PENDAPATAN PETANI PELADANG BERPINDAH DI SEKITAR HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) PT. SUKA JAYA MAKMUR, KALIMANTAN BARAT SUSAN IKROSNAENI E

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAPATAN PETANI PELADANG BERPINDAH DI SEKITAR HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) PT. SUKA JAYA MAKMUR, KALIMANTAN BARAT SUSAN IKROSNAENI E"

Transkripsi

1 PENDAPATAN PETANI PELADANG BERPINDAH DI SEKITAR HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) PT. SUKA JAYA MAKMUR, KALIMANTAN BARAT SUSAN IKROSNAENI E DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 PENDAPATAN PETANI PELADANG BERPINDAH DI SEKITAR HAK PENGUSAHAAN HUTAN (HPH) PT. SUKA JAYA MAKMUR, KALIMANTAN BARAT Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor Oleh: SUSAN IKROSNAENI E DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

3 Judul Penelitian Nama Mahasiswa NIM Departemen Program Studi : Pendapatan Petani Peladang Berpindah Di Sekitar Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat : Susan Ikrosnaeni : E : Manajemen Hutan : Manajemen Hutan Menyetujui: Dosen Pembimbing Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS NIP Tanggal Lulus : 10 Februari 2006

4 ABSTRAK Susan Ikrosnaeni (E ). Pendapatan Petani Peladang Berpindah Di Sekitar Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS Perladangan berpindah merupakan cara pertanian yang tertua dan banyak dijumpai di daerah tropika. Sistem perladangan bergilir (gilir balik) sering dikenal dengan metode 6 M, yakni menebas, menebang, membakar, menugal, merumput, menuai. Tujuan yang diharapkan dalam kegiatan penelitian ini yaitu untuk: (1) Mengetahui tingkat pendapatan petani perladangan berpindah; (2) Mengetahui kontribusi pendapatan dari perladangan berpindah terhadap pendapatan petani; (3) Mengetahui potret perladangan berpindah. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat, tepatnya di lokasi yang telah dilakukan aktivitas kegiatan perladangan pada areal sekitar HPH PT. Suka Jaya Makmur. Data yang terkumpul diolah menggunakan sistem tabulasi sedangkan analisis datanya dilakukan secara analisis kuantitatif dan deskriptif. Dari hasil penelitian dilapangan, rata-rata pendapatan petani peladang berpindah dari hasil ladang sebesar Rp /tahun, rata-rata pendapatan petani hasil di luar ladang sebesar Rp /tahun, rata-rata pengeluaran dari rumah tangga dan kegiatan berladang yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp /tahun. Rata-rata pendapatan bersih petani sebesar Rp /tahun, sedangkan rata-rata pengeluaran petani dari kegiatan berladang saja setiap tahunnya sebesar Rp /tahun dan rata-rata pendapatan bersih petani dari hasil ladang berdasarkan luas ladang yang diolah sebesar Rp /tahun. Pendapatan per kapita di Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung untuk masyarakat miskin sekali berkisar antara 213,84-232,50 kg/kapita/tahun dengan persentase 10%, sedangkan untuk masyarakat miskin berkisar antara 245,50-317,86 kg/kapita/tahun dengan persentase 20% dan 70% masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung termasuk rumahtangga sejahtera dengan konsumsi beras berkisar antara 360,66-594,69 kg/kapita/tahun.

5 Hal ini menunjukkan bahwa di Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung termasuk golongan masyarakat sejahtera. Persentase kontribusi pendapatan hasil ladang dan luar ladang dapat dilihat bahwa pendapatan hasil ladang sebesar 41% dan hasil di luar ladang sebesar 59%. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat peladang berpindah dari hasil di luar ladang lebih besar dari hasil ladang sebagai kegiatan pokok masyarakat petani. Maka dari itu perladangan berpindah ini sudah menjadi keharusan bagi petani untuk menutupi pengeluaran mereka setiap tahunnya. Potret perladangan berpindah di Kecamatan Nanga Tayap hampir sama dengan perladangan berpindah di daerah lain mulai dari kegiatan mencari lokasi untuk kegiatan perladangan sampai kegiatan memanen hasil ladang. Akan tetapi, ada sedikit perbedaan dalam hal kepercayaan yang dianut pada acara ritual kegiatan berladangnya.

6 KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugrah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul Pendapatan Petani Peladang Berpindah Di Sekitar Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan baik dalam penyusunan maupun dalam penulisan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik membangun dari semua pihak. Bogor, Februari 2006 Penulis

7 UCAPAN TERIMAKASIH Dalam Penyusunan Skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan baik moril maupun materil, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta, Apa dan Mamah serta adik-adikku tercinta atas do a dan kasih sayangnya. 2. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan arahan serta ilmu selama penyelesaian skripsi ini. 3. Ir. T. R. Mardikanto, MS selaku dosen penguji dari Departemen Hasil Hutan dan Ir. Tutut Sunarminto, MSi selaku dosen penguji dari Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan yang telah memberikan masukan dan saran. 4. Bapak Pimpinan dan seluruh staf karyawan di PT. Alas Kusuma Group, Pontianak. 5. Bapak Ir. Purnomo Lusianto selaku Manager Camp Pawan Selatan, PT. Suka Jaya Makmur. 6. Seluruh staf IUPHH PT. Suka Jaya Makmur (Alas Kusuma Group) yang telah membantu dalam penelitian ini. 7. Suamiku tercinta atas perhatiannya, do a serta kasih sayangnya. 8. Seluruh keluarga dan saudaraku yang paling kusayangi. 9. Teman-teman MNH 38 khususnya Lab sosek atas kebersamaan yang indah. 10. Isma CH atas bantuan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi. 11. Keluarga besar Pondok Nauli atas kebersamaannya selama ini. 12. Serta semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, atas segala bantuan, bimbingan dan perhatiannya kepada penulis selama melakukan penelitian hingga skripsi ini selesai. Semoga amal dan niat baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hutan... 3 B. Pengertian Perladangan Berpindah... 4 C. Dampak Kegiatan Perladangan Berpindah... 6 D. Pendapatan Usahatani... 7 E. Pendapatan Per Kapita III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 9 B. Alat dan Bahan... 9 C. Data dan Informasi yang Diperlukan... 9 D. Pengumpulan Data... 9 E. Analisis Data IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Areal B. Topografi C. Jenis Tanah dan Iklim D. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Hutan E. Aksesibilitas... 15

9 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden B. Pendapatan Petani Ladang Berpindah C. Kontribusi Pendapatan Perladangan Berpindah D. Potret Perladangan Kecamatan Nanga Tayap Pemanfaatan Hasil Ladang Motivasi Ekonomi Perladangan Berpindah Tata Cara Perladangan VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 40

10 DAFTAR TABEL No Teks Halaman 1. Luas Areal Kecamatan Nanga Tayap Berdasarkan Kelas Lereng Luas Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Berdasarkan Kelas Lereng Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kelompok Umur Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan Pendapatan Petani Peladang Berpindah Per Tahun Kecamatan Nanga Tayap Pendapatan Petani Peladang Berpindah Berdasarkan Luas Ladang Kecamatan Nanga Tayap Pendapatan Per Kapita Petani Peladang Berpindah Per Tahun Kontribusi Hasil Ladang dan Hasil di Luar Ladang Terhadap Pendapatan Kotor Petani Setiap Tahun Motivasi Ekonomi Petani Peladang Berpindah Tata Waktu Kegiatan Perladangan di Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung tahun Jumlah Anggota Keluarga Jenis-jenis Tanaman dan Luas Areal yang Dikelola Biaya Pegelolaan Perladangan Berpindah Pemanfaatan Hasil Jenis Pekerjaan Lainnya... 43

11 DAFTAR GAMBAR No. Halaman Teks 1. Persentase Kontribusi Pendapatan Hasil Ladang dan Luar Ladang Pembakaran Lahan Untuk Dijadikan Ladang Pondok Peristirahatan di Ladang Kegiatan Menugal Kegiatan Menanam Jenis Tanaman Padi di Ladang Paya Jenis Tanaman Padi di Ladang Natai Kegiatan Menyadap Karet... 32

12 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki multifungsi dan berperan penting dalam kehidupan manusia. Menurut Suhendang (2002), hutan memiliki fungsi lindung (konservasi), produksi dan sosial. Hutan berperan dalam memelihara tingkat kesuburan tanah, kualitas air segar serta pengendalian laju erosi tanah. Keberadaan hutan dan ekosistem yang ada didalamnya harus tetap dijaga kelestariannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pengelolaan hutan yang berkelanjutan sesuai dengan konsep hutan lestari. Pengelolaan hutan Indonesia dilaksanakan sejak tahun 70-an yang dikelola oleh BUMN (Perum Perhutani) dan pihak swasta yaitu Hak Pengusahaan Hutan (HPH) khususnya di luar Pulau Jawa, guna menghasilkan devisa untuk kegiatan pembangunan. Adanya kegiatan pengelolaan hutan yang berkelanjutan adalah untuk menjaga fungsi dan peran hutan. Selain itu, kegiatan pengelolaan hutan diharapkan dapat memberi manfaat bagi masyarakat sekitar hutan. Tersedianya aksesibilitas yang memadai sebagai salah satu manfaat yang mendukung kegiatan masyarakat sekitar hutan. Bagi masyarakat di sekitar hutan yang memiliki tradisi berladang dapat juga merasakan manfaat tersebut. Kegiatan ladang berpindah ini dilakukan di lahan bekas pengelolaan ataupun disekitar areal HPH. Kegiatan ladang berpindah yang dilakukan masyarakat guna memenuhi tuntutan kebutuhan hidup yang semakin bertambah dan meningkatnya jumlah penduduk. Seperti yang disebutkan di atas, aksesibilitas yang tinggi dari lokasi sekitar HPH yang sudah ditinggalkan merupakan salah satu alternatif untuk membuka ladang baru. Hal ini menjadi salah satu penyebab berkurangnya lahan yang tidak bervegetasi di kawasan hutan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui seberapa besar pendapatan petani perladangan berpindah. Perlu juga diketahui bagaimana kegiatan perladangan berpindah ini dapat mempengaruhi ekonomi, sosial dan budaya di kalangan petani perladangan berpindah.

13 B. Perumusan Masalah Ladang berpindah merupakan salah satu kegiatan mengelola lahan pertanian bahkan menjadi suatu keharusan bagi sebagian masyarakat sekitar hutan. Selama ini kegiatan ladang berpindah diyakini mampu menopang dan memenuhi kebutuhan keluarga petani ladang berpindah. Kegiatan ladang berpindah ini banyak dilakukan oleh masyarakat yang berada di sekitar areal HPH. Mereka memanfaatkan aksesibilitas yang dibangun oleh HPH untuk kegiatan perladangan ini. Perladangan berpindah ini merupakan pekerjaan pokok bagi petani peladang berpindah sekitar HPH. Sampai saat ini belum banyak kajian yang menjelaskan bagaimana kegiatan ladang berpindah ini mempengaruhi pendapatan petani ladang berpindah dan potret perladangan berpindah seperti apa yang merupakan tradisi budaya masyarakat sekitar hutan. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui tingkat pendapatan petani perladangan berpindah. 2. Mengetahui kontribusi pendapatan dari perladangan berpindah terhadap pendapatan petani. 3. Mengetahui potret perladangan berpindah.

14 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Hutan Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber plasma nutfah, sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam UUD 45, UU No. 5 tahun 1990, UU No 23 tahun 1997, UU No. 41 tahun 1999, PP No 28 tahun 1985 dan beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta beberapa keputusan Dirjen PHPA dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Namun gangguan terhadap sumberdaya hutan terus berlangsung bahkan intensitasnya makin meningkat. Dinas Kehutanan dan Perkebunan Propinsi Kalimantan Barat (1999) mangungkapkan bahwa pengertian hutan harus dapat dibedakan ke dalam pengertian kekayaan hutan, potensi hutan dan sumberdaya hutan. 1. Hutan sebagai kekayaan alam apabila eksistensi hutan tersebut belum diketahui potensinya, pemanfaatannya dan teknologi pemanfaatnnya. 2. Hutan merupakan suatu potensi apabila manfaatnya sudah diketahui, teknologi pemanfaatannya sudah tersedia namun potensi dasarnya belum ada atau belum diketahui. 3. Hutan merupakan sumberdaya apabila komponen komponen hayati maupun non hayati serta jasa terdapat yang di dalam hutan tersebut telah diketahui potensi, manfaat dan teknologi pemanfaatannya serta pasarnya telah tersedia. Departemen Kehutanan dan Perkebunan (1999) dalam Nurhidayati (2002) menyatakan bahwa hutan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan dunia. Oleh karena itu, keberadaan hutan sangat penting bagi kehidupan baik hutan sebagai hutan produksi, sebagai perlindungan sistem penyandang kehidupan, sebagai tempat pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya, sebagai tempat pemanfaatan

15 secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya atau sebagai tempat wisata alam. B. Pengertian Perladangan Berpindah Sebagian besar penduduk Indonesia 70% tinggal di pedesaan, sedangkan 30% di perkotaan. Bagi masyarakat pedesaan kehidupan mereka sangat ditentukan oleh sumberdaya alam yaitu lahan dan lingkungan itu sendiri. Lahan merupakan satu-satunya sumberdaya yang tersedia dan dapat diperoleh masyarakat sehingga sebagian besar masyarakat pedesaan tegantung pada pertanian dalam arti luas. Kegiatan pertanian yang ada sekitar hutan masih dalam taraf tradisional seperti perladangan berpindah, peramu hasil hutan. Perpaduan berbagai faktor seperti teknologi, budaya dan lain-lain yang ada pada masyarakat di sekitar hutan tersebut membawa masalah kemiskinan (Darusman dan Bahruni, 1995). Nair (1989) menjelaskan bahwa istilah perladangan berpindah mengacu pada sistem perladangan atau pertanian dengan kondisi lahan tanpa vegetasi alami, dengan tanaman pertanian untuk beberapa tahun dan kemudian dibiarkan sementara vegetasi alami setempat beregenerasi. Tahapan atau fase pengolahan biasanya pendek (2-3 tahun) namun fase regenerasi yang dikenal sebagai masa bera atau fase semak-semak jaraknya lebih panjang (10-20 tahun secara tradisional). Pembersihan selalu dilakukan dengan metode tebas dan bakar (slash and burn), menggunakan peralatan sederhana. Nair (1989) menjelaskan bahwa perladangan berpindah masih merupakan rangkaian sistem perladangan tradisional sepanjang areal yang luas dari daerah tropis dan sub tropis. Perkiraan luas areal sistem perladangan bermacam-macam. Salah satu estimasi yang masih digunakan (FAO, 1982) secara luas adalah bahwa luas areal bertambah mendekati ratarata 360 juta hektar atau 30% dari total lahan tereksploitasi di seluruh dunia, dan membantu lebih dari 250 juta orang. Crutzen dan Andreas (1990) memperkirakan bahwa perladangan berpindah dipraktekan oleh 200 juta orang pada areal seluas juta hektar pada daerah tropis.

16 Nair (1989) menjelaskan bahwa perladangan berpindah berperan untuk tujuan produksi dan pengolahan hasil pertanian sehari-hari, seperti padi, jagung, talas, kacang-kacangan dan lain-lain. Periode masa bera memberikan kontribusi untuk akumulasi dari elemen nutrien dalam produksi agrikultur. Dalam perladangan berpindah secara tradisional, masa bera itu sangat lama sehingga kesuburan tanah dapat diperbaiki secara efisien. Tetapi sekarang masa bera telah diperpendek, bahkan sudah ditinggalkan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk dan meningkatnya kebutuhan rumah tangga. Sebagai hasilnya, terjadi kemunduran kondisi tanah secara drastis dan berkurangnya hasil panen. Petani peladang berpindah melakukan aktivitas berladang dengan rotasi 5 tahun di lokasi yang mereka klaim sebagai hak ulayat, dapat mengkonversi lahan hutan menjadi lahan pertanian ladang dengan dasar hukum hak ulayat tersebut. Perladangan berpindah merupakan kegiatan membuka lahan (secara tradisional di areal berhutan) dengan menebang, membakar, menanam padi, jagung, sayuran dan sebagainya yang kemudian memanennya. Biasanya menanam hanya satu kali setahun atau maksimal tiga kali secara berulang ulang di lokasi yang sama. Pembukaan lahan dilakukan secara berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya dan dari tahun ke tahun dan adakalanya kembali ke lokasi tempat awalnya yang merupakan siklus berladang. Pembukaan lahan biasanya menggunakan areal berhutan atau kondisi pepohonan yang masih lebat untuk mendapatkan lapisan humus yang tebal (subur) pada dataran tinggi, perbukitan dan sebagainya (Nusa Hijau-WWF,2003). Utomo (1994) menyatakan bahwa pada masyarakat yang masih menganut sistem berladang berpindah, maka ciri utamanya ialah masyarakat belum mengenal hak milik tanah yang menetap. Dalam komunitas seperti itu penguasaan tanah bersifat sementara karena setelah beberapa musim kemudian lahan tersebut ditinggalkan dan setelah menghutan kembali mungkin saja digunakan oleh orang lain lagi dengan seijin sipemakai pertama. Tanah atau lahan dimiliki secara bersama-sama sebagai tanah adat. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan melakukan pertanian secara berladang berpindah yaitu dengan kegiatan penebangan (Juni-Juli),

17 pembakaran (Agustus) penanaman (Februari-Maret). Setelah itu berpindah lokasi dengan siklus kira-kira 5-15 tahun, tetapi apabila ladang pertama berasal dari hutan primer biasanya rotasi perladangan dapat terjadi kurang dari 5 tahun. Dari beberapa desa contoh, luas dan produktifitas ladang berpindah rata-rata adalah 1,12 ha dan 1,3 ton/ha/tahun. Hampir setiap rumahtangga yang ada memiliki tanah garapan. Kehidupan masyarakat sangat tergantung pada perladangan ini dan sebagian besar hasil ladang dikonsumsi sendiri (Nair, 1989). C. Dampak Kegiatan Perladangan Berpindah Perladangan berpindah merupakan upaya pertanian tradisional di kawasan hutan, pembukaan lahannya selalu dilakukan dengan cara pembakaran karena cepat, murah dan praktis. Namun pembukaan lahan untuk perladangan tersebut umumnya sangat terbatas dan terkendali. Kebakaran liar mungkin terjadi karena kegiatan perladangan hanya sebagai kamuflase dari penebang liar yang memanfaatkan jalan HPH dan berada di kawasan HPH (Dove,1988). Dinas Kehutanan Kalimantan Tengah (2001), dampak dari kegiatan perladangan berpindah yang paling banyak terjadi yaitu kebakaran hutan dan lahan. Beberapa kerugian yang dapat ditimbulkan dari kebakaran hutan adalah: 1. Penurunan nilai tegakan 2. Musnahnya kehidupan flora dan fauna 3. Rusaknya nilai estetika 4. Terganggunya tata air 5. Merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah 6. Perubahan iklim mikro maupun global 7. Munculnya dampak negatif terhadap lingkungan berupa kabut asap, yang imbasnya dapat menganggu kesehatan dan kegiatan transportasi. Nugraha (2005) menjelaskan bahwa dalam konteks kerusakan, terdapat dua faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan praktek pertanian ladang berpindah. Pertama, perkembangan demografi dan penyempitan lahan sebagai akibat pertambahan penduduk. Faktor tersebut telah mengakibatkan masa bera menjadi semakain menurun yang berdampak terhadap tingkat

18 kesuburan lahan. Jelas, hasil panen jauh berkurang. Kedua, faktor budaya tanam tinggal. Dengan semakin menurun tingkat kesuburan, maka pertanian ladang membutuhkan perawatan yang lebih intensif. Dengan budaya tanam tinggal mengakibatkan sistem perladangan semakin tidak ekonomis di tengah berkembangnya paham dan budaya masyarakat yang kian berorientasi pada aspek-aspek ekonomi. D. Pendapatan Usahatani Soekartawi (2002) menyatakan Bahwa pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya. Dalam banyak hal jumlah total penerimaan ini selalu lebih besar bila analisis ekonomi yang dipakai, dan selalu lebih kecil bila analisis finansial yang dipakai. Oleh karena itu, setiap kali melakukan analisis, perlu disebutkan analisis apa yang digunakan. Soekartawi (1986) menyatakan Bahwa pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produk total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Jangka waktu pembukuan umumnya setahun, dan mencakup semua produk yang: 1. Dijual. 2. Dikonsumsi rumahtangga petani. 3. Digunakan dalam usahatani untuk bibit atau makanan ternak. 4. Digunakan untuk pembayaran. 5. Disimpan atau ada di gudang pada akhir tahun. Menghindari perhitungan ganda, maka semua produk yang dihasilkan sebelum tahun pembukuan tetapi dijual atau digunakan pada saat tahun pembukuan, tidak dimasukkan dalam pendapatan kotor. Soekartawi (1986) menyatakan Bahwa dalam menaksir pendapatan kotor, semua komponen produk yang tidak dijual harus dinilai berdasarkan harga pasar. Tanaman dihitung dengan cara mengalikan produksi dengan harga pasar. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Soekartawi (1986) menyatakan Bahwa pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total

19 usahatani adalah pendapatan bersih usahatani (net farm income). Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. E. Pendapatan Per Kapita Pendapatan perkapita (per capita income) adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan per kapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi setiap penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan per kapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu negara pada tahun tersebut. Menurut Sajogyo, dkk (1991) penentuan kemiskinan absolut merupakan garis kemiskinan. Konsep-konsep garis kemiskinan untuk daerah pedesaan diantaranya: 1. Miskin : Pendapatan kg/kapita/tahun setara beras. 2. Miskin sekali : Pendapatan kg/kapita/tahun setara beras. 3. Paling Miskin : Pendapatan < 180 kg/kapita/tahun setara beras.

20 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat, tepatnya di lokasi yang telah dilakukan aktivitas kegiatan perladangan pada areal sekitar HPH PT. Suka Jaya Makmur. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan September sampai bulan Oktober B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa daftar pertanyaan (kuisioner), komputer dengan software Microsoft Excel, alat tulis, alat hitung dan kamera. Bahan yang digunakan berupa data dan informasi mengenai kegiatan peladang berpindah di sekitar HPH PT. Suka Jaya Makmur. C. Data dan Informasi yang Diperlukan Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa: 1. Karakteristik rumahtangga peladang meliputi nama, umur, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan dan mata pencaharian. 2. Data potensi ekonomi keluarga (kepemilikan modal) meliputi luas areal perladangan berpindah serta sarana dan prasarana yang dimiliki. 3. Pendapatan rumah tangga. 4. Kondisi demografi meliputi jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk serta sarana dan prasarana lingkungan. 5. Keadaan fisik lingkungan meliputi letak, keadaan tanah, topografi dan kelerengan lahan. 6. Kalender musiman atau hasil tanam. 7. Jenis tanaman yang digunakan oleh peladang. 8. Jarak tempuh dari tempat tinggal ke ladang. D. Pengumpulan Data Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara terstruktur menggunakan daftar pertanyaan maupun wawancara bebas terhadap pemilik ladang dan tokoh masyarakat, pengisian kuisioner dan observasi lapang. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur yang dilakukan dengan

21 mempelajari arsip-arsip yang ada di instansi yang terkait dengan kegiatan perladangan berpindah. E. Analisis Data Data yang telah terkumpul diolah menggunakan analisis sistem tabulasi. Analisis data untuk menghitung pendapatan rata-rata petani perladangan berpindah setiap tahunnya adalah sebagai berikut: 1. Pengeluaran (Rp/thn) merupakan pengeluaran dari kegiatan berladang dengan pengeluaran di luar hasil ladang (pengeluaran rumahtangga dan menyadap karet). 2. Pendapatan bersih petani (Rp/thn) didapat dari penjumlahan hasil dari ladang dan hasil di luar ladang dikurangi pengeluaran. 3. Pendapatan rata-rata petani pertahun merupakan selisih jumlah total pendapatan bersih petani dengan jumlah seluruh responden. Analisis data untuk menghitung rata-rata pendapatan petani perladangan berpindah berdasarkan luas setiap tahunnya adalah sebagai berikut: 1. Pengeluaran (Rp/thn) merupakan pengeluaran dari kegiatan berladang mulai dari kegiatan menebas sampai memanen. 2. Pendapatan bersih hasil ladang (Rp/ha/thn) berdasarkan luas didapat dari selisih pendapatan hasil ladang setelah dikurangi pengeluaran dengan luasan lahan ladang. 3. Pendapatan rata-rata petani berdasarkan luas merupakan selisih jumlah total pendapatan bersih petani jumlah seluruh responden. Kontribusi pendapatan petani ladang berpindah dari hasil ladang adalah besarnya persentase selisih antara pendapatan petani dari hasil ladang terhadap pendapatan kotor petani setiap tahunnya sedangkan kontribusi pendapatan petani ladang berpindah dari hasil di luar ladang adalah besarnya persentase selisih antara pendapatan petani dari hasil di luar ladang terhadap pendapatan kotor petani setiap tahunnya.

22 IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung, Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Tepatnya di lokasi yang telah dilakukan perladangan di sekitar HPH PT. Suka Jaya Makmur. A. Letak dan Luas Areal Secara geografis, Kecamatan Nanga Tayap terletak di antara Garis Lintang 1 o 12"24 LS - 1 o 38"00 LS dan Garis Bujur 110 o 15' 24" BT o 52' 00 " BT dengan keluasan Kecamatan Nanga Tayap 1.728,1 ha dari 9 desa dan 49 dusun. Batas wilayah Kecamatan Nanga Tayap: Utara : Sandai Selatan : Tumbang Titi Timur : Kalimantan Tengah Barat : Matan Hilir Dalam Rencana Kerja Pengusahaan Hutan (RKPH) PT. Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan No. 106/KPTS-II/2000 tanggal 29 Desember Luas areal berdasarkan SK Menhut No 106/Kpts-II/2000 adalah seluas ha, dimana luas Hutan Produksi Terbatas seluas ha dan Hutan Produksi Tetap seluas ha. Menurut pembagian wilayah Administrasi Pemerintahan, areal PT. Suka Jaya Makmur meliputi Kecamatan Tumbang Titi, Nanga Tayap, Sandai, Matan Hilir Selatan dan Sokan, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Sintang, Propinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan pembagian Administrasi Kehutanan, areal Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) PT. Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Ketapang dan Sintang Selatan, Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Barat. Secara geografis, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur merupakan areal kompak yang terletak di antara 110 o 20 BT o 20 BT dan 01 o 20 LS 01 o 55 LS. Batas areal PT. Suka Jaya Makmur :

23 Utara : IUPHHK PT. Duaja II dan PT. Wanasokan Hasillindo. Timur : Hutan Lindung dan Hutan Negara Selatan : IUPHHK PT. Wanakayu Batuputih dan Hutan Negara Barat : HPT PT. Triekasari, PT. Kawedar dan Hutan Negara B. Topografi Topografi areal Nanga Tayap datar, landai hingga sangat curam dengan persentase kemiringan lapangan seperti pada Tabel 1. Dan topografi areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur umumnya bergelombang, datar dan landai hingga agak curam dengan persentase kemiringan lapangan seperti pada Tabel 2. Areal tersebut memiliki ketinggian minimum 300 m dpl dan maksimum 700 m dpl. Tabel 1. Luas Areal Kecamatan Nanga Tayap Berdasarkan Kelas Lereng Klasifikasi Kelerengan (%) Luas (ha) Persentase (%) (1) (2) (3) (4) Datar ,816 14,36 Landai ,347 54,60 Curam ,750 5,06 Sangat Curam >40 44,897 25,98 Jumlah 172, ,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Ketapang 2003 Tabel 2. Luas Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Berdasarkan Kelas Lereng Klasifikasi Kelerengan (%) Luas (ha) Persentase (%) (1) (2) (3) (4) Datar ,433 7,84 Landai ,794 25,56 Agak Curam ,766 63,48 Curam ,861 1,67 Sangat Curam >40 2,486 1,45 Jumlah 171, ,00 Sumber : Rencana Kerja Pengusahaan Hutan Tahun 2004 C. Jenis Tanah dan Iklim Menurut peta tanah Propinsi Dati I Kalimantan Barat, jenis tanah yang terdapat di sekitar areal pengusahaan hutan PT. Suka Jaya Makmur hampir seluruhnya terdiri atas jenis tanah Podsolik Merah Kuning. Sebagian besar

24 jenis tanah di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur adalah Podsolik Merah Kuning (PMK), Latosol, Litosol dengan batuan induknya adalah batuan sedimen, batuan beku dan batuan metamorf. Menurut klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson 1951, kondisi iklim di wilayah Nanga Tayap dan areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk tipe iklim A, dengan nilai Q = 0,4. Curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara mm/tahun. Bulan-bulan basah curah hujan >100 mm/bulan yang merupakan musim penghujan terjadi hampir sepanjang tahun sedangkan bulan kering curah hujan < 60 mm/bulan. Suhu udara rata-rata tahunan berkisar antara 26 o C - 28 o C, kelembaban udara rata-rata 85% - 95%. D. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Hutan Desa-desa yang terdapat di sekitar IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur secara administratif meliputi: Desa Beginci, Kecamatan Sandai; Desa Kayung Sekayu, Kecamatan Nanga Tayap. Wilayah Kabupaten Ketapang terdiri dari 2 desa dan 7 dusun yaitu dengan jumlah 916 KK dan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari laki-laki jiwa (53%) dan perempuan jiwa (47%). Penduduk desa yang berada di Kecamatan Nanga Tayap dan sekitar IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur hampir seluruhnya merupakan Etnis Dayak dan sisanya merupakan Suku Melayu, Cina dan Jawa. Etnis dayak yang berdomisili asli di desa-desa di wilayah Kabupaten Ketapang adalah Dayak Beginci dan Dayak Kayung. Tingkat pendapatan penduduk mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat pendidikan meskipun hal tersebut tidaklah mutlak. Keberadaan fasilitas sekolah di desa akan memudahkan penduduk desa tersebut untuk memperoleh pendidikan formal. Semakin tinggi fasilitas pendidikan yang ada di desa akan memberikan kecenderungan yang lebih baik pada tingkat pendidikan penduduk desa tersebut. Desa-desa yang berada di wilayah Kabupaten Ketapang memiliki angka tingkat pendidikan yang lebih tinggi yaitu 69,31%. Selain itu angka yang tidak selesai atau belum mengenyam

25 pendidikan formal adalah 30,69%. Rendahya tingkat pendidikan dimungkinkan oleh beberapa sebab seperti : 1. Aksesibilitas dan motivasi penduduk desa untuk bersekolah masih rendah. 2. Rendahnya tingkat pendapatan penduduk desa. 3. Keadaan atau kondisi lingkungan dan cara atau metode belajar. 4. Fasilitas (sarana dan prasarana) pendidikan yang kurang memadai. Pada kenyataannya motivasi penduduk desa yang berada di Kecamatan Nanga Tayap dalam memberikan pendidikan anaknya relatif cukup tinggi, namun kendala yang dihadapi adalah ketidakmampuan untuk membiayai anaknya sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Menanggulangi kesulitan penduduk desa tersebut IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur telah memberikan beasiswa dari tingkat SD sampai dengan perguruan tinggi serta pendirian sekolah menengah pertama yang menginduk ke SMP Kemala Bhayangkari guna menampung lulusan siswa sekolah dasar, sedikit banyaknya telah membantu anak-anak desa dalam mencapai cita-citanya. Pada umumnya sarana dan prasarana di setiap desa terdiri dari Sarana pendidikan mulai dari tingkat TK sebanyak 1 unit, SD sebanyak 7 unit, SLTP sebanyak 1 unit sedangkan untuk SMU ada di Ketapang. Sarana kesehatan terdiri dari puskesmas pembantu sebanyak 1 unit, posyandu sebanyak 7 buah, polindes 2 buah, klinik 1 buah sedangkan untuk sarana ibadah Gereja/Kapel untuk Katolik 6 buah, untuk Protestan 3 buah, Surau/mesjid 1 buah, dan untuk pertemuan antara penduduk terdapat rumah adat/balai pertemuan 7 buah. Mata pencaharian penduduk Nanga Tayap pada umumnya mayoritas adalah petani tradisional yang lebih dikenal sebagai peladang berpindah, sisanya bekerja di bidang lain sebagai karyawan, guru dan pedagang. Selain berladang sebagian penduduk desa juga mempunyai aktifitas di kebun karet, sawah dan mengumpulkan biji Tengkawang pada musim buah. Rata-rata kepemilikan lahan di wilayah Kabupaten Ketapang seperti kebun Karet 1,28 ha/kk, areal perladangan 1,24 ha/kk dan sawah 0,7 ha/kk.

26 Penduduk yang berada di Nanga Tayap dan sekitar IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur mempunyai kesempatan untuk menjadi karyawan PT. Suka Jaya Makmur baik sebagai operasional di lapangan maupun tenaga administrasi sesuai dengan spesifikasi dan kriteria yang dibutuhkan pihak perusahaan serta kemampuan dari penduduk desa untuk memenuhi persyaratan yang diminta. Selain itu peluang berusaha penduduk sekitar IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur cukup besar di dalam pemenuhan bahan makanan terutama sayur-sayuran dan buah-buahan untuk keperluan karyawan camp yang selama ini sebagian besar dipasok langsung dari Kabupaten Ketapang. E. Aksesibilitas Kecamatan Nanga Tayap memiliki tingkat aksesibilitas yang tinggi. Areal tersebut dapat dilalui dua macam rute, yaitu : 1. Jalan darat yang melalui ruas jalan Ketapang - Sinduk (60 km). Sinduk Desa Sei Kelly (61 km), dan Desa Sei Kelly Kecamatan Nanga Tayap (24 km). Sebagian besar keadaan jalan darat tersebut dapat dilalui kendaraan pada musim kemarau. 2. Jalan air melalui Sungai Pawan antara Ketapang Sei Kelly di Desa Sei Kelly (± 3 jam) dengan speed boat dan jalan darat antara Sei Kelly Nanga Tayap (24 km). Daerah Ketapang memiliki Lapangan Udara Rahardi Oesman yang menghubungkan daerah Ketapang dengan Pontianak, Jakarta dan Semarang. Jenis pesawat yang dipakai seperti Twin Otter. Hubungan antara Ketapang dengan Pontianak dilaksanakan oleh perusahaan penerbangan Deraya dan Dirgantara Air Sevice (DAS) dengan frekuensi penerbangan dua kali sehari dalam seminggu, sedangkan dari Jakarta dan Semarang, hubungan udara tersebut hanya dilayani oleh Merpati Nusantara Airways (MNA) dengan frekuensi tiga kali seminggu. Pelabuhan laut yang terdapat di Ketapang dapat dikunjungi jenis kapal untuk pelayaran samudera, nusantara, lokal, rakyat dan khusus.

27 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Perladangan berpindah (swidden cultivation) merupakan cara pertanian yang tertua dan banyak dijumpai di daerah tropika. Sistem perladangan bergilir (gilir balik) sering dikenal dengan metode 6 M, yakni menebas, menebang, membakar, menugal, merumput, menuai (Nugraha, 2005). Coklin (1957) dalam Nugraha (2005) menyatakan bahwa perladangan adalah sistem pertanian yang sifatnya tidak berkesinambungan. Lahan ladang yang yang sudah tidak subur setelah ditanami 1-2 tahun akan diistirahatkan (fallow). Sambil menunggu suksesi secara alami dengan terbentuknya hutan sekunder berupa padang rumput dan pohon liar, maka peladang pindah ke lahan lain. Mereka akan kembali ke lahan awal, jika lahan yang ditinggalkan telah cukup mengalami masa bera sekitar 5 tahun. Perladangan berpindah yang berada di lokasi penelitian berada di wilayah hutan milik masyarakat. Lahan yang dijadikan sebagai ladang berasal dari hutan utuh dan hutan belukar. Jarak tempuh dari rumah petani ke ladang sekitar 3 km - 10 km mereka menempuhnya dengan jalan kaki dan menggunakan motor. Petani akan memilih jarak lahan ladang dengan tempat tinggal yang relatif dekat dan mudah ditempuh. Jarak yang dekat dan akses yang mudah berarti peladang tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan lain di rumah. Setiap petani ladang berpindah memiliki luas ladang sekitar 0,8 ha-1,5 ha. A. Karakteristik Responden Jumlah responden yang terpilih dalam penelitian ini sebanyak 30 orang kepala keluarga. Dengan tingkat umur responden berkisar antara 20 sampai 60 tahun ke atas.

28 Tabel 3. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kelompok Umur Kelompok Umur Jumlah (orang) Persentase (%) (1) (2) (3) , , , ,67 > ,33 Jumlah ,00 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian Tingkat pendidikan responden tergolong sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari banyaknya responden dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sebanyak 23 orang sedangkan tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 4 orang. Dan terdapat pula yang tidak mengenyam dunia pendidikan sebanyak 3 orang. Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) (1) (2) (3) Tidak Sekolah 3 10,00 SD 23 76,67 SLTP 4 13,33 Jumlah ,00 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian Dari seluruh jumlah responden mereka menganut agama Kristen Katolik dan Kristen Protestan dengan persentase Katolik 63,33% dan Protestan 36,67%. Untuk suku bangsanya hampir seluruhnya bersuku bangsa Dayak Kayung dengan persentase 96,67% dan 3,33% Dayak Kalimantan Tengah. Pekerjaan utama responden adalah berladang dan pekerjaan sampingan yang mereka lakukan yaitu berburu hewan dan menyadap getah karet serta ada pula yang membuat kerajinan dari rotan maupun bambu. Pekerjaan sampingan petani ladang berpindah dilakukan selama menunggu hasil dari ladang para petani.

29 B. Pendapatan Petani Ladang Berpindah Sumber pendapatan petani di Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung di dapat dari hasil ladang berpindah dan hasil dari luar ladang (berburu dan menyadap karet). Setiap petani ladang memiliki luas ladang antara 0,8 1,5 ha. Di setiap lahan ladangnya mereka menanam tanaman pokok seperti padi dan jagung serta ada pula sayuran. Hasil dari ladang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Petani peladang berpindah tidak hanya mengandalkan hidupnya dari hasil berladang karena pendapatan dari hasil ladang tidak bisa mencukupi untuk kehidupan rumahtangga mereka per bulannya. Maka, untuk menutupi kebutuhan rumah tangga petani peladang berpindah melakukan penyadapan karet sebagai hasil di luar ladang. Petani peladang berpindah ini melakukan kegiatan berladang ini karena tradisi yang sudah menjadi adat istiadat masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung bagi setiap anggota keluarga. Hal ini dilakukan karena sudah merupakan adat istiadat dimana dalam kegiatan berladang ini didukung oleh sistem sosial budaya masyarakat yang relatif kuat, sehingga sampai sekarang sebagian kegiatan ladang berpindah sarat akan makna sosial, budaya dan religiusitas masih dipraktekkan oleh para peladang. Masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung melaksanakan praktek perladangan berpindah disebabkan oleh 2 faktor, yaitu (1) faktor ekonomi dan (2) faktor budaya. Faktor ekonomi adalah semua kegiatan perladangan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga petani, sedangkan faktor budaya merupakan kegiatan perladangan merupakan salah satu bentuk pembelajaran budaya yang diperoleh dari nenek moyang leluhurnya dan diyakini paling sesuai dengan kondisi ekosistem wilayah Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung. Kegiatan pembukaan ladang ini dilakukan secara tolong menolong. Dalam kegiatan pembukaan ladang ini terdapat orang, mereka melaksanakan kegiatan ini dalam waktu satu hari. Setiap petani yang membuka ladang harus menyediakan makanan dalam kegiatan ini sebesar Rp Rp ,-. Pendapatan petani perladangan berpindah per tahun Kecamatan Nanga Tayap dapat dilihat pada Tabel 5. Setiap tahunnya petani peladang berpindah memiliki rata-rata dari pendapatan hasil ladang sebesar Rp

30 /tahun, rata-rata dari pendapatan di luar hasil ladang sebesar Rp /tahun, rata-rata pengeluaran dari rumahtangga dan kegiatan berladang yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp /tahun dan untuk rata-rata pendapatan bersih petani setiap tahunnya sebesar Rp /tahun. Tabel 5. Pendapatan Petani Peladang Berpindah Per Tahun Kecamatan Nanga Tayap No Responden (1) Pendapatan Hasil Ladang (Rp/thn) Pendapatan di Luar Hasil Ladang (Rp/thn) Pengeluaran (Rp/thn) Pendapatan Bersih Petani (Rp/thn) (2) (2) (3) (4) Jumlah Rata-rata Sumber : Data Primer Hasil Penelitian Pengeluaran petani hanya dari kegiatan berladang setiap tahunnya sebesar Rp /tahun dan pendapatan bersih rata-rata petani dari hasil

31 ladang berdasarkan luas ladang yang diolah sebesar Rp /tahun dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pendapatan Petani Peladang Berpindah Berdasarkan Luas Ladang Kecamatan Nanga Tayap No Responden (1) Pendapatan Hasil Ladang (Rp/thn) Luas (ha) Pengeluaran(Rp/thn) Pendapatan Bersih Hasil Ladang (Rp/ha/thn) (2) (3) (4) (5) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , Jumlah Rata-rata Sumber : Data Primer Hasil Penelitian Sajogyo menyatakan bahwa untuk mengukur pendapatan per kapita dapat menggunakan ukuran ekivalen beras kurang dari 240 kg dikategorikan miskin sekali dan 320 kg dikategorikan miskin. Seseorang yang berada di

32 bawah garis kemiskinan tersebut diklasifikasikan sebagai penduduk miskin atau rumah tangga miskin. Pendapatan per kapita di Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung dapat dilihat pada Tabel 7. Masyarakat miskin sekali berkisar antara 213,84-232,50 kg/kapita/tahun dengan persentase 10%, sedangkan untuk masyarakat miskin berkisar antara 245,50-317,86 kg/kapita/tahun dengan persentase 20% dan 70% masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung termasuk rumahtangga sejahtera dengan konsumsi beras berkisar antara 360,66-594,69 kg/kapita/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa di Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung termasuk golongan masyarakat Sejahtera.

33 Tabel 7. Pendapatan Per Kapita Petani Peladang Berpindah Per Tahun No Responden Pendapatan dari Hasil Ladang (Rp/thn) Pendapatan di Luar Hasil Ladang (Rp/thn) Pendapatan Kotor Petani (Rp/thn) Luas (ha) Jumlah Anggoa Keluarga (org) Pendapatan perkapita (Rp) Konversi dengan harga beras (Kg/kapita/tahun) (1) (2) (3) (4) , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,83 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian (5) (6) (7) (8) C. Kontribusi Pendapatan Perladangan Berpindah Kontribusi dari hasil berladang terhadap pendapatan kotor petani setiap tahunnya berkisar antara 24,804% - 62,785%, sedangkan kontribusi hasil diluar ladang terhadap pendapatan kotor petani setiap tahunnya berkisar antara 37,215% - 75,196%. Rata-rata kontribusi dari hasil ladang terhadap pendapatan kotor setiap tahunnya sebesar 40,401% dan rata-rata kontribusi untuk hasil di luar ladang sebesar 59,599% dapat dilihat pada Tabel 8.

34 Tabel 8. Kontribusi Hasil Ladang dan Hasil diluar Ladang Terhadap Pendapatan Kotor Petani Setiap Tahun No Responden (1) Pendapatan dari Hasil Ladang (Rp/thn) Pendapatan di Luar Hasil Ladang (Rp/thn) Pendapatan Kotor Petani (Rp/thn) Kontribusi Hasil Ladang terhadap pendapatan kotor (%) Kontribusi Hasil diluar Ladang terhadap pendapatan kotor (%) (2) (3) (4) (5) (6) ,323 67, ,865 62, ,449 59, ,199 57, ,303 68, ,804 75, ,785 37, ,788 57, ,698 40, ,205 63, ,554 56, ,099 62, ,787 64, ,579 59, ,172 64, ,319 61, ,497 66, ,576 54, ,688 61, ,734 58, ,987 52, ,987 66, ,815 58, ,811 66, ,603 64, ,106 58, ,410 54, ,625 58, ,268 66, ,248 59,752 Jumlah Kontribusi Hasil Ladang dan Luar Ladang 1195, ,717 Rata-rata Kontribusi Hasil Ladang dan Luar Ladang 40,259 59,741 Sumber : Data Primer Hasil Penelitian

35 41% 59% Hasil ladang Hasil luar ladang Gambar 1. Persentase kontribusi pendapatan hasil ladang dan luar ladang Dari Gambar 1 dapat dilihat besar kontribusi pendapatan hasil ladang sebesar 41% dan hasil di luar ladang sebesar 59%. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan masyarakat peladang berpindah dari hasil di luar ladang lebih besar dari hasil ladang sebagai kegiatan pokok masyarakat petani. D. Potret Perladangan Kecamatan Nanga Tayap 1. Pemanfaatan Hasil Ladang Di setiap lokasi penelitian orientasi produk dan pemanfaatan hasil dari ladang berbeda-beda. Hasil yang didapat dari ladang hanya untuk dikonsumsi oleh sendiri dan jarang untuk dijual. Pohon yang mereka tebang di lokasi ladang mereka gunakan untuk membuat pondok peristirahatan, jarang dijual dan untuk kayu bakar mereka gunakan untuk memasak di pondokan ladang. Kayu bakar ini jarang mereka bawa ke rumah, hal ini dikarenakan jarak tempuh yang jauh antara rumah petani dengan ladang. Hasil getah karet mereka akan jual ke tengkulak-tengkulak dengan harga Rp 4.000/kg dan buah-buahan (durian, rambutan, jambu, lengkeng hutan, dukuh dan lain-lain) mereka jual sendiri ke rumah-rumah penduduk. Dari tiga lokasi penelitian (Dusun Batubulan, Tanjung Asam dan Betenung) hasil yang dapat dimanfaatkan diantaranya buah, daun, kayu, dan getah karet. 2. Motivasi Ekonomi Perladangan Berpindah Menurut Effendi (1984) dalam Gumilar (2004) menyatakan bahwa motivasi ekonomi merupakan suatu kondisi, kekuatan atau dorongan yang menggerakkan organisasi atau individu untuk mencapai tujuan dari tingkat tertentu. Motivasi ekonomi berkaitan erat dengan hasil-hasil panen

36 yang diperoleh dimana dengan dorongan motivasi ini membuat responden berusaha keras untuk mengelola lahannya dengan baik supaya dapat memperoleh hasil panen yang melimpah dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Motivasi ekonomi petani dalam melakukan kegiatan perladangan berpindah dilakukan untuk membuka lahan hutan guna menanam padi dan tanaman pangan lainnya, responden yang menyatakan setuju sebanyak 70% dan sangat setuju sebanyak 30%. Kegiatan perladangan berpindah di areal kawasan hutan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup, responden yang menyatakan setuju sebanyak 80% dan sangat setuju 20%. Semua responden 100% menyatakan tidak setuju apabila hasil yang diperoleh dari perladangan berpindah untuk memenuhi permintaan pasar. Perladangan berpindah merupakan suatu pekerjaan utama petani, responden yang menyatakan setuju sebanyak 76,67% dan sangat setuju 23,33%. Kegiatan berladang memberikan keuntungan yang besar dibandingkan dengan pekerjaan lain (berburu, menyadap, karet), semua responden 100% tidak setuju. Perladangan berpindah merupakan modal hidup yang menyediakan tanaman pangan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, responden menyatakan setuju sebanyak 83,33% dan sangat setuju 16,67%. Dari kegiatan membuka ladang dapat menyediakan kayu bakar sebagai sumber energi untuk kebutuhan seharihari, responden yang menyatakan setuju sebanyak 93,33% dan sangat setuju 6,67%.

37 Tabel 9. Motivasi Ekonomi Petani Peladang Berpindah No Jenis Pertanyaan Ekonomi Kegiatan dari perladangan berpindah dilakukan untuk 1 membuka lahan hutan guna menanam padi dan tanaman pangan lainnya. Kegiatan perladangan berpindah di areal kawasan 2 hutan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hasil dari perladangan berpindah dilakukan untuk 3 memenuhi permintaan pasar. Apakah kegiatan perladangan berpindah merupakan 4 suatu kegiatan utama. Apakah perladangan berpindah memberikan kuntungan 5 yang besar dibandingkan dengan pekerjaan lain (berburu, menyadap karet). Perladangan berpindah merupakan modal hidup yang 6 menyediakan tanaman pangan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dari kegiatan membuka ladang dapat menyediakan 7 kayu bakar sebagai sumber energi untuk kebutuhan sehari-hari Sumber : Data Primer Hasil Penelitian Distribusi jawaban responden Tidak setuju Setuju Sangat setuju n % n % n % , , , , ,33 2 6,67 Dalam kegiatan perladangan berpindah perusahaan harus ikut andil dalam memberikan pengetahuan mengenai cara pembakaran yang baik supaya tidak melebar sampai ke lahan lain, pengetahuan mengenai aspek-aspek konservasi serta jenis-jenis tanaman yang bermutu tinggi sehingga memberikan hasil panen yang baik. Perladangan berpindah ini sudah menjadi keharusan bagi petani untuk menutupi pengeluaran mereka setiap tahunnya. 3. Tata Cara Perladangan Kecamatan Nanga Tayap yang terletak di lembah bukit berhutan mempunyai keterkaitan yang kuat dengan sistem perladangan berpindah. Melalui sistem ini masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung terbukti mampu mengarungi perjalanan hidup dan membangun sistem sosial ekonomi budaya yang kokoh. Aktifitas perladangan berpindah yang sarat dengan muatan nilai ekonomi, sosial, budaya, dan religi masih dipraktekkan dalam aktifitas perladangan masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung. Hal ini tercermin dari beragam aktifitas perladangan berpindah mulai dari tata cara perladangan, pembuatan pondok, tata waktu berladang, rotasi perladangan dan sistem kepercayaan perladangan.

38 Aktifitas perladangan di Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung layaknya perladangan di wilayah lain. Menurut Nugraha (2005) tata cara dalam kegiatan perladangan berpindah diantaranya: memilih lokasi, menebas, membakar, membuat pondok, menugal-menanam, merumput, dan memanen Memilih Lokasi (Nyari) Seorang peladang yang akan memilih lokasi haruslah berkonsultasi dengan tetanggga atau kerabatnya. Mereka menginformasikan masing-masing lokasi yang akan diladangi pada tahun ini. Tujuan musyawarah ini agar tidak salah memilih lokasi ladang yang telah dimiliki oleh petani yang lain sebelumnya dan tidak terjadi lahan ladang yang masa beranya belum lama. Idealnya sebuah lahan dapat diladangi adalah waktu bera 5-10 tahun dengan ketebalan humus 5 cm. Dalam menentukan lahan yang akan dijadikan ladang masyarakat Dusun Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung memiliki beberapa pertimbangan yaitu: 1. Pertimbangan masa bera lahan, yaitu lahan yang melewati masa bera yang cukup lama akan memiliki tingkat kesuburan tanah yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan lahan masa bera pendek, sehingga akan berpengaruh terhadap hasil panen yang akan diperoleh. 2. Pertimbangan jarak, yaitu peladang akan memilih jarak lahan ladang dengan tempat tinggal yang relatif dekat dan mudah ditempuh. Jarak yang dekat dan akses yang mudah berarti peladang tidak perlu menghabiskan banyak waktu dan tenaga, sehingga bisa dimanfaatkan untuk pekerjaan lain di rumah. 3. Pertimbangan jumlah tenaga kerja yang ada dalam keluarga. Bagi keluarga yang memiliki anggota rumah tangga banyak dapat membantu pekerjaan ladang, maka mereka akan memilih lahan yang memiliki kualitas lahan yang baik dengan ukuran besar. 4. Pertimbangan intensitas pekerjaan rumah dan sekitar rumah. Adanya aktifitas bersawah pada sebagian masyarakat Dusun

39 Batubulan, Tanjung Asam, dan Betenung, turut pula menentukan letak lokasi ladang Menebas (Nuimo) Nuimo atau menebas adalah aktifitas pemotongan tumbuhan bawah atau tanaman yang berdiameter kecil yang membentuk belukar di bawah pohon-pohon besar. Alat yang digunakan dalam pekerjaan menebas adalah parang. Tujuan utama menebas, yaitu (1) mematikan tumbuh-tumbuhan agar kering dan dapat dibakar dengan mudah apabila tiba saatnya membakar ladang, dan (2) mempersiapkan tempat yang terbuka dan bebas dari semak belukar, sehingga peladang bisa bekerja menebang pohon-pohon besar dengan aman Menebang (Nong) Setelah nuimo selesai dikerjakan, maka mereka akan melaksanakan tahapan kegiatan nong atau menebang. Proses penebangan dilakukan pada bulan Juni dan Juli Membakar (Nutung) Tujuan pembakaran pasca penebangan lahan secara umum adalah: (1) mengubah tumbuh-tumbuhan yang telah ditebas dan ditebang menjadi abu, sehingga akan mudah diserap oleh akar-akar tanaman ladang, (2) mematikan tumbuhan hidup yang masih ada di ladang, termasuk pohon-pohon yang sulit ditebang pada tahap nong, dan (3) mencegah tumbuhnya pohon-pohon baru, sehingga akan menghilangkan persaingan bagi tanaman padi ladang untuk mendapatkan sinar matahari, embun, dan zat besi. Keberhasilan proses pembakaran lahan ladang setidaknya dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu (1) jenis hutan, (2) pengaruh kelembaban, (3) pengaruh angin, (4) pengaruh sinar matahari, dan (5) keterampilan manusia. Gambar lahan ladang yang baru di bakar dapat dilihat pada Gambar 2.

40 Gambar 2. Pembakaran Lahan untuk dijadikan Ladang 2.5. Membuat Pondok Pembuatan pondok merupakan salah satu tahapan penting dalam tata cara perladangan masyarakat. Pondok ladang digunakan oleh para peladang untuk istirahat, menyimpan peralatan, memasak, dan memelihara hewan ternak. Ruangan pondok ladang terbagi dalam 4 ruangan, yaitu ruangan tengah untuk ruang makan, satu ruang untuk memasak, satu ruang untuk tidur istirahat, dan satu ruang untuk menyimpan barang-barang peralatan. Gambar 3. Pondok Peristirahatan di Ladang 2.6. Menugal dan Menanam (Nubuja dan Nanam) Kegiatan manugal dan menanam dilaksanakan setelah satu atau dua minggu masa pembakaran selesai. Tepatnya dilakukan

41 pada awal musim hujan, karena sistem pengairan perladangan berpindah sangat bargantung pada air hujan (sistem pengairan tadah hujan). Kegiatan ini dilakukan secara bersama-sama pada bulan Agustus-September oleh semua masyarakat yang berladang. Pada waktu tugal tanam berjumlah antara orang tergantung besar kecilnya lahan. Gambar kegiatan menugal dan menanam dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5. Gambar 4. Kegiatan Menugal Gambar 5. Kegiatan Menanam Jenis tanaman yang ditanam di ladang komoditi utamanya adalah padi dan jagung serta terdapat juga singkong, umbi-umbian, palawija dan sayuran (sawi, kangkung, cabe, kencur, kunyit, bayam, labu, timun, gambas). Padi ditanam di dua tempat yaitu di sawah yang dialiri oleh air dari sungai atau air hujan (tadah hujan) dan juga

42 ditanam diladang. Sistem ladang ini disebut ladang Paya (lembab dan terdapat air) dan ladang Natai (tempat kering). Gambar sistem ladang Paya yang ditanami tanaman padi dapat dilihat pada Gambar 6 dan ladang Natai yang ditanami tanaman padi dan jagung (tumpang sari) Gambar 7. Gambar 6. Jenis Tanaman Padi di Ladang Paya Gambar 7. Jenis Tanaman Padi di Ladang Natai Selain itu juga terdapat pula buah-buahan (durian, rambutan, jambu, lengkeng hutan, dukuh dan lain-lain), kopi dan karet akan tetapi di lahan yang berbeda. Lahan yang ditanami buah-buahan, kopi dan karet adalah lahan yang dulunya dipakai sebagai lahan untuk berladang dan mereka tinggalkan apabila lahan tersebut

43 sudah tidak produktif lagi untuk kegiatan berladang baru ditanami oleh tanaman keras seperti buah-buahan, kopi dan karet. Hal ini dilakukan sebagai tanda bahwa lahan tersebut sudah ada yang memilikinya, sehingga lahan ini tidak boleh digunakan tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari petani yang pertama kali mengelola lahan sebelumnya. Kegiatan menyadap karet dilakukan pada waktu menunggu masa panen dari ladang dan pada saat penyiapan lahan untuk pembukaan ladang biasanya dilakukan oleh perempuan karena pada waktu penyiapan lahan untuk pembukaan lahan ladang lakilaki bekerja di ladang untuk menebas dan menebang pohon. Kegiatan menyadap karet sering dilakukan pada setiap musim panas. Pada musim kemarau hari efektif untuk menyadap karet adalah 3 bulan biasanya dalam satu bulannya hanya menyadap hari, sedangkan pada waktu musim hujan, hari efektif untuk menyadap karet adalah 2 bulan setiap bulannya mereka hanya menyadap 5-10 hari saja. Gambar 8. Kegiatan Menyadap Karet 2.7. Merumput (Nguru) Merumput merupakan satu tahap dalam pemeliharaan ladang. Pemeliharaan ladang meliputi penyiangan rumput dan pemberantasan hama penyakit. Penyiangan rumput dilakukan pada bulan ketiga dari penanaman. Pekerjaan merumput ialah kegiatan mencabut tanaman pengganggu yang tumbuh di sela-sela padi

BAB IV. 4.1 Letak PT. Luas areal. areal kerja PT. PT Suka Jaya. areal Ijin Usaha. Kabupaten

BAB IV. 4.1 Letak PT. Luas areal. areal kerja PT. PT Suka Jaya. areal Ijin Usaha. Kabupaten BAB IV KODISI UMUM LOKASI PEELITIA 4.1 Letak dan Luas Areal PT Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabungg dalam kelompok Alas Kusuma Group dengan ijin usaha berdasarkan Surat

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 22 BAB IV KODISI UMUM LOKASI PEELITIA 4.1 Letak dan Luas Areal PT Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan IUPHHK

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Areal PT. Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Areal PT. Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan IUPHHK

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe vegetasi hutan tertua yang menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah hujan sekitar 2000-4000

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pemanfaatan Hutan PT. Mamberamo Alasmandiri merupakan perusahaan PMDN yang tergabung dalam KODECO GROUP. Didirikan pada tanggal 5 Desember tahun 1991 dengan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal memiliki potensi sumberdaya alam yang tinggi dan hal itu telah diakui oleh negara-negara lain di dunia, terutama tentang potensi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebakaran hutan dan lahan di Indonesia terjadi setiap tahun dan cenderung meningkat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir. Peningkatan kebakaran hutan dan lahan terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan lindung sebagai kawasan yang mempunyai manfaat untuk mengatur tata air, pengendalian iklim mikro, habitat kehidupan liar, sumber plasma nutfah serta fungsi

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pemanfaatan Hutan Areal konsesi hutan PT. Salaki Summa Sejahtera merupakan areal bekas tebangan dari PT. Tjirebon Agung yang berdasarkan SK IUPHHK Nomor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Geofrafis dan Demografis Seberang Pulau Busuk merupakan salah satu desa dari sebelas desa di wilayah Kecamatan Inuman Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN. Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Hutan di Indonesia merupakan sumber daya alam yang cukup besar peranannya dalam Pembangunan Nasional, kurang lebih 70% dari luas daratan berupa hutan. Hutan sangat

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5. Kecamatan Leuwiliang Penelitian dilakukan di Desa Pasir Honje Kecamatan Leuwiliang dan Desa Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan merupakan sumber daya alam yang strategis bagi segala pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan, seperti sektor pertanian,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa wukirsari merupakan salah satu Desa dari total 4 Desa yang berada di Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman. Desa Wukirsari yang berada sekitar

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN. Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM SUMBUL PEGAGAN 2.1 Letak Geografis Sumbul Pegagan Sumbul Pegagan adalah salah satu dari enam belas kecamatan di Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara. Secara geografis Sumbul Pegagan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan: IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Wilayah Sukaraja Atas 1. Letak Geografis dan Luas Berdasarkan administrasi pengelolaan Kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Resort Sukaraja Atas sebagai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Letak geografis Kabupaten Landak adalah 109 40 48 BT - 110 04 BT dan 00

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber energi yang telah lama digunakan dan telah berkembang hingga saat ini adalah batubara. Semakin menurunnya tren produksi minyak dan gas saat ini membuat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Marga dan Hutan Rakyat 1. Hutan Marga Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kecamatan Conggeang 4.1.1 Letak geografis dan administrasi pemerintahan Secara geografis, Kecamatan Conggeang terletak di sebelah utara Kabupaten Sumedang. Kecamatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG Geografis dan Administrasi Kabupaten Sintang mempunyai luas 21.635 Km 2 dan di bagi menjadi 14 kecamatan, cakupan wilayah administrasi Kabupaten Sintang disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Lokasi dan Kondisi Geografis Desa Citapen Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas

Lebih terperinci

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati

POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati POLA PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT PADA LAHAN KRITIS (Studi Kasus di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan) Oleh : Nur Hayati Ringkasan Penelitian ini dilakukan terhadap anggota Kelompok Tani

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebakaran hutan di Jambi telah menjadi suatu fenomena yang terjadi setiap tahun, baik dalam cakupan luasan yang besar maupun kecil. Kejadian kebakaran tersebut tersebar dan melanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan, karakteristik lahan dan kaidah konservasi akan mengakibatkan masalah yang serius seperti

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. sendiri masuk dalam Tahura WAR. Wilayah Tahura Wan Abdul 28 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Fisik Wilayah 1. Letak dan Luas Sumber Agung adalah salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Kemiling Kota Madya Bandar Lampung. Kelurahan Sumber Agung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Perusahaan Pemerintah melalui keputusan Menteri Kehutanan No 329/Kpts-II/1998 tanggal 27 Februari 1998 memberikan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat 111 0 39 00-112

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN 23 Gambaran penelitian yang dimuat dalam bab ini merupakan karakteristik dari sistem pertanian yang ada di Desa Cipeuteuy. Informasi mengenai pemerintahan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau

dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 84 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Letak Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105 o 14 sampai dengan 105 o 45 Bujur Timur dan 5

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16. Tabel 4. Luas Wilayah Desa Sedari Menurut Penggunaannya Tahun 2009 33 BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 16 4.1 Keadaan Wilayah Desa Sedari merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang. Luas wilayah Desa Sedari adalah 3.899,5 hektar (Ha). Batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 35 IV. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Barat Menurut Pemerintah Kabupaten Lampung Barat (2011) bahwa Kabupaten Lampung Barat dengan ibukota Liwa merupakan pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry

TINJAUAN PUSTAKA. Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry TINJAUAN PUSTAKA Pengertian hutan kemasyarakatan Hutan kemasyarakatan atau yang juga dikenal dengan community forestry memiliki beberapa pengertian, yaitu : 1. Hutan kemasyarakatan menurut keputusan menteri

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada

LOKASI PENELITIAN. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada IV. LOKASI PENELITIAN A. Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu Desa Negera Ratu dan Negeri Ratu merupakan salah dua Desa yang berada dinaungan Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara Berdasarkan Perda

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 32 BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Wilayah Desa Sumberejo terletak di Kecamatan Batuwarno, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis, terletak pada 7 32 8 15

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA BAB IV GAMBARAN UMUM DESA DEWA JARA 4.1. Letak Geografis Sumba Tengah Pulau Sumba terletak di barat-daya propinsi Nusa Tenggara Timur-NTT sekitar 96 km disebelah selatan Pulau Flores, 295 km disebelah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. 43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora

I. PENDAHULUAN. melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang dikaruniai kekayaan alam yang melimpah, baik kekayaan mineral maupun kekayaan alam yang berupa flora dan fauna. Hutan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas

IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas 42 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak Geografis dan Aksesibilitas Secara geografis, perumahan Bukit Cimanggu City (BCC) terletak pada 06.53 LS-06.56 LS dan 106.78 BT sedangkan perumahan Taman Yasmin terletak pada

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU 75 GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU Sumatera Barat dikenal sebagai salah satu propinsi yang masih memiliki tutupan hutan yang baik dan kaya akan sumberdaya air serta memiliki banyak sungai. Untuk kemudahan dalam

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Profil Kecamatan Cisarua 5.1.1. Letak dan Keadaan Geografis Secara Geografis, Kecamatan Cisarua terletak di Selatan wilayah Bogor pada 06 42 LS dan 106 56 BB. Kecamatan

Lebih terperinci

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C Kriteria yang digunakan dalam penentuan bulan kering, bulan lembab dan bulan basah adalah sebagai berikut: Bulan kering (BK): Bulan dengan C

Lebih terperinci

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Pengumpulan data penelitian ini dilaksanakan di Jakarta dan Bogor untuk organisasi-organisasi tingkat nasional, di Pekanbaru dan Pontianak masingmasing untuk tingkat

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN BAB V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Karakteristik Desa 5.1.1. Kondisi Geografis Secara administratif Desa Ringgit terletak di Kecamatan Ngombol, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut:

Batas-batas Desa Pasir Jambu adalah sebagai berikut: KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Aksesibilitas Berdasarkan buku Dinas Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Purwakarta (21) Dinas Kehutanan Purwakarta merupakan

Lebih terperinci

Letak, Luas dan Keadaan Wilayah. Areal HPH PT. Suka Jaya Makmur terletak di kelompok hutan S. Pesaguan -

Letak, Luas dan Keadaan Wilayah. Areal HPH PT. Suka Jaya Makmur terletak di kelompok hutan S. Pesaguan - KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak, Luas dan Keadaan Wilayah Areal HPH PT. Suka Jaya Makmur terletak di kelompok hutan S. Pesaguan - S. Tayap Hulu dan S. Biya yang luasnya 95.646 ha, terdiri dari luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, arti hutan dirumuskan sebagai Suatu lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan

Lebih terperinci

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara OPINI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN DI HULU DAS KELARA Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat

TINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat 4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 15 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Kabupaten Lebak secara geografis terletak antara 6º18'-7º00' Lintang Selatan dan 105º25'-106º30' Bujur Timur, dengan luas wilayah 304.472 Ha atau 3.044,72 km².

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

PROFIL SANITASI SAAT INI

PROFIL SANITASI SAAT INI BAB II PROFIL SANITASI SAAT INI Tinjauan : Tidak ada narasi yang menjelaskan tabel tabel, Data dasar kemajuan SSK sebelum pemutakhiran belum ada ( Air Limbah, Sampah dan Drainase), Tabel kondisi sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Riau dengan luas 94.560 km persegi merupakan Provinsi terluas di pulau Sumatra. Dari proporsi potensi lahan kering di provinsi ini dengan luas sebesar 9.260.421

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Kabupaten Lampung Selatan Sejarah terbentuknya Kabupaten Lampung Selatan erat kaitannya dengan dasar pokok Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km. IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kecamatan Sendang Agung merupakan salah satu bagian wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung, terletak pada 104 0 4905 0 104 0 56 0 BT dan 05 0 08 0 15 0 LS,

Lebih terperinci

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI

Jurnal Wahana Foresta Vol 8, No. 2 Agustus 2014 IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI IDENTIFIKASI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT DI SEKITAR KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI TEBING TINGGI 1) Oleh : Evi Sribudiani 1), dan Yuliarsa 2) Dosen Jurusan Kehutanan Universitas Riau (Email : sribudiani_unri@yahoo.co.id)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bertambahnya jumlah penduduk dan masuknya migrasi penduduk di suatu daerah, maka akan semakin banyak jumlah lahan yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan sandang, papan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Sabua Vol.6, No.2: 215-222, Agustus 2014 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO Arifin Kamil 1, Hanny Poli, 2 & Hendriek H. Karongkong

Lebih terperinci