GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS TIKALA BARU DAN PUSKESMAS TELING ATAS DI KOTA MANADO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS TIKALA BARU DAN PUSKESMAS TELING ATAS DI KOTA MANADO"

Transkripsi

1 GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS TIKALA BARU DAN PUSKESMAS TELING ATAS DI KOTA MANADO Geby Goniwala*, Grace D. Kandou*,Ardiansa A.T. Tucunan* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, peserta BPJS Kesehatan dapat berobat ke fasilitas kesehatan primer seperti puskesmas, klinik, atau dokter keluarga yang tercantum pada kartu peserta BPJS Kesehatan. Persentase rujukan menurut data Dinas Kesehatan kota Manado tahun 2015, sebesar 16,9 % dari jumlah kunjungan pasien, di Puskesmas Tikala Baru rujukan mencapai 51,6 % dari jumlah kunjungan pasien, dan di Puskesmas Teling Atas rujukan mencapai 23.5 % dari jumlah kunjungan pasien. Data tersebut menunjukkan tingginya angka rujukan pasien di Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan rujukan peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Tikala Baru dan Puskesmas Teling Atas. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Dilaksanakan pada bulan November Desember Informan sebanyak 8 orang. Instrumen yaitu pedoman wawancara, alat perekam suara, kamera dan alat tulis menulis. Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Menetapkan kebenaran data dilakukan pemeriksaan dengan triagulasi sumber dan triagulasi metode. Hasil penelitian diketahui bahwa informan mengetahui syarat dan prosedur standar merujuk pasien sesuai dengan Pedoman Sistem Rujukan Nasional. Namun didapati bahwa kedua Puskesmas ini tidak ada informed concent rujukan pasien. Surat rujukan hanya dicetak 1 rangkap. Sebelum merujuk, fasyankes tujuan rujukan tidak dihubungi. Serta masih ada juga pasien yang sudah di RS, kemudian anggota keluarganya yang minta rujukan. Puskesmas perlu membuat informed concent untuk rujukan pasien, surat rujukan 2 rangkap dan menghubungi fasyankes tujuan rujukan agar pelakanaan rujukan peserta BPJS Kesehatan berjalan efektif dan efisien. Kata Kunci : Syarat Rujukan, Prosedur Standar Rujukan ABSTRACT Health care referral system was implemented in stages according to personal medical conditions. First, members of BPJS healthcare will be going to the community health centre (Puskesmas) and/or Family s doctor listed by BPJS. According to the public health department of Manado in 2015, number of referrals are 16.9% from total visitors of Puskesmas. 51.6% in Puskesmas Tikala Baru and 23.5% in Puskesmas Teling Atas. The data shows high percentages or refferals from Puskesmas as the first stage of medical healthcare. This research are describes the implementation of healthcare referral system by Puskesmas Tikala Baru and Puskesmas Teling Atas for members of BPJS. This research is a qualitative study conducted in November to December There are 8 participants in this research as informants. Interview using voice recorders, camera and stationaries. The sources of data are primary and secondary data. Data validation applied by using triangulatian sources and methods. This research reveales that informant was known the procedures and requirements of referral system according to National Referral System Guidelines. The fact is, both Puskesmas Tikala Baru and Puskesmas Teling atas doesn t provide informed concent of referral system. The referral are printed as a letter without another copy and early information to the next stage destination. Another fact are revealed in this research is many patients going to the hospital first, and then request the referral from Puskesmas. Puskesmas should make informed concent for referral according to National Referral System Standard and Procedures. 2 copies of letter and inform the next stage destination. Thus, the referral healthcare for BPJS members will be applied efectively and effiently. Keywords : referral requirements, referral standard procedures 1

2 PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial ekonomis (Riskesdas, 2015). Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam sistem asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan (PMK RI No. 28 tahun 2014). Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memiliki peranan penting dalam sistem kesehatan nasional, khususnya subsistem kesehatan (PMK RI No. 75 tahun 2014). Puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan primer yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan. Jika dilihat dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa, Puskesmas merupakan ujung tombak sistem pelayanan kesehatan di Negara ini. Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat di Indonesia maka Puskesmas harus bertanggung jawab atas masalah kesehatan di wilayahnya dengan mengutamakan promotif dan preventif disamping kuratif dan rehabilitatif. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, peserta BPJS Kesehatan dapat berobat ke fasilitas kesehatan primer yang tercantum pada kartu peserta BPJS Kesehatan. Pelayanan rujukan bisa dilakukan secara horisontal maupun vertikal. Rujukan horisontal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan jika perujuk (fasilitas kesehatan) tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan, dan atau ketenagaan yang sifatnya semetara atau menetap. Sedangkan rujukan vertikal adalah rujukan yang dilakukan antar pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan, dapat dilakukan dari tingkat pelayanan yang lebih rendah ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi, atau sebaliknya (PMK RI No. 001 tahun 2012). 2

3 Menurut Puspitaningtyas (2014), sistem rujukan merupakan permasalahan yang belum terselesaikan di sistem kesehatan kita. Salah satu kelemahan pelayanan kesehatan yaitu pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan tepat. Masih banyak dijumpai menumpuknya pasien pada Rumah Sakit rujukan tingkat ketiga dengan kasus-kasus yang sebenarnya masih bisa diselesaikan di Rumah Sakit di bawahnya. Ini merupakan permasalahan yang tidak hanya merugikan secara finansial, tetapi juga akan berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan serta akan berpengaruh terhadap pencapaian kinerja dibidang kesehatan serta keseluruhan. Saat ini, kasus rujukan ke layanan sekunder untuk kasus-kasus yang masih dapat dituntaskan di layanan primer termasuk cukup tinggi. Berbagai faktor yang mempengaruhi antara lain kompetensi dokter, pembiayaan, dan sarana prasarana yang belum mendukung (Ali, 2015). Dalam Harian Kompas (26 Maret 2016) hingga triwulan pertama 2015, tercatat 9,5% dari total jumlah pasien yang menjadi peserta program dianggap salah rujukan, yakni berupa rujukan nonspesialistik yang masih bisa diselesaikan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Ketua Dewan Jaminan Sosial Nasional Chazali Husni Sitomorang dalam diskusi yang digelar BPJS Memahami Lebih Dalam Sistem Rujukan dan Pola Pembayaran BPJS mengatakan bahwa sistem rujukan jalan, tapi belum maksimal. Pada data BPJS Kesehatan, pada triwulan pertama 2015 ada kunjungan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Dari data itu, kunjungan dirujuk dari pelayanan primer ke tingkat pelayanan sekunder, kunjungan diantaranya merupakan rujukan nonspesialistik yang seharusnya tidak perlu dirujuk dan bisa diselesaikan di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Taher (2016), dikutip pada harian kompas (26 Maret 2016) mengatakan bahwa idealnya hanya 10 % pasien yang dirujuk ke pelayanan sekunder. Namun, saat ini jumlah rujukan ke pelayanan sekunder mencapai 15,3 %. Savithri (2016) dikutip dalam koran harian Republika (6 April 2016) sebagai Kepala Seksi Pengelolaan Pelayanan Rujukan, Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Rujukan Kemenkes, mengatakan bahwa sampai saat ini masih banyak permasalahan tentang pemberian rujukan di lapangan, 27 % Rumah Sakit yang bekerjasama secara vertikal dengan BPJS selama ini menangani penyakit batuk pilek, mengakibatkan beban biaya yang ditanggung oleh BPJS menjadi lebih besar. Padahal, skala penyakit ini masih bisa ditangani di Puskesmas. 3

4 Data Dinas Kesehatan Kota Manado tahun 2015, jumlah kunjungan pasien peserta JKN di Kota Manado sebanyak kunjungan dan pasien rujukan peserta JKN sebanyak rujukan. Di Puskesmas Tikala Baru sendiri ada kunjungan pada tahun 2015, dan pasien diantaranya dirujuk. Di Puskesmas Teling Atas ada 8850 kunjungan pada tahun 2015, dan 2085 pasien diantaranya dirujuk. Persentase rujukan di kota Manado yaitu 16,9 % dari jumlah kunjungan pasien, di Puskesmas Tikala Baru rujukan mencapai 51,6 % dan di Puskesmas Teling Atas angka rujukan mencapai 23.5 %. Dari data di tersebut bisa dilihat tingginya angka rujukan pasien dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama baik secara nasional, bahkan di Kota Manado dan lebih spesifik lagi di Puskesmas Tikala Baru dan Puskesmas Teling Atas. Data yang diperoleh dari Dinas Kehatan Kota Manado menunjukan bahwa angka rujukan dari Puskesmas di kota Manado khususnya di Puskesmas Tikala Baru dan Puskesmas Teling Atas cukup tinggi. Tingginya angka rujukan di atas bisa berdampak pada rumah sakit penerima rujukan. Belum optimalnya sistem rujukan bisa dilihat pada rujukan yang tidak sesuai dengan indikasi rujukan dan rujuk balik yang tidak berjalan. Semua itu berakibat pada penumpukan pasien di RSUD dan akhirnya berakibat pada menurunnya kualitas pelayanan kesehatan (Primasari, 2015). Latar belakang di atas merupakan landasan dalam penelitian mengenai Gambaran Pelaksanaan Rujukan peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Tikala Baru dan Puskesmas Teling Atas di Kota Manado. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mendalam dengan melakukan wawancara mendalam dan terbuka, observasi langsung dan penelaahan terhadap dokumen tertulis (Susila & Suyanto, 2014). Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Kota Manado Provinsi Sulawesi Utara, yaitu di Puskesmas Tikala Baru dan Puskesmas Teling Atas pada bulan November Desember Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas Tikala Baru, Dokter Puskesmas Tikala Baru, Staf Puskesmas Tikala Baru, Kepala Puskesmas Teling Atas, Dokter Puskesmas Teling Atas, Staf Puskesmas Teling Atas, dan Pasien/ Keluarga Pasien peserta BPJS Kesehatan di Puskesmas Tikala Baru dan Puskesmas Teling Atas. Instrument penelitian yang digunakan berupa pedomann wawancara mendalam yang dilengkapi dengan daftar pertanyaan mengenai pelaksanaan rujukan dan 4

5 dibantu dengan alat perekam suara serta alat tulis menulis agar data dan informasi yang diperoleh tercatat dengan jelas, lengkap dan akurat. Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data primer hasil wawancara mendalam terhadap para narasumber, yang berhubungan dengan pelaksanaan rujukan peserta BPJS Kesehatan, di Puskesmas Tikala Baru dan Puskesmas Teling Atas. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan dan telaah dokumen. Setelah penelitian selesai dilakukan, data-data yang diperoleh akan diolah secara manual dengan membuat transkrip lalu disusun dalam bentuk matriks dan selanjutnya di analisis. Memeriksa keabsahan data yang diperoleh, penulis menggunakan teknik triagulasi data. Triagulasi merupakan teknik pemerisaan keabsahan data penelitian dengan cara membandingbandingkan antara sumber, teori, maupun metode/teknik penelitian. Triagulasi sumber merupakan salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data yang diperoleh dari masing-masing narasumber. Triagulasi metode dilakukan dengan membandingkan data yang dihasilkan dari berbagai metode yang beda, yang digunakan dalam penelitian. Triagulasi data dilakukan melalui hasil rekaman wawancara mendalam yang dibuat menjadi transkrip wawancara dan selanjutnya dijadikan bahan dalam pembuatan matriks wawancara mendalam. HASIL DAN PEMBAHASAN Syarat Merujuk Pasien Sebelum merujuk pasien dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan dijelaskan bahwa pasien yang akan dirujuk sudah diperiksa, dan disimpulkan bahwa kondisi pasien layak serta memenuhi syarat untuk dirujuk, tanda-tanda vital berada dalam kondisi baik/stabil serta transportable. Memenuhi salah satu syarat diantaranya, hasil pemeriksaan pertama sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi secara tuntas di fasyankes, hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis, ternyata pasien tidak mampu diatasi secara tuntas ataupun tidak mampu dilayani karena keterbatasan sarana dan prasarana, memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan harus disertai pasien yang bersangkutan, dan apabila telah diobati di fasyankes tingkat pertama dan atau dirawat di fasyankes perawatan tingkat pertama di puskesmas perawatan/ RS D Pratama, ternyata masih memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan di fasyankes rujukan yang lebih mampu, 5

6 untuk dapat menyelesaikan masalah/ kesehatannya dan dapat dikembalikan ke fasyankes perujuk. Penelitian yang dilakukan oleh Zulhadi (2013), menyatakan bahwa kesiapan Puskesmas dan RSUD sebagai pusat rujukan belum sepenuhnya optimal, diantaranya keterbatasan sumber daya di pelayanan dasar berupa fasilitas dan alat, walaupun tidak significan memengaruhi sistem rujukan. Penelitian yang dilakukan oleh Ali (2015), menyatakan bahwa rujukan terjadi atas permintaan pasien, pelaksanaan rujukan yang terjadi di lapangan berbeda, pasienpun menentukan dalam pemberian rujukan. Pasien bisa sangat menuntut jika menginginkan seperti dari hasil wawancara. Umumnya mereka kurang percaya dengan pelayanan kesehatan di fasilitas tingkat pertama, sehingga walaupun telah dijelaskan berulangulang bahwa penyakitnya dapat diobati di Puskesmas, namun mereka tetap bersikeras meminta rujukan, bahkan ada yang mengancam kalau tidak dirujuk akan keluar dari puskesmas. Keadaan ini biasanya dapat menyulitkan dokter dalam mengambil keputusan dan akhirnya dokterpun akan memberikan rujukan. Sistem rujukan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang sesuai dengan kebutuhan medis. Pada pelayanan kesehatan tingkat pertama, pasien dapat berobat ke FKTP yang tercantum pada kartu BPJS Kesehatan. Apabila pasien memerlukan pelayanan lanjutan maka pasien dapat dirujuk ke fasilitas kesehatan tingkat kedua. Peserta BPJS Kesehatan harus mengikuti sistem rujukan yang ada. Apapun penyakitnya, jika tidak dalam keadaan darurat, maka harus berobat ke fasilitas kesehatan tingkat pertama terlebih dahulu, tidak bisa langsung ke rumah sakit. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dan observasi dokumen menggambarkan bahwa informan sudah mengetahui tentang syarat-syarat dalam proses pelaksanaan rujukan pasien. Para informan meyatakan bahwa sebelum dirujuk, pasien diperiksa terlebih dahulu. Kalau penyakitnya masih bisa ditangani di puskesmas maka akan ditangani dipuskesmas, tapi jika tidak dapat diitangani di puskesmas maka akan dirujuk. Beberapa informan yang menjelaskan bahwa ada 155 penyakit yang seharusnya menjadi kompetensi puskesmas dan tidak bisa dirujuk. Informan juga mengetahui bahwa dalam pelaksanaan rujukan, pasien harus datang dan diperiksa terlebih dulu, dua orang informan diantaranya mengatakan bahwa memang ada banyak keluarga pasien yang datang minta rujukan, tapi tidak bisa karena syaratnya memang 6

7 harus ada pasien lalu diperiksa oleh dokter dan dokter yang akan memberikan rujukan kalau memang harus dirujuk, dan dijelaskan kalau memang benar sakit, maka bisa langsung ke rumah sakit, karena dalam keadaan darurat tidak memerlukan rujukan. Dari hasil wawancara dengan pasien dan keluarga pasien juga dikatakan bahwa sebelum dirujuk, pasien diperiksa terlebih dahulu dan dokter menjelaskan bahwa, kalau masih bisa ditangani di puskesmas akan ditangani puskesmas tapi kalau tidak dapat ditangani, maka akan dirujuk. Ada juga informan yang mengatakan bahwa bisa tidak diperiksa terlebih dahulu. Prosedur Standar Merujuk Pasien Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan yang ada tentang prosedur standar merujuk pasien dan hasil observasi dokumen, kebanyakan informan sudah mengetahui dan mengikuti prosedur standar merujuk pasien. Sesuai dengan Pedoman Sistem Rujukan Nasional, bahwa prosedur standar merujuk pasien terbagi atas, prosedur klinis, prosedur administrasi dan prosedur operasional merujuk pasien. Namun juga masih ada dokumen yang tidak lengkap bahkan tidak ada di Puskesmas. Peneltian yang dilakukan oleh Bitjoli (2015) tentang Gambaran Pelaksanaan Rujukan Lanjut Berjenjang pada Pasien BPJS di Puskesmas Ngesrep Kota Semarang Tahun 2015 yang menyatakan bahwa penerapan prosedur rujukan di Puskesmas Ngesrep Kota Semarang sudah sesuai dengan standar operasional prosedur eternal puskesmas dan prosedur BPJS tentang pedoman sistem rujukan berjenjang. Walaupun masih ada pasien yang meminta rujukan dengan paksa namun dokter tidak memberikan rujukan tanpa didiagnosa penyakitnya terlebih dahulu. Prosedur Klinis Dari hasil wawancara dengan informan mengenai prosedur klinis yang dilakukan pada pasien nonemergensi untuk memutuskan layak atau tidaknya pasien dirujuk, satu orang informan menjelaskan dengan detail tentang prosedur klinis merujuk pasien bahwa harus dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnostic dan terapi, sedangkan informan lainnya tidak menjelaskan dengan rinci mengenai prosedur klinis merujuk pasien nonemergensi. Untuk pasien emergensi sendiri tiga orang informan mengatakan bahwa pasien yang datang dalam kondisi emergensi harus ditangani terlebih dahulu untuk diberikan pertolongan pertama setelah itu dirujuk. Sementara yang satu 7

8 informan mengatakan bahwa harus langsung dirujuk ke rumah sakit. Dari hasil wawancara tersebut dapat dikatakan bahwa informan melakukan prosedur yang sesuai untuk pasien emergensi sekalipun hanya satu informan yang dengan rinci bisa menjelaskan prosedur klinis yang harus dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Kesumawati (2012) dikatakan bahwa mengenai kasus apa saja yang dapat dirujuk, kedua Puskesmas yaitu Puskesmas Nanggeleng dan Gedong Panjang sudah melaksanakan sesuai prosedur yaitu rujukan diberikan atas indikasi medis, seperti pasien yang akan dirujuk harus sudah diperiksa dan dinyatakan layak untuk dirujuk sesuai dengan kriteria pasien yang dirujuk. Dalam prosedur operasional sendiri, informed concent merupakan bagian dari prosedur teknis pelayanan pasien yang harus ada, sesuai dengan Pedoman Sistem Rujukan Nasional. Jadi informed concent seharusnya ada dalam persetujuan tindakan rujukan, namun dari hasil wawancara dan observasi di lapangan didapati bahwa di kedua Puskesmas ini tidak ada informed concent untuk rujukan pasien. Satu orang informan mengatakan bahwa informed concent penting sekali, apalagi kalau tindakan tapi kalau dalam merujuk mereka tidak menggunakan inform concent. Satu orang informan mengatakan bahwa itulah kelemahan mereka karena tidak ada informed concent, tapi tetap diminta persetujuan pasien kalau mau dirujuk atau tidak. Putusan akhir atas rencana pelaksanaan rujukan ada pada pasien/ keluarga pasien sendiri. Apakah yang bersangkutan setuju atau menolak dirujuk ke salah satu fasyankes rujukan sesuai dengan alur sistem rujukan yang ditetapkan. Kesepakatan akhir atas hasil penjelasan dinyatakan dengan pembubuhan tanda tangan kedua belah pihak dalam format informed concent sesuai dengan prosedur. Tapi karena tidak ada informed concent untuk pelaksanaan rujukan di puskesmas maka dari hasil wawancara yang diperoleh dari informan menyatakan bahwa dokter yang memutuskan untuk merujuk pasien. Namun satu orang informan menyatakan bahwa sekalipun dokter yang merujuk tapi tetap diserahkan ke pasien/ keluarga pasien, apakah mau dirujuk atau tidak. Itu tergantung pasien, sebagai dokter hanya menganjurkan. Sementara hasil wawancara dengan pasien dan keluarga pasien, mereka mengatakan bahwa dokter yang menyetujui rujukan tapi karena diminta pasien. Setelah pasien/ keluarga pasien setuju dirujuk, informan mengatakan bahwa petugas kesehatan mengurus administrasi rujukan pasien. 8

9 Hasil wawancara dengan informan mengenai menghubungi kembali unit fasyankes tujuan rujukan atau langsung dirujuk. Kebanyakan informan menyatakan bahwa fasyankes tujuan rujukan tidak dihubungi dan langsung saja dirujuk. Tapi satu orang informan mengatakan bahwa untuk pasien BPJS karena sudah pakai aplikasi, jadi fasyankes tujuan rujukan seharusnya bisa tahu kalau puskesmas akan merujuk kesana. Dalam Pedoman Sistem Rujukan Nasional dinyatakan bahwa penting menghubungi kembali unit pelayanan fasyankes tujuan rujukan untuk memastikan bahwa pasien dapat diterima di fasyankes rujukan atau harus menunggu sementara, ataupun mencarikan fasyankes rujukan lainnya sebagai alternatif. Peragkat Teknologi Komunikasi/ Teknologi Informasi Komunikasi di Puskesmas apabila tersedia dalam suatu sistem rujukan dapat dimanfaatkan untuk kelancaran merujuk pasien yaitu, Untuk mendapatkan saran-saran dalam mempersiapkan rujukan pasien, melakukan tindakan pra-rujukan sebelum pasien dirujuk, proses konsultasi melalui Radio-Komunikasi Medik, dapat dilanjutkan selama perjalanan rujukan ke fasyankes rujukan bila pasien tidak dapat dirujuk (transportable), serta bila kondisi pasien tidak dapat dirujuk, atau kondisi geografis tidak memungkinkan melakukan rujukan segera, maka fasyankes rujukan dapat memberikan saran atas permintaan rujukan dari fasyankes perujuk, dan atau panduan atas tindakan yang terpaksa harus dilakukan segera pada pasien bersangkutan. Komunikasi ke fasilitas kesehatan perujuk merupakan prosedur standar yang harus dijalankan sebelum melakukan rujukan pasien. Dari hasil wawancara dengan informan, dua orang informan mengatakan bahwa, kalau pasien BPJS sudah pakai sistem online yaitu primary care. Jadi fasyankes tujuan rujukan harusnya sudah tahu kalau akan dirujuk kesana. Tapi kalau untuk menghubungi langsung faskyankes tujuan rujukan sebelum pasien dirujuk, dua orang informan mengakatakan bahwa belum dilakukan. Sementara satu orang informan mengatakan belum tahu seputar perangkat teknologi komunikasi/ teknologi informasi komunikasi. Penelitian yang dilakukan oleh Primasari (2015) dikatakan bahwa sebelum JKN, tidak semua kasus yang akan dirujuk dikonfirmasikan terlebih dahulu ke RSUD, namun pada era JKN dengan semakin ketatnya aturan-aturan JKN tentang ketentuan indikasi rujukan, rumah sakit rujukan semakin selektif dalam menerima pasien-pasien rujukan, sehingga komunikasi sebelum merujuk 9

10 pasien terus menerus diintensifkan. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan JKN membawa pengaruh yang baik terhadap sistem komunikasi yang dilakukan sebelum merujk pasien, yakni menjaga kesinambungan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan dalam JKN. Administrasi Rujukan Untuk administrasi rujukan berdasarkan wawancara dengan informan didapati bahwa dalam menjelaskan prosedur administrasi rujukan sudah baik. Para informan mengakatakan bahwa untuk administrasi rujukan bagi pasien BPJS Kesehatan mulai dari pendaftaran di loket untuk pasien nonemergensi. Setelah itu kemudian diperiksa dan dinyatakan harus dirujuk maka untuk rujukan pasien BPJS Kesehatan itu dilaksanakan secara online, karena sudah ada sistem yang mengatur untuk rujukan pasien BPJS, namanya yaitu primary care. Sesuai dengan Pedoman Sistem Rujukan Nasional bahwa prosedur administratif rujukan seharusnya dilakukan sejalan dengan prosedur teknis pada pasien. Melengkapi catatan rekam medis pasien setelah tindakan untuk menstabilkan kondisi pasien prarujukan merupakan bagian dari prosedur administratif rujukan. Format informed concent secara prosedur administrative rujukan juga harus dicek ulang kelengkapannya, antara lain adanya tanda tangan dua belah pihak, provider berwenang dan pasien/keluarga. Baik bagi pasien/keluarga yang setuju dirujuk maupun yang menolak untuk dirujuk. Tapi karena di Puskesmas Tikala Baru maupun Puskesmas Teling Atas tidak ada informed concent untuk rujukan maka prosedur tersebut tidak dilakukan. Satu orang informan yang merupakan pasien mengatakan bahwa administrasinya sudah ketat sekarang. Kalau dulu bisa langsung ke rumah sakit tipe A, tapi sekarang harus melewati proses rujukan terlebih dahulu. Satu orang anggota keluarga juga mengatakan bahwa prosedur administrasi rujukan dilakukan sejalan dengan prosedur teknis. Dari hasil wawancara dan observasi dokumen, dalam membuat surat rujukan pasien didapati bahwa kedua Puskesmas ini hanya mencetak satu surat rujukan dan diberikan kepada pasien/ keluarga pasien. Sekalipun surat rujukan tersebut tersimpan soft copynya di computer namun sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan juga dijelaskan bahwa surat rujukan pasien harus dibuat dua rangkap. Lembar pertama dikirim ke fasyankes rujukan bersama pasien, dan lembar kedua disimpan sebagai arsip, 10

11 bersama rekam medik pasien bersangkutan. Penelitian yang dilakukan oleh Ali (2015), sesuai dengan Permenkes No 001 tahun 2013 tentang sistem rujukan berjenjang, pasien berhak meminta dirujuk tetapi harus berdasarkan diagnosa atau indikasi medis dari dokter pemeriksa, apabila dirujuk bukan berdasarkan indikasi medis dan masih terdapat dalam 144 diagnosa berarti rumah sakit akan menolak pasien. Hasil wawancara dengan informan menyatakan bahwa akan memberikan pengertian kepada pasien kalau penyakit yang bisa ditangani di Puskesmas, dan yang masih terdapat dalam 144 diagnosa akan ditolak rumah sakit, satu informan menyatakan apabila sudah diberi penjelasan tapi pasien tetap mau dirujuk disuruh keluarga tanda tangan surat pernyataan bahwa ini atas permintaan pasien. Empat informan lain menyatakan kalau masih masuk dalam 144 diagnosa penyakit pasti rumah sakit menolak. Menurut hasil wawancara dengan pasien dan keluarga pasien mengenai administrasi rujukan, apakah harus menyelesaikan dulu atau bisa langsung ke rumah sakit. Informan mengatakan bahwa harus menyelesaikan administrasi terlebih dahulu sesudah itu bisa ke rumah sakit. Bagaimana dengan kasus pasien yang sudah di rumah sakit terlebih dahulu baru minta rujukan dari puskesmas. Empat orang informan menyatakan bahwa harus meyelesaikan administrasi terlebih dulu, tiga informan diantaranya mengatakan bahwa tidak bisa seperti itu, karena kalau tidak emergensi harus diperiksa dulu dan menyelesaikan administrasi rujukan. Sedangkan tiga orang informan mengatakan bahwa ada pasien yang sudah di rumah sakit lebih dulu dan anggota keluarganya yang meminta rujukan. Untuk keluarga pasien yang minta rujukan itu diminta surat keterangan dari rumah sakit terlebih dulu baru dibuat rujukannya. Seorang informan mengatakan bahwa ada yang sudah di rumah sakit terlebih dulu kemudian minta rujukan. Prosedur Operasional Merujuk Pasien Dalam Pedoman Sistem Rujukan Nasional menyiapkan sarana transportasi rujukan, dan akan lebih baik bila dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio yang dapat menghubungkan fasyankes perujuk termasuk puskesmas keliling/ambulans yang sedang berjalan merujuk pasien. Setiba pasien di fasyankes penerima rujukan, bila selanjutnya diputuskan bahwa pasien akan ditangani di fasyankes rujukan, maka akan menyerahkan tanggung jawab 11

12 penanganan pasien pada provider berwenang di fasyankes rujukan. Dalam penelitian Kartika (2015), menyatakan bahwa pasien harus didampingi oleh 1 orang perawat senior yang telah menguasai teknik BLS (Basic Live Support). Hal ini sudah dilaksanakan ketika perawat mengantar pasien, tidak dalam kondisi gawat saja namun pada semua kondisi, ini dikarenakan semua perawat harus mempunyai kemampuan teknik BLS tersebut. Dan untuk menghubungi rumah sakit yang dituju sudah dilaksanakan berdasarkan SOP yang ada. Bahwa pihak UGD sebelum melakukan rujukan ke rumah sakit lain sebelumnya telah menghubungi rumah sakit yang akan dituju, untuk mengetahui apakah rumah sakit tujuan bersedia menerima rujukan. Telah sesuai dengan PMK No. 001 pasal 13 tentang melakukan komunikasi dengan penerima rujukan dan memastikan bahwa penerima rujukan dapat menerima pasien dalam hal keadaan gawat darurat. Dalam prosedur operasional merujuk pasien dari hasil wawancara dengan informan, dimana informan menyatakan bahwa puskesmas menyediakan sarana transportasi rujukan berupa ambulans untuk mengantar pasien yang membutuhkan kendaraan rujukan seperti pasien gawat darurat. Dan juga ada perawat yang akan mendampingi dalam perjalanan rujukan gawat darurat hingga tiba di rumah sakit. Tapi belum ada perangkat komunikasi Radio yang dapat menghubungkan fasyankes perujuk termasuk ambulans yang sedang berjalan merujuk pasien. KESIMPULAN 1. Informan mengetahui syarat merujuk pasien sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 001 tahun 2012 tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. Adapun penerapannya sudah baik namun belum maksimal. Masih ada keterbatasan alat kesehatan di Puskesmas, didapati juga masih ada pasien yang tidak datang ke Puskesmas untuk pemeriksaan tapi hanya meminta anggota keluarganya untuk minta surat rujukan di Puskesmas. 2. Kebanyakan informan sudah mengetahui dan mengikuti prosedur standar merujuk pasien. 3. Hasil wawancara dan observasi dokumen juga menunjukkan bahwa informan sudah tahu prosedur merujuk pasien, namun masih ada beberapa hal yang tidak dilakukan dalam prosedur merujuk diantaranya, informed concent untuk rujukan pasien, surat rujukan pasien hanya dibuat satu rangkap 12

13 4. Dalam prosedur operasional merujuk pasien belum ada perangkat komunikasi Radio yang dapat menghubungkan fasyankes perujuk termasuk ambulans yang sedang berjalan merujuk pasien. SARAN 1. Bagi Puskesmas Tikala Baru dan Puskesmas Teling Atas, agar pelaksanaan rujukan yang dilakukan sesuai dengan syarat dan prosedur yang telah ditetapkan. Bagi kedua Puskesmas untuk membuat informed concent untuk rujukan pasien, surat rujukan 2 rangkap dan menghubungi fasyankes tujuan rujukan sebelum merujuk. 2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Manado, agar melengkapi fasilitas sarana alat kesehatan sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan dan pelaksanaan rujukan di puskesmas. 3. Bagi peneliti lain, penelitian ini bisa digunakan sebagai bahan referensi dalam penelitian mengenai Pelaksanaan Rujukan Peserta BPJS Kesehatan dan perlu dikembangkan dan disempurnakan lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Ali, F,A Analisis Pelaksanaan Rujukan Rawat Jalan Tingkat Pertama Peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di Puskesmas Siko dan Puskesmas Kalumata Kota Ternate tahun Pascasarjana FKM.UNSRAT Anonim Sistem Rujukan BPJS Belum Maksimal. Jakarta : Kompas. Diakses 26 Mei Anonim Rujukan BPJS Banyak Masalah di Lapangan. Jakarta: Republika. Diakses 26 Mei Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Tahun Bitjoli, D Gambaran Pelaksanaan Rujukan Lnjutan Berjenjang Pada Pasien BPJS di Puskesmas Ngresep Kota Semarang Tahun Dinas Kesehatan Kota Manado Data Kunjungan dan Rujukan Pasien Peserta JKN di Puskesmas- Puskesmas di Kota Manado tahun Kartika, B.L Tinjauan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Paien Gawat Darurat yang Dirujuk di RSU Jati Husada 13

14 Karanganyar. APIKES Mitra Husada Karanganyar. Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas. Kesumawati, I.M Analisis Pelaksanaan Rujukan RJTP Peserta Askes Sosial PT. Askes (Persero) Kantor Cabang Sukabumi di Puskesmas Nanggeleng dan Gedong Panjang tahun Susila dan Suyanto Metode Penelitian Epidemiologi Bidang Kedokteran dan Kesehatan. Surabaya: Bursa Ilmu. Zulhadi Problem dan Tangntangan Puskesmas dan Rumah Sakit Umum di Daerah Dalam Mendukung Sistem Rujukan Maternal di Kabupaten Karimun Provinsi Kepri Tahun Universitas Gadja Mada. Yogyakarta. Peraturan Menteri Kesehatam No. 001 tahun 2012, tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Primasari, K.L Analisis Sistem Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional RSUD. Dr. Adjidarmo Kabupaten Lebak. Puspitaningtyas, A Pelaksanaan Sistem Rujukan di RSUD Banyudono. 14

Analisis Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang Bagi Peserta JKN di Puskesmas X Kota Surabaya

Analisis Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang Bagi Peserta JKN di Puskesmas X Kota Surabaya Analisis Pelaksanaan Sistem Rujukan Berjenjang Bagi Peserta JKN di Puskesmas X Kota Surabaya Analysis of The Implementation of Tiered Referral System for Participant of National Health Security at Primary

Lebih terperinci

PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN DI RSUD BANYUDONO

PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN DI RSUD BANYUDONO PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN DI RSUD BANYUDONO Arindika Puspitaningtyas, Indarwati, Dewi Kartikasari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta Latar belakang: Tujuan Penelitian: Metode: Hasil: Kesimpulan:

Lebih terperinci

RUJUKAN. Ditetapkan Oleh Ka.Puskesmas SOP. Sambungmacan II. Kab. Sragen. Puskesmas. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP

RUJUKAN. Ditetapkan Oleh Ka.Puskesmas SOP. Sambungmacan II. Kab. Sragen. Puskesmas. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP SOP No. Kode Terbitan No. Revisi : : 01 : 00 Ditetapkan Oleh Ka. Halaman : 1-1. dr.udayanti Proborini,M.Kes NIP. 19740409 200312 2 002 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan 4. Referensi 5. Prosedur Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa didunia,

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN LANJUT BERJENJANG PADA PASIEN BPJS DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG TAHUN 2015 ABSTRAK

GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN LANJUT BERJENJANG PADA PASIEN BPJS DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG TAHUN 2015 ABSTRAK GAMBARAN PELAKSANAAN RUJUKAN LANJUT BERJENJANG PADA PASIEN BPJS DI PUSKESMAS NGESREP KOTA SEMARANG TAHUN 2015 Debi Bitjoli 1), Agus Perry Kusuma, SKG, M.Kes 2) 1) Alumni Fakuktas Kesehatan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, pada pasal 25 Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat kesehatan masyarakat yang semakin baik harus didukung dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, pada pasal 25 Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau.

BAB I PENDAHULUAN. dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 2 No 1 Januari 2015

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 2 No 1 Januari 2015 Tinjauan Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur Pasien Gawat Darurat yang Dirujuk di Rsu Jati Husada Karanganyar (Review Of Standard Operating Procedure Emergency Patients Referred In Rsu Jati Husada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prinsip dasar pembangunan kesehatan di Indonesia dirumuskan berdasarkan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa kesehatan adalah

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 50 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DI PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang :

Lebih terperinci

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN KOTA PONTIANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan masyarakat, oleh karena itu mendapatkan. layanan kesehatan adalah hak setiap warga negara Indonesia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat bertahan hidup dan melakukan aktivitas. Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah untuk mendirikan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 PEDOMAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki risiko jatuh sakit dan membutuhkan biaya cukup besar ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pelayanan kesehatan tidak lagi berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.122, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Sistem Rujukan. Pelayanan Kesehatan. Perorangan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 001 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi dan Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PESERTA JKN DARI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT I DI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PESERTA JKN DARI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT I DI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN PESERTA JKN DARI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT I DI PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO Grace Boyangan*, Marjes N. Tumurang*, Jean H. Raule* *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

Lebih terperinci

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan cara wawancara mendalam (indepth interview) dengan menggunakanpedoman wawancara mendalm sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan masyarakat di Republik Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan layanan ini disebabkan adanya

Lebih terperinci

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan

Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 59 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan DIY tgl 19 29 November 2012 Latar Belakang Masyarakat Provider/fasyankes

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG Dianita Pertiwi, Putri Asmita Wigati, Eka Yunila Fatmasari Peminatan Administrasi

Lebih terperinci

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1.

APK 1.1. Elemen penilaian APK 1.1. APK.1 Pasien diterima sebagai pasien rawat inap atau didaftar untuk pelayanan rawat jalan berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang telah di identifikasi dan pada misi serta sumber daya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius karena merupakan faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskuler, penyakit ginjal kronis, penurunan kognitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah berkewajiban melindungi seluruh masyarakat Indonesia dengan segenap kemampuannya, terutama melindungi hak hidup masyarakat Indonesia. Untuk mewujudkan cita-cita

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Rekam medis a. Pengertian rekam medis Menurut permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Rekam medis a. Pengertian rekam medis Menurut permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Rekam medis a. Pengertian rekam medis Menurut permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008 rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dokumen tentang identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai salah satu jenis Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama memiliki peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) a. Pengertian JKN Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia merupakan pengembangan dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredensialing dan Rekredensialing Ada beberapa definisi mengenai kredensialing dan rekredensialing yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Payne (1999) mendefinisikan kredensialing

Lebih terperinci

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBEBASAN RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DASAR DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BAGI PENDUDUK KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik

Lebih terperinci

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP

SOP. KOTA dr. Lolita Riamawati NIP Halaman : 1 UPTD Puskesmas KOTA SURABAYA 1. Pengertian Pelayanan program rujuk balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dari tahun ke tahun berupaya untuk memberikan kemudahan kepada setiap warganya tanpa terkecuali untuk akses ke pelayanan kesehatan dengan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang teramanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang teramanat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan rakyat Indonesia telah dirintis sejak lama. Upaya ini sesuai dengan cita-cita bangsa yang teramanat dalam Pembukaan

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas, Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pusat Kesehatan Masyarakat 2.1.1 Pengertian Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014, Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 H dan UU Nomor 36/2009 tentang kesehatan). Oleh karenanya setiap individu, keluarga

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 59 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2014, klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan

Lebih terperinci

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.5/ Januari 2017; ISSN X,

JIMKESMAS JURNAL ILMIAH MAHASISWA KESEHATAN MASYARAKAT VOL. 2/NO.5/ Januari 2017; ISSN X, STUDI PELAKSANAAN SISTEM RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT PERTAMA (RJTP) PADA PESERTA BPJS KESEHATAN DI PUSKESMAS PERUMNAS KOTA KENDARI TAHUN 2016 Parman 1 Ruslan Majid 2 Lisnawaty 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan masyarakat di Republik Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Peningkatan layanan ini disebabkan adanya keberpihakan

Lebih terperinci

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

VI. PENUTUP A. Kesimpulan VI. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Secara umum peran Dokter Puskesmas sebagai gatekeeper belum berjalan optimal karena berbagai kendala, yaitu : a. Aspek Input :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis.

BAB I PENDAHULUAN. medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah suatu sistem yang. pengendalian terhadap pengisian dokumen rekam medis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, setiap rumah sakit diwajibkan untuk menyelenggarakan rekam medis. Sistem pelayanan rekam medis adalah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan jaminan kesehatan semesta (Universal Health Coverage), Indonesia melalui penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menyepakati strategi-strategi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAYANAN P0LIKLINIK UMUM

KERANGKA ACUAN PELAYANAN P0LIKLINIK UMUM KERANGKA ACUAN PELAYANAN P0LIKLINIK UMUM A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan di arahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen vital bagi setiap individu karena kesehatan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 2A TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN MEKANISME DAN PROPORSI PENGELOLAAN DANA KLAIM NON KAPITASI PELAYANAN KESEHATAN DASAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan. iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes, RI., 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS) Kesehatan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah Badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan

Lebih terperinci

PANDUAN RUJUKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

PANDUAN RUJUKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT PANDUAN RUJUKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BAB I DEFINISI RUJUKAN Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat komplek, padat profesi dan padat modal. Agar Rumah Sakit dapat melaksanakan fusngsi dengan baik, maka di rumah

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Penilaian Rujukan Pasien Bersalin Peserta BPJS Kesehtan di RSUP Dr. Hasan Sadikin Berdasarkan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional Periode 1 Oktober-31 Desember

Lebih terperinci

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK)

PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI KOMPREHENSIF (PONEK) OLEH : TIM AKREDITASI MDGS RSUD LAHAT KATA PENGANTAR Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Neonatal (AKN) di

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah

Lebih terperinci

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN.

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA BENGKULU TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN. WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN PELAYANAN KESEHATAN PERORANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia Sehat 2010-2014 mencantumkan empat sasaran pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Menurunnya disparitas status kesehatan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini mencakup bidang Ilmu kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah di kota

Lebih terperinci

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT FILING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2012

TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT FILING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2012 TINJAUAN PELAKSANAAN PROSEDUR PEMINJAMAN DOKUMEN REKAM MEDIS DI UNIT FILING RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2012 Dyah Ayu Wardani, Tri lestari, Harjanti APIKES Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia telah diarahkan oleh pemerintah guna meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi penduduk Indonesia agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekam medis merupakan salah satu bagian penting dalam membantu pelaksanaan pemberian pelayanan kepada pasien di rumah sakit. Dalam Permenkes No.269/MENKES/PER/III/2008

Lebih terperinci

ANALISIS PELAYANAN RUJUKAN PASIEN BPJS DI RSUD CHATIB QUZWAIN KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI

ANALISIS PELAYANAN RUJUKAN PASIEN BPJS DI RSUD CHATIB QUZWAIN KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI ANALISIS PELAYANAN RUJUKAN PASIEN BPJS DI RSUD CHATIB QUZWAIN KABUPATEN SAROLANGUN PROVINSI JAMBI Hartini, Septo Pawelas Arso, Ayun Sriatmi Peminatan Administrasi Kebijakan Kesehatan Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan

Lebih terperinci

panduan praktis Pelayanan Ambulan

panduan praktis Pelayanan Ambulan panduan praktis Pelayanan 11 02 panduan praktis Pelayanan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009

BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009 BERITA DAERAH KOTA JAMBI TAHUN 2009 NOMOR 48 SALINAN PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT NASIONAL DAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran

BAB I PENDAHULUAN Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mengalami perubahan sistem pelayanan kesehatan sejak Januari 2014. Sistem pelayanan kesehatan yang semula berorientasi pada pembayaran biaya kesehatan langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Bab IV pasal 19 dan 20 menjelaskan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit 1. Pengertian Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang No.44 Tahun 2009 tentang rumah sakit,yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius karena sangat membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan. Masalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PASIEN PENERIMA BANTUAN IURAN 2.1.1.Pengertian pasien penerima bantuan iuran Undang-undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit menyebutkan bahwa pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabat sehingga pemerintah mengembangkan Sistem Jaminan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit 2.1.1. Pengertian Rumah Sakit Menurut Permenkes Republik Indonesia No.56 Tahun 2014 Pasal 1 tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base Groups) digunakan untuk proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan serta pelayanan sosial lainnya yang dilakukan (Putri, 2012). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia, setiap orang mempunyai hak untuk hidup layak, baik menyangkut kesehatan pribadi maupun keluarganya termasuk didalamnya adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA

TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV SLAMET RIYADI SURAKARTA TINJAUAN PROSEDUR PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT TK IV. 04. 04. 04 SLAMET RIYADI SURAKARTA Puji Retnowati, Antik Pujihastuti, Rohmadi, APIKES Mitra Husada Karanganyar apikesmitra@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara. Menurut UU No. 36

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah hak fundamental setiap warga negara. Menurut UU No. 36 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip dasar pembangunan kesehatan di Indonesia dirumuskan dilandaskan Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang mengatakan kesehatan adalah hak fundamental

Lebih terperinci

PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN. Nomor Dokumen SOP-RM-001 Nomor Revisi 004 Halaman 1 s/d 2 PROSEDUR TETAP. Tanggal Terbit : 1 Desember 2012

PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN. Nomor Dokumen SOP-RM-001 Nomor Revisi 004 Halaman 1 s/d 2 PROSEDUR TETAP. Tanggal Terbit : 1 Desember 2012 RS Ibnu Sina PROSEDUR PENERIMAAN PASIEN RAWAT JALAN Nomor Dokumen SOP-RM-001 Nomor Revisi 004 Halaman 1 s/d 2 PROSEDUR TETAP Tanggal Terbit : 1 Desember 2012 Ditetapkan oleh : Direktur Rumah Sakit IBNU

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi Ferderber mendefinisikan persepsi sebagai proses menafsirkan informasi indrawi. Sedangkan menurut Wenburg & Wilmot mendefinisikan persepsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penumpukan pasien di satu rumah sakit tertentu. 2,3

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penumpukan pasien di satu rumah sakit tertentu. 2,3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pelayanan kesehatan merupakan hak dasar rakyat Indonesia sesuai dengan Undang-undang Dasar (UUD) 1945 dan Undang-undang (UU) Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan kesehatan dalam Pasal 3 Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi: Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23/1992 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak tahun 2004, Indonesia telah mempunyai Sistem Jaminan Sosial Nasional dengan dikeluarkannya Undang Undang Nomor 40 Tahun 2004 (UU SJSN). Jaminan Kesehatan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit pada era globalisasi berkembang sebagai industri padat karya, padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan Sumber Daya

Lebih terperinci