PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG"

Transkripsi

1

2

3 PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUBANG TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Kabupaten Subang memerlukan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan penjabaran visi misi Kepala Daerah terpilih untuk mensinergikan strategi dan program serta menetapkan target-target yang akan dicapai dalam 5 tahun kedepan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Subang Tahun ; Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Kabupaten dalam Lingkunagan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

4 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4846); 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5038); 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

5 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059); 10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4664); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

6 Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4871); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 21. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 22. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia ; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 26. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Subang Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang ;

7 Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUBANG Dan BUPATI SUBANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Subang. 2. Bupati adalah Bupati Subang. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Subang. 4. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Kabupaten Subang yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Subang dengan persetujuan bersama Bupati Subang. 5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disebut RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2014 sampai dengan Organisasi Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut OPD adalah unsur pemerintahan Daerah yang terdiri dari DPRD, Kepala Daerah/wakil kepala daerah dan satuan kerja perangkat daerah.

8 Bab II RUANG LINGKUP Pasal 2 RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati yang dioperasionalkan melalui strategi dan program pembangunan. Pasal 3 RPJMD Kabupaten Subang beserta matrik target indikator pembangunan, sebagaimana tercantum dalam Lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 4 RPJMD menjadi pedoman bagi Organisasi Perangkat Daerah dalam menyusun Rencana Strategis dan sebagai acuan bagi seluruh pemangku kepentingan di Daerah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan selama kurun waktu BAB III PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 5 (1) Bupati melalui OPD yang tugas pokok dan fungsinya bertanggungjawab dalam bidang perencanaan pembangunan daerah melakukan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJMD. (2) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sepanjang pelaksanaan RPJMD. (3) Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan kondisi dan perubahan lingkungan strategis daerah. (4) Berdasarkan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Bupati bersama DPRD dapat menyempurnakan RPJMD

9 Pasal 6 OPD melaksanakan program-program dalam RPJMD yang dituangkan dalam Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah (Renstra-OPD). Pasal 7 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Subang. Ditetapkan di Subang Pada tanggal BUPATI SUBANG, Diundangkan di Subang Pada tanggal H. OJANG SOHANDI SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUBANG, Drs. H. ABDURAKHMAN, M.Si. LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUBANG TAHUN NOMOR NOREG PERDA KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT (169/2014)

10 KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT dan atas rahmat dan karunia-nya pula Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Subang Tahun dapat diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. RPJMD merupakan suatu kewajiban konstitusional yang wajib disusun oleh kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang merupakan penjabaran visi dan misi yang akan dioperasionalkan melalui strategi pembangunan daerah berupa kebijakan dan program pembangunan disertai rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif dalam rangka mencapai tujuan pembangunan daerah. Dokumen perencanaan jangka menengah-lima tahunan (RPJMD) merupakan bagian dari dokumen perencanaan jangka panjang-dua puluh tahun atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD). Oleh karena itu, dokumen RPJMD harus selaras dengan dokumen RPJPD pada periode berkenaan. Sebagaimana diketahui, periode RPJMD Kabupaten Subang saat ini memasuki tahap ketiga dalam RPJPD ( ). Akhirnya kami sampaikan banyak terima kasih serta penghargaan yang tinggi pada semua pihak yang telah bersama-sama menyusun dokumen RPJMD dengan harapan seluruh elemen masyarakat dapat ikut membantu dalam pelaksanaan dan pengawasannya. Subang, 2014 BUPATI SUBANG H. OJANG SOHANDI i

11 DAFTAR ISI Kata Pengantar... Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG DASAR HUKUM PENYUSUNAN HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN SISTEMATIKA PENULISAN MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Tujuan BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS Karakteristik Lokasi dan Wilayah Kondisi Pengembangan Wilayah Kawasan Rawan Bencana Kondisi Demografis ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ekonomi Fokus Kesejahteraan Sosial ASPEK PELAYANAN UMUM ASPEK DAYA SAING Kemampuan Ekonomi Daerah Iklim Berinvestasi Kondisi Sumber Daya Alam BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN KINERJA KEUANGAN MASA LALU Kinerja Pelaksanaan APBD Neraca Daerah KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN MASA LALU Proporsi Penggunaan Anggaran Analisis Pembiayaan KERANGKA PENDANAAN Analisis Pengeluaran Periodik wajib dan mengikat serta prioritas utama Proyeksi Data Masa Lalu Penghitungan Kerangka Pendanaan BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS Permasalahan Pembangunan Identifikasi Permasalahan Pembangunan Urusan Wajib Identifikasi Permasalahan Pembangunan Urusan Pilihan Isu Isu Strategis Penelaahan Isu Strategis Internasional Penelaahan Isu Strategis Nasional Penelahan RPJMD Provinsi Jawa Barat Penelaahan Kebijakan Penataan Ruang Kabupaten Subang Isu Isu Strategis Kabupaten Subang BAB V VISI MISI TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi Arah Kebijakan BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN ARAH PEMBANGUNAN Kebijakan Umum Program Pembangunan i ii ii

12 BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN Program dan Janji Bupati Program-program Dalam Kelompok Bidang Urusan Wajib Program-program Dalam Kelompok Urusan Pilihan BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Pedoman Transisi Kaidah Pelaksanaan iii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah, perencanaan pembangunan terbagi kedalam perencanaan jangka panjang, menengah dan tahunan. Ketiga bentuk perencanaan tersebut menghasilkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Tahunan Daerah atau Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). Kabupaten Subang merupakan sebuah kabupaten yang menjadi pusat aktifitas kegiatan di wilayah Jawa Barat bagian tengah dan utara. Ketersediaan infrastruktur kota, pusat aktifitas perdagangan, menjadikan aktifitas kota di siang hari sangat padat. Dengan kondisi tersebut tantangan dan permasalahan yang dihadapi sangat kompleks. Oleh karena itu diperlukan perencanaan pembangunan yang menyeluruh, terarah, dan terpadu sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 2 ayat 4 mengamanatkan antara lain, bahwa sistem perencanaan pembangunan nasional bertujuan untuk mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan, menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah, maupun antara pusat dan daerah. Selain itu juga bertujuan untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan, mengoptimalkan partisipasi masyarakat, dan menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, pasal 5 ayat 2 bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman 1

14 pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Berdasarkan hal tersebut maka dokumen RPJMD merupakan penjabaran dari visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih pada pemilihan kepala daerah Kabupaten Subang Tahun Masa bakti Bupati/Wakil Bupati periode telah berakhir pada Tahun 2013 dan selanjutnya Bupati Ojang Sohandi dan Wakil Bupati Imas Aryumningsih berkewajiban menyusun RPJMD Kabupaten Subang Tahun Pelantikan BupatiPeriode dilaksanakan 19 Desember Visi dan misi serta program tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam strategi pembangunan daerah yang meliputi kebijakan dan program pembangunan, beserta kerangka pendanaan pembangunan serta kaidah pelaksanaannya. Secara umum proses penyusunan dokumen RPJMD Kabupaten Subang dilakukan dengan lima pendekatan yaitu pendekatan teknokratik, partisipatif, politik, top down dan bottom up planning. 1.2 Dasar Hukum Penyusunan 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950)sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah- Daerah Kabupaten dalam Lingkunagan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan 2

15 Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421); 5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 6. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4846); 8. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5038); 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059); 10. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik 3

16 Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4664); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4815); 4

17 19. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4871); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 21. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; 22. Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia ; 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2008 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 25. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; 26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Jawa Barat Tahun (Tambahan Lembaran Daerah Nomor 25); 27. Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Subang Peraturan Daerah Kabupaten Subang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Subang ; 5

18 1.3 Hubungan Antar Dokumen. Sesuai ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, penyusunan RPJMD Kabupaten Subang Tahun sebagai dokumen perencanaan pembangunan disusun sebagai satu kesatuan yang utuh dengan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah, sehingga dalam penyusunannya, harus memperhatikan RPJM Nasional Tahun , RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun , RTRW Provinsi Jawa Barat Tahun , RPJPD Kabupaten Subang Tahun dan RTRW Kabupaten Subang Tahun Dengan demikian, maka RPJMD yang merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah, sehingga RPJMD Kabupaten Subang Tahun yang memuat visi, misi dan progran kerja kepala daerah terpilih, dalam rumusannya sudah menuangkan arah kebijakan yang termuat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Subang Tahun dan memperhatikan Peraturan Daeran Nomor 3 Tahun 2014 tentang RTRW Kabupaten Subang yang telah menetapkan tentang pola ruang dan struktur tata ruang, sebagai dasar untuk menetapkan lokasi program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang di Kabupaten Subang. Selain berpedoman dan memperhatikan RPJM Nasional, RPJPD dan RTRW, penyusunan RPJMD juga memperhatikan dokumen lainnya seperti Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) dan RTRW Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, dokumen RPJMD dalam operasionalnya akan menjadi pedoman bagi seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam penyusunan Rencana Strategis Organisasi Perangkat Daerah (Renstra OPD), yang menjabarkan RPJMD menjadi kebijakan, program strategis dan operasional dalam rangka menangani isu strategis dan 6

19 Pedoman Diacu Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Diacu Pedoman PERDA RPJMD KABUPATEN SUBANG peningkatan pelayanan publik untuk jangka waktu 5 (lima) tahunan. Kemudian, pelaksanaan RPJMD Kabupaten Subang Tahun dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) sebagai suatu dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Kabupaten Subang yang memuat prioritas program dan kegiatan dari Rencana Kerja OPD. Secara diagramatis hubungan antar dokumen perencanaan dapat dilihat pada Gambar 1.2. Gambar 1.1 Keterkatian RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya Renstra K/L Renja - K/L RKA K/L Rincian APBN RPJP Nas Pedoman RPJM Nasional Dijabarkan RKP Pedoman RAPBN APBN Diacu Diperhatikan Diserasikan melalui Musrenbang RPJP Daerah Pedoman RPJM Daerah Dijabarkan RKPD Pedoman RAPBD APBD Renstra OPD Pedoman Renja OPD Pedoman RKA OPD Rincian APBD UU No. 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan UU No. 17/2003 tentang Keuangan Daerah 1.4 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan RPJMD Kabupaten Subang tahun terdiri dari 10 (sepuluh) bab sebagai berikut : Bab I Pendahuluan Latar Belakang; 1.2. Dasar Hukum Penulisan; 1.3. Keterkaitan RPJMD dengan dokumen Perencanaan Lainnya; 1.4. Sistematika Penyusunan RPJMD; 1.5. Maksud dan Tujuan. 7

20 Bab II Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografi dan Demografi; Kondisi Geografis; Tofografi, Geologi, Hidrologi, Klimatologi; Wilayah Rawa Bencana; Demografi; Penggunaan Lahan; dan Potensi Pengembangan Wilayah Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi; Kesejahteraan Masyarakat; dan Seni Budaya dan Olahraga Aspek Pelayanan Umum Bidang Urusan Wajib; Bidang Urusan Pilihan Aspek Daya Saing Daerah Kemampuan Ekonomi Makro; Kemampuan Keuangan Daerah; Iklim Investasi; dan Fasilitas Infrastruktur. Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja Pelaksanaan APBD; dan Neraca Daerah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Proporsi Penggunaan Anggaran; Analisis Pembiayaan; 1.3. Kerangka Pendanaan Analisis Pengeluaran Periodik, Wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Proyeksi Data Masa Lalu Penghitungan Kerangka Pendanaan 8

21 Bab IV Isu-Isu Strategis 4.1. Permasalahan Pembangunan; dan 4.2. Isu-isu Strategis Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran 5.1. Visi; 5.2. Misi; 5.3. Tujuan dan Sasaran; Bab VI Strategi Dan Arah Kebijakan 6.1. Strategi; dan 6.2. Arah Kebijakan. Bab VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Kebijakan Umum; dan 7.2. Program Pembangunan daerah. Bab VIII Indikasi Rencana Program Prioritas disertai Kebutuhan Pendanaan. Menguraikan hubungan urusan pemerintah dengan OPD terkait beserta program yang menjadi tanggung jawab OPD, Pada bagian ini, disajikan pula pencapaian target indikator kinerja tahunan untuk selama 5 (lima) yang akan dicapai pada akhir periode perencanaan serta membandingkan indikator kinerja yang dapat dicapai pada akhir periode perencanaan. Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah Menguraikan gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah pada akhir periode masa jabatan, dengan menggambarkan akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah atau indikator capaian yang bersifat mandiri, sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir periode RPJMD dapat dicapai. 9

22 Bab X Penutup Menguraikan hal-hal pokok yang mengatur tentang pelaksanaan pembangunan daerah pada masa transisi kepemimpinan kepala daerah, dari kepala daerah yang lama kepada kepala daerah yang baru dilantik sebagai pedoman bagi semua pihak dalam memfungsikan RKPD sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 1.5 Maksud dan Tujuan 1. Maksud. Penyusunan RPJMD ini dimaksudkan untuk menjadi pedoman bagi seluruh komponen daerah (Pemerintah Kabupaten Subang, masyarakat, dunia usaha, dan para pemangku kepentingan lainnya) untuk melaksanakan pembangunan dalam rangka mewujudkan cita-cita masyarakat Kabupaten Subang dan selaras dengan visi, misi dan program pembangunan dari Bupati dan Wakil Bupati Subang terpilih, sehingga seluruh upaya yang dilakukan oleh pelaku pembangunan dapat berjalan secara konsisten, selaras dan bersinergi, untuk mendorong terwujudnya kesejahteraan masyarakat dalm 5 (lima) tahun kedepan secara maksimal. 2. Tujuan Tujuan penyusunan dokumen RPJMD, adalah sebagai berikut : 1) Merumuskan gambaran umum kondisi daerah sebagai dasar perumusan permasalahan dan isu strategis daerah, sebagai dasar prioritas penangan pembangunan daerah 5 tahun kedepan; 2) Merumuskan gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan sebagai dasar penentuan kemampuan kapasitas pendanaan 5 tahun kedepan; 3) Menerjemahkan visi dan misi kepala daerah ke dalam tujuan dan sasaran pembangunan daerah tahun 2014 sampai dengan tahun 2018, yang disertai dengan program prioritas untuk masing-masing OPD tahun 2014 sampai dengan 2018, dengan berpedoman pada RPJPD Kabupaten Subang Tahun ; 10

23 4) Menetapkan berbagai program prioritas yang disertai dengan indikasi pagu anggaran dan target indikator kinerja yang akan dilaksanakan pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018; 5) Menetapkan indikator kinerja Organisasi Perangkat Daerahdan indikator kinerja kepala daerah sebagai dasar penilaian keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah periode tahun 2014 sampai dengan tahun 2018; 6) Menjadi pedoman dalam penyusunan program-program tahunan untuk jangka waktu selama 5 (lima) tahun yang akan dibahas dalam forum musyawarah pembangunan daerah (Musrenbang) mulai dari tingkat kelurahan, kecamatan hingga tingkat pemerintahan kabupaten; 7) Menjadi landasan untuk mengintegrasikan dan mensinergikan perencanaan dengan penganggaran serta sinergi antara Pengendalian, pelaksanaan, dan evaluasi hasil rencana pembangunan di Kabupaten Subang; dan 8) Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, RPJMD Kabupaten Subang Tahun mempunyai fungsi pokok sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis OPD (Renstra OPD), merumuskan visi dan misi kepala daerah terpilih ke dalam tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam kurun waktu tahun , serta perumusan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah dimaksud dalam bentuk program beserta kerangka pendanaannya selama tahun

24 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFI Karakteristik Lokasi dan Wilayah Secara geografis, Kabupaten Subang terletak di bagian utara Provinsi Jawa Barat dengan batas koordinat yaitu antara Bujur Timur dan Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut : a. Sebelah Utara : berbatasan dengan Laut Jawa b. Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Bandung Barat c. Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Purwakarta dan Karawang d. Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Indramayu dan Sumedang Sedangkan visualisasi wilayah administratif Kabupaten Subang dapat dilihat dalam gambar peta di bawah ini. Gambar 1 Peta Administratif Kabupaten Subang Peta Wilayah Administrasi 12

25 Dilihat dari Topografinya, dengan ketinggian tempat antara m di atas permukaan laut, Kabupaten Subang terbagi dalam 3 zona / klasifikasi daerah, yaitu : 1. Daerah Pegunungan dengan ketinggian antara m dpl dengan luas ,09 Ha atau 20% yang meliputi wilayah Kecamatan Serangpanjang, Sagalaherang, Ciater, Cisalak, Tanjungsiang, sebagian Kasomalang dan Jalancagak. 2. Daerah Bergelombang/Berbukit dengan ketinggian antara m dpl dengan luas ,16 Ha atau 34,85% yang meliputi wilayah Kecamatan Cijambe, Cibogo, Subang, Dawuan, Kalijati, Cipeundeuy, sebagian Kecamatan Cikaum dan Purwadadi. 3. Daerah Dataran Rendah dengan ketinggian antara 0-50 m dpl dengan luas ,7 Ha atau 45,15% yang meliputi wilayah Kecamatan Blanakan, Legonkulon, Pusakanagara, Pusakajaya, Pamanukan, Sukasari, Ciasem, Patokbeusi, Pabuaran, Tambakdahan, Binong, Pagaden, Pagaden Barat, Cipunagara, Compreng, sebagian Kecamatan Cikaum dan Purwadadi. Letak geografis yang berdekatan dengan Ibukota Propinsi dan Ibukota Negara serta berada pada lintasan jalur transportasi pantura Jawa Barat menjadikan Kabupaten Subang memiliki nilai tambah berupa kemudahan akses yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan perkembangan daerah. Sedangkan potensi tiga zona Topografi memungkinkan untuk pemanfaatan potensi sumber daya alam yang beraneka beragam karena memiliki iklim yang berbeda pada masing-masing zona. Pada zona pegunungan tumbuh bermacam flora dan fauna, pariwisata alam yang indah dan beragam, potensi kandungan aneka tambang, mata air yang melimpah, potensi perikanan darat. Zona pedataran mendukung pengolahan area pertanian baik perkebunan maupun pertanian tanaman pangan. Lahan yang cukup luas pada zona pedataran menjadikan Subang sebagai salah satu lumbung padi nasional. Sedangkan zona pantai/pesisir laut merupakan sumber potensi perikanan baik tambak maupun perikanan laut, potensi budidaya rumput laut, pengembangan pariwisata, transportasi laut dan lainnya Kondisi Pengembangan Wilayah 1. Rencana pola ruang wilayah Kabupaten terdiri atas: a. kawasan lindung; dan b. kawasan budidaya. Kawasan lindung sebagaimana dimaksud meliputi: 13

26 a. kawasan hutan lindung; b. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya; c. kawasan perlindungan setempat; d. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya; e. kawasan rawan bencana alam; f. kawasan lindung geologi; dan g. kawasan lindung lainnya. Kawasan hutan lindung sebagaimana dimaksud memiliki luas kurang lebih (tiga belas ribu tiga ratus sembilan) hektar meliputi: a. KPH Bandung Utara meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Serangpanjang; 3. Kecamatan Cisalak; 4. Kecamatan Tanjungsiang; dan 5. Kecamatan Ciater b. KPH Purwakarta meliputi: 1. Kecamatan Kalijati; 2. Kecamatan Legonkulon; 3. Kecamatan Pusakanagara; 4. Kecamatan Blanakan; 5. Kecamatan Sukasari; 6. Kecamatan Cijambe; dan 7. Kecamatan Cibogo. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya: (1) Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya sebagaimana dimaksud berupa kawasan resapan air. (2) Kawasan resapan air sebagaimana dimaksud memiliki luas kurang lebih (enam puluh ribu tujuh ratus Sembilan puluh tujuh)) hektar meliputi CAT Subang, CAT Ciater, dan CAT Bekasi Karawang yang berada di: a. CAT Ciater meliputi : 1. Kecamatan Ciater; 2. Kecamatan Tanjungsiang; 3. Kecamatan Cisalak; 4. Kecamatan Kasomalang 14

27 5. Kecamatan Jalancagak; 6. Kecamatan Serangpanjang; 7. Kecamatan Sagalaherang. b. CAT Subang meliputi : 1. Kecamatan Cibogo; 2. Kecamatan Cipunagara; 3. Kecamatan Cijambe; 4. Kecamatan Subang; 5. Kecamatan Pagaden; 6. Kecamatan Pagaden Barat; 7. Kecamatan Binong; 8. Kecamatan Compreng; 9. Kecamatan Dawuan; 10. Kecamatan Kalijati; 11. Kecamatan Cipeundeuy; 12. Kecamatan Pabuaran; 13. Kecamatan Purwadadi; 14. Kecamatan Cikaum; 15. Kecamatan Patokbeusi. c. CAT Kerawang Bekasi 1. Kecamatan Cipeundeuy; 2. Kecamatan Pabuaran. Kawasan Perlindungan Setempat: (1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan sempadan pantai; b. kawasan sempadan sungai; c. kawasan sekitar danau atau waduk; d. kawasan ruang terbuka hijau perkotaan; dan (2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud luas kurang lebih (seribu tiga ratus enam puluh enam) hektar meliputi: a. Kecamatan Blanakan; b. Kecamatan Sukasari; c. Kecamatan Legonkulon; dan d. Kecamatan Pusakanagara. (3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (lima ribu tiga ratus dua) hektar meliputi: a. Kecamatan Sagalaherang; 15

28 b. Kecamatan Serangpanjang; c. Kecamatan Ciater; d. Kecamatan Jalancagak; e. Kecamatan Cisalak; f. Kecamatan Tanjungsiang; g. Kecamatan Cijambe; h. Kecamatan Subang; i. Kecamatan Pabuaran; j. Kecamatan Cibogo; k. Kecamatan Cipeundeuy; l. Kecamatan Kalijati; m. Kecamatan Purwadadi; n. Kecamatan Cikaum; o. Kecamatan Pagaden; p. Kecamatan Cipunagara; q. Kecamatan Binong; r. Kecamatan Compreng; s. Kecamatan Patokbeusi; t. Kecamatan Ciasem; u. KecamatanBlanakan; v. Kecamatan Pamanukan; w. Kecamatan Legonkulon; dan x. Kecamatan Pusakanagara. (4) Kawasan sekitar danau atau waduk sebagaimana dimaksud meliputi: a. Kecamatan Sagalaherang meliputi: 1. Desa Cicadas; dan 2. Desa Telagasari. b. Kecamatan Jalancagak meliputi: 1. Desa Tambakan; 2. Desa Kumpay; dan 3. Desa Tambakmekar. c. Kecamatan Cijambe berada di Desa Gunungtua; d. Kecamatan Subang meliputi: 1. Kelurahan Sukamelang; 2. Desa Belendung; dan 3. Desa Jabong. e. Kecamatan Cibogo meliputi: 1. Desa Cinangsi; dan 16

29 2. Desa Cibogo. f. Kecamatan Cipeundeuy berada di Desa Sawangan; g. Kecamatan Cipunagara meliputi: 1. Desa Sidajaya; 2. Desa Manyingsal; 3. Desa Padamulya; dan 4. Desa Jati. h. Kecamatan Binong meliputi: 1. Desa Cicadas; 2. Desa Binong; 3. Desa Karangwangi; dan 4. Desa Wanajaya. i. Kecamatan Kalijati meliputi: 1. Desa Situsari; 2. Desa Sukasari; 3. Desa Manyeti; 4. Desa Kalijati Timur; 5. Desa Kalijati Barat; dan 6. Desa Marengmang. j. Kecamatan Pabuaran meliputi: 1. Desa Karangmukti; 2. Desa Kedawung; dan 3. Desa Pabuaran. k. Kecamatan Purwadadi meliputi: 1. Desa Curuluk; 2. DesaPapatan; 3. Desa Purwadadi Barat; 4. Desa Prapatan; 5. Desa Purwadadi Timur; 6. Desa Pasirbungur; dan 7. Desa Belendung. l. Kecamatan Cikaum meliputi: 1. Desa Sindangsari; 2. Desa Cikaum Timur; dan 3. Desa Tanjungsari. m. Kecamatan Pagaden meliputi: 1. Desa Gembor; 2. Desa Gunung Sembung; 17

30 3. Desa Sukamulya; 4. Desa Jati; 5. Desa Pangsor; 6. Desa Balingbing; 7. Desa Margahayu; 8. Desa Munjul; 9. Desa Bendungan; 10. Desa Kamarung; dan 11. Desa Gambarsari. (5) Kawasan ruang terbuka hijau perkotaan sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (seribu delapan ratus lima puluh enam) hektar atau 30 (tiga puluh) persen luas kawasan perkotaan meliputi: a. Perkotaan Pamanukan dengan luas kurang lebih 482 (empat ratus delapan puluh dua) hektar; b. Perkotaan Subang dengan luas kurang lebih 411 (empat ratus sebelas) hektar; c. Perkotaan Jalancagak dengan luas kurang lebih 136 (seratus tiga puluh enam) hektar; d. Perkotaan Ciasem dengan luas kurang lebih 162 (seratus enam puluh dua) hektar; e. Perkotaan Pagaden dengan luas kurang lebih 125 (seratus dua puluh lima) hektar; f. Perkotaan Kalijati dengan luas kurang lebih 274 (dua ratus tujuh puluh empat) hektar; g. Perkotaan Pusakanagara dengan luas kurang lebih139 (seratus tiga puluh sembilan) hektar; h. Perkotaan Pabuaran dengan luas kurang lebih 44 (empat puluh empat) hektar; i. Perkotaan Blanakan dengan luas kurang lebih 43 (empat puluh tiga) hektar; dan j. Perkotaan Cibogo dengan luas kurang lebih 194 (seratus sembilan puluh empat) hektar. Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam, dan Cagar Budaya: (1) Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan cagar alam; 18

31 b. kawasan pantai berhutan mangrove; c. kawasan taman wisata alam; dan d. kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. (2) Kawasan cagar alam sebagaimana dimaksud meliputi: a. Cagar Alam Tangkubanparahu dengan luas kurang lebih (seribu dua ratus empat) hektar meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Serangpanjang; dan 3. Kecamatan Ciater. b. Cagar Alam Burangrang berada di Kecamatan Serangpanjang dengan luas kurang lebih 38 (tiga puluh delapan) hektar. (3) Kawasan pantai berhutan mangrove sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (enam ribu lima ratus sembilan puluh tiga) hektar meliputi: a. Kecamatan Blanakan; b. Kecamatan Legonkulon; c. Kecamatan Sukasari; dan d. Kecamatan Pusakanagara. (4) Taman wisata alam sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih 170 (seratus tujuh puluh) hektar meliputi: a. Kecamatan Sagalaherang; b. Kecamatan Cisalak; dan c. Kecamatan Jalancagak. (5) Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud meliputi: a. Kecamatan Sagalaherang meliputi: 1. Situs Nangkabeurit atau Makam Rd. Aria Wangsa Goparana dan Makam Amapuradiredja; 2. Situs Sagalaherang; 3. Situs Dayeuhkolot; 4. Situs Batukapur Curugagung; 5. Situs Patung Maitreya; 6. Situs Sindangsari; 7. Situs Perunggu Cijengkol; 8. Situs Eyang Sepuh; dan 9. Situs Karapyak. 19

32 b. Kecamatan Jalancagak meliputi: 1. Situs Makam Embah Ngabei Aria Wangsa Sudira atau Sanca; 2. Situs Makam Embah Abdul Kadir atau Sarireja; 3. Situs Makam Aki Leutik atau Sarireja; dan 4. Situs Makam Embah Raksabaya. c. Kecamatan Cisalak meliputi: 1. Situs Bukanagara atau Eyang Emas atau Eyang Cibadak atau Cupunagara; 2. Situs Gundukan dan Parit atau Cupunagara; 3. Arca Batu ataucisalak; dan 4. Situs Gunung Canggah atau Mayang. d. Monumen Perjuangan 45 Ciseupan atau Cibuluh berada di Kecamatan Tanjungsiang: e. Kecamatan Cijambe meliputi: 1. Makam berinskripsi Cisalak atau Cimenteng; 2. Situs Gunung Tua atau Gunung Tua; 3. Batu Telapak Kaki Manusia dan Binatang; dan 4. Patung Tipe Megalitik Polinesia atau Bantarsari. f. Kecamatan Subang meliputi: 1. Gedung Wisma Karya; 2. Big House atau Gedong Gede; 3. Mesjid Agung; 4. Makam Embah Dongdo atau Karanganyar; 5. Makam Eyang Rangga atau Jabong; dan 6. Makam Embah Dalem Gintung atau Pasirkareumbi. g. Kecamatan Cibogo meliputi: 1. Situs Pasir Benteng; dan 2. Pasir Cabe atau Wanareja. h. Kecamatan Kalijati meliputi: 1. Museum Naskah Kalijati; dan 2. Situs Perunggu Patenggeng. i. Kecamatan Purwadadi meliputi: 1. Makam Embah Sajiem; 2. Situs Batu Bertulis Desa Purwadadi Barat; dan 3. Makam Karang Turi atau Prapatan. j. Situs Kawunganten berada di Kecamatan Cikaum; k. Situs Sumur Berengkelatau Telapak Kaki atau Neglasari berada di Kecamatan Pagaden; 20

33 l. Kecamatan Cipunagara meliputi: 1. Situs Gelok atau Kosambi; dan 2. Situs Gedong Pasir Tanjung. m. Kecamatan Binong meliputi: 1. Makam Embah Buyut; 2. Makam Syech Jamaludin; 3. Makam Embah Masi atau Cicadas; dan 4. Situs Ibu Ratu Subanglarang. n. Situs Kibuyut Pera berada di Kecamatan Blanakan; o. Situs Batu Bertulis Salagebang berada di Kecamatan Pamanukan; dan p. Situs Nagara Damai berada di Kecamatan Legonkulon. Kawasan Lindung Geologi (1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan sekitar mata air; dan b. kawasan rawan bencana alam geologi. (2) Kawasan sekitar mata air sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (empat ribu dua ratus Sembilan puluh lima) hektar meliputi: a. Kecamatan Sagalaherang; b. Kecamatan Jalancagak; c. Kecamatan Cisalak; d. Kecamatan Tanjungsiang; e. Kecamatan Cijambe; f. Kecamatan Subang; g. Kecamatan Cibogo; h. Kecamatan Kalijati; i. Kecamatan Cipeundeuy; j. Kecamatan Purwadadi; k. Kecamatan Cipunagara; l. Kecamatan Cikaum; dan m. Kecamatan Pabuaran. (3) Kawasan rawan bencana alam geologi sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan rawan gempa; b. kawasan rawan letusan gunung berapi; dan c. kawasan rawan gerakan tanah. 21

34 (4) Kawasan rawan gempa sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (enam ribu tujuh ratus enam belas) hektar berada di Kecamatan Tanjungsiang meliputi: a. Desa Cimeuhmal; b. Desa Cikawung; c. Desa Tanjungsiang; d. Desa Sirap; e. Desa Buniara; dan f. Desa Sindanglaya. (5) Kawasan rawan letusan gunung berapisebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (lima belas ribu tiga ratus tiga puluh enam) hektar meliputi: a. Desa Cipancar berada di Kecamatan Serangpanjang; b. Kecamatan Sagalaherang meliputi: 1. Desa Sagalaherang Kaler; 2. Desa Dayeuhkolot; 3. Desa Mekarsari; 4. Desa Cicadas; 5. Desa Curug Agung; 6. Desa Sukamandi; 7. Desa Leles; dan 8. Desa Sagalaherang. c. Kecamatan Ciater meliputi: 1. Desa Ciater; 2. Desa Nagrak; 3. Desa Cisaat; dan 4. Desa Palasari. d. Kecamatan Jalancagak meliputi: 1. Desa Curugrendeng; 2. Desa Sarireja; 3. Desa Bunihayu; 4. Desa Cibeusi; 5. Desa Cibitung; 6. Desa Jalancagak; dan 7. Desa Tambakan. 22

35 (6) Kawasan rawan gerakan tanah sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (sembilan ribu enam ratus sembilan belas) hektar meliputi: a. Kecamatan Tanjungsiang meliputi: 1. Desa Gandasoli; 2. Desa Rancamanggung; 3. Desa Cibuluh; 4. Desa Pakuhaji; dan 5. Desa Sindanglaya. b. Kecamatan Cisalak meliputi: 1. Desa Sukakerti; 2. Desa Pasanggrahan; 3. Desa Bojongloa; 4. Desa Panembong; dan 5. Desa Tenjolaya. c. Kecamatan Cijambe meliputi: 1. Desa Sukahurip; 2. Desa Bantarsari; 3. Desa Cirangkong; 4. Desa Cikadu; 5. Desa Cimenteng; 6. Desa Gunung Tua; dan 7. Desa Cijambe. d. Kecamatan Jalancagak meliputi: 1. Desa Palasari; 2. Desa Ciater; 3. Desa Nagrak; 4. Desa Cibitung; 5. Desa Sanca; 6. Desa Cimanglid; 7. Desa Kumpay; 8. Desa Kasomalang Wetan; 9. Desa Bunihayu; dan 10. Desa Tambakmekar. e. Kecamatan Subang meliputi: 1. Kelurahan Parung; 2. Kelurahan Pasirkareumbi; dan 3. Kelurahan Dangdeur. 23

36 Kawasan Lindung Lainnya Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan perlindungan plasma nuftah exsitu berada di Kelurahan Dangdeur Kecamatan Subang; dan b. kawasan terumbu karang berada di Pantai Bobos Kecamatan Legonkulon. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perikanan; e. kawasan peruntukan pertambangan; f. kawasan peruntukan industri; g. kawasan peruntukan pariwisata; h. kawasan peruntukan permukiman; dan i. kawasan peruntukan lainnya. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi (1) Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud meliputi: kawasan peruntukan hutan produksi tetap; dan kawasan peruntukan hutan terbatas. (2) Kawasan peruntukan hutan produksi tetap sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (dua ribu sembilan ratus delapan puluh lima) hektar meliputi: a. Kecamatan Sagalaherang; b. Kecamatan Serangpanjang; c. Kecamatan Jalancagak; d. Kecamatan Ciater; e. Kecamatan Cisalak; f. Kecamatan Kasomalang; g. Kecamatan Tanjungsiang; h. Kecamatan Cijambe; i. Kecamatan Subang; j. Kecamatan Kalijati; k. Kecamatan Dawuan; dan l. Kecamatan Cipeundeuy. 24

37 (3) Kawasan peruntukan hutan produksi terbatas sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (sebelas ribu tiga ratus sembilan puluh dua) hektar meliputi: a. Kecamatan Ciater; b. Kecamatan Cisalak; c. Kecamatan Tanjungsiang; d. Kecamatan Subang; e. Kecamatan Cibogo; f. Kecamatan jalancagak; g. Kecamatan Kalijati; h. Kecamatan Dawuan; i. Kecamatan Cipeundeuy; dan j. Kecamatan Sagalaherang. Kawasan Peruntukan Hutan Rakyat Kawasan peruntukan hutan rakyat sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (tiga belas ribu lima ratus tujuh puluh tiga) hektar meliputi: a. Kecamatan Sagalaherang; b. Kecamatan Serangpanjang; c. Kecamatan Ciater; d. Kecamatan Cisalak; e. Kecamatan Kasomalang; f. Kecamatan Tanjungsiang; g. Kecamatan Cijambe; h. Kecamatan Cibogo; i. Kecamatan Subang; j. Kecamatan Kalijati; k. Kecamatan Dawuan; l. Kecamatan Cipeundeuy; m. Kecamatan Pabuaran; n. Kecamatan Purwadadi; o. Kecamatan Cikaum; p. Kecamatan Pagaden; q. Kecamatan Pagaden Barat; dan r. Kecamatan Cipunagara. 25

38 Kawasan Peruntukan Pertanian (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan; b. kawasan peruntukan hortikultura; c. kawasan peruntukan perkebunan; dan d. kawasan peruntukan peternakan; (2) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan peruntukan pertanian lahan basah; dan b. kawasan peruntukan pertanian lahan kering. (3) Kawasan peruntukan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud meliputi: a. sawah beririgasi berupa lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan luas kurang lebih (tujuh puluh tujuh ribu enam ratus tiga puluh delapan) hektar meliputi: 1) Kecamatan Sagalaherang dengan luas kurang lebih (satu ribu seratus dua belas) hektar; 2) Kecamatan Serangpanjang dengan luas kurang lebih (satu ribu tiga ratus enam belas); 3) Kecamatan Jalancagak dengan luas kurang lebih 484 (empat ratus delapan puluh empat); 4) Kecamatan Ciater dengan luas kurang lebih 648 (enam ratus empat puluh delapan) hektar; 5) Kecamatan Cisalak dengan luas kurang lebih (satu ribu tujuh ratus tujuh puluh dua) hektar; 6) Kecamatan Kasomalang dengan luas kurang lebih (satu ribu tiga puluh lima) hektar; 7) Kecamatan Tanjungsiang dengan luas kurang lebih (satu ribu enam ratus delapan puluh delapan) hektar; 8) Kecamatan Cijambe dengan luas kurang lebih (satu ribu enam ratus enam puluh enam) hektar; 9) Kecamatan Cibogo dengan luas kurang lebih (satu ribu empat ratus enam puluh) hektar; 10) Kecamatan Subang dengan luas kurang lebih (satu ribu seratus lima puluh delapan) hektar; 11) Kecamatan Kalijati dengan luas kurang lebih 541 (lima ratus empat puluh satu) hektar; 26

39 12) Kecamatan Dawuan dengan luas kurang lebih (dua ribu seratus tiga puluh tujuh) hektar; 13) Kecamatan Cipeundeuy dengan luas kurang lebih (satu ribu dua ratus tiga puluh tiga) hektar; 14) Kecamatan Pabuaran dengan luas kurang lebih (dua ribu enam ratus enam puluh sembilan) hektar; 15) Kecamatan Patokbeusi dengan luas kurang lebih (lima ribu lima ratus lima puluh enam) hektar; 16) Kecamatan Purwadadi dengan luas kurang lebih (satu ribu dua ratus enam puluh) hektar; 17) Kecamatan Cikaum dengan luas kurang lebih (satu ribu enam ratus sembilan puluh lima) hektar; 18) Kecamatan Pagaden dengan luas kurang lebih (dua ribu tujuh ratus satu) hektar; 19) Kecamatan Pagaden Barat dengan luas kurang lebih (tiga ribu tiga ratus delapan belas) hektar; 20) Kecamatan Cipunagara dengan luas kurang lebih (empat ribu delapan ratus empat puluh satu) hektar; 21) Kecamatan Compreng dengan luas kurang lebih (empat ribu delapan ratus empat belas) hektar; 22) Kecamatan Binong dengan luas kurang lebih (tiga ribu tujuh ratus lima puluh satu) hektar; 23) Kecamatan Tambakdahan dengan luas kurang lebih (empat ribu tujuh ratus lima belas) hektar; 24) Kecamatan Ciasem dengan luas kurang lebih (enam ribu tiga ratus enam puluh empat) hektar; 25) Kecamatan Pamanukan dengan luas kurang lebih (satu ribu delapan ratus delapan puluh tujuh) hektar; 26) Kecamatan Sukasari dengan luas kurang lebih (tiga ribu enam ratus enam puluh empat) hektar; 27) Kecamatan Pusakanagara dengan luas kurang lebih (tiga ribu Sembilan puluh tiga) hektar; 28) Kecamatan Pusakajaya dengan luas kurang lebih (tiga ribu sembilan ratus tujuh) hektar; 29) Kecamatan Legonkulon dengan luas kurang lebih (dua ribu lima ratus enam puluh tiga) hektar; dan 30) Kecamatan Blanakan dengan luas kurang lebih (lima ribu tiga ratus) hektar. 27

40 b. sawah tadah hujan dengan luas kurang lebih (tujuh ribu dua ratus Sembilan puluh) hektar meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Serangpanjang; 3. Kecamatan Jalancagak; 4. Kecamatan Ciater; 5. Kecamatan Kasomalang; 6. Kecamatan Cijambe; 7. Kecamatan Cibogo; 8. Kecamatan Subang; 9. Kecamatan Kalijati; 10. Kecamatan Cipeundeuy; 11. Kecamatan Pabuaran; 12. Kecamatan Patokbeusi; 13. Kecamatan Purwadadi; 14. Kecamatan Cikaum; 15. Kecamatan Pagaden Barat; 16. Kecamatan Cipunagara; 17. Kecamatan Compreng; dan 18. Kecamatan Legonkulon. (4) Kawasan peruntukan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (dua puluh tiga ribu dua ratus delapan puluh tiga) hektar meliputi: a. padi ladang berada di seluruh kecamatan. b. jagung meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Serangpanjang; 3. Kecamatan Jalancagak; 4. Kecamatan Ciater; 5. Kecamatan Cibogo; 6. Kecamatan Dawuan; 7. Kecamatan Cipeundeuy; dan 8. Kecamatan Pabuaran. c. ubi kayu meliputi: 1. Kecamatan Cipeundeuy; 2. Kecamatan Purwadadi; 3. Kecamatan Cijambe; 4. Kecamatan Ciater; 28

41 5. Kecamatan Sagalaherang; 6. Kecamatan Serangpanjang; dan 7. Kecamatan Tanjungsiang. d. ubi jalar meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Serangpanjang; 3. Kecamatan Jalancagak; 4. Kecamatan Ciater; 5. Kecamatan Cisalak; 6. Kecamatan Kasomalang; 7. Kecamatan Tanjungsiang; dan 8. Kecamatan Cibogo. e. kacang tanah meliputi: 1. Kecamatan Dawuan; 2. Kecamatan Pagaden; 3. Kecamatan Cipeundeuy; 4. Kecamatan Purwadadi; 5. Kecamatan Ciater; dan 6. Kecamatan Cibogo. f. kedele meliputi: 1. Kecamatan Cijambe; 2. Kecamatan Cibogo; 3. Kecamatan Subang; 4. Kecamatan Kalijati; 5. Kecamatan Dawuan; 6. Kecamatan Cipeundeuy; 7. Kecamatan Pabuaran; 8. Kecamatan Patokbeusi; 9. Kecamatan Purwadadi; 10. Kecamatan Pagaden; 11. Kecamatan Pagaden Barat; 12. Kecamatan Cipunagara; dan 13. Kecamatan Compreng. (5) Kawasan peruntukan hortikultura meliputi: a. nenas meliputi: 1. Kecamatan Jalancagak; 2. Kecamatan Ciater; 29

42 3. Kecamatan Kasomalang; 4. Kecamatan Ciasalak; dan 5. Kecamatan Cijambe. b. pisang meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Serangpanjang; 3. Kecamatan Jalancagak; 4. Kecamatan Ciater; 5. Kecamatan Cisalak; 6. Kecamatan Kasomalang; 7. Kecamatan Tanjungsiang; 8. Kecamatan Cijambe; 9. Kecamatan Cibogo; 10. Kecamatan Subang; 11. Kecamatan Kalijati; 12. Kecamatan Dawuan; 13. Kecamatan Cipeundeuy; 14. Kecamatan Pabuaran; 15. Kecamatan Patokbeusi; 16. Kecamatan Purwodadi; 17. Kecamatan Cikaum; 18. Kecamatan Pagaden; 19. Kecamatan Pagaden Barat; 20. Kecamatan Cipunagara; 21. Kecamatan Compreng; 22. Kecamatan Binong; 23. Kecamatan Tambakdahan; 24. Kecamatan Ciasem; 25. Kecamatan Pamanukan; 26. Kecamatan Sukasari; 27. Kecamatan Pusakanagara; 28. Kecamatan Pusakajaya; dan 29. Kecamatan Blanakan. c. rambutan meliputi: 1. Kecamatan Purwadadi; 2. Kecamatan Cikaum; dan 3. Kecamatan Cipeundeuy. 30

43 d. jeruk siam meliputi: 1. Kecamatan Dawuan; 2. Kecamatan Sagalaherang; dan 3. Kecamatan Serangpanjang. e. mangga meliputi: 4. Kecamatan Tambakdahan; 5. Kecamatan Patokbeusi; 6. Kecamatan Compreng; 7. Kecamatan Pabuaran; 8. Kecamatan Binong; 9. Kecamatan Pagaden Barat; dan 10. Kecamatan Cipunagara. f. nangka meliputi: 1. Kecamatan Tambakdahan; 2. Kecamatan Purwadadi; 3. Kecamatan Binong; 4. Kecamatan Kalijati; dan 5. Kecamatan Cikaum. g. durian meliputi: 1. Kecamatan Cisalak; 2. Kecamatan Sagalaherang; 3. Kecamatan Jalancagak; 4. Kecamatan Cijambe; dan 5. Kecamatan Purwadadi. h. manggis meliputi: 1. Kecamatan Cisalak; 2. Kecamatan Serangpanjang; 3. Kecamatan Ciater; 4. Kecamatan Jalancagak; 5. Kecamatan Kasomalang; 6. Kecamatan Sagalaherang; dan 7. Kecamatan Tanjungsiang; i. sayuran berupa kacang panjang dan mentimun meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Serangpanjang; 3. Kecamatan Jalancagak; 4. Kecamatan Ciater; 5. Kecamatan Cisalak; 31

44 6. Kecamatan Kasomalang; 7. Kecamatan Tanjungsiang; 8. Kecamatan Cijambe; 9. Kecamatan Cibogo; 10. Kecamatan Subang; 11. Kecamatan Kalijati; 12. Kecamatan Dawuan; 13. Kecamatan Pabuaran; 14. Kecamatan Patokbeusi; 15. Kecamatan Purwodadi; 16. Kecamatan Cikaum; 17. Kecamatan Pagaden; 18. Kecamatan Pagaden Barat; 19. Kecamatan Cipunagara; 20. Kecamatan Compreng; 21. Kecamatan Binong; 22. Kecamatan Tambakdahan; 23. Kecamatan Ciasem; 24. Kecamatan Pusakanagara; dan 25. Kecamatan Pusakajaya. j. tanaman obat-obatan meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Serangpanjang; 3. Kecamatan Jalancagak; 4. Kecamatan Ciater; 5. Kecamatan Tanjungsiang; dan 6. Kecamatan Cijambe. k. tanaman hias berupa anggrek meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; dan 2. Kecamatan Jalancagak. (6) Kawasan peruntukan perkebunan meliputi: a. perkebunan besar dengan luas kurang lebih (delapan belas ribu tujuh ratus empat puluh) hektar meliputi: 1. karet meliputi: a) Kecamatan Subang; b) Kecamatan Cibogo; c) Kecamatan Kalijati; 32

45 d) Kecamatan Cipeundeuy; dan e) Kecamatan Dawuan. 2. teh meliputi: a) Kecamatan Serangpanjang; b) Kecamatan Sagalaherang; c) Kecamatan Ciater; d) Kecamatan Jalancagak; dan e) Kecamatan Kasomalang. 3. tebu meliputi: a) Kecamatan Cibogo; b) Kecamatan Cipunagara; c) Kecamatan Purwadadi; dan d) Kecamatan Cikaum. e) Kecamatan Pabuaran; f) Kecamatan Cipeundeuy. 4. kelapa sawit meliputi: a) Kecamatan Serangpanjang; dan b) Kecamatan Jalancagak b. perkebunan rakyat dengan luas kurang lebih (delapan ribu Sembilan ratus delapan puluh satu) hektar berada di seluruh kecamatan. (7) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud meliputi: a. ternak besar; b. ternak kecil; dan c. ternak unggas. (8) ternak besar sebagaimana dimaksud meliputi sapi perah, sapi potonng, dan kerbau denganj kawasan pengembangan yang ditetapkan sebagai berikut : a. kawasan pengembangan sapi potong meliputi: 1. Kecamatan Serangpanjang; 2. Kecamatan Sagalaherang; 3. Kecamatan Ciater 4. Kecamatan Jalancagak; 5. Kecamatan Kasomalang; 6. Kecamatan Cisalak; 7. Kecamatan Tanjungsiang; 8. Kecamatan Cijambe; 9. Kecamatan Cibogo; 33

46 10. Kecamatan Dawuan; 11. Kecamatan Kalijati; 12. Kecamatan Cipeundeuy; 13. Kecamatan Pabuaran; 14. Kecamatan Cikaum: 15. Kecamatan Cipunagara; dan 16. Kecamatan Purwadadi. b. kawasan pengembangan sapi perah meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Serangpanjang; 3. Kecamatan Ciater; 4. Kecamatan Cijambe; 5. Kecamatan Jalancagak; 6. Kecamatan Cisalak; 7. Kecamatan Kasomalang; dan 8. Kecamatan Tanjungsiang. c. kawasan pengembangan kerbau meliputi: 1. Kecamatan Cijambe; 2. Kecamatan Sagalaherang; 3. Kecamatan Serangpanjang 4. Kecamatan Cisalak 5. Kecamatan Subang; 6. Kecamatan Dawuan; 7. Kecamatan Ciater; 8. Kecamatan Kalijati; dan 9. Kecamatan Cipeundeuy. (9) Ternak kecil meliputi ternak domba dan kambing dengan kawasan pengembangan ditetapkan sebagai berikut: a. kawasan pengembangan domba dan kambing meliputi: 1. Kecamatan Tanjungsiang; 2. Kecamatan Cibogo; 3. Kecamatan Cipeundeuy; 4. Kecamatan Cijambe; 5. Kecamatan Purwadadi; 6. Kecamatan Kalijati; 7. Kecamatan Legonkulon; 8. Kecamatan Cisalak; 9. Kecamatan Pabuaran; 34

47 10. Kecamatan Kasomalang; 11. Kecamatan Tanjungsiang; 12. Kecamatan Cikaum; 13. Kecamatan Jalancagak; dan 14. Kecamatan Dawuan. (10) Kawasan ternak unggas meliputi ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik, puyuh, merpati, dan aneka unggas lainnya dengan pengaturan kawasan sebagai berikut : a. Kawasan ternak unggas dibagi menjadi: 1. Kawasan pembibitan; dan 2. Kawasan budidaya termasuk di dalamnya budidaya usaha ternak unggas, tempat penampungan (TPnU), pemotongan (RPU/RPA), pengolahan hasil dan pemasaran. b. Kawasan peruntukan pengembangan pembibitan ternak unggas (breeding farm) meliputi: 1. Kecamatan Cipunagara; 2. Kecamatan Cikaum; 3. Kecamatan Cibogo; 4. Kecamatan Cijambe; dan 5. Kecamatan Serangpanjang c. Kawasan peruntukan pengembanagan budidaya ternak ayam buras/puyuh/merpati meliputi seluruh kecamatan. d. Kawasan peruntukan pengembangan budidaya ayam ras pedaging dan petelur meliputi: 1. Kecamatan Jalancagak; 2. Kecamatan Tanjungsiang; 3. Kecamatan Kalijati; 4. Kecamatan Dawuan; 5. Kecamatan Cipeundeuy; dan 6. Kecamatan Pagaden Barat; 7. Kecamatan Purwadadi; 8. Kecamatan Cisalak; 9. Kecamatan Compreng; dan 10. Kecamatan Binong. e. kawasan pengembangan itik meliputi: 1. Kecamatan Patokbeusi; 35

48 2. Kecamatan Compreng; 3. Kecamatan Binong; 4. Kecamatan Pusakanagara; 5. Kecamatan Pabuaran; 6. Kecamatan Legonkulon; 7. Kecamatan Tambakdahan; 8. Kecamatan Ciasem; 9. Kecamatan Pamanukan; 10. Kecamatan Pusakajaya; 11. Kecamatan Sukasari; dan 12. Kecamatan Sagalaherang. Kawasan Peruntukan Perikanan (1) Kawasan peruntukan perikanan sebagaimana dimaksud meliputi: a. perikanan laut dan perairan umum; b. budidaya perikanan; c. pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; dan d. penyediaan prasarana perikanan. (2) Perikanan laut dan perairan umum sebagaimana dimaksud meliputi: a. perairan laut dengan luas kurang lebih 504 (lima ratus empat) hektar meliputi: 1. Kecamatan Blanakan; 2. Kecamatan Sukasari; 3. Kecamatan Legonkulon; dan 4. Kecamatan Pusakanagara. b. perairan umum rawa meliputi: 1. Kecamatan Blanakan; 2. Kecamatan Sukasari; dan 3. Kecamatan Legonkulon. c. perairan umum danau atau situ atau cekdam meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Jalancagak; 3. Kecamatan Cibogo; 4. Kecamatan Subang; 5. Kecamatan Kalijati; 6. Kecamatan Pagaden; 7. Kecamatan Purwadadi; 36

49 8. Kecamatan Binong; 9. Kecamatan Cipunagara; 10. Kecamatan Cisalak; 11. Kecamatan Compreng; 12. Kecamatan Cikaum; 13. Kecamatan Cipeundeuy; 14. Kecamatan Tanjungsiang; dan 15. Kecamatan Pabuaran. d. perairan umum sungai meliputi seluruh kecamatan. (3) Budidaya perikanan sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (sembilan ribu lima ratus lima puluh satu) hektar meliputi: a. budidaya air tawar kolam air tenang meliputi seluruh kecamatan. b. budidaya air tawar kolam air deras meliputi: 1. Kecamatan Sagalaherang; 2. Kecamatan Ciater; 3. Kecamatan Cisalak; 4. Kecamatan Kasomalang; 5. Kecamatan Tanjungsiang; 6. Kecamatan Jalancagak; dan 7. Kecamatan Cijambe. c. budidaya air tawar mina padi meliputi: 1. Kecamatan Pagaden 2. Kecamatan Pagaden Barat; 3. Kecamatan Binong; dan 4. Kecamatan Purwadadi; 5. Kecamatan Cisalak; 6. Kecamatan Kasomalang; 7. Kecamatan Cikaum; 8. Kecamatan Tanjungsiang; 9. Kecamatan Pabuaran; 10. Kecamatan Compreng; dan 11. Kecamatan Patokbeusi. d. budidaya air payau atau tambak meliputi: 1. Kecamatan Blanakan; 2. Kecamatan Sukasari; 3. Kcamatan Legonkulon; dan 4. Kecamatan Pusakanagara. 37

50 (4) Pengolahan dan pemasaran hasil perikanan sebagaimana dimaksud berupa pengembangan industri pengolahan ikan meliputi: a. Kecamatan Blanakan; b. Kecamatan Legonkulon; dan c. Kecamatan Pusakanagara. d. Kecamatan sagalaherang; e. Kecamatan pamanukan; f. Kecamatan sukasari; g. Kecamatan pagaden; h. Kecamatan binong; i. Kecamatan tambakdahan; j. Kecamatan compreng; k. Kecamatan tanjungsiang; l. Kecamatan cisalak; m. Kecamatan serangpanjang; n. Kecamatan jalancagak; o. Kecamatan patokbeusi; dan p. Kecamatan subang. (5) Penyediaan prasarana perikanan sebagaimana dimaksud meliputi: a. PPI/PPP berada di Kecamatan Blanakan; b. PPI berada di Kecamatan Legonkulon; c. PPI berada di Kecamatan Pusakanagara; d. PPI berada di Kecamatan Sukasari; e. Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) milik masyarakat; f. Balai Benih Ikan (BBI) Tanjungwangi berada di Kecamatan Cijambe; g. Balai Benih Ikan (BB)I Sukamandi berada di Kecamatan Ciasem; dan h. Budidaya Perikanan Air Tawar (BPAT) berada di Kecamatan Patokbeusi. i. Diganti menjadi Instalasi BBI Rancabango j. Balai Pengembangan Perikanan Air Tawar Cijengkol (milik Dinad Perikanan dan Kelautan Prov Jawa Barat) di Kecamatan Patokbeusi; k. TPHT blanakan, legonkulon, sukasari, pusakanagara; l. Lokariset Pemuliaan Ikan KKP dan Balai Diklat Aparatur Badan SDM KKP di Sukamandi Kecamatan Ciasem. 38

51 Kawasan Peruntukan Pertambangan (1) Kawasan peruntukan pertambangan sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batuan; b. kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi; dan c. kawasan peruntukan pertambangan panas bumi. (2) Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batuan sebagaimana dimaksud tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Subang (3) Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi sebagaimana dimaksud tersebar di seluruh kecamatan termasuk 4 mil laut dari garis pantai. (4) Kawasan peruntukan pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud meliputi: a. Kecamatan Sagalaherang; b. Kecamatan Cisalak; c. Kecamatan Cijambe; d. Kecamatan Kasomalang; e. Kecamatan Jalan Cagak; f. Kecamatan Ciater; g. Kecamatan Serangpanjang; h. Kecamatan Tanjungsiang; i. Kecamatan Dawuan; j. Kecamatan Cibogo. Kawasan Peruntukan Industri (1) Kawasan peruntukan industri sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan peruntukan industri besar; b. kawasan peruntukan industri menengah; dan c. kawasan peruntukan industri kecil. (2) Kawasan peruntukan industri besar dan industri menengah sebagaimana dimaksud dengan luas kurang lebih (sebelas ribu dua ratus lima puluh) hektar meliputi: a. kecamatan Cipeundeuy; b. kecamatan Pabuaran; c. Kecamatan Kalijati; d. Kecamatan Purwadadi; e. Kecamatan Cibogo; 39

52 f. Kecamatan Pagaden; dan g. Kecamatan Cipunagara; (3) Lokasi kawasan peruntukan industri besar dan industri menengah yang dapat dikecualikan meliputi kegiatan: a. pengolahan hasil pertanian setempat; b. pengolahan hasil pertambangan setempat; dan c. pengolahan hasil tangkapan dan budidaya ikan setempat. Pada lokasi-lokasi kegiatan industryberlaku ketentuan: a. memenuhi ketentuan teknis tata ruang dan lingkungan kegiatan industri, efisien, memberikan kemudahan dan daya tarik bagi investasi; b. tidak mengganggu kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menjamin pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan; c. tidak mengubah kawasan LP2B; dan d. menyediakan lahan bagi kegiatan usaha kecil dan mikro. (4) Kegiatan industri pada lokasi-lokasi DAS Cilamaya, DAS Ciasem, dan DAS Cipunagara berlaku ketentuan berikut: a. limbah utama yang dihasilkan bukan berupa limbah B3 dan non B3; b. bukan jenis industri yang tingkat konsumsi air tinggi; dan c. audit IPAL secara khusus untuk industri penghasil limbah cair yang sudah berdiri. (5) Kawasan peruntukan industri kecil dan mikro meliputi seluruh kecamatan. (6) Pada kawasan peruntukan industri kecil dan mikro berlaku ketentuan pengelolaan lingkungan menurut jenis industri. Kawasan Peruntukan Pariwisata (1) Kawasan peruntukan pariwisata meliputi: a. pariwisata budaya; b. pariwisata alam; dan c. pariwisata buatan. (2) Pariwisata budaya meliputi: a. ruatan bumi berada di Kecamatan Kalijati; b. mapag dewi sri berada di Kecamatan Jalancagak; c. nadran berada di Kecamatan Blanakan; d. museum berada di Kecamatan Kalijati; e. museum berada di Kecamatan Subang; f. Desa Wisata Wangunharja berada di Kecamatan Ciater; dan g. Desa Wisata Bunihayu berada di Kecamatan Jalancagak. (3) Pariwisata alam meliputi: 40

53 a. Kawah Tangkubanparahu; b. Curug Cileat berada di Kecamatan Cisalak; c. Curug Paok berada di Kecamatan Cisalak; d. Curug Kembar berada di Kecamatan Tanjungsiang; e. Curug Cibarubeuy berada di Kecamatan jalancagak; f. Curug Cijalu berada di Kecamatan Sagalaherang; g. Curug Cimuja berada di Kecamatan Serangpanjang; h. Curug Ponggang berada di Kecamatan Serangpanjang; i. Curug Agung berada di Kecamatan Sagalaherang; j. Pantai Blanakan berada di Kecamatan Blanakan; k. Pantai Patimban berada di Kecamatan Blanakan; l. Pantai Pondokbali berada di Kecamatan Legonkulon; m. Air Panas Ciaterberadadi Kecamatan Ciater; n. Wisata Agro Perkebunan Teh berada di Kecamatan Ciater; o. Situ Cigayonggong berada di Kecamatan Kasomalang; p. Pemandian Air Panas Batukapur berada di Kecamatan Sagalaherang; dan q. Kampung Jati Mas berada di Kecamatan Jalancagak. (4) Pariwisata buatan meliputi: a. sirkuit roadrace berada di Kecamatan Subang; b. kolam renang prestasi berada di Kecamatan Subang; dan c. kolam renang rekreasi berada di tiap PKL. Kawasan Peruntukan Permukiman (1) Kawasan permukiman meliputi: a. permukiman perkotaan; dan b. permukiman perdesaan. (2) Permukiman perkotaan dengan luas kurang lebih (enam ribu seratus delapan puluh lima) hektar meliputi: a. Perkotaan Subang; b. Perkotaan Pamanukan; c. Perkotaan Jalancagak; d. Perkotaan Ciasem; e. Perkotaan Pusakanagara; f. Perkotaan Kalijati; g. Perkotaan Pagaden; h. Perkotaan Pabuaran; i. Perkotaan Blanakan; dan 41

54 j. Perkotaan Cibogo. (3) Permukiman perdesaan dengan luas kurang lebih (tujuh belas ribu lima ratus delapan puluh dua) hektar meliputi: a. permukiman perdesaan PPL; dan b. permukiman desa tersebar di seluruh kecamatan. Kawasan Peruntukan Lainnya Kawasan peruntukan lainnya berupa kawasan pertahanan dan keamanan meliputi: a. Batalyon 312 Kala Hitam berada di Kecamatan Subang; b. Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Suryadarma berada di Kecamatan Kalijati; c. Kodim berada di Kecamatan Subang; d. Pos Angkatan Laut berada di Kecamatan Blanakan; e. Koramil berada di setiap kecamatan; f. Kantor kepolisian resor berada di Kecamatan Subang; g. Kantor kepolisian sektor berada di seluruh kecamatan; dan h. Pos polisi air berada di Kecamatan Legonkulon Kawasan Rawan Bencana Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud meliputi: a. kawasan rawan banjir; b. kawasan rawan banjir rob; dan c. kawasan rawan abrasi. Kawasan rawan banjir sebagaimana dimaksud mempunyai luas kurang lebih (seribu tiga puluh lima) hektar meliputi: a. Kecamatan Pamanukan meliputi: 1. Desa Pamanukan Kota; 2. Desa Pamanukan Sebrang; 3. Desa Lengkong Jaya; 4. Desa Pamanukan Hilir; dan 5. Desa Batangsari. b. Kecamatan Legonkulon meliputi: 1. Desa Tegalurung; 2. Desa Anggasari; 3. Desa Mayangan; 4. Desa Bobos; dan 42

55 5. Desa Pangarengan. c. Kecamatan Pusakanagara meliputi: 1. Desa Rancadaka; 2. Desa Patimban; dan 3. Desa Pusakanagara. d. Kecamatan Blanakan meliputi: 1. Desa Tanjungtiga; 2. Desa Blanakan; 3. Desa Langensari; dan 4. Desa Muara. e. Kecamatan Patokbeusi meliputi: 1. Desa Rancaasih; dan 2. Desa Rancabango. f. Kecamatan Ciasem meliputi: 1. Desa Ciasem Tengah; 2. Desa Ciasem Hilir; 3. Desa Dukuh; 4. Desa Mandalawangi; 5. Desa Jatibaru; dan 6. Desa Ciasem Baru. (1) Kawasan rawan banjir rob sebagaimana dimaksud berada di Kecamatan Legonkulon. (2) Kawasan rawan abrasi pantai sebagaimana dimaksud meliputi: a. Kecamatan Legonkulon; dan b. Kecamatan Pusakanagara Kondisi Demografi Penduduk tidak saja berperan sebagai obyek pembangunan, tetapi lebih jauh lagi harus berperan sebagai subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan, penduduk akan berfungsi sebagai sasaran yang akan dijadikan target pembangunan, sedangkan sebagai subyek pembangunan, sumber daya penduduk akan berfungsi sebagai pemikir, perencana, dan pelaksana berbagai program pembangunan yang hasilnya diharapkan mampu meningkatkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan. 43

56 1. Jumlah Penduduk, LPP, dan Rasio Ketergantungan Anak Menyadari akan keberadaan penduduk, disalah satu sisi penduduk bisa menjadi potensi manakala SDM dari penduduk tersebut memiliki kualitas tetapi sebaliknya penduduk bisa menjadi masalah tersendiri manakala kurang memiliki kualitas. Adapun karakteristik SDM yang berkualitas adalah diantaranya sehat, memiliki kecerdasan Intelegensi (IQ), memiliki etika, moralitas dan emosi yang baik (EQ), berakhlak mulia (SQ) serta kemampuan bersosialisasi (Sc Q). Subang merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk yang tidak terlalu padat, dimana hasil Sensus tahun 1971, jumlah penduduk Kabupaten Subang adalah 0,90 juta, meningkat menjadi 1,07 juta pada sensus tahun Pada sensus berikutnya (tahun 1990) telah mencapai 1,21 juta sedangkan jumlah penduduk dalam kurun waktu adalah berkisar antara 1,23 Juta 1,51 Juta jiwa. Walaupun demikian, LPP-nya pertahun mengalami penurunan masing-masing periode sebesar 1,72 persen, periode sebesar 1,25 persen, dan sebesar 1,01 persen, sedangkan periode adalah sebesar 0.9 persen dan sebesar 0,72%. Dengan laju pertumbuhan penduduk yang demikian dapat diindikasikan bahwa Kabupaten Subang terbukti mampu melaksanakan program-program kependudukan terutama pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang secara faktual selama 4 (empat) dasawarsa terakhir menunjukan trend pertumbuhan yang semakin menurun. Salah satu fokus perhatian para ahli kependudukan yang dilakukan terhadap suatu populasi penduduk, adalah struktur umur penduduk. Hal ini berkaitan dengan pola populasi penduduk, apakah termasuk dalam pola penduduk muda ataukah pola penduduk tua. Aspek lain yang diamati dari struktur umur adalah rasio beban ketergantungan, yaitu suatu ukuran untuk mengamati seberapa banyak penduduk yang termasuk usia non-produktif menjadi beban usia produktif. Dalam kaitan ini, yang dimaksudkan dengan usia produktif adalah penduduk yang berusia pada kelompok [15-64] tahun; sedangkan yang dimaksudkan dengan usia non produktif adalah penduduk dalam kelompok usia [0-14] tahun dan [65+] tahun. 44

57 Tabel 1. Penduduk Kabupaten Subang Menurut Kelompok Umur, Tahun Kelompok Umur Rasio Tahun Ketergan Jumlah [0-14] [15-64] 65+ tungan Anak (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) , , , , , , , , , , , , ,33 Sumber : BPS Kab.Subang Besaran rasio beban ketergantungan anak merupakan hasil bagi antara penduduk usia [0-14] dengan penduduk usia produktif, hal ini dimaksudkan untuk melihat seberapa besar peningkatan jumlah anak yang berusia [0-14) yang pada akhirnya menjadi beban bagi penduduk usia produktif. Angka rasio beban ketergantungan anak secara konseptual digunakan pula sebagai alat ukur monitoring keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di suatu wilayah, semakin kecil angka ini maka dapat ditafsirkan program KB semakin berhasil dan sebaliknya. Pada tabel di atas, rasio beban ketergantungan anak memiliki kecenderungan menurun, dimana pada tahun 1994 memiliki rasio tertinggi hingga mencapai 47,66 % artinya setiap seratus orang penduduk usia produktif akan menanggung beban untuk menghidupi 47,66 orang yang dikategorikan anak usia [0-14] dan pada tahun 2009 besaran angka mencapai angka terendah sebesar 33,76 % dan pada tahun 2010 mulai menaik kembali menjadi %. 45

58 2. Penduduk Miskin Kemiskinan disamping menunjukkan tingkat pendapatan/kesejahteraan, juga menggambarkan kesenjangan yang terjadi antar kelas kesejahteraan penduduk. Berdasarkan batasan yang digunakan, kemiskinan berarti ketidakmampuan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak, baik kebutuhan makanan maupun kebutuhan non makanan yang sangat mendasar. Dapat dikatakan bahwa kemiskinan merupakan ketertinggalan penduduk untuk menikmati hasil pembangunan yang selama ini telah dicapai. Dalam hal lebih lanjut permasalahan kemiskinan dikaitkan dengan berbagai dimensi lain kehidupan manusia, seperti kesehatan, pendidikan, serta peranan sosial lainnya. Atau dengan kata lain kemiskinan akan menyebabkan permasalahan lainnya seperti : Ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan, papan); Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan transportasi); Tidak adanya jaminan masa depan (karena tidak adanya investasi untuk pendidikan keluarga); Rendahnya kualitas sumberdaya manusia; Dari paparan data PPLS yang dibuat setiap 3 tahun sekali, maka pada Tahun 2008 rumah tangga miskin sebesar KK dan pada tahun 2011 mengalami kenaikan menjadi KK. Dengan demikian kemiskinan di Kabupaten Subang relatif masih tinggi. Hal itu apabila dikaji lebih mendalam bahwa masih tingginya kemiskinan tersebut salah satunya dikarenakan rendahnya lapangan kerja dan mata pencaharian serta daya saing SDM yang masih relatif rendah. Grafik 1. Jumlah Rumah Tangga (RMT) Miskin Tahun 2008 dan kemiskinan (mikro/ppls) Sumber : PPLS 2008 dan

59 Pada tahun 2011, kemiskinan tertinggi terdapat di kecamatan Ciasem ( RMT), Kecamatan Subang (9.421), Kecamatan Patokbesi (9.281RMT), Kecamatan Blanakan (8.912 RMT) sebagaimana tabel di bawah ini. NO Tabel 2.Rumah Tangga Miskin Per Kecamatan Tahun 2008 dan 2011 Kecamatan RTM Miskin BLSM Sagalaherang Serang Panjang Jalan cagak Ciater Cisalak Kasomalang Tanjungsiang Cijambe Cibogo subang Kalijati dawuan cipeundeuy pabuaran patokbesi Purwadadi Cikaum pagaden Pagaden barat cipunagara compreng Binong Tambakdahan Ciasem Pamanukan Sukasari Pusakanagara Pusakajaya legonkulon Blanakan JUMLAH Sumber data : TNP2K Untuk mengatasi kemiskinan ini banyak peneliti yang menunjuk pendidikan sebagai investasi dalam mengatasi permasalahan tersebut. Baik Adelman dan Morris (1973) maupun Galbraith (1979) mengemukakan bahwa 47

60 pendidikan merupakan langkah paling strategis di dalam usaha-usaha mengatasi kemiskinan. Namun demikian, Schiller (1973) mengingatkan bahwa peningkatan keterampilan melalui jenjang pendidikan tidak selalu mampu mengatasi masalah kemiskinan. Dalam hal ini perlu diperhatikan kemampuan perekonomian negara untuk menyerap tenaga kerja tersebut. Di satu pihak, peningkatan keterampilan baru merupakan salah satu faktor penawaran, sementara di lain pihak, tidak pula dapat diabaikan faktor permintaan terhadap tenaga kerja itu sendiri. Dengan perkataan lain, pada gilirannya, pendidikan itu berkaitan dengan pendapatan yang memiliki arti penting di dalam kesejahteraan. Schiller (1973) mengemukakan tiga alasan utama mengenai jenjang pendidikan sangat mempengaruhi tingkat pendapatan. Pertama, tingkat pendidikan akan mempengaruhi tingkat produktivitas, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagai akibat dari meningkatnya pengetahuan dan keterampilan. Kedua, dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi akan terbuka kesempatan kerja yang lebih luas. Ketiga, lembaga-lembaga pendidikan, dalam hal-hal tertentu, dapat berfungsi selaku badan penyalur tenaga kerja. Tersirat dari hal ini bahwa mereka yang berpendidikan tinggi akan mendapat perlakuan istimewa dalam pasar kerja. Namun tidak dapat dilupakan bahwa untuk memperoleh pendidikan tersebut diperlukan investasi yang tidak kecil. Namun demikian, Esmara (1986: 378) mengatakan bahwa kenaikan jenjang pendidikan ini tidak hanya berpengaruh kepada tingkat pendapatan melainkan mencakup cakrawala yang jauh lebih luas daripada yang diduga semula. Kenaikan jenjang pendidikan akan mengubah pula tata cara kehidupan, kebiasaan, lapangan kerja, atau dalam hal kebudayaan, sehingga secara keseluruhannya mempunyai dampak yang cukup besar terhadap kehidupan suatu bangsa ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ekonomi Kondisi sosial-ekonomi suatu wilayah (provinsi, kabupaten/kota kecamatan dan Kelurahan/Desa ) merupakan salah satu faktor penting dalam mencermati derajat kesejahteraan masyarakat yang berdomisili di wilayah tersebut. Dalam teori statistik pendapatan regional, besaran angka PDRB akan menggambarkan kemampuan (potensi) suatu wilayah dalam mengakumulasi aktivitas perekonomian di wilayahnya, tanpa melihat siapa pemilik dari unit 48

61 usaha ekonomi yang beroperasi apakah milik penduduk (residence) wilayah tersebut atau bukan milik penduduk wilayah tersebut. Di sisi lain, hasil kompilasi ini dapat digunakan sebagai alat bantu untuk melihat transformasi perekonomian regional. A. Laju Pertumbuhan Ekonomi Indikator ekonomi makro yang sering digunakan dalam menggambarkan kinerja pembangunan perekonomian suatu daerah adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). Pengukuran besarnya laju pertumbuhan ekonomi ini dapat dihitung dari data PDRB atas dasar harga konstan. Makin tinggi laju pertumbuhan ekonomi makin baik kinerja pembangunan di wilayah tersebut. Secara umum, pada tahun 2013 perekonomian Kabupaten Subang mengalami pertumbuhan melambat menjadi 3,10 persen. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya laju ini mengalami percepatan, dimana pada tahun 2012 tumbuh sebesar 4,52 persen sebagaimana grafik di bawah ini.. Grafik 2. LPE Tahun ,00% 4,50% 4,00% 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% 4,63% 4,33% 4,45% 4,52% 3,10% LPE Catatan : Tahun 2013 (data sangat sementara) Sumber : BPS. Subang B. Pendapatan Perkapita dan Daya Beli Pendapatan perkapita sering dipakai sebagai indikator untuk menggambarkan tingkat kemakmuran masyarakat secara makro. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah maka tingkat kesejahteraan dapat dikatan bertambah baik. Pendapatan perkapita juga 49

62 merefleksikan PDRB per kapita. Angka PDRB per kapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Jumlah penduduk yang dipakai dalam perhitungan ini adalah estimasi penduduk tahun 2013 dari hasil proyeksi penduduk. Tabel 3.PDRB Perkapita Kabupaten Subang Tahun (Rupiah) Tahun Harga *) Berlaku Harga *) Konstan (1) (2) (3) ** Berdasarkan tabel di atas dapat kita lihat bahwa secara umum PDRB perkapita yang diterima penduduk Kabupaten Subang baik PDRB perkapita dengan migas maupun tanpa migas dan atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan mengalami peningkatan sehingga menggambarkan tingkat kesejahteraan penduduknya mengalami peningkatan. Pada tahun 2012 dan 2013 PDRB perkapita dengan migas atas dasar harga berlaku sebesar Rp ,-. dan Rp Nilai ini menunjukkan bahwa setiap individu di Kabupaten Subang memiliki pendapatan per tahun rata-rata sekitar 13 jutaan rupiah per tahunnya. Namun nilai ini belum menggambarkan secara riil daya beli masyarakat Kabupaten Subang secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB per kapita yang dihitung adalah berdasarkan PDRB atas dasar harga berlaku dan masih mengandung faktor inflasi yang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Angka ini mengalami peningkatan dibanding tahun 2010 yang mencapai Rp ,-. Peningkatan ini mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan kesejahteraan 50

63 masyarakat secara makro, walaupun diindikasikan peningkatan kesejahteraan tersebut tidak terjadi secara merata. Adapun peningkatan daya beli kabupaten Subang Tahun dapat tergambar pada grafik di bawah ini : Grafik 3.Indek Daya Beli Tahun , ,97 63,5 63, , ,89 62,42 62,69 Indeks Daya Beli 61, , **) Tahun 2013 angka sangat sementara C. Ketenagakerjaan Sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan khususnya dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia, karena berkait erat dengan sosial ekonomi. Disisi lain, pertumbuhan penduduk selalu terkait dengan masalah ketenagakerjaan dan lapangan kerja. Dengan pertambahan penduduk usia kerja akan meningkatkan angkatan kerja, tetapi apabila yang terjadi pertambahan penduduk bukan usia kerja akan meningkatkan beban tanggungan angkatan kerja. Meningkatnya angkatan kerja sebaiknya di imbangi dengan kesempatan kerja. Hanya saja kesempatan kerja formal yang tersedia sangat terbatas, sehingga peranan sektor informal memberikan peluang yang baik dalam menciptakan lapangan kerja yang mandiri. Sektor informal yang bercirikan pekerja dengan pendidikan rendah, jam kerja tak teratur dan pendapatan yang rendah memerlukan pemecahan diantaranya melalui program-program yang 51

64 dapat meningkatkan keterampilan dan produktifitas sehingga mempu meningkatkan kemampuan dalam berusaha. Selanjutnya yang patut mendapat kajian lebih mendalam adalah penurunan jumlah penduduk yang bekerja, peningkatan jumlah pencari kerja, peningkatan penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Fenomena peningkatan penduduk yang bersekolah merupakan investasi positif akan tetapi peningkatan mengurus rumah tangga dan lainnya menandakan bahwa pembangunan kesetaraan gender dalam bidang tenaga kerja masih belum optimal. Ada tiga unsur yang sering terkait dengan masalah kesempatan kerja, yaitu pertama, golongan umur penduduk yang akan menuntut kesempatan kerja pada saat sekarang dan waktu yang akan datang; kedua, laju peningkatan golongan umur tertentu dalam pertambahan angkatan kerja di masa yang akan datang; ketiga, pengaruh perkembangan ekonomi yang mampu menyerap angkatan kerja lebih banyak. Oleh karena itu, untuk memberikan kontribusi yang besar pada angkatan kerja, maka upaya yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi berbasis kerakyatan akan lebih menguntungkan dibanding upaya lainnya. Dalam paparan data serial pada grafik di bawah memperlihatkan secara faktual fenomena aktivitas perekonomian Kabupaten Subang dalam menyerap pasar kerja mengalami fluktuatif, dimana angka tertinggi dicapai di tahun 2012 yang mencapai 67,57 % namun pada tahun 2013 menurun menjadi 63,26 %. Adapun dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) memperlihatkan pola yang sedikit berbeda, di mana puncak pengangguran dalam kurun waktu terjadi pada tahun 2011yang mencapai 9,1 % termasuk mereka yang sedang mencari pekerjaan secara aktif.hal ini disebabkan selain kesempatan kerja yang relatif rendah juga disebabkan bahwa komposisi penduduk di usia pada tahun 2011 mencapai 66.54%. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa pada saat kesempatan kerja rendah sementara permintaan terhadap pasar kerja meningkat, maka cenderung pengangguran akan meningkat. Grafik 4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun ,00 67,57 66,00 64,00 62,00 62,47 62,91 62,24 63,26 TPAK (%) 60,00 58,

65 Grafik 5. Tingkat Pengangguran Tahun ,00 9,00 8,00 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00 2,00 1,00 0,00 8,72 9,10 7,76 8,01 7, TPT (%) Sumber : BPS Kab.Subang Dari data serial yang dipaparkan maka interprestasi yang muncul adalah masalah pengangguran merupakan suatu masalah serius bagi Kabupaten Subang dan harus menjadi perhatian semua stakeholder, mengingat dampak paling buruk yang akan terjadi adalah dapat menyebabkan penurunan daya beli masyarakat. Di mana effek berantai dari kondisi tersebut adalah munculnya ketidak-mampuan rumahtangga (masyarakat) untuk menyekolahkan anakanaknya. Yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kemiskinan FOKUS KESEJAHTERAAN SOSIAL 1. Pendidikan Salah satu komponen krusial dalam kompilasi IPM. ialah indeks pendidikan, di mana indeks ini terdiri atas dua komponen krusial, yaitu ratarata lama sekolah dan angka melek huruf untuk penduduk yang berusia 15 tahun ke atas. A. Tingkat Melek Huruf dan Rata-rata Lama sekolah Kemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan minimum yang harus dimiliki penduduk, karena banyak informasi yang membutuhkan kemampuan tersebut, bahkan untuk supaya berkembang dalam berbagai aspek kehidupan kemampuan membaca dan menulis ini menjadi dasar bagi setiap penduduk. Pengertian melek huruf adalah banyaknya/persentase penduduk yang berumur 15 tahun ke atas yang mampu membaca dan menulis huruf latin. Kenyataannya masih banyak penduduk usia 15 tahun keatas atau lebih yang 53

66 tidak mampu membaca dan menulis. Hal ini dapat disebabkan karena memang sejak lahir sampai sekarang penduduk tersebut belum atau tidak pernah sekolah, atau pernah sekolah tetapi putus sekolah sebelum mampu membaca dan menulis. Kedua kondisi diatas besar kemungkinan disebabkan oleh ketidakmampuan orang tua secara ekonomi untuk menyekolahkan anaknya, ataupun karena kurangnya kesadaran orang tua akan arti pentingnya pendidikan. Sedangkan Rata-rata lama sekolah adalah lama pendidikan penduduk Subang yang berusia 15 tahun ke atas. Angka tersebut memberikan gambaran tentang seberapa lama penduduk Kabupaten Subang dalam mengenyam pendidikan. Sehingga semakin lama penduduk memperoleh pendidikan, maka semakin tinggi pula kualitas SDM penduduk tersebut dan lebih jauh lagi penduduk tersebut akan lebih memiliki peluang untuk memperoleh hidup yang lebih layak. Tabel 4 Angka Melek Huruf dan Rata-rata lama sekolah Kabupaten Subang Tahun Tahun AMH(%) RRLS(Tahun) ,40 6, ,45 6, ,58 7, ,82 7, ***) 92,83 7,20 Sumber : BPS Kab.Subang ***) data tahun 2013 bersifat sangat sementara Tingkat melek huruf di Kabupaten Subangpada tahun 2009 tercatat 92,4 % dan tahun 2013 meningkat menjadi 92,83%. Dari kenaikan tersebut nampaknya bahwa peningkatannya belum signifikan dari kurun waktu 5 tahun terakhi, hal itu disebabkan antara lain : 1. Penghitungan AMH di mulai dari usia 10 tahun ke atas, sehingga intervensi di bawah usia itu tidak langsung bisa dihitung sebagai capaian AMH tahun berikutnya 2. Tingginya Penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak / belum pernah sekolah, tidak tamat SD pada tahun 2012 sebesar 170,145 mencapai 24,54% dan tahun 2013 mencapai 23,02 % 3. Usia Buta Huruf di dominasi oleh penduduk yang berusia 45 tahun ke atas. Sehingga perlu ada gerakan buta huruf yang massive 54

67 Adapun untuk Rata-rata lama sekolah pada tahun 2009 tercatat 6,91 tahun dan tahun 2013 mencapai 7,20 tahun. Ini berarti bahwa peningkatan rata-rata lama sekolah di Kabupaten Subang mengalami kecenderungan naik tetapi belum signifikan dan masih jauh dari harapan untuk mencapai tahap Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun (dalam pengertian RRLS masih di bawah 9 tahun). Kenaikan yang tidak signifikan tersebut antara lain dikarenakan : a) Penghitungan RRLS di mulai dari usia 10 tahun ke atas, sehingga intervensi di bawah usia itu tidak langsung bisa dihitung sebagai capaian IPM tahun berikutnya b) Budaya agraris kurang merangsang tumbuhnya minat melanjutkan sekolah karena pekerjaan petani tidak membutuhkan kualifikasi pendidikan yang tinggi. Sehingga perlu ada gerakan AKSELERASI PERCEPATAN RRLS yang massive c) Tingginya Penduduk usia 15 tahun ke atas yang tidak / belum pernah sekolah, tidak tamat SD pada tahun 2012 sebesar 170,145 (24,54%) dan tahun 2013 sebesar 160,072 mencapai 23,02 % B. Tingkat Partisipasi Sekolah Segmentasi penduduk yang harus mendapatkan kesempatan sekolah secara demografis ditentukan pada selang usia (7-18) tahun, di mana secara operasional kelompok umur tersebut dipilah menjadi tiga; yaitu usia (7-12) tahun untuk tingkat Sekolah Dasar (SD.), usia (13-15) tahun untuk tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP.) dan umur (16-18) tahun untuk tingkat pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Pada dua kelompok umur yang pertama, yaitu usia (7-12) tahun dan (13-15) tahun merupakan umur yang krusial dikaitkan dengan adanya program yang dicanangkan oleh pemerintah yaitu Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 tahun. Dengan demikian, sudah selayaknya-lah apabila pengamatan yang lebih serius diarahkan pada kelompok usia ini. Angka Partisipasi Murni (APM) memberikan informasi yang lebih baik, di mana indikasi jumlah penduduk umur tertentu yang bersekolah pada tingkatan yang sesuai dengan kelompok umurnya. Terlihat besaran APM pada tingkat sekolah dasar cenderung naik, dimana kenaikan yang sangat tajam terjadi pada periode tahun yang berada dikisaran 91,07 % - 99,88 %, demikian juga untuk APM di tingkat SLTP dan SLTA sebagaimanatabel di bawah ini. 55

68 Tabel. 5APM APK, APM SD/MI/PLS, SMP /MTs/PLS dan SMA /MA/PLS Tahun PERDA RPJMD KABUPATEN SUBANG Tahun Ajaran Indikator 2008/ / / /2012 (1) (2) (3) (4) (5) APK SD 98,72 106,61 110,62 120,35 APM SD 88,33 91,07 95,2 99,88 APK SLTP 86,85 90,45 89,59 95,9 APM SLTP 75,36 70,13 79,06 76,43 APK SLTA 39,96 54,81 45,86 68,41 APM SLTA 31,38 42,81 36,2 53,63 Suatu indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat kondisi partisipasi penduduk bersekolah pada Tingkat SD/MI /PLS, SMP /MTs/PLS dan SMA /MA/PLS dengan tidak mempertimbangkan usia siswa pada tingkatan tersebut ialah Angka Partisipasi Sekolah (APK). Pada grafik 6dipaparkan besaran APK Kabupaten Subang pada kurun waktu Suatu interpretasi atas paparan data serial tersebut, bahwa ada peningkatan atas partisipasi segmen usia (7-15) tahun dan hal yang sama bila diamati untuk besaran APK usia (16-18) tahun. Suatu catatan krusial yang dapat dikemukakan, meskipun deteksi dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf yang digunakan dalam kompilasi angka IPM adalah untuk kelompok usia 15 tahun ke atas, akan tetapi tingginya besaran APK pada usia (7-18) tahun akan merupakan data investasi dalam meningkatkan angka rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf. C. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Pendidikan tertinggi yang ditamatkan penduduk usia 10 tahun ke atas dapat memberikan gambaran akan kondisi dan kualitas sumberdaya manusia secara spesifik. Dari Tabel 5 dapat tergambar bahwa penduduk usia 10 tahun ke atas di Kabupaten Subang secara umum pada tahun yang menamatkan pendidikan Sekolah Dasar (SD) cenderung fluktuatif berkisar 37,66-41,23 %.Dan fenomena yang harus mendapat perhatian serius adalah meningkatnya penduduk yang belum menamatkan pendidikan setara SD atau yang belum sekolah tahun mencapai kisaran 23,19-24,54 %., sehingga variabel inilah yang menjadikan permasalahan mendasar dalam upaya meningkakan indeks pendidikan, dimana maksimal yang menamatkan SD 56

69 berkisar antara 60,86 % %, sedangkan rinciannya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tingkat Pendidikan Tabel 6. Penduduk 15 Tahun keatas menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan di Kabupaten Subang Tahun Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah (%) (%) (%) (%) Tdk/Blm Pernah Sekolah & Tidak/Belum Tamat SD , , , ,00 23,19% 24,13% 24,54% 23,02% SD , , , ,00 37,66% 43,70% 41,23% 37,75% SLTP , , ,00 154,926,00 15,76% 16,94% 19,31% 22,28% SLTA , , , ,00 18,03% 12,87% 12,38% 14,32% DIATAS SLTA , , , ,00 5,35% 2,36% 2,54% 2,63% Jumlah % 100% 100% 100% 2. Kesehatan Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya kesehatan, yakni promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Upaya tersebut tercermin antara lain melalui kegiatan penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular dan lain-lain. Untuk melihat hasil upaya tersebut, dapat dilihat dari perkembangan derajat kesehatan berupa Angka Harapan Hidup dan indikator lainnya seperti Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, status gizi masyarakat,, kondisi kesehatan lingkungan, Kondisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Kondisi Sarana dan Prasarana Pelayanan serta lainnya. Perkembangan Pencapaian Bidang Kesehatan dapat dilihat dari indikator Angka Harapan Hidup (AHH) yang pada tahun tahun 2009 mencapai tahun, tahun 2010 mencapai tahuntahun 2011 mencapai 79,42 tahun 57

70 dan tahun 2012 mencapai 69,56 tahun dan tahun 2013 mencapai 69,65 tahun. Keberhasilan pencapaian derajat kesehatan tersebut sangatlah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kualitas pelayanan, kualitas lingkungan, dan perilaku atau budaya masyarakat. Grafik 6. Pencapaian AHH Kabupaten Subang Tahun 2009 s/d Tahun ,7 69,6 69,5 69,4 69,3 69,2 69, ,65 69,56 69,39 69,42 69, AHH BPS Subang ***) AHH 2013 angka masih sangat sementara Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, telah dilakukan berbagai upaya kesehatan, yakni promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif. Upaya tersebut tercermin antara lain melalui kegiatan penyuluhan kesehatan, pelayanan kesehatan, pembinaan kesehatan, pemberantasan penyakit menular dan lain-lain. Untuk melihat hasil upaya tersebut, dapat dilihat dari perkembangan derajat kesehatan berupa Angka Harapan Hidup dan indikator lainnya seperti Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Ibu, status gizi masyarakat,, kondisi kesehatan lingkungan, Kondisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Kondisi Sarana dan Prasarana Pelayanan serta lainnya. Adapun indikator kesehatan lainnya antara lain : 1). Kasus Kematian Bayi Suatu hal lain yang menarik, kondisi suatu wilayah dapat dilihat dari aspek derajat kesehatan, di mana derajat kesehatan itu sendiri diukur dengan menggunakan angka kematian bayi (AKB.). Berdasarkan kriteria daerah yang direkomendasikan Stan D'Souza 1 dari aspek AKB. atau derajat kesehatan, maka diinterpretasikan, pada tahun 1980 wilayah kabupaten Subang termasuk daerah soft-rock dan pada kurun 58

71 waktu 1990-sekarang berdasarkan kriteria Stan D'Souza, Kabupaten Subang masih berada dalam posisi daerah intermediate-rock. Artinya bahwa kematian bayi terjadi karena faktor sosial dan budaya sehingga memerlukan intervensi penyadaran yang cukup intensif di masyarakat. Pada tahun 2013, terdapat 118 kasus kematian bayi dan menurun bila dibandingkan dengan tahun 2011 dan 2012 sebagaimana rinciannya sebagai berikut : Tabel 7 Jumlah Kematian Bayi menurut Puskesmas di Kabupaten Subang Tahun NO PUSKESMAS SAGALAHERANG SERANGPANJANG JALANCAGAK KASOMALANG PALASARI CISALAK TANJUNGSIANG TANJUNG WANGI CIRANGKONG CIBOGO CIKALAPA SUKARAHAYU KALIJATI RAWALELE CIPEUNDEUY PABUARAN PRINGKASAP PATOKBEUSI RANCABANGO PURWADADI CIAKUM PAGADEN GUNUNGSEMBUNG CIPUNAGARA COMPRENG NO PUSKESMAS JATIREJA BINONG TAMBAK DAHAN WANAJAYA CIASEM MANDALAWANGI JATIBARU PAMANUKAN

72 34 BATANGSARI PUSAKANAGARA KARANGANYAR LEGONKULON BLANAKAN CILAMAYAGIRANG Pagaden Barat JUMLAH ) Kasus Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) atau maternal mortality rate menunjukkan jumlah kematian ibu karena kehamilan, persalinan dan masa nifas pada setiap 1000 kelahiran hidup dalam suatu kurun waktu tertentu di wilayah tertentu. Angka ini mencerminkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, keadaan sosial ekonomi, kondisi lingkungan serta fasilitas dan tingkat pelayanan kesehatan prenatal dan obstetri. Beberapa faktor langsung yang mempengaruhi AKI secara langsung adalah status gizi, anemia pada kehamilan, terlambat hamil dan terlalu sering hamil. Beberapa faktor mendasar yang mempengaruhinya adalah tingkat pengetahuan dan pendidikan ibu, lingkungan fisik, budaya dan sosial ekonomi keluarga. Berikut rincian kasus kematian ibu tahun sebagai berikut : Tabel 8 Tabel Jumlah Kematian Ibu menurut Puskesmas di Kabupaten Subang Tahun NO PUSKESMAS SAGALAHERANG 1 2 SERANGPANJANG 1 3 JALANCAGAK KASOMALANG PALASARI CISALAK 1 7 TANJUNGSIANG 1 8 TANJUNG WANGI CIRANGKONG 1 10 CIBOGO CIKALAPA SUKARAHAYU KALIJATI RAWALELE 1 NO PUSKESMAS CIPEUNDEUY 16 PABUARAN 1 17 PRINGKASAP 1 18 PATOKBEUSI 19 RANCABANGO 1 60

73 20 PURWADADI CIAKUM PAGADEN GUNUNGSEMBUNG 24 CIPUNAGARA COMPRENG JATIREJA BINONG TAMBAK DAHAN 1 29 WANAJAYA 30 CIASEM 2 31 MANDALAWANGI 32 JATIBARU 33 PAMANUKAN BATANGSARI PUSAKANAGARA 1 36 KARANGANYAR 2 37 LEGONKULON BLANAKAN 39 CILAMAYAGIRANG 40 PAGADEN BARAT 1 JUMLAH ). Status Gizi Masyarakat Masalah utama gizi di Kabupaten Subang masih diwarnai dengan masalah gizi buruk (khususnya pada kelompok umur Balita dan ibu hamil), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), anemia gizi besi dan kurang vitamin A. Dari data status gizi Balita yang didapatkan dari pemantauan status gizi dapat dilihat bahwa Balita dengan status gizi buruk dan gizi kurang pada setiap tahunnya relatif menurun, sedangkan Balita dengan status gizi baik menunjukkan kecenderungan meningkat. Terdapat 2 indikator staus gizi balita, yaitu berdasarkan idikator berat badan dan umur (BB/U) dan berat badan dan tinggi badan (BB/TB). Tabel 9 Status Gizi Balita di Kabupaten Subang Tahun No Kategori Status gizi buruk 0,53% 0,58% 0,50% 0,49% 0,44% 2. Status gizi kurang 7,60% 6,22% 4,92% 4,67% 4,03% 3. Status gizi baik 90,60% 91,88% 93,05% 93,54% 94,41% 4. Status gizi lebih 1,12% 1,32% 1,53% 1,31% 1,12% 61

74 4). Kondisi Kesehatan Lingkungan PERDA RPJMD KABUPATEN SUBANG Kondisi kesehatan lingkungan dapat dilihat dari cakupan air bersih, jamban keluarga dan sarana pembuangan air limbah (SPAL). Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap penularan penyakit berbasis lingkungan. Indikator kegiatan Penyehatan Lingkungan selama lima tahun terakhir menunjukan peningkatan, walaupun masih di bawah target. Cakupan jamban keluarga, air bersih, SPAL dan rumah sehat masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Grafik 7. Cakupan Pencapaian Program Penyehatan lingkungan Tahun ,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 82,71% 82,83% 83,32% 83,62% 66,74% 66,56% 69,11% 68,08% 71,25% 74,69% 59,16% 62,62% 63,75% 68,19% 63,81% 68,31% Air bersih Jamban SPAL Rumah Sehat 5). Kondisi Perilaku Budaya Hasil kegiatan promosi kesehatan sulit dilihat karena perubahan perilaku yang mengarah pada perilaku sehat banyak faktor yang mempengaruinya. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak sadar menjadi sadar, dari yang sudah sadar akan manfaat perilaku sehat belum tentu akan terjadi perubahan perilaku sehat, bahkan masyarakat yang telah memiliki perilaku sehatpun sangat sulit dipantau sampai seberapa lama bisa mempertahankan perilaku sehatnya. Salah satu indikator promosi kesehatan adalah Rumah tangga sehat yaitu rumah tangga yang memenuhi indikator PHBS. Adapun indikator PHBS yang diberlakukan di Subang adalah menggunakan 10 indikator minimal dari Depkes, diantaranya: a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan b. Memberi bayi ASI ekslusif c. Penimbangan bayi dan balita d. Menggunakan air bersih e. Mencuci tangan dengan air dan sabun f. Menggunakan jamban sehat 62

75 g. Memberantas jentik di rumah h. Makan buah dan sayur setiap hari i. Melakukan aktifitas fisik setiap hari j. Tidak merokok di dalam rumah Adapun perangkaanya sebagai grafik berikut Grafik 8 Prosentasi PHBS Tatana Rumah Tangga di Kab. Subang Tahun ,00% 90,00% 80,00% 70,00% 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% 98,02% 65,84% 98,51% 93,38% 90,89% 87,51% 95,74% 97,26% 91,47% 57,94% 56,92% Kondisi Sarana Prasarana Tabel 10 Kondisi Sarana Puskesmas dan Jaringannya Tahun No Uraian Baik Sedang Rusak Jml Baik Sedang Rusak Jml 1. Puskesmas Pustu Polindes Poskesdes JUMLAH Di Kabupaten Subang terdapat 40 Puskesmas, dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa maka ratio rata-rata satu 63

76 Puskemas melayani penduduk. Standar ratio Puskesmas terhadap penduduk adalah 1: penduduk. Jumlah desa di Kabupaten Subang sebanyak 253 desa dengan jumlah Puskesmas 40 buah, sehingga rata-rata wilayah kerja Puskesmas meliputi 6 7 desa. Untuk meningkatkan akses pelayanan, setiap Puskesmas dilengkapi dengan Puskesmas pembantu dan Puskesmas keliling. Jumlah Puskesmas pembantu di Kabupaten Subang sebanyak 75, sehingga satu Puskesmas memiliki 1-2 Puskesmas pembantu, dengan jumlah terbanyak di Puskesmas Palasari, yaitu 5 buah. Sedangkan jumlah Puskesmas keliling roda empat sebanyak 48 buah yang tersebar di setiap Puskesmas antara 1-2 buah. Dari 40 Puskesmas yang ada, sudah semua Puskesmas dilengkapi dengan laboratorium dasar sekaligus dengan pengelolanya. Penanganan kasus-kasus obstetri dan neonatal dasar dari rujukan Puskesmas belum optimal dilaksanakan karena sampai dengan tahun 2012 di Kabupaten Subang baru terdapat 11 buah Puskesmas DTP, dengan total jumlah tempat tidur sebanyak 110 buah. Penyebaran pelayanan kesehatan milik swasta (apotik, dokter umum praktek, dokter gigi praktek, dokter spesialis) tidak merata di seluruh kabupaten dan terakumulasi di Pantura (Wilayah pantai) dan ibu kota kabupaten, sedangkan jumah rumah bersalin sebanyak 1 buah yang berada di ibukota kabupaten. Pola tenaga kesehatan sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan adalah sebagai berikut: 1. Tenaga medis (meliputi dokter dan dokter gigi) 2. Tenaga keperawatan (meliputi perawat dan bidan) 64

77 3. Tenaga kefarmasian ( meliputi apoteker, analis farmasi dan asisten apoteker) 4. Tenaga kesehatan masyarakat (meliputi epidemiologi kesehatan, entomolog kesehatan, mikrobiologi kesehatan, penyuluh kesehatan, administrator kesehatan dan sanitarian) 5. Tenaga gizi (meliputi nutrisionis dan dietisien) 6. Tenaga keterapian fisik (meliputi fisioterapis, okuterpis dan terapis wicara) 7. Tenaga keteknisan medis (meliputi radiografer, radioterapis, teknisis gigi, teknisi elektromedis, analisa kesehatan, refraksionis optisien, otorik prostetik, teknisi transfusi dan perekam medis) 6). Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Penanganan Penyakit yang meliputi penyakit menular langsung, seperti: Kusta, Diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), TB dan Menular Seksual; dan penyakit bersumber binatang, seperti: demam berdarah, malaria, rabies, antraks dan filariasis. Cakupan program Pemberantasan penyakit di Kabupaten Subang dari tahun dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 11 Hasil Kegiatan Program Pemberantasan Penyakit di Kabupaten Subang Tahun NO DATA POKOK A PROGRAM P2 KUSTA Jmlh penderita kusta yg di MDT Prevalensi / 10,000 pddk 0,94 0,86 1 1,01 Jml penderita baru CDR / 100,000 pddk 10,3 9,85 10, Proporsi cacat Tk, I (%) 351 0,87 19,63 18,06 Proporsi cacat Tk, II (%) 19,7 12,3 9,03 Prevalensi detection ratio 0,09 0,09 0,9 10,18 65

78 NO B DATA POKOK PROGRAM DIARE Penemuan penderita 29,15 43, , CFR (%) 0, IR (/1000 penduduk) 19,19 28,96 21,51 21,6 Proporsi penderita mendapat oralit (%) C PROGRAM P2 ISPA Penemuan penderita (%) 61 70, ,7 D CFR 0,032 0, PROGRAM P2 TB Proporsi BTA positif terhadap 10,03 10,3 9,3 6,8 suspek diperiksa (%) CDR (%) 72,16 79,6 80,7 77,9 NO DATA POKOK CDR (kasus) 1, Konversi (%) 94,4 95,1 94,2 93,5 Sembuh (%) 94,4 93,1 90,8 E P2 MENULAR SEKSUAL Prevalensi HIV/AIDS pd resti 4,5 3,14 3,64 6,73 Kasus HIV/AIDS pd resti (Kumultaif HIV) Kasus HIV F NO G H I J P2 Demam berdarah dongue Jml kasus tersangka DBD (IR/ penduduk) 36,8 19,3 35,6 71,5 DATA POKOK CFR (%) 1,75 2,17 0,74 0,92 P2 MALARIA Pemeriksaan sediaan darah Sediaan darah positif P2 RABIES Jml kasus gigitan Jml kasus (+) P2 ANTRAKS Jml spec positif P2 FILARIA Kasus filaria kronis Kasus filaria asymptomatik 66

79 3. Sosial Budaya Lainnya Hal lainnya yang perlu mendapat perhatian serius adalah masih tingginya permasalahan sosial sebagaimana tabel di bawah ini.permasalahan tersebut walaupun cenderung menurun, tetapi perlu langkah langkah strategis untuk mempercepat pengurangan tersebut. Tabel 12. Permasalahan Sosial Lainnya Tahun NO URAIAN Wanita Rawan Sosial Ekonomi Wanita Tuna Susila Penyandang Cacat Lanjut Usia Anak Tarlantar Anak Nakal NO URAIAN Pemulung 8 Pekerja Migran Eks Narapidana Komunitas Adat Terpencil 11 Keluarga muda Mandiri 12 Berumah tak Layak Huni Korban Bencana Karang Taruna Pekerja Sosial MasyaRakat Panti Sosial dan Panti 16 Asuhan Makam Pahlawan Korban Tindak Kekerasan Anak Terlantar dalam Panti Asuhan Sumber : Dinas Sosial No Secara umum perkembangan keagamaan di Kabupaten Subang dapat dilihat pada tabel tabel berikut ini : Tabel 13 Perkembangan Sarana Peribadatan di Kabupaten Subang Tahun Jenis sarana Peribadatan TH (Buah) TH (Buah) TH (Buah) TH (Buah) 1 Mesjid/Mushola/langgar ,483 6,743 /Surau 2 Gereja Vihara Jumlah Sumber :Kantor Depag Kab. Subang 67

80 Dari tabel tersebut diatas memperlihatkan bahwa sarana peribadatan seperti Mesjid, Mushola, langgar/surau pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi buah. Perkembangan kuantitas sarana peribadatan dan pendidikan keagamaan Islam yang terjadi pada tahun 2013 sebagaimana diuraikan diatas merupakan salah satu indikasi bahwa secara umum kehidupan keagamaan di Kabupaten Subang kondisinya relatif baik. Adapun jumlah tindak kriminal dan gangguan ketentraman lainnya pada tahun sebagaimana tabel berkut ini : Tabel 14 Frekuesi gangguan ketentraman dan Ketertiban Masyarakat di Kabupaten SubangTahun JENIS KEJAHATAN/PELANGGARAN (1) (3) (4) (5) (6) (2) 1. PEMBUNUHAN PENGANIAYAAN PERAMPOKAN/CURAS PENCURIAN/CURAT PERKOSAAN PENIPUAN PENGGELAPAN PENGANCAMAN PENGRUSAKAN PENCULIKAN PEMERASAN PENYEROBOTAN TANAH PEMALSUAN SURAT NARKOTIKA

81 15. LAIN-LAIN J U M L A H Sumber : Kepolisian Resort Subang 2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM Penyediaan sarana dan prasarana umum merupakan garapan utama bidang pekerjaan umum, bidang perumahan dan permukiman dalam rangka pembangunan infrastruktur di Kabupaten Subang, dan selalu menjadi prioritas utama pembangunan di Kabupaten Subang terutama pembangunan dan pemeliharaan jalan, baik dari besaran anggaran maupun jumlah kegiatan, hal ini disebabkan Jalan dirasakan sangat mendukung terhadap perkonomian masyarakat dan hal itu pun dilansir oleh Penelitian Bapenas bahwa peningkatan infrastruktur wilayah mendukung pertumbuhan ekonomi sekitar 30 % Upaya penyediaan sarana dan prasarana umum tersebut dilaksanakan dalam rangka pencapaian sasaran - sasaran sebagai berikut: - Meningkatnya kualitas dan kuantitas jalan dan jembatan terutama dalam mendukung sektor pertanian, perdagangan, pariwisata dan industri - Meningkatnya kualitas jalan lingkungan, drainase dan lain-lain. - Tersedianya sarana pelayanan umum yang memadai berupa gedung-gedung kantor pemerintah, sarana olah raga dan lain-lain. - Terpenuhinya kebutuhan air irigasi untuk kegiatan pertanian dan perikanan. - Tersedianya sarana angkutan dan tempat pembuangan sampah. - Tersedianya sarana dan prasarana pemadam kebakaran. - Tersedianya penerangan rumah dan jalan umum. 1. Jalan dan Jembatan Seperti telah disebutkan di atas bahwa Kebijakan peningkatan dan pembangunan jalan diarahkan pada upaya mendukung tumbuhnya dan berkembang perekonomian masyarakat Subang serta menunjang pelayanan lainnya. Dari data di bawah ini nampak bahwa kondisi jalan rusak dari tahun 2012 mencapai 276,61 km (26,23 %) dan tahun 2013 menurun menjadi 265,54 (25,18%). 69

82 Grafik 9. Kondisi Jalan Kabupaten Tahun ,00 450,00 400,00 350,00 300,00 250,00 200,00 150,00 486,50 450,52 410,16 389,50 359,25 388,39 354,46 378,80 316,00 314,00 289,98 340,79 276,61 265,54 252,00 Kondisi Baik (KM) Kondis Sedang (KM) Kodisi Rusak (KM) 100,00 50,00 0, Sumber : Dinas Bina Marga dan Pengairan 2. Pengairan Pembangunan sub bidang pengairan pada bidang pekerjaan umum, diarahkan kepada upaya peningkatan pelayanan akan kebutuhan pengairan irigasi untuk kepentingan pertanian Manajemen sistim jaringan irigasi di Kabupaten Subang pada saat ini belum terlaksana secara sistematik, diindikasikan oleh sering terjadinya fluktuasi debit air yang terjadi antara musim kering (kemarau) dan musim basah (hujan) yang berimplikasi terhadap area luasan sawah padi. Di sisi lain jaringan irigasi teknis tidak dapat terairi secara terukur dan teratur. Sementara Kabupaten Subang memiliki luasan sawah Ha yang memerlukan suplai air secara teknis, hal ini memerlukan jaringan irigasi yang memadai. Apabila memperhatikan jumlah kegiatan sub bidang pengairan nampak jumlahnya cukup banyak dan besaran dananya pun cukup besar, namun kegiatan yang dilakukan belum dapat menyentuh seluruh kompleksitas permasalahan yang dihadapi pada sistem pembangunan pengairan di Kabupaten Subang. Hal ini selain berkaitan dengan berbagai masalah yang berhubungan dengan irigasi pedesaan, hal-hal lainnya yang harus mendapat perhatian adalah normalisasi beberapa situ penampungan air yang kini tengah mengalami disfungsi sehingga penyedian air irigasi pedesaan sering terjadi kekurangan. 70

83 Demikian pula dengan normalisasi saluran induk Tarum Timur yang dari tahun ketahun telah menampakan pendangkalan sehingga debit air yang ditampungnya untuk mengairi sawah di wilayah pantura tidak optimal dan selain itu normalisasi kali pembuang perlu pula mendapat perhatian utama, yang di bagian utara wilayah Kabupaten Subang senantiasa menjadi penyebab kekurangan air dan bencana banjir. Selanjutnya pada pelayanan pengairan khususnya situ tempat penampungan air irigasi tergambarkan dari 54 buah situ sebagian besar yakni 30,% mengalami kerusakan dan atau tidak berfungsi optimal sebagai sumber air setempat dengan tingkat cakupan layanan irigasi Dengan demikian pada musim hujan situ tersebut tidak dapat berfungsi optimal untuk mengendalikan banjir dan pada musim kemarau tidak dapat berfungsi sebagai pemasok untuk air irigasi pedesaan yang mana kondisi irigasi baik dari tahun masing masing masih mencapai 30%, 30%, 35%, 40%,45% 3. Ciptakarya Tujuan pembangunan keciptakaryaan adalah menyediakan sarana pelayanan umum yang memadai, baik berupa gedung-gedung kantor pemerintah, sarana olah raga Kabupaten, maupun sarana dan prasarana lingkungan pemukiman seperti jalan lingkungan, drainase, air bersih, penerangan jalan umum dan lain-lain. Pada tahun cakupan jaringan pelayanan air bersih di Kabupaten Subang mengalami trend naik dari 80 % di tahun 2009 menjadi 82,4 % di tahun dengan tingkat pelayanan air minum PDAM sampai tahun 2012 baru mencapai 30,834 rumah tangga dimana dari 30 kecamatan baru 23 yang terlayani dan sisanya belum terlayani yakni kecamatan : Serang panjang, Ciater, Dawuan, Cipeundeuy, Cikaum, Pagaden Barat dan Sukasari. KONDISI PEMERINTAHAN 1. Pelayanan Hukum Pembangunan sektor hukum merupakan salah satu pilar pembangunan, sebagai wahana pembentukan insan sadar hukum di Kabupaten Subang. Pembangunan sektor hukum dilakukan melalui strategi penegakan supremasi hukum demi terjaminnya kepastian hukum bagi seluruh pelaku pembangunan. Pencapaian tujuan dan sasaran pada sektor hukum sering kali dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang antara lain adalah sebagai berikut: 71

84 1) Masih kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terhadap berbagai produk hukum baik yang diterbitkan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten Subang; 2) Sering terlambatnya aturan teknis yang diterbitkan Pemerintah Pusat, sehingga menyulitkan bagi daerah dalam implementasinya 2. Penyelenggaraan Pengawasan Dalam pelaksanaan pengawasan, Pemerintah Kabupaten Subang sering kali dihadapkan pada bebagai permasalahan yang mengakibatkan tidak / kurang berfungsinya peran pengawasan dalam pelaksanaannya. Adapun permasalahan-permasalahan di maksud antara lain tidak seimbangnya antara obyek pemeriksaan dengan Jumlah Auditor. Untuk itu pemerintah daerah mengajak peran serta DPRD, masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat serta organisasi terkait dalam berperan mengawasi pembangunan yang dilaksanakan di Kabupaten Subang. 3.Pemerintahan Desa. Upaya pemerintah daerah dalam memotivasi penyelenggaraan pemerintahan desa sebagai ujung tombak pemerintah di desa masih dirasakan belum optimal, hal tersebut diantaranya adalah : 1.) Penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan Desa belum optimal, dalam arti belum tertib dan teratur. 2.) Penggantian aparat desa sering menimbulkan kurang sinambungnya kegiatan Pemerintahan Desa 4.Pengelolaan Pendapatan Daerah. Berbagai arah kebijakan pengelolaan pendapatan daerah yang dilaksanakan selama ini secara umum telah mencapai sasaran yang diinginkan, namun demikian dalam pelaksanaannya masih ditemui berbagai permasalahan, antara lain : 1.) Dalam kaitannya dengan pemungutan PBB, Wajib Pajak yang ketetapan pajaknya besar masih kurang sadar dalam pembayaran, sehingga terjadi penunggakan. Kemudian sampai saat ini masih terjadi adanya permasalahan yang bersifat administratif antara lain kepemilikan ganda, salah nama, salah luas, nama tidak dikenal, tidak ada obyeknya dan lain-lain. 72

85 2.) Terjadinya prediksi perhitungan awal, kebangkrutan pengusaha, dan masih adanya wajib pajak yang kurang sadar dalam kewajibannya, 3.) Setiap tahun selalu terdapat perubahan data objek dan subjek pajak daerah dan terdapat objek dan subjek pajak daerah baru yang perlu didata dan didaftarkan. 4.) Masih kurangnya koordinasi dengan Pemerintah Pusat maupun propinsi berkaitan dengan penerimaan perimbangan maupun bagi hasil dari Pemerintah yang lebih tinggi, sehingga sulit dalam merencanakan pendapatan TABEL 15. GAMBARAN PAD DAN APBD KAB, SUBANG TAHUN NO URAIAN I REALISASI PENDAPATAN DAERAH A PENDAPATAN ASLI DAERAH Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah B C II DANA PERIMBANGAN Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian Otoomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Pendapatan Lainlain REALISASI BELANJA PEGAWAI

86 1. Kepegawaian Pelaksanaan Pembangunan bidang Aparatur selama ini terus di tingkatkan hal ini tidak lain guna menciptakan aparatur yang responsif, bersih dan berwibawa dalam rangka meningkatkan profesionalisme aparatur. Hal ini diperkuat dengan terbutnya Undang undang Nomor 15 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. UU ASN mencoba meletakkan beberapa perubahan dasar dalam manajemen SDM. Pertama, perubahan dari pendekatan personnel administration yang hanya berupa pencatatan administratif kepegawaian kepada human resource management yang menganggap adalah sumber daya manusia dan sebagai aset negara yang harus dikelola, dihargai, dan dikembangkan dengan baik. Kedua, perubahan dari pendekatan closed career system yang sangat berorientasi kepada senioritas dan kepangkatan, kepada open career system yang mengedepankan kompetisi dan kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian jabatan. Adanya UU ASN tersebut memeiliki harapan diantaranya : 1. Tidak akan adalagi politisasi birokrasi atau bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme seperti yang tercantum dalam pasal akan menjaminan kesejahteraan yang memadai bagi Pegawai Negeri Sipil juga bagi Pegawai Tidak Tetap Pemerintah karena akan memperoleh seperti honorarium yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya, tunjangan, cuti, pengembangan kompetensi, biaya kesehatan, dan uang duka. 3. akan menjamin kompetisi terbuka di antara PNS karena menggunakan pendekatan open career system yang mengedepankan kompetisi serta kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian jabatan. Istilah yang sering kita dengar adalah lelang jabatan yang belum lama ini telah dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta. Salah satu pengungkit terbesar dalam reformasi birokrasi adalah perubahan SDM aparatur. Hal itu memang tidak mudah karena perubahannya tidak hanya meliputi sistem, struktur, dan manajemen SDM, tetapi juga perubahan budaya, cetak pikir, dan perilaku birokrasi itu sendiri. Ada beberapa masalah dasar dalam SDM birokrasi Indonesia. 1. Pertama, soal belum tertanamnya budaya kinerja dan budaya pelayanan. Ukuran kinerja birokrasi pada umumnya belum terlalu 74

87 konkret, belum terencana dengan baik, tidak terkait dengan hasil (outcome) juga dampak (impact), dan tidak berhubungan dengan sistem kompensasi. Jamak dalam berbagai diskusi seorang PNS sangat sulit diberhentikan karena alasan tidak tercapainya kinerja. 2. Kedua, pekerjaan tempat PNS mengabdi saat ini belum dipandang sebagai sebuah profesi yang memiliki standar pelayanan profesi, kode etik profesi, dan pengembangan kompetensi profesi yang harus dihormati, dijaga, dan dijadikan dasar dalam berbagai kebijakan dan manajemen SDM. PNS sebagai abdi negara dan abdi masyarakat tak dianggap sebagai aset negara, bahkan kadang-kadang dipandang menjadi beban negara. Itu sebabnya dengan rasio PNS dibandingkan penduduk yang hanya 1,89 persen, keberadaan PNS dirasakan belum memberikan manfaat yang optimal kepada masyarakat. 3. Persoalanketiga adalah kian besarnya gejala pengaruh politik, hubungan kekerabatan, hubungan ekonomi, dan berbagai relasi lain dalam manajemen SDM. Memang tak dapat digeneralisasi, tetapi gejalanya kian kuat. Proses rekrutmen dan pengisian/promosi jabatan di sebagian pemerintahan daerah lebih ditentukan relasi-relasi yang berdimensi politik, kekeluargaan/kekerabatan, dan ekonomi. Pengisian jabatan tak didasarkan pada kompetensi, hasil kinerja sebelumnya, dan kesesuaian kualifikasi yang dibutuhkan. Gejala ini menyebabkan penurunan orientasi dan kinerja birokrasi pada pelayanan publik, di samping berbuntut panjang pada terbatasnya mobilitas PNS sebagai perekat NKRI. Kepala daerah pada umumnya lebih suka memilih para pembantunya dari daerah yang bersangkutan karena kedekatan, afiliasi politik, dan loyalitasnya, bukan karena kompetensinya. 4. Masalah dasar keempat adalah sulitnya menegakkan integritas dan mencegah terjadinya perilaku menyimpang dalam birokrasi. Sebenarnya, persoalan utamanya adalah ketiadaan nilai dasar profesi yang dijadikan pedoman perilaku. Jika di beberapa jabatan dan instansi ada, nilai dasar itu belum terinternalisasi baik dalam diri PNS. Penyakit kejiwaan birokrasi (psycho-bureaupathology) pada dasarnya adalah penyakit sistem, bukan penyakit individual. Sistemlah yang membuat dan kadang memaksa individu berperilaku menyimpang. Sebenarnya cukup banyak masalah lain dalam birokrasi, tetapi penulisan ini membatasi pada keempat hal itu. 75

88 Dalam upaya menghadapi tantangan dan dinamisasi permasalahan yang berkembang, Pegawai Negeri Sipil dituntut untuk memiliki kemampuan dan profesionalisme yang tinggi serta memiliki daya kreatifitas dan inovasi, dalam rangka meningkatkan kemampuan dan profesionalisme tersebut ada beberapa jalur yang dapat ditempuh diantaranya melalui pendidikan formal (ijin belajar atau tugas belajar) dan pendidikan non formal (diklat teknis atau fungsional). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutyastie Remi (dalam Sutyastie Remi : 2003) menyimpulkan bahwa kualitas sumber daya manusia merupakan kelemahan yang mendasar bagi negara-negara yang berkembang termasuk indonesia, pengalaman selama krisis ekonomi menunjukan bahwa negaranegara yang mempunyai kwalitas SDM yang lebih baik akan cepat bangkit dari krisis yang melandanya. Berikut ini kami sampaikan komposisi PNS berdasarkan golongan sebagai berikut : Grafik 10. Komposisi PNS berdasarkan Golongan Tahun 2013 Tahun Gol I A Gol I B Gol I C Gol I D Gol II A Gol II B Gol II C Gol II D Gol III A Gol III B Gol III C Gol III D Gol IV A Gol IV B Gol IV C Gol IV D Dari tabel di atas dapat dgambarkan bahwa komposisi PNS Tahun 2013 berdasarkan golongan didominasi oleh Golongan III sekitar 46, 73 %. Golongan IV sebanyak 33,23 %, Golongan II sebanyak 19,03 %.dan sisanya Golongan I sebanyak 1,01%. Adapun perkembangan dari tahn dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan pendidikan yang ditamatkan, PNS Kabupaten Subang Tahun di dominasi oleh PNS yang menamatkan S1 dan ada fenomena yang menarik dimana PNS yang menamatkan SMA berangsurangsur menurun. Kondisi ini mengambatkan bahwa kualitas PNS Kabupaten Subang sudah cukup memadai. Namun yang tetap perlu diperhatikan adalah masalah kesesuaian penempatan disilpiln ilmu dengan kesesuaian OPD. Selain itu bila di simak dar i tabel 1, pejabat yang belum 76

89 mendapat pendidikan struktural masih tinggi, untuk eselon IV sebanyak 609 pegawai, eselon III sebanyak 90 pegawai dan eselon II sebanyak 25 pegawai.. NO. Tabel 16. Jumlah Pegawai Berdasrkan Golongan, Pendidikan, Jabatan Tahun 2013 TAHUN URAIAN Jumlah pns berdasarkan golongan Gol I A Gol I B Gol I C Gol I D Gol II A Gol II B Gol II C Gol II D Gol III A Gol III B Gol III C Gol III D Gol IV A Gol IV B Gol IV C Gol IV D Gol IV E - - Jumlah pns berdasarkan pendidikan SD SLTP SLTA D1-D D S S S Jumlah Pejabat struktural yang Sudah terisi Eselon IV Eselon III Eselon II

90 4 Jumlah Pejabat struktural yang belum terisi Eselon IV Eselon III Eselon II Jumlah Pejabat struktural yang belum diklat Eselon IV Eselon III Eselon II Jumlah CPNS yang belum diklat Pra jabatan Jumlah PNS yang Pensiun Statistik Permasalahan penyajian data yang masih harus di perbaiki adalah ketersediaan data terkini sedangkan sementara ini data yang tersaji bukan data tahun berjalan. Salah satu permasalahan penggunaan data dalam proses perencanaan pembangunan selama ini adalah masih terbatasnya ketersediaan data dan informasi yang akurat dengan keadaan saat ini (update). Hal ini akan menyebabkan proses perencanaan pembangunan itu sendiri terkadang dilakukan dengan menggunakan data yang tidak up to date, selain itu ketersediaan data daerah yang kurang timely, data yang tidak ada, data tahunan dari sumber yang berbeda sehingga tidak dapat dianalisis, pengelolaan yang tidak efisien, data yang tidak sinkron antar OPD, lambatnya arus informasi dari satu bagian ke bagian lain. Persoalan data usang (mungkin sedikit lebih baik dari pada data tidak ada sama sekali) sering dialami oleh banyak pihak yang selalu menggunakan data sebagai landasan untuk bekerja. Tetapi, tidak dapat dipungkiri bahwa tidak sedikit pula yang kurang peduli terhadap data. Bahkan, kalaupun itu data terbaru dan sudah tersaji di depan mata, data hanya dibiarkan saja sebagai onggokan angka-angka atau publikasinya menjadi penghias lemari di ruang kerja tanpa adanya manfaat yang dapat diperoleh. Pengukuran pencapaian tingkat kinerja dilakukan dengan mengukur sasaran melalui indikator-indikator pencapaian tingkat kinerja 78

91 sekarang dengan kesatuan ukuran. Indikator-indikator pengukurannya yaitu sebagai berikut : a. Ketepatan waktu : informasidisampaikansaatinformasi tersebutdiperlukan dalam pengambilan keputusan. Artinya bahwa pada saat perencanaan tahun yang akan datang (n), Bappeda dan OPD memerlukan data tersaji (n-1) dalam waktu sebelum Rencana Kerja Pembangunan Daerah dan Rencana Kerja OPD ditetapkan, yakni sekitar bulan Juni b. Relevansi : adakesesuaian antara informasi dengan masalah yang akan dipecahkan berdasarkan informasi tersebut. Artinya bahwa diharapkan ada sinergitas antara OPD dengan Bappeda, terkait data yang seharusnya ada. Hal ini belum optimal karena masih banyak OPD yang belum memiliki Standar Pelayanan Minimal (SPM) c. Reliabel : data dan informasi yang disajikan konsisten. Artinya bahwa data yang sudah tersajikan di publik diharapkan tidak mengalami perubahan pada masa yang akan datang, kecuali ada hal-hal yang bisa dibenarkan secara logis d. Akurasi : ketepatandata dan informasi yang disajikan sesuai dengan objek yang diwakilinya. Artinya bahwa data diharapkan diperoleh secara by name by addres, atau melalui estimasi yang dapat dipertanggung jawabkan secara logis e. Keterkinian : datadan informasi yang disajikanterbaru. Artinya bahwa data dan informasi yang disajikan diharapkan tidak usang, tapi terbaru. Dalam hal ini kami mengilustrasikan ketika dalam merencanaan pembangunan (tahun n), maka data yang tersaji seharusnya adalah data (tahun n-1) f. Kelengkapan : datadan informasi yang disajikancukup dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Artinya bahwa data dan informasi yang tersaji lengkap memenuhi kaidah SPM dan disajikan by name by addres. 3. Perencanaan Pembangunan Ketidak seimbangan antara kebutuhan masyarakat dan kemampuan sumber daya daerah mengharuskan Perencanaan menjadi fiter yang efektif dalam pengalokasian prioritas pembangunan, serta mampu menjawab tantangan dan hambatan yang sangat kompleks. Untuk itu aspek akuntabilitas, tranparansi, wawasan ke depan, profesionalisme dan tanggap terhadap perkembangan zaman menjadi hal yang tidak bisa di hindari sebagai jawaban atas tuntutan tersebut demi percepatan kesejahteraan masyarakat. 79

92 4. Perhubungan Dengan semakin berkembangnya kehidupan perekonomian, maka permasalahan pelayanan perhubungan yang harus diantisipasi adalah penyerobotan / alih fungsi jalan untuk kepentingan lain, kemacetan dan sistem pelayanan transportasi yang tidak optimal termasuk didalamnya kawasan terminal, trayek angkutan, rambu-rambu, marka jalan, aturan yang tidak jelas dan permasalahan lainnya. Tabel 17. Layanan OPD Perhubungan NO URAIAN Jumlah arus penumpang angkutan umum Rasio ijin trayek (Kendaraan) Jumlah uji kir angkutan 3 umum (Kendaraan) Jumlah Terminal Bis Kepemilikan KIR angkutan umum Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) 50 menit 50 menit 50 menit 50 menit 50 menit 7 Jumlah Taffick Light Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Rusak Jumlah Warning Light Kondisi Baik Kondisi Sedang Kondisi Rusak Kependudukan dan Casip Permasalahan utama bidang kependudukan dan Casip adalah masih belum optimalnya tingkat kepemilikan akta-akta catatan sipil terutama akta kelahiran. Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman akan pentingnya akta tersebut. Selain itu permasalahan utama lainnya adalah belum optimalnya sistem pendataan kependudukan yang integral dan komprehensif, sehingga identitas penduduk belum bersifat tunggal dipergunakan untuk berbagai kepentingan. 80

93 Tabel 18. Layanan OPD Disduk Capil No URAIAN Jumlah penduduk berdasrkan register penduduk Rasio penduduk berktp per satuan penduduk Rasio bayi berakte kelahiran Rasio pasangan berakte nikah 4 non muslim Kepemilikan KTP (cetak KTP) Kepemilikan akta kelahiran per 1000 penduduk 132,09 161,30 168,36 193,35 237,95 7 Penerapan KTP Nasional berbasis E-ktp Kepemilikan KK Lahir Meninggal Pindah Datang Sosial Berbagai program dan kegiatan dalam rangka pembangunan dibidang kesejahteraan sosial di Kabupaten Subang telah menunjukan perkembangan yang cukup mengembirakan hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya baik frekwensi maupun penyebaran kegiatan penanganan permasalahan kesejahteraan sosial. Namun demikian pada pelaksanaannya masih terdapat beberapa permasalahan yang patut segera diselesaikan antara lain : a. Makin meningkatnya kualitas dan kuantitas permasalahan Kesejahteraan Sosial yang ada di masyarakat b. Partisipasi sosial masyarakat dalam pembangunan kesejahteraan sosial khususnya di pilar-pilar kesejahteraan sosial belum memadai c. Koordinasi lintas sektoral pelaksanaan kegiatan pembangunan kesejahteraan sosial cenderung masih lemah menyebabkan kegiatan yang dilaksanakan kurang terpadu, sehingga keberhasilan jangka panjang sulit tercapai. 81

94 Tabel 19. Layanan OPD Dinas Sosial PERDA RPJMD KABUPATEN SUBANG NO URAIAN Wanita Rawan Sosial 1 Ekonomi Wanita Tuna Susila Penyandang Cacat Lanjut Usia Anak Tarlantar Anak Nakal Pemulung 8 Pekerja Migran Eks Narapidana Komunitas Adat 10 Terpencil 11 Keluarga muda Mandiri 12 Berumah tak Layak Huni Korban Bencana Karang Taruna Pekerja Sosial 15 MasyaRakat Panti Sosial dan Panti Asuhan Makam Pahlawan Korban Tindak 18 Kekerasan Anak Terlantar dalam 19 Panti Asuhan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam negeri Pembangunan demokrasi menjadi tuntuan yang perlu disikapi Pemerintah secara serius dengan tetap menjaga kestabilan keamanan dan ketentraman daerah. Namun demikian hal yang masih menjadi permasalahan diantaranya: a. Belum optimalnyapembangunandemokrasi dan pendidikan politik di masyarakat. b. Belum optimalnyapembangunanwawasan kebangsaandi masyarakat 8. Pemberdayaan Masyarakat Desa Upaya pemerintah daerah dalam pemberdayaan masyarakat desa sangat intensif dilakukan, mengingat bahwa pembangunan yang dilaksanakan harus dapat dirasakan masyarakat secara luas dengan mendorong dan memotivasi masyarakat untuk andil dalam pembangunan. Namun demikian permasalahan yang masih dirasakan adalah : 82

95 - Belum optimal dan belum proposionalnya peran lembaga-lembaga desa sesuai dengan kedudukan, tugas dan fungsinya - Belum optimalnya kemandirian masyarakat dalam melakukan pembangunan desa/kelurahan Tabel 20. Layanan OPD BPMKB NO URAIAN Rata-rata jumlah anak per keluarga 1,32 1,27 1,26 1,23 1,18 2 Rasio akseptor KB 77,17 78,02 80,08 81,01 68,5 3 Cakupan peserta KB aktif Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I Capaian DMGR 30 desa/ke l 60 desa/ke l 80 desa/ke l 6 Capaian BKUD/K dan ADD Infrastruktur desa/kel (Jalan, air bersih dll) 253 d/k 253 d/k 253 d/k 253 d/k 253 d/k SD/MI 253 d/k 253 d/k 253 d/k 253 d/k 253 d/k Dll 7 Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah 45% di lembaga DPRD 11,11 11,11 11,11 11,11 8,89 di lembaga swasta 42% 8 PKK aktif Posyandu aktif Kearsipan Peran arsip dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan sangatlah penting, karena arsip berfungsi sebagai sumber informasi yang dipergunakan baik secara langsung atau tidak langsung dalam penyusunan perencanaan, pelaksanaan, penelitian, evaluasi dan pengembangan penyelenggaraan pemerintahan serta pertanggungjawaban penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya. Namun yang masih menjadi kendala terhadap pelayanan tersebut adalah : - Kurangnya pemahaman aparatur yang menyebabkan rendahnya kesadaran akan pentingnya arsip - Kualitas dan Kuantitas SDM kearsipan di setiap OPD masih rendah 83

96 - Belum optimalnya pelayanan yang memanfaatkan teknologi informasi kearsipan - Sarana Prasarana kearsipan belum memadai GRAFIK 12. LAYANAN KANTOR ARSIP DAERAH Jumlah tanaga arsiparis di ARDA Jumlah tanaga arsiparis skpd 10. Komunikasi dan Informatika Pada era globalisasi dan era reformasi sekarang ini, informasi dan komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka mensosialisikan bebagai perkembangan hasil pembangun yang telah dilaksanakan. Namun demikian didalam melaksanakan fungsi dibidang informasi dan komunikasi, sering kali mengalami berbagai permasalahan, yang mengakibatkan kurang optimalnya fungsi informasi dan komunikasi itu sendiri. A. Diseminasi (penyebaran) informasi Salah satu permasalahan dalam bidang komunikasi dan informatika yaitu masih adanya masyarakat yang kesulitan dalam mengakses informasi, khususnya masyarakat perdesaan. Hal ini mengakibat terjadinya kesenjangan infomasi antara masyarakat perdesaan dan masyarakat perkotaan. Sehubungan hal di atas, potensi pelayanan yang menjadi sasaran Dinas Komunikasi dan Informatika dalam penyebaran informasi secara spesifik dititikbertakan pada masyarakat perdesaan. 84

97 Penyampaian dan penyebaran informasi kepada masyarakat oleh Dinas komunikasi dan Informatika dilakukan melalui berbagai media yaitu : 1). Media cetak, dalam hal ini Tabloid Info realitas 2). Media elektronik, yaitu Studio Radio Siaran Benpas atau bermitra dengan Studio Radio Swasta yang ada di Kabupaten Subang. 3). Media tatap muka 4). Media wawar keliling atau informasi mobile 5). Media Kesenian tradisinal yang komunikatif 6). Media web. (http// 7). KIM Tabel 21. Kinerja Pelayanan No. Jenis Pelayanan Sasaran Majalah info Subang Tabloid Info Realitas 2. Tatap muka & Pegelaran Seni 3. Wawar Keliling - Wawar - Spanduk - Baligho - Kalender 4. Media web. (http//www. subang.go.id) 5. Radio Benpas eks eks eks 253 Desa 1kali - 3 kali 253 Desa 60 kali 24 bh 2 bh 1000 ek 36 kali 24 bh kali 30 bh 9 bh 1500 eks 171 materi 132 materi 216 materi 480 berita daerah 64 liputan siang 480 berita daerah 64 liputan siang 480 berita daerah 64 liputan siang 6. KIM Sumber Data : Diskominfo Masyarakat Subang Masyarakat Subang Masyarakat Subang Masyarakat Subang B. Pemberdayaan masyarakat dan Kemitraan Selain penyebaran informasi, pelayanan bidang komunikasi dan informatika juga dilakukan dalam bentuk pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat tersebut didasarkan pada kesejajaran peran sehingga pemberdayaan yang dilakukan bersifat kemitraan 85

98 Adapun yang menjadi potensi sasaran dalam pelayanan pemberdayaan yang didasarkan pada kemitraan yaitu kelompok masyarakat atau lembaga media komunikasi dan informatika yang pengelolaan dilakukan oleh masyarakat diantaranya lembaga penyiaran dan kelompok kesenian yang komunikatif. Data mengenai lembaga penyiaran di Kabupaten Subang dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 22. Lembaga Penyiaran Swasta dan Komunitas Tahun 2013 No. KECAMATAN Lembaga Penyiaran Swasta 1. Subang 11 Lembaga Penyiaran Komunitas 2. Sukamandi 1 3. Pamanukan 2 4. Jalancagak 3 5. Pagaden Baru - 6. Blanakan 1 7. Pusakanagara 1 8. Cipeundeuy 1 9. Pabuaran Cisalak Pusakajaya Binong 2 Sumber Data : Diskominfo C. Jaringan Teknologi Komunikasi dan Informasi Bentuk pelayanan lainnya yang dilaksanakan oleh Dinas Komunikasi dan Informatika adalah diorientasikan kepada ketersediaan jaringan teknologi komunikasi dan informasi (TI). Hal ini terkait dengan semakin meningkatnya pemakaian internet oleh masyarakat subang dan dinas/instansi baik vertikal maupun otonom di Kabupaten Subang serta keberadaan warnet dan wartel. Selain hal di atas, ketersediaan jaringan diperuntukan pula untuk interkoneksitas antar OPD di Kabupaten Subang, sehingga terwujudnya pelayanan publik dan e-government 86

99 D. Peningkatan Sumber Daya Manusia di Bidang Komunikasi dan Informatika. Ketersedaan sumber daya manusia di bidang komunikasi dan informatika baik kualitas maupun kuantitas merupakan salah satu hal yang mendapatkan perhatian dari Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Subang. Sasaran pelayanan SDM ini secara internal ditujukan untuk meningkatkan kualitas PNS sebagai pengelola komunikasi dan informatika, baik untuk lingkungan Dinas Kominfo maupun dinas instansi lainnya, serta pelayanan untuk menjadi penjabat fungsional Pranata Kehumasan. Sedangkan secara eksternal diarahkan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengelola informasi, khususnya informasi yang diterima. Hal ini berkaitan dengan derasnya informasi sebagai dampak dari globalisasi informasi, sehingga diharapkan masyarakat mempunyai kemampuan untuk menyeleksi informasi yang positip dan negatip. Peningkatan kualitas masyarakat sebagaimana di atas, diarahkan pula untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai pentingnya manfaat penerapan teknologi informatika. Adapun permasalahan - permasalahan yang dimaksud antara lain : 1) Kondisi SDM dan kultur teknologi Komunikasi dan Informatika (ICT) masih sangat terbatas, baik kualitas maupun kuantitas, serta masih banyaknya masyarakat yang buta teknologi Komunikasi dan Informatika (ICT) 2) Adanya perbedaan cara pandang/ persepsi terhadap nilai dan manfaat suatu informasi 3) Belum sinerginya antara lembaga pemerintah dan non pemerintah dalam bidang layanan informasi, termasuk standar layanan informasinya. 4) Belum optimalnya upaya mengatasi kesenjangan kemampuan akses masyarakat terhadap informasi, sehingga menimbulkan permasalahan dalam hal keadilan dan kesempatan untuk mengembangkan potensi warga masyarakat secara individual. 5) Pemanfaatan sarana dan prasarana informasi dan komunikasi belum optimal 87

100 15. Perpustakaan Daerah Perkembangan perpustakaan daerah dan Perpustakaan Desa di Kabupaten Subang mengalami kenaikan dalam kurun waktu , hal ini tergambar dalam indikator sebagai berikut : secara umum terdapat kecenderungan kenaikan seperti : 1. Jumlah pengunjung perpustakaan tahun 2009 sebanyak orang dan tahun 2013 sebanyak orang 2. Jumlah pengunjung perpustakaan desa tahun 2009 sebanyak orang dan tahun 2013 sebanyak orang 3. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah tahun 2009 sebanyak orang dan tahun 2013 sebanyak orang 4. Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan desa tahun 2009 sebanyak orang dan tahun 2013 sebanyak orang GRAFIK 13. LAYANAN KANTOR PERPUSTAKAAN DAERAH Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah Jumlah pengunjung perpustakaan desa per tahun Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan desa Sumber : Kantor Perpustakaan Daerah Walaupun kondisi di atas cukup baik, namun tetap perlu upaya optimal dalam mendukung kinerja perpustakaan untuk meningkatkan minat baca masyarakat dalam mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan. Fenomena yang muncul, budaya tutur masyarakat masih dominan dilakukan masyarakat. Sementara untuk pencarian informasi maupun hiburan, media televisi tampaknya masih dominan dimanfaatkan. 88

101 2.4 ASPEK DAYA SAING 2.4.1Kemampuan Ekonomi Daerah Telah disebutkan sebelumnya bahwa Sektor Pertanian merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian daerah dari tahun berkisar %. Hal ini tentu saja menjadi potensi yang menggembirakan, namun bila dibandingkan dengan faktor input dalam hal ini tenaga kerja ada hal yang harus menjadi perhatian serius karena ada ketidakseimbangan antara jumlah tenaga kerja Tahun yang berkisar % yang memiliki luas kepemilikan lahan sekitar 0,3 ha dengan hasil PDRB pertanian. Atau dengan kata lain bahwa sektor ini walaupun menjadi penyumbang terbesar dalam perekonomian Subang tetapi sesungguhnya tidak produktif. Bahkan apabila tidak mendapat perhatian serius akan berpengaruh terhadap permasalahan lainnya kemiskinan struktural, budaya yang kontradiktif terhadap pendidikan, dan maraknya pengangguran terselubung. Grafik 14. Kontribusi Pertanian terhadap PDRB Tahun , , ,97 36,45 36,59 35, ,18 34, Sumber : BPS. Subang Grafik 15. Prosentase Tenaga Kerja Pertanian Tahun ,65 41,35 38,33 38, Sumber : BPS. Subang 89

102 Pertanian Tanaman Pangan Pelaksanaan Pembangunan di Kabupaten Subang Tahun secara umum telah menunjukkan perkembangan yang positif walaupun masih terdapat beberapa Program dan Kegiatan Pembangunan yang hasilnya belum optimal. Hal ini dapat disebabkan oleh permasalahan teknis maupun non teknis. Tujuan dan sasaran pembangunan pertanian pada subsektor tanaman pangan Kabupaten Subang adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan aparat dan petani dalam mengelola agribisnis tanaman pangan, meningkatnya produksi, produktivitas dan kualitas komoditas unggulan pertanian tanaman pangan, meningktanya pendapatan usaha tani komoditi unggulan tanaman pangan, meningkatnya bahan baku industri, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Salah satu sasaran pelaksanaan pembangunan pertanian diarahkan untuk penyediaan bahan pangan termasuk penganekaragaman menu makanan, produksi yang dihasilkan selain untuk bahan pangan juga diarahkan penyediaan bahan baku industri. Berdasarkan keadaaan tersebut, maka upaya peningkatan produksi tanaman pangan terus dilakukan melalui Program program dan Kegiatan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun Program program dan kegiatan kegiatan tersebut diantaranya berupa rekayasa teknologi, ekonomi dan sosial dalam bidang pertanian. Hal ini dilakukan dengan penerapan model - model usaha budidaya pertanian diantaranya Teknologi Padi Terpadu SRI (System Rice Intensification), PTT (Pengelolaan Tanaman dan sumber daya Terpadu), pengembangan keragaman jenis komoditas tanaman lokal, penyusunan GAP/SOP pada tanaman hortikultura dan penerapan pola tanam sawah tadah hujan melalui irigasi pompa, pengaturan waktu tanam, penerapan pola tanam Padi-Palawija dan percepatan pengolahan tanah serta usaha tani berbasis agribisnis serta pengembangan dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan peluang pasar, pendapatan dan kesejahteraan petani. Produk unggulan yang dihasilkan Pertanian Tanaman Pangan dapat dilihat dari besarnya produktifitas dan produksi yang dihasilkan seperti Padi, Ubi Kayu, Nenas dan Rambutan. Untuk padi produktifitasnya berfluktuatif tetapi cenderung menaik seperti Grafik di bawah ini. 90

103 Perkembangan produksi padi (padi sawah dan ladang) Tahun 2013 dibandingkan dengan tahun 2009 mengalami kenaikan sebesar 7,29 % dari ton menjadi ton, dengan produksi padi terbesar dihasilkan dari Kecamatan Ciasem sebesar ton 8,56%) dari total produksi padi di Kabupaten Subang. Khusus padi ladang, produksi tertinggi pada tahun 2013 terdapat di Kecamatan Pabuaran dengan angka produksi ton atau 21,31 % dari total produksi padi ladang di Kabupaten Subang. Tabel 23, LUAS PANEN, HASIL PER HEKTAR DAN PRODUKSI TANAMAN PADI DAN PALAWIJA DI KABUPATEN SUBANG TAHUN U R A I A N PADI SAWAH A. LUAS PANEN (Ha) B. HASIL PER HEKTAR (Ku) 61,32 55,32 66,12 67,16 67,86 C. PRODUKSI (Ton) PADI LADANG A. LUAS PANEN (Ha) B. HASIL PER HEKTAR (Ku) 29,40 37,69 32,66 36,56 33,47 C. PRODUKSI (Ton) PADI SAWAH + PADI LADANG A. LUAS PANEN (Ha) B. HASIL PER HEKTAR (Ku) 60,92 55,04 65,87 66,87 67,53 C. PRODUKSI (Ton) JAGUNG A. LUAS PANEN (Ha) B. HASIL PER HEKTAR (Ku) 37,52 41,26 39,79 43,21 43,91 C. PRODUKSI (Ton) UBI KAYU A. LUAS PANEN (Ha) B. HASIL PER HEKTAR (Ku) 149,48 157,83 173,54 183,22 182,64 C. PRODUKSI (Ton)

104 6. UBI JALAR A. LUAS PANEN (Ha) B. HASIL PER HEKTAR (Ku) 133,65 134,57 135,62 135,39 135,44 C. PRODUKSI (Ton) KACANG TANAH A. LUAS PANEN (Ha) B. HASIL PER HEKTAR (Ku) 12,88 13,77 13,65 13,82 16,11 C. PRODUKSI (Ton) KEDELE A. LUAS PANEN (Ha) B. HASIL PER HEKTAR (Ku) 11,67 13,11 12,56 12,88 12,82 C. PRODUKSI (Ton) Produksi tanaman palawija dari 5 jenis komoditi yakni ubi kayu, jagung, kacang tanah, kacang kedelei, dan ubi jalar semuanya mengalami kenaikan. Produksi terbesar untuk ubi kayu terdapat di Kecamatan Pabuaran (4.725 ton), Kecamatan Tanjungsiang (2.948 Ton) dan Kecamatan Purwadadi (2728 Ton). Sedangkan untuk produk palawija lainnya merata di beberapa kecamatan. Sedangkan untuk buahan-buahan nenas, pisang, rambutan dan mangga masih menjadi primadona Kabupaten Subang dengan produksi terbesar untuk nenas di Kecamatan Jalan Cagak sebesar 85,05 % dari total produksi nenas sebanyak Ton dan untuk rambutan di Kecamatan Purwadadi sebanyak 15,298 Ton (33,17%), untuk mangga di kecamatan Compreng sebanyak ton dan untuk pisang di kecamatan Ciater sebanyak ton. Pencapaian produksi tersebut di atas di dukung dengan adanya usaha untuk memulihkan kesuburan tanah dengan melakukan pelatihan pembuatan puuk organik dengan bahan baku pupuk kandang, limbah jamur merang, arang sekam sasarah dan lain-lain. Untuk fermentasi digunakan dekompesor MOL (Mikro Organisme Lokal) atau EM 4 dan ditambahkan Nuzeo yang bertujuan untuk memulihkan kondisi tanah yang telah jenuh oleh penggunaan pupuk anorganik. Namun demikian walaupun produksi cenderung meningkat akan tetapi petani masih belum dapat meningkatkan nilai tambahnya dari hasil pertanian tersebut terutama petani yang memiliki luas lahan yang sempit. 92

105 Tabel 24, Indeks Pertanaman pada Lahan Sawah Tahun PERDA RPJMD KABUPATEN SUBANG No Indeks Pertanaman Capaian (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 1 IP IP IP Jumlah Tabel 25, Analisa Usaha Tani Tanaman Padi Tahun No Komponen Satuan Capaian Produktivitas Ku/Ha 61,32 55,32 66,12 67,16 67,86 2 Harga Jual/Kg Rp/Kg Harga Jual Rata 3 Rata Rp/Ha Cost (Biaya Prod.) Rp/Ha Margin Petani Rp/Ha Margin Petani menunjukkan besaran keuntungan yang diperoleh petani dari usaha yangdilakukan. Penurunan Margin Petani pada tahun 2010 tejadi karena kenaikan produktivitas sehingga berpengaruh pada jumlah produksi yang dihasilkan meskipun harga jual mengalami penurunan. Harga jual dipengaruhi oleh ketersediaan gabah di pasaran. Biaya produksi cenderung meningkat setiap tahunnya akan tetapi dengan adanya bantuan alat power threser pada tahun 2013 dapat mengurangi biaya tenaga kerja sera meningkatkan produksi sebesar kg. Untuk peningkatan produksi tanaman padi tidak lepas dari kendala serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), di bawah ini liuas seranga OPT tahun

106 No 1 2 Tabel 26, Luas Tanaman Padi yang terkena serangan OPT Jenis OPT Tahun Luas Serangan (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) Penggerek Batang Wereng Batang Coklat Tikus Hama putih BLB Blast Tungro Pada tahun 2010 terjadi lonjakan jumlah serangan OPT jenis wereng batang coklat pada tanaman padi, hal ini sangat berpengaruh terhadap produksi padi. Adapun tahun tahun berikutnya serangan OPT mengalami penurunan. Penurunan OPT tidak hanya pada wereng batang coklat saja tetapi juga pada beberapa jenis OPT lainnya. Tingginya angka pengendalian pada 5 OPT Utama dikarenakan pengendalian yang dilaksanakan terdapat beberapa kali aplikasi pada lahan yang sama untuk mengantisipasi kemunngkinan terjadinya peningkatan serangan OPT potensial tersebut. Peternakan Potensi peternakan yang dianggap unggulan adalah ternak sapi potong dan unggas, hal ini berkaitan dengan ketersediaan rerumputan di setiap kecamatan sepanjang tahun, sedangkan untuk ternak unggas khususnya ayam ras pedaging mengalami kenaikan secara signifikan. Hal ini tentunya cukup menggembirakan mengingat beberapa wilayah peternakan ayam dikeluhkan oleh merebaknya penyakit flu burung. Selain itu budidaya ternak menjadi pilihan alternatif usaha masyarakat Kabupaten Subang disamping usahatani lainnya disebabkan karena hal-hal sebagai berikut : a. Tidak memerlukan lahan khusus (non land base agricultural) sehingga dapat berkembang bersama dengan usaha tani secara luas. b. Sifat produk yang likuid (dapat dijual sewaktu-waktu). c. Potensi pasar masih terbuka bagi produk-produk hasil ternak khususnya kota-kota besar seperti Jabodetabek dan Bandung. 94

107 d. Tingkat perputaran modal yang relatif cepat (khususnya untuk penggemukan sapi potong dan ayam ras pedaging). e. Semakin berkembangnya sarana dan prasarana penunjang peternakan seperti Pasar Hewan, Rumah Potong Hewan, Poskeswan/Puskeswan, Pos Inseminasi Buatan dan lain-lain. f. Kemitraan usahaternak dengan Pola PIR berkembang secara luas. 1. Produksi Hasil Ternak Secara umum perkembangan produksi hasil ternak di Kabupaten Subang selama 5 tahun terakhir, untuk produksi daging menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang positif sebesar 5,60 %, untuk produksi telur menunjukkan rata-rata pertumbuhan negatif 1,46% dan untuk produksi susu menunjukkan rata-rata pertumbuhan negatif sebesar 6,33 %. Secara lebih jelas perkembangan populasi dan produksi hasil ternak dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 27. Perkembangan Populasi dan Produksi Ternak serta Unggas di Kabupaten Subang Tahun No Populasi/ Produksi Realisasi r (%) I. Populasi a. Ternak - Sapi Potong ,09 - Sapi Perah (6,33) - Kerbau (6,44) - Kambing ,27 - Domba ,19 b. Unggas - Ayam Buras ,81 - Ayam Ras Pedaging ,44 - Ayam Ras Petelur ,43 - Itik (2,11) II. Produksi Ternak a. Produksi Daging ,60 Ternak (6,17) - Sapi (8,30) - Kerbau (22,40) - Kambing ,66 - Domba ,29 Unggas ,04 - Ayam Buras ,81 95

108 - Ayam Ras ,44 - Itik (2,11) b. Produksi Telur (1,46) - Ayam Buras ,81 - Ayam Ras ,43 - Itik (2,11) c. Produksi Susu (6,33) Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2014) A. Produksi Daging Secara umum produksi daging di Kabupaten Subang terbagi atas 2 jenis yaitu daging ternak dan unggas. Perkembangan selama 5 tahun terakhir menunjukan bahwa telah terjadi pergeseran preferensi konsumen dari red meat (daging ternak) ke white meat (daging Unggas). Rata-rata pertumbuhan produksi daging mencapai 5,60 % per tahun, terdiri dari daging ternak mengalami ratarata penurunan rata-rata 6,17%, sedangkan produksi daging unggas meningkat hingga mencapai 8,04 % per tahun. Hal tersebut dapat dilihat dari 2 (dua) aspek yaitu supply dan demand. Dari aspek supply (persediaan) peningkatan produksi daging unggas yang signifikan setiap tahunnya khususnya dari komoditi ternak ayam ras pedaging berpengaruh langsung kepada jumlah penyediaan yang tinggi di pasaran lokal. Sedangkan dari aspek demand, daging unggas mampu bersaing dengan daging sapi baik dari rasa (taste) maupun harga yang menyebabkan produksi daging unggas atau white meat mampu menggeser atau mendominasi permintaan daging konsumen khususnya di pasaran lokal. Tahun 2013 penyediaan daging unggas mampu mendominasi hinggga 91,36 % dari total produksi daging, sedangkan sisanya 8,64 % merupakan daging ternak. B. Produksi Telur Produksi telur berasal dari 3 sumber yaitu telur ayam buras, telur ayam ras dan telur itik. Secara umum rata-rata produksi telur di Kabupaten Subang mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 1,46% per tahun. Walaupun demikian perkembangan produksi telur ayam ras dan ayam buras mengalami peningkatan. Untuk produksi telur ayam ras meningkat sangat signifikan hingga mencapai rata-rata 30,43 % per tahun dan produksi telur ayam buras meningkat rata-rata 1,81%. Sedangkan untuk produksi telur itik mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 2,11 %. Fluktuatifnya produksi telur di Kabupaten Subang dipengaruhi oleh naik turunnya jumlah populasi unggas. 96

109 C. Produksi Susu Secara umum rata-rata pertumbuhan produksi susu di Kabupaten Subang selama 5 tahun mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar 6,33%. Penurunan produksi susu ini disebabkan oleh adanya penurunan populasi ternak sapi perah, dimana ada beberapa peternak sapi perah yang menjual ternak peliharaannya untuk berbagai keperluan, dan ada pengusaha/investor yang memindahkan lokasi usaha sapi perahnya ke luar Kabupaten Subang. Pada tahun 2013 produksi susu sapi perah di Kabupaten Subang mengalami peningkatan 10,11% dibandingkan dengan tahun lalu. 2. Konsumsi Hasil Ternak Pencapaian konsumsi pangan asal ternak di Kabupaten Subang hingga tahun 2013 masih dibawah standar gizi yang ditetapkan secara nasional, sehingga masih sangat membutuhkan daya dan upaya yang keras untuk mencapai standar gizi tersebut. Secara rinci perkembangan konsumsi pangan ternak di Kabupaten Subang selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 28. Perkembangan Konsumsi Pangan Asal Ternak Masyarakat Kabupaten Subang Tahun (kg/kap/th) Standar Gizi Realisasi No. Komoditi Nasional r (%) (Target) Daging Telur (1.33) 3 Susu (6.71) Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Subang (2014), diolah Konsumsi pangan asal ternak terdiri dari 3 jenis yaitu konsumsi daging, konsumsi telur dan konsumsi susu. Selain memiliki peran dalam membangun kualitas sumberdaya manusia, konsumsi pangan asal ternak juga memberikan kontribusi yang sangat penting dalam membangun ketahanan pangan masyarakat. Ketahanan pangan dibangun oleh 3 aspek yaitu ketersediaan (availability), keterjangkauan (accessibility) dan stabilitas pengadaan (stability). Hingga kini kebijakan pemerintah dalam upaya ketahanan pangan masih terfokus pada pemenuhan kebutuhan makanan pokok yang berasal dari tanaman (baik berupa beras maupun tepung-tepungan). Masih rendahnya konsumsi protein hewani (asal hewan) nasional disebabkan karena kekurangpahaman 97

110 masyarakat akan pentingnya peran gizi. Oleh karena itu pemahaman gizi harus ditekankan kepada seluruh lapisan masyarakat. Pada lapisan masyarakat terendah kesadaran akan manfaat gizi (hususnya pangan asal ternak) dapat dilakukan melalui posyandu-posyandu. Melalui kerjasama yang sinergis dengan sector kesehatan dan swasta, pemberian makanan tambahan (PMT) pada anakanak di Posyandu selain berupa bubur instan juga biasa dalam bentuk pangan asal ternak siap makan (ready to eat) seperti susu pasteurisasi ataupun telur rebus. Upaya meningkatkan konsumsi pangan asal ternak juga harus dilakukan secara terintegrasi, komprehensif, terpadu dan sinergis. Kebijakan dari top level harus mampu dijabarkan secara sinergis dalam bentuk yang terinci dan sistematis hingga bottom level. Terungkapnya kasus gizi buruk dan busung lapar semakin membuktikan betapa ancaman lost generation bukan sesuatu yang mustahil terjadi. Oleh sebabitu program ini juga harus dikembangkan bersama-sama dengan dinas lain yang terkait erat dengan perbaikan gizi masyarakat seperti Dinas Kesehatan dan Pendidikan. Membangun masyarakat untuk mengkonsumsi pangan asal ternak yang bermanfaat bagi kesehatan tidak mungkin terjadi dalam waktu yang singkat. Membutuhkan beberapa tahapan proses khususnya bagi masyarakat dengan tingkat pemahaman dan daya beli yang rendah. a. Merubah pola pikir masyarakat dari tahu (gizi) menjadi mau (gizi). Diperlukan dukungan yang maksimal dari Pemerintah dan swasta dalam upaya memperbaiki gizi masyarakat khususnya dalam pengadaan PMT bagi anak-anak di posyandu atau PMT bagi anak-anak sekolah. b. Langkah selanjutnya adalah merubah pola pikir konsumsi pangan asal ternak dari mau (gizi) menjadi mampu (gizi). Dalam hal ini sector yang akan sangat berperan adalah sektor-sektor yang memfasilitasi tumbuhnya perekonomian daerah dalam upaya peningkatan daya beli masyarakat. Penciptaan lapangan kerjabagi sebagian masyarakat yang hidup di pedesaan merupakan hal penting khususnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat agar dapat membangun ketahanan pangan keluarganya. c. Sadar (gizi) merupakan langkah akhir dari salah satu sisi upaya kemandirian pangan daerah. Fenomena sadar (gizi) saat ini baru terasa diwilayah perkotaan besar dimana tuntutan kualitas produk telah menjadi pertimbangan utama dam mengakomodasi atau tidaknya pangan asal ternak. Keragaman atribut yang dikehendaki dari produk pangan asal ternak menunjukkan telah adanya kesadaran akan peran gizi bagi tubuh pada kalangan masyarakat tertentu khususnya diperkotaan. Hal ini dapat dilihat 98

111 dari penyediaan daging ayam olahan yang tersedia di pasaran baik berupa fresh meat, frozen meat hingga daging prime quality. Dengan memahami adanya ketidakmerataan pengetahuan mengenai peran gizi bagi tubuh pada sebagian besar masyarakat kita, maka jalan yang paling efektif dijalankan saat ini adalah dengan menggunakan jalur pos yandu dalam menjangkau wilayah-wilayah yang ada di pelosok agar juga dapat mengakses produk pangan asal ternak disamping akan bermanfaat bagi peningkatan kecerdasan anak Indonesia di masa depan. Melalui dukungan pemerintah, swasta dan masyarakat secara sinergis nampaknya masalah ancaman lost generation akan dapat dihindari sepanjang peningkatan gizi masyarakat diperhatikan. A. Konsumsi Daging Dewasa ini kecenderungan pemenuhan kebutuhan protein hewani asal daging sangat tergantung pada produksi daging unggas. Hal ini dapat dipahami mengingat dari aspek ketersediaan, produk ini relative tersedia secara berlebih (swasembada). Dari aspek keterjangkauan produk inipun mampu bersaing dengan adaging sapi khususnya bila dikaitkan dengan daya beli masyarakat yang beragam. Sedangkan dari aspek stabilitas pengadaan, dengan siklus hidup yang relatif pendek produk unggas mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging. Ditunjang dengan semakin berkembangnya agribisnis di sektor hilir, industry pengolahan ayam ras telah mampu menyediakan kebutuhan daging nasional baik pada standar umum maupun prime quality. Selama 5 tahun kebelakang konsumsi daging masyarakat Kabupaten Subang menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang meningkat sebesar 6,92 %, walaupun belum mencapai standar gizi nasional yang diharapakan. Pencapaian target standar gizi nasional hingga akhir tahun 2013 baru mencapai 76,04 % sehingga diperlukan sosialisasi yang lebih intens kepada masyarakat akan pentingnya protein hewani dalam membangunkualitas sumberdaya manusia. Ditinjau dari aspek ketersediaan, produksi daging di Kabupaten Subang 91,26 % di supply oleh daging unggas baik ayam buras, itik maupun ayam ras pedaging yang mana cakupan konsumsinya relatif luas tidak hanya di wilayah perkotaan tapi juga pedesaan. Dari aspek stabilitas pengadaan juga produk ini juga relatif tersedia sepanjang tahun karena siklus hidupnya yang pendek dengan jumlah yang relative berlebihan di Kabupaten Subang. Sedangkan dari aspek keterjangkauan atau aksesibilitas produk ini relatif memeliki harga yang bersaing dengan daging sapi maupun protein hewani asal ikan sehingga banyak 99

112 masyarakat yang mampu mengakses pangan tersebut. Sebagaimana diketahui bahwa protein hewani yang dikandung oleh bahan pangan asal ternak merupakan asupan pangan yang berkualitas dimana untuk memperolehnya diperlukan kompensasi biaya yang relatif murah. Oleh karena itu diperlukan upaya Pemerintah Daerah untuk terus meningkatkan daya beli masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja khususnya dipedasaan. B. Konsumsi Telur Pemenuhan kebutuhan proten hewani selain dari daging juga telur dan susu. Hingga saat ini ketersediaan telur di Kabupaten Subang khususnya telur itik dan ayam buras merupakan produksi lokal, sedangkan untuk telur ayam ras sebagian masih dipasok dari luar Kabupaten Subang, seperti dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Selama 5 tahun kebelakang konsumsi telur masyarakat Kabupaten Subang menunjukan rata-rata pertumbuhan yang negatif sebesar 1,33%. Pencapaian target standar gizi nasional hingga akhir tahun 2013 baru mencapai 50,43% sehingga diperlukan langkah-langkah strategis dari Pemerintah Daerah untuk dapat memperluas jangkauan komoditi ini hingga ke pelosok melalui pengembangan usaha ternak ayam buras dan itik. C. Konsumsi Susu Rata-rata pertumbuhan konsumsi susu, masyarakat Kabupaten Subang selama 5 tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang negatif sebesar 6,71%. Dari angka yang terukur selama ini, pencapaian target standar gizi nasional untuk komoditi susu hingga akhir tahun 2013 baru mencapai 2,62 %. Angka tersebut belum menunjukan angka yang sebenarnya karena perhitungan yang dilakukan masih pada komoditi susu segar saja sedangkan susu olahan belum. Padahal Potensi susu olahan baik susu tepung, susu pasteurisasi dan susu sterilisasi di Kabupaten Subang sangat baik dan relatif telah mampu menjangkau hampir seluruh pelosok wilayah. Diharapkan untuk kedepannya perhitungan untuk konsumsi susu dapat lebih dioptimalkan sehingga hasil pengukuran yang diperoleh dapat lebih akurat. Perikanan Jumlah seluruh produksi perikanan mengalami penurunan dari kondisi sebelum krisis, penurunan tersebut diakibatkan oleh hasil budidaya yang 100

113 turun sangat drastis. Hal ini disebabkan oleh permasalahan harga pakan ikan yang tinggi serta penyakit yang menyerang ikan. Hal yang cukup menggembirakan adalah bahwa laut sebagai kekayaan terbesar sudah dapat dimanfaatkan sebagai usaha pertanian yang memiliki nilai jual tinggi, hanya saja bahwa usaha tersebut masih sebatas penangkapan, budidaya dan pengolahan ikan secara tradisional belum mengarah kepada pengolahan hasil secara modern. Perkembangan pembangunan perikanan dan kelautan pada gilirannya akan terlihat dari kontribusi bidang perikanan dan kelautan terhadap PDRB, konsumsi ikan perkapita di Kabupaten Subang sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 29 Data Statistik Perikanan dan Kelautan No Uraian Rumah Tangga Perikanan 2 Laut Tambak Running Water Kolam Sawah Perairan Umum Rumah Tangga Buruh Perikanan Laut Tambak Running Water Kolam Sawah Perairan Umum 3 Produksi (Ton) Laut Tambak Running Water Kolam Sawah Perairan Umum Nilai Produksi (Rp) 5 6 Laut Tambak Running Water Kolam Sawah Perairan Umum Jumlah Perahu Layar Besar Sedang Kecil Jumlah Motor Tempel

114 7 Jumlah Kapal Produksi TPI (Ton) Nilai Produksi TPI 9 (Rp) Luas Tambak 11 Tanah Milik Tanah Timbul Tanah Perhutani Jenis produk Olahan Hasil Perikanan Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Perkebunan dan kehutanan Usaha kehutanan dan perkebunan memiliki peranan yang sangat penting di dalam mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat Subang, terutama dalam mendukung peningkatan pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan kerja, penguatan kapasitas masyarakat, pengembangan potensi pariwisata, pemenuhan bahan baku industri dan penghasil devisa bagi negara. Selain itu pengelolaan kehutanan dan perkebunan memiliki fungsi yang sangat strategis, dalam pelestarian sumber daya alam dan lingkungan, terutama menjaga keseimbangan ekosistem. Berdasarkan letaknya hutan di Kabupaten Subang diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok yaitu hutan pantai (Mangrove), hutan dataran dan hutan pegunungan. Berdasarkan status kepemilikan lahan, hutan terdiri dari hutan dalam kawasan (hutan lindung, produksi) dikelola oleh Perum Perhutani, dan hutan diluar kawasan hutan (hutan rakyat) yang dikelola oleh petani/masyarakat. Dari luas keseluruhan Kabupaten Subang sebesar ,95 Ha, areal kehutanan memiliki luas sebesar ,48 Ha atau 13,40 dari luas Kabupaten. Luas areal tersebut terdiri dari Kawasan Hutan Produksi seluas ,05 ha dan Hutan Lindung seluas ,43 Ha. Kondisi hutan saat ini mengalami degradasi, baik fungsi maupun luasnya, salah satu dampaknya adalah terjadinya lahan kritis. Luas lahan kritis di Kabupaten Subang pada tahun 2010 mencapai Ha, Tahun 2013 berkurang menjadi Ha. Terjadinya lahan kritis tersebut pada umumnya disebabkan oleh pemanfaatan lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air, sehingga akibat yang sering timbul adalah tanah longsor di daerah pengunungan dan banjir di daerah dataran atau hilir. Di bidang perkebunan, luas areal perkebunan di Kabupaten Subang mencapai ,77 Ha atau % terdiri dari 8.963,12 Ha areal perkebunan rakyat dan ,68 Ha yang dikelola oleh PT Perkebunan Nusantara VIII meliputi kebun Ciater, Tambaksari, Wangunreja dan Jalupang, dengan tanaman pokok terdiri dari teh, karet, kina, dan kakao. Selain itu ada juga PG Rajawali II yang menangani pengelolaan pabrik gula dan perkebunan tebu. 102

115 Usaha perkebunan rakyat, di Kabupaten Subang diprioritaskan pada pengembangan komoditas unggulan yang meliputi kopi, kelapa, cengkeh, dan teh serta tanaman obat seperti tersaji dalam tabel berikut : Tabel 30 Perkembangan luas areal perkebunan rakyat No Komoditi Cengkeh Karet Kopi Kelapa Lada Teh Tebu Luas Areal (Ha) Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun ,8 713,2 723,2 7, ,5 783, , , , ,3 381,65 381,65 301,4 Tahun , ,3 356,62 Sumber : Dinas Kehutanan dan Perkebunan 2.4.2Iklim Investasi Industri Suatu kriteria yang direkomendasikan UNIDO (suatu badan PBB untuk pengembangan industri) memilah-milah daerah berdasarkan kontribusi sektor industri pada aktivitas perekonomian : 1. Daerah yang masih tradisional (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian di bawah 10 persen). 2. Daerah transisi (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian persen). 3. Daerah semi industri (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian persen) 4. Daerah industri (% kontribusi sektor industri terhadap perekonomian 30 persen) (Thee Kian Wee, 1990; H. Suseno T.W., 1997). Kriteria tersebut digunakan dalam kasus ini, sehingga dapat diperoleh informasi bagaimana kondisi perekonomian Kabupaten Subang apakah masih dianggap tradisional ataukah sudah memiliki kategori daerah lainnya. Berdasarkan kriteria tersebut dengan mengamati kontribusi sektor industri terhadap perekonomian Kabupaten Subang, maka diinterpretasikan Kabupaten Subang masih diklasifikasikan sebagai daerah tradisional; dengan besaran kontribusi sektor industri terhadap perekonomian Kabupaten Subang di bawah 10 persen. 103

116 Dengan demikian kemajuan (progress) pembangunan sebetulnya dapat diamati secara statistik, dengan menggunakan suatu alat ukur (yardstick) yang dilansir oleh UNIDO (United Nation Industrial Development Organization). Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Subang, sektor Industri dan Perdagangan dikembangkan untuk dapat menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi masyarakat yag disertai dengan adanya penyerapan tenaga kerja, peningkatan daya beli, kesempatan berusaha dan menciptakan peningkatan nilai tambah bagi sumber daya alam lokal. Fokus pengembangan sektor industri diarahkan dalam rangka keseimbangan struktur ekonomi yaitu pertanian dan industri, sehingga tidak terjadi ketimpangan antara pertanian dan industri dengan pemberdayaan IKM, bimbingan dan pengendalian mutu produksi, pengembangan disertifikasi produk desain, inovasi teknologi dan peralatan, peningkatan kemampuan dan keterampilan IKM. Sampai dengan tahun 2011 menurut catatan BPS, jumlah perusahaan industri besar dan sedang yang sudah beroperasi secara komersial di Kabupaten Subang tercatat sebanyak 32 buah, dengan jumlah tenaga kerja sebanyak orang. Dibandingkan dengan keadaan tahun 2010 jumlah industri besar dan sedang menunjukkan penurunan, namun penyerapan tenaga kerjanya meningkat. Berdasarkan data pada tabel dan tabel diketahui bahwa penurunan jumlah industri besar dan sedang yang terbesar terjadi pada sub sektor Industri makanan dan minuman serta industri kayu dan barang-barang dari kayu. Sedangkan peningkatan tenaga kerja yang terbanyak berada di sub sektor industri tekstil Tabel 31. PERKEMBANGAN INDUSTRI BESAR/ MENENGAH KABUPATEN SUBANG TAHUN KODE KELOMPOK INDUSTRI AWAL TAHUN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Industri makanan dan minuman Industri tekstil Industri Pakaian Jadi Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki Industri kayu dan barang-barang dari kayu tidak termasuk furniture) dan barang-barang anyaman dari rotan, bambu dsj. Industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya

117 7 8 Industri kimia dan barang-barang dari bahan kimia. Industri karet, barang dari karet dan barang dari plastik Industri mesin dan peralatannya Industri Alat angkut, selain kendaraan bermotor roda 4 atau lebih Industri furniture dan industri pengolahan lainnya Daur Ulang JUMLAH Tabel 32. PERKEMBANGAN TENAGA KERJA INDUSTRI BESAR DAN SEDANG KABUPATEN SUBANG TAHUN KODE KELOMPOK INDUSTRI AWAL TAHUN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Industri makanan dan minuman Industri tekstil Industri Pakaian Jadi Industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki Industri kayu dan barang0barang dari kayu tidak termasuk furniture) dan barang0barang anyaman dari rotan, bambu dsj Industri kertas, barang dari kertas dan sejenisnya Industri kimia dan barang0barang dari bahan kimia Industri karet, barang dari karet dan barang dari plastik Industri mesin dan peralatannya Industri Alat angkut, selain kendaraan bermotor roda 4 atau lebih Industri furniture dan industri pengolahan lainnya Daur Ulang JUMLAH Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Subang 105

118 Perkembangan potensi sentra industri kecil dan kerajinan rumah tangga di Kabupaten Subang selama tahun 2012 tidak jauh beda dengan kondisi tahun 2011, walaupun demikian dari sisi tenaga kerja dan nilai produksinya menunjukkan sedikit peningkatan sebagaimana terlihat dari data yang ditampilkan pada tabel di bawah ini TABEL 33. POTENSI SENTRA INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUBANG TAHUN PANGAN JENIS INDUSTRI UNIT USAHA TENAGA KERJA NILAI PRODUKSI (Rp.000) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. GULA AREN IKAN ASIN/PINDANG ONCOM/TEMPE TAHU KERUPUK ACI RANGINANG/OPAK ACI AREN/SINGKONG DODOL NENAS TERASI LAINNYA SANDANG 1. PAKAIAN JADI BAHAN BANGUNAN 1. GENTENG BATA MERAH BATAKO GERABAH KERAJINAN UMUM 1. ANYAMAN BAMBU ANYAMAN TIKAR (MENDONG&PANDAN) KERAJINAN ROTAN 4. KERAJINAN KAYU SAPU UYUN KERAJINAN LAINNYA PANDAI BESI DANDANG TEMBAGA KAB. SUBANG TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 UNIT USAHA TENAGA KERJA NILAI PRODUKSI Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pengelolaan Pasar Kabupaten Subang 106

119 3. Perkembangan Koperasi. a. Jumlah Koperasi Perkembangan jumlah koperasi yang berbadan hukum di Kabupaten Subang berkembang sangat pesat dari Tahun 2009 sampai dengan 2013 sebesar 16 %, itu dapat dilihat dari kenaikan jumlah koperasi setiap tahunnya. Hal ini merupakan keberhasilan dalam mensosialisasikan manfaat koperasi kepada masyarakat, kelompok-kelompok masyarakat (Kelompok Simpan Pinjam Perempuan, Lumbung Ekonomi Desa/LED dan sebagainya) yang dianggap merupakan embrio koperasi. Perkembangan jumlah koperasi yang berbadan hukum menurutjenis koperasi dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 34. Perkembangan Jumlah Koperasi Tahun No Jenis Koperasi Konsumsi Produksi Simpan Pinjam Jasa Pemasaran KUD Serba Usaha Koppontren BMT Sekunder Konsumen Produsen Tahun Jumlah Sumber data :Dinas Koperasi dan UMKM Perkembangan koperasi ada peningkatan setiap tahunnya akan tetapi tidak semua koperasi mampu melaksanakan pengelolaannya dengan baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku, hal ini disebabkan soko guru jati diri koperasi belum benar-benar tertanam, baik pada jiwa pengelola maupun anggota koperasi. Untuk itu masih harus terus dilakukan pembinaan dan pengawasan terhadap koperasi secara berkelanjutan terutama bagi koperasi yang hidup segan mati tak mau atau tidak 107

120 aktif.sedangkan tanggung jawab dan kewajiban dalam melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) rata-rata masih 33% dari jumlah koperasi yang aktif. Data jumlah koperasi yang aktif dan tidak aktif serta melaksanakan RAT dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 35. Jumlah Koperasi Aktif, Tidak Aktif dan RAT Tahun ( Orang ) No Koperasi Tahun Jumlah Koperasi Aktif Tidak aktif RAT Sumber data :RAT Dinas Koperasi dan UMKM Keterangan : Data RAT Tahun Buku 2008 s/d 2012 b. Keanggotaan Koperasi Koperasi dibentuk berdasarkan adanya kebutuhan bersama yang harus dipenuhi bersama. Syarat minimal jumlah sekumpulan orang sebanyak 20 orang. Saat ini jumlah anggota koperasi di Kabupaten Subang pada Tahun 2011 sampai dengan Tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 94 % Jenis Koperasi primer sedangkan yang lainnya mengalami penurunan, sedangkan Koperasi Sekunder beranggotakan lembaga-lembaga koperasi primer. Koperasi Sekunder yang terdapat di Kabupaten Subang adalah Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) anggotanya mengalami kenaikan sebesar 6 % jenis koperasi yang lainnya keanggotaannya mengalami fluktuasi karena keanggotan koperasi bersifat temporer tidak bisa dipaksakan. Perkembangan anggota pada setiap jenis koperasi baik primer maupun sekunder adalah sebagaimana tabel berikut ini : 108

121 Tabel 36. Jumlah Anggota Koperasi Tahun No Jenis Koperasi Tahun Konsumsi Produksi Simpan Pinjam Jasa Pemasaran KUD Serba Usaha Koppontren BMT Sekunder Jumlah Sumber Data : Dinas Koperasi dan UMKM Keterangan : Satuan untuk Nomor Urut 1 9 (orang) Satuan untuk nomor urut 10 (Gerakan Koperasi) Jumlah anggota koperasi pertahun tidak termasuk nomor urut 10 Dari tabel tersebut di atas berdasarkan data yang kami terima dari hasil Rapat Anggota Tahunan (RAT) Tahun Buku 2009 sampai Tahun Buku 2012, sedangkan untuk Tahun Tutup Buku 2013 pelaksanaan RAT sedang berjalan di Tahun 2014 sehingga data belum dapat dilaporkan. Untuk semua jenis koperasi jumlah anggota mengalami fluktuasi dimana ada kalanya mengalami penurunan dan peningkatan tergantung dari hasil RAT per tahunnya.tetapi untuk Koperasi Jasaadalah koperasi yang membidangi usaha jasa wisata, Telkom, perumahan, KBPR, Listrik Pedesaan, KAI, Profesi, Seniman tidak ada aktivitas sedangkan Koperasi Pemasaran yaitu Koperasi Pasar belum ada aktivitas.kenaikan Akan tetapi secara substansial, keberadaan koperasi tidak dilihat dari jumlah masyarakat yang menjadi anggota tetapi keberadaan koperasi mampu memberikan pelayanan baik kepada anggota maupun masyarakat. Koperasi sedikit banyak telah memberi peluang terhadappenyerapan tenaga kerja sehingga dapat menurunkan tingkat pengangguran. Hal ini dapat dilihat dari adanya penerimaan tenaga kerja sebagai karyawan dan menajer koperasi disamping peluangpeluang usaha lainnya yang melibatkan koperasi penyerapan tenaga kerja yang mengalami peningkatan adalah Koperasi Simpan Pinjam sebesar 57 % dan Koperasi Unit Desa sebesar 39 % sehingga dapat menyerap tenaga kerja yang ada di pedesaan. 109

122 Data jumlah karyawan dan manajer koperasi dapat dilihat pada Tabel berikut ini : No Jenis Koperasi Tabel 37. Jumlah Karyawandan Manajer Koperasi Tahun Tahun ( Orang ) Konsumsi Produksi Simpan Pinjam Jasa Pemasaran KUD Serba Usaha Koppontren BMT Sekunder Jumlah Sumber Data : Dinas Koperasi dan UMKM Kondisi Koperasi tahun dapat dilihat pada Grafik di bawah ini : Tabel 38. Kondisi Koperasi Jumlah Aktif Tdk Aktif RAT Sumber Data : Dinas Koperasi dan UMKM c. Modal sendiri Modal Koperasi terdiri dari Simpanan Pokok, Wajib, Simpanan Khusus, Cadangan, Donasi dan Sisa Hasil Usaha yang belum dibagikan. Simpanan Pokok merupakan simpanan awal bagi setiap orang yang menjadi anggota koperasi. Simpanan wajib merupakan kewajiban 110

123 anggota setiap bulannya sedangkan simpanan khusus adalah simpanan yang ditentukan jangka waktunya minimal 1 (satu) tahun. Cadangan modal koperasi berasal dari SHU yang disisihkan untuk pemupukan modal koperasi. Perkembangan permodalan koperasi tahun adalah sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 39. Perkembangan Modal Sendiri Koperasi tahun di Kabupaten Subang. No Jenis Koperasi Tahun (000) Konsumsi Produksi Simpan Pinjam Jasa Pemasaran KUD Serba Usaha Koppontren BMT Sekunder Jumlah Memperhatikan tabel tersebut di atas menunjukkan kecenderungan adanya kenaikan permodalan dari Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2012 sebesar 20% kenaikan yang paling tingggi adalah koperasi Konsumsi, Koperasi Serba Usaha, Koperasi Sekunder dan Koperasi Unit Desa dikarena adanya peran serta aktif anggota dalam berparsipasi menyimpan modal sendiri dalam bentuk simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan cadangan sedangkan pada Tahun mengalami penurunan sebesar 27 %dan jenis koperasi yang lainnya mengalami kenaikan, Hal ini disebabkan karena banyak anggota yang keluar masuk dan kurang berpartisipasi serta berperan aktif dalam permodalan terutama koperasi konsumsi mengalami penurunan sebesar 58 % karena adanya ketidak percayaan anggota terhadap pengurus. Sedangkan untuk SHU yang belum dibagikan dipengaruhi besaran pendapatan dan terdapat efisiensi biaya operasional. d. Volume Usaha 111

124 Salah satu indikator perkembangan koperasi dilihat dari besaran volume usaha. Dari 10 (sepuluh) jumlah koperasi di Kabupaten Subang, perkembangannya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 40. Perkembangan Volume Usaha Koperasi tahun di Kabupaten Subang. ( Rp. 000,00 ) No Jenis Koperasi Tahun Konsumsi Produksi Simpan Pinjam Jasa Pemasaran KUD Serba Usaha Koppontren BMT Sekunder Jumlah Sumber data :Dinas Koperasi dan UMKM (diolah) Keterangan : Data Keragaan Tahun Buku 2009 s/d 2013 Memperhatikan tabel tersebut di atas, perkembangan volume usaha koperasi dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan sebesar 5 %., hal ini disebabkan karena adanya peran aktif anggota sebagai pemilik dan pelanggan bertransaksi dengan kegiatan usaha koperasi. kenaikan yang paling besar yaitu pada Koperasi Unit Desa,Koperasi Pondok Pesantren, Koperasi Serba Usaha, Koperasi Produksi dan Koperasi Konsumsi sedangkan penurunan Volume usaha akibat kurang aktifnya peran serta anggota sebagai pemilik dan pelanggan untuk bertransaksi dengan koperasi yaitu Koperasi Simpan Pinjam dan Koperasi Sekunder sehingga volume usahanya mengalami penurunan. e. Asset Perkembangan Asset yang dimiliki oleh Koperasi dari tahun mengalami kenaikan sebesar 54 % dari berbagai jenis koperasi karena adanya Kenaikan modal sendiri, modal pinjaman Perbankan maupun adanya beberapa koperasi yang mendapat program bantuan 112

125 APBD I, APBD II, APBN, sehingga dengan adanya kenaikan asset maka pelayanan kebutuhan anggota dapat terpenuhi. Perkembangan Asset koperasi adalah sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 41. Perkembangan Asset Koperasi Tahun No Jenis Koperasi Tahun Konsumsi Produksi Simpan Pinjam Jasa Pemasaran KUD Serba Usaha Koppontren BMT Sekunder Jumlah Sumber data :Dinas Koperasi dan UMKM (diolah) Keterangan : Data Keragaan Tahun Buku 2008 s/d 2012 f. Peningkatan Sumber Daya Manusia Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan koperasi adalah kemampuan sumber daya manusia pengelolanya. Pengurus, Manajer dan Pengawas merupakan sumber daya manusia yang terlibat dalam pengelolaan koperasi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dalam pengelolaan koperasi adalah dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pengelola Koperasi. Pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan SDM sebesar 58,3 % karena adanya fasilitasi pendidikan dan pelatihan dari Balai Pelatihan Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Barat. Sedangkan pada Tahun 2013 menurun karena tidak mendapat fasilitas tersebut diatas, hanya menyelenggarakan dengan Anggaran Pembangunan Belanja Daerah Kabupaten Subang. Perkembangan pendidikan dan pelatihan bagi pengelola koperasi di Kabupaten Subang adalah pada Tabel sebagai berikut : 113

126 Tabel 42. Perkembangan Koperasi yang telah mengikuti Pendidikandan Pelatihan di Kabupaten Subang Tahun ( Orang ) No Jenis Koperasi Tahun Konsumsi Produksi Simpan Pinjam KUD Serba Usaha Koppontren Pemasaran Jumlah Sumber data :Dinas Koperasi dan UMKM g. Hasil Penilaian dan Evaluasi Koperasi Berprestasi Upaya-upaya pembinaan dan pengawasan bagi gerakan koperasi merupakan wujud untuk mengembangkan kualitas kinerja dan prestasi koperasi sesuai dengan jati diri sesuai nilai-nilai, prinsipprinsip dan regulasi koperasi melalui usaha pembaharuan dalam pendekatan dan penetapan prioritas program, dengan melakukan usaha secara rasional sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan ekonomi, social dan budaya bersama dari anggotanya menuju terwujudnya kemandirian koperasi, Adapun pembenahan organisasi atau kelembagaan koperasi meliputi aspekkualitas, SDM pengurus dan pengawas, disain manajemen dan pengembangan usaha, kompetensi pengelola operasional koperasi serta aspek kompetensi pengelolaan keuangan koperasi. Dalam rangka memotivasi gerakan koperasi Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Subang melaksanakan penilaian dan evaluasi terhadap perkembangan dan kemajuan terhadap koperasi berdasarkan standar atau kriteria yang disusun sesuai dengan pedoman dan ketentuan koperasi berprestasi, meliputi : 1. Aspek Organisasi 2. Aspek Tata Laksana dan Manajemen 1. Aspek Produktivitas 2. Aspek Manfaat dan Dampak 114

127 3. Aspek Pengembangan dan Daya Saing Dimana didalamnya terdiri dari beberapa factor yang berkaitan dengan aspek-aspek tersebut, termasuk ketentuan dasarnya, cara perhitungan dan nilai, realisasi nilai, bobot nilai dan skor serta keterangan realisasi hasil perhitungan. Adapun kriteria koperasi berkualitas yang memenuhi persyaratan yang telah ditentukan secara garis besarnya, yaitu ; 1. Melaksanakan Rapat Anggota Tahunan (RAT) tepat waktu 2. Tertib organisasi dan manajemen 3. Akuntabilitas Laporan Keuangan (Neraca dan PHU) 4. Peningkatan aktivitas kegiatan usaha 5. Peningkatan Modal sendiri. Koperasi koperasi yang berkualitas dan berprestasi di tingkat Kabupaten akan dijadikan sebagai acuan untuk diusulkan ketingkat yang lebih tinggi (provinsi dan nasional). Hasil penilaian dan evaluasi Koperasi berprestasi dari tahun 2009 sampai tahun 2013 sebagai berikut ; Tahun 2009 Koperasi berprestasi Tingkat Nasional : 1. Koperasi Karyawan Sari Ater, Kecamatan Ciater Tahun 2010 Koperasi berprestasi Tingkat Nasional : 1. KSP Karya Utama, Kecamatan Compreng Koperasi berprestasi Tingkat Kabupaten Subang : 1. Peringkat 1 : Koperasi Dewi Sartika, Kecamatan Subang 2. Peringkat 2 : KSP Karya Utama, Kecamatan Compreng 3. Peringkat 3 : KPRI Jalancagak, Kecamatan Jalancagak Tahun 2011 Koperasi berprestasi Kategori Koperasi wanita (Kopwan)Tingkat Kabupaten Subang : 1. Peringkat 1 : Kopwan LED Leles, Kecamatan Sagalaherang 2. Peringkat 2 : Kopwan LED Curugagung, Kecamatan Sagalaherang 3. Peringkat 3 : Kopwan LED Mawar, Kecamatan Binong 115

128 Koperasi berprestasi Tingkat Kabupaten Subang : 1. Peringkat 1 : Koperasi Gapoktan Sadulur, Desa Jatireja, Kec. Compreng 2. Peringkat 2 : Koperasi Sang Hyang Sri, Kecamatan Ciasem 3. Peringkat 3 : KPRI Mitra Winaya, Kecamatan Kalijati Pemberian piagam penghargaan, trophy dan hadiah berupa TV disampaikan pada Hari Jadi Koperasi ke 64 di Gedung STIE SUTAATMAJA Subang. Tahun 2012 Koperasi berprestasi Kategori Kopwan Tingkat Provinsi : 1. Peringkat 1 : Kopwan LED Leles, Kecamatan Sagalaherang Pemberian hadiah sebesar Rp ,-disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat pada Hari Jadi Koperasi Tingkat Provinsi Jawa Barat di Indramayu. Koperasi berprestasi Kategori Kopsis Tingkat Provinsi : 1. Peringkat 3 : Kopsis SMK Ghofarona, Kecamatan Pusakajaya Pemberian hadiah sebesar Rp ,- disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat pada Hari Jadi Koperasi Tingkat Provinsi Jawa Barat di Indramayu. Koperasi berprestasi Tingkat Kabupaten Subang : 1. Peringkat 1 : KPRI Tanjungsiang, Kecamatan Tanjungsiang 2. Peringkat 2 : Primkoppol, Kel. Karanganyar, Kecamatan Subang 3. Peringkat 3 : KPRI Sinar Winaya, Kecamatan Sagalaherang Pemberian piagam penghargaan dan trophy disampaikan oleh Bupati Subang pada Apel Hari Kesadaran tanggal 17 Juli 2012 di Halaman Pemerintah Daerah Kabupaten Subang. Sedangkan pemberian hadiah berupa Komputer dan Printer disampaikan oleh Bupati Subang pada Hari Jadi Koperasi yang ke 66 Tahun 2013 di Halaman Pemerintah Daerah Kabupaten Subang mengingat anggaran di Tahun 2012 terbatas. 116

129 Tahun 2013 Koperasi berprestasikategori Koperasi Konsumen Tingkat Nasional: 1. Peringkat 1 : KPRI Kopkarlitan, Kecamatan Ciasem Pemberian penghargaan disampaikan oleh Bapak Presiden RI bertepatan dengan hari Jadi Koperasi Tingkat Nasional di Mataram. Koperasi berprestasi Kategori Kopwan Tingkat Provinsi : 1. Peringkat 1 : Kopwan LED Curugagung, Kecamatan Sagalaherang Pemberian hadiah telah disampaikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tanggal 21 Juni 2013 bertepatan dengan kegiatan Pembukaan Pameran Ccperative Fair di Gasibu Bandung. Koperasi berprestasi Tingkat Kabupaten Subang : 1. Peringkat 1 : Koperasi Tani Kuno, Kecamatan Ciater 2. Peringkat 2 : Koperasi Sang Hyang Sri, Kecamatan Ciasem 3. Peringkat 3 : Primkopad Kartika Kalahitam, Kecamatan Subang. Pemberian piagam penghargaan, trophy dan hadiah berupa Komputer dan Printer disampaikan oleh Bupati Subang pada Hari Jadi Koperasi yang ke 66 di Halaman Pemerintah Daerah Kabupaten Subang. Pelayanan Bidang Bina Usaha Koperasi Upaya untuk mendorong pengembangan usaha koperasi, Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Subang memfasilitasi gerakan koperasi untuk mendapatkan modal kerja melalui Pemerintah Daerah ataupun Kementerian Negara Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia. Alokasi anggaran untuk permodalan koperasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dilakukan sejak tahun kepada KUD Mina Tambak, KUD Mina Laut dengan sasaran adalah bakul ikan. Sedangkan Pada Anggaran Tahun 2013 pemantauan Perkembangan Dana-dana Pemerintah dilakukan pada program Bankuat, MAP, Kelompok Pemuda/Perempuan Maksud dan tujuan pemberian modal ini kepada bakul adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bakul ikan, mengurangi tunggakan bakul ikan ke Koperasi (pengelola Tempat Pelelangan Ikan) serta meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui retribusi pelaksanaan pelelangan ikan. Pola pemberian modal kepada bakul bekerjasama dengan PD BPR milik Pemerintah Daerah Kabupaten Subang. 117

130 Selanjutnya untuk peningkatan permodalan Usaha Kecil Menengah pada tahun 2009 melalui Bank Rakyat Indonesia (BRI) dialokasikan pinjaman modal sebagai stimulasi usaha sebesar Rp ,00 (tiga ratus tiga puluh juta rupiah) untuk 66 Usaha Kecil Menengah (UKM). Sedangkan permodalan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2006 dan 2007 dialokasikan melalui Program Pembiayaan Produktif Koperasi dan Usaha Mikro Program Bankuat, Modal Awal Padanan (MAP) dan Koperasi penerima bantuan Dana Kelompok Perempuan/Pemuda. Tujuan program ini adalah memberdayakan usaha mikro melalui perkuatan permodalan serta memperkuat peran dan posisi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Unit Simpan Pinjam Koperasi (USP) termasuk koperasi yang dikelola oleh Perempuan/pemuda sebagai instrument pemberdayaan usaha mikro sehingga diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja dan mendukung upaya pengentasan kemiskinan. Sasaran program diantaranya adalah anggota koperasi atau yang dilayani oleh USP Koperasi yang mempunyai usaha produktif. : Perkembangan Dana bergulir ini adalah sebagaimana tabel berikut ini Tabel 43.Hasil Pemantauan Perkembangan Dana-Dana Bantuan/PinjamanKepada Koperasi dan UMKM Tahun No Uraian Tahun Jumlah Penerima (KUD/ Koperasi) Nilai Perguliran (Rp.000) Anggota Penerima (Org) Nilai Pinjaman (Rp.000) Nilai Angsuran (Rp.000) Sisa Pinjaman (Rp.000) , , , , , ,7 Sumber Data : Dinas Koperasi dan UMKM 118

131 Pelayanan Bidang Pembinaan UMKM a. Perkembangan Usaha Kecil Menengah. Usaha Kecil Menengah di Kabupaten Subang dikelompokan dalam perdagangan, industri pertanian, industri non pertanian dan aneka usahasedangkan berdasarkan Undang undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Bab IV Pasal 6 Kreteria usaha yaitu : 1. Usaha Mikro memiliki Kekayaan bersih paling banyak Rp ,- Tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memilikihasil penjualan tahunan paling banyak Rp ,- 2. Kreteria Usaha Kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp sampai dengan paling banyak Rp ,- tidak termasuk tanah dan bangunan usaha, memiliki hasil penjualan tahunan lebih darirp ,- dengan paling banyak Rp ,- 3. Kriteria Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp ,- sampai dengan paling banyak Rp ,- tidak termasuk tanah dan bangunan usaha, memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp ,- sampai dengan paling banyak Rp ,- Perkembangan potensi UMKM di Kabupaten Subang dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Grafik 16. Potensi UMKM di Kabupaten Subang (Tahun ) Mikro Kecil Menengah Sumber Data : Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Subang. Pertumbuhan Iklim Usaha Pemerintah dan Pemerinterah Daerah menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan Perundang- 119

132 undangan dan kebijakan yang meliputi Aspek Pendanaan, Sarana dan prasarana, Informasi Usaha, Perijinan Usaha, Kesempatan berusaha, promosi dagang dan dukungan Kelembagaan bermitra dengan Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Subang. Jumlah UMKM yang telah dibina oleh Dinas Koperasi sampai dengan tahun 2013 sebanyak unit, dengan jenis pembinaan di bidang permodalan, organisasi dan manajemen, pemasaran, diklat, bantuan sarana/prasarana serta sertifikasi Hak Atas Tanah. Dari jumlah tersebut besarnya omzet yang dihasilkan UMKM sebesar Rp atau rata-rata sebesar Rp per unit per tahun, sedangkan rata-rata asset yang dimiliki UMKM sebesar Rp ,-. Adapun jumlah tenaga kerja rata-rata per unit UMKM sebanyak 2 orang. Perkembangan Usaha Kecil Menengah yang telah di bina oleh Dinas Koperasi dan UMKM pada keempat sektor tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 44. Perkembangan UKM Tahun No Sektor Tahun Perdagangan Jumlah (unit) Assets (Rp 000) Omzet (Rp 000) Jml Naker (org) Industri Pertanian 0 Jumlah (unit) Assets (Rp 000) Omzet (Rp 000) Jml Naker (org) Industri Non Pert 5 Jumlah (unit) Asstes (Rp 000) Omzet (Rp 000) Jml Naker (org) Aneka usaha 371 Jumlah (unit) Assets (Rp 000) Omzet (Rp 000) Jml Naker (org)

133 JUMLAH UMKM JML ASSET (Rp. 000) JML OMZET (Rp.000) JML TENAGA KERJA (ORG) Sumber Data : Dinas Koperasi dan UMKM b. Akses Permodalan UMKM Dalam pengembangan kemitraan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kabupaten Subang telah bekerja sama dengan PT. Jasa Tirta II, dan Perum PERURI dalam rangka program kemitraan Corvorate Social Responsibility (CSR) dengan UMKM yang ada di Kabupaten Subang, yang sebagian hasil sahamnya untuk Program Kemitraan dan Bina Lingkungan KUMKM. Dari tahun 2009 sampai dengan Tahun 2013 telah membina PT. Jasa Tirta II sebanyak 161 KUMKM dengan nilai sebesar Rp ,- sedangkan Perum PERURI sebanyak 16 KUMKM dengan nilai pinjaman sebesar Rp ,-. Tabel 45. Perkembangan Dana Pinjaman CORVORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) Kepada Koperasi dan UMKM Tahun No Uraian Tahun PT. JASA TIRTA II Jumlah Penerima (KOP/UMKM) Nilai Pinjaman (Rp. 000) PERUM PERURI Jumlah Penerima (KOP/UMKM) Nilai Pinjaman (Rp.000) Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM 121

134 Akses permodalan melalui Sertifikasi Hak Atas Tanah (SHAT) UMKM merupakan salah satu jaminan yang dipersyaratkan oleh perbankan untuk menyalurkan bantuan permodalan kepada UMKM. Keberadaan Sertifikat Hak Atas Tanah dapatmemberikan nilai tambah mengenai besarnya modal yang akan diberikan kepada UMKM. Mengingat pentingnya SHAT tersebut Menteri KUMKM RI telah melaksanakan kerjasama dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional untuk member bantuan pembuatan SHAT kepada UMKM. Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Subang memfasilitasi UMKM yang ada bagi UMKM yang belum mempunyai Sertifikat Hak Atas Tanah dibantu dengan program ini untuk mempunyai sertifikat hak milik yang bekerjasama dengan BPN Kabupaten Subang dengan anggaran dari Pemerintah Daerah yang setiap tahunnya bertambah. Perkembangan akses modal melalui Sertifikasi Hak Aatas Tanah (SHAT) dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut : Tabel 46. Perkembangan Sertifikat Hak Atas Tanah (SHAT) Kepada Koperasi dan UMKM Tahun No Uraian Tahun Jumlah Peserta (UMKM) Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM c. Perkembangan Aspek Legalitas UKM melalui Sertifikat Halal Dalam perkembangan UMKM perlu adanya aspek legalitas bagi UMKM melalui Sertifikat Halal dengan tujuan agar Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang mempunyai pengolahan dibidang Industri terutama makanan untuk memenuhi kualitas hasil produknya dan meyakinkan kepercayaan masyarakat terhadap makanan yang diproduksi benarbenar halal maka perlu legalitas sertifikat halal, selama Tahun 2013 telah memfasilitasi legalitas sertifikat halal produk hasil UMKM sebanyak 61 UMKM yang tersebar di Kabupaten Subang. Dengan bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia dan Dinas Kesehatan. Perkembangan Aspek Legalitas UKM melalui Sertifikat Halal dapat dilihat pada Tabel sebagai berikut : 122

135 Tabel 47. Perkembangan Sertifikat Halal Kepada Koperasi dan UMKM Tahun No Uraian Tahun Jumlah Peserta (UMKM) Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM d. Perkembangan Lumbung Ekonomi Desa Sejak tahun 2006 yang lalu, pendirian Lumbung Ekonomi Desa (LED) di Kabupaten Subang telah menunjukkan keberhasilan yang amat berarti. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah LED, jumlah anggota LED, jumlah simpanan/tabungan anggota dan jumlah modal usahanya. Sejalan dengan perkembangan secara kuantitas dari LED tersebut, citra LED serta partisipasi anggota dan masyarakat pun tumbuh semakin baik. Perkembangan Lumbung Ekonomi Desa dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 di Kabupaten Subang sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 48. Perkembangan LED Tahun No Uraian Satuan Jumlah LED Unit Jumlah Anggota LED 3. Jumlah Tabungan (Rp.000) Orang Rp Dana Hibah Bersyarat - Jumlah Dana (Rp000) - Jumlah LED penerima dana Rp. Unit Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Berdasarkan Tabel di atas terlihat bahwa sampai dengan akhir tahun 2009 telah tumbuh sebanyak 256 LED. Jumlah LED sebanyak 256 unit terdiri dari 253 unit LED di Desa/Kelurahan, 2 unit LED di pasar dan 1 LED Kabupaten. 123

136 Sejalan dengan berjalannya waktu jumlah LED mengalami penurunan begitu juga jumlah anggota LED pun mengalami penurunan drastis. Pada akhir tahun 2013 telah tercatat sebanyak orang anggota LED, sehingga jika dibandingkan dengan jumlah anggota LED pada tahun 2009 sebanyak orang maka telah terjadi penurunan sebesar70,10% karena kurangnya motivasi menjadi anggota, maka perlu adanya suntikan dana. Begitu juga jumlah tabungan LED sampai tahun 2013 mengalami penurunan cukup memprihatinkan. Apabila akhir tahun 2009 jumlah tabungan LED sebesar Rp ,- maka pada akhir tahun 2013 jumlah tabungan turun menjadi Rp ,- atau terjadi penurunan sebesar 53,58% Dalam hal pemberian bantuan dana hibah bersyarat oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Subang dilaksanakandari tahun 2009 hanya sampai tahun 2011, mengingat adanya aturan bahwa pemberianbantuan dana hibah tidak boleh dilaksanakan setiap tahun berturut-turut. Dari seluruh LED yang ada di Kabupaten Subang, telah tersalurkan kepada 177 LED dan masih terdapat 78 LED (30,6%) yang belum mendapatkan bantuan dana hibah bersyarat, hal ini antara lain disebabkan LED yang bersangkutan masih belum layak dalam segi pengadministrasiannya untuk mendapatkan bantuan hibah dan sebagian ada yang belum aktif kegiatannya. Perkembangan LED di Kabupaten Subang jika dilihat per Kecamatan dapat dilihat pada tabel 20 berikut ini( halaman selanjutnya). Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa jumlah LED yang masih aktif sebanyak 104 LED dari 256 LED yang tercatat. Kondisi LED yang paling parah terjadi di Kecamatan Cikaum.Kecamatan yang memiliki anggota LED terbanyak terdapat di Kecamatan Sagalaherang sebanyak orang. Namun melihat dari jumlah tabungan, LED yang memiliki jumlah tabungan terbanyak terdapat di Kecamatan Dawuan sebesar Rp ,-. Dari jumlah dana hibah bersyarat sebesar Rp ,-, LED yang mendapat dana hibah bersyarat terbesar adalah Kecamatan Subang sebesar Rp ,-, dan yang paling sedikit mendapat dana hibah bersyarat adalah Kecamatan Cikaum sebesar Rp ,-. Untuk memantau perkembangan LED di Kabupaten Subang, kegiatan monitoring dan evaluasi perlu terus dilaksanakan. Melalui kegiatan ini dapat diperoleh informasi bagi pimpinan sebagai bahan untuk menetapkan kebijaksanaan lebih lanjut, mengantisipasi keadaan perekonomian di masa 124

137 mendatang, penyempurnaan perencanaan LED (replanning) dan untuk kelancaran pelaksanaan rencana dan program Lumbung Ekonomi Desa di Kabupaten Subang. 4). Pariwisata Kabupaten Subang merupakan daerah potensi wisata alam, seni dan budaya, Berdasarkan grafik di bawah ini, diketahui bahwa kegiatan kepariwisataan menunjukan peningkatan yang cukup baik dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan yang cenderung menaik. Peningkatan kegiatan kepariwisataan tersebut, berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat baik langsung maupun tidak langsung, terutama dalam menciptakan lapangan usaha bagi penduduk di sekitar obyek wisata. Grafik 17. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Domestik Tahun Mancanegara Domestik Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Subang Obyek wisata yang sudah dikenal dan memberikan kontribusi terhadap PAD terbesar adalah Pemandian Air Panas Ciater, sedangkan obyek wisata lainnya yang potensial untuk dikembangkan adalah : 1) Curug Cijalu 2) Pantai Pondok Bali 3) Wisata alam Wangun harja 4) Penangkaran Buaya 5) dan potensi wisata lainnya 125

138 : Sementara itu potensi seni dan budaya Kabupaten Subang adalah 1). Sisingaan 2). Jaipongan 3). Calung 4). Wayang golek 5). dan kesenian tradisional lainnya Kondisi Sumber Daya Alam Sumber Daya Alam merupakan potensi pembangunan yang perlu didayagunakan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat terlebih SDA Kabupaten Subang relatif lengkap, mulai dari lahan yang terdiri dari pegunungan, hutan, pantai, sumber pertambangan, energi dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam pembahasan Sumber Daya Alam lebih ditekankan pada faktor-faktor yang menjadi potensi dalam pengelolaan Sumber Daya Alam. 1. Sumber Daya lahan Secara umum Kabupaten Subang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata pertahun mm dengan jumlah hari hujan 100 hari. Iklim yang demikian ditunjang oleh adanya lahan yang subur dan banyaknya aliran sungai menjadikan sebagian besar luas tanah Kabupaten Subang dipergunakan untuk pertanian. Hal ini ditunjukan dengan Luas Wilayah Kabupaten Subang yang mencapai ha terdiri dari sawah seluas ha (41,39 %) dan lahan kering seluas ha (58,61%). Memperhatikan data luas lahan lebih jauh ternyata kualitas sawah di kabupaten Subang sebagian besar (67,38.%) sudah merupakan sawah berpengairan irigasi teknis. 2. Sumber Daya Mineral Kabupaten Subang memilik berbagai jenis sumber daya mineral dan yang paling besar adalah Bahan Galian C. Dari jenis bahan mineral tersebut yang paling banyak ditambang dan dimanfaatkan adalah jenis bahan galian untuk bahan bangunan seperti batu belah, pasir dan sirtu. Sedangkan jenis bahan galian untuk industri manufaktur dan pertanian belum dimanfaatkan secara maksimal. Secara alami di Kabupaten Subang terdapat beberapa jenis bahan galian yang potensial untuk ditambang yang tersebar di beberapa kecamatan seperti terlihat pada tabel berikut : Tabel 49. Wilayah Potensi Sumber Daya Mineral No Jenis Kecamatan Potensi 1 Pasir Pantai / Sungai 1. Legon kulon 210 juta M 3 (Endapan Kuarter) 2. Blanakan 2 Lempung 1. Blanakan 2. Patokbeusi 3. Ciasem ± 5 juta M 3 126

139 4. Pamanukan 5. Compreng 6. Pusakanagara 3 Lempung dan Trass 11. Pabuaran 12. Cikaum 13. Kalijati 14. Pagaden 4 Sirtu (Endapan Alluvial Kuarter) 1. Cipeundeuy 2. Blanakan 3. Ciasem 4. Compreng 5. Cipunagara 6. Cibogo 7. Subang PERDA RPJMD KABUPATEN SUBANG ± 150 Juta m 2 Tersebar di Daerah Aliran Sungai (DAS) 5 Gypsum Subang ± 5 Juta M 3 6 Batu Andesitik 1. Cijambe ± 2 Juta M 3 2. Cisalak 3. Tanjungsiang 4. Jalancagak 5. Sagalaherang 6. Serang Panjang 7. Ciater 7 Pasir Gunung Jalancagak Belum dievaluasi 8 Pasir 1. Cipeundeuy ± 1,2 Milyar M 3 (Endapan Sungai Purba) 2. Kalijati 3. Subang 4. Cijambe 5. Cibogo 9 Puzolan 1. Cijambe ± 200 Juta M 3 2. Sagalaherang 10 Belerang Ciater ± 20 Juta M 3 11 Yarosite Ciater ± 50 Juta M 3 12 Batu Gamping 1. Kalijati Belum dievaluasi 2. Cijambe 13 Batu Bara Cijambe Belum di evaluasi Sumber : Dinas Pertambangan dan Eneregi Sedangkan untuk bahan galian logam, ditemukan indikasi bahan galian emas di Desa Cupunagara Kecamatan Cisalak dan sekitarnya. Di lapangan keberadaan endapan emas ini diindikasikan dengan ditemukannya zona ubahan seperti piritisasi, kaolinitisasi, serisitisasi dan urat-urat mineralisasi dengan kandungan emas dan mineral penyertanya seperti galena, zeng, perak dan lain-lain. 3. Sumber Daya Hutan Berdasarkan fungsinya hutan memiliki fungsi ekologi dan fungsi ekonomi. Sebagai fungsi ekologi hutan menghisap udara karbon (CO 2) dari udara dan mengembalikan oksigen (O 2) bersih pada manusia disamping berfungsi sebagai pengatur tata air. Sedangkan sebagai fungsi 127

140 ekonomi, hutan memiliki nilai manfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia, yaitu berupa hasil hutan baik kayu maupun non kayu. Berdasarkan letaknya hutan di Kabupaten Subang diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok yaitu hutan pantai (Mangrove), hutan dataran dan hutan pegunungan. Berdasarkan status kepemilikan lahan, hutan terdiri dari hutan dalam kawasan (hutan lindung, produksi) dikelola oleh Perum Perhutani, dan hutan diluar kawasan hutan (hutan rakyat) yang dikelola oleh petani/masyarakat.dari luas keseluruhan Kabupaten Subang sebesar ,95 Ha, areal kehutanan memiliki luas sebesar ,48 Ha atau 13,40 dari luas Kabupaten. Luas areal tersebut terdiri dari Kawasan Hutan Produksi seluas ,05 ha dan Hutan Lindung seluas ,43 Ha. Keberadaan hutan di Kabupaten Subang telah mengalami degradasi baik fungsi maupun luasannya, salah satu dampaknya adalah terjadinya lahan kritis. Luas lahan kritis di Kabupaten Subang berdasarkan data dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan pada tahun 2009 mencapai 9,702.3 Ha, Tahun 2013 berkurang menjadi Ha. Luas Hutan, fungsinya dan pengelolaannya di Kabupaten Subang akan terus diupayakan meningkat, dan berperan sebagai sumber daya yang memiliki kontribusi terhadap aspek perekonomian Kabupaten Subang, walaupun saat ini belum berarti untuk PDRB Kabupaten Subang. Namun ada nilai manfaat hutan yang sangat penting dan tak ternilai yaitu berperan pada bidang jasa non ekonomi, seperti untuk mengatur tata air, perlindungan hutan, pencegah erosi dan banjir, pemelihara kesuburan tanah, sumber plasma nutfah, pengatur iklim mikro, pariwisata alam dan produsen oksigen. 4. Sumber Daya Energi Energi merupakan salah satu sumber daya yang dibutuhkan manusia untuk menopang berbagai kegiatan atau aktivitasnya. Meningkatnya konsumsi energi akan meningkatkan beban pencemaran lingkungan, terutama yang dilepaskan ke udara sehingga memberikan kontribusi terhadap efek rumah kaca dan perubahan iklim. Pola konsumsi energi primer yang lebih terpusat pada sumber sumber energi tak terbaharui menumbuhkan kekhawatiran terhadap munculnya kelangkaan bila pemanfaatannya tidak terkendali. Oleh 128

141 karena itu, diperlukan kebijakan pemerintah guna mengatasi ancaman kelangkaan sumber-sumber energi dimasa depan. Energi yang perlu mendapat perhatian adalah energi listrik, minyak bumi, gas dan panas bumi. a). Energi Listrik Tekad pemerintah untuk meningkatkan produktivitas sekaligus kesejahteraan rakyat hingga menyentuh masyarakat di pelosok pedesaan dilakukan melalui program listrik masuk desa. Dan berdasarkan data Distamben, bahwa sampai saat ini masih ada masyarakat yang belum menikmati sambungan listrik sebanyak KK atau sekitar 3.11 % dari seluruh rumah tangga yang ada.. b). Minyak bumi, gas dan panas bumi 1). Minyak bumi dan gas Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah di Indoensia yang merupakan penghasil minyak bumi dan gas alam, bahkan potensi migasnya terbilang cukup besar. Berdasarkan hasil inventarisasi Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Subang yang dikompilasikan dengan data dari pertamina, Kabupaten Subang memiliki potensi minyak bmi (crude oil) gas bumi, dan gas asosiasi yang cukup besar. Secara detil dapat dilihat pada table di bawah ini : Tabel 50. Wilayah Potensi minyak Bumi dan Gas Alam No Jenis Lokasi Potensi Minyak Mentah Gas Asosiasi Gas Non Asosiasi Gas CO2 Pedataran Subang Pedataran Subang Pedataran Subang Cikaret 169,5 Juta Barel MMSCF 3.218,1 MMSCF 497 BCF Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Berdasarkan hasil kajian interpretasi survey seismic dan analisa cekungan pembawa migas yang dilakukan pertamina (dengan catatan apabila tidak ditemukan sumur-sumur baru), potensi minyak bumi di wilayah Kaupaten Subang akan habis setelah produksi selama 30 tahun dan gas bumi akan habis setelah masa produksi 60 tahun. Di Kabupaten Subang, pelaksanaan pengelolaan WKP Migas dikelola oleh Pertamina Region Jawa, selaku operator pemegang 129

142 kontrak yang beroperasi di seluruh wilayah Kabupaten Subang. Berikut status kondisi sumur migas di Kabupaten Subang dalam tabel di bawah ini : TABEL 51. PERKEMBANGAN STATUS SUMUR PRODUKSI MIGAS DI WILAYAH KABUPATEN SUBANG Field Code Sumur Dibor Sumur Penghasil Sumur Tidak Produksi Gas Minyak Total Lain2 Kering Total Pagaden PGD Pasirjadi PSJ Bojongraong BJR Tanjungsari TJS Sindangsari SDS Pamanukan PMK Pamanukan PMS Selatan Subang SBG Tunggul Maung TMG Sukamandi SKD Jumlah Sumber : Dinas Pertambangan dan Energi Tahun dan Pertamina 2). Panas bumi Berdasarkan informasi terakhir dari Geo Soft Asia, wilayah Kabupaten Subang memiliki kandungan panas bumi (geothermal) yang sangat potensial. Pemboran geothermal pada kedalaman 400 m dapat menghasilkan sumber panas yang cukup untuk kebutuhan energi listrik. Potensi geothermal di Kabupaten Subang dapat dikembangkan sampai 85 Mega Watt. Potensi panas bumi ini hingga sekarang belum di kembangkan secara optimal sebagai sumber energi. 3). Sumber Energi Lainnya - Sumber Daya Biomassa Biomassa adalah sumber energi yang berasal dari bahan-bahan nabati, termasuk limbah yang berasal dari manusia dan hewan. Biomasa ini dapat berbentuk padat, cair dan gas. Biomasa masih banyak dipakai terutama daerah pedesaan, diperkirakan sebesar 40 % dari total pemakai nasional. Di Kabupaten Subang hingga sekarang belum ada data pasti tentang penggunaan biomasa sebagai sumber energi. - Sumber Daya Tenaga Surya Energi surya mulai dikembangkan sejak tahun 1960-an, yaitu untuk pemanasan. Indonesia memiliki potensi energi surya yang 130

143 cukup tinggi, yaitu Kwh/m2/hari. Secara akumulatif, bila seluruh potensi dimanfaatkan, akan mencapai 9,63 x 10 6 MW jika diperhitungkan luas daratan Indonesia 2 juta kilometer persegi atau 0,1 % dari luas Indonesia, maka Kabupaten Subang secara potensial memiliki potensi energi surya sebesar 9,63 x 10 3 MW. - Sumber Daya Tenaga Angin Energi Angin mulai dikembangkan di Indonesia sejak awal tahun 1970-an oleh LAPAN. Pengembangan tenaga angin sampai sekarang ini terutama adalah untuk pembangkit tenaga listrik skala kecil untuk memompa air laut ke tambak garam, dan untuk aerasi tambak udang. Kecepatan angin di wilayah Pantai Laut Jawa termasuk wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sekitar 4 m/d 5 m/d, kecepatan ini diperkirakan mampu untuk memutar turbin angin skala kecil. - Sumber Mikro Hidro Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) potensinya cukup besar untuk dikembangkan di kabupaten subang sesuai data potensi pengembangan PLTMH (terlampir) dan menjadi salah satu alternatif energi baru dan terbarukan, terutama didaerah pedesaan yang belum terjangkau oleh Jaringan Perusahaan Listrik Negara (PLN). Apabila dibandingkan dengan sumber energi baru dan terbarukan lainnya seperti angin dan matahari. Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) memiliki keunggulan yaitu : Menggunakan teknologi yang relatif sederhana sehingga mudah dioperasikan dan dirawat dengan dengan biaya rendah. Merupakan energi yang ramah lingkungan karena tidak menghasilkan polusi udara atau limbah lainnya, dan tidak merusak ekosistem sungai Memacu pengembangan kapasitas masyarakat melalui lembaga pengelola yang harus dibentuk. Dapat menghasilkan jumlah energi yang relatif besar dan dapat dimanfaatkan untuk usaha produksi terutama disiang hari. Dilihat dari sisi ekonomi PLTMH pada dasarnya dapat memberikan manfaat dengan dua cara yaitu penghematan pengeluaran untuk energi dibandingkan penggunaan sumber energi lainnya, dan pendorong munculnya usaha-usaha produktif dengan 131

144 memanfaatkan energi yang dihasilkan sehingga menumbuhkan keswadayaan masyarakat dalam mengelola PLTMH secara berkelanjutan dan akhirnya dapat memutar roda ekonomi pedesaan. TABEL 52. LOKASI POTENSI MIKROHIDRO DI KABUPATEN SUBANG NO DESA/KECAMATAN NAMA AIR TERJUN KECEPATAN ALIRAN AIR SUNGAI RATA RATA (M/DET) LUAS PENAMPANG ALIRAN SUNGAI (M²) DEBIT AIR (L/DET) HEAD (M) POTENSI LISTRIK (KW) JARAK DATAR DAN LURUS DARI TIANG LISTRIK PLN TERDEKAT SKOR POTEN SI AIR 1. Cikadu/Cijambe Ciawitali 0,75 0, , , Curug Cingcelegen 0, , , , Agung/Sagalaherang g 3. Cipancar/Sagalaherang Cijalu (asli) 0, ,36 318, , Cipancar/Sagalaherang Putri 0, , , , Cipancar/Sagalaherang Cilempar 0, , , , (Cijalu pop) 6. Cipancar/Sagalaherang Cilamaya 0, ,24 205, , Ponggang/Sagalaherang Ponggang 4, , , , Ponggang/Sagalaherang Leuwi Purut 1, ,2 333, , Ciater/Jalancagak Tawin/Cale 1, , , , ngkok 10. Cibeusi/Jalancagak Cibaregbeg 1, , , , Cibeusi/Jalancagak Wayang 1, , , , Cibeusi/Jalancagak Ciangin 0, , , , Mayang/Cisalak Cibago 0, ,4 333, , Mayang/Cisalak Citorok 0, ,075 57, , Mayang/Cisalak Cimuncang 0, ,08 51, , Mayang/Cisalak Mardi 0, , , , Mayang/Cisalak Mardi Kecil 0, , , , Mayang/Cisalak Cileat 0,9375 0, , Mayang/Cisalak Cibedug 0, ,1 73, , Mayang/Cisalak Cicangah 0, ,14 113, , Mayang/Cisalak Ciciung 0, ,11 80, , Buniara/Tanjungsiang Sawer 0, , , , Sumber Daya Keanekaragaman Hayati. Keanekaragaman hayati (biodiversitas) diartikan sebagai berbagai ekosistem dan bentangan jenis serta variasi semua hewan, tumbuhan dan mikroorganisme yang hidup. Setiap individu organisme terdiri atas ribuan gen dalam kombinasi yang unik, spesies terdiri atas banyak individu, dan ekosistem tersusun oleh banyak spesies yang berinteraksi satu sama lain dan berinteraksi dengan lingkungan fisik. Istilah ini dapat diajukan, baik pada tingkat genetik, spesies maupun ekosistem atau habitat. Berdasarkan pada batasan tersebut, maka keanekaragaman hayati (biodiversity) merupakan sumber daya alam yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu pemberi kontribusi terhadap pembangunan, namun disisi lain untuk beberapa jenis keanekaragaman 132

145 hayati juga perlu dilestarikan, dengan pertimbangan kelangsungan suatu ekosistem. Tidak mudah menjelaskan tentang peranan dan pentingnya sumberdaya hayati bagi kelangsungan hidup manusia, lebih khusus lagi sumberdaya genetika. Namun hal ini sangat penting dalam suatu ekosistem, terutama bagi penunjang kehidupan manusia. Potensi keanekaragaman hayati di Kabupaten Subang umumnya berlokasi di kawasan yang berfungsi sebagai konservasi. Letak kawasan konservasi tersebar menurut ketinggian tempatnya, yakni pada dataran rendah dan dataran tinggi. Seperti tipe ekosistem laut, pantai payau, rawa, rawa pegunungan, hutan tropis dataran rendah/tinggi. Untuk mencegah kepunahan dari spesies-spesies yang telah dijaga kelestarian dan penurunan potensi sumber daya hutan sudah berlangsung cukup lama, dimulai sejak Undang-Undang No. 5 tahun 1967 tentang pokok kehutanan (UUPK), Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan Lingkungan Hidup, Undang-Undang nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan ekosistemnya dan peraturan pelaksanaanya. Dengan demikian, secara yuridis kelestarian sumberdaya hutan makin kokoh. Namun kondisi saat ini sangat sulit untuk dipertahankan, karena terjadinya konflik antara kepentingan ekologis dan kepentingan ekonomi. Suatu pemikiran yang perlu diingat adalah bahwa hilangnya suatu habitat dapat menyebabkan turunnya populasi Flora dan Fauna. Turunnya populasi flora dan fauna akan menggangu tatanan lingkungan hidup, yang akhirnya akan menimbulkan ketidakstabilan lingkungan hidup. Keadaan sebaliknya adalah makin beranekaragam sumberdaya alam hayati, makin stabil tatanan lingkungan. 133

146 Bab III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang, termasuk segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah dengan mengacu pada peraturan perundang-undangan (money follow function). Analisis pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Subang dimaksudkan untuk menghasilkan gambaran tentang kapasitas atau kemampuan keuangan daerah dalam mendanai penyelenggaraan pembangunan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah dilakukan terhadap APBD dan laporan keuangan daerah. Analisis pengelolaan keuangan daerah dan kerangka pendanaan dari Provinsi Jawa Barat dan Kabupaten Subang terlebih dahulu harus disajikan jenis obyek pendapatan, belanja dan pembiayaan sesuai dengan kewenangan, susunan/struktur masing-masing APBD. Selanjutnya, analisis dilakukan terhadap penerimaan daerah yaitu pendapatan dari penerimaan pembiayaan daerah. Kapasitas keuangan daerah pada dasarnya ditempatkan sejauh mana daerah mampu 134

147 mengoptimalkan penerimaan dari pendapatan daerah. Berbagai objek penerimaan daerah akan dianalisis untuk memahami perilaku atau karakteristik penerimaan selama ini. Selanjutnya, dibuatlah analisis untuk mengidentifikasi proyeksi pendapatan daerah. Analisis ini dilakukan untuk memperoleh gambaran kapasitas pendapatan daerah dengan proyeksi 5 (lima) tahun kedepan, untuk penghitungan kerangka pendanaan pembangunan daerah. Analisis dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan pendapatan daerah, antara lain: (1) Angka rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah masa lalu; (2) Asumsi indikator makro ekonomi (PDRB/laju pertumbuhan ekonomi, inflasi dan lain-lain); (3) Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah; (4) Kebijakan dibidang keuangan negara. Analisis dilakukan dengan kerangka pemikiran sebagaimana disajikan dalam gambar di bawah ini. Gambar 3.1 Analisis Proyeksi Pendapatan Daerah Kebijakan di bidang Keuangan Negara Asumsi indikator makro ekonomi Angka rata-rata pertumbuhan setiap objek pendapatan daerah Tingkat Pertumbuhan Pendapatan daerah Kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi 135

148 Sebagaimana gambar diatas, pendapatan daerah pada dasarnya ditunjang oleh 3 (tiga) faktor utama, yaitu Indikator Makro Ekonomi, Kebijakan Keuangan Negara dan Kebijakan Ekstensifikasi dan Intensifikasi. Hasil dari faktor pembangun ini adalah didapat Pertumbuhan Pendapatan Daerah. Untuk lebih mendapat gambaran, akan disajikan perkembangan kinerja keuangan dan kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu. 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah dalam satu periode tertentu, pemerintah daerah perlu melakukan pengukuran kinerja keuangan. Salah satu alat yang digunakan untuk menganalisa kinerja pemerintah Kabupaten Subang dalam mengelola keuangan daerahnya adalah dengan melakukan analisa rasio keuangan terhadap pelaksanaan APBD dalam periode Analisa Rasio Keuangan adalah usaha mengidentifikasi ciri-ciri keuangan berdasarkan laporan keuangan yang tersedia. Analisa rasio keuangan pada APBD dilakukan dengan membandingkan hasil yang dicapai dari satu periode dibandingkan dengan periode sebelumnya sehingga dapat diketahui bagaimana kecenderungan yang terjadi Kinerja Pelaksanaan APBD Pengelolaan keuangan daerah harus dilakukan secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, dan akuntabel dengan memperhatikan asas keadilan dan kepatutan. Kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola keuangan yang dituangkan dalam APBD mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan urusan-urusan pemerintahan Kinerja Pendapatan Daerah Untuk dapat melihat kinerja Pendapatan Daerah Pemerintah Kabupaten Subang dapat dilihat perkembangan realisasi dan pertumbuhan pendapatan daerah dari tahun 2009 hingga tahun 2013 sebagai berikut : 136

149 1 Tabel 3.1 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2009 s.d Tahun 2013 Kabupaten Subang No. URAIAN Pendapatan Asli Daerah RATA - RATA (%) , , , , ,00 20, Pajak Daerah , , , , , Retribusi Daerah , , , , , Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli daerah yang Sah , , , , ,00 24, , , , , ,99 25,74 29, Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus , , , , ,00 9, , , , , ,00 8, , , , , ,00 11, , , , , ,00-6, Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah , , , , ,00 35, Hibah , , Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah , , , ,00 17, , , ,00 15, , , , , , ,00-22,63 Jumlah Pendapatan , , , , ,00 13,15 Sumber: Laporan Realisasi APBD Kabupaten Subang. Sebagaimana data yang tersaji dalam tabel 3.1 dapat kita lihat bahwa pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang dari Tahun terus mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan 20,81 %. Sumbangan terbesar bagi PAD ini adalah bersumber dari Retribusi Daerah yang memiliki rata-rata pertumbuhan sebesar Rp 29,47 % dan kemudian Pajak Daerah dengan rata-rata pertumbuhan 25,74 %, disusul dengan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar Rp 24,82 % dan terakhir yang memiliki pertumbuhan terendah adalah Lain 137

150 lain Pendapatan Asli Daerah yang sah dengan rata-rata pertumbuhan 16,99 % Dana Perimbangan sebagaimana data tersaji dalam tabel 3.1 dapat kita lihat dari Tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan 9,78 %. Sumbangan terbesar berasal dari Dana Alokasi Umum dengan rata-rata pertumbuhan 11,77 %. Pertumbuhan positif juga disumbang dari Dana Bagi Hasil Pajak/bukan Pajak dengan rata-rata pertumbuhan 8,61% dan sementara dari Dana Alokasi Khusus mengalami fluktuatif dengan rata-rata pertumbuhan -6,32 %. Sementara untuk komponen Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, sebagaimana data tersaji dalam tabel 3.1 dapat kita lihat bahwa pertumbuhan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Subang dari Tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 mengalami pertumbuhan positif dengan rata-rata pertumbuhan 35,33 %. Sumbangan terbesar adalah bersumber dari Bantuan Keuangan dari Provinsi dengan rata-rata pertumbuhan 43,38 % dan kemudian Dana Bagi Hasil Pajak dengan ratarata pertumbuhan 20,36 %. Gambaran realisasi pendapatan daerah Kabupaten Subang tahun per masing-masing komponen disajikan dalam beberapa grafik sebagai berikut Gambar 3.2 Grafik Perkembangan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Subang Tahun ,47 % 28,45 % 11,63 % 24,69 % 138

151 Gambar 3.3 Grafik Perkembangan Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Subang Tahun ,03 % 10,94 % 6,11 % 4,03 % Gambar 3.4 Grafik Perkembangan Realisasi Lain lain Pendapatan Daerah yang Sah Kabupaten Subang Tahun ,38 % 37,80 % 110,74 % 8,17 % Berdasarkan ketiga grafik diatas dapat dilihat bahwa ketiga komponen pendapatan daerah baik pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah di Kabupaten Subang menunjukkan adanya peningkatan dari tahun ke tahun. Peningkatan yang terlihat cukup signifikan adalah komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah dengan rata-rata pertumbuhan 35,33 % dan komponen pendapatan asli daerah dengan rata-rata pertumbuhan per tahun 139

REKAPITULASI JUMLAH TPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG

REKAPITULASI JUMLAH TPS PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG REKAPITULASI PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2013 KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SUBANG NO. 1 SAGALAHERANG CURUGAGUNG 8 LELES 6 SAGALAHERANG KALER 10 SAGALAHERANG KIDUL 8 DAYEUHKOLOT

Lebih terperinci

KABUPATEN SUBANG [3213]

KABUPATEN SUBANG [3213] KABUPATEN SUBANG [3213] 1 Kode Kecamatan Dan Nama Kecamatan No Kode Nama Kecamatan 1. 3213010 SAGALAHERANG 2. 3213020 JALANJAGAK 3. 3213030 CISALAK 4. 3213040 TANJUNGSIANG 5. 3213050 CIJAMBE 6. 3213060

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Provinsi DKI Jakarta merupakan kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan perekonomian, pusat perdagangan, pusat jasa perbankan dan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 17 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Kabupaten Subang merupakan salah satu kabupaten di kawasan utara provinsi Jawa Barat terletak diantara 107º 31' sampai dengan 107º 54' Bujur

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SUBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan Daerah pada dasarnya harus selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Tujuan pembangunan nasional secara exsplisit dinyatakan dalam pembukaan UUD 1945

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG ORGANISASI CABANG DINAS DAERAH KABUPATEN SUBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUBANG Menimbang : a. Bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Agustus 2009 di Laboratorium Pengindraan Jauh dan Intepretasi Citra, Departemen Ilmu Tanah

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Luas dan Potensi Wilayah Luas fungsional daerah penelitian adalah 171.240 ha, secara administratif meliputi 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Subang, Sumedang,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 SERI E.6 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) TRANSISI KABUPATEN CIREBON TAHUN

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM

Gambaran Umum BAB I GAMBARAN UMUM BAB I GAMBARAN UMUM Pengertian pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 8 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2005-2025 DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Amandemen ke-empat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN DEMAK TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 6 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 6 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang mempunyai posisi strategis, yaitu berada di jalur perekonomian utama Semarang-Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng )

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng ) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan dilaksanakan secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI INSPEKTORAT DAERAH KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Inspektorat Daerah Kabupaten Subang telah dibentuk dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 164 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini akan membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, serta memberikan beberapa rekomendasi baik rekomendasi secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CILACAP TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan nasional adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 16 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Lokasi Wilayah Kabupaten Subang secara geografis terletak pada batas koordinat 107 o 31-107 o 54 BT dan di antara 6 o

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Perdagangan mempunyai peran yang cukup penting dalam mendorong perekonomian di Kabupaten Subang. Sektor unggulan kedua setelah pertanian ini dari tahun ketahun

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJENE TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR : TANGGAL : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2014-2019 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Jawa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG 11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL

7. PERDAGANGAN 7.2. PRASARANA EKONOMI 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL 7. PERDAGANGAN 7.1. PERDAGANGAN NASIONAL Salah satu motor penggerak perekonomian di Kabupaten Subang adalah Perdagangan. Jumlah perusahaan perdagangan nasional di Kabupaten Subang pada tahun 2011 tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2015 telah berakhir pada periode masa kepemimpinan Kepala Daerah Drs. MAHSUN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN,

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANGLI, PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH SEMESTA BERENCANA KABUPATEN BANGLI TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017

SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017 Membaca SURAT KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/975/HK.05/III/2017 TENTANG PERUBAHAN SURAT KEPUTUSAN PENGADILAN AGAMA SUBANG NOMOR: W10-A9/654/HK.05/II/2017 TENTANG PANJAR BIAYA PERKARA

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN JEPARA TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR Nomor 6 Tahun 2014 Seri E Nomor 3 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2015-2019 Diundangkan dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 1 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci