Perkembangan Seni Rupa Nusantara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perkembangan Seni Rupa Nusantara"

Transkripsi

1 Kegiatan Pembelajaran 2 Perkembangan Seni Rupa Nusantara Sejak dahulu telah terjadi saling pengaruh-mempengaruhi dalam kebudayaan antara suatu bangsa (termasuk Nusantara) dengan bangsa lain. Bentuk kebudayaan Nusantara sekarang merupakan hasil perkembangan selama berabadabad, dan dalam perkembangan tersebut sejumlah kebudayaan luar misalnya Cina, Hindu, Islam dan Barat telah turut memberikan andil bagi terbentuknya kebudayaan/kesenian Nusantara ini. Percampuran kebudayaan suata bangsa dengan kebudayaan bangsa pendatang disebut akulturasi. Dalam proses akulturasi, peranan kebudayaan asli lebih kuat dibandingkan dengan kebudayaan luar yang datang. Bangsa Eropa yang modern dan maju pun tidak luput dari pengaruh bangsa lain sebelumnya, contohnya Bangsa Yunani Kuno, Romawi Kuno, Mesir Kuno, Arab dll. Dalam uraian sekarang akan diutarakan pengaruh-pengaruh seni rupa mancanagara, terutama gaya dan temanya yang mempengaruhi karya seni rupa di Nusantara. Secara umum perkembangan seni rupa Nusantara dibagi dalam 4 periode sebagai berikut: A. Periode Prasejarah, Periode prasejarah adalah periode dimana unsur-unsur atau pengaruh kebudayaan Hindu/Buddha, Islam dan Barat belum sampai di kepulauan Nusantara. Zaman ini memiliki ciri budaya yang paling tua dan murni. Bendabenda bersejarah (yang kemudian diketegorikan sebagai karya seni rupa) pada periode ini tidak jauh berbeda dengan bentuk karya seni rupa dari kebudayaan prasejarah dibelahan dunia lainnya. Karya seni rupa yang dihasilkan pada periode ini adalah Lukisan, Bangunan Megalit, Seni patung/arca dan Seni kriya. Pola kehidupan dan sistem kepercayaan masyarakat yang hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkannya. Benda-benda prasejarah yang kemudian dikategorikan sebagai karya seni ini umumnya 2.1

2 memiliki nilai magis atau dibuat dengan landasan keyakinan terhadap kekuatan tertentu yang ada diluar manusia. (animisme dan dinamisme). Semakin unik atau besar ukurannya semakin besar pula daya magis yang dimilikinya. Berdasarkan jenisnya benda-benda (karya) seni rupa prasejarah ini dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Seni Lukis b. Bangunan Megalitik c. Seni Patung/Arca d. Seni Kriya Patung prasejarah berasal dari Batu Gajah Sumatra Selatan Replika seni rupa prasejarah, arca menhir Tadu Lako dari Lembah Besoa, Kecamatan Poso 2.2

3 Karya seni lukis gua zaman prasejarah di Indonesia dengan objek motif tangan manusia Di Gua Abba, Darembang, Irian Jaya Karya seni lukis gua zaman prasejarah di Indonesia dengan objek motif manusia dan perahu erletak di Risatot, Pulau Arguni, Teluk MacCluer, Irian Jaya. 2.3

4 Seni Bangunan Prasejarah Punden Berundak Bangunan megalit Dolmen Nekara (kiri) dan moko (kanan) merupakan seni kriya zaman prasejarah 2.4

5 B. Periode Hindu - Buddha Periode Hindu-Buddha pada perkembangan seni rupa di Nusantara sering pula disebut sebagai era seni rupa Klasik. Pengaruh yang datang berangsur-angsur dari Persia, Cina dan India secara perlahan diadaptasi oleh masyarakat di kepulauan Nusantara. Secara positif sekitar abad V dapat dikatakan kebudayaan India telah masuk dan berasimilasi dengan kebudayaan Nusantara. Pengaruh kebudayaan Hindu dan Buddha ini pengaruhnya meluas diseluruh kepulauan Nusantara kecuali di sebagian wilayah Indonesia Timur. Periode ini berlangsung antara abad V hingga abad XV Masehi. Benda-benda yang dukategorikan karya seni rupa peninggalan dari zaman ini diantaranya seni arsitektur, seni patung/arca, seni relief dan benda-banda kriya. Seni Arsitektur mendominasi karya seni rupa penninggalan zaman ini terutama bangunan-bangunan sakral seperti candi. Baberapa diantaranya sangat terkenal seperti candi Prambanan dan Borobudur di Jawa Tengah. Candi borobudur bahkan menjadi salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Seperti halnya zaman presejarah, pola kehidupan dan sistem kepercayaan masyarakat yang hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkannya. Benda-benda prasejarah yang kemudian dikategorikan sebagai karya seni ini umumnya memiliki nilai sakral atau dibuat dengan landasan keyakinan terhadap Hindu dan Buddha atau penghormatan terhadap penguasa yang dianggap titisan atau keturunan dewa. Berdasarkan jenisnya benda-benda (karya) seni rupa yang berkembang pada zaman Hindu-Buddha ini dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Seni Arsitektur b. Seni Relief c. Seni Patung/Arca d. Seni Kriya 2.5

6 Patung dari zaman Indonesia Hindu, menggambarkan tokoh Prabu Kertarajasa (kiri) dan Ratu Kendedes (kanan) Candi Borobudur, karya seni bangunan zaman Indonesia Hindu 2.6

7 Candi Prambanan, karya seni bangunan zaman Indonesia Hindu C. Periode Seni Rupa Islam Walaupun kebudayaan Islam telah masuk ke kepulauan Nusantara sejak abad VII, tetapi kekuasaan politik yangdipengaruhi kebudayaan Islam baru muncul sekitar abad XIII. Sesuai dengan sifatnya yang terbuka, jenis kesenian (seni rupa) yang) berkembang sejak masuknya pengaruh kebudayaan Islam sangat dipengaruhi kebudayaan asal dari mana penyebar agama Islam tersebut berasal. 2.7

8 Pada perkembangannya di Nusantara, kebudayaan Islam ini bahkan berasimilasi dengan kebudayaan masyarakat setempat yang sudah dipengaruhi terlebih dahulu oleh kebudayaan Hindu dan Buddha. Proses asimilisi dan akulturasi ini bahkan memperkaya khasanah seni budaya Nusantara. Benda-benda yang dukategorikan karya seni rupa peninggalan dari zaman ini diantaranya seni arsitektur, seni relief/hias ornamen kaligrafi dan benda-banda kriya. Seni Arsitektur peninggalan zaman ini terutama diantaranya bangunanbangunan sakral seperti masjid dan makam serta bangunan profan seperti istana. Selain mengadaptasi kebudayaan Hindu dan Buddha, seni bangunan pada masa ini dipengaruhi pula dengan bentuk-bentuk bangunan asli daerah. Sifat dari kebudayaan Islam yang dibawa dan berkembang di kepulauan Nusantara ini menyebabkan munculnya berbagai ragam bentuk mesjid diberbagai daerah di Nusantara. Berdirinya mesjid agung dilingkungan pusat pemerintahan pada setiap daerah di Indonesia merupakan pengaruh dari sistem pemerintahan yang di wariskan kebudayaan Islam di Indonesia. Seperti halnya zaman sebelumnya, pola kehidupan dan sistem kepercayaan masyarakat yang hidup pada masa itu sangat mempengaruhi bentuk-bentuk karya seni yang dihasilkannya. Benda-benda budaya yang kemudian dikategorikan sebagai karya seni yang berkembang pada zaman ini tidak hanya yang memiliki nilai sakral atau dibuat dengan landasan keyakinan terhadap agama atau penghormatan terhadap penguasa. Banyak benda-benda profan di buat untuk keperluan sehari-hari. Keyakinan untuk tidak menggambarkan mahluk hidup pada kebudayaan Islam menyebabkan seni lukis dan patung tidak terlalu berkembang. Kondisi ini justru menyebabkan seni relief dan ukir serta seni ornamentik yang berlandaskan tulisan kaligrafi berkembang pesat. Benda-benda kriya seperti Batik, wayang, dan benda-benda pusaka berkembang pada masa ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan sebelumnya (Hindu- Buddha) dan dengan kepercayaan masyarakat setempat. Berdasarkan jenisnya benda-benda (karya) seni rupa yang berkembang pada zaman Islam ini dapat dikategorikan sebagai berikut: a. Seni Arsitektur (seni bangunan) 2.8

9 b. Seni Kriya c. Seni Kaligrafi Lukisan kaligrafi dengan objek tokoh pewayangan Semar Lukisan kaca dengan objek kaligrafi 2.9

10 Karya seni rupa zaman Islam di Indonesia nisan putri raja Pasai (kanan) dan Maulana malik Ibrahim di Gresik (kiri) Seni bangunan masjid kuno di Aceh 2.10

11 2.11

12 D. Periode Seni Rupa Baru Berbeda dari zaman-zaman sebelumnya, ekspresi dalam karya seni rupa baru memiliki fungsi tidak semata-mata untuk kepentingan rituil. Walaupun tetap memiliki fungsi untuk mengisi bathin manusia, karya seni rupa baru Indonesia atau Nusantara ini cenderung berkembang mengikuti arah perkembangan seni rupa Modern di Barat (Eropa). Kategorisasi karya seni rupa Baru di Nusantara ini seperti juga perkembangannya di Eropa merujuk pada karya seni lukis dan patung. Perkembangan seni rupa baru di Nusantara ini umumnya dibagi ke dalam beberapa masa yaitu: 1. Masa Perintisan Raden Saleh. Periode ini dinamai sesuai dengan nama tokoh perupa pada masa itu yaitu Raden Saleh Syarif Bustaman yang dilahirkan di Terbaya, Semarang tahun 1807 dan wafat di Bogor pada tahun Raden Saleh dianggap sebagai bapak seni rupa Modern Indonesia karena beliau dianggap orang Indonesia pertama yang mendapat pendidikan dan berkarya seni rupa Modern. Raden saleh menguasai teknik melukis realistis naturalistis yang sangat mendetail sebagai warisan tradisi seni lukis Renaisan Eropa pada masa itu. 2.12

13 Lukisan karya Raden Saleh 2. Periode Indonesia Molek atau Mooi Indie. Lebih dari setengah abad setelah meninggalnya Raden Saleh, barulah dikenal pelukis-pelukis pribumi seperti Abdullah Suryosubroto putra dari dokter Wahidin Sudirohusodo pendiri Boedi Utomo, Wakidi, dan Pringadi. Ciri khas karya pada periode ini sesuai dengan namanya, menggambarkan pemandangan alam Nusantara yang indah. Gagasan melukisakan pemandangan alam yang indah ini tidak hadir begitu saja, tetapi dipengaruhi konsumen seni lukis pada masa itu yang menggemari lukisan pemandangan alam Nusantara. Ciri yang menyimpang dari masa itu adalah yang dilakukan oleh Basuki Abdullah putra dari Abdullah Suryosubroto yang melukis objek manusia, hal yang beru dilakukan lagi oleh pelukis pribumi sejak era Raden Saleh. Pada masa ini pula dikenal Rudolf Bonet, pelukis asal Nederland yang banyak berjasa mengilhami pelukis dan seniman tradisional Bali, memberikan warna modern pada karyakarya seni rupa Bali. 2.13

14 Lukisan karya Rudolf Bonnet Lukisan pemandangan karya Pringadie 3. Periode setelah Berdirinya PERSAGI. Periode PERSAGI adalah masa dalam perkembangan seni lukis Indonesia yang ditandai dengan berdirinya perkumpulan Persatuan Ahli Gambar Indonesia pada tanggal 23 Oktober 1938 yang didirikan oleh Agus Djaya dan Sudjojono. Berbeda dengan masa 2.14

15 sebelumnya, era pelukis PERSAGI ini seperti juga pengaruh perkembangan seni rupa di Eropa lebih bersifat individual dengan menonjolkan ekspresi seniman secara pribadi. Penggambaran objeknya tidak lagi melulu melukiskan keindahan dengan gaya realis naturalis, tetapi cenderung impresif dan ekspresif. Pada masa ini mulai dikenal pelukis perempuan seperti Maryati Affandi dan Suleha Angkama. Lukisan karya Sudjojono 4. Periode zaman Pendudukan Jepang Sesuai dengan namanya, periode ini menunjukkan perkembangan atau aktivitas seni rupa di Indonesia sejak pendudukan Jepang di tahun 1942 hingga Proklamasi Kemerdekaan pada tahun Walaupun masa pendudukan Jepang ini relatif hanya sebentar, tetapi kesempatan yang diberikan pemerintah Pendudukan Jepang terhadap perkembangan kesenian di Indonesia cukup memberikan dorongan bagi para seniman Indonesia. Salah satu dukungan tersebut diantaranya dengan memberikan fasilitas kegiatan melukis dan pameran bagi senimanseniman Indonesia yang diwadahi oleh Bagian Seni Rupa kantor Keimin 2.15

16 Bunka Shidoso (Pusat Kebudayaan). Pada msa inilah dikenal nama-nama pelukis seperti Otto Djaja, Henk Ngantung, Hendra Gunawan, Affandi, Barli Sasmitawinata, Muchtar Apin, Trubus dsb. Dari sekian nama tersebut, Affandi menjadi salah satu pelukis yang paling menonjol, karya-karyanya tidak saja diakui di Indonesia tetapi juga diakui di Eropa sebagai salah satu karya ekspresionis terbaik dunia. Potret diri karya Affandi 5. Periode pendirian sanggar-sanggar Periode pendirian sanggarsanggar ini ditandai terutama karena momentum Proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kebebasan yang dihirup bangsa ini setelah melepaskan dari dari penjajahan Belanda dan Jepang sedikit banyak berpengaruh terhadap semangat untuk mendirikan sanggar-sanggar seni rupa di berbagai daerah di Indonesia seperti di Padang, Medan, Ujung Pandang, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Surabaya dan Jakarta. Corak dan gaya lukisan yang dihasilkan seniman pada periode ini cukup bervariasi, warna-warna tradisi (motif-motif dekoratif) yang bersumber dari kebudayaan lokal juga mewarnai bentuk dan gaya lukisan yang dihasilkan seniman pada masa ini. Salah satu tema yang cukup menonjol adalah tema-tema perjuangan. Hal tersebut 2.16

17 tidaklah mengherankan karena situasi dan kondisi setelah tahun 1945 memaksa bangsa Indonesia menghadapi perang revolusi fisik hingga tahun Periode setelah tahun Periode ini kerap juga disebut sebagai periode pendidikan formil seni rupa. Pada periode ini peran sanggar digantikan oleh berdirinya perguruan tinggi seni rupa seperti ASRI di Yogyakarta dan Departemen Seni Rupa di Sekolah Tinggi Teknik Bandung yang sekarang dikenal dengan nama Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung. Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan formil dalam bidang seni rupa ini semakin memperkokoh perkembangan seni rupa Modern di Indonesia. Perkembangan ini semakin diperkuat dengan berdirinya lembagalembaga pendidikan guru seni rupa (Jurusan Pendidikan Seni Rupa) di seluruh IKIP di Indonesia. Melalui lembaga-lembaga pendidikan formil ini konsep dan teknik berkarya seni rupa Modern dipelajari dan dimasyarakatkan termasuk mengembangkan jenis-jenis seni rupa lainnya seperti seni patung dan seni grafis. 7. Periode Gerakan Seni Rupa Baru. Periode GSRB merupakan periode terakhir dari perkembangan seni rupa Modern di Indonesia. Para perupa akademis dari beberapa perguruan tinggi seni rupa di Yogyakarta dan Bandung mendeklarasikan gerakan seni rupa baru yang menentang kemapanan pakem dan konsep seni modern yang sudah berakar kuat dalam kurikulum pendidikan tinggi seni rupa di Indonesia. Para perupa ini juga menentang dominasi seniman atau perupa senior dalam peta seni rupa Indonesia yang dianggap kurang memberikan tempat bagi para perupa yang lebih junior seperti keikut sertaan seniman dalam event-event internasional mewakili Indonesia yang diwakili oleh seniman tertentu saja. Para perupa muda ini juga mempertanyakan kecenderungan dominasi karya seni lukis di 2.17

18 atas karya-karya seni rupa lainnya. Dalam salah satu kegiatan pameran yang bertajuk Gerakan Seni Rupa Baru, para perupa muda ini menampilkan berbagai bentuk karya seni rupa yang menyimpang dari bentuk karya seni rupa sebelumnya. Mereka menggunakan berbagai medium yang tidak lazim digunakan dalam berkarya seni seperti penggunaan benda-benda keperluan sehari-hari. Perkembangan ini sebenarnya tidak terjadi begitu saja, perkembangan seni rupa pasca modernisme di Eropa dan Amerika diduga mempengaruhi pemikiran dan konsep para perupa muda ini. Gerakan seni rupa Postmodern yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Seni Rupa Kontemporer ini selanjutnya mewarnai karya-karya seni rupa di Indonesia. Walaupun kurikulum pendidikan tinggi seni rupa hingga saat ini belum mengadaptasi jenis kesenian ini, tetapi sebagai sebuah fenomena yang mendunia, gerakan seni rupa Kontemporer telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perkembangan seni rupa di Indonesia. Seni rupa Kontemporer tidak lagi mengenal penggolongan jenis karya seni rupa seperti seni lukis, seni patung atau seni grafis. Para penganut gerakan ini cenderung menggolongkan jenis karya seni rupa pada dimensi kebentukannya saja seperti karya seni dua dimensi, tiga dimensi atau multi dimensi. Salah satu keunikan yang merupakan perkembangan termutakhir seni rupa Kontemporer di Indonesia adalah digunakannya teknologi informasi dan komunikasi sebagai medium berkarya seni, sesuatu yang tidak mungkin ada pada periode atau masa-masa sebelumnya. Pada periode terakhir ini kita menjumpai bentuk-bentuk karya seni rupa yang unik perpaduan antara seni dan teknologi canggih seperti video art, web art, celluler art, dsb. 2.18

19 Karya Jim Supangkat yang diatampilkan pada pameran Gerakan Seni Rupa Baru Karya seni rupa yang ditampilkan pada pameran Gerakan Seni Rupa Baru 2.19

20 Seni rupa kontemporer tiga dimensi dari bahan batu dan komputer yang dimanfaatkan sebagai tiang antene parabola 2.20

21 Rangkuman Perkembangan tema dan gaya pada karya seni rupa Nusantara telah mencapai periode seni klasik yang dapat kita saksikan pada berbagai macam benda kerajinan dan bangunan tradisional. Seni klasik di sini artinya seni yang dianggap telah mencapai mutu tinggi (puncak). Zaman seni rupa Indonesia-Hindu seringkali disebut oleh para ahli sejarah seni rupa sebagai masa seni rupa Klasik di Indonesia. Perhatikan bagaimana mutu bangunan-bangunan bersejarah berikut hiasannya di Nusantara. Karya seni rupa Nusantara klasik lainnya yang juga dianggap bernilai tinggi adalah seni wayang (wayang kulit, wayang golek). Perhatikan, di mana letak perbedaan gaya wayang golek dengan wayang kulit. Perhatikan juga bagaimana kekhasan watak-watak tokoh digambarkan secara mengagumkan. Amatilah tema apa yang ada pada ukiran Toraja, patung Asmat, Tanimbar atau Bali. Masih banyak peninggalan karya seni Nusantara yang dapat dijelaskan. Pada zaman yang lebih kemudian. gaya dan aliran dalam seni rupa Nusantara dipengaruhi perkembangan seni di Eropa. Contoh, karya senirupawan Raden Saleh menganut aliran Romantisme, karena ia berguru ke Eropa yang pada waktu itu aliran Romantisme di sana sedang populer. Setelah masa kekosongan perkembangan (Raden Saleh tidak mempunyai murid yang dapat melanjutkan perkembangan seni), muncullah para pelukis pribumi seperti Pringadie, Abdoellah Sr., Basoeki Bdullah, yang menganut aliran Naturalisme, Sudjojono, tokoh yang tergolong beraliran Realisme, dan Affandi yang beraliran Ekspresionisme. Selanjutnya berbagai aliran bermunculan sebagai akibat pengaruh perkembangan seni modem di Barat. Seniman modern Indonesia antara lain: A. Sadali, But Mukhtar, Sunaryo, Amri Yahya, Rusli, Hardi, Jeihan, Pirous, dan sebagainya. Perkembangan paling akhir dalam dunia seni rupa di Indonesia adalah munculnya gerakan seni rupa Kontemporer. Gerakan yang diawali sejak kemunculan Gerakan Seni Rupa Baru pada pertengahan tujuhpuluhan ini kerap menggunakan/memadukan berbagai medium dalam berkarya, memadukan berbagai cabang seni (musik dan gerak) serta menggunakan pula teknologi 2.21

22 informasi/komunikasi seperti televisi, video dan komputer (web art) sebagai basis karya-karyanya. Penganut gerakan ini tidak lagi menggunakan batasan-batasan (penggolongan) seni seperti seni lukis, patung, grafis atau pembagian seni murni dan seni pakai. Pembagian yang dikenal atau lazim digunakan kelompok ini hanyalah seni rupa dua dimensi dan tiga dimensi. Gerakan seni rupa Kontemporer di Indonesia umumnya dikenali dengan karya-karya instalasi, performen dan video art. Latihan Cobalah kumpulkan berbagai reproduksi foto atau gambar karya seni rupa Indonesia dari berbagai sumber literatur seperti buku, majalah, koran, media elektronik dsb. Kemudian deskripsikan berbagai karya seni tersebut dan cobalah untuk membuat analisis dengan membandingkan berbagai unsir-unsur visual, latar belakang isi dan tema yang terdapat pada karya-karya tersebut. Diskusikan hasil analisis tersebut bersama rekan mahasiswa atau dosen anda. Test Formatif Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan 1. Karya seni rupa dibawah ini termasuk karya seni rupa prasejarah Nusantara kecuali. a. Lukisan Gua c. Dolmen b. Nekara d. Arca Budha 2. Dolmen termasuk karya seni bangunan zaman. a. prasejarah b. Indonesia purba c. Majapahit d. Islam 3. Termasuk karya seni rupa Indonesia Islam: a. Kaligrafi dan Nisan b. Kaligrafi dan arca c. candi dan kaligrafi d. Kaligrafi dan Relief 4. Karya seni bangunan yang terkenal dari zaman Indonesia Hindu adalah a. Candi c. Istana 2.22

23 b. Makam d. semuanya benar 5. Salah satu ciri dari seni rupa Indonesia Islam adalah a. miskin hiasan b. objek raja atau dewa c. menghindari penggambaran yang realisitis d. semuanya benar 6. Salah karya seni rupa dua dimensi zaman Indonesia Islam a. lukisan dinding b. lukisan binatang c. lukisan perjuangan d. lukisan kaca 7. Masa perintisan seni rupa baru di Indonesia ditandai oleh seorang tokoh pelukis yang terkenal yaitu... a. Raden Saleh c. Basuki Abdullah b. Dr. Wahidin d. Pringadi 8. Karya seni rupa masa moi indie ditandai dengan karya lukis yang menggambarkan objek... a. petani c. perjuangan b. pemdangan d. manusia 9. Era seni rupa indonesia baru setelah tahun 1950 ditandai dengan a. berdirinya lembaga politik kebudayaan c. berdirinya lembaga pendidikan seni rupa b. munculnya seni rupa kontemporer d. lahirnya gerakan seni rupa Baru 10. Sifat-sifat yang di tunjukkan pendukung seni rupa kontemporer di Indonesia diantaranya adalah: a. individualitas dan universalisme b. anti tradisi dan komunal c. meniadakan pengkotak-kotakan seni d. semuanya benar Daftar Pustaka Barret, Terry, Criticizing Art: Understanding the Contemporary, Mayfield Publishing Company, Mountain View. California, London, Toronto, Bavf-Naf# 1 katalog The Bandung Video, and New Media Art Forum, 7-11 Agustus 2002, Jejaring Artnetworkers, Bandung, 2002 Bonnef, Marcel, Komik Indonesia, Kepustakaan Populer Gramedia dan Forum Jakarta Paris, Jakarta, 1998 Danto, Arthur C., After The End of Art Contemporary Art and The Pole of History, Priceton University Press, William Street, Princeton, New Jersey, Dermawan, Budiman, 1988, Pendidikan Seni Rupa untuk SMA Kelas 1 Semester 1 dan 2, Bandung: Ganeca Exact Bandung. 2.23

24 Diah Latifah dan Harry Sulastianto, Penuntun Belajar Pendidikan Seni I, Ganeca Exact: Bandung, Direktorat Jendral Kebudayaan, 1979, Sejarah Seni Rupa Indonesia, Departeman Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Eksotika Dotkom, Katalog Pameran Agus Wage, Oktober Evaluasi Sembilan Katalog Pameran Seni Rupa, Purna Budaya Yogyakarta, 9-14 Juli Ganda Prawira, N., (ed.), 2005, Seni Rupa dan Kerajinan, Buku Ajar mahasiswa PGSD/PGTK, Guru SD/TK, Bandung, Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia. Hasan, Asikin, Menyimpang dari Tradisi Modernisasi, dalam Forum Keadilan, no 23, Tahun V, 24 Februari 1997 Hertz, Richard, Theories of Contemporary Art, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey, Holt, Claire Melacak Jejak Perkembangan Seni di Indonesia Diterjemahkan Oleh R.M. Soedarsono. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukkan Indonesia. Juih, L. Julius, (et. al.) Kerajinan Tangan dan Kesenian Untuk Kelas 2 SLTP Semester Pertama dan Kedua. Jakarta: Yudhistira. Juih, L. Julius, at al, Kerajinan Tangan dan Kesenian Untuk Kelas 3 SLTP Semester Pertama dan Kedua. Jakarta: Yudhistira. Kavolis, Vytautas, History On Art s Side Social Dynamic In Efflorescences, Cornel University Press, Itacha, New York, Latifah, Diah dan Sulastianto, Harry, 1994, Penuntun Belajar Pendidikan Seni I, Bandung: Ganeca Exact. McCloud, Scott, Understanding Comics (Memahami Komik), Alih Bahasa S. Kinanti, Kepustakaan Populer Gramedia Jakarta, Jakarta, Modernism, Modernity, and Contemporary World Art: Contemporary Indonesian Art In A Global Perspective, Katalog Pameran Seni Kontemporer GNB, Contemporary Indonesian Art, 28 April-28 May 1995 TIM Jakarta, Pasca Modernisme: Populisme Budaya Massa dan Garda depan, (terj.) Nug. Kartjasungkana, Prisma, edisi 1 Januari 1993., LP3ES, Jakarta, 1993.Pelfrey, Robert and Marry Pelfrey, Art and Mass Media, Harper & Row, London, Pirous, Iwan Meulia, Makna Modernitas bagi Seniman Seni Rupa Modern Indonesia, dalam Antropologi Indonesia, Th. XXIV. No 62, Jurusan Antropologi FISIP UI dan Yayasan Obor, Jakarta, Rasjoyo, Pendidikan Seni Rupa Untuk SMU kelas I, Erlangga, Jakarta, Riyanto, Didik, Proses Batik: Batik Tulis-Batik Cap Batik Printing,CV.Aneka, Solo, Sahman, Humar, Mengenali Dunia Seni Rupa, Tentang Seni, Karya Seni, Aktivitas Kreatif, Apresiasi, Kritik dan Estetika, IKIP Semarang Press, Semarang,

25 Setengah Abad Seni Grafis Indonesia, Katalog Pameran Seni Grafis, Kepustakaan Populer Gramedia dan Bentara Budaya Jakarta, Jakarta, Setyobudi, et.al., Kerajinan Tangan dan Kesenian Untuk SLTP Kelas 3. Jakarta: Erlangga. Soedarso Sp., Sejarah Perkembangan Seni Rupa Modern, CV Studio Delapanpuluh Enterprise & BP ISI Yogyakarta, Yogyakarta, 2000 Sugiharto, I. Bambang, Postmodernisme, Tantangan Bagi Filsafat, Kanisius, Yogyakarta, Sumartono, (et al.), Outlet,Yogya dalam Peta Seni Rupa Kontemporer Indonesia, Yayasan Seni Cemeti. Yogyakarta, Sumartono, Penelitian Sejarah Seni Rupa Setelah Krisis Modernisme dalam Jurnal Seni, edisi I/01-Mei 1991, BP ISI Yogyakarta, Yogyakarta, Supangkat, Jim. Seni Rupa dan Reformasi dalam HU. KOMPAS, edisi Minggu, 13 September 1998 Supangkat, Jim Multi Kulturalisme/Multimodernisme. Majalah Kalam Edisi 8. Jakarta.Suradi, A. Prayitno, Membuat Aneka Barang Kerajinan Cideramata, Humaniora Utama Press, Bandung, Syafii, dkk., Materi Pembelajaran Kertakes SD. Jakarta : Universitas Terbuka. Thomson, Jhon B., Ideology and Modern Culture, Polity Press, Cambridge UK, Walker, Jhon A., Art In The Age Of Mass Media, Pluto Press, London, Yamin, Muhammad, Lukisan Sedjarah, Djambatan, Djakarta,

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

Apresiasi Seni Rupa. Kegiatan Belajar 1. A. Pengertian Apresiasi

Apresiasi Seni Rupa. Kegiatan Belajar 1. A. Pengertian Apresiasi Kegiatan Belajar 1 Apresiasi Seni Rupa A. Pengertian Apresiasi Apresiasi secara etimologi: appreciatie (Belanda), appreciation (Ing), menurut kamus Inggris, to appreciate, yaitu bentuk kata kerja yang

Lebih terperinci

Bentuk dan Jenis Karya Seni Rupa

Bentuk dan Jenis Karya Seni Rupa Kegiatan Belajar 2 Bentuk dan Jenis Karya Seni Rupa A. Bentuk Karya Seni Rupa Berbagai karya seni rupa di sekeliling kita, memiliki banyak macam ragamnya. Keragaman tersebut dapat terluhat dari bentuknya,

Lebih terperinci

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa

Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Kegiatan Belajar 1 Unsur-unsur dan Prinsip-prinsip dasar Seni Rupa Seorang seniman atau desainer (perancang) mengolah unsur-unsur seni rupa sesuai dengan keahlian dan kepekaan yang dimilikinya dalam mewujudkan

Lebih terperinci

Kritik Karya Seni Rupa

Kritik Karya Seni Rupa Kegiatan Belajar 2 Kritik Karya Seni Rupa A. Pengertian Kritik Seni Kritik seni merupakan kegiatan menanggapi karya seni untuk menunjukkan kelebihan dan kekurangan suatu karya seni. Keterangan mengenai

Lebih terperinci

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa

Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa Kegiatan Pembelajaran 3 Fungsi Apresiasi dan Kritik dalam Pendidikan Seni Rupa A. Apresiasi dalam Pendidikan Seni Rupa Salah satu aspek pembelajaran yang cukup penting dalam pendidikan seni rupa adalah

Lebih terperinci

Fungsi Karya Seni Rupa

Fungsi Karya Seni Rupa Kegiatan Belajar 3 Fungsi Karya Seni Rupa A. Kesenian dan Kebudayaan Franz Boas (1955) pada kata pengantarnya di buku Primitive Art, menyatakan bahwa di dunia ini tidak ada suatu masyarakat yang tidak

Lebih terperinci

INTERAKSI KEBUDAYAAN

INTERAKSI KEBUDAYAAN Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1

SENI KRIYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1 SENI KRIYA APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1 SKEDUL PEMBELAJARAN Apersepsi Strategi belajaran Teori seni kriya Konsep

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) A. IDENTITAS MATA KULIAH Judul Mata Kuliah : SEJARAH SENI RUPA BARAT Kode Mata Kuliah : RK151 / 2 SKS Program Studi : Pendidikan Seni Rupa Jenjang : S1 Status

Lebih terperinci

BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi. Abstrak

BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi. Abstrak BEELAJAR MENCIPTAKAN RUANG MELALUI GAMBAR ANAK-ANAK Oleh: Taswadi Abstrak Anak-anak memiliki dunianya sendiri yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Usia anak-anak sering disebut dengan masa bermain.

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan

Contoh lukisan daerah Bali. Contoh lukisan daerah kalimatan Seni Rupa Murni Daerah Seni Rupa Murni Daerah adalah Gagasan manusia yang berisi nilai nilai budaya daerah tertentu yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu dengan media titik, garis, bidang,

Lebih terperinci

sebagai ungkapan bagi degupan-degupan dalam diri para murid15.

sebagai ungkapan bagi degupan-degupan dalam diri para murid15. BAB III SENI RUPA Dl YOGYAKARTA 3.1 Perkembangan Seni di Indonesia Perkembangan seni di Indonesia mulai menuju kemajuan sejak jaman Kolonial Belanda (V.O.C). Pelukis berpendidikan Barat pertama yang tampil

Lebih terperinci

BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA

BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Dalam sejarah kehidupan manusia seni atau karya seni sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. kebutuhan akan seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada

Lebih terperinci

Kegiatan Pembelajaran 3 Seni Rupa Tradisional, Modern dan Kontemporer

Kegiatan Pembelajaran 3 Seni Rupa Tradisional, Modern dan Kontemporer Kegiatan Pembelajaran 3 Seni Rupa Tradisional, Modern dan Kontemporer Berbeda dengan materi yang diberikan pada Kegiatan Belajar sebelumnya yaitu pada KB 1 tentang perkembangan seni rupa di mancanegara

Lebih terperinci

: Sejarah Kebudayaan Indonesia (History of Indonesian Cultural) Prasyarat : - Deskripsi MK :

: Sejarah Kebudayaan Indonesia (History of Indonesian Cultural) Prasyarat : - Deskripsi MK : Nama MK : Sejarah Kebudayaan Indonesia (History of Indonesian Cultural) Kode MK/SKS : BDU 1101 / 2 SKS Prasyarat : - Status MK : Wajib Deskripsi MK : Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATA KULIAH

DESKRIPSI MATA KULIAH SILABUS Mata Kuliah : KAJIAN SENI RUPA NUSANTARA Kode Mata Kuliah : RUP 603 SKS : 3 Dosen : Drs. Harry Sulastianto, M.Sn. Prasyarat : Tidak ada Waktu Perkuliahan : Hari Selasa Pukul 07.00-09.30 Ruang P421

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB III KONSEP PERANCANGAN A. BAB III KONSEP PERANCANGAN A. Bagan Pemecahan Masalah Perancangan Motif teratai sebagai hiasan tepi kain lurik Sumber Ide teratai Identifikasi Masalah 1. Perancangan motif teratai sebagai hiasan tepi pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan berdasarkan perumusan

BAB V KESIMPULAN. Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan berdasarkan perumusan 131 BAB V KESIMPULAN Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan berdasarkan perumusan dan pembatasan masalah, serta temuan-temuan dalam penelitian penulis. Perkembangan seni rupa di Indonesia dikategorikan

Lebih terperinci

Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia, 17 71: Goresan Juang Kemerdekaan Senin, 25 Juli 2016

Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia, 17 71: Goresan Juang Kemerdekaan Senin, 25 Juli 2016 Pameran Koleksi Seni Rupa Istana Kepresidenan Republik Indonesia, 17 71: Goresan Juang Kemerdekaan Senin, 25 Juli 2016 Untuk pertama kalinya Istana Kepresidenan akan menampilkan karya-karya seni terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM

INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM INTERAKSI LOKAL - HINDU BUDDHA - ISLAM AKULTURASI : menerima unsur baru tapi tetap mempertahankan kebudayaan aslinya jadi budaya campuran ASIMILASI : pernggabungan kebudayaan lokal dan unsur baru tapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

Sejarah umum seni lukis

Sejarah umum seni lukis Sejarah umum seni lukis Zaman prasejarah Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut masalah sosial, budaya, religi, pendidikan, politik, pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tema merupakan suatu hal yang menjadikan isi dalam karya seni. Dalam sebuah karya seni tema dihasilkan dari pengolahan obyek baik dari alam nyata maupun dari

Lebih terperinci

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) 627 79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman prasejarah manusia sudah mengenal hiasan yang berfungsi untuk memperindah sesuatu atau sebagai simbol yang mengandung makna untuk mencapai sesuatu yang ada

Lebih terperinci

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat

Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat Mengenal Jenis, Bentuk, dan Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa Tradisional Daerah Setempat : Umi Faradillah, S.Pd Standar Kompetensi Mengapresiasi Karya Seni Rupa Kompetensi Dasar 1. Mengidentifikasi jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta RAGAM HIAS TRADISIONAL Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Pengertian Ragam Hias Ragam hias adalah bentuk dasar hiasan yang biasanya

Lebih terperinci

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif 2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal

Lebih terperinci

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1

JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A. Dimensi obyek = 5m x 2m 1 :1. diorama 1 : 1. Dimensi 1 vitrin B = 1,7 m x 1,2 m 1 : 1 LAMPIRAN JENIS KOLEKSI KETERANGAN UKURAN SKALA GAMBAR RUANG TRANSISI A Gua + Relief Relief bercerita tentang peristiwa sejarah manusia purba (bagamana mereka hidup, bagaimana mereka tinggal, dll) 5m x

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari : Internet Wawancara dengan owner Survey terhadap target audience 2.2 DATA UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek nilai budaya dan tingkat peradabannya. Warisan budaya Indonesia yang berupa adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha.

SILABUS. I. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas mengenai perkembangan kebudayaan di nusantara pada periode Hindu-Budha. UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI FRM/FISE/46-01 12 Januari 2009 SILABUS Fakultas : Ilmu Sosial Ekonomi Jurusan/Program Studi : Pendidikan Sejarah/Ilmu Sejarah Mata Kuliah

Lebih terperinci

TINJAUAN SEJARAH SENI RUPA MODERN INDONESIA

TINJAUAN SEJARAH SENI RUPA MODERN INDONESIA TINJAUAN SEJARAH SENI RUPA MODERN INDONESIA Drs. Hery Santosa, M. Sn. Drs. Tapip Bahtiar, M. Ds. PEMBABAKAN SENI RUPA MODERN INDONESIA 1. Masa Perintisan (1817-1880) 2. Masa Indonesia Jelita ( Indie Mooi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM TAHUN 2012 SENI RUPA (KONS. DESAIN KOMUNIKASI VISUAL) S1

STRUKTUR KURIKULUM TAHUN 2012 SENI RUPA (KONS. DESAIN KOMUNIKASI VISUAL) S1 SENI RUPA (KONS. DESAIN KOMUNIKASI VISUAL) S1 SEMESTER 1 22 SEMESTER 5 21 1 U0010010 Bahasa Inggris 2 42 U0010009 Bahasa Indonesia 2 2 B4004002 Sejarah SR Indonesia PraModern 2 43 B4004006 Estetika Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia kaya akan seni dan budaya, dari sekian banyak seni dan budaya yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah seni kriya dari bahan lidi. Penggarapan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

MODUL SENI MUSIK KLS XI IPA, IPS & BAHASA TAHUN AJARAN WAWASAN MUSIK NUSANTARA OLEH : DIANA MARETA, S.PD

MODUL SENI MUSIK KLS XI IPA, IPS & BAHASA TAHUN AJARAN WAWASAN MUSIK NUSANTARA OLEH : DIANA MARETA, S.PD YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 MODUL

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) 66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I Pengertian Perkembangan Arsitektur (Materi pertemuan 1 dan 2)

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I Pengertian Perkembangan Arsitektur (Materi pertemuan 1 dan 2) PERKEMBANGAN ARSITEKTUR I Pengertian Perkembangan Arsitektur (Materi pertemuan 1 dan 2) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Lebih terperinci

: Restu Gunawan, Sardiman AM, Amurwani Dwi L., Mestika Zed, Wahdini Purba, Wasino, dan Agus Mulyana.

: Restu Gunawan, Sardiman AM, Amurwani Dwi L., Mestika Zed, Wahdini Purba, Wasino, dan Agus Mulyana. Hak Cipta 2013 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Dilindungi Undang-Undang MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN Disklaimer: Buku ini merupakan buku siswa yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka

Lebih terperinci

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D. Bab 2 Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi (3D) Peta Materi Pengertian Jenis Karya Berkarya Seni Rupa 3 D Simbol Karya Nilai Estetis Proses Berkarya 32 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK Setelah mempelajari Bab 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya

Lebih terperinci

MODUL SENI MUSIK KLS XI IPA, IPS & BAHASA TAHUN AJARAN SEMESTER GENAP WAWASAN MUSIK NUSANTARA OLEH : DIANA MARETA, S.Pd

MODUL SENI MUSIK KLS XI IPA, IPS & BAHASA TAHUN AJARAN SEMESTER GENAP WAWASAN MUSIK NUSANTARA OLEH : DIANA MARETA, S.Pd MODUL SENI MUSIK KLS XI IPA, IPS & BAHASA TAHUN AJARAN 2016-2017 SEMESTER GENAP WAWASAN MUSIK NUSANTARA OLEH : DIANA MARETA, S.Pd I. STANDAR KOMPETENSI Mempresentasikan tanggapan tentang keragaman seni

Lebih terperinci

PASAR SENI DI YOGYAKARTA

PASAR SENI DI YOGYAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI YOGYAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Teknik DIAJUKAN OLEH : LOKA SANGGANEGRA L 201

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. masyarakat umum sehingga lebih bermanfaat dan tidak hanya menjadi penghias semata.

BAB V PENUTUP. masyarakat umum sehingga lebih bermanfaat dan tidak hanya menjadi penghias semata. BAB V PENUTUP Tugas akhir ini merupakan karya ilmiah berupa tulisan laporan penciptaan karya seni rupa yang harus diselesaikan sebagai salah satu syarat guna menuntaskan studinya pada jenjang (s-1) mahasiswa

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7

SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 SMA/MA IPS kelas 10 - SEJARAH IPS BAB 7. INDONESIA MASA ISLAMLATIHAN SOAL BAB 7 1. Masuknya Islam ke Indonesia berasal dari Persia. Hal ini diperkuat dengan adanya... Bukti arkeologis tentang makam Sultan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pada dasarnya adalah suatu bahasa komunikasi yang disampaikan melalui suatu media. Seniman sebagai sumber komunikasi, sedangkan karya seni sebagai media

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah Satuan kredit semester Jml Jam Kuliah dalam seminggu Jml jam kegiatan laboratorium Deskripsi Mata Kuliah : A14.17302 /SEJARAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia, sehingga kemudian jalur perdagangan berpindah tangan ke para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1. Sejarah Perkembangan Desain Komunikasi Visual di Dunia Pada awalnya, media desain grafis hanya terbatas pada media cetak dwi matra. Namun, seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

Sejarah Umum Seni Lukis

Sejarah Umum Seni Lukis Sejarah Umum Seni Lukis Zaman prasejarah Secara historis, seni lukis sangat terkait dengan gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah memperlihatkan bahwa sejak ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia

Lebih terperinci

PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA

PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PASAR SENI DI DJOGDJAKARTA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Diajukan Oleh : Rr.Ratri Cipto Hening

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjajahan Belanda di Indonesia membawa pengaruh penting bagi aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Seperti aspek ekonomi, religi, seni, filsafat, dan termasuk juga

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

Kata Kunci: Teknologi Simulasi, Simulasi Desain, Realitas Virtual, Citra, Posrealitas.

Kata Kunci: Teknologi Simulasi, Simulasi Desain, Realitas Virtual, Citra, Posrealitas. DESAIN DENGAN CITRA SIMULASI, SEBUAH INTEGRASI TEKNOLOGI SECARA ESTETIK Oleh I Gede Mugi Raharja Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar ABSTRAK Sejak

Lebih terperinci

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) 495 60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI DESKRIPSI MATAKULIAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI Matakuliah : Agama (Islam, Kristen, Khatolik)* Deskripsi :Matakuliah ini mengkaji tentang

Lebih terperinci

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP:

KOMSEP KARYA SENI. Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: KOMSEP KARYA SENI Oleh: Zulfi Hendri, S.Pd NIP: 19750525 200112 1002 JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGRI YOGYAKARTA 2013 0 A. Pendahuluan Saat ini kita dapat melihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena

BAB I PENDAHULUAN. budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya, baik berupa seni tradisional ataupun seni budaya yang timbul karena proses akulturasi.

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Satuan Pendidikan : SMP/MTs Mata Pelajaran : Seni Budaya Kelas / Semester : VII / Materi Pokok : SENI RUPA Sub Materi Pokok : Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Keras

Lebih terperinci

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno

Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Sejarah Seni Rupa Yunani Kuno 1. Sejarah Yunani Kuno Yunani kuno tidak diragukan lagi merupakan salah satu peradaban paling berpengaruh dalam sejarah umat manusia. Dari daerah yang terletak di ujung semenanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sejarah beserta peninggalannya. Candi merupakan salah satu peninggalan bersejarah yang tidak dapat lepas nilai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. oleh pemahaman dari aneka referensi. Bagi penulis, sebuah lukisan tetap memiliki

BAB V PENUTUP. oleh pemahaman dari aneka referensi. Bagi penulis, sebuah lukisan tetap memiliki BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penulis dalam menciptakan karya seni memerlukan banyak pertimbangan dari aneka aspek, termasuk keseimbangan antara visualisasi karya yang didukung oleh pemahaman dari aneka

Lebih terperinci

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya Secara Umum, Pengertian Seni Kriya adalah sebuah karya seni yang dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Teknik lukisan Affandi berkembang dari teknik yang realistik ke teknik plotot. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan teknik pada lukisan Affandi yang realistik

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, mulai dari indahnya potensi alam, tempat wisata, sajian kuliner hingga peninggalan

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan salah satu warisan budaya Indonesia. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan

Lebih terperinci

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan. Banyak bangunan-bangunan megah yang sengaja dibangun oleh tangan-tangan manusia sebagai wujud berdiamnya Allah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang kita telah memperkaya khazanah kebudayaan nasional sebagai aset

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang kita telah memperkaya khazanah kebudayaan nasional sebagai aset BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dalam perspektif klasik pernah didefinisikan oleh Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Perkembangan dunia kesenirupaan saat ini sudah sangat pesat sekali dengan inovasi bahan dan media dari karya seni rupa yang sudah beragam dan kadang tidak

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI A. Persamaan Gaya Corak Kaligrafi di Masjid Al- Akbar Surabaya dengan Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim

Lebih terperinci

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) 487 59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS

2016 LIMBAH KAYU SEBAGAI BAHAN CINDERAMATA SITU LENGKONG PANJALU CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni rupa sebagai ciptaan manusia senantiasa dikembangkan di setiap zaman dan tempat yang berbeda, hal itu akibat semakin meningkatnya kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat dominan dalam menunjang keberhasilan pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu perlu diupayakan langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

GALERI SENI RUPA DI MEDAN BAB 1 PENDAHULUAN

GALERI SENI RUPA DI MEDAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni pada mulanya adalah proses dari manusia yang merupakan bentuk eksperimen seniman yang memiliki sifat-sifat kreatif, emosional, individual, abadi, dan universal.

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. proses transformasi puisi-puisi Suminto A Sayuti menjadi lukisan. Pada

BAB V PENUTUP. proses transformasi puisi-puisi Suminto A Sayuti menjadi lukisan. Pada BAB V PENUTUP Kesimpulan Kegigihan dan karakteristik seorang perempuan menjadi tema dalam karya ini yang disajikan dalam bentuk lukisan Dekora Pop. Tema tersebut diolah dari proses transformasi puisi-puisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta

Lebih terperinci