KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEMENTERIAN PERHUBUNGAN"

Transkripsi

1 Laporan Akhir Studi Penyusunan Konsep Standar di Big Sarana Perkeretaapian KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERKERETAAPIAN SATUAN KERJA PENGEMBANGAN DAN PENINGKATAN JL.MERDEKA BARAT NO.8 JAKARTA

2 KATA PENGANTAR Puji syukur konsultan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan selasainya Konsep Laporan Akhir Studi Penyusunan Konsep Standar di Big Sarana Transportasi Perkeretaapian sesuai dengan penugasan yang diberikan oleh Pusat Penelitian Pengembangan Perhubungan Darat Perkeretaapian, Ba Penelitian Pengembangan Kementerian Perhubungan. Studi ini timbul dengan latar belakang bahwa untuk mewujudkan transportasi kereta api yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman efisien dengan menggunakan standar yang benar harmonis, untuk mengantisipasi keberadaan multi operator multi moda dalam penyelenggaraan transportasi perkeretaapian Dari latar belakang tersebut, maka alasan kegiatan studi ini dilaksanakan untuk mewujudkan standar-standar yang dapat menjadi acuan dimilikinya sarana perkeretapian oleh ba penyelenggara sarana perkeretaapian baik BUMN/BUMD maupun swasta. Dengan tulus kami sampaikan kepada Pusat Penelitian Pengembangan Perhubungan Pengembangan Darat Kementerian Perkeretaapian, Perhubungan, Ba yang Penelitian telah memberi 1

3 kepercayaan kepada kami, bimbingan arahan dari pemberi kerja sehingga dapat digunakan sebagai langkah selanjutnya dalam melaksanakan studi. Jakarta, September 2012 PT. Arenco Centra 2

4 ABSTRAK UU No. 23 Tahun 2007 mengharuskan pemerintah untuk menempatkan peran KA sebagai tulang punggung angkutan massal penumpang barang dalam menunjang tumbuhnya perekonomian nasional. Penempatan peran kereta api ini akan menciptakan system transportasi multimoda/intermodal yang terintegrasi yang merupakan keterpaduan integrasi kereta api dengan moda jalan raya, angkutan laut angkutan udara. Penyelenggaraan perkeretaapian telah bersifat multi operator baik dalam penyelenggaraan prasarana maupun penyelenggaraan sarana. Untuk angkutan penumpang arah perkembangannya menuju kepada dioperasikannya kereta api berkecepatan tinggi, segkan untuk angkutan barang menuju kepada dioperasikannya kereta api volume angkutan besar dengan beban gandar tinggi kecepatan normal. Studi Penyusunan Konsep Standar di Big Sarana Perkeretaapian dilaksanakan untuk mewujudkan transportasi kereta api yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman efisien dengan menggunakan standar yang benar harmonis, untuk mengantisipasi keberadaan multi operator multi moda dalam penyelenggaraan transportasi perkeretaapian Untuk itu diperlukan standar-standar yang dapat menjadi acuan dimilikinya sarana perkeretapian oleh ba penyelenggara sarana perkeretaapian baik BUMN/BUMD maupun swasta. 3

5 ABSTRACT The Republic of Indonesian Law No. 23, year 2007, oblige management to place role of mass transportation backbone passenger and freight to support the growing of national economics. The location of Railway role will create the integrated multimode/ intermodal transportation system as the integrated system and will integrate railway with highway transport, sea transport and air transport. Railway management has the character of multi operator either in infrastructure management or rolling stock management. For the passenger services, the direction of development is the train with high speed operation, while for freight services go to operation train with large capacity of volume with high axle load and normal speed. The result of this study is the draft of standards with scope of the railway rolling stock conducted for realize safe railway transportation, fast, fluent, order arranged, comfort, and efficient by using correct and harmonious standard to anticipated existence multi operator and multimode in railway transportation management. For that, it is needed the standards as reference of the owner the railway rolling stock organizer such as BUMN/BUMD as well as the private sector. 4

6 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 ABSTRAK... 3 ABSTRACT... 4 DAFTAR ISI... 5 DAFTAR TABEL... 8 DAFTAR GAMBAR... 9 DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. Dasar Hukum C. Alasan Kegiatan Dilaksanakan D. RUANG LINGKUP E. KELUARAN F. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN Metode Pelaksanaan Tahapan Kegiatan G. JADWAL PELAKSANAAN Waktu Pelaksanaan Kegiatan Matriks Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI A. PENDEKATAN Pendekatan Manajerial Pendekatan Teknis Persiapan Konsep Rekomendasi Keluaran B. METODOLOGI BAB IV KONSEP AKHIR STANDAR SARANA PERKERETAAPIAN 47 A. KONSEP AKHIR STANDAR SARANA STANDAR KERETA YANG DITARIK LOKOMOTIF STANDAR LOKOMOTIF STANDAR KERETA REL LISTRIK STANDAR GERBONG STANDAR PERALATAN KHUSUS (CRAN) STANDAR MODIFIKASI LOKOMOTIF B. PERKEMBANGAN TEKNOLOGI SARANA PERKERETAAPIAN Lokomotif Kereta Yang Ditarik Lokomotif Kereta Berpenggerak Sendiri Gerbong

8 C. HASIL SURVEI DAN DISKUSI BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN KONSEP STANDAR PERKERETAAPIAN A. ANALISA TEKNIS Persyaratan Umum Konstruksi Komponen B. KONSEP STRANDAR SARANA PERKERETAAPIAN Konsep Standar Kereta Ditarik Lokomotif Konsep Standar Lokomotif Konsep Standar Kereta Rel Listrik Konsep Standar Gerbong Konsep Standar Peralatan Khusus Cran Konsep Standar Lokomotif Modifikasi BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN B. REKOMENDASI DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

9 DAFTAR TABEL Tabel Matriks Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan Tabel 4.1 Matrik Standar Kereta Penumpang Ditarik Lokomotif Hasil Survey Tabel Matrik Standar Lokomotif Hasil Survey Tabel Matrik Standar Kereta Rel Listrik Hasil Survey Tabel Matrik Standar Gerbong Hasil Survey Tabel Matriks Standar Sarana Khusus (Cran) Hasil Survey Tabel Matriks Hasil Survei Diskusi Tabel Ilustrasi Kecepatan Jarak Pengereman Tabel Kecepatan Jarak Pengereman Tabel Matriks Konsep Standar Kereta Api Ditarik Lokomotif Tabel Matriks Konsep Standar Lokomotif Tabel Matriks Konsep Standar Kereta Rel Listrik Tabel Matriks Konsep Standar Gerbong Tabel Matriks Konsep Standar Perakatan Khusus Cran

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 3. 1.Pendekatan Manajerial Gambar Kerangka Pikir Pelaksanaan Pekerjaan Gambar Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan Gambar Peta Standar Lokomotif Gambar Peta Standar Kereta Gambar Peta Standar Gerbong

11 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : Buku 1 Standar Sarana Perkeretaapian Lokomotif LAMPIRAN 2 : Buku 2 Standar Sarana Perkeretaapian Kereta LAMPIRAN 3 : Buku 3 Standar Sarana Perkeretaapian Kereta Rel Listrik (KRL) LAMPIRAN 4 : Buku 4 Standar Sarana Perkeretaapian Gerbong LAMPIRAN 5 : Buku 5 Standar Sarana Perkeretaapian Peralatan Khusus Cran LAMPIRAN 6 : Buku 6 Standar Sarana Perkeretaapian Lokomotif Modifikasi LAMPIRAN 7 : Ruang Batas Sarana LAMPIRAN 8 : Tabel Dimensi Roda LAMPIRAN 9 : Tabel Brake Ratio 10

12 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keselamatan menjadi topik yang mengedepan sehingga untuk menjamin masyarakat sebagai pengguna jasa angkutan kereta api mendapatkan pelayanan yang cepat, selamat, aman, nyaman dengan tarif yang terjangkau, segkan operator sebagai penyedia- penyelenggara angkutan tentunya manarapkan prinsip-prinsip ekonomis dalam bisnis nya yaitu mendapatkan keuntungan sebesar besarnya dengan pengorbanan-biaya sekecil kecilnya. Ung - Ung No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian mengharuskan pemerintah untuk menempatkan peran kereta api sebagai tulang punggung angkutan massal penumpang barang dalam menunjang tumbuhnya perekonomian nasional. Penempatan peran kereta api ini akan menciptakan sistem transportasi multimoda/intermodal yang terintegrasi yang merupakan keterpaduan integrasi kereta api dengan moda jalan raya, angkutan laut angkutan udara. Ung - Ung No. 23 Tahun 2007 juga menandai era baru perkeretaapian di Indonesia, dengan tiga peraturan dasar yaitu: 1. Menghilangkan monopoli BUMN membuka peluang swasta pemerintah daerah dalam bisnis perkeretaapian, 2. Memungkinkan pemisahan penyelenggaraan prasarana sarana yang semula terintegrasi, 3. Menetapkan pemerintah sebagai pembina penanggung jawab penyelenggaraan perkeretaapian. 11

13 Untuk menjamin operasi kereta api dapat berjalan dengan aman, tepat nyaman serta membuka peluang swasta pemerintah daerah dalam bisnis perkeretaapian diwajibkan sarana prasarana perkeretaapian laik untuk dioperasikan sesuai Ung-Ung No 23 th 2007 tentang Perkeretaapian pasal 20, 27, 137 yang mengatur: 1. Pengoperasian prasarana perkeretaapian umum wajib memenuhi standar kelaikan operasi prasarana perketeepian. 2. Pengoperasian sarana perkeretaapian umum wajib memenuhi standar kelaikan operasi sarana perketeepian. 3. Pelayanan angkutan orang harus memenuhi standar pelayanan minimum. 4. Standar pelayanan minimum meliputi pelayanan di stasiun penberangkatan, dalam perjalanan, di stasiun tujuan. Untuk menjamin hal tersebut diatas pelu dilakukan Penyusunan Konsep Standar di Big Sarana Transportasi Perkeretaapian B. Dasar Hukum a. Ung-Ung Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian. b. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 Tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian. c. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Angkutan KeretaApi. 12

14 C. Alasan Kegiatan Dilaksanakan Alasan Kegiatan Dilaksanakan Studi Penyusunan Konsep Standar di big Sarana Perkeretaapian dilaksanakan untuk mewujudkan transportasi kereta api yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman efisien dengan menggunakan standar yang benar harmonis, untuk mengantisipasi keberadaan multi operator multi moda dalam penyelenggaraan transportasi perkeretaapian. Diharapkan setelah diperoleh standar akan didapatkan transportasi yang yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib, teratur, nyaman efisien, sebagai jaminan terhadap pengguna transportasi perkeretaapian. D. RUANG LINGKUP Ruang lingkup kegiatan ini adalah: 1. Inventarisasi standar sarana perkeretaapian yang telah ada standar-standar sarana perkeretaapian hasil modifikasi, standar sarana perkeretaapian dari luar negeri atau sarana perkeretaapian innovasi baru. 2. Inventarisasi kebijakan perkeretaapian 3. Inventarisasi perkembangan teknologi perkeretaapian 4. Menganalisis standar sarana perkeretaapian yang sesuai dengan kebutuhan lapangan. 13

15 5. Melakukan studi literatur / benchmarking standar sarana transportasi perkeretaapian dari negara lain. 6. Merumuskan konsep standar di big sarana transportasi perkeretaapian yang meliputi: a. Standar persyaratan teknis pada lokomotif 1) Standar syarat beban desain pada rangka dasar, ba, bogie, peralatan perangkai, peralatan pengereman peralatan keselamatan. 2) Standar syarat kabin masinis, peralatan penerus daya, peralatan penggerak, peralatan pengendali peralatan penghalau rintangn. b. Standar persyaratan teknis pada kereta yang ditarik lokomotif 1) Standar syarat beban desain pada ba kereta, bogie, peralatan perangkai, peralatan pengereman, peralatan keselamatan. 2) Standar syarat penempatan perlengkapan penunjang (pintu, jendela, makanan/minumam, tempat tempat duduk, bagai, meja tempat toilet, lampu penerangan). 3) Standar syarat pemasangan perlengkapan penunjang (pintu, jendela,tempat duduk, lampu penerangan) 4) Standar syarat material perlengkapan penunjang (pintu, jendela, rak bagasi, pengatur sirkulasi udara, lampu penerangan) c. Standar persyaratan teknis pada Kereta Rel Listrik (KRL) 1) Standar persyaratan beban desain pada ba, kabin masinis, bogie, peralatan penerus daya, peralatan dengan 14

16 penggerak, peralatan pengereman, peralatan perangkai, peralatan pengendali, peralatan keselamatan. 2) Standar peralatan persyaratan pemasangan (deadman device, penunjang penempatan peralatan komunikasi, klakson, lampu penerangan) 3) Standar persyaratan penempatan peralatan penunjang (ruang penumpang, ruang/tempat bagasi, toilet) d. Standar persyaratan teknis pada gerbong 1) Standar persyaratan rangka dasar, ba, bogie, peralatan perangkai, peralatan pengereman peralatan keselamatan. 2) Standar perlengkapan penunjang sesuai perlengkapan gerbong. e. Standar persyaratan teknis pada peralatan khusus (Cran) 1) Standar persyaratan rangka dasar, ba, bogie, peralatan perangkai, peralatan pengereman peralatan keselamatan. 2) Standar persyaratan pada peralatan khusus berpenggerak sendiri berupa kabin masinis, peralatan penerus daya, peralatan penggerak, peralatan pengendali peralatan penghalau rintangan. f. Standar modifikasi konstruksi komponen lokomotif 3) Rangka dasar 4) Ba lokomotif 5) Kabin masinis 6) Bogie 7) Peralatan penerus daya 15

17 8) Peralatan penggerak 9) Peralatan pengereman 10) Peralatan perangkai 11) Peralatan pengendali 12) Peralatan keselamatan g. Pengumpulan data untuk studi ini dilakukan di Jakarta, Yogyakarta, Madiun E. KELUARAN Keluaran (output) dari kegiatan studi ini adalah tersusunnya 6 (enam) konsep standar yaitu: 1. Standar persyaratan teknis pada lokomotif 2. Standar persyaratan teknis pada kereta yang ditarik lokomotif 3. Standar persyaratan teknis pada Kereta Rel Listrik (KRL) 4. Standar persyaratan teknis pada gerbong 5. Standar persyaratan teknis pada peralatan khusus (Cran) 6. Standar modifikasi konstruksi komponen lokomotif F. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN 1. Metode Pelaksanaan Studi Penyusunan Konsep Standar di Big Sarana Transportasi Perkeretaapian dilaksanakan melalui survei di lapangan, dalam pengumpulan data primer sekunder dilalukan desk study serta 16

18 melakukan diskusi interaktif dengan pakar perkeretaapian baik di pusat maupun di daerah. 2. Tahapan Kegiatan Tahapan pelaksanaan Penyusunan Konsep Standardi Big Sarana Transportasi Perkeretaapian: a. Persiapan pelaksanaan kegiatan b. Laporan Pendahuluan (Inception Report) c. Laporan Antara (Interim Report) d. Konsep Laporan Akhir (Draft Final Report) e. Laporan Akhir (Final Report) Executive Summary Report. G. JADWAL PELAKSANAAN 1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan Studi Penyusunan Konsep Standardi Big Sarana Transportasi Perkeretaapian dilaksanakan dalam waktu 8 (delapan) bulan. 2. Matriks Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan 17

19 Tabel Matriks Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan No. Kegiatan 1. Persiapan 2. AnalisisPendahuluan Bulanke a. StudiLiteratur b. Data Sekunder 3. Survei Lapangan 4. Pengolahan Analisis Data 5. Perumusan Pelaporan a. Inception Report b. Interim Report c. Draft Final Report d. Final Report Laporan Ahir merupakan hasil akhir dari kegiatan diserahkan kepada pemberi tugas dengan disertai dengan Ringkasan Laporan Akhir (Executif Summary), kelengkapan lain sesuai ketentuan yang ada dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang ada. 18

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sebagai bahan masukkan didalam menyusun studi penyusunan Konsep Standar di Big Sarana Perkeretaapian dilakukan tinjauan pustaka antara lain: 1. UNDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN Dalam Ung Ung No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian pada BAB VIII Bagian Kesatu mengenai Persyaratan Teknis Kelaikan Sarana Perkeretaapian sebagai berikut: Pasal 96 (1) (2) Sarana perkeretaapian menurut jenisnya terdiri dari: a. lokomotif; b. kereta; c. gerbong; d. peralatan khusus. Setiap sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi persyaratan teknis kelaikan operasi yang berlaku bagi setiap jenis sarana perkeretaapian. 19

21 Pasal 98 (1) Untuk memenuhi persyaratan teknis menjamin kelaikan operasi sarana perkeretaapian, wajib dilakukan pengujian pemeriksaan. (2) Pengujian sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah dapat dilimpahkan kepada ba hukum atau lembaga yang mendapat akreditasi dari Pemerintah. (3) Pemeriksaan sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan oleh Penyelenggara Sarana Perkeretaapian. Pasal 99 Pengujian sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (2) terdiri dari: a. uji pertama; b. uji berkala. Pasal 100 (1) Uji pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 huruf a wajib dilakukan terhadap setiap sarana perkeretaapian baru sarana perkeretaapian yang telah mengalami perubahan spesifikasi teknis. 20

22 (2) Uji pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 95 huruf a meliputi: a. uji rancang bangun rekayasa; b. uji statis; c. uji dinamis. Pasal 102 (1) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 huruf b wajib dilakukan untuk sarana perkeretaapian yang telah dioperasikan sesuai dengan ketentuan. (2) Uji berkala sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan terhadap fungsi sarana perkeretaapian yang meliputi: a. uji statis; b. uji dinamis. Dari pasal-pasal tersebut diatas dapat disimpulkan: 1. Sarana perkeretaapian menurut jenisnya terdir dari: a. lokomotif; b. kereta; c. gerbong; d. peralatan khusus. Dari 4 (empat) jenis tersebut diatas perlu ditentukan dalam studi ini jenis mana yang akan dibuatkan standar. 21

23 2. Setiap sarana perkeretaapian wajib memenuhi persyaratan teknis kelaikan operasi yang berlaku bagi setiap jenis sarana perkeretaapian Untuk memenuhi persyaratan teknis kelaikan operasi perlu aya standar variabel apa saja yang digunakan sepagai persyaratan laik operasi. 3. Untuk memenuhi persyaratan teknis menjamin kelaikan operasi sarana perkeretaapian, wajib dilakukan pengujian pemeriksaan. Untuk melakukan pengujian baik uji pertama maupun berkala juga harus ada standar variabel yang harus diuji 2. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NO 56 TAHUN 2009, TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN Dalam Peraturan Penyelenggaraan Pemerintah No Perkeretaapian 56 tahun pada 2009 Bagian tentang Keempat Penyelenggaraan Sarana Perkeretaapian memuat: Pasal 177 Penyelenggaraan sarana perkeretaapian meliputi kegiatan: a. pengadaan sarana; b. pengoperasian sarana; 22

24 c. perawatan sarana; d. pengusahaan sarana Pasal 179 Setiap pengadaan sarana perkeretaapian harus didasarkan pada: a. persyaratan teknis standar spesifikasi teknis yang telah ditentukan; b. kebutuhan operasional; c. pelestarian fungsi lingkungan hidup; d. mengutamakan produksi dalam negeri. Pasal 180 Spesifikasi teknis dibuat dengan memperhatikan: a. ruang batas sarana perkeretaapian; b. lebar jalan rel; c. beban jumlah gandar; d. jenis sarana perkeretaapian; e. kecepatan; f. perkembangan teknologi sarana perkeretaapian. Pasal 181 (1) Pengadaan sarana perkeretaapian dari dalam negeri mengutamakan material yang telah memenuhi ketentuan Standar Nasional Indonesia. 23

25 (2) Pengadaan sarana perkeretaapian atau pembuatan komponen serta perakitan, seluruhnya atau sebagian yang dibuat di dalam negeri maupun di luar negeri, harus dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang telah mempunyai Sertifikat Internasional. Pasal 182 (1) Setiap sarana perkeretaapian wajib memenuhi persyaratan teknis sesuai jenis sarana perkeretaapian. (2) Persyaratan teknis sarana perkeretaapian meliputi sistem setiap sarana komponen, konstruksi, kinerja. (3) Sistem komponen, konstruksi, kinerja perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dirinci dalam spesifikasi teknis. (4) Spesifikasi teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus sesuai standar spesifikasi teknis yang ditetapkan oleh Menteri. (5) Spesifikasi teknis pengadaan sarana perkeretaapian wajib mendapat persetujuan Menteri. Pasal 184 (1) Sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183, berdasarkan konstruksi komponennya terdiri atas: a. rangka dasar; b. ba; 24

26 c. bogie; d. peralatan perangkai; e. peralatan pengereman; f. peralatan keselamatan. (2) Lokomotif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183 ayat (1), kereta dengan penggerak sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183 ayat (2) huruf b, peralatan khusus dengan penggerak sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183 ayat (4) huruf b, selain terdiri atas konstruksi komponen sebagaimana dimaksud pada ayat (1), juga dilengkapi dengan konstruksi komponen: a. kabin masinis; b. peralatan penerus daya; c. peralatan penggerak; d. peralatan pengendali; e. peralatan penghalau rintangan. Pasal 185 Rangka dasar sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) huruf a harus memenuhi persyaratan teknis: a. terbuat dari baja karbon atau material lain yang mempunyai kekuatan kekakuan tinggi terhadap pembebanan tanpa terjadi deformasi tetap; b. konstruksi tahan benturan, menyatu atau terpisah dengan ba; c. mampu menahan seluruh beban getaran; d. tahan terhadap korosi. 25

27 Pasal 186 Ba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) huruf b harus memenuhi persyaratan teknis: a. terbuat dari baja atau material lain yang memiliki kekuatan kekakuan tinggi; b. konstruksi tahan benturan; c. tahan terhadap korosi cuaca; d. mampu meredam kebisingan. Pasal 187 Bogie sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) huruf c harus memenuhi persyaratan teknis: a. terbuat dari baja yang memiliki kekuatan kekakuan tinggi terhadap pembebanan tanpa terjadi deformasi tetap; b. konstruksi tahan pembebanan; c. mampu memberikan kualitas pengendaraan yang baik; d. mampu meredam getaran. Pasal 188 Peralatan perangkai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) huruf d harus memenuhi persyaratan teknis: a. terbuat dari baja atau material lain; b. mampu meneruskan daya sesuai peruntukkan; c. mampu menahan meredam benturan. 26

28 Pasal 189 Peralatan pengereman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) huruf e harus memenuhi persyaratan teknis: a. mampu mengendalikan kecepatan; b. mampu berhenti dalam keadaan normal darurat pada jarak pengereman yang sesuai dengan ketentuan operasi; c. mampu menyesuaikan tingkat kecepatan beban. Pasal 190 Peralatan keselamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (1) huruf f harus memenuhi persyaratan teknis: a. sesuai dengan peruntukannya; b. mudah dalam pengoperasian. Pasal 191 Kabin masinis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (2) huruf a harus memenuhi persyaratan teknis: a. mampu menampung masinis asisten masinis; b. memiliki ruang gerak bagi masinis asisten masinis; c. mampu meredam kebisingan; d. mampu melindungi masinis asisten masinis dari gas buang sarana perkeretaapian yang menggunakan motor diesel. 27

29 Pasal 192 Peralatan penerus daya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (2) huruf b harus memenuhi persyaratan teknis: a. mampu meneruskan daya dengan baik; b. rasio daya per berat sesuai dengan gaya traksi yang ditentukan; c. dimensi sesuai dengan ruang yang tersedia; d. tahan terhadap kebocoran. Pasal 193 Peralatan penggerak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (2) huruf c harus memenuhi persyaratan teknis: a. menghasilkan gaya traksi yang cukup untuk menarik atau mendorong; b. dapat memakai bahan bakar fosil, gas, atau listrik; c. emisi gas buang kebisingan sesuai dengan ketentuan peraturan perung-ungan. Pasal 194 Peralatan pengendali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (2) huruf d harus memenuhi persyaratan teknis: a. mampu dikendalikan dari kabin masinis; b. mampu mengendalikan pergerakan maju mundur. 28

30 Pasal 195 Peralatan penghalau rintangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 ayat (2) huruf e harus memenuhi persyaratan teknis: a. konstruksi kuat kokoh; b. mampu menahan benturan. Pasal 196 (1). Lokomotif listrik kereta rel listrik selain memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 184 juga harus dilengkapi dengan peralatan pantograf. (2). Pantograf sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan teknis: a. mampu menghantarkan arus listrik dengan aman; b. mampu dikendalikan secara manual atau otomatis Pasal 198 (1) Setiap jenis sarana perkeretaapian wajib memenuhi kelaikan operasi sarana perkeretaapian. (2) Kelaikan operasi sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pengujian sarana perkeretaapian; b. pemeriksaan sarana perkeretaapian. 29

31 Pasal 199 Pengujian sarana perkeretaapian dilakukan dengan membandingkan antara kondisi fungsi sarana perkeretaapian dengan: a. persyaratan teknis; b. spesifikasi teknis. Pasal 203 (1) Uji statis sarana perkeretaapian meliputi pengujian: a. dimensi; b. ruang batas sarana; c. berat; d. pengereman; e. keretakan; f. pembebanan; g. sirkulasi udara; h. temperatur. (2) Untuk lokomotif, kereta dengan penggerak sendiri, peralatan khusus dengan penggerak sendiri selain dilakukan uji statis juga dilakukan pengujian: a. kelistrikan; b. kebisingan; c. intensitas cahaya; d. emisi gas buang; e. klakson; f. peralatan komunikasi; g. kebocoran. 30

32 (3) Untuk kereta yang ditarik lokomotif peralatan khusus yang ditarik lokomotif selain dilakukan uji statis juga dilakukan pengujian: a. kelistrikan; b. kebisingan; c. intensitas cahaya; d. kebocoran. Pasal 204 (1) Uji dinamis sarana perkeretaapian dilakukan dalam rangkaian /atau tersendiri dalam keadaan bergerak yang meliputi pengujian: a. pengereman; b. temperatur; c. getaran; d. pembebanan; e. sirkulasi udara. (2) Untuk lokomotif, kereta dengan penggerak sendiri, peralatan khusus dengan penggerak sendiri selain dilakukan uji dinamis juga dilakukan pengujian: a. kelistrikan; b. kebisingan; c. kemampuan tarik; d. percepatan. 31

33 (3) Untuk kereta yang ditarik lokomotif peralatan khusus yang ditarik lokomotif selain dilakukan uji dinamis juga dilakukan pengujian: a. kelistrikan; b. kebisingan. Pasal 237 Pengusahaan sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177 huruf d dilakukan berdasarkan norma, standar, prosedur, kriteria sarana perkeretaapian yang ditetapkan oleh Menteri. Dari pasal-pasal tersebut diatas dapat disarikan: 1. Penyelenggaraan sarana perkeretaapian meliputi kegiatan: a. pengadaan sarana; b. pengoperasian sarana; c. perawatan sarana; d. pengusahaan sarana Penyelenggara sarana perkeretaapian dimungkinan multi operator oleh karena itu harus ada standar dalam pengadaan, pengoperasian sarana perkeretaapian. 2. Pasal 179, Pasal 180, Pasal 181, Pasal 182 disebtkan dalam pengadaan sarana perkeretaapian harus berdasarkan standar, pelestarian lingkungan, mengutamakan produksi dalam negeri 32

34 juga harus memperhatikan spesifikasi teknis antara lain ruang batas sarana, lebar jalan rel, beban jumlah gandar, sehingga dalam menyusun konsep standar di big sarana perkeretaapian harus berpedoman ketentuan tersebut. 3. Sarana perkeretaapian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 183, berdasarkan konstruksi komponennya terdiri atas: a. rangka dasar; b. ba; c. bogie; d. peralatan perangkai; e. peralatan pengereman; f. peralatan keselamatan. Pasal diatas sebagai acuan variabel-variabel yang harus dibuat sebagai standar di big sarana perkeretaapian juga diuraikan secara rinci lebih spesifik variabel-variabel apa saja yang dipakai dalam penyusunan standar di big sarana perkeretaapian 3. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA No.72 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 Tentang Lalu Lintas Angkutan pada pasal: 33

35 Pasal 40 (1) Penyelenggara sarana perkeretaapian mempersiapkan perjalanan kereta api. (2) Persiapan perjalanan kereta api sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kegiatan: a. menyiapkan sarana dengan atau tanpa rangkaiannya; b. menyiapkan awak sarana perkeretaapian; c. memeriksa sarana perkeretaapian; d. menyediakan waktu kereta api sesuai dengan jalur yang terjadwal di stasiun awal; e. memasang tanda; f. menyiapkan dokumen perjalanan kereta Pasal 43 (1) Pemeriksaan saran a perkeretaapian sebagaiman dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2) huruf c, paling sedikit meliputi pemeriksaan terhadap: a. perangkat pengereman; b. peralatan keselamatan; c. peralatan perangkai; d. kelistrikan. 34

36 (2) Pemeriksaan saran a perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), baik untuk kereta api antar kota maupun perkotaan, dilakukan pada saat awal pengoperasian di stasiun awal. Pasal 46 Penyiapan dokumen perjalanan kereta api sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (2)huruf f, meliputi: a. keterangan kelaikan sarana perkeretaapian; b. keterangan tentang rangkaian kereta api, jadwal perjalanan, termasuk tempat bersilang atau penyusulan kereta api; c. dokumen untuk mencatat kejadian selama perjalanan kereta api; d. dokumen yang diperlukan untuk masinis. Inti dari pasal-pasal tersebut di atas bahwa didalam menyiapkan mengoperasikan sarana perkeretaapian harus didasarkan pada kelaikan operasi sarana perkeretaapian, dimana kelaikan sarana perkeretaapian harus mengacu standar sarana perkeretaapian. 35

37 Laporan Akhir Studi Penyusunan Konsep Standar di Big Sarana Perkeretaapian BAB III PENDEKATAN DAN METODOLOGI Pendekatan metodologi dilakukan untuk dapat melakukan tugas sesuai dengan tugas konsultan sebagaimana digariskan pada Kerangka Acuan Kerja (KAK), oleh karena itu akan dilakukan survey mengenai standar di big sarana perkeretaapian. A. PENDEKATAN Konsultan telah memiliki pegalaman dalam melaksanakan pekerjaan dengan lingkup yang sama pada beberapa proyek di Indonesia, Personil yang dilibatkan dalam pekerjaan ini telah memilki pengalaman pada big studi lingkup penugasan yang berkaitan. Konsultan telah memiliki sejumlah informasi baik yang menyangkut aspek teknis maupun operasional kereta api, berkaitan dengan metodologi tersebut, telah dipikirkan pula metode pelaksanaan pekerjaan secara rinci dengan dasar data informasi yang telah diperoleh. Dengan ditunjang oleh tenaga ahli yang memahami bignya masingmasing, konsultan juga telah memahami latar belakang, tujuan 36

38 sasaran pekerjaan yang tercantum dalam dokumen KAK, selain itu juga akan diberikan juga lingkup teknis manajemen yang dapat memaksimalkan usaha-usaha yang ingin diperoleh oleh pemberi kerja. Didalam menangani pekerjaan ini, dilakukan pendekatan dalam dua hal, yaitu: 1. Pendekatan Manajerial, yang meliputi proses administrasi, penyusunan tim operasional pelaksanaan pekerjaan. 2. Pendekatan Teknis, yang merupakan substansi meteri pekerjaan yang harus dicapai sesuai dengan tujuan sasaran pekerjaan ini. 1. Pendekatan Manajerial Sesuai KAK yang ada, pekerjaan Studi Penyusunan Konsep Standar di Big Sarana Perkeretaapian perlu melakukan mobilisasi SDM yang dimiliki dari unsur tenaga ahli, tenaga pendukung maupun tenaga manajemen dari sisi kepentingan perusahaan ini. Upaya ini diharapkan dapat mempercepat proses jalannya pengelolaan yang akan mempengaruhi jalannya operasional kegiatan diantaranya meliputi : a. Tenaga Ahli Tenaga Penunjang b. Organisasi penyedia jasa c. Sistem Koordinasi d. Fasilitas kerja Tenaga Ahli merupakan salah satu komponen penghasil rekayasa utama dalam pelaksanaan pekerjaan identifikasi perencanaan. 37

39 Agar diperoleh hasil yang optimal sesuai dengan persyaratan pelanggan, maka perusahaan pengelola pelatihan konsultan ini akan menempatkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu sesuai dengan kompetensinya yang dituangkan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), serta berpengalaman dalam menangani kegiatan-kegiatan sejenis. Agar supaya tim pelaksana kegiatan dapat terkoordinir dengan baik, maka perusahaan ini akan menempatkan Team Leader yang menguasai substansi pekerjaan pembuatan penyusunan konsep standar di big sarana perkeretaapian serta mempunyai kompetensi dalam memimpin tim pelaksanaan. Selain tenaga ahli, penyedia jasa konsultan juga akan menugaskan tenaga pendukung yang handal berpengalaman dalam bignya masing-masing. Agar tercapai target pekerjaan dengan sebaik-baiknya, maka diperlukan suatu organisasi pelaksanaan yang akan mengatur tugas tanggung jawab, sesuai dengan job desciption maupun koordinasi diantara masing-masing tenaga ahli. Diharapkan dengan aya organisasi yang baik, akan didapatkan suatu sistem kerja yang efektif efisien sehingga pelaksanaan pekerjaan dapat dikerjakan dengan tepat waktu mutu yang dapat dipertanggung jawabkan. 38

40 Selain organisasi internal tim penyedia jasa konsultan, demi lancarnya proses koordinasi dengan pihak pemberi kerja, maka penyedia jasa akan selalu melakukan koordinasi supaya hasilnya dapat optimal. Organisasi pelaksana pekerjaan akan dipimpin oleh seorang Pimpinan Tim (Team Leader/TL) yang akan membawahi tenaga-tenaga ahli unsur-unsur pelaksana pekerjaan lainnya yang sudah ditentukan dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK). Team Leader ini perannya sangat menentukan sebagai pengorganisasi keseluruhan kegiatan termasuk mekanisme substansi yang dikehendaki pada KAK. Untuk itu, tingkat pengalaman dari TL ini sangat berpegaruh pada kesuksesan pekerjaan ini. Sebagai bentuk pekerjaan yang berorientasi pada penyusunan konsep standar, maka kegiatan pencarian bahan studi menjadi kunci dari keseluruhan sasaran yang ingin dirumuskan.. Konsultasi sebagai bentuk klarifikasi terhadap keabsahan penting dilakukan ke pemberi tugas supaya Studi Penyusunan Standar di Big Sarana Perkeretaapian hasilnya optimal. Pendekatan operasional ini diarahkan dapat tepat waktu mutu sebagai upaya meraih sasaran sebagaimana diamanatkan pada KAK. Untuk itu, bagan dibawah ini akan menerangkan secara garis besar sebagai berikut: 39

41 PENDEKATAN MANAJERIAL FASILITAS LAPANGAN KANTOR STUDIO TRANSPORTASI KOMUNIKASI TENAGA AHLI KUALITAS KAPASITAS OPERASIONAL EFEKTIF KOORDINASI EFISIEN INTERN EKSTERN ORGANISASI INTERN EKSTERN TEPAT WAKTU TEPAT MUTU Gambar 3. 1.Pendekatan Manajerial 40

42 Dalam pelaksanaan kegiatan Studi Pnyusunan Konsep Standar di Big Sarana Perkeretaapian, pihak perusahaan jasa konsultan akan selalu berhubungan dengan pemberi kerja maupun instansi lain yang terkait, baik dalam rangka pengumpulan data maupun saat konfirmasi hasil kegiatan yang berkaitan dengan wewenang tanggung jawab instansi yang terkait. Koordinasi yang baik dengan pihak-pihak terkait akan sangat diperlukan demi kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Dalam upaya menghindari terjadinya kesalahan persepsi demi kelancaran pelaksanaan kegiatan, maka dalam setiap pengambilan keputusan penting, penyedia jasa (Konsultan) akan selalu berkoordinasi dengan Satuan Kerja atau Tim Teknis/Tim Supervisi. Diskusi pertemuan-pertemuan dengan Tim Teknis akan selalu ditindaklanjuti dengan Berita Acara Pertemuan/diskusi yang ditandatangani bersama. Fasilitas kerja untuk kegiatan kantor akan disediakan sesuai dengan persyaratan pemberi kerja yang telah ditetapkan dalam Kerangka Acuan Kerja ( KAK ). Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hasil efisiensi kerja apabila dimungkinkan Penyedia jasa (Konsultan) akan menambah atau meningkatkan kualitas/spesifikasi peralatan yang digunakan. Secara garis besar fasilitas kerja yang akan digunakan berupa : a. Peralatan Kantor Studio Gambar. b. Perangkat Lunak Program Komputer. 41

43 c. Peralatan Transportasi (mobil, sepeda motor). d. Peralatan Telekomunikasi. 2. Pendekatan Teknis Pendekatan teknis yang dilakukan meliputi dua hal, yaitu : a. Pendekatan dalam pembuatan standar variabel di big sarana perkeretaapian yang didata. b. Pendekatan terhadap proses pelaksanaan pendataan mulai dari persiapan, pelaksanaan di lapangan, investarisasi, identifikasi evaluasi sampai dengan analisa yang nantinya dituangkan dalam benuk konsep standar di big sarana perkeretaapian. Dalam tahap ini konsultan akan mengkaji : a. Aspek-aspek legalitas, standar variabel di big sarana perkeretaapian. b. Pengumpulan data, yaitu dengan studi literatur penetapan metodologi c. Analisis pengembangan konsep, yaitu melakukan identifikasi masalah, menetapkan standar variabel serta,menyiapkan desain keluaran. 3. Persiapan Konsep Konsultan akan melaksanakan menyusun : 42

44 a. Konsep awal strategi pendataan standar variabel di big sarana perkeretaapian. b. Konsep strategi pelaksanaan pendataan standar variabel di big sarana perkeretaapian 4. Rekomendasi Keluaran Pada tahap ini yang akan dilaksanakan konsultan adalah : a. Evaluasi terhadap standar variabel di big sarana perkeretaapian. b. Penyusunan strategi/pedoman pola pendataan standar variabel di big sarana perkeretaapian. B. METODOLOGI Dalam metodologi pelaksanaan pekerjaan Studi Penyusunan Konsep Standar di Big Sarana Perkeretaapian disampaikan Kerangka Pikir Pelaksanaan Pekerjaan, Aspek Peraturan Perun-ungan, Tahapan-tahapan pelaksanaan pekerjaan 1. Kerangka Pikir Pelaksanan Pekerjaan Pola Pikir Pelaksaan Pekerjaan disajikan dalam bentuk Diagram Alur yang merupakan kerangka berpikir acuan dalam melaksanakan kegiatan 43

45 KONDISI EKSISTING Standar Sarana Perkeretaapian Penentuan Standar Sarana 1. UU/Peraturan: 1 Pemerintah 2 PT Kereta Api (Pesero) 3 Peraturan Lainnya Penetapan Sarana Yang dibuat Standar Penetapan variabel sebagai Standar Penetapan Standar Metoda Pendataan Penyiapan Konsep Standar 1. lingkungani 2.Keselamatan SASARAN Standar di Big Sarana Perkeretaapian Gambar Kerangka Pikir Pelaksanaan Pekerjaan 2. Aspek Peraturan Perung-ungan Dalam sub bab ini disampaikan kajian dasar hukum yang berkaitan dengan standar sarana perkeretaapan. Beberapa aspek legalitas yang mendasari : a. Ung-ung Republik Indonesia No. 23 tahun 2007 tentang Perkeretaapian 44

46 b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian c. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 Tentang Lalu Lintas Angkutan Kereta Api d. Peraturan-peraturan lainnya yang terkait standar sarana perkeretaapian 3. Tahapan-tahapan Secara umum tahapan pelaksanaan pekerjaan ini terdiri dari : tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap analisis tahap finalisasi. a. Tahap Persiapan meliputi administrasi, penyiapan kerangka pelaksanaan pekerjaan atau pemantapan metodologi, kajian literature serta persiapan pelaksanan kegiatan, b. Tahap Pengumpulan Data adalah kegiatan pengumpulan data, baik data primer maupun data sekunder yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan, c. Tahap Analisis meliputi analisis system, prosedur regulasi standar variabel standar sarana perkeretaapian. d. Tahap Finalisasi dilakukan untuk menyempurnakan hasil kajian yang telah dilakukan sebagai produk akhir dari seluruh pelaksanaan kegiatan 45

47 Gambar Diagram Alir Pelaksanaan Pekerjaan 46

48 BAB IV KONSEP AKHIR STANDAR SARANA PERKERETAAPIAN A. KONSEP AKHIR STANDAR SARANA Untuk memudahkan dalam memahami standar standar yang pernah ada yang sekarang digunakan, maka penyajian standar dibuatkan dalam bentuk matrik sebagai berikut : 1. STANDAR KERETA YANG DITARIK LOKOMOTIF Matrik dibawah menunjukan Standar Kereta ditarik lokomotif dari KM 29 TH 1992, KM 81 TH 2000, KM 41 TH 2010, Hasil Survei Dalam Negeri 47

49 Laporan Pendahulan - Penyusunan Modul Pelatihan Inspektur Perkeretaapian Tabel 4. 1Matrik Standar Kereta Penumpang Ditarik Lokomotif Hasil Survey No. 1 Uraian KM 29Th KM 81Th Kereta Penumpang KM 41Th Hasil Survei Bench Marking Kereta yang di lengkapi fasilitas penumpang Kereta yang di lengkapi fasilitas penumpang Kereta yang di lengkapi fasilitas penumpang Konstruksi komponen yang perlu diperhatikan : a. Lebar jalan rel beban gandar. Lebar sepur mm Tekanan gandar maks. 14 ton Lebar jalan rel mm mm. Tekanan gandar maksimum sesuai kelas jalur kereta api Lebar Rel 1067 mm, 1435 mm sesuai kebutuhan. Beban gandar maksimum sesuai kelas jalur Lebar Rel 1067 mm, 1435 mm sesuai kebutuhan. Beban gandar maksimum sesuai kelas jalur Japanese railway (shinkansen) 1,435 m b. Kelengkungan jalan rel. Lintas utama min.150 m; Lintas cabang min. 80 m Tanjakan maks. 250/00 Lintas utama 150 m Lintas cabang 80 m Kelengkungan disesuaikan dengan kelas jalur 150 m dilintas 80 m didipo 1. Radius kurva dari kereta api biasa (tidak termasuk shinkansen railway kereta api dengan lebar 0,762 m) tidak boleh kurang dari 160m. Dan jari-jari kurva 48

50 No. Uraian KM 29Th KM 81Th KM 41Th Hasil Survei Bench Marking incidental lengkungan tidak boleh kurang dari 100m) 2. Radius kurva kereta api biasa (terbatas untuk kereta dengan lebar 0,762m) tidak kurang dari 100 m. Dan jari-jari kelengkungan kurva tidak kurang dari 40 m. 3. Radius kurva kereta api shinkansen tidak boleh kurang dari 400m. c. Ruang bebas ruang batas sarana. Untuk jalur tunggal pada bagian lintas maupun melengkung. Ruang bebas dibedakan berdasarkan jalur tunggal, ganda, lurus tikungan. D 2042 Ruang Sarana: 1. Batas Operator kereta api harus

51 No. Uraian KM 29Th KM 81Th Untuk jalur ganda pada bagian lintas, lurus maupun melengkung landai penentu untuk rel adhesi max 430/00, rel gigi 750/00. KM 41Th Hasil Survei Bench Marking menetapkan ruang batas sarana, sarana tidak boleh melebihi ruang bebas. (lihat gambar pada lampiran 7) Sarana tidak boleh melebihi ruang batas sarana dalam kondisi sebagai berikut: - Pada jalur datar lurus, sarana (termasuk roda dll) dalam keadaan berhenti sejajar garis tengah ba kereta bogie sejajar dengan garis tengah trek - Kondisi beban antara

52 No. Uraian KM 29Th KM 81Th KM 41Th Hasil Survei Bench Marking kondisi kosong kondisi beban maksimum - Ba kereta bogie tidak miring dikarenakan penumpang atau muatan barang d. Pelestarian lingkungan hidup Kelembaban maksimum Temperatur 350C relatif 90%; rata-rata Kelembaban relatif maxs 92% Temperatur ratarata 350C Ketinggian permukaan 1200 m Kelembaban 40% 98% Temperatur 18o 40oC Ketinggian permukaan max 1200 m Kelembaban 40% 98% Temperatur 18o 40oC Ketinggian permukaan max 1200 m Rangka lantai berupa rakitan las rangka baja lunak yang terdiri dari bagian bolster, end sill, side sill, crose beam (balok melintang) penyangga peralatan Rangka dasar terbuat dari profil baja lunak dengan kekuatan tarik minimum 41 kg/mm2 atau bahan lain yang setara Rangka dasar terbuat dari baja karbon atau material lain dengan kekuatan minimum 41 kg/mm2. Dapat menahan Dapat menahan beban, getaran, goncangan sebesar berat kereta yang ditarik lokomotif. Tahan terhadap korosi; Konstruksi komponen kereta terdiri : 1. Rangka Dasar a. Balok Penyangga -

53 No. Uraian b. c. d. e. 2. KM 29Th KM 81Th KM 41Th Hasil Survei bawah lantai. Pada rangka lantai tersebut dipasang lantai pelat gelombang yang dilas terhadap batang melintang rangka dasar. dilapisi bahan pencegah korosi beban, getaran, goncangan sebesar berat kereta yang ditarik lokomotif. Tahan terhadap korosi; konstruksi menyatu atau tidak menyatu dengan ba kereta konstruksi menyatu atau tidak menyatu dengan ba kereta. kekuatan minimum dinaikan dari 41 kg/mm2 Atau menggunakan bahan lain Desain kereta mempunyai kemampuan tinggi; keamanan tinggi; investasi perawatan rendah; umur opreasi (life time) panjang; memperhatikan kenyamanan estetika; bahan ba kereta tahan karat; pelat penyebrangan antar kereta (gangway) rata lantai; mudah dalam Merupakan rangka baja terbuat dari profil baja karbon lunak atau baja tahan korosi, dirakit dengan menggunakan las sisi luar dilapisi plat baja. Konstruksi atap tidak bocor, dilengkapi dengan talang air peralatan pendingin Ba dirancang sebagai konstruksi rakitan tabung (monocoque) yang seringan-ringannya terdiri atas rangka dasar, lantai, dinding samping, dinding ujung atap yang mempunyai kekuatan serta kekakuan tinggi Untuk menjamin ba sarana tahan terhadap benturan keras dari arah horizontal, longitudinal vertical aman tanpa terjadi depormasi. Bench Marking Balok Ujung Balok Samping Balok Melintang Penyangga Peralatan Bawah Lantai Ba - Ba kereta harus memiliki kekuatan kekerasan yang cukup - Sarana yang akan digunakan oleh shinkansen harus memiliki struktur untuk meredam kebisingan ekstrim yang dihasilkan dari

54 No. Uraian KM 29Th KM 81Th KM 41Th perawatan pemasangan; mudah dalam penggunaan Hasil Survei terhadap pembebanan tanpa deformasi tetap. kecepatan lari yang tinggi. Pembebanan terhadap ba kereta meliputi : a. Beban kompresi longitudinal pada alat perangkai minimum sebesar 100 ton. b. Beban vertikal diperhitungkan berdasarkan formula Pv = k ( P1 + P2 ) 3. Bogie a. Rangka Bogie Desain rangjka bogie mampu menahan ba kereta dalam kondisi muatan maksimum; sesuai kondisi track di Indonesia; nyaman dalam pengendaraan (riding comfort); investasi biaya perawatan rendah; Rangka bogie sederhana, kokoh ringan, merupakan konstruksi las cor. Terbuat dari plat baja yang dipress dilengkapi dengan pivot Rangka bogie berupa konstruksi sambungan las dari pelat baja atau konstruksi baja cor yang memiliki kekuatan tarik minimal 41 kg/mm2. Bench Marking Rangka bogie terbuat dari baja yang memiliki kekuatan kekakuan tinggi terhadap pembebanan tanpa terjadi deformasi tetap,

55 No. Uraian KM 29Th keandalan tinggi umur (life time) panjang; bogie harus ringan; tingkat keausan roda rel yang rendah; mudah dalam perawatan. KM 81Th KM 41Th Hasil Survei Rangka bogie terbuat dari baja yang memiliki kekuatan kekakuan tinggi terhadap pembebanan tanpa terjadi deformasi tetap; mampu meredam getaran; konstruksi sederhana kokoh; dirancang agar keausan serta alih beban pada roda rel serendah mungkin; mampu memberikan kualitas pengendaraan (Vr) maksimal 2,5 pada kecepatan maksimal operasi di jalur kereta api sesuai standar teknis jalan rel yang ditetapkan (metode E. Sperling J. L. Koffman) Mampu meredam getaran,konstruksi sederhana kokoh Bench Marking

56 No. Uraian b. Sistim Suspensi KM 29Th KM 81Th KM 41Th Hasil Survei Sistem suspensi terdiri dari primer suspensi sekunder. Primer menggunakan pegas ulir sekunder menggunakan rubber air sping dilengkapi dengan shock absorber Sistim suspensi terdiri atas suspensi primer suspensi sekunder yang dilengkapi peredam Sistim suspensi terdiri atas suspensi primer suspensi sekunder yang dilengkapi peredam Bench Marking Sistem suspensi harus memiliki kapasitas yang memadai kestabilan di dalam menghadapi guncangan dari trek. Jika perangkat suspensi menggunakan air springs (pegas)maka kondisinya harus sebagai berikut: - Air reservoirs memiliki kapasitas yang memadai - Ba kereta harus bisa didukung dengan aman bahkan jika terdapat kebocoran udara secara substansial yang mempengaruhi karakteristik dari springs.

57 No. Uraian c. Perangkat Roda KM 29Th KM 81Th KM 41Th Hasil Survei Desain rancangan roda dengan parameter umur pemakaian lama; investasi biaya perawatan rendah; keamanan tinggi; mudah dalam perawatan Roda terbuat dari baja roll, dapat menggunakan roda pejal atau kasut roda. Dilengkapi dengan lubang minyak. Pemasangan pelepasan dengan cara suaian paksa, kekerasan roda BHN. Perangkat roda terbuat dari baja tempa, baja roll atau baja tuang; roda harus memiliki kekerasan lebih rendah dari kekerasan jalan rel; jenis roda adalah roda pejal; profil roda sesuai profil jalan rel untuk kereta api di Indonesia; as roda dari baja tempa yang mampu menahan beban yang diterimanya. Untuk tidak terjadi kekeliruan dalam perawatan sebaik nya roda satu jenis saja roda pejal. Serta perbaikan lebih mudah Bench Marking Roda yang berputar harus memenuhi standar sebagai berikut : - Roda yang berputar dari kereta tidak boleh sampai merusak trek/jalur kereta. - Poros roda harus diatur dengan tepat tanpa menyebabkan gangguan/masa lah bagi kereta untuk menghadapi kurva dari radius minimal yang harus dilewati - Sistem suspensi harus memiliki kapasitas yang cukup untuk menahan

58 No. Uraian KM 29Th KM 81Th KM 41Th Hasil Survei Bench Marking guncangan dari trek/jalur - Bagian depan ba kereta harus dilengkapi dengan perangkat untuk menghilangkan hambatan di atas rel. Dimensi dari roda dapat dilihat pada lampiran 8 4. Peralatan Perangkai Desain alat perangkai mempunyai keandalan dalam operasi tinggi; memperhatikan kompatibilitas (mampu gandeng); mudah dalam perawatan pemasangan Memenuhi standar internasional. Terbuat dari baja tuang atau baja tempa dilengkapi dengan rantai pengaman Peralatan perangkai kokoh, kompabilitas tinggi, mampu tukar; dilengkapi dengan peralatan yang dapat menyerap benturan; terbuat dari baja tuang, baja tempa atau bahan lainnya serta dapat menahan beban normal minimal 200 ton tanpa terjadi Sesuai standar internasional untuk kereta, 2000 kn minimum pada buffer Selisih tinggi buffer maxs 90 mm - Peralatan perangkai untuk sarana (kecuali yang menghubungkan bogie konstruksi) harus seperti berikut: Memiliki kekuatan yang cukup untuk menahan operasi sarana Tidak akan lepas karena dampak

59 No. Uraian KM 29Th KM 81Th KM 41Th deformasi tetap; tinggi peralatan perangkai antara sarana perkeretaapian yang satu dengan lainnya pada saat dirangkai harus sama atau memiliki selisih ketinggian maksimum 25 mm dihitung dari sumbu peralatan perangkai yang diukur kondisi kereta siap operasi. 5. Hasil Survei Bench Marking getaran - Secara otomatis perangkai melekat terhadap sarana. - Memiliki fungsi penyerap guncangan. Peralatan Pengereman a. Rem Pelayanan Desain peralatan rem harus memenuhi persyaratan jarak pengereman sesuai dengan standar operasi; keandalan tinggi; memperhatikan kenyamanan; sesuai dengan berat kecepatan kereta dalam kondisi maksimum; memperhatikan Pengereman sistim otomatis udara tekan dengan mengatur perubahan udara tekan menjadi tekanan mekanis Rem pelayanan dioperasikan dari lokomotif untuk mengendalikan kecepatan atau menghentikan kereta api sesuai tingkat kecepatan. Rem pelayanan dioperasikan dari lokomotif untuk mengendalikan kecepatan atau menghentikan kereta api sesuai tingkat kecepatan. service brake device adalah rem yang digunakan untuk pengereman sarana/kereta saat beroperasi memiliki fungsi yang memungkinkan pemberhentian yang cepat saat sarana/kereta

60 No. Uraian KM 29Th KM 81Th KM 41Th Hasil Survei kompatibilitas; mudah dalam perawatan Bench Marking beroperasi. b. Rem Parkir Merupakan pengereman yang digerakkan dengan tangkai rem melalui tuas-tuas pengereman. Rem parkir harus mampu menahan kereta sesuai kelandaian jalan rel yang dilalui. Rem parkir harus mampu menahan kereta sesuai kelandaian jalan rel yang dilalui. Rem parkir adalah perangkat rem yang digunakan untuk mencegah sarana/kereta bergulir pada saat diparkir c. Rem Darurat Berfungsi untuk menghentikan kereta saat keadaan bahaya dengan menggunakan katup pembuang, di tempatkan di ruang penumpang Rem darurat merupakan sistem yang dapat berfungsi otomatis dioperasikan dari dalam kereta Rem darurat tetap dua buah dalam satu kereta dapat berfungsi otomatis dioperasikan dari dalam kereta Rem darurat adalah perengkat rem yang digunakan untuk melakukan pengereman terhadap sarana/kereta pada saat peralatan rem pelayanan telah gagal berfungsi. Kekuatan pengereman harus sesuai dengan rasio pengereman harus memenuhi nilai-nilai dalam tabel berikut sesuai

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS GERBONG a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 44 TAHUN 2010 STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS PERALATAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 40 TAHUN 2010 a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian telah

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 41 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS KERETA YANG DITARIK LOKOMOTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN,

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 42 TAHUN 2010 a. bahwa dalam Pasal 197 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian telah

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun

2016, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun No.1956, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sarana Perkeretaaoian. Spesifikasi Teknis Lokomotif. Standar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 153 TAHUN 2016

Lebih terperinci

, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1739, 2015 KEMENHUB. Kereta. Kecepatan Normal. Spesifikasi Teknis. Standar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 175 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Sarana Transportasi Perkeretaapian

EXECUTIVE SUMMARY Studi Penyusunan Konsep Standar di Bidang Sarana Transportasi Perkeretaapian EXECUTIVE SUMMARY STUDI PENYUSUNAN KONSEP STANDAR DI BIDANG SARANA PERKERETAAPIAN 0 DAFTAR ISI 1. KATA PENGANTAR... 3 2. GAMBARAN UMUM SINGKAT... 4 2.1 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 5 2.2 Kegiatan Yang

Lebih terperinci

RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MINISTER FOR TRANSPORTATION REPUBLIC OF INDONESIA STANDAR, TAT A CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN GERBONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN JENIS DAN TARIF ATAS JENIS

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL Modul 2 : GERAK DINAMIK JALAN REL OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan karakteristik pergerakan lokomotif Mahasiswa dapat menjelaskan keterkaitan gaya tarik lokomotif dengan kelandaian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat

2018, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086), sebagaimana telah diubah dengan Perat No.57, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Lalu Lintas Kereta Api. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121 Tahun 2017 TENTANG LALU LINTAS KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Kereta api merupakan salah satu dari moda transportasi nasional yang ada sejak masa kolonial sampai dengan sekarang dan masa

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Direktorat Lalu Lintas dan Angkutan Jalan DASAR HUKUM 1. Undang-Undang Nomor : 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. 2. Peraturan

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 3 : KOMPONEN STRUKTUR JALAN REL DAN PEMBEBANANNYA OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan komponen struktur jalan rel dan kualitas rel yang baik berdasarkan standar yang berlaku di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam pembangunan telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Peran kereta api dalam tataran transportasi nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan No. 43 Tahun 2011

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 10 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 25 TAHUN 2001 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa berdasarkan Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian belum diatur ketentuan mengenai standar spesifikasi teknis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Peran perkeretaapian dalam penggerak utama perekonomian nasional telah disebutkan dalam Peraturan Menteri Perhubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Transportasi 2. 1. 1 Pengertian Transportasi Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan (destination). Perjalanan adalah pergerakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. angkutan kereta api batubara meliputi sistem muat (loading system) di lokasi BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Obyek penelitian berupa rencana sistem angkutan kereta api khusus batubara yang menghubungkan antara lokasi tambang di Tanjung Enim Sumatra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak abad ke 18 kereta api sudah digunakan untuk mengangkut berbagai jenis barang. Perkembangan paling pesat terjadi pada saat Revolusi Industri abad ke 19. Kereta

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

Lebih terperinci

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA

KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA KINERJA OPERASI KERETA API BARAYA GEULIS RUTE BANDUNG-CICALENGKA Dewi Rosyani Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha Jalan Suria Sumantri 65 Bandung, Indonesia, 40164 Fax: +62-22-2017622 Phone:

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Selaras dengan visi perkeretaapian Indonesia sebagaimana tertuang dalam blue print pembangunan transportasi perkeretaapian adalah 1 : mewujudkan terselenggaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB II TINJAUAN OBJEK 18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Rancangan Tata Letak Jalur Stasiun Lahat 1. Kondisi Eksisting Stasiun Lahat Stasiun Lahat merupakan stasiun yang berada di Jl. Mayor Ruslan, Kelurahan Pasar Baru,

Lebih terperinci

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA DENGAN PENGGERAK

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA DENGAN PENGGERAK MINISTER FOR TRANSPORTATION REPUBLIC OF INDONESIA STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA DENGAN PENGGERAK SENDIRI a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright (C) 2000 BPHN PP 69/1998, PRASARANA DAN SARANA KERETA API *35899 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 69 TAHUN 1998 (69/1998) TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN

Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN Direktorat Jenderal Kementerian Perhubungan Republik Indonesia ROADMAP PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN 4 REGULASI No RENCANA TINDAK TARGET / SASARAN 2010 2011 2012 2013 2014 Peraturan Menteri/Keputusan

Lebih terperinci

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB III KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Seiring dengan visi perkeretaapian Indonesia sebagaimana tertuang dalam blue print pembangunan transportasi perkeretaapian adalah 1 : mewujudkan terselenggaranya

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API I. UMUM Perkeretaapian merupakan salah satu moda transportasi yang memiliki

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1998 TENTANG PRASARANA DAN SARANA KERETA API PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 678, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Kereta. Pembongkaran Barang. Tata Cara. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 52 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API

LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API LAPORAN PERISTIWA KECELAKAAN KERETA API LAPORAN AKHIR Nomor Urut Kecelakaan: KA. 03.07.05.03 Jenis Kecelakaan: Anjlok (derailed) Lokasi: Km 156 + 0/3 Emplasemen Stasiun Kadokangabus Petak jalan antara

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun

BAB III LANDASAN TEORI. A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun BAB III LANDASAN TEORI A. Jenis jenis dan Bentuk Tata Letak Jalur di Stasiun Tata letak jalur stasiun terdiri atas jalan jalan rel yang tersusun sedemikian rupa sesuai dengan fungsinya. Penggambaran skema

Lebih terperinci

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat

Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018 Analisis Pola Operasi Mempawah-Sanggau Kalimantan Barat MUHAMMAD FAISHAL, SOFYAN TRIANA Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAH ULU AN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAH ULU AN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki cakupan wilayah sangat luas, yang terdiri dari daerah daratan dan lautan. Indonesia terletak pada 6 o Lintang Selatan - 11

Lebih terperinci

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

REKAYASA JALAN REL. MODUL 8 ketentuan umum jalan rel PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL REKAYASA JALAN REL MODUL 8 ketentuan umum jalan rel OUTPUT : Mahasiswa dapat menjelaskan persyaratan umum dalam desain jalan rel Mahasiswa dapat menjelaskan beberapa pengertian kecepatan kereta api terkait

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kereta Api merupakan salah satu moda transportasi darat yang memiliki karakteristik dan keunggulan khusus terutama dalam kemampuannya untuk mengangkut baik penumpang

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Kajian Pola Operasi 1. Jenis dan Kegiatan Stasiun Stasiun kereta api sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2011 tentang Jenis, Kelas, dan Kegiatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 59 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 59 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2001 NOMOR 59 SERI C PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA DEPOK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Khusus Pembangunan jalur dan stasiun Light Rail Transit akan dilaksanakan menggunakan jalur tepi di sepanjang jalan tol CAWANG CIBUBUR dengan jalur layang (Elevated) dengan

Lebih terperinci

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.422, 2015 KEMENHUB. Keselamatan. Perkeretaapian. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 24 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KESELAMATAN PERKERETAAPIAN

Lebih terperinci

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng

2013, No Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir deng No. 380, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kereta Api. Jalur. Persyaratan Teknis. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 60 TAHUN 2012 TENTANG PERSYARATAN

Lebih terperinci

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta

No Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL

TUGAS PERENCANAAN JALAN REL TUGAS PERENCANAAN JALAN REL Pebriani Safitri 21010113120049 Ridho Fauzan Aziz 210101131200050 Niken Suci Untari 21010113120104 Aryo Bimantoro 21010113120115 BAB I Pendahuluan Latar Belakang Maksud Tujuan

Lebih terperinci

PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA

PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA Pengujian Bantalan Beton untuk Track Jalan Kereta Api (Dwi Purwanto) PENGUJIAN BANTALAN BETON UNTUK TRACK JALAN KERETA API SEPUR 1435 MM MENGGUNAKAN STANDAR UJI AREMA Dwi Purwanto Abstract This paper discuss

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Dengan meredupnya sektor pertanian konvensional apalagi dimata generasi muda, perkotaan selalu menawarkan banyak kesempatan, baik di sektor formal maupun informal dan

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Per BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Awak Sarana Perkeretaapian. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 4 TAHUN 2017 TENTANG SERTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 8 KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Perancangan Interior yang Ergonomis Perancangan interior yang ergonomis adalah sebagai berikut : Kursi Depan Tinggi alas duduk : 280 mm Lebar alas duduk

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5048); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Ta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2017 KEMENHUB. Kecakapan Pengatur Perjalanan Kereta Api dan Pengendali Perjalanan Kereta Api. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN LOKOMOTIF RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN LOKOMOTIF RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MNSTER FOR TRANSPORTATON REPUBLC OF NDONESA STANDAR, TATA CARA PENGUJAN DAN SERTFKAS KELAKAN LOKOMOTF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengertian Pelaksanaan Pengujian Berkala Kendaran Bermotor Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti perbuatan untuk melakukan suatu kegiatan, sedangkan arti dari

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Lebih terperinci

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA YANG DITARIK LOKOMOTIF

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA YANG DITARIK LOKOMOTIF MINISTER FOR TRANSPORTATION REPUBLIC OF INDONESIA STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN KERETA YANG DITARIK LOKOMOTIF a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Ne

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5086); 4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Ne No.679, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Sarana Perkeretaapian. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 54 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS IDENTITAS SARANA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

maupun jauh adalah kualitas jasa pelayanannya. Menurut ( Schumer,1974 ),

maupun jauh adalah kualitas jasa pelayanannya. Menurut ( Schumer,1974 ), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Strategi Transportasi Antar Moda Titik berat operasi angkutan penumpang baik jarak dekat, sedang, maupun jauh adalah kualitas jasa pelayanannya. Menurut ( Schumer,1974 ), mutu

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM. 35 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA DAN STANDAR PEMBUATAN GRAFIK PERJALANAN KERETA API DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1571, 2014 KEMENHUB. Kereta Api. Angkutan Umum. Standar Pelayanan Minimum. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 47 TAHUN 2014 TENTANG2

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Kondisi Stasiun Eksisting Stasiun Cicalengka merupakan stasiun yang berada pada lintas layanan Cicalengka-Nagreg-Lebakjero, terletak

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.855, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Biaya. Prasarana. Perkeretaapian. Milik Negara. Biaya. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 62 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1993 TENTANG KENDARAAN DAN PENGEMUDI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Perkeretaapian di Indonesia terus berkembang baik dalam prasarana jalan rel maupun sarana kereta apinya (Utomo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi jalan raya terjadi banyak kerusakan, polusi udara dan pemborosan bahan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah suatu sistem yang menggerakkan orang atau barang dari suatu tempat ke tempat lainnya, menggunakan kendaraan, kereta api, pesawat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI PERATURAN KETUA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI NOMOR: SK/KETUA/041/XII/KNKT 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjaun Umum Jembatan adalah suatu struktur yang melintasi suatu rintangan baik rintangan alam atau buatan manusia (sungai, jurang, persimpangan, teluk dan rintangan lain) dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DAFTAR ISI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM... 4 BAB II ASAS DAN TUJUAN... 6 BAB III RUANG LINGKUP KEBERLAKUAN UNDANG-UNDANG...

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 45 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 45 TAHUN 2010 TENTANG MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 45 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR SPESIFIKASI TEKNIS PENOMORAN SARANA PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA)

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA. (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor 2 Tahun 2001 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 45 TAHUN 2000 (45/2000) TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Lalu Lintas dan Angkutan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak terhadap perkembangan kota di Indonesia. Penduduk merupakan faktor utama dalam perkembangan kota sebagai pusat

Lebih terperinci

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015

WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 WALI KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALI KOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan daerah yang memiliki kepadatan penduduk paling tinggi di Indonesia. Jawa Barat merupakan sebuah provinsi yang berada di Pulau

Lebih terperinci

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN

STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN MINISTER FOR TRANSPORTATION REPUBLIC OF INDONESIA STANDAR, TATA CARA PENGUJIAN DAN SERTIFIKASI KELAIKAN PERALATAN KHUSUS a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat. Banyak perangkatperangkat yang dibuat maupun dikembangkan sesuai bidangnya masing-masing. Perangkat tersebut digunakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API. MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API. MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 22 TAHUN 2003 TENTANG PENGOPERASIAN KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 1998 tentang Lalu Lintas dan

Lebih terperinci