1.1 LATAR BELAKANG. Tetapi disisi lain dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan pertumbuhan. Rencana Strategis I - 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1 LATAR BELAKANG. Tetapi disisi lain dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan pertumbuhan. Rencana Strategis I - 1"

Transkripsi

1 ` Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sektor kehutanan dan sub sektor perkebunan telah menjadi salah satu pilar dalam pengelolaan pemanfaatan sumber daya lahan, hal ini dikarenakan kedua bidang usaha tersebut telah dapat memberikan nilai sebagai salah satu sumber penghidupan masyarakat di Kabupaten baik secara ekologi, ekonomi dan sosial. Tetapi disisi lain dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan pertumbuhan ekonomi terutama sektor industri dan jasa, mengakibatkan kebutuhan akan sumberdaya lahan semakin meningkat, hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan fungsi lahan, oleh karena itu untuk mengantisipasi terjadinya perubahan fungsi lahan tersebut, sektor kehutanan dan perkebunan dituntut untuk dapat meningkatkan produktifitasnya, sehingga dapat memberikan nilai manfaat yang tinggi terhadap kesejahteraan masyarakat. I 1

2 Usaha budidaya tanaman kehutanan dan perkebunan di Kabupaten telah dilaksanakan sejak dahulu, walaupun awalnya bukan sebagai usaha budidaya tanaman pokok, tetapi dengan semakin meningkatnya nilai ekonomi komoditas kehutanan dan perkebunan tersebut, perkembangannya cukup baik sebagai salah satu penunjang mata pencaharian masyarakat. Berdasarkan data tahun 2013, penggunaan lahan yang dimanfaatkann untuk sektor kehutanan mencapai ,17 hektar atau 22,43% dari luas kabupaten, terbagi dalam Kawasan Hutan Negara seluas ,97 hektar dan Hutan Rakyat seluas ,20 Hektar. Sedangkan pemanfaatan lahan untuk sub sektor perkebunan mencapai ,44 hektar atau 13,71% terdiri luas Kabupaten, terbagi dalam areal perkebunan rakyat seluas 9.108,49 hektar dan ,95 hektar merupakan Perkebunan besar Negara. Kondisi saat ini dengan seringnya kejadian yang disebabkan oleh adanya kerusakan lingkungan, membuat masyarakat semakin peduli akan dampakdampak yang ditimbulkan, seperti terjadinya bencana tanah longsor, banjir, dan kekeringan, perhatian terhadap perbaikan kondisi lingkungan semakin kuat. Oleh karena itu pemerintah pusat maupun daerah telah berupaya melalui kebijakannya mewujudkan perbaikan kondisi lingkungan tersebut, diantaranya pelestarian kawasan lindung dan rehabilitasi lahan dan hutan, optimalisasi pengelolaan sumberdaya perkebunan, pengembangan teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan. Selain hal tersebut di atas untuk mendorong pembangunan sektor kehutanan dan sub sektor perkebunan, pemerintah telah mencanangkan kebijakan revitalisasi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan. Salah satu wujudnya untuk sektor kehutanan dengan kebijakan pelestarian hutan untuk rakyat, dan sub sektor perkebunan melalui pencanangan revitalisasi komoditas kakao dan revitalisasi komoditas teh. Upayaupaya yang telah dilaksanakan oleh pemerintah pusat dan daerah dalam pengembangan sektor kehutanan dalam beberapa tahun terakhir lebih difokuskan dalam perbaikan lahanlahan yang kurang produktif, yang terwujud dalam program rehabilitasii hutan dan lahan, kemudian pemanfaatan potensi sumberdaya alam dan program produksi dan peredaran hasil hutan serta pengelolaan kawasan lindung. I 2

3 Sedangkan untuk sub sektor perkebunan lebih diprioritaskan dalam peningkatan usaha budidaya tanaman perkebunan, melalui program peningkatan produksi perkebunan, program peningkatan kesejahteraan petani, program peningkatan penerapan teknologi, dan program peningkatan pemasaran produksi pertanian, hal ini seiring dengan kebijakan pemerintah Kabupaten dalam menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat. Dengan semakin meningkatnya permasalahan dan tantangan dalam pengelolaan sektor kehutanan dan sub sektor perkebunan, maka dalam periode 5 (lima) tahun yang akan datang, pemerintah dituntut untuk lebih tanggap terhadap kebutuhan serta keinginan masyarakat, oleh karenanya sangat diperlukan ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten, dukungan sarana dan prasarana serta penguasaan pengetahuan dan teknologi. Sebagai langkah awal untuk mempersiapkan hahal tersebut, maka perlu adanya perencanaan kehutanan dan perkebunan yang komprehensif dan terintegrasi, yang dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan dan perkebunann di Kabupaten. Perencanaan menjadi salah satu aspek yang paling penting dalam manajemen pemerintahan. Pelaksanaann kegiatan yang dilakukan secara terencana dan sistemik akan memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan kualitas perencanaan dan pengganggaran dalam rangka mewujudkan kinerja pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan harus dilandasi oleh suatu kebijakan, strategi dan program yang komprehensif dan terpadu yang dituangkan dalam dokumen Rencana Strategis. Rencana strategis instansi Pemerintah merupakan langkah awal dalam mengimplementasikan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang disusun dengan mengintegrasikan antara ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) dan sumber daya lain agar mampu memenuhi keinginan pemangku kepentingan. Selain itu penyusunan rencana strategis yang meliputi penetapan visi, misi, tujuan, sasaran dan program, disusun berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang terjadi pada periode sebelumnya dan peluang serta tantangan dalam pelaksanaan tugas ke depan. I 3

4 Pada Periode Pembangungan , Dinas Kehutanan dan Perkebunan telah menyusun Rencanaa Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tahun Penyusunan Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tahun , merupakan bentuk penjabaran kebijakan pemerintah yang dituangkann dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan dan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, serta peraturan perundangundangan terkait lainnya yang telah mengatur dan mengamanatkan penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) untuk periode 5 (lima) tahun dan juga sebagai instrumen untuk menyusun dan mengukur kinerja sesuai tugas dan fungsi dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten. Secara substansi perencanaan strategis mencangkup konsep dan prinsipp dalam hal membuat relasi antaraa organisasi dan kondisi lingkungan strategisnya. Relasi tersebut seringkalii menuntut organisasi melakukan penyesuaian terhadap rencana yang telah disusun akibat terjadinya perubahan kondisi lingkungan strategis. Tinjau ulang perencanaan diperlukan terutamaa ketika perubahan lingkungan strategis sangat penting dan belum diantisipasi pada penyusunan perencanaan sebelumnya. Pada saat ini, pasca penetapan Undangundang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah terjadi perubahan pembagian urusan pemerintahann antara pemerintah usat, provinsi, kota/kabupaten. Pembagian urusan pemerintah menjadi isu strategis yang penting untuk dipertimbangkan oleh seluruh stakeholder. Dalam UndangUdang 23 tahun 2014, pembagian urusan pemerintahan dibagi menjadi urusan pemerintah absolut, urusan pemerintah konkruen dan urusan pemerintahan umum (pasal 9) urusan pemerintah absolut adalah urusan pemerintah yang sepenuhnya menjadi kewenangan pemerintah pusat (politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal, dan agama) urusan pemerintah konkruen adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota. Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan. I 4

5 Sesuai dengan undangundang tersebut, pembagian urusan pemerintahan bidang Kehutanan yang dilimpahkan kepada Pemerintah Kota/Kab hanya sub urusan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, yaitu pelaksanaan pengelolaan TAHURA kabupaten/kota. Sub urusan lainnya dibagi kepada pemerintah pusat dan provinsi. Perubahan pembagian urasan pemerintahan bidang kehutanan tersebut cukup mendasar, karenaa dalam undangundang sebelumnya UndangUndang No 32 ahun 2004 yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2007, urusan kehutanan di tingkat pemerintahan kota/kabupaten hampir mencakup semua sub urusan kehutanan, kecuali berkaitan dengan pengukuhan kawasan hutan, penataan batas dan pemetaan kawasan hutan, pengelolaan kawasan suakaa alam, kawasan pelestarian alam, dan taman buru, serta pelaksanaann diklat kehutanan. Disamping perubahan pembagian urusan pemerintahan, terdapat pula perubahan kondisi lingkungan ekternal lain yang perlu ditinjau ulang pengaruhnya terhadap perencanaan stratgeis yang telah disusun. Berdasarkan hal tersebut, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten telah melakukan tinjau ulang dan revisi Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun Diharapkan Revisi Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun dapat menjadi acuan dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan (Renja) dan memacu peningkatan kinerja pada masa yang akan datang. 1.2 LANDASAN HUKUM 1. Undangundang Nomor 4 tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan kabupaten ; 2. Undangundang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraann Negara yang bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotoisme; 3. UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) jo. UndangUndang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi UndangUndang (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4412); 4. Undangundang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; I 5

6 5. UndangUndang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 6. UndangUndang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5613); 7. Undangundang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; 8. Undangundang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tataa Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara, Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4689); 12. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: Per/O9/M.Pan/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama dl Lingkungan Instansi Pemerintah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunann Daerah; 14. Peraturan Menteri Negara Penertiban Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah I 6

7 15. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Sisrenbangda) Provinsi Jawa Barat; 16. Peraturan Gubernur No. 79 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah (Sisrenbangda) Provinsi Jawa Barat. 17. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 7 Tahun 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten ; 18. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 12 Tahun 2008, tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tahun ; 19. Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 12 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Tahun Keputusan Bupati Nomor Nomor 14 C.12 Tahun 2008, tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten. 1.3 MAKSUD DAN TUJUAN Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tahun selanjutnya disebut RENSTRA Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tahun , merupakan dokumen resmi perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk 5 (lima) tahun, yang menggambarkan visi, misi, strategi dan kebijakan, serta tahapan program kegiatan strategis yang akan dicapai dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah Kabupaten dibidang Kehutanan dan Perkebunan, disusun sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Renstra Dinas Kehutanann dan Perkebunan tahun ditetapkan dengan maksud : a. Sebagai dokumen perencanaan yang dijadikan pedoman atau acuan dalam menyusun Rencana Kerja Tahunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan; b. Untuk menentukan sasaran, arah kebijakan dan program serta kegiatan prioritas Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam jangka menengah; I 7

8 c. Untuk dasar penilaiann kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang mencerminkan penyelenggaran pembangunan yang baik, transparan dan akuntabel. Adapun tujuan penyusunann renstra ini adalah : a. Menjamin keterkaitan dan konsisten antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran selama lima (5) tahun yang akan datang; b. Menjamin tercapainya berkelanjutan; penggunaan sumber daya secara efektif, efisien dan c. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pembangunan di Kabupaten. pelaku 1.4 SISTEMATIKA Rencana Strategis Dinas Tahun secara berikut: Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten garis besar disusun dengan sistematika sebagai BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang penyusunan Renstra, landasan hukum penyusunan Renstra, maksud dan tujuan penyusunan Renstra dan sistematika penulisan dokumen Renstra. BAB II GAMBARAN PELAYANAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG Memuat tugas, fungsi dan struktur organisasi SKPD; sumber daya yang dimiliki oleh SKPD, kinerja pelayanan sampai saat ini, tantangan dan peluang pengembangan pelayanan SKPD. BAB III ISUISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Memuat identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan SKPD I 8

9 BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Bab ini berisi visi dan misi SKPD, tujuan dan sasaran jangka menengah SKPD, serta strategi dan kebijakan dalam menjabarkan sasaran jangka menengah SKPD. BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF Memuat rencana program dan kegiatan SKPD selama 5 (lima) tahun kedepan yang dilengkapi dengan indikator kinerja, kelompok sasaran dan pendanaan indikatif. BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Bab ini memuat indikator kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang terkait langsung atau mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD Kabupaten BAB VII PENUTUP Berisi ringkasann singkat dari maksud dan tujuan penyusunan dokumen Renstra SKPD, disertai dengan harapan bahwa dokumen ini mampu menjadi pedoman pembangunan 5 (lima) tahun kedepan oleh SKPD. I 9

10 Bab 2 GAMBARAN PELAYANAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN 2.1 TUGAS DAN FUNGSI STRUKTUR ORGANISASI Pembentukan organisasi perangkat daerah didasari oleh Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, dan untuk Pemerintah Kabupaten sebagai tindak lanjut dari peraturan tersebut, telah ditetapkan Peraturan Daerah Nomor : 7 Tahun 2008 tanggal 13 Juni 2008, tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Dilingkungan Pemerintah Kabupaten. Berdasarkan peraturan daerah tersebut, maka terbentuklah SKPD Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, dengan susunan struktur organisasi dan kelengkapnya, sebagai berikut: II 1

11 1. Kepala Dinas 2. Sekretariat, yang membawahi : a. Sub Bagian Kepegawaian b. Sub Bagian Keuangan c. Sub Bagian Umum 3. Bidang Program, yang membawahi: a. Seksi Identifikasi dan Perumusan Program b. Seksi Data dan Informasi c. Seksi Evaluasi dan Pelaporan 4. Bidang Kehutanan, yang membawahi: a. Seksi Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam b. Seksi Produksi dan Peredaran Hasil Hutan. c. Seksi Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah. 5. Bidang Perkebunan, yang membawahi: a. Seksi Bina Produksi Perkebunan b. Seksi Bina Usaha dan Pengolahan Hasil Perkebunan. c. Seksi Perlindungan Tanaman Perkebunan. 6. Bidang Pengawasan dan Pembinaan, yang membawahi: a. Seksi Pengawasan Hasil Hutan dan Perkebunan b. Seksi Pembinaan Kelembagaan Kehutanan dan Perkebunan. c. Seksi Sertifikasi 7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) 8. Kelompok Jabatan Fungsional. Bagan susunan organisasi dan tata kerja SKPD Dinas Kehutanan dan Perkebunan sebagaimana tersaji dalam Lampiran 1. Pelaksanaan tugas pokokk dan fungsinya SKPD Dinas Kehutanan dan Perkebunan, didasarkan pada Keputusan Bupati Nomor 14C.12 Tahun 2008, dengan Tugas Pokok adalah melaksanakan kewenangan daerah dibidang kehutanan dan perkebunan serta tugas perbantuan yang diberikan oleh pemerintah atau pemerintah Propinsi Jawa Barat. II 2

12 Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, melaksanakan fungsi sebagai: 1. Perumusan kebijaksanaan teknis kehutanan dan Perkebunan; 2. Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan dan Pelayanan umum di bidang Kehutanan dan Perkebunan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bupati ; 3. Pembinaan dan Pelaksanaan Kegiatan di Perkebunan ; Bidang Kehutanan dan 4. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian perijinan, melakukan penerapan dan pengkajian teknologi kehutanan dan perkebunan, pengendalian usaha kehutanan dan perkebunan serta pemberian ijin usaha kehutanan dan perkebunan; 5. Melaksanakan pencegahan terhadap peredaran dan penjualan hasil hutan dan tata niaga hasil hutan; 6. Melaksanakan pengembangan dan peningkatan produksi kehutanan dan perkebunan serta persuteraan alam dan hasil hutan lainnya; 7. Melaksanakan bimbingan teknis kehutanan dan perkebunan; 8. Pengamanan, penertiban dan perlindungan kehutanan dan perkebunan; 9. Pengelolaan administrasi umum, meliputi urusan umum, urusan keuangan, urusan kepegawaian dan perlengkapan dinas. 2.2 SUMBERDAYA Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi yang diembannya, SKPD Dinas Kehutanan dan Perkebunan didukung oleh ketersediaan sumberdaya baik sumberdaya manusia aparatur maupun sarana dan prasarana kerja Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur Berdasarkan data kepegawaian tahun 2013, jumlah pegawai pada SKPD Dinas Kehutanan dan Perkebunann secara keseluruhan berjumlah 60 orang, dengan rincian sebagaimana terlihat dalam TabelTabel berikut. II 3

13 Tabel 2.1 Jumlah Pegawai Pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Berdasarkan Unit Kerja No Unit Kerja Jumlah Pegawai (Orang) 1 Kepala Dinas 1 2 Sekretariat 17 3 Bidang Program 7 4 Bidang Kehutanan 7 5 Bidang Perkebunan 7 6 Bidang Pengawasan dan Pembinaan 5 7 UPTD Teknis/Wilayah Jumlah Sumber : Data Kepegawaian (2013) Keterangan Tabel 2.2 Jumlah Pegawai Pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Berdasarkan Pangkat dan Golongan No Pangkat/Golongan Jumlah Pegawai (Orang) 1 I a 2 I b 1 3 I c 4 I d 1 5 II a 6 II b 5 7 II c 8 II d 1 9 III a 7 10 III b III c 9 12 III d IV a 3 14 IV b 2 15 IV c 1 16 IV d 17 IV e Jumlah 60 Sumber : Data Kepegawaian (2013) Keterangan II 4

14 Tabel 2.3 Jumlah Pegawai Pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah Pegawai (Orang) 1 SD/sederajat 1 2 SLTP/sederajat 1 3 SLTA/sederajat 13 4 Diploma I/II/III 1 5 S1/D IV 34 6 S2 Jumlah Sumber : Data Kepegawaian (2013) Keterangan Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan perangkat yang diperlukan secara langsung maupun tidak langsung dalam mewujudkan pelayanan dan pencapaiann kinerja yang Dinas Kehutanan dan Perkebunan. Oleh karena itu sarana dan prasana merupakan objek penting yang keberadaannya mempengaruhi pencapaian kinerja dinas dalam mewujudkan visi dan misi. Berdasarkan data Tahun 2013 jumlah asset yang dimiliki disajikan pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Jumlah Aset Yang Dimiliki Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten No Nama Barang A Tanah B Peralatan dan Mesin 1 Alat Berat 2 Alatalat Angkutan 3 Alat Bengkel dan Alat U 4 Alat Pertanian 5 Alat Kantor dan Rumah 6 Alat Studio dan Komuni 7 Alatalat Kedokteran Jumlah (Bidang/Unit/Bh/Paket) 2 29 Ukur 4 h Tangga 179 ikasi 11 Ket. II 5

15 No Nama Barang Jumlah (Bidang/Unit/Bh/Paket) 1 8 Alat Laboratorium 9 Alatalat Persenjataan dan Keamanan C Gedung dan Bangunann 1 Bangunan Gedung 2 Monumen 2 1 D Jalan, Irigasi dan Jaringan 1 Jalan dan Jembatan 2 Bangunan Air/Irigasi 3 Instalasi 4 Jaringan 9 2 E Aset Tetap Lainnya 1 Buku dan Perpustakaan 2 Barang Bercorak Kebudayaan 3 Hewan dan Ternak Serta Tanaman 50 F Kontruksi Dalam Pengerjaan Sumber : Data Barang Milik Daerah (2013) Ket. 2.3 KINERJA DAN FUNGSI PELAYANAN Sesuai dengan bidang tugas dan kewenangan yang menjadi tanggungjawabnya, SKPD Dinas Kehutanan dan Perkebunan memberikan pelayanan kepada masyarakat, khususnya pelaku pembangunan kehutanan dan perkebunan. Pelayanan yang diberikan meliputi bimbingan teknis dalam rangka peningkatan kemampuan sumberdaya manusia, fasilitasi pembangunan kehutanan dan perkebunan melalui pelaksanaan program dan kegiatan, pelestarian sumberdaya lahan, pengembangan usaha kehutanan dan perkebunan, bantuan pengelolaan pasca panen, pelayanan ijin usaha kehutanan dan perkebunan, dan bimbingan pengembangan kelembagaan Realisasi Kinerja Pencapaian kinerja pelayanan Dinas Kehutanan dan Pekebunan sebagaimana indikator kinerja program dan rencana target yang dituangkan dalam Renstra Tahun disajikan secara lengkap pada Lampiran 2. Berdasarkan data tersebut, selama Periode Tahun capaian Indikator Kinerja Kunci (IKK) terhadap sasaran mengalami peningkatan. Kondisi tersebut II 6

16 ditunjukkan oleh capaian IKK dimana rasio kinerja telah mencapai lebih dari 100%, Walaupun ada beberapa IKK yang tidak mencapai rasio kinerja 100%, akan tetapi bila dilihat capaian kinerja setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Capaian tersebut merupakan keberhasilan dari pelaksanaan arah kebijakan, program, dan kegiatan selama 5 (lima) tahun. Keberhasilan di atas dilakukan melalui peningkatan kinerja beberapa program Kinerja Pengelolaan Hutan Rakyat Hutan rakyat merupakan hutan yang tumbuh pada lahan yang dibebani lahan milik, salah satu fungsinya menjadi sumber bahan baku industri kehutanan di Kabupaten. Dilihat dari perkembangannya sampai saat ini masih cukup menggembirakan, seiring dengan peningkatan nilai ekonomi kayu, dan kebutuhan masyarakat terhadap kayu yang (Sumber : Data Statistik Gambar Dinas Kehutanan 2.1. dan semakin meningkat. diolah) Perkembangan Luas Hutan Rakyat Perkembangan Hutan Rakyat di Kabupaten disajikan pada Gambar 1. Sedangkan data luasan hutan rakyat per Kecamatan disajikan pada Tabel 2.5. n Perkebunan (2013); II 7

17 No. Tabel 2.5 Perkembangan Luas Hutan Rakyat Di Kabupaten Lokasi/Kecamatan 1 Tanjungsiang 2 Kalijati 3 Cipeundeuy 4 Cipunagara 5 Purwadadi 6 Pabuaran 7 Jalancagak 8 Cisalak 9 Cijambe 10 Sagalaherang Cibogo 13 Cikaum 14 Blanakan 15 Binong 16 Compreng 17 Pagaden 18 Dawuan 19 Kasomalang 20 Ciater 21 Serangpanjang 22 Legonkulon 23 Patokbeusi 24 Pagaden Barat 25 Tambakdahan 26 Ciasem 27 Pamanukan 28 Sukasari 29 Pusakanagara 30 Pusakajaya Jumlah Sumber : Data Statistik Dinas K Luas Hutan Rakyat (Ha) Th Th Th , , ,00 570,00 620,00 620,00 405,00 480,00 480,00 433,00 433,00 433,00 615,00 755,00 835,00 35,00 35,00 35,00 522,00 647,00 747, , , , , , ,00 916, , ,00 759,00 984,00 989,00 276,00 276,00 291,00 556,00 556,00 596,00 15,00 15,00 15,00 54,00 54,00 54,00 232,00 232,00 232,00 224,20 224,20 264,20 350,00 575,00 795,00 508,00 683,00 688,00 560,00 940,00 990,00 4,00 4,00 4,00 155,00 155,00 155,00 15,00 15,00 15,00 5,00 5,00 5, , , ,20 Kehutanan dan Perkebunan (2013) Potensi pengembangan Hutan Rakyat menjadi pertimbangan utamaa dalam sistem pengurusan, pemanfaatan dan pengelolaan hutan. Sebagaimana kewenangan SKPD Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, harus terus memacu dan mendorong pada sistem kelola Hutan Rakyat Lestari. II 8

18 Pemanfaatan Hutan Rakyat sebagai sarana dalam mensupply kebutuhan kayu, telah menjadi prioritas dalam skema kebijakan pemerintah pusat. Dalam implementasinya, sistem pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten masih dilakukan secara tradisional dengan teknik mencampurkan berbagai jenis vegetasi yang memiliki nilai ekonomi. Secara aplikasi, teknik demikian telah menjadi kearifan lokal yang dapat mendukung padaa sistem pemanfaatan lahan yang optimal. Namun demikian, secara teoritis harus terdapat keseimbangan antara optimalisasi lahan dengan optimalisasi produksi. Hal ini, dapat dipandang sebagai salah satu konsep yang dapat mendorong keseimbangan fungsi ekologis dan ekonomis. Upaya peningkatan produktifitas dengan ciri diversitas produk pada satu kesatuan lahan akan terus dikembangkan di Hutan Rakyat. Hal ini, dimaksudkan agar dalam prakteknya masyarakat dapat meningkat level pendapatannya. Introduksi inovasiinovasi maupun teknologi tepat guna menjadi salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan, ketika ada harapan untuk meningkatkan produktifitas Hutan Rakyat di Kabupaten Pelestarian Sumber Daya Lahan Kondisi hutan dan sumber daya lahan lainnya saat ini telah mengalami degradasi/penurunan, baik fungsi maupun luasnya. Salah satu dampak yang muncul dan menjadi perhatian adalah dengan terjadinya lahan potensial kritis. Terjadinya lahan kritis tersebut pada umumnya disebabkan oleh tindakan pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kaidahkaidah konservasi tanah, sehingga akibatnya lanjutannya timbul adanya tanah longsor di daerah pegunungan dan banjir di daerah dataran atau hilir. Bentuk penanganan lahanlahan kritis di Kabupaten, di antaranya melalui program pengembangan hutan rakyat dan pengembangan komoditas strategis perkebunan. Realisasi program pengendalian dan penanganan kerusakan sumberdaya lahan yang dijalankan selama beberapa tahun terakhir oleh Dinas Kehutanan dan Pekebunan maupun maupun pemerintah pusat dan daerah, mampu mengurangi luas lahan kritis di Kabupaten sehingga pada Tahun 2013 tersisa seluas 4.233,000 hektar. Perkembangan lahan kritis disajikan pada Tabel 2.6. II 9

19 Perkembangan Luas Lahan Kritis Di Kabupaten Tahun 2011 sampai dengan 2013 No. Lokasi/Kecamatan 1 Tanjungsiang 2 Kalijati 3 Cipeundeuy 4 Cipunagara 5 Purwadadi 6 Pabuaran 7 Jalancagak 8 Cisalak 9 Cijambe 10 Sagalaherang Cibogo 13 Cikaum 14 Binong 15 Compreng 16 Pagaden 17 Dawuan 18 Kasomalang 19 Ciater 20 Serangpanjang 21 Pagaden Barat 22 Patokbeusi 23 Serangpanjang 24 Tambak Dahan Jumlah Daratan 25 Blanakan 26 Legon Kulon 27 Pamanukan 28 Pusaka Jaya 29 Pusakanagara 30 Sukasari Ju Jumlah Sumber : Data Statistik Dinas K Tabel 2.6 Luas Lahan Kritis (Ha) Th Th.2012 Th , , ,00 100,00 400,00 400,00 65,00 47,00 47,00 195,00 135,00 155,00 225,00 120,00 80,00 630,00 295,00 215, ,00 820,00 735,00 150,00 272,00 177,00 455,00 178,00 178,00 95,00 175,00 135,00 150,00 85,00 85,00 780,00 630,00 490,00 345,00 20,00 20,00 100,00 422,00 377,00 100,00 422,00 377,00 n 5.022, , ,00 494,00 469,00 394,00 971,00 946,00 946,00 968,00 628,00 453,00 330,00 330,00 330,00 umlah Pantai 2.763, , , , , ,00 Kehutanan dan Perkebunan (2013) II 10

20 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) merupakan produk hutan (forest product) selain kayu, biasanya dalam bentuk getah, rotan, sutera alam, buah jelutung dan lainlain. Beberapa potensi HHBK yang telah dikembangkan di Kabupaten sebagai salah satu produk berbasis hutan, diantaranya: jamur, lebah madu, sutera alam/kokon, arang kayu dan sarang burung walet. Secara rinci, data usaha HHBK tersebut disajikan pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Data Usaha Budidaya Hasil Hutan Non Kayu Di Kabupaten No Kecamatan Jamur Lebah Madu Arang Kayu Sarang Burung Walet (log) (kg) (stup) (liter) (kg) (bangunan) 1 Cibogo 9 2 Cijambe Dawuan Kalijati Cisalak Sagalaherang 0 8 Ciater Serangpanjang 0 10 Jalan Cagak Kasomalang Tanjungsiang Cipeundeuy 3 14 Cikaum 0 15 Purwadadi 0 16 Tambak Dahan 1 17 Cipunagara 1 18 Pagaden 0 19 Binong 0 20 Pagaden Barat 0 21 Pusaka Jaya 0 22 Compreng 1 23 Tambakdahan 0 24 Ciasem 0 25 Blanakan 0 26 Sukasari 0 27 Patokbeusi 0 28 Pamanukan 0 29 Pusakanagara 0 30 Legon Kulon 0 Jumlah II 11

21 Sumber : Data Statistik Dinas Kehutanan dan Perkebunan (2013) Luas Lahan dan Komoditas Perkebunan Perkebunan merupakan sub sektor berbasis lahan, sehingga perlindungan lahan perkebunan dari alih fungsi menjadi sangat penting. Dinas Kehutanan dan perkebunan Kabupaten berupaya setidaktidaknya mempertahankan luas areal perkebunan yang ada dan menekan serendah mungkin potensi terjadinya alih fungsi lahan. Pada Tahun 2013, luas areal perkebunan di Kabupaten mencapai ,68 Hektar atau 13,,41% dari luas lahan terdiri dari 9.108,499 Hektar merupakan areal perkebunan rakyat, dan ,19 Hektar yang dikelola oleh Perkebunan besar (PTPN VIII) yang meliputi kebun Ciater, Tambaksari, Wangunreja, dan Jalupang serta PT. PG. Rajawali II tanaman pokok berupa teh, karet dan kelapa sawit serta tebu. Data luas lahan perkebunan besar di Kabupaten disajikan pada Tabel 2.8. II 12

22 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tabel 2.8 Luas Perkebunan Besar (PTPN VIII dan PT. PG. Rajawali II) Di Kabupaten Areal yang Ditanam Areal Lainlain Tidak Produktif Nama Perkebunan Tan. INTI Kebun Bibit Lainnya (KKE, dll) Emplasemen (Pabrik/Rumah) Cadangan Situ/Rawa/ Cadas/Hutan Marginal Okupasi Dipakai Pihak III Lainnya Jumlah Ket. PT PERKEBUNAN NUSANTARA Kebun Jalupang 3.149,53 11,00 14,00 Kebun Wangunreja 1.221,21 7,07 Kebun Ciater 1.520,90 Kebun Tambaksari 1.762,19 590,59 PT.PERKEBUNAN RAJAWALI III Pabrik Gula 4.280,56 459,43 78,03 335,00 112,27 50,11 4,95 78,20 803,22 42,51 83,42 18,35 118,29 81,18 593, ,54 135,56 103,02 392,24 487,12 25,54 11,00 3,14 526,80 229,42 281, ,89 Karet 2.372,27 Karet 3.658,32 Teh 3.374,84 Teh, Sawit 5.250,87 Tebu Jumlah ,39 477,50 604,59 569, , ,90 159,07 146,56 23,30 648,23 Sumber : Data Statistik Dinas Kehutanan dan Perkebunan (2013) ,19 II 13

23 Disamping terdapat perkebunan besar, Kabupaten pula memiliki potensi perkebunan rakyat (luas 9.108,49 ha). Sebaran luas perkebunann rakyat pada setiap Kecamatan di Kabupaten disajikan Tabel 2.9. Tabel 2.9 Luas Perkebunan Rakyat Di Kabupaten No 1 Binong Kecamatan 2 Blanakan 3 Ciasem Cengkeh 4 Ciater 295,00 58,60 32,00 3,50 5 Cibogo 6 Cijambe 68,00 112,00 62,00 21,00 7 Cikaum 131,00 5,00 8 Cipeundeuy 9 Cipunagara 10 Cisalak 3,25 142,00 188,00 6,00 11 Compreng 12 Dawuan 3,00 9,55 34,00 1,00 1,00 13 Jalan Cagak 194,20 126,00 84,00 6,00 12,30 14 Kalijati 32,00 108,72 152,00 25,00 3,00 15 Kasomalang 10,00 187,00 144,00 4,00 16 Legon Kulon 17 Pabuaran 18 Pagaden 19 Pagaden Barat 20 Pamanukan 21 Patokbeusi 22 Purwadadi 2,00 24,82 135,00 6,00 23 Pusakajaya 24 Pusakanagara 25 Sagalaherang 333,00 120,00 72,50 18,00 90,00 26 Serangpanjang 382,00 49,00 52,50 40,00 431, ,00 11,51 72,00 3,00 28 Sukasari 29 Tambakdahan Komoditas Strategis Perkebunan Rakyat (Ha) Karet Kelapa Dalam 30 Tanjungsiang 18,00 235,00 314,00 30,00 Jumlah 1.335,45 198, ,10 975,00 146,50 533,30 250,28 Sumber : Data Statistik Dinas Kehutanan dan Perkebunan (2013) Kopi Lada Teh 176,00 260,00 204,00 25,72 69,00 160,00 5,58 136,00 229,00 370,00 97,00 103,00 12,41 115,00 360,00 96,00 199,00 234,00 135,00 156,00 Tebu 60,37 3,20 60,16 12,00 42,77 53,88 9,20 4,25 4,45 II 14

24 Berdasarkan data statistik Dinas Kehutanan dan Perkebunan (2013), perkembangan luas lahan perkebunan rakyat berdasarkan komoditas dari tahun menunjukkan bahwa luas lahan perkebunan rakyat untuk komoditas tertentu mengalami peningkatan, seperti untuk komoditas Cengkeh, dan karet. Sedangkan komoditas lain mengalami penurunan luas lahan perkebunan. Data selengkapnya disajikan pada Tabel Tabel 2.10 Perkembangan Luas Lahan Perkebunan Rakyat Menurut Komoditas Di Kabupaten No. 1. Cengkeh 2. Karet 3. Kopi 4. Kelapa 5. Lada 6. Teh Komoditi Tahun 2009 Tahun 2010 Luas Areal (Ha) Tahun ,8 713,2 723,2 7, ,5 783, , , , ,3 7. Tebu 381,65 381,65 301,4 Sumber : Data Statistik Dinas Kehutanan dan Perkebunan (2013) Tahun , ,3 356,62 Sementara itu data produksi beberapa komoditas perkebunan strategis di Kabupaten disajikan pada Tabel II 15

25 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tabel 2.11 Produksi Komoditas Perkebunan Rakyat Di Kabupaten Produksi Komoditas Strategis Perkebunan (ton) No Kecamatan Cengkeh Karet Kelapa Dalam Kopi Lada Teh Tebu 1 Binong 79,80 2 Blanakan 187,60 3 Ciasem 157,80 4 Ciater 65,40 16,00 8,90 2,30 5 Cibogo 1,80 20,00 6 Cijambe 10,00 87,30 10,20 11,90 7 Cikaum 64,50 8 Cipeundeuy 43,20 9 Cipunagara 3,30 45,00 10 Cisalak 98,00 114,70 5,40 11 Compreng 89,70 12 Dawuan 1,94 13,40 13 Jalan Cagak 14,50 87,40 36,70 4,60 12,40 14 Kalijati 3,90 42,00 60,00 12,30 2,10 15 Kasomalang 98,00 70,20 2,60 16 Legon Kulon 167,50 17 Pabuaran 98,50 18 Pagaden 34,50 19 Pagaden Barat 8,27 65,70 20 Pamanukan 210,00 21 Patokbeusi 76,50 22 Purwadadi 0,10 6,75 57,60 0,50 23 Pusakajaya 120,00 24 Pusakanagara 176,00 25 Sagalaherang 67,00 83,00 30,90 6,70 95,60 26 Serangpanjang 86,00 12,00 26,40 12,00 502, ,60 4,50 40,00 1,00 28 Sukasari 89,70 29 Tambakdahan 98,50 30 Tanjungsiang 0,80 89,70 110,00 16,00 Jumlah 248,30 68, ,90 420,30 146,50 610,10 Sumber : Data Statistik Dinas Kehutanan dan Perkebunan (2013) 2.461,39 157, ,38 589, , ,45 451,81 208,72 218, ,19 II 16

26 Pengembangan Kelembagaan Usaha Kehutanan dan Perkebunan Salah satu prioritas dalam penyelenggaraan fungsi pemerintahan Kabupaten adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM). SKPD Dinas Kehutanan dan Perkebunan telah juga menetapkan dalam prioritas pembangunannya pada pengembangan sumber daya manusia baik secara individu maupun lembaga, yang terlibat dalam urusan kehutanan dan perkebunan. Pelayanan yang diberikan melalui bimbingan teknis dan pendidikan dan pelatihan petani. Hal ini sangat penting, terkait dengan penciptaan kaderkader pelaksana pembangunan swakarsa, yang merupakan salah satu fokus pemberdayaan, dan sebagai upaya meningkatkan partisipasi aktif masyarakat. Kelembagaan tersebut dapat berupa, kelembagaan kelompok tani, gabungan kelompok tani serta asosiasi petani. Tabel 2.12 Data Kelompok Tani Kehutanan dan Perkebunan No. Kecamatan Desa Jumlah Jml Anggota Kelompok ( Orang ) Jenis Kegiatan 1 Sagalaherang Leles 1 45 HR 2 Curug Agung 1 53 HR dan Budidaya Teh 3 Sukamandi 1 25 HR 4 Dayeuhkolot 1 25 HR dan UPSA 5 Sagalaherang Kaler 1 18 HR 6 Cicadas 1 32 HR JUMLAH Serangpanjang Cinta Mekar 1 35 HR dan Budidaya Teh 2 Cipancar 1 25 HR dan Budidaya Teh 3 Cikujang 1 20 HR dan Budidaya Teh 4 Talagasari 1 70 HR 5 Ponggang 1 25 HR dan Budidaya Teh 6 Cijengkol 1 40 HR dan Budidaya Teh JUMLAH Jalancagak Tambakan 1 60 HR dan Pertaniann 2. Kumpay 1 80 HR dan Pertaniann 3. Tambak mekar HR dan Pertaniann 4. Curug rendeng HR dan Pertaniann 5. Bunihayu 1 42 HR dan Pertaniann 6. Sari reja 1 50 HR dan Pertaniann JUMLAH Ket. II 17

27 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten 1 Ciater Sanca 1 60 HR dan Pertanian 2 Cibitung 1 11 HR dan Pertanian 4 Palasari 1 10 HR dan Pertanian 5 Cisaat 1 9 HR dan Pertanian JUMLAH 1 Cisalak Darmaga 1 43 HR 2 Sukakerti 1 38 HR 3 Mayang 1 35 HR 4 Gardusayang 1 42 HR 5 Cimanggu 1 42 HR 6 Cipunagara 1 35 HR 7 Pakuhaji 1 38 HR 8 Cigadog 1 42 HR JUMLAH Kasomalang Bojongloa 1 45 HR 2. Tenjolaya 1 36 HR 3. Sukamelang 1 47 HR 4. Pasanggrahan 1 58 HR 5. Kasomalang Kulon 1 35 HR JUMLAH 1 Tanjungsiang Tanjungsiang 2 53 HR 2 Rancamanggung HR dan PLBT 3 Gandasoli HR dan PLBT 4 Kawungluwuk 1 45 HR 5 Buniara HR dan PLBT 6 Cikawung HR 7 Cimeuhmal HR 8 Sindanglaya 1 33 HR 9 Cibuluh HR dan PLBT JUMLAH Cijambe Cijambe 2 63 HR 2 Cikadu HR 3 Cirangkong HR dan Pengembang Lebah Madu 4 Cijambe 3 76 HR 5 Sukahurip 2 80 HR 6 Bantarsari 1 19 HR 3. Sumur Barang 1 30 HR 4. Cinangsi 1 25 Perkebunan 5. Cibalandong 1 38 HR dan PLBT 6. Padaasih 1 40 HR JUMLAH JUMLAH Cibogo Cibogo Kehutanan dan Perkebunan 2. Sadawarna 1 40 Kehutanan II 18

28 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten 1. Cigadung 1 30 HR 2. Soklat 1 5 HR 3. Pasirkareumbi 2 32 HR dan Perkebunan 4. Sukamelang 2 50 Penghijauan Lingkungan 5. Parung 4 83 HR 6. Dangdeur Perkebunan dan Perikanan 7. Wanareja 1 50 HR dan Pertanian JUMLAH 1. Kalijati Kaliangsana 1 42 HR 2. Tanggulun Barat 1 38 HR 3. Tangguluun Timur 1 43 HR 4. Marengmang 1 41 HR 5. Jalupang 1 25 HR 6. Banggalamulya 1 30 HR 7. Ciluruk 1 21 HR 8. Caracas 1 44 HR 9. Kalijati Barat 1 20 HR 10. Kalijati Timur 1 31 HR dan PLBT JUMLAH Dawuan Cisampih 2 40 Lebah Madu dan Perkebunan 2 Margasari 1 26 HR 3 Batusari 1 30 HR 4 Situsari 1 15 Perkebunan 5 Jambelaer 2 89 HR dan Perkebunan JUMLAH Cipeundeuy Cimayasari 1 62 HR 2. Cipeundeuy 1 45 HR 3. Wantilan 1 84 HR 4. Lengkong HR 5. Sawangan 1 48 HR 6. Kosar 1 24 HR 7. Kr. Mukti 1 52 HR JUMLAH Pabuaran Pringkasap 1 45 HR 2. Karang hegar 1 30 KBR 3. Kadawung 1 18 HR/KBR 8. Bale bandung 1 50 HR JUMLAH 1. Patokbeusi Ranca Mulya 2 23 Penghijauan Lingkungan 2. Rancaasih 1 18 HR 3. Gempolsari 1 21 Penghijauan Lingkungan JUMLAH Purwadadi Belendung Kehutanan 2. Koranji HR II 19

29 3. Panyingkiran 1 52 HR 4. Wanakerta 1 35 HR 5. Pagon 1 29 HR 6. Prapatan 1 46 HR 7. Purwadadi 1 45 HR 8. Rancamahi 1 25 HR JUMLAH Cikaum Tanjung Sari Timur 1 15 HR 2. Cikaum Timur 1 12 HR 3. Sindang Sari 1 50 HR 4. Mekar Sari 1 13 HR 5. Cikaum Barat 1 20 HR 6. Kawunganten 1 30 HR 7. Gandasari 1 47 HR 8. Tanjung Sari Barat 1 60 HR 9. Pasir Muncang 1 10 HR JUMLAH 1. Pagaden Gembor 1 30 HR 2. Gunung Sembung 1 35 HR 3. Jabong 1 30 HR 4. Kamarung 1 40 HR JUMLAH Pagaden Barat Mekar Wangi 1 50 Persemaian 2 Bendungan 1 25 Persemaian 3 Cidadap 1 25 Persemaian JUMLAH 1 Cipunagara Manyingsal 2 65 Perkebunan 2 Wanasari 2 85 Perkebunan 3 Sidamulya 1 35 HR 4 Sidajaya 1 40 Perkebunan 5 Parigi Mulya 1 40 Perkebunan JUMLAH 1 Binong Nanggerang 1 35 HR 2 Karangwangi 1 30 HR 3 Karangsari 1 30 HR JUMLAH 1 Tambakdahan Bojongnegara 1 30 HR JUMLAH Ciasem Ciasem Tengah 1 15 Penghijauan Lingkungan 2. Sukamandi Jaya 1 25 Penghijauan Lingkungan 3. Ciasem Hilir 1 17 Penghijauan Lingkungan Sukasari JUMLAH JUMLAH Sukasari Pengembangan Hutan Mangrove II 20

30 1 Patimban Patimban JUMLAH Legon Kulon Tegalurung 2 40 JUMLAH Blanakan Langensari Blanakan Tanjungtiga Muara 1 14 JUMLAH 5 99 Pengembangan Hutan Mangrove Pengembangan Hutan Mangrove Pengembangan Hutan Mangrove Pengembangan Hutan Mangrove Pengembangan Hutan Mangrove Pengembangan Hutan Mangrove Konstribusi Sektor Kehutanan dan Perkebunan Sektor kehutanan dan perkebunan memiliki peranan yang sangat penting di dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, penguatan kapasitass masyarakat, pengembangan potensi pariwisata, pemenuhan bahan baku industri dan penghasil devisa bagi negara. Selain itu pengelolaan kehutanan dan perkebunan memiliki fungsi yang sangat strategis, dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan, terutama menjaga keseimbangan ekosistem Realisasi Anggaran Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten dalam melaksanakan program dan kegiatan mendapat alokasi anggaran yang bersumber dari APBD Kabupaten, Provinsi, dan APBN Pemerintah Pusat. Ketersediaan anggaran merupakan prasyarat melakukan pelayanan sesuai tugas pokok dan fungsinya dengan optimal. Kinerja anggara pada periode pembangunan menunjukkan ratarata pertumbuhan anggaran sebesar.%, dengan rasio penyerapan anggaran sebesar.%. II 21

31 2.4 KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG DAN TANTANGANN Rencana Strategis merupakan salah satu cara untuk mengendalikan organisasi secara efektif dan efisien sampai implementasi paling depan dalam mencapai visi dan misi organisasi yang bersangkutan. Secara substansi perencanaan strategis mencangkup konsep dan prinsip dalam hal membuat relasi antara organisasi dan kondisi lingkungan strategisnya. Tujuan utamanya adalah agar organisasi mampu merespon dengan baik kemungkinan terjadinya perubahanperubahan lingkungan dimasa depan yang terjadi sebagai akibat dinamika kehidupan sosialpolitik, ekonomi, tuntutan masyarakat regional dan global, serta perubahan teknologi yang terjadi secara cepat. Berdasarkan hal tersebutt Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten melakukan analisiss terhadap kondisi lingkungan internal organisasi maupun eksternal sebagai langkah yang sangat penting dalam penyusunan rencana strategis. Analisis ditujukan untuk mengidentifikasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities) dan tantangan atau kendala (threats) yang ada sehingga Dinas dapat mengantisipasi perubahanperubahan di masa depan sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimiliki untuk mencapai visi dan misi yang ingin dicapai Identifikasi Faktor Internal Identifikasi faktor lingkungan internal digunakan untuk mengetahui faktor dan faktor kekuatan dan faktorfaktor kelemahan. Kekuatan berupa situasi kemampuan internal organisasi yang bersifat positif dan yang memungkinkan organisasi memanfaatkan keuntungan strategis dalam upaya mencapai visi melalui pelaksanaan misi yang ditetapkan. Sementara itu kelemahan berupa situasi dan kemampuan internal organisasi yang bersifat negatif yang dapat menghambat organisasi dalam upaya mencapai visi organisasi dan dapat menghambat pelaksanaan misi organisasi yang telah ditetapkan. Identifikasi faktor lingkungan internal mencakup empat pengelompokkan sumberdaya, yaitu: 1. Sumberdaya insani (human resources) 2. Sumberdaya fisik (Physical resources) 3. Sumberdaya dana (Financial resourches) 4. Sumberdaya teknologi (Technological resourches) dengan segala aspeknya. II 22

32 Beberapa faktor kekuatan yang dimiliki pada sistem pengurusan, pengelolaan dan pemanfaatan hutan di Kabupaten, adalah: 1. Komitmen Yang Kuat Untuk Mengelola Sektor Kehutanan dan Perkebunan di Kabupaten Komitmen adalah suatu bentuk loyalitas yang lebih konkrit yang dapat dilihat dari sejauh mana organisasi mencurahkan perhatian, gagasan dan tanggung jawabnya dalam upaya mencapai tujuan. Indikator komitmen yang kuat Pemerintah Kabupaten tampak dari: 1). Adanya visi dan misi yang jelas Pemerintah Kabupaten yang menunjukkan perhatian yang tinggi terhadap pengelolaan sumberdaya kehutanan dan perkebunan. Adanya visi dan misi pembangunan sektor kehuatanann dan perkebunan yang jelas akan memudahkan setiap pegawai dalam bekerja. Pada akhirnya, dalam setiap aktivitas kerjanya senantiasa bekerja berdasarkan apa yang menjadi tujuan organisasi. Melalui adanya visimisi yang ada di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, maka secara langsung mengindikasikan adanya tujuan yang sangat jelas dalam pengurusan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan dengann multi dimensi fungsinya. 2). Upaya dalam bentuk program yang jelas terkait dengan kegiatan rehabilitasi lahan kritis, pencapaian fungsi kawasan lindung di Kabupaten, pengembangan hutan rakyat, pembinaan produksi hasil hutan (baik kayu maupun hasil hutan bukan kayu), pengembangan perkebunan rakyat dan program lain yang dituangkan dalam rencana pembangunan daerah. 3). Adanya kepercayaan dan penerimaan yang begitu kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi. 2. Potensi Sumberdaya Hutan Dan Lahan Serta Kesesuaian AgroEcosystem Kabupaten memiliki ketersedian lahan yang cukup besar untuk pengembangan perkebunan dan kehutanan. Selain itu, jumlah luasan dan sebaran hutan, sungai/sumber air serta curah hujan yang cukup II 23

33 tinggi, merupakan potensi alamiah yang dimiliki kabupaten. Kondisi agroecosystem seperti kondisi geografis, penyinaran matahari, intensitas hujan yang hampir merata sepanjang tahun menjadi factor yang sangat mendukung dan potensial untuk pengembangan komoditas Pontensi sumberdaya hutan yang tampak menonjol adalah potensi hutan rakyat dan jasa lingkungan termasuk upaya pemgembangan pemanfaatan sumber daya air dan wisata alam. Potensi tersebut merupakan kekuatan yang mengarah para transformasi sistem pengurusan, pengelolaan dan pemanfaatan hutan tidak saja mengahasilkan komoditas/barang tetapi juga meliputi jasa lingkungan. Di sektor perkebunan terdapat beberapa komoditas yang termasuk komoditas bernilai tinggi atau unggulan yang telah dikembangkan pada lahanlahan masyarakat dan perkebunan swasta berbadan hokum. 3. Kelengkapan Lembaga Yang Mengurusi Bidang Kehutanan dan Perkebunan Dinas Kehutanan dan perkebunan di Kabupaten memiliki stakeholders yang lengkap antara lain Dinas Kehutanan dan Perkebunan, Balai Besar konservasi Sumber Daya Hutan Jawa Barat, PT Perkebunan Nusantara, Perkebunan Besar Swasta, Perkebunan Rakyat, Perum Perhutani dan lainlain. Kelengkapan berbagai stakeholders dapat menjadi kekuatan apabila terbangun sinergi antara pemangku kewenangan (stakeholders), sehingga diperoleh keterpaduan untuk saling mengisi dalam pengelolaannya. Kekuatan sinergitas antar kewenangan menjadi modal untuk terus menjadi pemicu dan pemacu pencapaian tujuan pengelolaan kehutanann dan perkebunanj di Kabupaten. 4. Dukungan Dana APBD Dan Sumber Dana Lainnya Dukungan dana sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Alokasi anggaran untuk sektor kehutanan dan perkebunan yang tercermin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah menggambarkan komitmen yang tinggi untuk pembangunan sektor kehutanan. Di pihak lain, isu kehutanan dan peningkatan nilai ekonomi sumberdaya hutan telah mendorong partisipas masyarakat untuk memberikan konstribusi pendanaan dalam pembangunan sektor kehutanan. II 24

34 Sementara itu, beberapa kelemahan berupa situasi dan kemampuan internal organisasi yang bersifat negatif yang dapat diidentifikasi adalah: 1. Kapasitas Kelembagaan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kapasitas kelembagaan terkait dengan sumberdaya manusia, fungsi dan kewenangan organisasi. Kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia yang memadai merupakan faktor internal yang berpengaruh langsung terhadap lingkungan stratejik organisasi di dalam mencapai keberhasilan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi dinas. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten sampai saat ini memiliki sumber daya aparatur yang secara kuantitas masih belum cukup memadai dengan jumlah pegawai 60 orang dengan variasi golongan kepangkatan yang cukup tinggi (dari mulai golongan I b sampai dengan golongann IV c). Dimana golongan kepangkatan III merupakan golongan yang dominan. Kondisi lainnya, menurut tingkat pendidikan dari mulai SD/sederajat sampai dengan lulusan S2. Adanya tingkat pendidikan yang cukup banyak dari lulusan SD/sederajat sampai dengan SLTA/sederajat merupakan kondisi yang menuntut untuk terus dilakukan peningkatan kapasitas SDM. Minimnya jumlah pegawai menurut level jabatan struktur organisasi terutama pada bidangbidang tertentu menjadi faktor pembatas dalam melaksanakan TUPOKSI. Dilihat dari kondisi sumberdaya manusia peningatan jenjang pendidikan dan prfesionalisme profesi perlu ditingkatkan. Peningkatan jumlah sumberdaya pula menjadi faktor penting yang harus diperhatikan dan dipertibangkan demi pencapaian tujuan pengurusan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan. Di pihak lain ditinjau dari aspek fungsi dan kewenangan organisasi akan menghadapi kendala akibat belum lengkap dan rincinya peraturan perundangundangan yang mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah menimbulkan perbedaan interprestasi dan persepsi yang mengakibatkan permasalahan terkait struktur kelembagaan. Struktur kelembagaan adalah kerangka organisasi yang merupakan visualisasi dari tugas dan wewenang serta tanggung jawab. Adanya perubahan struktural yang terjadi pada level nasional serta ditetapkannya UU Nomor 23 Tahun 2014 juga memiliki konsekuensi logis dalam sistem organisasi pelaksana daerah. II 25

35 Permasalahan belum mantapnya struktur kelembagaan mengakibatkan beberapa permasalahan prinsip terjadi seperti lemahnya perumusan tujuan bersama dalam pembangunan kehutanan, lemahnya pendelegasian wewenang dan tanggung jawab, lemahnya koordinasi dan kerjasama antar daerah, tingkat pengawasan dan rentang manajemen. 2. Sarana Pelayanan dan Informasi Database Kehutanan dan Perkebunan Belum Memadai Dukungan sarana pelayanan sangat penting untuk mendukung pencapaian visi dan pelaksanaan misi Dinas Kehutanan.Demikian pula sarana informasi kehutanan. Saat ini kondisi dukungan tersebut belum memadai baik pada tatanan sumberdaya manusianya (SDM nya) maupun fasilitasnya Identifikasi Faktor Eksternal Identifikasi faktor lingkungan ekternal dilakukan dengan mencermati dan menganalisis peluang dan tantangan yang ada di lingkungan eksternal organisasi yang tidak dapat dikelola oleh manajemen organisasi. Faktor lingkungan eksternal dapat dikelompokan sebagai berikut: 2. Lingkungan teknologi berupa kemajuan teknologi yang ada 1. Lingkungan ekonomis yang analsisnya meliputi kondisi dan trend pasar hasil hutan, nilai produk hasil hutan, permintaan, penawaran, dan lain lain 3. Lingkungan sosial, yang mengangkut nilainilai sosial, perilaku, dan budaya yang ada dan tumbuh di masyarakat 4. Lingkungan ekologi, yang terncangkup dalam masalah ini adalah terkait dengan masalah lingkungan, degradasi hutan, reforestrasi, dan lainlain 5. Lingkungan politik dan kebijakan II 26

36 Faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan Permintaan Terhadap Hasil Hutan Dan Komoditas Perkebunan Komoditas kehutanann dan perkebunan memiliki peluang untuk dimanfaatkan sebagai sumber pangan, serat, energy. Potensi ini dapat dimanfaatkan karena meningkatnya permintaan domestic maupun dunia terhadap hasil hutan dan perkebunan. 2. Penghargaan Terhadap Jasa Lingkungan Di dalam rencana tataa ruang Kabupaten dan kondisi eksisting penutupan lahan disebutkan bahwa Kabupaten akan mempertahankan kawasan lindung, akan mempertahankan dan mengembangkan sawah teknis, dan perkembangan wilayah perikanan dan perkebunan. Dengann kebijakan tersebut pada salah satu sumberdaya yang penting adalah ketersedian air yang dapat diperoleh sebagai bagian dari jasa lingkungan. Juga dengan kebutuhan air bersih dan layak minum akan mendorong peningkatan fungsi hutan karena kondisi status air tanah yang dikhwatirkan akan semakin menyusut. Jasa lingkungan hutan sebagai objek wisata alam juga semakin meningkat, karena perubahan orientasi wisatawan. Minat wisatawan mengarah kepada konsep pariwisata lingkungan alam (ecotourism), dimana keaslian potensi kekayaan alam dan nilai masyarakat budaya setempat menjadi daya tariknya. Kabupaten merupakan salah satu kabupaten yang memiliki potensi kekayaan keindahan alam yang tinggi. 3. Peningkatan Nilai Ekonomi Produk Kehutanan Dan Jasa Lingkungan Menurunnya pasokan kayu dari hutan alam dan masih rendahnya produktivitas hutan produksi pada kawasan hutan menyebabkann harga kayu menjadi tinggi demikian juga nilai jasa lingkungan hutan. Kondisi tersebut menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sektor kehutanan. Disisi lain, kebijakan produksi kayu yang berasal dari hutan rakyat telah mendorong pula untuk terus tumbuh dan berkembangnya hutan rakyat. Kapasitas industri yang cukup tinggi di II 27

37 Kabupaten pula telah dapat mendorong untuk dikembangkannya skema hutan rakyat lestari. Peningkatan nilai ekonomi kayu akan memberikan peningkatan konstribusi sektor kehutanan di Kabupaten mengingat luasnya hutan rakyat yang mampu menghara kayu bagi berbagai keperluan. Hutan rakyat menjadi salah satu potensi yang harus terus dikembangkann dalam sistem pengelolaan hutan di Kabupaten. Sebaran hutan rakyat hampir terdapat di seluruh Kabupaten dengan luas yang bervariatif (dengan sebaran umur yang berbeda). Hasil identifikasi atas potensi kayu di Kabupaten tercatat produksi kayu ,17 m 3 pada luasan sekitar ,20 ha. Potensi tersebut terdapat pada areal seluas kurang lebih ,16 ha. Potensi tersebut dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan pengelolaan yang lestari menurut jumlah batang, luas maupun jenisnya. 4. Peningkatan Kesadaran Dan Perilaku Pembangunan Berkelanjutan terus Masyarakat, dunia usaha serta pihak lain yang semakin sadar akan pentingnya keberadaan hutan atau pepohonan baik untuk estetika, kenyamanan dan penyelamatan lingkungan maupun sumber ekonomi dan investasi berwawasan lingkungan. Kesadaran tersebut tampak dari fakta bahwa meskipun penutupann hutan pada kawasan hutan semakin menurun, tetapi penutupan hutan di luar kawasan hutan cenderung meningkat dalam bentuk antara lain hutan rakyat, hutan kota, serta berbagai upaya penanaman pohon lainnya. Peningkatan tutupan lahan di luar kawasan hutan dimungkinkann terjadi akibat tingginya partisipasi masyarakat dalam memperlakukan lahan miliknya. Indikasi ini menunjukkan tingginya animo masyarakat untuk menanam pohon pada lahan miliknya. 5. Perhatian Dunia Internasional terhadap Hutan Tropis dan Isu Lingkungan Perhatian yang besar dari dunia internasional tidak terlepas dari isu global tentang perubahan iklim. Isu yang terkait dengan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, memberi peluang skaligus tantangan pembangunan kehutanan akan semakin besar. Mekanisme REDD, di satu sisi membuka peluang untuk memperoleh dukungan pendanaan, peningkatan kapasitas baik SDM maupun institusi dan transfer teknologi.namun demikian, II 28

38 dukungan tersebut menuntut komitmen yang tinggi untuk dapat membuktikan bahwa pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi benarbenar dapat terjadi. Faktor lingkungan eksternal yang menjadi tantangan adalah sebagai berikut: 1. Kebijakan Terkait Kabupaten Peran Dinas Kehutanan dan Perkebunan Keterbatasan peran Dinas Kehutanan dan perkebunan adalah terkait dengan keterbatasan pengelolaan kawasan hutan dan pengelolaan sumberdaya kehutanan lain akibat peraturan perundangundangan yang ada. Dinas Kehutanan dan perkebunan juga memiliki keterbatasan pengelolaan kawasan hutan. Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam kebijakan peraturan yang ada hanya mengelola sisanya kawasan hutan yang berdasarkan kewenangannya tidak dikelola oleh Perum Perhutani dan Unit pelaksana Teknis eselon 1 di tingkat kementerian. Batasan kewenangan akibat kebijakan yang berlaku, akan dapat mengakibatkan terjadinya mis communication maupun mis understanding atas kewenangan pada tatanan implementasi. Di pihak lain, kewenangan urusan kehutanan oleh Dinas Kehutanan dan Pekerbunan mengalami perubahan yang berarti pasca Undang Undang No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Pada UndangUndang No 23 tahun 2014 sebagai pengganti UndangUndang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah kewengan urusan kehutanan di tingkat kabupaten/kota hanya pada Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya terkait pelaksanaan pengelolaan taman hutan raya kabupaten/kota. 2. Peningkatan Produktivitas Dan Nilai Ekonomi Hutan Rakyat dan Hutan Produksi Tantangan utama pembangunan hutan tanaman adalah peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi baik pada hutan rakyat maupun hutan produksi (tetap maupun terbatas). Tantangan ini selaras dengan rencana revitaslisasi sektor kehutanan dimana hutan tanaman diharapkan sudah mampu berperan dalam menyediakan sebesar 75% kebutuhan bahan baku industri perkayuan (pulp dan kayu pertukangan) baik dari HTI, HTR, HR dan hutan tanamann lainnya. II 29

39 3. Rendahnya Penguasaan Masyarakat Terhadap Silvikultur Sebagian besar masyarakat yang melakukan budidaya tanamann hutan memiliki pengetahuann dan teknologi yang terbatas dalam budidaya tanaman hutan (silvikultur). Indikator yang tampak adalah masih lemahnya pengetahuan terhadap benih/bibit berkualitas, pola penanaman, pemeliharaan intensif, pemilihan jenis yang berorientasi pasar, pencegahan hama dan penyakit. Polapola silvikultur yang berorientasi pada peningkatan produktivitas lahan masih sangat lemah di masyarakat. Pada dasarnya, masyarakat masih menggunakan sistemsistem pengelolaan lahan secara tradisional, sehingga optimalisasi produksi menjadi agak sulit tercapai. Padahal, disisi lain peningkatan produktivitas lahan masyarakat akan sangat mendorong atas tercapainya tujuan organisasi. 4. Peningkatan Nilai Tambah Dan Daya Saing Produk Hasil Hutan Produk hasil hutan telah memberikan konstribusi yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, namun konstribusi tersebut dapat ditingkatkan dengan memberikan input teknologi yang berfungsi meningkatkan nilai tambah dan daya saing. Sektor agribisnis kehutanan terutama yang melibatkan masyarakat harus sudah mulai mengarah tidak saja ditataran budidaya tetapi sudah harus lebih ke hilir termasuk proses produksi produk akhir dan pemasaran. 5. Kemiskinan Masyarakat Desa Sekitar Hutan Secara umum, masyarakat disekitar kawasan hutan merupakan masyarakat secara ekonomi lebih rendah dibandingkan kelompok masyarakat lain. Sebagai gambaran di Jawa Barat, jumlah penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan mencapai orang atau 11,34% dari jumlah penduduk total. Pada umumnya tingkat ekonomi penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan tergolong miskin, dimana berdasarkan data Podes tahun 2006 jumlah penduduk pra KS dan KS1 mencapai orang atau 71,65% dari total penduduk yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan hutan. Masih banyaknya masyarakat miskin yang tinggal di sekitar hutan memberikan gambaran bahwa keberadaan hutan yang selama ini dimanfaatkan ternyataa belum banyak memberikan manfaat ekonomi secara langsung terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitarnya. II 30

40 Berdasarkan uraian di atas, rekapitulasi identifikasi faktor lingkungan stategis adalah sebagai berikut: Tabel 2.13 Matrik Rekapitulasi Faktor Lingkungan Strategis INTERNAL Kekuatan 1. Komitmen Pemerintah Kabupaten yang kuat dalam pengurusan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan sebagai sektor kehutanan 2. Potensi Sumberdaya Hutan dan Lahan serta kesesuaian agroecosystem 3. Kelengkapan stakeholders yang mengurusi bidang kehutanan 4. Dukungan dana APBD dan lainya Kelemahan 1. Kapasitas kelembagaan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten 2. Keterbatasan Peran Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten 3. Sarana pelayanan dan informasi database kehutanan belum memadai Peluang EKSTERNAL 1. Peningkatan permintaan terhadap hasil hutan dan komoditas perkebunan 2. Penghargaan terhadap jasa lingkungan 3. Peningkatan nilai ekonomi produk kehutanan dan jasa lingkungan 4. Peningkatan kesadaran dan perilaku pembangunan berkelanjutan. 5. Perhatian dunia Internasional terhadap hutan tropis dan Isu lingkungan Tantangan 1. Kebijakan terkait peran dinas kehutanan dan perkebunan 2. Peningkatan produktivitas dan nilai ekonomi hutan rakyat dan hutan produksi 3. Rendahnya penguasaan masyarakat terhadap silvikultur 4. Peningkatan nilai tambah dan daya saing produk hasil hutan 5. Kemiskinan masyarakat desa sekitar hutan II 31

41 2.5 ANALISIS PILIHAHH ASUMSI STRATEGIS Analisis pilihan asumsi strategi merupakan kelanjutan analisis dari hasil identifikasi faktor lingkungan strategis. Adapun analisis pilihan asumsi strategis dilaksanakan dengan metode SWOT. Yang dimaksud dengan strategi adalah seni menggunakann kecakapan dan sumberdaya untuk mencapai sasaran. Penggunaan SWOT sangat membantu membuat pilihan strategi, identifikasi, penentuan kekuatan, memecahkan kelemahan, memanfaatkan peluang, dan menghindarkan ancaman. Strategi terpilih untuk pengelolaan kehutanan dan perkebunan di Kabupaten adalah sebagai berikut: 1. Diversifikasi budidaya tanaman hutan dan perkebunan yang menjamin optimalisasi pemanfaatan ruang tanam/lahan melalui penerapann iptek kehutanan dan perkebunan 2. Penggunaan bibit unggul bermutu, bersertifikat 3. Perbaikan peralatan produksi/mesinmesin pertanian 4. Rehabilitasi lahan kritis 5. Konservasi tanah dan air pada kawasan lindung melalui rekayasa vegetasi dan sipil teknis 6. Meningkatkan pemanfaatan jasa lingkungan 7. Pengembangan komoditas unggulan pada kawasan/serta pengembangan melalui pendekatan one village one product 8. Mengembangkan industi pengolahan pada daerah sentra produksi 9. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditas melalui sistem sertifikasi 10. Pemberdayaan petani hokum melalui pembentukan kelompok tani berbadan 11. Peningkatan sumberdaya manusia kehutanan dan perkebunan, melalui pendidikan dan pelatihan 12. Reformasi birokrasi melalui penerapan sistem manajemen mutu 13. Peningkatan kapasistas sarana dan prasarana aparatur dan penunjang kerja lainnya II 32

42 Bab 3 ISUISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI Analisis isuisu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapandilakukan tahapan yang telah sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan dan secara moral serta etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan. Isuisu strategis berdasarkan tugas dan fungsi adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi organisasi dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam jangka panjang. III 1

43 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN PELAKSANAAN TUGAS DAN FUNGSI Pelaksanaan pembangunann kehutanan dan perkebunan dipengaruhi oleh kondisi faktor internal sebagai bagian dari kewenangan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten, serta kondisi faktor ekternal sebagai bagian yang diluar kendali dinas. Berdasarkan evaluasi terhadap capaian kinerja pelayan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten masih dijumpai beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut merupakan isu strategis yang sangat penting untuk diperhatikan karena akan berdampak pada pencapaian keberhasilan sistem pengurusan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan dan perkebunan di Kabupaten. Permasalahan yang harus menjadi perhatian seluruh stakeholder yang antara lain: terlibat 1. Terjadinya penurunan daya dukung lahan sebagai akibat dari kurangnya diperhatikannya pengelolaan sumberdaya lahan yang memenuhi kaidah dan kaidah konservasi, sehingga muncul lahanlahan potensial kritis kurang produktif; 2. Skala usaha kehutanann dan perkebunan masih terbatas yang ditunjukkan dengan rendahnya luasan kepemilikan lahan petani kehutanan dan perkebunan yang dipekirakan ratarata 0,20 Ha; 2. Belum terciptanya sistem agribisnis perkebunan dan hutan rakyat yang optimal di kalangan petani rakyat baik pada sub sistem hulu (up stream), sub sistem on farm, sub sistem hilir (pengolahan dan pemasaran), maupun sub sistem penunjang (kelembagaan petani, permodalan, diklat, dan insfrastruktur) sehingga menimbulkan masalahmasalah sebagai berikut: a. Optimalisasi/manajemen pemanfaatan lahan masih terbatas sehingga masih tersedianya lahanlahan di bawah tegakan hutan yang belum dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan pendapatann petani hutan; b. Masih rendahnya diversifikasi usaha kehutanan, terutamaa dalam pengembangan hasil hutan non kayu; c. Masih belum optimalnya pengembangan industri kehutanan yang disebabkan karena kurangnya bahan baku; III 2

44 d. Masih rendahnya pemanfaatan teknologi pestisida nabati dan agensi hayati dalam pengendalian hama penyakit tanaman perkebunan; e. Belum optimalnyaa diversifikasi pengembangan usaha budidaya tanaman perkebunan; f. Penanganan kegiatan panen dan pasca panen produksi hasil perkebunan masih belum memenuhi standar baku hasil g. Kelembagaan petani kehutanan dan perkebunan belum tertata dan terbina secara baik, sehingga fungsi kelembagaan belum dapat berjalan dengan baik; d. Masih kurangnya infrastruktur kehutanan dan perkebunan; 4. Terjadinya penurunan fungsi kawasan lindung di luar kawasan hutan; 5. Belum optimalnya pengelolaan dan konservasi keanekaragamann hayati daerah 6. Masih rendahnya pemahaman tentang izin legalitas usaha perkebunan dan kehutanan serta legalitas tata usaha hasil perkebunan dan kehutanan termasuk rendahnya kesiapan dalam meghadapi sistem sertifikasi yang berlaku di bidang kehutanan maupun perkebunan 6. Masih rendahnya penghargaan terhadap kontribusi jasa lingkungann sektor kehutanan dan perkebunan, khususnya dalam menekan emisi karbon 7. Terbatasnya kewenangan pelaksanaan urusan pemerintahan sector kehutanan pada tingkat Kabupaten berdasarkan UndangUndangg No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. 3.2 TELAAHAN VISI, MISI, DAN PROGRAM KEPALA DAERAH Kepentingan penelaahan visi, misi, dan program kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih ditujukan untuk memahami arah pembangunan yang akan dilaksanakan selamaa kepemimpinan kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih dan untuk mengidentifikasi faktorfaktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah tersebut. III 3

45 Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tahun Visi Jangka Panjang Kabupaten adalah: Terwujudnya Kabupaten sebagai Daerah Agribisnis, Pariwisata, Industri yang Berwawasan Lingkungan dan Religius serta Berbudaya melalui Pembangunan berbasis Gotong Royong Pada Tahun Dengan mengacu pada visi jangka panjang tersebut, visi yang ingin diwujudkan dalam Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten , adalah "Terwujudnya Kabupaten yang Religius, Berilmu, Mandiri, Berbudaya dan Bergotong Royong". Perwujudan visi tersebut dijabarkan dalam Misi yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Mewujudkan Aparatur Pemerintah yang Cerdas, Lugas dan Terpercaya; 2. Meningkatkan Ketersediaan Infrastruktur Yang Baik dan Berwawasan Lingkungan; 3. Mewujudkan Ekonomi, Mandiri Berbasis Ekonomi, Kerakyatan dan Keunggulan Daerah; 4. Mewujudkan Sumber Daya Manusia Yang berilmu, religius dan berbudaya; 5. Mewujudkan Masyarakat dan Lingkungan Yang Serasi Bergotong Royong; Implementasi dari visi dan misi tersebut, Pemerintah Daerah Kabupaten telah menetapkann suatu arah pembangunan yaitu dalam slogan "Gerakan Pembangunan Untuk Rakyat (GAPURA)" yang meliputi: 1. GAPURA PERMATA yaitu Gerakan Pembangunan Untuk Rakyat Pemerintahan Bermartabat Tujuannya adalah (1) terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang profesional, bersih dan transparan dalam rangka meningkatkan pelayanan prima bagi masyarakat; (2) terciptanya aparatur pemerintah yang memiliki wawasan global dan mampu berperan sebagai unsur perekat antara pemerintah dan masyarakat; dan (3) terciptanya kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah dengan menurunnya persepsi korupsi dan kolusi terhadap aparatur. III 4

46 2. GAPURA INTAN yaitu Gerakan Pembangunan Untuk Rakyat Infrastruktur Berkelanjutan Tujuannya adalah meningkatkan infrastruktur berupa sistem fisik yang menyediakan transportasi, air, bangunan, dan fasilitas publik yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat secara ekonomi dan sosial, tanpa menyampingkan sistem pembangunan berwawasan lingkungan. 3. GAPURA EMAS yaitu Gerakan Pembangunan Untuk Rakyat Ekonomi Masyarakat Tujuannya adalah (1) meningkatnya perkembangan kemandirian ekonomi dibidang pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan, indutri dan kerajinan bagi masyarakat yang berlandaskan kepada ekonomi kerakatan (Koperasi); (2) meningkatnya perkembangan kemandirian ekonomi dibidang jasa bagi masyarakat yang bersumber dari sektor kepariwisataan; (3) terciptanya ketersediaan lapangan kerja serta perlindungan akan kesejahteraan dan hak azasi pekerja. 4. GAPURA PERAK yaitu Gerakan Pembangunan Untuk Rakyat Pendidikan Rakyat Tujuannya adalah (1) terwujudnya masyarakat yang unggul, mampu mensejajarkan diri dengan masyarakat yang sudah maju, berkedudukan yang sejajar dihadapan hukum; (2) terciptanya individu masyarakat yang mampu menjadi partisipasi publik dalam kebijakan pembangunan; (3) terwujudnya individu masyarakat yang berakhlakul karimah, selalu mawas diri serta senantiasa melestarikan budaya warisan para leluhurnya. 5. GAPURA SERASI yaitu Gerakan Pembangunan Untuk Rakyat Sehat, Rapi, Bersih dan Indah Tujuannya adalah (1) terciptanya masyarakat yang bersih, sehat jasmani dan rohani sehingga dapat berkarya nyata dan berprestasi dan berinovasi tiada henti; (2) meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap lingkungan dan kesehatan demi terciptanya Kabupaten yang Bersih, Sehat, Ramah Lingkungan, Rapi, dan Indah melalui kebersihan, keindahan dan kerapihan lingkungan kerja ang berdampak pada peningkatan motivasi; (3) terwujudnya Kabupaten meraih Penghargaan Adipura. Berdasarkan misi Pemerintah Kabupaten, misi ketiga dan kelima sangat berkaitan dengan tugas pokok, dan fungsi Dinas kehutanan dan Perkebunan, yaitu, Mewujudkan Ekonomi, Mandiri Berbasis Ekonomi, Kerakyatan dan Keunggulan Daerah dan Mewujudkan Masyarakat dan Lingkungan Yang Serasi Bergotong Royong. III 5

47 Untuk mencapai visi misi Kepala Daerah tersebut di atas, Dinas Kehutanan dan Perkebunan dihadapkan pada faktorfaktor penghambat, seperti terjadinya penurunan daya dukung lahan; rendahnya skala usaha, dan sistem agribisnis perkebunan dan kehutanan yang belum diterapkan secara optimal serta ancaman alih fungsi lahan. Sedangkan faktorfaktor sebagai pendorong tercapainya visi misi kepala daerah adalah kondisi iklim dan geografis yang mendukung, adanya sentrasentra komoditi unggulan yang mulai berkembang, naiknya nilai komoditas kehutanan termasuk peningkatan nilai jasa lingkungan serta terdapat beberapa komoditi perkebunan yang memiliki potensi ekspor, seperti kopi, lada, dan teh. 3.3 TELAAHAN RENSTRA KEMENTERIAN DAN PROVINSI Di samping mengacu pada visi dan isi kepala daerah, kebijakan rencana strategis Dinas Kehutanan dan Pekebunan Kabupaten mengacu kepada kepada rencana strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Pertanian (Direktorat Jenderal Perkebunan), Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat serta Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat sehingga diharapkan dapat diwujudkan Renstra Dinas yang serasi, terpadu, sinkron, dan memberikan sinergitas terhadap pencapaian tujuan pembangunan kehutanan dan perkebunan di tingkat provinsi dan pusat Telaahan Renstra Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Rencana strategis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian L/H) mengacu pada arahan Presiden Republik Indonesia tentang visi dan misi pembangunan Tahun Arahan tersebut merupakan peta jalan dalam merancang arah pembangunan, sasaran dan strategi yang akan dilaksanakan oleh Kementerian L/H. Arahan pembangunan Indonesia ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun III 6

48 Visi pembangunan nasional Tahun adalah Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong. Misi yang diemban untuk memenuhi visi yang telah dirumuskan adalah : 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandiriann ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkeseimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum; 3. Mewujudkan politik luar negeri bebasaktif dan memperkuat jati diri sebagai Negara maritim; 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdayasaing; 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; dan, 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Berangkat dari pandangan, harapan dan permasalahan yang ada, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan merumuskan tujuan pembangunann Tahun , yaitu memastikan kondisi lingkungan berada pada toleransi yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia dan sumberdaya berada rentang populasi yang aman, serta secara paralel meningkatkan kemampuan sumberdaya alam untuk memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional. Berdasarkan tujuan pembangunan tersebut, peran utama Kementerian tahun yang akan diusung, adalah : (1) Menjaga kualitas LH yang memberikan daya dukung, pengendalian pencemaran, pengelolaan DAS, keanekaragamann hayati serta pengendalian perubahan iklim; (2) Menjaga luasan dan fungsi hutan untuk menopang kehidupan, menyediakan hutan untuk kegiatan sosial, ekonomi rakyat, dan menjaga jumlah dan jenis flora dan fauna serta endangered species; (3) memelihara kualitas lingkungan hidup, menjagaa hutan, dan merawat keseimbangann ekosistem dan keberadaan sumberdaya. Sasaran strategis pembangunan Lingkungan Hidup dan Kehutanann Tahun adalah 1. Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat, dengan indikator III 7

49 kinerja Indeks Kualitas Lingkungan Hidup berada pada kisaran 66,568,6, angka pada tahun 2014 sebesar 63,42. Anasir utama pembangun dari besarnya indeks ini yang akan ditangani, yaitu air, udara dan tutupan hutan; 2. Memanfaatkan potensi Sumberdaya hutan dan lingkungan hutan secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadailan, dengan indikator kinerja peningkatan kontribusi SDH dan LH terhadap devisa dan PNBP. Komponen pengungkit yang akan ditangani yaitu produksi hasil hutan, baik kayu maupun non kayu (termasuk tumbuhan dan satwa liar) dan eksport; dan, 3. Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan SDA sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, dengan indikator kinerja derajat keberfungsian ekosistem meningkat setiap tahun. Kinerja ini merupakan agregasi berbagai penanda (penurunan jumlah hotpsot kebakaran hutan dan lahan, peningkatann populasi spesies terancam punah, peningkatan kawasan ekosistem esensial yang dikelola oleh para pihak, penurunan konsumsi bahan perisak ozon, dan lainlain). Untuk memastikan pencapaian sasaran strategis tahun Kementerian Linkungan Hidup dan Kehutanan menguraikan langkahlangkah pencapaiannya di setiap program yang relevan, sebagai sasaran program, sedemikian rupa sehingga seluruh program memiliki kontribusi yang relevan terhadap pencapaian sasaran strategis. Termasuk di dalamnya adalah peningkatan tata kelola pengurusan lingkungan hidup dan kehutanan, yang disadari merupakan komponen penting dalam pencapaian sasaran dan kinerja pembangunan. Sasaran strategis, indikator, program dan indikator kinerja program disajikan pada Tabel 3.1. III 8

50 Tabel 31. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja, Sasaran Program dan Indikator Kinerja Program Kementerian LH/K SASARAN STRATEGIS Menjaga kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan daya dukung lingkungan, ketahanan air dan kesehatan masyarakat Memanfaatkan potensi sumberdaya hutan dan lingkungan hidup secara lestari untuk meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan INDIKATOR KINERJA Indeks kualitas lingkungan hidup berada pada kisaran 66,5 68,5 Peningkatan kontribusi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan Hidup terhadap penerimaan devisa dan PNBP sebagai masukan SASARAN PROGRAM Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Meningkatnya tutupan hutan di hutan lindung dan lahan INDIKATOR KINERJA PROGRAM Luas tutupan hutan lindung dan lahan meningkat setiap tahun Meningkatnya kesehatan DAS Kualitas DAS prioritas meningkat prioritas setiap tahun Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan Meningkatnya tutupan hutan di Luas restorasi ekosistem di hutan hutan produksi produksi meningkat setiap tahun Pengendalian Perubahan Iklim Meningkatnya efektifitas adaptasi Persentase penurunan emisi GRK dari dan mitigasi perubahan iklim sektor kehutanan, gambut dan limbah sebesar 21,7% Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan (P7) Meningkatnya penanganan Persentase penanganan kasus pengaduan, penyelesaian sengketa pengaduan, penyelesaian sengketa dan penegakan hukum dan penegakan hukum meningkat setiap tahun Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tersedianya iptek bidang Jumlah paket iptek untuk lingkungan hidup dan kehutanan mendukung peningkatan kualitas yang mendukung pencapaian lingkungan hidup meningkat setiap kualitas lingkungan hidup tahun Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Meningkatnya kualitas udara Indeks kualitas udara meningkat menjadi 84 di tahun 2019 Meningkatnya kualitas air Indeks kualitas air meningkat menjadi 55 di tahun 2019 Meningkatnya kualitas tutupan Indeks tutupan lahan meningkat lahan menjadi 62 di tahun 2019 Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Meningkatnya kesehatan Jumlah bahan berbahaya dan masyarakat dan kualitas beracun yang dikelola sebesar 3 juta lingkungan dengan berkurangnya ton selama 5 tahun risiko akibat paparan B3, limbah Jumlah limbah bahan berbahaya dan B3, dan sampah beracun yang dikelola sebesar ton dalam 5 tahun Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem Meningkatnya penerimaan devisa Sumbangan hutan konservasi pada dan PNBP dari pemanfaatan jasa devisa dan penerimaan negara lingkungan kawasan konservasi (termasuk industri) meningkat setiap dan keanekaragaman hayati tahun Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Meningkatnya sumbangan hutan Sumbangan hutan lindung (dan lindung (dan industri) pada devisa industri) pada devisa dan penerimaan dan penerimaan negara negara meningkat setiap tahun Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan Meningkatnya sumbangan hutan Sumbangan hutan produksi produksi (termasuk industri) pada (termasuk industri) pada devisa dan III 9

51 SASARAN STRATEGIS Melestarikan keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati serta keberadaan sumberdaya alam sebagai sistem penyangga kehidupan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (S3) INDIKATOR KINERJA terhadap PDB Nasional SASARAN PROGRAM devisa dan penerimaan negara INDIKATOR KINERJA PROGRAM penerimaan negara meningkat setiap tahun Peningkatan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Meningkatnya daya saing SDM Jumlah SDM lingkungan hidup dan lingkungan hidup dan kehutanan kehutanan yang meningkat untuk mendukung peningkatan kompetensinya bertambah setiap devisa dan penerimaan tahun untuk mendukung peningkatan devisa dan penerimaan negara Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tersedianya iptek bidang Jumlah paket iptek untuk lingkungan hidup dan kehutanan mendukung peningkatan kontribusi yang mendukung pencapaian pada hutan dan lingkungan hidup pada devisa dan penerimaan negara devisa dan penerimaan negara (S2.P8) meningkat setiap tahun Derajat Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistem keberfungsiann Meningkatnya efektivitas Indeks efektifitas pengelolaan ekosistem pengelolaan hutan konservasi dan kawasan konservasi meningkat setiap upaya konservasi keanekaragaman tahun meningkat hayati Populasi spesiess terancam punah setiap tahun meningkat setiap tahun Pengendalian DAS dan Hutan Lindung Meningkatnya pengelolaan hutan Jumlah unit pengelolaan hutan lindung di tingkat tapak dan hutan lindung yang beroperasi meningkat rakyat setiap tahun Persentase pemenuhan kayu bulat dari hutan rakyat meningkat setiap tahun Pengelolaan Hutan Produksi Lestari dan Usaha Kehutanan Meningkatnya pengelolaan hutan Jumlah unit pengelolaan hutan Produksi di tingkat tapak secara produksi yang beroperasi meningkat lestari setiap tahun Jumlah unit pemanfaatan di hutan produksi yang bersertifikat PHPL meningkat setiap tahun Perhutanan sosial dan Kemitraan Lingkungan Meningkatnya akses pengelolaan Luas hutan yang dikelola masyarakat hutan oleh masyarakat meningkat setiap tahun Meningkatnya upaya penyelesaian Luas hutan yang diselesaikan konflik dan tenurial di kawasan konfliknya meningkat setiap tahun hutan Meningkatnya Perilaku Peduli Jumlah role model peduli lingkungan Lingkungan dan Kehutanan hidup dan kehutanan meningkat setiap tahun Peningkatan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Meningkatnya daya saing SDM Jumlah SDM lingkungan hidup dan lingkungan hidup dan kehutanan kehutanan yang meningkat mendukung peningkatan kompetensinya bertambah setiap keseimbangan ekosistem tahun untuk mendukung peningkatan keseimbangan ekosistem Pengendalian perubahan iklim Menurunnya luas areal kebakaran Luas areal kebakaran hutan dan hutan lahan menurun setiap tahun Meningkatnya wilayah yang Jumlah wilayah yang memiliki memiliki kapasitas adaptasi kapasitas adaptasi perubahan iklim perubahan iklim meningkat setiap tahun Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan III 10

52 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA SASARAN PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM Meningkatnya pencegahan dan Luas hutan yang dapat pengamanan hutan dipertahankan dari gangguan keamanan hutan meningkat setiap tahun Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tersedianya iptek bidang Jumlah paket iptek untuk lingkungan hidup dan kehutanan mendukung peningkatan kontribusi yang mendukung keseimbangan hutan dan lingkungan hidup untuk ekosistem mendukung keseimbangan ekosistem Planologi dan Tata Lingkungan Seluruh kawasan hutan diakui Seluruh kawasan hutan ditetapkan secara legal dan aktual sebagai kawasan hutan) Jumlah konflik di dalam kawasan hutan turun setiap tahun Tersedianya data dan informasi Seluruh SDH di up date di seluruh SDH KPH setiap tahun Terkendalinya penggunaan Persentase optimalisasi penatagunaan kawasan hutan kawasan hutan mendukung ketahanan pangan, energi dan air sebesar 100% Meningkatnya upaya pencegahan Seluruh pencegahan dampak dampak lingkungan terhadap lingkungan terhadap kebijakan kebijakan wilayah dan sektor serta wilayah dan sektor usaha dan usaha dan kegiatan untuk menjaga kegiatan daya dukung dan daya tampung Tersedianya data dan informasi Seluruh SDH di up date di seluruh SDH KPH setiap tahun Terkendalinya penggunaan Persentase optimalisasi penatagunaan kawasan hutan kawasan hutan mendukung ketahanan pangan, energi dan air sebesar 100% Meningkatnya upaya pencegahan Seluruh pencegahan dampak dampak lingkungan terhadap lingkungan terhadap kebijakan kebijakan wilayah dan sektor serta wilayah dan sektor usaha dan usaha dan kegiatan untuk menjaga kegiatan daya dukung dan daya tampung Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Menurunnya beban pencemaran Kualitas pesisir dan laut meningkat dan tingkat kerusakan wilayah setiap tahun pesisir dan laut Meningkatnya kualitas pengelolaan Luas lahan gambut terdegradasi yang lahan gambut dipulihkan meningkat setiap tahun Berdasarkan telaahan restra Kementerian LH/K, beberapa isu strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten memiliki kesesuaian, sinkron dengan Renstra Kementerian LH/K sehingga diharapkan tujuan, sasaran dan program yang disusun dalam renstra kabupaten memberikan sinergitas terhadap pencapaian tujuan pembangunan kehutanan Kementeriann LH/K. Beberapa isu strategis tersebut misalnya: 1. Meningkatnya kualitas utupan lahan 2. Meningkatnya efektifitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim III 11

53 3. Meningkatnya penerimaan devisa dan PNBP dari pemanfaatan jasa lingkungan kawasan konservasi dan keanekaragaman hayati 4. Meningkatnya pengelolaan hutan rakyat lestari 5. Meningkatnya pengelolaan usaha kehutanan Telaahan Renstra Kementerian Pertanian ( cq. Direktorat Jenderal Perkebunan) Rencana strategis Direktorat Jenderal Perkebunan tahun diprioritaskan dalam rangka pencapaian agenda prioritas NAWACITA dan sasaran strategis Kementerian Pertanian. Dalam rangka mendukung kebijakan tersebut Direktorat Jenderal Perkebunan menetapkan arah kebijakan sebagai dasar pelaksanaan strategi, program dan kegiatan. Arah kebijakan terdiri dari arah kebijakan umum dan arah kebijakan khusus. Arah kebijakan umum ditetapkan untuk mendukung peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan berkelanjutan. Arah kebijakan umum terdiri dari: 1. Pengembangan komoditas perkebunan strategis 2. Pengembangan kawasan berbasis komoditas unggulan perkebunann 3. Pengembangan sumber daya insani (SDI) perkebunan 4. Penguatan kelembagaan pekebun dan kemitraan usaha perkebunann 5. Pengembangan dan penguatan sistem pembiayaan perkebunan 6. Pengembangan saranaa prasarana dan infrastruktur pendukung usaha agrabisnis perkebunann 7. Perlindungan, pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan lingkungan hidup 8. Peningkatan upaya adaptasi, mitigasi bencana, perubahan iklim dan perlindungan Perkebunan 9. Dukungan pengelolaan dan pelaksanaan program tematik pembangunanperkebunan Sementara itu arah kebijakan khusus, ditetapkan dalam rangka mendukung 6 sasaran strategis kementerian Pertanian. Arah kebijakan khusus adalah: 1. Pemenuhan penyediaan bahan baku tebu dalam rangka peningkatan produksi gula nasional III 12

54 2. Peningkatan diversifikasi pangan berbasis komoditas perkebunan 3. Peningkatan komoditas perkebunan bernilai tambah dan berorientasi ekspor dalam mewujudkan dayab saing sub sektor perkebunan 4. Pemenuhan penyediaan bahan baku bioenergy pengembangan fondasi pertanian bioindustry 5. Akuntibilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik 6. Peningkatan pendapatan keluarga pekebun Visi, Misi Dan Tujuan Direktorat Jenderal Perkebunan Tahun Menjadi direktorat Jenderal yang profesional dalam mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman perkebunan secara optimal, berdaya saing dan bernilai tambah tinggi untuk kesejateraan pekebun dan memperkokoh fondasi sistem pertanian bioindustry berkelanjutan MISI 1. Mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tanaman semusim, tanaman tahunan, dan tanaman rempah penyegar secara berkelanjutan 2. Mewujudkan integrasi antar pelaku usaha budidaya tanaman perkebukan dengan pendekatan kawasan 3. Mendorong upayan penerapan budidaya tanaman perkebunan dengan baik dan berwawasan lingkungan 4. Mendorong upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan kelembagaan petani 5. Mewujudkan peningkatan penyedian teknologi dan penerapann pasca panen tanaman perkebunan secara berkelanjutan 6. Mewujudkan sistem perlindungan perkebunan dan penangan dampak perubahan iklimyang terpadu, terintegrasi dan berkelanjutan 7. Menyediakan fasilitasii bimbingan dan penangan usaha perkebunan berkelanjutan serta penanganan ganguan usaha dan konflik perkebunan 8. Mewujudkan pelayanann prima dan berkualitas di bidang manajemen dan ksekretariatan 9. Mewujudkan sistem pertanian bioindustri berbasis pengembangan komoditas perkebunann III 13

55 Berdasarkan Agenda Prioritas NAWACITA, ditetapkan kegiatan prioritas perkebunan, yaitu sebagai berikut:: 1. Pegembangan desa pertanian organic berbasis komoditas perkebunan 2. Perluasan areal perkebunan di lahan kering 3. Pengembangan food estate 4. Pengembangan kelapa sawit di wilayah perbatasan 5. Pengembangan tebu dan inisiasi pembangunan pabrik gula baru 6. Integrasi perkebunan dengan ternak sapi di lahan perkebunan kelapa sawit dan integrasi tanaman pangan di lahan perkebunan Berdasarkan telaahan restra Direktorat Jenderal Perkebunan, beberapa isu strategis Dinas Kehutanann dan Perkebunan Kabupaten memiliki kesesuaian, sinkron dengan Renstra tersebut sehingga diharapkan tujuan, sasaran dan program yang disusun dalam renstra kabupaten memberikan sinergitas terhadap pencapaian tujuan pembangunan kehutanan Kementerian LH/K. Beberapa isu strategis tersebut misalnya: 1. Peningkatan produksi dan produktivitas 2. Pertanian organik (bio pestisida dan pengendalian hayati) berbasis komoditas perkebunann 3. Penguatan kelembagaan petani 4. Diversifikasi usaha vudidaya perkebunan terintegrasi Telaahan Renstra Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Isu kehutanan Provinsi Jawa Barat mengacu pada Rencana Kehutanan Tingkat Provinsi Jawa Barat lebih diarahkan pada 3 (tiga) aspek, yakni: 1). Meningkatkan tutupan hutan di dalam maupun di luar kawasan hutan; 2). Meningkatkan efisiensi BUMN Kehutanan (Perum Perhutani); serta 3). Pengembangan industri kehutanan berbasis hutan rakyat dan peningkatan nilai tambah hasil hutan. Ketiga aspek tersebut telah diekstrak dari kebijakan nasional serta permasalahanpermasalahan dalam pengelolaan hutan dan kehutanan sebagai berikut: 1. Tekanan penduduk terhadap kawasan dan koflik penggunaan kawasan masih sangat tinggi. III 14

56 2. Rendahnya pengetahuan, keterampilan, dan daya beli masyarakat sekitar hutan. 3. Kondisi kekritisan DAS prioritas dan sebaran lahan kritis masih luas hampir di seluruh wilayah Jawa Barat. 4. Persepsi, motivasi dan partisipasi keswadayaan kesadaran lingkungan pemangku kepentingan masih rendah. 5. Belum optimalnya promosi, investasi dan regulasi kehutanan dalam pengelolaan dan pemanfaatan SDH. 6. Masih lemahnya koordinasi dan sinergitas kelembagaan pemangku kepentingan pengelolaann hutan. 7. Belum optimalnya penerimaan bukan pajak termasuk jasa lingkungan sektor kehutanan. 8. Masih terjadinya pencurian hasil hutan, illegal logging dan gangguan keamanan hutan lainnya. 9. Belum terciptanya sistem informasi yang berkualitas. 10. Peran kelembagaan pengelolaan kawasan hutan dan kawasan lindung belum optimal. Berdasarkan identifikasi permasalahan dalam pengelolaan hutan dan pembagunan kehutanan terdapat masalahmasalah pokok yang menjadi isuisu strategis kehutanan di Provinsi Jawa Barat, antara lain : 1. Kepemilikan lahan ±0,,15 Ha/KK, menyebabkan taraf hidup masyarakat petani yang umumnya berdomisili disekitar hutan belum sejahtera, sehingga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap keutuhan dan kelestarian hutan. 2. Selama ini pemanfaatann hutan difokuskan hanya pada hasil hutan kayu, sedangkan jasa lingkungan yang justru memberikan nilai ekonomi cukup besar belum dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya. 3. Kesenjangan bahan baku kayu merupakan masalah besar yang akan sangat berpengaruh terhadap kelestarian sumber daya hutan. Kekurangann bahan baku untuk industri pengolahan kayu telah mendorong meningkatnya gangguan keamanan hutan dalam bentuk perambahan dan penjarahan hutan serta peredaran kayu ilegal. Sementara itu upaya pengembangan III 15

57 sumber bahan baku belum dapat diandalkan, karena hutan rakyat sebagai alternatif belum mampu menghasilkan kayu secara optimal. 4. Masih terjadinya konflikk pemanfaatan kawasan hutan antara pemerintah dengan masyarakat yang disebabkan belum jelasnya status dan fungsi sebagian kawasan akibat belum selesainya proses pengukuhan hutan, khususnya pada kawasankawasan konservasi berakibat pengamanan kawasan semakin berat. 5. Proses degradasi hutan masih terus berlangsung hampir pada semua kawasan hutan baik hutan produksi, hutan lindung, maupun hutan konservasi. Hal ini berakibat pada semakin luasnya kerusakan hutan dan terganggunya fungsi hutan. Degradasi terjadi pula pada lahanlahann diluar kawasan hutan sehingga secara kumulatif akan berakibat pada semakin kritisnya kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS). 6. Sistem kelembagaan yang belum mantap menyebabkan pengelolaann hutan di Jawa Barat belum optimal. Belum disepakatinya batasan kewenangan yang jelas dan tata hubungan kerja yang masih rancu merupakan kendala organisasi yang menghambat upaya pengelolaan hutan yang optimal. Berdasarkan analisis isu strategis, dan analisis kekuatan,kelemahan, peluang dan acamana, Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat menetapkan visi pembangunan kehutatan Tahun adalah sebagai berikut: HUTAN LESTARI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Penetapan Visi tersebut diatas dilandasi pengertian Pengelolaan Hutan Lestari sebagai pengertian yang utuh pengelolaan/pembangunan kehutanan berkelanjutan menuju hutan lestari. Realitanya memang sangat sulit dapat diwujudkan dalam lima tahun kedepan, akan tetapi proses ke arah tersebut harus tetap dilakukan dengan keyakinan bahwa keberadaan hutan di Jawa Barat harus tetap lestari sepanjang jaman mengingat fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan, pada titik akhirnya keinginan adanya Hutan Lestari benarbenar diwujudkan. Dalam prosesnya hutan sebagai objek tentu tidak dengan sendirinya dapat lestari tanpa campur tangan manusia sebagai subyek pengelolanya atau pengambil manfaat. Artinya dalam proses menjadikan Hutan lestari, maka pengelolaan menjadi salah satu unsur yang menjadi starting point mencapai III 16

58 hutan lestari. Pengelolaan hutan yang bijaksana untuk mendapatkan manfaat pembangunan berkelanjutan menjadi pokok penunjang dalam proses terciptanya fungsi hutan sesuai daya dukungnya. Degradasi hutan akibat ulah manusia baik langsung maupun tidak langsung harus diakui sebagai imbas dari pengelolaan hutan yang kurang bijaksana sehingga paradigma pengelolaan hutan harus terus diperbaiki secara berkeadilan. Kerja keras dan dukungan partisipasi semua pihak yang peduli akan pentingnya keberadaan hutan menjadi modal yang sangat besar untuk mewujudkan Visi yang telah ditetapkan. Dengan memperhatikan isuisu strategis yang melatarbelakangi penetapan Visi Dinas Kehutanan Provinsii Jawa Barat, maka untuk dapat mewujudkan peningkatan implementasi pengelolaan hutan menuju hutan lestari, maka Meningkatkan Kemantapan Kawasan Hutan dan Keberlangsungan Fungsi Kawasan Lindung akan menjadi Misi pertama dengan sasaran yang ingin dicapai adalah mewujudkan kawasan hutan yang mantap, terkendalinya gangguan keamanan hutan, meningkatkan kualitas pengelolaan kawasan lindung, meningkatkan kualitas konservasi keanekaragaman hayati dan menurunnya luas lahan kritis dikawasan lindung nonhutan. Pengembangan perekonomian regional berbasis potensi lokal diperlukan dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan yang pada umumnya berada di sekitar kawasan hutan. Untuk mendukungnya adalah dengan mengarahkan Misi kedua yaitu : Optimalisasi Pemanfaatan Hasil Hutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat dengan sasaran : meningkatnya produksi dan pengolahan hasil hutan, meningkatnya pemanfaatan jasa lingkungan dan wisata, meningkatnya peran masyarakat sekitar hutan dalam pengelolaan hutan dan berkembangnya kelompokk aneka usaha kehutanan. Misi kedua ini dilatarbelakangi oleh fakta bahwa dengan kepemilikan lahan oleh petani sangat rendah ( ± 0,15 Ha /KK/ 5 Jiwa) maka akan sangat sulit untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat apabila masyarakat tidak dilibatkan dalam pengelolaan hutan. Memberikan akses kepada masyarakat secara luas dalam pembangunan kehutanan dan memberikan kesempatan berusaha bidang kehutanan tanpa mengganggu kawasan hutan merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kesenjangan pendapatan masyarakat. Pembangunan kehutanan dengan melibatkan secara aktif masyarakat III 17

59 disekitarnya tidak terlepas dari peran penyuluh kehutanan di lapangan. Penyuluhan yang lebih intensif dan pengenalan inovasi baru dalam pengelolaan hutan partisipatif akan menjadi fokus arah pembangunan kehutanan di masa yang akan datang dengan demikian perlu dilakukan revitalisasi penyuluhan kehutanan dalam pencapaian misi ini. Kelestarian sumberdaya hutan dapat terjaga apabila tekanan gangguan keamanann dapat ditanggulangi dan pengelolaan dapat dijalankan secara berkeadilan, untuk mewujudkannya diperlukan upayaupaya semua pihak secara terpadu sehingga untuk mewujudkannya perlu : Meningkatkan Pelayanann Publik Dan Aparatur yang merupakan Misi ketiga dengan sasaran : terpenuhinya informasi kehutanan yang berkualitas dan terpenuhinya sarana prasarana dan kebutuhan administratif aparatur. Dalam rangka mencapai Misi dan memperhatikan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang dihadapi, maka perlu dirumuskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dimasa yang akan datang. Penetapan tujuan dimaksudkan untuk menentukan arah sasaran dan kebijaksanaan yang akan diambil serta programprogram pembangunan dan penjabaran kedalam kegiatankegiatan. Tujuan dan sasaran dari masingmasing Misi dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut : Misi 1: Meningkatkan Kemantapan Kawasan Hutan dan Keberlangsungan Fungsi Kawasan Lindung Tujuan : 1. Meningkatkan Kualitas Kawasan Lindung 2. Menurunkan Luas Lahan Kritis 3. Meningkatkan Kualitas Konservasi Keanekaragaman Hayati 4. Meningkatkan Kualitas Ekosistem Pesisir dan Laut Sasaran : 1. Terwujudnya Fungsi Kawasan Lindung 45 % 2. Terlaksananya Rehabilitasi Lahan Kritis pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Prioritas (di dalam dan di luar kawasan hutan) 3. Meningkatnya upaya perlindungan keanekaragaman hayati 4. Terlaksananya Rehabilitasi Hutan Mangrove dan Hutan Pantai III 18

60 Misi 2 : Optimalisasi Pemanfaatan Hasil Hutan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Tujuan : 1. Mengoptimalkan Produksi dan Pemanfaatan Hasil Hutan 2. Mendorong Peningkatan Perekonomian Masyarakat Sasaran : 1. Meningkatnya Pemanfaatan Hasil Hutan 2. Meningkatnya Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata 3. Meningkatnya Peran Serta Masyarakat Sekitar Hutan dan di Kawasan Lindung 4. Menciptakan Wirausahawan Baru Misi 3: Meningkatkan Pelayanan Publik dan Aparatur Tujuan : 1. Meningkatnya Layanann Dasar Kepada Masyarakat dan Instansi Lain 2. Meningkatnya Layanann Dasar Dalam Menunjang Kinerja Aparatur Dinas Kehutanan. Sasaran : 1. Terpenuhinya Informasi Kehutanan yang Berkualitas 2. Terpenuhinya Sarana Prasarana dan Kebutuhan Administratif Aparatur Berdasarkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya serta memperhatikan kekuatan/kelemahan yang dimiliki dan peluang/ancaman yang ada, selanjutnya dirumuskan strategi pembangunan kehutanan dalam periode lima tahun mendatang. Strategi merupakan cara untuk mencapai sasaran secara nyata yang menuntun pada pencapaiann tujuan dan misi organisasi. Strategi yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut : 1. Pemantapan kawasan dan pengelolaan informasi kehutanan. 2. Rehabilitasi dan konservasi sumber daya hutan dan ekosistemnya. 3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat desa hutan. 4. Revitalisasi pengelolaan sumber daya hutan dan pemberantasann illegal logging. 5. Pemantapan kelembagaan pengelolaan kawasan hutan dan kawasan lindung. III 19

61 Untuk mencapai Tujuan dan Sasaran setiap Misi maka ditetapkan Kebijakan Strategis sebagai berikut : 1. Sinergitas perencanaan dan program melalui perwujudan Kesamaan persepsi pemantapan kawasan hutan dan kawasan lindung didukung dengan transparansi informasi yang berkualitas. 2. Meningkatkan rehabilitasi lahan dan kawasan konservasi. 3. Penegakan hukum dalam bidang kehutanan. 4. Revitalisasi pengelolaann sumber daya hutan dan lahan serta industri hasil hutan serta tertib penatausahaan hasil hutan. 5. Peningkatan kapasitas sekitar hutan. pemberdayaan ekonomi dan kemitraan masyarakat 6. Penyediaan SDM, sarana prasarana, dan pembiayaan pembangunan kehutanan 7. Sinergitas fungsi kelembagaan pengelolaan hutan dan kawasan lindung. Berdasarkan telaahan terhadap Renstra Dinas Kehutanan Jawa Barat, isu strategis pembangunan kehutanan Jawa Barat memiliki banyak kesamaaan dengan kondisi pengelolaan sumberdaya kehutanan di Kabupaten. Oleh karena itu pembangunan kehutanan baik pada tingkat provinsi maupun kabupaten akan bersifat sinergi dan mendukung tercapaiannya pembangunan kehutanan secara umum di Jawa Barat maaupun di tingkat Kabupaten Telaahan Renstra Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat Visi Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat adalah " Akselerator Terwujudnya Agribisnis Perkebunan Jawa Barat yang Maju, Sejahtera dan Berdaya Saing". Berdasarkan visii tersebut, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa barat tenetapkan misi pembangunan perkebunan dan dengan memperhatikan analisis lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang dihadapi, maka dirumuskan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dimasa yang akan datang. Penetapan tujuan dimaksudkan untuk menentukan arah sasaran dan kebijaksanaan yang akan diambil serta programprogram pembangunan dan penjabaran kedalam kegiatankegiatan. Tujuan dan sasaran dari masing masing Misi dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut: III 20

62 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Gambar 3.1. Uraian Misi, Tujuan, Sasaran dan Kebijakan Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat III 21

63 3.4 TELAAHAN TATA RUANG WILAYAH KABUATEN SUBANG Kebijakan penataan ruang wilayah Kabupaten, yang berkaitan dengann sektor kehutanan dan sub sektor perkebunan, antara lain: a. Pengembangan sistem dan sarana prasarana agribisnis; b. Pemantapan fungsi kawasan lindung; c. Pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdaya alam; dan Strategi pengembangan sistem dan sarana prasarana agribisnis sebagaimana dimaksud kebijakan penataan ruang di atas, meliputi: a. mengembangkan kawasan agropolitan dan minapolitan; b. mendorong investasi di bidang agribisnis; c. mengembangkan sistem informasi pasar dan komoditas; d. menetapkan kesesuaian dan produktivitas lahan budidaya pertanian; dan e. mengembangkan saranaa prasarana kegiatan agribisnis. Strategi pemantapan fungsi kawasan lindung, meliputi: a. mengendalikan kegiatan budidaya di atas kawasan lindung yang mengganggu fungsi lindung; b. memulihkan bagian kawasan lindung yang telah mengalami kerusakan; c. meningkatan pengelolaann hutan bersama masyarakat; dan d. menetapkan deliniasi daerah sempadan sungai dan situ. Strategi pengoptimalan potensi lahan budidaya dan sumberdayaa alam, meliputi: a. meningkatkan prasaranaa jaringan transportasi; b. mengembangkan perekonomian pada kawasan budidaya wilayah tertinggal; c. meningkatkan akses kawasan budidaya ke jaringan jalan arteri dan jalan kolektor; d. mengembangkan saranaa dan jaringan prasarana wilayah pendukung; dan e. meningkatkan produktivitas dan komoditas unggulan. Berdasarkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten, terbagi menjadi: a. Kawasan lindung; dan b. Kawasan budidaya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan dan nilai sejarah serta budaya bangsa, guna kepentingan pembangunan berkelanjutan, meliputi: III 22

64 a. Kawasan hutan lindung; Kawasan hutan lindung di Kabupaten luasnya kurang lebih hektar b. Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya merupakan kawasan berupa kawasan resapan air, di Kabupaten luasnya kurang lebih hektar c. Kawasan perlindungan setempat; Kawasan perlindungan setempat yang dimaksud, meliputi: a) kawasan sempadan pantai; b) kawasan sempadan sungai; c) kawasan sekitar danau atau waduk; dan d) kawasan ruang terbuka hijau perkotaan. e) kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, meliputi: a. kawasan cagar alam; b. kawasan pantai berhutan mangrove; c. kawasan taman wisata alam; dan b) kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan c) kawasan rawan bencana alam; d) kawasan lindung geologi; dan e) kawasan lindung lainnya. Kawasan Budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan budidaya yang merupakan wilayah pengembangan budidaya kehutanan dan perkebunan, meliputi: 1. kawasan peruntukan hutan produksi; 2. kawasan peruntukan hutan rakyat; 3. kawasan peruntukan pertanian khususnya perkebunan. III 23

65 3.5 PENENTUAN ISUISU STRATEGIS Isuisu strategis sektor kehutanan dan perkebunan Kabupaten merupakan informasi yang sangat penting dan berpengaruh terhadap pengelolaan sumberdaya hutan dan perkebunan. Nilai kepentingan isi strategis adalah isuisu yang berkembang saat ini merupakan dasar yang menjadi pertimbangan dalam menyusun rencana pengurusan, pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan dan perkebunan. Beberapa isu strategis yang menjadi perhatian Dinas Kehutanan dan Perkebunan dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan kehutanan dan perkebunan di Kabupaten, antara lain: 1. Kerusakan lingkungan terutama berkaitan dengan perubahan iklim, yang sangat erat hubungannya dengan pengelolaan hutan dan sumberdaya lahan, selain dampak yang lainnya seperti banjir, kekeringan dan erosi; 2. Terjadinya degradasi fungsi lahan yang menyebabkan munculnya lahanlahan potensial kritis; 3. Rendahnya tingkat produksi dan produktifitas budidaya tanaman kehutanan dan perkebunan, yang dikhawtirkan akan mendorong terjadinya alih fungsi lahan dan tanaman; 4. Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan dan perkebunan; 5. Belum optimalnya pemanfaatan lahan kehutanan dan perkebunan, sehingga mengakibatkann pendapatan petani rendah; 6. Diversifikasi usaha kehutanan dan perkebunan belum dilaksanakann dengan baik dan terintegrasi usaha budidaya pertanian lainnya; 7. Kelembagaan petani dan usaha perijinan usaha kehutanan dan perkebunan belum tertata dengan baik. 8. Belum optimalnya pemanfaatan jasa lingkungan 9. Perubahan kebijakan politik yang mengakibatkan perubahan kewenangan pelaksanaan urusan pemerintahan sektor kehutanan pada tingkat Kabupaten berdasarkan UndangUndang No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah III 24

66 III 25

67 Bab 4 VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 VISI DAN MISI Visi Dalam rangka mendukung visi Pembangunan Kabupaten Periode , yaitu "Terwujudnya Kabupaten yang Religius, Berilmu, Mandiri, Berbudaya dan Bergotong Royong" maka Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahu menetapkan visi yaitu Terwujudnya Pembangunan Kehutanan dan Perkebunan Yang berwawawasan Lingkungan Untuk Mendukung Kemandirian Masyarakat Berbasis Gotong Royong IV 1

68 Perwujudan dari visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan tersebut dijabarkan kedalam kisikisi perumusan visi yang memuat maknamakna dari visi itu sendiri. Kisikisi perumusan visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 KisiKisi Perumusn Visi Dinas Kehutanan dan Perkebunan No PokokPokok Visi Makna Visi 1 Pembangunan Berwawasan Pembangunan kehutanan dan perkebunan Lingkungan senantiasa dilakukan dengan menyeleraskan dan mempertimbangankan kelayakan lingkungan biofisik, kelayakan ekonomi, kelayakan sosial, dan keberlanjutan pengelolaan sumberdaya hutan dan perkebunan 2 Kemandirian 3 Gotong royong Mewujudkan peningkatan pendapatann pelaku usaha/petani hutan dan kebun sehingga mampu memenuhi segala kebutuhannya secaraa mandiri melalui penerapan budidaya dan pasca panen tanaman kehutanan dan perkebunan yang baik berbasis pembangunan berwawasan lingkungan Pembangunan kehutanan dan perkebunan dilandasi oleh kearifan lokal masyarakat yang mengedepankan bentuk solidaritas sosial dalam mengerjakan sesuatu secara bersama sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan Misi Bedasarkan visi pembangunan kehutanan dan perkebunan ditetapkan misi pembangunan Dinas Kehutanan dan perkebunan Kabupaten sebagai berikut: 1. Mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tamanan hutan dan tanaman perkebunann semusim serta tanaman perkebunan tahunan secara berkelanjutan 2. Menciptakan Kondisi Daya Dukung Lahan yang Lestari; IV 2

69 3. Mewujudkan Pengembangan Komoditas Unggulan Kehutanan dan Perkebunan dan peningkatan nilai tambahnya yang memiliki daya saing yang tinggi 4. Menciptakan upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan kelembagaan petani 5. Mewujudkan pelayanan prima aparatur pemerintahan yang memiliki Integritas dan Kompetensi dibidangnya; 4.2 TUJUAN DAN SASARAN Berdasarkan visi dan misii Dinas Kehutanan dan Perkebunan, ditetapkan tujuan dan sasaran pembangunan kehutanan dan Perkebunan padaa Dinas Kehutanan dan Perkebunan, meliputi: Misi 1 : Mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tamanan hutan dan tanaman perkebunan semusim serta tanaman perkebunan tahunan secara berkelanjutan; Tujuan Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman kehutanan dan perkebunan melalui intensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan bibit unggul, bermutu, bersertfikat, sarana produksi dan mesinmesin pertanian serta pembangunan sumbersumber benih sehingga terwujud kemampuan penyedian benih unggul mandiri Sasaran Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman Misi 2 : Meningkatkan perlindungan sumberdaya lahan dan manfaat jasa lingkungan Tujuan Mempertahankan dan meningkatnya kualitas lahan untuk memulihkan daya dukung lahan dalam upayaa peningkatan produksi, daya dukung daerah aliran sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat jasa lingkungannya. IV 3

70 Sasaran: 1. Penanganan pengelolaan lahan kritis 2. Pelestarian fungsi kawasan lindung; 3. Peningkatan jasa lingkungan sumberdaya hutan dan perkebunan. Misi 3 : Mewujudkan Pengembangan Komoditas Unggulan Kehutanan dan Perkebunan dan nilai tambahnya yang memiliki daya saing yang tinggi Tujuan Mewujudkan pengembangan komoditas unggulan pada lahanlahan eksisting sesuai potensi kearifan lokal melalui pendekatan kawasan dan kesiapan daerah pengembangan dan layak secara ekonomis, biofisik, dan social, serta peningkatan nilai tambah komoditas melalui penanganan pasca panen yang berorientasi industri. Sasaran: 1. Menciptakan sentra komoditas unggulan kehutanan dan perkebunan melalui pendekatan kawasan 2. Meningkatkan nilai tambah komoditas kehutanan dan perkebunan melalui pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan yang maju dan taat aturan. Misi 4: Menciptakan upaya pemberdayaan petani dan penumbuhan kelembagaan petani dalam pengelolaan sumberdaya lestari Tujuan Peningkatan pendapatan dan daya saing petani melalui upaya pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan, serta memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan kelompok petani dalam pengelolan sumberdaya lestari Sasaran: 1. Peningkatan daya saing dan pendapatan petani 2. Mewujudkan kelompok tani yang tangguh dan kelembagaan kelompok yang tersertifikasi atau berbadan hukum IV 4

71 Misi 5 : Mewujudkan Aparatur Pemerintahan yang Memiliki Integritas dan Kompetensi dibidangnya; Tujuan 1: Meningkatnya fungsi pelayanan teknis kepada masyarakat dan instansi lain yang terkait; Sasaran Meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur melalui pendidikan dan pelatihan teknis serta penyediaan kebutuhan sumber informasi; Tujuan 2: Mewujudkan fungsi pelayanan kebutuhan aparatur dalam meningkatkan kinerja; Sasaran Terpenuhinya sarana dan prasarana aparatur dan penunjang kerja lainnya. 4.3 STRATEGI DAN KEBIJAKAN Strategi yang dipilih dalam pencapaian visi dan misi Dinas Kehutanan dan Kehutanan periode Stategi dan Kebijakan Dinas Kehutanan dan perkebunan disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Strategi dan Kebijakan Dinas Kehutanan dan Perkebunan VISI : Terwujudnya Pembangunan Kehutanan dan Perkebunan Yang berwawawasan Lingkungan Untuk Mendukung Kemandirian Masyarakat Berbasis Gotong Royong MISI I : Mewujudkan peningkatan produksi dan produktivitas tamanan hutan dan tanaman perkebunan semusim serta tanaman perkebunan tahunan secara berkelanjutan; Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan IV 5

72 Tujuan 1. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman kehutanan dan perkebunan melalui intensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan bibit unggul, bermutu, bersertfikat, sarana produksi dan mesinmesin pertanian serta pembangunan sumbersumber benih sehingga terwujud kemampuan penyedian benih unggul mandiri Sasaran Strategi Kebijakan 1. Peningkatan 1.1. Diversifikasi Mendorong produksi dan produktivitas tanaman budidaya menjamin optimalisasi yang sistem intensif budidaya silvikultur dan tanaman pemanfaatan ruang perkebunann dengan tanam/lahan melalui pola tanam penerapan iptek tumpangsari atau kehutanan dan multi starata perkebunan berbasis pemanfaatann iptek 1.2. Penggunaan bibit unggul bermutu, bersertifikat Fasilitasi pengadaan bibit unggul bermutu dan pembangunan sumbersumber benih Pembentukan dan pemberdayaan kelompok penakar benih 1.3. Perbaikan peralatan produksi/mesinmesin pertanian 1.3. Fasilitasi pengadaan mesin mesin pertanian MISI II : Meningkatkan Perlindungan Sumberdaya Lahan Dan Manfaat Jasa Lingkungan Tujuan Meningkatnya kualitas lahan untuk memulihkan daya dukung lahan dalam upaya peningkatan produksi, daya dukung daerah aliran sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat sumberdaya hutan dan perkebunan termasuk jasa lingkungannya Sasaran Strategi Kebijakan 2. Penanganan lahan 2.1. Rehabilitasi Memperkuat kritis dan pelestarian fungsi kawasan lindung lahan kritis kerjasama program rehabilitasi lahan kritis dengann pemerintah provinsi, pusat Meningkatka n partisipas masyarakat dan pihak swasta dalam program rehabilitasi lahan 2.2. Konservasi tanah dan air pada kawasan lindung melalui rekayasa vegetasi dan sipil teknis Pemantapan kawasan berfungsi lindung, khususnya pada kawasan lindung budidaya IV 6

73 Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Fasilitasi pembangunan model pengelolaann kawasan lindung melalui budidaya pendekatan penbangunan berwawasan lingku gan 3. Peningkatan manfaat sumberdaya hutan dan perkebunan Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya hutan dan perkebunan Pengembangan manfaat air sebagai jasa lingkungan sumberdayaa hutan Pengembangan manfaat karbon sumberdayaa hutan dan perkebunan terkait dengan mitigasi perubahan iklim Pengembangan manfaat ekowisata Pengembangan hasil hutan non kayu MISI III : Mewujudkan Pengembangan Komoditas Unggulan Kehutanan Dan Perkebunan Dan Nilai Tambahnya Yang Memiliki Daya Saing Yang Tinggi Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Mewujudkan pengembangan kehutanan dan perkebunan berbasis komoditas unggulan pada lahanlahan eksisting sesuai potensi kearifan lokal melalui pendekatan kawasan dan kesiapan daerah pengembangan dan layak secara ekonomis, biofisik, dan social, serta peningkatan nilai tambah komoditas melalui penanganan pasca panen yang berorientasi industri. 4. Menciptakan sentra komoditas unggulan kehutanan dan perkebunan melalui pendekatan kawasan 5. Meningkatkan nilai tambah komoditas kehutanan dan perkebunan melalui 4.1. Pengembangan komoditas unggulan pada kawasan/serta pengembangan melalui pendekatan one village one product 5.1 Mengembangkan industi pengolahan pada daerah sentra produksi Memberikan Fasilitasi pengembangan komoditas unggulan pada daerah sentra produksi Mengembangkan terminal komoditas hasil hutan dan perkebunann Mendorong pemberian bantuan bagi pengembangan industri pengolahan Insentif IV 7

74 Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan yang maju dan taat aturan. perizinan MISI IV : Menciptakan Upaya Pemberdayaan Petani Dan Penumbuhan Kelembagaan Petani Dalam Pengelolaan Sumberdaya Lestari Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan Peningkatan pendapatan dan daya saing melalui upaya pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan, serta memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan kelompok petani 6. Peningkatan daya saing dan pendapatan petani 7. Mewujudkan kelompok tani yang tangguh dan kelembagaan kelompok yang tersertifikasi atau berbadan hukum 6.1. Meningkatkan daya saing dan nilai tambah komoditas melalui sistem sertifikasi 7.1. Mewujudkan kelompok tani berbadan hukum Memperkuat bimbingan teknis dan pendampingan memfasilitasi sertifikasi pengelolaann hutan lestari dan legalitas hasil hutan Menfasilitasi bantuan pembentukan kelompok tani berbadan hukum MISI V : Mewujudkan Aparatur Pemerintahan Yang Memiliki Integritas Dan Kompetensi Di bidangnya Tujuan 1. Meningkatnya fungsi pelayanan teknis kepada masyarakat dan instansi lain yang terkait; Sasaran Strategi Kebijakan 8. Meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur melalui pendidikan dan pelatihan teknis serta penyediaan kebutuhan sumber informasi 8.1. Peningkatan sumberdaya manusia kehutanan dan perkebunan, melalui pendidikan dan pelatihan memberikan fasilitas peningkatan kualitas SDM aparatur pemerintah 8.2. Reformasi birokrasi melalui penerapan sistem manajemen mutu Pengembangan standarisasii kinerja individu, kinerja proses, dan kinerja organisasi untuk meningkatkan pelayanan terhadap tuntutan dan aspirasi masyarakat, IV 8

75 Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan dengan menjungjung normanorm dan peraturan perundangan yang berlaku Mendorong terwujudnya sistem manajemen mutu pelayanan 2. Mewujudkan fungsi pelayanan kebutuhan aparatur dalam meningkatkan kinerja; Terpenuhinya sarana dan prasarana aparatur dan penunjang kerja lainnyaa 9.1.Peningkatan kapasistas sarana dan prasarana aparatur dan penunjang kerja lainnya Memenuhi kebutuhan sarana dan prasaran IV 9

76 Bab 5 RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1 PROGRAM DAN KEGIATAN Pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran, yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, implementasinya dijabarkan lebih lanjut ke dalam programprogram pembangunan kehutanan dan perkebunan. Selanjutnya Operasionalisasi program pembangunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan dalam periode yang telah dijelaskan diwujudkan dalam bentuk kegiatan Program dan Kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Periode disajikan pada Tabel 5.1. V 1

77 Tabel 5.1. Program Dan Kegiatan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Tahun TUJUAN 1. Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman kehutanan dan perkebunan melalui intensifikasi dan diversifikasi yang didukung oleh penyediaan bibit unggul, bermutu, bersertfikat, sarana produksi dan mesinmesin pertanian serta pembangunan sumbersumber benih sehingga terwujud kemampuan penyedian benih unggul mandiri 2. Meningkatnya kualitas lahan untuk memulihkan daya dukung lahan dalam upaya peningkatan produksi, daya dukung daerah aliran sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat jasa lingkungannya SASARAN 1.1 Peningkatan produksi dan produktivitas tanaman 2.1. Penanganan lahan kritis dan PROGRAM DAN KEGIATAN Program Peningkatan Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Peningkatan Produksi dan Kualitas Bahan Baku Tanaman Tembakau (DBH CHT) Kegiatan Penyediaan Sarana Produksi Perkebunan (Pupuk dan obatobatan) Kegiatan Pengendalian OPT Tanaman Perkebunan Ramah Lingkungan Kegiatan peremajaan tanaman perkebunan Sekolah Lapangann Pengendalian Hama Terpadu Program Peningkatan Produksi Tanaman Kehutanan Kegiatan Pengendalian OPT Tanaman Kehutanan Ramah Lingkungan Kegiatan pembangunan sumber benih tanaman kehutanan Kegiatan pembangunan model penerapan silvikultur intensif pada hutan rakyat Kegiatan Kebun Bibit Unggul Rakyat tanaman kehutanan Program Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Kegiatan Pembuatan Bangunan Konservasi Tanah (Dam Penahan) Kegiatan Pembuatan Sumur Resapan Kegiatan Pembuatan Lubang Biopori Kegiatan Pembuatan Hutan Desa Kegiatan Pengembangan Hutan Rakyat Kegiatan Pembuatan Bibit Unggul Tanaman Kehutanan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Kegiatan Sosialisasi dan V 2

78 TUJUAN Mewujudkan pengembangan kehutanan dan perkebunan berbasis komoditas unggulan pada lahanlahan eksisting sesuai potensi kearifan lokal melalui pendekatan kawasan SASARAN 2.2 Pelestarian fungsi kawasan lindung 2.3. Peningkatan manfaat potensi sumberdaya hutan dan perkebunan Menciptakan sentra komoditas unggulan kehutanan dan perkebunan melalui pendekatan kawasan PROGRAM DAN KEGIATAN Pembinaan Penghijauan (DMGR) Kegiatan Model Desa Konservasi Kegiatan Pembuatan/Pengkayaan Hutan Rakyat Kegiatan Penghijauan Lingkungan Program Pelestarian Kawasan Lindung Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Desa Sekitar Hutan Kegiatan Pelestarian Sumber Mata Air Kegiatan Pelestarian Sumber Daya Situ Kegiatan Penanaman di Sekitar Kanan Kiri Sungai Kegiatan Perlindungan Tebing dan Daerah Rawan Longsor Kegiatan Penangkar / Pemburu Satwa Liar Yang Tidak Di Lindungi Kegiatan pembangunan demplot model pengelolaan kawasan lindung budidaya Program pemanfaatan potensi sumberdaya dan perkebunan Kegiatan Pemanfaatan Lahan Bawah Tegakan Kegiatan Perlindungan dan Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Kehutanan Kegiatan Pengembangan Hasil Hutan Non Kayu Kegiatan Budidaya Tanaman Bambu Kegiatan Intensifikasi Lahan Berbasis Hutan Rakyat dan Konservasi Kegiatan pengembangan manfaat ekowisata Program Perencanaan Pengembangan Perkebunan Kegiatan kajian penetapan komoditas unggulan dan sentra pengembangnnya Kegiatan Kajian Pengembangan Usaha Perkebunan V 3

79 TUJUAN dan kesiapan daerah pengembangan dan layak secara ekonomis, biofisik, dan social, serta peningkatan nilai tambah komoditas melalui penanganan pasca panen yang berorientasi industri. SASARAN 3.2. Meningkatkan nilai tambah komoditas kehutanan dan perkebunan melalui pengembangan industri hasil hutan dan perkebunan yang maju dan taat aturan. PROGRAM DAN KEGIATAN Program Perencanaan pengembangan kehutanan Kegiatan Penyusunan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kegiatan Penyusunan Rencana Tahunan Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kegiatan Pengumpulan dan Pengolahan Data Statistik Kehutanan dan Perkebunan Kegiatan Pemetaan Potensi Kehutanan dan Perkebunan Berbasis Spatial dan Prospek Pengembangannya Kegiatan Fasilitasi dan Koordinasi Pembangunan Kehutanan dan Perkebunan Program Pengembangann Komoditas Unggulan Kegiatan Pembangunan sentra komoditas unggulan perkebunan Program Peningkatan Pemasaran Hasil produksi Pembinaan produksi hasil perkebunan dan kehutanan Kegiatan pembangunan terminal komoditas perkebunan dan kehutanan Program Pembinaan Dan Penerbitan Industri Hasil Hutan Kegiatan Pembinaan dan Pengendalian Peredaran Hasil Hutan Kegiatan Pembinaan Usaha dan Industri Hasil Hutan Program Pengawasan Dan Pengendalian Usaha Kehutanan Kegiatan Pembinaan Penangkar Benih/Bibit Tanaman Kehutanan Kegiatan Fasilitasi Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) V 4

80 TUJUAN Peningkatan pendapatan dan daya saing melalui upaya pembinaan, bimbingan teknis dan pendampingan, serta memberikan fasilitasi kegiatan pemberdayaan kelompok petani Meningkatnya fungsi pelayanan teknis kepada masyarakat dan instansi lain yang terkait; SASARAN 4.1. Peningkatan daya saing dan pendapatan petani 4.2. Mewujudkan kelompok tani yang tangguh dan kelembagaan kelompok yang tersertifikasi atau berbadan hukum 5.1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas aparatur melalui pendidikan dan pelatihan teknis serta penyediaan kebutuhan sumber informasi PROGRAM DAN KEGIATAN Program Pengawasan Dan Pengendalian Usaha Perkebunan Kegiatan Pembinaan, Pengawasan dan Monitoring Perusahaan Perkebunan Program Peningkatan Kesejahteraan dan daya saing Petani Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kemasan Produk Kegiatan Pelatihan Kemampuan Lembaga Tani, Koperasi dan Asosiasi Perkebunan Kegiatan Pengembangan Model Diversifikasi Usahaa Perkebunan Petani dan Kegiatan Pelatihan Pelaku Agribisnis Kegiatan fasilitas pe sertifikasi enerapan sistem Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Kegiatan Pengadaann Sarana dan Prasarana Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna Pengadaan Unit Pengolah Hasil (UPH) Kegiatan Pembinaan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan Tepat Guna Pembangunan Sarana dan Prasarana Gudang Hasil Pertanian/ Perkebunan Program Pembinaan Kelembagaan Kelompok Tani Pembinaan dan fasilitasi pembentukan kelompok tani yang berbadan hukum Program Peningkatan Disiplin Aparatur Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya Pengadaan pakaian KORPRI Pengadaan pakaian khusus hari hari tertentu V 5

81 TUJUAN Mewujudkan fungsi pelayanan kebutuhan aparatur dalam meningkatkan kinerja; SASARAN 5.2. Terpenuhinya sarana dan prasarana aparatur dan penunjang kerja lainnya PROGRAM DAN KEGIATAN Program Diklat Aparatur Kegiatan Diklat Aparatur Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Penyediaan jasa surat menyurat Penyediaan jasa komunikasi, Sumber daya air dan listrik Penyediaan jasa jaminan barang milik daerah Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/operasional Penyediaan jasa kebersihan kantor Penyediaan alat tulis kantor Penyediaan barang cetakan dan penggandaan Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor Penyediaan peralatan rumah tangga Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundangundangan Penyediaan makanan dan minuman Rapatrapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah Program Peningkatan Prasarana Aparatur Sarana Dan Pembangunan gedung kantor Pengadaan kendaraan dinas/operasional Pengadaan peralatan gedung kantor Pengadaan perlengkapan gedung kantor Pengadaan mebeleur Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/ operasional Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor Pemeliharaan rutin/berkala mebeleur V 6

82 TUJUAN SASARAN PROGRAM DAN KEGIATAN Program Peningkatan Pengembangan Sistem Manajemen Pelaporan, Capaian Kinerja, Dan Keuangan Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD Penyusunan pelaporan keuangan semesteran Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun Penyusunan pelaporan barang milik daerah (BMD) Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan 5.2 INDIKATOR KINERJA Keberhasilan implementasii dari suatu perencanaan yang terukur, perlu ditetapkan indikatorindikator kinerja yang menggambarkan suatu hasil yang diinginkan dari suatu instansi/organisasi. Indikator kinerja adalah alat ukur untuk menilai keberhasilan pembangunan secara kuantitatif dan kualitatif sebagaimana definisi Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Indikator Kinerja dalam penyusunan renstra terdiri dari indikator kinerja/sasaran program dan indikator kinerja kegiatan. Indikator kinerja/sasaran program adalah tolok ukur kinerja program yang diharapkan, dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan strategis. Indikator kinerja/sasaran program ditetapkan sedapat mungkin mencerminkan hasil (outcome) dari kegiatan yang mendukungnya atau setidaknya merupakan keluaran (output) kegiatan dimaksud. Indikator kinerja kegiatan adalah sesuatu yang menunjukkan pencapaian kinerja kegiatan, yaitu : 1. Masukan (input), adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan V 7

83 output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi dan sebagainya. 2. Keluaran (output), adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan atau nonfisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan. 3. Hasil (outcome), adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcome merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat. Indikator pencapaian kinerja yang ditetapkan dalam renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan periode lima tahun ke depan ditekankan pada indikator keluaran (output) dan hasil (outcome), beserta pagu anggaran seperti terlihat pada Lampiran 2a dan 2b. V 8

84 Bab 6 INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Indikator kinerja merupakan alat atau media yang digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu instansi dalam mencapai tujuan dan sasarannya. Penetapan indikator kinerja sangat penting untuk melihat gambaran tentang kegiatan atau sasaran kinerja organisasi telah berhasil dilaksanakan, atau dicapai sesuai dengan yang direncanakan. Dengan demikian, penetapan indikator kinerja pada saat merencanakan kinerja akan lebih meningkatkan kualitas perencanaan, dengan menghindari penetapanpenetapan sasaran yang sulit untuk diukur dan dibuktikan secara objektif keberhasilannya. VI 1

85 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Berdasarkan penjelasan di atas, maka dalam penyusuan Rencana Strategis Dinas Kehutanan dan Perkebunan periode , indikator kinerja SKPD yang ditetapkan harus selaras mengacu pada pencapaian tujuan serta sasaran perencanaan makro, yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah. Dilihat dari pelaksanaan tugas dan kewenangannya, Dinas Kehutanan dan Perkebunan diberikan tanggungjawab dalam pencapaian misi pembangunan jangka menengah Kabupaten periode , sebagaimanaa tersaji dalam Tabel 6.1. Tabel 6.1. Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran RPJMD NO INDIKATOR KONDISI KINERJA PADA AWAL PERIODE RPJMD TARGET CAPAIAN SETIAN TAHUN (TAHUN) Misi 3 Mewujudkan Ekonomi Mandiri Berbasis Ekonomi Kerakyata dan Keungulan Daerah KONDISI KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD TH Tujuan : Meningkatkan perkembangan kemandirian ekonomi di bidang pertanian, perikanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, industri dan kerajinan bagi masyarakat yang berlandaskan ekonomi kerakyatan (koperasi) Sasaran : 1. Meningkatkan hasil produksi perkebunan 2. Meningkatkan hasil hutan yang memperhatikan pelestarian hutan 1. Meningkatnya produktifitas 1. Teh: 1.286,,32 kg/ha komoditas strategis 2. Cengkeh: perkebunan rakyat 321,97 kg/ /ha , Kopi: 529 kg/ha Kelapa: 730,89 kg/ /ha Karet: 1.025,43 kg/ha Tebu: ,95 kg/ha VI 2

86 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten NO INDIKATOR 2. Bertambahnya luas hutan rakyat TARGET CAPAIAN SETIAN TAHUN KONDISI KONDISI KINERJA PADA AWAL PERIODE (TAHUN) KINERJA PADA AKHIR PERIODE RPJMD RPJMD TH Luas: ,, ha 3. Meningkatnya usaha hasil hutan non kayu 1. Jamur tiram: 2 klpk 4 Klpk 7 Klpk 7 Klpk 7 Klpk 7 Klpk 34 Klpk 2. Lebah Madu: 4 Klpk 3. Tanaman Bambu: 1.309,21 ha 7 Klpk 10 ha 7 Klpk 100 ha 7 Klpk 625, ha 7 Klpk 400,, ha 32 Klpk 1.519,21 ha 4. Aneka Usaha Linnya 1 paket 1 paket 1 paket 3 paket Misi 4 Mewujudkan Masyarakat dan Lingkungan Serasi Berbasis Gotong Royong Tujuan : Melestarikan fungsi hijau alam, di area perkotaan sebagai penyumbang oksogen terbesar bagi makhluk hidup Sasaran : Tertangainya bencana alam banjir, kekeringan dan dampak perubahan iklimlainnya 1. Tingkat capaian pelestarian kawasan lindung Hutan :12,913 ha kota 12,974 12,974 12,974 12,974 12,974 12,974 Mata air : lokasi Sempadan Situ : Sempadan sungai: 5 2 lokasi 10 lokasi 25 Ha 10Ha 10 lokasi 25 Ha 10Ha 10 lokasi 25 Ha 10Ha 10 lokasi 25 Ha 10Ha 47 Ha 100 Ha 40 Ha VI 3

87 Bab 7 PENUTUP Penyusunan Rencana Stratejik (RENSTRA) Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tahun , merupakan pencapaian dalam mendukung Visi Kabupaten yaitu Terwujudnya Kabupaten yang Religius, Berilmu, Mandiri, Berbudaya dan Bergotong Royong, disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsi serta kewenangan yang dimilikinya. Penyusunan RENSTRA Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten secara umum berisikan tentang gambaran pelayanan tugas dan fungsi SKPD, arah kebijakan serta strategistrategi dalam pencapaiannya. Impementasinya diterapkan dalam program dan kegiatan yang di lengkapi indikator kinerja untuk periode lima tahun ke depan. Oleh karena itu dokumen RENSTRA Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten merupakan acuan/pedoman kerja SKPD dalam mencapai tujuan pembangunan kehutanan dan perkebunan yang ditindaklanjuti dengan rencana kerja tahunan. VII 1

88 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten 7.1 KESIMPULAN Sebagaimana telah dijelaskan dalam babbab sebelumnya, penyusunan RENSTRA merupakan amanat dari PP Nomor 8 Tahun Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan dan Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008, serta peraturan perundangundangan terkait lainnya yang telah mengatur dan mengamanatkan penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) untuk periode 5 (lima) tahun dan juga sebagai instrumen untuk menyusun dan mengukur kinerja sesuai tugas dan fungsi dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten. Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten inii secara substansial memuat uraian tentang upaya pencapaian visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, serta target indikator kinerja program / kegiatan prioritas pembangunan kehutanan dan perkebunan Kabupaten tahun KAIDAHKAIDAH PELAKSANAAN Dalam rangka menjamin terlaksananya pencapaian arah, tujuan, sasaran dan target prioritas yang telah dirumuskan dalam Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tahun ini, dan terciptanya sinergitas pencapaian target kinerja program/kegiatan pembangunan sektor kehutanan dan sub sektor perkebunan di Kabupaten dengann semua pihak terkait, maka ditetapkan kaidahkaidah pelaksanaan sebagai berikut: 1. Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tahun ini merupakan dokumen rencana pembangunan jangka menengah (lima tahunan) untuk pembangunan sektor kehutanan dan sub sector perkebunan di Kabupaten. Oleh karena itu dokumen ini merupakan acuan bagi semua pemangku kepentingan terkait, dalam sektor kehutanan dan sub sektor perkebunan di Kabupaten selama Tahun Anggaran Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tahun ini dalam pelaksanaannya diarahkan secara sinergiss untuk Rencana Strategis I 2

89 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten dapat dibiayai oleh berbagai sumber anggaran, baik dana APBN pada Kementerian Kehutanann dan Kementrian Pertanian, dana APBD Provinsi Jawa Barat, dana APBD Kabupaten. 3. Dalam rangka sinkronisasi, sinergitas, harmonisasi dan integrasi pelaksanaan program/ /kegiatan pembangunan yang telah dirumuskan, maka tahapan selanjutnya Renstra Dinas Kehutanann dan Perkebunan Kabupaten Tahun ini harus dijabarkan dalam proses penyusunan perencanaan tahunan dan turunannya yaitu : Rencana Kerja (Renja), Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKAAPBD), Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA yang KL), atau perencanaan anggaran dari sumbersumber dana lainnya sah. 7.3 REKOMENDASI Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tahun ini diberlakukan sejak tanggal ditetapkan sampai dengan akhir tahun 2018, dan dalam pelaksanaannya dapat diperbaiki sesuai dengan ketentuan yang berlaku, jika terdapat halhal pokok yang perlu disesuaikan. Untuk menjamin pencapaian target kinerja secara optimal, maka diperlukan adanya langkahlangkah awal persiapan, yang dapat dimulai sejak tanggal ditetapkan hingga prosess pelaksanaannya, dengan memperhatikan dan menerapkan prinsipprinsipp koordinasi, sinkronisasi, sinergitas, harmonisasi, efektivitas serta efisiensi dari semua pihak pemangku kepentingan terkait. Rencana Strategis I 3

90 RENCANA STRATEGIS DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG TAHUN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG

REKAPITULASI JUMLAH TPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG

REKAPITULASI JUMLAH TPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG REKAPITULASI PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG NO. 1 SAGALAHERANG CURUGAGUNG 8 LELES 6 SAGALAHERANG KALER 10 SAGALAHERANG KIDUL 8 DAYEUHKOLOT

Lebih terperinci

KABUPATEN SUBANG [3213]

KABUPATEN SUBANG [3213] KABUPATEN SUBANG [3213] 1 Kode Kecamatan Dan Nama Kecamatan No Kode Nama Kecamatan 1. 3213010 SAGALAHERANG 2. 3213020 JALANJAGAK 3. 3213030 CISALAK 4. 3213040 TANJUNGSIANG 5. 3213050 CIJAMBE 6. 3213060

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Inspektorat Daerah Kabupaten Subang telah dibentuk dengan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017 Membaca SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017 TENTANG PERUBAHAN SURAT KEPUTUSAN PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/654/HK.05/II/2017 TENTANG PANJAR BIAYA PERKARA

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 17 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di kawasan utara provinsi Jawa Barat terletak diantara 107º 31' sampai dengan 107º 54' Bujur

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Perdagangan mempunyai peran yang cukup penting dalam mendorong perekonomian di Kabupaten Subang. Sektor unggulan kedua setelah pertanian ini dari tahun ketahun

Lebih terperinci

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Salah satu motor penggerak perekonomian di Kabupaten Subang adalah Perdagangan. Jumlah perusahaan perdagangan nasional di Kabupaten Subang pada tahun 2011 tercatat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 164 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta memberikan beberapa rekomendasi baik rekomendasi secara

Lebih terperinci

Tahun. 3. Hutan Lindung 6.593, ,78 KPH Purwakarta Dokumen RPKH KPH Purwakarta , ,90 KPH Bandung Utara

Tahun. 3. Hutan Lindung 6.593, ,78 KPH Purwakarta Dokumen RPKH KPH Purwakarta , ,90 KPH Bandung Utara TABEL 1 LUAS KAWASAN HUTAN MENURUT FUNGSINYA DI KABUPATEN SUBANG TAHUN 2014 DAN No. Fungsi Kawasan Hutan Tahun Wilayah Dasar 2014 2015 1. Hutan Tetap 2.985,43 2.985,43 KPH Purwakarta Dokumen RPKH KPH Purwakarta

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan kawasan hutan di Jawa Timur, sampai dengan saat ini masih belum dapat mencapai ketentuan minimal luas kawasan sebagaimana amanat Undang-Undang nomor 41

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUBANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG,

Lebih terperinci

DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REVISI. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renja SKPD) Tahun 2016

DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN REVISI. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renja SKPD) Tahun 2016 Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah ( Renja SKPD) Tahun 2016 REVISI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Jl. Palabuan No. 9 Sukamelang Tlp. (0260) 416204 Fax. (0260) 416204 Subang KATA PENGANTAR Puji

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 16 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak pada batas koordinat 107 o 31-107 o 54 BT dan di antara 6 o

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN Perangkat Daerah Pekerjaan Umum Pengairan Kabupaten Lamongan merupakan unsur pelaksana teknis urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG [- BAB. I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG P embangunan sektor Peternakan, Perikanan dan Kelautan yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Garut dalam kurun waktu tahun 2009 s/d 2013 telah memberikan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Luas dan Potensi Wilayah Luas fungsional daerah penelitian adalah 171.240 ha, secara administratif meliputi 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Subang, Sumedang,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS TAHUN

RENCANA STRATEGIS TAHUN RENCANA STRATEGIS TAHUN 2014 2019 BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN GARUT KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM BAB I GAMBARAN UMUM Pengertian pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas

Lebih terperinci

Rencana Strategis (RENSTRA)

Rencana Strategis (RENSTRA) Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN TAHUN 2014 Rencana Strategis (RENSTRA) TAHUN 2014-2019 DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Strategis Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat tahun 2013-2018 merupakan dokumen perencanaan

Lebih terperinci

Penduduk dan Tenaga Kerja

Penduduk dan Tenaga Kerja 3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK Kesejahteraan penduduk adalah parameter keberhasilan suatu bangsa, sehingga kesejahteraan penduduk ini selalu menjadi sasaran utama dalam proses pengelolaan negara.

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Subang

Lebih terperinci

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun Figure 2. Trend Of Population Number In Subang,

Gambar 2. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Subang Tahun Figure 2. Trend Of Population Number In Subang, 3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Dalam pembangunan, SDM yag dibutuhkan adalah yang secara kuantitas mencukupi dan secara

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2014-2019 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil di Indonesia sebagai Negara terbesar keempat dari jumlah penduduk, memiliki peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Undang-Undang Dasar 1945, mengamanatkan kepada pemerintah untuk mewujudkan kemakmuran setiap warga negara tanpa memandang perbedaan etnis, gender, dan wilayah, untuk

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya A. Visi Perumusan visi dan misi jangka menengah Dinas Pertanian,

Lebih terperinci

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) Copyright (C) 2000 BPHN PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 62 TAHUN 1998 (62/1998) TENTANG PENYERAHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA JL. RAYA SOREANG KM. 17 SOREANG TELP. (022) 5897432 2012 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan. bertanggungjawab, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan. bertanggungjawab, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... vi Daftar Lampiran... vii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang......... 1 1.2 Landasan Hukum...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK. Salah satu modal dasar pembangunan nasional selain sumber daya alam dan ilmu pengetahun dan teknologi (Iptek) adalah jumlah penduduk atau Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB 2 Perencanaan Kinerja

BAB 2 Perencanaan Kinerja BAB 2 Perencanaan Kinerja 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kean Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi

Lebih terperinci

BAB II RENCANA STRATEJIK

BAB II RENCANA STRATEJIK Dinas Provinsi Jawa Barat 2016 BAB II RENCANA STRATEJIK 2.1 Rencana Stratejik Tahun 2013 2018 Rencana Stratejik (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 telah dirumuskan pada pertengahan tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) 351191 Tegal - 52111 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor Kelautan dan Pertanian secara kontinyu dan terarah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pengindraan Jauh dan Intepretasi Citra, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Ketika terjadi pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat dan pengembangan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional.

2. Seksi Pengembangan Sumberdaya Manusia; 3. Seksi Penerapan Teknologi g. Unit Pelaksana Teknis Dinas; h. Jabatan Fungsional. BAB XVII DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Bagian Kesatu Susunan Organisasi Pasal 334 Susunan organisasi Dinas Kehutanan dan Perkebunan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Sekretaris, membawahkan: 1. Sub Bagian

Lebih terperinci

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA

Penduduk dan Tenaga Kerja Subang Dalam Angka Tahun PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3. PENDUDUK DAN TENAGA KERJA 3.1. PENDUDUK. Salah satu modal dasar pembangunan nasional selain sumber daya alam dan ilmu pengetahun dan teknologi (Iptek) adalah jumlah penduduk atau Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Disperindagsar

BAB I PENDAHULUAN. Renstra Disperindagsar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan Pembangunan Industri dan Perdagangan yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif dengan adanya pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD 6.1. Tinjauan Substansi RPJMD Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1999 tentang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Rencana Strategis (Renstra) Dinas Provinsi Jawa Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Visi dan Misi Dinas Dengan memperhatikan Visi dan Misi Pemerintah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016

PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROGRAM/KEGIATAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN DIY KHUSUS URUSAN KEHUTANAN TAHUN 2016 Disampaikan dalam : Rapat Koordinasi Teknis Bidang Kehutanan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi PENDAHULUAN A. Tugas Pokok dan Fungsi Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 28 Tahun 2015 tentang rincian tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Perkebunan Provinsi Riau, pada pasal 2 ayat 2 dinyatakan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1. UMUM S ebagai upaya untuk merespons terhadap berbagai perubahan, baik yang terkait perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang berkembang dalam masyarakat dan adanya tuntutan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMBANGUNAN DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011-2015 DINAS PU. PENGAIRAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah tak henti hentinya

Lebih terperinci

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN

BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN BAB IV PENCAPAIAN IPM PER KECAMATAN Ketika terjadi pergeseran paradigma pembangunan dari pembangunan yang berorientasi ekonomi (pertumbuhan ekonomi, kebutuhan dasar, kesejahteraan masyarakat dan pengembangan

Lebih terperinci

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014 BAPPEDA LITBANG KABUPATEN BADUNG TAHUN 2015 DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Plan), Rencana Kinerja (Performace Plan) serta Laporan Pertanggungjawaban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menghadapi perubahan yang sedang dan akan terjadi akhir-akhir ini dimana setiap organisasi publik diharapkan lebih terbuka dan dapat memberikan suatu transparansi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Pekanbaru, Desember 2015 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU,

KATA PENGANTAR. perencanaan kegiatan Dinas Perkebunan Provinsi Riau Tahun Pekanbaru, Desember 2015 KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROPINSI RIAU, KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Dinas Perkebunan Provinsi Riau disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Perkebunan Provinsi Riau. Dokumen ini memuat tentang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N 2 0 1 5 Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, atas Rahmat

Lebih terperinci

Bab II Perencanaan Kinerja

Bab II Perencanaan Kinerja Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang

Lebih terperinci

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek

Trenggalek, Mei Kepala Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Pertanian Dalam Angka Dinas Pertanian Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Trenggalek ini telah tersusun sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Lingga di Provinsi Kepulauan Riau, yang menjadi salah satu pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Kinerja Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun Th BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa setiap instansi pemerintah diminta untuk menyampaikan

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS

BAB II PERENCANAAN STRATEGIS BAB II PERENCANAAN STRATEGIS 2.1 Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Rencana Stategis Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)

Lebih terperinci

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

BAB II. PERENCANAAN KINERJA BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013 GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah

Kata Pengantar. Semarang, Pebruari 2016 Kepala Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah P E M E R I N T A H P R O V I N S I J A W A T E N G A H LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) TAHUN 2016 DINAS BINA MARGA PROVINSI JAWA TENGAH Semarang 2017 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PERHBUBUNGAN

PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BOGOR TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PERHBUBUNGAN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BOGOR TAHUN 2013-2018 PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR DINAS PERHBUBUNGAN JALAN RAYA Jakarta KM. 50. CIMANDALA KEC SUKARAJA Perubahan Renstra 2013-2018

Lebih terperinci

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH Visi merupakan pandangan ideal yang menjadi tujuan dan cita-cita sebuah organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Paradigma Pemerintah Daerah yang mengacu kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, telah merubah peran Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan pertanian bukan hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian yang sangat strategis

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Nomor: XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Satuan Perangkat Kerja Daerah (Renja SKPD) merupakan dokumen perencanaan resmi SKPD yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pelayanan publik Satuan Kerja

Lebih terperinci

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 59 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan merupakan bagian dari proses kebijakan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. Seiring dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Landasan Hukum

BAB I PENDAHULUAN Landasan Hukum PENDAHULUAN BAB I 1.1 Latar Belakang Potensi Usaha di lingkup Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan Kabupaten Purworejo memiliki peluang yang cukup besar untuk berkembang karena ketersediaan

Lebih terperinci

L A P O R A N AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( L A K I P ) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG Tahun 2015

L A P O R A N AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( L A K I P ) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG Tahun 2015 L A P O R A N AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH ( L A K I P ) DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN KABUPATEN SUBANG Tahun 2015 PEMERINTAH KABUPATEN SUBANG DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN Jl. AIPDA KS.

Lebih terperinci

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan. BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA, CIPTA KARYA DAN TATA RUANG KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2013-2015 Disusun oleh: Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016-2021 Kata Pengantar Alhamdulillah, puji syukur kehadirat ALLAH SWT, atas limpahan rahmat, berkat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak 158.031 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Subang Tahun 2013 sebanyak 35 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN RENSTRA DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KAB. KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus

Lebih terperinci

Renstra BKP5K Tahun

Renstra BKP5K Tahun 1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. Perumusan visi dan misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. Perumusan visi dan misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi SKPD Perumusan visi dan misi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Lamandau tidak terlepas dari kondisi lingkungan internal

Lebih terperinci