PERSPEKTIF GENDER PADA NOVEL-NOVEL POPULER: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA BERPERSPEKTIF FEMINIS TERHADAP NOVEL SANG PEMIMPI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSPEKTIF GENDER PADA NOVEL-NOVEL POPULER: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA BERPERSPEKTIF FEMINIS TERHADAP NOVEL SANG PEMIMPI"

Transkripsi

1 1 PERSPEKTIF GENDER PADA NOVEL-NOVEL POPULER: PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA BERPERSPEKTIF FEMINIS TERHADAP NOVEL SANG PEMIMPI Muhamad Adji Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Abstrak Setiap teks memiliki ideologi tersendiri, demikian pula dengan teks sastra remaja. Penggambaran tokoh, bagaimana tokoh bersikap, dan bagaimana tokoh berhubungan dengan tokoh lainnya, merupakan perwujudan dari ideologi teks tersebut. Makalah ini mencoba mengkaji peran dan relasi gender pada tokoh-tokoh di dalam sastra remaja yang dikategorikan sebagai sastra populer. Objek yang dikaji adalah novel yang terbit pada era 2000-an yaitu Sang Pemimpi karya Andrea Hirata. Pertanyaan yang menjadi pemandu pada makalah ini adalah 1) Bagaimana laki-laki dan perempuan ditampilkan dalam novelsang Pemimpi dan 2) Bagaimana relasi laki-laki dan perempuan digambarkan pada novel novelsang Pemimpi. Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah metode deskriptif analitis dengan menggunakan perspektif feminis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa teksnovel populer masih bersifat patriarkis. Citra perempuan masih dilekatkan dalam perannya di ranah domestik, sedangkan citra laki-laki dilekatkan dalam perannya di ranah publik. Karena peran di ranah publik dianggap lebih superior dibandingkan dengan peran peran perempuan di ranah domestik, relasi yang terbangun antara tokoh laki-laki dan tokoh perempuan berlangsung tidak setara. Temuan ini menunjukkan bahwa cara pandang pengarang masih merepsentasikan pandangan masyarakat Indonesia yang patriarkis. Kata kunci: peran, relasi, gender, tokoh, novel populer Pendahuluan Dunia dalam karya sastra merupakan suatu cara pandang pengarang dalam melakukan pengingkaran atau pengakuan atas realitas sosial yang melingkupi kehidupannya. Sastra merupakan sebuah potret sosial yang menyajikan kembali realitas masyarakat yang pernah terjadi dengan cara yang khas sesuai dengan penafsiran dan ideologi pengarangnya. Sebagai bagian dari masyarakat, pengarang juga tidak dapat dipisahkan dari struktur sosial yang melingkupinya. Artinya, seberapa pun jauhnya hubungan realitas teks dari realitas sosial yang sesungguhnya, hal itu tetap dapat ditarik pada realitas sosial budaya yang terjadi pada saat karya sastra itu lahir. Dengan kata lain, latar belakang sosial budaya pengarang serta dinamika sosial kultural yang terjadi pada masa itu turut mempengaruhi pengarang dalam menyikapi relitas sosial yang terwujud pada karya sastra yang dihasilkannya. Kenyataan ini menyiratkan bahwa karya sastra merupakan hasil dari tarik-menarik antara pengarang sebagai 1

2 2 individu sekaligus sebagai bagian masyarakat dan realitas sosial kultural pada masa tersebut. Hal ini disebabkan karena karya sastra tidak lahir dari situasi kekosongan budaya (Teeuw, 2003:21). Oleh karena itu, pemahaman terhadap karya sastra tidak dapat dilakukan jika karya dipisahkan dari pengarangnya, lingkungannya, kebudayaannya, serta peradaban yang telah menghasilkannya.tulisan ini akan mengkaji perspektif gender yang terepresentasikan di dalam teks novelpopuler, yaitu Sang Pemimpi,untuk melihat cara pandang pengarang yang menjadirepresentasi dari masyarakat. Konsep Gender Konsep gender pada umumnya dikaitkan dengan kontruksi peran yang didapatkan lakilaki dan perempuan dalam sistem masyarakat yang kemudian juga meluas pada relasi yang terjadi di antara kedua jenis kelamin tersebut. Persoalan yang berkaitan dengan gender ini menjadi semakin kental ketika dalam relasi gender tersebut terjadi ketimpangan yang di dalamnya terdapat hubungan subordinatif. Penyebab timpangnya relasi yang terbangun antara laki-laki dan perempuan ditengarai disebabkan oleh sistem patriarki. Sebagaimana diketahui, hubungan laki-laki dan perempuan dalam sistem patriarki tidak digambarkan sebagai hubungan dengan entitas masing-masing. Akan tetapi, salah satu gender (perempuan) digambarkan identitasnya dalam hubungannya dengan laki-laki. St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa perempuan adalah laki-laki yang tidak sempurna (Selden, 1993:135). Pernyataan ini menggambarkan bagaimana konsep perempuan ditentukan dari konsep mengenai laki-laki terlebih dahulu. Lebih rumit lagi, sistem patriarki memperoleh kontrol atas seluruh bidang pengetahuan serta melanggengkan dominasi ini dalam aktivitas belajarmengajar dengan menjadikannya resmi dan formal. Filsafat, hukum, teologi, sastra, seni, dan ilmu alam adalah arena dominasi wacana laki-laki. Hegemoni laki-laki atas penciptaan pengetahuan telah menyingkirkan pengetahuan dan pengalaman bersama keahlian dan aspirasinya (Hidayat, 2004: 17) Selama ini keseluruhan tubuh perempuan digambarkan dan diberi identitas oleh sistem patriarki sehingga perempuan tidak bisa memberi identitas terhadap dirinya sendiri. Selain itu, identitas perempuan selalu berhubungan dengan identitas laki-laki. Artinya, keberadaan perempuan ditentukan dalam hubungannya dengan laki-laki, bukan karena mereka memiliki identitas sendiri. Laki-laki menjadi ukuran dan standar untuk mendefinisikan dan menentukan kodrat perempuan, bukan perempuan yang diukur atas kualitas yang dimilikinya sendiri. Hal ini sejalan dengan pernyataan Priyatna (2015: 24) bahwa pandangan patriarki ini membawa konsekuensi bahwa konsepsi perempuan hanyalah pantulan dari konsepsi laki-laki yang menjadi Diri. Pembahasan Gambaran Normatif tentang Laki-laki dan Perempuan pada Novel Populer Dalam novel Sang Pemimpi, Ikal memiliki kedua orang tua yang masih utuh keberadaanya.ayahnya seorang pekerja rendahan di PT Timah, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga. Ayahnya digambarkan Ikal sebagai laki-laki yang tidak banyak bicara. Ia lebih banyak bekerja daripada berbicara. Karakter ayahnya tersebut terutama jika dibandingkan oleh Ikal dengan karakter kebanyakan laki-laki Melayu pada umumnya. Ayahku seorang yang sangat pendiam. Jika berada di rumah dengan ibuku, rumah kami menjadi pentas monolog ibu berpenonton satu orang. (SP, hlm. 75) 2

3 3 Meskipun demikian, Ikal sangat mengagungkan ayahnya. Pada beberapa bagian cerita ditunjukkan bagaimana Ikal memiliki kebanggaan yang sangat besar pada ayahnya. Namun, belasan tahun jadi anaknya, aku belajar bahwa pria pendiam sesungguhnya punya rasa kasih sayang yang jauh berlebih dibandingkan dengan pria sok ngatur yang merepet saja mulutnya. (SP, hlm ) Rasa bangga yang sangat besar pada ayahnya membuat Ikal, di waktu yang lain, merasa sangat bersalah ketika tidak mampu memberikan prestasi yang terbaik pada ayahnya. Ayah menatap kami satu per satu, masih jelas kesan bahwa apa pun yang terjadi, bagaimana pun keadaan kami, kami tetap pahlawan baginya. Ayah senantiasa menerima bagaimanapun adanya kami. Aku tertunduk diam. Sikap ayah itu semakin menghancurkan perasaanku. Air mataku mengalir tak dapat kutahan... Kuambil alih mengayuh sepedanya. Ayah duduk di belakang. Tangan kulinya yang kasar dan tua memeluk pinggangku. Ayahku yang pendiam: Ayah juara satu seluruh dunia. (SP, hlm.142, 145) Ibunya digambarkan Ikal sebagai ibu yang penuh pengertian dan sangat mengabdi kepada suaminya. Sebagai perempuan, ibu Ikal digambarkan sangat memahami karakter suaminya sehingga kebanyakan tindakan yang dilakukan oleh Ibu Ikal adalah pemahamannya atas simbolsimbol yang ditunjukkan oleh ayah Ikal. Saat pembagian rapor, ibu pun tak kalah repot. Sehari semalam, dia merendam daun pandan dan bunga kenanga untuk dipercikkan di baju safari empat saku Ayah itu ketika menyetrikanya. (SP, hlm. 77) Dari gambaran di atas dapat disimpulkan bahwa penggambaran tokoh laki-laki dan tokoh perempuan yang terepresentasikan pada sosok ayah dan ibu Ikal masih bersifat normatif. Ibu berperan di ranah domestik dalam kapasitasnya sebagai ibu rumah tangga yang membantu ayah. Sementara itu, ayah adalah Baik ayah maupun ibu Ikalmasih menempati posisi yang sesuai dengan sistem patriarki. Namun demikian, selain pandangan normatif, terdapat juga pandangan yang negosiatif atas Penggambaran tokoh. Dalam Sang Pemimpi, gambaran ibu Ikal adalah seorang perempuan yang selalu berbicara dan menguasai pembicaraan. Ibu adalah perempuan yang banyak menunjukkan suaranya, meskipun suara tersebut tidak ditampakkan dalam kaitannya dengan penentu keputusan. Hal lain yang menarik adalah ibu Ikal juga digambarkan sebagai perempuan yang pintar. Hal ini menggoyahkan sistem budaya yang telah memproduksi pengetahuan bahwa laki-laki lebih pintar daripada perempuan karena laki-laki menggunakan nalarnya, sedangkan perempuan lebih banyak menggunakan emosinya. Sebagai kebalikannya, gambaran ayah tidak dapat dilepaskan dari gambaran tentang ibu Ikal. Jika ibunya banyak bicara, ayah digambarkan sebagai laki-laki yang tidak banyak bicara. Ayah digambarkan hanya menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya dengan tindakan. Misalnya, ia sangat menghargai apa yang dicapai Ikal dengan tindakan, bukan dengan kata-kata. 3

4 4 Ini menunjukkan ekspresi bahwa ayah Ikal adalah gambaran laki-laki yang sangat individual. Keindividualan ayah ikal tampak dari relasi yang muncul dengan teman-temannya. Ia adalah gambaran ayah yang berbeda dari gambaran umum. Hal ini menunjukkan bahwa laki-laki tidak selalu muncul dalam gambaran yang penuh kuasa, penuh aturan dengan titahnya. Ayah Ikal adalah gambaran laki-laki yang menunjukkan gambaran yang berbeda atas konsep yang lazim tentang ayah. Bangunan makna tentang ayah diperkuat melalui relasi antara ayah dan anak. Ayah yang terlibat (bukan yang berjarak) membuat relasi yang terbangun antara ayah-anak menjadi sangat personal. Tinjauan Ideologis atas Peran Laki-laki dan Perempuan dalam Novel Populer Nilai-nilai ideologis yang berkaitan dengan gender ditampakkan dari bagaimana bangunan teks memberi ruang bagi hadirnya tokoh laki-laki dan perempuan, bagaimana bangunan relasi dengan tokoh-tokoh di dalam teks, termasuk pandangan tokoh utama tentang baik laki-laki maupun perempuan di dalam teks. Pemberian peran antara laki-laki dan perempuan adalah kontruksi nilai yang dianut dalam sistem sosial masyarakat. Pembagian peran ini menjadi ideologis karena menjadi sesuatu yang dianggap berlangsung secara alamiah. Sang Pemimpi menampilkan teks yang memberikan porsi cerita yang sangat sedikit bagi tokoh perempuan. Hal ini didukung oleh pemilihan tokoh utama cerita yang semuanya berjenis kelamin laki-laki. Pada novel Sang Pemimpi, kisaran ceritanya dipusatkan pada tiga tokoh lakilaki yaitu Ikal, Arai, dan Jimbron, dengan sudut pandang penceritaannya adalah Ikal. Pusaran cerita yang berkutat pada tokoh laki-laki beserta dunianya memberikan gambaran tentang kehidupan dunia laki-laki, sekaligus menunjukkan sedikitnya peran tokoh perempuan yang dapat dimunculkan dalam dunia laki-laki. Dalam novel Sang Pemimpi, tokoh perempuan yang cukup intens muncul adalah sosok ibu yang muncul dalam tuturan tokoh Ikal. Dengan demikian, kemunculan ibu Ikal dalam Sang Pemimpilebih disebabkan pada relasinya dengan tokoh Ikal. Oleh karena itu, penggambaran tokoh perempuan itu lebih banyak dikaitkan dengan relasi ibu-anak terutama yang terkait dengan bagaimana pandangan tentang seorang ibu di mata anaknya yang berjenis kelamin laki-laki. Ibu Ikal adalah perempuan yang mengabdikan hidupnya secara penuh dalam ranah domestik. Ia tidak banyak bicara, begitulah dalam sudut pandangan tokoh Ikal, sehingga tidak diketahui apa yang menjadi keinginan pribadi ibu Ikal, juga tidak diketahui apa harapannya atas diri Ikal. Ibu Ikal, misalnya, tidak banyak dimunculkan dalam mengiringi Ikal meraih impiannya. Ibu Ikal hanya muncul dalam bagiannya sebagai ibu rumah tangga. Yang pertama, peran Ibu Ikal dimunculkan di bagian 4 (SP, 31) ketika ibunya membantu perempuan tua bersama anaknya Nurmi yang datang untuk meminjam beras. Ibuku memberi isyarat dan Arai melesat ke gudang peregasan. Dia memasukkan beberapa takar beras ke dalam karung, kembali ke pekarangan, lalu memberi karung beras itu kepada ibuku yang kemudian melungsurkannya kepada Mak Cik. Ambillah... (SP, hlm ) Pada bagian cerita di atas peran Ibu Ikal tampak kuat. Pada bagian di atas ia digambarkan memiliki kuasa untuk memberikan intstruksi dan mengambil keputusan. Ia berperan sebagai 4

5 5 perempuan yang sigap dan berani memutuskan sesuatu dalam ranah kuasanya yang berada di ruang domestik. Yang kedua, Ibu Ikal muncul dalam kapasitasnya sebagai seorang istri yang merangkap peran sebagai ibu (Bab 9 Baju Safari Ayah, hlm. 75) ketika akan menghadapi hari penting yaitu pengambilan rapor Ikal di sekolah. Keberadaan tokoh Ibu Ikal pada bagian ini lebih dominan dalam perannya sebagai seorang istri, bukan sebagai ibu bagi anaknya. Ia, misalnya, digambarkan sebagai perempuan yang begitu sigap dalam mempersiapkan segala kebutuhan ayah Ikal yang akan mengambil rapot Ikal di Magai. Ia menyiapkan detail satu persatu yang harus dipakai oleh ayahnya, mulai dari kemeja safari yang hanya dipakai satu kali sehari, sepatu kulit, sampai wewangian alamiah dari yang khusus dibuat. Saat pembagian rapor, Ibu pun tak kalah repot. Sehari semalam, dia merendam daun pandan dan bunga kenanga untuk dipercikkan di baju safari empat saku Ayah itu ketika menyetrikanya. (SP, hlm. 77) Pada hari pembagian rapor, Ayah dan Ibu telah menyiapkan segalanya. Suami istri itu bangun pukul tiga pagi. Ibu akan menyalakan arang dalam setrika besi bergagang ayah jantan sedang berkokok, mengipas-ngipasinya dengan sengit dan gesit memercikkan air pandan yang telah direndam semalaman di sekujur baju safari empat saku keramat itu. Ayah bergegas menuruni tangga rumah. Dia mengecek lagi sepedanya untuk sebuah perjalanan jauh yang penting. (SP, hlm. 78) Pada bagian di atas, tampak bahwa keberadaan Ibu Ikal dalam teks lebih banyak berperan sebagai ibu rumah tangga: menyiapkan perlengkapan kebutuhan ayah Ikal setiap kali ayahnya akan berangkat untuk mengambil lapor Ikal ke sekolahnya. Ia menjadi pelengkap dari peran ayah Ikal yang dimunculkan secara dominan oleh narator. Aktivitas tersebut benar-benar menunjukkan ruang domestik yang dihuni oleh perempuan. Dalam kapasitasnya sebagai seorang ibu terkait relasinya dengan Ikal, Ibu Ikal tidak bersuara dalam teks. Suara Ibu tidak muncul dalam masa-masa terpenting Ikal dalam meraih impiannya. Dalam momen penerimaan rapor, ia hanya melengkapi peran ayahnya. Dalam pelepasan Ikal yang akan merantau ke Jakarta, suara Ibu ikal juga tidak muncul dalam teks. Padahal, pada beberapa bagian cerita, Ikal secara jelas menggambarkan kelebihan ibunya, bahkan dibandingkan dengan ayahnya. Jika berada di rumah dengan ibuku, rumah kami menjadi pentas monolog Ibu berpenonton satu orang. Namun belasan tahun jadi anaknya, aku belajar bahwa pria pendiam sesungguhnya punya rasa kasih sayang yang jauh berlebih dibandingkan dengan pria sok ngatur yang merepet saja mulutnya. Ibuku, mungkin lebih pintar daripada ayahku... (SP, hlm ) Akan tetapi, dalam kaitannya dengan perjuangan Ikal meraih impiannya, teks sama sekali tidak memberikan ruang bagi ibu Ikal untuk hadir dan bersuara. Dengan demikian, jelas sekali bahwa teks novel ini sangat berpihak pada konstruksi sosial yang terbangun bahwa peran perempuan adalah di ruang domestik. 5

6 6 Hal tersebut sangat berbeda dengan peran ayahnya yang ditampilkan secara intensif. Meskipun digambarkan Ikal ayahku seorang pria yang pendiam (SP, hlm. 75), ayah Ikal diberikan ruang untuk menyuarakan perasaan dan sikapnya. Ayah akan mengayuh sepedanya lagi sejauh 30 kilometer. Melintasi jalanan sepi sendirian, menaklukkan dua bukit, melawan angin, dan mengarungi padang sabana demi raporku dan Arai. Demi satu-satunya cara yang dia tahu untuk mendukung pendidikan anak-anaknya. (SP, hlm. 83) Persiapan Ayah mengambil rapor akan ditutup dengan berangkat ke los pasar ikan untuk mencukur rambut dan kumis ubannya. Di sana, sambil memperlihatkan amplop undangan dari pak Mustar, dia sedikit bicara, seperti berbisik kepada kawan-kawan dekatnta, para pejabat teras Masjid Al-Hikmah. (SP, hlm. 77) Kehadiran ayah Ikal dalam setiap momen penting dalam kehidupan Ikal membuat Ikal lebih merasakan kehadirannya ayahnya dibandingkan dengan ibunya. Hal ini memberikan ikatan perasaan yang kuat pada diri Ikal terhadap ayahnya. Ikatan batin yang kuat antara Ikal dan ayahnya dapat dilihat pada kutipan teks di bawah ini. Yang kudengar hanya orang kasak-kusuk mengapa prestasi sekolahku sampai anjlok sangat jauh. Bagaimana ayahku yang pendiam akan menjawab berondongan pertanyaan yang akan menyakiti hatinya? Aku terpuruk dalam penyesalan. Betapa aku ini anak tak berguna! Betapa aku sampai hati kepada ayahku sendiri! (SP, hlm. 141) Pada teks di atas tampak dengan jelas ikatan perasaan Ikal sangat kuat kepada ayahnya. Ketika prestasi Ikal di sekolah menurun, hal yang paling ditakutkannya adalah perasaan ayahnya yang kecewa. Teks di atas tidak menampilkan sama sekali kekhawatiran Ikal akan perasaan ibunya. Kehadiran dan suara ibu yang hanya diakui di ruang domestik tersebut diperkuat dengan konstruksi sosial seperti yang tampak pada kutipan teks di bawah ini. Aku berani bertaruh, ayahmu takkan sudi datang! Buat apa datang kalau hanya untuk dipermalukan oleh anak sendiri! Wan prestasi? Cidera janji? Anak yang tak mampu memenuhi harapan orangtua! Tak tahukah engkau, Bujang? Tak ada yang lebih menyenangkan ayahmu selain menerima rapormu? (SP, hlm. 138) Pada kutipan di atas, peran ayah dalam perkembangan anak laki-laki menuju mimpinya sangat dominan pertanggungjawaban remaja laki-laki (Ikal) yang berkaitan dengan impian-impiannya hanya disematkan kepada ayahnya semata. Begitu pula ketika Ikal dan Arai akan mempertaruhkan impian untuk berangkat ke Pulau Jawa, ibunya juga absen dalam narasi tersebut. Hal itu tampak seperti pada kutipan di bawah ini. 6

7 7 Ketika berpisah di dermaga, Ayah memeluk Arai dan mendekapku kuat sekali. Tak ada kata-katanya untuk kami, hanya senyum lembut kebanggaan. Matanya berkaca-kaca. Dia kehilangan karena tak pernah sebelumnya kami meninggalkannya (SP, hlm. 2015) Absennya ibu dalam teks di atas semakin menguatkan simpulan bahwa perempuan masih ditempatkan dalam wacana domestik, sedangkan laki-laki berada dan menguasai wacana publik. Simpulan Dapat disimpulkan bahwa teks novel populer tidak memiliki keberpihakan terhadap perempuan dalam mendukungnya untuk berada dalam dunia publik. Peran laki-laki yaitu ayah, lebih diakui Ikal dalam perkembangan kehidupannya sehingga seakan-akan menegaskan bahwa publik memiliki relasi yang kuat dengan sosok ayah. Pandangan teks di atas paralel dengan pandangan Aristoteles yang menyatakan bahwa kehidupan perempuan bersifat fungsional. Dengan demikian, meskipun telah memiliki gambaran yang lebih negosiatif tentang penggambaran lakilaki dan perempuan, dapat disimpulkan oleh teks novel populer tahun 2000-an masih banyak mengandung bias patriarki. Novel ini masih mereproduksi pandangan yang mengakar dalam sistem sosial kita bahwa peran perempuan lebih dominan dalam posisinya sebagai pelengkap. -0- Daftar Pustaka Hidayat, Rachmad Ilmu yang Seksis. Yogyakarta: Jendela. Hirata, Andrea Sang Pemimpi. Yogyakarta: Bentang Pustaka. Priyatna, Aquarini Perempuan dalam Tiga Novel Karya Nh. Dini. Bandung: Matahari. Selden, Raman Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Teeuw, A Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. 7

Novel Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi yang dikarang oleh

Novel Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi yang dikarang oleh Christian 1 Jacqueline Christian Yuda Putri Bahasa Indonesia 4 Desember 2010 Statement of Intent Novel Sang Pemimpi adalah buku kedua dari tetralogi Laskar Pelangi yang dikarang oleh Andrea Hirata. Penulis

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik

BAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik 68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang BAB IV KESIMPULAN Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang terjadi pada abad pertengahan, sampai saat ini masih menyisakan citra negatif yang melekat pada perempuan. Sampai

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui

BAB IV KESIMPULAN. atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui BAB IV KESIMPULAN 4.1 Simpulan Hasil Analisis Novel Kinanti karya Margareth Widhy Pratiwi merekam fenomenafenomena atau isu-isu yang sering terjadi dalam kehidupan perempuan. Melalui novelnya yang berjudul

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Untuk membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

1. Identitas Buku. Judul : Sang Pemimpi. Penulis : Andrea Hirata. Judul Resensi:3 Sahabat Mengejar Mimpi. Tahun Terbit:2009

1. Identitas Buku. Judul : Sang Pemimpi. Penulis : Andrea Hirata. Judul Resensi:3 Sahabat Mengejar Mimpi. Tahun Terbit:2009 1. Identitas Buku Judul : Sang Pemimpi Penulis : Andrea Hirata Judul Resensi:3 Sahabat Mengejar Mimpi Tahun Terbit:2009 Penerbit : PT Bentang Pustaka Cetakan:II Halaman :292 Halaman Tebal:7cm Warna:Ungu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Timbulnya anggapan bahwa kaum perempuan lebih lemah daripada kaum laki-laki masih dapat kita jumpai saat ini. Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang telah dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan yang terjadi di masyarakat ataupun kehidupan seseorang. Karya sastra merupakan hasil kreasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai Dinamika Personal Growth periode anak anak dewasa muda pada individu yang mengalami masa perkembangan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penggambaran peran perempuan dalam film 3 Nafas Likas. Revolusi perkembangan media sebagai salah satu sarana komunikasi atau penyampaian

Lebih terperinci

PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI

PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI PEREMPUAN DALAM BUDAYA PATRIARKHI Napsiah Judul Asli : Ketertindasan Perempuan dalam Tradisi Kawin Anom. Subaltern Perempuan pada Suku Banjar dalam Perspektif Poskolonial Pengarang : Rosramadhana Nasution.

Lebih terperinci

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser

42, Vol. 06 No. 1 Januari Juni 2015 arah dan tujuan lembaga tersebut. Konsep bersistem ini biasa disebut dengan ideologi. Salah satu ideologi yang ser RESPONS TOKOH PEREMPUAN TERHADAP IDEOLOGI PATRIARKI DALAM NOVEL ENTROK KARYA OKKY MADASARI: SUATU KAJIAN FEMINIS Sherly Yunityas ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan adanya respons tokoh

Lebih terperinci

SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019

SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019 SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019 PENDAHULUAN Wanita adalah salah satu fenomena hidup di mana mereka diciptakan dengan segala kekompleksitasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan

BAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan BAB IV KESIMPULAN Secara formal, Era Victoria dimulai pada tahun 1837 hingga 1901 dibawah pimpinan Ratu Victoria. Era Victoria yang terkenal dengan Revolusi industri dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bandingan melibatkan studi teks-teks antarkultur atau budaya. Terdapat hal penting yang merupakan pola hubungan kesastraan. Bagian tersebut seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra. karya sastra akan menjadi manusia berbudaya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra. karya sastra akan menjadi manusia berbudaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra mampu membuka pintu hati pembacanya untuk menjadi manusia berbudaya. Manusia berbudaya memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi sudah menjadi kebutuhan utama bagi manusia untuk menunjang aktivitasnya. Adanya transportasi menjadi suatu alat yang dapat mempermudah kegiatan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab lima ini peneliti memaparkan beberapa kesimpulan mengenai analisis nilai patriarkal dan ketidaksetaraan gender dalam roman L Enfant de sable karya Tahar Ben Jelloun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain (Chaer dan Agustina, 1995: 14). Melalui bahasa dapat terungkap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa novel Sebelas Patriot merupakan novel yang berlatar belakang kecintaan terhadap tanah air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi laki-laki sebagai pemilik otoritas lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut

BAB V PENUTUP. 1. Bentuk marginalisasi yang terdapat dalam novel Adam Hawa karya. Muhidin M. Dahlan terdapat 5 bentuk. Bentuk marginalisasi tersebut BAB V PENUTUP A. Simpulan Setelah dilakukan penelitian sesuai dengan fokus permasalahan, tujuan penelitian dan uraian dalam pembahasan, diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Bentuk marginalisasi yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik 347 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dalam karya sastra Indonesia modern pascaproklamasi kemerdekaan ditemukan tujuh novel yang menghadirkan citra guru dan memiliki tokoh guru, baik sebagai tokoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak

BAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat di suatu negara. Novel berperan sebagai aspirasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan karya fiksi yang diceritakan secara panjang lebar oleh pengarang dengan menyuguhkan tokoh atau karakter, serangkaian peristiwa, serta latar yang biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu cipta karya masyarakat, sedangkan masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam karya sastra. Keduanya merupakan totalitas

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada

BAB IV KESIMPULAN. publik. Secara lebih khusus, Mansfield Park menceritakan posisi perempuan pada BAB IV KESIMPULAN Mansfield Park dan Kalau Tak Untung merupakan novel yang mengandung unsur sosial historis yang kuat, terutama menyangkut kedudukan perempuan dalam hubungannya dengan laki-laki dan posisi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan BAB V PENUTUP Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan melakukan kesimpulan dan mengusulkan saran, sebagai berikut: A. KESIMPULAN Indonesia adalah sebuah kata yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Optimis berarti selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan baik dalam segala hal (Maulana dkk, 2008: 363). Optimis juga berarti memiliki pengharapan

Lebih terperinci

NILAI KARAKTER DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA

NILAI KARAKTER DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA Oleh Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kemerosotan karakter yang baik pada diri setiap individu, terlebih remaja, serta pentingnya penanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa pengalaman dan imajinasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil ekspresi isi jiwa pengarangnya. Melalui karyanya pengarang mencurahkan isi jiwanya ke dalam tulisan yang bermediumkan bahasa

Lebih terperinci

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang

yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang yaitu budaya Jawa mempengaruhi bagaimana maskulinitas dimaknai, seperti pendapat Kimmel (2011) bahwa maskulinitas mencakup komponen budaya yang bervariasi antara budaya yang satu dengan budaya yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam

BAB V KESIMPULAN Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum kurikulum Konstruksi tersebut melakukan the making process dalam BAB V KESIMPULAN 5.1. Identitas Nasional dalam Imajinasi Kurikulum 2013 Konstruksi Identitas Nasional Indonesia tidaklah berlangsung secara alamiah. Ia berlangsung dengan konstruksi besar, dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Sebagai sistem yang memihak kepada laki-laki, patriarki telah membuat

BAB IV KESIMPULAN. Sebagai sistem yang memihak kepada laki-laki, patriarki telah membuat BAB IV KESIMPULAN Sebagai sistem yang memihak kepada laki-laki, patriarki telah membuat perempuan mengalami opresi di berbagai aspek kehidupan. Ideologi patriarki tersebar begitu luas dan kekuatannya pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perlawanan budaya merupakan perjuangan hak yang bertentangan agar terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan untuk melakukan perubahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN RIFFAT HASSAN DAN MANSOUR FAKIH TENTANG KESETARAAN JENDER DALAM ISLAM: SEBUAH PERBANDINGAN A. Persamaan antara Pemikiran Riffat Hassan dan Mansour Fakih tentang Kesetaraan Jender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Dimana manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Sejak manusia lahir hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah terlanjur dewasa. Kebanggaan kita terhadap anak-anak tidak hanya sebatas

BAB I PENDAHULUAN. sudah terlanjur dewasa. Kebanggaan kita terhadap anak-anak tidak hanya sebatas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak merupakan sebuah dunia yang penuh keceriaan, sebuah surga dunia yang sulit diperoleh kembali, bahkan tidak akan pernah oleh mereka yang sudah terlanjur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin

BAB V PENUTUP. pemberian hak pada anak yang tidak mengistimewakan pada jenis kelamin BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hasil penelitian mengungkapkan bahwa masyarakat di Desa Sikumpul dalam pola sosialisasi telah mampu menerapkan kesetaraan gender dengan cukup baik di beberapa aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Ada 81 buah idiom yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea

BAB IV PENUTUP. 1. Ada 81 buah idiom yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. 1. Ada 81 buah idiom yang digunakan dalam novel Ayah karya Andrea Hirata, yaitu 1) gurat nasib, 2) kucing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional telah memberikan kesempatan yang seluasluasnya kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu dalam penerimaan siswa,

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Pekerjaan Istri = Bekerja / Tidak Bekerja Apa pekerjaan Istri Anda? = Berapa jam perhari Istri bekerja = Usia Anak =...Tahun Pembantu Rumah Tangga = Punya / Tidak Punya (Lingkari Salah Satu) Dengan hormat,

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan

BAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Yang Mahakuasa. Seorang anak bisa menjadi anugerah sekaligus ujian untuk orangtuanya. Dalam perkembangannya pendidikan terhadap anak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam mengarang suatu novel, seorang pengarang menggunakan pengalaman sosialnya dalam karya yang akan dibuat. Secara umum dapat digambarkan bahwa seorang pengarang

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERJUANGAN DAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA

KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERJUANGAN DAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KAJIAN PSIKOLOGIS TENTANG PERJUANGAN DAN KEPRIBADIAN TOKOH UTAMA PEREMPUAN NOVEL PADANG BULAN KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Wiwid Widiyanto Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut

BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 77 BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif. Dengan metode deskriptif masalah yang terjadi dapat dipecahkan

Lebih terperinci

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis tentang ciri-ciri tokoh dalam novel Edensor karya

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis tentang ciri-ciri tokoh dalam novel Edensor karya V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis tentang ciri-ciri tokoh dalam novel Edensor karya Andrea Hirata yang dilihat dari ciri-ciri tokoh secara jasmaniah dan secara rohaniah dan jenis-jenis

Lebih terperinci

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Resma Anggraini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Resmaanggraini89@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan pengungkapan dari pragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) dan terjadi konflik-konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media

BAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, media massa sudah menjadi kebutuhan penting bagi khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media massa adalah perpanjangan alat indra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi.

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya sebagai sarana untuk bersosialisasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. masyarakat Eropa pada umumnya. Semangat revolusi Perancis sangat

BAB IV PENUTUP. masyarakat Eropa pada umumnya. Semangat revolusi Perancis sangat 119 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Didasarkan pada apa yang sudah ditanyakan pada penelitian ini sebagai rumusan masalah dan dibahas pada bab II dan III dapat ditarik kesimpulan bahwa revolusi perancis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci