TINGKAT KETERPAPARAN INTERNET DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK

Transkripsi

1 TINGKAT KETERPAPARAN INTERNET DENGAN PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK Devista Kusuma Dewi, Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati S.Kp., MARS Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Kampus Depok, Jakarta Abstrak Anak-anak banyak menggunakan internet sehingga tingkat keterpaparan internet dapat berpengaruh pada perkembangan sosial anak. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara tingkat keterpaparan internet dengan perkembangan anak usia sekolah. Desain deskriprif korelatif merupakan desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini dengan pendekatan survey analitik cross sectional. Sampel dari penelitian ini adalah 9 siswa yang diambil dari kelas 3 sampai 5. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 9 anak, 4 orang yang termasuk ke dalam kategori penggunaan internet tinggi (lebih dari 4 jam per bulan) dan anak mempunyai perkembangan sosial yang baik sebanyak 48 orang (52,7%). Hasil penelitian ini juga menunjukan adanya hubungan bermakna antara tingkat keterpaparan internet dengan perkembangan sosial anak (p=,5) 95% CI, jenis kelamin anak dengan tingkat keterpaparan internet (p=,4) yang menunjukan adanya hubungan bermakna, dan pekerjaan orangtua dengan tingkat keterpaparan internet (p=,43). Saran dari penelitian ini adalah anak-anak harus lebih diperhatikan lagi dalam penggunaan internet serta peran orang tua dalam mendampingi anak berinternet. Kata kunci: adaptasi, internet, perkembangan sosial anak, teknologi, teori belajar Abstract Many children use the internet so that the level of internet exposure can affect the social development of children. The purpose of this research is to find a relationship between the level of exposure to the internet with the development of school-aged children. Descriptive correlative is design research used in this research with analytic cross sectional survey approach. Samples from this research were 9 students drawn from grades 3 through 5. Results of this research showed that of the 9 children, 4 people are included into the category of internet usage is high (more than 4 hours per month) and the children have a good social development as much as 48 people (52.7%). Results of the research also showed the existence of a meaningful relationship between the level of exposure to the internet with the social development of children (p =.5) 95% CI, the gender of the child with internet exposure levels (p =.4) which shows a connection meaningful, and parental work with internet exposure levels (p =,43). Advice from this research were children should be more aware of the use of the internet as well as the role of parents in the accompanying children of the internet. Keywords: adaptation, internet, learning theory, social development of children, technology PENDAHULUAN Internet merupakan kepanjangan dari interconnected network. Beberapa bentuk jaringan yang berbeda-beda dapat saling bertukar informasi dan data melalui internet menggunakan seperangkat aturan yang disebut protokol TCP/IP (Ramadhan, 27). Internet memiliki berbagai jenis layanan dan diwujudkan dalam berbagai bentuk, dari mulai portal berita hingga situs jejaring sosial. Situs jejaring sosial adalah suatu media atau sarana untuk berbagi data atau informasi personal, dimana dalam beberapa situs jejaring sosial terbuka untuk semua orang, dan ada pula yang dibatasi oleh rentang umur tertentu (Mann, 28). Sampel nasional

2 2 menyebutkan lebih dari 2. anak usia 8 sampai 8 tahun. Kaiser Family Foundation (Rideout et al, 2), menemukan bahwa waktu total rata-rata anak-anak dilaporkan menggunakan media (televisi, komputer, video game, print, dan film) meningkat menjadi jam 45 menit per hari pada tahun 29, naik dari 8 jam 33 menit pada tahun 24 dan 7 jam 29 menit pada tahun 999 (peningkatan 44% lebih dari satu dekade). Tugas perkembangan adalah serangkaian keterampilan dan kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai pada setiap tahap perkembangan agar anak mampu berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya (Whalley dan Wong, 22). Perkembangan anak usia sekolah dapat disebut perkembangan masa pertengahan yang merupakan kelanjutan dari masa awal anak. Permulaan masa pertengahan ini ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik, motorik, kognitif, dan psikososial. Pemikiran anak usia sekolah dasar disebut stadium operasional konkret artinya berpikir secara induktif dan mulai logis (Whalley dan Wong, 22). Mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. METODE Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan desain penelitian cross sectional yaitu mengkaji tingkat keterpaparan anak terhadap internet dan hubungannya dengan perkembangan sosial anak. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuesioner. Sampel penelitian ini berjumlah 88 siswa dari kelas 3 sampai 5 di SDI PB. Soedirman Jakarta Timur. Perkembangan sosial (Social skills inventory) terdiri dari 5 pertanyaan dengan alternatif jawaban: Sangat Tidak setuju, tidak setuju, setuju dan sangat setuju. Sebelumnya dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner dengan hasil didapatkan nilai cronbach alpha,79 dengan 5 pernyataan yang nilainya masih dibawah r-tabel (,36) dan terdapat pernyataan yang mengalami perbaikan kalimat yaitu item nomor 2, 6, 5, 25 dan 3. Dari hasil tersebut maka diperoleh 5 pernyataan valid untuk variabel tersebut. Tingkat keterpaparan terhadap internet dianalisa dengan menggunakan hasil ukur Heavy users (lebih dari 4 jam per bulan), Medium users (antara sampai 4 jam per bulan Light users (kurang dari jam per bulan). Perkembangan sosial anak dianalisa secara deskriptif (mean). Nilai mean lebih dari 46,8 dapat dikatakan siswa mempunyai perkembangan sosial yang baik.

3 3 HASIL Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik siswa, tingkat keterpaparan siswa terhadap internet, dan perkembangan sosial siswa. Selain itu, juga dilihat hubungan antara tingkat keterpaparan internet terhadap perkembangan sosial siswa. Tabel. Distribusi karakteristik siswa (n=9) No Variabel Frekuensi Persentase (%). Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan 2. Pekerjaan orang tua: PNS ABRI Buruh Pegawai Swasta Berwiraswasta Lain-Lain 45 49,4 46 5,5 Total 9, , 5,5 49,5 4,3 7,6 Total 9 Tabel menunjukkan bahwa 4 siswa yang termasuk kedalam kategori penggunaan internet tinggi dengan presentase 45,%. Tabel 2. Perkembangan sosial anak pada siswa SDI PB. Soedirman tahun 23 (n=9) No Perkembangan Sosial Frekuensi Persentase (%). Baik Cukup ,7 47,3 Total 9, Tabel 2 menunjukan distribusi perkembangan sosial siswa yang dominan yaitu perkembangan sosial yang baik sebanyak 48 orang (52,7%). Tabel 3. Hubungan tingkat keterpaparan anak dengan perkembangan sosial anak pada siswa SDI PB. Soedirman tahun 23 (n=9) Keterpaparan Internet Tinggi Sedang Rendah Perkembangan Sosial Baik Cukup N % n % 2, 3 33, 7 8,7 8 8,8 2 22, 5 5,5 p Value,5 Tabel 3 menunjukan bahwa mayoritas anak memiliki tingkat keterpaparan terhadap internet dengan kategori tinggi dengan cukup yaitu sebanyak 3 orang (33,%). Selanjutnya sebanyak 2 orang (22,%) menunjukan tingkat keterpaparan internet kategori rendah dengan perkembangan sosial baik. Hasil juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat keterpaparan internet dengan perkembangan sosial anak (p =,5). Tabel 4. Hubungan pekerjaan orang tua dengan tingkat keterpaparan internet pada siswa SDI PB. Soedirman tahun 23 (n=9) Pekerjaan Orang tua PNS ABRI Buruh Pegawai Swasta Berwiraswasta Lain-lain Keterpaparan Internet Tinggi Sedang Rendah N % n % n % ,8 4,4 2,9 7,7 3, ,2 7,6 5, ,5 8,8 Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat hubungan bermakna pekerjaan orang tua dengan tingkat keterpaparan internet (p value=,43). Anak dengan orang tua sebagai pegawai swasta cenderung mengalami tingkat p value,43

4 4 keterpaparan terhadap internet yang tinggi dengan presentase anak sebesar 2,9%. Rata-rata siswa dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan memiliki perkembangan sosial baik yang masing-masing sebanyak 24 orang (26,4%). Begitu juga dengan perkembangan sosial cukup hasil yang didapat tidak terlihat perbadaan yang signifikan. Tabel juga menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin anak dengan perkembangan sosial (p >,5). Orang tua dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta memiliki anak dengan perkembangan sosial baik sebesar 2 orang (22,%). Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan orang tua dengan perkembangan sosial (p >,5). PEMBAHASAN Mayoritas siswa adalah perempuan sebanyak 46 orang. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa orang tua siswa rata-rata memiliki pekerjaan sebagai pegawai swasta sebanyak 45 orang (49,5%) yang sisanya memiliki pekerjaan sebagai PNS, ABRI, buruh dan berwirawasta. Hasil penelitian menunjukan bahwa 3 orang anak menyatakan sering membuka yahoo saat berinternet yang termasuk kedalam kelompok kepentingan . Selanjutnya 58 orang anak menyatakan bahwa sering membuka game online dan 24 anak orang anak membuka jejaring sosial yang termasuk dalam kelompok kepentingan aktivitas kesenangan yang sifatnya untuk kesenangan atau hiburan. Akun jejaring sosial yang paling banyak dimiliki dalam penelitian ini adalah facebook dengan total pengguna 65 orang. Penelitian lain yang sejalan dengan penelitian ini yakni menurut penelitian yang dilakukan oleh Valkenburg dan Soeters (dalam Sonia Livingstone, 2) sebanyak 38 % sampel memilih untuk bermain game dikarenakan hiburan dalam mengisi waktu luang dan menghilangkan kepenatan atau stress dari aktifitas keseharian. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa terdapat 76 anak sering membuka google, 3 orang sering membuka Wikipedia dan 3 orang sering membuka blog yang termasuk kedalam kelompok kepentingan informasi dimana aktivitas yang dilakukan adalah untuk mencari informasi, seperti informasi tentang film, musik, buku, berita dan informasi sekolah yang memang siswa pada sekolah dasar ini sering mendapatkan tugas dari guruguru mereka di sekolah atau di tempat les untuk mencari sumber-sumber informasi yang berhubungan dengan tugas mereka di internet. Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini yakni penelitian Valkenburg dan Soeters (2) dalam Sonia Livingstone, menyampaikan bahwa sebanyak 73 % sampel menunjukkan bahwa penggunaan internet terbanyak untuk belajar atau mengerjakan PR

5 5 hal ini termasuk dalam penggunaan internet untuk kepentingan memperoleh informasi (information utility). Tapscott (29) menjelaskan bahwa perilaku anak-anak yang suka memanfaatkan jaringan media interaksi sosial, seperti Yahoo Messenger, Facebook, Twitter, Google Talk, dan lain-lain. Anak-anak tersebut termasuk ke dalam kategori collaboration dimana mereka adalah anak-anak yang memiliki insting alami untuk terus berkolaborasi dan berinovasi karena online interaksinya. Hal tersebut dapat menimbulkan dampak positif dan negatif dimana anak dapat membenamkan diri ke dalam dunia maya cenderung akan bersikap anti sosial atau anak mengembangkan jejaring sosial (seperti melalui Facebook, Twitter misalnya) sehingga membuka peluang berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk kepentingan-kepentingan tertentu saat ini dan masa depan. yang lebih banyak. Dengan waktu luang yang lebih banyak ini, anak-anak dapat mengeksplorasi teknologi informasi, dalam hal ini internet (Livingstone, 2). Orang tua juga memberlakukan peraturan dimana penggunaan internet untuk anak hanya dilakukan pada hari libur saja. Hasil analisis berdasarkan distribusi perkembangan sosial anak, siswa mempunyai perkembangan sosial yang baik sebanyak 48 orang (52,7%). Hasil juga memperlihatkan bahwa perkembangan sosial anak yang cukup sebanyak 43 orang (47,3%). Terlihat anak dengan perkembangan sosial baik lebih banyak 5 orang dibanding dengan anak dengan perkembangan sosial cukup. Penelitian yang juga sejalan dengan penelitian ini yakni penelitian yang dilakukan oleh Jackson, Eye dan Biocca (23) bahwa internet tidak memiliki efek buruk pada hasil sosial atau psikologis anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa dari 9 anak, 4 orang yang termasuk kedalam kategori penggunaan internet tinggi (heavy users), 25 orang termasuk dalam kategori penggunaan internet sedang (medium users) dan 25 orang termasuk dalam kategori penggunaan internet rendah (light users). Hasil tanya jawab saat survei (menyebarkan kuesioner) kepada beberapa anak, waktu yang digunakan untuk berinternet adalah waktu libur dan diakhir pekan yaitu hari sabtu dan minggu. Di akhir pekan, anak-anak mempunyai waktu luang Dampak sosial juga tergantung pada faktor personal dan situasional, Interaksi dalam dunia maya, seperti interaksi menggunakan sosial media memiliki aspek positif dan negatif secara bersamaan. Pengaruh kedua aspek tersebut sangat dipengaruhi oleh pola asuh, kepercayaan dan kemandirian anak dalam menggunakan internet (Syarifudin, dkk, 2). Adanya hubungan yang bermakna antara berinternet dengan perkembangan sosial anak

6 6 memang dapat terjadi karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan yang salah satunya adalah pengaruh media massa (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein dan Schwartz, 2). Internet termasuk kedalam media massa yang berkembang saat ini. Perkembangan media massa tidak lepas karena sekolah sekolah dasar saat ini banyak yang sudah menggunakan internet, baik untuk pembelajaran sehari-hari atau dalam mengerjakan tugas sekolah. Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein dan Schwartz (2) juga menyatakan bahwa terdapat potensi bahaya dibalik meningkatkanya potensi komputer, seperti internet dan surat menyurat elektronik telah membuat korespondensi dan informasi tersedia untuk anak dari seluruh dunia dalam ukuran menit. Penggunaan sosial media yang melebihi ambang batas dan mengalahkan pertemuan atau sosialaisasi anak dalam lingkungannya, mendorong anak untuk tidak terampil memiliki keterampilan-keterampilan khusus bersosialisasi. yaitu pemanfaatan internet, anak laki-laki lebih mendominasi dibandingkan dengan anak perempuan dengan presentase 53,2% (Rochmawati,22). Hasil penelitian yang sejalan dengan penelitian ini yaitu dalam Media Awareness Network (dalam Blais, Craig, Pepler, Connollly, 27) bahwa aktivitas yang dilakukan oleh pelajar laki-laki adalah bermain game (sebanyak 85% jauh dibandingkan pelajar perempuan (sebanyak 68%). Siswa laki-laki cenderung lebih tinggi dikarenakan pada hasil penelitian 24 orang dari total 45 orang siswa bermain game online ketika mereka berinternet. Game online merupakan salah satu penyebab tingginya angka berinternet karena menyebabkan kecanduan. Hal tersebut dapat dikarenakan laki-laki memilih game online karena memiliki variasi bermain dengan tingkat kesulitan, cepat bergerak dan terdapat unsur kekerasan didalamnya, juga adanya jaringan dalam permainan yang dapat dimainkan bersama teman-temannya (Bernett, et al.; dalam Loton, 27). Hasil penelitian menunjukan bahwa anak lakilaki cenderung lebih tinggi dalam tingkat keterpaparan dengan internet dari total 4 orang yang berinternet dengan kategori tinggi, 23 orang merupakan siswa laki-laki dan sisanya adalah perempuan. Hasil penelitian yang mendukung bahwa laki-laki lebih besar dalam tingkat keterpaparan terhadap internet Anak yang memiliki orang tua pegawai swasta paling tinggi tingkat keterpaparannya terhadap internet seperti yang telah dijelaskan dalam hasil penelitian. Moersintowarti (22) menjelaskan anak dari keluarga ekonomi mampu lebih mudah belajar perkembangan motorik dibandingkan anak dari keluarga yang kurang mampu. Hal ini dikarenakan

7 7 anak dari keluarga berada lebih banyak mendapat dorongan dan bimbingan dari anggota keluarga yang lainnya. Kemampuan bermain internet disini termasuk kedalam motorik halus anak. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa karakteristik jenis kelamin siswa yang paling banyak pada penelitian ini adalah perempuan. Siswa SDI Panglima Besar Soedirman mayoritas memiliki orang tua dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta. Lama berinternet pada siswa SDI Panglima Besar Soedirman paling banyak pada kategori tinggi dengan aktivitas berinternet anak paling banyak dihabiskan untuk aktivitas kesenangan, seperti bermain game online dan jejaring sosial. Selain itu, perkembangan sosial anak siswa SDI Panglima Besar Soedirman adalah baik. Penelitian ini menunjukan ada hubungan antara tingkat keterpaparan internet dengan perkembangan sosial anak. Analisis tabel silang antara variabel keterpaparan internet dengan perkembangan sosial anak terlihat ada kecenderungan penggunaan internet tinggi dimana perkembangan sosialnya cukup. Hasil dari penelitian menunjukan ada hubungan antara jenis kelamin anak dengan tingkat keterpaparan terhadap internet. Analisis tabel silang antara variabel jenis kelamin anak dengan tingkat keterpaparan anak terlihat kecenderungan anak laki-laki lebih tinggi tingkat keterpaparannya daripada anak perempuan. Penelitian ini menunjukan ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan tingkat keterpaparan terhadap internet. Analisis tabel silang antara variabel pekerjaan orang tua dengan tingkat keterpaparan internet terlihat kecenderungan bahwa siswa dengan orang tua sebagai pegawai swasta lebih tinggi tingkat keterpaparan internet dimana mayoritas dari pekerjaan orang tua siswa itu sendiri adalah pegawai swasta. Penelitian ini menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara antara jenis kelamin anak dengan perkembangan sosialnya serta juga tidak ada hubungan antara pekerjaan orang tua dengan perkembangan sosial anak. Penelitian selanjutnya juga diharapkan mampu memperbaiki area penelitian dengan metode yang berbeda, seperti pengambilan sampel sebaiknya menggunakan rasio yang seimbang antara laki-laki dan perempuan agar terlihat perbedaan antara kedua jenis kelamin tersebut dalam hal tingkat keterpaparan dan perkembangan sosial serta menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti oleh siswa dalam kuesioner. REFERENSI Horrigan. (22). New internet users: what they do online, what they don t and

8 8 implications for the net s future. 9 Desember 22. Hurlock. (22). Psikologi perkembangan ; suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga Kominfo. (22). Pengguna internet Indonesia tertinggi ketiga di Asia. 2 November 22. Livingstone, Sonia. (2). Internet, Children and Youth dalam Consalvo,Mia & Ess, Charles (ed). The Handbook of Internet Studies. Oxford : Blackwell Publishing Ltd Livingstone, Sonia. (23). Children's Use of the Internet: Reflections on the Emerging Research Agenda dalam Jurnal Seri Media & Society. London : Sage Publication Soekanto & Soerjono. (27). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Suyanto. (Ed.). (25). Pengantar teknologi informasi untuk bisnis. Yogyakarta: Andi Soekanto Tapscott, D. (29). Grown Up Digital. How The Net Generation is Changing Your World. United States: Mc Graw Hill. Whalley., & Wong. (22). Pediatric nursing. Winkelsten: Schwartz Wong., Hockenberry., Wilson., Winkelstein., & Schwartz (2). Buku ajar keperawatan pediatrik. Jakarta: EGC Moersintowarti, B. (22). Buku ajar I: tumbuh kembang anak. Jakarta: CV. Sagung Seto. Oetomo., B. (27). E-education : konsep, teknologi dan aplikasi internet pendidikan. Yogyakarta : Andi. Rideout et al. (2). Generation M2 Media in the Lives of 8- to 8-Year-Olds A Kaiser Family Foundation Report. 3 Juli 2. Rochmawati, W. (22). Pemanfaatan Internet Untuk Kepentingan Hiburan Dan Akademik Di Kalangan Anak-Anak Di Kota Surabaya. Jurnal Internet Utilization Of Behavior, 3-5