Analisa Penyebab Terjadinya Upheaval buckling pada Pipeline 16" dan Corrective action

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisa Penyebab Terjadinya Upheaval buckling pada Pipeline 16" dan Corrective action"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Analisa Penyebab Terjadinya Upheaval buckling pada Pipeline 16" dan Corrective action Fahmi Fazlur Rahman, Wisnu Wardhana, Yoyok Setyo Hadiwidodo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya dosen_pembimbing@oe.its.ac.id Abstrak Pipeline adalah salah satu cara untuk mentransportasikan fluida dari satu tempat ke tempat lainnya. Pipeline 16 milik Joint Operating body Pertamina Petrochina (JOB PPEJ) dibangun melalui mayoritas daerah persawahan, agar tidak terganggu dengan aktifitas daratan maka Pipeline tersebut harus dikubur di dalam tanah, dalam kasus ini onshore pipeline 16 milik JOB PPEJ mengalami upheaval buckling, dimana sebuah segmen pipa sepanjang 74 m mengalami defleksi vertikal sebesar 120 m. Pada tugas akhir ini dilakukan analisis gaya dan tegangan yang bekerja pada pipa serta analisis corrective action atau repair. Ada beberapa penyebab dari terjadinya upheaval buckling antara lain karena faktor overtemperature atau faktor imperfection tanah.. Pemodelan dilakukan dengan software CAESAR 5.10 sedangkan untuk perhitungan tegangan dan gaya yang bekerja pada pipa menggunakan codes ASME B31.8 Gas Transsmission and Distribution Piping System dan dari hasil analisa menunjukkan dengan gaya aksial sebesar 1543 kn dan gaya friksi 913 kn, maka pipa tidak mampu lagi menahan gaya aksial kompresif ke atas, sehingga terjadilah upheaval buckling. Rekomendasi repair yang dilakukan ada 3, yaitu : expansion loop, movement pipeline, dan sectional repair method, dari pemodelan didapatkan bahwa repair dengan metode sectional repair lebih aman daripada metode lain nya. Kata Kunci Pipeline,Stress Analysis, Buckling,CAESAR 5.10, Corrective action. I. PENDAHULUAN Salah satu cara untuk mengalirkan fluida adalah dengan menggunakan pipeline. Pipeline sering digunakan karena penggunaan yang relatif mudah, efisien dan kemudahan dalam pengoperasian. Onshore pipeline memiliki fungsi utama sebagai penyalur hidrokarbon dari fasilitas offshore menuju darat dan atau fasilitas onshore menuju onshore lain. Onshore pipeline biasanya dipendam di bawah tanah agar terhindar dari aktivitas daratan, seperti aktivitas kegiatan manusia dan mengurangi beban eksternal pada pipa, serta untuk memenuhi keputusan menteri pertambangan dan energi nomor 38 tahun 1997, yang mengatur keselamatan kerja pipa penyalur minyak dan gas bumi. Selain itu, pipeline yang dipendam di bawah tanah akan mengurangi beban eksternal seperti angin dan aktivitas alam lainnya sehingga pipeline tidak mudah terganggu aktivitas alam (1). Pada saat pipa beroperasi maka pipa akan menerima beban tekanan internal dan beban termal dari fluida atau gas yang dialirkan oleh pipa. Kegagalan dalam bentuk buckling ini berupa deformasi tekukan yang bisa terjadi baik pada dinding pipa maupun pada seluruh bagian pipa. Deformasi yang terjadi secara global pada pipa hingga menyebabkan pipa mengalami lengkungan ke arah vertikal disebut sebagai mekanisme kegagalan dalam bentuk upheaval buckling. Pergerakan pipa ke arah atas akan ditahan oleh berat pada pipa itu sendiri, berat fluida yang ada di dalamnya dan juga berat timbunan tanah yang berada di atasnya atau gaya friksi dari tanah tersebut (2). Apabila gaya friksi tanah tidak mampu untuk menahan gaya aksia ke atas pada pipa, maka potensi terjadinya upheaval bucking akan semakin besar, karena faktor tersebut maka desain sistem instalasi dan operasi pipa haruslah mendukung agar fenomena buckling pada onshore pipeline dapat diminimalisir II. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian untuk tugas akhir ini, untuk lebih jelasnya dijabarkan sebagai berikut : A. Langkah Kerja A.1 Buckling Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan cermat dalam desain pipeline, seperti jenis fluida yang dialirkan, kemudian panjang pipeline, wilayah topografi yang dilalui pipa, dan lain-lain. Untuk menghasilkan suatu sistem transmisi pipeline yang maksimum, dan meminimalisir resiko terjadinya kegagalan pada sistem pipa, maka diperukan tinjauan ulang atau review dari beberapa aspek Fenomena upheaval buckling pada pipa yang dikubur di dalam tanah (buried pipeline) dapat dihindari dengan meningkatkan tahanan terhadap gaya ke atas seperti dengan menambah berat lapisan timbunan di atas pipa. Pencegahan dengan cara ini akan bekerja efektif jika dilakukan pada bagian pipa yang paling berpotensi untuk mengalami upheaval buckling. (3) Bagian bagian ini perlu ditemukan terlebih dahulu dan untuk setiap bagian perlu dilakukan perhitungan berapa berat timbunan tanah yang dibutuhkan. dalam kasus ini, onshore pipeline 16 milik JOB PPEJ mengalami upheaval buckling, dimana sebuah segmen pipa sepanjang 74 m mengalami

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) defleksi vertikal sebesar 120 m. Seperti yang terdapat dalam gambar 2 Gambar. 1. Upheaval Bucking pada pipeline 16 JOB PPEJ A.2 Analisis Tegangan Untuk mengetahui kelayakan operasi pada suatu sistem perpipaan diperlukan analisis tegangan pipa (pipe stress analysis), dimana hasil koreksi ini akan dikoreksi kembali terhadap aturan aturan yang ada dalam code disain pipa yang digunakan. A.2.1 Analisis Tegangan Ijin Metode perhitungan dan analisa tegangan tegangan yang mungkin bekerja pada sistem pipa telah diatur mengikuti code standar tertentu sesuai dengan operasi dan kondisi sistem pipa tersebut Dalam hal ini untuk pipa penyalur gas digunakan code standar ASME B Gas Transmission and Distributing Piping System. Selain itu juga akan digunakan code standar lain yang bersesuaian dengan kondisi internal dan eksternal sistem pipa. Sesuai dengan kode standar ASME B , maka terdapat batasan batasan besarnya tegangan bekerja yang diijinkan pada sistem pipa baik pada saat instalasi maupun pada saat pipa beroperasi. A.2.2 Analisis Hoop Stress Tegangan hoop atau tegangan gelung merupakan tegangan yang bekerja pada pipa dalam arah tangensial atau circumferentia (4) l. Besarnya tegangan ini tergantung pada besar tekanan internal dimana besarnya bervariasi terhadap tebal dinding pipa seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 (1) Tegangan hoop pada saat pipa beroperasi haruslah memenuhi kriteria tegangan hoop yang diijinkan sebagai berikut: (2) A.2.3 Analisis Tegangan Kompresif Pengaruh Thermal Perbedaan temperatur pada saat instalasi dan operasi pipeline menyebabkan timbulnya ekspansi termal dalam arah longitudinal pipa. Namun karena pipeline berada dalam kondisi yang disebut restrained pipeline, maka pipa tidak dapat mengalami ekspansi sehingga timbul tegangan tekan termal sebagai berikut: (3) A.2.4 Analisis Tegangan Longitudinal Restraint Pada pipa yang berada pada kondisi tertahan, maka akan timbul reaksi tegangan tarik akibat pengaruh Poisson dari tegangan hoop. Sebagaimana diketahui bahwa pengaruh Poisson menggambarkan rasio regangan yang terjadi pada arah melintang terhadap regangan pada arah longitudinal. Dengan kata lain, tegangan hoop akan menimbulkan pengaruh tegangan tarik Poisson pada arah longitudinal. Tegangan tarik longitudinal akibat pengaruh Poisson pada pipa kondisi tertahan adalah (5) S P = υ σ h (4) Melalui kedua komponen tegangan termal dan tegangan pengaruh Poisson ini,maka tegangan longitudinal pada pipa yang berada dalam kondisi restraint adalah: S L = υs h Eα (T 2 T 1 ) (5) Tegangan ini dikenal sebagai tegangan kompresif maksimum yang dapat terbentuk pada pipa dalam kondisi restraint. A.2.5 Analisis Tegangan Von Mises Tegangan tegangan yang bekerja pada arah yang berbeda beda pada pipa dapat dipandang secara menyeluruh dengan menggunakan hubungan von Mises sehingga diperoleh tegangan ekivalen von Mises sebagai berikut (6) : (6) Tegangan geser tangensial biasanya relatif kecil dibandingkan dengan tegangan tegangan lain yang bekerja sehingga dapat diabaikan dalam analisis selanjutnya, sehingga persamaan dapat direduksi menjadi : (7) Gambar. 2. Tegangan Hoop Stress Perhitungan tegangan hoop atau tegangan gelung akan mengikuti code standar ASME B sebagai berikut : Tegangan ekivalen pada saat pipa beroperasi haruslah memenuhi kriteri tegangan ekivalen yang diijinkan.tegangan ekivalen yang diijinkan didasarkan

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) pada kriteria code standar yang digunakan sebagai berikut : A.3 Analisis Gaya A.3.1 Analisis Gaya Aksial Sebagaimana telah diuraikan bahwa terjadinya upheaval buckling disebabkan oleh gaya aksial efektif yang bekerja pada sistem pipa. Gaya aksial efektif ini merupakan gaya yang bekerja pada sumbu pipa sehingga mendorong terjadinya defleksi secara global ke arah vertikal. Karena pipa diletakkan secara horizontal, maka gaya aksial yang terjadi pada pipa merupakan gaya yang terbentuk oleh tegangan longitudinal (6). Secara umum, gaya aksial sangat dipengaruhi oleh pengaruh ekspansi termal. Tegangan longitudinal kompresif akibat tekanan internal ini dinyatakan sebagai perbandingan luas penampang internal pipa dengan luas penampang baja, yaitu sebagai berikut : (9) Pada pipa yang tertahan, tegangan tegangan yang bekerja pada arah longitudinal, yaitu tegangan termal, tegangan Poisson, dan tegangan akibat tekanan internal akan menyebabkan gaya aksial pada pipa. Resultan gaya aksial efektif inilah yang menyebabkan pipa mengalami tekukan ke arah vertikal pipa. Resultan gaya aksial efektif pada pipa restraint adalah (7) : (8) F = PA i + υs h A s Eα (T 2 T 1 ) A s (10) Gaya aksial efektif ini merupakan driving force terjadinya upheaval buckling. Gaya aksial ini ditahan atau dilawan oleh gaya yang berlawanan arah. Gaya lawan ini berasal dari gaya friksi tanah serta berat pipa itu sendiri (7). Gaya friksi tanah merupakan gaya yang berasal dari hasil interaksi permukaan tanah dan permukaan pipa yang saling bersentuhan. Gaya friksi tanah berasal dari tanah yang menahan di sekeliling pipa dan tanah timbunan yang berada di atas pipa. A.3.2 Analisis Gaya Friksi Analisa dan perhitungan gaya friksi ini akan mengikuti code standar ASME B31.1 Power Piping Nonmandatory Appendix VII. Pada standar ini disediakan perhitungan gaya friksi yang bekerja pada sistem pipa penyalur yang berada dalam kondisi restraint atau tertahan. Besarnya gaya friksi tanah tergantung pada jenis tanah backfill yang digunakan serta ketinggian timbunan tanah di atas pipa. Selain itu juga terdapat pengaruh lebar trench pipa.besar gaya friksi tanah dan berat pipa dapat dinyatakan sebagai berikut: (11) Koefisien Friksi adalah rasio diantara gaya yang dibutuhkan untuk berpimdah sesi pada pipa dan merupakan gaya vertikal yang diterima pipa yang terpendam. Data koefisien friksi diberikan pada : A.3 Analisis Corrective action Ada beberapa rekomendasi dalam pengerjaan repair pipa atau corrective action nya,diantaranya : Memotong dan mengganti bagian pipa yang mengalami buckle, dilakukan movement atau penggeseran pipa ke arah lateral, atau pemasangan ekspansion loop A.3.1 Dilakukan Movement ke Arah Lateral Sebelum dilakukan penggeseran maka pipa harus ditentukan apakah masih aman atau tidak dalam mengalirkan fluida. Perhitungan ini dapat menggunakan codes pada API 1117 Movement of inservice pipeline. Perhitungan dari Movement of inservice pipeline adalah sebagai berikut : (12) A.3.1 Ekspansion Loop. Jika ekspansi tidak dapat diakomodasi langsung oleh pipa maka flexibilitas pada sistem pipa harus dibuat atau didisain hingga pipa tidak menerima langsung dampak dari ekspansi ini. Kondisi ini dapat diciptakan dengan cara memberikan tambahan perangkat pada sistem pipa. Salah satunya adalah dengan memberikan perangkat tambahan berupa loop pada sistem pipa. (8) Kriteria panjang loop yang dapat dipasang pada sebuah segmen pipa tergantung pada panjang segmen pipa dan besar defleksi yang harus diakomodasai oleh sistem loop. Secara matematis kriteria ini dapat dituliskan sebagai berikut (8) : (13) Parameter parameter kriteria pemasangan panjang loop in dapat diilustrasikan dengan Gambar 3 berikut : Gambar. 3. Ekspansion Loop III. Hasil dan Diskusi Pipa yang mulai dibangun pada bulan November 2011 ini mempunyai panjang ± 10,5 km, dan mengalirkan minyak crude oil dengan temperatur 270º dan tekanan maksimum 665 psi atau Mpa. Berdasarkan informasi dari warga sekitar dan hasil inspeksi lapangan ditemukan bahwa telah terjadi upheaval buckling dengan tinggi defleksi 120 m pada sepanjang 74 m segmen pipa. Sebelumnya, perencanaan pipa harus dirancang sedemikian rupa sehingga pipa dapat bertahan selama masa operasi dan memenuhi persyaratan

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) untuk instalasi. Data operasional serta instalasi akan mempengaruhi pipa secara struktural, seperti ketebalan pipa, sehingga pipa dapat bekerja optimal selama masa operasi A. Analisis Data Pipa Dari data yang diperoleh dari pihak PT JOB PPEJ diketahui bahwa pipa berada pada kondisi temperatur dan tekanan yang cukup tinggi, kondisi ini bisa mengakibatkan pipa dalam kondisi termal ekpansif, yang akan dibahas lebih lanjut kemudian. Tabel 3. Data Pipeline 16 JOB PPEJ (9) Parameter Nilai Diameter Pipa, Do 16 in 406,4 mm Ketebalan Pipa, t 0,669 in 16,66 mm Tekanan Internal Pipa 665 Psi Temperatur Desain 220 C 428 F Temperatur Instalasi 270 C 518 F Kelas Material Pipa SMYS Fluida Isi Seamless, ASTM A106 gr B psi Minyak Mentah (crude oil) Modulus Young 30 x 10 6 psi 207,000 MPa Rasio Poisson 0.3 Koefisien Termal Ekspansi Coating & Thickness 6.5 x 10-6 (in/in B. Analisis Data Tanah Seperti telah diketahui bahwa gaya aksial penyebab buckling ditahan oleh gaya friksi tanah serta berat total pipa. Pipa 16 milik JOB PPEJ yang terbentang dari jalur sukowati PAD A menuju Central Processing Area berada dalam kondisi terkubur dalam tanah sedalam 2m dengan jenis tanah clay / lempung. Tanah lempung mempunyai sifat permeabilitas yang rendah dan disertai kenaikan air kapiler yang tinggi, bersifat sangat kohesif dan proses konsolidasi yang lambat. F) 1.17 x 10-5 (mm/mm C) 3L Polyprpylene / 3-4 mm mempercepat terjadinya upheaval buckling pada pipa, dengan kondisi tanah yang lembek dan tidak padat maka tanah tidak memiliki atau berkurang nilai dari daya friksi tanah sebagai gaya yang menahan gaya aksial dari tekanan panas pada pipa, dimana analisis gaya gaya tersebut akan dibahas lebih lanjut pada bab ini. C. Analisis Tekanan Isi Pipa Disain tekanan isi pipa tentunya dirancang jauh lebih kecil daripada tekanan maksimum yang diijinkan. Namun dengan memperhitungkan tekanan maksimum yang diijinkan di dalam pipa terhadap ketebalan pipa, dapat diketahui profil kekuatan tebal pipa terhadap tekanan isi pipa. Dengan menggunakan persamaan ASME B 31.8 untuk disain pipa minyak berikut : (14) Maka diperoleh tekanan maksimum yang diijinkan bekerja pada tebal pipa mm adalah P = 51,67 MPa. Tekanan disain operasi (P = 4,93 MPa) masih jauh lebih kecil dari tekanan ini atau lebih kurang 10 kali lebih kecil dari tekanan maksimum yang diijinkan. Dapat diketahui bahwa dengan tebal pipa mm, pipa masih dapat menahan tekanan internal hingga MPa. Maka dengan tekanan operasi 4.93 MPa sistem pipa tidak akan mengalami kelebihan tekanan akibat tekanan fluida. D. Analisis Gaya Sedangkan gaya friksi tanah yang menahan gaya aksial kompresif pipa dipengaruhi oleh tekanan tanah yang bekerja pada pipa dan berat pipa itu sendiri dan isinya. Melalui hasil perhitungan dimana pipa tidak lagi berada dalam kondisi terpendam, maka diperol eh pula bahwa tidak akan ada tekanan tanah yang bekerja pada pipa. Gaya friksi tanah dalam kondisi ini dipengaruhi oleh berat pipa itu sendiri dan isinya serta friksi tanah di sekeliling pipa. Melalui hasil perhitungan dapat diketahui bahwa gaya berat pipa dan isinya jauh lebih kecil daripada gaya aksial kompresif pipa yang harus ditahan oleh gaya friksi tanah. Secara teoritis, hal ini tentunya akan menyebabkan sistem pipa mengalami buckling karena gaya aksial pipa yang sangat kompresif tidak dapat ditahan oleh gaya friksi tanah. D. Analisis Corrective action D.1. Analisis Pemodelan Awal (a) (b) Gambar. 4.(a) Gambar Tanah Lempung pada Pipeline JOB PPEJ (b) Gambar Pipa yang Muncul ke Permukaan Dari gambar 1 dan 2 dapat dilihat tanah lempung yang mengubur pipa tidak lagi dalam kondisi yang padat, tanah berada pada kondisi tak padat, lembek dan memiliki kadar air yang cukup tinggi. Kondisi tersebut akan semakin Pertama-tama pipeline dimodelkan sebagai pipa diatas tanah, titik awal pipa diberi node 10. Pada gambar 4.6, pipa dimodelkan sepanjang 10.6 km dengan node terakhir 50. Node 10 diasumsikan pipa berada di central processing area dan node 50 pipa berada di sumur sukowati Setelah pipeline dimodelkan seperti pada pipa diatas tanah, kemudian di konversikan ke pipa bawah tanah (buried pipe). Memiliki satu jenis soil model, hal ini berarti selama proses pemodelan maka

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) input dari data tanah yang digunakan tidak mengalami perubahan dan hanya memiliki 1 jenis data tanah sesuai kondisi dan data-data yang telah didapatkan dari JOB PPEJ Tuban-Jawa Timur. Gambar. 5. Stress Pada Pipa D. 2. Analisis Ekspansion Loop Berdasarkan perhitungan panjang loop yang dibutuhkan sistem pipa agar mampu mengakomodasi defleksi sebesar 50 cm, maka diperoleh panjang loop l = 11.4 m. Secara ilustratif dapat dilihat pada gambar 4.6 dimana pada bagian kaki mendatar memiliki panjang A = 1/5 l = 2.28 m dan masing masing panjang kaki B = 2/5 l = 4.56 m. sampai persiapan pekerjaan untuk repair tersebut selesai. Untuk keputusan repair harus dilakukan pengecekan terlebih dahulu dengan penggalian menggunakan excavator, dari pengecekan dapat diketahui apakah pipa mengalami dent atau tidak, apabila mengalami maka pipa harus dipotong karena akan menganggu jalan nya pig ketika pigging berlangsung. Selanjutnya pipeine akan digali di sisi luar bagian yang buckle agar bagian tersebut bisa diturunkan lagi dengan elevasi yang sama pada bagian pipa yang normal. Untuk rekomendasi ini, pipeline harus dinon-aktifkan untuk sementara waktu selama pekerjaan fisik berlangsung, pekerjaan persiapan harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum pipa di repair untuk menekan waktu agar pipeline tidak terlalu lama dalam kondisi non-aktif. Berdasarkan teori four span, nilai maksimum free span diantara support dapat diasumsikan sebagai (15) Dari perhitungan tersebut didapatkan nilai maksimum nya adalah 64,44 feet atau 19,64 m. Kesimpulan nya panjang trenching yang dibutuhkan untuk menerima defleksi vertikal yang diasumsikan 6,56 feet adalah 1137,2 feet atau 350 m. Kemudian pipeline harus disupport tiap 64,44 feet atau 19,64 m. Gambar. 6.Pemodelan Ekspansion Loop Pemasangan loop sepanjang 11.4 m pada sebuah segmen pipa sepanjang 20 m diharapkan buckling dengan defleksi 50 cm tidak akan terjadi. Namun keefektifan pencegahan buckling dengan cara memasang loop perlu dikaji kembali keberhasilannya mengingat banyak faktor faktor lain yang juga mempengaruhi terjadinya buckling atau justru timbul masalah operasi lain dengan kriteria pemasangan loop seperti yang disebutkan di atas. D. 3. Analisis Movement Pipa Sangat penting untuk memahami fenomena buckling agar bisa menganalisa permasalahan dan melakukan corrective action, upheaval buckling merupakan masalah yang banyak dialami oleh underground pipeline yang beroperasi pada temperatur dan tekanan yang tinggi. Untuk menentukan apakah pipeline masih aman atau tidak untuk mengalirkan fluida, maka bentuk deformasi dari pipeline yang mengalami buckle harus dianalisa. Dengan bentangan sepanjang 74 m dan ketinggian 2m, maka didapatkan radius of curvature 120 m, dengan curvature tersebut maka dapat dihitung bahwa regangan akibat compressive force sebesar 0,169%, dalam instalasi maksimum regangan yang diijinkan menurut DnV 1981 adalah 1% dari pertimbangan tersebut bisa disimpulkan bahwa pipeline masih aman untuk mengalirkan hydrocarbon Gambar. 7.Pemodelan Movement Pipa Dari hasil pemodelan setelah ditambahkan downforce dari nilai coating didapatkan displacement pipa senilai 189. D.4. Analisis Penggantian Pipa Sama halnya dengan rekomendasi movement, rekomendasi penggantian pipa pun harus dialakukan penonaktifan penyaluran fluida untuk sementara.pipa yang akan diganti Pipa akan diganti sepanjang 74 m, dengan material pipa yang sama, namun ditambahkan concrete block agar pipa tidak mengalami bukle kembali. Ada 2 metode dalam penggantian pipa, yaitu metode sectional repair dan replacement all. Dalam kasus ini dikarenakan hanya sepanjang 74 m dari 10,5 km pipa yang mengalami buckling, maka metode yang digunakan adalah metode sectional repair. Pipa yang diganti sepanjang 74 m, dipotong terlebih dahulu, sesuai contoh gambar 8 dan 9 berikut

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) Gambar. 8. Contoh Sectional Repair Kemudian setelah pipa selesai diganti, pipa di re coating dengan tujuan menambah downforce agar kejadian serupa tidak terjadi di tempat yang sama. 2. Melalui hasil perhitungan dapat diketahui bahwa gaya berat pipa dan isinya jauh lebih kecil daripada gaya aksial kompresif pipa yang harus ditahan oleh gaya friksi tanah. Secara teoritis, hal ini tentunya akan menyebabkan sistem pipa mengalami buckling karena gaya aksial pipa yang sangat kompresif tidak dapat ditahan oleh gaya friksi tanah. 3. Ada 2 parameter yang paling berpengaruh pada pipa mengalami buckling yaitu temperatur karena gaya aksial yang ditimbulkan dan imperfection tanah pada lokasi pipeline Ada 3 rekomendasi repair, yaitu : penggeseran atau movement, pemasangan ekspansion loop dan penggantian pipa yang mengalami buckling, perlu studi lebih lanjut untuk menentukan repair yang terbaik. Gambar. 9. Re coating Pipeline Metode ini memerlukan waktu hari, dengan biaya perhari nya $60,00. Jadi apabila dihitung dengan waktu maksimum 20 hari maka total cost nya adalah $1,200,000. Sedangkan analisis pergantian pipa dengan CAESAR maka pemodelan nya adalah : GAMBAR. 10. MODEL PIPA AWAL Dari hasil pemodelan setelah ditambahkan downforce dari nilai coating didapatkan displacement pipa senilai 189. DAFTAR PUSTAKA 1. Antaki,A,George Piping and Pipeline Engineering Design, Construction, Maintenance, Integrity, and Repair.USA 2. American Society of Mechanical Engineers (ASME).B Pipeline Transportation Systems for liquid Hydrocarbon and other liquids. USA. 3. American Society of Mechanical Engineers (ASME).B Power Piping Non- mandatory Appendix VII Procedures For The Design of Restrained Underground Piping.USA 4. Craig, Nash Upheaval buckling : A Practical Solution Using Hot Water Flushing Technique.Twenty second Annual Offshore Technology Conference.Houston 5. Det Norske Veritas (DNV).OS-F101. Submarine Pipeline System.Hovik, Norway: Veritasveien Carr,Malcolm Lateral Buckling and Pipeline Walking, a Challenge For Hot Pipelines. Offshore Pipeline Technology Conference.Amsterdam 7. Kanappan,Sam Introduction of Pipe Stress Analysis.ASME Press.Texas 8. Palmer,A.C Design of Submarine Pipelines Against Upheaval buckling.offshore Technology Conference.Texas 9. JOB PPEJ Engineering Document IV. KESIMPULAN/RINGKASAN. Berdasarkan hasil studi kasus dan analisis, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Berdasarkan kriteria tegangan ijin diperoleh bahwa tegangan longitudinal dan tegangan ekivalen yang bekerja pada pipa telah melebihi tegangan yang diijinkan. Hal ini menunjukkan bahwa pada temperatur operasi 270 C pipa akan mengalami kegagalan dalam bentuk deformasi plastis. Hal ini khususnya ditunjukkan oleh kriteria luluh von Misses dimana tegangan ekivalen sebesar 318 MPa telah melebihi tegangan ekivalen ijin sebesar 217 MPa.

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa

BAB IV PEMBAHASAN Analisis Tekanan Isi Pipa BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis studi kasus pada pipa penyalur yang dipendam di bawah tanah (onshore pipeline) yang telah mengalami upheaval buckling. Dari analisis ini nantinya

Lebih terperinci

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline Sidang Tugas Akhir Analisa Pemasangan Ekspansi Loop Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline HARIONO NRP. 4309 100 103 Dosen Pembimbing : 1. Dr. Ir. Handayanu, M.Sc 2. Yoyok Setyo H.,ST.MT.PhD

Lebih terperinci

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE

STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE 1 STUDI PARAMETER PENGARUH TEMPERATUR, KEDALAMAN TANAH, DAN TIPE TANAH TERHADAP TERJADINYA UPHEAVAL BUCKLING PADA BURRIED OFFSHORE PIPELINE Saiful Rizal 1), Yoyok S. Hadiwidodo. 2), dan Joswan J. Soedjono

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km

Gambar 3.1 Upheaval Buckling Pada Pipa Penyalur Minyak di Riau ± 21 km BAB III STUDI KASUS APANGAN 3.1. Umum Pada bab ini akan dilakukan studi kasus pada pipa penyalur minyak yang dipendam di bawa tana (onsore pipeline). Namun karena dibutukan untuk inspeksi keadaan pipa,

Lebih terperinci

Analisa Pemasangan Loop Ekspansi Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline

Analisa Pemasangan Loop Ekspansi Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-154 Analisa Pemasangan Loop Ekspansi Akibat Terjadinya Upheaval Buckling pada Onshore Pipeline Hariono, Handayanu, dan Yoyok

Lebih terperinci

Optimasi konfigurasi sudut elbow dengan metode field cold bend untuk pipa darat pada kondisi operasi

Optimasi konfigurasi sudut elbow dengan metode field cold bend untuk pipa darat pada kondisi operasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-10 1 Optimasi konfigurasi sudut elbow dengan metode field cold bend untuk pipa darat pada kondisi operasi Yopy Hendra P., Daniel M Rosyid, dan Yoyok S Hadiwidodo

Lebih terperinci

ANALISIS KASUS UPHEAVAL BUCKLING PADA ONSHORE PIPELINE

ANALISIS KASUS UPHEAVAL BUCKLING PADA ONSHORE PIPELINE ANALISIS KASUS UPHEAVAL BUCKLING PADA ONSHORE PIPELINE Diajukan untuk meraih gelar sarjana Teknik Metalurgi pada Program Studi Teknik Metalurgi Institut Teknologi Bandung TUGAS AKHIR Oleh: Depita Harahap

Lebih terperinci

Analisa Pemasangan Loop Ekspansi Akibat Terjadinya Upheaval Buckling Pada Onshore Pipeline

Analisa Pemasangan Loop Ekspansi Akibat Terjadinya Upheaval Buckling Pada Onshore Pipeline 1 Analisa Pemasangan Loop Ekspansi Akibat Terjadinya Upheaval Buckling Pada Onshore Pipeline Hariono, Handayanu, dan Yoyok S. Hadiwidodo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR

PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS PADA ONSHORE DESIGN JALUR PIPA BARU DARI CENTRAL PROCESSING AREA(CPA) JOB -PPEJ KE PALANG STATION DENGAN PENDEKATAN CAESAR II P3 PIPELINE STRESS ANALYSIS ON THE ONSHORE DESIGN

Lebih terperinci

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi

Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Korosi Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Korosi 1 Analisa Tegangan pada Pipa yang Memiliki Sumuran Berbentuk Limas dengan Variasi Kedalaman Muhammad S. Sholikhin, Imam Rochani, dan Yoyok S. Hadiwidodo Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan,

Lebih terperinci

ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT

ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT ABOVE WATER TIE IN DAN ANALISIS GLOBAL BUCKLING PADA PIPA BAWAH LAUT Diyan Gitawanti Pratiwi 1 Dosen Pembimbing : Rildova, Ph.D Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut

Lebih terperinci

NAJA HIMAWAN

NAJA HIMAWAN NAJA HIMAWAN 4306 100 093 Ir. Imam Rochani, M.Sc. Ir. Hasan Ikhwani, M.Sc. ANALISIS PERBANDINGAN PERANCANGAN PADA ONSHORE PIPELINE MENGGUNAKAN MATERIAL GLASS-REINFORCED POLYMER (GRP) DAN CARBON STEEL BERBASIS

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) 1 Analisa Peletakan Booster Pump pada Onshore Pipeline JOB PPEJ (Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java) Debrina

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa?

PENDAHULUAN PERUMUSAN MASALAH. Bagaimana pengaruh interaksi antar korosi terhadap tegangan pada pipa? PENDAHULUAN Korosi yang menyerang sebuah pipa akan berbeda kedalaman dan ukurannya Jarak antara korosi satu dengan yang lain juga akan mempengaruhi kondisi pipa. Dibutuhkan analisa lebih lanjut mengenai

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE

DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE DESAIN DAN ANALISIS FREE SPAN PIPELINE Nur Khusnul Hapsari 1 dan Rildova 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung 40132

Lebih terperinci

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline

Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline Bab V Analisis Tegangan, Fleksibilitas, Global Buckling dan Elekstrostatik GRP Pipeline 5.1 Analisis Tegangan dan Fleksibilitas Analisis tegangan dan fleksibilitas pipeline ini dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

Pipeline Stress Analysis Pada Onshore Design Jalur Pipa Baru Dari Central Processing Area (CPA) Ke Palang Station JOB PPEJ Dengan Pendekatan Caesar II

Pipeline Stress Analysis Pada Onshore Design Jalur Pipa Baru Dari Central Processing Area (CPA) Ke Palang Station JOB PPEJ Dengan Pendekatan Caesar II FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Telp. 031 599 4251 ext. 1102 Fax. 031 599 4757 Pipeline Stress Analysis Pada Onshore Design Jalur Pipa Baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk BAB I PENDAHULUAN Sistem Perpipaan merupakan bagian yang selalu ada dalam industri masa kini, misalnya industri gas dan pengilangan minyak. Salah satu cara untuk mentransportasikan fluida adalah dengan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13

Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI. 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa. 5th failure July 13 BAB II DASAR TEORI 2.1 Lokasi dan kondisi terjadinya kegagalan pada sistem pipa 4th failure February 13 1st failure March 07 5th failure July 13 2nd failure Oct 09 3rd failure Jan 11 Gambar 2.1 Riwayat

Lebih terperinci

Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692

Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692 Bab IV Analisis Perancangan Struktur GRP Pipeline Berdasarkan ISO 14692 4.1 Flowchart Perancangan GRP Pipeline Menurut ISO 14692-3 bagian 7.10 perancangan sistem perpipaan dengan menggunakan material komposit

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM OFFSHORE PIPELINE AKIBAT PENGARUH BEBAN ARUS DAN GELOMBANG LAUT DI PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN VI BALONGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA *Felix Wahyu

Lebih terperinci

ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA)

ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA) ANALISA PELETAKAN BOOSTER PUMP PADA ONSHORE PIPELINE JOB PPEJ (JOINT OPERATING BODY PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA) O l e h : D eb r i n a A l f i t r i Ke n t a n i a 4 3 1 0 1 0 0 0 7 9 D o s e n Pe

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1. Evaluasi Perhitungan Secara Manual 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : - Diameter luar pipa (Do)

Lebih terperinci

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE

ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE ANALISA KONFIGURASI PIPA BAWAH LAUT PADA ANOA EKSPANSION TEE Oleh: WIRA YUDHA NATA 4305 100 014 JURUSAN TEKNIK KELAUTAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010 ANALISA

Lebih terperinci

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN 3.1. Perhitungan Ketebalan Pipa (Thickness) Penentuan ketebalan pipa (thickness) adalah suatu proses dimana akan ditentukan schedule pipa yang akan digunakan. Diameter pipa

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-data Awal ( input ) untuk Caesar II Adapun parameter-parameter yang menjadi data masukan (di input) ke dalam program Caesar II sebagai data yang akan diproses

Lebih terperinci

DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH LAUT

DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH LAUT LABORATORIUM KEANDALAN DAN KESELAMATAN JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SIDANG HASIL P3 DESAIN BASIS DAN ANALISIS STABILITAS PIPA GAS BAWAH

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1. Evaluasi Perhitungan Secara Manual 1. Tegangan-tegangan utama maksimum pada pipa. Dari hasil perhitungan awal dapat diketahui data-data sebagai berikut : - Diameter luar pipa (Do)

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-249

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-249 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-249 Analisis On-Bottom Stability dan Local Buckling: Studi Kasus Pipa Bawah Laut dari Platform Ula Menuju Platform Uw Clinton

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II

TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II TUGAS AKHIR PIPELINE STRESS ANALYSIS TERHADAP TEGANGAN IJIN PADA PIPA GAS ONSHORE DARI TIE-IN SUBAN#13 KE SUBAN#2 DENGAN PENDEKATAN CAESAR II Diajukan sebagai syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik Strata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Perhitungan Untuk mendapatkan hasil perhitungan analisa tegangan pipa pada jalur pemipaan gas dapat diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus di bawah ini : Perhitungan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.3 Pemodelan pada Caesar 5.1 Pembuatan model dengan variasi tersebut langsung dibuat pada Caesar 5.1 mengingat bentuk yang ada adalah pipeline. 1. Pemodelan Hal-hal yang diperlukan dalam pemodelan pipeline

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE

OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE OPTIMASI DESAIN ELBOW PIPE PADA JARINGAN PIPA TRANSPORTASI MIGAS MILIK JOINT OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA (JOB P-PEJ) TUBAN DENGAN BERBASIS KEANDALAN S. M. Yusuf 1, D. M. Rosyid 2, H.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Data-Data Awal Analisa Tegangan Berikut ini data-data awal yang menjadi dasar dalam analisa tegangan ini baik untuk perhitungan secara manual maupun untuk data

Lebih terperinci

Ir. Imam Rochani, M,Sc. Prof. Ir. Soegiono

Ir. Imam Rochani, M,Sc. Prof. Ir. Soegiono Analisa Integritas Pipa milik Joint Operation Body Pertamina- Petrochina East Java saat Instalasi Oleh Alfariec Samudra Yudhanagara 4310 100 073 Dosen Pembimbing Ir. Imam Rochani, M,Sc. Prof. Ir. Soegiono

Lebih terperinci

DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK

DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK DESAIN TEGANGAN PADA JALUR PEMIPAAN GAS DENGAN PENDEKATAN PERANGKAT LUNAK Erinofiardi, Ahmad Fauzan Suryono, Arno Abdillah Jurusan Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu Jl. W.R. Supratman Kandang

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN LEPAS PANTAI UNTUK SPM 250,000 DWT

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN LEPAS PANTAI UNTUK SPM 250,000 DWT Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN PADA SISTEM PERPIPAAN LEPAS PANTAI UNTUK SPM 250,000 DWT *Toni Prahasto a, Djoeli Satrijo a, I Nyoman

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan

BAB VII PENUTUP Perancangan sistem perpipaan BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari hasil perancangan dan analisis tegangan sistem perpipaan sistem perpipaan berdasarkan standar ASME B 31.4 (studi kasus jalur perpipaan LPG dermaga Unit 68 ke tangki

Lebih terperinci

BAB. 1.1 Umum ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB. 1.1 Umum ANALISIS FREE SPAN PIPA BAWAH LAUT 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Umum Minyak bumi, gas alam, logam merupakan beberapa contoh sumberdaya mineral yang sangat penting dan dibutuhkan bagi manusia. Dan seperti yang kita ketahui, negara Indonesia merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA PROCESS LIQUID DARI VESSEL FLASH SEPARATOR KE CRUDE OIL PUMP MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir

Lebih terperinci

Prasetyo Muhardadi

Prasetyo Muhardadi ANALISA KEKUATAN SISA PIPELINE AKIBAT CORROSION BERBASIS KEANDALANDI PETROCHINA-PERTAMINA TUBAN Oleh: Prasetyo Muhardadi 4305 100 039 Dosen Pembimbing: 1.Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, PhD 2. Prof. Ir. Soegiono

Lebih terperinci

ANALISA STABILITAS SUBSEA CROSSING GAS PIPELINE DENGAN SUPPORT PIPA BERUPA CONCRETE MATTRESS DAN SLEEPER

ANALISA STABILITAS SUBSEA CROSSING GAS PIPELINE DENGAN SUPPORT PIPA BERUPA CONCRETE MATTRESS DAN SLEEPER ANALISA STABILITAS SUBSEA CROSSING GAS PIPELINE DENGAN SUPPORT PIPA BERUPA CONCRETE MATTRESS DAN SLEEPER (Studi Kasus Crossing Pipa South Sumatera West Java (SSWJ) milik PT.Perusahaan Gas Negara (Persero)

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG BAB

1.1 LATAR BELAKANG BAB BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam (SDA). Sebagian besar dari wilayah kepulauan Indonesia memiliki banyak cadangan minyak bumi dan

Lebih terperinci

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform

Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform Bab 3 Data Operasi Sistem Perpipaan pada Topside Platform Pada area pengeboran minyak dan gas bumi Lima, Laut Jawa milik British Petrolium, diketahui telah mengalami fenomena subsidence pada kedalaman

Lebih terperinci

Analisa Integritas Pipa Milik Joint Operation Body Saat Instalasi

Analisa Integritas Pipa Milik Joint Operation Body Saat Instalasi 1 Analisa Integritas Pipa Milik Joint Operation Body Saat Instalasi Alfaric Samudra Yudhanagara (1), Ir. Imam Rochani, M.Sc (2), Prof. Ir. Soegiono (3) Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut

Lebih terperinci

ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II

ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II ANALISA OVER STRESS PADA PIPA COOLING WATER SYSTEM MILIK PT. XXX DENGAN BANTUAN SOFTWARE CAESAR II TUGAS AKHIR Disusun guna memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. PERANCANGAN PIPELINE

BAB II DASAR TEORI 2.1. PERANCANGAN PIPELINE BAB II DASAR TEORI.1. PERANCANGAN PIPELINE Banyak faktor yang arus dipertimbangkan dalam pembuatan atau perancangan pipeline, seperti sifat dan jumla fluida yang dialirkan, panjang pipeline, wilaya yang

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR TEGANGAN PIPA DAN PENGENALAN CAESAR II

BAB II TEORI DASAR TEGANGAN PIPA DAN PENGENALAN CAESAR II BAB II TEORI DASAR TEGANGAN PIPA DAN PENGENALAN CAESAR II Dalam perancangan, analisa, maupun modifikasi suatu sistem perpipaan ada persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi khususnya kode standar yang

Lebih terperinci

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan.

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan. BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan dan Analisa Tegangan 4.1.1 Perhitungan Ketebalan Minimum Ketebalan pipa dapat berbeda-beda sesuai keadaan suatu sistem perpipaan. Perbedaan ketebalan pipa

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PELAKSANAAN Kerja praktek dilaksanakan pada tanggal 01 Februari 28 februari 2017 pada unit boiler PPSDM MIGAS Cepu Kabupaten Blora, Jawa tengah. 4.1.1 Tahapan kegiatan

Lebih terperinci

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II

Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II 1 Analisa Rancangan Pipe Support Sistem Perpipaan dari Pressure Vessel ke Air Condenser Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan CAESAR II Andis Dian Saputro dan Budi Agung Kurniawan Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA

PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA PERANCANGAN DAN ANALISA SISTEM PERPIPAAN PROCESS PLANT DENGAN METODE ELEMEN HINGGA *Hendri Hafid Firdaus 1, Djoeli Satrijo 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro 2

Lebih terperinci

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut

Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-168 Perancangan Konstruksi Turbin Angin di Atas Hybrid Energi Gelombang Laut Musfirotul Ula, Irfan Syarief Arief, Tony Bambang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Perhitungan Ketebalan Minimum ( Minimum Wall Thickess) Dari persamaan 2.13 perhitungan ketebalan minimum dapat dihitung dan persamaan 2.15 dan 2.16 untuk pipa bending

Lebih terperinci

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA

PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA PANDUAN PERHITUNGAN TEBAL PIPA 1.1 Alur Analisa Untuk mendesain sebuah pipa yang akan digunakan untuk moda distribusi, hal pertama yang perlu dilakukan adalah menghitung tebal pipa minimum yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Offshore Pipeline merupakan pipa sangat panjang yang berfungsi untuk mendistribusikan fluida (cair atau gas) antar bangunan anjungan lepas pantai ataupun dari bangunan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUMPULAN DATA Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan, pada penelitian ini parameter tanah dasar, tanah timbunan, dan geotekstil yang digunakan adalah

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bahan bakar fosil yang terdiri atas gas dan minyak bumi masih menjadi kebutuhan pokok yang belum tergantikan sebagai sumber energi dalam semua industri proses. Seiring

Lebih terperinci

Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan

Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan Bab 4 Pemodelan Sistem Perpipaan dan Analisis Tegangan Pada bab ini akan dilakukan pemodelan dan analisis tegangan sistem perpipaan pada topside platform. Pemodelan dilakukan berdasarkan gambar isometrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Sejak dahulu manusia sudah mengenal sistem perpipaan, namun penggunaan sistem dan bahannya masih sangat sederhana, untuk memenuhi kebutuhan mereka secara pribadi ataupun

Lebih terperinci

Optimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Kedalaman Laut dengan Local Buckling Check

Optimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Kedalaman Laut dengan Local Buckling Check 1 Optimasi Konfigurasi Sudut Stinger dan Kedalaman Laut dengan Local Buckling Check Desak Made Ayu, Daniel M. Rosyid, dan Hasan Ikhwani Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline

Bab III Data Perancangan GRP Pipeline Bab III Data Perancangan GRP Pipeline 3.2 Sistem Perpipaan Sistem perpipaan yang dirancang sebagai studi kasus pada tugas akhir ini adalah sistem perpipaan penyalur fluida cair yaitu crude dan well fluid

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out. Mulai BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Diagram Alir ( Flow Chart ) Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari free water knock out (FWKO) ke pump suction diberikan pada Gambar 3.1 Mulai Perumusan Masalah

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) G-189

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: ( Print) G-189 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G-189 Analisis On-Bottom Stability Offshore Pipeline pada Kondisi Operasi: Studi Kasus Platform SP menuju Platform B1C/B2c PT.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus

TUGAS AKHIR. Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus TUGAS AKHIR Analisa Kekuatan Sambungan Pipa Yang Menggunakan Expansion Joint Pada Sambungan Tegak Lurus Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pipa penyalur (pipeline) merupakan sarana yang banyak digunakan untuk mentransmisikan fluida pada industri minyak dan gas (migas). Penggunaannya cukup beragam, antara

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN PADA PIPA JOINT OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA ( JOB P-PEJ )BENGAWAN SOLO RIVER CROSSING

ANALISA KEANDALAN PADA PIPA JOINT OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA ( JOB P-PEJ )BENGAWAN SOLO RIVER CROSSING ANALISA KEANDALAN PADA PIPA JOINT OPERATING BODY PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA ( JOB P-PEJ )BENGAWAN SOLO RIVER CROSSING Oleh : Ardilla Dedy Pratama Dosen Pembimbing: 1. Ir.Imam Rochani, M.Sc 2. Yeyes

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-340 Analisa Pengaruh Variasi Tanggem Pada Pengelasan Pipa Carbon Steel Dengan Metode Pengelasan SMAW dan FCAW Terhadap Deformasi dan Tegangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN JALUR PIPA UAP PADA PROYEK PILOT PLANT Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Starta Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Abdul Latif

Lebih terperinci

ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT

ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT ANALISIS MID-POINT TIE-IN PADA PIPA BAWAH LAUT Mulyadi Maslan Hamzah (mmhamzah@gmail.com) Program Studi Magister Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl Ganesha

Lebih terperinci

ANALISIS ON-BOTTOM STABILITY PIPA BAWAH LAUT PADA KONDISI SLOPING SEABED

ANALISIS ON-BOTTOM STABILITY PIPA BAWAH LAUT PADA KONDISI SLOPING SEABED JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-11 1 ANALISIS ON-BOTTOM STABILITY PIPA BAWAH LAUT PADA KONDISI SLOPING SEABED Oktavianus Kriswidanto, Yoyok Setyo Hadiwidodo dan Imam Rochani Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Analisis Tekuk Lateral Pipa Gas Bawah Laut

Analisis Tekuk Lateral Pipa Gas Bawah Laut Hidayaturrohmah, Tawekal. ISSN 0853-2982 Jurnal Teoretis dan Terapan Bidang Rekayasa Sipil Analisis Tekuk Lateral Pipa Gas Bawah Laut Fitrotul Laeli Hidayaturrohmah Program Studi Sarjana Teknik Kelautan,

Lebih terperinci

Analisa Rancangan Pipe Support pada Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan Caesar II

Analisa Rancangan Pipe Support pada Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan Caesar II JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-168 Analisa Rancangan Pipe Support pada Sistem Perpipaan High Pressure Vent Berdasarkan Stress Analysis dengan Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gas alam adalah bahan bakar fosil bentuk gas yang sebagian besar terdiri dari metana (CH4). Pada umumnya tempat penghasil gas alam berlokasi jauh dari daerah dimana

Lebih terperinci

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch

Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch Analisa Resiko Penggelaran Pipa Penyalur Bawah Laut Ø 6 inch Oleh : NOURMALITA AFIFAH 4306 100 068 Dosen Pembimbing : Ir. Jusuf Sutomo, M.Sc Prof. Ir. Daniel M. Rosyid, Ph.D Agenda Presentasi : Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi dan Teori Perpipaan 2.1.1 Definisi Sistem Perpipaan Untuk mengalirkan suatu fluida (cair atau gas) dari satu atau beberapa titik ke satu atau beberapa titik lainnya digunakan

Lebih terperinci

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (HIGH PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT

DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (HIGH PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT DESAIN DAN ANALISIS TEGANGAN SISTEM PERPIPAAN MAIN STEAM (HIGH PRESSURE) PADA COMBINED CYCLE POWER PLANT *Muhammad Zainal Mahfud 1, Djoeli Satrijo 2, Toni Prahasto 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II

ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II ANALISA RANCANGAN PIPE SUPPORT PADA SISTEM PERPIPAAN DARI POMPA MENUJU PRESSURE VESSE DAN HEAT EXCHANGER DENGAN PENDEKATAN CAESARR II Asvin B. Saputra 2710 100 105 Dosen Pembimbing: Budi Agung Kurniawan,

Lebih terperinci

Bab 5 Analisis Tegangan Ultimate dan Analisis Penambahan Tumpuan Pipa

Bab 5 Analisis Tegangan Ultimate dan Analisis Penambahan Tumpuan Pipa Bab 5 Analisis Tegangan Ultimate dan Analisis Penambahan Tumpuan Pipa Sistem perpipaan dikatakan telah mengalami kegagalan, salah satu alasannya jika tegangan yang terjadi pada sistem perpipaan tersebut

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN DENTED PIPE DI SISI NUBI FIELD TOTAL E&P INDONESIE. Abstrak

ANALISA KEANDALAN DENTED PIPE DI SISI NUBI FIELD TOTAL E&P INDONESIE. Abstrak ANALISA KEANDALAN DENTED PIPE DI SISI NUBI FIELD TOTAL E&P INDONESIE Dedie Arianto 1, Handayanu 2, D.M. Rosyid, 2 1 Mahasiswa Teknik Kelautan, 2 Staf Pengajar Teknik Kelautan Abstrak Subsea pipeline merupakan

Lebih terperinci

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN : ANALISIS SIMULASI PENGARUH SUDUT CETAKAN TERHADAP GAYA DAN TEGANGAN PADA PROSES PENARIKAN KAWAT TEMBAGA MENGGUNAKAN PROGRAM ANSYS 8.0 I Komang Astana Widi Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping.

BAB I PENDAHULUAN. Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di. Offshore, semuanya mempunyai dan membutuhkan Piping. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Didalam sebuah Plant, entah itu LNG Plant, Petrochemical Plant, Fertilizer Plant, Nuclear Plant, Geothermal Plant, Gas Plant, baik di On-Shore maupun di Offshore,

Lebih terperinci

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT 2 MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN

ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT 2 MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN ANALISA TEGANGAN PIPA PADA SISTEM PERPIPAAN HEAVY FUEL OIL DARI DAILY TANK UNIT 1 DAN UNIT MENUJU HEAT EXCHANGERDI PLTU BELAWAN 1, Jurusan Teknik Mesin, Universitas Sumatera Utara, Jln.Almamater Kampus

Lebih terperinci

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan

2 BAB II TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka. Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan 2 BAB II TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Suatu sistem perpipaan dapat dikatakan aman apabila beban tegangan yang terjadi mempunyai nilai rasio lebih kecil atau sama dengan 1 dari tegangan yang diijinkan (allowable

Lebih terperinci

Tabel 4. Kondisi Kerja Pipa Pipe Line System Sumber. Dokumen PT. XXX Parameter Besaran Satuan Operating Temperature 150 Pressure 3300 Psi Fluid Densit

Tabel 4. Kondisi Kerja Pipa Pipe Line System Sumber. Dokumen PT. XXX Parameter Besaran Satuan Operating Temperature 150 Pressure 3300 Psi Fluid Densit BAB IV ANALISA DAN PEBAHASAN 4.1 Perhitungan Data material pipa API-5L-Gr.65 ditunjukan pada Tabel 4.1, sedangkan kondisi kerja pada sistem perpipaan pipe lin esystem di tunjukan pada Tabel 4.. Tabel 4.1

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Diagram alir studi perencanaan jalur perpipaan dari tower DA-501 ke tower DA-401 dijelaskan seperti diagram alir dibawah ini: Mulai Memasukan Sistem Perpipaan

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam SIDANG TUGAS AKHIR TM091476 Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam Oleh: AGENG PREMANA 2108 100 603 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

PROPYLENE PROJECT (ROPP)

PROPYLENE PROJECT (ROPP) Analisa pipe support terhadap flexibility dan tegangan yang terjadi pada sistem perpipaan PT PERTAMINA (Persero) Residu Catalyst Cracking OFFGAS to PROPYLENE PROJECT (ROPP) 030 Hendra Akbar (1), Rudi Walujo

Lebih terperinci

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( ) Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA (3109 106 045) Dosen Pembimbing: BUDI SUSWANTO, ST.,MT.,PhD. Ir. R SOEWARDOJO, M.Sc PROGRAM SARJANA LINTAS JALUR JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI

BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI BAB III METODE DAN ANALISIS INSTALASI 3.1 UMUM Metode instalasi pipeline bawah laut telah dikembangkan dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan pada saat proses instalasi berlangsung, ketersediaan dan

Lebih terperinci

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang

Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang Review Desain Condensate Piping System pada North Geragai Processing Plant Facilities 2 di Jambi Merang Aulia Havidz 1, Warjito 2 1&2 Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II

TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II TUGAS AKHIR ANALISA TEGANGAN SISTEM PIPA GAS DARI VESSEL SUCTION SCRUBBER KE BOOSTER COMPRESSOR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM CAESAR II Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Water Hammer Terhadap Nilai Strees Pipa Pada Sistem Loading- Offloading PT.DABN

Analisa Pengaruh Water Hammer Terhadap Nilai Strees Pipa Pada Sistem Loading- Offloading PT.DABN JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (014) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) G-14 Analisa Pengaruh Water Hammer Terhadap Nilai Strees Pipa Pada Sistem Loading- Offloading PT.DABN Tri Adi Sisiwanto, Hari Prastowo,

Lebih terperinci

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods,

III. METODELOGI. satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, III. METODELOGI Terdapat banyak metode untuk melakukan analisis tegangan yang terjadi, salah satunya adalah menggunakan metode elemen hingga (Finite Elemen Methods, FEM). Metode elemen hingga adalah prosedur

Lebih terperinci

ANALISA BUCKLING PADA SAAT INSTALASI PIPA BAWAH LAUT: STUDI KASUS SALURAN PIPA BARU KARMILA - TITI MILIK CNOOC DI OFFSHORE SOUTH EAST SUMATERA

ANALISA BUCKLING PADA SAAT INSTALASI PIPA BAWAH LAUT: STUDI KASUS SALURAN PIPA BARU KARMILA - TITI MILIK CNOOC DI OFFSHORE SOUTH EAST SUMATERA ANALISA BUCKLING PADA SAAT INSTALASI PIPA BAWAH LAUT: STUDI KASUS SALURAN PIPA BARU KARMILA - TITI MILIK CNOOC DI OFFSHORE SOUTH EAST SUMATERA Armando Rizaldy 1, Hasan Ikhwani 2, Sujantoko 2 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

OPTIMASI DESAIN DAN SIMULASI SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA WATER INJECTION PIPELINE

OPTIMASI DESAIN DAN SIMULASI SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA WATER INJECTION PIPELINE 1 OPTIMASI DESAIN DAN SIMULASI SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA WATER INJECTION PIPELINE PERTAMINA-PETROCHINA EAST JAVA TUBAN PLANT Mustika Dwi Erlinda, Budi Agung Kurniawan, dan Mas Irfan P.

Lebih terperinci

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Tugas Akhir PENENTUAN WELDING SEQUENCE TERBAIK PADA PENGELASAN SAMBUNGAN-T PADA SISTEM PERPIPAAN KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Disusun oleh : Awang Dwi Andika 4105 100 036 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Water Hammer Terhadap Nilai Strees Pipa Pada Sistem Loading-Offloading PT.DABN

Analisa Pengaruh Water Hammer Terhadap Nilai Strees Pipa Pada Sistem Loading-Offloading PT.DABN Analisa Pengaruh Water Hammer Terhadap Nilai Strees Pipa Pada Sistem Loading-Offloading PT.DABN Tri Adi Sisiwanto 1) Hari Prastowo ) Beni Cahyono 3) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan ITS, Surabaya

Lebih terperinci

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT

ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 14 ANALISA TEGANGAN PIPA STEAM LOW CONDENSATE DIAMETER 6 PADA PT IKPT Sigit Mulyanto Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Mercubuana Email :sigit_mulyanto@yahoo.co.id

Lebih terperinci