h2009f PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "h2009f PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO"

Transkripsi

1

2 h29f PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2 25 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 8 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dalam upaya mewujudkan memantapkan tujuan penyelenggaraan pemerintahan pelaksanaan pembangunan perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2 25; Mengingat :. UngUng Nomor 2 95 tentang Pembentukan Daerahdaerah Kabupaten Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur Juncto Ung Ung Nomor tentang Perubahan Batas Wilayah Kotapraja Surabaya Daerah Tingkat II Surabaya (Lembaran Negara Republik Indonesia 965 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 273);

3 2 2. UngUng Nomor tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih Bebas dari Korupsi, Kolusi Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia 999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 385); 3. UngUng Nomor 7 23 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia 23 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. UngUng Nomor 24 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia 24 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. UngUng Nomor 24 tentang Pembentukan Peraturan PerungUngan (Lembaran Negara Republik Indonesia 24 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. UngUng Nomor 5 24 tentang Pemeriksaan Pengelolaan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia 24 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44); 7. UngUng Nomor tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia 24 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 442); 8. UngUng Nomor tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 24 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Ung Ung Nomor 2 28 (Lembaran Negara Republik Indonesia 28 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4 3 9. UngUng Nomor tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 24 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);. UngUng Nomor 7 27 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia 27 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47);. UngUng Nomor tentang Penataan Ruang, (Lemb aran Negara Republik Indonesia 27 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 2. UngUng Nomor tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 2 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 543); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia 25 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 4. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Pedoman Penyusunan Dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia 25 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 5. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Pedoman Pembinaan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 25 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

5 4 6. Peraturan Pemerintah Nomor 3 27 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat, (Lembaran Negara Republik Indonesia 27 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 7. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, (Lembaran Negara Republik Indonesia 27 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 4 27 tentang Organisasi Perangkat Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 6 28 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 28 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 485); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 28 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 487); 2. Peraturan Presiden Nomor 5 2 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 224; 22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 27;

6 5 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 tentang Pedoman Perencanaan Kawasan Perkotaan; 24. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 2 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 28 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 2 26 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur 26 Nomor 2); 26. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur 2924 (Berita Daerah Provinsi Jawa Timur 29 Nomor 38 29/E); 27. Peraturan Daerah Nomor 5 2 tentang Perubahan Peraturan Daerah Nomor 993 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto 99/99 23/24 (Lembaran Daerah Nomor 5 Seri C 2); 28. Peraturan Daerah Nomor 9 26 tentang Susunan Organisasi Tata Kerja Pemerintahan Desa (Lembaran Daerah 26 Nomor Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 6); 29. Peraturan Daerah Nomor 28 tentang Organisasi Tata Kerja Sekretariat Daerah Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Daerah 28 Nomor, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 7);

7 6 3. Peraturan Daerah Nomor 28 tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah kabupaten Mojokerto (Lembaran Daerah 28 Nomor, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 8); 3. Peraturan Daerah Nomor 2 28 tentang Organisasi Tata Kerja Inspektorat, Ba Perencanaan Pembangunan Daerah Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Mojokerto (Lembaran Daerah 28 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 9); 32. Peraturan Daerah Nomor 3 28 tentang Organisasi Tata Kerja Kecamatan Kelurahan (Lembaran Daerah 28 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor ); 33. Peraturan Daerah Nomor 5 28 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) (Lembaran Daerah 28 Nomor 5); 34. Peraturan Daerah Nomor 3 2 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 28 tentang Organisasi Tata Kerja Sekretariat Daerah Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Mojokerto 2 Nomor 3); 35. Peraturan Daerah Nomor 4 2 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 28 tentang Organisasi Tata Kerja Dinas Daerah kabupaten Mojokerto (Lembaran Daerah 2 Nomor 3);

8 7 36. Peraturan Daerah Nomor 5 2 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 2 28 tentang Organisasi Tata Kerja Inspektorat, Ba Perencanaan Pembangunan Daerah Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah 2 Nomor 3). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO BUPATI MOJOKERTO MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN Pasal Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :. Daerah adalah. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Mojokerto. 3. Bupati adalah Bupati Mojokerto. 4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disingkat RPJMN adalah Dokumen Perencanaan Nasional untuk periode 5 (lima) tahun. 5. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJPD adalah Dokumen Perencanaan Daerah untuk periode 2 (dua puluh) tahun. 6. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJMD adalah Dokumen Perencanaan Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.

9 8 7. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun. 8. Rencana Pembangunan an Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode (satu) tahun. 9. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat Renja SKPD adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode (satu) tahun.. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.. Pembangunan Daerah adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua; komponen daerah dalam rangka mencapai tujuan daerah. 2. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 3. Misi adalah rumusan umum mengenai upayaupaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Pasal 2 RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, program Bupati yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD memperhatikan RPJMD Propinsi Jawa Timur, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan Daerah, kebijakan umum, program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, program kewilayahan disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi kerangka penaan yang bersifat indikatif.

10 9 Pasal 3 RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN a. Latar Belakang b. Dasar Hukum Penyusunan c. Hubungan Antar Dokumen d. Sistematika Penulisan e. Maksud Tujuan f. Prinsip Dasar Menata Pembangunan BAB II : GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH a. Aspek Geografi Demografi b. Aspek Kesejahteraan Masyarakat c. Aspek Pelayanan Umum d. Aspek Daya Saing Daerah e. Kondisi yang Diinginkan Secara Umum BAB III : GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH a. Kinerja Keuangan Masa Lalu b. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu c. Kerangka Penaan BAB IV : ANALISIS ISUISU STRATEGIS a. Permasalahan Pembangunan b. Analisis Lingkungan c. Isu Strategis BAB V : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN a. Visi b. Misi c. Tujuan Sasaran BAB VI : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN a. Strategi b. Arah Kebijakan Pembangunan BAB VII : KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH a. Kebijakan Umum Pembangunan b. Program Lintas SKPD c. Program Kewilayahan BAB VIII : INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS BAB IX : PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X : PENUTUP a. Kesimpulan b. Kaidah Pelaksanaan Pedoman Transisi LAMPIRAN

11

12 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2 25 I. UMUM Berdasarkan Pasal 5 ayat ( 2) Pasal 3 ayat (2) Ung Ung Nomor tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 5 ayat (3) huruf e Ung Ung Nomor tentang Pemerintahan Daerah serta Peraturan Presiden Nomor 5 2 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 224, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) memuat strategi pokok yang dijabarkan dalam agenda pembangunan daerah yang memuat sasaransasaran pokok yang harus dicapai, arah kebijakan programprogram pembangunan. Naskah Peraturan Daerah ini terdiri dari 6 Pasal yang mengatur mengenai pengertianpengertian serta sistematika dalam penyusunan beserta penjelasannya, lampiran yang memuat materi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Kurun waktu Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah adalah 5 (lima) tahun. RPJMD 2 25 diharapkan dapat berfungsi sebagai dokumen perencanaan pembangunan yang mengakomodasi berbagai aspirasi yang ada digunakan sebagai pedoman, arah pembangunan daerah dalam jangka waktu 5 (lima) tahun, dapat digunakan sebagai acuan untuk menyusun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Pelaksanaan RPJMD terbagi dalam tahaptahap perencanaan pembangunan dalam periodisasi perencanaan pembangunan tahunan.

13 2 II. PASAL DEMI PASAL Pasal Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR

14 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2 25 PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO 2

15 LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2 TANGGAL 27 MEI 2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GRAFIK... vii KATA PENGANTAR... ix BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Dasar Hukum Penyusunan...3 C. Hubungan Antar Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Mojokerto RPJM Nasional...9 RPJM Daerah Propinsi Jawa Timur... RTRW...5 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)...8 RENSTRA SKPD...8 D. Sistematika Penulisan...9 E. Maksud Tujuan...2 F. Prinsip Dasar Menata Pembangunan...22 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Aspek Geografi Demografi Aspek Geografi...25 Aspek Demografi B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) C. Aspek Pelayanan Umum Fokus Layanan Urusan Wajib...47 a. Pendidikan b. Kesehatan c. Pekerjaan Umum d. Penataan Ruang e. Perencanaan Pembangunan...58 f. Koperasi Usaha Kecil Menengah (KUKM)...59 g. Pemerintahan umum...63 h. Sosial...65 i. Perpustakaan i

16 D. Aspek Daya Saing Daerah Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah... 7 a. Kondisi Ekonomi... 7 b. Pertanian...75 Fokus Iklim Berinvestasi a. Keamanan ketertiban umum E. Kondisi yang Diinginkan Secara Umum...84 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH... 9 A. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja Pelaksanaan APBD...9 Neraca Daerah...96 B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Proporsi penggunaan anggaran...4 Analisis pembiayaan...5 C. Kerangka Penaan Analisis pengeluaran periodik, wajib mengikat, serta prioritas utama...8 Perhitungan Kerangka Penaan... BAB IV ANALISIS ISUISU STRATEGIS... 5 A. Permasalahan Pembangunan Akses, kualitas kompetensi pendidikan yang masih rendah...5 Akses kualitas pelayanan kesehatan yang masih kurang....6 Masih tingginya angka penduduk miskin akses terhadap pelayanan sosial dasar...8 Masih tingginya tingkat pengangguran Kurangnya prasarana sarana untuk menunjang kegiatan ekonomi Kurang optimalnya pelayanan kepada masyarakat Kurang optimalnya situasi aman B. Analisis Lingkungan C. Isu Strategis BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi B. Misi C. Tujuan Sasaran BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi B. Arah Kebijakan Pembangunan BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH ii

17 A. Kebijakan Umum Pembangunan Kebijakan Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan Kesehatan.55 Kebijakan Peningkatan Kualitas Kehidupan politik Penegakan Hukum...63 Kebijakan Peningkatan Kualitas Aparatur Pelayanan Publik...66 Kebijakan membangun sistem ekonomi kerakyatan yang mampu menggerakkan sendisendi perekonomian berbasis potensi daerah yang unggul, kokoh stabil....7 Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan, Perluasan Lapangan Kerja, Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan...88 Kebijakan Peningkatan Kesalehan Sosial Kerukunan Antar Umat Beragama...89 Kebijakan Perencanaan pembangunan penganggaran yang berbasis kinerja....9 B. Program Lintas SKPD... 2 C. Program Kewilayahan BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X PENUTUP A. Kesimpulan B. Kaidah Pelaksanaan Pedoman Transisi RPJMD merupakan panduan dalam penyusunan Renstra bagi SKPD RPJMD sebagai dasar penyusunan RKPD Penguatan Peran para Stakeholders sebagai pemangku kepentingan dalam pelaksanaan RPJMD Dasar Evaluasi Laporan Pelaksanaan RPJMD, RKPD...25 Pedoman Transisi...25 LAMPIRAN iii

18 DAFTAR TABEL Tabel 2. Tinggi Luas Daerah Menurut Kecamatan Tabel 2.2 Sungai Besar di Kab. Mojokerto Tabel 2.3 Sungai luas daerah pengairan di Kab.Mojokerto Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Tabel 2.5 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Tabel 2.7 Indeks Pembangunan Manusia Tabel 2.8 Status / indikator kinerja pembangunan big kesehatan Kabupaten Mojokerto Tabel 2.9 Angka Partisipasi Murni (APM) Tabel 2. Angka Partisipasi Kasar (APK) Tabel 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Th Tabel 2.2 Lowongan Kerja, Pencari Kerja Penempatan Tenaga Kerja Tabel 2.3 PDRB Th Tabel 2.4 Sumbangan Tiap Sektor Th Tabel 2.5 Pendapatan Regional Per Kapita Th Tabel 2.6 Rasio jumlah guru terhadap jumlah murid Tabel 2.7 Rasio jumlah kelas terhadap murid Tabel 2.8 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu Rumah Sakit per Kecamatan Tabel 2.9 Jumlah tenaga medis, paramedis kunjungan ke puskesmas... 5 Tabel 2.2 Jumlah penduduk yang memanfaatkan RSUD Puskesmas... 5 Tabel 2.2 Kondisi Jalan aspal kabupaten Mojokerto (Km) Tabel 2.22 Kondisi jembatan (unit) Tabel 2.23 Jumlah LPJU Tabel 2.24 Luas Irigasi Teknis Tabel 2.26 Perkembangan jumlah koperasi Tabel 2.27 Perkembangan jumlah koperasi sehat... 6 Tabel 2.28 Perkembangan usaha kecil... 6 Tabel 2.29 Perkembangan usaha menengah Tabel 2.3 Jumlah produk hukum iv

19 Tabel 2.3 Indeks kepuasan masyarakat Tabel 2.32 Jumlah keluarga miskin Tabel 2.33 Jumlah PMKS yang dibantu Tabel 2.34 Jumlah perpustakaan pengunjung Tabel 2.35 Jumlah buku perpustakaan Tabel 2.36 Jumlah judul buku perpustakaan... 7 Tabel 2.37 Data Industri Tabel 2.38 Luas Tanam Pertanian Tanaman Pangan 262 (Ha) Tabel 2.39 Luas Panen Pertanian Tanaman Pangan 262 (Ha) Tabel 2.4 Produktivitas Pertanian Tanaman pangan 262 (Kw/Ha) Tabel 2.4 Produksi Pertanian Tanaman Pangan 262 (Ton)... 8 Tabel 2.42 Produksi Daging Telur... 8 Tabel 2.43 Keamanan ketertiban umum Tabel 2.44 Proyeksi Pertumbuhan PDRB Tabel 2.45 Jumlah Rumah Tangga Miskin Tabel 3. Ratarata pertumbuhan realisasi pendapatan Tabel 3.2 Ratarata pertumbuhan realisasi belanja 26 2 Tabel 3.3 RATARATA PERTUMBUHAN NERACA KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN Tabel 3.4 Analisis Rasio Keuangan... Tabel 3.5 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur... 4 Tabel 3.6 Defisit Riil Anggaran... 5 Tabel 3.7 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran... 6 Tabel 3.8 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran... 7 Tabel 3.9 Pengeluaran Periodik,Wajib Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Mojokerto... 8 Tabel 3. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Menai Pembangunan Daerah... Tabel 3.Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Mojokerto... 2 Tabel 5. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan Sasaran... 4 Tabel 6. Strategi, Arah Kebijakan Tabel 7. Kebijakan Umum Program Pembangunan Tabel 7.2 Program Lintas SKPD... 2 v

20 Tabel 8. MATRIK INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS BESERTA KEBUTUHAN PENDANAAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN Tabel 9. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan vi

21 DAFTAR GRAFIK Grafik 2. Tren Peningkatan Jumlah penduduk... 3 Grafik 2.2 Indeks Pembangunan Manusia Grafik 2.3 Status / indikator kinerja pembangunan big kesehatan Kabupaten Mojokerto Grafik 2.4 Angka Partisipasi Murni (APM) Grafik 2.5 Angka Partisipasi Kasar (APK)... 4 Grafik 2.6 Laju pertumbuhan ekonomi... 4 Grafik 2.7 Lowongan Kerja, Pencari Kerja Penempatan Tenaga Kerja Grafik 2.8 Tren Kenaikan PDRB Grafik 2.9 Komposisi sumbangan sektor PDRB Grafik 2. Tren Peningkatan Pendapatan Regional Per Kapita Grafik 2. Perkembangan kondisi jalan Grafik 2.2 Perkembangan kondisi jembatan (jembatan) Grafik 2.3 Perkembangan jumlah LPJU Grafik 2.4 Perkembangan luas Irigasi Teknis Grafik 2.5 Perkembangan jumlah koperasi Grafik 2.6 Perkembangan jumlah koperasi sehat... 6 Grafik 2.7 Perkembangan jumlah usaha kecil... 6 Grafik 2.8 Perkembangan jumlah usaha menengah Grafik 2.9 Jumlah keluarga miskin Grafik 2.2 Jumlah PMKS yang dibantu Grafik 2.2 Jumlah pengunjung perpustakaan Grafik 2.22 Jumlah buku perpustakaan Grafik 2.23 Jumlah judul buku perpustakaan... 7 Grafik 2.24 Luas Tanam Pertanian Tanaman Pangan 262 (Ha) Grafik 2.25 Luas Panen Pertanian Tanaman Pangan Grafik 2.26 Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan 262 (Kw/Ha) Grafik 2.27 Produksi Pertanian Tanaman Pangan 262 (Ton)... 8 Grafik 2.28 Perkembangan Produksi Daging Telur Grafik 2.29 Tren Proyeksi Pertumbuhan PDRB Grafik 2.3 Jumlah Rumah Tangga Miskin Grafik 3.3 Perbandingan Rasio Komponen Pendapatan Daerah... 2 Grafik 3.4 Perbandingan Rasio Belanja Langsung dengan Belanja Tidak Langsung. 3 vii

22 Grafik 3.6 Pengeluaran Periodik,Wajib Mengikat serta Prioritas Utama Kabupaten Mojokerto... 9 viii

23 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat hidayahnya, sehingga dapat terselesaikannya penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Rencana Pembangunan Daerah yang disusun dengan memperhatikan RPJM Nasional 2 24, RPJM Propinsi Jawa Timur RPJP Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah akan dipergunakan sebagai dasar pedoman bagi penyusunan Renstra Renja SKPD serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Akhirnya kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2 25, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa tetap memberikan petunjuk kekuatan iman kepada kita semua dalam menjalankan tugas pengabdian kepada seluruh masyarakat. ix

24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era desentralisasi telah mengembangkan perhatian mendalam terhadap lahirnya kebijakan terkait peraturan perungungan untuk lebih terfokus pada kepentingan daerah. Komitmen politik pemerintah untuk menata kembali meningkatkan sistem, mekanisme, prosedur kualitas proses perencanaan pembangunan penganggaran daerah merupakan salah satu perangkat yang dilaksanakan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, demokratis, pembangunan daerah yang berkelanjutan. Perencanaan pembangunan daerah menuntut pertimbangan secara seksama, sistematis, menjadi bagian yang tidak terpisah dengan rencana pembangunan nasional. Dalam penyusunan rencana pembangunan, diperlukan aya pola kombinasi pendekatan secara terpadu yaitu pendekatan secara teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom up top down process. Pola perencanaan pembangunan daerah tersusun dengan merujuk Peraturan Pemerintah Nomor 8 28 tentang Tahapan, Tata cara penyusunan, Pengendalian Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah Permendagri Nomor 54 2 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Perencanaan Pembangunan pembangunan Jangka Panjang daerah Daerah meliputi Rencana (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Rencana

25 Kerja Pembangunan Daerah (RKPD). RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi, program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD memperhatikan RPJM Nasional serta RPJMD Propinsi. RPJMD dipersyaratkan untuk mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan masa kepemimpinan Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah terpilih. RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, program kewilayahan disertai dengan rencanarencana kerja dalam kerangka regulasi kerangka penaan yang bersifat indikatif. RPJMD dilengkapi dengan matriks indikasi program yang merinci tujuan beserta indikator targetnya, sasaran beserta indikator targetnya, kebijakan, program untuk masingmasing misi. Sebagai suatu dokumen rencana yang penting sudah sepatutnya Pemerintah Daerah, DPRD, masyarakat memberikan perhatian penting pada kualitas proses penyusunan dokumen RPJMD, tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, review berkala atas implementasinya. Selain itu, RPJMD akan mencerminkan sejauh mana kredibilitas Kepala Daerah Terpilih dalam memandu, mengarahkan, memprogramkan perjalanan kepemimpinannya pembangunan daerahnya dalam masa 5 (lima) tahun ke depan serta mempertanggungjawabkan hasilnya kepada masyarakat pada akhir masa kepemimpinannya. RPJMD menjawab 3 (tiga) pertanyaan dasar: ) kemana daerah akan diarahkan pengembangannya apa yang hendak dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang; 2) bagaimana mencapainya ; 3) langkahlangkah strategis apa yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai. Terselenggaranya pemerintahan yang baik (good governance) di merupakan prasyarat bagi 2

26 setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mewujudkan program pembangunan dengan tetap memperhatikan aspirasi masyarakat, pelaksanaan sehingga penyelenggaraan pembangunan dapat pemerintahan berlangsung secara berdayaguna, bersih, akuntabel. Karenanya RPJMD Kabupaten Mojokerto 2 25 mengambil peranan vital dalam keberhasilan pembangunan daerah. B. Dasar Hukum Penyusunan Penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Mojokerto menyertakan beberapa landasan hukum, yaitu :. Landasan idiil Pancasila. 2. Landasan konstitusional UngUng Dasar (UUD) Landasan operasional: a) UngUng Pembentukan Nomor 2 DaerahDaerah 95 tentang Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur; b) UngUng Nomor 7 23 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia 23 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); c) UngUng Nomor 24 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia 24 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); d) UngUng Nomor tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia 24 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 442); e) UngUng Pemerintahan Nomor Daerah 32 (Lembaran 24 Negara tentang Republik 3

27 Indonesia 24 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437); f) UngUng Nomor tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia 24 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); g) UngUng Nomor 7 27 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia 27 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47); h) UngUng Nomor tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia 27 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); i) Peraturan Pemerintah Nomor tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; j) Peraturan Pemerintah Nomor tentang Pedoman Penyusunan Penerapan Standar Pelayanan Minimal; k) Peraturan Pemerintah Nomor 4 27 tentang Organisasi Perangkat Daerah; l) Peraturan Pemerintah Nomor tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Pemerintah, Daerah Provinsi Antara Pemerintah, Pemerintahan Kabupaten/Kota; m) Peraturan Pemerintah Nomor 8 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 4

28 n) Peraturan Pemerintah Nomor 6 28 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; o) Peraturan Pemerintah Nomor 9 2 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Propinsi; p) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 2 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2 24; q) Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Ba Perencanaan Pembangunan Nasional Menteri Keuangan Nomor 28 2; Nomor : 99/m ppn/4/2; Nomor: pmk 95/pmk 7/2 tentang Penyelarasan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 224; r) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 2 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 28 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; s) Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 2 26 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur 25 22; t) Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 29 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Propinsi Jawa Timur 25225; 5

29 u) Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Propinsi Jawa Timur 2924; v) Peraturan Daerah Nomor 5 2 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Mojokerto Nomor 993 tentang Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Daerah Tingkat II Mojokerto 99/99 23/24 (Lembaran Daerah Nomor 5 Seri C 2); w) Peraturan Daerah Nomor 5 28 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah C. Hubungan Antar Dokumen Bahwa RPJMD disusun untuk jangkauan perencanaan dalam 5 (lima) tahun atau masa jabatan Bupati. RPJMD disusun berpedoman kepada RPJPD memperhatikan RPJMN RPJMD Propinsi Jawa Timur. Proses penyusunannya diawali dari visi misi kepala daerah terpilih. Pola hubungan ini dapat dilihat pada diagram sebagai berikut : 6

30 Gambar. Diagram Pola Hubungan Antara RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya RPJPD Prop. Jawa Timur RPJMD Prop. Jawa Timur RKPD Prop. Jawa Timur RENSTRA SKPD Prop. Jawa Timur RPJPD Kab. Mojokerto RPJMD Kab. Mojokerto RENJA SKPD Prop. Jawa Timur RKPD Kab. Mojokerto RENSTRA SKPD Kab. Mojokerto RENJA SKPD Kab. Mojokerto Secara substansi pola hubungan ini dijabarkan sebagai berikut :. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Untuk mencapai sasaran pokok RPJPD Kabupaten Mojokerto secara bertahap, pembangunan jangka panjang membutuhkan tahapan skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam RPJM Daerah. Tahapan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan yang hendak diselesaikan tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan berbedabeda, tetapi semua harus berkesinambungan dari periode ke periode 7

31 berikutnya dalam rangka mewujudkan sasaran pokok pembangunan jangka panjang. Setiap sasaran pokok dalam 6 (enam) misi pembangunan jangka panjang dapat ditetapkan prioritasnya dalam masingmasing tahapan. Prioritas masingmasing misi dapat dijabarkan menjadi prioritas utama. Prioritas utama menggambarkan makna strategis urgensi permasalahan. Berdasarkan pelaksanaan pencapaian hasil pembangunan serta sebagai wujud keberlanjutan RPJPD, maka pada RPJMD ke2 ( ) ini diarahkan untuk memantapkan penataan kembali pembangunan di segala big sehingga kesejahteraan masyarakat pemerataan hasilhasil pembangunan menjadi semakin penduduk miskin terus menurun angka baik, jumlah pengangguran juga terus berkurang. Pada tahap ini struktur ekonomi menjadi semakin mantap yang ditandai semakin berkembangnya sektor industri, jasa, pariwisata, koperasi, usaha mikro, usaha kecil menengah yang di dukung sektor pertanian yang handal. Untuk mendukung percepatan pembangunan big ekonomi Peningkatan kualitas sumber daya manusia terus dilakukan melalui peningkatan kualitas akses pelayanan pendidikan kesehatan sehingga etos produktifitas kerja sumber daya manusia baik aparatur maupun masyarakat terus mengalami peningkatan. Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan pengelolaan sumber daya alam pelestarian lingkungan hidup semakin baik berkembang melalui penguatan kelembagaan serta meningkatnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan pengelolaan sumber daya alam lingkungan hidup. 8

32 Kondisi yang maju, adil, makmur, tentram, beradab menjadi semakin mantap. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya pemenuhan hakhak dasar masyarakat baik dalam big pendidikan, kesehatan, ekonomi, serta bigbig sosialbudaya yang lain. Kesetaraan gender pada berbagai big pembangunan juga terus semakin membaik, demikian juga penegakan hukum, kerukunan antar anggota masyarakat serta keamanan ketertiban masyarakat juga terus mengalami peningkatan. 2. RPJM Nasional. RPJM Nasional merupakan strategi pokok yang dijabarkan dalam Agenda Pembangunan Nasional yang memuat sasaransasaran pokok yang harus dicapai, arah kebijakan programprogram pembangunan. Adapun agenda pembangunan jangka menengah nasional 224 adalah :. Pembangunan Ekonomi Peningkatan Kesejahteraan Rakyat. Substansi dari agenda ini adalah bahwa program peningkatan kesejahteraan dilakukan melalui mendorong sektor riil pemihakan kepada usaha kecil menengah serta terus menjaga stabilitas ekonomi makro. 2. Perbaikan Tata kelola Pemerintahan. Substansi dari agenda ini adalah bahwa reformasi birokrasi akan dilaksanakan diseluruh Kementrian Lembaga, untuk selanjutnya diteruskan di Pemerintah Daerah. Dalam penyusunan Perencanaan Anggaran akan diterapkan sistem anggaran berbasis kinerja. Hasil positif yang diharapkan adalah perbaikan 9

33 kualitas pelayanan publik, efektifitas akuntabilitas penanggulangan korupsi. 3. Penegakan Pilar Demokrasi. Substansi dari agenda ini adalah aya penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia, terjaminnya kebebasan berpendapat, aya check and balance, jaminan akan keberagaman yang tercermin dengan aya perlindungan terhadap segenap warga negara tanpa membedakan paham, asalusul, golongan gender. 4. Penegakan Hukum Pemberantasan Korupsi. Substansi pembuatan dari agenda ini adalah aya proses UngUng, proses penjabarannya, proses pengawasan, juga penegakan aturan hukum. Penegakan hukum dalam big korupsi dilakukan tanpa tebang pilih, semua warga negara adalah sama kedudukannya di mata hukum. 5. Pembangunan yang Inklusif Berkeadilan. Agenda ini diwujudkan dalam berbagai dimensi. Dalam big ekonomi diwujudkan dalam bentuk perbaikan atau terjadinya proses afirmasi terhadap kelompok yang tertinggal, orang cacat terpinggirkan. Dalam big sosial politik diarahkan pada perwuju keadilan, perbaikan akses semua kelompok terhadap kebebasan berpolitik, kesetaraan gender penghapusan segala macam bentuk diskriminasi. Masyarakat dilibatkan sejak proses perencanaan, pemilihan kegiatan/proyek hingga tahap evaluasi. 3. RPJM Daerah Propinsi Jawa Timur. Dalam RPJM Daerah Propinsi terdapat 9 (Sembilan) agenda pokok, yaitu Meningkatkan aksessibilitas kualitas

34 pelayanan kesehatan pendidikan terutama bagi masyarakat miskin; Memperluas lapangan kerja, meningkatkan efektifitas penanggulangan kemiskinan, memberdayakan ekonomi rakyat terutama wong cilik meningkatkan kesejahteraan sosial rakyat; Meningkatkan percepatan pemerataan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas berkelanjutan terutama melalui pembangunan agroindustri/agrobisnis serta pembangunan perbaikan infrastruktur terutama pertanian perdesaan; Memelihara kualitas fungsi lingkungan hidup serta meningkatkan perbaikan pengelolaan sumber daya alam penataan ruang; Mewujudkan percepatan reformasi birokrasi meningkatkan pelayanan publik; Meningkatkan kualitas kesalehan sosial demi terjaganya harmoni sosial; Meningkatkan kualitas kehidupan peran perempuan serta terjaminnya kesetaraan gender meningkatkan peran pemuda serta mengembangkan memasyarakatkan olahraga; Meningkatkan keamanan ketertiban, reformasi hukum penghormatan Hak Asasi Manusia; Mewujudkan percepatan penanganan rehabilitasi rekonstruksi sosial ekonomi dampak lumpur lapindo. Penjabaran untuk kesembilan agenda tersebut adalah sebagai berikut : a) Meningkatkan aksessibilitas kualitas pelayanan kesehatan pendidikan terutama bagi masyarakat miskin Dalam rangka untuk meningkatkan akses terhadap kualitas pendidikan kesehatan di Jawa Timur, maka prioritas pembangunan diletakkan pada : Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas. Berdasarkan sasaran arah kebijakan,

35 langkahlangkah yang akan ditempuh dijabarkan ke dalam programprogram pembangunan kegiatankegiatan pokok sebagai berikut : Pendidikan : Program Pendidikan Pra Sekolah (Usia Dini TK), Program Pendidikan Dasar, Program Pendidikan Menengah, Program Pendidikan Luar Sekolah. Kesehatan : Program upaya kesehatan masyarakat, Program upaya kesehatan perbaikan Gizi Masyarakat, perbekalan kesehatan, perorangan, Program program Program obat pencegahan pemberantasan penyakit serta program lingkungan sehat. b) Memperluas lapangan efektifitas kerja, meningkatkan penanggulangan kemiskinan, memberdayakan ekonomi rakyat terutama wong cilik meningkatkan kesejahteraan sosial rakyat; Dalam rangka Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, Perbaikan Iklim Ketenagakerjaan Memacu Kewirausahaan di Jawa Timur, maka prioritas pembangunan diletakkan pada : Program Penanggulangan Kemiskinan, Program Perdesaan Bagi Pembangunan Pengembangan Pengembangan Masyarakat Daerah Kawasan Infrastruktur Miskin, Tertinggal, Miskin Perkotaan, Program Program Program Pemenuhan Pelayanan Dasar Jaminan Sosial bagi Masyarakat Miskin, Program Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif bagi Masyarakat Miskin, Program 2

36 Pemeliharaan Perluasan Kesempatan Kerja bagi Masyarakat Miskin. c) Meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan terutama pemerataan yang berkualitas melalui pembangunan agroindustri/agrobisnis serta pembangunan perbaikan infrastruktur terutama pertanian perdesaan; Dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas, berkelanjutan pembangunan infrastruktur, maka prioritas pembangunan diletakkan pada : Peningkatan Investasi, Perdagangan Pariwisata, Program Peningkatan Pengembangan Ekspor, Program Peningkatan Daya Saing, serta Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri. d) Memelihara kualitas fungsi lingkungan hidup serta meningkatkan perbaikan pengelolaan sumber daya alam penataan ruang; Dalam rangka mewujudkan Peningkatan Sumber Daya Alam, Pelestarian Lingkungan Hidup Penataan Ruang prioritas pembangunan pada : Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup serta Penataan Ruang, Program Perlindungan Konservasi Sumber Daya Alam, Program Rehabilitasi Pemulihan Sumber Daya Alam, Program Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam Lingkungan Hidup, Program Penataan Ruang. e) Mewujudkan percepatan reformasi birokrasi meningkatkan pelayanan publik; Terkait dengan Revitalisasi proses Desentralisasi Otonomi Daerah, maka prioritas pembangunan diletakkan 3

37 pada Revitalisasi Proses Desentralisasi Otonomi Daerah, Penciptaan Tata Pemerintahan Yang Bersih Bertanggung Jawab f) Meningkatkan kualitas kesalehan sosial demi terjaganya harmoni sosial; Pembangunan agama merupakan upaya mewujudkan agenda meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kualitas pelayanan pemahaman agama serta kehidupan pembangunan agama beragama. juga Selain mencakup itu, dimensi peningkatan kerukunan hidup umat beragama, yang mendukung peningkatan saling percaya harmonisasi antar kelompok masyarakat. Dimensi kerukunan ini sangat penting dalam rangka membangun mengenai masyarakat realitas yang memiliki multikulturalisme kesadaran memahami makna kemajemukan sosial, sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang rasa, harmonis. Melalui pembinaan kerukunan hidup umat beragama, agenda menciptakan Jawa Timur yang aman damai dapat diwujudkan. Arah kebijakan peningkatan kualitas kehidupan beragama dijabarkan ke dalam programprogram pembangunan sebagai berikut : Program Peningkatan Pendidikan Agama Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama. g) Meningkatkan kualitas kehidupan peran perempuan serta terjaminnya kesetaraan gender meningkatkan peran pemuda serta mengembangkan memasyarakatkan olahraga; Dengan kebijakan yang diarahkan untuk menciptakan keadilan kesetaraan gender dalam perencanaan, 4

38 pelaksanaan, monitoring evaluasi seluruh kebijakan program pembangunan; diberbagai big Terjaminnya kehidupan perlindungan anak perempuan; Meningkatkan peran serta pemuda dalam pembangunan agama; sosial, politik, Meningkatkan pengembangan prestasi ekonomi, upaya olahraga budaya pembibitan secara sistematik, berjenjang berkelanjutan. h) Meningkatkan keamanan ketertiban, reformasi hukum penghormatan Hak Asasi Manusia; Dalam rangka mewujudkan Ketentraman Ketertiban, Supremasi Hukum Dan HAM, prioritas pembangunan diletakkan pada : Peningkatan Rasa Saling Percaya Harmonisasi Antar Kelompok, Pengembangan Kebudayaan Yang Berlandaskan Pada Nilainilai Luhur, Peningkatan Keamanan, Ketentraman Penanggulangan Kriminalitas, serta Pengembangan Hukum Hak Asasi Manusia. i) Mewujudkan percepatan penanganan rehabilitasi rekonstruksi sosial ekonomi dampak lumpur lapindo. Mempercepat revitalisasi infrastruktur fisik untuk stabilisasi normalisasi aktifitas investasi ekonomi perdagangan. 4. RTRW. Dalam mewujudkan rencana tata ruang diperlukan program yang bersumber dari pemerintah (public investment) program yang bersumber dari masyarakat swasta (private investment). Program yang bersumber dari pemerintah umumnya melalui mekanisme perencanaan yang ditetapkan 5

39 sebagai dokumen perencanaan mulai dari RPJPD, RPJMD, RKPD tahap akhir dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan Daerah (RAPBD). Program yang bersumber dari masyarakat swasta umumnya sulit diprogramkan tetapi harus selalu dibina diarahkan sejalan dengan penyelenggaraan kegiatan pemerintah pembangunan di daerah. Perumusan Mojokerto strategi pengembangan sekurangkurangnya dilakukan di Kabupaten halhal sebagai berikut: a) Perumusan masalah pembangunan pemanfaatan ruang dalam bentuk identifikasi masalah pembangunan arahan pemanfaatan ruang. b) Perumusan konsep strategi pengembangan tata ruang wilayah kabupaten. Strategi pengembangan wilayah di dapat dijabarkan sebagai berikut : a) Strategi pengembangan struktur tata ruang wilayah Strategi pengembangan struktur tata ruang tersebut dilakukan melalui penetapan pengelolaan kawasan lindung kawasan budidaya dalam rangka mewujudkan keterpaduan, keterkaitan, keseimbangan perkembangan antar wilayah serta keserasian antar sektor. b) Strategi pemantapan kawasan lindung. Strategi yang ditempuh adalah pemantapan kawasan lindung sesuai dengan fungsi masingmasing, pengecualian pemanfaatan ruang pada kawasan lindung dalam batasbatas fungsi lindung yang ditetapkan. c) Strategi pengembangan kawasan budidaya. Strategi yang ditempuh adalah memanfaatkan setiap kegiatan pembangunan yang berimplikasi terhadap ruang 6

40 secara optimal sesuai dengan kondisi daya dukung lahannya, sebagai upaya untuk mendukung peningkatan laju pertumbuhan pembangunan daerah. Berdasarkan karakteristik fisik wilayah prioritas program dalam rangka pemerataan pembangunan diseluruh wilayah, serta terciptanya keseimbangan pembangunan daerah maka penetapan prioritas lokasi pembangunan diarahkan sebagai berikut :. Prioritas Pertama Penanganan pembangunan di adalah pengembangan sektorsektor strategis seperti industri, pariwisata, pertanian jasa. Wilayah potensi strategis antara lain: a) Industri, terdapat di Kecamatan Mojoanyar, Ngoro Jetis. b) Pariwisata, terdapat di Kecamatan Pacet, Trawas Trowulan. c) Pertanian, terdapat di wilayah bagian selatan Sungai Brantas. d) Jasa, terdapat di masingmasing pusat Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) di Mojosari, Sooko, Gedeg Pacet. e) Penanganan daerah terpencil di Kecamatan Gong Kecamatan Jatirejo. 2. Prioritas Kedua Diarahkan pada wilayah dataran tinggi pada bagian utara timur meliputi Kecamatan Dawarblandong, Kemlagi, Jetis, Gedeg Ngoro untuk dikembangkan kegiatan sekunder bagi industri peternakan dengan mengedepankan kelestarian lingkungan alam. 7

41 3. Prioritas Ketiga Wilayah pengembangan prioritas ketiga pada daerah dataran rendah bagian tengah selatan yang pada umumnya merupakan lahan subur yaitu pada wilayah Kecamatan Bangsal, Sooko, Dlanggu, Trowulan, Gong, Jatirejo Pungging. 5. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) RKPD merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu (satu) tahun ke depan. RKPD mempunyai fungsi penting dalam sistem perencanaan daerah karena RKPD menerjemahkan perencanaan pembangunan jangka menengah (RPJM Daerah) ke dalam rencana, program, penganggaran kegiatan tahunan, mengoperasionalkan rencana program prioritas jangka menengah ke dalam program kegiatan tahun yang bersangkutan. UngUng Nomor mengemukakan tentang RKPD sebagai penjabaran RPJM Daerah untuk jangka waktu (satu) tahun memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja penaannya dengan mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). 6. RENSTRA SKPD Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan bagi mengarahkan pelayanan SKPD khususnya pembangunan daerah pada umumnya dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan. Karena penyusunan Dokumen Renstra 8

42 SKPD sangat terkait dengan visi misi Kepala Daerah Terpilih RPJM Daerah, maka kualitas penyusunan Renstra SKPD akan sangat ditentukan oleh kemampuan SKPD untuk menerjemahkan, mengoperasionalkan, mengimplementasikan Visi, Misi Agenda Kepala Daerah, tujuan, strategi, kebijakan, capaian program RPJMD ke dalam penyusunan Renstra SKPD sesuai TUPOKSI SKPD. Kinerja penyelenggaraan urusan SKPD akan sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan daerah Kepala Daerah selama masa kepemimpinanya. D. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan RPJM Daerah ini pada dasarnya mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 2 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 28 tentang Tahapan, Tata cara Penyusunan, Pengendalian, Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Sistematika RPJM Daerah tersebut adalah sebagai berikut: BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Dasar Hukum Penyusunan C. Hubungan Antar Dokumen D. Sistematika Penulisan E. Maksud Tujuan F. Prinsip Dasar Menata Pembangunan BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Aspek Geografi Demografi B. Aspek Kesejahteraan Masyarakat C. Aspek Layanan Umum D. Aspek Daya Saing Daerah E. Kondisi yang Diinginkan Secara Umum 9

43 BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH A. Kinerja Keuangan Masa Lalu B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu C. Kerangka Penaan BAB IV. ANALISIS ISUISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan B. Analisis Lingkungan C. Isu strategis BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN A. Visi B. Misi C. Tujuan Sasaran BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi B. Arah Kebijakan BAB VII. KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH A. Kebijakan Umum Pembangunan B. Program Lintas SKPD C. Program Kewilayahan BAB VIII. INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX. PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X. PENUTUP A. Kesimpulan B. Kaidah Pelaksanaan 2

44 E. Maksud Tujuan Maksud penyusunan RPJM Daerah adalah :. Memberikan arah pembangunan dalam jangka lima tahun ke depan. 2. Menciptakan sinergisitas pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar sektor pembangunan antar tingkat pemerintah. 3. Untuk menjamin keterkaitan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan pengawasan pada setiap Anggaran selama 5 (lima) tahun yang akan datang. 4. Untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi sinergi antar pelaku pembangunan di. 5. Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara logis, efektif, efisien, berkeadilan berkelanjutan. 6. Memberikan indikator untuk melakukan evaluasi kinerja pembangunan daerah. 7. Sebagai dasar komitmen bersama antara eksekutif, legislatif pemangku kepentingan pembangunan terhadap program program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan kurun waktu lima tahun dalam rangka pencapaian visi misi daerah. Segkan tujuan penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Mojokerto adalah :. Tersedianya dokumen perencanaan daerah jangka menengah yang merupakan penjabaran visimisi program Bupati Mojokerto untuk mewujudkan keadaan yang diinginkan dalam periode 5 (lima) tahun mendatang. 2

45 2. Dalam rangka menjamin keberlanjutan pembangunan jangka panjang (sustainability development) sehingga secara bertahap dapat mewujudkan citacita masyarakat. 3. Menjadi pedoman atau acuan dalam menetapkan arah kebijakan pembangunan strategi pembangunan daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun mendatang. 4. Menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) bagi unit satuan kerja di bawah lingkungan Pemerintah. F. Prinsip Dasar Menata Pembangunan Koordinasi musyawarah secara bertahap serta berkesinambungan merupakan mekanisme yang ditempuh dalam proses perencanaan pembangunan yang dituangkan ke dalam RPJM Daerah. Proses tersebut mempunyai keterkaitan antara satu big dengan big lainnya antara satu tahapan dengan tahapan berikutnya yang sifatnya lima tahunan. Koordinasi perencanaan pembangunan tersebut diselenggarakan dalam berbagai dimensi, yaitu lintas sektor, lintas daerah, lintas lembaga lintas sumber pembiayaan. Paradigma pembangunan baru sebagai derivasi atas azas desentralisasi otonomi daerah merupakan landasan yang ditempuh dalam mengembangkan pola komunikasi intensif proaktif integratif. Semua hal tersebut terlaksana dengan tetap membawa tanggung jawab atas peran fungsi dari tiap elemen. Berdasarkan UngUng Nomor tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, proses perencanaan pembangunan yang dianut mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan. Pendekatan yang dimaksud adalah: 22

46 . Pendekatan Politik Pendekatan politik memang bahwa pemilihan Bupati adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat menentukan pilihannya berdasarkan programprogram pembangunan yang ditawarkan masingmasing calon Bupati. Oleh karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran agendaagenda pembangunan yang ditawarkan Bupati terpilih pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan jangka menengah. 2. Pendekatan Teknokratik Pendekatan teknokratik adalah pendekatan yang dilaksanakan dengan menggunakan metode kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. 3. Pendekatan Partisipatif Pendekatan partisipatif salah satu metode penyusunan perencanaan dilaksanakan melalui pelibatan semua pihak yang berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Keterlibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi menciptakan rasa memiliki. 4. Pendekatan AtasBawah (TopDown) Pendekatan atasbawah (top down) dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atasbawah (top down) diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat kabupaten, kecamatan desa. 5. Pendekatan bawahatas (bottomup) Pendekatan (bottomup) merupakan pendekatan yang membuka kesempatan bagi elemen dalam strata pemerintahan bawah maupun masyarakat luas untuk beraspirasi terlibat dalam perencanaan. Untuk kemudian aspirasi tersebut diangkat dibahas pada hierarki pemerintahan yang lebih tinggi. 23

47 Perencanaan pembangunan meliputi empat tahapan, yaitu : a) penyusunan rencana, b) penetapan rencana, c) pengendalian pelaksanaan rencana d) evaluasi pelaksanaan rencana. Empat tahapan tersebut diselenggarakan secara berkelanjutan, sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan yang utuh. Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat) langkah. Pertama, penyiapan rancangan rencana menyeluruh pemerintah pembangunan terukur. menyiapkan yang Kedua, rancangan bersifat teknokratik, masingmasing instansi rencana dengan kerja berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan. Ketiga, berkepentingan pembangunan menjaring (stakeholders) yang dihasilkan aspirasi oleh semua pihak menyelaraskan yang rencana masingmasing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan. Keempat, penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan. Keinginan kuat Pemerintah untuk mewujudkan strategi pengembangan ekonomi daerah dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk struktur ekonomi yang dicitacitakan. 24

48 BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH A. Aspek Geografi Demografi. Aspek Geografi Wilayah terletak antara 2'3" s/d 4'47" Bujur Timur antara 7 8'35" s/d 7 47'3" Lintang Selatan dengan luas daerah seluruhnya Km 2 atau sekitar 2,9% dari luas Propinsi Jawa Timur. 2 Pemukiman : 32,44 Km Pertanian : 37, Km 2 Hutan : 289,48 Km 2 Perkebunan : 7, KM 2 Rawa/Waduk :,49 Km 2 Lahan Kritis :,2 Km 2 Pag Rumput :,59 Km 2 Semak/Alangalang: Kabupaten Mojokerto,72 Km 2 memiliki batasbatas wilayah administrasi sebagai berikut : Sebelah utara : Kabupaten lamongan Kabupaten Gresik Sebelah timur : Kabupaten Sidoarjo Kabupaten Pasuruan Sebelah selatan : Kabupaten Malang Kota Batu Sebelah barat : Kabupaten Jombang Segkan ditengahtengah adalah wilayah Kota Mojokerto. Topografi wilayah cenderung cekung ditengahtengah tinggi di bagian selatan utara. Bagian selatan merupakan bagian pegunungan yang subur, meliputi 25

49 kecamatan Pacet, Trawas, Gong, Jatirejo. Bagian tengah merupakan bagian dataran, segkan bagian utara merupakan daerah perbukitan kapur yang cenderung kurang subur. Tabel 2. Tinggi Luas Daerah Menurut Kecamatan No Kecamatan Tinggi RataRata dari Permukaan Laut (m) Jatirejo 4 2 Gong 24 3 Pacet 57 4 Trawas 8 5 Ngoro 25 6 Pungging 3 7 Kutorejo 5 8 Mojosari 36 9 Bangsal 3 Mojoanyar 23 Dlanggu 7 2 Puri 7 3 Trowulan 4 4 Sooko 64 5 Gedek 26 6 Kemlagi 22 7 Jetis 35 8 Dawarblandong 75 Kab. 3 Mojokerto Keterangan : *) Luas daerah termasuk hutan Negara Luas Daerah*) (Km2) 7,62 98,62 7,98 58, 7,5 45, 43,5 28,85 25,84 23,37 35,82 34,65 45,93 9,3 26,8 42,35 53,5 2,8 969,36 Sumber : BPS 2 Sekitar 3% dari wilayah Mojokerto kemiringan tanahnya lebih dari 5 derajat, segkan sisanya merupakan wilayah dataran dengan kemiringan kurang dari 5 derajat. Topografi wilayah cenderung di tengah tinggi di bagian selatan utara. Bagian selatan merupakan wilayah pegunungan yang subur, meliputi Kecamatan Pacet, trawas, 26

50 Gong jatirejo. Bagian tengah merupakan wilayah dataran, segkan bagian utara merupakan daerah perbukitan kapur yang kurang subur. Pada umumnya ketinggian di wilayah Mojokerto ratarata berada kurang dari diatas 5 permukaan hanya meter laut, Kecamatan Pacet Trawas yang merupakan daerah terluas yang memiliki dengan dari ketinggian 7 meter daerah lebih diatas permukaan laut. Secara administratif wilayah terdiri dari 8 kecamatan, 229 desa 5 kelurahan. Luas wilayah secara keseluruhan adalah 969,36 km2. mempunyai sungai sebanyak 43 buah yang sudah mempunyai nama, disamping masih banyak juga saluran tersier maupun kuarter yang tidak mempunyai nama. Sungai besar yang melewati wilayah adalah Sungai Brantas dengan debit air.3 liter/detik Sungai Marmoyo dengan debit 262 liter/detik. Sungaisungai besar yang ada di Wilayah dapat dilihat sebagai berikut: 27

51 Tabel 2.2 Sungai Besar di Kab. Mojokerto NO. NAMA SUNGAI HULU MUARA. Sungai Brantas Kabupaten Jombang Kecamatan Sooko, Jetis, Ngoro. 2. Kali Porong Kabupaten Mojokerto Kecamatan Mojoanyar, Bangsal, Mojosari, Pungging, Ngoro. 3. Kali Surabaya Kabupaten Mojokerto Kecamatan Jetis. Sumber Data : Dinas PU Pengairan Tabel 2.3 Sungai luas daerah pengairan di Kab.Mojokerto No Nama Sungai S. BRANTAS S. SADAR S. JANJING S. SUMBER PASINAN S. GEMBOLO S. CUMPLENG S. JUBEL S. SUMBER WONODADI S. SUMBER KEMBAR S. SUMBER GLOGOK S. SUMBER NGRAYUNG S. TEKUK S. BANGSAL S. BANYAK S. JUDEG S. SUBONTORO S. KINTELAN S. CEMPORAT S. CURAH KLENGKENG S. KAMBING S. SUMBER WARU S. BRANGKAL S. RINGKANAL NGOTOK S. PIKATAN S. KROMONG S. LANDEAN Panjang Luas Daerah Sungai (Km) Pengairan (Ha) 47,25 23, 287,4 8, 6.22,5,.525, 25, 67,5 3, 3.575, 3, 2.362,5 8,.362,5, 8.65, 9,.85, 6, 837,5 6,.562,5 2, 7.737,,5.337,5,25.825, 6,5 55, 2,.25,,.25, 8,5 833,, 3.675, 5, 9.299, 7,,4 26, 4.862,5 8, 2.43, 6, 92,5 28

52 27. S. KALANG 28. S. KLURAK 29. S. JURANGCETOT 3. S. PETUNG 3. S. GALUH 32. S. MANTINGAN 33. S. SURABAYA 34. S. MARMOYO 35. S. SIDORINGIN 36. S. GEDEG 37. S. WONOAYU 38. S. KEDUNG SUMUR 39. S. KWANGEN 4. S. KEDUNGSORO 4. S. LAMONG JUMLAH 5, 9, 2, 8, 8,, 4,5 6, 9,5 4,,5 8, 5, 5,, 93,66 333,.652, , ,5.325, 5.27,5.25, 75, 75, 82,2 75, 75, 675, 4.589,5 Sumber data : Dinas PU Pengairan 2. Aspek Demografi Jumlah penduduk 2 sebesar jiwa. Dari data yang ada, pertumbuhan penduduk ratarata dalam 6 tahun terakhir mencapai 3,6 %. Jumlah penduduk dalam 6 tahun terakhir adalah sebagai berikut: Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Laki Perempuan Sumber data : Dinas Kependudukan Catatan Sipil Dari tabel tersebut dapat digambarkan tren peningkatan jumlah penduduk sebagaimana grafik berikut: 29

53 Grafik 2. Tren Peningkatan Jumlah penduduk Berdasarkan struktur mata pencaharian maka penduduk didominasi pekerja dibig Pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan perikanan yang pada 2 mencapai jumlah jiwa, diikuti dengan penduduk bermata pencaharian dibig industri pengolahan yang pada 2 mencapai jumlah jiwa. Jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto menurut struktur mata pencaharian adalah sebagai berikut: 3

54 Tabel 2.5 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian 28 2 Jumlah No Mata Pencaharian () (3) (4) (5) (2) Satuan (6) Pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan Orang Orang Orang perikanan 2 Pertambangan penggalian 3 Industri pengolahan 4 Listrik, gas air 5 Bangunan Orang Orang Orang Orang Orang Orang Orang Perdagangan besar, 6 eceran, rumah makan hotel 7 Angkutan, pergugan komunikasi Keuangan, asuransi, 8 usaha sewa bangunan, tanah jasa perusahaan 9 Jasa kemasyarakatan Jumlah Sumber data : BPS Kab. Mojokerto Berdasarkan jenis kelamin maka jumlah penduduk lakilaki lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Dalam 29 jumlah penduduk lakilaki sebesar jiwa jumlah penduduk perempuan sebesar jiwa. Berikut data jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto menurut jenis kelamin untuk tiap kecamatan. 3

55 Tabel 2.6 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin 29 NO KECAMATAN JUMLAH PENDUDUK JATIREJO 2 GONDANG PACET TRAWAS NGORO PUNGGING KUTOREJO MOJOSARI DLANGGU BANGSAL PURI TROWULAN SOOKO GEDEG KEMLAGI JETIS DAWARBLANDONG MOJOANYAR JUMLAH Sumber : BPS Kab. Mojokerto B. JENIS KELAMIN LAKILAKI PEREMPUAN Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek kesejahteraan masyarakat secara umum dapat didekati melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Indeks (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan standar hidup layak. 32

56 HDI mengukur pencapaian ratarata suatu wilayah dalam 3 dimensi dasar pembangunan manusia : a) Hidup sehat panjang umur yang diukur dengan harapan hidup saat kelahiran b) Pengetahuan yang diukur dengan angka tingkat baca tulis pada orang dewasa (bobotnya dua per tiga) kombinasi pendidikan dasar, menengah, atas gross enrollment ratio (bobot satu per tiga) c) Standar kehidupan yang layak dengan GDP (Gross Domestic Product) / Produk Domestik Bruto per Kapita dalam paritas kekuatan beli/paritas daya beli (purchasing power parity) Angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) berkisar antara, menurut skala Internasional IPM yang bergolong tinggi adalah lebih dari 8, skala IPM menengah atas adalah 66, 79,99 ; skala menengah bawah antara 5, 65,99 ; segkan Indeks Pembangunan Manusia skala rendah adalah kurang dari 5,. Dalam 3 tahun terakhir IPM adalah sebagai berikut: Tabel 2.7 Indeks Pembangunan Manusia Keterangan Indeks Kesehatan 7,5 7,2 73,7 2 Indeks Pendidikan 82,9 83,2 83,8 3 Indeks Daya Beli 66,5 64,48 65,4 72,95 73,3 73, IPM Sumber : Bappeda kab. Mojokerto Cat : Data 2 seg dalam proses analisa perhitungan oleh BPS 33

57 Dari tabel dapat diketahui bahwa IPM mangalami peningkatan yang pada 29 mencapai angka 73,. IPM tersebut pada konteks regional Jawa Timur ternyata masih diatas ratarata IPM Jawa Timur. Selanjutnya tren peningkatan IPM dapat digambarkan sebagaimana grafik berikut: Grafik 2.2 Indeks Pembangunan Manusia Beberapa urusan yang terkait dengan IPM dapat disampaikan sebagai berikut: a) Status Pembangunan Big Kesehatan Faktor kesehatan menjadi satu dari tiga indikator penting penunjang pembangunan manusia karena tingkat produktifitas manusia bisa tergali optimal bila kondisi kesehatan tubuhnya maksimal. Status pembangunan big kesehatan dapat diwakili dengan indikator angka kematian bayi, Angka Harapan Hidup (AHH), angka kematian ibu bersalin, angka kematian umum, angka 34

58 kesakitan angka kelahiran. Indikator tersebut dalam 5 tahun terakhir adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel 2.8 Status / indikator kinerja pembangunan big kesehatan 262 No. URAIAN Satuan Angka Kematian bayi Usia Harapan Hidup Promil 6 6,3 6,78 6,38 7,54 Per. KH Promil , , ,63 3,53 3,3 2,58,7, Persen 75,2 7,2 67,87 62,5 72,22 Promil 7,28 6,8 7,6 6,84 6,9 2. Lakilaki Perempuan 3. Angka Kematian Ibu bersalin Angka Kematian Umum Angka kesakitan/ kebutuhan berobat Angka kelahiran Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Mojokerto 2 Dari tabel tersebut dapat diketahui halhal sebagai berikut: ) Angka kematian bayi. Untuk menilai hasil dari pelayanan kesehatan terhadap bayi balita dilakukan melalui beberapa standar pelayanan kepada bayi balita. Dalam tahun 2 angka kematian bayi di Kabupaten Mojokerto tercatat sebesar 7,54 per kelahiran hidup. merupakan angka yang relatif kecil di tingkat Jawa Timur. Dalam 5 tahun terakhir angka kematian bayi juga menunjukkan penurunan yang signifikan. 35

59 2) Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup (AHH) sangat berkaitan erat dengan keberhasilan pembangunan sosial ekonomi suatu wilayah. Semakin tinggi AHH mengindikasikan pembangunan sosial ekonomi di wilayah tersebut semakin maju. Dari tabel dapat diketahui Angka Harapan hidup meningkat pada setiap tahunnya hingga mencapai angka 68 untuk penduduk lakilaki 69 untuk penduduk perempuan pada 2. 3) Kematian ibu bersalin Kematian Ibu adalah kematian yang terjadi pada ibu karena peristiwa kehamilan, persalinan masa nifas. Realisasi angka kematian ibu melahirkan selama 5 tahun mengalami fluktuasi, terendah pada tahun 29 yang tercapai sebesar 7,25 per. kelahiran hidup. Segkan angka kematian tertinggi terjadi pada tahun 26 yang sebesar 5 per. kelahiran hidup. Namun demikian angka ini relatif cukup berhasil ditingkat regional Jawa Timur. 4) Angka Kematian umum Dalam 5 tahun terakhir angka kematian umum menunjukkan angka yang relatif kecil menunjukkan tren yang menurun. Pada 2 angka kematian umum tercatat promil. Hal ini menggambarkan perkembangan derajat kesehatan masyarakat ataupun sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan. 5) Angka kesakitan / kebutuhan berobat Angka kebutuhan berobat menunjukkan kesadaran masyarakat dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan secara medis. Dalam 5 tahun terakhir 36

60 angka kebutuhan berobat menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan pada 2 mencapai angka 72,22 persen. Dari status / indikator kinerja pembangunan big kesehatan tersebut maka tren perkembangannya dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.3 Status / indikator kinerja pembangunan big kesehatan

61 b) Status Pembangunan Big Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan faktor penting dalam penentuan tingkat kualitas hidup. Semakin tinggi tingkat pendidikan suatu masyarakat, semakin baik pula kualitas sumber dayanya. Aspek yang berpengaruh dalam mewujudkan tingkat pendidikan di masyarakat secara umum adalah melalui 4 sendi pokok yaitu pemerataan kesempatan, kualitas proses belajar mengajar, relevansi pendidikan efisiensi pengelolaan. Status / indikator kinerja pembangunan big pendidikan secara umum dapat diketahui dari Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Kasar (APK). Tabel 2.9 Angka Partisipasi Murni (APM) 262 No ,6 99,89 99,38 99,88 99,8 Indikator. APM SD/ MI 2. APM SLTP/MTS 7,8 82,3 96,64 96,7 94,57 3. APM SLTA/MA/SMK 4,4 53,2 67,2 7,63 73,8 Sumber : Dinas Pendidikan Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam 5 tahun terakhir secara umum Angka Partisipasi Murni (APM) pada jenjang pendidikan SD/MI, SLTP/MTs SLTA/MA/SMK mengalami peningkatan, meskipun pada tahun terakhir mengalami penurunan. Hal ini dimungkinkan aya penduduk yang bersekolah di 38

62 luar wilayah Kabupaten Mojokerto, seperti di Kota Mojokerto, Jombang maupun Surabaya. Tabel 2. Angka Partisipasi Kasar (APK) 262 No Indikator APK SD/MI 3,84 3,96,47,46 2,9 2 APK SLTP/MTs 88,34 92,7 92,52 93,34 94,8 3 APK SLTA/MA/SMK 52,58 57,39 77,7 77,33 74,2 Sumber : Dinas Pendidikan Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk mengikuti pendidikan secara formal masih cukup tinggi meskipun melalui pendidikan Kelompok Belajar Paket pada tingkat Paket A, B maupun C. Tren peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Kasar (APK) pada berbagai jenjang dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.4 Angka Partisipasi Murni (APM)

63 Grafik 2.5 Angka Partisipasi Kasar (APK) c) Status pembangunan Big Ekonomi Ketenagakerjaan Laju pertumbuhan ekonomi 25 sampai 29 telah menunjukkan indikasi pemulihan ekonomi cukup signifikan. Hal tersebut tidak terlepas dari kontribusi masingmasing sektor PDRB yang menunjukkan peningkatan positif. Sektor sekunder masih menjadi andalan terhadap pembangunan ekonomi yang diikuti sektor tersier primer. Tabel 2. Laju Pertumbuhan Ekonomi Th Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) ,37 5,47 5,93 5,88 5,6 Sumber Data: BPS 4

64 Dari tabel diketahui bahwa laju pertumbuhan ekonomi meningkat dari 25 sampai 27 namun menurun kembali hingga 29. Memang banyak faktor yang mempengaruhi pada laju pertumbuhan ekonomi ini termasuk faktor eksternal diantaranya adalah aya kebijakan terkait pasar global. Tren laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.6 Laju pertumbuhan ekonomi Dari aspek lowongan kerja, pencari kerja penempatan tenaga kerja dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.2 Lowongan Kerja, Pencari Kerja Penempatan Tenaga Kerja Lowongan kerja Pencari kerja terdaftar Penempatan tenaga kerja 5.2 No URAIAN Sumber : Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi 4

65 Grafik 2.7 Lowongan Kerja, Pencari Kerja Penempatan Tenaga Kerja Dari tabel grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah lowongan kerja, pencari kerja terdaftar penempatan tenaga kerja dari 26 hingga 2 berfluktuasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh berfluktuasinya lapangan / pasar kerja yang ada di maupun pada wilayah Regional Jawa Timur. 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sejak tahun 25 sampai dengan tahun 29, PDRB atas dasar harga konstan Kabupaten Mojokerto mengalami peningkatan setiap tahunnya. Demikian juga PDRB atas dasar harga berlaku juga mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: 42

66 Tabel 2.3 PDRB Th Produk Domestik Regional Bruto (Jutaan) Harga Konstan Harga Berlaku , , , , , , , , , ,95 Sumber data : BPS Tren peningkatan PDRB dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.8 Tren Kenaikan PDRB Sumbangan tiap sektor PDRB secara terperinci adalah sebagai berikut: 43

67 Tabel 2.4 Sumbangan Tiap Sektor Th Sektor , 33,76 33,25 32,29 3,8 23,29 24,3 24,9 25,53 25,72 3. Pertanian 2,45 2,48 2,22 2,22 2,25 4. Jasajasa 8,6 8, 8,8 8,23 8,3 5,93 4,22 4,9 4,5 4,8 3,96 4, 4,2 4,5 4,9 2,62 2,68 2,79 2,93 2,95,45,47,49,59,62,4,9,6,,8 % % %. Industri Pengolahan 2. Perdagangan, Hotel Restoran 5. Pengangkutan Komunikasi 6. Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan 7. Bangunan 8. Pertambangan Penggalian 9. Listrik, Gas Air Bersih Total % % Sumber data : BPS Secara umum sumbangan sektor PDRB yang paling dominan adalah dari sektor industri pengolahan yang pada 29 mencapai angka 3,8 % selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan, hotel restoran yang mencapai angka 25,72 % sektor pertanian yang mencapai angka 2,25 %. Komposisi sumbangan sektor PDRB pada 29 dapat dilihat pada grafik berikut: 44

68 Grafik 2.9 Komposisi sumbangan sektor PDRB Selanjutnya untuk mengetahui tingkat kemakmuran penduduk maka dipergunakan pendekatan pendapatan regional per kapita. Untuk memperoleh nilai riil indikator pendapatan regional per kapita maka dipergunakan angka pendapatan regional per kapita atas dasar harga konstan, hal ini untuk menghilangkan pengaruh tingkat perubahan harga barang jasa (inflasi / deflasi) yang terjadi pada tahun berjalan. Pendapatan regional per kapita dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut: 45

69 Tabel 2.5 Pendapatan Regional Per Kapita Th Pendapatan Regional Per Kapita (jutaan) ADHB ADHK 7.6.8, , , , , , , ,38.6.2, ,86 Sumber Data: BPS Dari tabel dapat diketahui bahwa pendapatan regional per kapita atas dasar harga konstan dari tahun 25 mengalami peningkatan hingga 28 menurun pada 29. Grafik 2. Tren Peningkatan Pendapatan Regional Per Kapita 46

70 C. Aspek Pelayanan Umum. Fokus Layanan Urusan Wajib a. Pendidikan Selain ketersediaan guru berkualitas berkeahlian yang cukup, ketersediaan sarana yang layak merupakan modal dasar agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik. Indikator kinerja yang digunakan adalah: () Rasio jumlah guru terhadap jumlah murid Target nasional berdasarkan standar ideal indikator pemerataan pendidikan yang diterbitkan Kementerian sebesar Pendidikan :4, Nasional SMP/MTs adalah sebesar SD/MI :2 SMA/MA/SMK sebesar :2. Perkembangan rasio jumlah guru murid pada masingmasing jenjang pendidikan tahun 26 2 adalah sebagai berikut: Tabel 2.6 Rasio jumlah guru terhadap jumlah murid No Uraian SD/MI 26 /2 27 /2 28 / 29 / 2 /2 2 SMP/MTs /3 /3 / /2 /4 3 SMA/MA/SMK /2 / / / / Sumber Data : Dinas Pendidikan Rasio tersebut menunjukkan bahwa jumlah ketersediaan guru baik pada jenjang SD/MI, SMP/MTs maupun jenjang SMA/MA/SMK telah mencukupi dibandingkan dengan jumlah murid yang ada. 47

71 (2) Rasio jumlah kelas terhadap murid Standar nasional berdasarkan standar ideal indikator pemerataan pendidikan yang diterbitkan Kementerian Pendidikan Nasional adalah SD/MI sebesar : 4, SMP/MTs sebesar : 4 SMA/MA/SMK : 4 Perbandingan jumlah kelas terhadap murid pada masingmasing jenjang pendidikan untuk tahun 26 sampai dengan 2 adalah sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 2.7 Rasio jumlah kelas terhadap murid No Uraian SD/MI 26 /2 27 /2 28 /8 29 /8 2 /22 2 SMP/MTs /22 /23 /8 /8 /33 3 SMA/MA/SMK /39 /38 /3 /3 /35 Sumber Data : Dinas Pendidikan Berdasarkan rasio tersebut terlihat bahwa jumlah murid pada semua jenjang pendidikan telah tertampung pada kelas yang tersedia. b. Kesehatan () Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu Rumah Sakit per Kecamatan Disamping kualitas pelayanan yang baik, maka ketersediaan pemerataan prasarana sarana pusat pelayanan kesehatan juga sangat diperlukan. Dalam 3 tahun terakhir semua kecamatan di Kabupaten Mojokerto telah tersedia pusat pelayanan kesehatan baik berupa puskesmas puskesmas pembantu, 48

72 serta tersedia pula 2 RSUD 7 Rumah Sakit swasta yang melayani wilayah. Jumlah puskesmas, puskesmas pembantu rumah sakit dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.8 Jumlah Puskesmas, Puskesmas Pembantu Rumah Sakit per Kecamatan Puskesmas No Kecamatan JATIREJO 8 MOJOANYAR GONDANG PACET TRAWAS NGORO PUNGGING KUTOREJO MOJOSARI DLANGGU BANGSAL PURI TROWULAN SOOKO GEDEG KEMLAGI JETIS DAWARBLAND ONG Jumlah Jumlah Puskesmas Rumah sakit Pembantu Sumber : Dinas Kesehatan 49

73 (2) Jumlah tenaga medis paramedis Jumlah tenaga medis paramedis dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.9 Jumlah tenaga medis, paramedis kunjungan ke puskesmas No Tenaga medis / paramedis / kunjungan ke puskesmas Jumlah Dokter spesialis Dokter umum Dokter gigi Ahli gizi Bi Perawat Sumber : Dinas Kesehatan (3) Jumlah penduduk yang memanfaatkan RSUD puskesmas Pemanfaatan pusat pelayanan kesehatan oleh masyarakat dalam berobat adalah berbanding linier dengan kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan kesehatannya. Dalam 5 tahun terakhir jumlah kunjungan pada pusat pelayanan kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut: 5

74 Tabel 2.2 Jumlah penduduk yang memanfaatkan RSUD Puskesmas Jumlah No indikator kunjungan RSUD ,9 72, 67,3 74,3 83 6,7 87,35 53,94 67,38 69,3 ke Prof. Dr. Soekandar 2 kunjungan RSUD RA. Basuni Bed 3 ke Occupancy Rate (BOR) RSUD Prof. Dr. Soekandar (%) Bed 4 Occupancy Rate (BOR) RSUD RA. Basuni (%) Kunjungan ke puskesmas (kali/tahun) Sumber : Dinas Kesehatan Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pemanfaatan pusat pelayanan kesehatan oleh masyarakat ternyata cukup tinggi. Dalam 2 jumlah kunjungan ke RSUD Prof. Dr. Soekandar mencapai angka kunjungan dengan BOR sebesar 83%, segkan pada RSUD RA Basuni tingkat kunjungan mencapai angka kunjungan dengan BOR mencapai 69,3 %. 5

75 Dari standar BOR yang ditetapkan untuk setiap rumah sakit sebesar 75 % 85 %, maka RSUD Prof. Dr. Soekandar angka BOR termasuk cukup tinggi, segkan untuk RSUD RA Basuni masih relatif rendah karena RSUD tersebut relatif baru dibangun dengan berbagai keterbatasan prasarana sarananya. Kunjungan terhadap puskesmas dalam 2 mencapai angka kunjungan yang berarti 55 % jumlah penduduk telah memanfaatkan puskesmas sebagai pelayanan kesehatan. c. Pekerjaan Umum () Kondisi Jalan Jembatan Untuk memenuhi kebutuhan prasarana perhubungan maka pemerintah kabupaten harus menyediakan jalan jembatan tingkat kabupaten untuk prasarana lalu lintas. Panjang jalan kabupaten mencapai 864,7 Km secara keseluruhan telah berkonstruksi aspal. Kondisi jalan dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat sebagaimana tabel berikut: Tabel 2.2 Kondisi Jalan aspal kabupaten Mojokerto (Km) No Kondisi Baik 58,59 62,747 65, Seg ,225 39,225 Rusak 74,23 88,35 73,39 864,7 864,7 864,7 Jumlah Sumber data : Dinas PU Bina Marga 52

76 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa pada 2 sebagian besar jalan kabupaten yaitu 65,843 Km adalah berkondisi baik atau 75 % dari total panjang jalan kabupaten. Perkembangan kondisi jalan kabupaten dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2. Perkembangan kondisi jalan Dengan dilewatinya jalan kabupaten oleh kendaraan yang sejak awal pembangunannya tidak disiapkan untuk kapasitas kendaraan yang cukup tinggi maka tingkat kerusakan jalan semakin tinggi. Untuk itu pemerintah kabupaten terus berupaya untuk memperbaiki kondisi jalan yang ada sehingga kondisi jalan dapat normal kembali. Kondisi jembatan yang ada di Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : 53

77 Tabel 2.22 Kondisi jembatan (unit) No Kondisi Seg Rusak Jumlah Baik 2 3 Sumber : Dinas PU Bina Marga Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa semua jembatan kabupaten kondisinya baik, yaitu sebanyak 245 unit dari 287 jembatan yang ada atau sebesar 85,36 %. Perkembangan kondisi jembatan kabupaten dalam 4 tahun terakhir adalah sebagaimana grafik berikut: Grafik 2.2 Perkembangan kondisi jembatan (jembatan) 54

78 (2) Ketersediaan LPJU bagi masyarakat Untuk menyediakan kenyamanan keamanan pengguna jalan khususnya pada malam hari maka diperlukan Lampu Penerangan Jalan Umum (LPJU). Sampai dengan 2 LPJU yang sudah dicukupi adalah pada beberapa jalan kolektor primer sekunder serta pusatpusat ibukota kecamatan. Jumlah LPJU dalam 5 tahun terakhir adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel 2.23 Jumlah LPJU No Indikator Jumlah LPJU Sumber Data : Dinas PU Cipta Karya Tata Ruang Dari tabel diketahui bahwa secara kuantitatif jumlah LPJU memang masih belum memadai, namun pada setiap tahun telah ditingkatkan sesuai dengan kemampuan anggaran daerah. Perkembangan jumlah LPJU dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.3 Perkembangan jumlah LPJU 55

79 (3) Luas areal dengan irigasi teknis Sejak tahun 26 sampai dengan tahun 2 luas daerah irigasi teknis yang ada relatif tetap. Luas daerah irigasi teknis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.24 Luas Irigasi Teknis 26 2 No Indikator 26 Luas Irigasi Teknis (Ha) Sumber data : Dinas PU Pengairan Dari tabel dapat diketahui bahwa luas lahan pertanian yang terlayani irigasi secara teknis adalah sebesar Ha dengan perkembangan yang relatif tetap bahkan menurun di tahun terakhir. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.4 Perkembangan luas Irigasi Teknis 56

80 (4) Air Bersih Jumlah pelanggan air bersih di wilayah pada tahun 2 sebanyak 2.7 pelanggan. Segkan volume air yang disalurkan sebesar.867. m3 dengan nilai Rp ,. (5) Kelistrikan Sampai dengan tahun 29 kelistrikan di masih mengandalkan sumber energi listrik dari PLN. Jumlah pelanggan PLN mencapai rumah tangga atau meningkat.42% dibandingkan tahun 26. Konsumsi listrik terbesar adalah dari kelompok industri sebesar kwh ( % ) diikuti kelompok rumah tangga sebesar kwh ( % ). d. Penataan Ruang () Jumlah RDTRK Untuk menjaga keseimbangan peruntukan ruang daerah perlu disusun dokumen penataan ruang. Dokumen ini disusun sebagai acuan masyarakat dalam melakukan aktivitas pemanfaatan lahan ruang di suatu wilayah. Di tingkat kecamatan peruntukan ruang ditetapkan dalam dokumen Rencana Detail Tata Ruang Kecamatan (RDTRK). Dokumen ini menetapkan secara spesifik peruntukan lahan di wilayah kecamatan. Jumlah RDTRK saat ini adalah 8 buah. 57

81 e. Perencanaan Pembangunan () Jumlah dokumen perencanaan penelitian yang dihasilkan Untuk meningkatkan pengelolaan pemerintahan yang baik perlu disusun rencana pembangunan agar terarah, terukur, proporsional sesuai dengan kemampuan anggaran daerah. Segkan penelitian diperlukan sebagai salah satu bahan perencanaan agar memperoleh produk perencanaan yang tepat sasaran, optimal feasibel. Selama tahun 25 sampai dengan tahun 29 dokumen perencanaan yang dihasilkan adalah: 25: Pola Dasar Pembangunan Lima (POLDAS) Renstra Renstra SKPD Rencana Pembangunan an (REPETADA) 26 s/d 29 : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Prioritas Plafon Anggaran (PPAS) Segkan dokumen penelitian selama lima tahun yang dihasilkan sebanyak dokumen yaitu pada big ekonomi, sosial budaya fisik prasarana dengan jumlah tiap tahunnya berfluktuasi. 58

82 f. Koperasi Usaha Kecil Menengah (KUKM) () Jumlah Koperasi yang ada Jumlah koperasi yang ada selama lima tahun meningkat sebesar 4 %, yaitu dari jumlah koperasi tahun 26 sebanyak 37 unit menjadi 744 unit di tahun 2. Perkembangan jumlah koperasi dalam 5 tahun terakhir adalah sebagaimana tabel berikut: Tabel 2.26 Perkembangan jumlah koperasi No Indikator Jumlah Koperasi Sumber: Dinas Koperasi UMKM Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa disamping jumlah koperasi yang cukup banyak (pada 2 mencapai peningkatannyapun 744 relatif koperasi), besar. maka Perkembangan jumlah koperasi dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.5 Perkembangan jumlah koperasi

83 (2) Jumlah Koperasi yang sehat Jumlah koperasi yang sehat selama lima tahun terakhir adalah cukup tinggi yang pada 2 mencapai 598 koperasi atau sebanyak 8,37 % dari total jumlah koperasi di kabupaten. Perkembangan jumlah koperasi sehat ratarata dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 2 %. Perkembangan jumlah koperasi sehat sejak tahun 26 hingga tahun 2 dapat dilihat sebagaimana tabel berikut: Tabel 2.27 Perkembangan jumlah koperasi sehat No Indikator Jumlah Koperasi sehat Sumber: Dinas Koperasi UMKM Perkembangan jumlah koperasi sehat dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.6 Perkembangan jumlah koperasi sehat 6 598

84 (3) Jumlah usaha kecil Selama lima tahun jumlah usaha kecil meningkat sebesar 268,4 % yaitu dari sebanyak unit pada tahun 26 menjadi sebanyak unit pada tahun 2. Perkembangan jumlah usaha kecil selama lima tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.28 Perkembangan usaha kecil No Indikator Jumlah usaha kecil (unit) Sumber: Dinas Koperasi UMKM Perkembangan jumlah usaha kecil 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.7 Perkembangan jumlah usaha kecil 6

85 (4) Jumlah usaha menengah Selama 5 tahun jumlah usaha menengah meningkat sebesar 7,83 % yaitu dari sebanyak.882 unit pada tahun 26 menjadi sebanyak 3.25 unit pada tahun 2. Perkembangan jumlah usaha menengah selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.29 Perkembangan usaha menengah No Indikator Jumlah usaha menengah Sumber: Dinas Koperasi UMKM Perkembangan jumlah usaha menengah selama 5 tahun dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.8 Perkembangan jumlah usaha menengah 62

86 g. Pemerintahan umum () Jumlah produk hukum yang ditetapkan Untuk mengukur efektivitas jalannya pemerintahan salah satunya diukur dengan sampai sejauhmana kelengkapan peraturan perungan sebagai kelengkapan hukum setiap aktivitas yang dilaksanakan. Kelengkapan hukum tersebut adalah keberadaan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati Keputusan Bupati yang sesuai dengan kebutuhan. Jumlah produk Hukum yang dihasilkan selama tahun adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Jumlah produk hukum No Produk Hukum Peraturan Daerah Peraturan Bupati Keputusan Bupati Instruksi Bupati Peraturan / perjanjian / Keputusan Bersama Sumber: Bagian hukum Setda Kab. Mojokerto (2) Jumlah Standar Pelayanan Minimal (SPM) Untuk mengukur akuntabilitas pelayanan kepada masyarakat maka setiap SKPD harus memiliki Standar pelayanan minimal (SPM). SPM merupakan acuan bagi SKPD dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. 63

87 Selama tahun 26 29, jumlah SKPD yang telah menyusun SPM sebanyak 4 SKPD. SKPD tersebut adalah :. Ba Pelayanan Perijinan Terpadu 2. Ba Lingkungan Hidup 3. Dinas pendidikan 4. RSUD Dengan aya SPM pelayanan pada empat memenuhi kebutuhan tersebut SKPD diharapkan tersebut tuntutan dapat masyarakat. Segkan untuk SKPD yang belum menyusun SPM, pemerintah Kabupaten berkomitmen untuk segera melengkapinya dengan SPM sesuai dengan yang disyaratkan. (3) Indeks Kepuasan Masyarakat Untuk menilai kepuasan masyarakat dalam menerima pelayanan oleh pemerintah kabupaten maka baru melaksanakan pada 2. Indeks kepuasan masyarakat pada tahun 2 dapat dilihat sebagaimana tabel berikut: Tabel 2.3 Indeks kepuasan masyarakat No Indikator Indeks kepuasan masyarakat di big ,7 7,7 pendidikan (%) 2 Indeks kepuasan masyarakat di big birokrasi pemerintahan (Perijinan, Catatan sipil, Kecamatan) (%) Sumber: Bappeda Kab. Mojokerto 64

88 Dari tabel dapat diketahui bahwa indeks kepuasan masyarakat baik di big pendidikan maupun di big birokrasi pemerintahan relatif cukup tinggi. h. Sosial () Jumlah penduduk miskin Untuk menilai tingkat perlindungan sosial kepada masyarakat maka perlu dilakukan upaya pengentasan kemiskinan di masyarakat. Jumlah penduduk miskin di relatif masih tinggi yaitu pada 2 mencapai Rumah Tangga Miskin (RTM). Perkembangan jumlah keluarga miskin tahun 28 hingga tahun 2 adalah sebagaimana pada tabel berikut: Tabel 2.32 Jumlah keluarga miskin No Indikator Jumlah keluarga miskin (RTM) Sumber: BPS Kab. Mojokerto Catatan: data tahun 28 berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), segkan 29 2 berdasarkan parameter Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 65

89 Grafik 2.9 Jumlah keluarga miskin Catatan: data tahun 28 berdasarkan Susenas, segkan 29 2 berdasarkan parameter PPLS Terhadap jumlah penduduk miskin tersebut maka beberapa program yang dilaksanakan untuk pengentasan kemiskinan antara lain adalah: Jamkesmas Jamkesda Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Program peningkatan keberdayaan masyarakat Program Keluarga Harapan (PKH) Pemberdayaan anak jalanan Raskin (2) Jumlah PMKS yang dibantu Untuk menilai perlindungan penanganan permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat maka pemerintah kabupaten mempunyai tanggungjawab 66

90 untuk mengurangi Pengurangan jumlah PMKS memberdayakan PMKS dilakukan PMKS yang melalui mengurangi ada. upaya faktor penyebab meningkatnya PMKS. Jumlah PMKS yang dibantu sejak tahun 26 s/d tahun 2 adalah sebagaimana data pada tabel berikut: Tabel 2.33 Jumlah PMKS yang dibantu No Indikator Jumlah PMKS yang dibantu (jiwa) Sumber: Dinas Sosial Jumlah PMKS yang dibantu pada setiap tahunnya adalah fluktuatif. Gambaran perkembangan tersebut dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.2 Jumlah PMKS yang dibantu 67

91 i. Perpustakaan () Jumlah Perpustakaan Pengunjung Jumlah pengunjung perpustakaan selama lima tahun berfluktuasi mencapai angka tertinggi tahun 27 Perkembangan Jumlah pengunjung perpustakaan selama 5 tahun terakhir sebagaimana pada tabel berikut: Tabel 2.34 Jumlah perpustakaan pengunjung Jumlah Perpustakaan jumlah pengunjung.728 No Indikator perpustakaan (orang) Sumber: Kantor Perpustakaan,Arsip Dokumentasi Dari tabel dapat diketahui bahwa jumlah perpustakaan mengalami peningkatan, segkan jumlah pengunjung adalah berfluktuatif. Gambaran perkembangan jumlah pengunjung dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.2 Jumlah pengunjung perpustakaan 68

92 (2) Jumlah buku perpustakaan Realisasi jumlah buku perpustakaan pada tahun 2 sebanyak 8.57 eksemplar, meningkat 83,85 % dibanding tahun 26 yang hanya sebesar.72 eksemplar. Perkembangan jumlah buku pepustakaan selama 5 tahun terakhir adalah sebagaimana pada data tabel berikut: Tabel 2.35 Jumlah buku perpustakaan No Indikator Jumlah buku perpustakaan Sumber: Kantor Perpustakaan,Arsip Dokumentasi Dari tabel diketahui bahwa jumlah buku perpustakaan mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Perkembangan peningkatan jumlah buku dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.22 Jumlah buku perpustakaan 69

93 Jumlah buku perpustakaan dari tahun ke tahun semakin meningkat. Dari grafik terlihat bahwa penambahan buku secara signifikan terjadi pada tahun 2. (3) Jumlah judul buku perpustakaan Realisasi jumlah judul buku perpustakaan pada tahun 2 sebanyak.769 judul, meningkat 85,5 % dibanding tahun 26 yang sebesar 6.36 judul. Perkembangan jumlah judul buku perpustakaan selama lima tahun terakhir adalah sebagaimana pada data tabel berikut ini: Tabel 2.36 Jumlah judul buku perpustakaan No Indikator Jumlah judul buku perpustakaan Sumber: Kantor Perpustakaan,Arsip Dokumentasi Grafik 2.23 Jumlah judul buku perpustakaan 7

94 D. Aspek Daya Saing Daerah. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah a. Kondisi Ekonomi Pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah mampu menggambarkan aktivitas ekonomi selama kurun waktu tertentu, tiap daerah memiliki karakteristik tertentu atas hasil produk unggulan yang diharapkan mampu bersaing diserap oleh pasar, untuk kemudian ikut menopang pertumbuhan ekonomi wilayah. Kondisi big industri perdagangan yang menjadi daya saing adalah sebagai berikut:. Industri Jumlah perusahaan industri besar seg di pada 2 mencapai sejumlah perusahaan. Jenis perusahaan dikelompokkan dalam 4 kelompok yaitu : Industri logam, elektro aneka; Industri kimia, agro hasil hutan; Sentra industri kecil Non sentra industri kecil. Jumlah industri, jumlah tenaga kerja, nilai investasi, nilai produksi nilai ekspor pada 4 tahun terakhir dapat dilihat sebagaimana data tabel berikut: 7

95 Tabel 2.37 Data Industri 262 URAIAN No SAT A. Jumlah Industri. Industri Logam Mesin Elektro Aneka Unit Industri Kimia Agro Hasil Hutan Unit Sentra Industri Kecil Unit Non Sentra Industri Kecil Unit JUMLAH B. Jumlah Tenaga Kerja. Industri Logam Mesin Elektro Aneka Org Industri Kimia Agro Hasil Hutan Org Sentra Industri Kecil Org Non Sentra Industri Kecil Org JUMLAH C. Nilai Investasi (Juta). Industri Logam Mesin Elektro Aneka Rp , , , , , 2. Industri Kimia Agro Hasil Hutan Rp , , , , , 3. Sentra Industri Kecil Rp 4.56, , , , , 4. Non Sentra Industri Kecil Rp 336.3, , , , , ,.8.677, ,.87.25, , JUMLAH D. Nilai Produksi (Juta). Industri Logam Mesin Elektro Aneka Rp.78.22, , , , ,25 2. Industri Kimia Agro Hasil Hutan Rp , , , , ,9 3. Sentra Industri Kecil Rp 37.4, , , , , 4. Non Sentra Industri Kecil Rp 265.4, , , , , , , , , ,66 JUMLAH E. Nilai Ekspor (Ribu). Industri Logam Mesin Elektro Aneka US $ , , , ,.45.35, 2. Industri Kimia Agro Hasil Hutan US $ , , , , , 3. Sentra Industri Kecil US $ 89.3, , 4. Non Sentra Industri Kecil US $ , , , , , , , , JUMLAH ,3 Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan Kab. Mojokerto 72

96 Dari tabel dapat diketahui masingmasing sebagai berikut: Jumlah Industri secara umum meningkat ratarata sebesar 2,78 % dalam 5 tahun terakhir. Peningkatan jumlah terbesar pada kelompok jenis Industri Logam Mesin Elektro Aneka yang meningkat ratarata sebesar 26,49 % diikuti dengan kelompok jenis industri kimia, agro hasil hutan yang meningkat ratarata sebesar 22,34 %. Jumlah tenaga kerja secara umum meningkat ratarata sebesar 2,26 % dalam 5 tahun terakhir. Peningkatan jumlah tenaga kerja terbesar pada kelompok jenis industri industri kimia, agro hasil hutan yang meningkat ratarata sebesar 9,53 %, diikuti dengan kelompok jenis sentra industri kecil yang meningkat ratarata sebesar 4,3 %. Nilai investasi perusahaan industri pada 2 mencapai Rp ,. Dalam 5 tahun terakhir nilai investasi perusahaan industri mengalami peningkatan ratarata sebesar 2,86 %. Peningkatan nilai investasi terbesar pada kelompok jenis Industri Logam Mesin Elektro Aneka yang mencapai ratarata sebesar 5,9 %. Nilai produksi perusahaan industri pada 2 mencapai Rp ,66. Dalam 5 tahun terakhir nilai produksi perusahaan industri mengalami peningkatan ratarata sebesar 5,72 %. Peningkatan nilai produksi terbesar pada kelompok jenis Non Sentra Industri Keci yang mencapai ratarata sebesar 2,38 %, diikuti dengan kelompok jenis Industri 73

97 Kimia Agro Hasil Hutan yang mencapai ratarata sebesar,69 %. Nilai ekspor perusahaan industri pada 2 mencapai US $ ,. Dalam 5 tahun terakhir nilai ekspor perusahaan industri relatif tetap. Terjadi peningkatan yang cukup besar yaitu pada tahun 27 yang mencapai nilai ekspor sebesar US $ ,. 2. Industri kecil kerajinan Industri kecil terutama industri kecil kerajinan yang sebagian besar merupakan produk unggulan di jumlahnya cukup banyak membentuk sentrasentra industri kecil. Beberapa produk unggulan kabupaten Mojokerto asal kecamatan sebagai sentra produksinya adalah sebagai berikut:. Kerajinan Perak di Kec. Kemlagi 2. Kerajinan Bambu di Kec. Kemlagi, Kec. Dawarblandong 3. Kerajinan tas Dompet di Kec. Jetis, Kec. Sooko 4. Kerajinan Fiberglas di Kec. Trowulan 5. Kerajinan Kayu di Kec. Puri 6. Kerajinan Cor Kuningan di Kec. Trowulan 7. Kerajinan Sepatu di Kec. Trowulan, Kec. Pungging, 8. Kerajinan Sepatu di Kec. Sooko, Kec. Puri, Kec. Gedeg 9. Ketan Hitam di Kec. Pacet. Pisang Cavendis di Kec. Gong 74

98 . Madu Lebah di Kec. Pacet, Kec. Puri 2. Kerupuk Rambak di Kec. Trowulan, Kec. Bangsal 3. Mangga Gadung di Kec. Puri, Kec. Dlanggu 4. Industri Kacang Mete di Kec. Ngoro 5. Telur Asin, Bebek Asap di Kec. Mojosari, Kec Bangsal 6. Industri Jamur di Kec. Pacet, Kec Trawas 3. Pengadaan harga dasar gabah/beras Pengadaan gabah di Kabupaten Mojokerto mengalami peningkatan. Selama 29 realisasi pengadaan gabah untuk sebesar 2. ton. Sementara pada tahun 28 sebesar. ton. Kebijaksanaan harga dasar gabah yang ditetapkan oleh pemerintah pada tahun 29 sebesar Rp. 3 per kg. Segkan pada 28 harga gabah sebesar Rp. 2.8 per kg. Harga pembelian gabah juga beras oleh KUD mengalami peningkatan yaitu harga untuk gabah beras masingmasing adalah sebesar Rp 3.4 Rp.4.6 per kg. b. Pertanian () Luas Tanam Pertanian Tanaman Pangan Luas tanam pertanian tanaman pangan pada beberapa komoditi tanaman pangan dalam 5 tahun terakhir adalah sebagaimana tabel berikut: 75

99 Tabel 2.38 Luas Tanam Pertanian Tanaman Pangan 262 (Ha) No. KOMODITI Padi Jagung Kedele Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kacang Hijau Sumber Data : Dinas Pertanian Dari tabel dapat diketahui bahwa secara umum luas tanam pertanian tanaman pangan untuk berbagai komoditi tanaman pangan jumlahnya berfluktuatif. Hal ini sematamata menyesuaikan pola tanam terkait dengan musim hujan kemarau. Gambaran perkembangan luas tanam pertanian tanaman pangan per komoditi tanaman pangan dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.24 Luas Tanam Pertanian Tanaman Pangan 262 (Ha) 76

100 (2) Luas Panen Pertanian Tanaman Pangan Luas Panen pertanian tanaman pangan dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada data tabel berikut: Tabel 2.39 Luas Panen Pertanian Tanaman Pangan 262 (Ha) No. KOMODITI Padi Jagung Kedele Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kacang Hijau Sumber Data : Dinas Pertanian Dari tabel dapat diketahui bahwa luas panen pertanian tanaman pangan untuk komoditi padi mengalami peningkatan ratarata sebesar 2,7 % yang pada tahun 2 mencapai Ha. Demikian juga untuk komoditi jagung mengalami peningkatan sebesar ratarata 5,25 % yang pada 2 mencapai 25.3 Ha. Gambaran perkembangan luas panen pertanian tanaman pangan per komoditi tanaman pangan dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: 77

101 Grafik 2.25 Luas Panen Pertanian Tanaman Pangan 262 (3) Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan Produktifitas pertanian tanaman pangan dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada data tabel berikut: Tabel 2.4 Produktivitas Pertanian Tanaman pangan 262 (Kw/Ha) No. KOMODITI Padi 59,33 6,6 62,75 63,96 63,4 2 Jagung 49,4 54,49 57,36 57,89 66,25 3 Kedele 3,39 2,24 2,3 7, 4 Ubi Kayu 27,25 36,3 24,9 9,57 73,59 5 Ubi Jalar 392,33 4,73 49,6 325,8 37,5 6 Kacang Tanah 3,8 2,79,2,23,4 7 Kacang Hijau 9,27 9,2 9,26 9,27 9,8 5,29 Sumber Data : Dinas Pertanian 78

102 Dari tabel dapat diketahui bahwa produktifitas pertanian tanaman pangan untuk komoditi padi mengalami peningkatan ratarata sebesar,2 % yang pada tahun 2 mencapai 63,4 Kw/Ha. Demikian juga untuk komoditi jagung mengalami peningkatan sebesar ratarata,75 % yang pada 2 mencapai 66,25 Kw/Ha. Gambaran perkembangan produktifitas pertanian tanaman pangan per komoditi tanaman pangan dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: Grafik 2.26 Produktivitas Pertanian Tanaman Pangan 262 (Kw/Ha) (4) Produksi Pertanian Tanaman Pangan Produksi pertanian tanaman pangan dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada data tabel berikut: 79

103 Tabel 2.4 Produksi Pertanian Tanaman Pangan 262 (Ton) No. KOMODITI 2 Padi Jagung 3 Kedele , , , , , 9.97,77 4.3, ,44 5.7, , , ,7 5.2,2 4.85, ,76 Ubi Kayu , , ,3 8.89, , 5 Ubi Jalar , , , , ,3 6 Kacang Tanah 3.62, , , , ,8 7 Kacang Hijau.644,62.869,3 2.,23.787,9.88,24 Sumber Data : Dinas Pertanian Dari tabel dapat diketahui bahwa produksi pertanian tanaman pangan untuk komoditi padi mengalami peningkatan ratarata sebesar 4,6 % yang pada tahun 2 mencapai 36.99, ton. Demikian juga untuk komoditi jagung mengalami peningkatan sebesar ratarata 6,7 % yang pada 2 mencapai ,28 ton. Gambaran perkembangan produksi pertanian tanaman pangan per komoditi tanaman pangan dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut: 8

104 Grafik 2.27 Produksi Pertanian Tanaman Pangan 262 (Ton) () Produksi peternakan Daging Telur Perkembangan produksi daging telur selama kurun waktu 26 2 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.42 Produksi Daging Telur No Indikator Produksi Daging (Kg/tahun) 2 Produksi telur (Kg/tahun) Sumber : Dinas Perikanan Peternakan 8

105 Dari tabel dapat dilihat bahwa produksi daging dalam 5 tahun terakhir mengalami peningkatan ratarata sebesar 7,56 % yang pada 2 mencapai angka Kg/tahun. Segkan untuk produksi telur meningkat ratarata sebesar 7,75 % yang pada tahun 2 mencapai angka Kg/tahun. Gambaran perkembangan produksi daging telur dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat sebagaimana grafik berikut: Grafik 2.28 Perkembangan Produksi Daging Telur 2. Fokus Iklim Berinvestasi a. Keamanan ketertiban umum Masuknya investasi ke daerah sangat dipengaruhi oleh kondisi keamanan ketertiban umum pada daerah tersebut. Situasi yang aman kondusif diikuti dengan kondisi tatanan peri kehidupan pada berbagai kegiatan yang tertib akan menarik bagi investor untuk membuka investasi pada daerah tersebut. Secara umum kondisi 82

106 keamanan ketertiban di dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada data tabel berikut: Tabel 2.43 Keamanan ketertiban umum 28 2 JENIS DATA () KEAMANAN DAN KETERTIBAN UMUM Jumlah kriminalitas a. Uang Palsu b. Pembunuhan c. Perkosaan d. Curas e. Penganiayaan berat f. Curanmor g. Narkotika h. Curat i. Curhewan j. Pengrusakan tempat ibadah k. Penimbunan BBM l. Unjuk rasa m. Curwatpon n. Korupsi Kasus pemogokan kerja Kasus pertikaian antar warga a. Antar etnis b. Antar wilayah desa c. Antar agama d. Antar simpatisan parpol e. Antar pelajar Unjuk rasa a. Big politik b. Ekonomi c. Sosial budaya 28 (2) TAHUN 29 (3) 2 (4) SATUAN (5) Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus/ TK Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Kasus Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa secara umum jumlah cenderung kriminalitas menurun dalam tidak setiap terlalu tinggi tahunnya. Kasus pemogokan kerja jumlahnya relatif sedikit dibandingkan 83

107 dengan jumlah perusahaan industri, walaupun disisi lain hal ini juga menunjukkan dinamika dalam berdemokrasi. Kasus pertikaian antar warga tidak pernah terjadi, hal ini menunjukkan situasi yang kondusif di Kabupaten Mojokerto. E. Kondisi yang Diinginkan Secara Umum. Big Perekonomian Daerah Pada hakekatnya pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dalam bentuk kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui perluasan lapangan kerja, pemerataan pendapatan per kapita masyarakat, peningkatan hubungan ekonomi antara sektor primer dengan sektor sekunder tersier sesuai dengan kondisi potensi daerah lain sebagainya. Untuk mengetahui apakah sasaran pembangunan yang telah ditetapkan dapat dipenuhi sesuai dengan kehendak citacita masyarakat, tentunya dibutuhkan alat ukur yang relevan yang bisa menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selama ini salah satu alat ukur yang dianggap paling relevan adalah Statistik Pendapatan Regional yang berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Pendapatan Regional berguna untuk memberikan penilaian hasil pembangunan di masa lalu, keadaan masa kini maupun kemungkinan di masa yang akan datang. Sehingga Pendapatan Regional ini sangat bermanfaat untuk perencanan pembangunan pada umumnya big ekonomi khususnya. Berdasarkan tingkat pertumbuhan pendapatan regional bruto, berikut adalah proyeksi tingkat pertumbuhan PDRB ADHB ADHK tahun. Tingkat 84

108 pertumbuhan ratarata ekonomi PDRB yang didapat melalui perhitungan statistik regresi akan dikalikan dengan tahun dasar dari nilai PDRB tahun 29 Kabupaten Mojokerto. Tabel 2.44 Proyeksi Pertumbuhan PDRB 2 25 TAHUN ADHB ADHK 2 Rp ,5 Rp ,265 2 Rp ,66 Rp ,58 22 Rp ,2 Rp , Rp ,58 Rp , Rp ,8 Rp ,34 25 Rp ,96 Rp ,88 Sumber: BPS Kab. Mojokerto Grafik 2.29 Tren Proyeksi Pertumbuhan PDRB 2. Big Pendidikan Pendidikan mendapatkan perhatian besar dalam program pembangunan. Hal tersebut dikarenakan pendidikan selain merupakan perangkat untuk membangun mengembangkan 85

109 kualitas sumber daya manusia, pendidikan juga unsur terpenting yang mampu mempertegas karakter bangsa dalam pembekalan persaingan global. Selama periode pembangunan kedepan terdapat beberapa kondisi yang dicitacitakan terkait permasalahan pendidikan. Beberapa diantaranya adalah a) Rasio masyarakat melek huruf meningkat b) Peningkatan kualitas pendidikan c) Peningkatan Indeks Pembangunan Manusia d) Peningkatan Angka Melek Huruf Penuntasan buta aksara merupakan salah satu program prioritas pembangunan Jawa Timur, maka Pemerintah Kabupaten Mojokerto berupaya mensukseskan program tersebut. Angka melek huruf yang berada pada angka 94,% pada tahun 2 diharapkan tuntas menjadi % pada tahun Big Ketenagakerjaan Selain menjadikan Sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai solusi vital ketenagakerjaan karena dapat menyerap tenaga kerja lebih besar dibandingkan pegawai negeri swasta, beberapa faktor lain yang dipatok dalam upaya meningkatkan ketangguhan ketenagakerjaan Kabupaten Mojokerto diantaranya adalah : a) Menekan angka pengangguran sebesar,2% tiap tahunnya. b) Meningkatkan Produktivitas jumlah lapangan kerja swadaya masyarakat atau industri rumah tangga. 86

110 4. Big Prasarana Sarana Daerah Ketersediaan sarana prasarana daerah merupakan salah satu fokus pembangunan. Yang dibentuk bukan hanya peningkatan dalam sisi kuantitas melainkan juga peningkatan kualitas beserta pemeliharaan. Selain itu, peningkatan koordinasi pembangunan antar fungsi sektoral yang mencakup seluruh elemen terkait baik Pemerintah, Masyarakat, Swasta sangat diperlukan. a) Peningkatan jumlah pasar daerah/desa dalam posisi strategis sebagai salah satu upaya pengembangan perputaran ekonomi daerah secara mandiri. b) Percepatan pemerataan pembangunan infrastruktur energi ketenagalistrikan. c) Peningkatan kualitas kuantitas infrastruktur perumahan pemukiman. d) Peningkatan kualitas kuantitas jalan jembatan serta jaringan irigasi. 5. Big Pemerintahan Umum Peningkatan kualitas aparatur pemerintahan merupakan salah satu langkah strategis untuk mencapai pemerintahan yang kredibel mampu menjadi rumah masyarakat dalam mencari rasa aman nyaman dalam pelayanan birokrasi. Untuk itu beberapa kondisi yang ditonggakkan kedepan, beberapa diantaranya adalah : a) Meningkatnya persentase pelayanan publik yang terjangkau murah cepat. b) Meningkatnya persentase pegawai yang mengikuti diklat fungsional keahlian profesi. c) Seluruh SKPD diharapkan telah melaksanakan analisa Jabatan Beban Kerja 87

111 6. d) Meningkatnya jumlah partisipasi pemilih dalam pemilu. e) Berkurangnya angka golput dalam proses pemilihan. Big Kesejahteraan Masyarakat Salah satu langkah dalam membangun kesejahteraan masyarakat adalah dengan mengatasi kemiskinan. Berbagai program pengentasan kemiskinan yang telah dilakukan hingga kini masih belum membuahkan hasil yang memuaskan. Bahkan sejak krisis ekonomi melanda Indonesia berkalikali masyarakat harus menanggung beban akibat kenaikan harga BBM, masyarakat miskin Indonesia semakin banyak jumlahnya. Jumlah Rumah Tangga Miskin di Jawa Timur adalah sebesar RTM. Segkan Jumlah Rumah Tangga Miskin Kabupaten Mojokerto pada tahun 2 berjumlah Berikut adalah gambaran Jumlah Rumah Tangga Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Miskin pada tahun 2 beserta target pengembangan kesejahteraan masyarakat hingga akhir tahun 25. Tabel 2.45 Jumlah Rumah Tangga Miskin 2 Keterangan Jumlah Sangat Miskin Miskin Hampir Miskin Total JRTM Sumber :BPS Kab. Mojokerto 88

112 Grafik 2.3 Jumlah Rumah Tangga Miskin Berdasarkan data jumlah Rumah Tangga Miskin Kabupaten Mojokerto pada tahun 2 sebesar RTM atau 2,4 % dari total rumah tangga di. Total penduduk miskin pada akhir tahun 25 diharapkan menurun hingga 6,7 %. 89

113 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Sesuai dengan Ungung Nomor tentang Pemerintahan Daerah Ungung Nomor tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Daerah, Ungung Nomor 7 23 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah Nomor tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan bertanggung jawab. Prinsip pengelolaan ini akan tercermin pada proses penyusunan anggaran daerah, struktur pendapatan struktur belanja daerah. Sumber Pendapatan Daerah terdiri atas ) Pendapatan Asli Daerah (PAD); 2) Dana Perimbangan; 3) Kelompok lainlain pendapatan daerah yang sah. Penerimaan dari a perimbangan sangat bergantung dari penerimaan negara formula a alokasi umum. Segkan pembiayaan bersumber dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA), Penerimaan Pinjaman Daerah, Dana Cagan Daerah (DCD), Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Selain a dari Penerimaan Daerah tersebut, daerah menerima a yang bersumber dari Pemerintah Pusat berupa a Dekonsentrasi a Tugas Pembantuan. A. Kinerja Keuangan Masa Lalu Guna dapat merencanakan pengelolaan keuangan pada tahun depan proyeksi 5 tahun berikutnya maka agar lebih realistis perlu diketahui kinerja keuangan paling tidak selama 5 tahun terakhir, meskipun masih banyak variabel lain yang mempengaruhi ketepatan perhitungan proyeksi seperti fluktuasi nilai mata uang, kebijakan fiskal, pertumbuhan ekonomi terkait pasar global maupun situasi 9

114 keamanan secara umum. Kinerja keuangan 5 tahun terakhir tersebut antara lain meliputi kinerja pelaksanaan APBD, Neraca Daerah analisis rasio keuangan.. Kinerja Pelaksanaan APBD Kinerja pelaksanaan APBD akan menggambarkan perkembangan pendapatan belanja tidak langsung, belanja langsung, proporsi sumber pendapatan gambaran realisasi belanja. Ratarata pertumbuhan realisasi pendapatan Kabupaten Mojokerto 26 2 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Ratarata pertumbuhan realisasi pendapatan (Rp) 28 (Rp) 29 (Rp) 2 (Rp) Ratarata Pertumb uhan(%) No. Uraian 26 (Rp) () (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) , , , , , , , , , , ,3 2, , , , ,, , , , , , , , , , , , , , , , , , , 7, , 9, ,3 8,68 PENDAPATAN.. Pendapatan Asli Daerah... Pajak daerah..2. Retribusi daerah..3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan..4. Lainlain PAD yang sah.2. Dana Perimbangan.2.. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak , , , , , 2, Dana alokasi umum , Dana alokasi khusus , , , , , ,3 7,78 28,25 9

115 () (2)..3. LainLain Pendapatan Daerah yang Sah.3. Hibah.3.2 Dana darurat.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi Pemerintah Daerah lainnya.3.4 Dana penyesuaian otonomi khusus.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya (3) (4) (5) (6) (7).,.,.,.,., , , , , , 9..., , , , , 2, , , , 6, , , , , , , (8) 84,7 836,96 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ratarata pertumbuhan realisasi pendapatan 27 2 mencapai 2,54%. Dari masingmasing sumber pendapatan juga diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, lainlain pendapatan asli daerah yang sah mengalami pertumbuhan ratarata sebesar,69% per tahun. Pada 2 Pendapatan Asli Daerah mencapai Rp ,. Dana Perimbangan yang berasal dari a bagi hasil pajak/bukan pajak, Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus mengalami pertumbuhan ratarata sebesar 8,68% per tahun. Segkan untuk Lainlain Pendapatan Daerah yang Sah yang berasal dari a hibah, a darurat, Dana bagi hasil pajak dari provinsi Pemerintah Daerah lainnya, Dana penyesuaian otonomi khusus, Bantuan Keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya mengalami pertumbuhan ratarata sebesar 836,96% per tahun. 92

116 Pada tabel juga diketahui bahwa ratarata pertumbuhan pendapatan dari pos lainlain pendapatan daerah yang sah mencapai ratarata pertumbuhan tertinggi yaitu 84,7%, diakibatkan oleh meningkatnya Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemerintah Daerah lainnya yang mencapai pertumbuhan sebesar 836,96%. Dana tersebut berasal dari Bantuan Keuangan dari propinsi. Selain itu, dari tabel tersebut dapat diketahui pula bahwa proporsi pendapatan daerah masih didominasi oleh pendapatan yang berasal dari pos Dana Perimbangan yang pada 2 mencapai Rp ,3 atau kontribusi Pendapatan Daerah sebesar 73,75%. Secara visual fluktuasi ratarata pertumbuhan realisasi pendapatan daerah tersebut dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 3. Grafik pertumbuhan realisasi pendapatan

117 Ratarata pertumbuhan realisasi belanja Kabupaten Mojokerto 26 2 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Ratarata pertumbuhan realisasi belanja 26 2 No. Uraian 26 (Rp) **) () 2 2. (2) Belanja Daerah Belanja Tidak Langsung 2.. Belanja Pegawai 2..2 Belanja Bunga 2..3 Belanja Subsidi 2..4 Belanja Hibah 2..5 Belanja Bantuan Sosial 2..6 Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi/Kabupaten/Kota Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/Kab/Kota Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga (5) , , , ,47 (6) , , , , , Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Penerimaan Piutang Daerah , , Surplus/Defisit 3..5 (4) , , , , , , , , , Belanja Modal 3..4 (Rp) ,, (Rp) Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Belanja Barang Jasa 3..2 (Rp) Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Sebelumnya Pencairan Dana Cagan Belanja Langsung , , , , , , , , ,3 Belanja Pegawai , , , , , , , , ,, (3) 27 Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan 2 Ratarata Pertumbuh an(%) (Rp) (7) (8) ,49.48, , , , 2.377, , , 73, 8,65 28,26 *) 22,52,86 5, ,, ,5 767, ,5 56,25 6, , 989, 2, , , , , , ( ,65) , , , , , , , , ( ,9) , , ,69, , , 94 38,93 6,5 38,54 3,95 9,54 6,,3 487,85 66,9 6,89 7,83 5, ,78

118 () 3.2 (2) (3) Pengeluaran Pembiayaan (4) (5) ,99, , , 987,6 4, , 3, , 57, ,69 2, Pembentukan Dana Cagan Penyertaan modal (investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang , , , 65.2., Sisa lebih pembiyaan anggaran tahun berkenaan(silpa) , , (6) (7) *) ratarata pertumbuhan belanja tidak langsung diasumsikan 3% mengingat sejak 2 tidak dilaksanakan rekrutmen CPNS sehingga belanja pegawai tidak naik secara signifikan **) belanja 26 tidak bisa ditampilkan mengingat strukturnya berbeda ***) pembayaran pokok utang telah habis pada TA 2 (sisa Rp 5.., pada 2 telah dianggarkan), selanjutnya setiap tahun akan dicagkan Rp 5..., sehingga ratarata pertumbuhan diasumsikan %. Dari tabel 3.2 ratarata pertumbuhan realisasi belanja Kabupaten Mojokerto dapat diketahui bahwa secara keseluruhan Belanja Daerah mengalami pertumbuhan ratarata sebesar 8,65% per tahun. Pada 2 Belanja Daerah sebesar Rp ,39. Ratarata pertumbuhan Belanja Tidak Langsung mencapai 28,36% per tahun. Ratarata pertumbuhan Belanja Langsung mencapai 3,95% per tahun. Ratarata pertumbuhan Pembiayaan mencapai 66,9% per tahun. Dari ketiga komponen Belanja Daerah tersebut yang memiliki kontribusi belanja terbesar adalah Belanja Tidak Langsung yaitu mencapai 74,6%. Belanja Tidak Langsung ini pada 2 mencapai Rp ,9. Secara visual ratarata pertumbuhan realisasi belanja daerah dapat dilihat pada grafik berikut: 95 (8) 752,74 ***) 57,46

119 Gambar 3.2 Grafik pertumbuhan realisasi belanja 26 2 Belanja Langsung yang meliputi Belanja Barang Jasa, Belanja Modal tidak mengalami kenaikan yang signifikan yaitu sebesar 3,95% per tahun. Dari komponen Belanja Langsung tersebut maka Belanja Barang Jasa hanya mengalami pertumbuhan sebesar 6,% per tahun. Segkan Belanja Modal hanya mengalami pertumbuhan sebesar,3% per tahun. Pada 2 Belanja Langsung realisasinya sebesar Rp ,3. 2. Neraca Daerah Kinerja lainnya atas keuangan daerah yang berpengaruh perlu diketahui adalah Neraca Daerah yang meliputi Aset, Kewajiban Ekuitas a. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, ekuitas a pada posisi akhir periode. Lebih khusus lagi, Neraca Pemerintah Daerah memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan mengenai posisi keuangan berupa aset, kewajiban (utang), ekuitas a pada akhir periode. 96

120 Ratarata pertumbuhan neraca 27 2 adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 RATARATA PERTUMBUHAN NERACA KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 272 URAIAN Neraca (2) (3) (4) (5) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,35 Investasi Jangka Pendek Piutang Piutang Pajak , , , , , , Piutang Retribusi , Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , () ASET ASET LANCAR Kas Kas di Kas daerah Kas di Bendahara Pengeluaran Kas di Bendahara Penerimaan Bagian Lancar Tuntutan Ganti Kerugian Daerah Piutang Lainnya Persediaan INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Non Permanen Investasi Dana Bergulir Investasi Non Permanen Lainnya Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah Daerah Investasi Permanen Lainnya ASET TETAP Tanah Tanah Peralatan Mesin Alatalat Berat Alatalat Angkutan , Ratarata Pertumbuhan (%) (6) 5, 2,67 4,52 4,5 89, 2.2., , , , , , , ,4 32,66 236, ,9 7,89 54,5 86,58 5, , , , , , , , , 97 7, 7, 7,48,2,2 22,95,33 8,9

121 Alat Bengkel , , , ,9.37.4, , , , , , , , , ( ,) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Tagihan Penjualan Angsuran , , Tuntutan Perbendaharaan Tuntutan Ganti Rugi Kemitraan Dengan Pihak Ketiga Aset Tak Berwujud Aset Lain Lainnya , , , , , , , , ,45 Alat Pertanian Peternakan Alatalat Kantor Rumah Tangga Alat Studio Alat Komunikasi Alat Ukur Alatalat Kedokteran Alat Laboratorium Alat Keamanan Gedung Bangunan Bangunan Gedung Bangunan Monumen Jalan Irigasi Jaringan Jalan Jembatan Bangunan Air (Irigasi) Instalasi Jaringan Aset Tetap lainnya Buku Perpustakaan Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan Hewan/Ternak Tanaman Konstruksi dalam Pengerjaan Konstruksi dalam Pengerjaan Akumulasi Penyusutan Aset Tetap Akumulasi Penyusutan Aset Tetap ASET LAINNYA JUMLAH ASET KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Hutang Kepada Pihak Ketiga , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,89 3.., 98 9,58 25,9 9,35 25,6 37,27 52,84 2,25 33,97 32,44 32,49, 7,5 2,24 67,97 8,85 2,38 22,28 24,6,5 5,68 37,9 37,9 5, 57,43 278,39

122 Hutang Perhitungan Pihak III Hutang Bunga , , , , , , , , 65.2., 65.2., , 65.2., 25, , , , 7.7, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ( , 47) , , , , , , ( ,73) , , , , , ( ,45) , , ,53 ( , 88) ( , 5) ( , 65) , , ,2 Hutang Pajak Bagian Lancar Utang Jangka Panjang Pendapatan Diterima Dimuka Hutang Jangka Pendek Lainnya KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Hutang Dalam Negeri Hutang Luar Negeri Hutang Jangka Panjang Lainnya EKUITAS DANA Ekuitas Dana Lancar Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) Pendapatan yang ditangguhkan Cagan Piutang Cagan Persediaan Dana yg Hrs Disediakan u/ Pembayaran Utang Jk Pendek Ekuitas Dana Investasi Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang Diinvestasikan dalam Aset Tetap Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Dana yg Hrs Disediakan u/ Pembayaran Utang Jk. Panjang Ekuitas Dana Cagan Diinvestasikan Dalam Dana Cagan JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA, 65.2., , , , , , , , , , , ( , 89) , , , ,52 33,6 3,26 46,37 5,,22 4,49 32,66 86,58 65,4 7,3 5,9 7,48 ( , 2) 33, ,54 5, Sumber : DPPKA Catatan : Neraca 2 merupakan data sementara, menunggu audit BPK. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa aset daerah mempunyai ratarata pertumbuhan sebesar 5, %, segkan kewajiban (utang) mempunyai ratarata pertumbuhan sebesar 57,43 %, ekuitas a pada akhir periode mempunyai ratarata pertumbuhan sebesar 5, %. Data neraca 27 sampai dengan 2 adalah sebagaimana pada Lampiran III. 99

123 Hal lain yang juga perlu diketahui dalam menilai kinerja daerah adalah analisis rasio keuangan. Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk membuat keputusan atau pertimbangan tentang pencapaian daerah prospek di masa datang. Salah satu cara pemrosesan penginterpretasian informasi akuntansi, yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan. Berikut adalah beberapa analisis rasio keuangan sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.4 Analisis Rasio Keuangan NO Uraian () (2) (3) (4) (5) (6) Rasio lancar (current ratio) Rasio quick (quick ratio) Rasio total hutang terhadap total aset Rasio hutang terhadap modal Perputaran Piutang (kali) Ratarata umur piutang (hari),57,5,, 6,34 57,6 7,6 6,98,3,3,5 3,75 4,77 4,62,35,35 4,93 74,9, 28,55 7,9 9,69 8 Rasio SILPA terhadap Total Pendapatan Daerah Rasio Ekuitas Dana terhadap Total Aset 99,84 99,95 99,7 99,65 9 Rasio Dana Perimbangan terhadap Total Pendapatan Daerah 84,3 84,89 8,2 73,75 Rasio Total PAD terhadap Total Pendapatan Daerah 7,62 7,53 7,57 7,53 Rasio Total DAU thdp Total Pendapatan Daerah 67,59 67,68 63,75 59,64 2 Rasio Bantuan Keuangan Provinsi thdp Total Pendapatan Daerah,37, 3,32 4,87 3 Rasio Belanja Tidak Langsung terhadap Belanja Daerah 57,9 54,39 64,2 74,6 4 Rasio Belanja Langsung terhadap Belanja Daerah 42, 45,6 35,98 25,39 7 Catatan : Analisis rasio keuangan 2 belum bisa ditampilkan menunggu hasil pemeriksaan BPK

124 Analisis rasio keuangan dimaksudkan untuk menilai risiko peluang di masa yang akan datang. Pengukuran hubungan satu pos dengan pos lain dalam laporan keuangan yang tampak dalam rasiorasio keuangan dapat memberikan kesimpulan yang berarti dalam penentuan tingkat kesehatan keuangan suatu daerah. Secara umum rasio keuangan daerah mengalami penurunan dalam beberapa akun. Rasio Lancar dari 27 hingga 29 mengalami penurunan dari kemampuan ketersediaan a lancar dari,57% pada tahun 27 berturutturut turun menjadi 7,6% tahun 28 4,77% tahun 29. Penurunan ini juga diikuti Ratarata umur Piutang Daerah menjadi 74,9 hari atau lebih dari 2 bulan perolehan tunai a berasal dari Piutang. Diperlukan sosialisasi upaya intensif untuk mempercepat perolehan Dana Piutang Daerah tersebut. Disamping hal tersebut, SILPA pada 2 (dua) tahun terakhir menyisakan a cukup signifikan dibanding dengan Total Pendapatan Daerah, pada tahun 29 adalah sebesar 7,9% tahun 2 sebesar 9,69%. Rasio ini menyiratkan makna bahwa a yang tidak terserap dalam Belanja Daerah tahun berjalan dengan besaran cukup signifikan. Harus ada upaya khusus agar penyerapan a untuk Belanja Daerah lebih ditingkatkan.

125 Grafik 3.3 Perbandingan Rasio Komponen Pendapatan Daerah % Rasio Dana Perimbangan terhadap Total Pendapatan Daerah selama 4 (empat) tahun terakhir cukup mendominasi ratarata di atas 8% dari Total Pendapatan Daerah. Dana Perimbangan menyumbang lebih dari 6% total pendapatan daerah, yang diperoleh dari DAU (Dana Alokasi Umum). PAD menyumbang sebesar 7,5% per tahun dari Total Pendapatan Daerah yang diterima. Pendapatan Daerah yang lain adalah dari Bantuan Keuangan Provinsi yang mengalami peningkatan pada tahun 2 menjapai 4,87% dari Total Penerimaan Daerah. 2

126 Grafik 3.4 Perbandingan Rasio Belanja Langsung dengan Belanja Tidak Langsung % Tidak kalah penting adalah Rasio Belanja Daerah. Belanja Tidak Langsung mempunyai alokasi yang cukup besar di atas 54% per tahun dari total Belanja Daerah, bahkan pada 2 (dua) tahun terakhir sebesar 64,2% pada 29 74,6% 2. Ini berarti bahwa dari Pendapatan Daerah yang diterima, sebesar 2/3 diperuntukkan Belanja Tidak Langsung. Belanja Langsung sejak tahun 27 terus mengalami penurunan hingga pada 2 tersisa /3 dari Total belanja Daerah. B. Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Kinerja keuangan masa lalu tidak terlepas dari kebijakan pengelolaan keuangan baik yang menyangkut penggunaan anggaran maupun pembiayaannya. Kebijakan pengelolaan keuangan dapat diketahui dari proporsi penggunaan anggaran analisis pembiayaan. 3

127 . Proporsi penggunaan anggaran Proporsi penggunaan anggaran secara garis besar merupakan perbandingan antara belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dengan total pengeluaran belanja pembiayaan pengeluaran. Analisis proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dalam 3 tahun terakhir adalah sebagai berikut: Tabel 3.5 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Total belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur (Rp) Total pengeluaran (Belanja + Pembiayaan Pengeluaran) (Rp) (a) (b) anggaran , ,2 2 anggaran , ,49 59,43 3 anggaran , ,39 65,48 No Uraian Prosentase (a) / (b) x % 52,64 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa ternyata penggunaan anggaran belanja dalam 3 tahun terakhir masih didominasi oleh belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur, bahkan terjadi tren peningkatan dari 28 ke 2 yang mencapai 65,48%. Secara umum hal ini menggambarkan suatu kondisi manajemen yang belum efisien dalam penyelenggaraan aktifitasnya. Ditingkat nasional, proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur dalam 2 tahun terakhir mencapai angka 22%. Merujuk angka tersebut maka proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur pada Pemerintah masih belum efisien. Pada 29 2 proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur relatif lebih besar dibanding 28 terjadi tren peningkatan. Hal ini terkait dengan kebijakan 4

128 rekrutmen CPNS sehubungan dengan tidak diperbolehkannya penggunaan tenaga Honorer Daerah. Masih besarnya proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur ini kiranya merupakan tantangan bagi Pemerintah untuk lebih berani mengutamakan belanja langsung terutama pada jenis belanja barang jasa serta belanja modal disamping belanja tidak langsung yang bersifat nonbelanja pegawai. Hal ini telah diawali dengan kebijakan Bupati Mojokerto bahwa sejak akhir 2 Pemerintah tidak melaksanakan rekrutmen CPNS. 2. Analisis pembiayaan Analisis pembiayaan antara lain dapat diperhitungkan dari defisit riil anggaran, komposisi penutup defisit riil anggaran realisasi sisa lebih perhitungan anggaran. Perhitungan ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Defisit Riil Anggaran NO. Uraian Realisasi Pendapatan Daerah 28 (Rp) 29 (Rp) 2 (Rp) , , , , , , , , ,9 ( ,69) ( ,65) ( ,8) Dikurangi realisasi: 2. Realisasi Belanja Daerah 3. Pengeluaran Pembiayaan Daerah Defisit riil Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa defisit riil anggaran mengalami fluktuasi yaitu menurun pada 29 yang mencapai nilai sebesar Rp ,65 dari Rp ,69 pada 5

129 28 namun meningkat drastis pada 2 yang mencapai Rp ,8. Selain defisit riil tersebut maka untuk analisis pembiayaan perlu diketahui komposisi penutup defisit riil anggaran sebagaimana tabel berikut: Tabel 3.7 Komposisi Penutup Defisit Riil Anggaran Proporsi dari total defisit riil No. Uraian 28 (%). Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Anggaran sebelumnya 2. Pencairan Dana Cagan 3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan 4. 2 (%) 29 (%) 95,66 94,23 Penerimaan Pinjaman Daerah 4,32 5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah,2 5,77 6. Penerimaan Piutang Daerah Pada tabel tersebut perhitungan 2 belum dapat ditampilkan karena belum dilaksanakan audit BPK untuk penyusunan Nota Perhitungan APBD. Dari tabel dapat diketahui bahwa SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) merupakan komponen penutup defisit riil anggaran yang terbesar diantara komponen penutup defisit lainnya. Dalam 2 (dua) tahun terakhir yaitu maka SiLPA berperan dalam menutup defisit riil anggaran sebesar 95,66% 94,23%. Segkan komponen penutup defisit terendah adalah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah. Hal lain yang juga perlu diketahui dalam analisis pembiayaan adalah realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran. Realisasi sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) dapat diketahui sebagaimana tabel berikut: 6

130 Tabel 3.8 Realisasi Sisa Lebih Perhitungan Anggaran 28 No. Uraian Rp 29 % dari SiLPA Rp 2 % dari SiLPA , 69. Jumlah SiLPA ,34 2. Pelampauan penerimaan PAD ,5 7, ,8 4 3,7 3. Pelampauan penerimaan a perimbangan ,8 7 5,97 ( , 3) Pelampauan penerimaan lainlain pendapatan daerah yang sah Sisa penghematan belanja atau akibat lainnya Kewajiban kepada pihak ketiga sampai dengan akhir tahun belum terselesaikan Kegiatan lanjutan ,72, , 8, ,24 78,56 ( ,5) ,,6 Rp % dari SiLPA Pada tabel tersebut perhitungan 2 belum dapat ditampilkan karena belum dilaksanakan audit BPK untuk penyusunan Nota Perhitungan APBD. C. Kerangka Penaan Dalam rangka Pembangunan Jangka Menengah maka hal yang perlu diketahui adalah kemampuan anggaran pada tahun sekarang kemampuan anggaran pada tahun berikutnya yang tren perkembangannya diproyeksikan berdasarkan perkembangan penaan pada 5 tahun sebelumnya. Kerangka penaan ini meliputi analisis pengeluaran periodik wajib mengikat serta prioritas utama, proyeksi data pada masa lalu, kapasitas riil kemampuan keuangan daerah rencana penggunaan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah. 7

131 . Analisis pengeluaran periodik, wajib mengikat, serta prioritas utama Dalam setiap tahun anggaran pasti terdapat pengeluaran yang bersifat periodik, wajib mengikat serta menjadi prioritas utama. Pengeluaran ini tidak mungkin bisa diabaikan sematamata merupakan penyelenggaraan kebutuhan pemerintahan. dasar Pengeluaran dalam ini harus diperhitungkan lebih dahulu untuk mengetahui berapa peluang kemampuan kegiatan anggaran yang untuk merupakan melaksanakan tugas program Pemerintahan Daerah. Pengeluaran periodik, wajib mengikat serta prioritas utama pada 2 adalah sebagai berikut: Tabel 3.9 Pengeluaran Periodik,Wajib Mengikat serta Prioritas Utama Ratarata Pertum buhan (%) 23,4 28 (Rp) 29 (Rp) 2 (Rp) , , , , , , , , , , , , 4, ,64 5,3 Belanja Pegawai , , Belanja Jasa kantor , , ,3 2 (komunikasi, SDA listrik) 4 Pengeluaran Pembiayaan 65.2., , , C 6 Pembentukan Dana Cagan Pembayaran Pokok Utang 65.2., , , , TOTAL (A+B+C) 47 79,87 45,5 *) pembayaran pokok utang telah habis pada TA 2 (sisa Rp 5.., pada 2 telah dianggarkan), selanjutnya setiap tahun akan dicagkan Rp 5..., sehingga ratarata pertumbuhan diasumsikan %. 6,49 No A B Uraian Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Bagi Hasil Kepada Propinsi/Kabupaten/Kota Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Propinsi/Kab/Kota Pemerintahan Desa Belanja Langsung , , , , , 8 22,52 25,67 2,8 5,63 7, *),5

132 Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Pengeluaran Periodik, Wajib Mengikat serta Prioritas Utama ternyata cukup besar, yang pada 2 mencapai Rp ,5. Pertumbuhan pengeluaran ini dalam 3 (tiga) tahun terakhir mencapai ratarata,5%. Pengeluaran terbesar adalah berasal dari komponen Belanja Tidak Langsung yang pada 2 mencapai Rp ,25 atau mengalami pertumbuhan ratarata sebesar 23,4% per tahun. Segkan pengeluaran terbesar berikutnya adalah Belanja Langsung yang pada tahun 2 mencapai Rp ,3 dengan pertumbuhan ratarata sebesar 6,49% per tahun. Selanjutnya secara visual dapat diketahui pertumbuhan Pengeluaran Periodik, Wajib Mengikat serta Prioritas dalam 3 (tiga) tahun terakhir sebagaimana grafik berikut: Grafik 3.6 Pengeluaran Periodik,Wajib Mengikat serta Prioritas Utama,5% 9

133 2. Perhitungan Kerangka Penaan Dari pertumbuhan realisasi pendapatan, sisa lebih riil perhitungan anggaran, belanja pengeluaran pembiayaan yang wajib/mengikat/prioritas utama maka dapat diproyeksikan kapasitas riil kemampuan keuangan daerah dalam 5 tahun kedepan. Kapasitas riil kemampuan keuangan daerah untuk menai pembangunan daerah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Menai Pembangunan Daerah Proyeksi No.. Uraian Pendapatan PAD Dana Perimbangan Lainlain Pendapatan Yang sah (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) , , , , , , , , , , , , , , ,43 2. Pencairan a cagan (sesuai Perda) 3. Sisa Lebih Riil Perhitungan Anggaran *) , , , , ,69 Total penerimaan Belanja Pengeluaran Pembiayaan yang Wajib Mengikat serta Prioritas Utama , , , , ,5 4 Kapasitas riil kemampuan keuangan , , , , ,9 Dikurangi: 4. *) SILPA diasumsikan sama dengan nilai terendah yaitu pada 29 mengingat 2 belum ditetapkan Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk menai pembangunan

134 dalam 5 (lima) tahun kedepan masingmasing adalah sebagai berikut: 2 sebesar Rp ,3, 22 sebesar Rp ,8, 23 sebesar Rp ,9, Rp , 24 pada sebesar 25 Rp ,9. Secara visual dapat dilihat pada grafik berikut: Gambar 3.3 Grafik Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah untuk Menai Pembangunan Daerah Dari Kapasitas riil kemampuan keuangan, Belanja Langsung, Pembentukan a cagan, Belanja langsung yang wajib mengikat serta prioritas utama, Pengeluaran pembiayaan yang wajib mengikat serta prioritas utama, total Belanja Tidak Langsung, serta Belanja tidak langsung yang wajib mengikat serta prioritas utama, maka akan dapat diketahui Rencana Penggunaan Kapasitas Riil Kemampuan Keuangan Daerah sebagaimana tabel berikut:

Pendahuluan. Latar Belakang

Pendahuluan. Latar Belakang Pendahuluan Latar Belakang Pembangunan daerah Kabupaten Bangkalan yang dilaksanakan dalam kurun waktu Tahun 2008 2013 telah memberikan hasil yang positif dalam berbagai segi kehidupan masyarakat. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa penyelenggaraan desentralisasi dilaksanakan dalam bentuk pemberian kewenangan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2015 ini merupakan penjabaran dari visi dan misi Bupati dan Wakil Bupati terpilih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016 2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 1

Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Indonesia Nomor 4389); 6. Undang-Undang Nomor 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO TAHUN 2011 NOMOR 8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan kondisi sosial, ekonomi dan budaya, Kota Medan tumbuh dan berkembang menjadi salah satu kota metropolitan baru di Indonesia, serta menjadi

Lebih terperinci

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN BAB I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah memiliki arti sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembangunan. Sesuai dengan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOYOLALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA, DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN JEMBRANA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN: NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 910/3839-910/6439 TENTANG : PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA APBD KOTA

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

H a l I-1 1.1 LATARBELAKANG

H a l I-1 1.1 LATARBELAKANG H a l I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATARBELAKANG Dalam rangka melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N LAMPIRAN PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2016 BAB I P E N D A H U L U A N A. LATAR BELAKANG Rencana Kerja Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BADUNG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Bekasi Tahun Revisi BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI Nomor : Tanggal : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Hal. I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2017 TANGGAL : 20 November 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan pasal 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) PROVINSI BALI TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJM-D) KOTA PANGKALPINANG TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam rangka mengaktualisasikan otonomi daerah, memperlancar penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, Pemerintah Kabupaten Boyolali mempunyai komitmen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Cirebon

Pemerintah Kota Cirebon BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH NOMOR : 5 TAHUN 2016 TENTANG : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA TAHUN 2016-2021. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 1 Tahun 2009 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 1 Tahun 2009 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 1 Tahun 2009 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD

MAJU, MANDIRI, ADIL DAN SEJAHTERA. RPJMD Pendahuluan 1. 1 LATAR BELAKANG Rencana Jangka Menengah Daerah () Provinsi Jambi 2010-2015 merupakan penjabaran visi, misi dan program Gubernur dan Wakil Gubernur Jambi terpilih berdasarkan Pemilihan Kepala

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2010 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA SEMARANG TAHUN 2010 2015 PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB - I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB - I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, sejalan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTABARU NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang P erencanaan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG)

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG 11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMANDAU NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 203-208 PEMERINTAH KABUPATEN LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Renstra BPM, KB dan Ketahanan Pangan Kota Madiun I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) Badan Pemberdayaan Masyarakat, Keluarga Berencana dan Ketahanan Pangan Kota Madiun merupakan dokumen perencanaan strategis untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Rancangan Akhir RPJMD Tahun Hal. I LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Provinsi DKI Jakarta merupakan kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat pemerintahan, pusat kegiatan perekonomian, pusat perdagangan, pusat jasa perbankan dan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2014-2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

Pendahuluan. I.1 Latar Belakang I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Pembangunan daerah, sebagai bagian integral pembangunan nasional, selain berkepentingan terhadap penyelenggaraan pembangunan sektoral nasional di daerah, juga berkepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 54 TAHUN 2008 TANGGAL : 12 SEPTEMBER 2008 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Lebak mempunyai catatan tersendiri dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia. Pada jaman kolonial, kabupaten ini sudah dikenal sebagai daerah perkebunan

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2014 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2015 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci