FAKTOR PENYEBAB ORANG DEWASA AWAL MENUNDA PERNIKAHAN JURNAL. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1)
|
|
- Hartanti Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 FAKTOR PENYEBAB ORANG DEWASA AWAL MENUNDA PERNIKAHAN JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) NINI OKTAVIANI NPM PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2014
2 FAKTOR PENYEBAB ORANG DEWASA AWAL MENUNDA PERNIKAHAN DI DESA MARUNGGI KECAMATAN PARIAMAN SELATAN Oleh: Nini Oktaviani Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK The background of this research is about there are so many pra adult people who delayed their married, However, in our religion, married is a circumcision from our prophet which have so many benefit for pra adult people. Purpose of this research is to know the factor cause pra adult people delay their married. This research is descriptif kualitatif research. Informan is three pra adult people and the support informan are six people: three mothers and three sisters of pra adult in marunggi village kecamatan pariaman selatan. Data of this research was collected by interview. Goal of the data test by used data triangulasi, from the data analyse by interactive model among of collect data, data reduksi, presentasion and make conclusion.the result of research find out that it this caused pra adult people delay meried are: often faluare loking for partner not research maturity age which infact, rarely has opportunity to meed by commensurable opposite gender, higt indentify by parent, egosentrism and narsism to much season install from cultures of individualism because has duty and family, trauma of broken home and the fat is in the fire think of carrier. Keywords : pra adult, married, carier. Pendahuluan Seiring dengan berputarnya roda kehidupan manusia, individu dituntut untuk menjalankan tugas perkembangan sesuai dengan tahapan usia masing-masing. Ketika memasuki usia kanak-kanak, individu belajar dari lingkungan sekitar dan memahami lingkungan tempat ia tinggal. Demikian juga ketika menginjak usia remaja dimana individu mulai mencari jati diri dan semakin mengenal dirinya sendiri. Memasuki usia dewasa individu sudah semakin merencanakan masa depannya yaitu memiliki keluarga baru. Hal tersebut dimulai dengan berkarya dan memulai kehidupan yang mandiri. Hal ini selaras dengan tugas-tugas perkembangan dewasa awal. Havigurst (Dariyo 2003:105) mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa awal sebagai berikut: 1. Mencari dan menemukan calon pasangan hidup. 2. Belajar hidup bersama pasangan. 3. Membina kehidupan rumah tangga 4. Membesarkan anak 5. Mengurus rumah 6. Meniti karier dan pekerjaan. Memilih pasangan dan menikah merupakan salah satu tugas perkembangan yang harus dihadapi oleh individu yang berada pada masa dewasa awal. Pernikahan merupakan suatu hal yang disunnahkan oleh Allah SWT, yang dilaksanakan oleh setiap umat manusia yang sudah cukup umur atau sudah dewasa. Allah SWT berfirman dalam surat Ar-Rum ayat 21(Hasyim 2011:7) yang artinya: Dan diantara tanda-tanda kekuasaa-nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cendrung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-nya di antara rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Ayat tersebut memperjelas manfaat dan pentingnya melaksanakan pernikahan bagi manusia. Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 Tahun 1974 (Hasyim 2011:7) Pernikahan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tujuan pernikahan yaitu untuk membentuk sebuah keluarga yang bahagia. Menurut Yaumil (Hasan 2006:3) Tujuan pernikahan adalah suatu titik permulaan dari suatu mata rantai kehidupan baru. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, masa dewasa awal merupakan masa yang sangat ideal dalam melaksanakan pernikahan karena sesuai dengan tugas-tugas perkembangannya. Selanjutnya
3 dalam ajaran agama menikah juga diwajibkan pada seseorang yang telah dewasa dan sudah bekerja. Selain itu pada masa dewasa awal ini masa yang bagus untuk kehamilan bagi wanita dan masa seorang pria untuk bertanggung jawab dengan pekerjaan serta keluarganya untuk mencari nafkah. Hasyim (2011:9) menjelaskan Usia ideal menurut kesehatan untuk wanita usia tahun dan pria usia tahun. Pada usia tersebut, organ reproduksi dapat berfungsi secara optimal. Sehingga pada usia dewasa awal sangat dianjurkan untuk menikah. Pernikahan memiliki manfaat yang besar dalam kehidupan manusia. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal kepada masyarakat, orang tua dan orang dewasa awal yang dilaksanakan di Desa Marunggi, Kecamatan Pariaman Selatan Kota Pariaman pada tanggal Januari 2014, diperoleh informasi bahwa adanya orang dewasa awal yang sudah bekerja serta sudah memasuki usia cukup untuk menikah (25-30 tahun) belum mempersiapkan diri untuk menikah. Adanya orang tua orang dewasa awal terlihat resah karena anaknya belum juga mempersiapkan diri untuk menikah sedangkan teman-teman seusianya sudah banyak yang menikah. Adanya orang dewasa awal cendrung menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Adanya orang tua dewasa awal ini sudah mencoba untuk mencarikan jodoh ditolak oleh anaknya. Adanya orang dewasa awal yang tidak mengutamakan pernikahan. Adanya orang dewasa awal yang menganggap pernikahan suatu hal yang menakutkan ketika ia mulai memikirkan apa yang akan terjadi ketika mereka sudah berada dalam suatu pernikahan. Adanya orang dewasa awal yang menganggap bahwa permasalahan yang terjadi dalam keluarga hanya dipicu oleh masalah ekonomi, sehingga orang dewasa awal butuh persiapan materi yang cukup untuk menikah. Berdasarkan permasalahan di atas peneliti berkeinginan meneliti Faktor Penyebab Orang Dewasa Awal Menunda Pernikahan di Desa Marunggi Kecamatan Pariaman Selatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor penyebab orang dewasa awal menunda pernikahan. Masa dewasa awal merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan dan harapan-harapan sosial baru. Dewasa awal merupakan masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Dimana dewasa awal belajar menyesuaikan diri dengan linggkungan serta masyarakat. Prayitno (2006:9) menjelaskan Dewasa awal merupakan orang yang memiliki tanggung jawab terhadap tingkah laku, pekerjaan dan cinta yang telah diikrarkan, khususnya kepada pernikahan. Periode usia dewasa awal dimulai pada usia tahun. Bagindo M. Leter (Hasan 2000:2) menjelaskan Perkawinan dari segi agama Islam merupakan aqad dengan ucapan ijab qabul antara calon suami dan istri untuk hidup bersama sebagai suatu pertalian suci (sakral), untuk menghalalkan hubungan kelamin antara pria dan wanita dengan tujuan untuk membentuk keluarga dalam makmurkan bumi Allah SWT yang luas ini. Silalahi dan Meinarno (2010:33) juga berpendapat Pernikahan merupakan dua individu yang dipersatukan menjadi satu dan juga mempersatukan dua keluarga besar. Metodologi Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian, maka penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriktif. Peneliti mengambarkan Faktor penyebab orang dewasa awal menunda pernikahan di Desa Marunggi Kecamatan Pariaman Selatan. Moleong (2010:6) menjelaskan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Adapun lokasi penelitian yang akan dilakukan adalah di Desa Marunggi Kecamatan Pariaman Selatan.. Informan Penelitian Bungin (2011:76) bahwa informan penelitian adalah subjek yang memahami objek penelitian. Informan penelitian ini ditentukan setelah peneliti menentukan informan kunci (key informants) dan selanjutnya dari informan kunci ditetapkan informan tambahan. Informan dalam penelitian ini adalah orang dewasa awal sebanyak 3 orang dan informan pendukung sebanyak 6 orang yaitu: 3 orang ibu dan 3 orang adik dari orang dewasa awal di desa marunggi kecamatan Pariaman Selatan. Untuk memperoleh data yang diharapkan dari responden adalah ditetapkan oleh peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara. Menurut Yusuf (2005: 278) bahwa Wawancara (interviu) adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara (intervieweer) dengan responden atau orang yang di wawancarai (interviewee) melalui komunikasi lansung. Wawancara merupakan
4 pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu data tertentu. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Peneliti telah mengetahui informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu, dalam melakukan wawancara, peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data (data reductions), penyajian data (display data) dan penarikan kesimpulan dan verifikasi (verifikasi/conclusion drawing) Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Sering Gagal dalam Mencari Pasangan bahwa dewasa awal menganggap pacaran banyak dampak negatif dan sering sekali berujung pada perpisahan. Dewasa awal pernah mengalami kegagalan dalam membina hubungan dengan lawan jenis sebingga dewasa awal belum mau mencari pasangan dan belum memikirkan pernikahan. Menurut Hurlock (2010:301) faktor yang mempengaruhi dewasa awal menunda pernikahan karena sering gagal dalam mencari pasangan. Dari pengalaman orang dewasa yang gagal dalam mencari pasangan sehingga orang dewasa awal belum menikah saat ini. 2. Tidak Mencapai Usia Kematangan yang Sebenarnya bahwa orang dewasa awal yang menganggap pernikahan merupakan suatu yang sakral dan suci sehingga menurut dewasa awal menikah butuh kesiapan mental dan materi secara matang. Orang dewasa awal menganggap dirinya belum siap secara mental dan materi untuk memikirkan dan mempersiapkan diri untuk menikah, sehingga sampai saat ini dewasa awal tersebut belum mempersiapkan diri untuk menikah. Kartono (2006:213) menjelaskan Kematangan itu pada hakekatnya tidak hanya secara kronologis, fisik dan mental saja, akan tetapi juga harus mencapai taraf kematangan secara sosial. Keempat jenis kematangan ini, terutama kematangan sosial, akan meningkatkan seseorang dari masa kekanak-kanakan penuh egosentrime akseptansi sepenuhnya dari tanggung jawab sebagai manusia dewasa ditengah masyarakat; jadi mampu melakukan adaptasi sosial di tengah kelompok manusia dan mengintegrasikan diri di tengah masyarakat. Sehingga mampu mempersiapkan diri dan mental membina keluarga. Karena orang dewasa awal belum memncapai kematangan usia yang sebenarnya sehingga membuat orang dewasa awal merasa belum siap untuk menikah. 3. Jarang Mempunyai Kesempatan untuk Berkumpul dan Berjumpa dengan Lawan Jenis yang Sepadan bahwa orang dewasa awal jarang memiliki kesempatan bertemu dan berkumpul dengan lawan jenis. Orang dewasa awal cendrung menyibukkan diri dengan pekerjaan dan membantu keluarga sehingga dewasa awal tidak memiliki kesempatan untuk mencari pasangan yang cocok dan sepadan dengannya. Menurut Hurlock (2010:301) salah satu faktor penyebab dewasa awal menunda pernikahan yaitu jarang mempunyai kesempatan untuk berkumpul dan berjumpa dengan lawan jenis yang sepadan. Oleh karena itu dewasa awal sulit untuk mencari pasangan yang cocok dan sepadan dengannya. 4. Identifikasi yang Ketat Terhadap Orang Tua Hasil temuan penelitian melalui bahwa orang dewasa awal sangat mengagumi sosok ayah atau ibunya. Orang dewasa awal menganggap ayah atau ibunya memiliki peran pasangan penting dalam hidupnya. Rasa kasih sayang, perhatian dan tanggung jawab yang dilakukan ayah atau ibu dewasa awal yang baik dalam kehidupannya membuat dewasa awal tersebut ingin mencari pasangan seperti ayah atau ibunya tersebut. Menurut Kartono (2006:213) Identifikasi secara ketat terhadap orang tua, yaitu fikasi ibu atau fikasi-ayah, jika seorang gadis terlampau mutlak mengadakan identifikasi terhadap ayahnya (fikasi-ayah, ada kompleks Elektra) maka akan terjadi depensiemosional yang ekstrim sampai usia dewasa. Sebagai akibatnya akan sukar baginya menemukan seorang pacar/calon suami yang sesuai dengan selera hatinya. Demikian pula dengan anak laki-laki atau pemuda ketat mengadakan identifikasi terhadap ibunya; jadi ada komleks Oedipus. Maka akan terjadi dependensi emosional infatitas emosional pada dirinya. Orang dewasa awal yang terlalu mengagumi sosok orang tuanya membuat mereka ingin memiliki pasangan seperti orang tuanya yang menyebabkan orang dewasa awal ingin mencari pasangan seperti orang tuanya
5 sehingga sulit bagi orang dewasa awal mencari pasangan dan masih belum menemukannya yang berdampak pada penundaan pernikahan mereka. 5. Egosentrisme dan Narsisme yang Berlebihan bahwa orang dewasa awal menganggap dirinya baik, disiplin, dan suka bekerja keras. Dewasa awal tidak mempedulikan komentar orang mengenai dirinya, orang dewasa awal menganggap bahwa selagi ia tak merugikan orang lain maka ia tidak akan mempedulikan komentar tersebut. Selain itu dewasa awal juga kurang bisa melakukan penyesuaian dengan lawan jenis yang baru ia kenal, sehingga dewasa awal cendrung menutup diri dengan lawan jenis. Menurut Kartono (2006:213) Ego Sentrisme dan narsisme yang berlebih-lebihan, maka sifatsifat tersebut pasti akan mempersukar daya penyesuaian diri seseorang terhadap orang lain. Seseorang yang mau menang sendiri dan selalu menganggap diri sendiri paling benar, serta tidak pernah mau mengakui kesalahannya; orang seperti ini paling disingkirkan oleh khalayak ramai sebagai partner bermain, sebagai suami atau isteri. Seorang yang terlalu narsis itu terlalu diasyikkan oleh pengalaman dan kesenangan diri sendiri, karena itu jarang sekali ia bisa menjalin relasi pribadi dengan orang lain. Kerena hal tersebut sulit bagi orang dewasa awal untuk menbina hubungan dengan lawan jenis. 6. Musim Pasang dari Kebudayaan Individualisme (pengaruh dari kebudayaan luar) Hasil temuan penelitian melalui bahwa orang dewasa awal sangat nyaman menjalani hidup sendiri saat sekarang ini karena tidak ada yang harus dipikirkan dan bebas untuk melakukan kegiatan. Dalam menjalani pekerjaanya orang dewasa awal juga lebih nyaman kerja sendiri dari pada kerja kelompok karena bagi dewasa awal kerja dengan sendiri ia akan lebih fokus dan cepat selesai. Menurut Kartono (2006:213) Kebudayaan individualisme ini juga mempengaruhi sebahagian masyarakat sehingga ini mempersulit kesediaan untuk melakukasssn perkawinan karena masingmasing individu (laki-laki atau wanita) mau mempertahankan hidup sendiri, serta melanjutkan pola hidup lama masingmasing. Karena hal tersebutr orang dewasa awal merasa nyaman dengan hidup sendiri sehingga orang dewasa awal belum memikirkan untuk menikah. 7. Karena Mempunyai Tanggung Jawab Keuangan dan Waktu kepada Orang Tua dan Saudara-saudaranya bahwa orang dewasa awal ingin membahagiakan orang tuanya dengan cara membantu kedua orang tuanya. Orang dewasa awal ingin bertanggung jawab meringankan beban orang tua dengan membantu perekonomian keluarga dengan memberikan sebagian gajinya kepada orang tuanya. Menurut Hurlock (2010:300) faktor yang menyebabkan dewasa awal menunda pernikahan salah satunya yaitu karena memiliki tanggung jawab keuangan dan waktu kepada orang tua dan saudarasaudaranya. 8. Trauma Perceraian yang dialami oleh Keluarga bahwa orang dewasa awal berpendapat bahwa perceraian itu terjadi karena ketidaksiapan seseorang menerima tanggung jawab dan memerankan diri sebagai suami atau istri. Selain itu penyebab terjadinya perceraian disebabkan oleh masalah ekonomi dan masalah ketidakcocokan pasangan tersebut. Adanya keluarga dewasa awal yang telah bercerai membuat orang dewasa awal cemas dan takut menghadapi pernikahan sehingga ia belum siap untuk menikah saat ini. Dariyo (2003:143) menjelaskan perceraian merupakan suatu hal yang biasa. Kerap kali setelah menikah, tidak berapa lama kemudian, akhirnya perkawinan hancur karena masing-masing pasangan memilih hidup sendiri. Bagaimanapun peristiwa perceraian memberikan dampak luka batin yang tidak mungkin dapat dilupakan seumur hidup setiap orang. Orang dewasa awal yang berada di sekitar orang yang bercerai akan mengalami perasaan cemas dan merasa takut untuk membina rumah tangga. 9. Terlanjur Memikirkan Karier wawancara di lapangan dapat diketahui bahwa orang dewasa awal menjalani pekerjaannya dengan baik dan lancar. Orang dewasa awal sibuk menjalani pekerjaan dan membantu kedua orang tuanya sehingga orang dewasa awal tidak
6 memiliki waktu untuk mencari pasangan dan mempersiapkan pernikahan saat ini. Dewasa awal merencanakan pernikahan satu atau dua tahun kedepan. Dariyo (2003:143) menjelaskan tidak menutup kemungkinan, individu yang mencapai jenjang karier yang tinggi akan merasa kesulitan memperoleh jodoh yang diharapkan karena individu (calon pasangan) yang datting tidak sesuai dengan yang ditentukan individu yang bersanggkutan sehingga individu lebih cendrung lebih berkonsentrasi dengan pekerjaan dan karier kedepannya. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor penyebab orang dewasa awal menunda pernikahan di Desa Marunggi Kecamatan Pariaman Selatan, maka dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab orang dewasa awal menunda pernikahan yaitu: 1. Sering gagal dalam mencari pasangan, orang dewasa awal yang sering mengalami kegagalan dalam mencari pasangan yang membuat orang dewasa awal belum mempersiapkan diri untuk menikah. 2. Tidak mencapai usia kematangan yang sebenarnya, orang dewasa awal yang belum mencapai usia kematangan yang sebenarnya sehingga orang dewasa awal belum siap secara mental untuk menikah. 3. Jarang mempunyai kesempatan untuk berjumpa dan berkumpul dengan lawan jenis yang dianggap cocok dan sepadan, orang dewasa awal yang sibuk pekerjaan dan rutinitas sehari-hari yang membuat orang dewasa awal jarang memiliki kesempatan untuk mencari pasangan yang dianggap cocok dan sepadan. 4. Identikasi secara ketat terhadap orang tua, orang dewasa awal yang terlalu mengagumi sosok ayah dan ibu yang menyebabkan orang dewasa awal menginginkan pasangan seperti ibunya. Sehingga sulit bagi orang dewasa awal untuk menemukan pasangan seperti orang Tua dewasa awal tersebut. 5. Egosentrisme dan narsisme yang berlebihan, orang dewasa awal yang memiliki egosentrisme yang tinggi dan menganggap dirinya baik yang menyebabkan orang dewasa awal tersebut sulit untuk berinteraksi dan bersosialisi dengan lawan jenis sehingga orang dewasa awal belum menemukan pasangan yang cocok. 6. Musim pasang dari kebudayaan invidualisme, orang dewasa awal yang memiliki sifat individual yang membuat orang dewasa awal lebih suka dan nyaman hidup sendiri sehingga orang dewasa awal tersebut belum mempersiapkan diri untuk menikah. 7. Karena mempunyai tanggung jawab keuangan dan waktu kepada orang tua dan saudara-saudaranya, orang dewasa awal yang memiliki keinginan untuk membantu dan membahagiakan orang tua dan keluarga yang menyebabkan orang dewasa awal tersebut tidak memikirkan pernikahan dan berkonsentrasi dengan pekerjaannya. 8. Trauma perceraian yang dialami oleh keluarga, banyaknya kasus perceraian yang terjadi pada saat ini yang membuat orang dewasa awal perlu kesiapan mental dan materi yang matang untuk menikah sehingga orang dewasa awal menunda pernikahan. 9. Terlanjur memikirkan karier, orang dewasa awal yang sibuk dengan pekerjaan dan karier yang sedang ditekuni membuat orang dewasa awal belum memikirkan pernikahan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Orang dewasa awal, diharapkan dapat mulai memikirkan pernikahan 2. Orang tua, diharapkan orang tua dapat memahami anaknya yang belum menikah dan bisa mencarikan jalan keluar untuk anaknya dalam mempersiapkan diri untuk menikah 3. Program studi Bimbingan dan Konseling, diharapkan dapat dipertimbangan dalam menyusun bahan perkuliahan dan mata kuliah. Agar dapat meningkatkan wawasan mahasiswa dalam layanan bimbingan dan konseling Kepustakaan Dariyo, Agoes Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hasan, Marwisni Psikologi dan Konseling Keluarga. Padang : UNP Press. Hurlock, E.B Psikologi Perkembangan, S uatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Kartono, Kartini Psikologi Wanita, Mengenal Gadis Remaja & Wanita Dewasa. Bandung: Mandar Maju.
7 Moleong, J Lexy Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Prayitno, Elida Pisikologi Orang Dewasa. Padang : Angkasa Raya. Silalahi, Karlinawati & Eko A Meinarno Keluarga Indonesia Aspek dan Dinamika Zaman. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perempuan di beberapa negara maju lebih memilih melajang atau berpasangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman dan era globalisasi menimbulkan banyak perubahan, terutama terkait dengan pola pikir perempuan usia produktif tentang pernikahan. Perempuan
Lebih terperinciPROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL
PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh: NELI LISNIATI
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir dewasa madya tentang faktor penyebab menunda pernikahan, diperoleh kesimpulan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan
6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri
Lebih terperinciLAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA
172 LAMPIRAN A PEDOMAN OBSERVASI DAN WAWANCARA 173 PEDOMAN OBSERVASI A. Keadaan fisik subyek : Penampilan B. Ekspresi wajah saat wawancara : Ceria, tidak suka, cemas, lemas, tertarik, bosan. C. Bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan setiap manusia. Perkawinan ini di samping merupakan sumber kelahiran yang berarti obat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkawinan merupakan suatu lembaga suci yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan merupakan suatu anugerah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian merupakan suatu estafet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperinciPROFIL FAKTOR PENYEBAB WANITA DEWASA MADYA MENUNDA PERNIKAHAN DI NAGARI LINGKUANG AUA KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL
PROFIL FAKTOR PENYEBAB WANITA DEWASA MADYA MENUNDA PERNIKAHAN DI NAGARI LINGKUANG AUA KECAMATAN PASAMAN KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL HENDRI SELVIA NPM. 12060165 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan. Rentang kehidupan dapat dibagi menjadi sembilan periode, yaitu sebelum kelahiran, baru dilahirkan,
Lebih terperinciyang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang
20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkawinan Usia Dini 1. Pengertian Perkawinan Usia Dini Menurut Ali Akbar dalam Rouf (2002) untuk menentukan seseorang melaksanakan kawin usia dini dapat dilihat dari sudut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.
Lebih terperinciKONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME
JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.
Lebih terperinciSecara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling
A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk
Lebih terperinciPROFIL WANITA DAN PRIA DEWASA AWAL BELUM MENIKAH (STUDI DI KECAMATAN RANAH PESISIR) Oleh: Lidia Sefriani Marwisni Hasan Yusnetti
PROFIL WANITA DAN PRIA DEWASA AWAL BELUM MENIKAH (STUDI DI KECAMATAN RANAH PESISIR) Oleh: Lidia Sefriani Marwisni Hasan Yusnetti Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT The
Lebih terperinci2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sepanjang hidupnya individu mempunyai tugas perkembangan yang berbeda pada masing-masing tahapannya, pada masa dewasa merupakan masa yang paling lama dialami
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk kerjasama kehidupan antara pria dan wanita di dalam masyarakat. Perkawinan betujuan untuk mengumumkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Tujuan perkawinan adalah mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan, dan keturunan. Menikah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah telah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi, dan pula menciptakan manusia lengkap dengan pasangan hidupnya yang dapat saling memberikan kebahagiaan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan, menikah jelas kaitannya dengan rumah tangga. Adapun kuliah hubungannya dengan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk hidup bersama dengan sesamanya. Manusia dilahirkan untuk saling melengkapi satu dengan yang lain,
Lebih terperinciKERJASAMA GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT E JURNAL
KERJASAMA GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT E JURNAL WILDA GUSRITA NPM : 10060188 PROGRAM STUDI BIMBINGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciKEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI
KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan- Nya. Dalam kehidupan ini secara alamiah manusia mempunyai daya tarik menarik antara satu individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati beberapa fase dalam siklus kehidupannya. Fase kedua dari siklus kehidupan manusia adalah terbentuknya pasangan baru (new couple), di mana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah Manusia dalam proses perkembangan untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang menyertai dalam
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang menyertai dalam setiap tahap kehidupannya. lndividu yang berada pada masa dewasa awal
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAH LAKU SOSIAL REMAJA DI NAGARI SUNGAI JANIAH KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK.
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP TINGKAH LAKU SOSIAL REMAJA DI NAGARI SUNGAI JANIAH KECAMATAN GUNUNG TALANG KABUPATEN SOLOK Oleh: Idrawati* Fitria Kasih** Yusnetti** *Mahasiswa Bimbingan dan Konseling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal ini di jelaskan dalam Al-Qur an : Kami telah menjadikan kalian berpasang-pasangan (QS.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan
Lebih terperinciOleh: Meylani Rena Agustin* Fitria Kasih** Weni Yulastri*** *) Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat **) Dosen Pembimbing
TINGKAT KECEMASAN WANITA YANG BERADA PADA MASA DEWASA AWAL DALAM MEMASUKI PERNIKAHAN DI NAGARI MUARA INDERAPURA KECAMATAN AIR PURA KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Meylani Rena Agustin* Fitria Kasih** Weni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angka pernikahan dini di Indonesia terus meningkat setiap tahunya. Data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN (2012), menyatakan bahwa angka pernikahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan
Lebih terperinciFAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL
FAKTOR LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEMATANGAN EMOSI REMAJA DALAM INTERAKSI SOSIAL KELAS XI DI SMA PGRI I PADANG JURNAL GINA ANDRIA SARI NPM: 10060236 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan menjadi hal yang paling penting dalam fase kehidupan manusia. Tahapan ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan merupakan langkah awal untuk membentuk suatu keluarga. Sangat penting bagi calon pasangan baru untuk memahami bahwa pernikahan merupakan suatu keputusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dan tak pernah terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina keluarga bahagia.
Lebih terperinciSUSI RACHMAWATI F
HUBUNGAN ANTARA PENYESUAIAN PERKAWINAN DENGAN KEHARMONISAN KELUARGA PADA AWAL PERKAWINAN PASANGAN BERSTATUS MAHASISWA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Lebih terperinciKEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA
KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat
Lebih terperinciOleh: Cici Fitri Rahayu* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT
PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MEMBANTU PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SOSIAL PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS PADA PENDIDIKAN INKLUSI (Studi di SMK Negeri 4 Padang) Oleh: Cici Fitri Rahayu*
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja khususnya mahasiswa ini turut andil dalam keseharian remaja. Dalam keluarga yang sehat dapat mengajarkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 me 2.1.1 Pengertian me Seligman (1991) menyatakan optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif dan mudah memberikan makna bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan pasangan hidup untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muda (youth) adalah periode kesementaraan ekonomi dan pribadi, dan perjuangan
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Masa awal kedewasaan merupakan masa dimana seseorang mengikat diri pada suatu pekerjaan dan banyak yang menikah atau membentuk jenis hubungan intim. Keintiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang senantiasa mendambakan suasana lingkungan yang kondusif, penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan dimana mereka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan
Lebih terperinciFAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO
FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO ARTIKEL USWATUN KHASANAH NIM. 11070073 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan Pernikahan atau perkawinan merupakan salah satu kejadian paling penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya yang sifatnya paling intim dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciAni Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Persoalan nikah bukanlah persoalan baru yang diperbincangkan publik, tetapi merupakan persoalan klasik yang telah dikaji sejak lama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang
Lebih terperinciPROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL
PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL Oleh : MARDIANSYAH NIM. 11060308 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
Lebih terperinciFAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL
FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini dilatar belakangi banyak masyarakat di pedesaaan yang lebih memilih menikah diusia muda dimana kematangan emosinya masih belum siap untuk membina sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan
1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut menjadi suatu kabar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika seseorang memasuki tahapan dewasa muda, menurut Erickson (Monks, Knoers & Haditono, 1982:15), ia akan mengalami masa intimacy versus isolation. Pada
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL FERA ARDANTI. Z NPM. 10060140 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan adalah suatu hubungan yang sakral atau suci dan pernikahan memiliki banyak keuntungan dibandingkan hidup sendiri, karena pasangan yang sudah menikah dapat
Lebih terperinciLAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah
LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan adalah salah satu proses penting dalam kehidupan sosial manusia. Pernikahan merupakan kunci bagi individu untuk memasuki dunia keluarga, yang di dalamnya terdapat
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat
BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup yang dipilih manusia dengan tujuan agar dapat merasakan ketentraman dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang mensyari atkan pernikahan bagi umatnya. Menikah dalam Islam adalah salah satu sarana untuk menggapai separuh kesempurnaan dalam beragama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.
Lebih terperinciPERSEPSI PESERTA DIDIK KELAS XII TENTANG PENDIDIKAN SEKS DI SMA NEGERI 1 NAN SABARIS PAUH KAMBAR PARIAMAN JURNAL
PERSEPSI PESERTA DIDIK KELAS XII TENTANG PENDIDIKAN SEKS DI SMA NEGERI 1 NAN SABARIS PAUH KAMBAR PARIAMAN JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Derajat Srata
Lebih terperinciHUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA
HUBUNGAN KEINTIMAN KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN POLTEKKES BHAKTI MULIA ABSTRACT Chusnul Chotimah Dosen Prodi D3 Kebidanan Politeknik Kebidanan Bhakti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suami-istri yang menjalani hubungan jarak jauh. Pengertian hubungan jarak jauh atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu yang biasanya didapatkan setelah menikah adalah menikmati kebersamaan dengan pasangan. Karakteristik ini tidak kita temukan pada pasangan suami-istri yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut menunjukkan bahwa perempuan memiliki posisi vital di tengah-tengah keluarga dengan segala fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang lebih besar, sebab seiring dengan bertambahnya usia seseorang maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu hal penting yang harus dimiliki oleh setiap individu. Individu yang tidak dapat hidup mandiri, akan mengalami kesulitan ketika
Lebih terperinci