BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas lingkungan di suatu wilayah merupakan kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh jenis aktivitas yang berlangsung pada wilayah tersebut. Lingkungan hidup didefinisikan sebagai kesatuan ruang, dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain seperti tercantum dalam Undang-undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun Definisi tersebut menjelaskan bahwa lingkungan hidup merupakan kajian holistik tentang seluruh komponen lingkungan yang ada di atas bumi. Komponen lingkungan hidup tersusun atas tiga komponen, yaitu komponen abiotik, biotik, dan kultural. Komponen abiotik meliputi seluruh aspek fisik lingkungan yaitu atmosfer, litosfer, pedosfer. Komponen biotik meliputi flora dan fauna. Ketiga, komponen kultural meliputi manusia dan aktivitas serta budayanya. Ketiga komponen lingkungan hidup tersebut memiliki hubungan saling keterkaitan. Hal ini yang mendasari perlu kajian pada setiap komponen untuk mengelola lingkungan hidup dalam setiap pembangunan. Ketersediaan sumberdaya terkait dengan kemampuan lingkungan hidup menyediakan dan menampung kegiatan di dalamnya. Kegiatan di atas muka bumi tidak terlepas dari aktivitas-aktivitas pembangunan. Melalui pembangunan terjadi proses pendayagunaan lingkungan hidup dan sumberdaya yang bertujuan memenuhi kebutuhan hidup manusia dan mendukung perikehidupan serta meningkatkan kualitas hidup. Pembangunan yang dilakukan pada lingkungan hidup menyebabkan terjadi perubahan pada lingkungan hidup. Hal tersebut merupakan konsekuensi dari pembangunan dan diasumsikan sebagai perubahan pada lingkungan tersebut menghasilkan manfaat dalam bentuk lain yang akan digunakan oleh manusia. Perlu 1

2 menjadi perhatian adalah terjadi kesesuaian antara aktivitas dengan potensi di suatu wilayah. Wilayah merupakan suatu ruang berupa kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. Kesesuaian wilayah untuk pembangunan tertentu perlu dilakukan melalui kajian lingkungan hidup strategis yang memiliki informasi sumberdaya lingkungan, serta daya dukung lingkungan di wilayah tersebut, yang menjadi ukuran dan dasar untuk menentukan arah pembangunan dan pengembangan wilayah. Sumberdaya yang terdapat pada setiap komponen lingkungan baik sumberdaya alam, sumberdaya manusia, dan sumberdaya buatan, merupakan faktor pendorong dilakukannya kegiatan. Seperti manusia cenderung akan memilih hidup di lokasi yang mudah untuk mendapatkan air sebagai kebutuhan utama. Bagi masyarakat bertani, akan cenderung memilih tinggal di wilayah dengan lahan yang subur untuk jenis pertaniannya. Namun juga sebaliknya, manusia akan menyesuaikan kegiatannya dengan potensi wilayahnya, seperti masyarakat di pesisir akan menangkap ikan dan menjadi nelayan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Pengelolaan sumberdaya tersebut membutuhkan upaya pengelolaan untuk menjaga kelestarian lingkungan sebagai bentuk keberhasilan pembangunan. Di dalam Undang-undang Kementerian Lingkungan Hidup Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, disebutkan dalam ketentuan umum bahwa perlindungan dan pengelolaan merupakan upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Pelestarian dan pencegahan kerusakan lingkungan hidup pada wilayah perkotaan merupakan permasalahan dengan tantangan yang melibatkan hubungan antara desakan pertumbuhan penduduk dengan keterbatasan sumberdaya. Keterbatasan sumberdaya alam dan keterbatasan lahan untuk menampung aktivitas pembangunan perlu diatur melalui suatu kebijakan yang mampu mengatur dan memberikan kendali. 2

3 Pengembangan wilayah berkaitan dengan pemanfaatan lingkungan dengan segenap komponen lingkungan didalamnya memberikan pengaruh terhadap kondisi lingkungan yang perlu dikelola dan dipantau. Pengelolaan dan pemantauan tersebut dilakukan dalam berbagai perspektif untuk menciptakan keseimbangan di lingkungan. Kawasan industri di suatu wilayah seperti di Perkotan Yogyakarta juga merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi mengalami perubahan karena terdampak oleh aktivitas tersebut. Dampak lingkungan akibat kegiatan industri dapat terjadi pada perubahan kualitas lahan, perubahan kuantitas dan kualitas air, udara, dan manusia. Kawasan Perkotaan Yogyakarta (KPY) memiliki suatu kebijakan pengelolaan dan perencanaan wilayah meliputi daerah-daerah yang ada di seluruh Kota Yogyakarta, dan sebagian wilayah di Kabupaten Sleman dan sebagian wilayah di Kabupaten Bantul. Kawasan perkotaan tersebut dianggap memiliki perkembangan perkotaan yang berawal dari Kota Yogyakarta menuju ke perbatasan luar seperti ke arah perbatasan dengan Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. Pengelolaan wilayah tersebut dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Yogyakarta dengan tujuan terintegrasi dengan perencanaan pengembangan kabupaten. Berdirinya aktivitas-aktivitas industri di Kecamatan Banguntapan Wilayah Perkotaan Yogyakarta tersebut merupakan perwujudan perencanaan pola ruang yang didasari Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Kawasan industri merupakan salah satu bentuk peruntukan dalam kawasan budidaya seperti yang tercantum dalam penjelasan Undang-undang Penataan Ruang: Yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan 1.2. Perumusan Masalah Adanya peruntukan kawasan industri menjadi acuan dikembangkannya kegiatan-kegiatan industri pada suatu area yang telah ditetapkan, dengan persyaratan memiliki potensi dan daya dukung lingkungan yang sesuai untuk peruntukan 3

4 tersebut. Terkonsentrasinya suatu kegiatan yang sama dalam suatu lokasi menimbulkan suatu akumulasi pada lingkungan akibat terkena aktivitas yang terus menerus. Kawasan industri di Perkotaan Yogyakarta menurut Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Yogyakarta terdapat di tiga lokasi, meliputi Kecamatan Gamping dan Kecamatan Godean di Kabupaten Sleman untuk wilayah bagian barat perkotaan, Kecamatan Banguntapan di Kabupaten Bantul untuk wilayah bagian timur perkotaan, dan Kecamatan Kasihan di Kabupaten Bantul untuk wilayah bagian selatan perkotaan. Masing-masing kawasan tersebut memiliki bentuk aktivitas industri yang berbeda-beda. Kawasan industri di Kecamatan Banguntapan merupakan kawasan dengan kegiatan industri antara lain berupa industri pembuatan beton, industri pembuatan aspal, dan industri tempe. Terdapat beberapa perusahaan yang berada pada kawasan tersebut yang berada di sisi Jalan Ringroad Timur Yogyakarta, di antaranya perusahaan PT. Jaya Alam Sarana (JAS), Pionirbeton Yogyakarta Plant, PT. SCG, dan PT. Suradi Sejahtera Raya. Selain itu juga terdapat jenis industri rumah tangga berupa dua industri pembuatan tempe. Kenampakan lingkungan sekitar kawasan tersebut selain dilalui oleh jalur transportasi kelas provinsi juga terdapat area permukiman dan pertanian. Kegiatan industri-industri yang terdapat di kawasan tersebut menghasilkan limbah cair yang jika tidak dikelola dengan baik akan memberikan dampak pada komponen lingkungan disekitarnya. Lingkungan industri di Kecamatan Banguntapan dilalui oleh Sungai Ketandan. Sungai tersebut termasuk dalam sungai dengan pemanfaatan air kelas II. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pencemaran Air, pada pasal 55 yaitu sungai yang tidak memiliki ketetapan status kelas air maka digolongkan menjadi sungai kelas II. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan pemantauan baku mutu lingkungan perairan dari limbah cair industri yang memasuki aliran sungai di kawasan industri Banguntapan. Inkantriani (2008) mengemukakan bahwa daya dukung lingkungan disekitar zona industri di Semarang menurun akibat kondisi jaringan drainase yang terganggu akibat lemahnya pengelolaan limbah cair oleh perusahaan. Tidak ada dan tidak maksimalnya pemanfaatan serta pengelolaan IPAL menyebabkan perubahan pada air 4

5 di jaringan drainase primer dan sekunder, seperti tinggi permukaan air dengan permukaan tanah sama, berwarna keruh, berbusa dan banyak terdapat kotoran. Gangguan-gangguan terhadap lingkungan yang terjadi akibat aktivitas tersebut dapat menimbulkan permasalahan lingkungan yang berujung pada kerusakan dan berkurangnya fungsi alami lingkungan. Mengingat fungsi Sungai Ketandan sebagai sumber air irigasi pertanian sawah masyarakat di sekitar kawasan industri ini maka kajian terhadap kualitas air sungai perlu dilakukan. Kajian tersebut dibutuhkan untuk mengetahui kualitas air sungai, dan menentukan pengelolaan lingkungan perairan yang tepat di kawasan indutri Banguntapan. Untuk mengkaji rumusan permasalahan yang telah dijabarkan di atas maka penelitian ini diwujudkan dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut: (1) Apakah jenis-jenis kerusakan lingkungan perairan akibat aktivitas industri di Kecamatan Banguntapan Kawasan Perkotaan Yogyakarta? (2) Bagaimanakah tingkat kerusakan lingkungan perairan akibat aktivitas industri di Kecamatan Banguntapan Kawasan Perkotaan Yogyakarta? (3) Bagaimanakah strategi pengelolaan lingkungan hidup pada kawasan industri di Kecamatan Banguntapan Kawasan Perkotaan Yogyakarta? Berdasarkan rumusan permasalahan di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Kajian Kerusakan Lingkungan Lingkungan Perairan Akibat Aktivitas Industri Di Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait pengelolaan dan dampak lingkungan di industri dan kawasan industri, serta pengelolaan lingkungan telah dilakukan oleh berbagai disiplin ilmu. Penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan referensi sekaligus sebagai perbandingan, baik teknik dan pendekatan serta lokasi untuk menunjukkan keaslian penelitian ini disajikan dalam Tabel 1.1. Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait penelitian pencemaran lingkungan, daya dukung lingkungan, dan pengelolaan di kegiatan industri maupun kawasan industri diuraikan sebagai berikut. 5

6 (a) (b) Inkantriani, 2008, melakukan penelitian evaluasi daya dukung lingkungan Zona Industri Genuk Semarang. Penelitian tersebut bertujuan: 1) menganalisis daya dukung lahan dan daya dukung lingkungan pada zona industri Genuk; 2) menganalisis dampak pembangunan industri; dan 3) arahan pengembangan aktivitas industri Genuk. Peneliti menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif melalui pembobotan dan distribusi frekuensi untuk memperoleh kelas daya dukung lingkungan dengan klasifikasi kelas daya dukung tinggi, sedang, dan rendah. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kawasan industri Genuk memiliki tingkat daya dukung yang rendah akibat kegiatan pembangunan di kawasan industri yang melebihi daya dukung lingkungan. Kondisi tersebut dikhawatirkan dapat meningkatkan kerusakan lingkungan setempat. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tujuan kajian untuk menentukan kualitas lingkungan perairan berdasarkan kualitas air dan komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak aktivitas industri berdasarkan baku mutu lingkungan yang berlaku di DIY dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003 tentang penentuan status mutu air dan rumusan strategi pengelolaan lingkungan dengan metode mariks hubungan. Masitoh, 2008, melakukan penelitian pengelolaan lingkungan pada sentra industri rumah tangga pengasapan ikan Bandarharjo Kota Semarang. Penelitian tersebut bertujuan mengidentifikasi penyebab penurunan kualitas lingkungan di sentra industri rumah tangga pengasapan ikan. Hasil identifikasi tersebut digunakan untuk perumuskan sistem pengelolaan yang tepat dan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di Bandarharjo. Peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui wawancara, observasi, dan kajian literatur, juga didukung oleh data sekunder dari instansiinstansi terkait, serta menggunakan analisis SWOT untuk merumuskan strategi pengelolaan. Hasil penenlitian ini menunjukkan bahwa penurunan kualitas lingkungan disebabkan karena beberapa hal, yaitu: 1) infrastruktur yang tidak berfungsi; 2) kondisi fisik lingkungan; dan 3) budaya masyarakat. Bentuk pengelolaan yang direkomendasikan yaitu pengelolaan dengan memprioritaskan pada revitalisasi sentra pengasapan dan sistem manajemen 6

7 (c) (d) lingkungan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah dalam penentuan tingkat kerusakan lingkungan hidup melalui penghitungan kualitas lingkungan hidup menggunakan metode observasi dan analisis data kualitas air dilanjutkan dengan metode indeks pencemaran. Hasil tersebut didukung dengan data komponen biotik dan sosialbudaya untuk menentukan strategi pengelolaan lingkungan di kawasan industri. Marsaoly, 2010, melakukan penelitian Kajian Kerusakan Lingkungan Akibat Pencemaran Limbah Domestik di Kawasan Pasar Gamalama Kota Ternate. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis parameter limbah domestik yang mencemari kawasan Pasar Gamalama, yaitu ph, suhu, BOD, TSS, dan minyak lemak yang disesuaikan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik; mengidentifikasi kondisi kualitas limbah domestik di bagian hulu dan hilir kawasan Pasar Gamalama Kota Ternate. Peneliti menggunakan metode diskriptif kuantitatif hasil pengukuran kualitas air limbah domestik dengan metode puposive sampling. Pengukuran dilakukan terhadap parameter fisik, biologi, dan kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa limbah cair domestik yang terdapat di lokasi penelitian mengandung beberapa unsur pencemar, yaitu TSS pada titik Hilir 1 dan Tengah 2 melebihi ambang batas, yakni 111 mg/l 136 mg/l, hal tersebut disebabkan terdapat aktivitas cukup padat seperti PKL, hotel, rumah makan, bengkel, dan lain-lain. Secara umum kualitas limbah cair masih berada pada ambang batas menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 112 Tahun Limbah domestik tidak berpengaruh terhadap kondisi ph dan suhu air di Kawasan Pasar Gamalama, dan parameter minyak dan lemak di semua lokasi pengambilan sampel tidak berpengaruh terhadap pencemaran dan masih dalam ambang batas. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada objek penelitian yaitu status limbah domestik di perairan, sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada perairan sungai yang menerima limbah dari kegiatan industri dan penentuan status kualitas air menggunakan metode indeks pencemaran. Efeendi, dkk, 2015, melakukan penelitian status kualitas air Sungai Ciambulawung, Provinsi Banten, berdasarkan Indeks Polusi (Pollution index) 7

8 (e) dan NSF-WQI. Penelitian ini bertujuan menentukan status kualitas air akibat pembangkit listrik micro hidro, pertanian, dan aktivitas penduduk, menggunakan indeks pencemaran dan National Sanitation Index Water Quality Index (NSF-WQI). Metode yang digunakan yaitu deskriptif kuantitatif hasil perhitungan pengukuran kualitas air terhadap tiga titik sampling menggunakan Indeks Polusi (Pollution index) dan NSF-WQI, serta perbandingannya terhadap kelas sungai. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kondisi kualitas air di Sungai Ciambulawang termasuk baik berdasarkan nilai ph, BOD, dan COD. Berdasarkan pollution index dan NSF-WQI kualitas air Sungai Ciambulawung juga tergolong baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas penduduk pada badan sungai dan pembangkit listrik micro hidro tidak berdampak negatif terhadap kualitas air Sungai Ciambulawung. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penggunaan hasil analisis kualitas air untuk penyusunan strategi pengelolaan lingkungan berdasarkan status kualitas air dan komponen lingkungan hidup lainnya di kawasan industri. Rahmawati, 2011, melakukan penelitian Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kualitas Air Sungai Diwak Di Bergas Kabupaten Semarang dan Upaya Pengendalian Pencemaran Air Sungai. Penelitian ini bertujuan menganalisis kualitas air Sungai Diwak pada segmen industri sebagai akibat pengaruh beban pencemaran oleh limbah industri dengan indkator BOD, COD, TSS, DO, suhu, dan ph, dan memberikan rekomendasi upaya pengendalian pencemaran air sungai. Peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif hasil analisis kualitas air, dan analisis SWOT untuk menyusun rekomendasi strategi pengendalian pencemaran air sungai. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tiga industri yang terdapat di kawasan industri Bergas memberikan ptensi pencemaran (BPAj) pada Sungai Diwak berupa nilai BOD, COD, dan TSS. Adanya beban pencemaran menyebabkan kualitas air Sungai Diwak musim penghujan dan kemarau tidak memenuhi kriteria air kelas II karena BOD yang melebihi baku mutu. Indeks pencemaran air pada masingmasingstasiun menunjukkan Status Mutu air Sungai Diwak tergolong tersemar ringan hingga sedang. Strategi pengendalian pencemaran air yaitu kajian 8

9 (f) (g) penetapan kelas air dan daya tampung Sungai Diwak sesuai peruntukannya, peningkatan frekuensi kegiatan pengawasan dan pemantauan kegiatan industri, dan penambahan titik pantau dan frekuensi pemantauan kualitas air sungai, serta penegakan hukum. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah objek kajian yang berada pada sungai di segmen industri Semarang. Dewantoro, 2011, melakukan penelitian Kajian Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Rumah Pemotongan Hewan Desa Pangkah Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh buangan limbah pemotongan hewan terhadap lingkungan perairan sekitarnya, mengkaji persepsi masyarakat sekitar rumah pemotongan hewan, dan menyusun strategi pengolahan limbah rumah pemotongan hewan agar tidak mencemari lingkungan. Peneliti menggunakan metode analisis kualitatif berdasarkan hasil pengukuran data kualitas perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Parameter BOD, COD, dan TSS di lingkungan sekitar rumah pemotongan hewan berada di atas ambang baku mutu, hasil ID plankton penunjukkan air telah tercemar, masyarakat memiliki persepsi keberadaan rumah pemotongan hewan mengganggu, berbahaya dan mencemari lingkungan. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada pada objek kajian yaitu limbah rumah pemotongan hewan dan tindak menggunakan metode indeks pencemaran sebagai metode analisis kualitas air. Yogendra, dan Puttaiah, 2008, melakukan penelitian perhitungan indeks kualitas air pada perairan kota di Shimoga, Karnataka, India. Perairan tersebut dimanfaatkan untuk peruntukan konsumsi air minum dengan diolah, irigasi, dan industri. Kualitas air ditentukan dengan pengukuran parameter fisik dan kimia yaitu ph, DHL, TDS, total alkalinity, total hardness, TSS, kalsium, Mg, Cl, nitrat, sulfat, DO, dan BOD. Pengukuran kualitas air dilakukan masingmasing satu kali pada tiga musim berbeda yaitu musim hujan, musim dingin, dan musim panas. Dari hasil penelitian diketahui bahwa nilai DO yang rendah dan BOD yang tinggi serta konsentrasi nitrat yang tinggi mengindikasikan terjadinya eutrofikasi. Tingginya klorida dan sulfat menunjukkan ketidaksesuaian penggunaan air pada aktivitas domestik. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada Objek kajian pada perairan yang 9

10 (h) akan ditentukan kesesuaian peruntukan air berdasarkan hasil analisis kualitas air dan indeks kualitas air yang diperoleh. Perbedaan pada beberapa parameter kimia, seperti klorida, nitrat, sulfat, magnesium, serta metode pengambilan sampel yang berdasarkan perbedaan musim. Darapu, dkk, 2004, melakukan penelitian untuk mengaevaluasi kualitas air pada sungai Godavari yang memiliki fungsi peruntukan untuk irigasi. Penelitian ini menggunakan metode Water Quality Index (WQI) berdasarkan pengukuran parameter fisik dan kimia air sungai di tujuan stasiun pengamatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas air sungai berada pada status tercemar sedang berdasarkan kelas pemanfaatan air untuk irigasi. Berdasarkan analisis kualitas air pencemaran berat terjadi akibat faktor kegiatan industri di sekitar sungai. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada lokasi penelitian dan metode penentuan status mutu air berdasarkan peraturan yang berlaku di lokasi penelitian. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu dalam hal latar belakang permasalahan serta fokus obyek penelitian. Hasil-hasil penelitian terdahulu tersebut menjadi acuan referensi dan konsep yang secara keseluruhan disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, yaitu: 1) penentuan variabel yang sesuai untuk kriteria aktivitas industri di wilayah penelitian, 2) penentuan metode analisis tingkat pencemaran, 3) penentuan acuan peraturan penentuan baku mutu dan status pencemaran, dan 4) penentuan konsep penyusunan strategi pengelolaan lingkungan. 10

11 Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian dengan Penelitian Terdahulu No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil 1. Inkantriani, Evaluasi Daya Dukung Lingkungan Zona Industri Genuk Semarang. 2. Masitoh, Pengelolaan Lingkungan Pada Sentra Industri Rumah Tangga Pengasapan Ikan Bandarharjo Kota Semarang. Menganalisis daya dukung lahan dan daya dukung lingkungan zona industri Genuk, dan menganalisis dampak pembangunan industri dan arahan pengembangan aktivitas industri Genuk. Mengidentifikasi penyebab penurunan kualitas lingkungan di sentra industri rumah tangga pengasapan ikan untuk merumuskan sistem pengelolaaan yang tepat dan dapat diterapkan sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat di Bandarharjo. Kuantitatif deskriptif melalui pembobotan dan distribusi frekuensi untuk memperoleh kelas daya dukung tinggi, sedang, dan rendah. Deskriptif kualitatif hasil pengumpulan data wawancara, observasi dan kajian literatur, data sekunder, serta analisis SWOT untuk merumuskan rencana strategis pengelolaan. Kawasan industri Genuk memiliki tingkat daya dukung yang rendah, Kegiatan pembangunan di kawasan industri Genuk sudah melebihi daya dukung lingkungan, dan dikhawatirkan dapat meningkatkan kerusakan lingkungan setempat. Penurunan kualitas lingkungan disebabkan karena 1) infrastruktur yang tidak berfungsi; 2)kondisi fisik lingkungan; dan 3)budaya masyarakat. Pengelolaan lingkungan dilakukan dengan strategi prioritas revitalisasi sentra pengasapan dan sistem manajemen lingkungan. Perbedaan Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan Strategi pengelolaan lingkungan disusun berdasarkan tingkat daya dukung lingkungan; Metode yang digunakan untuk penyusunan strategi pengelolaan lingkungan dengan indeks pencemaran air. Metode deskriptif kualitatif berdasarkan data karakteristik lingkungan sosial budaya di sentra industri. Metode yang digunakan untuk penyusunan strategi pengelolaan lingkungan dengan indeks pencemaran air. Menyusun arahan pengelolaan zona atau kawasan industri berdasarkan kualitas/daya dukung lingkungan. Menyusun arahan strategi pengelolaan lingkungan pada sentra/kawasan industri. 3. Marsaoly, Kajian Kerusakan Lingkungan Akibat Pencemaran Limbah Domestik Di Kawasan Pasar Gamalama Kota Ternate. Mengetahui jenis parameter limbah domestik yang mencemari kawasan Pasar Gamalama, yaitu ph, suhu, BOD, TSS, dan minyak lemak yang disesuaikan dengan KepMenLH no.112 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah domestik; mengidentifikasi kondisi kualitas limbah domestik di Diskriptif kuantitatif hasil pengukuran kualitas air limbah domestik dengan metode puposive sampling. Pengukuran dilakukan terhadap parameter fisik, biologi, dan kimia. Limbah cair domestik yang terdapat di lokasi penelitian mengandung beberapa unsur pencemar, yaitu TSS pada titik Hilir 1 dan Tengah 2 melebihi ambang batas, yakni 111 mg/l 136 mg/l, hal tersebut disebabkan terdapat aktivitas cukup padat seperti PKL, hotel, rumah makan, bengkel, dan lain-lain. Secara umum kualitas Objek kajian pada limbah domestik. Menggunakan metode indeks pencemaran. mengkaji kualitas lingkungan berdasarkan dampak lingkungan akibat limbah di perairan, berdasarkan parameter fisik. 11

12 No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil bagian hulu dan hilir kawasan Pasar Gamalama Kota Ternate. limbah cair masih berada pada ambang batas menurut KepMenLH Np.112 Tahun Limbah domestik tidak berpengaruh terhadap kondisi ph dan suhu air di Kawasan Pasar Gamalama, dan parameter minyak dan lemak di semua lokasi pengambilan sampel tidak berpengaruh terhadap pencemaran dan masih dalam ambang batas. Perbedaan Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan 4. Effendi, dkk, Water Quality Status of Ciambulawung River, Banten Province, Based on Pollution Index and NSF-WQI Menentukan status kualitas air Sungai Ciambulawung di bagian Kampung Lebakpicung akibat pembangkit listrik micro hidro, pertanian, dan aktivitas penduduk, menggunakan Indeks Pencemaran dan NSF-WQI (National Sanitation Index Water Quality Index). Deskriptif kuantitatif hasil perhitungan pengukuran kualitas air terhadap tiga titik sampling, menggunakan Pollution Index, NSF-WQI dan perbandingannya terhadap kelas sungai. Kondisi kualitas air di Sungai Ciambulawung termasuk baik berdasarkan nilai ph, BOD, dan COD. Berdasarkan pollution index dan NSF-WQI kualitas air Sungai Ciambulawung juga tergolong baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas penduduk pada badan sungai dan pembangkit listrik micro hidro tidak berdampak negatif terhadap kualitas air Sungai Ciambulawung. Kajian kualitas air sungai hingga penentuan status kualitas air. Penkajian tingkat kualitas lingkungan untuk penyusunan strategi pengelolaan lingkungan. Mengkaji status kualitas air menggunakan metode indeks pencemaran. 5 Rahmawati, Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kualitas Air Sungai Diwak Di Bergas Kabupaten Semarang dan Upaya menganalisis kualitas air Sungai Diwak pada segmen industri sebagai akibat pengaruh beban pencemaran oleh limbah industri dengan indkator BOD, COD, TSS, DO, suhu, dan ph, dan Deskriptif kuantitatif hasil analisis kualitas air, dan analisis SWOT untuk menyusun rekomendasi strategi pengendalian pencemaran air sungai. Tiga industri yang terdapat di kawasan industri Bergas memberikan ptensi pencemaran (BPAj) pada Sungai Diwak berupa nilai BOD, COD, dan TSS. Adanya beban pencemaran menyebabkan Objek kajian pada sungai di segmen industri di Semarang. Objek kajian pada sungai di kawasan industri di Kecamatan Kajian kualitas air pada kawasan industri dengan jenis industri lebih dari 1 jenis. Menggunakan metode indeks 12

13 No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil Pengendalian Pencemaran Air Sungai. memberikan rekomendasi upaya pengendalian pencemaran air sungai. kualitas air Sungai Diwak musim penghujan dan kemarau tidak memenuhi kriteria air kelas II karena BOD yang melebihi baku mutu. Indeks pencemaran air pada masingmasing stasiun menunjukkan Status Mutu air Sungai Diwak tergolong tercemar ringan hingga sedang. Strategi pengendalian pencemaran air yaitu kajian penetapan kelas air dan daya tampung Sungai Diwak sesuai peruntukannya, peningkatan frekuensi kegiatan pengawasan dan pemantauan kegiatan industri, dan penambahan titik pantau dan frekuensi pemantauan kualitas air sungai, serta penegakan hukum. Perbedaan Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan Banguntapan. pencemaran untuk menentukan kualitas air. 6 Dewantoro, Kajian Pencemaran Lingkungan Akibat Limbah Rumah Pemotongan Hewan Desa Pangkah Kecamatan Pangkah Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Menganalisis pengaruh buangan limbah pemotongan hewan terhadap lingkungan perairan sekitarnya, mengkaji persepsi masyarakat sekitar rumah pemotongan hewan, dan menyusun strategi pengolahan limbah rumah pemotongan hewan agar tidak mencemari lingkungan. Menggunakan metode analisis kualitatif, melalui pendiskripsian hasil pengukuran kualitas air dan pengamatan kondisi lingkungan. Parameter BOD, COD, dan TSS di longkungan sekitar rumah pemotongan hewan berada di atas ambang baku mutu, hasil ID plankton penunjukkan air telah tercemar, masyarakat memiliki persepsi keberadaan rumah pemotongan hewan mengganggu, berbahaya dan mencemari lingkungan. Objek kajian pada limbah rumah pemotongan hewan. Objek kajian pada perairan di kawasan industri kecamatan Banguntapan. Menggunakan metode Indeks Pencemaran air. Kajian pada dampak lingkungan perairan akibat limbah hasil kegiatan di lingkungan sekitar sungai. 13

14 No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil 7 Yogendra and Puttaiah, Determination of Water Quality Index and Suitability of an Urban Waterbody in Shimoga Town, Karnataka. Menentukan Water Quality Index atau Indeks Kualitas Air pada perairan di kota Shimoga untuk mengetahui penruntukan air untuk konsumsi publik, rekreasi, dan peruntukan lainnya. Menggunakan metode WQI: pengukuran kualitas air berdasarkan parameter fisik dan kimia air berdasarkan perbedaan musim dingin, musim hujan, dan musim panas, dan penetuan status kualitas air. Hasil pengukuran WQI menunjukkan status perairan telah terjadi eutrofikasi dan tidak sesuai jika dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi manusia. Polusi pada air di perairan tersebut terjadi relatif lebih tinggi pada musim panas dibandingkan dengan musim hunaj dan musim dingin. Eutrofikasi yang menyebakan kerusakan pada kualitas air terjadi karena tingginya BOD, Nitrat, Klorida, dan Sulfat, sertarendahnya DO, yang berasal dari limbah rumahtangga. Perbedaan Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan Objek kajian pada perairan yang akan ditentukan kesesuaian peruntukan air berdasarkan hasil analisis kualitas air dan indeks kualitas air yang diperoleh. Perbedaan pada beberapa parameter kimia, seperti klorida, nitrat, sulfat, magnesium. Kajian pada perairan perukaan dengan pengukuran parameter fisik dan kimia air untuk menentukan kualitas air, menentukan faktor penyebab terjadinya kerusakan kualitas air, dan penetuan status mutu air. 8 Darapu, dkk, Determining Water Quality for the Evaluation of Water Quality of River Godavari. Menentukan Water Quality Index pada perairan dengan peruntukan irigasi, mengevaluasi variasi kualitas air berdasarkan pariode dan sebaran keruangan setiap stasiun pengamatan, dan untuk memperkirakan variasi Indeks Kualitas Air secara periodik di area studi. Metode penentuan WQI yang diklasifikasikan berdasarkan enam kelas yang menunjukkan tingkat kualitas air dari clean hingga very heavy pollution. WQI ditentukan berdasarkan kriteria Standar Kualitas Lingkungan untuk Air Permukaan atau Environmental Quality Standards for Surface Water (EQSSW GB ). Berdasarkan pengamatan dan pengukuran kualitas air pada parameter klorida, sulfat, ph, DHL, Sodium percentage, Sodium Absorption Ratio, florida, Boron, dan iron, diketahui bahwa kualitas air pada sungai Godavari secara umum berada pada Tingkat IV dan terdapat kualitas air yang berada pada Tingkat V. Indeks kualitas air yang berada pada Tingkat V disebabkan oleh faktor aktivitas industri di sekitar sungai. Perbedaan penetuan dasar status mutu air berdasarkan peraturan yang berlaku di lokasi penelitian. Kajian tentang status mutu air berdasarkan kualitas air menurut parameter fisika dan kimia air permukaan. Kajian tentang faktor penyebab tercemarnya air untuk menentukan kebijakan pengelolaan lingkungan perairan. 14

15 No Peneliti, Tahun, Judul Tujuan Utama Metode Hasil 9 Baiturrahmah, Kajian Kualitas Lingkungan Perairan Sungai Akibat Aktivitas Industri di Kecamatan Banguntapan Kabupaten Bantul. Mengkaji jenis kerusakan lingkungan perairan Sungai Ketandan pada Kawasan Industri Kecamatan Banguntapan, mengkaji tingkat kerusakan lingkungan perairan Sungai Ketandan pada kawasan industri, merumuskan strategi pengelolaan lingkungan Kawasan Industri. Metode observasi dan pengukuran kualitas air sampling, menghitung indeks pencemaran, dan wawancara mendalam kepada narasumber, serta analisis matriks hubungan untuk menyusun strategi pengelolaan lingkungan. Melalui metode penelitian yang dilakukan maka diharapkan dapat diketahui kondisi kualitas lingkungan perairan Sungai Ketandan pada Kawasan Industri Kecamatan Banguntapan, serta kaitannya dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat untuk menrumuskan strategi pengelolaan lingkungan Kawasan Industri. Perbedaan Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan Sumber: Telaah Pustaka dan Perumusan,

16 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan batasan obyek maupun lingkup kajian penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) mengkaji jenis-jenis kerusakan lingkungan perairan akibat aktivitas industri di Kecamatan Banguntapan Kawasan Perkotaan Yogyakarta; (2) mengkaji tingkat kerusakan lingkungan perairan akibat aktivitas industri di Kecamatan Banguntapan Kawasan Perkotaan Yogyakarta; dan (3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan pada kawasan industri di Kecamatan Banguntapan Kawasan Perkotaan Yogyakarta Manfaat Penelitian Manfaat utama penelitian ini adalah penerapan prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan dalam pembangunan untuk meminimalisir atau menghindari kerusakan lingkungan akibat kelalaian karena kurang memperhatikan aspek lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya lahan dan air pada kawasan industri. Selain itu manfaat penelitian ini diantaranya sebagai berikut: (1) Sumbangan pemikiran untuk bidang keilmuan sebagai materi kajian terhadap penelitian serupa maupun pengembangan penelitian lebih lanjut; (2) Sebagai masukan kepada pengelola perusahaan di kawasan industri di Kecamatan Banguntapan; dan (3) Sebagai masukan kepada masyarakat dan pemerintah agar mengetahui dan melakukan langkah pencegahan kerusakan lingkungan akibat aktivitas industri. 16

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik yang saling terkait satu sama lain. di bumi ada dua yaitu ekosistem daratan dan ekosistem perairan. Kedua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas perairan sungai sangat tergantung dari aktivitas yang ada pada daerah alirannya. Berbagai aktivitas baik domestik maupun kegiatan Industri akan berpengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar, jika pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003).

PENDAHULUAN. hal yang penting dan harus tetap dijaga kestabilannya (Effendi, 2003). PENDAHULUAN Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan sebagai hajat hidup orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk kehidupannya sehingga sumberdaya air perlu dilindungi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia, flora, fauna maupun makhluk hidup yang lain. Makhluk hidup memerlukan air tidak hanya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni 2009 sampai dengan bulan Agustus 2009. Lokasi penelitian berada di wilayah DAS Cisadane segmen Hulu, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012). 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Air adalah salah satu kekayaan alam yang ada di bumi. Air merupakan salah satu material pembentuk kehidupan di bumi. Tidak ada satu pun planet di jagad raya ini yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

KAJIAN MUTU AIR PADA PROYEKSI DEBIT TERENDAH DENGAN METODENATIONAL SANITATION FOUNDATION S WATER QUALITY INDEX(NSF-WQI) DI SUNGAI PELUS

KAJIAN MUTU AIR PADA PROYEKSI DEBIT TERENDAH DENGAN METODENATIONAL SANITATION FOUNDATION S WATER QUALITY INDEX(NSF-WQI) DI SUNGAI PELUS KAJIAN MUTU AIR PADA PROYEKSI DEBIT TERENDAH DENGAN METODENATIONAL SANITATION FOUNDATION S WATER QUALITY INDEX(NSF-WQI) DI SUNGAI PELUS Muhammad Iqbal R*), Winardi Dwi Nugraha**), Endro Sutrisno**) Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Simulasi Penentuan Indeks Pencemaran dan Indeks Kualitas Air (NSF-WQI)

Simulasi Penentuan Indeks Pencemaran dan Indeks Kualitas Air (NSF-WQI) Simulasi Penentuan Indeks Pencemaran dan Indeks Kualitas Air (NSF-WQI) Hefni Effendi Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH-LPPM), IPB Ketua Badan Kerjasama Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki daya tarik tersendiri untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan suatu wilayah sangat berkaitan dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Semakin besar pertumbuhan penduduk dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan

METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Data yang Dikumpulkan 25 METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Situ Sawangan-Bojongsari, Kecamatan Sawangan dan Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat. Waktu penelitian adalah 5

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA

ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA ANALISIS IDENTIFIKASI & INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR DI KALI SURABAYA Ayu Kumala Novitasari 1) dan Eddy Setiadi Soedjono 1 1) Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS Sukolilo,

Lebih terperinci

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961): 44 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekologi Sungai Aspek ekologi adalah aspek yang merupakan kondisi seimbang yang unik dan memegang peranan penting dalam konservasi dan tata guna lahan serta pengembangan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober

Lebih terperinci

PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN

PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN PENELITIAN DALAM AUDIT LINGKUNGAN Pengumpulan data aspek abiotik (geofisik kimia), biotik dan sosial Tabel 1. Metode Pengumpulan dan Analisis Aspek Geofisik Kimia Iklim Hidrologi Kualitas Air (Sifat fisik

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983) 4 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Waduk Waduk merupakan badan air tergenang yang dibuat dengan cara membendung sungai, umumnya berbentuk memanjang mengikuti bentuk dasar sungai sebelum dijadikan waduk. Terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

b. bahwa Ketentuan Pasal 3 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang

b. bahwa Ketentuan Pasal 3 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 114 Tahun 2003 tentang SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGKAJIAN TEKNIS UNTUK MENETAPKAN KELAS AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang

BAB I PENDAHULUAN. komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sebagai kebutuhan primer setiap manusia dan merupakan suatu komponen penting bagi semua bentuk kehidupan di bumi. Pengaturan air yang kurang baik dapat menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi kehidupan manusia. Dalam sistem tata lingkungan, air merupakan unsur utama. Negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. 37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan air permukaan dalam hal ini air sungai untuk irigasi merupakan salah satu diantara berbagai alternatif pemanfaatan air. Dengan penggunaan dan kualitas air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. segi kuantitas maupun dari segi kualitas airnya. meningkatnya kuantitas dan kualitas air. Kebutuhan air semakin hari akan

I. PENDAHULUAN. segi kuantitas maupun dari segi kualitas airnya. meningkatnya kuantitas dan kualitas air. Kebutuhan air semakin hari akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi setiap makhluk hidup. Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lain, tidak akan dapat hidup dan berkembang biak. Begitu vitalnya fungsi

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Taman Nasional Way Kambas (TNWK) dengan luas ,30 ha. Tujuan penetapan kawasan ini untuk melindungi dan melestarikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 670/Kpts-II/1999 telah mengukuhkan kawasan register 9 dan sekitarnya sebagai Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah

Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan Sungai Kahayan Kota Palangka Raya Kalimantan Tengah MITL Media Ilmiah Teknik Lingkungan Volume 1, Nomor 2, Agustus 2016 Artikel Hasil Penelitian, Hal. 35-39 Pengaruh Aktivitas Masyarakat di pinggir Sungai (Rumah Terapung) terhadap Pencemaran Lingkungan

Lebih terperinci

ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI

ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI Sahabuddin, dkk., Analisa Status Mutu Air dan Daya Tampung Beban Pencemaran Sungai Wanggu Kota Kendari 19 ANALISA STATUS MUTU AIR DAN DAYA TAMPUNG BEBAN PENCEMARAN SUNGAI WANGGU KOTA KENDARI Hartina Sahabuddin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Potong Hewan yang telah dibangun merupakan satu-satunya RPH

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Potong Hewan yang telah dibangun merupakan satu-satunya RPH BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Potong Hewan adalah (RPH) adalah suatu bangunan atau komplek bangunan dengan desain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma

PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN. Darajatin Diwani Kesuma PENGARUH LIMBAH INDUSTRI TAHU TERHADAP KUALITAS AIR SUNGAI DI KABUPATEN KLATEN Darajatin Diwani Kesuma daradeka@gmail.com M.Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The amis of this study are to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyediaan air yang aman dan pengelolaan limbah cair memegang peranan penting dalam menurunkan kejadian banyak penyakit yang ditularkan melalui air atau terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, mengalir dari hulu di Kabupaten Simalungun dan terus mengalir ke

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup, karena selain dibutuhkan oleh seluruh makhluk hidup, juga dibutuhkan untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air buangan merupakan limbah yang dihasilkan oleh kegiatan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Jenis limbah cair ini dibedakan lagi atas sumber aktifitasnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan unsur penting bagi kebutuhan semua makhluk yang ada di muka bumi. Tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Manusia sebagai salah satu makhluk hidup juga

Lebih terperinci

Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai

Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Seminar Pengendalian Pencemaran Air di Kab. Sidoarjo Strategi Pengendalian Pencemaran Air Sungai Oktober 2008 Contoh Sumber Pencemar Air Sungai Langkah Srategis 1. Pengendalian Pencemaran Air Sungai dengan

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS MUTU AIR

PENENTUAN STATUS MUTU AIR PENENTUAN STATUS MUTU AIR Sungai merupakan jaringan alur-alur pada permukaan bumi yang terbentuk secara alami, mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian hilir. Sungai berfungsi menampung

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH Rezha Setyawan 1, Dr. Ir. Achmad Rusdiansyah, MT 2, dan Hafiizh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi menimbulkan permasalahan bagi kelestarian lingkungan hidup. Aktivitas manusia dengan berbagai fasilitas

Lebih terperinci

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era modern ini, proses modernisasi akan menaikkan konsumsi sejalan dengan berkembangnya proses industrialisasi. Dengan peningkatan industrialisasi tersebut maka

Lebih terperinci

111. METODE PENELITIAN

111. METODE PENELITIAN 111. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kawasan Usaha Petemakan (KUNAK) sapi perah Cibungbulang Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juni sampai September

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per

BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya di Kabupaten Banjarnegara dengan rata-rata turun sebesar 4,12 % per BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan lahan Daerah Aliran Sungai Merawu didominasi oleh lahan pertanian. Jenis sayuran yang menjadi komoditas unggulan wilayah ini yaitu jagung, daun bawang, wortel,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Kolaka merupakan salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah pesisir dan memiliki potensi sumberdaya pesisir laut sangat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Waduk adalah genangan air besar yang sengaja dibuat dengan membendung aliran sungai, sehingga dasar sungai tersebut yang menjadi bagian terdalam dari sebuah waduk. Waduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PERUNTUKAN AIR DAN PENGELOLAAN KUALITAS AIR SUNGAI PEMALI DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO. Oleh : Rhenny Ratnawati *)

STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO. Oleh : Rhenny Ratnawati *) STUDI POTENSI BEBAN PENCEMARAN KUALITAS AIR DI DAS BENGAWAN SOLO Oleh : Rhenny Ratnawati *) Abstrak Sumber air pada DAS Bengawan Solo ini berpotensi bagi usaha-usaha pengelolaan dan pengembangan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara.

PENDAHULUAN. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu. terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara. PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) memacu terjadinya pencemaran lingkungan baik pencemaran air, tanah dan udara. Pencemaran air yang diakibatkan oleh dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri pabrik-pabrik yang

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri pabrik-pabrik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius, pencemaran tadi tidak hanya berasal

Lebih terperinci

PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS PENCEMARAN (STUDI KASUS: SUNGAI GARANG, SEMARANG)

PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS PENCEMARAN (STUDI KASUS: SUNGAI GARANG, SEMARANG) PENENTUAN STATUS MUTU AIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDEKS PENCEMARAN (STUDI KASUS: SUNGAI GARANG, SEMARANG) Gessy Asocadewi, Wiharyanto Oktiawan, Mochtar Hadiwidodo *) ABSTRACT Segment 5 th in Garang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kecamatan Pomalaa Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara, merupakan suatu daerah yang sebagian wilayahnya merupakan lokasi kegiatan beberapa perusahaan skala nasional dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem air terdiri dari laut, air permukaan maupun air tanah. Air merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Air yang baik adalah air yang memenuhi kriteria standar

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sepanjang aliran Sungai Cihideung dari hulu Gunung Salak Dua dimulai dari Desa Situ Daun hingga di sekitar Kampus IPB Darmaga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1)

: Baku mutu air kelas I menurut Peraturan Pemerintah RI no. 82 tahun 2001 (hanya untuk Stasiun 1) LAMPIRAN 48 Lampiran 1. Hasil rata-rata pengukuran parameter fisika dan kimia perairan Way Perigi Parameter Satuan Baku Mutu Kelas I 1) Baku Mutu Sampling 1 Sampling 2 Sampling 3 Kelas III 2) Stasiun 1

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN KUALITAS AIR DI SUNGAI PROGO BAGIAN HILIR D.I. YOGYAKARTA TAHUN Mega Dwi Antoro

STUDI PERUBAHAN KUALITAS AIR DI SUNGAI PROGO BAGIAN HILIR D.I. YOGYAKARTA TAHUN Mega Dwi Antoro STUDI PERUBAHAN KUALITAS AIR DI SUNGAI PROGO BAGIAN HILIR D.I. YOGYAKARTA TAHUN Mega Dwi Antoro Mega.dwi.antoro@gmail.com Ig. L. Setyawan Purnama setyapurna@ugm.ac.id ABSTRAK Progo Catchment covered two

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air

BAB I PENDAHULUAN. air terjadi pada sumber-sumber air seperti danau, sungai, laut dan airtanah. Air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan mempunyai daya dukung dan daya lenting. Daya dukung merupakan kemampuan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan tumbuh dan berkembangnya makhluk hidup di dalamnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini sepertiga populasi dunia tinggal di negara yang mengalami kesulitan air dan sanitasi yang bervariasi dari mulai sedang hingga sangat tinggi. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2010 tentang Tata Laksana Pengendalian Pencemaran Air bahwa air merupakan salah satu sumber daya alam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 TENTANG BAKU MUTU LINDI BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam pengembangan usaha dibidang sumber daya perairan. Menurut Sarnita dkk. (1998), luas perairan umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan mempengaruhi kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan mempengaruhi kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan mempengaruhi kualitas lingkungan. Aktivitas manusia yang semakin banyak akan menimbulkan peningkatan konsumsi dan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengelolaan Lingkungan Hidup Dengan diberlakukannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang disempurnakan dan diganti dengan Undang Undang

Lebih terperinci

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015

Disampaikan pada Seminar Nasional Restorasi DAS, 25 Agustus 2015 Oleh : Prabang Setyono & Widhi Himawan Program Pascasarjana Program Studi Ilmu Lingkungan Universitas Sebelas Maret Surakarta Email : prabangsetyono@gmail.com 1 widhi_himawan@rocketmail.com 2 Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, keadaan dan mahluk termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

permukaan, sedangkan erosi tanah pertanian dapat menyebabkan tingginya parameter TSS dan sedimentasi pada sungai dan waduk. Permasalahan degradasi

permukaan, sedangkan erosi tanah pertanian dapat menyebabkan tingginya parameter TSS dan sedimentasi pada sungai dan waduk. Permasalahan degradasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Degradasi lingkungan menjadi salah satu penyebab penurunan kualitas lingkungan akibat kegiatan masyarakat, sehingga komponen-komponen pembentuk lingkungan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang memiliki luas 240 ha. Pemanfaatan lahan di sekitar Waduk Cengklik sebagian besar adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku atau bahan siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia, yang keberadaannya sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tegal terletak di pantai utara Jawa Tengah dengan wilayah pantai dan laut yang berbatasan dengan Kabupaten Tegal oleh Sungai Ketiwon di sebelah timur dan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peta Lokasi Studi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Waduk Jatiluhur terletak di Kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta (±9 km dari pusat Kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah Waduk Ir. H. Juanda,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT... i INTISARI... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT... i INTISARI... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT... i INTISARI... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan industri yang ada di kota-kota telah menimbulkan kesadaran masyarakat dan adanya hubungan timbal balik terhadap pencemaran, kesehatan dan lingkungan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci