STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA, PROPINSI JAWA TENGAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA, PROPINSI JAWA TENGAH"

Transkripsi

1 STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA, PROPINSI JAWA TENGAH SKRIPSI YUNITA RAHMA FAUZIAH H DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 RINGKASAN YUNITA RAHMA FAUZIAH. Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NUNUNG KUSNADI) Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjukkan oleh penerimaan devisa dari sektor pariwisata yang menempati peringkat ke lima besar dibandingkan dengan penerimaan devisa dari sektor lain. Pariwisata menyumbangkan 9,89 persen dari total penerimaan devisa pada tahun Ekowisata merupakan konsep pariwisata yang saat ini sangat diminati. Hal ini disebabkan oleh perubahan paradigma berpikir manusia yang semakin memberi penghargaan kepada alam dan isinya dan adanya konsep back to nature. Selain itu, kondisi wisatawan yang jenuh dengan kehidupan di kota dan kesadaran akan konservasi lingkungan yang semakin baik juga merupakan faktor yang menyebabkan berkembangnya ekowisata. Salah satu ekowisata yang berada di Jawa Tengah adalah Taman Nasional Karimunjawa (TN Karimunjawa) yang terletak di Kabupaten Jepara. Keberadaan TN Karimunjawa sebagai daerah konservasi dan juga pemanfaatan sebagai ekowisata menjadikan TN Karimunjawa memerlukan kecermatan tersendiri dalam pemanfaatan potensinya sebagai ekowisata agar tidak bertentangan dengan fungsinya sebagai kawasan konservasi dan tidak mempertajam adanya conflicting issue. Strategi pengembangan yang tepat diperlukan untuk meminimalisisr conflicting issue yang ada. Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi potensi-potensi wisata yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik ekowisata di TN Karimunjawa, (2) Merumuskan srategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa, (3) Menganalisis arah pengembangan TN Karimunjawa berdasarkan prioritas strategi pengembangan. Penelitian dilakukan di Balai TN Karimunjawa dan TN Karimunjawa di Propinsi Jawa Tengah. Data yang digunakan untuk melengkapi penelitian ini adalah penerimaan devisa, jumlah pengunjung, hasil pengisian kuesioner oleh responden, serta data yang bersumber pada Statistika TN Karimunjawa. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2009 hingga Januari Responden pada penelitian ini adalah Kepala Balai TN Karimunjawa. Penelitian ini menggunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif dengan alat analisis Analytic Network Process yang diolah dengan perangkat lunak Super Decision Taman Nasional Karimunjawa memiliki potnsi wisata yang dapat dikembangkan untuk ekowisata yang terdiri dari wisata darat, laut, penelitian, pendidikan, dan budaya. Jenis ekowisata yang dapat dikembangkan tersebut merupakan ekowisata yang saling bersinergi sehingga dapat dikembangkan dengan menjalankan fungsi konservasi. Faktor yang menyusun jaringan dalam penyusunan strategi pengembangan ekowisata adalah aspek, permasalahan, solusi, dan alternatif strategi. Elemen utama pada faktor aspek adalah sosial ekonomi masyarakat yang menunjukkan bahwa ketergantungan masyarakat akan sumberdaya alam yang dapat merusak

3 lingkungan harus dikurangi. Elemen utama pada faktor permasalahan adalah kesadaran masyarakat dalam mematuhi aturan masih rendah, yang berarti kesadaran masyarakat harus ditingkatkan agar tidak merusak potensi wisata yang ada dan peraturan serta pengamanan harus dipertegas. Elemen utama pada faktor solusi adalah membangun dan memperbaiki jejaring sosial. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi yang baik antara masyarakat, pemerintah, dan pelaku bisnis dapat mengurangi kerusakan pada lingkungan. Prioritas strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa adalah (1) peningkatan pemberdayaan masyarakat yang menunjukkan bahwa masyarakat lokal perlu diberdayakan secara ekonomi ataupun dalam pengamanan partisipatif untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan di lokasi ekowisata TN Karimunjawa. (2) peningkatan kesadaran masyarakat, (3) pengembangan jasa lingkungan, (4) pembangunan wisata darat dan bahari, (5) pemantapan koordinasi antar para stakeholders, dan (6) pengembangan penelitian berbasis konservasi. Prioritas strategi ini menunjukkan arah pengembangan TN Karimunjawa yaitu pembangunan ekowisata dan konservasi berbasis pemberdayaan masyarakat.

4 STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA, KABUPATEN JEPARA, PROPINSI JAWA TENGAH YUNITA RAHMA FAUZIAH H Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

5 Judul Skripsi Nama NRP : Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah : Yunita Rahma Fauziah : H Disetujui, Pembimbing Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Diketahui, Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP Tanggal Lulus:

6 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal dari penulis lain atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Mei 2010 Yunita Rahma Fauziah H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jepara pada tanggal 19 Juni Penulis adalah putri pertama dari lima bersaudara dari pasangan H. Drs. Muchtarom, M.Pd (Alm) dan Haryumi, SPd. Penulis menempuh pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Mindahan I Jepara dan menyelesaikannya pada tahun Penulis kemudian melanjutkan pendidikan ke MTs NU Banat Kudus dan berhasil menyelesaikan pada tahun Jenjang pendidikan atas ditempuh oleh penulis di SMA Negeri 1 Jepara dan lulus pada tahun Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2005 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dan diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis yang memiliki motto hidup Perjuangan tiada akhir dalam menggapai ridha-nya ini aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan dan tercatat sebagai Ketua Asrama Putri A2 TPB IPB 2005, Staff Departemen Politik dan Organisasi BEM TPB IPB , Staff Departemen Kebijakan Nasional BEM KM IPB , Sekretaris Menteri Kajian Strategis Nasional BEM KM IPB , dan Sekretaris Kementerian Kebijakan Nasional BEM KM IPB Penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan di tingkat fakultas ataupun kampus sebagai panitia ataupun pengisi acara. Prestasi yang diraih penulis antara lain Penerima Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dan Bantuan Penelitian dari Pemerintah Kabupaten Jepara yang digunakan penulis untuk menyelesaikan skripsi dengan judul Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Penulis juga meraih beberapa penghargaan antara lain Peserta Terbaik Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Tingkat Madya Se-Sumatera, Bogor, Banten, dan DKI di Universitas Andalas 2009, PKM Pangabdian Masyarakat yang didanai DIKTI 2007, Juara 1 Baca Puisi Islami Pagi Annaba IPB 2005.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kepada Allah Subhanahu Wata ala atas segala nikmat dan karunia-nya serta Shalawat salam kepada Junjungan Agung Nabi Besar Muhammad SAW atas teladannya, yang menjadikan penulis dapat selalu bersyukur atas proses kehidupan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Strategi Pengembangan Ekowisata Taman Nasional Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi ekowisata yang ada di Taman Nasional Karimunjawa serta menganalisis arah pengembangan TN Karimunjawa berdasarkan prioritas strategi pengembangan ekowisata yang dipilih oleh pengambil kebijakan (Balai Taman Nasional Karimunjawa). Skripsi ini adalah karya tulis terbaik yang pernah ditulis penulis. Proses penulisan yang membutuhkan curahan waktu, konsentrasi dan kemampuan tinggi membuat penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat. Penulisan skripsi ini tak lepas dari berbagai kendala dan keterbatasan penulis. Saran dan masukan membangun yang dapat menambah pengetahuan serta pengalaman penulis sangat diharapkan sehingga pada masa yang akan datang penulis dapat memberikan sesuatu yang lebih baik dari skripsi ini. Bogor, Mei 2010 Yunita Rahma Fauziah H

9 UCAPAN TERIMA KASIH Penulisan skripsi ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Dr. Ir Nunung Kusnadi, MS., selaku dosen Pembimbing Skripsi atas bimbingan, arahan, waktu, kesabaran, dan bantuan yang tak ternilai berupa petuah yang membuat penulis menyadari betapa penting ilmu dibandingkan dengan sebuah gelar. 2. Dr. Ir. Suharno, M.A.Dev., selaku dosen penguji utama atas kritik dan masukan tentang prinsip ekowisata untuk perbaikan skripsi ini. 3. Eva Yolynda Aviny, SP, MM. selaku dosen penguji Komisi Pendidikan yang dengan terbuka memberikan masukan, koreksi, dan sarannya. 4. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS selaku dosen pembimbing akademik yang memberikan arahan selama menjalani kegiatan akademik. 5. Bapak Muchtarom Syuja (Almarhum), yang membuat penulis paham akan makna kehidupan, pengabdian, rasa syukur, dan keseimbangan. Semoga Allah memberikan tempat terindah di taman surga-nya. Uhibbuka Abiy. Ibunda Haryumi yang dengan tangguh tetap bertahan serta memberikan dukungan moral yang luar biasa sehingga penulis merasakan ujian yang dilewati begitu ringan, matur nuwun sanget, Bu. 6. Bu Anna Sylviana atas waktu dan masukan serta informasi mengenai Taman Nasional, terima kasih untuk brosur-brosur, peraturan perundangan, dan suntikan semangatnya. Bu Eva atas waktu yang diluangkan untuk mengajari penulis Super Decision. What a meaningful moment Mom. 7. Bapak Drs. H. Hendro Martojo, MM selaku Bupati Jepara dan seluruh staf Pemerintah Kabupaten Jepara atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan bantuan penelitian dalam penulisan skripsi ini. 8. Ir. M.G. Nababan, MT selaku kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa atas waktu, kesempatan, dan informasi serta semangat yang diberikan. Rekan-rekan BTNKJ, Mba Faiz, Bu Puji, Mba Mia, Pak Nyoto, Pak Iwan atas bantuan selama mengurus SIMAKSI dan penelitian di BTNKJ.

10 9. Mas Arif (Kades Karimunjawa), Pak Prono Cahyono, Pak Pur dan keluarga, Pak Afif, dan masyarakat Karimunjawa yang telah memberikan banyak informasi mengenai Karimunjawa. 10. Adriyanto Pratama yang berkenan menjadi pembahas serta memberikan saran serta masukan untuk perbaikan seminar dan skripsi. Thanks Gitotea. 11. Seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis atas dukungan moral dan suntikan semangat selama penulis menyelesaikan tugas akhir. 12. Adik-adik penulis: Oni, Isna, Arif, Aida yang menjadi penguat saat penulis merasa rapuh. Keberadaan kalian membuatku merasa ada. Keep on unity ya Beri yang terbaik untuk Ibu tercinta kita dan almarhum Bapak. 13. Teman-teman sebimbingan yang dengan senang hati berdiskusi dengan penulis. Semoga sukses selalu. Teman-teman AGB 42 dan AGB 43 atas kebersamaan selama kuliah dan gladikarya. Wish our friendship will be everlasting friendship. Go go gareba. 14. Nurul, Echa, Gito, Sule, Nawi, Mala, Fey (Highlander AGB 42) dan Kak Cahyo, yang membuat semangat penulis berlipat ganda lebih besar. Nuhun sanget 15. Keluarga Bani Sahli, Pakdhe, Budhe, Bulik, Om, keponakan yang selalu merindukan penulis, serta sepupu-sepupu yang selalu menguatkan. 16. Ardhana Surya Saputra, S.Pt., yang senantiasa menemani penulis berburu literatur dan informasi, berbagi pengalaman, memberikan kasih sayang dan semangat yang membuat penulis bersyukur. 17. Teman-teman di hunian nan indah Wismo Ayu dan Al Farabi yang membuat penulis menemukan keluarga baru: Yu Ni (Almh), Nur, Veni, Rita, Niken, Anggi, Widha, Duo Tyas, Ika, Mba Yanti, Mba Zahroh, Mba Ria, Mba Nidia, Mba Melput, Mba Riana, Ulfa, Zera, Wiji, Ari. 18. Teman-teman BEM KM IPB Kabinet IPB Bersatu, Kabinet Totalitas Perjuangan, dan Kabinet IPB Gemilang (Mas Erik, Mas Wahyu, Mas Nuralim, Lisma, Irul, Yuda, dan semuanya). Semangat selalu! The Jak s Maker. Hidup Mahasiswa!! Bogor, Mei 2010 Yunita Rahma Fauziah

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Penelitian Ruang lingkup Penelitian... 7 II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Pariwisata Ekowisata dan Agrowisata Definisi Taman Nasional Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Ekowisata Kajian Empiris Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN Nilai Ekonomi Taman Nasional Kerangka Dasar Formulasi Strategi Perencanaan Strategi Pengembangan TN Karimunjawa Aspek Penyusun Strategi TN Karimunjawa Aspek Internal Aspek Eksternal Arah Pengembangan Taman Nasional Karimunjawa Analytic Network Process (ANP) Kerangka Pemikiran Penelitian IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode dan Pengolahan Data Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif dengan Analytic Network Process (ANP) iii iv v

12 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Taman Nasional Karimunjawa Sejarah Taman Nasional Karimunjawa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Karimunjawa Balai Taman Nasional Karimunjawa Visi, Misi, dan Struktur Organisasi Balai TN Karimunjawa Pelaksanaan Pengelolaan Oleh Balai TN Karimunjawa VI POTENSI WISATA TN KARIMUNJAWA Potensi Wisata Darat Potensi Wisata Bahari (Laut) Potensi Wisata Religi Potensi Wisata Pendidikan dan Penelitian Potensi Wisata Budaya VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA Kerangka Umum Analytical Network Process Prioritas Strategi Pengembangan Ekowisata TN Karimunjawa Konsistensi Prioritas Strategi Pengembangan Ekowisata di TN Karimunjawa VIII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 97

13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditas Ekspor Lainnya Tahun Data Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Objek Wisata di Indonesia Tahun Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Objek Wisata di Indonesia Tahun Tahapan Pelaksanaan Analisis dengan ANP Nilai Skala Banding Berpasangan Perbedaan AHP dan ANP Zonasi di TN Karimunjawa Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Data Pendidikan di Karimunjawa Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Sarana Perekonomian di Karimunjawa Program Kegiatan DIPA 29 Balai TN Karimunjawa Permasalahan Internal dan Eksternal Balai TN Karimunjawa Daftar Pulau-pulau yang Memiliki Potensi Wisata Bahari Hasil Analisis ANP untuk Prioritas Aspek terhadap Tujuan Hasil Analisis ANP untuk Prioritas Permasalahan terhadap Tujuan Hasil Analisis ANP untuk Prioritas Solusi terhadap Tujuan Hasil Analisis ANP untuk Prioritas Strategi terhadap Tujuan... 88

14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Model Manajemen Strategis Kerangka Pemikiran Penelitian Perbedaan Hirarki dengan Jaringan Struktur Organisasi Balai TN Karimunjawa Elang Dada Putih Ikan Ekor Kuning Terumbu Karang di Pulau Kumbang Terumbu Karang di P. Karimunjawa Amphiprion ocellaris dan Amphiprion clarkii Hiu di Pulau Menjangan Besar Biota Laut yang Bisa Dinikmati di Pulau Menyawakan Kura-kura Resort Makam Sunan Nyamplungan Peta Penyebaran Penyu di TN Karimunjawa Pelepasan Tukik Rumah Bugis di Desa Kemujan Reog dan Barongan Karimunjawa Grafik Tingkat Kepatuhan Nelayan di Zona Inti dan Zona Perlindungan... 78

15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Peta Zonasi TN Karimunjawa Hasil Analisis ANP... 98

16 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris dan memiliki kekayaan alam terletak di lintas katulistiwa dan deretan gunung berapi menjadikan Indonesia sebagai negeri yang subur dan indah. Keindahan alam Indonesia diakui oleh wisatawan baik nusantara ataupun mancanegara. Kondisi ini menjadikan Indonesia memiliki lokasi wisata yang dikunjungi wisatawa. Dengan demikian pariwisata di Indonesia terutama pariwisata alam merupakan hal yang patut dikembangkan. Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi, hal ini ditunjukkan oleh penerimaan devisa dari sektor pariwisata menempati peringkat lima besar pada tahun 2005 hingga Pariwisata juga merupakan penyumbang devisa yang besar bagi Indonesia dibandingkan dengan komoditi ekspor lainnya. Pada tahun 2005 menyumbang 8,50 persen dari total devisa Indonesia dan sempat mengalami penurunan pada tahun 2006, tetapi pada tahun 2007 sektor pariwisata dapat memberikan sumbangan sekitar 5000 juta US$ (9,89 persen dari total devisa) seperti yang disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Penerimaan Devisa Pariwisata Dibandingkan dengan Komoditas Ekspor Lainnya Tahun Jenis Kelompok No Devisa Devisa Devisa Komoditi % % % (Juta US $) (Juta US $) (Juta US $) 1 Minyak dan Gas Bumi ,59 36, ,50 34, ,52 31,58 2 Pakaian Jadi 4.996,91 9, ,16 9, ,74 8,77 3 Pariwisata 4.521,90 8, ,97 7, ,98 9,89 4 Alat Listrik 4.364,11 8, ,74 7, ,72 7,31 5 Minyak Kelapa Sawit 3.756,28 7, ,64 7, ,75 11,10 6 Tekstil 3.703,95 6, ,76 6, ,73 6,43 7 Karet olahan 3.343,65 6, ,14 9, ,69 9,27 8 Kayu olahan 3.088,16 5, ,97 5, ,20 2,14 9 Kertas dan Barang dari kertas 2.324,77 4, ,22 4, ,11 5,08 10 Bahan kimia 2.079,91 3, ,38 4, ,23 5,61 11 Makanan Olahan 1.806,31 3, ,56 3, ,41 2,81 Total , , , Sumber: (diolah)

17 Sepanjang tahun wisatawan dalam negeri yang berkunjung ke obyek wisata Indonesia mengalami peningkatan jumlah tetapi mengalami penurunan laju persentase perubahan. Peningkatan paling tinggi sebesar 4.41 persen dari tahun sebelumnya terjadi pada tahun 2003 pada saat jumlah wisatawan nusantara yang berkunjung ke objek wisata di Indonesia sebesar orang, kemudian pada tahun selanjutnya jumlah wisatawan yang berkunjung mengalami peningkatan sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 2. Tabel 2. Data Kunjungan Wisatawan Nusantara ke Objek Wisata di Indonesia TAHUN Jumlah Wisatawan Nusantara (000 orang) Rata-rata perjalanan (hari) Total Pengeluaran (Trilyun Rp) Pengeluaran per perjalanan (000 Rp) Presentase perubahan kunjungan (%) ,884 1,88 58,71 324, ,379 1,9 68,82 343,09 1, ,03 1,88 70,87 373,56 4, ,353 1,82 71,7 373,85 1, ,701 1,89 74,72 394,43 1, ,391 1,92 78,67 400,35 1, *) 116,107 1,95 79,85 406,35 1,50 Laju perubahan rata-rata 1,88 Sumber : (diolah), diakses Maret 2009 Keterangan : *) Angka sementara Juni 2007 Persentase perubahan wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia pada rentang tahun 2000 hingga tahun 2007 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan meningkat pada tahun dan menurun pada tahun Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara paling rendah pada tahun 2003 dan paling tinggi pada tahun Laju perkembangan kunjungan wisatawan mancanegara rata-rata adalah 1.46 persen per tahun, hal ini dapat dijelaskan dan dilihat pada tabel 3. United Nation Environment Programme (UNEP) memprediksikan bahwa kedatangan wisatawan internasional pada sejumlah tempat wisata di dunia mencapai satu miliar orang pada tahun Kedatangan wisatawan yang sangat besar ini dapat menyebabkan beberapa pengaruh terhadap lokasi wisata. Salah satu efek terbesar yang sangat dikhawatirkan akibat adanya pariwisata adalah

18 rusaknya lingkungan. Untuk itu, arahan pariwisata untuk masa yang akan datang adalah pariwisata yang berbasis lingkungan (Wood 2002). Tabel 3. Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Objek Wisata di Indonesia Tahun Tahun Jumlah Wisatawan Rata-rata Pengeluaran Rata-rata tinggal Penerimaan Devisa Presentase Perubahan Mancanegara Per kunjungan Per hari (hari) (Juta USD) Kunjungan (%) ,18, 92,59, 12,26, 5.748, ,36 100,42 10, ,26 1, ,26 91,29 9, ,56-2, ,74 93,27 9, ,02-11, ,66 95,17 9, ,88 19, ,86 9, ,89-6, ,09 100,48 9, ,98-2, ,98 107,70 9, ,98 13,02 Laju perubahan rata-rata 1,46 Sumber : (diolah) Pariwisata yang berbasis lingkungan (ekowisata) merupakan konsep pariwisata yang saat ini sangat diminati. Hal ini disebabkan oleh perubahan paradigma berpikir manusia yang semakin memberi penghargaan kepada alam dan isinya dan adanya konsep back to nature. Selain itu, kondisi lingkungan kerja yang padat dan tingkat jenuh yang tinggi mengakibatkan banyak orang yang ingin menikmati udara bebas dari alam untuk melepaskan penat. Indonesia dengan kekayaan alamnya memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai pusat wisata alam. Kesadaran akan pentingnya konservasi alam juga merupakan faktor yang menyebabkan ekowisata sangat diminati. Ekowisata bukan semata merupakan bisnis di bidang jasa yang menjual jasa bagi pemenuhan konsumen akan pemandangan yang indah dan udara yang segar, namun erat kaitannya dengan kegiatan-kegiatan lain seperti riset dan pengembangan ilmu pengetahuan. Ekowisata yang di dalamnya mencakup agrowisata juga dapat berperan sebagai media promosi produk pertanian, menjadi media pendidikan masyarakat, memberikan peluang pengembangan produk agribisnis dan berarti pula dapat menjadi kawasan pertumbuhan baru wilayah.

19 Dengan demikian, agrowisata dapat menjadi salah satu sumber pertumbuhan baru daerah, sektor pertanian dan ekonomi nasional (Deptan 2005). Pengembangan produk pertanian dapat dilakukan dengan mengolah dan memasarkan produk pertanian di lokasi ekowisata. Hal ini didukung dengan adanya agrowisata sehingga pengunjung tidak hanya menikmati produk pertanian tetapi juga melihat proses pembuatan produk pertanian ataupun turunannya. Usaha pengembangan ekowiata dan agrowisata di Indonesia sudah dimulai sejak tahun Basis data Direktorat Jenderal Pariwisata 1994/1995 yang mencatat sedikitnya terdapat delapan propinsi di Indonesia yang ekowisatanya layak untuk dikembangkan. Delapan propinsi tersebut adalah Sumatera Utara, Riau, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Jawa Timur, dan NTB. Salah satu ekowisata yang terdapat di Jawa Tengah adalah Taman Nasional Karimunjawa (TN Karimunjawa) yang terletak di Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah. TN Karimunjawa memiliki potensi wisata alam yang indah disertai dengan wisata bahari, flora, dan fauna serta atraksi budaya yang menarik. Ekowisata yang dibangun di TN Karimunjawa adalah ekowisata yang memanfaatkan potensi alam dan keadaan sosial. Potensi alam dan masyarakat asli menjadi faktor penarik wisatawan. Potensi alam yang dikenal di Karimunjawa adalah potensi wisata bahari. Sementara itu, terdapat juga potensi wisata lain seperti wisata pendidikan dan wisata budaya. Potensi wisata TN Karimunjawa yang sangat bagus dan menjanjikan untuk dikembangkan serta fungsinya sebagai Taman Nasional menjadikan TN Karimunjawa rentan terhadap konflik kepentingan (conflicting issue). Conflicting issue yang mungkin terjadi adalah benturan antara bisnis, kondisi masyarakat asli yang memanfaatkan sumberdaya alam, serta kepentingan konservasi. Hal ini mendorong perlu adanya langkah untuk meneliti dan menentukan arah strategi pengembangan yang tepat untuk diterapkan di TN Karimunjawa. Pengembangan wisata di TN Karimunjawa memerlukan studi yang mendalam dalam hal analisis kondisi masyarakat, sosial ekonomi, pelaku dalam penerapan kebijakan pengembangan TN Karimunjawa, peraturan perundangan yang berlaku untuk Taman Nasional, dan lingkungan sebagai pendukungnya. Arah pengembangan yang seperti ini mempertimbangkan permasalahan utama

20 dalam pengembangan ekowisata TN Karimunjawa adalah sejauh mana ekowisata melibatkan masyarakat lokal dan efek terhadap lingkungan yang ditimbulkan dari praktik ekowisata. 1.2 Perumusan Masalah Taman Nasional Karimunjawa terletak di Kepulauan Karimunjawa yang berupa gugusan pulau yang berjumlah 27 pulau yang terletak di Laut Jawa. Pada tahun 2001 melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.74/Kpts-II/2001 kawasan Karimunjawa dan perairan sekitarnya seluas Ha ditetapkan menjadi kawasan pelestarian alam dengan nama Taman Nasional Karimunjawa. Dengan ditetapkannya kawasan Karimunjawa menjadi taman nasional maka kawasan di TN Karimunjawa dapat dimanfaatkan untuk pendidikan, penelitian, budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Karimunjawa memiliki potensi berupa alam yang indah, keanekaragaman hayati, dan keunikan berupa penduduk yang tinggal di dalamnya. Akan tetapi tidak semua potensi dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik ekowisata. Berdasarkan potensi yang ada, ekowisata yang memungkinkan untuk dikembangkan di TN Karimunjawa adalah wisata terbatas yang berupa wisata bahari, darat, pendidikan, dan budaya di zona pemanfaatan wisata dan permukiman. Kondisi ini menarik banyak pihak baik pemerintah daerah maupun swasta untuk mengusahakan ekowisata di kawasan TN Karimunjawa. Berdasarkan uraian ini, maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai apa saja potensi di kawasan TN Karimunjawa yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik ekowisata. Pemanfaatan potensi yang ada untuk ekowisata menjadikan para pelaku usaha wisata di TN Karimunjawa berkeinginan untuk meningkatkan jumlah pengunjung. Untuk itu dilakukan promosi agar TN Karimunjawa dapat lebih dikenal. Pengembangan ekowisata sebagai bisnis tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan dapat mengakibatkan ketidaksesuaian tujuan taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam. Pada dasarnya baik pengembangan ekowisata ataupun peningkatan pengunjung tidak diperbolehkan melebihi daya dukung lingkungan agar ekowisata dapat berkelanjutan. Dengan demikian pengembangan ekowisata yang dilakukan oleh berbagai pihak memerlukan

21 kecermatan tersendiri agar tidak bertentangan dengan fungsinya sebagai kawasan pelestarian alam. Beberapa bentuk pengembangan ekowisata yang memungkinkan diterapkan di TN Karimunjawa adalah menjadikan TN Karimunjawa sebagai obyek ekowisata yang dapat dimanfaatkan sebagai bisnis, mempertahankan fungsi konservasi dari TN Karimunjawa, dan pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan ekowisata sehingga bisnis dan konservasi dapat bersinergi. Untuk itu, perlu dirumuskan strategi pengembangan ekowisata yang dapat mengakomodasi bisnis ekowisata, fungsi konservasi, dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan uraian di atas, maka untuk menentukan strategi yang dipilih dalam pengembangan TN Karimunjawa, permasalahan yang merupakan pembahasan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Potensi wisata apa saja yang dapat dimanfaatkan sebagai ekowisata di TN Karimunjawa? 2. Bagaimana rumusan srategi pengembangan ekowisata di TN Karimunjawa? 3. Bagaimana arah pengembangan ekowisata TN Karimunjawa berdasarkan prioritas strategi yang dipilih? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah dijelaskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Mengidentifikasi potensi-potensi wisata yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik ekowisata di TN Karimunjawa. 2. Merumuskan strategi pengembangan ekowisata di TN Karimunjawa. 3. Menganalisis arah pengembangan TN Karimunjawa berdasarkan urutan prioritas strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini akan memberikan manfaat yang sangat luas dan dapat dijadikan sebagai rujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan sektor pariwisata seperti :

22 1. Penelitian ini adalah ujian komprehensif serta memanfaatkan ilmu yang diperoleh selama di bangku kuliah. 2. Bagi pemerintah terutama Balai Taman Nasional Karimunjawa dan Pemerintah Kabupaten Jepara melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas Pariwisata agar dapat menjadi bahan rujukan untuk merumuskan kebijakan kepariwisataan yang tidak melanggar peraturan di Kepulauan Karimunjawa. 3. Pihak yang tertarik untuk terjun dalam kolaborasi pengembangan Taman Nasional Karimunjawa (TN Karimunjawa). 4. Sebagai bahan rekomendasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang terkait dengan pariwisata, Taman Nasional, serta pengembangannya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan menganalisis potensi-potensi yang ada di TN Karimunjawa berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dan berdasarkan observasi langsung. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan prioritas strategi pengembangan ekowisata yang sudah dirumuskan sebelumnya oleh BTNKJ yang merupakan arah pengembangan TN Karimunjawa. Penelitian ini membahas arah pengembangan TN Karimunjawa dan strategi pengembangannya didasarkan pada urutan prioritas pada pengambilan keputusan.

23 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pariwisata Definisi pariwisata terdapat pada Undang-undang No 9/1990 tentang Kepariwisataan, pada Bab I pasal I mengenai ketentuan umum. Berdasarkan isi pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut dilakukan dengan sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek wisata atau daya tarik wisata. Pariwisata adalah segala yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dalam bidang tersebut. Pariwisata merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi. Kegiatan pariwisata mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional, sebagai contoh dengan adanya peningkatan devisa negara dari kunjungan wisatawan asing mendorong industri-industri baru yang berkaitan dengan jasajasa wisata untuk ikut berperan. Peningkatan devisa negara dari wisatawan asing juga mengakibatkan naiknya permintaan hasil-hasil pertanian dan bertambahnya pemakaian barang lokal. Hal ini juga mendorong perluasan pasar barang-barang lokal, penyerapan tenaga kerja, dan pembangunan daerah terpencil yang memiliki daya tarik wisata (Wahab 1992). 2.2 Ekowisata dan Agrowisata Ekowisata (ecological tourism), yaitu suatu model pengembangan pariwisata yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerahdaerah yang dikelola secara kaidah alam untuk menikmati dan menghargai alam (dan segala bentuk budaya yang menyertainya) yang mendukung konservasi, melibatkan unsur pendidikan dan pemahaman, memiliki dampak yang rendah dan keterlibatan aktif sosial ekonomi masyarakat setempat 1. Ekowisata juga berarti kegiatan wisata yang dilakukan tanpa mengganggu kondisi alam meningkatkan sisi positif dan meminimalisir kegiatan negatif yang dapat merusak alam ataupun 1 Batasan Pengertian Ekowisata ( diakses Maret 2009

24 lingkungan. Kegiatan wisata ini berarti menikmati flora dan fauna yang ditemukan di lokasi wisata. Ekowisata memiliki empat hal penting yang harus diperhatikan yaitu: komunitas, pendidikan, budaya, dan lingkungan. Empat hal yang harus berjalan secara seimbang tersebut adalah (1) komunitas setempat harus terlibat sejak penyusunan hingga evaluasi wisata, (2) wisata ini harus menjadi media belajar bagi wisatawan maupun pengelolanya, (3) budaya setempat harus diberi tempat agar tetap bertahan di tengah derasnya budaya lain, serta (4) kegiatan wisata ini harus memperhatikan kelestarian lingkungan. Ekowisata memiliki prinsip-prinsip dalam pengelolaannya seperti memberikan edukasi kepada operator dan calon pengunjung akan pentingnya konservasi, menekankan bisnis yang bertanggung jawab, bekerjasama secara aktif antara pemerintah dan penduduk setempat. Dengan prinsip pengelolaan seperti ini, diharapkan bisnis ekowisata dapat berjalan seiring dengan fungsi konservasi kawasan. Ekowisata memiliki segmen pasar wisata berkelanjutan yaitu bisnis travel, wisata alam, dan wisata budaya. Dengan adanya ekowisata, bisnis travel, penyedia wisata alam, dan wisata budaya dapat bersinergis dan menjadi komponen yang saling melengkapi. Selain itu, ekowisata diharapkan dapat memaksimalkan manfaat ekonomi untuk penduduk lokal, dan memastikan bahwa ekowisata yang dijalankan tidak melebihi daya dukung sosial maupun lingkungan sehingga batasan-batasan pemanfaatan ekowisata ditetapkan bersama antara masyarakat setempat dengan stakeholders lain. Pelaksanaan ekowisata pada dasarnya adalah pelibatan komunitas lokal dalam operasinya. Operator yang berada di lokasi ekowisata diharapkan bisa memberdayakan masyarakat lokal dalam memberikan rambu-rambu dan persiapan edukasi bagi calon pengunjung. Peraturan dan regulasi merupakan hal penting dalam pelaksanaan ekowisata karena ekowisata yang tidak didasari dengan peraturan yang jelas dapat mengakibatkan tercurinya spesies lokal dan kearifan lokal yang ada di lokasi ekowisata. Ekowisata yang memadukan antara pariwisata dan pertanian disebut agrowisata. Agrowisata menyajikan atraksi budidaya untuk komoditas pertanian

25 yang dapat menarik pengunjung untuk membeli produk, menikmati pertunjukan dan mengambil bagian dalam aktivitas di suatu areal perkebunan atau tempat budidaya 2. Aktivitas agrowisata dapat dilakukan dengan berkunjung ke desa dasn terlibat langsung dalam kegiatan pertanian. Misalnya wisatawan itu melihat proses produksi wine di Sibetan, memetik kopi di Pelaga, atau memanen rumput laut di Nusa Ceningan Definisi Taman Nasional Definisi Taman Nasional menurut pasal 1 UU No 5 Tahun 1990 adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. Penentuan kawasan Taman Nasional didasarkan pada beberapa kriteria 4 yaitu: 1) Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; 2) Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; 3) Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; 4) Memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam; 5) Merupakan kawasan yang dapat dibagi menjadi Zona Inti, Zona Pemanfaatan, Zona Rimba dan Zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri 5. Taman Nasional memiliki fungsi sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan, kawasan pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Segala sesuatu yang berhubungan dengan Taman Nasional diatur dalam peraturan yang berlaku, termasuk dalam pengusahaan pariwisata alam di zona pemanfaatan Taman Nasional. Peraturan Menteri Kehutanan (Permenhut) 2 [Diakses Maret 2009] 3 I Gede Astana Jaya. Ekowisata, Mengawinkan Pariwisata dan Pertanian. Majalah Salam Pasal 31 PP Nomor 68 Tahun [diakses 31 Agustus 2009]

26 No.P.19/Menhut-II/2004 juga mengatur kolaborasi pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam. Berdasarkan definisi dari International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) tahun 1994 mengenai kawasan perairan yang dilindungi (marine protected area), Taman Nasional (National Park) termasuk dalam kategori II yang bertujuan untuk perlindungan ekosistem dan rekreasi. Menurut MacKinnon et al (1990) dalam Anwar (2009), kawasan Taman Nasional harus relatif luas, materinya tidak diubah oleh kegiatan manusia serta tidak diperkenankan adanya pemanfaatan sumberdaya tambang. Mac Kinnon et al (1990) dalam Anwar (2009) juga menyatakan definisi Taman nasional sebagai kawasan dengan tujuan utama pengelolaannya adalah: 1. Mempertahankan contoh ekosistem dalam kondisi alamiahnya 2. Mempertahankan keanekaragaman ekologis dan pengaturan lingkungan 3. Melestarikan sumberdaya plasma nutfah 4. Melestarikan kondisi kawasan tangkap air 5. Menyediakan pelayanan rekreasi dan pariwisata 6. Melindungi objek dan tempat warisan budaya, sejarah, dan purbakala 7. Melindungi keindahan alam serta tempat terbuka, dan 8. Mendorong pemanfaatan rasional serta berkelanjutan dari kawasan marjinal dan pembangunan perdesaan. Taman Nasional Karimunjawa juga memiliki kekhasan tersendiri sehingga ditunjuk dan ditetapkan menjadi Taman Nasional. Kekhasan yang ada di TN Karimunjawa antara lain elang laut, dara laut, rusa, kera ekor panjang, Trocokan karimuniensis, terumbu karang, dan bunga karang. Selain itu penduduk asli yang berada di kawasan TN Karimunjawa juga merupakan sumber kearifan lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai objek ekowisata. Kearifan lokal yang masih dapat dipelajari di Karimunjawa adalah saling menghormati sesama sebagai bentuk syukur atas sumberdaya alam yang dapat dinikmati, masyarakat lokal juga sangat menjunjung sejarah kawasan sehingga berusaha untuk tetap menjaga kawasan untuk generasi berikutnya.

27 2.4 Faktor-faktor yang Mendukung Keberhasilan Ekowisata Saat ini banyak wisatawan mencari tempat wisata di negara tropika sebagai tempat untuk melakukan perjalanan wisata karena negara tropika terkenal dengan keanekaragaman hayati yang tinggi. Dengan demikian, ekowisata merupakan satu hal yang dimanfaatkan oleh wisatawan sebagai tempat untuk melihat sesuatu yang berbeda (unik dan khas), sesuatu yang baru, spektakuler, dan dapat dinikmati dengan nyaman (Mac Kinnon et al 1990 dalam Yuniarti 2005) Mac Kinnon et al (1990) dalam Yuniarti (2005) juga menyatakan bahwa factor utama yang membuat kawasan ekowisata menarik sehingga mendatangkan banyak wisatawan adalah letak kawasan ekowisata. Hal ini meliputi (1) kawasan memiliki atraksi yang menarik dan unik seperti satwa liar dan sebagainya, (2) memiliki keistimewaan yang berbeda dibandingkan dengan kawasan lain beserta dengan budaya yang menarik, dan (3) memiliki objek wisata pantai, danau, sungai, air terjun, atau kolam yang dapat dimanfaatkan oleh para wisatawan. Persepsi wisatawan pada saat ini sudah berubah dari tourist yang memiliki konotasi kegiatan hanya menikmati atraksi wisata yang ada berubah menjadi traveler yaitu orang yang melakukan perjalanan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru dari tempat yang dikunjunginya (Damanik 2008). Penghargaan kepada alam juga semakin ditunjukkan oleh para traveler. Berbeda dengan traveler, tourist yang hanya ingin menikmati atraksi wisata diharapkan dapat memiliki pemahaman yang baik mengenai pentingnya konservasi. 2.5 Kajian Empiris Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai perumusan dan penetapan strategi baik yang diterapkan pada ekowisata ataupun perusahaan pernah dilakukan oleh Al Muttaqien (2007), Rokhman (2008), Kristiyani (2008), Pusponingtyas (2008), dan Mayasari (2008). Penelitian-penelitian ini meneliti tentang penerapan strategi yang paling tepat untuk perusahaan yang diteliti baik strategi bersaing ataupun strategi pemasaran. Penelitian yang dilakukan oleh Al Muttaqien (2007), Pusponingtyas (2008), Mayasari (2008), dan Kristiyani (2008) meneliti tentang strategi pengembangan dan strategi bersaing pada perusahaan. Alat analisis yang

28 digunakan dalam penelitian ini adalah Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, Matriks Profil Kompetitif (CPM), Matriks SWOT, dan Matriks QSP untuk menentukan prioritas alternatif strategi. Hasil penelitian pada umumnya menunjukkan bahwa perusahaan berada pada posisi kuadran V untuk Matriks IE. Hal ini dimungkinkan oleh adanya kecenderungan rensponden perusahaan untuk memilih menyatakan perusahaan pada kondisi yang biasa-biasa saja. Prosedur atau pertanyaan yang diajukan pada saat wawancara belum dijelaskan sehingga belum dapat disimpulkan faktor apa yang menyebabkan sebagian besar penelitian mengenai strategi menghasilkan posisi perusahaan pada kuadran V. Pusponingtyas (2008) melengkapi proses pemilihan strategi dengan menggunakan arsitektur starategis yang menjelaskan pelaksanaan waktu dan program yang akan dilaksanakan oleh perusahaan selama kurun waktu tertentu. Berbeda dengan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Rokhman (2008) menggunakan alat analisis Proses Hirarki Analisis (PHA) untuk menentukan strategi yang paling tepat untuk diterapkan pada perusahaan yang ditelitinya. Pemilihan strategi dengan menggunakan alat analisis PHA merupakan pemilihan keputusan dengan kondisi yang kompleks. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menghasilkan alternatif strategi yang didasarkan pada prioritas dalam pengambilan keputusan, sehingga kecenderungan untuk berada pada posisi yang biasa-biasa saja dapat dihindarkan karena setiap orang memiliki asumsi tersendiri untuk setiap kriteria yang diterapkan dalam hirarki pada proses pengambilan keputusan. Selain itu, Smith (2004) melakukan penelitian mengenai perencanaan strategi taman nasional di Kepulaun Rodrigues. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan rencana pengelolaan zonasi dan penegakan hukum untuk mencegah degradasi lingkungan. Kondisi Rodrigues Islet (Kepulauan Rodrigues) yang memiliki penduduk asli yang hidup di sekitar taman nasional identik dengan TN Karimunjawa yang juga memiliki penduduk asli di kawasan taman nasional. Strategi yang diterapkan di Kepulauan Rodrigues merupakan strategi yang melibatkan partisipasi masyarakat lokal. Sistem zonasi diperlukan untuk melindungi lingkungan dari degradasi, selain itu untuk mendukung konservasi di

29 taman nasional Rodrigues dilakukan juga partisipasi mayarakat. Taman nasional yang terdiri dari beberapa pulau (kepulauan) perlu untuk membagi zona di kawasannya dengan pembagian yang jelas termasuk siapa saja yang bisa memasuki kawasan tersebut. Penelitian yang akan dilakukan kali ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu penelitian mengenai strategi pengembangan daerah tujuan wisata. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian yang akan bertujuan memilih strategi yang tepat untuk diterapkan dalam pengembangan TN Karimunjawa mengingat fungsinya sebagai taman nasional dan wilayah konservasi. Alat analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah ANP (Analytical Network Process), pemilihan alat analisis didasarkan pada pertimbangan bahwa pemilihan strategi yang telah dirumuskan sebelumnya oleh Balai TN Karimunjawa melalui analisisis deskriptif kualitatif. Strategi yang telah dilaksanakan oleh Balai TN Karimunjawa Strategi yang dirumuskan oleh Balai TN Karimunjawa mempertimbangkan beberapa aspek yang saling mempengaruhi sehingga memerlukan alat analisis yang dapat menjelaskan adanya interdependensi.

30 III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Nilai Ekonomi Taman Nasional Alam seisinya memiliki nilai ekonomi yang dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Nilai ekonomi ini dapat diperoleh jika alam dilestarikan dan dijaga sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan daya dukung lingkungannya. Jika alam tidak dijaga, maka nilai ekonomi yang dimilikinya tidak bertahan lama. Dalam rangka mempertahankan nilai ekonomi dari alam maka dilakukan kegiatan perlindungan dan pelestarian alam (konservasi alam). Usaha konservasi alam memberikan manfaat yang dapat dirasakan oleh pihak lain yang tidak ikut dalam melaksanakan konservasi. Kondisi ini disebut eksternalitas positif (Fauzi et al 2007). Manfaat yang diperoleh dari konservasi alam adalah udara bersih, keanekaragaman hayati, dan pemandangan yang indah. Nilai ekonomi dari konservasi alam dapat dimanfaatkan selama pemanfaatannya memegang prinsip konservasi dan regulasi kelestarian alam. Menurut pasal 1 UU No 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam. Menurut undang-undang tersebut salah satu fungsi dari taman nasional sebagai objek wisata yaitu alam yang asli dan alami. Kegiatan wisata yang berupa penghargaan terhadap alam disebut ekowisata. Pengembangan ekowisata atau usaha ekowisata dapat dilakukan di taman nasional sesuai dengan PP No 36 Tahun 2010 mengenai pengusahaan pariwisata alam di kawasan pelestarian alam. Menurut PP No 36 Tahun 2010, pengembangan ekowisata di taman nasional dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta, perorangan, badan usaha, ataupun koperasi. Selain itu kegiatan yang terkait ekowisata yang dapat dilakukan adalah pengusahaan jasa lingkungan dan penyedia sarana ekowisata berupa homestay, perlengkapan perjalanan ekowisata, dan jasa transportasi. Kegiatan ekowisata dan pendukung ekowisata diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan bagi penduduk asli.

31 Pengembangan ekowisata berkelanjutan di taman nasional dapat berjalan dengan baik jika potensi dan kelestarian alam masih terjaga. Keberadaan pelaku usaha di taman nasional sedikit banyak memberikan dampak bagi kelestarian lingkungan. Pelaku usaha yang melakukan aktivitas yang tidak berprinsip pada ekonomi lingkungan dapat mengakibatkan kelestarian lingkungan terganggu. Aktivitas yang tidak berprinsip pada kelestarian lingkungan dapat mengakibatkan kawasan taman nasional rusak, banyak terdapat sampah, biopiracy (tercurinya spesies asli) dan bahkan tercurinya kearifan lokal, serta kawasan yang menjadi tidak alami. Hal ini banyak terjadi di zona pemanfaatan di taman nasional. Aktivitas ekowisata yang mengakibatkan rusaknya potensi alami merupakan eksternalitas negatif bagi masyarakat dan lingkungan taman nasional. Eksternalitas negatif adalah biaya yang dikeluarkan seseorang untuk kerugian yang dideritanya akibat kegiatan yang tidak dilakukannya. Sebagai contoh, jika pemanfaatan wisata tidak mempertimbangkan prinsip kelestarian maka kerusakan lingkungan yang ditimbulkan tidak hanya dirasakan oleh pelaku usaha, tetapi penduduk yang berada di kawasan tersebut. Konsep pemanfaatan taman nasional untuk ekowisata seperti yang diuraikan di atas dapat diterapkan di TN Karimunjawa. Taman nasional Karimunjawa adalah taman nasional yang memiliki penduduk asli dan zona pemanfaatan wisatanya dimanfaatkan sebagai ekowisata. Pemanfaatan ekowisata di TN Karimunjawa saat ini masih didominasi oleh investor dari luar kawasan. Hal ini menjadikan perlu adanya langkah khusus yang melibatkan penduduk lokal sebagai investor sesuai dengan prinsip dan fungsi taman nasional yang dalam pemanfaatannya bertujuan untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Selain adanya kegiatan ekowisata, keadaan masyarakat yang masih sangat bergantung pada lingkungan dan sumberdaya alam menjadi kekhasan tersendiri dalam pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Ketergantungan yang tinggi pada sumberdaya alam dapat berakibat pada berkurangnya kuantitas spesies yang dapat dijadikan sebagai daya tarik ekowisata yang tinggi nilai ekonominya. Oleh karena itu, pengembangan TN Karimunjawa diharapkan dapat memberikan arahan bagi ekowisata dan kesejahteraan masyarakat.

32 Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Departemen Kehutanan RI menyatakan bahwa sebagian masyarakat miskin yang berada di kawasan konservasi sangat bergantung sumberdaya alam di sekitarnya. Model desa konservasi (MDK) banyak diterapkan pada desa yang penduduknya memiliki ketergantungan tinggi terhadap sumberdaya alam. Model desa konservasi memegang prinsip bahwa penduduk desa harus berpartisipasi aktif dalam jaringan pemasaran, adanya variasi usaha dan sumber mata pencaharian yang berdasarkan potensi lokal. Selain itu diharapkan adanya produk yang ramah lingkungan dan tidak melebihi daya dukung lingkungan dan adanya kemitraan antara pelaku ekonomi di masyarakat dengan pelaku usaha serta kalangan yang peduli terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini juga yang diadaptasi oleh TN Karimunjawa dengan membentuk desa model sebagai pengamanan partisipatif dari penduduk lokal. Pengembangan ekowisata berkelanjutan dan berprinsip pada kelestarian alam di TN Karimunjawa memerlukan adanya strategi pengembangan ekowisata. Hal ini disebabkan oleh adanya kegiatan ekowisata dan aktivitas penduduk lokal. Kegiatan ini perlu diperhatikan dan dipantau agar tidak merusak dan mengganggu kelestarian lingkungan. Untuk meminimalisir dampak dari aktivitas ekowisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan, diperlukan adanya pengawasan baik dari pemerintah ataupun dari masyarakat setempat. Dengan demikian, arah dari strategi pengembangan yang diharapkan adalah keterlibatan masyarakat lokal dalam memanfaatkan dan menjadi pengawas pemanfaatan sumberdaya alam secara lestari. 3.2 Kerangka Dasar Formulasi Strategi Strategi adalah proses penentuan rencana yang biasanya dirumuskan oleh puncak pimpinan yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya agar tujuan tersebut dapat dicapai. Menurut David (2002), strategi adalah seni dan pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan yang membuat perusahaan mampu mencapai tujuannya. Strategi yang diterapkan di TN Karimunjawa pada dasarnya adalah keputusan jangka panjang yang diterapkan di TN Karimunjawa

33 yang bertujuan untuk menjalankan fungsi konservasi dan kesejahteraan masyarakat berdasar prinsip kelestarian. Strategi penting dirumuskan di TN Karimunjawa dikarenakan isu pergeseran fungsi kawasan yang terdapat di wilayah Taman Nasional serta keberadaan masyarakat lokal yang mungkin tergeser dengan adanya investor luar sebagai akibat dari pelaksanaan ekowisata. Strategi merupakan hal penting dalam tahap perumusan strategi (formulasi strategi) yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu organisasi menjalankan visi dan misi untuk mewujudkan tujuan jangka panjang organisasi. Hal yang sama akan terjadi pada TN Karimunjawa yang memerlukan perumusan strategi sebagai alat untuk mewujudkan visi TN Karimunjawa. Strategi diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal yang mengancam berubahnya fungsi kawasan di TN Karimunjawa yang terjadi di masa yang akan datang karena pada dasarnya strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan jangka panjang organisasi. Strategi pengembangan adalah strategi yang disusun dan digunakan agar sebuah perusahaan dapat selalu menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan mencapai keserasian antar sektor, sehingga tujuan jangka panjang dapat tercapai. Strategi pengembangan TN Karimunjawa merupakan usaha memposisikan diri dalam menghadapi tantangan dan kemungkinan perubahan yang terjadi dengan memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada dan meminimalisir kelemahan serta mengatasi ancaman. Proses manajemen strategis adalah pendekatan yang objektif, logis, sistematis yang melibatkan fase perumusan dan implementasi rencana, strategi, dan keputusan yang diperlukan untuk meraih tujuan efektif dan efisien dari suatu organisasi (Hubeis dan Najib 2008). Proses manajemen strategis didasarkan pada keyakinan bahwa organisasi harus terus menerus memonitor peristiwa dan kecenderungan internal dan eksternal sehingga melakukan perubahan tepat waktu. Hal yang sama diperlukan TN Karimunjawa untuk merumuskan strategi yang dimulai dengan identifikasi visi (tujuan), identifikasi kondisi internal dan eksternal serta memilih prioritas strategi dari alternatif strategi yang ada. David (2002) mengungkapkan bahwa proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap: perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi. Perumusan strategi terdiri dari proses mengembangkan misi, menemu kenali peluang dan

34 ancaman eksternal perusahaan, menetapkan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi tertentu untuk dimasuki. Penelitian ini mengidentifikasi visi dan misi dari Balai TN Karimunjawa sebagai bahan acuan dalam perumusan strategi pengembangan TN Karimunjawa. Visi Balai TN Karimunjawa adalah koridor dalam penentuan strategi. Selain itu, kondisi eksternal yang tidak dapat dikendalikan oleh Balai TN Karimunjawa serta kondisi internal dari Balai TN Karimunjawa digunakan untuk menentukan elemen pembangun jaringan ANP. Proses manajemen strategis yang akan dilakukan pada penelitian ini akan digambarkann sesuai dengan proses manajemen strategis yang dirumuskan oleh David (2002), akan tetapi penelitian ini hanya melakukan fungsi manajemen strategis pada tahap formulasi strategi. Kerangka kerja proses manajemen strategis diilustrasikan pada Gambar 1. Melakukan audit eksternal Mengembang kan pernyataan misi Menetapkan sasaran jangka panjang Menghasilkan, mengevaluasi, dan memilih strategi Menetapkan kebijakan dan sasaran tahunan Mengalokasi kan sumberdaya Mengukur dan mengevaluasi prestasi Melakukan audit internal Sumber: David (2002) formulasi strategi implementasi strategi evaluasi strategi Gambar 1. Model Manajemen Strategis Proses manajemen David menjadi kerangka proses penentuan manajemen strategis pada penelitian ini. Penelitian ini menjalankan fungsi pada tahapan formulasi strategi yang memberikan masukan bagi Balai TN Karimunjawa untuk menjalankan strategi (implementasi strategi) yang telah disusun berdasarkan analisis kondisi TN Karimunjawa dan faktor eksternal yang mempengaruhi.

35 Dalam menentukan prioritas strategi yang akan dianalisis dalam penelitian ini, diperlukan adanya pernyataan visi dan misi dari Balai TN Karimunjawa yang akan menjadi koridor bagi sinkronisasi strategi yang diterapkan oleh Balai TN Karimunjawa. Dengan adanya pernyataan visi yang jelas, maka gambaran umum pilihan strategi dapat ditentukan. Setelah itu analisis kondisi internal dan eksternal akan menjadi landasan dalam penyusunan strategi pengembangan TN Karimunjawa. Analisis internal adalah analisis mengenai potensi TN Karimunjawa yang dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa melalui analisis deskriptif kualitatif dan didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh institusi lain. Peneliti yang dapat melakukan penelitian di kawasan TN Karimunjawa harus mendapatkan Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi (SIMAKSI). Analisis potensi juga dilakukan dengan observasi langsung dan pencarian data di Balai TN Karimunjawa. Selain itu, proses sosialisasi peraturan juga merupakan kondisi internal dari Balai TN Karimunjawa. Analisis eksternal adalah analisis mengenai faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh TN Karimunjawa dalam hal penyusunan strategi. Faktor-faktor eksternal yang mungkin muncul dalam analisis pada penelitian ini adalah peraturan perundangan, keadaan sosial masyarakat, dan conflicting issues. Tujuan jangka panjang dari Balai TN Karimunjawa yang merupakan refleksi dari tujuan pengembangan dari TN Karimunjawa merupakan pernyataan lanjutan dari visi. Balai TN Karimunjawa membuat rencana pengelolaan dua puluh tahun yang disahkan oleh Ditjen PHKA dan yang akan dijabarkan pada rencana lima tahunan dan rencana tahunan Balai TN Karimunjawa. Setelah menetapkan tujuan jangka panjang, tahapan yang dilakukan adalah menetapkan strategi. Perumusan strategi ini sudah dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa selaku pengelola TN karimunjawa dengan analisis deskriptif kualitatif. Strategistrategi yang dirumuskan oleh Balai TN Karimunjawa akan dianalisis dengan analisis kuantitatif untuk menentukan prioritas strategi yang merupakan arah pengembangan TN Karimunjawa.

36 3.3 Perencanaan Strategi Pengembangan TN Karimunjawa Perencanaan merupakan tahap awal dari pengembangan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Antisipasi dan regulasi dari perubahan yang akan terjadi dalam suatu sistem yang akan dikembangkan, dirancang atau disusun dalam perencanaan. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa pengembangan dapat meningkatkan keuntungan sosial, ekonomi dan lingkungan bagi setiap pelakunya. Proses perencanaan diharapkan terpadu, sehingga dalam pengembangan tidak terdapat pihak yang dirugikan (Mukti 2001). Pengembangan TN Karimunjawa memerlukan perencanaan yang matang terkait dengan adanya conflicting issue yang mengharuskan perencanaan pengembangan harus dilakukan dengan cermat. Perencanaan diperlukan untuk mencapai sasaran yang sesuai dengan arah pengembangan TN Karimunjawa. Hal ini berarti memanfaatkan TN Karimunjawa sebagai ekowisata sesuai dengan zona yang diizinkan serta tidak menurunkan fungsi konservasi sebagai fungsi utama dari TN Karimunjawa. Beberapa program telah dirumuskan dan dalam pengelolaan TN Karimunjawa oleh Balai Taman Nasional Karimunjawa melalui pendekatan deskriptif kualitatif seperti pembentukan Desa Model yang merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat di darat ataupun di perairan baik di zona penyangga, zona permukiman maupun zona pemanfaatan tradisional. Untuk mewujudkan arah pengembangan TN Karimunjawa seperti yang sudah dijelaskan, diperlukan langkah-langkah strategis jangka panjang yang disusun dan dirumuskan dalam perencanaan strategis yang diterapkan di TN Karimunjawa. Perencanaan strategi dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa dan merupakan analisis yang komprehensif baik untuk faktor sosial ekonomi masyarakat, lingkungan, peraturan yang berlaku, bahkan untuk pihak-pihak yang berkepentingan. Strategi-strategi yang dirumuskan akan dipilih berdasarkan prioritas strategi, prioritas strategi ini menjadi arahan dalam menyusun rencana strategis bagi pengembangan TN Karimunjawa. Strategi yang telah dipilih akan dijalankan dengan proses operasional melalui perencanaan program yang dilaksanakan oleh Balai TN Karimunjawa. Penelitian ini hanya membahas perumusan strategi dan arah pengembangan TN

37 Karimunjawa yang didasarkan pada prioritas pemilihan strategi pengembangan TN Karimunjawa. 3.4 Aspek Penyusun Strategi TN Karimunjawa Proses perumusan strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa memerlukan analisis beberapa aspek yang mempengaruhi proses formulasi strategi. Aspek penyusun merupakan aspek internal dan eksternal Balai TN Karimunjawa sebagai pengambil keputusan strategis di TN Karimunjawa Aspek Internal Aspek internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan Balai TN Karimunjawa meliputi peraturan perundangan yang merupakan landasan gerak Balai TN Karimunjawa, sumberdaya manusia, potensi alam, adanya sistem zonasi, tersedianya sarana prasarana, sumber dana dari Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA), serta masyarakat binaan Balai TN Karimunjawa. Peraturan perundangan yang melandasi pengembangan TN Karimunjawa adalah UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA dan ekosistem, Peraturan Pemerintah (PP) No 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam, PP No 36 Tahun 2010 tentang pengusahaan pariwisata di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, Permenhut No P.19/Menhut-II/1994 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Kolaborasi pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam merupakan pelaksanaan suatu kegiatan atau penanganan suatu masalah dalam rangka membantu meningkatkan efektivitas pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam secara bersama dan sinergis oleh para pihak atas dasar kesepahaman dan kesepakatan bersama sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pihak-pihak yang dapat melakukan kolaborasi pengelolaan antara lain lembaga pemerintah pusat, lembaga pemerintah daerah, masyarakat, BUMN, BUMD, LSM, dan perguruan tinggi. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain pembinaan daya dukung kawasan, pemanfaatan kawasan (untuk pariwisata dan pendidikan), penelitian dan pengembangan, perlindungan dan pengamanan potensi, pengembangan sumberdaya manusia untukn kelestarian kawasan, dan

38 pembinaan partisipasi masyarakat. Hal terpenting dalam pengelolaan Taman Nasional adalah segala aktivitas pemanfaatan baik pariwisata ataupun budidaya hanya diperbolehkan di zona pemanfaatan wisata dan zona budidaya serta larangan mengganggu ataupun merubah sumberdaya alam yang terdapat di zona inti. Sumberdaya manusia merupakan faktor internal yang berupa kekuatan Balai TN Karimunjawa, dengan adanya sumberdaya manusia maka pelaksanaan dan rencana pengembangan TN Karimunjawa dapat dilaksanakan. Kapasitas sumberdaya manusia dapat menjadi kelemahan jika dalam pelaksanaan sosialisasi peraturan tidak dapat dimengerti oleh masyarakat asli sehingga banyak terjadi pelanggaran. Pelanggaran juga terkait dengan pemantauan dan pengamanan yang dilakukan oleh sumberdaya manusia Balai TN Karimunjawa. Potensi alam merupakan kekuatan yang akan digunakan sebagai basis data dalam penyusunan strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Potensi alam menentukan lokasi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Potensi alam juga berpengaruh bagi keberlanjutan dan keberhasilan konservasi dan ekowisata, karena potensi alam yang rusak akan berakibat rendahnya daya tarik ekowisata. Untuk itu potensi alam yang ada harus dipertahankan keunikan, kekhasan, dan kelestariannya. Sistem zonasi merupakan pembagian wilayah di TN Karimunjawa yang menentukan aktivitas yang dilakukan di wilayah tertentu. Pada umumnya Taman Nasional dibagi menjadi tiga zona yaitu: zona inti yaitu zona yang mutlak dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia. Zona rimba adalah kawasan taman nasional yang menjadi penyangga bagi zona inti, dan zona pemanfaatan adalah bagian dari Taman Nasional yang menjadi pusat kunjungan atau rekreasi. Sarana prasarana yang terdapat di TN Karimunjawa merupakan faktor internal karena Balai TN Karimunjawa dapat memanfaatkan sarana prasarana sebagai penunjang wisata terbatas di zona perlindungan ataupun di zona permukiman dan pemanfaatan pariwisata. Sumber dana yang digunakan oleh Balai TN Karimunjawa adalah DIPA 29. Masyarakat binaan Balai TN Karimunjawa adalah kelompok masyarakat yang merupakan fokus Balai TN

39 Karimunjawa dalam perencanaan desa model. Kelompok ini diajarkan untuk dapat menjalankan fungsi keamanan dan hal-hal yang terkait dengan pelestarian TN Karimunjawa Aspek Eksternal Aspek eksternal adalah faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh Balai TN Karimunjawa yang mempengaruhi penyusunan strategi oleh Balai TN Karimunjawa. Faktor eksternal yang merupakan aspek penyusun strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa adalah pasar pariwisata, dukungan dari pengambil kebijakan, investor, dukungan perguruan tinggi dan LSM, dan kondisi sosial ekonomi yang dapat menyebabkan pemanfaatan lingkungan yang tidak bertanggung jawab dan mengakibatkan degradasi lingkungan. Pasar pariwisata merupakan peluang yang besar yang dapat dimanfaatkan oleh Balai TN Karimunjawa. Kecenderungan wisatawan untuk memilih daerah ekowisata sebagai alternatif tujuan lokasi wisata merupakan hal yang harus dimanfaatkan oleh Balai TN Karimunjawa untuk menarik wisatawan. Dukungan dari pengambil kebijakan berasal dari pemerintah pusat, propinsi dan pemerintah kabupaten. Dukungan yang dilakukan berupa promosi dan program yang mendukung pengembangan ekowisata di TN Karimunjawa. Hal ini terkait dengan keberadaan investor yang meningkatkan daya tarik TN Karimunjawa, namun yang perlu diwaspadai adalah pemanfaatan alam oleh investor yang tidak sesuai aturan sehingga mengurangi kekhasan dari TN Karimunjawa. Dukungan perguruan tinggi berupa penelitian yang dilakukan di TN Karimunjawa. Penelitian yang dilakukan mengidentifikasi potensi wisata yang ada dan penelitian mengenai kondisi sosial masyarakat TN Karimunjawa. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa perguruan tinggi antara lain penelitian mengenai potensi daya tarik biota laut untuk wisata, ekosistem terumbu karang, dan studi mengenai fauna darat. Lembaga non pemerintah juga memiliki peran bagi TN Karimunjawa terutama LSM lingkungan hidup yang berusaha tetap mengajak masyarakat ataupun pemerintah daerah setempat untuk tetap melestarikan lingkungan.

40 Kondisi sosial ekonomi adalah hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Masyarakat yang menghuni TN Karimunjawa sudah berada di wilayah TN Karimunjawa sejak Kecamatan Karimunjawa belum menjadi Taman Nasional. Kebutuhan hidup menjadikan masyarakat yang sebagian besar hidup sebagai nelayan menggantungkan hidupnya pada hasil laut. Kewaspadaan perlu ditingkatkan jika masyarakat mulai merambah zona perlindungan ataupun zona inti di wilayah TN Karimunjawa. Untuk itu perlu dicarikan solusi melalui pemberdayaan masyarakat. 3.5 Arah Pengembangan Taman Nasional Karimunjawa Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab tinjauan pustaka bahwa Taman Nasional adalah kawasan yang ditunjuk karena memiliki ekosistem asli dan kekhasan kawasan TN Karimunjawa memiliki kekhasan dan fungsi sebagai kawasan konservasi yang memiliki zona pemanfaatan wisata untuk dapat dikenal sebagai tempat wisata alam. Pengelolaan taman nasional dapat memberikan manfaat 6 antara lain : 1. Ekonomi Taman Nasional dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis, sebagai contoh potensi terumbu karang merupakan sumber yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan pendapatan bagi nelayan, penduduk pesisir bahkan devisa negara. 2. Ekologi Taman Nasional yang dikelola dengan baik akan menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik di daratan maupun perairan. 3. Estetika Taman Nasional dengan kekhasan dan panorama alamnya memiliki keindahan sebagai obyek wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam / bahari. 6 Ditjen PHKA Dephut RI

41 4. Pendidikan dan Penelitian Merupakan obyek dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian. 5. Jaminan Masa Depan Keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi baik di darat maupun di perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara batasan bagi kehidupan yang lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang. Arah pengembangan TN Karimunjawa didefinisikan sebagai prioritas strategi yang dipilih oleh Balai TN Karimunjawa. Strategi-strategi yang dirumuskan oleh Balai TN Karimunjawa dianalisis berdasarkan kriteria penyusunnya yang terdiri atas aspek-aspek yang saling terkait dan mempengaruhi sehingga menghasilkan urutan prioritas strategi yang menunjukkan arah pengembangan TN Karimunjawa. Taman Nasional Karimunjawa ditetapkan sebagai taman nasional sejak tahun Berdasarkan keputusan Ditjen PHKA Departemen Kehutanan RI dengan Surat Keputusan No 79/IV/Set-3/2005, TN Karimunjawa dibagi berdasarkan sistem zonasi. Zona yang berada di TN Karimunjawa adalah zona inti, perlindungan, pemanfaatan pariwisata, pemukiman, rehabilitasi, budidaya, pemanfaatan perikanan tradisional. Taman Nasional Karimunjawa yang mulai dikenal oleh wisatawan dalam pemanfaatannya sebagai pariwisata (ekowisata) sejak tahun 2000 belum banyak dikenal sebagai obyek ekowisata. Kepentingan dan harapan TN Karimunjawa dapat memberikan manfaat seperti yang telah dijelaskan menjadikan pengembangan TN Karimunjawa memiliki benturan kepentingan (conflicting issue) antara pihak yang berorientasi bisnis, pemanfaatan sumberdaya alam secara tidak lestari oleh masyarakat asli, dengan kepentingan konservasi. Adanya zona pemanfaatan wisata di TN Karimunjawa merupakan salah satu cara yang digunakan agar pemanfaatan secara ekonomi terbatas pada zona tersebut. Pemanfaatan ekowisata dan potensi wisata yang ada di TN Nasional Karimunjawa berupa wisata bahari, wisata ilmiah (wisata pendidikan dan penelitian), wisata religi, dan wisata budaya. Hal ini memerlukan pembangunan

42 fasilitas umum seperti jalan, homestay, rumah makan. dan toko. Pembangunan sarana dalam pendukung wisata di Taman Nasional telah diatur dalam PP nomor 36 Tahun 2010 yang menyebutkan luas wilayah yang digunakan untuk membangun sarana pendukung wisata di zona pemanfaatan wisata Taman Nasional tidak boleh melebihi sepuluh persen dari luas area yang ditetapkan dalam izin. Bentuk bangunan harus bergaya arsitektur budaya setempat, dan tidak diperkenankan merubah bentang alam yang ada. Pengembangan TN Karimunjawa sebagai obyek wisata yang berorientasi bisnis jika tidak dipantau dan dikontrol dalam jangka panjang dapat berakibat kurang baik terhadap kelestarian lingkungan meskipun kawasan TN Karimunjawa sudah dibagi dalam sistem zonasi. Hal ini akan terjadi jika pemanfaatannya tidak didasari oleh kesadaran pelestarian lingkungan. Pengembangan ekowisata harus mempertimbangkan kesiapan operator dalam memberikan edukasi kepada pengunjung. Hal-hal yang merupakan panduan bagi operator antara lain mempersiapkan calon pengunjung untuk dapat meminimalisir dampak pada lingkungan yang ditimbulkan akibat kegiatan ekowisata. Selain itu, operator ekowisata harus selalu memberikan pelatihan kepada pemandu lokal dan memberikan kontribusi kepada konservasi. Lapangan kerja yang dibangun adalah lapangan kerja yang melibatkan masyarakat lokal, akomodasi yang ditawarkan juga sebaiknya memperhatikan situasi lokal. Panduan operator seperti ini belum banyak diterapkan di lokasi ekowisata. Beberapa kendala di atas memerlukan penyelesaian yang bersifat win-win solution bagi pelestarian alam dan pemanfaatan TN Karimunjawa sebagai obyek pariwisata. Koridor (guideline) dalam pengembangan TN Karimunjawa merujuk pada fungsi utama TN Nasional sebagai Kawasan Pelestarian alam yang memiliki tugas utama sebagai kawasan konservasi maka arah pengembangan wisata TN Karimunjawa adalah ekowisata yang didukung pemberdayaan masyarakat. 3.6 Analytic Network Process (ANP) Analytic Network Process adalah teori umum pengukuran relatif yang digunakan untuk menurunkan rasio prioritas komposit dari skala rasio individu yang mencerminkan pengukuran relatif dari pengaruh elemen-elemen yang saling

43 berinteraksi dengan kriteria control (Saaty 2003). Dengan pengertian ini maka masalah yang kompleks dalam perumusan strategi di TN Karimunjawa dipisahkan dalam cluster-cluster yang memiliki level-level tersendiri. Kriteria-kriteria yang saling berhubungan dan mempengaruhi juga dapat berupa umpan balik (feedback) bagi kriteria yang lain merupakan alasan bahwa alat analisis yang digunakan untuk menganalisis prioritas strategi yang diterapkan di TN Karimunjawa adalah Analytic Network Process. Pemilihan ANP sebagai alat analisis didasarkan pada kompleksitas lingkungan yang dihadapi oleh pengambil keputusan (dalam hal ini Balai TN Karimunjawa) dalam merumuskan strategi pengembangan TN Karimunjawa. Tahapan dalam membangun jaringan ANP untuk menentukan prioritas strategi dijelaskan dalam Tabel 4 berikut: Tabel 4. Tahapan Pelaksanaan Analisis dengan ANP Tahapan Hasil Studi literature, wawancara, dan frame Gambaran umum strategi yang working dirumuskan oleh BTNKJ dan framework analisis awal. Konfirmasi framework Framework analisis dan kuesioner pairwise Pairwising (pengisian kuesioner oleh Data hasil pairwising responden) Pengolahan data dengan Software Super Laporan akhir Decicions Sumber: Susilo (2008) 3.7 Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian yang mendasari pengoperasian penelitian dimulai dengan pengamatan mengenai fenomena semakin banyaknya peminat wisata alam (ekowisata). Pengamatan mengenai TN Karimunjawa yang masih belum berkembang dilakukan pada saat survey pendahuluan dan selama penelitian. Wawancara dilakukan dengan mewawancarai sumber yang berhubungan dengan TN Karimunjawa dan pengambil kebijakan dalam pengembangan TN Karimunjawa seperti Staf Ditjen PHKA Departemen Kehutanan RI, Kepala Balai TN Karimunjawa dan Kepala Bagian Pengembangan Karimunjawa Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara.

44 Pengelolaan TN Karimunjawa diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi, ekologi, estetika, ilmiah, dan jaminan masa depan. Hal ini dapat menimbulkan conflicting issue antara pihak yang berorientasi bisnis, pemanfaatan sumberdaya oleh masyarakat, dan kepentingan konservasi alam. Pertimbangan dalam penyusunan strategi pengembangan di wilayah TN Karimunjawa antara lain peraturan yang berlaku, kondisi sosial ekonomi, dan potensi wisata yang ada. Strategi yang telah dirumuskan oleh Balai TN Karimunjawa kemudian diidentifikasi kriteria yang menyusun ataupun yang mempengaruhinya. Informasi yang didapatkan dari literatur berupa statistik Balai TN Karimunjawa tahun 2008, peraturan perundangan dan kemungkinan pengembangan wisata di TN Karimunjawa merupakan informasi yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan hirarki dan membuat prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa. Hasil yang didapat dalam hirarki yang merupakan suatu jaringan akan diproses menggunakan Analytic Network Process. Hasil yang diperoleh dapat dilihat tingkat pengaruhnya terhadap pengembangan TN Karimunjawa. Prioritas strategi merupakan arah pengembangan TN Karimunjawa. Kerangka pemikiran penelitian ini diringkas pada Gambar 2.

45 TN Karimunjawa sebagai salah satu Objek Daya Tarik Wisata belum banyak dikenal sebagai potensi Ekowisata Pengembangan Ekowisata TN Karimunjawa Bisnis (Profit Oriented) dan Pemanfaatan SDA yang tidak ramah lingkungan Konservasi (Pemanfaatan Lestari) Solusi Pemecahan Masalah Minimalisir Konflik Alternatif Strategi Pengembangan TN Karimunjawa Urutan Prioritas Strategi Pengembangan (Analytic Network Process) Arah Pengembangan TN Karimunjawa Gambar 2. Kerangka Pemikiran Penelitian

46 IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Balai Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Semarang Jawa Tengah dan Taman Nasional Karimunjawa yang terletak di Kepulauan Karimunjawa, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pemilihan ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Taman Nasional Karimunjawa tersebut merupakan salah satu daerah kawasan ekowisata yang potensial untuk dikembangkan dan merupakan wisata andalan Kabupaten Jepara (berdasarkan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kabupaten Jepara tahun 2009). Kegiatan penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2009 sampai Februari Penulisan proposal dilakukan pada bulan Agustus- Oktober Pengumpulan data dan pengolahan data dilakukan pada bulan November 2009 sampai Januari 2010 dan penulisan laporan pada bulan Februari Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder yang berasal dari lingkungan internal dan eksternal Taman Nasional Karimunjawa. Data primer diperoleh dengan melakukan pegamatan langsung di lapangan mengenai potensi TN Karimunjawa ataupun kegiatan-kegiatan lain yang mendukung penelitian, wawancara langsung dengan pemilik perusahaan dan pengisian kuesioner oleh responden, serta wawancara dengan pengusaha di daerah setempat serta dengan wisatawan yang berkunjung ke TN Karimunjawa. Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive). Dalam analisis menggunakan ANP, untuk menentukan responden, tidak ada jumlah minimal yang diperlukan, sepanjang responden yang dipilih merupakan ahli (expert) di bidangnya dan memiliki pandangan obyektif atas hal yang dipertanyakan. Responden pada penelitian ini adalah Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa dengan pertimbangan Kepala Balai TN Karimunjawa adalah penentu kebijakan di TN Karimunjawa dan sebagai rujukan dan konsultasi bagi pengambil keputusan lainnya dalam menentukan kebijakan terkait dengan TN Karimunjawa.

47 Data sekunder diperoleh dari hasil riset atau penelitian terdahulu, dan berbagai literatur baik dari perpustakaan maupun situs internet yang relevan dengan masalah penelitian yang dilakukan. Data penunjang dikumpulkan dari informasi instansi yang terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Pariwisata dan Kebudayaan Republik Indonesia, Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara, Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Jepara. 4.3 Metode dan Pengolahan Data Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel, bagan, dan uraian. Penjelasan mengenai masing-masing alat analisis pada penelitian ini disajikan sebagai berikut Analisis Kualitatif Analisis kualitatif bertujuan untuk mendapatkan gambaran menyeluruh yang mendalam mengenai obyek penelitian, sehingga dari pengamatan dapat diketahui kondisi riil TN Karimunjawa, baik internal maupun eksternal. Hasil analisis ini disajikan dalam deskripsi, tabel, gambar maupun matriks sesuai hasil yang diperoleh. Analisis kualitatif dilakukan dalam identifikasi potensi wisata yang ada di TN Karimunjawa dan interpretasi dari hasil olahan data Analisis Kuantitatif dengan Analytic Network Process (ANP) Analytic Network Process merupakan suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis prioritas strategi pengembangan berdasarkan jaringan yang dibangun setelah dilakukan wawancara dengan Kepala Balai TN Karimunjawa. Data yang diperlukan pada analisis kuantitatif ini bersumber dari kuesioner yang diisi oleh Kepala Balai TN Karimunjawa. Ascarya (2006) berpendapat bahwa ANP merupakan analisis yang memungkinkan seseorang untuk melakukan interdependensi secara sistematis antara elemen-elemen yang ada dalam jaringan. ANP merupakan pendekatan baru dalam proses pengambilan keputusan. ANP bekerja berdasarkan jaringan yang dibangun yang memungkinkan seseorang mengambil keputusan atas hubungan dari elemen-elemen tanpa membuat asumsi-

48 asumsi tentang independensi elemen-elemen sehingga ANP mampu memperbaiki kelemahan AHP (Saaty 2003). ANP menggunakan jaringan tanpa harus menetapkan level seperti pada hirarki yang digunakan pada AHP, yang merupakan titik awal ANP. Pada jaringan AHP terdapat tujuan, kriteria, subkriteria, dan alternatif, dimana masing-masing level memiliki elemen. Sedangkan dalam jaringan ANP, level disebut cluster yang dapat memiliki kriteria dan alternatif di dalamnya. Pada analisis menggunakan ANP setiap elemen pada cluster dapat berpengaruh ataupun memberikan umpan balik pada elemen lain di luar cluster ataupun di dalam cluster itu sendiri. ANP memungkinkan terjadinya hubungan pengaruh atau umpan balik dari level paling atas yang biasanya berupa tujuan dengan level yang ada di bawahnya, bahkan dengan level terendah (alternatif). Dengan adanya interdependensi pada elemen-elemen dalam jaringan ANP, hasil ANP diperkirakan lebih stabil. Perbedaan antara hirarki dengan jaringan diperlihatkan dalam Gambar 3. Tujuan Kriteria. Sub-Kriteria Hirarki Linier Komponen, Cluster (level) Elemen C3 Jaringan feedback C4 C1 C2 Loop menunjukkan bahwa setiap elemen hanya tergantung pada dirinya sendiri Gambar 3. Perbedaan hirarki dengan jaringan (Ascarya 2006 dalam Susilo 2008) Menurut Ascarya (2006), terdapat dua jenis keterkaitan pada metode ANP, yaitu: (1) keterkaitan dalam satu set elemen (inner dependence), artinya elemen

49 dalam suatu cluster dapat mempengaruhi elemen lain dalam cluster yang sama, dan (2) keterkaitan antar elemen yang berbeda (outer dependence), artinya elemen dalam suatu cluster dapat mempengaruhi elemen lain dalam cluster yang berbeda dengan memperhatikan setiap kriteria. Menurut Saaty (2003) terdapat dua belas konsep dari ANP, namun konsep utama yang membedakan ANP dan AHP adalah (1) Feedback, inner dan outer dependence. Konsep ini berarti adanya umpan balik antar elemen, selain itu setiap elemen dapat terkait pada elemen di dalam cluster yang sama ataupun di luar cluster. (2) Pengaruh dengan respek ke sebuah kriteria. Setiap penilaian yang diberikan selalu berdasarkan tujuan ataupun kriteria pada jaringannya. Pada dasarnya ANP adalah analisis yang menginginkan adanya komparasi pada setiap elemen untuk mengetahui keseluruhan pengaruh dari elemen-elemen yang terdapat pada jaringan. Setiap kriteria memiliki prioritas masing-masing, kemudian dilihat umpan baliknya terhadap kriteria yang lain. Hasil dari pengaruh ini diberi bobot dengan tingkat kepentingan dari kriteria. Setelah itu ditambahkan untuk melihat keseluruhan dari pengaruh dalam jaringan. Analisis ANP memiliki hasil analisis yang terdiri dari prioritas setiap cluster yang berupa hasil komparasi dari pairwise comparison yang ditunjukkan pada unweighted supermatrix. Kemudian hasil dari supermatriks yang tidak diberi bobot (unweighted supermatrix) dikalikan bobot setiap cluster terhadap tujuan untuk mendapatkan supermatriks yang diberi bobot (weighted supermatrix). Prioritas yang dihasilkan oleh penghitungan pada ANP adalah prioritas dari semua elemen yang berada dalam cluster dan jaringan. Prioritas alternatif ditunjukkan pada sintesis (synthesize) yang menunjukkan prioritas alternatif dalam jaringan. Analisis ANP menggunakan skala rasio dalam pembobotannya. Skala rasio merupakan skala tertinggi dalam level pengukuran. Skala rasio adalah angka dasar yang memungkinkan untuk dilakukan operasi penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Selain itu skala rasio juga memiliki makna dari masing-masing angka misalnya angka nol pada ANP memiliki arti tidak berpengaruh. Skala yang digunakan dalam ANP ditunjukkan pada Tabel 5.

50 Tabel 5. Nilai Skala Dasar dalam Perbandingan Berpasangan Intensitas Definisi Penjelasan Kepentingan 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya Pengalaman dan pertimbangan sedikit mendukung satu elemen 5 Elemen yang satu sangat penting daripada elemen lainnya 7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya. 9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen lainnya 2,4,6,8 Nilai-nilai di antara dua pertimbangan yang berdekatan Kebalikannya Sumber: Saaty, 2003 atas lainnya Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat mendukung satu elemen atas elemen lainnya Satu elemen yang kuat didukung dan didominasinya Bukti yang mendukung elemen yang satu memiliki tingkat yang mungkin menguatkan Kompromi diperlukan di antara dua pertimbangan Jika untuk aktifitas i mendapatkan satu angka bila dibandingkan dengan aktifitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i Analisis dengan ANP berbeda dengan analisis menggunakan AHP. Perbedaan utama terletak pada kerangka yang membangun. Kerangka yang membangun AHP adalah hirarki sementara ANP adalah jaringan. Selain itu, hubungan antar elemen pada AHP adalah dependensi dengan asumsi setiap elemen berdiri sendiri dan tidak tergantung satu dengan yang lain. Sementara ANP menerapkan interdependensi yang berarti setiap elemen dalam kerangka dapat bergantung ataupun berpengaruh pada elemen lain dalam jaringan. Hasil yang didapatkan dari analisis AHP diperkirakan kurang akurat dan berupa matriks sementara hasil analisis ANP lebih akurat karena mempertimbangkan kompleksitas dan berupa supermatriks. Perbedaan AHP dan ANP diringkas pada Tabel 6.

51 Tabel 6. Perbedaan AHP dan ANP Perbedaan AHP ANP Kerangka Hirarki Jaringan Hubungan Dependensi Interdependensi Prediksi Kurang akurat Lebih akurat Komparasi Preferensi/kepentingan, Lebih Subyektif Pengaruh Lebih obyektif Hasil Matriks, eigenvector, kurang stabil Supermatriks Lebih stabil Cakupan Sempit/terbatas Luas AHP kasus khusus ANP Sumber: Susilo (2008) Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan penyusunan jaringan kemudian dibandingkan menggunakan pairwise comparisons antar elemen dalam cluster untuk mengetahui mana diantara keduanya yang lebih besar pengaruhnya (lebih dominan) dan seberapa besar pengaruhnya (pada skala 1-9) dilihat dari satu sisi, kemudian diolah menggunakan software Super Decicon

52 V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Taman Nasional Karimunjawa Sejarah Taman Nasional Karimunjawa Taman Nasional Karimunjawa (TN Karimunjawa) terletak di Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Secara astronomis Kecamatan Karimunjawa terletak pada koordinat 5º40 5º57 LS dan 110º º 40 BT. TN Karimunjawa berjarak 45 mil laut dari Ibukota Kabupaten Jepara dan 60 mil laut dari Ibu Kota Propinsi Jawa Tengah. Kecamatan Karimunjawa terletak di sebelah utara Pulau Jawa, batas wilayah Kecamatan Karimunjawa sebelah Barat, Timur, Utara, dan Selatan adalah Laut Jawa. Ekosistem yang dimiliki oleh TN Karimunjawa adalah ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah, hutan mangrove, hutan pantai, padang lamun dan ekosistem terumbu karang. Ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah menempati ketinggian m dpl di Pulau Karimunjawa. Jenis pohon yang sering dijumpai adalah Sentul, Ande-ande, Berasan, Dewadaru, Sawo Kecik, dan Kalimosodo. Fauna yang terdapat di ekosistem ini adalah rusa, monyet ekor panjang, ular Edor dan burung Trocokan. Ekosistem hutan hujan tropis juga merupakan habitat burung-burung langka seperti Elang dada putih dan Elang cokelat. Rusa (Cervus timorensis) merupakan jenis fauna yang dilindungi berdasarkan PP No 7 Tahun Ekosistem mangrove yang terdapat di Karimunjawa relatif masih asli dan tersebar di seluruh TN Karimunjawa. Jenis mangrove yang mendominasi ekosistem mangrove di Kemujan dan Karimunjawa adalah Exoccaria agallocha sedang jenis yang penyebarannya paling luas adalah Rhizopora stylosa. Mangrove juga merupakan habitat dari beberapa jenis fauna, salah satunya adalah Amphiprion ocellaris (ikan badut). Ekosistem hutan pantai hidup pada daerah kering tepi pantai, vegetasi yang mendominasi ekosistem ini adalah kelapa, pandan, dan waru laut. Ekosistem padang lamun adalah ekosistem yang berada di antara ekosistem mangrove dan terumbu karang. Ekosistem ini terdiri dari rumput laut besar dan tersebar di seluruh perairan TN Karimunjawa. Ekosistem ini memiliki kedalaman hingga 25

53 m. Fungsi ekosistem Padang lamun adalah akarnya menstabilkan dasar laut, perangkap sedimen, dan hábitat berbagai macam ikan. Ekosistem selanjutnya adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu karang terdiri dari tiga jenis yaitu karang pantai (fringing reef), karang penghalang (barrier reef), dan taka (patch reef). Ekosistem yang ada di TN Karimunjawa memiliki keunikan dari vegetasi yang menyusun atau fauna yang hidup di dalamnya. Sebagai kawasan yang memiliki lima ekosistem asli yang merupakan perwakilan dari ekosistem yang ada di sepanjang garis Pantai Utara Jawa, Karimunjawa ditetapkan sebagai Taman Nasional dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.78/Kpts-II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan 1.507,70 ha kawasan darat. Pada tahun 2001, seluruh kawasan perairan di TN Karimunjawa ditetapkan sebagai kawasan pelestarian alam perairan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No.74/Kpts-II/2001. Karimunjawa telah memiliki penduduk jauh sebelum Karimunjawa menjadi Taman Nasional, penduduk yang tinggal di Karimunjawa telah memanfaatkan potensi Karimunjawa dan delapan puluh persen kehidupan masyarakat di Karimunjawa masih bergantung pada sumberdaya alam. Kegiatan yang dilakukan di Karimunjawa yang melibatkan potensi sumberdaya alam antara lain: pengelolaan sumberdaya alam, laboratorium dan penelitian, ekowisata, pemerintahan dan pembangunan, serta pemanfaatan sumberdaya alam. Sebelum ditetapkan menjadi Taman Nasional, Kepulauan Karimunjawa dan perairannya ditunjuk sebagai Cagar Alam Laut berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 123/Kpts-II/1986. Setelah itu diputuskan Tata Batas Cagar Alam Karimunjawa yang meliputi kelompok hutan Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan dengan SK Menhut No 720/Kpts-II/1992. Atas pertimbangan adanya kegiatan selain konservasi yang berupa aktivitas masyarakat yang ada di Karimunjawa dan untuk tetap melestarikan sumberdaya alam serta ekosistem di Karimunjawa, maka CA Karimunjawa mengalami perubahan fungsi dari cagar alam menjadi taman nasional dengan SK Menhutbun No 78/Kpts-II/1999. Kemudian TN Karimunjawa ditetapkan menjadi Kawasan Pelestarian Alam

54 dengan nama Taman Nasional Karimunjawa berdasarkan SK Menhut No 74/Kpts- II/2001. Pengelolaan TN Karimunjawa menggunakan sistem zonasi. TN Karimunjawa dibagi menjadi tujuh zona yang terdiri dari Zona Inti, Zona Perlindungan, Zona Pemanfaatan Pariwisata, Zona Pemukiman, Zona Rahabilitasi, Zona Budidaya, dan Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional. Zona inti adalah zona yang memenuhi kriteria masih memiliki kondisi alam yang asli dan belum diganggu manusia, memiliki keanekaragaman tumbuhan dansatwa beserta ekosistemnya. Zona perlindungan adalah zona yang khusus untuk melindungi satwa dan tumbuhan yang rawan kepunahan karena eksploitasi yang tinggi. Zona pemanfaatan wisata adalah zona yang terdapat di perairan yang memiliki daya tarik alam yang unik dan mempunyai luas wilayah yang cukup untuk menjamin kelestarian apabila potensi dimanfaatkan. Zona pemukiman adalah zona yang ditetapkan sebagai pemukiman penduduk. Zona rehabilitasi adalah zona yang dimanfaatkan untuk memulihkan kondisi ekosistem yang rusak akibat aktivitas manusia seperti penangkapan ikan menggunakan bom, bahan kimia beracun dan pemungutan biota laut yang dilindungi. Pemulihan yang dilakukan di zona rehabilitasi adalah pemulihan alami ataupun dengan menggunakan bahan-bahan asli yang tidak diambil dari luar kawasan, dan rehabilitasi buatan (seperti rehabilitasi terumbu karang). Pemulihan biota laut yang sudah mulai berkurang diakukan dengan penangkaran. Setiap zona memiliki luas yang telah ditetapkan dan memiliki fungsi masing-masing. Data zonasi di TN Karimunjawa dijelaskan pada Tabel 7. Zona yang ditetapkan di TN Karimunjawa meliputi daratan dan lautan. Zona inti adalah zona yang terdapat di perairan, zona perlindungan terdapat di daratan dan perairan, zona pemanfaatan pariwisata adalah zona yang terdapat di perairan sehingga wisata yang dilakukan di zona pemanfaatan wisata adalah wisata bahari, zona permukiman di daratan, zona reabilitasi, zona budidaya (meliputi budidaya ikan dan rumput laut), serta zona pemanfaaan perikanan tradisional berada di perairan. Gambaran pembagian zonasi di TN Karimunjawa dapat dilihat pada peta zonasi TN Karimunjawa pada lampiran.

55 Tabel 7. Zonasi TN Karimunjawa No Wilayah Luas (Ha) Tipe Ekosistem 1 Zona Inti 444,629 Sebagian perairan P. Kumbang, Taka Menyawakan, Taka Malang, dan Tanjung Bomang 2 Zona Perlindungan 3 Zona Pemanfaatan Pariwisata 4 Zona Pemukiman 5 Zona Rehabilitasi 2,587,711 Hutan Tropis Dataran Rendah di Pulau Karimunjawa dan Hutan Mangrove, Perairan P. Geleang, P. Burung, Tanjung Gelam, P. Sintok, P. Cemara Kecil, P. Katang, Gosong Selikur, Gosong Tengah 1,226,525 Perairan P. Menjangan Besar, P. Menjangan Kecil, P. Menyawakan, P. Kembar, P. Tengah, sebelah Timur P. Kumbang, P. Bengkoang, Indonor dan Karang Kapal 2,571,546 P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Parang dan P. Nyamuk 122,514 Perairan sebelah Timur P. Parang, sebelah Timur P. Nyamuk, sebelah Barat P. Kemujan dan sebelah Barat P. Karimunjawa 6 Zona Budidaya 788,213 Perairan P. Karimunjawa, P. Kemujan, P. Menjangan Besar, P. Parang dan P. Nyamuk 7 Zona Pemanfaatan Perikanan Tradisional 103,883,862 Seluruh perairan di luar zona yang telah ditetapkan yang berada di dalam kawasan TN. Karimunjawa Jumlah 111,625,000 Kawasan TN Karimunjawa Sumber: Statistik Balai TN Karimunjawa Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Karimunjawa Kecamatan Karimunjawa terdiri dari 27 pulau dan terbagi menjadi tiga desa yaitu Desa Karimunjawa, Desa Kemujan, dan Desa Parang. Masyarakat Karimunjawa adalah komunitas lokal yang juga merupakan stakeholder yang patut diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan pengembangan TN Karimunjawa. Penduduk di Kecamatan Karimunjawa berjumlah jiwa yang menempati tiga desa. Desa Karimunjawa dihuni oleh jiwa, Desa Kemujan jiwa, dan Desa Parang jiwa. Data monografi Kecamatan Karimunajwa disajikan pada Tabel 8.

56 Tabel 8. Jumlah Penduduk Kecamatan Karimunjawa Desa/Pulau Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk (jiwa/ha) Karimunjawa ,07 Kemujan ,81 Parang ,68 Sumber: Karimunjawa Dalam Angka 2009 (diolah) a. Pendidikan Sarana pendidikan yang terdapat di Kepulauan Karimunjawa antara lain TK (PAUD), SD dan MI, SLTP dan MTs, SMK dan Madrasah Aliyah. Data jumlah sekolah, tenaga pengajar, dan peserta didik di Karimunjawa disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Data Pendidikan di Karimunjawa No Sarana Pendidikan Jumlah (Unit) Tenaga Pengajar Peserta Didik 1 TK (PAUD) Sekolah Dasar Madrasah Diniyah SLTP Negeri Madrasah Tsanawiyah SMK Negeri Madrasah Aliyah Jumlah Sumber: Karimunjawa Dalam Angka 2009 Penduduk Karimunjawa yang belum sekolah sebanyak 512 jiwa, tidak tamat SD sebanyak jiwa, tamat SD/sederajat sebanyak jiwa, tamat SLTP/sederajat 612 jiwa, tamat SLTA 388 jiwa, dan tamat perguruan tinggi sebanyak 74 jiwa. Karena keterbatasan sarana pendidikan di Karimunjawa, maka untuk melanjutkan pendidikan tingkat atas beberapa penduduk melanjutkan pendidikan ke Ibukota Kabupaten Jepara. SMK yang berada di Karimunjawa adalah SMK yang mengkhususkan keahlian dalam pengorganisasian dan pemanfaatan hasil laut di Karimunjawa. Pengolahan rumput laut juga dipelajari di SMK ini.

57 b. Mata Pencaharian Penduduk Karimunjawa Angkatan kerja di Kecamatan Karimunjawa sebesar jiwa, sejumlah penduduk Karimunjawa bekerja sebagai nelayan dan mengandalkan hasil laut sebagai mata pencahariannya. Mata pencaharian lain yang ditekuni oleh penduduk Karimunjawa adalah petani, PNS, Pedagang, pengrajin, dan sebagainya. Data penduduk berdasarkan mata pencaharian dijelaskan pada Tabel 10. Tabel 10. Data Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk Total Karimunjawa Kemujan Parang 1 Petani Nelayan Pengusaha Pengrajin/Buruh Industri Pedagang Konstruksi/Buruh Pengangkutan PNS dan TNI Pensiunan Lainnya (Jasa) Jumlah Sumber : Statistik Balai TN Karimunjawa 2008 c. Ekonomi Sarana penunjang perekonomian yang terdapat di TN Karimunjawa antara lain pasar, bank, kios dan warung, tempat pelelangan ikan, dan darmaga kapal. Pasar yang terdapat di Karimunjawa saat ini adalah pasar semi permanen. Pedagang menggelar dagangannya di sepanjang jalan menuju ke darmaga. Bahan makanan pokok diperoleh dari Jepara dengan intensitas kedatangan mengikuti jadwal Kapal Feri Muria dua kali dalam seminggu. Saat terjadi musim angin Barat yang oleh penduduk Karimunjawa disebut Baratan, pasokan bahan makanan jadi berkurang karena kapal Muria tidak beroperasi, hal ini menjadikan harga kebutuhan pokok di wilayah Kecamatan Karimunjawa naik tajam. Musim Angin Barat ini terjadi Bulan Desember-Februari.

58 Darmaga kapal sebanyak delapan buah, darmaga kapal terbagi menjadi dua tipe yaitu darmaga kapal Muria dan Kartini serta darmaga kapal nelayan. Data sarana perekonomian di Karimunjawa disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Sarana Perekonomian di Karimunjawa No Sarana Perekonomian Jumlah (Unit) 1 Koperasi Simpan Pinjam 4 2 Koperasi Unit Desa 1 3 Bank 1 4 Pasar 1 5 Tempat Pelelangan Ikan 1 6 Kios 6 7 Warung 2 Jumlah 16 Sumber: Karimunjawa dalam Angka 2009 d. Umum Sarana kesehatan yang terdapat di Karimunjawa adalah satu Puskesmas di Ibukota Kecamatan dan tiga Puskesmas pembantu di setiap desa. Sarana umum yang dimanfaatkan Masyarakat di TN Karimunjawa adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) sebagai sumber listrik dan listrik baru beroperasi setelah pukul WIB. Sumber air bersih yang ada di Karimunjawa berasal dari lima mata air yaitu Kapuran (Pancuran Belakang), Legon Goprak, Legon Lele, Cikmas dan Nyamplungan, yang dimanfaatkan sebagai sumber air minum dan memasak oleh masyarakat sekitar. Penduduk Karimunjawa juga memanfaatkan sumur sebagai sumber mata air, hanya beberapa penduduk di Desa Karimunjawa yang menggunakan PAM sebagai sumber air. Sarana telekomunikasi yang sudah terdapat di Karimunjawa adalah telepon dari PT Telkom, saat ini sudah terdapat menara pemancar dari operator telepon seluler (BTS) yang dibangun sejak tahun 2005 sehingga komunikasi dari Karimunjawa ke luar wilayah dapat berjalan lancar. Sarana internet dapat dinikmati dari sebuah rental komputer yang terletak di sebelah Kantor Kecamatan Karimunjawa.

59 e. Transportasi Sarana transportasi yang ada di TN Karimunjawa terdiri dari kapal antarpulau, jalan raya, kendaraan bermotor dan kendaraan lain. Kondisi jalan yang menghubungkan antar desa adalah jalan beraspal dengan kondisi sedang. Penduduk Karimunjawa rata-rata memiliki kendaraan bermotor berupa sepeda motor (960 unit), sepeda (364 unit) dan mobil (55 unit). Sarana transportasi lain adalah becak yang mengantarkan wisatawan dari darmaga ke lokasi penginapan. Tidak terdapat angkutan umum yang menghubungkan desa ke desa. Penduduk yang akan melakukan perjalanan antarpulau menggunakan perahu bermotor dengan harga kesepakatan antara pemilik dengan penumpang, jumlah perahu motor di Karimunjawa adalah 804 unit dan perahu dayung sampan (jukung) sejumlah 188 unit. Sementara itu transportasi menuju dan dari TN Karimunjawa dilayani dengan tarnsportasi laut dan udara. Transportasi laut dilakukan dengan KMP Muria dan KMC Kartini dengan jadwal keberangkatan sebagai berikut: 1. Jadwal keberangkatan KMP Muria dengan perjalanan laut ditempuh selama 6 jam. a. Jepara Karimunjawa setiap hari Rabu dan Sabtu b. Karimunjawa Jepara setiap hari Kamis dan Senin. 2. Jadwal keberangkatan KMC Kartini I dengan perjalanan laut ditempuh selama 3,5 jam dengan rute perjalanan Semarang-Jepara-Karimunjawa, Transportasi udara dilayani dari Bandara Ahmad Yani Semarang menuju Bandara Dewadaru di Kemujan dengan menggunakan pesawat perintis jenis Cesna 402 dan Cesna 172 yang dikelola oleh Kura-Kura Aviation. f. Agama dan Budaya Mayoritas penduduk di lingkup TN Karimunjawa memeluk agama Islam (99.7 persen), penduduk yang memeluk agama Katolik sebanyak 4 jiwa dan Protestan 27 jiwa. Tempat peribadatan yang berada di Karimunjawa terdiri dari 4 masjid, 21 Musholla, dan 1 Gereja. Kehidupan antarumat beragama berjalan dengan baik dan harmonis.

60 Penduduk yang bertempat tinggal di Karimunjawa terdiri dari beberapa etnis yaitu Jawa, Madura, dan Bugis dan beberapa suku yang terdiri dari Jawa, Madura, Bugis, Mandar, Bajau, Munak, Luwu. Perkampungan suku Bugis yang masih memiliki rumah adat Bugis masih terdapat di Karimunjawa tepatnya di desa Kemujan yang berjarak sekitar 20 km dari Ibukota Kecamatan. Walaupun terdiri dari bermacam etnis dan suku, kehidupan bermasyarakat berjalan dengan baik. Masyarakat yang terdapat di Karimunjawa memiliki beberapa perkumpulan/paguyuban antara lain komunitas pengajian, paguyuban budaya (kuda lumping dan barongan), paguyuban kapal, paguyuban homestay, dan paguyuban pemandu wisata. Paguyuban budaya kuda lumping dan barongan merupakan paguyuban yang bertujuan untuk melestarikan kesenian di Karimunjawa. Paguyuban homestay adalah parkumpulan para pengusaha homestay di Karimunjawa. Masyarakat Karimunjawa menghargai adanya sejarah terbentuknya Karimunjawa. Hal ini terbukti dengan masih adanya cerita turun-temurun mengenai asal-usul Karimunjawa dan adanya makam Syeh Amir Hasan yang dikenal dengan Sunan Nyamplungan yang dipercaya sebagai perintis Karimunjawa. Makam Sunan Nyamplungan merupakan wisata sejarah dan wisata religi yang sampai saat ini masih sering diziarahi oleh wisatawan. Penginapan yang terdapat di Karimunjawa sejumlah 27 buah yang terdiri dari homestay, hotel, dan resort. Pemandu wisata yang tergabung dalam paguyuban pemandu wisata dengan nama Himpunan Pramuwisata Indoensia (HPI) sebanyak lima puluh orang yang memiliki sertifikat diving (menyelam) karena bertujuan untuk melayani wisatawan yang ingin melakukan penyelaman di lokasi terumbu karang. Masyarakat Karimunjawa tergabung dalam Kelompok Sadar Wisata (Kadarwis) yang diberikan pelatihan cara menerima tamu, bersikap ramah terhadap wisatawan, dan pentingnya wisata yang sejalan dengan pelestarian alam. g. Wisatawan Wisatawan yang berkunjung ke Karimunjawa dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu wisatawan yang khusus untuk melakukan perjalanan wisata dan

61 wisatawan yang bertujuan untuk melakukan penelitian ataupun pendidikan. Sebagian besar wisatawan yang datang ke Karimunjawa merupakan wisatawan yang bertujuan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan langsung dengan bahari (menyelam, berenang, dan snorkeling). Wisatawan yang tidak memiliki kemampuan untuk menyelam pada umumnya datang ke Karimunjawa untuk menikmati suasana perdesaan dan mengamati keadaan sekitar pantai, kehidupan masyarakat, dan menikmati pantai yang bersih dan indah, berenang di tepi pantai, memotret, dan wisata budaya ke perkampungan Bugis. 5.2 Balai Taman Nasional Karimunjawa Balai Taman Nasional Karimunjawa (Balai TN Karimunjawa) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis pengelolaan kawasan Taman Nasional Karimunjawa yang bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. Pengelolaan TN Karimunjawa yang dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa adalah pengelolaan yang berbasis pada perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan lestari. Pengelolaan TN Karimunjawa dilaksanakan dengan bekerjasama dengan pihak terkait seperti Pemerintah Daerah Kabupaten Jepara dan Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Tengah. Masyarakat di lingkup TN Karimunjawa masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap sumberdaya alam yang ada di lingkup TN Karimunjawa. 80 persen masyarakat masih mengandalkan hasil laut 7. Hal ini menjadikan Balai TN Karimunjawa menerapkan pola pengelolaan yang mengutamakan pengawetan untuk menambah jumlah stok pada beberapa sumberdaya laut dan menjalankan fungsi konservasi. Fungsi konservasi dijalankan dengan mencegah alat-alat penangkapan ikan yang dapat mengganggu populasi Visi, Misi, dan Struktur Organisasi Balai TN Karimunjawa Balai TN Karimunjawa memiliki visi dan misi dalam menjalankan fungsinya sebagai pengelola TN Karimunjawa. Visi Balai TN Karimunjawa 7 Data primer, wawancara dengan Kepala Balai TN Karimunjawa

62 adalah Terwujudnya pengelolaan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem di kawasan TN Karimunjawa untuk menjamin keberlangsungan fungsi perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan untuk kesejahteraan masyarakat berdasarkan pada prinsip kelestarian. Sedangkan misi Balai TN Karimunjawa adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan perlindungan sistem penyangga kehidupan. 2. Mewujudkan Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan pengawetankeanekaragaman jenis flora dan fauna. 3. Mewujudkan Taman Nasional Karimunjawa sebagai kawasan pemanfaatan secara lestari potensi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Pemanfaatan lestari dilakukan dengan pemanfaatan ekowisata dengan memperhatikan pemberdayaan masyarakat yang ada di TN Karimunjawa dengan harapan ketergantungan terhadap sumberdaya alam yang ada di TN Karimunjawa dapat dikurangi. Balai TN Karimunjawa menerapkan Rencana Desa Model yang merupakan contoh desa yang dapat ikut serta dalam pengelolaan ekowisata. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 Balai TN Karimunjawa merupakan Balai Taman Nasional dengan tipe B dengan struktur organisasi yang terdiri dari Kepala Balai, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pengelolaan Taman nasional Wilayah I, Seksi Pengelolaan Taman nasional Wilayah II, dan Kelompok Jabatan Fungsional (Polisi Hutan dan Pengendali Ekosistem Hutan). Struktur organisasi Balai TN Karimunjawa disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Struktur Organisasi Balai TN Karimunjawa

63 5.2.2 Pelaksanaan Pengelolaan Oleh Balai TN Karimunjawa Balai TN Karimunjawa memiliki landasan hukum dalam pelaksanaan pengelolaan yang meliputi Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, dan Peraturan Menteri Kehutanan. Dana yang digunakan untuk pengelolaan TN Karimunjawa berasal dari Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA) 29, penggunaan terbesar dari DIPA 29 adalah untuk penerapan system pemenrintah yang baik sebesar Rp ,-. Dana yang digunakan adalah pagu revisi dari pagu awal sebesar Rp ,-. Pagu terbesar adalah untuk penerapan kepemerintahan yang baik. Terbatasnya dana yang digunakan untuk pengembangan kapasitas pengelolaan sumberdaya alam menentukan pengembangan ekowisata di TN Karimunjawa. Penggunaan DIPA 29 dirinci pada Tabel 12. Tabel 12. Program Kegiatan DIPA 29 Balai TN Karimunjawa No. Program Kegiatan Pagu Awal (Rp) Pagu Revisi (Rp) 1. Penerapan Kepemerintahan yang Baik Pemantapan Keamanan Dalam Negeri Perlindungan Dan Konservasi Sumber Daya Alam 4. Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Hidup Jumlah Sumber: Statistik Balai TN Karimunjawa 2008 Balai TN Karimunjawa menghadapi beberapa kondisi internal dan eksternal yang dipertimbangkan dalam penyusunan program kerja dan strategi pengelolaan TN Karimunjawa. Permasalahan internal dan eksternal yang diidentifikasi oleh Balai TN Karimunjawa yang merupakan salah satu faktor penentu penyusunan strategi yang terkait dengan pengembangan ekowisata antara lain masyarakat yang belum memahami adanya peraturan-peraturan terkait dengan konservasi, hal ini berkaitan dengan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa dan juga terkait dengan kondisi sosial masyarakat.

64 Permasalahan internal dan eksternal Balai TN Karimunjawa dijelaskan pada Tabel 13. Beberapa program yang sudah dijalankan di TN Karimunjawa adalah desa model seperti yang diharapkan oleh Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Dephut RI, namun pelaksanaannya baru sebatas pengamanann partisipatif yang berfungsi untuk mengamankan zona perlindungan dan zona inti. Pemberdayaan masyarakat berupa alternatif pendapatan ataupun yang berupa pemanfaatan nilai ekonomi dari pelestarian alam belum terlihat di TN Karimunjawa. Ekowisata dapat dilakukan di TN Karimunjawa dan manfaat ekonomi dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya peningkatan daya tarik ekowisata. Peningkatan daya tarik wisata dalam rangka meningkatkan kapasias pengunjung harus disesuaikan dengan daya dukung kawasan. Pengunjung yang melebihi kapasitas dapat menyebabkan tekanan pada kawasan. Degradasi fungsi kawasan dapat disebabkan oleh pembuangan limbah oleh penduduk atau wisatawan ke laut yang dapat merusak potensi wisata yang ada.

65 Tabel 13. Permasalahan Internal dan Eksternal Balai TN Karimunjawa No Permasalahan Internal Permasalahan Eksternal 1 Pemantapan kawasan hutan yang belum optimal 2 Belum adanya pengelolaan wisata alam yang dapat meningkatkan kapasitas pengunjung 3 Terdapat beberapa potensi biodiversity yang belum teridentifikasi dan terinventarisasi 4 Penetasan telur penyu belum optimal 5 Sosialisasi peraturan masih belum optimal 6 Kerjasama dan hubungan dengan stakeholders lain 7 Belum optimalnya upaya rehabilitasi baik di kawasan darat maupun perairan di kawasan TN Karimunjawa Degradasi fungsi kawasan akibat adanya aktivitas pemanfaatan sumber daya alam hayati yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku Pengambilan biota laut dilindungi undang-undang secara ilegal Fenomena perubahan iklim akan membawa berbagai pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap keutuhan fungsi kawasan TN Karimunjawa. Sumber: Draft Renstra Balai TN Karimunjawa (diolah)

66 VI POTENSI WISATA TN KARIMUNJAWA Potensi wisata di TN Karimunjawa berada di zona pemanfaatan wisata (perairan),zona permukiman dan perlindungan (untuk wisata terbatas). Potensi wisata yang terdapat di TN Karimunjawa terbagi menjadi potensi ekowisata darat, laut (bahari), religi, pendidikan dan penelitian, dan budaya. Potensi ekowisata darat meliputi wisata berkemah, penelusuran gua, dan penelusuran jalur track darat. Potensi ekowisata laut meliputi menyelam (diving) dan snorkeling. Ekowisata budaya dapat dinikmati dengan melihat kehidupan penduduk dari etnis Bugis, Madura, dan Jawa terutama saat melangsungkan upacara-upacara adat tertentu. Wisata religi dapat dilakukan dengan mengunjungi Makan Syeh Amir Hasan (Sunan Nyamplungan). Wisata penelitian meliputi pengamatan burung (bird watching), identifikasi jenis mangrove yang ada di Karimunjawa dan pelepasan tukik (anak penyu) ke laut. TN Karimunjawa memiliki pantai yang berpasir putih dan perairan yang jernih sehingga dapat memudahkan wisatawan untuk dapat menikmati pesona laut di TN Karimunjawa, beberapa lokasi di Karimunjawa merupakan tempat yang berpotensi untuk dijadikan sebagai obyek wisata bahari dan darat. 6.1 Potensi Wisata Darat Potensi wisata darat berupa area berkemah (camping ground), gua, dan penelusuran wilayah dengan tawaran panorama yang indah. Beberapa daya tarik wisata darat yang berpotensi pariwisata di Taman Karimunjawa yang ada saat ini adalah berupa : 1. Berkemah (camping) di areal perkemahan Legon Lele di Pulau Karimunjawa. Areal perkemahan ini terletak di zona perlindungan TN Karimunjawa. Areal ini terletak di dalam ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah Pulau Karimunjawa. Camping ground akan dibangun oleh Balai TN Karimunjawa karena adanya kecenderungan wisatawan yang berasal dari kalangan mahasiswa ataupun wisatawan yang datang dengan berkelompok (kelompok pecinta alam) yang melakukan aktivitas camping. Pembangunan camping ground juga bertujuan untuk menarik pangsa pasar

67 wisatawan dari kalangan sekolah atau mahasiswa yang ingin melakukan out bond. Lokasi camping dapat dicapai dengan menggunakan motor, mobil atau dengan jalan kaki, terletak di sebelah tenggara Darmaga Muria. Pemandangan yang indah menghadirkan perpaduan antara laut dan bukit yang jarang ditemui menjadikan lokasi ini berpotensi untuk dikemas lebih baik. Kegiatan wisata yang bisa dilakukan dalam rangka memanfaatkan potensi wisata ini adalah mengemas wisata camping dengan paket tour keliling Karimunjawa. 2. Penelusuran gua dapat dilakukan dengan dipandu oleh masyarakat atau pemandu wisata setempat yang telah memiliki kemampuan dalam hal caving. Kegiatan ini dapat dilakukan di Gua Sarang Pulau Parang. Akses menuju pulau ke Pulau Parang dengan menggunakan kapal yang disewa dari darmaga kapal (sebelah Kantor Kecamatan), dengan jarak tempuh perjalanan laut sekitar 2 jam. Gua ini merupakan lokasi perlindungan habitat burung, sehingga menarik wisatawan yang berminat melakukan petualangan gua dan bird watching. 3. Lintas alam dan hiking yang dilakukan dengan berjalan kaki. Jalur tracking yang ada di TN Karimunjawa yaitu jalur trail wisata Bukit Maming, Legon Lele, Sunan Nyamplungan, Bukit Bendera, Bukit Gajah. Pada tahun 2003 sudah dilakukan intepretasi terhadap Jalur trail Legon Lele dan Bukit Maming. Wisata trail dan hiking ditujukan kepada wisatawan yang memiliki stamina kuat dan biasanya dilakukan secara berkelompok. a. Jalur Trail Legon Lele Jalur ini berada sepanjang jalan menuju Legon Lele, jalur yang tersedia adalah track dengan alas paving. Jalur ini bertemakan Panorama Alam Karimunjawa dari Atas Bukit Sasaran pengunjung domestik/mancanegara berumur tahun. Panjang jalur 4470 meter, program yang dikembangkan adalah wisata minat khusus karena membutuhkan stamina yang kuat. Pemandangan laut dengan pasir putih dan bukit serta suara-suara satwa hutan menjadikan track ke Legon Lele merupakan track yang menyenangkan.

68 b. Jalur trail Bukit Maming Trail di jalur ini bertemakan Menembus Hutan Hujan Tropis Dataran Rendah Menuju Pantai Pancuran Belakang yang Unik. Sasarannya pengunjung domestik / mancanegara. Jalur ini memiliki panjang lintasan 1058 meter. Potensi pemandangan adalah pemandangan pantai dan Pulau Menyawakan. Pancuran Belakang merupakan sebuah mata air tawar yang berada di dekat pantai sehingga menarik untuk diamati. Program yang dikembangkan adalah wisata minat khusus yang berbasis alam. Sepanjang jalur trail sudah dibangun beberapa shelter peristirahatan. Keberadaan shelter ini dimanfaatkan untuk peristirahatan. c. Trail Wisata Bukit Gajah Bukit Gajah adalah Bukit tertinggi di Pulau Karimunjawa. Ketinggian puncak bukit Gajah mencapai 506 m dpl. Panjang jalur menuju puncak bukit adalah 1400 m dan dapat ditempuh dalam waktu 2,5 jam. Terdapat 31 jenis flora yang dapat ditemui di Bukit Gajah. Fauna yang menarik untuk diamati adalah Elang Dada Putih. Elang Dada Putih merupakan salah satu fauna yang dilindungi karena populasinya yang semakin menurun. Pengamatan terhadap burung ini dapat dilakukan terutama saat sekelompok burung melakukan migrasi. Pemandangan yang dapat dinikmati dari atas Bukit Bendera adalah lautan dan pulau-pulau yang berada di sekitar TN Karimunjawa. Gambar 5 menunjukkan Elang Dada Putih yang dilindungi karena merupakan satwa langka. Gambar 5. Elang Dada Putih

69 4. Wisata berkeliling Kota Kecamatan. Perjalanan dapat menikmati darmaga, melihat kehidupan masyarakat setempat, melihat pembuatan souvenir, dan melihat keramaian di Sabtu malam di Alun-alun Kecamatan. Lokasi Kepulauan Karimunjawa yang jauh dari Ibukota Kabupaten dan Ibukota Propinsi menjadikan wilayah Karimunjawa hanya memiliki sedikit sarana hiburan. Penduduk Karimunjawa memiliki televisi tetapi hanya bisa dinyalakan pada pukul WIB, karena listrik yang berasal dari PLTD baru beroperasi pada sore hari. Hal ini menjadikan penduduk di wilayah TN Karimunjawa kekurangan sarana hiburan. Salah satu program dari Kecamatan Karimunjawa adalah menggelar hiburan rakyat pada Sabtu malam. Program ini dilaksanakan mulai tahun Pada Sabtu malam di alun-alun kecamatan dapat ditemui berbagai pedagang dan ajang bagi penduduk di Kecamatan Karimunjawa untuk bertemu. Kegiatan ini dapat meningkatkan kesan bagi para wisatawan yang ingin mengamati pola interaksi masyarakat setempat. Penduduk dari berbagai usia berkumpul di alun-alun Kecamatan Karimunjawa dan menikmati pertunjukan atau hiburan yang ada. 6.2 Potensi Wisata Bahari (Laut) Potensi wisata laut terdiri dari menyelam (diving), canoeing, berjemur (sun bathing), dan snorkeling. Spot-spot yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi diving adalah spot dengan terumbu karang, spot reruntuhan kapal, dan spot-spot yang memiliki keunikan satwa laut. Hampir seluruh kawasan pantai di TN Karimunjawa dapat digunakan untuk berenang. Berjemur dilakukan di pantai pasir putih yang tidak begitu ramai. Tempat-tempat yang dapat digunakan untuk aktivitas selam, snorkeling, dan sun bathing yang terdapat di TN Karimunjawa adalah sebagai berikut: 1. Pulau Kemujan Pulau Kemujan sebagai pulau terbesar kedua di kepulauan ini terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT, seluas 1501,5 Ha dan merupakan milik penduduk. Topografi berupa dataran rendah

70 dengan perbukitan bergelombang di bagian tengah. Vegetasi pantai yang dijumpai adalah Bakau Hutan, Bakau Putih, Paku Laut. Pulau ini mempunyai tipe terumbu karang tepi serta beberapa taka yang terdapat di sekitarnya. Perbatasan Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan terdapat areal hutan mangrove yang masih asli sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi atraksi wisata canoeing. Wisata berjukung (canoeing) dapat dilakukan dengan pendamping penduduk asli yang memang terbiasa menggunakan jukung sebagai transportasi untuk penyeberangan singkat dengan jarak dekat. Pantai di Pulau Kemujan umumnya berpasir putih dan bersubstrat karang berpasir kecuali di Legon Jlamun yang substratnya pasir berlumpur. Pemandangan pantai yang berpasir putih dan perairan yang jernih akan menarik pengunjung untuk menikmati pemandangan dan berjemur. Perairan Pulau Kemujan juga memiliki nilai sejarah karena di perairan bagaian barat pulau terdapat bangkai kapal yang tenggelam dan biasa dikenal dengan Indonor Diving Site yang terletak pada koordinat 5 o LS dan 110 o BT. Reruntuhan kapal Indonor merupakan habitat bagi terumbu karang dan ikan-ikan sehingga menambah keindahan wisata bawah laut. Di daerah ini biasa dijumpai terumbu karang berbagai jenis dan bentuk serta jenis-jenis biota laut lainnya. Jenis fauna yang ada di Pulau Kemujan adalah jenis porites yang menempel pada kerangka kapal sebagai substratnya. Pada bagian bawah dapat dijumpai akar bahar yang merupakan pemandangan menakjubkan untuk dinikmati. Jenis-jenis yang mendominasi adalah jesnis Porites lutea, Acropora humilis, Porites cylindrical, Porites hyachithus. Terdapat sekitar 114 spesies ikan di indonor. Salah satu jenis ikan yang menarik untuk diamati adalah Pygoplites diacanthus yang tergolong famili Chaetodontidae (Angelfish). Ikan ini menarik untuk diamati karena merupakan ikan yang memiliki keunikan warna dan merupakan salah satu ikan yang hanya terdapat di kawasan tropis. Berdasarkan kondisi dan informasi di lapang Potensi bahari Desa Kemujan yang dimanfaatkan adalah wisata ilmiah, canoeing di sepanjang terusan Kemujan dan Karimunjawa, sun bathing di pantai pasir putih, dan diving di reruntuhan kapal Indonor. Wisata ilmiah dilakukan dengan penelusuran dan pengamatan jenis

71 terumbu karang ataupun fauna yang dilindungi yang hidup di Kemujan seperti Kima. 2. Pulau Bengkoang Pulau ini terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT seluas 79 Ha dan dimiliki oleh penduduk. Keliling pulau 4000 meter. Vegetasi pantai berupa Rhizopora sp, Scaveola tacada, Pandanus sp, Pemphis acidula, Guatarda speciosa. Terdapat pula batu granit terjal di pantainya serta kemiringan pantai 0-5 derajat. Pulau yang terletak di bagian utara Pulau Kemujan ini mempunyai keunikan ekosistem terumbu karang yang menarik, sehingga merupakan tempat yang nyaman bagi penyelam yang ingin menikmati pemandangan bawah laut baik dengan menyelam maupun snorkeling. Di sebelah utara pulau terdapat tebing dan celah terumbu karang yang berliku pada kedalaman 40 meter yang akan menantang para penyelam. Sebelah selatan pulau terdapat daerah yang merupakan habitat berbagai jenis kima terutama Kima Pasir (Hipopus hipopus) yang menarik untuk dilihat karena bentuknya yang besar. Kima sudah mengalami eksploitasi berlebihan (over exploitation) oleh masyarakat untuk konsumsi dan bisnis. Keadaan ini menjadikan kima merupakan salah satu komoditas yang dilindungi. Pada daerah dangkal dapat dijumpai koloni karang bentuk meja dan bercabang yang didominasi famili Acroporidae seperti Acropora humilis, Acropora digitifera, Montipora sp serta berbagai jenis soft coral contohnya Sarcopython sinulari. Pada daerah dalam dapat dijumpai jenis terumbu karang dengan koloni yang padat, foliose dan bercabang, diantaranya adalah Porites lutea, Porites lobata, Porites cylindrica, Pavona sp. Di kawasan perairan pulau ini terdapat sekitar 117 spesies ikan karang, salah satu spesies ikan yang melimpah adalah ikan Ekor Kuning (Caesio cuning). Pemanfaatan yang dilakukan di Pulau Bengkoang masih bergantung pada pemilik usaha wisata di Pulau Karimunjawa. Pulau Bengkoang adalah Pulau yang tidak dihuni, dan hanya dikunjungi oleh wisatawan yang memiliki paket wisata ke Pulau Bangkoang. Wisata yang dapat dikembangkan di Pulau Bangkoang adalah diving untuk menemukan Ikan Kuning dan melihat koloni Kima. Berdasarkan

72 Analisis Daerah Operasi Objek dan Tujuan Wisata Alam yang dilakukan Balai Taman Nasional Karimunjawa, Pulau Bengkoang merupakan salah satu Pulau yang belum layak dikembangkan karena keterbatasan sarana komunikasi, air bersih, dan akses menuju pulau. Gambar 6 menunjukkan Ikan Ekor Kuning yang bisa diamati di Pulau Bengkoang. Sumber: Dinas Pariwsata Kabupaten Jepara Gambar 6. Ikan Ekor Kuning 3. Pulau Tengah Pulau Tengah terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT seluas 4 Ha dan merupakan milik PT. Raja Besi. Keliling pulau 841 meter, dengan kemiringan pantai 3-4 derajat. Vegetasinya berupa Casuarinas equisetifolia, Ipomoea pescaprae dan Scaveola tacada. Pulau Tengah memiliki keunikan dan kekayaan alam bawah laut yang indah dan memikat para penyelam dan pecinta snorkeling. Terumbu karang di pulau tengah termasuk dalam terumbu karang tepi dengan kaenekaragaman yang tinggi dengan persentase penutupan yang tinggi lebih dari 50 persen atau termasuk dalam kategori baik (Sunyoto et al 2004) Pada daerah dangkal dapat dilihat jenis-jenis karang dari famili Acropridae yang mendominasi daerah tersebut. Bentuk koloni terumbu karang di daerah dangkal adalah karang bercabang dan karang meja seperti Acropora hyacinthus dan Acropora humilis. Daerah ini cocok untuk kegiatan snorkeling. Pada daerah dalam dapat dijumpai aneka jenis terumbu karang dari berbagai bentuk koloni terumbu karang yang sebagian besar adalah bentuk massive dan folise serta beberapa jenis bercabang seperti jenis Porites lutea, Montipora foliose dan Pavona sp. Terumbu karang di Pulau Tengah bisa

73 digunakan bagi penyelam tingkat pemula sampai mahir. Terdapat sekitar 110 spesies ikan karang di pulau ini. 4. Pulau Parang Terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT seluas 690 Ha. Pulau ini merupakan salah satu pulau yang dihuni penduduk. Topografinya datar di selatan dan semakin ke utara ketinggian meningkat mencapai m dpl. Vegetasi pantainya berupa Rhizopora sp, Brugiuera sp, Avicenia sp, Paku Laut, Jeruju, Setigi, Gabusan dan Waru Laut. Substrat dasarnya bervariasi dari lumpur pasiran sampai karang berpasir. Di sebelah timur pulau ini terdapat bangkai kapal bugis (Wreck Mitra) yang terletak pada koordinat 5 o LS dan 110 o BT. Kapal ini tenggelam pada kedalaman 26 meter sehingga menarik untuk dijadikan areal penyelaman. Perairan pulau ini kaya dengan berbagai spesies ikan, terdapat sekitar 129 jenis yang hidup di perairan pulau ini. Salah satu spesies yang menarik diamati adalah spesies Chaetodon auriga dari famili Chaetodontidae. Ikan ini memiliki keunikan tubuh pipih dan gradasi warna pada ekor dan tubuhnya. Potensi wisata yang dapat dikembangkan adalah snorkeling dan diving untuk menikmati keindahan alam bawah laut dan reruntuhan kapal Mitra yang tenggelam di perairan pulau ini. Pulau Parang juga memiliki potensi rumput laut yang berjenis Eucheuma cottonii. Hasil budidaya rumput laut dijual dalam bentuk kering dan basah. Rumput laut hasil budidaya juga dapat diolah menjadi dodol. Pulau Parang memiliki point yang ditetapkan sebagai zona pemanfaatan wisata, sehingga dalam pemanfaatannya dapat dilakukan dengan asas pemanfaatan lestari. Shelter wisata dapat dibangun di Pulau Parang karena merupakan zona permukiman dan masyarakat di Pulau Parang dapat diberdayakan. 5. Pulau Kumbang Pulau ini terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT seluas 12.5 Ha dan merupakan milik Mr. Jel. Keliling pulau

74 mencapai 1445 meter dengan kemiringan pantai mencapai 3-5 o. di sepanjang pantai banyak terdapat pecahan karang. Pulau ini merupakan zona rehabilitasi, rehabilitasi banyak dilakukan di pulau ini. Vegetasi pantai berupa Casuarinas equisetifolia, Pemphis acidula dan Scaveola tacada. Terdapat sekitar 119 spesies ikan karang dengan spesies ikan yang menarik diamati adalah Halichoeres sp dari famili Labridae. Ikan ini memiliki bentuk tubuh lonjong dan memiliki warna yang cerah sehingga menarik untuk diamati. Pada beberapa daerah di pulau ini dapat dijumpai jenis-jenis terumbu karang terutama pada daerah slop pada kedalaman 10 sampai 25 meter terutama koloni Montipora sp yang berukuran besar. Daerah ini merupakan daerah yang sesuai untuk kegiatan penyelaman. Sedangkan di daerah dangkal banyak dijumpai jenis-jenis dari family Acroporidae serta berbagai jenis lainnya. Selain itu di dekat pulau ini terdapat Gosong Kumbang, yang membentuk pulau pada saat surut. Di lokasi ini dapat ditemukan gua-gua bawah air yang kaya flora fauna laut pada kedalaman 20 meter. Gosong Kumbang terletak di dekat Pulau Menyawakan. Akan tetapi pemanfaatan atas potensi alamnya belum sebaik yang sudah dilakukan di Pulau Menyawakan. Hal ini disebabkan oleh luas wilayah yang kecil dan lokasi jauh dari zona permukiman sehingga sulit dalam pembangunan shelter wisata. Gambar 7 berikut menunjukkan salah satu jenis terumbu karang di Pulau Kumbang. Gambar 7. Terumbu Karang di Pulau Kumbang 6. Pulau Karimunjawa Terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT seluas 4.302,5 Ha. Pulau Karimunjawa merupakan pulau terbesar di kepulauan ini dan dihuni oleh penduduk. Pulau ini merupakan ibu kota Kecamatan Karimunjawa. Topografinya berupa perbukitan yang bergelombang dan berbukit-

75 bukit dengan ketinggian antara m dpl. Di pulau ini masih terdapat hutan hujan tropis dataran rendah seluas 1.285,50 hektar dan hutan mangrove seluas hektar yang berbatasan dengan Pulau Kemujan. Terdapat sekitar 123 spesies ikan karang di perairan sekitar Pulau Karimunjawa. Beberapa lokasi wisata pantai di Pulau Karimunjawa yang dapat dikunjungi karena keindahannya adalah Pantai Batu Putih dan Pantai Tanjung Gelam. Pantai Batu Putih di Pulau Karimunjawa dilatarbelakangi kebun kelapa, dan vegetasi Ipomoea pescaprae, pandan (Pandanus sp), Acrosticum aureum, Thespesia populnea. Pantainya cenderung landai dengan kemiringan 1-10 o. Nama Pantai Batu Putih diambil dari kondisi pantai yang dipenuhi batu apung yang berwarna putih cemerlang. Di pantai ini pernah dijumpai bangkai Lumba-Lumba yang terdampar. Lokasi lain adalah Pantai Tanjung Gelam yang terletak di dekat pemukiman penduduk. Pantai ini mempunyai karakteristik hamparan lamun dengan jenis Thalasia sp, pantainya berbatu-batu dan banyak pecahan karang, kemiringan pantainya antara 2-4 o. Pantai Batu Putih dan Pantai Tanjung Gelam relatif jarang dikunjungi wisatawan karena masih relatif sulit dijangkau dari darat selain informasi yang belum memadai. Terdapat empat diving site yang berada di sekitar Pulau Karimunjawa yaitu Datuk Reef, Tanjung Gelam, Mymun Reef, dan Tanjung Benyeng. Datuk Reef berada di sekitar perairan dusun Nyamplungan dengan kedalaman mencapai 20 meter, kawasan ini merupakan rataan terumbu yang didominasi jenis Acropora hyachithus, A. humilis, A. Formosa, A. nobilis dan Montifora foliasa. Dengan bentuk pertumbuhan berupa karang meja (tabulate) dan bercabang. Daerah ini cocok untuk kegiatan snorkeling. Tanjung Gelam terletak pada koordinat 5 o LS dan 110 o 24 15,45 BT. Para penyelam dapat menikmati keanekaragaman ikan karang di Tanjung Gelam yang berada pada kedalaman 18 meter. Daerah ini merupakan rataan terumbu yang dibeberapa tempat terdapat tubir terumbu. Pada daerah ini banyak ditemukan karang api Milepora sp, karang lunak jenis Sarcophyton dan Sinularia. Pada musim tertentu di daerah ini terdapat arus kuat namun demikian daerah ini sesuai untuk kegiatan snorkeling.

76 Mymun reef yang terletak pada koordinat 5 o 51 52,73 LS dan 110 o BT, adalah salah satu diving site yang berada di hadapan hutan mangrove Pulau Karimunjawa. Persentase penutupan terumbu karang berada dalam keadaan baik dengan penutupan karang lebih dari 75 persen dengan berbagi jenis terumbu karang di dalamnya antara lan jenis Montipora foliosa, Acropora formosa, Acropora humilis, Porites lutea, P. cylindrical, Gonipora sp, Alveopora sp, dan Seriatopora demacornis. Site Tanjung Benyeng berada di dekat pemukiman penduduk namun walaupun demikian site ini mampunyai tebing terumbu karang yang menarik untuk dilihat sampai pada kedalaman 25 meter. Pulau Karimunjawa juga merupakan tempat budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii, masa panen rumput laut jenis ini adalah 40 hari. Rumput laut hasil budidaya diolah menjadi dodol oleh SMK Karimunjawa, dan dikumpulkan ke pengumpul untuk didistribusikan dalam bentuk kering asin dan basah. Potensi wisata yang mungkin dikembangkan adalah agrowisata rumput laut mulai dari mengamati tempat budidaya, panen, dan mengamati proses pengolahan pasca panen. Gambar 8 menunjukkan salah satu contoh terumbu karang dengan bentuk meja di Pulau Karimunjawa. Gambar 8. Terumbu Karang di P. Karimunjawa 7. Pulau Krakal Besar Terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT seluas 10 Ha dan merupakan milik penduduk. Keliling pulau 721 meter, di sekeliling pulau berupa karang penghalang, kemiringan pantai 3-6 o, vegetasi pantai Sesuvium portulacastrum, Scaveola tacada, Seruni, Pandanus sp,

77 Waru Laut, Kalimasada. Kemiringan pantai yang landai merupakan tempat yang tepat untuk melakukan aktivitas berenang di tepi pantai. Di perairan pulau ini terdapat 132 spesies ikan karang. Sedangkan spesies Chaetodon baronessa dari famili Chaetodontidae merupakan spesies yang banyak ditemukan di sekitar pulau ini. Di sebelah timur pulau ini terdapat sebuah diving site berupa hamparan karang di tubir sedalam 45 meter yang berarus kuat namun walaupun demikian kaya dengan keanekaragaman ikan karang dan biota laut lain. 8. Pulau Krakal Kecil Pulau ini terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT seluas 10 Ha dan dimiliki oleh penduduk. Kelilingnya mencapai 750 meter, dan dikelilingi terumbu karang penghalang serta banyak ditemui banyak pecahan karang. Kemiringan pulau 2-6 o. Vegetasi pantainya Sesuvium portulastrum, Scaveola tacada, Pemphis acidula, dan Casuarinas equisetifolia. Di sebelah timur pulau ini terdapat diving site yang mempunyai keanekaragaman karang yang tinggi dengan 24 genera karang yang hidup pada kedalaman 40 meter. Sedangkan untuk ikan karang tercatat 121 spesies ikan. Platax terira merupakan salah satu spesies yang menarik untuk diamati keberadaannya. Pengambangan ekowisata di Pulau Krakal Besar dan Krakal Kecil belum begitu baik, hal ini dikarenakan lokasi yang jauh dari permukiman sehingga transportasi ke Pulau Krakal Besar dan Krakal Kecil juga sulit. Wisatawan yang datang ke Pulau Krakal Besar dan Krakal Kecil pada umumnya adalah untuk tujuan ilmiah, pengamatan dan identifikasi potensi laut. 9. Pulau Cemara Besar Pulau Cemara Besar terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT. Pulau ini memiliki luas 3,5 Ha dan merupakan milik SUPM Tegal. Pulau Cemara Besar memiliki keliling m, pantai landai dengan kemiringan 3-4 o. Vegetasi pantai yang terdapat di lokasi ini adalah Ipomoes pescaprae, Hibiscus tilaceus, Scaveola tacada, Guettarda speciosa. Perairan pulau ini banyak terdapat koloni karang besar serta banyak celah dan gorong-gorong bawah laut dengan penutupan karang yang tinggi. Karang yang

78 ada di pulau ini didominasi oleh Porites cylindrical dan jenis Acropora serta karang jamur yang hidup secara soliter. Di perairan pulau ini terdapat 134 spesies ikan. Salah satu spesies ikan yang dapat dinikmati adalah Amphiprion ocellaris atau yang dikenal dengan Nemo (ikan badut). Pulau Cemara Besar terletak berdekatan dengan Pulau Menyawakan dan Pulau Karimunjawa, tempat peristirahatan terdapat pada resort terbesar di Karimunjawa yang berada di Pulau Menyawakan (Kura-kura Resort) ataupun di Karimunjawa. Paket wisata dari Kura-kura Resort juga menawarkan paket perjalanan ke Pulau Cemara Besar. Akses dari Pulau Karimunjawa ke Pulau Cemara Besar juga dapat dilakukan dari Tanjung Gelam. 10. Pulau Cemara Kecil Pulau ini terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT. Pulau ini memiliki luas 1,5 Ha dan merupakan milik penduduk. Vegetasi pantai yang terdapat di Pulau Cemara Kecil adalah Sesuvium portulastrum, Pemphis acidula, Bidara Laut, Casuarinas equisetifolia. Di perairan pulau ini dapat ditemui 121 spesies ikan. Salah satu spesies ikan karang yang mengundang perhatian adalah ikan badut (Amphiprion clarkii). Komunitas awam menyebut ikan ini sebagai ikan Nemo atau napoleon. Di sebelah barat laut pulau ini, terdapat karang massive dengan berbagai fauna laut termasuk kuda laut dan ikan kerapu di dalam celah-celah gua laut. Di sebelah utara terdapat hamparan karang dengan ikan barakuda yang mengelilinginya. Pengembangan ekowisata di Pulau Cemara Besar dan Pulau Cemara Kecil memungkinkan untuk dikembangkan dengan pertimbangan lokasi yang bisa dicapai dari Pulau Menyawakan atau Pulau Karimunjawa selama lebih kurang 3 jam. Perairan di Pulau Cemara Kecil merupakan zona perlindungan sehingga sumberdaya laut yang ada di Pulau Cemara Kecil merupakan sumberdaya yang dilindungi dari over fishing dan pemanfaatan yang berlebihan. Gambar 9 menunjukkan jenis ikan badut yang terdapat di Pulau Cemara Besar dan Pulau Cemara Kecil.

79 Gambar 9. Amphiprion ocellaris dan Amphiprion clarkii 11. Pulau Menjangan Kecil dan Menjangan Besar Pantai di Menjangan Besar dan Menjangan Kecil merpakan pantai dengan pasir putih dan berarus tenang. Wisatawan dapat melakukan sun bathing dan berenang di tepi pantai yang jauh dari keramaian. Vegetasi yang terdapat di pantai adalah Scaveola tacada, Casuarinas equisetifolia, dan pohon kelapa. Pulau Menjangan Kecil terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT. Pulau ini memiliki luas 46 Ha dan merupakan milik dari PT Awani Dream. Keliling pulau mencapai m dan memiliki kemiringan 3-5 o. Di perairan Pulau Menjangan Kecil juga terdapat Teripang, dan 133 spesies ikan di perairan pulau Menjangan Kecil. Pulau Menjangan Besar terletak di sebelah selatan Pulau Karimunjawa. Waktu tempuh dari Pulau Karimunjawa ke Pulau Menjangan besar adalah sekitar menit. Vegetasi yang menutupi hampir sama dengan Pulau Menjangan Kecil. Pantai yang terdapat di Pulau Menjangan Besar adalah pantai pasir putih yang landai. Di Pulau Menjangan Besar terdapat penginapan yang dapat disewa. Hamparan pasir putih yang landai dan jauh dari keramaian merupakan tempat yang nyaman untuk melakukan sun bathing dan berenang di tepi pantai. Potensi wisata yang ada di Pulau Menjangan Besar selain pantai pasir putih adalah penangkaran hiu jenis Hiu Sirip Putih (Carcharodon carsharias) dan baracuda. Wisatawan dapat berenang dengan hiu tanpa rasa khawatir karena berada di bawah pengawasan petugas. Pulau Menjangan Kecil dan Menjangan besar memiliki kelimpahan alam bawah laut yang beragam, akses menuju pulau yang mudah, ketersediaan air bersih, sasaran wisatawan untuk menikmati wisata bahari, dan komunikasi yang

80 masih bisa dilakukan karena lokasi yang berdekatan dengan Pulau Karimunjawa menjadikan Pulau Menjangan Besar dan Menjangan Kecil termasuk pulau yang layak untuk dikembangkan. Gambar 10 menunjukkan hiu yang hidup di Pulau Menjangan Besar. 12. Pulau Menyawakan Sumber: Dinas Pariwisata Kabupaten Jepara Gambar 10. Hiu di Pulau Menjangan Besar Pulau ini terletak pada koordinat 5 o o LS dan 110 o o BT. Pulau ini memiliki luas 24 Ha. Vegetasi pantai yang terdapat di Pulau Menyawakan adalah Sesuvium portulastrum, Ipomoes pescaprae, dan pohon kelapa. Perairan di Pulau Menyawakan memiliki 125 spesies ikan dengan salah satu spesies yang menarik diamati adalah Chaetodon trifasciatus. Terdapat resort wisata dengan nama Kura-kura Resort di pulau ini dengan beberapa diving spot yaitu Hawksbill point, shark point, dan Hilly reef. Penyelam dapat menemukan keanekaragaman karang pada kedalaman 10 meter. Sesuai dengan namanya, pada diving spot ini sering ditemui Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) dan Penyu Hijau (Chelonia mydas) yang sedang mencari makan. Pada Shark Point sering ditemui hewan pemangsa seperti hiu sirip putih dan ikan barakuda. Hilly reef merupakan hamparan rataan terumbu karang yang berbukit lebar dan luas. Gambar 11 menunjukkan biota laut yang terdapat di Pulau Menyawakan.

81 Sumber: Laporan Identifikasi Potensi ODTWA Karimunjawa Gambar 11. Biota Laut yang bisa Dinikmati di Pulau Menyawakan Pulau Menyawakan merupakan salah satu tujuan wisata bagi wisatawan mancanegara yang memesan paket wisata di Kura-Kura Aviation. Banyaknya wisatawan mancanegara yang berada di Pulau Menyawakan disebabkan oleh kemasan paket dari pengelola Pulau Menyawakan yang menarik. Pulau Menyawakan telah dibangun sedemikian rupa sehingga memberikan kesan nyaman bagi para wisatwan yang berkunjung ke Pulau Menyawakan. Dengan adanya resort dan banyaknya wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Pulau Menyawakan dapat dipastikan pengembangan ekowisata di Pulau Menyawakan dapat berjalan dengan baik. Adat yang berlaku di TN Karimunjawa dan mayoritas penduduk beragama Islam menjadikan Pulau Menyawakan tidak dapat sebebas di Pulau Bali dalam hal aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan mancanegara. Wisatawan mancanegara dihimbau untuk tetap menggunakan swimsuit saat berjemur di pantai. Kondisi ini yang menjadikan pengelola Pulau Menyawakan memiliki kreativitas dalam mengemas atraksi wisata lain selain sun bathing. Tawaran wisata dilakukan dengan paket diving ke reruntuhan kapal Indonor dan snorkeling di perairan Pulau Menyawakan. Berdasarkan hasil Analisis Daerah Operasi Objek dan Wisata Alam yang dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa, Pulau Menyawakan merupakan salah satu daerah yang memiliki kepentingan tinggi untuk dikembangkan. Gambar 12 menunjukkan wilayah di Pulau Menyawakan yang telah dibangun oleh pengelola Kura-Kura Resort.

82 Gambar 12. Kura-kura Resort 6.3 Potensi Wisata Religi Potensi wisata religi yang terdapat di wilayah TN Karimunjawa adalah Makam Sunan Nyamplungan yang dipercaya penduduk setempat sebagai pembuka wilayah TN Karimunjawa dan penyebar agama Islam di Pulau Karimunjawa. Sampai saat ini Makam Sunan Nyamplungan masih dikunjungi oleh peziarah. Lokasi makam terletak di Bukit Nyamplungan Pulau Karimunjawa. Track menuju lokasi makam juga dapat dijadikan trail wisata dengan panjang trail 717 m dan dapat ditempuh dalam 30 menit. Sunan Nyamplungan adalah putra dari Sunan Muria (salah satu Wali Sanga, penyebar agama Islam di Pulau Jawa). Sunan Nyamplungan diutus untuk menyebarkan agama Islam di sebuah pulau yang tampak kremun-kremun (yang berarti samar-samar) dari puncak Gunung Muria yang berada di Kabupaten Kudus. Sesampainya Sunan Nyamplungan di pulau tersebut dan melihat keindahan alamnya kemudian Sunan Nyamplungan membari nama pulau tersebut dengan Bahasa Arab yaitu Kariimun Jawa (Kemuliaan Pulau Jawa), hingga saat ini nama Karimunjawa diadaptasi dari nama pemberian Sunan Nyamplungan. Kisah Sunan Nyamplungan dituturkan secara turun-temurun dan menjadi asal usul beberapa lokasi di TN Karimunjawa seperti Legon Lele, Pulau Batu, juga beberapa tanaman seperti Dewadaru dan Kalimasada. Setiap bulan Muharram (Bulan pertama sistem kalender bulan) diadakan khaul (peringatan meninggalnya Sunan Nyamplungan). Khaul Sunan Nyamplungan diseleggarakan dengan mengadakan pengajian umum yang dihadiri oleh penduduk Desa Karimunjawa dan Desa Kemujan. Peringatan khaul yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kecamatan bekerjasama dengan Pemerintah

83 Desa Karimunjawa dan Desa Kemujan serta masyarakat juga disertai dengan penampilan kasidah modern. Peringatan khaul ini juga menjadi sarana hiburan bagi penduduk Karimunjawa dengan adanya kasidah modern dan pengajian umum yang mengundang muballigh dari luar Karimunjawa. Sebelum acara puncak khaul yang diisi dengan pengajian umum dilaksanakan, terdapat ritual yang dapat diikuti oleh wisatawan yang saat itu berada di sana, ritual ini berupa doa bersama di Makam Sunan Nyamplungan, penggantian luwur (kafan pembungkus nisan), dan makan bersama dengan makanan khas Karimunjawa. Gambar 13 menunjukkan Makam Sunan Nyamplungan Makam Nyamplungan Gambar 13. Makam Sunan Nyamplungan 6.4 Potensi Wisata Pendidikan dan Penelitian Potensi wisata ini terdiri dari pengamatan penyu bertelur dan pelepasan tukik ke habitatnya, pengamatan burung, dan pendidikan lingkungan hidup dengan mengenal mangrove. 1. Pengamatan Penyu Bertelur dan Pelepasan Tukik Penyu yang dapat ditemui di TN Karimunjawa adalah Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricate) dua jenis penyu ini adalah fauna yang dilindungi oleh pemerintah berdasarkan PP No 7 Tahun Berdasarkan penelitian yang dilakukan Balai TN Karimunjawa, dapat diidentifikasi beberapa pulau dalam kawasan TN Karimunjawa pada bulan-bulan tertentu merupakan lokasi tempat bertelur penyu. Pulau-pulau yang merupakan habitat Penyu Sisik dan Penyu Hijau untuk bertelur antara

84 lain adalah Pulau Menjangan Kecil, Pulau Krakal Besar dan Krakal Kecil, Pulau Cemara Besar, dan Pulau Bengkoang. Kegiatan pengamatan penyu bertelur dan pelepasan tukik dapat dijadikan atraksi wisata yang menarik bagi mahasiswa, peneliti, wisatawan, ataupun siswa sekolah untuk memberikan pengetahuan. Peta penyebaran penyu di TN Karimunjawa disajikan pada Gambar 14. Gambar 14. Peta Penyebaran Penyu di TN Karimunjawa Selama ini atraksi pelepasan tukik penyu ke laut dilakukan oleh tamu istimewa didampingi perangkat pemerintahan di Kabupaten Jepara. Kemasan atraksi yang dapat dikembangkan adalah pelepasan penyu tidak hanya dilakukan oleh perangkat pemerintahan dan tamu khusus, akan tetapi dapat membidik wisatawan lokal dan asing dengan karakteristik anak usia sekolah. Sebelum pelepasan tukik ke laut dapat pula diisi dengan pemutaran film dokumenter yang menjelaskan proses bertelur penyu dan kehidupan penyu. Atraksi ini dapat dikemas oleh Dinas Pariwisata yang bekerjasama dengan Balai TN Karimunjawa dengan dukungan dari pengusaha wisata setempat. Gambar 15 menunjukkan proses pelepasan tukik yang dilakukan oleh perangkat pemerintahan Kabupaten Jepara.

85 Gambar 15. Pelepasan Tukik 2. Pengamatan Burung/Bird Watching Pengamatan burung dapat dilakukan di zona perlindungan. TN Karimunjawa memiliki 58 spesies burung yang dapat diamati. Beberapa jenis yang menarik untuk diamati adalah Elang Laut Dada Putih (Haliaetus leucogaster), Betet Karimunjawa, Junai Mas. Pengamatan burung dapat dilakukan di Pulau Karimunjawa, Pulau Menjangan Besar, dan Pulau Menjangan Kecil. Pengamatan dapat dilakukan saat kelompok burung elang melakukan migrasi. 3. Pengamatan Mangrove Ekosistem mangrove terdapat di Pulau Karimunjawa dan Pulau Kemujan. Wisatawan (peneliti, mahasiswa, dan siswa sekolah) dapat belajar mengidentifikasi jenis mangrove dan fauna yang hidup di dalamnya. 6.5 Potensi Wisata Budaya Penduduk yang tinggal di wilayah TN Karimunjawa terdiri dari beberapa suku yaitu Jawa, Madura, dan Bugis. Masing-masing suku memiliki adat dan tatacara kehidupan masing-masing. Potensi wisata budaya yang dapat ditemui di wilayah TN Karimunjawa adalah perkampungan suku Bugis yang ada di Dukuh Batulawang Desa Kemujan. Masyarakat Bugis yang ada di Desa Kemujan masih menggunakan rumah panggung sebagai tempat tinggal. Suku Bugis yang tinggal di TN Karimunjawa juga masih memelihara adat istiadatnya. Dalam rangka melestarikan budaya asli, maka Pemerintah Kabupaten Jepara membuat percontohan rumah adat Bugis dan rumah adat Jawa (Joglo). Rumah Bugis yang

86 terbuat dari beberapa tiang penyangga mempunyai filosofi ringan sama dijinjing berat sama dipikul. Beban berat keluarga akan terasa ringan jika diselesaikan dengan bersama-sama. Gambar 16 menunjukkan Rumah adat Bugis yang berada di Desa Kemujan. Gambar 16. Rumah Bugis di Desa Kemujan Wisata budaya yang dapat dikunjungi dan berpotensi menjadi atraksi wisata adalah: 1. Reog dan Barongan merupakan kesenian khas Karimunjawa yang sudah mulai jarang ditampilkan, kesenian ini merupakan kesenian langka karena saat ini hanya ada satu kelompok seni yang melestarikannya. Kesenian ini merupakan atraksi untuk menyambut tamu besar yang datang di TN Karimunjawa. Tamu yang disambut dengan kesenian ini antara lain Bupati dan Gubernur. Atraksi ini jika dikemas dengan baik dan ditampilkan saat kunjungan wisatawan mencapai puncaknya dapat menambah nilai jual ekowisata TN Karimunjawa. Salah satu kemasan yang dapat menarik antusias dari wisatawan adalah mengajarkan kepada wisatawan. Kemasan seperti ini dapat diadaptasi dari kampung wisata yang sudah banyak terdapat di Indonesia. Gambar 17 menunjukkan kesenian Reog dan Barongan di Karimunjawa.

87 Gambar 17. Reog dan Barongan Karimunjawa 2. Pencak silat yang diiringi gamelan. Para pelaku seni untuk pencak silat yang diiringi dengan gamelan ini sudah semakin sedikit jumlahnya. Kesenian ini merupakan kesenian khas yang sudah mulai langka. Pencak silat dengan gamelan biasanya ditampilkan di lapangan saat menyambut tamu istimewa atau saat diselenggarakan peringatan hari tertentu di Karimunjawa seperti Hari Pramuka. Kesenian ini dapat ditampilkan sebagai atraksi budaya dan kesenian yang dapat dikemas sebagai tawaran atraksi bagi wisatawan. 3. Upacara perkawinan suku Bugis yang terdiri dari Massuro, Mappaenre, Mapacing, Maduppa, dan Agaukeun. Massuro adalah proses lamaran atau menyampaikan maksud kepada calon mempelai perempuan. Proses Massuro dilaksanakan dengan menggunakan adat dan bahasa Bugis. Setelah proses Massuro, dan lamaran diterima oleh keluarga pengantin perempuan maka dilanjutkan dengan prosesi Mappaenre. Mappaenre adalah seserahan yang dibawa, seserahan yang dibawa terdiri dari dua belas atau dua puluh empat jenis yang berbeda. Mapacing adalah malam terakhir sebelum akad nikah dilaksanakan, pada umumnya dilakukan membaca Al Qur an dari awal sampai akhir dan mempelai putri dimandikan oleh anggota keluarga (seperti prosesi siraman pada adat Jawa). Setelah dimandikan, mempelai putri dihias kuku dan tangannya menggunakan pacar air atau pacar pasta dengan ukiran khas dari Bugis. Calon mempelai perempuan diukur tinggi badannya menggunakan rangkaian kalung emas yang menunjukkan kemuliaan dari perempuan.

88 Pada acara Mapacing diserahkan uang naik yaitu uang dari calon mempelai laki-laki yang digunakan untuk menyelenggarakan pesta resepsi. Prosesi selanjutnya adalah Maduppa atau penerimaan besan sebelum akad nikah dimulai. Setelah akad nikah dilaksanakan acara selanjutnya adalah Agaukeun atau acara resepsi. 4. Upacara pelepasan perahu yang dilakukan setelah perahu selesai dibuat. Upacara ini disertai dengan beberapa simbol seperti seikat padi yang mengisyaratkan kesejahteraan. Identifikasi potensi ekowisata bahari menunjukkan bahwa pulau-pulau di TN Karimunjawa memiliki potensi masing-masing dan dimanfaatkan untuk menarik rasa ingin tahu wisatawan yang datang ke TN Karimunjawa. Berdasarkan informasi lapang dan data yang diperoleh dari Balai TN Karimunjawa, potensi ekowisata yang dimanfaatkan antara lain: potensi terumbu karang, fauna laut, reruntuhan kapal, pemandangan yang menyajikan perpaduan antara bukit dan laut, hutan mangrove, dan fauna darat. Pulau yang memiliki potensi yang sangat baik untuk dikembangkan adalah Pulau Karimunjawa, Pulau Kemujan, Pulau Menyawakan, Pulau Menjangan Besar dan Menjangan Kecil, Pulau Tengah, dan lokasi reruntuhan Kapal Indonor. Pulau-pulau yang memiliki potensi alam yang baik akan tetapi belum dikembangkan secara baik dengan pertimbangan ketersediaan air bersih, penerangan, akses menuju pulau adalah Pulau Kumbang dan perairan Pulau Bengkoang. Pulau-pulau yang belum dikembangkan dengan baik karena kendala ketersediaan air bersih, penerangan, akses menuju pulau dapat dikembangkan dengan memperhatikan pulau terdekat yang dapat dijadikan tempat peristirahatan dan mempertimbangkan paket wisata yang dibuat. Hasil identifikasi potensi yang menunjukkan kelayakan pulau di wilayah TN Karimunjawa untuk dikembangkan disajikan pada Tabel 14. TN Karimunjawa memiliki daya tarik pada ekowisata bahari, darat, ilmiah, religi, dan budaya di TN Karimunjawa, kegiatan wisata yang mungkin dikembangkan dan banyak dilakukan di TN Karimunjawa adalah wisata ilmiah dan wisata bahari walaupun tidak menutup kemungkinan bahwa wisata religi,

89 wisata budaya dan wisata darat dapat dikemas dengan baik untuk menarik minat wisatawan untuk datang ke TN Karimunjawa. Tabel 14. Daftar Pulau-pulau yang Memiliki Potensi Bahari No Nama Pulau Status Keterangan 1. Pulau Karimunjawa Layak dikembangkan Sudah ada kegiatan yang mendukung pengembangan ekowisata di Karimunjawa. 2. Pulau Kemujan Layak dikembangkan Sudah ada kegiatan yang mendukung pengembangan ekowisata di Karimunjawa. 3. Pulau Menyawakan Sudah dikembagkan Dikelola oleh Kura-kura resort. Perlu memperhatikan culture crash yang mungkin terjadi. 4. Pulau Menjangan Besar Layak dikembangkan Ditekankan pada pemanfaatan lestari flora dan fauna bawah laut, lokasi dekat dengan pusat kota 5. Pulau Menjangan Layak dikembangkan Dapat dikembangkan karena Kecil lokasi berdekatan dengan pusat kota 6. Pulau Tengah Layak dikembangkan Lokasi dekat dengan Pulau 7. Reruntuhan kapal Indonor Kemujan dan akses mudah Layak dikembangkan Lokasi ini memiliki terumbu karang yang indah, masih bisa ditemui peninggalan kapal, lokasi dekat dengan Pulau Kemujan 8. Pulau Kumbang Belum dikembangkan Lokasi berdekatan dengan Pulau parang, sebnagian perairannya merupakan zona inti. 9. Pulau Bengkoang Belum dikembangkan Lokasi jauh dari pulau-pulau yang berpenghuni. Sumber : Laporan ADO-ODTWA di Zona Pemanfaatan Wisata TN Karimunjawa

90 VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel pada jaringan ANP yang dibangun. Jaringan ANP yang dibangun pada penelitian ini didasarkan pada wawancara mendalam (depth interview) dengan Kepala Balai TN Karimunjawa dan studi pada Rencana Strategis Balai TN Karimunjawa. Jaringan ANP merupakan jaringan pengaruh antar faktor dan elemen pada kerangka yang dibangun. Berdasarkan wawancara mendalam dengan Kepala Balai TN Karimunjawa dan studi pada rencana strategis Balai TN Karimunjawa diperoleh jaringan dengan lima faktor yaitu faktor Tujuan, Aspek, Permasalahan, Solusi, dan Strategi. Faktor-faktor yang dibangun dalam jaringan ANP disusun berdasarkan kondisi eksternal dan internal TN Karimunjawa dan pengambil kebijakan utama di TN Karimunjawa yaitu Balai TN Karimunjawa. Masing-masing faktor memiliki beberapa elemen yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Faktor Tujuan (Goal) Faktor ini memiliki satu elemen yaitu pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Faktor ini adalah tujuan dari semua faktor yang dibangun dalam ANP. 2. Faktor Aspek Faktor ini adalah faktor yang merupakan faktor penentu dan berpengaruh dalam penyusunan strategi pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Faktor ini memiliki empat elemen yaitu: a. Kebijakan Pemerintah. Kebijakan pemerintah yang dimaksud dalam jaringan ini adalah kebijakan pemerintah yang terkait dengan TN Karimunjawa. Meliputi Undang-undang No 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No 5 Tahun 1990 tentang Konservasi SDA dan ekosistem, UU No 9 Tahun 1990 tentang Pariwisata, Peraturan Pemerintah No 36/2010 tentang pengusahaan pariwisata alam di zona pemanfaatan Taman Nasional, Permenhut No.P.19/Menhut-II/2004 tentang Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan

91 Pelestarian Alam. Kebijakan lain yang mengikuti pegembangan TN Karimunjawa adalah peraturan daerah terkait dengan wisata unggulan dan pengadaan sarana transportasi. b. Pengambil Kebijakan. Pengambil Kebijakan adalah pelaku yang mengeluarkan kebijakan atau peraturan dan atau yang menjalankan peraturan terkait khusus dengan pengembangan TN Karimunjawa. Pengambil kebijakan terdiri atas Kepala Balai TN Karimunjawa, Bupati Jepara, dan Camat Karimunjawa. c. Potensi Ekowisata. Potensi ekowisata meliputi wisata alam, wisata religi, wisata budaya, wisata pendidikan. Potensi ekowisata yang ada di TN Karimunjawa adalah potensi wisata yang sudah siap digunakan dan dipromosikan sebagai daya tarik wisata. Potensi wisata diidentifikasi berdasarkan kekhasan yang ada di TN Karimunjawa. Kekhasan ini yang membedakan TN Karimunjawa dengan kawasan konservasi lain. d. Sosial Ekonomi Masyarakat. Kondisi sosial ekonomi masyarakat di TN Karimunjawa masih bergantung pada Sumberdaya Alam yang ada. Hal yang menjadi kajian dalam sosial ekonomi masyarakat adalah ketergatungan masyarakat pada sumberdaya alam, selain itu kondisi ekonomi masyarakat sebagai penduduk asli juga harus diperhatikan. 3. Faktor Permasalahan Faktor ini berisi masalah yang ada dan menjadi pertimbangan dalam pengembangan ekowisata di TN Karimunjawa. Permasalahan yang ada perlu dicarikan solusi dan strategi yang tepat sehingga dapat diatasi dalam pengembangan ekowisata TN Karimunjawa. Permasalahan yang diidentifikasi pada jaringan yaitu: a. Belum adanya pemanfaatan jasa lingkungan. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah berbagai bentuk kegiatan yang melibatkan masyarakat dengan memanfaatkan lingkungan yang ada dengan memberikan insentif terhadap alam atas pemanfaatan yang ada. Kegiatan yang terkait dengan pemanfaatan jasa lingkungan adalah penyusunan perencanaan pengembangan hutan mangrove, menerapkan

92 Muatan Lokal Lingkungan Hidup dalam kurikulum SD-SMA, perencanaan wisata yang terkait dengan alam (lintas alam, trail, dan sebagainya) b. Belum tersedianya paket Ekowisata. Pada umumnya wisatawan yang datang ke Karimunjawa hanya memilih wisata yang ditawarkan oleh pemilik hotel dan penginapan. Kunjungan pada umumnya dilakukan ke lokasi yang dekat dengan pusat kegiatan di Karimunjawa. Paket ekowisata diharapkan dapat mengenalkan potensi ekowisata di TN Karimunjawa. Paket ekowisata dapat direncanakan dengan kolaborasi pengembangan wilayah zona pemanfaatan wisata dengan melibatkan penduduk lokal sebagai pelaksananya. c. Kesadaran masyarakat dalam mematuhi aturan masih rendah. Hal ini disebabkan masyarakat masih mengandalkan hasil laut untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain itu penegakan hukum di zona-zona yang tidak diperbolehkan adanya pemanfaatan masih lemah. Hasil monitoring yang dilakukan oleh Balai TN Karimunjawa menunjukkan kepatuhan masyarakat terutama nelayan di zona perlindungan dan zona inti masih kurang dengan kecenderungan yang menurun. Zona perlindugan dan zona inti terletak dekat dengan zona pemanfaatan perikanan tradisional. Hal ini memungkinkan terjadinya penangkapan ikan ke zona inti dan perlindungan dengan disadari atau tidak. Tumbuhan dan satwa laut yang dilindungi dan masih sering dieksploitasi untuk dijadikan komoditas ekonomi adalah Kima dan akar bahar. Kepatuhan nelayan di zona perlindungan mengalami kecenderungan turun karena anggapan zona perlindungan memungkinkan nelayan untuk melakukan kegiatan perikanan tradisional seperti memancing. Kepatuhan nelayan dapat ditingkatkan dengan adanya pemahaman bahwa jika sumberdaya alam rusak maka akibatnya akan langsung diterima oleh masyarakat. Tingkat kepatuhan masyarakat di zona inti dan zona perlindungan disajikan pada gambar 18.

93 Zona Inti Zona Perlindungan Sumber: Renstra TNKJ Gambar 18. Grafik Tingkat Kepatuhan Nelayan di Zona Inti dan Zona Perlindungan Kecenderungan ketidakpatuhan nelayan disebabkan juga oleh belum seluruh anggota masyarakat mengetahui sistem zonasi yang diterapkan oleh Balai TN Karimunjawa. Penerimaan masyarakat terhadap sistem zonasi juga masih kurang. d. Keterbatasan sarana pendukung ekowisata. Sarana pendukung ekowisata yang dimaksudkan adalah taman di sekitar pantai yang dapat dibangun dengan ketentuan tidak menyalahi aturan pelestarian lingkungan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan beberapa wisatawan yang datang ke lokasi TN Karimunjawa, sarana seperti toko yang menjual kebutuhan pribadi wisatawan, internet, dan rumah makan yang menyediakan masakan khas Karimunjawa juga perlu ditingkatkan. Shelter atau peristirahatan yang tersedia di jalur trail di Pulau Karimunjawa juga masih kurang. Hal ini terkait dengan keterbatasan dana di Balai TN Karimunjawa. Sarana di luar pulaupulau yang berpenghuni adalah keterbatasan sarana air bersih. e. Keterbatasan sarana Transportasi. Transportasi yang ada di wilayah TN Karimunjawa adalah transportasi darat dan laut. Akses menuju pulau dari luar TN Karimunjawa menuju TN Karimunjawa dapat

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Nilai Ekonomi Taman Nasional Alam seisinya memiliki nilai ekonomi yang dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Nilai ekonomi ini dapat diperoleh jika alam dilestarikan

Lebih terperinci

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA 7.1 Kerangka Umum Analytical Network Process (ANP) Prioritas strategi pengembangan TN Karimunjawa ditetapkan berdasarkan pilihan atas variabel-variabel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG SKRIPSI IMAM WAHYUDI H34066064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO

ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO ANALISIS ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE PEMANDIAN AIR PANAS CV ALAM SIBAYAK BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI ARDIAN SURBAKTI H34076024 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan tersebar dari pulau Sumatera sampai ke ujung timur

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Dunia, yang terdiri dari 17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 95.181 km (terpanjang ke empat di Dunia setelah Canada,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional di masa kini dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.19/Menhut-II/2004 TENTANG KOLABORASI PENGELOLAAN KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM MENTERI KEHUTANAN, Menimbang

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pariwisata Pariwisata merupakan semua gejala-gejala yang ditimbulkan dari adanya aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh seseorang dari tempat tinggalnya dalam waktu sementara,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dengan keanekaragaman sumberdaya hayatinya yang tinggi dijuluki megadiversity country merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau besar dan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN PANTAI LOMBANG DI KABUPATEN SUMENEP SKRIPSI MOHAMMAD REZA H34051684 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 0 ANALISIS STRATEGI

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PARIWISATA PANTAI PARANGTRITIS PASCA GEMPA BUMI DAN TSUNAMI DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HARY RACHMAT RIYADI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi

I.PENDAHULUAN. Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditas minyak dan gas (migas) merupakan penghasil devisa utama bagi bangsa Indonesia, namun migas itu sendiri sifat nya tidak dapat diperbaharui, sehingga ketergantungan

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wisata alam dapat diartikan sebagai bentuk kegiatan wisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan lingkungan. Kegiatan wisata alam itu sendiri dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu aset yang strategis untuk mendorong pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan kepariwisataan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PADA CV DUTA TEKNIK SAMPIT KALIMANTAN TENGAH SKRIPSI NOPE GROMIKORA H34076111 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN NOPE

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata adalah suatu fenomena yang kompleks karena banyak faktor yang berinteraksi, didukung berbagai fasilitas serta layanan yang melibatkan seluruh lapisan

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A14104038 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya alam maupun kebudayaan unik dan tidak dimiliki oleh Negara lain. Oleh karena itu, Indonesia menjadi

Lebih terperinci

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA ANI MARDIASTUTI JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Kawasan Konservasi Indonesia UURI No 5 Tahun 1990 Konservasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya alam hayati yang melimpah. Sumber daya alam hayati di Indonesia dan ekosistemnya mempunyai

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. Gambar I.1 Peta wilayah Indonesia Sumber:www.google.com, 2011. BAB I PENDAHULUAN AQUARIUM BIOTA LAUT I.1. Latar Belakang Hampir 97,5% luas permukaan bumi merupakan lautan,dan sisanya adalah perairan air tawar. Sekitar 2/3 berwujud es di kutub dan 1/3 sisanya berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) terletak di Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah merupakan Kawasan Pelestarian Alam yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA AGRIFARM DESA CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT SKRIPSI MOHAMAD IKHSAN H34054305 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP ATRIBUT MUTU PELAYANAN WISATA MANCING FISHING VALLEY BOGOR Oleh : Dini Vidya A14104008 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hal tersebut menuai pro dan kontra. Kuswijayanti (2007) menjelaskan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada 2001, pembahasan mengenai penetapan Gunung Merapi sebagai kawasan taman nasional mulai digulirkan. Sejak saat itu pula perbincangan mengenai hal tersebut menuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata kedua di Indonesia setelah Bali. DIY juga menjadi salah satu propinsi yang menjadi pusat pengembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki pertumbuhan ekowisata paling cepat di dunia sehingga mendapatkan devisa Negara yang tinggi. Sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 101111111111105 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki sumberdaya alam hayati laut yang potensial seperti sumberdaya terumbu karang. Berdasarkan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di sub-sektor perikanan tangkap telah memberikan kontribusi yang nyata dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Hal ini ditunjukkan dengan naiknya produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) merupakan salah satu kawasan pelestarian alam memiliki potensi untuk pengembangan ekowisata. Pengembangan ekowisata di TNTC tidak

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang melimpah. Kekayaan hayati Indonesia dapat terlihat dari banyaknya flora dan fauna negeri ini. Keanekaragaman sumber

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas 49 307,19 km 2 memiliki potensi sumberdaya hayati laut yang tinggi. Luas laut 29 159,04 Km 2, sedangkan luas daratan meliputi

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT 6.1 Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Manapeu Tanahdaru Wilayah karst dapat menyediakan air sepanjang tahun. Hal ini disebabkan daerah karst memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laju kerusakan hutan di Indonesia saat ini begitu tinggi. Hutan dengan fungsi lindung dan fungsi konservasi semakin berkurang luasnya. Saat ini Indonesia sudah kehilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Taman Nasional menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah

BAB I PENDAHULUAN. hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaedah dasar yang melandasi pembangunan dan perlindungan lingkungan hidup Indonesia terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat. Kaedah dasar ini selanjutnya

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Pertumbuhan pariwisata secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat dalam pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA RETNO ANGGRAENI

VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA RETNO ANGGRAENI VALUASI EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA RETNO ANGGRAENI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya yang kita miliki terkait dengan kepentingan masyarakat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengelolaan sumber daya alam, khususnya hutan yang berkelanjutan dimasa kini telah menjadi keharusan, dimana keberadaan serta keberlangsungan fungsi sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan basah merupakan sumber daya alam hayati penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem global. Salah satu tipe lahan basah adalah lahan gambut. Lahan gambut merupakan ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci