7 CONTOH PROGRAM INTERPRETASI: MENGENAL BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "7 CONTOH PROGRAM INTERPRETASI: MENGENAL BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG"

Transkripsi

1 49 Teknik Interpretasi Untuk menyampaikan pesan yang berupa materi interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu kepada pengunjung dengan baik, maka diperlukan teknik interpretasi. Sesuai dengan penjelasan Sharpe (1982), maka teknik interpretasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan/materi interpretasi di Saung Angklung Udjo terdiri dari dua teknik yaitu (1) Teknik secara langsung (attended service), dan (2) Teknik secara tidak langsung (unattended service). 1. Teknik secara langsung (attended service) Penyampaian materi interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu kepada pengunjung dilakukan secara langsung oleh seorang interpreter (guide) yang telah ditunjuk oleh pihak pengelola Saung Angklung Udjo. Interpreter tersebut bertugas memberikan penjelasan mengenai obyek interpretasi dengan berdasarkan pada tema dan materi yang telah ditentukan sebelumnya sehingga pengunjung merasa tertarik terhadap obyek tersebut. Proses penyampaian informasi yang berupa materi ini berlangsung didekat obyek interpretasi, sehingga pengunjung dapat melihat dan merasakan obyek seperti bambu dan angklung secara langsung. Pada saat dibutuhkan, interpreter akan mendemonstrasikan suatu aktifitas seperti memainkan angklung, mengidentifikasi jenis bambu dengan indera peraba dan penciuman. Pengunjung juga diberi kesempatan untuk mempraktekkan apa yang telah dijelaskan dan diperagakan oleh interpreter tersebut. Dalam proses komunikasi ini, juga diselingi dengan tanya jawab dan diskusi. Pengunjung yang tertarik, biasanya akan menanyakan sesuatu yang belum diketahui dan ingin penjelasan yang lebih detil. Khusus pada program pertunjukan bambu, interpreter juga bertugas sebagai pembawa acara (host) yang memandu acara pertunjukan dari awal sampai akhir pertunjukan. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, karena pengunjung bukan hanya berasal dari dalam negeri, namun juga berasal dari luar negeri. 2. Teknik secara tidak langsung (unattended service) Teknik penyampaian informasi/ materi interpretasi secara tidak langsung (unattended service) juga dilakukan di Saung Angklung Udjo. Penyampaian materi dilakukan tanpa kehadiran interpreter, namun dengan menggunakan alat bantu yang berupa media atau sarana interpretasi dalam memperkenalkan obyek interpretasi (Pradini 2002). Media atau sarana interpretasi yang digunakan adalah papan informasi, papan tanda atau penunjuk arah, peta interpretasi, video, galeri foto, website, dan leaflet serta booklet yang berisi materi interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu. 7 CONTOH PROGRAM INTERPRETASI: MENGENAL BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG Dari perencanaan interpretasi yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka ditentukan dan dipilih sebanyak 2 (dua) contoh program interpretasi prioritas dalam rangka interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu sebagai bahan baku utama pembuatan Angklung di Saung Angklung Udjo. Program interpretasi tersebut adalah (1) program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung, dan (2) program pengenalan jenis dan karakteristik bambu

2 50 yang menjadi bahan baku utama pembuatan Angklung. Target audiensi program adalah pengunjung yang datang ke Saung Angklung Udjo. Program Pengenalan Bambu sebagai Bahan Baku Angklung Program interpretasi yang menjadi prioritas di Saung Angklung Udjo adalah program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung. Program interpretasi ini akan dijelaskan dalam bentuk tabel, uraian deskriptif, visualisasi gambar, serta video interaktif. Judul Program Teknik Target Durasi Lokasi Topik/ Obyek : Mengenal Bambu Sebagai Bahan Baku Utama Angklung : Interpretasi secara langsung : Interpretive Talk and Workshop : Pengunjung (untuk semua umur) : 30 Menit : Ruang Produksi Angklung : Sumber Daya Bambu dan Angklung Tema : Bambu sebagai bahan baku utama pembuatan angklung Pesan/ Materi : Bambu dalam Angklung : Morfologi Angklung : Bagian-bagian Angklung Bahan baku pada setiap bagian Angklung Jenis bambu yang menjadi bahan baku utama Angklung Tujuan Sasaran : Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman pengunjung mengenai bambu dan angklung. : Pengunjung mengetahui jenis-jenis bambu yang menjadi bahan baku angklung Pengunjung bisa merasakan pengalaman secara langsung proses pembuatan angklung Pengunjung mengerti dan memahami pentingnya konservasi bambu Program interpretasi ini dilakukan di ruang produksi yaitu pusat produksi angklung, dengan pemanduan seorang petugas (pegawai) yang disediakan oleh pihak pengelola Saung Angklung Udjo. Dalam program interpretasi ini, petugas berperan sebagai interpreter sekaligus memandu pengunjung yang datang ke Saung Angklung Udjo. Bandung. Materi utama yang menjadi pesan dalam program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung ini adalah informasi mengenai bagian-bagian Angklung yang berasal dari bambu sebagai bahan baku utama pembuatan Angklung. Secara ringkas, skenario cerita program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung di Saung Angklung Udjo tersaji pada Tabel 7 di bawah ini.

3 51 Tabel 7 Skenario Cerita No Kegiatan Lokasi/ Ruang Durasi Waktu 1 Kedatangan pengunjung di SAU Pintu Gerbang - 2 Pengunjung Berkumpul Area Parkir - 3 Perkenalan Interpreter dan Peserta Ruang Penerimaan/ Pusat Informasi 10 Menit 4 Pemaparan Materi, Workshop dan Diskusi 20 menit Jumlah Durasi 30 Menit Arah program interpretasi (interpretive direction) dan skema alur pengunjung dalam program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung (Gambar 32 dan Gambar 33) menunjukan bahwa program ini merupakan salah satu dari beberapa program yang ada di Saung Angklung Udjo. Masuk Masuk (Entry) Media Mengetahui & Memahami Interpretasi &Experience Interpreter Bambu & Angklung Pengetahuan & Kesadaran meningkat Kesadaran (Awarness) Keluar (out) Pengetahuan (Knowledge) Komitmen Gambar 32 Arah program interpretasi (interpretive direction)

4 52 Gambar 33 Skema program interpretasi

5 Dari uraian dan penjelasan gambar di atas, maka skenario cerita dalam program pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung ini adalah sebagai berikut : 1. Pengunjung masuk ke dalam kawasan Saung Angklung Udjo melalui pintu gerbang utama. 2. Pengunjung berkumpul di area parkir mempersiapkan diri untuk menuju ruang penerimaan 3. Seorang petugas menyambut kedatangan pengunjung. Dengan panduan petugas SAU, pengunjung menuju ke Pusat Informasi dan memilih program interpretasi/ paket wisata. Petugas SAU dan pengunjung melakukan komunikasi dan perkenalan, petugas mendata identitas, jumlah dan asal pengunjung. Petugas SAU memberikan informasi mengenai program interpretasi yang ada di SAU, pengunjung menerima penjelasan secara lisan dari petugas/ pemandu. Aktifitas ini berlangsung selama kurang lebih 10 menit. Setelah menerima informasi, pengunjung memilih paket wisata di SAU. Salah satu paket wisata yang telah dipilih oleh pengunjung adalah program interpretasi pengenalan sumber daya bambu sebagai bahan baku angklung. Dengan dipandu oleh petugas SAU, pengunjung berjalan menuju ke ruang produksi Angklung. 4. Program interpretasi pengenalan bambu sebagai bahan baku Angklung berlangsung di ruang produksi Angklung. Pengunjung menuju ke ruang produksi Angklung dengan berjalan kaki. Selama perjalanan yang membutuhkan waktu kurang lebih 2 menit, pengunjung menikmati suasana area Saung Angklung Udjo yang sejuk dan asri, pengunjung bisa melihat tata hijau tanaman bambu yang tumbuh di area Saung Angklung Udjo. Setelah tiba di ruang produksi Angklung, pengunjung bisa melihat secara langsung proses perakitan kerangka angklung dan pengecekan serta pengemasan/ pengepakan Angklung yang siap dipasarkan. Program interpretasi pengenalan sumber daya bambu sebagai bahan baku Angklung dimulai dengan pemaparan yang dilakukan oleh seorang pemandu yang sekaligus bertugas sebagai interpreter. Interpreter menggunakan teknik secara langsung (attended service). Tema program interpretasinya adalah Bambu sebagai bahan baku utama pembuatan Angklung. Materi interpretasi disampaikan secara lisan (pemaparan) oleh interpreter kepada pengunjung. Materi tersebut berupa Bambu dalam Angklung: Morfologi Angklung: Bagian-bagian Angklung Bahan baku pada setiap bagian Angklung, Jenis bambu yang menjadi bahan baku utama Angklung Pemaparan materi interpretasi oleh interpreter dilakukan secara informal dan dengan bahasa yang komunikatif seperti layaknya kedua pihak sedang bercakap-cakap. Pengunjung bisa langsung bertanya bila ada sesuatu yang belum dia mengerti. Aktifitas ini berlangsung selama kurang lebih 20 menit. Dalam melaksanakan interpretasi ini, petugas menggunakan obyek yang berupa Angklung secara langsung untuk memperkenalkan alat musik Angklung dan bahan baku pembuatan Angklung. Setelah selesai memberikan pemaparan, petugas memberikan waktu untuk diskusi. Diskusi dilakukan dengan tanya jawab, dimana pengunjung dapat mengajukan pertanyaan yang kemudian akan dijawab dan dijelaskan oleh petugas. Selain itu, pengunjung juga bisa mendapatkan informasi dengan membaca papan informasi yang ada di area. 53

6 54 Angklung terdiri dari beberapa bagian : 1. Tabung sora yang terdiri dari 2 Tabung a. Tabung kecil terletak di sebelah kiri dan, b. Tabung besar yang berada di sebelah kanan 2. Ancak yaitu bagian rangka Angklung yang dibagi menjadi beberapa bagian : c. Jejer bagian dari ancak (rangka angklung) d. Tabung dasar (bawah) e. Palang Gantung sebagai penyangga tabung sora Gambar 34 Morfologi Angklung Sumber Daya Bambu : 1. Bambu Gombong Tali pengikat, terbuat dari Rotan Sumber Daya Bambu : 2. Bambu Temen 3. Bambu Gombong Sumber Daya Bambu : 4. Bambu Hitam 5. Bambu Tali Sumber Daya Bambu : 6. Bambu Hitam 7. Bambu Tali Gambar 35 Jenis Bambu sebagai Bahan Baku Angklung

7 Dalam pemaparan materi interpretasi (interpretive talk) yang berupa bagian-bagian Angklung, interpreter menggunakan dan memperagakan bagianbagian Angklung secara langsung agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima dan dipahami oleh pengunjung secara mudah. Selama berlangsungnya pemaparan, pengunjung juga diberi kesempatan untuk memegang langsung obyek Angklung, sambil mendengarkan penjelasan dari interpreter. Penjelasan bagianbagian Angklung oleh interpreter, diikuti pemaparan dan penjelasan bahan baku sebagai bahan baku utama pembuatan Angklung (Gambar 34 dan Gambar 35). Pada program interpretasi ini, fokus penyampaian materi atau pesan interpretasi dititikberatkan pada jenis-jenis bambu yang menjadi bahan dasar/baku dari bagian-bagian Angklung tersebut. Setelah pemaparan selesai dilakukan, diharapkan pengunjung senang dan memahami mengenai sumber daya bambu yang menjadi bahan dasar pembuatan Angklung. Pengunjung dapat melakukan pengamatan terhadap para pekerja yang sedang merakit dan mengecek Angklung di dalam workshop pembuatan Angklung, bahkan pengunjung diperbolehkan untuk mencoba melakukan aktifitas pembuatan angklung, sambil mengamati bambu yang siap dirakit menjadi angklung. Selanjutnya pengunjung dapat meninggalkan lokasi (ruang produksi Angklung) untuk mengikuti aktifitas/program-program yang lainnya. Dengan membawa informasi dan mendapatkan pengalaman dan pengetahuan baru, pengunjung kembali ke tempat istirahat dan melihat ruang display lain. Pengunjung yang merasa senang dan puas, tentu akan menginformasikan pengalaman dan pengetahuannya ke teman-temannya yang lain atau masyarakat lainnya. Kegiatan interpretasi lain ialah membedakan bambu yang baru di panen dengan bambu yang siap untuk untuk diproses menjadi angklung. Dalam kegiatan ini, pengunjung akan diajak untuk menggunakan indera peraba, penglihatan dan penciumannya dalam membedakan usia bambu seusai pemanenan. Bambu yang baru dipanen memiliki bau, warna, dan karakteristik yang khas. Kegiatan ini tentu memberi pengetahuan baru bagi pengunjung dalam mengenali bambu yang baru dan sudah lama dipanen. Ciri-ciri bambu yang dijadikan alat musik adalah bambu dengan usia yang relatif tua yang berkadar air rendah serta volume serat padat dan kompak (Nuriyatin 2000). Ciri tersebut mendukung proses perambatan getaran relatif konstan. Saung Angklung Udjo menjadi salah satu objek wisata yang sangat menarik pengunjung. Dengan perencanaan program interpretasi yang berjudul mengenal bambu sebagai bahan baku angklung, pengunjung dapat mengetahui dan mengenal lebih dalam mengenai bahan baku angklung. Di samping itu, pengunjung akan merasa senang dan puas serta mempunyai keinginan untuk datang lagi. Program interpretasi juga akan membentuk komitmen pengunjung untuk ikut memelihara dan melestarikan bambu dan angklung sehingga dapat bermanfaat bagi anak cucu di masa mendatang. Pengunjung juga akan menginformasikan pengalaman dan pengetahuannya ke teman-temannya yang lain atau masyarakat lainnya. Perencanaan interpretasi di Saung Angklung direncanakan sebagai berikut: 1. Pengunjung yang datang akan disambut dengan gemerisik rumpun bambu yang terletak di area parkir. Pengunjungkemudian dibagi menjadi kelompok dengan jumlah anggota 5-10 orang dengan didampingi oleh satu interpreter. 55

8 56 2.Seluruh kelompok akan diarahkan ke amphiteater yang sudah disiapkan sound system dan layar lebar. Pengunjung akan diputarkan film berdurasi 5-7 menit yang terdiri dari 5-7 slide. Slide pertama menggambarkan rumpun bambu dan filosofinya. Keistimewaan bambu sebagai tanaman yang tumbuh bergerombol, memperkuat akar terlebih dahulu sebelum menumbuhkan batang, tumbuh lurus ke atas dan memiliki sifat fleksibel namun kuat dipaparkan lewat slide presentasi. Slide kedua mendeskripsikan mengenai manfaat bambu dari akar hingga daun, kehidupan masyarakat yang tidak terlepas dari tanaman bambu dari mulai lahir hingga meninggal dunia. Slide ketiga menjelaskan mengenai filosofi angklung sehingga dinobatkan oleh Unesco sebagai World Heritage. Slide keempat menjelaskan proses pembuatan angklung secara singkat, dan slide kelima mendeskripsikan rusaknya hutan akibat pengambilan bambu di alam dan dengan menggunakan metode pemanenan tebang pilih. Dari perencanaan tersebut, pengunjung diajak untuk mengenal dan memahami bambu sebagai tanaman dan sebagai produk angklung. Konsep konservasi yang ditunjukkan lewat slide audio visual diharapkan mampu menggugah sikap pengunjung akan pentingnya pelestarian bambu sebagai salah satu perlindungan jenis bambu sebagai bahan baku angklung. Beberapa upaya konservasi bambu disampaikan di akhir presentasi untuk mengajak pengunjung terlibat secara langsung dalam program konservasi bambu. Program Pengenalan Jenis dan Karakteristik Bambu Sebagai Bahan Baku Angklung Program interpretasi berbasis konservasi sumber daya bambu sebagai bahan baku utama pembuatan Angklung yang menjadi prioritas di Saung Angklung Udjo adalah program pengenalan jenis dan karakteristik bambu sebagai bahan baku Angklung. Program interpretasi ini akan dijelaskan dalam bentuk tabel, uraian deskriptif, dan visualisasi gambar. Judul Program : Mengenal Jenis dan Karakteristik Bambu sebagai Bahan Baku Angklung Teknik : Interpretasi secara langsung dan tidak langsung Target : Pengunjung Saung Angklung Udjo (usia dewasa tahun) Durasi : 30 Menit Lokasi : Ruang Konservasi Bambu Topik/ Obyek : Sumber Daya Bambu Tema : 1. Karakteristik bambu merupakan tulang punggung (backbone) Saung Angkung Udjo 2. Konservasi sumber daya bambu Pesan/ Materi : Karakteristik bambu: Filosofi bambu Karakteristik bambu Sifat fisik dan mekanik bambu Jenis bambu yang menjadi bahan baku pembuatan angklung : tidak semua jenis bisa digunakan

9 57 Kondisi dan status bambu yang menjadi bahan baku pembuatan angklung Konservasi sumber daya bambu : Prinsip pengelolaan bambu Kebijakan konservasi bambu Upaya pelestarian bambu oleh SAU Arboretum bambu di SAU Pembibitan dan penanaman bambu di SAU Tujuan Sasaran : Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran (awareness) pengelola mengenai konservasi bambu. : Pengunjung mengetahui jenis-jenis bambu yang menjadi bahan baku angklung. Pengunjung mengerti, memahami dan menyadari pentingnya konservasi bambu. Pengunjung melakukan upaya konservasi sumber daya bambu. Program interpretasi ini dilaksanakan dengan menggunakan teknik langsung dan tidak langsung (unattended service) atau self guide interpretive. Teknik tidak langsung merupakan penyampaian materi yang dilakukan tanpa kehadiran interpreter, namun dengan menggunakan alat bantu yang berupa media atau sarana interpretasi dalam memperkenalkan obyek interpretasi. Media atau sarana interpretasi yang digunakan adalah papan informasi dan galeri foto dan poster, yang berisi materi jenis-jenis bambu yang menjadi bahan baku utama pembuatan Angklung dan konservasi sumber daya bambu. Media atau sarana interpretasi ini diletakkan pada kantor pengelola Saung Angklung Udjo, dipasang di depan rumpun bambu yang tumbuh di Saung Angklung Udjo sesuai kebutuhan. Dengan program interpretasi ini, diharapkan akan meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran (awareness) pengunjung mengenai konservasi bambu. Pengelola akan mencintai sumber daya bambu sehingga akan diikuti dengan upaya konservasi/ pelestarian sumber daya bambu yang menjadi tulang punggung usaha Saung Angklung Udjo. Pengunjung diajak menuju arboretum bambu dan diminta mendeskripsikan perbedaan antara bambu Hitam (G. atrovioalaceae), bambu Temen (G. atter), bambu Tali (G. Apus) dan Bambu Gombong (G. pseudiarundinaceae). Deskripsi bambu meliputi batang, ruas, daun, warna batang. Aktivitas untuk pengunjung anak-anak (usia <12 tahun) ialah meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotoriknya melalui: Permainan ilmiah : Mencocokkan gambar bambu Hitam, bambu Temen, Bambu Tali dan Bambu Gombong dengan kartu yang bertuliskan nama latin dari ketiga bambu tersebut Permainan lima perbedaan : menyebutkan lima perbedaan dari Bambu Hitam, Bambu Temen, Bambu Tali dan Bambu Gombong berdasarkan tipe daun, tipe buluh, warna buluh dan bentuk akar. Membuat herbarium daun Bambu dan mengkreasikan sehingga menjadi pembatas buku yang cantik.

6 PERENCANAAN INTERPRETASI BERBASIS KONSERVASI BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG

6 PERENCANAAN INTERPRETASI BERBASIS KONSERVASI BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG 44 6 PERENCANAAN INTERPRETASI BERBASIS KONSERVASI BAMBU SEBAGAI BAHAN BAKU ANGKLUNG Seperti yang disampaikan oleh Muscardo (1998) peran interpretasi dalam mendukung kegiatan wisata meliputi meningkatkan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi 21 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Saung Angklung Udjo, Jalan Padasuka 116, Bandung. Waktu penelitian dilakukan selama empat bulan yaitu mulai bulan Februari-Mei 2012.

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 31 Gambar 15 Buruan Sari Asih Beragam hewan ternak, unggas serta sarang belasan jenis burung liar terdapat di SAU. Anak-anak dapat belajar mengenali alam sekitar dengan beragam jenis hewan dan burung liar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Surapati No.92 Bandung. Rumah Angklung Bandung adalah tempat pembuatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Surapati No.92 Bandung. Rumah Angklung Bandung adalah tempat pembuatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Angklung Bandung yang berlokasi di Jl Surapati No.92 Bandung. Rumah Angklung Bandung adalah tempat pembuatan

Lebih terperinci

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN

STUDIO TUGAS AKHIR DOSEN PEMBIMBING : Dr. ANDI HARAPAN S., S.T., M.T. BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan provinsi yang sangat potensial dari segi sumber daya alam, sumber daya manusia, hingga keseniannya. Kesenian Jawa Barat sangat beraneka ragam,

Lebih terperinci

BAB VI DESAIN PERANCANGAN

BAB VI DESAIN PERANCANGAN BAB VI DESAIN PERANCANGAN 6.1 Identitas Proyek Desain perancangan Redesain Saung Angklung Udjo merupakan aset bagi wilayah kota Bandung pada umumnya dan khususnya bagi pemilik Objek wisata Saung Angklung

Lebih terperinci

Fighting Inequality for Better Growth

Fighting Inequality for Better Growth Panduan Sesi IDF 2017 Indonesia Development Forum 2017 Fighting Inequality for Better Growth Jakarta, 9-10 August 2017 PANDUAN SESI IDF 2017 Daftar Isi 1. Pembagian acara a. Sesi pleno b. Sesi parallel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) merupakan suatu kawasan hutan tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah dengan tujuan

Lebih terperinci

STUDI ORGANOLOGI INSTRUMEN ANGKLUNG DIATONIS BUATAN HANDIMAN DIRATMASASMITA

STUDI ORGANOLOGI INSTRUMEN ANGKLUNG DIATONIS BUATAN HANDIMAN DIRATMASASMITA STUDI ORGANOLOGI INSTRUMEN ANGKLUNG DIATONIS BUATAN HANDIMAN DIRATMASASMITA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Seni Musik Agustika

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN

Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Indonesia sebagai Negara Kepulauan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek 68 Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek KUESIONER UNTUK PENGUNJUNG Peneliti : Mega Haditia/E34080046 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB Selamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Angklung merupakan salah satu instrumen yang berasal dari tanah Sunda, Jawa Barat. Angklung merupakan salah satu instrumen tradisional yang berasal dari material Bambu.

Lebih terperinci

V. PAMERAN. A. Desain Final 1. Box Cover Pop-Up Book

V. PAMERAN. A. Desain Final 1. Box Cover Pop-Up Book V. PAMERAN A. Desain Final 1. Box Cover Pop-Up Book Dengan dijilid hardcover pewarnaan box cover disesuaikan dengan penggunaan warna dan elemen pada cover book, penggunaan warna kuning memberikan kesan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Interpretasi 2.1.1 Definisi dan Tujuan Interpretasi Tilden (1957) menyatakan bahwa interpretasi merupakan kegiatan edukatif yang sasarannya mengungkapkan pertalian makna,

Lebih terperinci

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya

BAB V A. KESIMPULAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya BAB V A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk penyusunan karya ilmiah ini, diperoleh beberapa kesimpulan yang dapat memberikan jawaban terhadap pertanyaan penelitian, akan diuraikan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Saung Angklung Udjo (SAU) Di tahun 50-an, ada sebuah keluarga yang menempati kawasan Jalan Padasuka Bandung, bapak Udjo Ngalagena (alm) dan istri ibu Uum Sumiati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berwisata ke museum selain bertujuan untuk berlibur juga dapat menambah ilmu pengetahuan sekaligus ikut menjaga pelestarian kekayaan budaya bangsa. Menurut situs kebudayaan.kemdikbud.go.id

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Angklung merupakan musik tradisional dari Jawa Barat yang cukup berpengaruh pada perkembangan musik di Indonesia. Angklung adalah alat musik tradisional yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 88 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan dari seluruh uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal terkait dengan hasil penelitian ini sebagai berikut : 1. Dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran musik bisa didapat melalui jalur formal, non formal

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran musik bisa didapat melalui jalur formal, non formal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses berlangsungnya interaksi antara guru dan siswa dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Dalam pembelajaran

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar 6.2. Konsep Pengembangan Fungsi Pendidikan 116 VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan laboratorium lapang PPDF sebagai tempat praktikum santri sesuai dengan mata pelajaran yang diberikan dan juga dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan industri pariwisata saat ini terbilang sangat cepat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya jumlah wisatawan yang melakukan perjalanan wisata.

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa

BAB 6 HASIL PERANCANGAN. konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi jawa BAB 6 HASIL PERANCANGAN 6.1. Hasil Perancangan Hasil perancangan Pusat Seni dan Kerajinan Arek di Kota Batu adalah penerapan konsep Hibridisasi arsitektur candi zaman Isana sampai Rajasa, adalah candi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dan Pariwisata merupakan dua kegiatan yang saling memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Dalam konteks pariwisata telah menjadi atraksi atau daya tarik wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Angklung adalah salah satu alat musik yang tumbuh dan berkembang di kalangan masyarakat Sunda. Alat musik ini terbuat dari bahan baku tanaman bambu. Namun tidak semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kesenian. Salah satunya adalah angklung. Angklung adalah kesenian yang berupa alat musik tradisional. Angklung

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN. 3.1 Strategi Promosi

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN. 3.1 Strategi Promosi BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP IKLAN 3.1 Strategi Promosi Pada perancangan promosi wisata edukasi Saung Angklung Udjo ini menggunakan strategi pendekatan pada konsumen yaitu dengan suatu pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Sebagian besar lokasi penelitian dilakukan di kediaman Bapak Ganda sebagai narasumber utama dalam penelitian kesenian kohkol cangkilung

Lebih terperinci

Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, Bale Angklung Bandung Jl. Surapati no. 95, Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, Bale Angklung Bandung Jl. Surapati no. 95, Bandung, Jawa Barat, Indonesia Pengujian Karakteristik dan Kualitas Bambu Temen Hitam (Gigantochloa Atroviolacea Widjaja) Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Kuningan sebagai Bahan Baku Angklung Eko Mursito Budi 1a), Estiyanti Ekawati

Lebih terperinci

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH PENGERTIAN MEDIA Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar Media

Lebih terperinci

TEKNIK PENGGUNAAN MEDIA SAAT MEMFASILITASI PEMBELAJARAN

TEKNIK PENGGUNAAN MEDIA SAAT MEMFASILITASI PEMBELAJARAN PEMBELAJARAN 1 43 1 44 BAB 2 Teknik Penggunaan Media Saat Memfasilitasi Pembelajaran BERDASAR MODEL KOMUNIKASI Media Komunikasi Konvensional Media adalah saluran ( medium ) untuk menyampaikan informasi

Lebih terperinci

Judul... i Halaman Pengesahan... ii Prakata... ii Pernyataan Keaslian... iii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... v Daftar Tabel... vi Abstrak...

Judul... i Halaman Pengesahan... ii Prakata... ii Pernyataan Keaslian... iii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... v Daftar Tabel... vi Abstrak... DAFTAR ISI Judul... i Halaman Pengesahan... ii Prakata... ii Pernyataan Keaslian... iii Daftar Isi... iv Daftar Gambar... v Daftar Tabel... vi Abstrak... vii BAB I: PENDAHULUAN... 1 1.1 Judul... 1 1.2

Lebih terperinci

PROGRAM WISATA. Topik: Pinus. Topik : Sengon. Tema: mengenal dan memahami cara menyadap pinus dan kegunaannya di kawasan SEETF

PROGRAM WISATA. Topik: Pinus. Topik : Sengon. Tema: mengenal dan memahami cara menyadap pinus dan kegunaannya di kawasan SEETF LOKASI PROGRAM PROGRAM WISATA 1 2 Topik: Pinus Topik : Sengon Tema: mengenal dan memahami cara menyadap pinus dan kegunaannya di kawasan SEETF Tema : Mengenal Sengon, Manfaat dan Menanamnya TUJUAN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Dasar Perancangan Perancangan Wisata Bahari Di Pantai Boom Tuban ini merupakan sebuah rancangan arsitektur yang didasarkan oleh tema Extending Tradition khususnya yaitu dari

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Rumusan konsep ini merupakan dasar yang digunakan sebagai acuan pada desain studio akhir. Konsep ini disusun dari hasil analisis penulis dari tinjauan pustaka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang ini, seni dan budaya tradisional sering kali menjadi topik yang terlupakan di kalangan masyarakat Indonesia. Akibatnya, tidak sedikit

Lebih terperinci

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya

Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Potensi Tanaman Bambu di Tasikmalaya Pendahuluan Bambu adalah salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang potensial untuk mensubstitusi kayu bagi industri berbasis bahan baku kayu. Dengan adanya

Lebih terperinci

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK)

BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) BY: METTY VERASARI MENGENAL TIPE BELAJAR ANAK (AUDITORY, VISUAL, & KINESTETIK) MENGAPA PERLU IDENTIFIKASI BELAJAR ANAK??? Dengan mengenali gaya belajar anak maka : 1. Menciptakan cara belajar yang menyenangkan

Lebih terperinci

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak

V. KONSEP Konsep Dasar Perencanaan Tapak V. KONSEP 5.1. Konsep Dasar Perencanaan Tapak Konsep perencanaan pada tapak merupakan Konsep Wisata Sejarah Perkampungan Portugis di Kampung Tugu. Konsep ini dimaksudkan untuk membantu aktivitas interpretasi

Lebih terperinci

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data yang dilakukan secara ilmiah dengan tujuan dan fungsi tertentu. Cara ilmiah yang dilakukan dalam penelitian ini berdasarkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Interpretasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari

TINJAUAN PUSTAKA. Interpretasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Interpretasi Interpretasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang seni dalam memberikan penjelasan tentang suatu kawasan (flora, fauna, proses geologis

Lebih terperinci

BAB V KONSEP Traffic-coaster

BAB V KONSEP Traffic-coaster BAB V KONSEP Traffic-coaster Rumusan analisis permasalahan pada bab sebelumnya menyebutkan tiga kata kunci sebagai permasalahan utama dari perancangan taman lalu lintas ini, yaitu mix program, akses responsif

Lebih terperinci

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema

B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran 2. Isi (materi pembelajaran) a. Pengertian Tema B. Komponen-Komponen Perencanaan Pembelajaran 1. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran merupakan komponen yang pertama dalam perencanaan pembelajaran. Tujuan mengawali komponen yang lainnya. Mengapa

Lebih terperinci

TEKNIK MELATIH. PUSDIKLAT APARATUR KEMENKES RI Palembang, 5 s/d 8 Juli 2011

TEKNIK MELATIH. PUSDIKLAT APARATUR KEMENKES RI Palembang, 5 s/d 8 Juli 2011 TEKNIK MELATIH PUSDIKLAT APARATUR KEMENKES RI Palembang, 5 s/d 8 Juli 2011 TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Setelah mengikuti pembelajaran ini perserta mampu Mempraktikkan kegiatan menjadi fasilitator dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bandung merupakan salah satu kota yang terletak di dataran tinggi dan dikelilingi oleh pegunungan yang kaya akan keindahan alamnya, sehingga menjadikan Bandung sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang kepentingannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari bahasa. Bahasa merupakan sarana untuk berkomunikasi antarsesama manusia. Bahasa sebagai sarana komunikasi dapat berupa

Lebih terperinci

Desain Pameran Teater Musikal RAKSASA

Desain Pameran Teater Musikal RAKSASA Desain Pameran Teater Musikal RAKSASA DISPLAY ARTEFAK Pada suatu tempat, berupa meja display, akan ditampilkan produk-produk alat musik anak-anak yang tengah menjadi bahan workshop untuk menghasilkan bunyi-bunyi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1 PERANAN PRAKTIKAN CV. AKSEN GRAPHIC STUDIO memberikan kebebasan dalam mengembangkan peng-aplikasian ilmu desain yang telah diterima praktikan di universitas untuk dapat dipraktekkan

Lebih terperinci

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto

Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar. di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto Penggunaan Film Kartun Dalam Pengajaran Bahasa Arab Untuk Meningkatkan Kemampuan Mendengar di STIT (Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah) Uluwiyah Mojokerto (Studi Eksperimen) Resume Tesis Oleh : M.Saiful Bahri

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah didapat di lapangan, dan sebagaimana yang sudah diuraikan dalam pembahasan BAB IV, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

Belajar Pengukuran Sudut Sambil Bermain Jam Analog. Novita Sari

Belajar Pengukuran Sudut Sambil Bermain Jam Analog. Novita Sari Belajar Pengukuran Sudut Sambil Bermain Jam Analog Novita Sari e-mail : novita_sari14@ymail.com A. PENDAHULUAN Belajar matematika merupakan hal yang menyulitkan bagi sebagian siswa. Pernyataan ini tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Di Indonesia seni dan budaya merupakan salah satu media bagi masyarakat maupun perseorangan untuk saling berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya arus globalisasi

Lebih terperinci

BAB lll METODE PERANCANGAN. pengembangan dari sebuah ide. Metode yang dipakai dalam perancangan ini yaitu

BAB lll METODE PERANCANGAN. pengembangan dari sebuah ide. Metode yang dipakai dalam perancangan ini yaitu BAB lll METODE PERANCANGAN 3.1 Metode Perancangan Secara Umum Dalam proses perancangan diperlukan metode untuk mempermudah proses pengembangan dari sebuah ide. Metode yang dipakai dalam perancangan ini

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya

PERENCANAAN LANSKAP. Tata Ruang Wisata Budaya 87 PERENCANAAN LANSKAP Konsep Dasar Pengembangan Kawasan Konsep dasar pengembangan Candi Muara Takus sebagai situs arkeologis adalah menjaga kelestariannya melalui pengembangannya sebagai kawasan wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kembang adalah nama lain dari kota Bandung, kota Bandung dahulunya juga disebut dengan Paris Van Java. Karena terletak di dataran tinggi, Bandung dikenal

Lebih terperinci

BAB II KEGIATAN PPL. a. Persiapan di Universitas Negeri Yogyakarta 1) Orientasi Pembelajaran Mikro

BAB II KEGIATAN PPL. a. Persiapan di Universitas Negeri Yogyakarta 1) Orientasi Pembelajaran Mikro BAB II KEGIATAN PPL A. KEGIATAN PPL Rangkaian kegiatan PPL dimulai sejak mahasiswa di kampus sampai di SMA Negeri 7 Purworejo. Penyerahan mahasiswa di sekolah dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2014. Praktik

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL FILM DOKUMENTER KARINDING 3.1. STRATEGI KOMUNIKASI Media komunikasi visual, merupakan media yang tepat dan efektif dalam menyampaikan sebuah informasi. Keberhasilan

Lebih terperinci

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber Silabus SBK SD 15 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. 9.1. Mengidentifikasi jenis pada karya seni Jenis motif hias motif hias rupa nusantara pada karya daerah lain. seni rupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan saling membutuhkan satu sama lain, selain makhluk sosial manusia juga membutuhkan yang namanya

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Lokasi dan Letak Geografis Taman Rekreasi Kampoeng Wisata Cinangneng terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Lokasi ini berjarak 11 km dari Kota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan / Komunitas Video promosi ini ditujukan kepada calon pengunjung dan yang sudah pernah berkunjung ke TMII, dengan tujuan membuat pengunjung untuk tertarik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Keberagaman budaya inilah yang membuat Indonesia dikenal oleh negara-negara

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO Oleh : Firda Awal Gemilang 13306015 JURUSAN TEKNIK FISIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG BANDUNG 2010 DAFTAR ISI BAB I

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian 37 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Pada penelitian pengembangan ini dikembangkan modul pembelajaran fisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1. Bentuk Visual untuk Hari Ulang Tahun Kota Jakarta ke-485 Bentuk visual untuk Hari Ulang Tahun Kota Jakarta ke-485 ini tergolong kepada gaya desain Tactile. Dengan

Lebih terperinci

V. KONSEP PENGEMBANGAN

V. KONSEP PENGEMBANGAN 84 V. KONSEP PENGEMBANGAN 5.1. Pengembangan Wisata Sebagaimana telah tercantum dalam Perda Provinsi DI Yogyakarta No 11 tahun 2005 tentang pengelolaan Kawasan Cagar Budaya (KCB) dan Benda Cagar Budaya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data penelitian yang diperoleh adalah berupa data observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran dengan menggunakan Model Problem Based Learning dan pengamatan

Lebih terperinci

Cara Mempersiapkan Kegiatan Penyuluhan Pertanian

Cara Mempersiapkan Kegiatan Penyuluhan Pertanian Cara Mempersiapkan Kegiatan Penyuluhan Pertanian Oleh : Dandan Hendayana,SP (PPL Koordinator Kec.Cijati Cianjur) Memberikan penyuluhan kepada petani merupakan menu sehari hari yang tidak asing lagi bagi

Lebih terperinci

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk

VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk VI. KONSEP 6.1. Konsep Dasar Konsep dasar pada perencanaan kebun agrowisata Sindang Barang adalah kebun produksi tanaman budidaya IPB untuk ditunjukkan pada pengunjung sekaligus sebagai pusat produksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Cikampek, Kab. Karawang, Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama bulan

Lebih terperinci

2012, No BAB I PENDAHULUAN

2012, No BAB I PENDAHULUAN 2012, No.333 4 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR 27/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DI KABUPATEN/KOTA BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Multimedia Menurut (Munir, 2012) secara umum, multimedia berhubungan dengan penggunaan lebih dari satu macam media untuk menyajikan informasi. Misalnya, video musik adalah bentuk

Lebih terperinci

RANCANGAN VISUALISASI TEKNIK MEMAINKAN ANGKLUNG

RANCANGAN VISUALISASI TEKNIK MEMAINKAN ANGKLUNG RANCANGAN VISUALISASI TEKNIK MEMAINKAN ANGKLUNG Indry Mardiana 1) Shanti Herliani 2) 1,2) Teknik Informatika Universitas Pasundan Bandung Jl Setiabudhi 193 Bandung 40153 Email : mardiana.indry@mail.unpas.ac.id

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA BAB V KONSEP 5.1 KONSEP DASAR PERANCANGAN Dalam konsep perancangan Sekolah Tinggi Seni Teater ini, yang digunakan sebagai konsep dasar adalah INTERAKSI. Interaksi dapat diartikan sebuah bangunan yang dirancang

Lebih terperinci

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM HELMI SURYA 24006305 PARTISIPASI Proses di mana berbagai stakeholder mempengaruhi dan berbagi kontrol atas berbagai inisiatif pembangunan Proses dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN VI.1. KESIMPULAN Kegiatan pasar minggu pagi di kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada diminati oleh kalangan pelajar, mahasiswa, dan masyarakat luas sebagai sarana relaksasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan pernyataan Mari Elka Pengestu selaku Menteri Pariwisata Indonesia, selama beberapa tahun terakhir Indonesia mengalami peningkatan perekonomian dari sektor

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1. PENDAHULUAN Bab I menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan, ruang lingkup kajian, sumber data dan sistematika pembahasan dari seminar tugas akhir ini. 1.1 Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

PROFIL TOKOH. Berikut adalah hasil wawancara tim redaksi :

PROFIL TOKOH. Berikut adalah hasil wawancara tim redaksi : PROFIL TOKOH Ully Sigar Rusady merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup. Ully Sigar Rusady lahir di Garut pada tanggal 4 Januari 1952. Pekerjaan dan pengalaman Ully

Lebih terperinci

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG

2015 PERANAN MEDIA VISUAL TERHADAP DAYA TARIK WISATA DI MUSEUM GEOLOGI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daya tarik wisata berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009 merupakan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 174 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah Perpustakaan ITS Surabaya dan Perpustakaan UK Petra Surabaya melakukan pemanfaatan fungsi ruang yang

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية)

MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) MEDIA PEMBELAJARAN (الوسائل التعليمية) SKS : 2 SKS Dosen : Rovi in, M.Ag Semester : Ganjil Prodi : PBA 1 Guru profesional memiliki empat kompetensi, yaitu: pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 6/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian III. METODE PENELITIAN A. Setting Pengembangan Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan media instruksional berupa

Lebih terperinci

Sri Uchtiawati : Tanggung Jawab dan Kemandirian

Sri Uchtiawati : Tanggung Jawab dan Kemandirian 21 guru, selain mengajar, yakni mendidik.baik dalam paparan teori yang terkait dengan landasan pendidikan, tujuan pendidikan, fungsi dan jenjang pendidikan, serta memahami hakekat dari subyek pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bambu merupakan salah satu material lokal Indonesia yang sering. kita jumpai di lingkungan masyarakat. Namun dalam pemanfaatannya

BAB I PENDAHULUAN. Bambu merupakan salah satu material lokal Indonesia yang sering. kita jumpai di lingkungan masyarakat. Namun dalam pemanfaatannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Bambu merupakan salah satu material lokal Indonesia yang sering kita jumpai di lingkungan masyarakat. Namun dalam pemanfaatannya bambu kurang diminati oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR

KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR . KEMENTERIAN KEHUTANAN SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN BOGOR K E P U T U S A N KEPALA PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN Nomor : SK. 138/Dik-1/2010 T e n t a n g KURIKULUM

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar : keluarga dan klien

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar : keluarga dan klien SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) Topik : Cuci Tangan yang Baik dan Benar Pokok Bahasan : Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar Sasaran : keluarga dan klien Tempat : Ruang melati Hari / Tgl : Kamis, 6 Juni

Lebih terperinci

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli BAB V Pembangunan di Kabupaten Bangli Oleh: Dinas Pertanian, Perkebunan dan Perhutanan Kabupaten Bangli. Dewasa ini, permintaan kayu semakin meningkat, sementara kemampuan produksi kayu dari kawasan hutan

Lebih terperinci

TEKNIK FASILITASI PETANI

TEKNIK FASILITASI PETANI MODUL TEKNIK FASILITASI PETANI Teknik Fasilitasi Petani DEPARTEMEN PERTANIAN BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN PUSAT PENGEMBANGAN PENYULUHAN PERTANIAN 2 0 0 7 : TEKNIK FASILITASI PETANI

Lebih terperinci