PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ANTARA DUA KURIKULUM DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN LITERASI
|
|
- Glenna Agusalim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI ANTARA DUA KURIKULUM DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN LITERASI Arju Muti ah Universitas negeri Jember arju. Abstrak Pembelajaran bahasa Indonesia secara langsung bertanggung jawab atas tumbuhnya kemampuan literasi sebagai sarana pengembangan manusia Indonesia yang berkualitas. Manusia Indonesia yang berkualitas menjadi tuntutan bagi setiap warga negara dalam rangka menjawab tantangan global. Tulisan ini dipaparkan untuk memberikan penjelasan tentang peran pembelajaran bahasa Indonesia baik yang dilaksanakan berdasarkan KTSP maupun K 13 di dalam mengembangkan kemampuan literasi peserta didik. Dari telaah isi kurikulum dan pelacakan beberapa pustaka dapat dikemukakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia dalam kedua kurikulum berorientasi pada terbentuknya kemampuan literasi yang bermuara pada kompetensi komunikatif. Agar dapat berperan secara maksimal dalam mengembangkan kemampuan literasi, pembelajaram membaca dan menulis perlu dirancang dengan menerapkan berbagai strategi yanng inovatif. Kata Kunci: pembelajaran bahasa Indonesia, literasi, membaca-menulis Pendahuluan Dinamika kehidupan masyarakat menuntut bangsa Indonesia untuk membekali diri dengan seperangkat kompetensi agar dapat bersaing dan tetap eksis sebagai bangsa yang mandiri di tengah percaturan global. Seperangkat kemampuan tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan berpikir jernih dan kritis, kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungjawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatnya, memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Kemampuan-kemampuan tersebut menjadi cita-cita yang ingin dicapai bangsa Indonesia, terutama dalam memasuki ASEAN Economic Community (AEC) atau Komunitas Ekonomi ASEAN yang memberikan tantangan kepada setiap negara anggotanya, termasuk Indonesia, untuk berlomba-lomba di dalam mengambil peran di sektor ekonomi regional dan global. Seperangkat kemampuan sebagaimana disebutkan tidak terlepas dari peran kemampuan literasi. Yang dimaksud literasi dalam tulisan ini adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan memproduksi bahasa tulis. Literasi mengacu pada kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Kemampuan literasi akan mempermudah seseorang dalam memperoleh berbagai informasi dan kesempatan untuk berkembang mengikuti fenomena yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Dengan kemampuan membaca dan menulis yang baik seseorang dimungkinkan lebih dapat bersaing untuk mempertahankan eksistensinya di tengah-tengah percaturan regional maupun global. Di sisi lain, rendahnya kemampuan membaca, matematika, dan sain masih menjadi permasalahan bagi bangsa Indonesia seperti hasil survei oleh Program for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 lalu (Republika, 2013). Dalam kasus ini bukan tidak mungkin kemampuan membaca mempengaruhi kedua kemampuan lain. Hasil survei tersebut cukup memprihatinkan sekaligus menantang semua pihak untuk memperbaikinya, terutama berkaitan dengan wacana Masyarakat Ekonomi Asean. Permasalahan rendahnya kemampuan membaca sebagai salah satu indikator rendahnya kemampuan literasi, memberikan tantangan yang besar terhadap pembelajaran bahasa 386
2 Indonesia di sekolah baik yang dilaksanakan berdasarkan KTSP maupun K 13. Sebagai mata pelajaran yang berfokus pada pengembangan keterampilan berkomunikasi, mata pelajaran bahasa Indonesia secara langsung bertanggung jawab atas terselenggaranya pembelajaran literasi sebagai sarana pengembangan manusia Indonesia yang berkualitas. Pembelajaran literasi memerlukan inovasi nyata agar dapat mendongkrak kemampuan baca-tulis yang akan diikuti dengan tumbuhnya kompetensi berbahasa lainnya. Makalah ini disusun dan disajikan dengan tujuan (1) memaparkan informasi tentang arah dan praktik pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan KTSP dan K 13 dan (2) memaparkan keberadaan membaca dan menulis sebagai aspek litersi, Paparan dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pembaca dan peserta seminar akan pentingnya kemampuan baca-tulis sebagai modal pengembangan diri. Bagi para pengajar bahasa Indonesia, paparan ini diharapkan dapat membantu dan memotivasi para guru di dalam mengembangkan kemampuan baca-tulis peserta didik untuk mewujudkan peran bahasa Indonesia sebagai penghela dan pembawa pengetahuan. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Dua Kurikulum Pembelajaran bahasa Indonesia di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bertujuan membentuk kompetensi berbahasa pada diri peserta didik. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia siswa berlatih menggunakan bahasa Indonesia baik dalam kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis. Secara rinci tujuan pembelajaran bahasa Indonesia tersebut dirumuskan sebagai berikut. 1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan (nasional) dan bahasa negara; 2) siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna,dan fungsi, serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan; 3) siswa memiliki kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, kematangan emosional, dan kematangan sosial; 4) siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis);. 5) siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan 6) siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia Butir-butir rumusan tujuan tersebut memuat aspek sikap, pemahaman, dan penggunaan. Aspek sikap dapat diarahkan pada sikap spiritual dan sikap sosial. Aspek pemahaman mencakup pemahaman kaidah, sementara aspek penggunaan diwujudkan ke dalam empat keterampilan berbahasa. Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 (K 13) berfokus kepada penguasaan berbagai jenis teks baik lisan maupun tulis, dengan menempatkan bahasa Indonesia sebagai wahana pengetahuan (Kemendikbud, 2013:v). Di dalamnya dijelaskan berbagai cara penyajian pengetahuan dengan berbagai macam jenis teks. Berbagai jenis teks tersebut dikupas dari segi struktur, isi, dan kaidah kebahasaan yang menunjukkan konteks penggunaannya. Pembelajaran mengarahkan peserta didik pada penguasaan aspek pemahaman dan penggunaan. Aspek pemahaman berwujud kegiatan mendengarkan dan membaca, sementara aspek penggunaan berwujud kegiatan berbicara dan menulis. Di samping itu, melalui kajian berbagai jenis teks, peserta didik diarahkan pada sikap kesantunan berbahasa dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia sebagai warisan budaya bangsa. Berdasarkan arah dan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dalam kedua kurikulum tersebut, dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya keduanya didasari oleh pendekatan 387
3 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIfungsional. Pembelajaran bahasa Indonesia berfokus kepada kompetensi komunikatif. Dalam hal ini peserta didik diharapkan dapat memanfaatkan bahasa Indonesia dalam berbagai konteks dan kepentingan. KTSP memprogramkan pencapaian tujuan pembelajaran bahasa Idonesia melalui rumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan bertolak dari bentuk keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Di samping itu, KTSP juga mengakomodasikan kebutuhan komunikasi dengan menyajikan berbagai subtansi yang mencakup wilayah peggunaan bahasa baik formal maupun nonformal. Di sisi lain, Kurikulum 2013 menggariskan penguasaan beragam teks oleh peserta didik. Teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia disajikan berdasarkan kebutuhan dan konteks penggunaan bahasa sehari-hari. Dasar penyajian teks ini sama dengan dasar keberadaan subtansi materi dalam KTSP. Lebih jauh, teks dalam Kurikulum 2013 disajikan untuk dikuasai peserta didik baik dalam aspek pemahaman maupun penggunaan. Paparan di atas memberikan pemahaman bahwa apapun kurikulumnya, (KTSP atau K 13) cukup memberikan peluang kepada pembelajaran bahasa Indonesia untuk dapat mengambil peran penting dalam pengembangan kemampuan literasi. Masalah yang perlu diperhatikan adalah pelaksanaanya di lapangan. Sosialisasi yang memfasilitasi terjadinya proses pengkajian secara mendetail terhadap subtansi kurikulum bagi para guru merupakan hal penting untuk dilakukan, bukan sosialisasi yang bersifat pengenalan semata. Hal seperti ini lebih memungkinkan keberhasilan program pengembangan literasi sebagaimana diharapkan. Membaca dan Menulis sebagai Aspek Literasi Pembelajaran bahasa Indonesia dalam baik yang berbasis KTSP maupun K 13 pada dasarnya mengarah kepada penguasaan literasi. Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Webster Dictionary mengartikan kata literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis. Berdasarkan makna leksikal tersebut, literasi mengacu pada kemampuan seseorang dalam memahami informasi atau pesan yang terdapat dalam tulisan dan kemampuan mengungkapkan informasi atau pesan melalui tulisan. Sebagai istilah, literasi memiliki makna yang beragam dan berkembang, dari yang sebatas mencakup makna leksikalnya maupun yang sudah berkembang dari makna leksikal tersebut. Literasi dide inisikan sejalan dengan tujuan dan strategi suatu program yang dirancang oleh pembuat kebijakan. De inisi yang pertama disepakati secara internasional dan yang masih sering dikutip berasal dari Rekomendasi UNESCO tahun 1958 tentang Standardisasi Internasional Statistik Pendidikan. Dinyatakan bahwa orang terpelajar adalah orang yang bisa membaca dan menulis sebuah pernyataan singkat dan sederhana yang terkait dengan kehidupan sehari-harinya. Mengacu pada pernyataan di atas, UNESCO (2004:12) mende inisikan Literasi sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis dengan memahami pernyataan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang melibatkan keterampilan membaca dan menulis, dan termasuk juga keterampilan asar daritmatika (berhitung). Dalam perkembangannya, de inisi ini belum dapat mewadahi kompleksitas dan keragaman aplikasi literasi yang berkembang. Oleh karena itu, dalam pertemuan ahli internasional pada bulan Juni 2003 di UNESCO diusulkan sebuah de inisi operasional bahwa literasi adalah kemampuan untuk mengidenti ikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi, dan menghitung, menggunakan bahan cetak dan tertulis terkait dengan berbagai konteks. Literasi melibatkan kontinum belajar yang memungkinkan individu untuk mencapai tujuan mereka, untuk mengembangkan pengetahuan dan potensi mereka, serta berpartisipasi penuh dalam komunitas mereka dan masyarakat luas. De inisi yang diketengahkan UNESCO mengedepankan keterampilan berbahasa tulis. De inisi-de inisi tersebut menyebutkan literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis yang melibatkan bahan cetak dan tertulis dengan penekanan berbagai kemampuan seperti mengidenti ikasi, memahami, menafsirkan, membuat, berkomunikasi, dan menghitung. Fokus de inisi literasi 388
4 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIIversi UNESCO ini tidak berkembang jauh dari makna leksikalnya, kecuali penjelasan cakupan bahwa literasi juga meliputi kemampuan numerik atau kemampuan menghitung. Kern (2001) mende inisikan istilah literasi dengan cakupan keterampilan tulis dan lisan. Dikemukakannya bahwa Literasi adalah penggunaan praktik-praktik situasi sosial, historis, dan kultural dalam menciptakan dan menginterpretasi makna melalui teks. Literasi memerlukan kepekaan tentang hubungan-hubungan antara konvensi-konvensi tekstual dan konteks penggunaanya serta kemampuan untuk mere leksi secara kritis tentang hubunganhubungan itu. Selanjutnya dikemukakan bahwa literasi bersifat dinamis tidak statis dan dapat bervariasi di antara dan di dalam komunitas dan kultur wacana. Education for All Global Monitoring Report (2006) memaparkan cakupan de inisi literasi yang lebih luas. Istilah literasi mulai digunakan dalam pengertian yang lebih luas untuk merujuk pada keterampilan dan kompetensi lain, misalnya literasi informasi, literasi visual, literasi media literasi ilmiah, dan literasi informasi. Sekalipun mengalami perkembangan dan perluasan makna, yang patut dicatat adalah bahwa makna-makna tersebut tidak dapat dipisahkan dari makna awalnya. Semua jenis literasi difasilitasi oleh literasi lingual, terutama keterampilan membaca dan menulis. Dalam pembahasan ini istilah literasi dimaknai sebagai kemampuan memahami dan menggunakan bahasa tulis dalam berbagai fungsi. Dengan demikian, literasi mencakup kemampuan membaca dan menulis. Sekalipun berbeda sifat, kegiatan menulis dan membaca sama-sama berhubungan dengan tulisan. Menulis menghasilkan tulisan, sementara membaca mendapatkan informasi dan pesan melalui tulisan. Kedua jenis keterampilan berbahasa ini berhubungan erat. Membaca memberikan kontribusi yang besar pada keterampilan menulis. Bahkan Fowler (2006:6) menegaskan bahwa untuk menulis, seseorang harus terlebih dahulu membaca. Selanjutnya, Fowler mengutip pernyataan Brookner bahwa menulis dapat dikatakan sebagai cabang membaca. Segala sesuatu yang diperoleh dari kegiatan membaca menjadi bahan bagi seseorang dalam menulis. Pada bagian lain Fowler (2006:12) juga menegaskan bahwa tulisan yang dihasilkan seseorang sebagian besar berasal dari kegiatan membaca dan berpikir yang sebelumnya dilakukan. Dalam kenyataannya, tidak semua informasi yang diperoleh dan dipikirkan sebelumnya dapat diingat seluruhnya. Oleh karena itu, acapkali pada saat menulis atau sesaat sebelum menulis seseorang perlu melakukan penyegaran dengan membaca secara terfokus dan menggunakan teknik skimming serta membuat catatan. Kaitan antara membaca dengan menulis sebagaimana dipaparkan memberikan alasan untuk menyatakan bahwa kompetensi menulis banyak dipengaruhi oleh aktivitas membaca. Aktivitas yang dimaksud dapat mencakup segi kualitas dan intensitas membaca. Di sini terdapat semacam hubungan timbal balik dari segi keuntungan yang diambil seseorang dari kedua kegiatan tersebut. Keinginan untuk menulis mendorong seseorang untuk membaca. Di sisi lain, kegiatan membaca dapat menumbuhkan serta memotivasi seseorang untuk menghasilkan tulisan. Hal tersebut dimungkinkan karena tulisan yang dibaca seseorang pada dasarnya memuat makna yang memiliki kekuatan dalam mempengaruhi, mengarahkan, dan mendorong seseorang untuk bereaksi, termasuk di antaranya dalam bentuk kegiatan menulis. Kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis memungkinkannya untuk menguasai berbagai kecakapan hidup, baik yang bersifat akademik maupun vokasional. Selanjutnya kecakapan hidup yang demikian akan membawa orang tersebut ke dalam situasi ideal karena dia dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat ia berada serta dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup sesuai dengan perkembangan jaman. Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk berani menghadapi problema hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya (Tim BBE, 2001;Zulkarnain, 389
5 2008).. Literasi tidak hanya mengacu pada pengertian melek huruf secara literal, melainkan mencakup kemampuan dalam memahami dan menggunakan teks untuk dapat memanfaatkannya dalam berbagai situasi dan untuk mencapai berbagai tujuan. Dengan demikian, dalam jangka panjang literasi dapat mengatasi berbagai permasalahan yang menyangkut kebutuhan dan kesejahteraan hidup. Peran Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Mengembangkan Kemampuan Literasi Keberadaan pembelajaran bahasa Indonesia dalam KTSP dan Kurikulum 2013 menunjukkan bahwa kedua kurikulum tersebut dapat diterima sebagai pedoman yang mampu mengakomodasi pengembangan kemampuan literasi.. Di dalam kedua kurikulum telah dirumuskan kompetensi-kompetensi yang mengarah pada kemahiran membaca dan menulis, di samping mendengarkan dan berbicara. Rumusan kompetensi tersebut menjadi landasan bagi guru di dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang dapat menumbuhkembangkan kemampuan baca-tulis peserta didik. Praktik pembelajaran membaca dan menulis di sekolah acapkali tidak berjalan dengan optimal. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah kurang tepatnya pemilihan strategi pembelajaran. Pengembangan rencana pembelajaran yang tidak memberikan peluang kepada peserta didik untuk berlatih membaca dan menulis secara intensif dengan materi dalam berbagai konteks, akan sulit mewujudkan kemampuan literasi mereka. Jika dalam ranah perencanaan sudah bermasalah, hampir dapat dipastikan dalam pelaksanaannya pun tidak akan maksimal. Permasalahan sebagaimana dikemukakan mungkin terjadi karena keterbatasan pengelola pembelajaran dalam hal wawasan yang terkait dengan strategi pembelajaran. Hal tersebut dikhawatirkan akan berujung pada pembelajaran membaca-menulis yang tidak menarik sehingga tidak mampu mendorong peserta didik untuk meraih kompetensi litersi, apalagi sampai pada tumbuhnya perilaku gemar membaca dan menulis. Oleh karena itu, sudah waktunya praktik pembelajaran membaca dan menulis di sekolah dirancang agar lebih efektif dan lebih menarik dengan mengakomodasikan beragam inovasi pembelajaran yang dinilai sesuai. Pengembangan kemampuan literasi melalui pembelajaran mambaca dan menulis di sekolah di antaranya dapat dilakukan dengan landasan asumsi bahwa bahasa merupakan kesatuan simbol, sistem, dan konteks. Menurut Goodman (2005:10) orang dapat saja berpikir bahwa bahasa merupakan komposisi bunyi, huruf, kata, dan kalimat. Akan tetapi, bahasa tidak dapat digunakan untuk berkomunikasi tanpa sistem yang menyeluruh dalam konteks penggunaannya. Jadi, bahasa harus memiliki simbol, sistem, dan konteks penggunaan. Selanjutnya, dikemukakan oleh Goodman bahwa pada dasarnya bahasa dipelajari dari satu kesatuan ke bagian-bagian. Pertama-tama orang menggunakan tuturan utuh, kemudian melihat dan mengembangkan bagian-bagian, lalu mulai meneliti dan melihat hubungan di antaranya dan menangkap makna utuhnya. Bagian-bagian dapat dipelajari di dalam kesatuan tuturan (wacana) dalam konteks komunikasi nyata. Pendangan tersebut bersumber dari pendekatan Whole Language. Model belajar bahasa yang ditawarkan pendekatan ini dinilai dapat mengembangkan kemampuan literasi karena pemahaman terhadap teks mencakup semua segi-segi di dalamnya yang pada akhirnya diyakini dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam menumbuhkan kemampuan literasi produktif (menulis) Isi pembelajaran bahasa meliputi keterampilan (1) membaca, (2) menulis, (3) menyimak, dan (4) wicara dengan berfokus pada kemampuan membaca dan menulis. Komponen dan aktivitas dalam kelas Whole Language memperlihatkan bahwa kegiatan membaca dan menulis mendominasi aktivitas belajar di kelas. Namun demikian, tidak berarti dua keterampilan berbahasa lisan, yakni mendengarkan dan berbicara diabaikan oleh pendekatan ini. Keduanya 390
6 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIItetap dilatihkan secara terintegrasi dengan membaca dan menulis. Goodman (2005:22) mengemukakan alasan terkait dengan keterampilan membaca dan menulis sebagai fokus dalam pembelajaran bahasa. Bahasa tulis tidak tampil sebanyak bahasa lisan dalam kehidupan penuturnya dan cenderung dilihat sebagai representasi tuturan lisan yang bersifat kompleks, terutama karena keterbatasan-keterbatasannya dibandingkan bahasa lisan. Oleh karena itu, membaca dan menulis perlu dipelajari dengan cara yang berbeda dengan mendengarkan dan berbicara. Penekanan terhadap membaca dan menulis dire leksikan ke dalam berbagai teknik yang dinilai dapat mengantarkan peserta didik pada penguasaan literasi jika praktik penerapannya berjalan sesuai dengan prosedur. Menurut Routman dan Froese (dalam Suratinah dan Prakoso, 2003) teknik tersebut, meliputi reading aloud, sustained silent reading, journal writing, shared reading,, guided reading, guided writing, independent reading, dan independent writing. Berbagai teknik membaca dan menulis yang ditawarkan membuat peserta didik akrab dengan teks sekaligus memanfaatkannya dalam berbagai format kegiatan. Kedekatan peserta didik dengan teks tidak hanya dilihat dalam konteks kegiatan telaah dan pemahaman, melainkan juga dalam konteks produksi. Berbekal pemahaman tentang struktur, subtansi, dan kaidah bahasa teks yang ditelaahnya, peserta didik memproduksi teks dan mengkomunikasikannya kepada peerta didik lain. Situasi seperti inilah yang dimungkinkan dapat mengantarkan peserta didik untuk mencapai kemampuan literasi. Penutup Pembelajaran bahasa Indonesia berdasarkan KTSP dan K 13 bermuara pada pengembangan kemampuan literasi (membaca dan menulis). Hal ini sejalan dengan tuntutan kemampuan berkomunikasi dan kemampuan berpikir tingkat tinggi untuk menjawab tantangan global yang dihadapi bangsa Indonesia. Agar tuntutan tersebut dapat dipenuhi, pembelajaran membaca dan menulis di sekolah perlu dirancang dengan menerapkan berbagai strategi dan teknik pembelajaran yang dipandang dapat mengantarkan peserta didik kepada kemampuan literasi, seperti yang ditawarkan oleh pendekatan Whole Language. Penerapan berbagai teknik pembelajaran membaca dan menulis yang tepat tentunya membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Lembaga Pencetak Tenaga Kependidikan (LPTK) diharapkan dapat membekali mahasiswa calon guru bahasa Indonesia dengan pengetahuan tentang berbagai teknik pembelajaran membaca menulis yang inovatif dan mempraktikkannya dalam format pembelajaran mikro. Sebagai ujung tombak di lapangan, guru bahasa Indonesia hendaknya menggunakan beberapa teknik pembelajaran membaca dan menulis yang ditawarkan pendekatan Whole Language dalam pembelajaran di kelas. Hanya dengan kerja sama yang baik antarpihak yang terkait serta komitmen dari masing-masing pihak, kemampuan literasi peserta didik dapat dikembangkan. Daftar Pustaka Goodman, Ken What Whole in Whole Language, 20 Th Anniversary Edition. Barkley: RDR Books. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Bahasa Indonesia. Jakarta: Kemendikbud. Kern, Richard Literacy and Language Teaching Oxford: Oxford University Press Richard, Jack C.& Rodgers, Theodore S Approaches and Method in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press. 391
7 Replubika Siswa Indonesia Peringkat 64 Dari 65 Negara,Tapi Paling Bahagia di Dunia. 6 Desember Suratinah dan Prakoso, Teguh Pendekatan Pembelakajran Bahasa dan Sastra Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka. isipol.ugm.ac.id/masyarakat-ekonomi-asean-dan-tantangan-reformasi-birokrasi/
BAB I PENDAHULUAN. intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Belajar bahasa pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan aspek yang sangat penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Belajar bahasa pada hakikatnya merupakan belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bahasa Indonesia secara umum mempunyai fungsi sebagai alat komunikasi sosial. Pada dasarnya bahasa erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Manusia sebagai anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (SD) bertujuan agar pelajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.
Lebih terperinciSosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah
Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Oleh: Laila Rahmawati, S.Ag, SS., M.Hum Disampaikan pada: Sosialisasi Sekolah Aman dan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Program Sekolah Rujukan SMAN 2 Kuala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah aset masa depan yang menunjukkan berkembangnya suatu bangsa. Perkembangan tersebut ditandai dengan kesiapan untuk menjawab perubahan-perubahan
Lebih terperinciSKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah.
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN DISKUSI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS VIII C SMP N 2 RANDUBLATUNG TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciContoh File KKM, PROTA, PROMES, SILABUS, RPP, SK & KD, PEMETAAN
Ini adalah Contoh: Jika ada yang berminat dengan Format *.Doc Silahkan kontak: Telp/SMS : 085 255 989 455 Website : http://bit.ly/rppkita Terima kasih! PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Bahasa merupakan sesuatu yang penting untuk dikuasai karena bahasa adalah sarana interaksi dan alat komunikasi antar manusia. Negara Indonesia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Dalam pengembangan pendidikan di Indonesia pihak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya suatu negara ditentukan oleh peran pendidikan yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam negara tersebut. Begitu pula negara indonesia
Lebih terperinci2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki kemampuan berbahasa yang mumpuni serta dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segi kepribadian, pengetahuan, kemampuan maupun tanggung jawabnya. dalam yaitu dari diri manusia itu sendiri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan dan menggali potensi yang dimiliki oleh manusia untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten.
Lebih terperinciOleh: Septia Sugiarsih
Oleh: Septia Sugiarsih Pendekatan??? Seperangkat asumsi yang saling berkaitan dan berhubungan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Dasar teoritis untuk menetapkan suatu metode. Macam-macam Pendekatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional. Bahasa Indonesia merupakan bahasa pengantar pendidikan di semua jenis jenjang pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peranan yang penting dalam dunia pendidikan dan merupakan penunjang dalam semua bidang studi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Negara akan maju dan berkembang apabila diikuti dengan peningkatan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kimia merupakan bagian dari rumpun sains, karena itu pembelajaran kimia juga merupakan bagian dari pembelajaran sains. Pembelajaran sains diharapkan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di mana pun berada. Pendidikan sangat penting artinya
Lebih terperinciEXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING. Oleh
EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING Pengembangan Model Pembelajaran Tematik Berorientasi Life Skills untuk Kelas Permulaan Sekolah Dasar Oleh Ketua Dr. Arju Muti'Ah, M.Pd NIDN:0012036007 Anggota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik, dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pengajaran bahasa Indonesia pada hakekatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan pengajaran tentang berbahasa. Keterampilanketerampilan
Lebih terperinciA. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan itu di arahkan. Tujuan pendidikan dapat dimaknai sebagai suatu sistem nilai yang disepakati kebenaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa meliputi empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling menunjang dan saling berkaitan. Kemahiran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa sangatlah berperan penting dalam kehidupan sehari-hari terlebih bagi dunia pendidikan. Bahasa merupakan sebuah jembatan bagi pemerolehan ilmu-ilmu pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge). Pada fungsi ini bahasa menjadi penarik yang mempercepat berkembangnya penguasaan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu berkomunikasi dengan baik. Salah satu cara untuk meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan di sekolah, baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, maupun tingkat atas. Selain itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, mengembangkan gagasan dan perasaan serta dapat digunakan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam peradaban manusia, bahasa juga memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Pendidikan merupakan tumpuan harapan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia. Melalui pendidikan,
Lebih terperinci2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini disampaikan pendahuluan penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu berinteraksi dengan lingkungan dengan selayaknya. meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya pendidikan merupakan salah satu aspek utama bagi setiap insan manusia dalam meningkatkan mutu dan kualitas kehidupan di masa depan. Pendidikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan lembaga-lembaga sosial lainnya. Masyarakat juga mengambil peran yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, karena anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter. Ada tiga pihak yang memiliki peran penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang baru dilahirkan sampai usia 6 tahun. Usia dini merupakan periode awal yang paling mendasar dalam sepanjang rentang pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diketahui bahwa literasi merupakan kemampuan mengakses, memahami, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21 ini, kemampuan literasi peserta didik di Indonesia berkaitan erat dengan keterampilan membaca yang berkelanjutan pada kemampuan memahami informasi
Lebih terperinciPENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DISCUSSION TEXT BERDASARKAN KONSEP THE GENRE BASED APPROACH PADA SISWA KELAS XII IPA 3 SMA NEGERI 1 SURAKARTA PENELITIAN TINDAKAN KELAS Diajukan Kepada Program Studi Magister
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilham Zamzam Nurjaman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum mengamanatkan agar pembelajaran bahasa di sekolah diselenggarakan secara lebih bermakna. Melalui pembelajaran bahasa, siswa memperoleh keahlian
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN THE READING PROCESS DALAM PEMBELAJARAN 1
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN THE READING PROCESS DALAM PEMBELAJARAN 1 Dhi Bramasta, Dedy Irawan 2 PGSD-FKIP Universitas Muhammadiyah Purwokerto ABSTRAK Pengetahuan dan keterampilan penerapan the reading
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang harus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan bahasa ada empat keterampilan berbahasa yang harus dibina dan dikembangkan, yaitu menyimak (Hőren), berbicara (Sprechen), membaca (Lesen),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi peserta didik. Guru harus mampu menjadi wadah dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan penting pada saat kegiatan belajar mengajar di sekolah. Pembelajaran di sekolah dapat melatih keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan
1 BAB I PENDAHULUAN peserta didik agar dapat mengenali siapa dirinya, lingkungannya, budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan perasaannya. Penggunaan bahan ajar yang jelas, cermat
Lebih terperinciBAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN
BAB IV PROSES PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN OTENTIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN Dalam bab ini diuraikan proses pengembangan model penilaian otentik dalam pembelajaran membaca pemahaman yang telah
Lebih terperinciMETODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur. Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut
METODE PEMBELAJARAN BAHASA SASTRA Prosedur dan Kultur Meyridah SMAN Tambang Ulang, Tanah Laut merydah76@gmail.com ABSTRAK Tulisan ini bertujuan memberikan kontribusi pemikiran terhadap implementasi pembelajaran
Lebih terperincisendiri dari hasil pengalaman belajarnya.
1 BAB I PENDAHAULUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan dan berlangsung secara terus menerus dari generasi ke generasi. Pendidikan merupakan sesuatu yang universal, bersifat umum karena
Lebih terperinciANALISIS TUJUAN MATA PELAJARAN Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam. Ranah Kompetensi K A P
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam 1. Menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah salah satu alat komunikasi. Melalui bahasa manusia diharapkan dapat saling mengenal dan berhubungan satu sama lain, saling berbagi pengalaman dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. membaca merupakan Salah satu cara pembelajaran, Masyarakat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti kurikulum KTSP dengan kurikulum 2013 dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu pemersatu bangsa. Melalui bahasa manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya karena manusia merupakan makhluk sosial yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI (Penelitian dan Pengembangan pada Mata Pelajaran Bahasa
Lebih terperinciGERAKAN LITERASI SEKOLAH
GERAKAN LITERASI SEKOLAH SATGAS GERAKAN LITERASI SEKOLAH Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2016 Tujuan Paham konsep dan tujuan Gerakan Literasi Sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara, pembinaan bahasa Indonesia menjadi hal yang sangat penting.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (2006 : 317), secara umum mata pelajaran Bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal (1) pendidikan itu sendiri merupakan usaha sadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Semakin terampil seseorang berpikir, semakin jelas dan cerah jalan pikirannya. Kemampuan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan asset utama dan dalam pembentukannya membutuhkan proses yang tidak mudah dan cepat tetapi diperlukan sarana yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan
Lebih terperincipembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses memanusiakan manusia. Melalui pendidikan, manusia yang tidak tahu apa-apa menjadi tahu segalanya, manusia yang tidak bisa apa-apa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang. semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan sampai sekarang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesionalisme berkembang sesuai dengan kemajuan masyarakat modern yang menuntut spesialisasi dalam masyarakat yang semakin kompleks. Masalah profesi kependidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Statistik Republik Indonesia (2013), menyatakan tingkat pengangguran
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (2013), menyatakan tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi cerdas, bertanggung jawab dan produktif. Berbagai upaya. perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan kualitas manusia seutuhnya adalah misi pendidikan sebab pendidikan dapat membuat manusia menjadi cerdas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran di Indonesia berdasarkan Indeks Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di tengah-tengah pergaulan masyarakat, warga bangsa, serta warga dunia. Melalui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk memperluas cakrawala ilmu pengetahuan, meningkatkan harkat dan martabatnya di tengah-tengah pergaulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi kehidupan sosial, budaya, dan masyarakat. Tirtarahardja (2005:226) mengatakan bahwa sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari
1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Informasi merupakan satu hal yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan karena dengan adanya informasi kita dapat mengambil keputusan secara tepat. Informasi berkembang
Lebih terperinciSALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU
SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR PENDIDIKAN GURU A. Rumusan Capaian Pembelajaran Lulusan Program Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Proses pembelajaran adalah suatu hal yang penting dalam sebuah pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti pembelajaran yang dapat menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu bangsa, karenanya kemajuan suatu bangsa dapat diukur dari kemajuan pendidikannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sarana dalam membangun watak bangsa. Tujuan pendidikan diarahkan pada
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memberikan konstribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa, dan merupakan wahana dalam menterjemahkan pesan konstitusi serta sarana dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. upaya pendidikan yaitu: siswa, pendidik, dan tujuan pendidikan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada abad ke-21 ini, pendidikan menjadi kebutuhan pokok bagi setiap manusia. Indonesia sebagai negara konstitusional mengatur pendidikan dalam Undang- Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan, merencanakan, dan menilai pembelajaran. Oleh karena itu,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan kegiatan pembelajaran menentukan kesuksesan guru di sekolah dalam melaksanakan, merencanakan, dan menilai pembelajaran. Oleh karena itu, seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis serta menimbulkan
Lebih terperinci(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
0 UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN AKTIF INOVATIF KREATIF EFEKTIF DAN MENYENANGKAN (PAIKEM) PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GEMOLONG (PTK Pembelajaran Matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rafika Warma, Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu 1
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggara pendidikan dasar dan menengah sebagaimana yang dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan yang terjadi. Melalui bahasa, setiap individu dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dimiliki setiap individu dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan. berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, situasi dan kondisi lingkungan yang ada, pengaruh informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan aspek strategis bagi suatu negara. Sifat pendidikan adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting dari kehidupan seseorang dan merupakan aspek strategis bagi suatu negara. Sifat pendidikan adalah kompleks, dinamis, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan mudah dari berbagai sumber dan tempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, dunia pendidikan menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian bersama. Fenomena merosotnya karakter kebangsaan
Lebih terperinci2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Membaca merupakan langkah awal perjalanan menuju pencerahan. Kegiatan membaca ini juga dapat menciptakan generasi muda yang kreatif, produktif dan inovatif,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan. Menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup kemampuan berbahasa yang meliputi empat aspek yakni menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Undang- Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
Lebih terperinci2014 PENGEMBANGAN BUKU AJAR KIMIA SUB TOPIK PROTEIN MENGGUNAKAN KONTEKS TELUR UNTUK MEMBANGUN LITERASI SAINS SISWA SMA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya sains dalam kehidupan manusia membuat kemampuan melek (literate) sains menjadi sesuatu yang sangat penting. Literasi sains merupakan tujuan yang ingin dicapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan pikirannya secara ilmiah dalam komunikasi ilmiah. Sarana yang digunakan dalam pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunus Abidin, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan paradigma dunia tentang makna pendidikan, pendidikan dihadapkan ada sejumlah tantangan yang semakin berat. Salah satu tantangan
Lebih terperinci