STUDI PENENTUAN STATUS MUTU AIR DI SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR UNTUK KEPERLUAN AIR BAKU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PENENTUAN STATUS MUTU AIR DI SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR UNTUK KEPERLUAN AIR BAKU"

Transkripsi

1 STUDI PENENTUAN STATUS MUTU AIR DI SUNGAI BRANTAS BAGIAN HILIR UNTUK KEPERLUAN AIR BAKU Rani Anjar Sari 1, Tri Budi Prayogo 2, Emma Yuliani 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2 Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Malang, Jawa Timur, Indonesia ranjas56@yahoo.co.id ABSTRAK :Peningkatan jumlah penduduk di sekitar Sungai Brantas Hilir mengakibatkan penurunan kualitas air karena peningkatan kegiatan penduduk disekitarnya. Limbah dari kegiatan tersebut langsung dibuang ke Sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu. Studi ini bertujuan untuk mengetahui kondisi air pada Sungai Brantas (Mojokerto Surabaya) tahun Data yang digunakan dari Balai Besar Sungai Brantas (BBWS) dengan periode pengambilan data 3 bulan sekali melalui 5 titik pemantauan selanjutnya dianalisa dengan Metode Water Quality Index (WQI) dan Metode STORET. Parameter yang digunakan berdasarkan Keputusan Mentri Kesehatan No. 907 tahun 2002 yaitu temperatur, TSS, TDS, DO, COD, BOD, ph, NH 3 -N fosfat, Total coli. Parameter tersebut dianalisa dengan Peraturan Pemerintah No.82 tahun 2001 dan hasilnya menunjukan sebagian besar parameter yang tidak memenuhi standar baku mutu adalah TSS, BOD, fosfat, dan total coli. Hasil analisa kualitas air menurut Metode WQI periode bulanan 40% tercemar ringan kelas 3, tahuanan 32% tercemar ringan kelas 3, musim penghujan 48% tercemar ringan kelas 3, kemarau 36% tercemar ringan kelas 3. Menurut Metode STORET periode bulanan 85% tercemar berat kelas D, tahunan, penghujan dan kemarau presentasenya 100% tercemar berat kelas D. Hasil perhitungan dengan Metode STORET tidak memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh Keputusan Gurbernur Jawa Timur No. 61 tentang peruntukan Sungai di Jawa Timur. Kata kunci : Kualitas Air, Baku Mutu, Metode Water Quality Index (WQI), Metode STORET ABSTRACT : An increasing number of residents in the surrounding Brantas Downstream Watersheds resulting in decreased water quality due to the increased activities of the surrounding population. Waste of these activities discharged directly into the river without processing it first. This study aims to determine the Brantas River (Mojokerto Surabaya) since The data were taken from BBWS that collected every 3 months through 5 monitoring point then be analyzed with Water Quality Index (WQI) and STORET Method. The parameters used are based on the decision of the Ministry of Health regulation No are temperature, TSS, TDS, DO, COD, BOD, ph, NH 3 -N, phosphate, and total coli. These parameters were analyzed by Government Regulation No. 82 of 2001 and show the majority parameters that didn t equivalent with standard regulation are TSS, BOD, phosphate, Total coli. The results shows that for monthly period WQI Method 40% light polluted 3 rd, In rainy season 48% light polluted 3 rd, of summer light polluted 3 rd. According to the monthly period STORET Method 85% of heavy polluted grade D. The annual period, the rainy season and the dry season presentasenya 100% heavy polluted (class D). The analyzed with STORET method almost did n meet with the basic standards application that assigned by East Java Government No.61about the river in East Java. Keywords: Water Quality, Standard Quality, Water Quality Indext (WQI) Method, STORET Method 1. PENDAHULUAN Air bersih merupakan bagian atau komponen yang sangat mendasar bagi makhluk hidup. Meningkatnya jumlah penduduk berbanding lurus dengan meningkatnya kebutuhan air bersih yang layak untuk digunakan, saat ini status sumber air dan badan air yang layak untuk digunakan masyarakat semakin menurun. Hal ini disebabkan karena banyaknya kegiatan manusia sehari-hari yang juga tidak sedikit pekerjaan atau mata pencaharian yang sangat mengandalkan air, yakni usaha pertanian, perikanan, peternakan, dan lainlain. Tercemarnya badan air oleh limbah yang secara langsung dibuang ke Sungai tanpa pengolahan terlebih dahulu.. Penyebab utama dari penurunan kualitas air adalah meningkatnya jumlah penduduk karena kebutuhan pangan semakin meningkat sehingga berdampak pada meningkatnya kebutuhan air irigasi untuk lahan pertanian. Dengan memperhatikan laju pertumbuhan penduduk dan kebutuhan air

2 irigasi dapat mengiringi pada persinggungan- persinggungan yang menyebabkan terjadinya kompetisi dan konflik. Penambahan bahan organik maupun anorganik berupa limbah kedalam perairan selain akan merubah susunan kimia air, juga akan mempengaruhi sifat-sifat biologi dari perairan tersebut. Banyaknya bahan organik di dalam perairan dapat menurunkan kandungan oksigen terlarut yang ada dan menurunkan kualitas air Sungai tersebut. Perubahan kondisi kualitas air di Sungai Brantas bagian hilir khususnya daerah Mojokerto sampai Surabaya maka dilakukan analisa dengan menggunakan Metode Water Quality Index (WQI) dan Metode STORET dengan menggunakan pemilihan parameter seperti temperatur, TSS, TDS, DO, BOD, COD, ph, NH 3 -N, fosfat, dan total coli. Tujuan dari analisis ini adalah: 1. Mengetahui kondisi setiap parameter yang dianalisis apakah sesuai dengan standar baku atau tidak. 2. Mengetahui Kualitas air Sungai Brantas Hilir Mojokerto Surabaya dengan menggunakan Metode Water Quality Indeks (WQI) dan Metode STORET periode bulanan dan tahunan. 3. Mengetahui Kualitas air Sungai Brantas Hilir Mojokerto Surabaya dengan menggunakan Metode Water Quality Indeks (WQI) dan Metode STORET periode musim penghujan dan kemarau. Analisa ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk mempermudah instansi tertentu dalam mengetahui kondisi kualitas air Sungai Brantas Hilir di Mojokerto Surabaya.. 2. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi titik pemantauan kualitas air dilakukan di daerah Sungai Brantas Hilir di Mojokerto dan Surabaya dengan menggunakan 5 titik pemantauan, dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Gambar 1. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas Hilir Gambar 2. Peta Lokasi Pemantauan Kualitas Air Sungai Brantas Hilir Penelitian dilakukan dengan mengambil titik sampel di setiap lokasi yang di tentukan. Dapat dilihat pada Tabel 1 tentang lokasi pemantauan kualitas air di Sungai Brantas Hilir. Tabel 1. Lokasi Pemantauan Kualitas Air DAS Brantas Bagian Hilir No Nama Tempat Lokasi 1 Jetis Kali Marmoyo,Ds Jetis, Mojokerto 2 Kali Kwangen, Ds Perning 3 Bambe 4 Karangpilang 5 Jetis, Mojokerto Kali Tengah Muara, Kec. Bambe, Gresik Kali Surabaya Tengah, Kec. Taman, Sidoarjo Kali Surabaya Hilir, Surabaya 2. 1 Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan merupakan data yang diperoleh dari Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS) dari tahun 2010 sampai tahun Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah temperatur, TSS, TDS, DO, BOD, ph, NH 3 -

3 N dan total coli. Pemilihan parameter tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 907 tahun 2002 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air. Selanjutnya dihitung dengan menggunakan Metode Water Quality Index (WQI) dan Metode STORET dengan menggunakan periode bulanan, tahunan dan periode perbedaan musim. Dimana dianalisis sesuai dengan Peraturan Pemerintah No tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air dan disesuaikan dengan Keputusan Gubernur Jawa Timur No 61 tentang peruntukan Sungai di Jawa Timur. 2.2 Mutu Air Sesuai Peraturan Pemerintah No Pasal 1 mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan Metode tertentu berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku. Sedangkan baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Kelas air adalah peringkat kualitas air yang dinilai masih layak untuk dimanfaatkan bagi peruntukan tertentu. 2.3 Klasifikasi Mutu Air Klasifikasi mutu air berdasarkan PP No. 82 tahun 2001 pasal 8 ayat 1 diterapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu sebagai berikut : 1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana atau prasarana rekreasi air, pembudidayaan ikan tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman dan peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. 2.4 Metode Water Quality Indext (WQI) Metode Water Quality Index (WQI) adalah sebuah Metode yang digunakan untuk menilai parameter wajib dalam penentuan kualitas air untuk memenuhi kebutuhan air baku minum (Lathamani,2014). Dari hasil studi penilaian yang telah dilakukan menunjukan Metode WQI lebih realistis dan lebih sesuai dengan kondisi riil di lapangan. persamaan untuk Metode ini adalah sebagai berikut: WQI = Keterangan : WQI = Water Quality Index Ci = konsentrasi variabel i Pli = standar baku yang diijinkan untuk variabel i n = jumlah variabel Adapun pembagian kelas menurut Metode ini adalah terdiri dari 6 kelas yaitu kelas 1: sangat bersih, kelas 2: bersih, kelas 3: sedikit tercemar, kelas 4: cukup tercemar, kelas 5: sangat tercemar dan kelas 6: air kotor seperti pada Tabel 2. Tabel 2 Klasifikasi Kualitas Air Nilai Kualitas Air Rekomendasi WQI Kelas Tingkat WQI 0,30 1 Sangat Bersih Tidak diperlukan pengolahan. Sesuai untuk berbagai macam kebutuhan misalya air 0,31 WQI 0,89 minum. 2 Bersih Untuk minum dan pertanian perlu pengolahan, jika digunakan untuk perikanan tidak diperlukan pengeolahan karena sudah sesuai peruntukanya

4 Nilai WQI 0,90 WQI 2,49 2,50 W QI 3,99 4,00 W QI 5,99 WQI 6,00 Kualitas Air Kelas Tingkat 3 Tercemar Ringan Rekomendasi Tidak sesuai untuk minum dan pertanian, jika tidak ada pilihan maka perlu dilakukan pengolahan untuk kedua kebutuhan tersebut. Tidak memerlukan pengolahan jika digunakan untuk perternakan, rekreasi, dan tujuan olah raga 4 Tercemar Dapat Sedang digunakan untuk irigasi dan keperluan industri dengan pengolahan terlebih dahulu. 5 Tercemar Hanya dapat Berat digunakan untuk kepentingan industri berat yang tanpa kontak badan setelah dilakuakan pengolahan tertentu. 6 Kotor Tidak sesuai untuk berbagai kebutuhan dan biaya pengolahan sangat ekstensif (mahal). Sumber: Altansukh Dan Davaa.2011.Aplication Of Index Analisys To Evaliate The Water Quality Of The Tuul River In Mongolia. Jurnal Of Water Resources And Production, 3, Metode STORET Metode STORET merupakan salah satu Metode yang bisa digunakan untuk menentukan status mutu air. Penentuan status mutu air dilakukan dengan cara membandingkan data kualitas air dengan baku mutu yang telah ditetapkan sesuai dengan peruntukannya. Dengan Metode ini dapat diketahui parameter parameter yang telah memenuhi atau melampai baku mutu air. Cara meentukan status mutu air digunakan sistem nilai dari US-EPA (Environmental Protection Agency) dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas seperti pada tabel 3. (Kepmen LH No. 115, 2003). Penentuan status mutu air dengan menggunakan Metode STORET dilakukan dengan langkah-langkah sebagi berikut : 1. Melakukan pengumpulan data mutu air secara periodik sehingga membentuk data dari waktu ke waktu (time series data). 2. Mencari nilai maksimum, minimum dan rata-rata dari data mutu ait tersebut. 3. Membandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air. 4. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran < baku mutu) maka diberi skor Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran > baku mutu), maka di beri skor sesuai dengan Tabel 3. Tabel 3 Penentuan Sistem Nilai untuk Menentukan Status Mutu Air Jumlah Nilai Parameter Contoh Fisik Kimia Biolog * < 10 Maks Min Rerata 10 Maks Min Rerata a i Sumber : Canter (1977) Catatan* : jumlah parameter yang digunakan untuk penentuan status mutu air. 6. Menghitung total jumlah negatif dari seluruh parameter dengan menggunakan status mutu airnya dengan melihat Tabel 4.

5 Tabel 4 Klasifikasi Status Mutu Air Menurut US-EPA No Kelas Kategori Skor Keterangan 1 Kelas A Baik Sekali 0 Memenuhi baku mutu 2 Kelas B Baik -1 s/d - Tercemar ringan 3 Kelas C 4 Kelas D 10 Sedang -11 s/d - 30 Tercemar sedang Buruk -30 Tercemar berat Sumber : Kepmen LH No ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1 Analisis Setiap Parameter Setelah dianalis dapat simpulkan pemberi pencemar terbesar pada Sungai Brantas bagian hilir di Mojokerto dan Surabaya adalah parameter TSS, BOD, fosfat dan total coli. Parameter tersebut yang sebagian besar tidak memenuhi baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No 82 tahun 2001 dikarenakan pada setiap titik pemantauan untuk parameter TSS disebabkan erosi tinggi dan mengakibatkan kekeruhan, parameter BOD disebabkan oleh limbah industri yang langsung dibuang di Sungai tanpa harus diolah terlebih dahulu, limbah domestik dan home industry yang bergerak di bidang pangan dan limbah pertanian. Parameter fosfat dan total coli disebabkan karena pembuangan tinja disetiap titik pemantauan kualitas air. Parameter temperatur, TDS, DO, COD, ph, NH 3 -N sebagian besar masih memenuhi baku mutu. 3.2 Analisis Metode Water Quality Index (WQI) Hasil perhitungan setiap titik pemantauan pada tahun dengan menggunakan Metode Water Quality Index (WQI) untuk periode bulanan didapatkan hasil 40% adalah tercemar ringan masuk kelas 3, 10% tercemar sedang masuk kelas 4, 25% tercemar berat masuk kelas 5, dan 25% kotor masuk kelas 6. Periode tahunan dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Hasil Perhitungan Kualitas Air periode tahunan Pada Gambar 3 Hasil perhitungan di atas dapat dilihat pada titik pemantauan nomer 2 di Perning pada tahun 2012, 2013 dan 2014 mengalami kenaikan yang cukup tinggi karena pada Perning tersebut nilai parameter BOD, Fosfat, dan Total coli sanggat tinggi setiap tahunnya. Untuk Bambe, Karang, dan sudah mengalami penurunan bisa jadi pada ketiga titik pemantauan bisa menangani limbah yang masuk kesungai. Tabel 5 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air Berdasarkan Tabel 5 setiap tahunnya mengalami peningkatan kelas pada tahun 2010 dan 2011 masuk kedalam kelas 4 yang tingkatannya tercemar sedang, pada tahun 2012, 2013, dan 2014 mengalami peningkatan kelas masuk kedalam kelas 3 dengan tingkatan tercemar ringan. Perning Mojokerto mulai tahun 2010 sampai 2014 tidak mengalami kenaikan kelas melainkan tetap pada kelas 6 dengan tingkatan kotor. Bambe Gresik mengalami peningkatan pada tahun 2011 masuk dalam kelas 5 tingkatannya tercemar berat, dan mengalami kenaikan kelas pada tahun 2012 sampai 2014 masuk dalam kelas 4 dengan tingkatan tercemar sedang. Karang Sidoarjo setiap tahunnya mengalami kenaikan kelas dari kelas 6 di tahun 2010 menjadi kelas 3 ditahun Dan Surabaya mengalami penurunan kelas 4 dengan tingkatan tercemar ringan pada tahun mengalami

6 kenaikan kelas 3 dengan tingkatan tercemar ringan. air menurut Metode Water Quality Index (WQI ) didapatkan hasil 32% adalah tercemar ringan masuk kelas 3, 36% tercemar sedang masuk kelas 4, 4% tercemar berat masuk kelas 5dan 28% kotor masuk kelas 4. Hasil perhitungan setiap titik pemantauan pada tahun dengan menggunakan Metode STORET untuk periode bulanan didapatkan hasil 15% adalah sedang atau tercemar sedang masuk kelas C, dan 85% kondisinya buruk atau tercemar berat dan masuk kelas D Periode tahunan dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel 6 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air STORET 2010 D D D D D 2011 D D D D D 2012 D D D D D 2013 D D D D D 2014 D D D D D Dari hasil perhitungan penentuan status mutu air di lima titik pemantauan tahun dengan Metode STORET diatas bahwa kodisi air di lima titik pemantauan tersebut kategorinya buruk dan masuk kelas D. air menurut Metode STORET didapatkan hasil 100% adalah tercemar berat masuk kelas D. Gambar 4. Hasil Perhitungan Kualitas Air STORET Periode an Dari hasil perhitungan diatas dengan Metode STORET dapat dilihat pada titik pemantauan nomer 2 tahun di Perning Mojokerto terjadi peningkatan pada tiap tahunnya dibadingkan titik yang lain. Hal tersebut dikarenakan terjadi peningkatan parameter TSS, COD, BOD, dan Total coli yang tidak memenuhi standart baku mutu. Setelah mendapatkan nilai STORET selanjutnya pengklasifikasian kelas dengan Metode STORET pada tabel 6. Gambar 5. Hasil Perhitungan Kualitas Air Musim Penghujan Hasil perhitungan nilai WQI tertinggi terjadi pada tahun 2014 di Perning Mojokerto dengan nilai 16,909 masuk kelas 6 dengan tingkat kualitas air tercemar kotor disebabkan karena nilai parameter BOD, fosfat, dan Total coli tinggi di setiap musim dan tahunnya. Setelah mendapatkan nilai WQI selanjutnya mengklasifikasikan kelas pada tabel 7.

7 Tabel 7 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air Musim Penghujan Hasil perhitungan WQI pada tahun Jetis Mojokerto setiap tahunnya mengalami peningkatan kelas pada tahun 2010 sampai 2011 masuk kedalam kelas 4 yang tingkatannya tercemar sedang, pada tahun 2012, 2013, dan 2014 mengalami peningkatan kelas masuk kedalam kelas 3 dengan tingkatan tercemar ringan. Perning Mojokerto mulai tahun 2010 sampai 2014 tidak mengalami kenaikan kelas melainkan tetap pada kelas 6 dengan tingkatan kotor. Bambe Gresik mengalami peningkatan kelas pada tahun 2012 saja masuk kelas 3 dengan tercemar ringan dan tahun 2010, 2011, 2013, 2014 masuk kelas 4 tercemar sedang. Karang Sidoarjo setiap tahunnya mengalami peningkatan kelas dari kelas 6 di tahun 2010 dan 2011 menjadi kelas 3 di tahun 2012 sampai Dan Surabaya setiap tahunnya mengalami masuk kedalam kelas 3 dengan tingkatan tercemar ringan. air menurut Metode Water Quality Index (WQI ) didapatkan hasil 48% adalah tercemar ringan masuk kelas 3, 24% tercemar sedang masuk kelas 4, dan 28% kotor masuk kelas 6. Gambar 6. Hasil Perhitungan Kualitas Air Musim Kemarau Hasil perhitungan nilai WQI tertinggi terjadi pada tahun 2012 di Perning Mojokerto dengan nilai 13,477 masuk kelas 6 dengan tingkat kualitas air tercemar kotor disebabkan karena nilai parameter BOD, dan fosfat dan Total coli tinggi. Setelah mendapatkan nilai WQI selanjutnya mengklasifikasikan kelas dengan Metode WQI pada, musim penghujan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 8 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air Musim Kemarau Hasil perhitungan WQI pada tahun Jetis Mojokerto setiap tahunnya mengalami peningkatan kelas pada tahun 2011 masuk kedalam kelas 4 yang tingkatannya tercemar sedang, pada tahun 2010, 2012, 2013, dan 2014 mengalami peningkatan kelas masuk kedalam kelas 3 dengan tingkatan tercemar ringan. Perning Mojokerto mulai tahun 2010 sampai 2014 tidak mengalami kenaikan kelas melainkan tetap pada kelas 6 dengan tingkatan kotor. Bambe Gresik mengalami penurunan kelas pada tahun 2010 dan 2014 masuk kelas 4 tercemar

8 sedang dan ditahun 2010, 2011, 2012, dan 2014 naik menjadi kelas 3 tercemar sedang. Karang Sidoarjo setiap tahunnya mengalami peningkatan kelas dari kelas 6 tercemar kotor di tahun 2010 menjadi kelas 5 tercemar berat di tahun dan kelas 3 tercemar ringan ditahun Dan Surabaya setiap tahunnya mengalami peningkatan kelas pada tahun masuk kedalam kelas 4 yang tingkatannya tercemar sedang, pada tahun 2010, 2013, dan 2014 mengalami peningkatan kelas masuk kedalam kelas 3 dengan tingkatan tercemar ringan. air menurut Metode Water Quality Index (WQI) didapatkan hasil 36% adalah tercemar ringan masuk kelas 3, 24% tercemar sedang masuk kelas 4, 16% tercemar berat masuk kelas 5, dan 24% kotor masuk kelas 6. Tabel 8 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air STORET Musim Penghujan 2010 D D D D D 2011 D D D D D 2012 D D D D D 2013 D D D D D 2014 D D D D D Dari hasil perhitungan penentuan status mutu air di lima titik pemantauan tahun musim penghujan dengan Metode STORET diatas bahwa kodisi air di lima titik pemantauan tersebut kategorinya buruk dan masuk kelas D. air menurut Metode STORET didapatkan hasil 100% adalah buruk dan tercemar berat masuk kelas D. Gambar 7. Hasil Perhitungan Kualitas Air STORET Musim Penghujan Hasil perhitungan nilai STORET tertinggi terjadi pada tahun 2012 di Perning Mojokerto dengan nilai masuk kelas D dengan tingkat kualitas air buruk. Hal ini disebabkan karena nilai parameter fosfat, BOD, dan Total coli tinggi. Setelah mendapatkan nilai STORET selanjutnya mengklasifikasikan kelas dengan Metode STORET pada,musim penghujan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Gambar 8. Hasil Perhitungan Kualitas Air STORET Musim Kemarau Hasil perhitungan nilai STORET tertinggi terjadi pada tahun 2014 di Perning Mojokerto dengan nilai masuk kelas D dengan tingkat kualitas air buruk. Hal ini disebabkan karena nilai parameter fosfat, BOD, dan Total coli tinggi. Setelah mendapatkan nilai STORET selanjutnya mengklasifikasikan kelas dengan Metode STORET pada,musim penghujan dapat dilihat pada tabel berikut ini :

9 Tabel 9 Rekapitulasi Kelas Kualitas Air STORET Musim Kemarau 2010 D D D D D 2011 D D D D D 2012 D D D D D 2013 D D D D D 2014 D D D D D Dari hasil perhitungan penentuan status mutu air di lima titik pemantauan tahun musim penghujan dengan Metode STORET diatas bahwa kodisi air di lima titik pemantauan tersebut kategorinya buruk dan masuk kelas D. air menurut Metode STORET didapatkan hasil 100% adalah buruk dan tercemar berat masuk kelas D. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa pemberi pencemaran terbesar pada Sungai Brantas Hilir daerah Mojokerto sampai Surabaya dengan lima titik pemantauan, dengan pengukuran yang dilakukan setiap 3 bulan sekali dari tahun 2010 sampai 2014 adalah parameter TSS, BOD, Fosfat, dan Total coli. Parameter tersebut yang sebagian besar tidak memenuhi baku mutu sesuai PP No Parameter temperatur, TDS, DO, COD, ph, dan Ammonia sebagian besar masih memenuni baku mutu sesuai Peraturan Pemerintah No Hasil analisa kualitas air menurut Metode WQI periode bulanan 40% tercemar ringan (kelas 3), 10% tercemar sedang (kelas 4), 25% tercemar berat (kelas 5), dan 25% kotor (kelas 6). Periode tahuanan 32% tercemar ringan (kelas 3), 36% tercemar sedang(kelas 4), 4% tercemar berat (kelas 5), dan 28% kotor (kelas 6). Pada musim penghujan 48% tercemar ringan (kelas 3), 24% tercemar sedang (kelas 4), 28% kotor (kelas 6), musim kemarau 36% tercemar ringan (kelas 3), 24% tercemar sedang (kelas 4), 16% tercemar berat (kelas 5), 24% kotor (kelas 6).Menurut Metode STORET periode bulanan 15% tercemar sedang (kelas C), dan 85% tercemar berat (kelas D). Periode tahunan, musim penghujan dan musim kemarau presentasenya 100% tercemar berat (kelas D). Hasil perhitungan dengan Metode STORET tidak memenuhi standar baku mutu yang di tetapkan oleh Keputusan Gurbernur Jawa Timur No. 61 tentang peruntukan Sungai di Jawa Timur. 3. Dari hasil perhitungan disimpulkan bahwa dari hulu ke hilir pencemaran yang paling besar terdapat di bagian hulu Sungai Brantas tepatnya di daerah Mojokerto. Hal ini disebabkan karena pada titik pemantauan di Jetis dan Perning Mojokerto pencemaran terbesar oleh meningkatnya pembuangan limbah industri yang memproduksi gula dan penyedap rasa dan limbah rumah tangga yang bergerak dibidang pangan pada daerah sekitar titik pemantauan tersebut tanpa dilakukannya pengolahan terlebih dahulu. Selain itu pada daerah Mojokerto kurang adanya sarana atau prasarana untuk pengolahan limbah domestik, dan kurang adanya instalasi IPAL Komunal untuk pengolahan limbah rumah tangga. Sedangkan untuk titik pemantauan di Bambe, Karang, dan sarana atau prasarana pengelolaan limbah sudah relatif membaik sehingga limbah industri atau rumah tangga dapat diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke Sungai. DAFTAR PUSTAKA Anonim US-EPA (Environmental Protection Agency), 20 Oktober Alaerts, G. Dan Sri Sumesti, S Metoda Penelitian Alir. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional.

10 Altansukh Dan davaa.2011 : Aplication Of Index Analisys To Evaliate The Water Quality Of The tuul River In Mongolia. Jurnal Of Water Resources And Production Khairil, Saifi Amin : Kajian Penentuan Status Mutu Air Di Kali Kloang Kabupaten Pamekasan (Metode STORET, Metode Indeks Pencemaran, Metode CCME WQI, Dan Metode OWQI). Skripsi. Jurusan Teknik Pengairan. Fakultas Teknik. Universitas Brawijaya. Priyono, Thesa Septine Citri Studi penentuan Status Mutu Air di Sungai Surabaya untuk Keperluan Bahan Baku Air Minum. Skripsi.. Jurusan Teknik Pengairan. Fakultas Teknik. Universitas Brawijaya. Rusiana, Endah Purwandari : Studi Kualitas Air Tanah Dangkal Kawasan TPA Supit Urang Kota Malang. Malang. Skripsi. Jurusan Teknik Pengairan. Fakultas Teknik. Universitas Brawijaya. Republik Indonesia Peraturan Pemerintah Nomor Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: Sekretaris Negara. Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Tentang Syarat-Syarat Dan Pengawasan Kualitas Air Minum. Jakarta: Mentri Kesehatan. Republik Indonesia Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Jakarta: Sekretaris Negara. Republik Indonesia Peraturan Gurbernur Jawa Timur Nomor Tentang Penetapan Kualitas Air Pada Air Sungai. Jawa Timur: Gurbernur Jawa Timur. Sugiarto Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

PENERAPAN METODE WATER QUALITY INDEX (WQI) DAN METODE STORET UNTUK MENENTUKAN STATUS MUTU AIR PADA RUAS SUNGAI BRANTAS HILIR

PENERAPAN METODE WATER QUALITY INDEX (WQI) DAN METODE STORET UNTUK MENENTUKAN STATUS MUTU AIR PADA RUAS SUNGAI BRANTAS HILIR PENERAPAN METODE WATER QUALITY INDEX (WQI) DAN METODE STORET UNTUK MENENTUKAN STATUS MUTU AIR PADA RUAS SUNGAI BRANTAS HILIR Febian Trikusalya Wahyu Ramadhani 1, Donny Harisuseno 2, Emma Yuliani 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PENENTUAN STATUS MUTU AIR PENENTUAN STATUS MUTU AIR Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alami, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Sungai berfungsi menampung

Lebih terperinci

STUDI PENENTUAN STATUS MUTU AIR DI SUNGAI SURABAYA UNTUK KEPERLUAN BAHAN BAKU AIR MINUM

STUDI PENENTUAN STATUS MUTU AIR DI SUNGAI SURABAYA UNTUK KEPERLUAN BAHAN BAKU AIR MINUM Priyono, dkk., Studi Penentuan Status Mutu Air di Sungai Surabaya untuk Keperluan Bahan Baku Air Minum 53 STUDI PENENTUAN STATUS MUTU AIR DI SUNGAI SURABAYA UNTUK KEPERLUAN BAHAN BAKU AIR MINUM Thesa Septine

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PENENTUAN STATUS MUTU AIR PENENTUAN STATUS MUTU AIR I. METODE STORET I.. URAIAN METODE STORET Metode STORET ialah salah satu metode untuk menentukan status mutu air yang umum digunakan. Dengan metode STORET ini dapat diketahui

Lebih terperinci

KAJIAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR DI KALI KLOANG KABUPATEN PAMEKASAN (METODE STORET, METODE INDEKS PENCEMARAN, METODE CCME WQI, DAN METODE OWQI)

KAJIAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR DI KALI KLOANG KABUPATEN PAMEKASAN (METODE STORET, METODE INDEKS PENCEMARAN, METODE CCME WQI, DAN METODE OWQI) KAJIAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR DI KALI KLOANG KABUPATEN PAMEKASAN (METODE STORET, METODE INDEKS PENCEMARAN, METODE CCME WQI, DAN METODE OWQI) JURNAL ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Akhir

Lebih terperinci

ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI

ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI Sahabuddin, dkk., Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari 19 ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI Hartina Sahabuddin

Lebih terperinci

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1) LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1

Lebih terperinci

ANALISIS PENENTUAN KUALITAS AIR DAN STATUS MUTU SUNGAI PROGO HULU KABUPATEN TEMANGGUNG Ratna Novita Sari *), Titik Istirokhatun ), Sudarno ) *))) Jurusan Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang keberadaannya sangat

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda

METODOLOGI PENELITIAN. pengambilan sampel pada masing-masing 3 lokasi sampel yang berbeda 24 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Way Sekampung Tahun 2013 dan 2014, dimana pada Tahun 2013 dilakukan 4 kali pengambilan sampel dan pada Tahun 2014 dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN KUALITAS AIR DI SUNGAI PROGO BAGIAN HILIR D.I. YOGYAKARTA TAHUN Mega Dwi Antoro

STUDI PERUBAHAN KUALITAS AIR DI SUNGAI PROGO BAGIAN HILIR D.I. YOGYAKARTA TAHUN Mega Dwi Antoro STUDI PERUBAHAN KUALITAS AIR DI SUNGAI PROGO BAGIAN HILIR D.I. YOGYAKARTA TAHUN Mega Dwi Antoro Mega.dwi.antoro@gmail.com Ig. L. Setyawan Purnama setyapurna@ugm.ac.id ABSTRAK Progo Catchment covered two

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di

Lebih terperinci

Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Mangetan Kanal Kabupaten Sidoarjo dengan Metode QUAL2Kw

Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Mangetan Kanal Kabupaten Sidoarjo dengan Metode QUAL2Kw 1 Analisis Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Mangetan Kanal Kabupaten Sidoarjo dengan Metode QUAL2Kw Merdinia Nita Saraswaty, Nieke Karnaningroem dan Didik Bambang S Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN STATUS KUALITAS AIR SUNGAI RIAM KANAN Studi Kasus Sungai Riam Kanan Di Desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar

KAJIAN STATUS KUALITAS AIR SUNGAI RIAM KANAN Studi Kasus Sungai Riam Kanan Di Desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar EnviroScienteae 7 (2011) 88-92 ISSN 1978-8096 KAJIAN STATUS KUALITAS AIR SUNGAI RIAM KANAN Studi Kasus Sungai Riam Kanan Di Desa Awang Bangkal Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar Lestari Fatria Wahyuni

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi

3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Metode Pengambilan Contoh Penentuan lokasi 17 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan contoh air dilakukan pada bulan April sampai dengan Mei 2012. Lokasi penelitian di Way Perigi, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA Ayu Kumala Novitasari 1) dan Eddy Setiadi Soedjono 1 1) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN

STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN EnviroScienteae Vol. 12 No. 1, April 2016 Halaman 1-6 p-issn 1978-8096 e-issn 2302-3708 STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. segi kuantitas maupun dari segi kualitas airnya. meningkatnya kuantitas dan kualitas air. Kebutuhan air semakin hari akan

I. PENDAHULUAN. segi kuantitas maupun dari segi kualitas airnya. meningkatnya kuantitas dan kualitas air. Kebutuhan air semakin hari akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi setiap makhluk hidup. Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lain, tidak akan dapat hidup dan berkembang biak. Begitu vitalnya fungsi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : 115 TAHUN 003 TENTANG PEDOMAN PENENTUAN STATUS MUTU AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis

Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis Optimasi Limpasan Air Limbah Ke Kali Surabaya (Segmen Sepanjang Jagir) Dengan Programma Dinamis Thesis Oleh: Alfan Purnomo (3307201003) Pembimbing: Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, MSc. Latar Belakang Kali

Lebih terperinci

Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai

Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Seminar Pengendalian Pencemaran Air di Kab. Sidoarjo Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Oktober 2008 Contoh Sumber Pencemar Air Sungai Langkah Srategis 1. Pengendalian Pencemaran Air Sungai dengan

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN Darajatin Diwani Kesuma daradeka@gmail.com M.Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The amis of this study are to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO KUALITAS AIR DI KALI TAMBAK WEDI SURABAYA

ANALISIS RISIKO KUALITAS AIR DI KALI TAMBAK WEDI SURABAYA ANALISIS RISIKO KUALITAS AIR DI KALI TAMBAK WEDI SURABAYA Eko Budi Cahyono 1) Emma Yuliani 2) Very Dermawan 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya 2) Dosen Jurusan

Lebih terperinci

Kata kunci: IP, Kualitas, parameter, STORET

Kata kunci: IP, Kualitas, parameter, STORET EVALUASI STATUS MUTU SUNGAI CIHAMPELAS DENGAN METODE STORET DAN INDEKS PENCEMARAN USE OF STORET METHOD AND POLLUTANT INDEX FOR WATER QUALITY ASSESMENT OF CIHAMPELAS RIVER Lutfi Abdul Aziz dan Idris Maxdoni

Lebih terperinci

STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO. Oleh : Rhenny Ratnawati *)

STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO. Oleh : Rhenny Ratnawati *) STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO Oleh : Rhenny Ratnawati *) Abstrak Sumber air pada DAS Bengawan Solo ini berpotensi bagi usaha-usaha pengelolaan dan pengembangan sumber

Lebih terperinci

Evaluasi Tingkat Pencemaran Air Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas di Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk

Evaluasi Tingkat Pencemaran Air Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas di Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk Evaluasi Tingkat Pencemaran Air Pembuangan Limbah Cair Pabrik Kertas di Sungai Klinter Kabupaten Nganjuk Dwi Fajar Wicaksono, Bambang Rahadi W, Liliya Dewi Susanawati Jurusan Keteknikan Pertanian - Fakultas

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April Agustus 2009 di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Pakuan Kota Bogor. Lokasi pengambilan contoh (Dekeng)

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kota Banjarmasin adalah ibukota Provinsi Kalimantan Selatan yang terkenal karena memiliki banyak sungai dan kanal, banyaknya sungai dan kanal di wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Air yang baik adalah air yang memenuhi kriteria standar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

KONDISI PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI BABON SEMARANG

KONDISI PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI BABON SEMARANG KONDISI PENCEMARAN PERAIRAN SUNGAI BABON SEMARANG Pollution Level at Babon River Semarang Mustofa Niti Suparjo 1 1 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Status Mutu Air Sungai adalah salah satu dari sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan peluang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan Daerah Aliran Sungai Merawu didominasi oleh lahan pertanian. Jenis sayuran yang menjadi komoditas unggulan wilayah ini yaitu jagung, daun bawang, wortel,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2005 - Agustus 2006 dengan lokasi penelitian di Pelabuhan Sunda Kelapa, DKI Jakarta. Pengambilan contoh air dan

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS PENCEMARAN (STUDI KASUS: SUNGAI GARANG, SEMARANG)

PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS PENCEMARAN (STUDI KASUS: SUNGAI GARANG, SEMARANG) PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS PENCEMARAN (STUDI KASUS: SUNGAI GARANG, SEMARANG) Gessy Asocadewi, Wiharyanto Oktiawan, Mochtar Hadiwidodo *) ABSTRACT Segment 5 th in Garang

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET

ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET ANALISIS KUALITAS DAN KLASIFIKASI MUTU AIR TUKAD YEH POH DENGAN METODE STORET SKRIPSI Oleh: KADEK ARI ESTA 1108105032 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BUKIT

Lebih terperinci

KAJIAN MUTU AIR DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN PADA SUNGAI KRENGSENG, KOTA SEMARANG

KAJIAN MUTU AIR DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN PADA SUNGAI KRENGSENG, KOTA SEMARANG KAJIAN MUTU AIR DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN PADA SUNGAI KRENGSENG, KOTA SEMARANG Dody Azhar Mutawakkil Manjo, Sudarno, Irawan Wisnu Wardhana*) ABSTRAK Sungai melewati wilayah Kecamatan Banyumanik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS HASIL PENGOLAHAN AIR LIMBAH - KASUS SALAH SATU HOTEL BERBINTANG DI BALI Oleh: N. Sudipa 1), M.S. Mahendra 2) dan I.B.

STUDI KUALITAS HASIL PENGOLAHAN AIR LIMBAH - KASUS SALAH SATU HOTEL BERBINTANG DI BALI Oleh: N. Sudipa 1), M.S. Mahendra 2) dan I.B. STUDI KUALITAS HASIL PENGOLAHAN AIR LIMBAH - KASUS SALAH SATU HOTEL BERBINTANG DI BALI Oleh: N. Sudipa 1), M.S. Mahendra 2) dan I.B. Sudana 2) 1) Fakultas Teknik Universitas Mahendradata 2) Program Magister

Lebih terperinci

Tersedia online di: Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015)

Tersedia online di:  Jurnal Teknik Lingkungan, Vol 4, No 4 (2015) PENENTUAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN BOD DAN FECAL COLIFORM SUNGAI DENGAN METODE QUAL2E (Studi Kasus: Sungai Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta) Rama Paundra Aristiawan *), Syafrudin **), Winardi Dwi

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The

Lebih terperinci

Simulasi Penentuan Indeks Pencemaran dan Indeks Kualitas Air (NSF-WQI)

Simulasi Penentuan Indeks Pencemaran dan Indeks Kualitas Air (NSF-WQI) Simulasi Penentuan Indeks Pencemaran dan Indeks Kualitas Air (NSF-WQI) Hefni Effendi Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH-LPPM), IPB Ketua Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar, jika pengelolaan

Lebih terperinci

Aplikasi QUAL2Kw sebagai Alat Bantu Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Madiun (Segmen Kota Madiun)

Aplikasi QUAL2Kw sebagai Alat Bantu Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Madiun (Segmen Kota Madiun) SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX - 2012 Aplikasi QUAL2Kw sebagai Alat Bantu Perhitungan Daya Tampung Beban Pencemaran Kali Madiun (Segmen Kota Madiun) Adam Rusnugroho *, Ali Masduqi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga kebersihan daerah aliran sungai. Membuang limbah padat dan cair dengan tidak memperhitungkan dampak

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 A. PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO Pemantauan kualitas air ditujukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015 Oleh : Prabang Setyono & Widhi Himawan Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta Email : prabangsetyono@gmail.com 1 widhi_himawan@rocketmail.com 2 Pendahuluan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR LAUT DI PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN ANALYSIS OF SEA WATER QUALITY IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT

ANALISIS KUALITAS AIR LAUT DI PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN ANALYSIS OF SEA WATER QUALITY IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT MASPARI JOURNAL Januari 2017, 9(1):9-16 ANALISIS KUALITAS AIR LAUT DI PERAIRAN SELAT BANGKA BAGIAN SELATAN ANALYSIS OF SEA WATER QUALITY IN THE SOUTHERN OF BANGKA STRAIT Arsyat Sutarso Lumban Gaol 1),

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH LIMBAH INDUSTRI SOUN TERHADAP KUALITAS AIRTANAH DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN. Setyawan Purnama

KAJIAN PENGARUH LIMBAH INDUSTRI SOUN TERHADAP KUALITAS AIRTANAH DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN. Setyawan Purnama KAJIAN PENGARUH LIMBAH INDUSTRI SOUN TERHADAP KUALITAS AIRTANAH DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN Andita Yulli Puspita Dewi dita_mommyarkhan@yahoo.co.id Setyawan Purnama igiwan@ugm.ac.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor

: Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN. 40 Skor 70 Skor 100 Skor Lampiran II : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Tahun 2004. Tentang Tanggal : : Pedoman Pembentukan Kelembagaan Lingkungan Hidup Daerah. KRITERIA FAKTOR TEKNIS BIDANG PENGENDALIAN DAMPAK

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2008

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2008 GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU AIR DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No.23 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup pada Bab V Pasal 16 ayat 1 menyatakan bahwa Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib

Lebih terperinci

POLA SEBARAN KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA PARIT TOKAYA

POLA SEBARAN KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA PARIT TOKAYA POLA SEBARAN KONSENTRASI OKSIGEN TERLARUT PADA PARIT TOKAYA Eva Pramuni Oktaviani Sitanggang 1, Rizki Purnaini 2, Kiki Prio Utomo 3 Program Studi Teknik Lingkungan, Universitas Tanjungpura, Pontianak Email

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR TERHADAP TATA GUNA LAHAN DI DANAU TAMBLINGAN DESA MUNDUK, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG, BALI JURNAL

STUDI KUALITAS AIR TERHADAP TATA GUNA LAHAN DI DANAU TAMBLINGAN DESA MUNDUK, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG, BALI JURNAL STUDI KUALITAS AIR TERHADAP TATA GUNA LAHAN DI DANAU TAMBLINGAN DESA MUNDUK, KECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG, BALI JURNAL TEKNIK PENGAIRAN KONSENTRASI KONSERVASI SDA Ditujukan untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup, karena selain dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, juga dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan. Pepatah tersebut tidaklah berlebihan karena kenyataan telah membuktikan bahwa hidup tidak dapat berlangsung tanpa adanya air sehingga

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983) 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

BAB 5. Status Kualitas Perairan Sungai Ciliwung Segmen 1 dan 2 Berdasarkan Metoda Storet

BAB 5. Status Kualitas Perairan Sungai Ciliwung Segmen 1 dan 2 Berdasarkan Metoda Storet BAB 5. Status Kualitas Perairan Sungai Ciliwung Segmen 1 dan 2 Berdasarkan Metoda Storet Wage Komarawidjaja* dan Arif Dwi Santoso Pusat Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5

METODELOGI PENELITIAN. penduduk yang dilalui saluran lindi bermuara ke laut dengan jarak drainase 2,5 III. METODELOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Bakung desa Keteguhan Kecamatan Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung, jarak Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 670/Kpts-II/1999 telah mengukuhkan kawasan register 9 dan sekitarnya sebagai Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI TUNTANG DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIRTANAH DANGKAL KAWASAN TPA SUPIT URANG KOTA MALANG JURNAL ILMIAH KONSERVASI SUMBER DAYA AIR

STUDI KUALITAS AIRTANAH DANGKAL KAWASAN TPA SUPIT URANG KOTA MALANG JURNAL ILMIAH KONSERVASI SUMBER DAYA AIR STUDI KUALITAS AIRTANAH DANGKAL KAWASAN TPA SUPIT URANG KOTA MALANG JURNAL ILMIAH KONSERVASI SUMBER DAYA AIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun Oleh: ENDAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang peranan penting dalam menurunkan kejadian banyak penyakit yang ditularkan melalui air atau terkait dengan

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River)

STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River) 87 STUDI KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN KARAMBA DI SUNGAI KAHAYAN (Water Quality Research For Fish Farming Keramba In The Kahayan River) Infa Minggawati dan Lukas Fakultas Perikanan Universitas Kristen

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 1. Latar belakang Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktifitas wisata (Mulyaningrum, 2005). Lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk

BAB I PENDAHULUAN UKDW. peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dekade terakhir ini kebutuhan masyarakat terhadap produk-produk peternakan semakin pesat. Daging yang merupakan salah satu produk peternakan dihasilkan dari usaha

Lebih terperinci

Makalah Baku Mutu Lingkungan

Makalah Baku Mutu Lingkungan Makalah Baku Mutu Lingkungan 1.1 Latar Belakang Pembangunan sumber daya alam dan lingkungan hidup seyogyanya menjadi acuan bagi kegiatan berbagai sektor pembangunan agar tercipta keseimbangan dan kelestarian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sungai Cidurian merupakan salah satu sungai strategis di Provinsi Banten yang mengalir dari hulu di Kabupaten Bogor, dan melewati Kabupaten Lebak, perbatasan Kabupaten

Lebih terperinci

INDEKS KUALITAS AIR (IKA)

INDEKS KUALITAS AIR (IKA) INDEKS KUALITAS AIR (IKA) Metode IKA di Indonesia Metode Storet PI (Pollution Index) Dirujuk oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. 1 Penentuan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PERAIRAN PANTAI SEI NYPAH KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA RIZKI EKA PUTRA

ANALISIS KUALITAS PERAIRAN PANTAI SEI NYPAH KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA RIZKI EKA PUTRA ANALISIS KUALITAS PERAIRAN PANTAI SEI NYPAH KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA RIZKI EKA PUTRA 090302024 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta lokasi pengamatan dan pengambilan sampel di Waduk Cirata 11 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Waduk Cirata, Jawa Barat pada koordinat 107 o 14 15-107 o 22 03 LS dan 06 o 41 30-06 o 48 07 BT. Lokasi pengambilan sampel

Lebih terperinci

PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN PADA KEGIATAN WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN

PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN PADA KEGIATAN WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN PADA KEGIATAN WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN SKRIPSI Oleh : Melyana Anggraini 061201022 / Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI PEMALI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Desa pesisir, air bersih, kekeruhan, total dissolved solid, ph KUALITAS FISIKA DAN KIMIA AIR BERSIH DI DESA PESISIR MINAHASA UTARA (Studi Kasus Di Desa Marinsow Kecamatan Likupang Timur) Priskila E. Posumah*, Oksfriani J. Sumampouw*, Odi R. Pinontoan* *Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan air permukaan dalam hal ini air sungai untuk irigasi merupakan salah satu diantara berbagai alternatif pemanfaatan air. Dengan penggunaan dan kualitas air

Lebih terperinci

PEDOMAN PENERAPAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN PADA SUMBER AIR

PEDOMAN PENERAPAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN PADA SUMBER AIR Lampiran II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 01 Tahun 2010 Tanggal : 14 Januari 2010 PEDOMAN PENERAPAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN PADA SUMBER AIR I. LATAR BELAKANG Daya tampung beban

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMAR DAN ANALISIS KUALITAS AIR TUKAD YEH SUNGI DI KABUPATEN TABANAN DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN

IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMAR DAN ANALISIS KUALITAS AIR TUKAD YEH SUNGI DI KABUPATEN TABANAN DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN TESIS IDENTIFIKASI SUMBER PENCEMAR DAN ANALISIS KUALITAS AIR TUKAD YEH SUNGI DI KABUPATEN TABANAN DENGAN METODE INDEKS PENCEMARAN NI MADE SETIARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini sepertiga populasi dunia tinggal di negara yang mengalami kesulitan air dan sanitasi yang bervariasi dari mulai sedang hingga sangat tinggi. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas lingkungan di suatu wilayah merupakan kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh jenis aktivitas yang berlangsung pada wilayah tersebut. Lingkungan hidup didefinisikan

Lebih terperinci