1
|
|
- Shinta Lie
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 3.1. Tasikmalaya BAB III SULAMAN PADA KEBAYA PENGANTIN ADAT SUNDA TASIKMALAYA Tasikmalaya merupakan salah satu kabupaten daerah tingkat II. Secara administratif termasuk dalam propinsi daerah tingkat I Jawa Barat. Terbagi atas 25 kecamatan. kabupaten Tasikmalaya mempunyai luas ,30 ha, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : sebelah Timur berbatasan dengan Kabubaten Ciamis, sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Garut, sebelah Selatan berbatasan dengan samudra Indonesia, dan sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Sumedang dan Majalengka Kondisi Sosial Budaya Penduduk Tasikmalaya terdiri dari berbagai suku pendatang dari Iuar daerah, terutama berasal dari Cina. Sebagian besar penduduk menganut agama Islam dan samapai kini masih berpegang teguh pada adat. Pengaruh 'kokolot' (orang tua) cukup mempengaruhi dalam kehidupan sehari-hari, terutama dalam upacara adat. Upacara adat biasa diadakan pada bulan-bulan tertentu, misalnya bulan Maulud. Muharam, dan Puasa. Mata pencaharian penduduk Tasikmalaya sebagian besar adalah pertanian. Dalam perkembangannya, daerah Tasikmalaya tidak bisa terlepas dari peristiwaperistiwa sejarah, diantaranya : a. Galunggung menurut prasasti Geger Hanjuang b. Periode pemerintahan di Sukakerta c. Berdirinya Sukapura dan perkembangannya d. Perpindahan Ibukota kabupaten Sukapura dari Sukaraja ke Manonjaya e. Perpindahan Ibukota Sukapura dari Manonjaya ke Tasikmalaya, yang kemudian diikuti perubahan nama kabupaten Sukapura menjadi kabupaten Tasikmalaya. f. Kabupaten Tasikmalaya dalam lingkungan Negara Republik Indonesia. Berikut ini akan diuraikan beberapa dari peristiwa-peristiwa bersejarah, diantaranya Galunggung menurut prasasti Geger Hanjuang, dan perpindahan Ibukota kabupaten Sukapura dari Manonjaya ke Tasikmalaya, yang kemudian diikuti perubahan nama kabupaten Sukapura menjadi kabupaten Tasikmalaya. 1
2 a. Galunggung menurut prasasti Geger Hanjuang Nama Galunggung itu menurut kepercayaan rakyat setempat mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan masyarakat. Nama Galunggung dihati mereka merupakan kebanggaan hati sanubarinya. Sehingga terlontar kata tereuh Galunggung, turunan Galunggung, elmu Galunggung, uga Galunggung. Prasasti Geger Hanjuang, mengemukakan dua pembuktian penting yaitu : peristiwa Ngosuk dan Tokoh Batarihyang. a. Peristiwa Ngusuk Isi prasasti Geger Hanjuang memberitakan, bahwa dalam tahun 1033 Saka, Ruma (n) tak disusu (k) ku Batarihyang. Peristiwa nyusuk diberitakan oleh tiga prasasti dan sebuah kropak 632. Kata ngusuk artinya - marigi membuat parit pada kropak 632 disebutkan : Rahyang Banga Nyusuk Na Pakuwan. Dalam prasasti kawali disebutkan prabu wastu marigi sakililing dayeuh. Dalam negara Kertabumi diartikan amegahing pakuwan. Jelasnya kata nyusuk diartikan membuat parit untuk memperkokoh keraton. b. Tokoh Batari Hyang Ia disebut Batari Hyang karena dirinya seorang wanita. Ia ratu Galunggung yang secara turun temurun berkedudukan sebagai Batara Dangiang guru. Ia juga menyelenggarakan upacara tanggal 21 Agustus 1111 di Geger Hanjuang dan penobatan Batari Hyang sebagai penguasa atau raja. b.ferpindahan Ibukota kabupaten Sukapura dari Sukaraja ke Manonjaya. Lahirnya Sukapura didahului oleh masa bergolakan di wilayah Priangan yang berlangsung leblh kurang 10 tahun. Perpindahan Ibukota Sukapura dimulai dari jaman cultuur stelsel. Belanda memerintahkan menanam nila. Karena di Sukapura tidak berhasil, maka Bupati Wiradadaha VIII dipecat tahun Keadaan Sukapura menjadi lemah. Pada tahun 1831 Wiradadaha VIII diangkat kembali menjadi Bupati. Pada laman inilah nama Sukapura diganti menjadi Sukapura Ngadaun Ngora. Tahun 1832 Bupati Wiradadaha VIII memindahkan Ibukota kabupaten dari Sukaraja ke Manonjaya, yang pada waktu itu disebut Harjawihangun. Sukapura pada masa sekarang disebut dengan Tasik- malaya. Di daerah Tasikmalaya, ada satu adat yanq merupakan ciri khas daerah tersebut, yaitu adat pernikahan. Pernikahan ini dikhususkan untuk golongan bangsawan. wawancara dengan Hajjah Momoh dari kantor Kebudayaan Tasikmalaya, tanggal 1 Februari 1998 ). 2
3 Sejarah Pernikahan Sukapura Pada masa kerajaan Galunggung yang dipimpin oleh seorang raja perempuan bernama Batari Hyang, ada daerah bernama Sukapura. Daerah ini memegang teguh perbedaan golongan masyarakat, yaitu golongan menak, ada menak dari keturunan Raden atau menak karena jadi pegawai negri yang disebut priyayi, dan golongan cacah. ( wawancara dengan B.J. Soedrajat, salon dan penyewaan pakaian pengantin adat Sunda di jalan Kalertoran 12, Tasikmalaya, tanggal 1 Februari 1998) Tata Cara Pernikahan Sukapura Tata cara upacara adat Sunda mempunyai tiga tahapan acara, yaitu : a. Upacara Penyambutan Dalam upacara penyambutan biasanya terdiri dari penyambutan kedatangan rombongan mempelai pria serta sambutan dari kedua helah pihak. b. Walimahan Yang dimaksud dengan acara walimahan adalah upacara Ijab antara wali mempelai wanita dengan mempelai pria. Dalam acara walimahan selalu mengikuti Syariat Islam, karena sebagian besar penduduk Sukapura beragama Islam. c. Resepsi Resepsi adalah upacara pernikahan yang dilakukan sebagai cerminan dari rasa syukur setelah melaksanakan walimahan. Dalam acara resepsi ini sebelum melibatkan para undangan ada upacara tersendiri dari keluarga kedua mempelai, seperti sawer, nincak endog, buka pintu, dan huap lingkung, setelah acara - acara tersebut selesai baru acara untuk undangan, seperti parasmanan, dan acara hiburan. ( wawancara dengan Hajjah Enok, pengusaha bordir busana muslim dan busana pengantin adat Sunda, Tasikmalaya tanggal 1 Februari 1998 ). Dalam acara pernikahan Sukapura pada dasarnya mempunyai tata cara yang sama dengan upacara pernikahan adat Sunda yang lainnya. Perbedaan yang nampak kelihatan jelas adalah acara walimahan, walimahan selalu dilakukan di dalam Masjid, juga dalam pemakaian payung digunakan payung cawiri. Payung cawiri tersebut mempunyai bentuk yang khas, diantaranya mempunyai tangkai payung yang panjang serta pada bagian pinggiran payung menggunakan rumbai-rumbai Tata Cara Pernikahan Tasikmalaya Sekarang Dalam upacara pernikahan di Tasikmalaya, sekarang Sunda yang lain, seperti : upacara penyambutan, walimahan dan resepsi. Dalam upacara pernikahan Tasikmalaya pada acara walimahan terkadang dilaksanakan di Masjid dan dilakukan di rumah. 3
4 Busana yang digunakan dalam upacara pernikahan di Tasikmalaya sekarang tidak menggunakan busana yang khusus seperti halnya dalam acara pernikahan Sukapura. Dimana busana yang digunakan tidak mempunyai ciri tersendiri Busana Pengantin Adat Sunda Pada sub bab sebelumnya menerangkan, bahwa busana adalah segala sesutu yang dikenakan dari ujung kepala sampai ujung kaki. Busana selain bersifat pokok misalnya : sarung, kain, dan kebaya, juga bersifat melengkapi misalnya : tas, sepatu, dan selendang, serta bersifat menambah keindahan misainya : kalung, cincin, dan pita rambut. Begitu juga dengan busana yang dikenakan oleh pengantin adat Sunda. Busana pengantin adat Sunda secara umum terdiri dari: a. Busana yang bersifat pokok adalah : kebaya dan kain panjang. b. Busana yang bersifat melengkapi adalah : alas kaki, berupa selop, dan ikat pinggang, atau benten. c. Busana yang bersifat menambah keindahan, diantaranya gelang, bros, kembang goyang, dan siger. Khusus pada busana yang bersifat pokok maka busana pengantin adat Sunda mempunyai bentuk tersendiri, yaitu bentuk busana kebaya. Busana kebaya merupakan busana asli suku Sunda. Busana ini dipakai selain untuk acara-acara tertentu, juga dipakai sebagai busana sehari-hari. Perbedaannya hanya terdapat pada, bahan, motif, dan teknik pembuatannya Kebaya Sunda Kebaya Sunda terdiri dari dua jenis, yaitu kebaya cowak berupa kebaya dengan model kerah yang dicowak, dan Kartini atau kebaya Sartika berupa kebaya dengan kerah berbentuk V. Bahan yang bisa digunakan untuk kebaya diantaranya : katun, sutra, brokat, sateen, dan beludru. Kebaya yang digunakan untuk busana sehari-hari suku Sunda berbeda dengan kebaya yang digunakan untuk busana pengantin. Kebaya untuk busana sehari-hari terkesan lebih sederhana dibanding dengan kebaya untuk busana pengantin. Kebaya untuk sehari-hari biasanya terbuat dari bahan katun, tetapi kebaya untuk pengantin terbuat dari bahan satin, sutra, dan brokat. Pada kebaya pengantin akan lebih terkesan mewah, untuk menampilkan kesan tersebut, salah satu cara yang digunakan adalah dengan penambahan hiasan pada kebaya. Penambahan hiasan bisa dilakukan dengan teknik sulman, baik berupa sulaman benang emas dan sulaman dengan manik-manik payet. 4
5 3.3. Sulaman pada Busana Kebaya Pengantin Adat Sunda di Sukapura Busana pengantin wanita Sunda di. Sukapura dibagi menjadi tiga sifatnya yaitu : a. Busana yang bersifat melengkapi Pada bagian ini, pengantin wanita memakai selop yang berselop yang bertumit tinggi kira-kira sepuluh sentimeter. Ada yang mengenakan selop berwarna hitam, dan ada pula yang berwarna gading. Bagian atas selop tersebut biasanya disulam dengan benang emas. Pengantin wanita juga memakai ikat pinggang yang biasa yang disebut benten. Pemakaian benten mempunyai fungsi praktis dan estetis. Dengan menggunakan benten ini maka kain yang dikenakan pengantin akan terikat menjadi kencang, kemudian secara tidak langsung akan membentuk pinggang menjadi ramping. b. Busana yang bersifat menambah keindahan Pada bagian ini, pengantin wanita antara lain mengenakan : 1. Kembang goyang yang ditancapkan pada sanggul pengantin sebanyak tujuh tangkai. Bagian atasnya yang berbentuk bunqa dan berhiaskan batubatuan berkilau menghadap ke depan. 2. Pemakaian kalung Ada dua untai kalung yang dikenakannya, yaitu kalung permata dan kalung panjang. Kalung permata biasanya pendek melingkari leher agak ke bawah, dan bandulnya berhiaskan batu-batuan mulia yang berkilauan. Sedangkan kalung panjang terjuntai melewati baglan bawah pusat, dan bertemu dengan ujung bawah lidah kebaya. 3. Pemakaian Siger merupakan perhiasan kepala terbuat dari logam mulia bermatakan batu-batuan. Siger dipasang kemudian berturut-turut melingkari samping dan belakang kepala Siger pengantin Sukapura ada dua jenis, yaitu Siger Subadra dan Srikandi. Siger Subadra melambangkan sifat wanita yang setia kepada seorang pria sejak masa tunangan sampai hidup rumah tangga. Siger Srikandi bermakna agar pengantin perempuan mempunyai keberanian dan bertanggung jawab atas keselamatan keluarga dan dapat membantu suami dengan sebaik-baiknya. c. Busana yang Bersifat Pokok Pada bagian ini, pengantin wanita mengenakan busana kebaya, busan ini selain berfungsi estetis juga berfungsi simbolis. Fungsi estetis dimaksudkan agar dengan memakai kebaya ini penampilan pengantin wanita lebih feminin. Fungsi simbolis pada pemakaian busana kebaya selalu dikaitkan dengan warnanya. Warna putih mempunyai makna suci sebagai setelan busana kebaya putih, pengantin wanita Sukapura biasa mengenakan kain dengan motif rereng eneng, rereng famor, atau garutan. Pada perkembangan selanjutnyapengantin biasa 5
6 mengenakan kain sidomukti. Pemakaian kain sidomukti mengandung fungsi simbolis, yaitu sido berarti terus menerus, mukti berarti hidup dalam berkecukupan dan kebahagiaan. Jadikain sidomukti melambangkan harapan masa depan yang baik, penuh kebahagiaan yang kekal untuk kedua mempelai. Busana kebaya yang dipakai oleh pengantin wanita Sukapura, biasanya menggunakan hiasan sulaman. Hiasan sulaman pada kebaya tersebut mempunyai jenis, teknik sulaman, dan motif sulaman yang khusus Teknik dan Motif Sulaman Pada kebaya pengantin Sukapura, teknik dan motif sulaman yang di pakai mempunyai ciri kh as tersendiri. Teknik sulaman yang dipakai adalah menyulam dengan tangan dengan alat bantuan midangan, pemakaian tusuk sulam yang digunakan adalah tusuk satin, tusuk rantai, dan tusuk jelujur. Benang yang digunakan adalah benang warna emas. Motif yang digunakan adalah bunga sekar tanjung dan bunga sedap malam. Bahan, motif, dan teknik sulam pada kebaya pengantin Sukapura adalah sebagai berikut : BAHAN MOTIF TEKNIK - Bunga sekar - Sulam tanjung menggunakan - Bunga sedap malam tangan,dengan - Katun polos warna putih - Sutra polos warna putih benang warna emas bantuan sulam midangan Keterangan : Bagan mengenai teknik dan motif sulaman kebaya pengantin sukapura jarum dan Arti dan Motif Sulaman Pemakaian motif sulaman pada kebaya pengantin Sukapura, pada dasarnya tidak mempunyai arti khusus. Alasan pemakaian motif bunga sedap malam dan bunga tanjung adalah, karena ratu Batari Hyang raja kerajaan Sukapura sangat menyukai bunga tersebut. ( wawancara dengan B.J. Soedrajat, salon dan penyewa pakaian pengantin adat Sunda, Tasikmalaya tanggal 1 Februari 1998 ) Sulaman pada Busana Kebaya Pengantin Adat Sunda Tasikmalaya Sekarang : Busana yang dipakai oleh pengantin wanita Tasikmalaya pada umumnya adalah 6
7 a. Kebaya berwarna putih dan bahannya dari brokat. b. Kain yang bercorak rereng. c. Selop atau sandal yang umumnya berwarna hitam. Khusus pada kebaya pengantin wanita ada penambahan hiasan dengan menggunakan teknik : sulam, hiasan sulaman pada kebaya tersebut baik dari segi teknik dan motif tidak akan sama dengan kebaya pengantin Sukapura Jenis, Teknik, dan Motif Sulaman Pada kebaya pengantin Tasikmalaya teknik dan motif sulaman yang digunakan lebih bervariasi lagi. Dalam segi teknik tidak hanya menggunakan sulaman tangan tetapi juga menggunakan sulaman mesin. Dalam penggunaan tusuk sulam, tusuk sulaman yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan diantaranya : tusuk satin, tusuk rantai, tusuk tangkai, dan masih banyak lagi. Dalam segi motif, diqunakan beberapa masam motif bunga, misalnya melati, mawar, anggrek, dan rose. Selain motif bunga, motif juga disesuaikan dengan pihak yang menggunakan kebaya tersebut. ( wawancara dengan Hajjah Haryati, pengusaha bordir untuk keperluan busana muslim dan busana pengantin adat Sunda. Tasikmalaya, tanggal 1 Februari 1998 ). Bahan, motif, dan teknik sulaman kebaya pengantin Tasikmalaya adalah sebagai berikut : Bahan Motif Teknik - Kartun Polos warna bebas - Sutra polos warna bebas - Sutra corak - Crepe warna bebas - Sifon warna bebas - Tule warna bebas - Brokat warna bebas - Benang emas,perak, dan warna - Manic-manik dan payet Hampir semua jenis kain, kecuali yang bersifat elastis tidak - Mawar - Melati - Ros - Anggrek - Motif yang terdapat pada brokat - Motif disesuaikan dengan keinginan konsumen - Menyulam dengan tangan - Menyulam dengan menggunakan mesin 7
8 dapat dipakai Keteran gan : Bagan mengenai baban, motif, dan teknik sulaman kebaya Pengantin Tasikmalaya Ar t i M o tif Sulama n Motif sulaman pada busana pengantin Tasikmalaya sekarang, tidak mempunyai makna-makna yang khusus. Penerapan motif sulaman hanya berfungsi sebagai keindahan saja. Salah satu alasannya adalah kebaya pengantin Tasikmalaya sekarang lebih bersifat okonomis, karena motif sulaman disesuaikan dengan keinginan konsumen. 8
BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK
BAB II KARAKTERISTIK BUSANA ETNIK Karakteristik busana etnik setiap daerah berbeda-beda. Karakterstik tersebut ditinjau dari model busananya, jenis dan corak kain yang dipergunakan, warna busana dan perlengkapan
Lebih terperinciKAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO
KAJIAN KOMPARATIF DESAIN BUSANA NASIONAL WANITA INDONESIA KARYA BARON DAN BIYAN DENGAN KARYA ADJIE NOTONEGORO Oleh Suciati, S.Pd, M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI I. PRINSIP DASAR BUSANA
Lebih terperinciGambar 3. 2 Pengantin Sunda Putri (Sumber : HARPI)
BAB III ARTI SIMBOL PADA ATRIBUT PERNIKAHAN ADAT SUNDA Pada pernikahan adat Sunda, baik pengantin Sunda Putri maupun Sunda Siger, jenis simbol yang ada adalah jenis simbol presentasional. Dimana simbolsimbol
Lebih terperinciKAJIAN RELEVANSI ATRIBUT PADA BUSANA PENGANTIN ADAT SUNDA DENGAN PRINSIP DAN POLA MASYARAKAT SUNDA
BAB IV KAJIAN RELEVANSI ATRIBUT PADA BUSANA PENGANTIN ADAT SUNDA DENGAN PRINSIP DAN POLA MASYARAKAT SUNDA Masyarakat Sunda merupakan masyarakat yang lebih memiliki afektif dominan, maksudnya, sensitif
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 13 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI
Lebih terperincikalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia
2017 kalender Mengenal 12 Baju Adat Wanita Indonesia Sa j a ilust rasi oleh Cin dy K a l e n d e r g r a t i s. T i d a k u n t u k d i p e r j u a l b e l i k a n F r e e C a l e n d a r. N o t fo r s
Lebih terperinciBAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN
BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN 3.1 Pengertian Pakaian Adat Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan kebudayaan suatu
Lebih terperinciGambar 3.1 Busana Thailand Berbentuk Celemek Panggul, Kaftan atau Tunika
BAHAN AJAR BAGIAN III SEJARAH MODE PERKEMBANGAN BENTUK DASAR BUSANA DI NEGARA TIMUR A. Thailand Thailand adalah salah satu negara tetangga Indonesia sehingga busan antara kedua negara tersebut terdapat
Lebih terperinciKreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi
Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi Oleh: Nyoman Tri Ratih Aryaputri Mahasiswa Program Studi Seni Pasca Sarjana Institut Seni Indonesia Denpasar Email: triratiharyaputri3105@gmail.com
Lebih terperinciBUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG
BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG Kegiatan menenun merupakan warisan ketrampilan turun temurun serta garis penghubung antar generasi yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan dan tersebar
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA
1 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 52 TAHUN 2015 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 30 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS APARATUR SIPIL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman budaya yang melimpah. Kebudayaan ini diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kebudayaan
Lebih terperinciPowered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 2 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pakaian Dinas Kepala Daerah, Wakil Kepala Daerah dan Kepala Desa; 8. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Nako terdiri dari 7 orang pengrajin kemudian kelompok ketiga diketuai oleh Ibu
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis Kain Karawo Di Desa Tabongo Barat Kecamatan Tabongo Kabupaten Gorontalo terdapat empat kelompok pengrajin, kelompok pertama diketuai oleh Ibu Sarta Talib terdiri
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2009 TENTANG BUSANA RESMI DUTA WISATA CAK DAN NING SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2009 TENTANG BUSANA RESMI DUTA WISATA CAK DAN NING SURABAYA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan pelestarian kebudayaan
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 51 PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 51 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS BAGI APARATUR PEMERINTAH DESA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016
BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 45 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 31.A 2016 SERI : E Menimbang PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 31.A TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 25 TAHUN : 2017 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciUJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN Hari/Tanggal (60 menit) P - 01
DOKUMEN SEKOLAH SANGAT RAHASIA UJIAN SEKOLAH SMP/MTs TAHUN PELAJARAN 2014-2015 Mata Pelajaran Tata Busana/Ketrampilan Paket 01/Utama Hari/Tanggal... Waktu 08.30 09.30 (60 menit) P - 01 PETUNJUK UMUM :
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa
Lebih terperinci2015 MANFAAT HASIL PELATIHAN TATA RIAS PENGANTIN SOLO PUTRI SEBAGAI KESIAPAN MEMBUKA USAHA SALON RIAS PENGANTIN
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi masyarakat Indonesia perkawinan dipandang sebagai peristiwa yang sakral, karena diharapkan hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Hal tersebut memotivasi calon
Lebih terperincijtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà
jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT
SALINAN BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU
SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang
Lebih terperinciUniversitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM PAKAIAN TRADISIONAL DAERAH BANDUNG 2.1 Pengertian Pakaian Tradisional Pakaian tradisional adalah busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dan dikenakan secara turun-temurun.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA
1 BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 11 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS BUPATI, WAKIL BUPATI DAN KEPALA DESA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN
Lebih terperinciCIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU
CIREBON KERATON NO KEKKON SHIKI NO FUKU KERTAS KARYA Dikerjakan O L E H SEPRIYESTY NIM : 04 2203 081 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM PENDIDIKAN NON-GELAR SASTRA BUDAYA DALAM BIDANG STUDI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2005 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2005 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2005 SERI : E PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR : 25 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEPUTUSAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 673 TAHUN 2003 TENTANG PAKAIAN DINAS
Lebih terperinciBAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,
53 BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek, Kabupaten. Tuban. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa masyarakat sekitar menyebut
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG
- 1 - SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS BUPATI, WAKIL BUPATI, DAN KEPALA DESA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,
PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam
Lebih terperinciGUBERNUR PROVINSI PAPUA
GUBERNUR PROVINSI PAPUA Lampiran : 2 (dua) PERATURAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA KAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG PAKAIAN DINAS KEPALA DAERAH, WAKIL KEPALA DAERAH DAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia dianugerahi Tuhan dengan segala macam kekayaan alam yang melimpah. Tidak hanya sumber daya alam yang melimpah, tetapi bangsa Indonesia memiliki berbagai
Lebih terperinciKeindahan Desain Kalung Padu Padan Busana. Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak
Keindahan Desain Kalung Padu Padan Busana Yulia Ardiani (Staff Teknologi Komunikasi dan Informasi Institut Seni Indonesia Denpasar) Abstrak Pemakaian busana kini telah menjadi trend di dunia remaja, dengan
Lebih terperinciGUBERNUR PROVINSI PAPUA
GUBERNUR PROVINSI PAPUA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA Lampiran : 2 (dua) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Batik merupakan salah satu ciri khas kebudayaan Indonesia yang telah menjadi warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak, namun corak
Lebih terperinciBAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA
BAHAN AJAR BAGIAN II SEJARAH MODE HUBUNGAN BENTUK DASAR BUSANA ASLI DENGAN BUSANA TRADISIONAL INDONESIA A. Busana Tradisional Indonesia Ditinjau dari Bentuk Dasar Busana Asli Indonesia sudah dikenal sebagai
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO
PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR TAHUN 0 TENTANG PAKAIAN DINAS WALIKOTA, WAKIL WALIKOTA DAN APARATUR SIPIL NEGARA DI PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO DENGAN
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1
6. Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972 tentang Jenis Pakaian Sipil, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1990 tentang Pembahan Atas Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1972
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA
BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara pengantin merupakan kejadian yang sangat penting bagi kehidupan idividu maupun sosial. secara individu, upacara pengantin akan merubah seseorang dalam
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pemaparan Data B. Pembahasan Data... 77
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii ABSTRAK... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah...
Lebih terperinciBAB II. KEBAYA DAN ADITY BOUTIQUE HOUSE OF KEBAYA
BAB II. KEBAYA DAN ADITY BOUTIQUE HOUSE OF KEBAYA II.1 Landasan Teori II.1.1 Boutique Menurut kamus bahasa Indonesia, butik (nomina) adalah toko pakaian eksklusif yang menjual pakaian modern berikut segala
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH. Tiara Arliani, Mukhirah, Novita
PENGEMBANGAN MOTIF KERAWANG GAYO PADA BUSANA PESTA WANITA DI ACEH TENGAH Tiara Arliani, Mukhirah, Novita Program Studi Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG PEDOMAN PAKAIAN SERAGAM PEGAWAI NEGERI SIPIL UNTUK PETUGAS OPERASIONAL DI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan suatu bangsa tidak hanya merupakan suatu aset, namun juga jati diri. Itu semua muncul dari khasanah kehidupan yang sangat panjang, yang merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reggi Juliana Nandita, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tari Jaipong telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, terlihat dari tarian yang ditampilkan oleh penari wanita, gerak yang semula hadir dengan gerak-gerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fotografi essai menceritakan sebuah kisah. Antara lain, menceritakan pentingnya pelestarian lingkungan dan topic lainnya. Gambar-gambar yang dipilih bias dibuat ditempat
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi
64 BAB V KESIMPULAN Nareh Hilir merupakan satu diantara 17 desa yang berada di kawasan Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi sentra sulaman benang emas di kota Pariaman,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etika Profesi 2.1.1 Definisi Etika Etika menurut Rini dan Intan (2015:3), berasal dari kata Yunani Ethos (Ta Etha) berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG. PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori Sebagai bahan kajian untuk memperoleh teori dasar yang relevan guna mendukung permasalahan yang diajukan dan bisa mencapai sasaran yang diharapkan. 1. Pengertian
Lebih terperinciNOMOR : 12 TAHUN 2010
BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 12 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA
Lebih terperinciKeragaman Kebaya Pengantin Gaya Solo (Studi Deskriptif mengenai Makna Kebaya Gaya Solo Dalam Prosesi Pernikahan di Surabaya)
Keragaman Kebaya Pengantin Gaya Solo (Studi Deskriptif mengenai Makna Kebaya Gaya Solo Dalam Prosesi Pernikahan di Surabaya) QONITA NABILA qntnabila@gmail.com Departemen Antropologi, FISIP, Universitas
Lebih terperinciKajian Perhiasan Tradisional
Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya
Lebih terperinci2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN
2014, No.313 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 743/MENKES/PER/VI/2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG
Menimbang : a. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL Dl LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ragam hias merupakan ciri khas dari setiap suku yang memilikinya. Indonesia yang merupakan negara dengan suku bangsa yang beraneka ragam tentulah juga menjadi negara
Lebih terperinciSeiring dengan perkembangan zaman, desain kebaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebaya merupakan busana tradisional wanita masyarakat Indonesia dan sudah dikenal di mata Internasional, sehingga kebaya menjadi bagian utama bagi kepribadian
Lebih terperinciBAB 2 DATA DAN ANALISA
6 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data 2.1.1 Sumber Data Data dan Informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini di peroleh dari berbagai sumber antara lain : Literatur : buku, artikel elektronik (internet)
Lebih terperinci- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG
- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA TIMUR DENGAN
Lebih terperinciGambar Cover buku
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Format Teknis Buku 5.1.1 Ukuran buku Ukuran buku adalah 15 X 21 cm. 5.1.2 Binding & Cover Binding yang digunakan adalah jilid jahit, agar memberikan kesan home made
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU,
PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 67 TAHUN 2009 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BERAU BUPATI BERAU, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Menteri Dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri kecil mempunyai peranan penting tidak saja di negara-negara sedang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri kecil mempunyai peranan penting tidak saja di negara-negara sedang berkembang, tetapi juga di negara-negara maju. Di Indonesia, walaupun pada awalnya
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PAKAIAN DINAS APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN. Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG PEDOMAN PAKAIAN SERAGAM PEGAWAI NEGERI SIPIL UNTUK PETUGAS OPERASIONAL DI BIDANG PERHUBUNGAN DARAT MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016
BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK. PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PAKAIAN DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK Diperbanyak oleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengertiannya yang paling umum, pakaian dapat diartikan sebagai penutup atau pelindung anggota tubuh. Pakaian digunakan sebagai pelindung tubuh terhadap hal-hal
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NSI DAERAHISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 173 TAHUN 2014 TA TENTANG PENGGUNAAN PAKAIAN DINAS TRADISIONAL GAGRAK NGAYOGYAKARTA
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN.
SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DENGAN
Lebih terperinciBAB III SURVEY LAPANGAN
BAB III SURVEY LAPANGAN 3.6 Perolehan Material Renda di Indonesia Renda yang banyak ditemukan di pasaran adalah jenis renda yang digunakan sebagai bahan dekorasi atau benda aplikasi. Biasanya renda digunakan
Lebih terperinciKain Sebagai Kebutuhan Manusia
KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang
Lebih terperinciBAB III KONSEP PERANCANGAN. tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan
BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1. Sintesis Perancangan sistem merupakan suatu kegiatan yang merupakan tindak lanjut dari proses analisis, dimana proses perancangan merupakan inti dari semua proses yang berhubungan
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGINN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKIAT CANTIK DI HARI RAYA
KIAT CANTIK DI HARI RAYA Oleh: Safir Senduk Dikutip dari Tabloid NOVA No. 822/XVI Sebentar lagi Lebaran tiba dan semua pasti ingin tampil cantik dan istimewa. Cantik tak selalu harus berarti menguras kantong,
Lebih terperinciWALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT
WALI KOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN WALI KOTA BEKASI NOMOR : 556/KEP.357-Disparbud/VII/2017 TENTANG PELESTARIAN KEBUDAYAAN PADA BIOSKOP, USAHA JASA MAKANAN DAN MINUMAN, SERTA HOTEL BINTANG DI
Lebih terperinci11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN
11DESAIN KRIYA TEKSTIL DENGAN TEKNIK LEKAPAN Kompetensi yang akan diperoleh setelah mempelajari bab ini adalah pemahaman tentang pengertian teknik lekapan,desain dan prinsip teknik lekapan, jenis bahan
Lebih terperincijuga sangat mendukung sekali untuk terciptanya sebuah produk alas kaki yang indah dan menarik (wawancara dengan H. Otang Suherman, 10 Oktober 2012).
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kelom Geulis merupakan produk kerajinan masyarakat Tasikmalaya hasil kreatifitas yang memiliki nilai fungsi sekaligus memiliki nilai estetis. Kelom diambil
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 72 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 72 TAHUN 2014 TENTANG PAKAIAN DINAS HARIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
KARYA ILMIAH ULASAN ILMIAH HASIL GAGASAN SENDIRI PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BAGI GURU SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Oleh: Dra. Aisyah Jafar M.M Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan LEMBAGA PENJAMINAN
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 743/MENKES/PER/VI/2010 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN
Lebih terperinciBAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN KOREA. Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP
BAHAN PERKULIAHAN BUSANA PENGANTIN (BU 474) BUSANA PENGANTIN KOREA Disusun Oleh : Mila Karmila, S.Pd, M.Ds NIP. 19720712 200112 2 001 PRODI PENDIDIKAN TATA BUSANA JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN BUPATI MAJENE NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN BUPATI MAJENE NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA LINGKUP PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. begitu juga dengan rakyatnya. Pengaruh dari pemerintah kolonial Belanda masih
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesultanan Serdang didirikan pada abad ke-18 sebagai pecahan dari kesultanan Deli. Keberadaan Kesultanan ini tentunya juga mempengaruhi keberadaan keluarga maupun
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK,
DRAFT PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS DAN ATRIBUT PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan disiplin, wibawa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kerajinan batik itu sendiri yang juga ditopang oleh peningkatan sumber daya
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni kerajinan batik hingga kini tetap berkembang di daerah tertentu di tanah air. Hal tersebut menunjukkan bahwa jenis identitas budaya nasional ini mampu bertahan hidup
Lebih terperinci-29- A. PAKAIAN DINAS UPACARA 1. PAKAIAN DINAS UPACARA-I. a. PDU-I PRIA
-29- LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI PADA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA A. PAKAIAN DINAS UPACARA 1. PAKAIAN
Lebih terperinci