BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, setelah menyelidiki

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, setelah menyelidiki"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, setelah menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2003:912). Pustaka adalah kitab-kitab, buku, buku primbon (KBBI, 2003:912). Dalam skripsi sarjana ini, yang dimaksud tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat setelah menyelidiki atau mempelajari pokok masalah seperti atau yang dekat secara tematik maupun keilmuan dengan yang penulis lakukan ini oleh para penulis terdahulu, baik berupa skripsi sarjana dan makalah. Pustaka yang penulis maksudkan di dalam skripsi ini adalah berupa buku-buku atau kitab yang berkaitan pokok masalah yang penulis kerjakan, yaitu mencakup: puak poi, paisin, kebudayaan Tionghoa, masyarakat Tionghoa, kosmologi orang-orang Tionghoa, Buddha, Konghucu, dan lain-lainnya. Hasil yang penulis peroleh dalam tinjauan pustaka ini adalah sebagai berikut. Reny Syafrida, menulis sebuah skripsi sarjana di Program Studi Sastra China, Fakultas Ilmu Bidaya (FIB) (USU), tahun 2012, yang berjudul Fungsi dan Makna Penyembahan Leluhur pada Masyarakat Tionghoa. Di dalam penelitiannya dikatakan bahwa masyarakat Tionghoa dari dahulu hingga kini masih melestarikan upacara penyembahan leluhur dan mereka masih meyakini bahwa leluhur mereka terdahulu masih berada di tengah kehidupan mereka dan masih mempunyai manfaat di dalam kehidupan mereka.

2 Skripsi sarjana ini menjadi bahan pustaka penulis dalam mengkaji sistem kosmologi terutama penyembahan leluhur pada masyarakat Tionghoa. Syeelwem Wilton S., yang juga menulis skripsi sarjana pada Program Studi Sastra China, FIB USU, pada tahun 2014, yang bertajuk Struktur dan Makna Upacara Cheng Beng bagi Masyarakat Tionghoa di Berastagi. Di dalam penelitian ini Syeelwem menjelaskan tentang struktur dan makna paisin sebagai perilaku dan ideologi keagamaan masyarakat Tionghoa, dengan studi kasus yang ada di Kota berastagi, di dalam wilayah budaya Karo Gugung. Skripsi sarjana ini menjadi bahan pustaka untuk kajian penulis dalam mengkaji ritual paisin pada masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar. Sebuah skripsi sarjana, yang ditulis oleh Yudhistira Siahaan pada tahun 2012 bertajuk Kajian Musikal dan Pertunjukan Barongsai dalam Perayaan Cap Go Meh Masyarakat Tionghoa di Maha Vihara Maitreya, Kompleks Perumahan Cemara Asri Medan. Di dalam skripsi ini dianalisis pertunjukan barongsai dan musik pengiringnya. Sebagai sebuah pertunjukan masyarakat Tionghoa, di dalamnya juga terkandung komunikasi kepada Alam Langit dan Alam Baka dalam sistem kepercayaan Buddha, Tao, dan Konfusius. Skripsi ini menjadi salah satu bahan pustaka penulis dalam mengkaji fungsi dan makna puak poi dalam konteks upacara paisin masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar. Sebuah penelitian yang berjudul Struktur Musik Tua Pi Ciu yang Dipergunakan oleh Masyarakat Tionghoa di Kota Medan pada Upacara Tiau Sang, dilakukan oleh Muhammad Takari yang didanai oleh Yayasan Ilmu-ilmu Sosial dan The Toyota Foundation pada tahun Penelitian ini fokus mengkaji upacara kematian di kalangan masyarakat Tionghoa di Kota Medan, terutama yang beragama Buddha. Bahwa upacara kematian itu adalah bagian dari

3 perpindahan manusia dari alam dunia ke alam baka. Ritus-ritus yang dilakukan mencakup persiapan, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan upacara. Di dalam penelitian ini juga dibahas tentang sistem kosmologi di dalam kebudayaan Tionghoa. Melalui laporan penelitian ini, penulis menggunakan data-datanya untuk mengkaji puak poi dalam ritual paisin di dalam kebudayaan masyarakat Pematangsiantar. Yoan Silviana, pada tahun 2012 menulis sebuah skripsi sarjana di Departemen Sastra China FIB USU. Tajuk skripsinya adalah Fungsi dan Makna Penyambutan Imlek pada Masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar. Di dalam skripsi ini dibahas secara detil tentang hari raya Imlek dalam kebudayaan Tionghoa, termasuk di Kota Pematangsiantar. Ia juga membahas fungsi dan makna benda-benda yang lazim digunakan di dalam konteks penyambutan tahun baru China ini, seperti: lampion, kue keranjang, ikan, ayam, bakmi, dan lainlainnya. Skripsi ini menjadi bahan pustaka penulis dalam mengkaji puak poi di dalam kebudayaan Tionghoa. Kami juga sama-sama melakukan penelitian budaya Tionghoa di Pematangsiantar. Namun perbedaannya Silviana mengkaji fungsi dan makna Imlek, sedangkan penulis mengkaji puak poi. Daniel Tong, seorang penulis budaya Tionghoa, pada tahun 2010, menulis sebuah buku yang bertajuk Tradisi dan Kepercayaan China. Tong di dalam buku ini menjelaskan berbagai tradisi upacara dalam kebudayaan China, seperti Imlek, Ceng Beng, dan lain-lainnya. Beliau juga menjelaskan praktik-praktik kultural dalam kebudayaan China pada umumnya seperti organisasi berdasarkan kampung halaman, klen dan kekerabatan, perkawinan, kepercayaan, dan lain-lain. Buku ini menjadi rujukan penulis di dalam melihat kebudayaan masyarakat Tionghoa pada umumnya.

4 Ernst Cassirer, seorang penulis budaya internasional ternama, tahun 1987, menulis buku yang berjudul Manusia dan Kebudayaan. Satu hal yang menarik dalam konteks penelitian ini, di dalam buku ini dijelaskan bahwa kebudayaan sangat berkaitan erat dengan tradisi dan bahasa. Melalui buku ini penulis melihat bahwa manusia umumnya memiliki tradisi dan bahasa dalam kebudayaannya yang memperjelas identitas manusia tersebut. Demikian pula puak poi jelas mempertegas identitas masyarakat Tionghoa di mana pun di dunia ini, termasuk di Kota Pematangsiantar. Jhuenhyie, seorang penulis kebudayaan masyarakat Tionghoa, pada tahun 2000, menulis sebuah buku yang berjudul Kebudayaan China. Di dalam buku ini dijelaskan tentang konsep hidup masyarakat Tionghoa, kebudayaan, agama, dan ritual. Buku ini menjadi bahan pustaka penulis dalam rangka penelitian puak poi ini. 2.2 Konsep Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Menurut Melly (dalam Koentjaraningrat, 1991:21), konsep merupakan defenisi apa yang kita amati, konsep menentukan veriabel-variabel mana yang kita inginkan, untuk menentukan empiris. Dalam hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yanag akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, konsep yang penulis jelaskan adalah: (1)

5 kebudayaan, (2) upacara, (3) paisin, (4) tradisi puak poi, dan (5) masyarakat Tionghoa Kebudayaan Kebudayaan adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kroeber dan Kluckhohn (1952) mengumpulkan berpuluh-puluh defenisi yang dibuat ahli-ahli antropologi dan membaginya atas 6 golongan, sebagai berikut. (1) Deskriptif, yang menekankan unsur-unsur kebudayaan, (2) Historis, yang menekankan bahwa kebudayaan itu diwarisi secara kemasyarakatan, (3) Normatif, yang menekankan hakekat kebudayaan sebagai aturan hidup dan tingkah laku, (4) Psikologis, yang menekankan kegunaan kebudayaan dalam penyesuaian diri kepada lingkungan, pemecahan persoalan, dan belajar hidup, (5) Struktural, yang menekankan sifat kebudayaan sebagai suatu sistem yang berpola dan teratur, (6) Genetika, yang menekankan terjadinya kebudayaan sebagai hasil karya manusia (P.W.J. Nababan, 1984:49). Herskovist dan Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah ini disebut dengan cultural determinism. Herskovist memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganik.

6 Menurut Mulyana dan Rakhmat, budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari diri manusia, sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda budaya, dan menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosiobudaya ini tersebar, dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia (Mulyana dan Rakhmat, 2006:25). Definisi lainnya adalah dari Melville Jean Herskovits ( ) yang merupakan seorang antropolog Amerika. Dua poin penting dalam memahami konsepsi tentang antropologi: pertama, dia adalah seorang humanis yang bersangkutan dengan totalitas perilaku budaya dan, kedua, dia percaya bahwa metode induktif adalah satu-satunya metodologi berlaku untuk antropologi. Dalam keduanya dia mengungkapkan pengaruh meresap Franz Boas, gurunya di Columbia University. Presentasi paling lengkap dari pandangan Herskovits terhadap kebudayaan ditemukan dalam tulisannya Man and His Work (1948), direvisi dan diringkas sebagai Cultural Anthropology (1955). Menurut Herskovits budaya adalah bersifat inklusif (meluas dan universal), untuk itu perlu memahami perilaku dan ideasional, kelompok, dan individu. Orientasi humanistiknya jelas yaitu berpusat

7 pada kepentingan dalam individu, yang dianggapnya sebagai peserta aktif dalam membentuk budaya. Sebagai individu itu penting dalam pandangannya tentang budaya, sejarah juga penting dalam mengkaji ide perubahan budaya. Akulturasi, reinterpretasi, retensi, dan sinkretisme adalah konsep yang dia kemukakan dalam membantu merumuskan dan masing-masing memiliki dimensi historisnya. Oposisi Herskovits yang diterapkan antropologi adalah berbasis pada relativisme budaya. Dia bersikeras bahwa konsep relativisme memiliki relevansi untuk semua pembelajaran budaya dan meminta perhatian pada pengaruh budaya pada persepsi. Dia merasa bahwa penting untuk membedakan antara istilah "absolut" yang bervariasi dari budaya yang satu ke budaya yang lain, dan istilah "universal," yang merupakan konsekuensi dari kondisi manusia; dan dia menyimpulkan bahwa tidak ada kriteria mutlak nilai atau moral, atau bahkan, psikologis untuk waktu atau ruang, dalam konteks nilai-nilai universal dalam budaya manusia" (1948:76). Relativisme budaya membuatnya menolak istilah "primitif," meskipun oleh para antropologi telah digunakan secara luas. Dari berbagai defenisi tersebut, dapat diperoleh pengertian bahwa kebudayaan adalah sesuatu yang mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku benda-benda yang bersifat nyata, misalnya polapola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

8 2.2.2 Upacara Upacara menurut Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:1994) adalah 1. tanda-tanda kebesaran, 2. peralatan menurut adat istiadat, 3. rangkaian tindakan atau perbuatan yang terkait kepada aturan-aturan tertentu menurut adat atau agama, 4. perbuatan yang dilakukan atau diadakan sehubungan dengan peristiwa penting. Istilah upacara selalu dikaitkan dengan budaya menjadi upcara budaya. Budaya atau kebudayaan adalah keseluruah yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Siklus hidup pada masyarakat Tionghoa adalah suatu konsep antropologi budaya yang berarti lingkaran hidup mulai saat kelahiran, kematian, dan alam setelah kematian. Melukiskan siklus hidup dari warga yang dianggap warga ratarata, merupakan salah satu cara yang dapat mengungkapkan banyak keterangan mengenai suatu kebudayaan. Khususnya, diperhatikan kejadian-kejadian yang dianggap penting dalam kebudayaan yang bersangkutan, yaitu upacara-upacara yang menandakan perubahan kedudukan para warga masyarakat, atau upacara peralihan (Ihromi, 2006). Istilah upacara budaya dalam penelitian ini merupakan sebuah kegiatan yang bersifat sosial. Banyak sekali peradatan dan upacara perayaan ini, yang masih tetap dilakukan oleh masyarakat Tionghoa menurut waktu yang ditentukan. Masyarakat Tionghoa masih mempertahankan tradisi leluhur, bukan hanya di belahan Asia saja. Di negara seperti Indonesia sekalipun, masyarakat Tionghoa masih tetap teguh melaksanakan tradisinya. Menurut Lina Wang dalam majalah

9 Festival China (2010), wanita profesional yang menekuni feng shui dan mengerti banyak tentang peradatan Tionghoa, dalam berbagai hal warna merah sangat memegang peranan dalam berbagai upacara dan peradatan masyarakat Tionghoa. Dalam penelitian ini warna merah juga digunakan pada puak poi yang terbuat dari kayu Paisin Paisin adalah sebuah konsep religi orang-orang Tionghoa, baik itu yang beragama Buddha, Konghucu (Konfusius), maupun Tao, yang secara umum dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sembahyang. Istilah ini berasal dari bahasa etnik Hokkian. Paisin dapat dimaknai sebagai sembahyang, sebagai sarana komunikasi manusia kepada Tuhan (Thien), juga Dewa dan Dewi, termasuk juga kepada leluhur yang telah mendahului kematiannya dan meninggalkan semua keturunan di dunia ini. Intinya melalui paisin manusia berdoa dan memohon petunjuk kepada Tuhan dan para Dewa yang ada di Alam Langit dan leluhur yang berada di dalam kehidupan lain di Alam Baka. Paisin ini secara antropologis dapat dikategorikan sebagai upacara. Di dalamnya ada pelaku upacara yaitu orang yang melaksanakan paisin dengan berbagai tujuan, harapan dan doa. Selain itu, ada waktu upacara, yang dilakukan pada waktu-waktu tertentu, apakah dalam berbagai hari raya atau dalam konteks ketika manusia memerlukan petunjuk dari Tuhan, para Dewa, maupun leluhur di Alam Baka. Paisin ini juga dilakukan di tempat tertentu seperti altar keluarga, vihara, kelenteng, dan lain-lain. Dengan demikian, paisin dapat dimaknai sebagai upacara bersembahyang dengan berbagai tujuan yang terdapat di dalam

10 kebudayaan masyarakat Tionghoa di seluruh dunia, terutama yang menganut sistem religi Buddha, Konghucu, maupun Tao Tradisi Puak Poi Semua aktivitas manusia yang berhubungan dengan religi didasarkan atas suatu getaran jiwa yang biasanya disebut dengan emosi keagamaan. Emosi keagamaan ini biasanya dialami setiap manusia, walaupun getaran emosi itu hanya berlangsung beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang kembali. Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan-tindakan bersifat religi. Sistem religi dalam suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri-ciri khusus untuk sedapat mungkin memelihara emosi keagamaan itu di antara pengikut pengikutnya. Dengan demikian emosi keagamaan merupakan unsur-unsur penting dalam suatu religi bersama dengan tiga unsur yang lain yaitu: sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan, dan suatu umat yang menganut religi itu. Sejarah penggunaan puak poi dengan prinsip Yin Yang dan Sheng telah ada tercatat sejak zaman Musim Semi dan Gugur, yaitu kira-kira 600-an Seb. M. Tentunya dengan metode dan konsep yang berbeda, yaitu mereka menggunakan batang-batang bambu untuk menyusun garis Yang dan garis Yin dan konsepnya adalah mencari tahu atau memprediksi keadaan atau situasi dengan membaca gejala atau sinyal dari alam. Puak poi dalam ilmu metafisik Tiongkok, termasuk bagian dari budaya. Bukan hanya sebagai alat atau sarana berkomunikasi dengan Dewa dan leluhur tetapi juga lebih ke arah membaca tanda alam yang berkaitan dengan permasalahan atau pertanyaan kita. Namun demikian di dalam sebahagian besar

11 kegiatan ritual dan upacara penghormatan yang penulis amati, puak poi ini merupakan alat atau sarana berkomunikasi dengan alam lain. Kehadiran puak poi itu sebenarnya untuk bertanya kepastian jawaban kepada Tuhan atau para Dewa. Puak poi itu tidak hanya untuk ciam si (pembakaran dupa dan aktivitas paisin) tetapi juga berkaitan dengan kegiatan membersihkan altar, mengangkat sajian, mengambil buah dan juga bertanya kepada Dewa atau roh leluhur. Jawaban Tuhan atau Dewa dan leluhur melalui puak poi itu adalah dimanifestasikan pada bagian terbuka dan bagian tertutup, sama seperti koin memiliki dua bagian, sisi muka dan sisi belakang yang terdiri dari dua buah seperti pisang yang dibelah dua Bentuk Puak poi Puak poi terbuat dari dua potong bambu, masing-masing berbentuk setengah lingkaran. Masing-masing memiliki dua sisi, yaitu sisi tertutup dan sisi terbuka. Pada masa sekarang puak poi boleh dibuat dari bahan kayu (apa saja jenisnya). Zaman dahulu puak poi warnanya berasal dari warna asli pada bambu, sedangkan pada saat sekarang ini puak poi dapat juga dibuat dari kayu yang keseluruhan permukaannya diberi cat warna merah. Secara umum. dalam kebudayaan Tionghoa, warna merah merupakan simbol keagungan atau kehokian. Warna merah dan kuning juga adalah sebagai indeks dari kebudayaan China pada umumnya. Warna ini begitu dominan di tempat-tempat permukiman orang-orang Tionghoa, terutama pada saat-saat upacara adat atau agama mereka, seperti: Imlek, Ceng Beng, dan lain-lainnya.

12 Gambar 2.1: Puak poi yang Berwarna Merah Terbuat dari Kayu Sumber: Dokumentasi Sanni Tung, 2015

13 Gambar 2.2: Puak poi yang Terbuat dari Bambu Sumber: Dokumentasi Sanni Tung, Tata Cara Upacara Paisin dan Makna Hio Tata cara upacara paisin atau sembahyang di dalam masyarakat Tionghoa (Tao, Konfusius, dan Buddha) biasanya dimulai dengan pembakaran hio. Kemudian memegang kedua puak poi itu di dalam genggaman. Seterusnya bertanya, dapat secara berkata seperti bahasa biasa sehari-hari, atau berbisik-bisik, dan juga di dalam kalbu saja. Dari hasil penelitian lapangan, bahasa yang digunakan oleh orang Tionghoa di Pematangsiantar dalam bertanya kepada Tuhan/ Dewa atau leluhur yang hidup di Alam Baka, umumnya menggunakan bahasa Indonesia, atau ada yang sebahagian menggunakan bahasa Hokkian (sebagai suku yang paling banyak jumlahnya di antara suku-suku lainnya pada masyarakat Tionghoa di daerah ini). Setelah itu puak poi diasapi oleh asap yang

14 dikeluarkan oleh hio yang telah ditancapkan di dupa dan dibakar. Kemudian dilemparkan ke atas atau langsung ke lantai.

15 Bagan 2.1: Proses Upacara Paisin dan Penggunaan Puak Poi Dilakukan tindakan berdasarkan jawaban DIPEROLEH JAWABAN dilakukan tiga kali Sengpoi ( jawaban ya ) Jiupoi ( jawaban antara ya dan tidak ) Kampoi ( jawaban tidak ) Media Puak Poi DUPA hio, altar, sesajian, dll Bertanya kepada Thien / Dewa di Alam Langit Bertanya kepada leluhur di Alam Baka atau makhluk gaib ORANG-ORANG TIONGHOA (Tao, Konghucu, Buddha) KEBUDAYAAN TIONGHOA

16 Seterusnya kedua buah puak poi tadi mendarat di lantai, dan posisinya adalah indeks jawaban dari pertanyaan yang telah diajukan pada upacara paisin tersebut. Jawaban hanya tiga saja, yaitu: (a) sengpoi, (b) jiupoi, dan (j) kampoi. Seperti telah diuraikan sebelumnya, sengpoi adalah jawaban ya, kemudian jiupoi belum ada jawaban, dan kampoi adalah penolakan. Untuk merespons jawaban kedua dan ketiga, dapat diulang dua kali lagi dengan masa jedah 3 sampai 5 menit. Demikian kronologi paisin dalam konteks penggunaan puak poi ini. Namun secara kultural religius berdasarkan penelitian lapangan, diperoleh maknamakna mengenai pembakaran dupa, hio, jumlah hio, warna hio, tata cara atau aturan paisin, cara penghormatan kepada Tuhan, Dewa, dan para leluhur, arti pai, dan lain-lainnya seperti yang penulis uraikan berikut ini. Hio artinya harum. Namun istilah hio ini sendiri mencakup keseluruhan dupa, yaitu bahan pembakar yang dapat mengeluarkan asap yang berbau sedap/harum. Dupa yang dikenal pada zaman Nabi Khonghucu berwujud bubuk atau belahan kayu. Membakar dupa mengandung makna sebagai berikut. a. Jalan Suci itu berasal dari kesatuan hatiku ( Too Yu Siem Hap ), hatiku dibawa melalui keharuman dupa (Siem Ka Hiang Thwan). b. Selain itu dupa juga untuk menentramkan pikiran, memudahkan konsentrasi, meditasi. c. Dalam mitologi Tionghoa mitologi dupa ialah untuk menyampaikan atau mengirimkan doa kita melalui wewangian/ asap yang terus menjunjung tinggi hingga ke segala arah Tata cara sembayang rakyat atau paisin atau juga minjian xinyang, dalam peradaban masyarakat Tionghoa biasanya dibagi ke dalam 3 tata cara, yaitu cara Buddha Mahayana, Kong Hu Cu, dan Tao.

17 (a) Semuanya menggunakan satu atau tiga batang hio. (b) Susunan meja sembayang secara umum: teh, air putih, arak (ciri Taoisme dan Konfusianisme), lambang Taiji Yinyang, air putih lambang taichi, teh lambang yin, arak lambang yang. (c) Lima macam buah atau lima warna, lambang lima unsur. Kalau agama Buddha, ada yang mengaitkan dengan 5 Dhyani Buddha. (d) Tiga batang hio lambang San Cai/ Sanguan/ Taiji Liangyi, Triratna, dan Sanqing. (e) Satu batang hio lambang Taiyi dalamm konsep religi Taoisme. Cara penghormatan kepada Tuhan, Dewa, atau para leluhur adalah sebagai berikut. (1) Kepalan yang membentuk delapan kebajikan dan orang tua, cara Konghucu. (2) Kepalan yang membentuk bola Taiji adalah cara Tao. (3) Anjali atau merangkapkan kedua telapak tangan/ cara Buddha. Tiga arti Pai: (a) Pai pertama membalas jasa Alam Langit dan Bumi (yi bai baoda tiandi en), (b) Pai kedua membalas jasa orang tua (er zhai bai baodao fumu en), (c) Pai ketiga membalas jasa para guru (san bai baodao enshi en). Menurut kedua informan kunci penulis, secara umum, jumlah hio ganjil adalah untuk Dewa, Tuhan, tokoh yang berjasa untuk masyarakat luas, dan mahluk suci lainnya. Ganjil dalam metafisika Tiongkok adalah lambang dari unsur Yang atau positif. Yang berjumlah genap adalah untuk leluhur, arwah yang meninggal, dan setan gentayangan.

18 Ketika melangkah masuk ruang sembahyang juga harus kaki kiri dahulu yang maknanya adalah kita harus mengutamakan sifat-sifat kebajikan kita. Menancapkan hio dengan tangan kiri juga artinya kita akan selalu menancapkan kebajikan di alam langit dan alam bumi. Namun demikian, di dalam masyrakat awam timbul keyakinan bahwa melangkah dengan kaki kiri akan membuat rezeki melimpah. Sebaliknya, jika dimulai dengan langkah kaki kanan adalah mengacaukan tatanan alam semesta dan mengundang bencana. Pada umumnya orang Tionghoa (Buddha, Tao, dan Konfusius) melakukan sembahyang (paisin) mengunakan 1 atau 3 batang hio. Secara sosioreligius ketiga batang hio ini adalah indeks dari aspek-aspek berikut. (a) Satu batang hio biasanya ditujukan dalam konteks berkomunikasi dengan Kauw Siu Thao, Para Dewa-Dewi di rumah untuk hari biasa, kecuali Ce It dan Cap Go setiap bulannya. (b) Tiga batang hio umumnya untuk Pai Thien (Ti Kong) dan para Dewa- Dewi. (c) Lima batang hio biasanya untuk usaha atau perniagaan (oleh karena itu khusus untuk Dewa Hok Tek Ceng Sin dan Dewa Cai Sen). (d) Enam batang hio biasanya untuk keperluan orang lain. (e) Tujuh batang hio biasanya untuk mohon khusus dan juga untuk sesuatu hal membalikan kepada orang lain. (f) Delapan batang hio biasanya dalam hal ini bila berbagai kesialan di dalam hidup seseorang terus-menerus menimpanya.

19 (g) Sembilan batang hio, sebagai indeks puji-pujian untuk semua makhluk dan Dewa-Dewi (paling baik kalau melakukan paisin ini pada jam 9 malam di rumah). (h) Dua belas batang hio sebagai ikon agar semua makluk dapat kebahagiaan. (i) Tiga puluh enam batang hio sebagai simbol kesuksesan dan keharmonisan. (j) Seratus delapan batang hio bila terdesak oleh keadaan atau ada permintaan khusus sekali. Norma-norma menempatkan hio dalam konteks upacara paisin. (1) Usahakan saat menancapkan hio membentuk pola berjejer seperti kipas. (2) Tancaplah hio dengan hormat, jangan sembarangan. (3) Khusus untuk 7 batang hio hanya digunakan bila terpaksa saja (keadaan terdesak). (4) Khusus menggunakan 108 batang hio merah untuk sembahyang kepada Thien (Tuhan) tepat jam 12 malam. Lalu sampaikan permintaan atau permohonan. Berdoa harus dengan hati yang tulus pada Thien. Setiap habis melaksanakan upacara paisin (sembahyang), bakar Toa Kim satu kunci, tulis nama, umur, shio dan alamat permohonan lalu dibakar di tempat yang bersih. Lakukanlah 3 malam berturut-turut. (5) Hio warna merah khusus mohon sesuatu. (6) Hio warna kuning untuk sembayang biasa. (7) Hio warna hijau biasanya untuk orang meninggal. Umumnya dalam sistem religi Tao, lima batang hio melambangkan lima arah. Tujuh batang melambangkan tujuh bintang utara. Dua belas batang melambangkan dua belas satuan waktu bumi. Ini semua berkaitan dengan ritual yang ditujukan untuk kasus-kasus khusus. Dua belas batang hio untuk permintaan

20 kepada Thien dan harus dilakukan jam 12 malam karena saat itu suasana hening dan sunyi. Jam 12 malam dilakukan sembahyang (paisin) ini berkaitan dengan pergantian qi alam semesta, saat itu unsur Yang menguat dan unsur Yin melemah dan dalam satuan pengertian zi pada 12 cabang bumi adalah mulainya sesuatu yang baru. Artinya adalah berkaitan dengan perubahan waktu. Ritual orang Tionghoa memiliki banyak nilai filsafatnya dan arti tersembunyi, seperti mengapa harus menaruh hio di antara ke dua alis, kenapa harus diletakkan di tengah dada dan sebagainya. Arti meletakkan hio di tengah dada adalah menyalakan hio hati dan api hio hati itu harus selalu dijaga, artinya adalah kita harus melakukan kebajikan dan biarlah kebajikan kita itu bagaikan asap hio yang harum dan memberikan kebahagian kepada sekitar kita. Untuk posisi di antara dua alis, ini berkaitan dengan titik jalan darah. Namun demikian, dapat juga diartikan penghubung antara langit, bumi, dan manusia Masyarakat Tionghoa Orang-orang Tionghoa (biasa disebut China) di Indonesia adalah salah satu kelompok di Indonesia. Biasanya mereka menyebut dirinya dengan istilah Tenglang (Hokien), Tenglang (Tiociu), atau Thongnyin (Hakka). Dalam bahasa Mandarin mereka disebut Tangren. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa orang Tionghoa Indonesia mayoritas berasal dari China Selatan yang menyebut diri mereka dengan orang Tang, sementara orang China Utara menyebut diri mereka sebagai orang Han. Leluhur orang Tionghoa-Indonesia berimigrasi secara bergelombang sejak ribuan tahun yang lalu melalui kegiatan perniagaan. Peran mereka beberapa kali muncul dalam sejarah Indonesia, bahkan sebelum Republik Indonesia

21 dideklarasikan dan terbentuk. Catatan-catatan dari China menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan kuno di Nusantara telah berhubungan erat dengan dinastidinasti yang berkuasa di China. Faktor inilah yang kemudian menyuburkan perdagangan dan lalu lintas barang maupun manusia dari China ke Nusantara dan sebaliknya. Setelah negara Indonesia merdeka, orang Tionghoa yang berkewarganegaraan Indonesia digolongkan sebagai salah satu suku dalam lingkup nasional Indonesia. Hal ini sesuai Pasal 2 UU Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. 2.3 Landasan Teori Teori merupakan yang alat terpenting dari suatu pengalaman. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan (Koentjaraningrat, 1973:10). Teori adalah landasan dasar keilmuan untuk menganalisis berbagai fenomena. Teori adalah rujukan utama dalam memecahkan masalah penelitian didalam ilmu pengetahuan. Sebagai pedomaan dalam menyelesaikan tulisan ini penulis menggunakan teori yang berhubungan dengan pokok-pokok permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini. Adapun teori yang penulis pergunakan adalah seperti teori yang akan diuraikan sebagai berikut Teori Fungsionalisme Untuk mengkaji fungsi dan makna dari tradisi puak poi, peneliti menggunakan teori fungsionalisme yang ditawarkan oleh Malinowski. Teori fungsionalisme adalah salah satu teori yang dipergunakan dalam ilmu sosial, yang

22 menekankan pada saling ketergantungan antara institusi-institusi (pranata-pranata) dan kebiasaan-kebiasaan pada masyarakat tertentu. Analisis fungsi menjelaskan bagaimana susunan sosial didukung oleh fungsi-institusi-institusi seperti: negara, agama, keluarga, aliran, dan pasar terwujud. Teori fungsionalisme dalam ilmu Antropologi mulai dikembangkan oleh seorang pakar yang sangat penting dalam sejarah teori antropologi, yaitu Bronislaw Malinowski ( ). Malinowski lahir di Cracow, Polandia, sebagai putera keluarga bangsawan Polandia. Ayahnya adalah guru besar dalam Ilmu Sastra Slavik. Jadi tidak mengherankan apabila Malinowski memproleh pendidikan yang kelak memberikannya suatu karier akademik juga. Tahun 1908 Malinowski lulus Fakultas Ilmu Pasti dan Alam dri Universitas Cracow. Yang menarik, selama studinya Malinowski gemar membaca buku mengenai folkor dan dongeng-dongeng rakyat, sehingga Malinowski menjadi tertarik kepada ilmu psikologi. Malinowski kemudian belajar psikologi kepada Profesor W. Wundt, di Leipzig, Jerman (Koentjaraningrat, 1987:160). Malinowski kemudian mengembangkan suatu kerangka teori baru untuk menganalisis fungsi kebudayaan manusia, yang disebutnya dengan teori fungsionalisme kebudayaan, atau a functional theory of culture. Malinowski kemudian mengambil keputusan untuk menetap di Amerika Serikat, ketika Malinowski menjadi guru besar Antropologi di University Yale tahun Sayangnya tahun itu Malinowski juga meninggal dunia. Buku mengenai fungsional yang baru yang telah ditulisnya, diredaksi oleh muridnya H. Crains dan menerbitkannya dua tahun selepas itu (Malinowski, 1944). Selanjutnya Malinowski (T.O. Ihromi 2006), mengajukan sebuah orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang beranggapan atau berasumsi bahwa

23 semua unsur kebudayaan bermanfaat bagi masyarakat di mana unsur itu terdapat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap kebudayaan mempertahankan bahwa setiap pola kelakuan yang telah menjadi kebiasaan, setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan dalam suatu masyarakat, memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam kebudayaan yang bersangkutan. Menurut Malinowski, fungsi dari satu unsur budaya adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa kebutuhan dasar atau beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan sekunder dari para warga suatu masyarakat. Kebutuhan pokok adalah seperti makanan, reproduksi (melahirkan keturunan), merasa enak badan (bodily comfort), keamanan, kesantaian, gerak dan pertumbuhan. Beberapa aspek dari kebudayaan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar itu. Dalam pemenuhan kebutuhan dasar itu, muncul kebutuhan jenis kedua (derived needs), kebutuhan sekunder yang harus juga dipenuhi oleh kebudayaan. Ahli teori fungsionalisme dalam disiplin antropologi lainnya, Radcliffe- Brown mengemukakan bahwa fungsi sangat berkait erat dengan struktur sosial masyarakatnya. Bahwa struktur sosial itu hidup terus, sedangkan individuindividu dapat berganti setiap waktu. Dengan demikian, Radcliffe-Brown yang melihat fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan bahwa fungsi adalah sumbangan satu bagian aktivitas kepada keseluruhan aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya. Tujuan fungsi adalah untuk mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal, seperti yang diuraikan Radcliffe-Brown berikut ini. By the definition here offered function is the contribution which a partial activity makes of the total activity of which it is a part. The function of a perticular social usage is the contribution of it makes to the total social life as the functioning of the total social system. Such

24 a view implies that a social system... has a certain kind of unity, which we may speak of as a functional unity. We may define it as a condition in which all parts of the social system work together with a sufficient degree of harmony or internal consistency, i.e., without producing persistent conflicts can neither be resolved not regulated (1952:181). Sejalan pula dengan pandangan Radcliffe-Brown, artefak budaya puak poi dalam kebudayaan Tionghoa, dapat dianggap sebagai bahagian dari struktur sosial masyarakatnya. Puak poi pada upacara paisin dalam budaya Tionghoa ini adalah salah satu artefak dan sekaligus sebahagian aktivitas yang dapat menyumbang kepada keseluruhan aktivitas masyarakat, yang pada masanya akan berfungsi bagi kelangsungan kehidupan budaya masyarakat pengamalnya dalam hal ini masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar. Fungsinya lebih jauh adalah untuk mencapai tingkat harmoni dan konsistensi internal. Pencapaian kondisi itu, dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi sosial dan budaya dalam masyarakat Tionghoa di Pematangsiantar, misalnya lingkungan yang heterogen secara etnik di Sumatera Utara, penguatan identitas dan kumpulan etnik di dalam masyarakat Tionghoa, masalah perubahan kebudayaan, transmisi nilai-nilai religi baru yang merubah nilai-nilai religi lama, dan masalah-masalah sosial dan kebudayaan lainnya Teori Semiotik Dalam membahas makna-makna yang terkandung dalam tradisi puak poi pada masyarakat Tionghoa, secara lebih mendetail, penulis menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Roland Barthes. Semiotik berasal dari bahasa Yunani, yaitu semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tanda-tanda. Tanda tersebut dianggap mewakili sesuatu

25 objek secara representative. Istilah semiotik sering digunakan dengan bersama dengan istilah semiologi. Istilah pertama merujuk pada sebuah disiplin sedangkan istilah kedua merujuk pada ilmu tentangnya. Baik semiotik atau semiologi sering digunakan bersama-sama, tergantung di mana istilah itu popular (Endaswara, 2008:64) Menurut Barthes dalam (Kusumarini, 2006), denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti. Barthes adalah penerus pemikiran Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna. Di sisi lain, Barthes kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama dapat saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. Gagasan Barthes ini dikenal dengan order of signification, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifiersignified yang diusung Saussure. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk system sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi

26 penanda baru yang kemudian memiliki pertanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Dalam konteks penelitian ini penulis menggunakan teeori semiotik yang ditawarkan Barthes tersebut. Penulis mengkaji makna-makna pada artefak, yang mencakup: (a) puak poi itu sendiri, (b) benda-benda upacara di dalam aktivitas paisin (sembahyang) seperti: dupa, hio (warna, jumlah, asap), (c) jawaban dari hasil lemparan puak poi, (d) altar, dan lain-lainnya. Selain itu juga, penulis mengkaji makna-makna teks (bahasa) yang ditanyakan oleh para penanya dalam upacara paisin ini melalui media puak poi. Makna yang dikaji adalah mencakup makna denotatif dan konotatif dengan pendekatan semiotik Barthes.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33). BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Singarimbun, 1989: 33). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Singarimbun, 1989: 33). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KONSEP, KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Penjelasan dalam bab II ini yang terdiri dari tinjauan pustaka, konsep, dan landasan teori tentang Fungsi dan Makna Makanan Tradisional pada perayaan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Kajian merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang memaparkan pandangan dan analisis yang berhubungan dengan penelitian yang akan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dalam istilah kongkret,

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakkan dalam istilah kongkret, BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan rancangan ide pemikirian yang akan dituangkan secara konkret melalui pemahaman dan pengertian dari para ahli. Konsep merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan yang dinyatakan oleh Prasetya dalam bukunya yang berjudulilmu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pemberontakan, dan masih banyak lagi yang lainnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang sadar akan pentingnya waktu. Dimensi waktu yang dilalui manusia selalu menghasilkan berbagai peristiwa penting, baik itu untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Pengertian konsep

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Konsep adalah suatu abstraksi untuk menggambarkan ciri-ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di

BAB I PENDAHULUAN. diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan upacara tradisional suatu masyarakat umumnya sangat menarik untuk diteliti, karena memiliki keunikan, kesakralan, dan nilai-nilai moral yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sistem religi/kepercayaan terhadap sesuatu menjadi suatu Kebudayaan. Sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap kebudayaan memiliki sistem religi atau sistem kepercayaan, termasuk dalam kebudayaan etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa selalu melestarikan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7

GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 GEOGRAFI BUDAYA Materi : 7 Agus sudarsono 1 VII. KEBUDAYAAN 2 A. BUDAYA DAN KEBUDAYAAN Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan Konfusianisme adalah konsep bakti terhadap orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Kematian bagi masyarakat Tionghoa (yang tetap berpegang pada tradisi) masih sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber malapetaka

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat keberadaan manusia di dunia ini, maka kita akan dapat menemukan

BAB I PENDAHULUAN. Melihat keberadaan manusia di dunia ini, maka kita akan dapat menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melihat keberadaan manusia di dunia ini, maka kita akan dapat menemukan berbagai keberadaannya yang kompleks. Mulai dari ia adalah makhluk hidup, tetapi tidak dikategorikan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian. Konsep juga dapat diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kejadian. Konsep juga dapat diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan suatu pernyataan singkat tentang fenomena atau kejadian. Konsep juga dapat diartikan sebagai suatu abstraksi dari ciri-ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Kebudayaan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, kebudayaan meliputi segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang

BAB II. umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf. dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang BAB II KONSEP,LANDASAN TEORI dan TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Secara umum konsep adalah suatu abstraksi yang menggambarkan ciri ciri umum sekelompok objek, peristiwa atau fenomena lainnya. Woodruf mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Koentjaranigrat (2009:144) mendefenisikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan suku bangsa. Masing-masing dari suku bangsa tersebut memiliki tradisi atau kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI. Tinjauan adalah pandangan atau pendapat sesudah melakukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI. Tinjauan adalah pandangan atau pendapat sesudah melakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP dan LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan adalah pandangan atau pendapat sesudah melakukan penyelidikan atau mempelajarinya (KBBI, 2003:1998). Pustaka adalah kitab-kitab;

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. tinjauan pustaka tentang Keberadaan dan Fungsi Xiangqi bagi Masyarakat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. tinjauan pustaka tentang Keberadaan dan Fungsi Xiangqi bagi Masyarakat BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA Penjelasan dalam hal ini yang terdiri dari konsep, landasan teori dan tinjauan pustaka tentang Keberadaan dan Fungsi Xiangqi bagi Masyarakat Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan proses dinamis di mana orang berusaha untuk berbagi masalah internal mereka dengan orang lain melalu penggunaan simbol (Samovar, 2014,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Ritual Ritual adalah tehnik (cara metode) membuat suatu adat kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Tionghoa terdiri dari 56 suku bangsa. Suku Hokkian yang berasal dari provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Tionghoa terdiri dari 56 suku bangsa. Suku Hokkian yang berasal dari provinsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Tionghoa terdiri dari 56 suku bangsa. Suku Hokkian yang berasal dari provinsi Fujian adalah salah satu suku yang paling banyak berimigrasi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman etnis, budaya, adat-istiadat serta agama. Diantara banyaknya agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hubungan manusia dengan hewan, tumbuhan, dan beberapa benda alam lainnya memiliki nilai spiritual. Anggapan ini membuat hewan, tumbuhan, dan beberapa benda

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. merupakan hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah mempelajari (KBBI, 1990:951 ).

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. merupakan hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah mempelajari (KBBI, 1990:951 ). BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan hasil dari penelitian terdahulu yang memaparkan pandangan dan analisis yang berhubungan dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu. buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT

KEBUDAYAAN & MASYARAKAT KEBUDAYAAN & MASYARAKAT Pengantar Sosiologi FITRI DWI LESTARI MASYARAKAT Masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Tak ada masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan dan sebaliknya

Lebih terperinci

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA untuk menambah wawasan dan pemahaman tentang museum Tjong A Fie serta kebudayaan Cina Peranakan bagi peneliti maupun pemba BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku bangsa (etnik) yang tersebar di seluruh wilayahnya. Berbagai suku bangsa ini ada yang dipandang sebagai penduduk asal Nusantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah Indonesia yang terbentang dari Sabang s2ampai Merauke dengan luas 5.193.250 kilometer persegi 1 sudah pasti menyebabkan munculnya keanekaragaman dan kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan. proses transmisi itulah yang biasanya disebut komunikasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Berelson dan Gary A. Steiner (1964) dalam Wiryanto (2004:7) Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan dan sebagainya, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia lahir, hidup dan berinteraksi secara sosial-bekerja, berkarya, beribadah, dan dilatarbelakangi oleh lingkungan budaya di mana ia hidup. Budaya memiliki norma-norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan

BAB I PENDAHULUAN. formal dalam bentuk sebuah negara. Sub-sub etnik mempunyai persamaanpersamaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki berbagai macam agama, suku bangsa dan keturunan, baik dari keturunan Cina, India, Arab dan lain-lain. Setiap golongan memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danpendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,penelitian dilakukan dengan melihat konteks permasalahan secara utuh, dengan fokus penelitian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN

BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN BAB IV ANALISIS AKTIVITAS KOMUNITAS KHONGHUCU DI KELENTENG HWIE ING KIONG KOTA MADIUN A. Aktivitas Keagamaan di Kelenteng Hwie Ing Kiong Telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua karya tulis seperti

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua karya tulis seperti BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua karya tulis seperti buku, skripsi, jurnal, tesis dan karya ilmiah lainnya yang dikutip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam berkomunikasi. Komunikasi tersebut tidak terbatas hanya dari apa yang diberikan namun juga dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh

BAB I PENDAHULUAN. sekaligus penduduk terpadat di Kabupaten Langkat. Kecamatan ini dilalui oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Stabat adalah ibu kota Kabupaten Langkat provinsi Sumatera Utara. Stabat memiiliki luas daerah 90.46 km², merupakan kota kecamatan terbesar sekaligus penduduk terpadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi

Ota Rabu Malam. Musik Ritual. Disusun oleh Hanefi Ota Rabu Malam Musik Ritual Disusun oleh Hanefi MUSIK RITUAL Disusun oleh Hanefi Sistem Kepercayaan Pendekatan Sosiologis Tokoh: Emile Durkheim (1858-19170 Bentuk agama yang paling elementer dapat ditemukan

Lebih terperinci

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公

BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 BAB III. Pengertian Thian Kong (Tian Gong) 天公 天公 Secara umum, orang Tionghoa biasa menyebut Tuhan Yang Maha Esa sebagai Thian Kong (Tian Gong) atau Thi Kong, bahkan ada yang menyebutnya sebagai Siang Te

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai halhal yang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003:588) adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisi Tionghoa pada awalnya sempat ditentang selama 32 tahun dan kurang diakui baik secara langsung maupun tidak langsung akibat terjadinya gonjang-ganjing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. Untuk mempermudah penelitian, maka objek kajian tersebut akan ditelisik dan dianalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial

BAB I PENDAHULUAN. Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang. bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seorang manusia sebagai bagian dari sebuah komunitas yang bernama masyarakat, senantiasa terlibat dengan berbagai aktifitas sosial yang berlaku dan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini banyak hal yang tidak terbaca karena selalu ada sesuatu yang tidak bisa terungkap secara kasat mata. Untuk mengungkapkan sesuatu kadang tabu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang

BAB I PENDAHULUAN. akan memunculkan sebuah budaya dan musik baru. Walaupun biasanya terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, karya seni yang didalamnya mencakup bidang musik memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya untuk hiburan, untuk upacara-upacara besar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan yang berkembang di daerah-daerah di seluruh Indonesia merupakan buah Pergumulan Kreatif dari penduduk setempat dan telah menjadi warisan untuk genarasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV. BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP 4.1. PENDAHULUAN Bertolak dari uraian tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian yang terdapat dalam Bab I, yang dilanjutkan dengan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar

BAB I PENDAHULUAN. nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman mengenai peranan pendidikan dalam pembangunan nasional di Indonesia, harus didahului dengan pengetahuan tentang latar belakang sosial budaya bangsa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Kisaran adalah Ibu Kota dari Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota Kisaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang memiliki akal dan pikiran yang mampu menciptakan pola bagi kehidupannya berupa kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan kegiatan manusia untuk menguasai alam dan mengolahnya bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Dalam semua kebudayaan, manusia mempunyai kepercayaan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap masyarakat memiliki kebudayaan, kebudayaan ini tersusun karena adanya tingkat pengetahuan dan sebuah ide, keduanya akan menghasilkan sebuah perwujudan budaya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya.

BAB IV PENUTUP. dengan masuknya etnik Tionghoa di Indonesia. Medio tahun 1930-an dimulai. dan hanya mengandalkan warisan leluhurnya. BAB IV PENUTUP 1.1. Simpulan Agama Tao masuk dan berkembang di Indonesia sejak abad 6 SM seiring dengan masuknya etnik Cina di wilayah Nusantara. Agama Tao diyakini berasal dari Kaisar Kuning (Huang Di)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan harus dapat menganalisis peluang dan tantangan pada masa yang akan datang. Dengan melihat tantangan tersebut, Perusahaan dituntut untuk mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Agama Buddha tidak pernah bisa dilepaskan dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Agama ini pernah berkembang pesat dan menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka adalah hasil meninjau, pandangan, pendapat, sesudah menyelidiki atau mempelajari (KBBI, 2003:1998). Pustaka adalah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yaitu pendekatan yang digunakan karena beberapa pertimbangan yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seni meramal merupakan salah satu bentuk tradisi yang sudah lama berkembang dalam kehidupan masyarakat Tionghoa. Seni meramal ini muncul ketika manusia mulai mencari

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA

PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA PERTEMUAN 5 Pengertian Kebudayaan MK ANTROPOLOGI BUDAYA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MEDAN AREA 1. Pandangan Masyarakat Sehari-hari Manusia sebagai khalifah Allah dituntut untuk mampu menciptakan piranti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan pustaka yang berkaitan dengan topik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk sosial yang berbudaya mempunyai peran sebagai aktor, sebagimana manusia itu dapat memberikan sumbangan dan memfasilitasi kehidupan yang mencakup

Lebih terperinci

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia

@UKDW BAB I. Latar Belakang Masalah. Tradisi sebagai Pembimbing Manusia BAB I Latar Belakang Masalah Tradisi sebagai Pembimbing Manusia Tradisi merupakan kebiasaan turun-temurun dalam suatu masyarakat 1, hal ini berarti dalam tradisi terdapat informasi yang diwariskan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Agama merupakan suatu keyakinan yang dianggap benar dan dianut oleh tiap individu ataupun suatu kelompok tertentu yang percaya terhadap Tuhan, sehingga dengan

Lebih terperinci

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan 5.1. Kesimpulan B A B V P E N U T U P Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan umum bahwa integrasi sosial dalam masyarakat Sumba di Kampung Waiwunga, merupakan konstruksi makna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ritual merupakan suatu proses pelaksanaan tradisi. Meskipun sudah ada ritual tanpa mitos-mitos dalam beberapa periode jaman kuno. Dalam tingkah laku manusia,

Lebih terperinci

MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA

MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA ADAADNAN ABDULLA ADNAN ABDULLAH MISTERI TUHAN ANTARA ADA DAN TIADA Diterbitkan secara mandiri melalui Nulisbuku.com DAFTAR ISI Daftar Isi 3 Pendahuluan.. 5 1. Terminologi Tuhan. 10 2. Agama-agama di Dunia..

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Tinjauan Pustaka 1. Definisi Kebudayaan Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, ialah bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir

BAB I PENDAHULUAN. dalam lagi bahasa tercakup dalam kebudayaan. Bahasa menggambarkan cara berfikir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Bahasa selalu menggambarkan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan; lebih dalam lagi bahasa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ada di luar nusantara. Keragaman suku bangsa tersebut membuat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang ada di luar nusantara. Keragaman suku bangsa tersebut membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Medan merupakan salah satu kota yang sangat heterogen dari segi penduduknya, tidak hanya dari suku bangsa yang ada di nusantara tetapi juga suku bangsa yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu olahraga. Dapat dibuktikan jika kita membaca komik dan juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Jepang terdapat bermacam-macam budaya, salah satunya adalah olahraga. Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki ketertarikan tinggi terhadap suatu olahraga.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tradisi merupakan salah satu alat untuk mempersatukan antar masyarakat, dan dapat menimbulkan rasa solidaritas terhadap lingkungan sekitar. Tradisi ritual dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan masalah utama yang sedang dihadapi dan masih belum terselesaikan di negara berkembang seperti Indonesia. Menurut laporan Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI Uraian yang terdapat pada bab dua yaitu terdiri dari tinjauan pustaka, konsep dan landasan teori tentang Fungsi dan Makna Arak Putih dalam budaya masyarakat

Lebih terperinci

BAB I JENIS-JENIS DAN FUNGSI KIMONO DALAM MASYARAKAT JEPANG. Interaksi manusia dengan sesamanya memunculkan suatu peradaban yang

BAB I JENIS-JENIS DAN FUNGSI KIMONO DALAM MASYARAKAT JEPANG. Interaksi manusia dengan sesamanya memunculkan suatu peradaban yang BAB I JENIS-JENIS DAN FUNGSI KIMONO DALAM MASYARAKAT JEPANG 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lainnya. Interaksi manusia dengan sesamanya memunculkan

Lebih terperinci