KREATIVITAS DALAM PRODUK TELEVISI
|
|
- Benny Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODUL KE 5 KREATIVITAS DALAM PRODUK TELEVISI Setiap hari tersedia puluhan program televisi yang tersebar di beberapa stasiun televisi tanah air bahkan ratusan program televisi lainnya yang juga dilayani oleh jasa penyiaran televisi asing melalui siaran televisi kabel atau satelit komunikasi. Berarti terdapat ratusan ide kreatif yang bisa merupakan rekayasa atau sama sekali natural dalam penampilannya dilayar televisi. Ide tersebut kemudian dibentuk menjadi sebuah cerita yang menarik, perlakuan inilah yang disebut creative treatment. Maksudnya setiap individu yang ingin berkarya seni dalam dunia penyiaran dituntut lebih kreatif dalam melihat sekeliling kita. Dengan demikian kreatifitas yang dibutuhkan untuk suatu produk non fiksi televisi adalah membuat kejadian yang terlihat biasa, tanpa merekayasa ceritanya menjadi istimewa di mata orang audien televisi. Sedangkan untuk program fiksi, ide yang merupakan imajinasi suatu karya orang lain dan rekayasa cerita dibuat semenarik mungkin agar audien televisi menjadi puas. Bagaimana ide membuat produk kreatif televisi itu muncul? 1. Ide muncul seketika Telah disepakati ide adalah pondasi pondasi utama dari setiap hal yang akan kita lakukan. Ada pendapat tidak lagi ide yang orisinil didunia ini, tetapi yang jelas karya-karya yang sudah ada dan milik orang lain dapat menjadi referensi dan inspirasi bagi karya-karya selanjutnya. Kadang dalam pikiran kita terlintas suatu ide karena terjadi suatu kejadian yang menjadi pembicaraan orang banyak disekeliling kita. Seperti berita-berita di media cetak, televisi dan radio yang menimbulkan kepanikan dan rasa takut yang amat sangat menimpa setiap manusia. Dari sinilah terkadang muncul ide tiba-tiba tersebut. 2. Ide disekeliling kita Tegoklah sekitar kita, karena fakta yang benar-benar terjadi disekitar kita merupakan kunci dari program non fiksi. Dari situlah kita akan tahu, bahwa seluruh pengalaman, pengamatan dan analisis terhadap realitas disekitar kita akan memunculkan sebuah benar merah baru. Ingat mengisi TTS-pun kita butuhkan suatu IDE. 3. Ide juga tersedia dipinggir jalan Banyak ide yang menjelma menjadi konsep-konsep program non fiksi televisi yang sukses. Hal-hal yang sepertinya biasa oleh orang pada umumnya akan menjadi luar biasa dimata orang yang kreatif. Sebuah mobil Volkswagen terbengkalai disuatu tempat dengan penuh karat dan ban-nya kepes dibiarkan begitu saja. Ternyata ditempat lain terdapat pula beberapa mobil Volkswagen yang serupa diperlakukan sama. Mengapa demikian? Setelah 1
2 ditelusuri dan mendapatkan informasi dari beberapa narasumber, ternyata Volkswagen tersebut buatan Brazil yang dinilai beresiko dibandingkan Volkswagen buatan Jeman. Itulah sedikit cerita yang bisa menjadi ide yang ditemukan dipinggir jalan dan tidak diperhatikan oleh orang kebanyakan. 4. Ide biasa menjadi Istimewa Melihat sesuatu disekitar kita, sesuatu yang tak terlihat atau memang tidak mau kita lihat adalah kunci ide yang sesungguhnya. Apabila seluruh media cetak dan televisi telah menyajikan seluruh berita bencana yang terjadi dan akan muncul? Lalu apa yang akan membuat ide kita menarik jika semua orang telah tahu hal tersebut? Masyarakat yang panik terhadap berita-berita tersebut, sebenarnya hanya merekam kepanikan dan persiapanpersiapan menghadapi bencana. Sesungguhnya ada apa di belakang peringatan bencana tersebut? Sesuatu yang istimewa tiba-tiba akan menjadi biasa jika sudah diketahui orang banyak. Maka carilah sesuatu yang tidak biasa, atau sesuatu yang biasa, tapi tidak diperhatikan orang banyak, maka karya kita akan menjadi istimewa. 5. Ide istimewa menjadi biasa Suatu kejadian besar karena bencana atau kecelakaan lain sebagainya yang telah dipublikasikan oleh seluruh media akan menjadi biasa. Hal ini bisa diibaratkan apabila seorang relawan yang pertama kali bertugas untuk mengevakuasi korban, akan merasakan takut bahkan menangis saat menginjakkan kakinya dilokasi kejadian. Tapi apa yang terjadi ketika untuk yang kedua kalinya datang ke lokasi bencana? Seperti biasa saja, seperti yang sudah-sudah karena memang telah menjadi pekerjaaannya. Yang berbeda hatinya tidak lagi trenyuh, hatinya tidak lagi menangis karena sudah terbiasa. Maka carilah, sesuatu yang terlihat biasa dan kemaslah menjadi istimewa. Lalu bagaimana merubah ide tersebut menjadi sebuah produk non fiksi serta mengemasnya menjadi menarik? Agar lebih mudah menjabarkannya, sebagai contoh pada modul ini karya yang akan diuraikan ; berupa feature atau dokumenter televisi. Saatnya menurunkan ide, biasanya proses menuliskan ini akan mudah karena ide yang sudah ditemukan itu telah mengendap dan berputar-putar didalam kepala sang kreator. Tuliskan dalam satu paragraph kalimat yang disebut dengan Film Statement, berikut ini diawali ide; Melestarikan peninggalan budaya dan bangunan tradisional Kota Tua di tengah kegemerlapan Kota Metropolitan Jakarta 2
3 Film Statement; Pada bagian utara kota Jakarta terdapat suatu daerah yang tengah bersiap-siap menghadapi gempuran modernisasi dan teknologi kota metropolitan. Kepada siapa kota tua Batavia meminta pertolongan? Siapakah yang memiliki kekuatan melindungi nilai leluhur bangsa Indonesia yang tak terhingga tersebut? Apa yang harus dilakukan oleh kota tua Batavia agar kokoh menghadapi pengembangan kota modern Jakarta? Setelah menuliskan film statement harus dilanjutkan dengan membuat treatment/outline yang akan menjabarkan cerita secara detail, scene per scene. Ada dua cara untuk menjabarkan cerita dalam outline. Cara pertama memecah cerita dalam beberapa sekuen lalu tuliskan garis besar setiap scene yang diinginkan. Contoh sebagai berikut; 1. Sekuen Opening. Sejumlah bangunan tua yang kokoh dengan gaya arsitektur Eropa menjadi saksi bisu keramaian pusat kota Batavia dahulu kala. Turis dan warga berbaur menikmati jalan-jalan sempit diantara bangunan tempo dulu. Stasiun Beos yang tetap menjalankan fungsinya menjadi pusat transportasi kereta api kota metropolitan Jakarta. 2. Sekuen Introduction Kota Tua Batavia Suasana keramaiannya kini berubah menjadi kota wisata yang mengambarkan ketenangan warganya karena dikelilingi bangunan tua bernilai sejarah dan dipenuhi para seniman dan pengunjung yang ingin berekreasi atau mencari tahu rahasia yang tersembunyi dari setiap sudut kota tua. Bekas gedung Balai Kota tampak berwibawa menjadi pintu gerbang memasuki kota tua dengan pedesterian jalan yang lapang dipercantik hijaunya pepohonan, sehingga menampilkan kombinasi yang kontras dengan corak putih bangunan di Kota Tua. 3. Sekuen Pelabuhan Sunda Kelapa Dahulu kala pintu masuk utama menuju Batavia adalah Pelabuhan Sunda Kelapa. Pelabuhan yang berada tepat diujung sebelah Utara Kota Tua ini merupakan satu kesatuan sebagai pusat bisnis dan perdagangan pada masa keemasannya. Walaupun pelabuhan Tanjung Priok telah mengantikan posisinya sebagai pintu masuk melalui laut saat ini. Pelabuhan Sunda Kelapa tetap eksis sebagai pusat perdagangan para kapal nelayan dan kapal tradisional lainnya. dst 3
4 Cara kedua yaitu dengan menuliskan treatment/outline sekuen dan scene pada kartu tempel diwhite board. Dengan tersusunnya outline pada kartu akan terlihat alur atau pacing dari cerita. Tuliskan keterangan singkat pada setiap scene dikartu, lalu susunlah berdasarkan urutannya. Setelah itu amati kembali scene yang tersusun tadi, cerita berjalan mulus atau tersendat? Adakah breathing space yang cukup pada cerita tersebut. Apakah rising action pada setiap sekuen tergambarkan? Sistem kartu ditempel ini sangat memudahkan untuk merubahrubah susunan sekuen dan scene sesuai dengan keinginan kita yang merencanakan untuk membuat treatment yang terbaik. Ide, film statement dan treatment/outline diatas sebagai panduan awal untuk menentukan langkah selanjutnya mengumpulkan data-data yang dibutuhkan oleh produser dalam membuat perencanaan dan struktur cerita dokumenter. Ada empat kriteria film dokumenter yang bisa menjadi acuan untuk membuat perencanaan yang baik, yaitu; Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif seperti halnya dalam film fiksi. Film dokumenter menuturkan realita. Sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu melakukan perekaman gambar sesuai apa adanya. Struktur cerita pada film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot, dalam dokumenter konsentrasinya lebih pada isi dan pemaparan. Setelah mendapatkan ide/bahan cerita yang akan digarap menjadi suatu film dokumenter. Alangkah baiknya seorang produser memahami secara jernih delapan elemen pembuatan dokumenter, agar dalam proses pembuatan nanti lancar mengeksekusinya, lengkap materi yang dibutuhkan dan efisien dari segi waktu, tenaga serta pikiran. Kedelapan elemen pembuatan dokumenter tersebut yang harus dijawab seorang produser adalah; 1. Apakah anda sudah memahami serta menguasai tema dan subyek secara mantap? 2. Apakah anda memiliki ikatan emosi yang kuat dengan subyek-meskipun sebenarnya ada subyek lain yg secara praktis lebih mudah digarap? 3. Apakah antara ide, tema, dan subyek memiliki kecocokan? 4. Apakah ada motivikasi kuat untuk lebih mendalami subyek yang telah anda amati? 5. Apakah subyek tersebut memiliki arti penting yang mendasari pokok pemikiran ide anda? 6. Hal-hal apakah yg luar biasa menariknya dari tema & subyek tersebut? 7. Bagaimana pendalaman serta pembatasan yg dapat difokuskan agar film menjadi menarik dan berkesan? 4
5 8. Apa yg akan dan dapat dipresentasikan dari dokumenter ini-melaui bentuk, gaya dan pendekatan yg segar dan baru? Riset Program Dokumenter Televisi Setelah mengetahui bagaimana mendapatkan ide cerita yang sangat beragam dari yang paling mudah hingga yang perlu merenung, ngutak-atik dokumen atau segaja mengeksplorasi lebih mendalam. Ide yang didapat artinya cerita mulai terbentuk, untuk mengembangkannya lakukan riset terkait ide yang dipilih. Selanjutnya ide tersebut harus dirumuskan dengan strategi yang tepat dengan melakukan penelitian. Riset untuk memproduksi program dokumenter harus fokus pada beberapa berikut ini; Aspek-aspek visual harus selalu dipikirkan dan diperhatikan. Kerjasama & komunikasi dengan penulis/produser, sutradara dan juru kamera. Riset pendahuluan dengan melakukan analisis visi visual. (gambaran untuk pengembangan ide). Riset akan menolong kita untuk mengetahui unsur nyata dari sebuah cerita. Inilah perlunya melakukan penelitian terhadap karakter dan suatu peristiwa dengan cermat dan teliti. Semakin banyak referensi yang dibaca, kita akan semakin luas membelah sebuah peristiwa. Kita akan mudah menempatkan induk-induk cerita dengan bagian-bagian kecil yang menjadi pilar didalam alur cerita. Semakin dalam kita mengenal karakter utama dan pendamping dari cerita yang menarik, akan semakin gamblang kita menyusun cerita ke cerita sehingga karya dokumenter ini akan mengalir secara wajar. Adapun pembagian dari jenis data yang akan digunakan dalam penelitian proses produksi dokumenter adalah sebagai berikut; Data tulisan: buku, majalah, koran, surat, selebaran. Data visual: foto; film, video, lukisan, poster, patung, ukiran Data suara: bunyi-bunyian, musik, lagu. Data mengenai subyek, narasumber. Data lokasi:tempat kejadian/peristiwa Hunting dan Mengenali Dokumenter Kita Sendiri Posisi sekarang, ide awal tadi bisa semakin mantap setelah melakukan penelitian terhadap apa yang ingin kita ketahui. Dari hasil penelitian secara samar-samar produser sudah bisa membayangkan alur ceritanya akan dibawa kemana. Tapi akan lebih baik lagi, kalau produser langsung melihat kondisi medan yang akan dieksekusi. Sebagian produser dokumenter memasukkan cek lokasi (hunting) sebagai bagian dari penelitian lapangan. Bahkan produser yang profesional sangat mementingkan hunting lokasi dengan hati-hati mendatangi 5
6 lokasi, kadang-kandang waktu meneliti dilokasi membutuhkan waktu lebih lama dari proses syuting yang sebenarnya. Tujuan dilakukannya riset lapangan, perencanaan produksi jadi mendekati kesempurnaan, karena proposal akan dibangun lengkap dengan variabel pendukungnya, sequence/scene ditentukan melalui proses pertimbangan yang matang, lokasi syuting mana yang tepat, menghemat kaset, jadwal perekaman dan lain sebagainya. Berbeda dengan membuat features yang bisa melakukan perencanaan tanpa terjun ke lapangan langsung syuting, karena waktu yang sempit, presenter bisa melakukan improvisasi, durasi yang relatif lebih singkat dan perubahan sequence (induk cerita) mudah karena materi cerita memang ringan. Hunting lokasi untuk mengenali lebih dekat jiwa dari dokumenter yang akan dibuat menjadi mutlak, karena akan mengetahui kondisi lokasi yang sesungguhnya dengan penglihatan sendiri. Membuka mata lebar-lebar disetiap sudut-sudut pemandangan yang menarik untuk direkam, seperti peralatan yang digunakan/terletak disetiap rumah, dekorasi tanaman, bingkai-bingkai foto, papan nama toko-toko dan lain sebagainya. Jika proses hunting berhasil dan riset tentang ide film dokumenter cukup matang, maka proses syuting akan lancar tidak mengalami hambatan berarti karena seluruhnya telah diperhitungkan sangat baik. Selain mengetahui dan mengenal dekat lokasi syuting yang sesungguhnya. Dengan riset lapangan pula kita akan menemukan main character (subyek film dokumenter) yang menarik dan tepat sebagai tokoh utama film dokumenter tersebut. Kalau berita tanpa narasumber tidak kridibel, features tanpa wawancara tidak obyektif, maka karya dokumenter tanpa main character (tokoh utama) ceritanya akan sulit berkembang dan tidak menarik. Sehingga hunting lokasi sangat membantu produser menemukan beberapa tokoh utama yang cocok dalam film dokumenternya. Subyek yang terpilih sebaiknya memiliki cerita hidup yang kompleks, mudah berdiskusi dan mau membuka informasi apapun yang diketahuinya, karena itu penting untuk mengairahkan cerita. Contoh ketika membuat dokumenter tentang Bukit Hutan Raya dihutan belantara, maka dicarilah polisi hutan yang bertugas menjaga hutan tersebut. Jenazah Penghuni Tebing di Tanah Toraja, maka penjaga makam diatas tebing yang membuat gua dan memegang kunci gua adalah orang penting dari dokumenter tersebut. Pada saat hunting ke lokasi persiapkanlah peralatan menulis, catatan informasi penting lain yang ingin diketahui agar tidak lupa ketika melakukan penelitian dilapangan. Termasuk membawa kamera untuk mengambil gambar-gambar yang kemungkinan sayang tidak diabadikan. Selain mengenali tempat syuting, menemukan isu-isu baru dan hal lain yang belum 6
7 tentu ketika temukan lagi nanti, membawa kamera juga memberikan suasana terbiasa bagi masyarakat sekitarnya dengan peralatan syuting. Jangan sampai mereka yang akan menjadi bagian dari film kita bertingkah aneh-aneh ketika saat syuting dilakukan. Jika mereka sudah pernah tau fungsi kamera, membuat orang-orang dilokasi syuting termasuk tokoh utama film akan bersikap alami bahkan menikmati pengambilan gambar yang sebenarnya. Pada bagian awal sebelum hunting lokasi, perlu diperhitungkan untuk menyiapkan kelengkapan administrasi atau pendekatan terlebih dahulu agar memudahkan interaksi perkenalan yang memberikan kenyamanan dikedua belah pihak. Bagi produser televisi atau production house tentu siap memberikan identitas bahkan surat keterangan untuk membuat film dokumenter. Bagi para pemula, gunakanlah kartu mahasiswa/pelajar sebagai identitas pribadi dan jelaskan bahwa tujuannya untuk membuat dokumenter. Membuat Proposal Film statement tadi merupakan intisari dari proposal dokumenter. Proposal lahir setelah melakukan berbagai macam riset, karena hasil catatan riset harus bisa disampaikan kepada orang lain dan menjadi pondasi yang kuat dari karya dokumenter kita. Proposal dokumenter harus menjadi satu kesatuan yang utuh, mudah dimengerti, tidak menimbulkan pertanyaan besar dan dapat dijabarkan oleh sequence/scene yang berkualitas. Perencanaan proposal program dijadikan dasar atau pondasi dari berdirinya program yang akan diproduksi. Langkah ini yang pertama harus dibuat dan menjadi ukuran/barometer oleh produser/reporter pada saat mengembangkan atau mengkreasiakan karyanya hingga siap siar. Proposal program dokumenter terdiri dari beberapa bagian yang saling berhubungan serta melengkapi. Proposal ini sangat ringkas karena hanya selembar kertas saja, tetapi efisien dan efektif bagi siapapun untuk menilai dan mengerti apapun juga yang akan diceritakan program tersebut dan lain sebagainya. Adapun bagian-bagian yang ada dalam proposal dokumenter tersebut adalah; Identitas stasiun televisi, Judul, Poin of View, Team produksi, Sinopsis, Main Character, Jadwal produksi, Jadwal siaran, dan Budget. 7
8 PROPOSAL Date Agustus 2010 Synopsis "Main Character, Structure, etc Name Team A Main Character; Burhan JUDUL : Melestarikan Kota Tua Batavia Point of view : Redevelopment and Cultural Heritage Aim : P e r s Pee tive, Approac h, Format & Style etc. 1. Pak Mukmin (Penjual Es Selendang Mayang) 2. Pelangan Sejak pertengahan abad ke 19, Jakarta mengalami perkembangan kota yang pesat dengan 3. Pelancong bule pembangunan pencakar langit serta sarana dan prasarana kota modern. Dibagian Utara Jakarta, ada sebuah kota kecil bernilai sejarah tinggi yang disebut Kota Tua dahulu Batavia 4. Penduduk Lokal namanya. Kota Tua dapat disebut sebagai representasi percampuran budaya Betawi, Tionghoa, dan Eropa. Dikenal banyak terdapat gedung-gedung berarsitektur Eropa, rumah tradisional Betawi, tempat peribadatan Islam, Kristen dan Budha. Suasana lingkungannya sangat menyenangkan, bangunan-bangunan tua yang unik, jalan-jalan kecil, beragam seniman mempertunjukkan keahliannya, transportasi tradisional, sehingga siapapun yang datang akan enjoy menikmati kolaborasi budaya dan gaya hidup tradisional yang segaja dipertahankan. Warga disekitar Kota Tua sangat menghargai gaya hidup tradisional peninggalan leluhur mereka. Yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa mempertahankan budaya yang mereka cintai sebagai penopang hidup bahkan ciri khas kehidupan mereka sehari-hari. Require On-Air Date & Time Production Schedule Format Required Budget (Cash Cost) 30 Juli 10 Agustus, 2010 Dokumenter 8
Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script
Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script Modul ke: 07 Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menyusun Shooting List Setelah sequence dan scene tersusun semua, salinlah di
Lebih terperinciStructure (Sequence & Scene. Modul ke: 04FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting
Structure (Sequence & Scene Modul ke: Fakultas 04FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Structure Structure Proposal Proposal Proposal adalah diibaratkan dengan kekuatan seperti pepohonan.
Lebih terperinciMenyusun Shooting Schedule Dokumenter TV. Modul ke: 05FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting
Menyusun Shooting Schedule Dokumenter TV Modul ke: Fakultas 05FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Tujuan Menyusun Shooting Schedule Setelah sekuen dan scene tersusun semua, salinlah
Lebih terperinciPenulisan Naskah Non Berita
MODUL PERKULIAHAN Penulisan Naskah Non Berita Persiapan Membuat Script Dokumenter Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Penyiaran 04 41710007 A. Asrul Sani Fauzan,
Lebih terperinciProgram Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting
Modul ke: Program Dokumenter Drama Fakultas 12FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Program Dokumenter Drama Dokumentasi drama (drama dokumenter), yakni suatu film atau drama televisi
Lebih terperinciPenulisan Naskah Non Berita
Modul ke: 05 A. Fakultas FIKOM Penulisan Naskah Non Berita Persiapan Membuat Script Dokumenter Asrul Sani Fauzan, S.S., M. Pd Program Studi Penyiaran Film dokumenter yang diproduksi untuk kepentingan televisi
Lebih terperinciPenulisan Naskah Non Berita
MODUL PERKULIAHAN Penulisan Naskah Non Berita Proposal Program Dokumenter Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Penyiaran 05 41710007 A. Asrul Sani Fauzan, S.S.,
Lebih terperinciFEATURE-DOKUMENTER. RISET OBSERVASI Pertemuan 5
FEATURE-DOKUMENTER RISET OBSERVASI Pertemuan 5 1 Vincent Monnikendam Sineas Belanda, pembuat film dokumenter Mother Dao. Membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk mengumpulkan dan menyeleksi materi yang
Lebih terperinciReferensi DOKUMENTER. dari Ide sampai ProduksI. Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS
Referensi DOKUMENTER dari Ide sampai ProduksI Gerzon R. Ayawaila 2008 FFTV IKJ PRESS DOKUMENTER PERTEMUAN 1 Dokumentaris Umumnya sineas dokumenter merangkap beberapa posisi : produser, sutradara, penulis
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam pembuatan produksi sebuah film, pada dasarnya memiliki suatu rangkaian tahapan yang harus dilalui. Rangkaian tersebut akan membantu menentukan hasil proses produksi program
Lebih terperinciMENULIS ITU BERCERITA!
SERI JURNALISME DESA MENULIS ITU BERCERITA! Menulis itu (terasa) sulit. Demikian komentar banyak orang ketika mereka harus menulis. Benar kah demikian? Atau barangkali itu hanya pikiran kita saja? Sebelum
Lebih terperinci2015 PELATIHAN KERONCONG PADA REMAJA USIA TAHUN DI BATAVIA SUNDA KELAPA MARINA JAKARTA UTARA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan salah satu bagian pokok dalam kehidupan manusia. Hampir semua peradaban masyarakat di dunia ini memiliki musik sebagai hasil budaya mereka. Menurut Soeharto
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Pendekatan Kualitatif dan Metode Action Research Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Alasannya adalah dalam pemaparan hasil penelitian dijelaskan dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan
Lebih terperinciMata Kuliah - Advertising Project Management-
Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring
Lebih terperinci01 Meninjau Narasi 1.1. Analisa bentuk narasi untuk menghasilkan narasi yang siap untuk penulisan bagian berikutnya.
KODE UNIT : TIK.MM02.022.01 JUDUL UNIT : Menulis Naskah DESKRIPSI UNIT : Unit ini mendeskripsikan tentang keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan menulis sebuah naskah dari narasi
Lebih terperinciDokumenter Episode ke 3. Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep
Dokumenter Episode ke 3 Menemukan Ide dan Merumuskan Konsep Menemukan Ide Untuk mendapatkan Ide, dibutuhkan kepekaan dokumentaris terhadap lingkungan sosial, budaya, politik, dan alam semesta Rasa INGIN
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA
24 BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Pada bab 3 ini, menjelaskan tentang metode yang digunakan dan proses perancangan karya dalam proses pengolahan editing berita (pasca produksi) di LPP TVRI D.I.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat belakangan ini. Regulasi bidang penyiaran yang membawa berbagai perubahan memberikan tantangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan 2. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Judul Perancangan Film Pendek Passing note merupakan salah satu media Audio Visual yang menceritakan tentang note cinta yang berlalu begitu saja tanpa sempat cinta itu
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING 3.1. STRATEGI KOMUNIKASI Media komunikasi visual, merupakan media yang tepat dan efektif dalam menyampaikan sebuah informasi. Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyampaikan sebuah informasi, banyak media yang dapat dipakai agar data yang dikirim oleh pengirim bisa sampai ke penerima. Media yang dipakai bisa melalui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman. Masyrakat modern kini menjadikan informasi sebagai kebutuhan pokok,
Lebih terperinci: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI
Ditulis oleh : Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi Pada 08 November 2015 publikasi film SMART? dalam screening mononton pada rangkaian acara Kampung Seni 2015 pukul 20.30
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP. dikemukakan Sharon Helmer Pogenpohl (http://www.aiga.org)
BAB 4 KONSEP 4.1. Landasan Teori dan Komunikasi. A. Desain Komunikasi Visual Salah satu fungsi Desain Komunikasi Visual itu sendiri seperti yang pernah dikemukakan Sharon Helmer Pogenpohl (http://www.aiga.org)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan
Lebih terperinciBAB III GAGASAN BERKARYA
BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dilepaskan oleh semua makhluk hidup, komunikasi sangat penting dimana komunikasi itu sendiri berfungsi untuk berinteraksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alamnya, negara kepulauan yang menghubungkan dari Sabang sampai Merauke. Hasil atau produk Indonesia pun sebenarnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 FEATURE Feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian,
Lebih terperinciDasar- dasar Jurnalistik TV. Modul ke: 10FIKOM STAND UP DAN SIARAN LANGSUNG. Fakultas. Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom. Program Studi BROAD CASTING
Modul ke: Dasar- dasar Jurnalistik TV STAND UP DAN SIARAN LANGSUNG Fakultas 10FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Stand Up dan Siaran Langsung STAND UP Seorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif
Lebih terperinciModul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting
Modul ke: Penulisan Skenario Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom 15Fakultas 15Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting Penguatan Ide Cerita 082112790223// patriciarobin23@gmail.com 082112790223// patriciarobin23@gmail.com
Lebih terperinciJUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah
KODE UNIT : TIK.MM02.004.01 JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keahlian dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk membaca naskah, identifikasi elemen dasar yang
Lebih terperinciBERINGIN GROUP. Learn, Share and Profit HUMAN INTEREST. A. Pendahuluan
HUMAN INTEREST A. Pendahuluan Foto-foto human interest sepertinya selalu menarik untuk dilihat. Nilainilai keseharian manusia dapat terekam melalui fotografi ini. Namun untuk menciptakan karya foto human
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Televisi menampilkan gambar yang menarik dan menghibur, gambar televisi terkadang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka
Lebih terperinciPRA PRODUKSI FILM DOKUMENTER. Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman
PRA PRODUKSI FILM DOKUMENTER Tri Nugroho Adi,M.Si. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman Documentary is a creative treatment of actuality (Robert
Lebih terperinciBAB IV HASIL KERJA PRAKTIK
BAB IV HASIL KERJA PRAKTIK 4.1 Peranan Praktikan Dalam proses kerja praktik yang berlangsung, posisi yang dipercayakan terhadap praktikan meliputi beberapa bagian divisi pekerjaan yang meliputi divisi
Lebih terperinciMenulis Skenario Drama. Modul ke: 15FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting
Modul ke: Menulis Skenario Drama dan Film Fakultas 15FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menulis Skenario Penulisan naskah untuk drama, film, televisi, termasuk video, lazim dengan istilah
Lebih terperinci27 BAB III KONSEP PERANCANGAN 3.1 Tujuan Komunikasi Di harapkan dengan film documenter Bisnis Ilegal 2x1 ini akan membuka mata masyarakat tentang realita yang sebenarnya terjadi di seluk beluk pemakaman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai oleh siswa. Sekilas kompetensi menulis itu tampak mudah tapi jika diteliti lebih dalam lagi kompentensi
Lebih terperinciABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.
ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mengelola bisnis media penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling sulit dan paling menantang dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Mengelola media
Lebih terperinciProduksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3.
Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Pasca Produksi (penyuntingan program) 1. Menemukan Ide/gagasan
Lebih terperinciBAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL Berikut ini akan dijelaskan mengenai strategi perancangan dan konsep visual sebagai landasan dalam membuat film animasi ini. III.1 Strategi Perancangan III.1.1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada
Lebih terperinciPromosi Program TV. Andi Fachrudin, M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Broadcasting.
Promosi Program TV Modul ke: Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Promosi Program TV Dalam era persaingan saat ini yang semakin ketat, setiap media penyiaran
Lebih terperinciCukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK. Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14.
Cukup Sehari Menjelajahi Pulau LOMBOK Lembar BIL Dikutip dari Koran SURYA terbit Sabtu, 5 Oktober 2013, halaman 14. B ila hanya ada sedikit waktu untuk berlibur, pilihan transportasi paling mudah adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perfilman di indonesia dewasa ini berkembang sangat pesat. Film berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu masyarakat yang disajikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendakian gunung atau yang disebut mountaineering adalah olahraga, profesi, dan rekreasi. Ada banyak alasan mengapa orang ingin mendaki gunung, terutama di Indonesia.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. komunikasi. Dalam proses komunikasi, komunikator mengirimkan. pesan/informasi kepada komunikan sebagai sasaran komunikasi.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Untuk memahami pengertian manajemen komunikasi, terlebih dahulu dijelaskan pengertian komunikasi secara umum. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus
Lebih terperinciHasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari
Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari segi visual berkualitas? Herman Effendy (Jurkam) : Keberhasilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam bidang teknologi dan informasi, hampir semua masyarakat baik yang berada di daerah pekotaan maupun yang
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
93 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Pada setiap produksi film maupun program televisi selalu melalui tahapan produksi yang sistematis. Demikian pula pada produksi program dokumenter yang berjudul
Lebih terperinci05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1
05. MEMBUAT CERITA KOMIK KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1 KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 2 Komik = Cerita + Gambar PENDAHULUAN Komik Intrinsik Ekstrinsik Jiwa Komik Tema Cerita Plot Penokohan
Lebih terperinciII. METODOLOGI. Budaya Lokal Betawi. Ondel-ondel. Bentuk Ondel-ondel. Data. Video, Artikel, Buku dan lain-lain. Macam-macam aplikasi ondel-ondel
II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Budaya Lokal Betawi Ondel-ondel Sejarah Ondel-ondel Bentuk Ondel-ondel Ornamen pada ondel-ondel dan pakaiannya. Data Ondel-ondel Boneka besar Topeng Rambut (kembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat
Lebih terperinciKEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI
KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia diarahkan untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan media informasi seperti media elektronik dan cetak kian mendekatkan kita dengan arus informasi serta globalisasi yang kian deras. Media menyuguhkan
Lebih terperinciMENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa
MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa Keith Johnstone (1999) menjelaskan bahwa mendongeng atau bercerita (storytelling) merupakan produk seni budaya kuno. Hampir semua suku bangsa di dunia memiliki tradisi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP A. Kesimpulan
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini berusaha melihat bagaimana konstruksi dalam film Samin VS Semen dan film Sikep Samin Semen bekerja. Konstruksi ini dilihat melalui konsep yang ada di dalam film
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggabungkan antara unsur audio dan visual. Dengan adanya unsur tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah Media bagaikan nadi bagi manusia. Kehadirannya sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup manusia. Informasi yang biasa didapatkan dari media tidak hanya
Lebih terperinciII. METODOLOGI. A. Kerangka Berpikir Studi
II. METODOLOGI A. Kerangka Berpikir Studi Kerangka berpikir studi diatas merupakan tahap dari konsep berpikir penulis, berikut penjelasan secara singkat: 1. Passing note Judul dari film pendek yang diangkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat juga berasal dari komunikasi baik yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi menjadi komponen penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk memenuhi berbagai kebutuhan di setiap aspek kehidupan. Berkembangnya sebuah masyarakat
Lebih terperinci7 CONTOH PROGRAM INTERPRETASI: MENGENAL BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG
49 Teknik Interpretasi Untuk menyampaikan pesan yang berupa materi interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu kepada pengunjung dengan baik, maka diperlukan teknik interpretasi. Sesuai dengan penjelasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengabadikan sebuah fenomena yang terjadi di sekitar kita memang sudah umum dilakukan oleh semua orang. Hal ini dilakukan agar memiliki kenangan untuk mengingat kembali
Lebih terperinciModul ke: Produksi Berita TV. Wawancara Dalam Berita TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.
Modul ke: 09 Syaifuddin, Fakultas Ilmu Komunikasi Produksi Berita TV Wawancara Dalam Berita TV S.Sos, M.Si Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id Wawancara dalam Berita TV Wawancara dalam
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DATA. 4.1 Referensi karya. Penulis juga membuat studi banding dari beberapa buku Jakarta yang ada ditoko buku seperti :
BAB IV ANALISA DATA 4.1 Referensi karya Penulis juga membuat studi banding dari beberapa buku Jakarta yang ada ditoko buku seperti : Jelajah Masa Lalu Lewat Wisata Sejarah Gambar 3.3 Buku Jelajah Masa
Lebih terperinciKARAKTERISTIK MEDIA LUAR RUANG
KARAKTERISTIK MEDIA LUAR RUANG Dipresentasikan dalam Perkuliahan Perencanaan dan Penyusunan Program Media Informasi Rabu, 23 Mei 2012 Oleh : Ardiansyah Nim : 8508118070 Fathuroji Nim : 7607118074 Sekolah
Lebih terperinciBagan 3.1 Proses Berkarya Penulis
A. Pemilihan Ide Pengkaryaan BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN Lingkungan Pribadi Ide Lingkungan Sekitar Kontemplasi Stimulasi Sketsa Karya Proses Berkarya Apresiasi karya Karya Seni Bagan 3.1 Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi manusia. Manusia menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan pikirannya, baik yang dilakukan secara lisan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan media penerima suara dan gambar bergerak yang dapat menjangkau khalayak dalam jumlah besar dan dalam waktu yang bersamaan. Penggunaan elemen
Lebih terperinciBAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER
BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER A. TREATMENT TEMA Seni modern Performance art sebagai seni alternative yang tengah berkembang di Indonesia. IDE CERITA Penulis memilih genre dokumenter Ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan pariwisata di kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat semakin mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari padatnya pintu tol Pasteur sebagai
Lebih terperinciDasar- dasar Jurnalistik TV
Modul ke: 11Fakultas FIKOM Dasar- dasar Jurnalistik TV TIM LIPUTAN BERITA Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan TIM LIPUTAN BERITA Kegiatan peliputan berita di lapangan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia secara formal mencakup pengetahuan kebahasaan dan keterampilan berbahasa. Pengetahuan kebahasaan meliputi pembelajaran mengenai asal-usul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan kota metropolitan yang sangat padat penduduknya. Penduduknya bukan hanya berasal dari asli Jakarta saja yang ada disana, tetapi dari luar pulau bahkan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN KARYA
BAB IV TINJAUAN KARYA 4. 1 Karya Mirror-mirror on the wall who s the prettiest of them all Gambar 4.1 (Sumber : dokumentasi pribadi) Judul : Mirror- mirror on the wall who s the prettiest of them all Tehnik
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP DESAIN. maupun tidak langsung. Unsur-unsur yang merupakan persyaratan. Orang yang menyampaikan pesan kepada orang lain.
35 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1. Landasan Teori 4.1.1. Teori Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari komunikator atau sumber kepada komunikan yang dapat disampaikan secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB 4 METODE PERANCANGAN
BAB 4 METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Komunikasi 4.1.1 Fakta Kunci 1. Bagaimana membuat animasi edukasi yang menarik mengingat banyaknya anak muda yang lebi menyukai animasi yang tidak bersifat edukasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan salah satu unsur utama dalam segala kegiatan kehidupan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. Komunikasi sangat erat kaitannya dengan segala
Lebih terperinciJohn Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925).
John Grierson pertama-tama menemukan istilah dokumenter dalam suatu pembahasan mengenai film karya Robert Flaherty, Moana (1925). Dia mengacu pada kemampuan suatu media untuk menghasilkan dokumen visual
Lebih terperinciCREATIVE THINKING. Mencari dan Menemukan Ide Cerita. Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Modul ke: Fakultas FIKOM. Program Studi Penyiaran
CREATIVE THINKING Modul ke: Mencari dan Menemukan Ide Cerita Fakultas FIKOM Drs. Moh. Hafizni, M.I.Kom. Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Menggali Ide Cerita Ide atau gagasan yang baik merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cukup efektif dalam menyampaikan suatu informasi. potret) atau untuk gambar positif (yang di mainkan di bioskop).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film merupakan salah satu media massa yang digunakan sebagai sarana hiburan. Selain itu film berperan sebagai sarana modern yang digunakan untuk menyebarkan informasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan ini merupakan keterampilan yang tidak lagi dipahami hanya sekedar
Lebih terperinciBAB III TEKNIK PRODUKSI
BAB III TEKNIK PRODUKSI 3.1 Rencana Pra Produksi Dalam membuat tayangan dokumenter Terjajah Keadaan dibuat daftar keinginan (wish list) untuk mempermudah pembuatan tayangan film documenter. 3.1.1 Para
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya atau kebudayaan merupakan identitas suatu bangsa. Identitas ini yang membedakan kebiasaan, sifat, dan karya-karya seni yang dihasilkan. Indonesia memiliki berbagai
Lebih terperinciBAB III Strategi Perancangan dan Konsep Visual
BAB III Strategi Perancangan dan Konsep Visual 3.1 Strategi Perancangan 3.1.1 Strategi Komunikasi Strategi komunikasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui media gambar. Karena
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Program Urban Street Food merupakan program feature yang sudah ada di televisi saat ini. Program Urban Street Food merupakan program food & travel yang dikemas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin berkembang pesat dengan adanya sarana media pendidikan dan hiburan yang lebih banyak menggunakan media
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, masyarakat lebih moderen ditandai dengan adanya perkembangan teknologi secara besar-besaran. Komunikasi manusia tidak mengenal jarak
Lebih terperinci