpang Ro-Ro, dermaga, kantor) Tempat Parkir = 40 buah Jalan Lingkungan = 10 buah Toilet = 44 buah (Term Penumpang Pelni dan Ro- Ro, Kantor Cabang = 20 buah) : Setiap hari / Tidak setiap hari : Secara terpisah / secara gabungan : Plastik (hanya untuk B3) Diikat / tidak diikat Dikumpulkan / dipisahkan Pemindahan dan Pengangkutan Jenis alat pengumpul : September 2012 Mobil = 6 buah Motor sampah = 0 buah Gerobak = 0 buah Diantar sendiri = 0 buah Lain-lain (container sampah) = 28 buah Desember 2012 Mobil = 6 buah Motor sampah = 0 buah

148 4-58 Waktu pengumpulan Frekuensi pengumpulan Sistem pengumpulan Cara pengumpulan Petugas Kebersihan pengumpul Data TPS Jumlah Total TPS Nama/ Posisi Lokasi TPS Gerobak = 0 buah Diantar sendiri = 0 buah Lain-lain (container sampah) = 28 buah 1 mobil pembersih sampah dan pengangkut sampah (sweeper) : Pagi / Siang / Sore / Malam : Setiap hari / Tidak setiap hari : Tercampur / Terpisah : Rutin / Tergantung permintaan : 216 orang Desember 2012 Ditambah 2 org operator mobil sweeper (216 orang + 2 org) = 218 orang : 2 (dua) buah : Depo Jalan Kalimas Depo Jalan Tembaga Bak Penampung : Jenis Bak : Beton = 2 buah Container = 28 buah Tanpa bak = 0 buah Dimensi (cm) : Untuk Beton Depo Kalimas Panjang : 12 m Lebar Tinggi : 8 m : 2 m Depo Tg Tembaga Panjang : 15 m Lebar : 15 m Tinggi : 2 m Untuk Container Panjang : 3,51 m Lebar : 1,9 m

149 4-59 Tinggi : 1,45 m Sifat : Permanen (Depo) dan Mobile (Container sampah) dan mobil sweeper (pembersih jalan dan pengangkut sampah ke TPS. Kondisi Fisik : Baik / Sedang / Rusak / Tidak ada Kondisi Lingkungan : Banyak lalat / Bau / Berair / Bersih / Kotor Sistem Penampung Sumber sampah yang masuk Sistem Pengangkutan Frekuensi pengangkutan dalam mingguan Alat angkut : Tercampur / Terpisah : Dari lokasi pelabuhan (wilayah pelabuhan : sampah rumah tangga, perkantoran, non medis rumah sakit, sampah taman Tercampur dengan luar pelabuhan : < 1 / 2 / 3 / 4 / 5 / 6 / 7 / > : Motor = 0 unit Dump Truck = 4 unit Arm Roll Truck = 2 unit : Pagi / Siang / Sore / Malam Jadwal Angkut Kapasitas pengangkutan : Seluruhnya terangkut / Tidak seluruhnya terangkut Cara pengangkutan : Rutin / Tergantung permintaan Petugas Kebersihan : 28 orang pengangkutan Pengelola pengangkut : Dinas Kebersihan / Kelurahan / Lain-lain (PT PELINDO III) Volume Sampah Volume jenis sampah masuk (m3/hari) Komposisi jenis sampah masuk : < 1 m3 / 1-5 m3 / 6-10 m3 / > 10 m3 : Organik (60 %) Plastik (5 %) Kertas / karton (10 %) Logam/Kaleng (5 %) Botol (5 %)

150 4-60 Prasarana komposisi di TPS Lainnya/Sisa Bongkar Muat (15 %) : Ada / Tidak ada Berfungsi / Tidak berfungsi C. Pelabuhan Makassar 1. Informasi Pelaksanaan Survey Lokasi dan instansi terkait yang dikunjungi pada survey di Pelabuhan Makassar adalah: a) Kantor Otoritas Pelabuhan Makassar b) PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Makassar. 2. Gambaran Umum Pelabuhan Pelabuhan Makassar berada pada posisi 05 07' 18 LS / ' 27 BT dan merupakan salah satu cabang yang ada di PT (Persero) Pelabuhan Indonesia Wilayah IV (PT Pelindo IV). Secara administratif Pelabuhan Makassar terletak di Kelurahan Ujung Tanah Kecamatan Wajo, Kota Makassar. PT (Persero) Pelindo IV membawahi 19 cabang, 3 Unit Pelayanan Kepelabuhanan (UPK), 1 Terminal Peti kemas dan 5 Pelabuhan Kawasan. Masing-masing pelabuhan memiliki karakteristik, potensi dan hinterland yang beragam. Pelabuhan Makassar berstatus Pelabuhan Utama dan merupakan salah satu dari 25 pelabuhan strategis di Indonesia yang memiliki posisi penting di Kawasan Indonesia Timur. Orientasi lokasi Pelabuhan Makassar disajikan pada Gambar 4.45.

151 4-61 U Sumber: Encarta, Gambar 4.45 Orientasi lokasi Pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan Citra Satelit Pelabuhan Makassar disajikan pada Gambar Gambar 4.46 Tata letak Pelabuhan Makassar

152 4-62 Tata letak dermaga Pangkalan Soekarno Pelabuhan Makassar ditunjukkan pada gambar di bawah ini. DERMAGA 100 DERMAGA 101 DERMAGA 102 PT. BERDIKARI DERMAGA 103 DERMAGA 104 DERMAGA 105 R H Q G P C A O F N E M D C B S T C V J L U PINTU 1 JALAN TOL PINTU 2 JL. NUSANTARA PINTU 3 PANGKALAN SOEKARNO Gambar 4.47 Tata letak dermaga dan peruntukannya di Pangkalan Soekarno Pelabuhan Makassar Tata letak dermaga Pangkalan Hatta ditunjukkan pada gambar di bawah ini. Gambar 4.48 Tata letak dermaga dan peruntukannya di Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar 3. Trafik Pelabuhan a. Trafik Kapal. Trafik kapal yang diperoleh adalah untuk kapal pesiar dan kapal peti kemas. Data trafik kapal ditunjukkan pada tabel berikut ini.

153 4-63 Tabel 4.33 Data trafik kapal di Pelabuhan Makassar Uraian Sat Pesiar Call GT Peti kemas Call GT Roro Call GT Uraian Sat Pesiar Call 3 0 GT Peti kemas Call GT Roro Call GT Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar. b. Trafik Penumpang. Trafik penumpang yang diperoleh adalah trafik penumpang kapal pesiar dan trafik penumpang lokal (Pelayaran Nusantara, Pelayaran Rakyat dan Pelayaran Perintis). Data trafik penumpang ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.34 Data Trafik Penumpang di Pelabuhan Makassar Satuan: Orang Uraian Satuan Kapal Pesiar Debarkasi/embarkasi Lokal Debarkasi Embarkasi Uraian Satuan Kapal Pesiar Debarkasi/embarkasi Lokal Debarkasi Embarkasi Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar. c. Trafik Barang. Trafik barang yang diperoleh adalah trafik barang curah kering, curah cair dan peti kemas. Data trafik barang ditunjukkan pada tabel berikut.

154 4-64 Tabel 4.35 Data Trafik Barang di Pelabuhan Makassar Satuan: T/M3 Uraian Realisasi Curah Cair Curah kering peti kemas Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar. 4. Hasil Survey a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional. Kegiatan kapal pesiar dan penumpang di Pelabuhan Makassar dilayani di Dermaga Umum pada Pangkalan Soekarno. Denah terminal penumpang ditunjukkan pada Gambar 4.49.

155 4-65 LAUT DERMAGA DENAH TERMINAL PENUMPANG PELABUHAN MAKASSAR Skala 1:100 ALUR KEBERANGKATAN PENUMPANG ALUR KEDATANGAN PENUMPANG 1. POLIKLINIK 2. TANGGA KE ANJUNGAN PENGANTAR 3. TOILET 4. TOILET 5. MUSHOLA 6. RUANG SUPER VISOR PELINDO 7. RUANG TUNGGU PENUMPANG LN 8. RUANG TUNGGU PENUMPANG DOMESTIK 9. TOILET 10. TOILET 11. TOILET 12. TOILET 13. MUSHOLA 14. KIOS 15. KIOS 16. PINTU EMBARKASI LN 17. BERANDA DAN PINTU MASUK PENUMPANG LN 18. CHECK-IN PENUMPANG LN 19. BERANDA DAN PINTU MASUK PENUMPANG DOMESTIK 20. CHECK-IN PENUMPANG DOMESTIK 21. LOKET TIKET ( PELNI ) 22. RUANG ADPEL ( STAFF ADPEL ) 23. PINTU EMBARKASI DOMESTIK 24. PINTU KELUAR PENUMPANG DAN TRANSIT 25. BANGSAL PENJEMPUT PENUMPANG 26. BANGSAL PENERANGAN TRANSIT 27. PENERANGAN DAN INFORMASI 28. TANGGA KE ANJUNGAN PENGANTAR 29. POLIKLINIK 30. POS JAGA 31. PETUGAS 32. MESS 33. PINTU MASUK DEBARKASI Gambar 4.49 Denah Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar

156 4-66 Fasilitas utama Terminal Penumpang Pelabuhan Makassar terdiri dari: 1) Lapangan Parkir 2) Ruang Tunggu Penumpang 1) Luas total: m2 (200 x 20) 2) Ruang tunggu domestik: 500 m2 (50 x (embarkasi): 10) internasional: 200 m2 (20 x 10) 3) Beranda depan: lebar 3 m, panjang 200 m. 60 m2 (10 x 6), ruang/bangsal terbuka 4) Ruang kedatangan (debarkasi): 5) Ruang transit: tidak tersedia (penumpang transit menggunakan ruang kedatangan) 6) Anjungan pengantar: ±700 m2 lantai 2 (di atas ruang embarkasi); berbagi dengan kioskios agen travel/tiket kapal. 7) Kapasitas total: orang (ruang tunggu dan beranda depan) 8) Tahun Pembuatan: ) Konstruksi: Lantai Keramik, dinding tembok, partisi multiplex 10) Atap: rangka baja, penutup atap aluminium 11) Kondisi Bangunan: 60-75% 3) Dermaga Sandar. Selain fasilitas utama terdapat pula fasilitas-fasilitas pendukung terminal penumpang lainnya yang menambah kelancaran, kenyamanan, dan keamanan pengguna jasa, yaitu: 1) Fasilitas penyedia jasa komersial. 2) Sistem Keamanan. 3) Ramp dan jalur khusus untuk penyandang cacat 4) Rambu-rambu petunjuk arah, larangan, dan informasi

157 4-67 5) Satuan pengamanan pelabuhan pada waktu penumpang naik-turun Sistem pengamanan yang diterapkan di Pelabuhan Makassar meliputi: Pedagang asongan dan K5 dilarang memasuki halaman terminal, Pemeriksaan tiket penumpang (sebelum check-in), Loket/meja check-in penumpang, Pagar mobile untuk memisahkan penumpang naik dan turun, Pemisahan jalur dan pintu khusus untuk penumpang masuk dan keluar. Satuan tenaga medis lengkap dengan mobil ambulans Sistem pengamanan yang diterapkan di Pelabuhan Makassar meliputi: Pedagang asongan dan K5 dilarang memasuki halaman terminal, Pemeriksaan tiket penumpang (sebelum check-in), Loket/meja check-in penumpang, Pagar mobile untuk memisahkan penumpang naik dan turun, Pemisahan jalur dan pintu khusus untuk penumpang masuk dan keluar. Karena apabila kapal pesiar tambat, penumpang tidak membawa barang banyak maka fasilitas yang ada adalah tangga/garbarata namun biasanya kapal sudah memiliki fasilitas tangga sehingga tangga di Pelabuhan tidak digunakan. Ada wacana perpindahan terminal penumpang dari Pelabuhan Makassar ke Kabupaten Takalar ± 50 km dari Pelabuhan Makassar maksimal 2 tahun ke depan yaitu tahun 2015 sudah pindah. b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis. Trayek Kapal Perintis yang melalui Pelabuhan Makassar adalah Trayek R-32 dengan ukuran kapal 500 DWT. Pelabuhan Makassar juga disinggahi oleh Kapal Trayek R- 51 (KM Kie Raha I, 500 DWT), R-54 (750 DWT), R-13 (KM Entebe Express, 500 DWT), R-14 (500 DWT), R-25 (750 DWT), R-26 (750 DWT), R-27 (500 DWT), R-28 (500 DWT), R-29 (750 DWT), R-30 (750 DWT),. c. Dermaga untuk Kapal dan Barang Curah Kering. Dermaga curah kering di Pelabuhan Makassar adalah Dermaga 101 Pangkalan Soekarno. Barang curah kering yang terdapat di Pelabuhan adalah batubara dan pupuk. Arus kedatangan kapal diinventarisasi menjadi satu kesatuan yaitu

158 4-68 kapal barang, tidak dibeda-bedakan antara cargo, curah kering dan curah cair. Data fasilitas dermaga adalah sebagai berikut: 1) Peralatan bongkar muat di atas dermaga terdiri dari: - 3 unit crane darat (25 ton, 35 ton dan 40 ton) - 2 unit Forklift (7 ton) - 3 unit Forklift (2 ton) - 2 unit Restacker (45 ton) - 1 unit head truck (45 ton) - 4 unit hopper - 4 unit rib 2) Produktivitas dermaga untuk pelayanan kapal curah kering adalah 25 ton/gang/hour. 3) Elevasi dermaga +3m. 4) Kedalaman perairan di depan dermaga -9m. 5) Ukuran dermaga 101: 330x11m2, dibangun tahun 1917 kondisi 69,35% 6) Data bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada dermaga: - pipa air ton/kapal barang dan 400 ton untuk kapal penumpang - pipa bahan bakar liter/bulan untuk 60 kapal/bulan. d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair. Dermaga curah cair di Pelabuhan Makassar adalah Dermaga 102 Pangkalan Soekarno.Data yang diperoleh untuk dermaga kapal dan barang curah di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Dermaga curah cair melayani kapal jenis tanker 2) Data arus kedatangan kapal curah cair 5 (lima) tahun terakhir: - Untuk aspal aspalindo 1 call/bulan, - multi trading pratama 1 call/bulan, - sawit dan gula tetes 2 bulan sekali. 3) Peralatan bongkar muat berupa pipa ton. 4) Jenis muatan curah cair yang ditangani adalah: - Aspal - Kelapa sawit

159 Gula tetes 5) Produktivitas dermaga adalah ton/jam 6) Data pasang surut di Pelabuhan Arah arus pasang surut utara ke selatan dan sebaliknya, pasang tertinggi 180 dm, terendah 5 dm. tinggi muka air laut rata-rata (MSL) 0,90 m. Karakteristik dari pasang surut di pelabuhan Makassar adalah semidiurnal / diurnal. Di area terminal umum dan terminal peti kemas Pelabuhan Makassar, pasang tertinggi 1,8 m LWS, terendah 0,9 m LWS. 7) Elevasi dermaga+3m 8) Data kedalaman perairan di depan dermaga-9m 9) Ukuran dermaga 102:230x11 m2, dibangun pada tahun ) Data bangunan lain yang dipasang atau diletakkan pada dermaga: - pipa air ton/kapal barang dan 400 ton untuk kapal penumpang - pipa bahan bakar liter/bulan untuk 60 kapal/bulan. e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas. Pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Makassar dialokasikan di Pangkalan Hatta dan dikelola oleh PT Terminal Peti kemas Makassar. Data dermaga peti kemas di Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.36 Data Dermaga di Pangkalan Hatta Pelabuhan Makassar Dermaga Container Hasanuddin Panjang (m) Lebar (m) Draft (m LWS) Kapasitas (ton/m2) Peruntukan Peti kemas Roro Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar.

160 4-70 Produktivitas dermaga peti kemas Pelabuhan Makassar ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.37 Produktivitas dermaga peti kemas Pelabuhan Makassar Kinerja Container per Crane output BOR ship working hours (NCR) Satuan Unit Box/Hour % , , , , , , , , ,25 Sumber: PT Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar. Data yang diperoleh terkait dermaga pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Jenis kapal yang dilayani oleh dermaga di Pelabuhan peti kemas Makassar adalah Kapal Semi Peti kemas dengan kapasitas maksimal TEUs 2) peralatan bongkar muat di atas dermaga adalah Gantry crane (CC) 7 unit 3) Fasilitas utama yang terdapat di terminal Peti kemas Makassar: Jembatan Timbang : 4 unit Kapasitas : 60 ton Genzet : 3 unit (325 KVA) Gantry Crane : 7 unit Transtainer : 14 unit Reach stacker : 2 unit Side loader : 1 unit Top Loader : 1 unit Forklift : 2 ton ( 6 unit); 5 ton ( 1 unit),7 ton ( 1 unit) Head truck : 22 unit Chassis : 20 feet (16 unit), 40 feet (20 unit) Mobil PMK : 1 unit Tangki Limbah : 1 unit

161 4-71 Kedalaman Kolam : -11 MLWS Panjang dermaga : 850 meter Lebar dermaga : 9 meter Luas dermaga : m 2 Container Yard : m 2 Kapasitas : TEUS/tahun Gudang CFS : 1 buah Kapasitas : M 2 Workshop : 750 m 2 Area parkir : ± 50 unit Area pabean : m 2 Reefer Plug : 36 plug Voltage : 380 volt/unit Reservoir : ton Tangki BBM : 2 unit (1.400 Lt) Mobil Tangki : 1 Unit 4) Jenis bongkar muat barang peti kemas yang dilayani oleh pelabuhan adalah stevedoring, haulage trucking, cargodoring 5) Data pasang surut di Pelabuhan Pasang surut air tertinggi: 1,8 meter Pasang surut air terendah: 0,9 meter 6) Spesifikasi dermaga Elevasi 15 meter dari permukaan laut kedalaman perairan di depan dermaga-11m Dimensi dermaga 850 x 9 m2 7) Utilitas dan aksesoris yang tersedia di dermaga adalah bolder, dapra, pipa air tawar, pipa bahan bakar f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro. Dermaga untuk pelayanan kapal roro di Pelabuhan Makassar terletak di Dermaga 103 Pangkalan Soekarno. Informasi yang diperoleh terkait dermaga roro di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Jenis kapal roro yang dilayani oleh dermaga di Pelabuhan adalah kapal roro penumpang, kendaraan dan barang. 2) Peralatan bongkar muat roro yang tersedia berupa crane darat dan forklift. 3) Produktivitas dermaga untuk pelayanan kapal Roro adalah 30 unit/jam untuk mobil barang dan unit/jam untuk mobil baru

162 4-72 4) Spesifikasi dermaga Roro Pelabuhan Tanjung Perak adalah sebagai berikut: Elevasi dermaga +3m Kedalaman perairan di depan dermaga-9m Dimensi dermaga 290 x 11 m2 dengan kapasitas 3,19 ton/m2 5) Utilitas yang tersedia pada dermaga adalah pipa air ton/kapal barang, pipa air berkapasitas 400 ton untuk kapal penumpang dan pipa bahan bakar liter/bulan untuk 60 kapal/bulan. g. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya. TUKS barang berbahaya yang terdapat di Pelabuhan Makassar adalah TUKS Pertamina. Letaknya adalah pada ujung utara Pangkalan Soekarno dekat Dermaga 100. h. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area). Informasi yang diperoleh terkait pembuangan hasil keruk di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Selama lima tahun terakhir belum pernah ada pengerukan. 2) Prosedur kerja dimulai dengan kajian kegiatan pengerukan dan pembuangan hasil keruk kemudian meminta ijin ke pusat (Kementerian Perhubungan). Setelah ijin didapatkan kemudian meminta ijin ke syahbandar untuk melakukan kegiatan pengerukan dan pembuangan hasil keruk di laut. Apabila pembuangan dilaksanakan di darat maka permohonan ijin ditambah dengan ijin reklamasi. 3) Alat yang digunakan untuk pembuangan hasil keruk adalah kapal keruk. 4) Lokasi Pembuangan terletak pada koordinat 05 10, 50 S ,20 E, dengan kedalaman perairan 32 m 5) Jenis material keruk yang pernah tercatat adalah pasir bercampur lumpur 6) Kriteria lokasi pembuangan sesuai dengan Permen mengenai Pengerukan.

163 4-73 i. Fasilitas Car Terminal. Dermaga yang melayani kegiatan Car Terminal di Pelabuhan Makassar adalah Dermaga 103 Pangkalan Soekarno. Fasilitas Car Terminal di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Fasilitas tambat 2) Lapangan parkir 3) Fasilitas bongkar muat 4) Fasilitas bongkar dari land carrier 5) Fasilitas parkir 6) Fasilitas muat dan bongkar kapal 7) Fasilitas pemadam kebakaran 8) Fasilitas pencucian kendaraan 9) Jaringan drainase dan pengolahan air buangan 10) Ruang kantor 11) Instalasi air bersih, listrik dan telekomunikasi 12) Jaringan jalan Fasilitas pada butir 2 di atas terdiri dari 3 lantai. Masingmasing lantai mampu menampung 220 mobil. Untuk lantai dasar/1 digunakan sebagai tempat parkir kendaraan berupa truk. Lantai 2 dan 3 digunakan sebagai parkir mobil. Apabila jumlah bongkar/muat terlalu banyak sehingga bangunan parkir tidak mencukupi maka tempat parkir dapat dilaksanakan di lapangan. Bangunan parkir dan lapangan parkir untuk kendaraan sendiri saat ini masih dalam proses pembangunan dan direncanakan akan selesai bulan Juli. j. Fasilitas Penampungan Limbah dari Kegiatan Pelabuhan. Informasi yang diperoleh terkait fasilitas penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan dari Pelabuhan yang menghasilkan limbah oli adalah kapal tunda, kapal pandu serta bengkel. 2) Prosedur pengumpulan limbah adalah limbah diambil oleh pihak ketiga yang berkeinginan untuk memanfaatkan limbah tersebut. Karena limbah oli memiliki nilai sehingga pihak ketiga tersebut tidak ada kontrak dengan Pelindo IV Cabang Makassar.

164 4-74 3) Kegiatan pelabuhan yang menghasilkan limbah adalah kegiatan bengkel dan kapal tunda dengan volume 2 drum oli/bulan. 4) Limbah yang lama tidak diambil oleh pihak ketiga disediakan tempat penampungan. Dokumentasi limbah oli di Pelabuhan Makassar ditunjukkan pada gambar berikut ini. 27/7/2011 Gambar 4.50 Dokumentasi limbah oli dari kapal dan kegiatan pelabuhan yang ditampung dengan drum di Pelabuhan Makassar Dimensi fasilitas penampungan limbah oli di Pelabuhan Makassar ditunjukkan pada gambar berikut ini.

165 4-75 DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM Plat Bunga tebal 3mm Profil Baja WF 200x100 Profil Baja WF 200x100 Profil Baja WF 150x100 Profil Baja WF 200x100 Plat Baja tebal 3/4 Inchi Anker Ø 1 Inchi Profil Baja WF 150x100 Profil Baja WF 200x100 Plat Baja tebal 3/4 Inchi Anker Ø 1 Inchi TAMPAK DEPAN TAMPAK SAMPING Profil Baja WF 200x Profil Baja WF 200x100 Profil Baja WF 200x100 Profil Baja WF 200x100 DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM DRUM Profil Baja WF 150x100 Profil Baja WF 150x100 Profil Baja WF 150x100 Profil Baja WF 150x100 Profil Baja WF 200x TAMPAK ATAS RANGKA KONSTRUKSI Gambar 4.51 Gambar Detail Fasilitas Penampungan Limbah Oli dalam drum-drum

166 4-76 k. Fasilitas Penampungan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Informasi yang diperoleh terkait fasilitas penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan di Pelabuhan Makassar adalah sebagai berikut: 1) Tempat penampungan sampah sementara ada di tiga titik: terminal penumpang, Kantor Pelabuhan Indonesia IV Cabang Makassar dan di samping bengkel. Sampah diangkut oleh pihak ketiga dengan jumlah 20 kubik per hari di TPS kemudian di bawa ke pembuangan akhir di daerah Goa. Sampah pelabuhan 8-10 kubik atau 2 kali rate saat padat, dan 1 kali rate saat sepi. Tidak ada kajian pengembangan fasilitas penampungan sampah karena penanganan sampah hanya melalui kontrak dengan pihak ketiga. 2) Sampah diangkut oleh pihak ketiga dengan jumlah 20 kubik per hari di TPS kemudian di bawa ke pembuangan akhir di daerah Goa. 3) Sampah pelabuhan 8-10 kubik atau 2 kali rate saat padat, dan 1 kali rate saat sepi 4) Tidak ada kajian pengembangan fasilitas penampungan sampah karena penanganan sampah hanya melalui kontrak dengan pihak ketiga. D. Pelabuhan Teluk Bayur 1. Informasi Pelaksanaan Survey Survey Pelabuhan Teluk Bayur Padang dilaksanakan pada tanggal Juni Instansi terkait yang dikunjungi dalam kunjungan lapangan di Pelabuhan Teluk Bayur adalah: a. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Teluk Bayur. b. PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) Cabang Teluk Bayur. 2. Gambaran Umum Pelabuhan Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan yang berada di Propinsi Sumatera Barat. Layout Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini.

167 4-77 Gambar 4.52 Layout Pelabuhan Teluk Bayur

168 4-78 Pelabuhan Teluk Bayur telah memberikan pelayanan kepada masyarakat Kota Padang khususnya dan Sumatera Barat pada umumnya, hal ini menjadikan Pelabuhan Teluk Bayur yang berada di Kecamatan Padang Selatan, harus mampu menyediakan pelayanan kepada masyarakat maupun kepada perusahaan yang berkepentingan langsung dengan Pelabuhan Teluk Bayur. Pelabuhan Teluk Bayur merupakan salah satu cabang dari PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II yang berada pada koordinat 1 00` 04" S dan ' 03" E dengan luas tanah 534 Ha. Pelabuhan Teluk Bayur merupakan pelabuhan laut yang terbuka untuk perdagangan internasional. Pelabuhan ini meliputi beberapa hubungan kegiatan ekonomi di Sumatera Barat, termasuk Muara Padang dan Air Bangis. Sejalan dengan upaya pemerintah daerah untuk mengembangkan perekonomian daerah, Pelabuhan Teluk Bayur terus meningkatkan dan melaksanakan sarana dan prasarana baru yang dirancang untuk mempercepat proses kelancaran kapal dan kargo. Saat ini pelabuhan dilengkapi dengan alat untuk menangani berbagai barang seperti batu bara, semen, clinker dan minyak sawit mentah. Pelabuhan juga memroses kargo yang dapat dikemas dalam wadah, seperti kayu manis, teh, cetakan, furniture dan karet yang merupakan komoditas ekspor utama ke Negara Amerika Serikat, Eropa, Asia, Australia dan Afrika. Data dimensi dermaga di Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

169 4-79 Tabel 4.38 Dermaga di Pelabuhan Teluk Bayur Dermaga Panjang Lebar Kedalaman (m) (m) (mlws) Dermaga Dermaga Dermaga Dermaga Dermaga Dermaga Dermaga Khusus Semen Dermaga Semen Timur Dermaga Semen Barat Dermaga Beton Umum Dermaga Khusus Batubara Sumber: PT Pelindo II (Persero) Cabang Teluk Bayur. Dokumentasi Dermaga 01 dan 02 Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 4.53 Dokumentasi Dermaga 01 (atas) dan Dermaga 02 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur. Dokumentasi Dermaga 03 dan 04 Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini.

170 4-80 Gambar 4.54 Dokumentasi Dermaga 03 (atas) dan Dermaga 04 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur. Dokumentasi Dermaga 05 dan Dermaga 07 Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 4.55 Dokumentasi Dermaga 05 (atas) dan Dermaga 07 (bawah) Pelabuhan Teluk Bayur.

171 4-81 Dokumentasi Dermaga Baru Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 4.56 Dokumentasi Dermaga Baru Teluk Bayur. 3. Trafik Pelabuhan a. Data Trafik Kapal 5 (lima) tahun terakhir. Data trafik kapal yang dibutuhkan selama 5 (lima) tahun terakhir adalah: 1. Kapal Pesiar 2. Kapal Penumpang Internasional 3. Kapal Perintis 4. Kapal Curah Cair 5. Kapal Curah Kering 6. Kapal Peti kemas 7. Kapal Lolo 8. Kapal Roro 9. Kapal Barang Berbahaya yang dilayani oleh TUKS Data tersebut di atas tidak diperoleh karena kurangnya data trafik kunjungan berbagai jenis kapal di Pelabuhan Teluk Bayur pada arsip kantor KSOP. Namun untuk rekap kunjungan kapal secara umum, konsultan memperolehnya dari PT. Pelindo II Teluk Bayur.

172 Tabel 4.39 Trafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Teluk Bayur Sumber: Divisi Rendal dan Operasional PT. Pelindo II Cabang Teluk Bayur

173 4-83 b. Data Trafik Penumpang 5 (lima) tahun terakhir. Kunjungan penumpang ke Pelabuhan Teluk Bayur dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir mengalami penurunan, karena tidak maksimalnya fungsi dari Terminal Penumpang Nan Tongga di Pelabuhan Teluk Bayur dan kunjungan kapal penumpang yang masuk melalui pelabuhan Teluk Bayur sangat jarang sekali. Seperti pada pembahasan sub bab. 1.2 Standar Dermaga Untuk Pelayanan Kapal Perintis, dapat dilihat trayek kapal perintis melayani mulai dari daerah Teluk Bayur menuju daerah-daerah terpencil di Kepulauan Mentawai, Nias dan Bengkul, sebagian besar kedatangan dan keberangkatan penumpang dari dan ke kota Padang melalui dermaga di Pelabuhan Muaro Padang dan Pelabuhan Bungus di Teluk Kabung, meskipun pada trayek kapal perintis disebutkan dari Teluk Bayur. c. Data Trafik Barang 5 (lima) tahun terakhir. Data trafik barang yang melalui Pelabuhan Teluk Bayur selama 5 (lima) tahun terakhir yang diperoleh merupakan Daftar Trafik Barang Berdasarkan Komoditi secara umum yang melakukan kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur bukan data bongkar muat trafik barang berdasarkan jenis kapal yang datang, data trafik barang tersebut ditunjukkan pada tabel berikut.

174 4-84 NO JENIS KOMODITI SATUAN REALISASI Alat Berat Ton Aspal Ton Bantalan Rel KA Ton Batu Bara Ton Batu Kapur Ton Batu Split Ton BBM Ton Beras Ton Besi - besi Ton Biji / Batu Besi Ton Bungkil Ton Cangkang Sawit Ton Coper Slag Ton Cokelat Ton CPO Ton Tabel 4.40 Trafik barang berdasarkan komoditi melalui Pelabuhan Teluk Bayur Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.

175 Error! Reference source not found. (lanjutan) NO JENIS KOMODITI SATUAN REALISASI Garam Ton Gencar Ton Gerbong KA Ton Gula Pasir Ton Gypsum Ton Jagung Ton Kaca Ton Kapuk Ton Karet Ton Kayu Log Ton Kedelai Ton Klinker Ton Kopra Chips Ton Obsidian Ton Pasir Besi Ton Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur. 4-85

176 4-86 NO JENIS KOMODITI SATUAN REALISASI Pupuk Ton Semen Ton Tepung Terigu Ton Tiang Pancang Ton Mobil Unit Peti kemas Ton Jumlah Error! Reference source not found. (lanjutan) Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.

177 Hasil Survey a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional. Data yang dibutuhkan pada topik Standar Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional meliputi: 1) Data Sarana dan Prasarana di Pelabuhan untuk Kapal Pesiar 2) Data Sarana dan Prasarana di Pelabuhan untuk Kapal Penumpang Internasional 3) Standar Kinerja Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional 4) Evaluasi Kinerja Pelayanan selama 5 (lima) tahun terakhir. Untuk pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional di Pelabuhan Teluk Bayur ini tidak ada dermaga khusus. Jika ada kunjungan Kapal Pesiar dan Kapal Penumpang Internasional maka kapal akan berlabuh di dermaga Multipurpose yang kosong. b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis. Kondisi wilayah Sumatera Barat merupakan suatu kepulauan, dengan kondisi lebih banyak perairan, maka transportasi utama yang digunakan adalah transportasi sungai dan laut. Untuk melayani kebutuhan sarana dan prasarana transportasi sungai dan laut tersebut oleh pemerintah pusat dan daerah melengkapi sarana transportasinya dengan kapal perintis. Kebutuhan prasarana seperti dermaga khusus untuk sandar kapal perintis ini seharusnya mempunyai standar tertentu, namun karena belum adanya aturan khusus dari pemerintah daerah untuk membuat dermaga khusus sebagai tempat sandar kapal perintis yang melayani kebutuhan transportasi di wilayah perairan Sumatera Barat, dermaga yang digunakan adalah Dermaga Multipurpose. Kapal Perintis yang digunakan adalah Kapal 750 DWT/GT. Jaringan angkutan laut Kapal Perintis 2013 di Sumatera Barat ada 2 (dua) trayek yaitu trayek R-2 dan R-3 yaitu Sebagai Berikut:

178 4-88 Trayek R-2 Teluk Bayur -40- Panasahan/Painan -90- Sikabaluan -17- Labuhan Bajau -40- Sogologolo -15- Saeru -16- Boluta -24- P.Tello -48- Teluk Dalam -49- Sirombu -20- Hinako -15- Afulu -15- Lahewa -40- Gunung Sitoli -59- Singkil -33- P. Banyak P. Simeulu/Sinabang -70- Tapak Tuan PP. (Jarak Mil 1406, Lama Pelayaran 20 hari, Jumlah Voyage selama satu tahun 18 Voyage, Ukuran Kapal 750 DWT/GT, 480 Coaster). Trayek R-3 Teluk Bayur -40- Panasahan -80- TuaPejat -30- Pei-Pei/Tlk. Katurai -25- Simalepet/Siberut -20- Muara Saibi -15- Sikabaluan/Pokai -15- Labuhan Bajau -15- Singapokna -15- Betaet 15- Singapokna -10- Labuhan Bajau -15- Sikabaluan/Pokai -15- Muara Saibi -14- Simalepet/Siberut Pei-Pei/Tlk. Katurai -40- TuaPejat -80- Panasahan -40- Teluk Bayur. Teluk Bayur -40- Panasahan -80- TuaPejat -25- Sioban -20- Berilau -30- Pasapuat/Simangayak -18- Sikakap -20- Malakopak -15- Bake/Bulasat -20- Sinakak Pulau Baai /Bengkulu PP. (Jarak Mil 1290, Lama Pelayaran 20 hari, Jumlah Voyage selama satu tahun 19 Voyage, Ukuran Kapal 750 DWT/GT, 480 Coaster). Kegiatan bongkar muat yang dilakukan oleh Kapal Perintis umumnya bahan pangan dan sembako. Jumlah kunjungan Kapal Perintis selama 5 tahun terakhir di Pelabuhan Teluk Bayur telah ditunjukkan pada tabel kunjungan kapal. c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering. Pelayanan barang curah kering yang dilayani oleh Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada tabel berikut.

179 Tabel 4.41 Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Kering di Pelabuhan Teluk Bayur tahun NO JENIS KOMODITI SATUAN REALISASI Batu Bara Ton Batu Kapur Ton Batu Split Ton Besi - besi Ton Biji / Batu Besi Ton Bungkil Ton Cangkang Sawit Ton Coper Slag Ton Klinker Ton Obsidian Ton Pasir Besi Ton Semen Ton Jumlah Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur. 4-89

180 4-90 Daftar barang curah kering di atas tersebut merupakan komoditi tetap yang melakukan bongkar muat di Pelabuhan Teluk Bayur dalam jumlah yang cukup banyak. Beberapa barang curah kering tersebut dilayani di dermaga khusus, seperti semen di Dermaga Semen Timur Barat dan Dermaga Khusus Semen milik PT. Semen Padang dan Batu Bara milik PT. Bukit Asam di Dermaga Batu Bara (DKB). Bagi Dermaga Khusus Semen dan Dermaga Khusus Batu Bara izin sandarnya dikeluarkan oleh dua perusahaan tersebut. PT. Pelindo II Teluk Bayur hanya kepada pengurusan administrasinya saja. Dokumentasi dermaga semen di Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 4.57 Dokumentasi Dermaga Khusus Semen Teluk Bayur. d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair. Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu daerah penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di Indonesia. Pengiriman CPO dari Propinsi Sumatera Barat dan daerah hinterlandnya banyak dilakukan melalui Pelabuhan Teluk Bayur Padang. Pelayanan barang curah cair yang dilayani oleh Pelabuhan Teluk Bayur ditunjukkan pada tabel berikut.

181 Tabel 4.42 Trafik Barang Berdasarkan Komoditi Curah Cair di Pelabuhan Teluk Bayur tahun NO JENIS KOMODITI SATUAN REALISASI BBM Ton CPO Ton Jumlah Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur. 4-91

182 4-92 Dua jenis barang curah cair BBM dan CPO adalah komoditi yang bongkar muatnya dilakukan di Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS), untuk BBM dilaksanakan di Dermaga milik Pertamina dan kegiatan bongkar muat serta pengiriman CPO keluar kota Padang dan ekspor banyak melalui dermaga 7 (tujuh) Pelabuhan Teluk Bayur yang dikhususkan untuk komoditi CPO. Dermaga ini di buat pada tahun 2007 dengan jenis konstruksi beton pada lantai dan tiang pancangnya menggunakan Tiang pancang beton pada kedalaman -10 pada MLWS. Spesifikasi Jetty CPO adalah sebagai berikut: 1) Platform 30 m x 20 m 2) Trestle 445 m x 2.5 m 3) Breasting dolphin (2 unit) 7 m x 7 m 4) Mooring dolphin (2 unit) 4 m x 4 m 5) Konstruksi lantai beton dan pondasi tiang pancang 6) Tahun Pembuatan 2007 Untuk inventaris instalasi pipa air yang terdapat di Dermaga khusus CPO bisa dilihat pada Tabel 1.9 menggunakan pipa bahan besi cor sepanjang 590 meter dan 2 buah Gate Valve masing-masing berdiameter 6. e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas. Pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur dari tahun ke tahunnya mengalami peningkatan, seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.43 Arus peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur. Tahun Tonase Sumber: Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Teluk Bayur.

183 4-93 Dermaga yang digunakan untuk pelayanan kapal dan barang peti kemas di Pelabuhan Teluk Bayur dilakukan di dermaga multipurpose dengan lapangan penumpukan peti kemas seluas ,18 m². f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Lolo. Kapal Lolo merupakan kapal yang kegiatan bongkar dan muat barangnya dilakukan memanfaatkan kuli atau kran (load on- load off). Cara ini membutuhkan waktu bongkar muat yang lebih lama disertai berbagai perangkat pendukung seperti gudang, forklift, dan sejumlah tenaga bongkar muat yang jumlahnya tidak sedikit serta biaya yang cukup besar. Kapal yang demikian ini masih tetap digunakan sampai saat ini, namun di Pelabuhan Teluk Bayur tidak memiliki standar khusus Dermaga Multipurpose untuk pelayanan Kapal Lolo. g. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro. Kapal Roll On - Roll Off atau yang lebih dikenal sebagai kapal Roro, tetapi belakangan ini angkutan sungai yang dulunya hanya digunakan untuk angkutan tradisional ini digunakan untuk mengangkut batubara dengan menggunakan tongkang/barge yang ditarik/didorong dengan menggunakan kapal tunda. Dermaga Multipurpose di Pelabuhan Teluk Bayur bisa digunakan untuk bermacam keperluan berbagai jenis kapal yang akan sandar, oleh karena itu tidak ada standar khusus bagi Dermaga Multipurpose untuk pelayanan Kapal Roro. h. Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang Berfungsi sebagai Pelabuhan. Di daerah Propinsi Sumatera Barat Umumnya dan Kota Padang khususnya tidak mempunyai Lokasi wilayah tertentu pada daratan yang difungsikan sebagai Pelabuhan (Dry Port) i. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya. Terminal Untuk Kepentingan Khusus (TUKS) di Pelabuhan Teluk Bayur yaitu: 1) TUKS PT. Pertamina Persero. PT. Pertamina (Persero) Terminal Transit Teluk Kabung ini berada di Jl. Raya Padang Painan KM 24 Padang. TUKS ini merupakan

184 4-94 terminal transit untuk kebutuhan pasokan di SPBU Kota Padang. 2) TUKS PT. Bukit Asam. Terminal milik PT. Bukit Asam beralamat di Jl. Tanjung Priok No.1 Teluk Bayur, Sumatera Barat. 3) TUKS PT. Semen Padang. TUKS PT. Semen Padang terletak di Jl. TanjungPriokNo.1Teluk Bayur, Sumatera Barat. Selain TUKS Pertamina, Pelabuhan Teluk Bayur tidak memiliki TUKS untuk barang berbahaya, karena jumlah bongkar muat barang kategori berbahaya yang masuk hanya sedikit, oleh karena itu tidak ada standar khusus untuk TUKS barang berbahaya. Data kegiatan kunjungan kapal dan bongkar muat di TUKS Pertamina ditunjukkan pada tabel berikut ini.

185 Tabel 4.44 Kegiatan Kunjungan Kapal dan Bongkar Muat DUKS Pertamina Pelabuhan Teluk Bayur Tahun 2012 NO BULAN KUNJUNGAN KAPAL B/M BARANG DATANG BERANGKAT B/M BARANG M JUMLAH 1 JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JUMLAH Sumber: Divisi Rendal dan Operasional PT. Pelindo II Cabang Teluk Bayur

186 4-96 j. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area). Kedalaman areal kolam pelabuhan di Pelabuhan Teluk Bayur kedalaman kolam pelabuhan ± 8 9 meter, sedangkan kedalaman standar kolam pelabuhan seharusnya di atas 10 meter. Untuk menunjang pelayanan pelabuhan yang maksimal, maka operator pelabuhan dalam hal ini PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang melakukan pengerukan satu kali dalam dua tahun. Hasil pekerjaan pengerukan kolam Pelabuhan Teluk Bayur dilaksanakan oleh PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang bekerja sama dengan kontraktor PT. PP (Pembangunan Perumahan). Penentuan lokasi tempat pembuangan hasil pengerukan (dumping area) berada pada koordinat LS dan BT dengan radius sebaran seluas ± m² atau seluas lingkaran dengan jari-jari sepanjang 618 m/0,33 mil dari titik posisi, dengan daya tamping material kerukan sebanyak ± m³ dengan ketinggian endapan rata-rata ± 25 cm. hal ini ditetapkan berdasarkan pada kecepatan arah angin, sedimentasi, TSS (parameter padat tersuspensi), kedalaman lokasi pengerukan serta jarak lokasi penumpukan dengan bibir pantai idealnya dibuang pada jarak 12 mil dari daratan dan/atau pada kedalaman lebih dari 20 m, atau lokasi lainnya setelah mendapat rekomendasi atau izin dari Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan setempat. Layout Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area) yang diperoleh konsultan ditunjukkan pada gambar berikut:

187 Gambar 4.58 Lokasi Dumping area Pelabuhan Teluk Bayur. 4-97

188 4-98 Standar pembuangan hasil pengerukan dilakukan di perairan laut yang berjarak ± Km dari Kolam Pelabuhan Teluk Bayur dengan kedalaman meter. Proses pembuangan hasil pengerukan kolam Pelabuhan Teluk Bayur yang berada di atas Hopper Barge, dimana proses kerja peralatan Hopper Barge dengan cara membuka bagian bawah Split Hopper Barge secara perlahan-lahan yang nantinya bahan material yang berada di atas Hopper Barge akan terjatuh ke dasar laut bersamaan dengan terbukanya Split Hopper Barge. Proses pembuangan dilakukan secara menyebar tidak pada satu titik, sesuai dengan dumping area yang telah ditentukan serta pembuangan material keruk juga melihat keadaan arus laut, proses pembuangan baru dilakukan pada saat arus laut dalam keadaan tidak terlalu bergelombang. Dampak sebaran material akibat pembuangan hasil pengerukan diperkirakan berada pada areal daerah dumping yang telah ditentukan karena pekerjaan pembuangan material pengerukan dilakukan sesuai SOP yang telah dibuat. Kegiatan dengan sistem kerja seperti yang dijelaskan di atas juga sudah pernah dilakukan oleh PT. Pelindo II lokasi Tanjung Priok dan Banten dimana material keruk hampir sama dengan material di Pelabuhan Teluk Bayur. Kegiatan pengerukan kolam Pelabuhan Teluk Bayur dilaksanakan berdasarkan kebutuhan kondisi kolam, pelaksanaannya tidak rutin setiap tahun, tetapi satu kali dalam dua tahun. Pekerjaan pengerukan kolam pelabuhan dilaksanakan melalui prosedur lelang di kantor pusat PT. Pelindo (Persero) selaku operator pelabuhan, KSOP hanya bertindak sebagai pemandu dan pemberi saran dan tanggapan dan rekomendasi atas Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UPL) sebagai bagian dari pengerjaan pengerukan dan pembuangan hasil keruk (Dumping area). k. Fasilitas Car Terminal. Pelayanan Car Terminal di Pelabuhan Teluk Bayur tidak mempunyai standar khusus. Kapal pengangkut kendaraan roda empat yang sandar di dermaga Multipurpose Pelabuhan Teluk Bayur ini nantinya akan diparkir sementara di areal peti kemas yang kosong dan areal parkir, kemudian langsung dikirim ke tempat tujuan. Pengiriman kendaraan

189 4-99 menggunakan kapal ke Pelabuhan Teluk Bayur tidak rutin dan dalam satu pengiriman jumlahnya hanya sekitar ± 500 unit, oleh karena itu tidak ada fasilitas Car Terminal dan standarnya di Pelabuhan Teluk Bayur. l. Fasilitas Penampungan Limbah dari Kegiatan Pelabuhan. Pada Pelabuhan Teluk Bayur Padang, terdapat beberapa unit industri yang menghasilkan limbah cair dan tergolong kepada limbah B3. Limbah bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3 adalah limbah yang dihasilkan dari suatu unit kegiatan baik secara langsung ataupun tidak langsung dapat membahayakan bagi makhluk hidup, manusia dan lingkungan sekitar yang terkena dampak. Limbah B3 tersebut dapat berupa sisa oli bekas, aki bekas dan beberapa limbah B3 lainnya yang dapat merusak lingkungan hidup. Ditambah dengan kondisi banyaknya kapal yang merapat di Pelabuhan Teluk Bayur dan mengganti peralatan serta oli, PT. Pelindo II Teluk Bayur menyiapkan kemungkinan pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Pada tahun 2011, PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang membangun unit Reception facilities (RF) sebagai tempat penampungan limbah B3 yang dihasilkan di areal Pelabuhan Teluk Bayur. Unit ini bekerja untuk menampung semua limbah B3 seperti oli bekas dari setiap industri dan kapal yang merapat di Pelabuhan Teluk Bayur. Limbah B3 ditampung dalam tangki penampungan sesuai dengan kapasitas yang telah ditentukan dan dihitung berdasarkan kebutuhan. Kegiatan Reception facilities (RF) ini dilengkapi dengan dokumen kajian lingkungan yang mengacu diantaranya kepada Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 34 ayat (1) dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan. Bentuk kegiatan RF di kawasan Pelabuhan Teluk Bayur Padang terdiri dari:

190 ) Kegiatan Utama Kegiatan utama Reception facilities (RF) adalah menerima limbah B3 dari kapal dan industry di kawasan Pelabuhan Teluk Bayur Padang yang kemudian menyimpannya di dalam tanki penyimpanan limbah B3. PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang telah menyiapkan sarana dan prasarana pemindahan limbah B3 dari kapal dan industri penghasil limbah B3 berupa ruangan kantor, laboratorium, gudang penyimpanan alat, penampungan drum, septic tank, tanki, bak penampung, menara air, rumah pompa dan oil catcher. Limbah B3 yang diterima dari kapal dan industri akan disimpan ke dalam tanki melalui perpipaan yang telah disiapkan. Untuk menampung limbah B3 dalam bentuk drum, PT. Pelindo II Teluk Bayur Padang juga telah menyiapkan gudang penyimpanan drum limbah B3 yang desainnya telah disesuaikan dengan spesifikasi dan standar teknis penyimpanan limbah B3. Pengelolaan limbah cair yang dihasilkan dilakukan dengan membuat oil trap atau jebakan minyak yang kemudian dialirkan ke laut. Untuk mencegah terjadinya rembesan oli dari tempat penampungan drum, lokasi penampungan telah dilengkapi dengan drainase yang semuanya mengalir menuju oil trap yang telah ada. 2) Kegiatan Pendukung a) Penerimaan Tenaga kerja Jumlah tenaga kerja yang terdapat di Reception facilities (RF) sebanyak 10 (sepuluh) orang. Dalam pelaksanaan sehari-hari karyawan bertanggung jawab kepada General Manager. b) Pelaksanaan Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lingkungan Semua aspek keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan sesuai dari pihak PT. Pelindo Teluk Bayur Padang dan secara keseluruhan pelaksanaannya menjadi tanggung jawab General Manager.

191 4-101 m. Fasilitas Penampungan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. E. Pelabuhan Benoa Standar penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan di Pelabuhan Teluk Bayur dilaksanakan dengan sistem kontrak kerja yang dikerjakan oleh pihak kedua berdasarkan proses lelang. Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam penanganan sampah kegiatan pelabuhan yaitu dengan membersihkan fasilitas pokok seperti dermaga, lapangan penumpukan, jalan dan gudang, membersihkan jalan keluar masuk di pelabuhan. 1. Informasi Pelaksanaan Survey Survey di Benoa dilakukan pada tanggal Juni Lokasi dan instansi terkait yang dikunjungi adalah: a. Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas II Benoa, b. PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa. 2. Gambaran Umum Pelabuhan Benoa adalah pelabuhan di Provinsi Bali yang dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero). Pelabuhan Benoa memiliki 3 (tiga) sisi dermaga, yakni sisi timur, sisi selatan dan sisi barat. Citra satelit Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada Gambar 4.59.

192 4-102 Gambar 4.59 Citra satelit Pelabuhan Benoa. Data Dermaga Umum Pelabuhan Benoa adalah sebagai berikut: Tahun Rehabilitasi : 1997 Panjang : 206 Meter Lebar : 15 Meter Luas : 3090 M2 Konstruksi : Beton Bertulang Tebal lantai : 28 Cm Panjang tiang pancang : 21 M' Jumlah Bolder : 12 Buah Type 50 ST Jumlah Fender : 54 Buah Type AV 400 H x 1500 L Daya dukung : 2 Ton/ M2 Peil lantai : 4.2 M LWS Kedalaman di depan dermaga : s/d 7 M LWS (Hasil Sounding Desember th.2011) Data Dermaga Pariwisata Pelabuhan Benoa adalah sebagai berikut: Panjang : 290 Meter Lebar : 20 Meter Luas : 5800 M2 Konstruksi : Beton Bertulang Tebal lantai : 30 Cm

193 4-103 Panjang tiang : 24 M' pancang Jumlah Bolder : 15 Buah Type ST 50 Jumlah Fender : 47 Buah Type V 500 H x 1500 L Daya dukung : 2.5 Ton/ M2 Peil lantai : 4.2 M LWS Kedalaman di depan dermaga : 8.8 s/d 9 M LWS - Des Trafik Pelabuhan a. Data Trafik Kapal. Data trafik kapal yang diperoleh adalah data periode Jenis kapal yang diambil datanya adalah kapal pesiar, kapal penumpang (pelni), kapal curah pasir, kapal pengangkut BBM, kapal pengangkut aspal, kapal pengangkut minyak goreng dan kapal peti kemas. Data trafik kapal ini ditunjukkan pada tabel di bawah ini.

194 4-104 Jenis Angkutan TOTAL Kapal Pesiar Kapal Penumpang (Pelni) Angkutan BBM Angkutan Minyak Goreng Angkutan Aspal Curah Angkutan Pasir Kapal Petikemas Call GT Call GT Call GT Call GT Call GT Call GT Call GT Tabel 4.45 Trafik Kapal di Pelabuhan Benoa Sumber: KSOP Pelabuhan Benoa.

195 4-105 b. Data Trafik Penumpang. Data trafik penumpang yang diperoleh adalah data periode Trafik penumpang yang tercatat dikelompokkan ke dalam penumpang kapal pesiar dan penumpang kapal Pelni. Data trafik penumpang ini ditunjukkan tabel berikut. Tabel 4.46 Trafik Penumpang di Pelabuhan Benoa No Tahun Wisata Asing Penumpang Umum Turun Naik Total Turun Naik Total Jumlah c. Data Trafik Barang. Data trafik barang yang diperoleh adalah data periode Jenis muatan yang diambil datanya adalah barang curah pasir, curah cair BBM, aspal curah cair, minyak goreng dan peti kemas. Data trafik barang ini ditunjukkan pada tabel berikut.

196 4-106 Muatan Total BBM Minyak Goreng Aspal Curah Pasir Petikemas 20 FT Petikemas 40 FT Bongkar Muat Total Bongkar Muat Total Bongkar Muat Total Bongkar Muat Total Bongkar Muat Total Bongkar Muat Total Tabel 4.47 Trafik Barang di Pelabuhan Benoa Sumber: KSOP Pelabuhan Benoa.

197 Hasil Survey a. Fasilitas dan Peralatan di Pelabuhan untuk Pelayanan Kapal Pesiar dan Penumpang Internasional. Pelabuhan Benoa memiliki terminal penumpang dengan kapasitas 800 penumpang dan lahan parkir untuk 500 kendaraan. Kapal Pesiar dilayani di Dermaga Timur. Fasilitas yang tersedia pada gedung terminal penumpang Pelabuhan Benoa adalah: - Ruang tunggu penumpang - Peralatan keamanan berupa X-Ray dan Metal Detector - Kamar kecil - Anjungan pengantar - Money Changer - Musholla - Lapangan Parkir Dokumentasi ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 4.60 Dokumentasi Dermaga Timur Pelabuhan Benoa. b. Dermaga untuk Pelayanan Kapal Perintis. Pelabuhan Benoa tidak melayani kapal dan barang perintis.

198 4-108 c. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Kering. Tidak ada pelayanan muatan curah kering di Pelabuhan Benoa, sesuai Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 Tentang RTRWP Bali yang membatasi operasi Pelabuhan Benoa hanya pada pelayanan kapalpenumpang, pariwisata, angkutan peti kemas ekspor-impor barang kerajinan,garmen, seni, sembilan bahan pokok danekspor ikan. Namun demikian, terdapat kegiatan bongkar muat curah kering dalam bentuk material pasir, yang digunakan untuk kebutuhan reklamasi pada sisi timur laut pelabuhan. Gambar 4.61 Dokumentasi Lahan Reklamasi untuk sandar Kapal Curah Pasir Pelabuhan Benoa. d. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Curah Cair. Muatan curah cair yang terdapat di Pelabuhan Benoa adalah BBM, aspal cair dan minyak goreng. Muatan curah cair lainnya tidak ada karena terikat Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 Tentang RTRWP Bali yang membatasi operasi Pelabuhan Benoa hanya pada pelayanan kapalpenumpang, pariwisata, angkutan peti kemas ekspor-impor barang kerajinan,garmen, seni, sembilan bahan pokok danekspor ikan.muatan curah cair minyak goreng dilayani di Dermaga Umum, sedangkan BBM dan aspal cair dilayani di Dermaga Khusus Pertamina. Dokumentasi Dermaga Umum Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada gambar berikut ini.

199 4-109 Gambar 4.62 Dokumentasi Dermaga Umum (Selatan) Pelabuhan Benoa. e. Dermaga untuk Pelayanan Kapal dan Barang Peti kemas. Pelayanan kapal dan barang peti kemas dilayani di Dermaga Timur. f. Dermaga Multipurpose untuk Pelayanan Kapal Roro. Pelabuhan Benoa tidak melayani kegiatan kapal Roro, karena terikat oleh Perda Provinsi Bali No. 16 Tahun 2009 Tentang RTRWP Bali yang membatasi operasi Pelabuhan Benoa hanya pada pelayanan kapal penumpang, pariwisata, angkutan peti kemas ekspor-impor barang kerajinan,garmen, seni, sembilan bahan pokok danekspor ikan. g. Lokasi dan Fasilitas Wilayah Tertentu di Daratan yang Berfungsi sebagai Pelabuhan. Tidak terdapat dryport di kawasan Pelabuhan Benoa dan sekitarnya termasuk seluruh Provinsi Bali. h. Terminal Kepentingan Sendiri (TUKS) untuk Barang Berbahaya. Terdapat 2 (dua) TUKS di Pelabuhan Benoa, yakni TUKS Pertamina dan TUKS Perikanan Samudera Besar. TUKS yang menangani barang berbahaya adalah TUKS Pertamina, yang melayani muatan curah cair BBM dan aspal cair. Informasi lokasi TUKS diperoleh dalam bentuk tabel yang mencantumkan nama, alamat, bidang usaha, landasan hukum perizinan, koordinat dan kondisi dermaga. Informasi lokasi TUKS di Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada tabel berikut.

200 4-110 BIDANG TIPE P x L NO. OPERATOR PERIZINAN POSISI KONDISI USAHA DERMAGA (m2) 1 PT. BHUWANA KOSA DERMAGA Kep. Menhub 08 o - 44' - 29,5" LS BETON/ 20 X 1.5 BAIK Jl. Raya Pelabuhan Benoa SPBU No. KP. 3 Tahun o - 12' - 24" BT MARGINAL Telp. (0361) Januari PT. PERTAMINA DERMAGA SK Menhub 08 o - 44' - 48" LS 25 X 45 BAIK Jl. Sugianyar No. 10 Denpasar MINYAK No. SK 88/0/ o - 12' - 30" BT Telp. (0361) Maret 1972 SK Dirjen Hubla 08 o - 44' - 48" LS BETON/ 25 X 40 BAIK No. BXXIV- 1455/PP o - 12' - 24" BT JETTY 1 September 1993 Tabel 4.48 TUKS Barang Berbahaya di Pelabuhan Benoa Sumber: KSOP Pelabuhan Benoa.

201 4-111 Data Dermaga Khusus Pertamina di Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.49 Data Dermaga Khusus Pertamina di Pelabuhan Benoa. Uraian Keterangan Sisi Timur Barat Panjang 58 M' 40 M' Lebar 8 M' Konstruksi Beton Bertulang Tebal lantai 28 Cm Jumlah Fender 7 Buah 6 Buah Daya dukung 2 Ton/ M2 Peil lantai 4.2 M' LWS Kedalaman di depan dermaga -5.4 M' LWS -5.8 M' LWS Dokumentasi jetty Pertamina di Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 4.63 Dokumentasi Jetty Pertamina di Pelabuhan Benoa. i. Pembuangan Hasil Keruk (Dumping area). Lokasi pembuangan hasil keruk di Pelabuhan Benoa adalah di sebelah utara Dermaga Umum, yang digunakan untuk keperluan reklamasi. Berdasarkan penjelasan dari Manajer Teknik PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa, pada tahun-tahun sebelumnya sebagian material keruk dijual untuk pemanfaatan di daratan melalui mekanisme lelang. Data pengerukan diperoleh dalam bentuk peta lokasi pembuangan hasil keruk yang tercantum dalam suratmenyurat antara KSOP Pelabuhan Benoa dan Pelindo III Benoa terkait lokasi pembuangan hasil keruk tahun 2013.

202 4-112 Berdasarkan dokumen ini, material keruk berjumlah m3. Material keruk ini tidak dibuang, namun dimanfaatkan untuk reklamasi lahan di kawasan Pelabuhan Benoa. Berdasarkan penjelasan dari Kabid Lala KSOP Pelabuhan Benoa, lokasi yang tercantum dalam surat tersebut belum difinalkan dan sedang dikaji ulang karena ditemukan adanya kesalahan pengukuran sehingga koordinat yang tercantum pada peta lokasi harus diperbaiki. Dokumentasi dumping area (reklamasi) Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 4.64 Dokumentasi Dumping area (Reklamasi) Pelabuhan Benoa. j. Fasilitas Car Terminal. Pelabuhan Benoa tidak menyediakan fasilitas Car Terminal. k. Fasilitas Penampungan Limbah dari Kegiatan Pelabuhan. Fasilitas penampungan limbah dari kegiatan pelabuhan disediakan dalam bentuk bak penampungan yang terbuat dari beton bertulang dan pelat baja. Bak beton bertulang disediakan di sisi barat Dermaga Selatan (General cargo). Bak pelat baja disediakan di Dermaga Perikanan pada setiap jarak 20 meter di sepanjang dermaga. Pengangkutan limbah di Pelabuhan Benoa dilakukan oleh mitra Pelindo III Benoa dengan menggunakan kendaraan dan pompa penyedot limbah cair. Dokumentasi fasilitas penampungan limbah Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada gambar berikut ini.

203 4-113 Gambar 4.65 Fasilitas Penampungan Limbah Pelabuhan Benoa. l. Fasilitas Penampungan Sampah dari Kegiatan Pelabuhan. Fasilitas penampungan sampah dari kegiatan pelabuhan disediakan dalam bentuk tong sampah beton bertulang, kotak sampah PVC dan tong sampah aluminium. Tempat sampah beton tersedia hampir di setiap ruas jalan di Pelabuhan, sedangkan kotak sampah PVC disediakan di tepi Dermaga dan di lapangan penumpukan. Tong sampah aluminium hanya tersedia di dalam terminal penumpang. Pengangkutan sampah di Pelabuhan Benoa dilaksanakan setiap hari dengan menggunakan Truk. Sampah yang terkumpul selanjutnya dibuang di TPA. Untuk kegiatan pengangkutan sampah ini Pelabuhan Benoa bekerja sama dengan Pemerintah Kota Denpasar. Dokumentasi fasilitas penampungan sampah Pelabuhan Benoa ditunjukkan pada gambar berikut ini. Gambar 4.66 Dokumentasi Fasilitas Penampungan Sampah Pelabuhan Benoa

204 4-114 F. Terminal Peti kemas Bandung Pelayanan angkutan peti kemas melalui Terminal Peti kemas Bandung merupakan pelayanan multi moda transportasi yang terdiri dari sarana Head truck, Kereta Api dan Kapal. Pengendalian, pengaturan dan pengawasan dilakukan oleh Administrator TPK, sedangkan PT. Kereta Api Indonesia (Persero) adalah sebagai operator angkutan tersebut. Citra satelit TPKB ditunjukkan pada Gambar Gambar 4.67 Citra satelit Terminal Peti kemas Bandung TPKB mengadakan perjanjian kerjasama dengan pelabuhan induk (PT. MTI dan PT. JICT) agar system pelayanan multi moda transportasi dapat berjalan terkendali secara baik dan konsisten. Data yang diperoleh dari TPKB ditunjukkan pada Tabel 4.50.

205 4-115 Tabel 4.50 Data fasilitas Terminal Peti kemas Bandung FASILITAS, SARANA & PRASARANA KETERANGAN Fasilitas Terminal Luas Terminal (Exist) 3.0 Ha Area Penumpukan(CY) M2 Kapasitas penumpukan Teus Gudang CFS Ekspor 432 M2 Gudang CFS Import 432 M2 Hanggar Mekanik 324 M2 Gedung Perkantoran 400 M2 Pos Penjagaan 3 Buah Gate Check Point 1 Buah Area Lalu Lintas Trailer / Alat Berat 240 M2 Panjang Landasan Gantry Crane 240 M' Panjang Spoor Muat/Bongkar 280 M2 Peralatan Bongkar Muat Gentry Crane (MHE) 1 Ton Top Loader 1 Ton Forklift (Komatsu) 1 Ton Forklift (Mitsubishi, Hidrolik) 2 Ton Forklift (Komatsu) 1 Ton Chassis 2 x 20 Feet Hand Pallet 5 Dokumentasi lapangan ditunjukkan pada Gambar 4.68.

206 4-116 Gambar 4.68 Dokumentasi Terminal Peti kemas Bandung.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan mengenai pengerukan dan reklamasi sebagaimana diatur dalam Pasal 102 dan Pasal 107 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun

Lebih terperinci

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN LAUT DIREKTORAT DAN PENGERUKAN HIERARKI BATAM, 26 JANUARI 2012 BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 TENTANG TATANAN KEAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 51 TAHUN 2015 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 51 TAHUN 2015 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 51 TAHUN 2015 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial dan Non Komersial a. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial 1) Memiliki fasilitas

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat

Lebih terperinci

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI ALOR, : a. bahwa pelabuhan mempunyai peran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH R.I. NOMOR 69 TAHUN 2001 TANGGAL 17 OKTOBER 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH R.I. NOMOR 69 TAHUN 2001 TANGGAL 17 OKTOBER 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH R.I. NOMOR 69 TAHUN 2001 TANGGAL 17 OKTOBER 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 KEPELABUHANAN DAN IZIN KEPELABUHANAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 KEPELABUHANAN DAN IZIN KEPELABUHANAN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN DAN IZIN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 09 TAHUN 2005 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA

Lebih terperinci

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KETAPANG dan BUPATI KETAPANG MEMUTUSKAN :

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KETAPANG dan BUPATI KETAPANG MEMUTUSKAN : 1 BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPELABUHANAN, ANGKUTAN SUNGAI, DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN KATA PENGANTAR

STUDI PENYUSUNAN KONSEP KRITERIA DI BIDANG PELAYARAN KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyusun Studi Penyusunan Konsep Kriteria Di Bidang Pelayaran. ini berisi penjabaran Kerangka

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 9 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 7

LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 9 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 7 KOTA DUMAI LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 9 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K E P E L A B U H A N A N KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21

LEMBARAN DAERAH K E P E L A B U H A N A N KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG K E P E L A B U H A N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM

KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM NOMOR: KP 99 TAHUN 2017 NOMOR: 156/SPJ/KA/l 1/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Indonesia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1522,2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Makassar. Sulawesi Selatan. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 92 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2015 KEMENHUB. Penyelenggara Pelabuhan. Pelabuhan. Komersial. Peningkatan Fungsi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 23 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR

Laporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Undang Undang 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, dalam ketentuan umum dinyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 Tahun 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di negara Indonesia, jasa kepelabuhanan merupakan hal strategis untuk kebutuhan logistik berbagai industri dan perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 55 Tahun 2002. Tentang

Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 55 Tahun 2002. Tentang Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 55 Tahun 2002 Tentang PENGELOLAAN PELABUHAN KHUSUS MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. Bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhan telah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,

Lebih terperinci

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab Bab 1 1 Pendahuluan Penanganan Kerusakan Dermaga Studi Kasus Dermaga A I Pelabuhan Palembang 1.1 Latar Belakang Pekerjaan terkait dengan bidang kepelabuhanan merupakan salah satu bidang kajian dalam Teknik

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

Lebih terperinci

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo Kabupaten Karangasem dengan sebutan "Pearl from East Bali" merupakan tujuan wisata ketiga setelah

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) selanjutnya disingkat Pelindo IV merupakan bagian dari transformasi sebuah perusahaan yang dimiliki pemerintah,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.633, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan. Tanjung Priok. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan

Lebih terperinci

eresli::>en REP1.JOLIt< INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLlK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

eresli::>en REP1.JOLIt< INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLlK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA eresli::>en REP1.JOLIt< INDONESIA!_SA_L'_NA_N_l PERATURAN PEMERINTAH REPUBLlK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.430,2016 KEMENHUB. Jasa. Angkutan Penyeberangan. Pengaturan dan Pengendalian. Kendaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 27 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 220, 2015 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5742). PERATURAN

Lebih terperinci

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1764, 2015 KEMENHUB. Pelabuhan. Labuan Bajo. NTT. Rencana Induk PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 183 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDOl\IESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDOl\IESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDOl\IESIA PERATURAN MENTER! PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 51 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara

Lebih terperinci

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara No.785, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Harga Jual. Jasa Kepelabuhan. Badan Usaha Pelabuhan. Penetapan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 95 TAHUN 2015

Lebih terperinci

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.413, 2016 KEMENHUB. Penumpang dan Angkutan Penyeberangan. Daftar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 25 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat kaya. Hal ini berarti akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi kekayaan alam maupun

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.384, 2014 KELAUTAN. KAPAL Wisata. Kunjungan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR

Lebih terperinci

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port

4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT. Definisi dan Persyaratan Hub Port 43 4 PERUMUSAN KRITERIA INTERNATIONAL HUB PORT Definisi dan Persyaratan Hub Port Berdasarkan undang-undang nomor 17 tahun 2008 mengenai pelayaran pasal 72 ayat 2, pelabuhan laut secara hierarki terbagi

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA

Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada. Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan - Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesembilan TRANSPORTASI UDARA Transportasi udara dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok: 1. Penerbangan domestik 2. Penerbangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Fasilitas dan peralatan di pelabuhan untuk pelayanan kapal pesiar tipe yacht

Fasilitas dan peralatan di pelabuhan untuk pelayanan kapal pesiar tipe yacht SNI XXXX:XXXX Standar Nasional Indonesia Fasilitas dan peralatan di pelabuhan untuk pelayanan kapal pesiar tipe yacht ICS XX.XXXX Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i Prakata... iii

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan beserta studi literatur terhadap ke-10 kriteria yang dibahas dalam studi ini, maka selanjutnya diuraikan mengenai hasil analisis

Lebih terperinci

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL

RANCANGAN KRITERIA DI BIDANG TRANSPORTASI LAUT PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL PENETAPAN KRITERIA LOKASI PELABUHAN UTAMA HUB INTERNASIONAL LAMPIRAN 3 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Persyaratan Utama 4.2. Bobot setiap aspek Kriteria

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1 of 23 08/07/2009 22:34 Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum Dan HAM Teks tidak dalam format asli. Kembali mencabut: PP 71-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 128,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

TENTANG IZIN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PELABUHAN KHUSUS

TENTANG IZIN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PELABUHAN KHUSUS PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG IZIN PEMBANGUNAN DAN PENGELOLAAN PELABUHAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 137

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 431, 2016 KEMENHUB. Penumpang. Angkutan Penyeberangan. Kewajiban. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 28 TAHUN 2016 TENTANG KEWAJIBAN PENUMPANG

Lebih terperinci

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report

Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanakan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 180 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA Noor Mahmudah 1, David Rusadi 1 1 Prodi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta E-mail: noor.mahmudah@umy.ac.id Abstrak. Pelabuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENGUMPULAN DATA 1. Kebutuhan Data Sekunder Inventarisasi data sekunder, meliputi aspek-aspek transportasi laut dalam bentuk peraturan-peraturan seperti Undang-undang,Peraturan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki wilayah laut yang sangat luas maka salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan adalah angkutan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN KEBIJAKAN PEMANFAATAN PELABUHAN PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 28 APRIL 2015 NAMA DOSEN BAGIAN : : THOMAS NUGROHO, S.Pi,

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.731, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pencemaran. Perairan. Pelabuhan. Penanggulangan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 276, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkatan Laut. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 37 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci