Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Ikan yang Menggunakan Bahan Perekat Alami

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Ikan yang Menggunakan Bahan Perekat Alami"

Transkripsi

1 Purwokerto, 6 September 14 Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Ikan yang Menggunakan Bahan Perekat Alami Dini Siswani Mulia 1, Heri Maryanto 2 1,2 Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jalan Raya Dukuh Waluh PO BOX 2 Purwokerto Tel , Fax , 1 dsiswanimulia@yahoo.com ABSTRAK Pakan ikan yang baik, selain memiliki kandungan nutrisi yang dibutuhkan ikan juga tetap kompak dan memiliki daya apung yang ideal selama berada di kolam. Untuk itu diperlukan penambahan bahan perekat dalam pembuatan pakan ikan. Bahan perekat alami yang dapat digunakan di antaranya tepung tapioka dan tepung terigu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji uji fisik dan kimiawi pakan ikan yang menggunakan bahan perekat alami serta mengkaji jenis bahan perekat dan konsentrasi yang paling baik terhadap sifat fisik dan kimiawi pakan ikan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) 7 perlakuan dan 3 kali ulangan, yaitu : pakan komersial (kontrol); ; : pakan dengan bahan perekat tepung tapioka 7,5 %; : pakan dengan bahan perekat tepung tapioka 10 %; ; : pakan dengan bahan perekat tepung terigu 7,5 %; : pakan dengan bahan perekat tepung terigu 10 %. Bahan baku pakan adalah tepung bulu ayam yang difermentasi dengan Bacillus licheniformis B60, ampas tahu yang difermentasi dengan Aspergillus niger sp, dan tepung ikan rucah. Parameter yang diamati adalah uji fisik pakan ikan (daya apung, tingkat kekerasan, tingkat homogenitas, kecepatan pecah, dan uji organoleptik) dan uji kimiawi pakan ikan (uji proksimat). Data daya apung, tingkat kekerasan, tingkat homogenitas, dan kecepatan pecah pakan dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf uji 5%. Data uji organoleptik dan uji proksimat dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan bahan perekat berpengaruh nyata terhadap hasil uji fisik pakan ikan, meliputi daya apung, tingkat kekerasan, tingkat homogenitas, dan kecepatan pecah pakan ikan. Demikian juga hasil uji kimiawi pakan ikan, meliputi uji proksimat (kadar protein dan kadar air) dan uji organoleptik (tekstur, aroma, dan bau) berbeda antara perlakuan bahan perekat dan pakan komersial. Perlakuan dengan bahan perekat lebih baik daripada pakan komersial. Jenis bahan perekat dan konsentrasi terbaik adalah tepung terigu 10 %. Kata Kunci : alami, bahan perekat, pakan ikan, uji fisik, uji kimawi. PENDAHULUAN Kualitas pakan buatan untuk ikan, tidak hanya ditentukan oleh kandungan nutrisinya yang mencukupi untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan ikan, akan tetapi juga ditentukan oleh sifat fisiknya, misalnya kemampuan daya apungnya maupun stabilitas pakan dalam air, serta beberapa sifat fisik pakan yang lain. Agar diperoleh pakan dengan stabilitas dalam air yang baik, perlu digunakan bahan perekat (binder) ke dalam campuran bahan pakan tersebut. Binder atau bahan perekat adalah bahan tambahan yang sengaja ditambahkan ke dalam formula pakan untuk menyatukan semua bahan baku yang digunakan dalam membuat pakan (Saade & Aslamyah, 09). Penggunaan binder yang tepat dapat meningkatkan kualitas pakan. Selama ini, pembuatan pakan dengan menggunakan berbagai macam formula pakan sudah banyak dilakukan dan hasilnya mampu meningkatkan kandungan nutrisi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan ikan. Akan tetapi, tingginya kandungan nutrisi pakan tidak diimbangi dengan stabilitas pakan dalam air dan daya apungnya yang baik. Akibatnya, banyak pakan yang langsung tenggelam ketika ditebar ke kolam dan dalam waktu singkat hancur di dalam air sehingga tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ikan. Bentuk fisik pakan pellet sangat dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan, ukuran pencetak, jumlah air, tekanan, metode setelah pengolahan dan penggunaan bahan perekat untuk

2 Purwokerto, 6 September 14 menghasilkan pellet dengan struktur yang kuat, kompak, dan kokoh sehingga pellet tidak mudah pecah (Jahan et al., 06). Binder sebagai bahan perekat bahan baku pakan, dikenal ada dua jenis, yaitu bahan perekat alami dan sintetis. Bahan perekat alami telah banyak digunakan sebagai bahan perekat untuk berbagai pakan, antara lain tepung tapioka (Nasution, 06; Syamsu, 07), tepung gaplek (Syamsu, 07) tepung terigu, tepung jagung, tepung beras, onggok (Retnani et al., 10; Setiyatwan et al., 08), molasses (Setiyatwan et al., 08), bungkil inti sawit dan solid ex decanter (Krisnan & Ginting, 09), serta rumput laut (Saade & Aslamyah, 09). Bahan perekat sintetis yang biasa digunakan antara lain CMC (Carboksil Metil Cellulosa). Namun, CMC harganya mahal, sehingga kurang ekonomis dan efektif apabila digunakan sebagai bahan perekat pada pakan ikan. Oleh karena itu, perlu dipilih bahan perekat alami yang memiliki potensi perekat yang baik, tetapi harganya murah dan tidak akan terlalu meningkatkan biaya pembuatan pakan. Tepung tapioka dan tepung terigu merupakan alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan perekat. Syamsu (07) menggunakan tepung tapioka dalam pembuatan pakan itik berbentuk pellet. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan tepung tapioka 5% dalam ransum pakan itik menghasilkan sifat fisik terbaik. Nasution (06) menggunakan tepung tapioka 5 %, hasilnya pakan ikan memiliki daya apung di atas permukaan air selama ±10 menit. Tepung terigu masih jarang diteliti kemampuannya dalam sifat fisik pakan ikan, akan tetapi bahan tersebut sering digunakan sebagai bahan olahan dari pati yang berpotensi untuk merekatkan bahan baku. Bahan baku pakan yang digunakan adalah tepung bulu ayam dan ampas tahu yang difermentasi serta tepung ikan rucah. Mikrobia yang digunakan untuk fermentasi tepung bulu ayam dipilih berdasarkan kemampuannya dalam mendegradasi bulu ayam, demikian juga untuk mikrobia yang digunakan dalam fermentasi ampas tahu dipilih berdasarkan potensinya dalam memfermentasi ampas tahu sehingga menghasilkan kadar protein terbaik. Tepung bulu ayam difermentasi menggunakan Bacillus licheniformis B60 dan ampas tahu difermentasi dengan Aspergillus niger (Mulia et al., 13). Dalam penelitian ini, formulasi pakan berupa tepung bulu ayam yang difermentasi dengan Bacillus licheniformis B60, ampas tahu yang difermentasi dengan Aspergillus niger, dan tepung ikan rucah akan ditambah bahan perekat tepung tapioka dan tepung terigu. Kedua bahan perekat alami digunakan dengan berbagai konsentrasi berbeda, untuk diketahui jenis bahan perekat dan konsentrasi yang optimal berdasarkan sifat fisik dan kimiawi pakan ikan yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji uji fisik dan kimiawi pakan ikan yang menggunakan bahan perekat alami serta mengkaji jenis bahan perekat dan konsentrasi yang paling baik terhadap sifat fisik dan kimiawi pakan ikan. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 7 perlakuan dan 3 kali ulangan. Adapun rincian perlakuan adalah sebagai berikut : : pakan komersial (kontrol) : pakan dengan bahan perekat tepung terigu 10 % 1. Prosedur Penelitian a.fermentasi Bulu Ayam dengan Bacillus licheniformis B60 1).Pembuatan Inokulum B. licheniformis B60 Pembuatan inokulum dilakukan dalam media NA. B. licheniformis digoreskan dalam media NA yang dibuat miring pada tabung reaksi dan dibiarkan tumbuh pada suhu kamar selama 48 jam. Sebanyak 26

3 Purwokerto, 6 September ml NB dimasukkan ke dalam tabung biakan bakteri B. licheniformis, sehingga diperoleh suspensi sel bakteri yang disebut dengan inokulum (Desi, 02). 2).Perbanyakan Biakan Bakteri B. licheniformis B60 Perbanyakan B. licheniformis dilakukan dengan menginokulasi biakan pada media NA dan dibiarkan selama 48 jam. Isolat dipindahkan ke dalam 10 ml media NB dan diinkubasi pada ph 8,0 dan suhu 45 0 C selama 5 hari. Kultur yang dihasilkan dipindahkan seluruhnya ke dalam 90 ml media NB dan diinkubasi selama 48 jam. Seluruh kultur dipindahkan ke dalam 900 ml media NB dan diinkubasi kembali selama 48 jam. Hasil akhir dari proses ini diperoleh kultur bakteri B. licheniformis yang digunakan untuk proses fermentasi. 3).Pembuatan Tepung Bulu Ayam Menurut Tarmizi (01), pembuatan tepung bulu ayam dilakukan dengan cara bulu ayam dikumpulkan dan diambil dari RPA. Bulu ayam yang terkumpul dicuci hingga bersih dengan air mengalir. Hal tersebut dimaksudkan untuk memisahkan bulu ayam dari sisa-sisa darah maupun kotoran lainnya yang menempel. Bulu ayam yang sudah bersih dikeringkan pada sinar matahari hingga benarbenar kering. Bulu ayam yang sudah kering digiling menggunakan mesin giling. Hasil yang diperoleh dari penggilingan berupa tepung bulu ayam. 4).Fermentasi Tepung Bulu Ayam Proses fermentasi dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan sterilisasi tepung bulu ayam pada C, 1 kg/cm 2 selama 15 menit dengan tujuan untuk menghilangkan mikroorganisme ikutan atau mencegah terjadinya kontaminan oleh mikroorganisme lain (Desi, 02). Sebanyak 2 gram tepung bulu ayam dicampurkan dengan inokulum B. licheniformis sebanyak 5 ml ke dalam Erlenmeyer pada ph 8,5 dan diinkubasi dalam inkubator pada suhu 55 0 C selama 72 jam. Hasil dari proses fermentasi diperoleh tepung bulu ayam yang disebut dengan hidrolisat bulu ayam (HBA). b.fermentasi Ampas tahu dengan Aspergilus niger 1).Pembuatan Inokulum A.niger pada medium PDA miring umur jam masing-masing ditambahkan 40 ml aquades steril kemudian dikerok sampai semua spora kapang lepas dan divortek sehingga diperoleh suspensi. Suspensi digunakan untuk proses fermentasi medium ampas tahu, dan untuk penghitungan jumlah spora kapang menggunakan metode TPC. Untuk keperluan perhitungan tersebut dilakukan pengenceran suspensi kapang dari 10-1 sampai dengan ) Fermentasi Ampas Tahu Media fermentasi dibuat dengan menyiapkan ampas tahu sebanyak 50 g, dicuci menggunakan air bersih, kemudian ampas tahu ditiriskan atau diperas sampai kadar airnya berkurang dan diremas agar tidak menggumpal, mengukus ampas tahu selama menit, mendinginkan sampai suhu 35 dan mempunyai ph 6. Ampas tahu kemudian dimasukkan ke dalam cawan petri dan diinokulasi dengan kapang A.niger pada inokulum sebanyak 2,5 ml sesuai perlakuan dan diinkubasi selama 2-3 hari. c. Ikan rucah Ikan rucah terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran. Selanjutnya digiling menjadi tepung ikan, lalu dijemur. Ikan rucah merupakan ikan rusak atau sortiran yang sudah tidak layak untuk dikonsumsi manusia (afkiran). Ikan rucah diambil dari TPI Kebon Baru Cilacap, dan jenisnya bermacam-macam, antara lain ikan kembung, sepat, nilam, rebon, dan sejenisnya. Ikan rucah dibersihkan dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel. Setelah dibersihkan, ikan ini dikeringkan dengan sinar matahari hingga benar-benar kering. Kemudian ikan tersebut digiling menggunakan mesin penggiling sehingga diperoleh tepung ikan rucah. d. Pembuatan Pakan (pellet) Pakan dibuat dengan mencampurkan tepung bulu ayam terfermentasi, ampas tahu terfermentasi, dan tepung ikan rucah dengan perbandingan 1:1:1. Adapun bahan perekat yang digunakan adalah tepung tapioka dan tepung terigu dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan. Selanjutnya, ditambahkan air

4 Purwokerto, 6 September 14 hangat agar adonan berbentuk pasta dan mudah untuk dicetak. Pakan dicetak dengan menggunakan mesin pencetak pellet. Selanjutnya, pellet dioven pada suhu 50ºC. 2. Parameter yang diamati Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah uji fisik dan kimiawi pakan ikan (Saade & Aslamyah, 09). a.uji Fisik Pakan Ikan Uji fisik pakan ikan meliputi daya apung, tingkat kekerasan, tingkat homogenitas, kecepatan pecah, dan uji organoleptik pakan ikan. Daya apung pakan dilakukan dengan menjatuhkan 5 butir pakan ke dalam gelas ukur 500 ml yang berisi air setinggi cm. Setelah itu mengamati dan mencatat waktu yang dibutuhkan oleh pakan tersebut mencapai dasar ember dengan menggunakan stop watch. Tingkat kekerasan pakan diukur dengan memasukkan 2 g pakan ke dalam pipa paralon dengan tinggi 1 m. kemudian pakan dijatuhi beban anak timbangan dengan berat 500 g. Pakan yang telah dijatuhi beban kemudian diayak menggunakan ayakan dengan ukuran mata ayakan sebesar 0,5 mm. Tingkat kekerasan dihitung dalam persentasi pakan yang tidak hancur dengan menggunakan ayakan (Saade & Aslamyah, 09). Tingkat homogenitas pakan bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran partikel bahan penyusun pakan. Pakan sebanyak 5g digerus di mortar dengan tekanan yang sama. Selanjutnya, pelet uji diayak menggunakan ayakan dengan ukuran mata ayakan sebesar 0,5 mm. Persentase pelet uji yang lolos pada ayakan tersebut menunjukkan tingkat homogenitas pakan ikan. Uji kecepatan pecah mengukur berapa lama waktu sampai pakan hancur di dalam air. Uji ini diamati secara visual. Sebanyak 10 butir pellet dimasukkan ke dalam beaker glass yang diisi 1 L air. Untuk mengetahui pelet sudah lembek atau belum dilakukan penekanan dengan jari telunjuk. Pengamatan ini dilakukan dengan memencet pelet setiap lima menit (Saade & Aslamyah, 09), sampai pakan pecah/hancur. Uji organoleptik merupakan metode analisis untuk mengidentifikasi tampilan fisik pakan ikan, meliputi tekstur, aroma, dan warna. Pengamatan dilakukan secara visual. b. Uji Kimiawi Pakan Ikan Uji kimiawi pakan ikan meliputi uji kandungan nutrisi pakan secara kimiawi. Pengujian kimiawi yang dilakukan adalah uji proksimat berupa kadar protein kasar dan kadar air dalam pakan uji. 3. Analisis Data Data daya apung, tingkat kekerasan, tingkat homogenitas, dan kecepatan pecah pakan dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) dan DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf uji 5%. Data uji organoleptik dan uji proksimat dianalisis secara deskriptif. 1. Daya Apung Pakan Ikan HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan ikan yang berkualitas, selain ditentukan oleh kandungan nutrisinya, juga ditentukan oleh sifat fisik pakan tersebut di dalam air, di antaranya, daya apung pakan, tingkat kekerasan, tingkat homogenitas, dan kecepatan pecah pakan. Hal ini dikarenakan, pakan ikan selalu terpapar di dalam air sehingga secara fisik harus memiliki daya apung yang baik (tidak cepat tenggelam), tidak mudah lembek, homogen, dan tidak mudah pecah agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh ikan ketika pakan tersebut dimasukkan ke dalam air tempat budidaya. Dalam penelitian ini, pakan dibuat dengan mencampurkan 3 bahan dengan komposisi sama, yaitu tepung bulu ayam terfermentasi, ampas tahu terfermentasi, dan tepung ikan rucah dengan perbandingan 1:1:1, dan ditambahkan 2 jenis bahan perekat, yaitu tepung tapioka dan tepung terigu. Penggunaan bahan perekat dengan konsentrasi berbeda menghasilkan daya apung pakan yang berbeda pula (Tabel 1). Namun, penggunaan kedua bahan perekat dengan konsentrasi yang sama menghasilkan daya apung pakan yang cenderung sama. Hal ini menunjukkan bahwa kedua bahan perekat, baik tepung tapioka maupun tepung terigu mempunyai potensi yang sama dalam merekatkan beberapa bahan baku pakan, sehingga menjadi pakan yang kompak. Daya apung terendah dihasilkan oleh perlakuan (pakan dengan bahan perekat tepung tapioka 5 %) dan (pakan dengan bahan perekat tepung terigu 5 %), sebesar masing-masing 60, ± 5,12 dan 64,75 ± 1,71, selanjutnya perlakuan (pakan dengan bahan 28

5 Purwokerto, 6 September 14 perekat tepung tapioka 7,5 %) dan (pakan dengan bahan perekat tepung terigu 7,5 %), yaitu 124,50 ± 24,85 dan 1,00 ± 32,07. Perlakuan dengan menggunakan bahan perekat tepung tapioka dan tepung terigu pada konsentrasi 10 % ( dan ) memiliki daya apung tertinggi dan sama dengan daya apung pakan komersial. Tabel 1. Daya Apung Pakan Ikan Perlakuan Daya Apung Pakan Ikan (menit) Rerata ± Standar deviasi (menit) ,00 ± 58,48 c 60, ± 5,12 a 124,50 ± 24,85 b 294,00 ± 43,01 c 64,75 ± 1,71 a 1,00 ± 32,07 b 3, ± 37,88 c Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf uji 5% : pakan komersial : pakan dengan bahan perekat tepung terigu 10 % Tepung tapioka dan tepung terigu, pada konsentrasi 10% dapat meningkatkan daya apung selama 294-3,45 menit dibandingkan konsentrasi 5 dan 7,5 % (60,-1,00 menit), serta cenderung menyamai daya apung pakan komersial, yaitu selama 283 menit. Hal ini diduga semakin banyak bahan perekat yang digunakan, semakin meningkat pula kemampuannya dalam merekatkan bahan baku pakan. Namun, bukan berarti konsentrasi bahan perekat perlu ditingkatkan lagi lebih dari 10%, karena akan mengurangi kandungan nutrisi yang dibutuhkan oleh ikan. Konsentrasi 10% diduga paling efektif karena mampu menyamai daya apung pakan komersial. Tepung tapioka dan tepung terigu baik digunakan sebagai bahan perekat pakan ikan. Hasil penelitian Syamsu (07), menunjukkan bahwa tepung tapioka 5% dalam ransum pakan itik menghasilkan sifat fisik terbaik dibandingkan dengan tepung gaplek 5 %. Tepung tapioka mengandung karbohidrat sebesar 86,9%, sedangkan tepung terigu mengandung karbohidrat sebesar 77,3% (Astawan, 08). Bahan dengan kandungan karbohidrat yang cukup tinggi baik dijadikan bahan perekat. Karbohidrat dalam pakan berfungsi sebagai perekat dan memperkuat ikatan partikel penyusun pakan (Setiyatwan et al., 08). 2. Tingkat Kekerasan Pakan Ikan Hasil penelitian menunjukkan perlakuan penggunaan bahan perekat berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (pakan komersial) maupun antar perlakuan dengan bahan perekat berbagai konsentrasi (Tabel 2). yang menggunakan pakan komersial memiliki tingkat kekerasan terendah, yaitu 74,50 %, sedangkan sedikit lebih tinggi dari, yaitu 87,38 %, dan perlakuan,,,, dan memiliki tingkat kekerasan tertinggi, yaitu 94,50-,38 %. Tepung terigu dan tepung tapioka selain sebagai sumber energi, juga berperan sebagai bahan perekat yang baik (Mudjiman, 04) sehingga pakan yang dihasilkan memiliki tingkat kekerasan yang lebih baik. 29

6 Purwokerto, 6 September 14 Tabel 2. Tingkat Kekerasan Pakan Ikan Perlakuan Tingkat Kekerasan Pakan Ikan (%) Rerata ± Standar deviasi (%) , , , , ,5,5 95, , ,5 95,5 74,50 ± 3,29 a 87,38 ± 6,58 b 94,50 ± 1,23 c,38 ± 1, c 95,63 ± 0,48 c 94,88 ± 1,93 c 94,75 ± 1,32 c Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf uji 5% : pakan komersial : pakan dengan bahan perekat tepung terigu Tingkat Homogenitas Pakan Ikan Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan bahan perekat dengan berbagai konsentrasi berpengaruh nyata terhadap tingkat homogenitas pakan ikan. Perlakuan dan memiliki tingkat homogenitas terendah, yaitu 47,38 % dan 45,88 %, sedangkan,, dan memiliki tingkat homogenitas lebih tinggi, yaitu 55,00 %, 53,38 %, dan 55,88 %. Tingkat homogenitas tertinggi, dihasilkan oleh perlakuan dan, yaitu 66,75 % dan 61,75 %. Pelet yang baik memiliki tekstur yang kompak serta ukuran partikel bahan baku yang halus dan seragam (Afrianto & Liviawaty, 05). Tabel 3. Tingkat Homogenitas Pakan Ikan Perlakuan Tingkat Homogenitas Pakan Ikan (%) Rerata ± Standar deviasi (%) , , ,5 54, , ,5 52, , ,5 52, ,75 ± 5,45 c 47,38 ± 3,15 a 45,88 ± 4,33 a 55,00 ± 1,08 b 53,38 ± 1,65 b 55,88 ± 4,37 b 61,75 ± 1,71 c Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf uji 5% : pakan komersial

7 Purwokerto, 6 September Kecepatan Pecah : pakan dengan bahan perekat tepung terigu 10 % Tabel 4. Kecepatan pecah Pakan Ikan Perlakuan Kecepatan pecah Pakan Ikan (menit) Rerata ± Standar deviasi (menit) ,00 ± 4,08 a 21, ± 2,50 b,00 ± 4,08 bc 26, ± 2,50 bc 22,50 ± 2,89 bc 23,75 ± 4,79 bc 27,50 ± 2,89 c Keterangan : Nilai rata-rata yang diikuti huruf superscript yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji DMRT dengan taraf uji 5% : pakan komersial : pakan dengan bahan perekat tepung terigu 10 % Tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan penggunaan bahan perekat dengan berbagai konsentrasi berpengaruh nyata terhadap kecepatan pecah pakan ikan. Perlakuan (pakan komersial) memiliki kecepatan pecah selama 15,00 menit, Perlakuan memiliki kecepatan pecah yang lebih lama (21, menit) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan,,, dan (antara 22,50-26, menit), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan (27,50 menit). Pakan perlakuan memiliki kecepatan pecah yang lebih baik dibandingkan pakan komersial. Hal ini menunjukkan, pakan dengan perekat tepung tapioka dan tepung terigu lebih kompak dibandingkan pakan komersial. Tepung terigu selain sebagai sumber energi, juga berperan sebagai bahan perekat yang baik sehingga pakan yang dihasilkan mempunyai tekstur yang baik dan tahan lama di dalam air (Mudjiman, 04). 5. Uji Organoleptik Tabel 5. Uji Organoleptik Pakan Ikan Perlakuan Parameter yang Diamati Tekstur Aroma Warna Halus Keterangan : : pakan komersial Amis 31

8 Purwokerto, 6 September 14 : pakan dengan bahan perekat tepung terigu 10 % Hasil uji organoleptik pakan ikan (Tabel 5) menunjukkan bahwa, yaitu pakan komersial memiliki tekstur halus, aroma amis, dan warna pakan coklat. Berbeda dengan perlakuan bahan perekat (-), yang memiliki tekstur berserat, aroma menyengat, tetapi memiliki warna pakan yang sama dengan pakan komersial, yaitu coklat. Tekstur pada pakan dengan perlakuan bahan perekat cenderung berserat, hal ini disebabkan karena bahan baku yang digunakan salah satunya adalah tepung bulu ayam. Bulu ayam meskipun sudah dibuat tepung dan difermentasi, tidak dapat berbentuk tepung halus, akan tetapi tetap memiliki serat-serat. Aroma pakan pada perlakuan sampai cenderung menyengat, hal ini dikarenakan 2 bahan baku yang digunakan adalah hasil fermentasi, yaitu tepung bulu ayam terfermentasi dan ampas tahu terfermentasi. Bau menyengat diduga karena hasil dari fermentasi bahan baku, yaitu pendegradasian tepung bulu ayam oleh B. licheniformis dan ampas tahu oleh A. niger. Hidrolisis pada fermentasi berpengaruh terhadap meningkatnya kadar NH 3 (amoniak) (Puastuti et al., 04), sehingga bau pakan yang menggunakan bahan terfermentasi cenderung menyengat. 6. Uji Proksimat Pakan Ikan Hasil uji proksimat pakan ikan berupa kadar protein dan kadar air pakan (Tabel 6) menunjukkan bahwa perlakuan - memiliki kadar protein kasar yang jauh lebih tinggi (35,92-45,58 %) dibandingkan pakan komersial (15,62 %). Hal ini menunjukkan bahwa komposisi bahan baku yang digunakan cukup baik dijadikan sebagai bahan baku alternatif dalam pakan buatan, dengan kandungan nutrisi yang sangat cukup bagi kebutuhan pertumbuhan ikan. Untuk pertumbuhan optimal, lele dumbo memerlukan pakan dengan kandungan protein 35-40% (Kordi, 10). Tabel 6. Uji Proksimat Pakan Ikan Perlakuan Keterangan : : pakan komersial Parameter yang Diamati Kadar Protein (%) Kadar Air (%) 15,62 40,24 38,80 35,92 45,58 42,70 36,78 : pakan dengan bahan perekat tepung terigu 10 % KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai berikut : 9,27 7,49 7,59 7,92 8,60 8,93 8,56 1. perlakuan bahan perekat berpengaruh nyata terhadap hasil uji fisik pakan ikan, meliputi daya apung, tingkat kekerasan, tingkat homogenitas, dan kecepatan pecah pakan ikan. Demikian juga hasil uji kimia pakan ikan yang diamati secara deskriptif, meliputi uji proksimat (kadar protein dan kadar air) 32

9 Purwokerto, 6 September 14 dan uji organoleptik (tekstur, aroma, dan bau) berbeda antara perlakuan bahan perekat dan pakan komersial; 2. secara umum, perlakuan dengan bahan perekat lebih baik daripada pakan komersial. Jenis bahan perekat dan konsentrasi terbaik adalah tepung terigu 10 %. DAFTAR PUSTAKA Afrianto, E. & E. Liviawaty. 05. Pakan Ikan. Yogyakarta: Kanisius. Astawan, M. 08. Membuat Mie dan Bihun. Jakarta: Penebar Swadaya. Desi, M. 02. Aktivitas Keratinase Bacillus licheniformis dalam Memecah Keratin Bulu Ayam. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Jahan, M.S., M. Asaduzzaman, & A Sarkar. 06. Performance of broiler fed on mash, pellet, and crumble. Int J. Poultry Sci. Vol. 5 No. 3 : Kordi, M. Ghufran. 10. Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal. Yogyakarta: Lily publisher. Krisnan, R. & S.P. Ginting. 09. Penggunaan Solid Ex-Decanter Sebagai Perekat Pembuatan Pakan Komplit Berbentuk Pelet : Evaluasi Fisik Pakan Komplit Berbentuk Pelet. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Mudjiman, A. 04. Makanan Ikan. Edisi revisi. Jakarta: Penebar Swadaya. Mulia, D.S., Purbomartono, & H. Maryanto. 13. Pengembangan Pakan Bervaksin (dengan Memanfaatkan Limbah Lokal Sebagai Bahan Baku dan Vaksin Aeromonas hydrophila) Pada Budidaya Lele Dumbo. Laporan Penelitian AUPT. Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Nasution, E.Z. 06. Studi Pembuatan Pakan Ikan dari Campuran Ampas Tahu, Ampas Ikan, Darah Sapi Potong, dan Daun Keladi yang Disesuaikan dengan Standar Mutu Pakan Ikan. Jurnal Sains Kimia. Vol. 10 No. 1 : Retnani, Y., N. Hasanah, Rahmayeni, & L. Herawati. 10. Uji Sifat Fisik Ransum Ayam Broiler Bentuk Pelet yang Ditambahkan Perekat Onggok Melalui Proses Penyemprotan Air. Agripet Vol. 10 No. 1 : Puastuti, W., D. Yulistiani, & I. W. Mathius. 04. Bulu Ayam yang Diproses secara Kimia sebagai Sumber Protein Bypass Rumen. JITV. 9(2): Saade, E. & S. Aslamyah. 09. Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Buatan untuk Udang Windu Penaeus monodon Fab. yang Menggunakan Berbagai Jenis Rumput Laut sebagai Bahan Perekat. Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan). Vol. 19 (2) : Setiyatwan, H., D. Saefulhajar, & U. Hidayat T. 08. Pengaruh Bahan Perekat dan Lama penyumpanan terhadap Sifat Fisik Ransum Bentuk Pelet. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 8(2) : Syamsu, J.A. 07. Karakteristik Fisik Pakan Itik Bentuk Pelet yang Diberi Bahan Perekat Berbeda dan Lama Penyimpanan yang Berbeda. Jurnal Ilmu Ternak. Vol. 7 No.2 : Tarmizi, A. 01. Evaluasi Nilai Nutrisi Tepung Bulu yang Difermentasi dengan Menggunakan Bacillus licheniformis pada Ayam Broiler. Skripsi. Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. 33

Jurnal Riset Sains dan Teknologi Volume 1 No. 1 Maret 2017

Jurnal Riset Sains dan Teknologi Volume 1 No. 1 Maret 2017 Jurnal Riset Sains dan Teknologi Volume 1 No. 1 Maret 2017 e-issn 2549-9750 UJI FISIK PAKAN IKAN YANG MENGGUNAKAN BINDER TEPUNG GAPLEK Physical Test Of Fish Feed Using Cassava Flour Binder Dini Siswani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan merupakan salah satu hewan yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia karena memiliki potensi keuntungan yang menjanjikan. Seiring dengan meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ke 21 perkembangan masyarakat di dunia menunjukkan adanya perubahan perilaku dan gaya hidup serta pola konsumsi ke produk perikanan. Adanya keterbatasan kemampuan

Lebih terperinci

UJI FISIK DAN ORGANOLEPTIK PAKAN IKAN YANG MENGGUNAKAN TEPUNG GAPLEK SEBAGAI BAHAN PEREKAT

UJI FISIK DAN ORGANOLEPTIK PAKAN IKAN YANG MENGGUNAKAN TEPUNG GAPLEK SEBAGAI BAHAN PEREKAT UJI FISIK DAN ORGANOLEPTIK PAKAN IKAN YANG MENGGUNAKAN TEPUNG GAPLEK SEBAGAI BAHAN PEREKAT SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai syarat Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh : FATIH WULANDARI 1001070060

Lebih terperinci

PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PEREKAT YANG DIGUNAKAN PADA PEMBUATAN PAKAN IKAN DENGAN BAHAN DASAR TEPUNG BULU AYAM, IKAN RUCAH, DAN AMPAS TAHU

PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PEREKAT YANG DIGUNAKAN PADA PEMBUATAN PAKAN IKAN DENGAN BAHAN DASAR TEPUNG BULU AYAM, IKAN RUCAH, DAN AMPAS TAHU PENGGUNAAN ONGGOK SEBAGAI BAHAN PEREKAT YANG DIGUNAKAN PADA PEMBUATAN PAKAN IKAN DENGAN BAHAN DASAR TEPUNG BULU AYAM, IKAN RUCAH, DAN AMPAS TAHU SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sudah sangat popular di masyarakat Indonesia. Hampir di seluruh wilayah Indonesia ada budidaya lele dumbo tersebut. Lele dumbo

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pembuatan tepung cangkang kepiting dan pelet dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak dan Makanan Ruminansia, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

Pengumpulan daun apu-apu

Pengumpulan daun apu-apu 58 Lampiran 1. Pembuatan Tepung Daun Apu-apu Pengumpulan daun apu-apu Pencucian daun apu-apu menggunakan air mengalir untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada daun Penyortiran, daun dipisahkan dari

Lebih terperinci

APLIKASI PAKAN BERVAKSIN Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI DAERAH CILACAP

APLIKASI PAKAN BERVAKSIN Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI DAERAH CILACAP APLIKASI PAKAN BERVAKSIN Aeromonas hydrophila PADA IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) DI DAERAH CILACAP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana S - 1 Oleh: SRI WAHYUNINGSIH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 32 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Januari 2015 di Laboratorium Teknologi Pakan dan Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Universitas Diponegoro, Semarang.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada pellet calf starter dengan penambahan bakteri asam laktat dari limbah kubis terfermentasi telah dilaksanakan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Prosedur Penelitian Penelitian ini meliputi tahap persiapan bahan baku, rancangan pakan perlakuan, dan tahap pemeliharaan ikan serta pengumpulan data. 2.1.1. Persiapan Bahan Baku

Lebih terperinci

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN Berbagai jenis makanan dan minuman yang dibuat melalui proses fermentasi telah lama dikenal. Dalam prosesnya, inokulum atau starter berperan penting dalam fermentasi.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Gedung 4 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor- Sumedang, sedangkan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat.

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya lele dumbo tergolong mudah dan pertumbuhannya relatif cepat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) adalah salah satu spesies ikan air tawar yang memiliki prospek yang baik untuk dibudidayakan. Ikan tersebut memiliki laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2013 sampai Agustus 2014 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) dan Laboratorium Kimia, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium 11 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) mulai Maret 2011 sampai

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam 13 BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN Penelitian mengenai Pengaruh Penambahan Pollard Fermentasi Dalam Pellet Terhadap Serat Kasar dan Kualitas Fisik Pellet dilaksanakan pada bulan Juli 2014 di Laboratorium

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 3 No.1 ; Juni 2016 ISSN 2407-4624 PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW *RIZKI AMALIA 1, HAMDAN AULI

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Fermentasi terhadap Penggunaan Protein pada Ayam Kampung Super dilaksanakan pada tanggal 18 November

Lebih terperinci

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens 9 3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Agustus 2012, bertempat di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Laboratorium Nutrisi Ikan, serta di kolam percobaan

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Latar Belakang Produksi udang di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menyatakan, pencapaian produksi udang nasional

Lebih terperinci

FERMENTASI AMPAS TAHU DENGAN Rhizopus oligosporus UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN

FERMENTASI AMPAS TAHU DENGAN Rhizopus oligosporus UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN FERMENTASI AMPAS TAHU DENGAN Rhizopus oligosporus UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS AMPAS TAHU SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Oleh:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Februari 2015 di Jurusan Peternakan, analisis silase dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Patologi, Entomologi, dan Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga PENDAHULUAN Sektor perikanan budidaya ikan air tawar di Indonesia memiliki potensi untuk dikembangkan melalui ekstensifikasi maupun intensifikasi. Komoditas budidaya ikan air tawar seperti ikan lele, selain

Lebih terperinci

METODE. Waktu dan Tempat

METODE. Waktu dan Tempat 14 METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini berlangsung pada bulan Juni sampai September 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan, Laboratorium Percobaan Makanan, dan Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch)

PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) PENGGUNAAN JAGUNG DAN RAGI TAPAI PADA JAGUNG SEBAGAI PAKAN ALTERNATIF TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN BETOK (Anabas testudineus Bloch) Cerria Inara 1, Adrien Jems Akiles Unitly 2,3 1 Mayor Akuakultur Sekolah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penyimpanan Pellet Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan sangat berpengaruh terhadap sifat fisik dan pertumbuhan serangga pada pellet yang disimpan. Ruang penyimpanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pakan Ikan Pakan merupakan faktor tumbuh terpenting karena merupakan sumber energi yang menjaga pertumbuhan, serta perkembangbiakan. Nutrisi yang terkandung dalam pakan harus

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting 8 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penambahan bentonit pada proses Pelleting terhadap total bakteri dan total fungi pada Pellet limbah penetasan dilaksanakan pada bulan Maret Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada April 2013 sampai dengan Mei 2013 di laboratorium Nutrisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR

PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR PENGARUH DOSIS DAN LAMA FERMENTASI BUAH KETAPANG (Ficus lyrata) OLEH Bacillus licheniformis TERHADAP KANDUNGAN PROTEIN KASAR DAN SERAT KASAR AANG. R 1, ABUN 2, dan TJITJAH. A 3 Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan September 2012 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian serta Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C. 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Kapang R. Oryzae atau C. Crassa terhadap Populasi Bakteri dalam Ileum Ayam Broiler yang dipelihara pada Kondisi Panas dilaksanakan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012, bertempat di Laboratorium Biokimia Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas

TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di rumah kompos (Green House ) Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 Agustus 2016 di Mateseh,

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 Agustus 2016 di Mateseh, 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2016 Agustus 2016 di Mateseh, Semarang. Analisis hematologi darah dilakukan di Balai Laboratorium Kesehatan, Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April Pelaksanaan penelitian 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian sebelumnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai April 2015. Pelaksanaan penelitian pembuatan pelet calf

Lebih terperinci

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN

STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Jurnal Sains Kimia Vol 10, No.1, 2006: 40 45 STUDI PEMBUATAN PAKAN IKAN DARI CAMPURAN AMPAS TAHU, AMPAS IKAN, DARAH SAPI POTONG, DAN DAUN KELADI YANG DISESUAIKAN DENGAN STANDAR MUTU PAKAN IKAN Emma Zaidar

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian analisis sifat fisik cookies berbahan baku tepung terigu dengan substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan mengujikan kemampuan Bacillus mycoides dalam memfermentasi onggok untuk menurunkan serat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh penambahan limbah kubis fermentasi dalam

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh penambahan limbah kubis fermentasi dalam 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh penambahan limbah kubis fermentasi dalam pellet terhadap populasi total bakteri dan keberadaan bakteri gram pada feses kelinci periode pertumbuhan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae 15 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang Pengaruh PenambahanProbiotik Rhizopus oryzae Dalam Ransum Terhadap Populasi Mikroba, Panjang serta Bobot Relatif Seka Ayam Kampung dilaksanakan pada bulan

Lebih terperinci

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017 175 PEMANFAATAN CHLORELLA DALAM PAKAN YANG DISUBTITUSI TEPUNG ISI RUMEN TERHADAP PERSENTASE KARKAS AYAM PEDAGING Dhandy Koesoemo Wardhana 1), Mirni Lamid 2), Ngakan Made Rai W 3) 1)Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pakan pelengkap (Hartadi dkk., 1991). Konsentrat terdiri dari campuran jagung, 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Konsentrat Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN. Bahan dan Alat 36 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yaitu mulai 8 Maret sampai 21 Agustus 2007 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum

MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum MANFAAT PENAMBAHAN PUTIH TELUR AYAM KAMPUNG PADA PELET TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KADAR PROTEIN IKAN MAS (Cyprinus carpio Linne) Trianik Widyaningrum Pendidikan Biologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang.

I PENDAHULUAN. bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. peternak masih bergantung pada hijauan yang berada di lapang. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hijauan pakan merupakan bahan pakan yang berasal dari tanaman dalam bentuk daun-daunan termasuk di dalamnya rumput dan leguminosa. Rumput merupakan hijauan segar sebagai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2011. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. 2.1 Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian Materi Alat-alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya ice box,

MATERI DAN METODE. 2.1 Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian Materi Alat-alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya ice box, 8 II. MATERI DAN METODE 2.1 Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 2.1.1 Materi Alat-alat yang digunakan dalam penelitian diantaranya ice box, autoklaf model HL36AE (Hirayama Manufacturing Corporation, Japan),

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Alat dan Bahan Metode Proses Pembuatan Pelet MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2010 di Laboratorium Agrostologi, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. disertai dengan proses penggilingan dan penjemuran terasi. Pada umumnya 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terasi Terasi atau belacan adalah salah satu produk awetan yang berasal dari ikan dan udang rebon segar yang telah diolah melalui proses pemeraman atau fermentasi, disertai

Lebih terperinci

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI

BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI BAHAN MAKANAN SETENGAH JADI Definisi : * Bahan makanan olahan yang harus diolah kembali sebelum dikonsumsi manusia * Mengalami satu atau lebih proses pengolahan Keuntungan: * Masa simpan lebih panjang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dan Laboratorium Mikrobiologi dan Kesehatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di

III. BAHAN DAN METODE. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di 22 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada Maret--Agustus 2011 bertempat di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. merupakan problema sampai saat ini. Di musim kemarau hijauan makanan ternak 8 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Hijauan Pakan Dalam meningkatkan meningkatkan produksi ternak, ketersediaan hijauan makanan ternak merupakan bagian yang terpenting, karena lebih dari 70% ransum ternak terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga pada bulan Januari-Mei

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai dari April sampai dengan Mei 2013 di Laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol)

BAB III METODE PENELITIAN. konsentrasi limbah cair tapioka (10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 0% atau kontrol) 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun menggunakan metoda statistika rancangan acak lengkap (RAL) satu faktor, dimana faktor yang diujikan adalah pengaruh konsentrasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 5(3): 58-63, November 2017

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 5(3): 58-63, November 2017 PENGARUH PENAMBAHAN LEVEL MOLASES TERHADAP KUALITAS FISIK DAN ORGANOLEPTIK PELLET PAKAN KAMBING PERIODE PENGGEMUKAN The Effect of Molases Level Addition on Physical and Organoleptic Quality of Goat Feed

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan Laboratorium Kimia Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Proses dan Pengolahan Pangan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Gunung Kidul, Yogyakarta; Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, Laboratoriun

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai 23 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 19 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2010, bertempat di Laboratorium Pengolahan Hasil Perairan, Laboratorium Organoleptik, Laboratorium Mikrobiologi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Laboratorium Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium III. MATERI DAN METODE 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2014 di Laboratorium Teknologi Pascapanen Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. 3.2.Alat dan Bahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji

II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji 2.2 Persiapan Pakan Uji II. METODOLOGI 2.1 Persiapan Wadah dan Ikan Uji Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah bak terpal dengan ukuran 2 m x1m x 0,5 m sebanyak 12 buah (Lampiran 2). Sebelum digunakan, bak terpal dicuci

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan Oktober Januari 2013. Pelaksanaan proses pengeringan dilakukan di Desa Titidu, Kecamatan Kwandang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian, 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2015 sampai dengan 22 November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009 yang bertempat di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Masalah yang sering dihadapi oleh peternak ruminansia adalah keterbatasan penyediaan pakan baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun kesinambungannya sepanjang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan yaitu dari bulan Oktober sampai Desember 2011. Penyimpanan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, pengujian kualitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili BAB III METODOLOGI A. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan mie gembili adalah sebagai berikut: 1. Alat yang digunakan: a. Panci b. Slicer c. Pisau d. Timbangan e. Screen 80 mesh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian, sementara pengujian mutu gizi dilakukan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penyusunan ransum bertempat di Laboratorium Industri Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan. Pembuatan pakan bertempat di Indofeed. Pemeliharaan kelinci dilakukan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di green house milik UMY dan Laboratorium Agrobioteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian

Lebih terperinci

PENGUJIAN KUALITAS BAHAN BAKU DAN PAKAN SITI ASLAMYAH

PENGUJIAN KUALITAS BAHAN BAKU DAN PAKAN SITI ASLAMYAH PENGUJIAN KUALITAS BAHAN BAKU DAN PAKAN SITI ASLAMYAH Uji fisik Uji kimiawi Uji biologis Uji organoliptik Uji fisik Tingkat homogenitas : bertujuan untuk mengetahui tingkat keseragaman ukuran partikel

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pasca Panen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian dilakukan selama 15

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume II No 2 Februari 2014 ISSN: 2302-3600 PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri Pakan, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

Pertanian UMY untuk tahap pembuatan tepung mocaf dan Laboratorium. Biokimia Farmasi UMY untuk uji karateristik tepung mocaf meliputi Analisis

Pertanian UMY untuk tahap pembuatan tepung mocaf dan Laboratorium. Biokimia Farmasi UMY untuk uji karateristik tepung mocaf meliputi Analisis III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi Fakultas Pertanian UMY untuk tahap pembuatan tepung mocaf dan Laboratorium Biokimia Farmasi UMY

Lebih terperinci