BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat banyaknya penelitian tentang bahasa daerah. Penelitian-penelitian tersebut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat banyaknya penelitian tentang bahasa daerah. Penelitian-penelitian tersebut"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil-hasil penelitian tentang Bahasa Daerah Pentingnya bahasa daerah dan kebertahanannya sebagai warisan budaya, membuat banyaknya penelitian tentang bahasa daerah. Penelitian-penelitian tersebut diantaranya membahas tentang peluang dan tantangan bahasa daerah, faktor-faktor penyebab kepunahan bahasa daerah, revitalisasi bahasa daerah, potensi kepunahan bahasa daerah, sampai penelitian tentang pengajaran bahasa daerah yang dimasukkan dalalm muatan lokal dan penelitian mengenai penggunan bahasa daerah pada murid SD. Melihat dari peluang dan tantangan bahasa daerah di era globalisasi sekarang ini sungguh sangat memprihatinkan. Walaupun pemerintah memberikan peluang kepada bahasa daerah untuk bertahan sebagai bahasa pertama dan bahasa pergaulan intrasuku. Dalam Undang-undang Dasar tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, Pasal 1 dikatakan, Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian pada Pasal 42, ayat (1) dinyatakan bahwa Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia (Darwis, 2011).

2 Seperti halnya di daerah Makasar, dari segi jumlah penutur baik Bahasa Bugis maupun Bahasa Makasar, dua-duanya masih tergolong bahasa yang safe, yaitu bahasa yang masih aman, artinya tidak berada dalam keadaan ancaman kepunahan karena memiliki penutur yang sangat banyak dan secara resmi didukung oleh pemerintah (Krauss, 1992). Walaupun demikian, Tantangan yang dihadapi adalah kedua bahasa tersebut sudah tidak diperoleh dan dipelajari oleh semua anak dan usia dewasa dalam kelompok etnik masing masing sebagaimana disyaratkan oleh Grimes (2000:8). Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Bahasa Bugis dan Bahasa Makasar sudah mulai terdesak pertumbuhannya. Anak-anak dari kedua suku ini banyak yang bermukim di perkotaan sehingga pertumbuhannya semakin lambat. Di perkotaan dijumpai tiga alasan utama terjadinya pergeseran dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia dalam penentuan bahasa pertama bagi anak-anak di rumah tangga. (1) lingkungan pergaulan yang majemuk bahasa (suku). (2) medan tugas yang relatif tidak tetap. (3) orang tua berlainan suku (Darwis 1985). Dalam hal ini yang masih setia berbahasa daerah hanya usia lanjut sedangkan generasi muda dan anak-anak akan cenderung beralih ke penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa asing yang berstatus bahasa internasional dan hal ini bermula sejak penetapan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama dalam kehidupan rumah tangga yang menyebabkan sebuah keluarga harus menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa asing jika mau taraf hidup mereka meningkat. Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kepunahan bahasa daerah. Grimes (2000) mengemukakan enam gejala yang menandai kepunahan bahasa pada masa depan, yaitu (1) penurunan secara drastis jumlah penutur aktif, (2) semakin berkurangnya ranah penggunaan bahasa, (3) pengabaian atau pengenyahan bahasa ibu

3 oleh penutur usia muda, (4) usaha merawat identitas etnik tanpa menggunakan bahasa ibu, (5) penutur generasi terakhir sudah tidak cakap lagi menggunakan bahasa ibu, artinya tersisa penguasaan pasif, dan (6) punahnya dialek-dialek suatu bahasa. Menurut Tondo (2009) dalam jurnalnya, terdapat 9 faktor penyebab punahnya bahasa daerah, yaitu (1) Pengaruh bahasa mayoritas dimana bahasa daerah itu digunakan, (2) Kondisi masyarakat yang penuturnya yang bilingual atau bahkan multilingual, (3) Faktor Globalisasi, (4) Faktor migrasi, (5) Perkawinan antar etnik, (6) Bencana alam dan musibah, (7) Kurangnya penghargaan terhadap bahasa etnik sendiri, (8) Kurangnya intensitas komunikasi berbahasa daerah dalam keluarga, (9) Faktor ekonomi, (10) Faktor bahasa Indonesia. Melihat dari faktor-faktor diatas, maka perlu adanya revitalisasi untuk melestarikan dan menyelamatkan bahasa daerah dari kepunahan. Salah satu bahasa daerah yang memerlukan revitalisasi dan juga mulai mangalami kepunahan adalah Bahasa daerah (Bali). Alasan mengapa perlu pencermatan dan revitalisasi terhadap bahasa daerah muncul dari semakin meningkatnya wacana kekhawatiran akan punahnya bahasa daerah yang telah ditandai secara awal oleh mulai merosotnya jumlah penutur, adanya persaingan bahasa (desakan bahasa Indonesia dan bahasa asing), dan semakin berkurangnya loyalitas penutur terhadap pemakaian bahasa daerah sebagai bahasa ibu dan sekaligus sebagai simbol budaya. Dalam kondisi sebagai masyarakat Indonesia yang sedang mengalami perubahan sosial di alam reformasi, kita sekarang menyaksikan persaingan tiga bahasa, yaitu bahasa daerah, bahasa Indonesia, dan bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Di dalam peta persaingan ini cukup banyak penelitian, pakar dan pengamat bahasa melihat

4 kecenderungan menyusutnya fungsi bahasa daerah dan terbatas pada ajang keluarga, informal, dan hiburan sehingga daya tahan dan daya saingnya menjadi semakin rapuh dan tidak mungkin mengimbangi bahasa nasional atau asing apalagi mengalahkannya (Yadana, 2009). Mengikuti pandangan Fishman (1985) hubungan bahasa dengan budaya bisa dilihat dalam tiga perspektif, yakni (1) sebagai bagian dari budaya, (2) sebagai indeks budaya, dan (3) sebagai simbol budaya. Sebagai bagian dari budaya, Misalnya upacara, ritual, nyanyian, cerita, doa merupakan bahasa merupakan tindak tutur atau peristiwa wicara. Dari pandangan ini munculah wacana atau rasionalisasi bahwa pergeseran budaya atau hilangnya bahasa yang sangat dekat dengan kebudayaan merupakan pertanda terjadinya perubahan yang luar biasa. Moerdiono (1988) sudah mensinyalir bahwa hampir di seluruh daerah di Indonesia terdapat keluhan mengenai gejala kemunduran pemakaian bahasa daerah. Bahasa Bali misalnya diprediksikan oleh Bagus (2001), bahwa bahasa daerah Bali akan punah sebelum akhir abad ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh Fishman (1985) yang mempostulatkan kontinum delapan taraf situasi, apakah suatu bahasa akan mengalami suatu kepunahan atau berkembang ke arah yang dinamis. Taraf 8 merupakan situasi bahasa daerah yang berada pada ambang kepunahan dan taraf 1 merupakan situasi bahasa menuju pada perkembangan yang dinamis. Taraf 8 ditandai dengan siatuasi kebahasanan di mana hanya sedikit sekali orang tua yang mampu berbahasa daerah sebagai bahasa ibu. Taraf 7 adalah situasi kebahasaan di mana suatu bahasa memiliki masih cukup banyak penutur tetapi dari generasi tua (berusia lanjut) yang tidak lagi memiliki anak kecil. Taraf 6 adalah situasi di mana masih terdapat penggunaan bahasa ibu antar generasi di rumah; taraf 5, bahasa masih hidup dan

5 digunakan dalam lingkup minoritas dan bahkan di sekolah; taraf 4, situasi di mana bahasa minoritas diharuskan pada pendidikan sekolah dasar, taraf 3 bahasa daerah digunakan di tempat kerja oleh para pekerja dalam lingkungan kerja khusus; taraf 2 bahasa daerah digunakan dalam pemerintah setempat (lokal) dan media massa dari komunitas minoritas, dan taraf 1, bahasa daerah tersebut digunakan dalam tataran pemerintahan yang lebih tinggi dan pendidikan tinggi. Persaingan bahasa asing, nasional dan daerah memang sedang berlangsung dan berdampak pada sikap/prilaku berbahasa masyarakat kita. Dalam era persaingan bebas, penguasaan informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan prasarat bagi kelangsungan hidup bangsa. Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia masih harus meningkatkan sumber daya manusia secara kuantitas dan kualitas sehingga ketergantungan akan sumber informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi dari luar sangat terasa. Untuk menjembatani interaksi dan komunikasi lintas bahasa dan budaya, penguasaan bahasa asing (khususnya bahasa Inggris) menjadi suatu kebutuhan utama (Yadnya, 2009). Di samping menyusutnya popularitas bahasa Indonesia akibat nilai ekonomis dan prestise yang dijanjikan oleh bahasa internasional, bahasa Indonesia juga dihadapkan pada tuduhan sebagai penyebab keterasingan masyarakat terhadap bahasa daerahnya. Perencanaan status bagi bahasa Indonesia telah membatasi ruang gerak bahasa daerah untuk merambah atau keluar dari sekedar ranah budaya. Arus reformasi, otonomi daerah dan wacana demokratisasi juga menyadarkan masyarakat penutur bahasa daerah akan keberadaan, potensi dan posisi bahasanya. Kebijakan bahasa nasional mulai dikritisi dan wacana bhineka tunggal ika tidak lagi hanya

6 wacana politik tetapi juga wacana linguistik. Sebagai ilustrasi kita bisa mengadakan introspeksi terhadap kebertahanan bahasa Bali (Darwis 2009). Pada kenyataannya eksistensi bahasa Bali terutama di daerah perkotaan semakin mengkhawatirkan kalaupun belum bisa dikatakan telah terpinggirkan (marginal). Gejala linguistik seperti ini juga dirasakan oleh Jendra (2002:48) yang mensinyalir pemakaian bahasa Bali di dalam sejumlah kehidupan rumah tangga telah menyusut dan telah tersaingi oleh pemakaian bahasa Indonesia. Di dalam situasi kontekstual yang masih berbau tradisional juga bahasa Bali telah banyak didesak oleh pemakaian bahasa Indonesia. Kecenderungan ke arah keterpinggiran bahasa Bali tersebut diakibatkan paling sedikit oleh 3 hal yakni (1) status bahasa Bali, (2) loyalitas masyarakat penutur, dan (3) strategi pembinaan dan pengembangan bahasa Bali. Penelitian berikutnya juga berada didaerah Bali oleh Maharani (2010), dalam jurnalnya menjelaskan bahwa bahasa daerah Bali pada kalangan remaja di lingkungan Puri di kabupaten Gianyar masih berlangsung baik. Penggunaan bahasa Bali masih berlangsung baik dalam ranah keluarga dan ranah ketetanggaan namun pada ranah kekariban tidak berlangsung dengan baik dikarenakan kebiasaan di sekolah yang menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Bali juga mendapatkan dukungan dari institusi dimana bahasa Bali dimasukkan menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa SD, SMP, dan SMA. Jurnalistik juga membantu pemertahanan bahasa daerah Bali, terlihat adanya ruang khusus di salah satu koran yaitu Bali Post yang menampilkan rubrik khusus yang berbahasa Bali.

7 Bahasa Melayu Langkat di Stabat Sumatera Utara juga mengalami hal yang serupa. Fakta dan data yang ditemukan oleh adisaputera (2009) mengarah kepada munculnya pergeseran bahasa dari Bahasa Melayu ke Bahasa Indonesia. Hal ini ditandai oleh beberapa hal berikut ini: 1. Tingginya penggunaan Bahasa Indonesia dalam interaksi komunikasi sehari-hari (20%) walaupun pada wilayah yang dominan Melayu, 2. Hampir 50% responden (47,4%) menyatakan bahwa Bahasa Indonesia mereka bukanlah Bahasa Melayu, 3. Persentase responden yang tidak paham dan tidak lancar menggunaan Bahasa Melayu (64,8%) hampir dua kali persentase responden yang paham dan lancar menggunakan Bahasa Melayu (35,2%), 4. Tingginya persentase responden yang tidak paham dan tidak lancar menggunakan Bahasa Melayu pada kawasan yang etnisnya dominan Melayu dengan Bahasa Melayu(24,3%), 5. Dari 52,6% yang menguasai Bahasa Melayu sejak pandai berbahasa, hanya 33,9% yang memahami dan lancar menggunakannya. Pergeseran bahasa yang terjadi pada komunitas remaja di Stabat mengarah kepada arah kepunahan bahasa. Pada kriteria bahasa yang terancam punah, maka Bahasa Melayu dalam kondisi yang potensial terancam punah. Ada 2 indikator sebagaimana fakta dan data pergeseran bahasa yang terungkap untuk ini, yakni tekanan berat dari bahasa yang lebih besar yaitu Bahasa Indonesia, dan awal hilangnya penutur anak anak dan remaja.

8 Budhiono (2009) dalam jurnal Bahasa Daerah (Bahasa Ibu) di Palangkaraya: Pergeseran dan Pemertahanan bahasa daerah merupakan dua gejala kebahasaan yang saling terkait. Kedua gejala kebahasaan ini juga bisa dilihat dari gejala persaingan bahasa. Bahasa dikatakan mulai mengalami pergeseran ketika masyarakat mulai meninggalkan bahasa tradisionalnya. Akibat lanjut dari pergeseran bahasa adalah terpinggirkannya suatu bahasa dan termuliakannya bahasa yang lain. Palangkaraya sebagai ibukota Kalimantan Tengah dengan penduduk lebih dari ribu orang, adalah salahsatu contoh kota multietnis, multibahsa dan multibudaya. Hal tersebut mengakibatkan semakin bergersernya eksistensi bahasa Ngaju yang merupakan bahasa daerah suku Dayak Palangkaraya. Bahasa Banjar juga sering dipakai karena sektor perekonomian lebih banyak dipegang oleh suku Banjar. Semakin sedikitnya penutur aktif bahasa Ngaju dikarenakan pemakaian bahasa daerah lain yang dianggap lebih tinggi derajatnya. Namun jika kita melihat bahasa Jawa yang merupakan salah satu bahasa yang mempunyai penutur aktif terbesar ke-13 di dunia pantas untuk merasa cemas. Pasalnya banyak orang tua yang memakai bahasa Indonesia di dalam lingkungan keluarga. Bahasa Indonesia juga merasa cemas dikarenakan banyak masyarakat yang mulai menginggriskan bahasa dan logat agar terlihat cendikia. Dalam hal ini orang tua juga sadar akan pentingnya pelestarian bahasa daerah, namun orang tua juga harus membekali anak mereka dengan bahasa asing untuk mempermudah persaingan di era globalisasi sekarang ini. Pengajaran-pengajaran tentang pentingnya bahasa asing membuat tidak adanya celah bagi bahasa daerah untuk dapat bersaing kejajaran yang lebih tinggi.

9 Dalam penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang menyebabkan tidak adanya pewaris dan regenerasi bahasa daerah. Faktor pertama, adalah faktor sosial, di Palangkaraya Bahasa Banjar cenderung diterima oleh semua kalangan sehingga prioritas pemakaian dan pewarisannya tinggi. Lain halnya dengan bahasa dayak yang lebih banyak digunakan dalam lingkungan tertentu dan terbatas sehingga orang tua enggan mewariskan bahasa daerah tersebut. Faktor kedua, adalah faktor ekonomi diamana bahasa banjar merupakan pelaku ekonomi terbesar di Palangkaraya khususnya, dan Kalimantan Tengah umumnya. Faktor ketiga, adalah faktor politik. Kebijakan bahasa nasional yang dulu dikenal dengan politik bahasa nasional sedikt banyak juga berpengaruh terhadap keterpinggiran bahasa daerah. Keputusan pemerintah memasukkan bahasa daerah dalam kurikulum pendidikan adalah langkah awal yang perlu ditindaklanjuti oleh berbagai pihak agar terlestarikannya bahasa daerah. Penelitian berikutnya membahas bahasa daerah Gorontalo yang dimasukkan dalam kurikulum pendidikan, Bahasa Gorontalo telah masuk dalam muatan lokal. Bahasa Gorontalo sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia sedang mengalami hal yang sama yaitu terancam dari kepunahan. Kenyataan menunjukan, Bahasa Gorontalo terdesak pemakaiannya karena hal-hal berikut ini: (1) Desakan pemakaian dialek Manado, (2) Desakan pemakaian bahasa Indonesia melalui jalur pendidikan, (3) Campur-baur kelompok etnik Gorontalo dengan kelompok etnik pendatang, misalnya Bali, Bolaang Mongondow, Bugis, Jawa, Makassar, Minahasa, Luwuk, Kendari, dan Sangir, (4) Kepedulian penurut Bahasa Gorontalo terhadap bahasannya sendiri, (5) Pernikahan, yakni jejaka atau gadis Gorontalo menikah atau dinikahi suku

10 lain, (6) Terbukanya infrastruktur perhubungan, baik darat, laut maupun udara yang menyebabkan mobilitas penduduk yang berpindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain yang sudah barang tentu akan menggunakan bahasa yang bukan Bahasa Gorontalo, (7) Sikap orang Gorontalo sendiri yang lebih suka menggunakan yang bukan Bahasa Gorontalo, (8) Bahasa Gorontalo belum mantap diajarkan, (9) Pemerintah daerah yang tidak peduli terhadap Bahasa Gorontalo, (10) Generasi muda yang tidak mau lagi menggunakan Bahasa Gorontalo (Pateda 1999:1). Berdasarkan penjelasan Pateda pada Seminar Proposal Tesis Program Studi Pendidikan Bahasa Pascasarjana Universitas Negri Gorontalo yang berlangsung tanggal 9 Februari 2005 di Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo bahwa persoalan yang tertinggal dalam upaya pembinaan dan pengembangan Bahasa Gorontalo, yakni pengajarannya. Pengajaran Bahasa Gorontalo sebagai mata pelajaran muatan lokal sesungguhnya telah dimulai tahun 1995, meskipun pedoma Pelaksanaan Mulok sendiri telah dikeluarkan oleh Depdikbud (kini Diknas) pada tahun Persoalannya, yakni sampai sekarang belum diketahui bagaimanakah wujud pengajaran bahasa Gorontalo sebagai muatan lokal. Bahasa pengantar pengajarannya adalah bahasa Indonesia dengan pertimbangan peserta didik memahaminya, kalau diberikan dalam bahasa Gorontalo, peserta didik sulit memahaminya, dan guru juga mengalami kesulitan jika menggunakan bahasa Gorontalo. Sejalan dengan penelitian diatas yang berada pada lokasi yang sama, hasil penelitian ini baik melalui fokus penelitian maupun subfokus penelitian diperoleh kenyataan bahwa peserta tidak menggunakan bahasa Gorontalo. Kenyataan ini pula

11 memberikan gambaran bahwa suatu ketika bahasa Gorontalo tidak akan digunakan lagi sebagai bahasa pengantar bagi masyarakat Gorontalo. Seperti telah diketahui, jika hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peserta tidak menggunakan bahasa Gorontalo, maka dua hal yang dilaksanakan yaitu: mencari penyebab; dan menemukan upaya yang dapat dilaksanakan untuk membina dan mengembangkan bahasa Gorontalo. Setelah diadakan pembahasan, maka ditemukan 28 butir penyebab tidak digunakannya bahasa Gorontalo, serta ditemukan pula 29 butir yang berhubungan dengan upaya pembinaan dan pengembangan bahasa Gorontalo. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa peserta didik tidak menggunakan bahasa Gorontalo. Menurut peneliti penyebab peserta didik tidak menggunakan bahasa Gorontalo disebabkan oleh beberapa hal berikut: (1) Bahasa Gorontalo tidak dipakai dirumah, (2) Bahasa Gorontalo tidak digunakan karena lingkungan tidak mendukung, (3) Tidak digunakan sebab tetangga tidak menggunakan, (4) Tidak digunakan sebab orang lain suka mengunakan dialek Manado, (5) Tidak digunakan sebab Bahasa Gorontalo sulit, (6) Tidak digunakan, sebab orang tidak tahu menggunakan Bahasa Gorontalo, (7) Tidak digunakan, sebab ibu dan bapak menggunakan Bahasa Indonesia, (8) Tidak digunakan, sebab teman berbicara dalam bahasa lain, (9) Tidak digunakan, sebab di tempat umum digunakan bahasa lain, (10) Guru tidak menggunakan Bahasa Gorontalo sebagai bahasa pengantar, (11) Sesama guru tidak menggunakan Bahasa Gorontalo, (12) Untuk memberi pemahaman guru tidak menggunakan Bahasa Gorontalo, (13) Tidak ada sanksi bagi masyarakat yang tidak menggunakan Bahasa Gorontalo, (14) Ketika terjadi interaksi di tempat umum tidak digunakan Bahasa Gorontalo. (15) Ketika interaksi jual beli di pasar tidak

12 digunakan Bahasa Gorontalo, (16) Buku ilmu pengetahuan seperti fisika tidak menggunakan Bahasa Gorontalo, (17) Peserta didik menganggap tidak ada gunanya Bahasa Gorontalo, (18) Peserta didik tidak menggunakan Bahasa Gorontalo ketika bergaul, (19) Bahasa Gorontalo tidak digunakan di tempat ibadah, (20) Bahasa Gorontalo tidak digunakan ketika orang berada di atas kendaraan umum, (21) Bahasa Gorontalo tidak digunakan oleh peserta didik ketika berkonsultasi dengan dokter, (22) Peserta didik tidak menggunakan Bahasa Gorontalo ketika bermain, (23)Bahasa Gorontalo tidak digunakan oleh aparat pemerintah, (24) Bahasa Gorontalo tidak digunakan oleh mas media, (25) Bahasa Gorontalo tidak digunakan ketika antaretnik berkomunikasi, (26) Bahasa Gorontalo tidak digunakan di lembaga pendidikan, (27) Bahasa Gorontalo tidak digunakan oleh petinggi di daerah, (28) Bahasa Gorontalo sulit dipelajari. Hal tersebut membuktikan semakin terpuruknya penggunaan bahasa daerah, tidak adanya perhatian dan kesadaran untuk menggunakan ataupun mempelajari bahasa daerah. Dihubungkan dengan pendapat Rachman (2007: 12) bahwa bahasa daerah mengalami proses penurunan yang signifikan pemakaiannya. Hal ini pun jika dikaitkan dengan pendapat Chambers (1996: 54) yang menyatakan bahwa menurunnya pemakaian bahasa itu antaranya disebabkan oleh variasi pemakaian bahasa. Dari hasil penelitian diatas, maka tersirat pengertian bahwa dalam pemakaian bahasa tidak dapat dipisahkan dengan variasi berbahasa. Variasi pemakaian bahasa didasarkan pada konteks/situasi sewaktu terjadinya proses berkomunikasi. Kurangnya pengetahuan dan penggunaan bahasa Gorontalo pada peserta didik pada saat

13 berkomunikasi dengan masyarakat sekitar baik satu etnis atau beda etnis dan lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia (Palubuhu, 2007). Hasil penelitian siregar dalam silalahi (2008), penggunaan bahasa daerah di kota-kota besar mengalami pergeseran dari bahasa daerah ke bahasa Indonesia. Penelitian dilakukan pada masyarakat bilingual di medan dan dikhususkan pada interaksi komunikasi intra kelompok dari 13 etnis dan penelitian tersebut dikhususkan pada keluarga. Dari penelitian tersebut disimpulkan pergeseran cenderung terjadi pada kelompok masyarakat yang belum berkeluarga dan pada anak-anak. Kajian terhadap pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa biasanya mengarah kepada hubungan antara perubahan atau kemantapan yang terjadi pada kebiasaan berbahasa dengan proses sosial, budaya, dan psikologi pada saat masyarakat bahasa yang berbeda berhubungan satu sama lain. Untuk mengklasifikasikan tempat penggunaan bahasa daerah maka dapat dilihat dari ranah. Ranah disebut juga dengan domain. Romaine (1994:49) menyebutkan bahwa ranah adalah suatu abstraksi yang merujuk kepada suatu suasana aktivitas yang menghadirkan suatu kombinasi khas dari waktu, tempat, dan hubungan peran. Schmidt dan Rohr dalam Pride dan Holmes (1972:18) mengemukakan Sembilan ranah utama antara lain: (1) rumah (2) arena bermain dan jalan (3) sekolah (4)gereja (5) sastra (6) media masa (7)kemiliteran (8)pengadilan (9) administrasi pemerintahan. Dalam buku yang sama Frey mengurangi menjadi 3 yaitu rumah, sekolah dan gereja. Fishman dan Greenfield (1970) memilih 5 ranah yaitu: Rumah, teman, pendidikan, pekerjaan, dan agama.

14 Sedangkan dalam penelitiannya Siahaan (2002) memilih 2 ranah yaitu keluarga dan persahabatan dengan alsan bahwa ranah tersebut member peluang terhadap kegiatan intrakelompok etnis batak toba. Dalam hal ini hubungan peran yang digunakan juga mengikuti ranah-ranah yang telah ditentukan. Ranah keluarga mencakup komunikasi antara suami-istri, orang tua-anak, anak-saudara, orang tua saudara. Sedangkan persahabatan meliputi orang tua-teman, anak-teman. Dari hasil penelitian tersebut jelas terlihat bahwa bahasa yang paling sering digunakan anak pada setiap ranah adalah bahasa Indonesia (32,98%), sedangkan orang tua adalah campuran bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba (25%). Namun jika dilihat dari masing-masing ranah, pada ranah keluarga (rumah), anak lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia (47%), sedangkan orang tua menggunakan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba (28,80%), dan bahasa Batak Toba persentase penggunaan tertinggi ada pada arisan keluarga dan didominasi oleh orang tua. Pada ranah berikutnya yaitu ranah persahabatan (upacara adat) penggunaan bahasa Indonesia tertinggi adalah pada anak (47%), sedangkan orang tua menggunakan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Batak Toba (25,60%) dan bahasa Batak Toba (21,40%). Dari data diatas kesimpulan daripenelitian tersebut adalah bahwa penggunaan bahasa daerah hanya didominasi oleh orang tua, sedangkan anak lebih banyak menggunakan bahasa Indonesia. Penelitian berikutnya yang dilakukan oleh Damanik (2009) melihat hubungan antara 2 variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas antara lain: Usia, pekerjaan, pendidikan, jenis kelamin, perkawinan, agama, loyalitas bahasa, tempat lahir. Sedangkan variabel terikat antara lain: kekeluargaan, pergaulan,

15 pekerjaan, pendidikan, pemerintahan, transaksi, tetangga. Pada hasil penelitiannya dijelaskan bahwa pemertahanan bahasa simalungun di semua ranah cenderung baik dikarenakan karena tingginya penggunaan bahasa daerah pada tiga kelompok (remaja, dewasa, orang tua). Hal tersebut membuktikan pentingnya remaja sebagai generasi penerus bahasa daerah, dan orang tua sebagai berperan sebagai pengajar dan mengenalkan bahasa daerah kepada generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda dan Yennie,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang (Sumarsono, 2011). Fenomena tersebut merupakan fenomena yang dapat terjadi secara bersamaan. Pemertahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia adalah suku Batak yang terdiri atas lima etnik, yakni etnik Batak Toba, etnik Pakpak Dairi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Ibrahim (1993:125 126), berpendapat bahwa semua kelompok manusia mempunyai bahasa. Tidak seperti sistem isyarat yang lain, sistem verbal bisa digunakan untuk mengacu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah penutur lebih dari satu juta jiwa (Bawa, 1981: 7). Bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Bali merupakan salah satu bahasa daerah yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat penuturnya. Berdasarkan jumlah penuturnya bahasa Bali dapat

Lebih terperinci

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN

BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN PERGESERAN BAHASA (LANGUAGE SHIFTING) DALAM KELUARGA BANJAR-BANJAR DI KALIMANTAN SELATAN KETUA : ANGGOTA: SITI JAMZAROH, S.S., M.HUM. DRS. SAEFUDDIN, M.PD AGUS YULIANTO,S,S., M.PD DRS. SUMADI, M.HUM. TEGUH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik

BAB I PENDAHULUAN. bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaanya, bahasa juga mempengaruhi pikiran manusia itu sendiri. Ilmu Sosiolinguistik memandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa, masyarakat, dan budaya adalah tiga entitas yang erat berhubungan. Ketiadaan yang satu menyebabkan ketiadaan yang lainnya. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat satu dan dua maka Negara Indonesia menjamin kebebasan berserikat dan berkeyakinan. Bahwa agama Katolik adalah salah

Lebih terperinci

UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA

UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA UPAYA PEMERTAHANAN BAHASA Ida Komalasasi 1, Ida Rusdiana 2 1 STKIP PGRI Banjarmasin, Banjarmasin 2 STKIP PGRI Banjarmasin, Banjarmasin 1 idakomalasari56@gmail.com, 2 idarusdiana41@yahoo.co.id ABSTRAK Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki peran yang sangat penting dalam eksistensinya. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah memiliki peran yang sangat penting dalam eksistensinya. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa daerah memiliki peran yang sangat penting dalam eksistensinya. Bahasa daerah pada dasarnya merupakan bahasa pertama (bahasa ibu). Eksistensi bahasa daerah tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Nurlaila Djamali (2005) mengkaji tentang Variasi Bahasa Bolaang Mongondow BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Disadari bahwa penelitian ini bukanlah kajian pertama yang mengangkat masalah ini. Telah banyak penelitian yang relevan sebelumnya. Berikut adalah uraian singkat

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi 126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Penelitian yang mengangkat masalah Pemertahanan Bahasa Bali belum ada yang melakukan di daerah Gorontalo, namun peneliti menemukan di internet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi. masalah pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, UNESCO,

BAB I PENDAHULUAN. Badan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi. masalah pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, UNESCO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Badan dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengurusi masalah pendidikan, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan, UNESCO, memperkirakan separuh dari enam ribu bahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Amanda Putri Selvia, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian  Amanda Putri Selvia, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN Dalam bagian ini diuraikan (1) latar belakang penelitian, (2) masalah: identifikasi masalah, batasan masalah, perumusan masalah, (3) tujuan penelitian, (4) manfaat penelitian, dan (5)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. tetap monolingual. Sedangkan masyarakat tutur terbuka adalah masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS. tetap monolingual. Sedangkan masyarakat tutur terbuka adalah masyarakat yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORETIS 2.1 Kontak Bahasa Masyarakat tutur terdiri atas dua, yakni masyarakat tutur tertutup dan masyarakat tutur terbuka. Masyarakat tutur tertutup adalah masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak berdomisili di daerah Sumatera Utara. Etnik Batak ini terdiri dari enam sub etnik yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu bagian dalam kebudayaan yang ada pada semua masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dapat saling berkomunikasi dan berinteraksi dengan berbagai macam cara. Salah satunya adalah dengan menggunakan ekspresi verbal yang disebut bahasa. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan bahasa Pakpak yang digunakan oleh masyarakat suku Pakpak. Masyarakat suku Pakpak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah

BAB I PENDAHULUAN. prosa dan puisi. Prosa adalah karya yang berbentuk naratif (berisi cerita). Puisi adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan bagian karya seni yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Dilihat dari segi media pengungkapannya atau cara penyampaiaanya, sastra dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah adalah bahasa yang dipergunakan oleh penduduk di daerah geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan pendokumentasian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk ungkapan pengarang atas kehidupan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan

Lebih terperinci

PEMAKAIAN BAHASA TONTEMBOAN SISWA SMA DAN SMK DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN

PEMAKAIAN BAHASA TONTEMBOAN SISWA SMA DAN SMK DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN PEMAKAIAN BAHASA TONTEMBOAN SISWA SMA DAN SMK DI KABUPATEN MINAHASA SELATAN Siska Rambitan 1, Nova Mandolang 2 1,2 Fakultas Ilmu Budaya siskars@yahoo.com; nova_mandolang@yahoo.com ABSTRAK Pemakaian bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat desa, kota, tua, maupun muda menggunakan bahasa sebagai alat berkomunikasi untuk pelbagai keperluan dan kepentingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik

BAB I PENDAHULUAN. dituturkan di sejumlah wilayah di Indonesia, dan ada pula bahasa-bahasa etnik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara multibahasa. Ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa resmi kenegaraan, ada bahasa Melayu lokal yang dituturkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan elemen yang sangat melekat di dalam kehidupan masyarakat, yang juga merupakan ekspresi yang besifat universal seperti halnya bahasa. Bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk berbudaya mengenal adat istiadat yang dipatuhi dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan suatu acara adat perkawinan atau hajatan. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan keberagaman tradisinya, dari Sabang sampai Merauke terdapat suku dan ragam tradisi, seperti tradisi yang ada pada suku Jawa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka adalah langkah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berisi beberapa hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang dilakukan. Kajian pustaka

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Keluarga, Pergaulan, Pekerjaan, dan Ranah Pendidikan)

PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Keluarga, Pergaulan, Pekerjaan, dan Ranah Pendidikan) 1 PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Keluarga, Pergaulan, Pekerjaan, dan Ranah Pendidikan) Novia Winda dan Dana Aswadi STKIP PGRI Banjarmasin Email: noviawinda05@stikipbjm.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau sering disebut kebudayaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu daerah di Indonesia dan suku Simalungun menjadikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Batak Simalungun merupakan bahasa yang digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten Simalungun. Bahasa Batak Simalungun merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah memiliki keanekaragaman budaya yang tak terhitung banyaknya. Kebudayaan lokal dari seluruh

Lebih terperinci

Jumlah % 1 < Jumlah Jlh % jlh %

Jumlah % 1 < Jumlah Jlh % jlh % Jumlah Keseluruhan Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah % 1 laki-laki 14918 50 2 Perempuan 14971 50 Jumlah 29889 100 Jumlah Responden Berdasarkan Usia Usia Jlh % 1 < 20 70 47 2 20-39

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menjadikan Indonesia kaya akan kebudayaan. sangat erat dengan masyarakat. Salah satu masyarakat yang ada di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang beraneka ragam. Kekayaan akan budaya ini tumbuh karena banyaknya suku atau etnis yang ada di bumi Nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia menyimpan limpahan budaya dan sumber sejarah dalam tradisi mereka. Budaya dan sumber-sumber sejarah tersebut dari generasi ke generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Batubara merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten yang baru menginjak usia 8 tahun ini diresmikan tepatnya pada 15

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka dalam sebuah penelitian penting untuk dideskripsikan. Selain berfungsi untuk menyusun landasan atau kerangka teori, kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki keanekaragaman suku bangsa. Sampai saat ini tercatat terdapat lebih dari 500 etnis di Indonesia (Suryadinata, 1999). Suku Batak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai suku bangsa tentunya kaya akan budaya dan tradisi yang berbeda satu dengan yang lainnya. Situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal

Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. ada beberapa studi sebagai acuan kajian pustaka untuk kepentingan penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. ada beberapa studi sebagai acuan kajian pustaka untuk kepentingan penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian tentang pemertahanan dan pergeseran bahasa sudah banyak dilakukan oleh para ahli sosiolinguistik dengan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jaenudin, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nama perkakas berbahan bambu merupakan nama-nama yang sudah lama dikenal dan digunakan oleh penutur bahasa Sunda. Dalam hal ini, masyarakat Sunda beranggapan

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M.

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M. PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON Oleh Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M. Husen Muttaqin Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP UNSWAGATI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era BAB I PENDAHULUAN 1.6 Latar Belakang Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era globalisasi merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya perubahan bahasa. Mudahnya informasi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba,

BAB I PENDAHULUAN. seperti marsombuh sihol dan rondang bittang serta bahasa (Jonris Purba, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simalungun merupakan salah satu suku dengan ragam keunikan yang dimiliki, tanah yang subur, masyarakat yang ramah dan lemah lembut. Memiliki kekayaan warisan budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Sulawesi Selatan dan Barat terdapat empat etnik dominan dan utama, yakni Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki ragam

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Pemerintahan, Ranah Transaksi, dan Ranah Tetangga)

PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Pemerintahan, Ranah Transaksi, dan Ranah Tetangga) 176 PEMERTAHANAN BAHASA BANJAR HULU DI KOTA BANJARMASIN PADA UMUR DEWASA (Ranah Pemerintahan, Ranah Transaksi, dan Ranah Tetangga) Novia Winda dan Siti Aulia STKIP PGRI Banjarmasin Email: noviawinda05stikipbjm.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan akan membawa perubahan sikap, perilaku, nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola 1 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat. Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahap penting dalam kehidupan manusia. Selain merubah status seseorang dalam masyarakat, pernikahan juga merupakan hal yang

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau

Abstraksi. Kata kunci: dialektologi, sikap, bahasa, minang, rantau Kajian Dialektologi dan Sikap Bahasa Minang Pada Pedagang Rantau di Jakarta 1 Erni Hastuti, 2 Teddy Oswari 1 Fakultas Sastra dan Bahasa, Universitas Gunadarma 2 Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa, bahasa serta agama yang bervariasi. Hal ini disebabkan karena Indonesia merupakan negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bagi manusia tidak mengenal batas umur, jenis kelamin ras dan agama. Pendidikan tidak mengenal batas-batas pendidikan informal, formal, maupun non

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata

BAB I PENDAHULUAN. Suku Bone, Suku Atingola, dan Suku Mongondow. menyebut Gorontalo berasal dari kata hulontalo, yang juga berasal dari kata BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gorontalo merupakan penghuni asli bagian Utara Pulau Sulawesi, tepatnya di Provinsi Gorontalo, provinsi ke-32 Indonesia, yang pada tahun 2000 memekarkan diri dari Provinsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Pendekatan yang dipakai dalam kajian ini adalah pendekatan sosiolinguistik. Dalam bab ini dijelaskan mengenai kajian pustaka, konsep, dan landasan teori

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah produk atau hasil yang dilakukan atau diciptakan oleh sekelompok masyarakat dalam berbagai aktifitas kegiatan yang mempunyai tujuan sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN Nomor:..

KUESIONER PENELITIAN Nomor:.. KUESIONER PENELITIAN Nomor:.. Saudara yang terhormat, Kami mohon bantuan Saudara untuk mengisi kuesioner berikut dengan keadaan yang sebenarnya. Isian kuesioner ini akan kami gunakan untuk mengetahui kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di tengah masyarakat dan merupakan sistem yang tidak terpisahkan. Kesenian yang hidup dan berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mampu menciptakan makna bagi dunianya melalui adaptasi ataupun interaksi. Pola interaksi merupakan suatu cara, model, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang mempunyai sikap dan pribadi yang kuat. Pendidikan mempunyai peran yang penting karena

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 1 Kuesioner Petunjuk Pengisian: Data-data yang Saudara isi ini akan digunakan untuk penelitian dalam bidang kebahasaan, untuk itu Saudara dimohon mengisi semua pertanyaan dengan jelas dan lengkap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh manusia. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan-pekerjaan, yang biasanya selalu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desa Lintidu adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Paleleh

BAB I PENDAHULUAN. Desa Lintidu adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Paleleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desa Lintidu adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Paleleh kabupaten Buol. Desa Lintidu dikenal sebagai salah satu desa yang memiliki pertambangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DWIBAHASAWAN YANG SEIMBANG UNTUK MEMPERTAHANKAN BAHASA-BAHASA DAERAH DI INDONESIA *

PENGEMBANGAN DWIBAHASAWAN YANG SEIMBANG UNTUK MEMPERTAHANKAN BAHASA-BAHASA DAERAH DI INDONESIA * PENGEMBANGAN DWIBAHASAWAN YANG SEIMBANG UNTUK MEMPERTAHANKAN BAHASA-BAHASA DAERAH DI INDONESIA * I. Praptomo Baryadi Dosen Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa

BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN. Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat, Desa 17 BAB 11 PROFIL DESA KOTO PERAMBAHAN A. Sejarah Perkembangan Desa Koto Perambahan Desa Koto Perambahan adalah nama suatu wilayah di Kecamatan Kampar Timur Kabupaten Kampar. Menurut beberapa tokoh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK

BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Tentang Desa Kepuh Teluk 1. Letak Geografis Desa Kepuh Teluk Desa atau Kelurahan

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang : a. bahwa Bahasa dan Budaya Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci