ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : BULIMIA NERVOSA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : BULIMIA NERVOSA"

Transkripsi

1 ASUHAN KEPERAWATAN DEWASA DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : BULIMIA NERVOSA Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Keperawatan Pencernaan II yang Diampu Ibu Ika Nur Pratiwi, S.Kep. Ns., MKep. Oleh: KELOMPOK 3 AJ-2 B18 1. Hairun Puspah Cicik Eka Irawati Auzan Muttaqin Novia Shinthia Dewie Muhammad Ali Lailatul Isnaini Muhammad Saelindra Kurnia Fidyastria Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya

2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL 1 DAFTAR ISI 2 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Rumusan Masalah 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Teori Bulimia Nervosa Definisi Bulimia nervosa Etiologi Faktor Resiko Patofisiologi WOC Klasifikasi Manifestasi Klinis Pemeriksaan Diagnostik Penatalaksanaan Pencegahan Komplikasi Prognosis Konsep Asuhan Keperawatan Dewasa dengan Bulimia Nervosa Pengkajian Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan Evaluasi 33 BAB III TINJAUAN KASUS Pengkajian Analisa Data Diagnosa Keperawatan Interevensi Keperawatan Evaluasi 44 BAB IV PENUTUP Kesimpulan Penutup 45 DAFTAR PUSTAKA 46 2

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu transisi gaya hidup yang terjadi adalah perubahan perilaku makan yang paling berdampak pada kaum perempuan untuk terlihat cantik dengan berdiet berlebihan sehingga mengakibatkan gangguan makan atau eating disorder. Gangguan makan hadir ketika seseorang mengalami gangguan parah dalam tingkah laku makan, seperti mengurangi asupan makanan dengan ekstrem seperti makan terlalu banyak, perasaan menderita atau keprihatinan tentang berat dan bentuk tubuh yang ekstrem. Seseorang dengan gangguan makan mungkin berawal dari mengkonsumsi makanan yang lebih sedikit atau lebih banyak daripada biasa, tetapi pada tahap tertentu, hal tersebut akan terus menerus terjadi di luar keinginan. (APA, 2013). Jumlah pasien dengan gangguan makan secara global telah meningkat sejak 50 tahun yang lalu. Di Amerika Serikat, dilaporkan satu hingga dua juta wanita memenuhi kriteria diagnostik untuk Bulimia Nervosa (BN). (Academy for Eating Disorder, 2006) Penelitian internasional tentang gangguan makan menunjukkan 1% dari remaja wanita di Amerika Serikat 4% menderita BN. Sebanyak 1.2% anak sekolah di Cairo dan 3.2% anak sekolah di Iran menderita BN. (Edquist, K., 2009). Di Indonesia masih belum banyak dilakukan penelitian dan publikasi yang melaporkan tentang penyimpangan perilaku makan. Sebuah penelitian dikalangan remaja yang telah dilakukan oleh Tantiani (2007) membuktikan 34,8 % remaja mengalami penyimpangan perilaku makan dengan spesifikasi 11,6% menderita anoreksia nervosa dan 27 % menderita bulimia nervosa. Untuk memahami lebih lanjut tentang bulimia nervosa ini, maka kami menyusun makalah ini dengan tema asuhan keperawatan dewasa dengan gangguan sistem pencernaan: Bulimia Nervosa Rumusan Masalah Bagaimanakah konsep teori tentang bulimia nervosa? 3

4 Bagaimana pendekatan proses keperawatan pada klien dengan bulimia nervosa? 1.3. Tujuan Tujuan Umum Setelah proses pembelajaran, diharapkan mahasiswa mampu melakukan Asuhan keperawatan sistem pencernaan pada klien dengan bulimia nervosa Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengertian bulimia nervosa 2. Mengetahui etiologi dari bulimia nervosa 3. Mengetahui faktor resiko dari bulimia nervosa 4. Mengetahui patofiologi dan WOC bulimia nervosa 5. Mengetahui klasifikasi dari bulimia nervosa 6. Mengetahui manifestasi klinis bulimia nervosa 7. Mengetahui pemeriksaan dignostik pada bulimia nervosa 8. Mengetahui penatalaksanaan pasien dengan bulimia nervosa 9. Mengetahui pencegahan dari bulimia nervosa 10. Mengetahui komplikasi bulimia nervosa 11. Mengetahui prognosis bulimia nervosa 12. Mengetahui Asuhan keperawatan pasien dengan bulimia nervosa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Teori Bulimia Nervosa Definisi Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya extreme hunger alias lapar yang amat sangat, mereka cenderung makan dalam jumlah banyak dalam waktu yang singkat, seperti orang yang kelaparan, dan selanjutnya sebagai kompensasi dari pola makannya tersebut, mereka akan melakukan berbagai cara yang intinya supaya berat badan mereka tidak bertambah meski mereka sudah makan banyak. Bulimia nervosa merupakan gangguan psikologis yang menyebabkan terjadinya gangguan pola makan ditandai dengan makan 4

5 terlalu banyak dan diikuti dengan muntah yang dirangsang sendiri (Lein, 2012). Bulimia Nervosa adalah penyakit gangguan pencernaan yang umumnya dapat ditemukan pada gadis remaja atau wanita dewasa muda, dan jarang ditemukan pada pria. Bulimia nervosa diidentikkan dengan peristiwa makan yang sangat banyak terutama makanan yang mengandung karbohidrat dan dihabiskan dalam jangka waktu yang singkat, tetapi untuk mencegah terjadinya kegemukan maka setelah makan ada tahap untuk mengurangi/.mengeluarkan makanan dan terjadilah muntah atau mengkonsumsi obat penurun berat badan dan diet yang ketat Bulimia nervosa (BN) digambarkan sebagai makan berlebihan (binge eating)dengan episode berulang yang kemudian diikuti dengan perlakuan kompensatori(muntah, berpuasa, atau kombinasinya). Makan berlebihan disertai dengan perasaan dimana penderitanya merasa kehilangan pengendalian diri ketika makan. Muntahyang dilakukan secara sengaja serta penyalahgunaan obat pencahar, diuretik, amfetamin dan tiroksin (Chavez, 2007) Etiologi Bulimia merupakan salah satu kelainan mental, penyebab bulimia belum diketahui secara biologis. Namun karena ini berhubungan dengan behavioral health, maka para ahli meyakini ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan penyakit ini: 1. Masalah keluarga 2. Perilaku maladaptive 3. Pertentangan identitas diri 4. Budaya yang terlalu menitikberatkan kepada penampilan fisik. Masalah penampilan serta berat badan merupakan faktor utama yang penyebab bulimia pada seorang wanita. Seorang penderita bulimia biasanya mempunyai ketahanan mental yang kurang, kurang percaya diri dan memiliki masalah dengan berat badan dan ini yang membuatnya menjadi terobsesi dengan penurunan berat badan. Sekitar 90% penderita bulimia berjenis kelamin wanita, terutama dewasa muda dan remaja. Mereka umumnya bekerja di bidang penampilan 5

6 seperti model, artis dan peragawati. Risiko tinggi terjadi pada golongan tersebut untuk menderita penyakit ini, karena mereka perlu menjaga tubuhnya agar tetap langsing. Penyakit ini timbul karena ada perbedaan besar antara bentuk tubuh yang diinginkan dengan bagaimana pandangan mereka terhadap bentuk tubuhnya. Penderita bulimia nervosa cenderung merasa tubuhnya terlalu besar atau komentar orang lain mengenai bentuk tubuhnya yang kemudian mendorongnya untuk melakukan pengaturan makanan secara ketat. Faktor lain yang mendorong timbulnya bulimia nervosa adalah masalah keluarga, pubertas, gangguan adaptasi, lingkungan dan penerimaan teman sebaya, media dan masyarakat serta krisis identitas. Bulimia juga sering dihubungkan dengan depresi. Kebanyakan, penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak bahagia, umumnya mereka memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri kegemukan pada masa kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas apakah gangguan emosional ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia (Ayu Punarsih, Rahmi Nurmadinisia dan Rima Zeinnnamira, 2011). Menurut Townsend (2015), faktor predisposisi bulimia nervosa antara lain: 1. Faktor fisiologis (physiological factor) a. Genetik Meurut Townsend (2015) dalam bukunya yang berjudul Psychiatric Nursimg Assesment Care Plans, and Medications; faktor herediter menjadi predisposisi pada gangguan makan, hal ini merupakan dugaan sementara (hipotesis) berdasarkan sejarah keluarga yang mengalami gangguan makan serta adanya gangguan lain yang diduga berasal dari kelainan genetik. A hereditary predisposition to eating disorders has been hypothesized on the basis of family histories and an apparent association with other disorders for which the likelihood of genetic influences exist. Anorexia nervosa iss more common among sisters and mothers of those with the disorder than among the general population. Several studies have reported a higher than expected frequency of mood and substance use disorders among first-degree 6

7 biological relatives of individuals with eating disorders (Townsend, 2015) b. Kelainan neuroendocrine (Neuroendocrine abnormalities) c. Pengaruh neurokimia (Neurochemical inluences) Gangguan pola makan juga dipengaruhi oleh komponen genetika lainanya, yaitu neurochemical. Para peneliti telah menemukan bahwa neurotransmitter serotonin dan norepineprin secara signifikan menurun pada pasien yang menderita anoreksia dan bulima nervosa akut. Neurotransmitter ini akan berfungsi secara abnormal pada penderita depresi. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan antara dua gangguan tersebut. Disamping menciptakan rasa kepuasan fisik dan emosi, neurotransitter, serotonin juga menghasilakn efek kurang nafsu makan. Bahan kimia otak juga telah diteliti pengaruhnya terhadap gangguan pola makan. Ditandai dengan meningkatnya kadar hormon vassopresin dan kortisol. Kedua hormon ini secara normal dikeluarkan sebagai respon terhadap stres yang dialami oleh penderita tersebut. Pada pada penelitian lain ditemukan bahwa tingginya level neuropeptida dan peptide juga berpengaruh pada penderita bulimia. Kedua hormon tersebut menyebabkan rangsan untuk makan pada uji coba binatang (Sidenfeld, 2001). Hipotesis ini telah didukung oleh adanya respon positif penderita bulimia yang telah menggunakan terapi dengan inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI). Beberapa individu telah terbukti menunjukkan penambahan berat badan ketika diberikan nalokson, suatu antagonis opioid (Townsend, 2015) 2. Faktor psikososial a. Psychodinamic theory Teori psikodinamik menunjukkan bahwa perilaku yang terkait dengan gangguan makan mencerminkan kegagalan perkembangan di tahuntahun awal masa kanak-kanak yang disebabkan oleh gangguan dalam interaksi ibu-bayi. Tahapan percaya diri, otonomi, dan kemandirian individu tak terpenuhi, sehingga individu tersebut tetap berada pada tahap ketergantungan. Terjadilah perkembangan ego yang tertunda. Masalahnya diperparah ketika ibu merespon kebutuhan fisik dan emosional anak dengan makanan. Ketika terjadi peristiwa yang 7

8 mengancam ketidakstabilan ego, akan timbul perasaan kurangnya kontrol atas tubuh seseorang, sehingga timbul perilaku yang terkait dengan makanan dan memakan pada kehidupan seseorang (Townsend, 2015). The psychodynamic theory suggests that behaviors associated with eating disorders reflect a developmental arrest in the very early years of childhood caused by disturbances in mother-infant interactions. The tasks of trust, autonomy, and separation-individuation go unfulfilled, and the individual remains in the dependent position. Ego development is delayed. The problem is compounded when the mother responds to the child s physical and emotional needs with food. Manifestations include a disturbance in body identity and a distortion in body image. When events occur that threaten the vulnerable ego, feelings of lack of control over one s body (self) emerge. Behaviors associated with food and eating provide feelings of control over one s life.(townsend, 2015) Pada bulimia nervosa memiliki kesulitan dengan kebutuhan remaja, tetapi pasien bulimia nervosa lebih mengungkapkan rasa marah dan impulsi dibanding pasien anoreksia nervosa. Pasien bulimia nervosa biasanya merasakan makan yang tidak terkendali yang dilakukannya sebagai ego-distonik (Sidenfeld, 2001) b. Family dynamics Pada bulimia nervosa, cenderung mereka yang memiliki kedudukan tinggi dan perlu berespon terhapa tekanan sosial untuk menjadi kurus. Banyak pasien bulimia nevosa adalah pasien terdeprsi dsn memiliki depresi familial yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh orang tua yang mengikutsertakn anaknya dalam kegiatan yang mengharuskan pengontrolan berat badan yang ketat seperti balet, senam, modeling, dpat sebagai faktor resiko timbulnya bulimia nervossa. Faktoe sosiokultural merupakan faktor yang sangat beasr pengaruhnya terhadap kelaianan ini. Kita tahu bahwa makanan yang banyak beredar serta disukai banyak orang pada saat ini adalah makanan seperti fast food, ice cream, pizza yang merupakan karbohidrat olahan. Setelah 8

9 diteliti, mereka yang mengkonsumsi makanan ini kadar serotonin dalam darah meningkat sementara hingga 450% (Sidenfeld, 2001) Faktor resiko Menurut Rushing (2003), bulimia nervosa memiliki faktor resiko antara lain: 1. Gender Lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Bulimia nervosa didapatkan 90% penderitanya adalah wanita, karena wanita lebih banyak mendapatkan tekanan sosial untuk memilki tubuh yang terlihat kurus (Brown, 2005) 2. Ras/etnis Bulimia terjadi pada 2,3% perempuan kulit putih, dan 0,4% pada wanita kulit hitam (Rushing, 2003) 3. Tinggal sendirian Biasanya penderita bulimia makan dalam jumlah yang wajar ketika bersama teman atau saudara tetapi ketika senidiran mereka akan makan dalam jumlah yang banyak 4. Kontrol glikemik diabetes yang buruk 5. Perilaku diet Menurut penelitian fisher dan koleganya didapatkan 50-60% remaja wanita menganggap dirinya over weight, selain itu pada umumnya mereka menjalankan diet yang tidak sehat seperti melewatkan waktu makan dan pemabtasan jumlah kalori yang masuk (Brown, 2005). Hal serupa juga dikatakan oleh Neumark-Sztainer (2005), bahwa lebih dari setengah remaja wanita dan hampir sepertiga remaja laki-laki menjalankan diet seperti melewatkan waktu makan, berpuasa, merokok, sengaja muntah dan menggunakan obat laksatif 6. Perasaan rendah diri Kepercayaan diri yang rendah, perfeksionis, berperilaku impulsif, mudah marah, depresi, mudah cemas, dan gangguan obsesif konvulsi dapat menjadi faktor bagi seseorang untuk mengalami gangguan makan 7. Pekerjaan yang berfokus pada berat-badan Public figure seperti artis, model, aktor, atau penari mempunyai tekanan yang lebih tinggi untuk memiliki bentuk tubuh yang langsing atau kurus, sehingga mereka lebih beresiko untuk menderita bulimia 8. Keterlibatan dengan atletik 9

10 Umumnya bulimia diderita oleh atlit seperti pegulat, gymnastik, atau pelari. Para pelatih dan orang tua juga mungkin secara tidak sengaja mendorong para atlit muda untukmenurunkan berat badannya atau melarang anak didiknya untuk makan agar mampu memberikan performa yang lebih baik ketika bertanding 9. Pelecehan seksual Pelecehan seksual dianggap sebagai salah satu pemicu terkuat yang dapat menimbulkan penyimpangan perilaku makan (Tiemeyer, 2007) 10. Media, baik cetak maupun elektronik. Media membombardir kita dengan gambar model yang ideal dan ide bahwa orang yang berpenampilan baik memiliki hidup yang lebih baikndan banyak keuntungan. Hal tersebut sangatlah tidak representatif terhadap kenyataan yang ada. Keterpaparan terhadap kesan yang ideal secara teus menerus dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan pada bentuk tubuh sendiri yang ada akhirnya dapat menyebabkan gejala penyimpangan perilaku makan (Fairburn&Hill, 2005) Patofisiologi Makan secara berlebihan secara berulang-ulang, merupakan gejala utama dari bulimia. Bulimia ini akan diikuti dengan muntah, diet yang ketat serta olah raga berlebihan. Namun untuk mendeteksi gejala bulimia dalam kehidupan sehari-hari sangatlah susah. Proses makan berlebihan terkadang adalah hal umum dalam masyarakat. Makan merupakan kegiatan yang menyenangkan, bisa menghilangkan stres atau depresi. Selain itu, setiap orang juga memiliki nafsu makan berbeda, sehingga makan dengan jumlah banyak tersebut kadangkala adalah hal yang normal (Cecily, 2009). Selain itu, penderita bulimia tidak selalu kurus. Bisa saja memiliki berat badan normal atau gemuk. Namun ada beberapa pertanda yang bisa dianggap sebagai gejala bulimia, yaitu, selalu ke kamar mandi setelah makan untuk muntah, olahraga berlebih, terjadi perubahan seperti pipi atau rahang yang bengkak, pecahnya pembuluh darah di mata, rusaknya lapisan 10

11 gigi, terlalu terbelenggu dengan urusan berat ataupun bentuk badan (Cecily, 2009). Bahaya bulimia ini disebabkan oleh perilaku makan berlebihan dan kemudian membersihkannya secara berulang. Berbagai macam organ akan rusak akibat pembersihan secara ekstrim ini, seperti pembengkakan kelenjar ludah di pipi, jaringan parut di jari tangan yang digunakan untuk merangsang muntah, pengikisan gigi akibat bulimia yang sering muntah dan mengeluarkan asam lambung, kadar kalium yang rendah dalam darah, gigi sensitif terhadap panas atau dingin, masalah pada kelenjar ludah yang berupa rasa nyeri atau pembengkakan, paparan asam lambung berlebih pada kerongkongan bisa menyebabkan borok, pecah atau penyempitan, terganggunya proses pencernaan akibat pencahar, bisa mengakibatkan disfungsi organ pencernaan, ketidakseimbangan cairan tubuh akibat stimulus zat diuretik secara berlebih (Cecily, 2009). Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pada penderita bulimia yang parah, kadar neurotransmiternya (pengantar kimia pada otak), terutama serotonin - yang berhubungan dengan depresi dan gangguan obsesif-kompulsif cenderung lebih rendah. Bahan kimia tersebut mengontrol tubuh dalam pembuatan hormon. Penderita bulimia memiliki kadar neurotransmitter serotonin dan norepinephrine yang sangat rendah. Keduanya berperan penting dalam mendorong kelenjar pituitari untuk membuat dan melepaskan hormon yang mengontrol sistem neuroendokrin yang mengatur emosi, perkembangan fisik, ingatan dan detak jantung. Ketika hormon tidak terbentuk, kerja beberapa fungsi tubuh tersebut menjadi terganggu. Penelitian lain menemukan rendahnya kadar asam amino triptofan dalam darah. Asam amino triptofan merupakan sejenis zat dalam makanan yang penting untuk produksi serotonin, yang bisa menyebabkan depresi dan mendorong terjadinya bulimia. Meski bulimia umumnya tidak disebabkan oleh adanya gangguan fisik, perilakunya bisa dihubungkan dengan gangguan neurologis, endokrin, dan hipotalamus. Namun masih perlu penelitian lebih lanjut sampai ditemukan bukti pasti hubungan antara sistem fisiologis tubuh dan gangguan makan. Ada 11

12 kemungkinan siklus bulimia berhubungan dengan faktor biologis. Para ahli yakin, metabolisme tubuh beradaptasi terhadap siklus bulimia dengan memperlambat metabolisme, sehingga mempertinggi risiko kenaikan berat tubuh meski asupan kalori normal. Proses muntah dan penggunaan pencahar dapat merangsang pembentukan opioid alami, narkotika di dalam otak yang menyebabkan ketergantungan pada siklus bulimia (Ayu Punarsih, Rahmi Nurmadinisia dan Rima Zeinnnamira, 2011). Menurut (Wardlaw dan Hampl, 2007). Keadaanini akan terus berulang hingga menjadi sebuah siklus seperti berikut ini. Gambar 2.1 Siklus Lingkaran Setan Penderita Bulimia Nervosa 12

13 WOC (Web of Caution) Faktor Psikologis Emosional, impulsif, ketergantungan alkohol, labilitas emosional (bunuh diri, perfeksionis Ego-dystonic Faktor Biologis Neurotransmiter kadarnya abnormal (serotonin&norepinef rin) Faktor Sosial Memiliki standar tinggi &memberi respon tekanan sosial Anggapan tubuh langsing ialah ideal Maladaptif perilaku (binge&purge) gangguan perilaku makan Bulimia Depresi, depresi familial MK: Gangguan Perangsangan muntah secara berlebihan (purge) Asam lambun g keluar Paparan asam lambung berlebihan pada erosi mukosa esofagus Pengikis an gigi Gigi sensitif terhadap panas dan dingin Gangguan makan dan gangguan metabolik MK: Kerusakan Gigi Nafsu makan menuru n Penggunaa n laksatif olah raga secara berlebihan MK : Ketidakseimba ngan nutrisi kurang dari kebutuhan Dehidrasi MK: Kekuranga n volume cairan MK: Defisiensi Pengetahu Tidak mampu merubah perilaku (binge & MK : Ketidake fektifan koping individu MK: Kerusakan Membran Mukosa Oral Klasifikasi Menurut DSM-IV (Wardlaw&Hampl, 2007) Bulimia Nervosa ada 2 type yaitu: 1. Bulimia Nervosa-Purging Type : Tipe yang memuntahkan kembali makanan setelah sangat kenyang (menggunakan purging medications). 13

14 Dilakukan dengan menusukkan jari ke tenggorokan, atau dengan menggunakan obat-obatan laksatif, obat pencahar, maupun obat-obatan lain. Tujuannya agar makanan tidak sempat dicerna oleh tubuh sehingga tidak menambah berat badan. 2. Bulimia Nervosa-Non Purging Type : Penderita berolahraga berlebihan setelah makan atau berpuasa untuk mengontrol berat badan, namun tidak muncul purging behaviors. Tujuannya agar energi yang dihasilkan dari makanan dapat langsung dibakar dan habis. Menurut DSM-V kriteria dari Bulimia Nervosa sebagai berikut: a. Sering makan dan berulang dalam porsi yang banyak. Makan dengan porsi banyak ditandai dengan dua hal sebagai berikut: Makan dalam rentang waktu 2 jam sekali dengan porsi jumlah makanan yang pasti lebih besar daripada kebanyakan orang yang akan makan selama periode waktu yang sama dan dalam kondisi yang sama. Rasa kurangnya dapat mengontrol nafsu makan sehingga seseorang tidak bisa berhenti makan atau mengendalikan apa atau berapa banyak yang dimakan. b. Melakukan tindakan seperti memuntahkan apa yang dimakan, penyalahgunaan obat laksatif, diuretik, atau obat-obatan lain, puasa, atau olahraga berlebihan secara berulang yang bertujuan untuk mencegah kenaikan berat badan. c. Perilaku seperti ini biasanya dilakukan dalam kurun waktu seminggu sekali dalam 3 bulan. d. Tujuan dari perilaku ini adalah berat badan dan bentuk tubuh Manifestasi klinis Menurut National Eating Disorders Collaboration (NEDC, 2013). Tanda dan Gejala dari Bulimia Nervosa ada tiga dari fisik, psikologi dan tingkah laku: a. Tanda-tanda fisik Perubahan berat badan (kekurangan dan kelebihan). 14

15 Tanda-tanda kerusakan pada tubuh karena muntah termasuk pembengkakan di sekitar pipi atau rahang, kerusakan gigi dan bau mulut. Merasa kembung, sembelit. Gangguan pada periode menstruasi pada anak perempuan dan wanita. Pingsan atau pusing. Merasa lelah dan tidak dapat tidur dengan baik. b. Tanda-tanda psikologis: Keasyikan dengan makan, makanan, bentuk tubuh dan berat badan. Sensitivitas terhadap pernyataan yang berkaitan dengan makanan, berat badan, bentuk tubuh atau berolahraga. Merasa memiliki citra tubuh yang berubah. Terobsesi dengan makanan. Depresi, kecemasan atau mudah marah. Ketidakpuasaan dengan bentuk dan berat badan. c. Tanda-tanda perilaku: Bukti sering makan banyak Muntah atau menggunakan obat pencahar, menggunakan penekan nafsu makan atau diuretik. Makan secara pribadi dan menghindari makanan dengan orang lain. Perilaku Anti sosial, menghabiskan lebih banyak waktu sendirian. Perilaku berulang atau obsesif berkaitan dengan bentuk tubuh dan berat badan Perilaku Secretive sekitar makanan. Kompulsif atau berlebihan berolahraga. Perilaku Diet. Sering ke kamar mandi setelah makan yang bisa menjadi bukti muntah atau penggunaan laksatif. Perilaku tidak menentu. Penyalahgunaan zat atau obat untuk usaha bunuh diri Pemeriksan Diagnostik Uji Laboratorium dan Diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien dengan bulimia nervosa adalah sebagai berikut : 1. Pemeriksaan fisik yang menyeluruh. 2. Uji kadar elektrolit serum. Dikhawatirkan muncul hipokalemia, hiponatremia, alkalosis metabolik, hipokloremik. 3. Kadar amilase serum mungkin meningkat. 15

16 4. Evaluasi faktor-faktor psikologis. Menurut Wong (2008), pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain 1. Laboratorium Darah rutin, kadar elektrolit (Bisa muncul hipokalemia, hiponatremia, alkalosis metabolik, hipokloremik), kadar kalsium dan fosfat serum, pemeriksaan fungsi hati dan tiroid, Kadar amilase serum mungkin meningkat. 2. Pemeriksaan elektrokardiografi dilakukan bila ada gangguan fungsi jantung atau mendapat pengobatan antidepresan. 3. Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi Pentalaksanaan Penanganan diberikan seperti untuk pasien rawat jalan kecuali bila timbul masalah medis yang berat. Diperlukan penanganan antardisiplin untuk mendapatkan basil yang optimal. Pengobatan rawat jalan mencakup pemantauan medis, rencana diet untuk memulihkan status nutrisi, dan psikoterapi keluarga. Penanganan meliputi membantu individu mempelajari pemantauan sendiri dan untuk mengidentifikasi distorsi pola pikir tentang berat badan, makanan, citra tubuh, dan hubungan. Tujuan penanganan adalah mengembalikan pada makan yang normal. Penanganan psikofarmakologis (misal, antidepresan) juga dapat digunakan.prognosis lebih baik bila kondisi ditangani sejak dini, sebelum purgasi diperkuat dengan penurunan berat badan. Prinsip Penatalaksanaan Bulimia Nevosa menurut (Soetjiningsih, 2012) ada beberapa hal yakni sebagai berikut : 1. Fokus utama pengobatan adalah menurunkan pola makan ala bulimik 2. Hindari makanan yang merangsang pola makan binge seperti es krim. 3. Obati depresi yang biasanya menyertai bulimia 4. Libatkan para remaja dalam psikoterapi individu dengan atau tanpa melibatkan keluarga. 5. Latihan olahraga yang ringan sampai sedang. 6. Terapi Kelompok sangat membantu penyembuhan 7. Bila penderita menggunakan diuretik, berikan diet rendah garam karena terjadi retensi cairan bila diuretik diberikan. 16

17 Menurut DepKes (2010) ada beberapa terapi pada bulimia nervosa, antara lain: 1. Terapi Non Farmakologi a. Terapi Psikologis Terapi CBT ( Cognitive behavioral therapy) merupakan terapi psikologis yang memiliki tujuan menstop makanan yang berlebihan yang dapat menyebabkan muntah dan mengubah sikap pasien terhadap makanan. Metode CBT memiliki 3 fase yang memrlukan waktu khusus dalam 20 minggu terapi fase pertama, pasien diajarkan tentang bulimia nervosa yaitu faktor faktor yang menyebabkan penyakit ini diantanranya tindakan pengaturan frequensi dan pola makan dengan cara menghindari makanan yang sebanyak banyaknya atau pengetahuan tentang purging pada sesi terapi ini. pada fase kedua pasien diajarkan dalam kebebasan memilih makanan dan diberi tambahan waktu untuk memperbaiki makanan disfungsional dalam tubuh dan pola pikirnya. Pada fase ketiga tujuannya maintenance dan mencegah kekambuhan. Pada terapi CBT (Cognitive behavioral therapy) di dapatkan 45 % pasien stopped bingeing and purging dan 35 % tidak lagi memenuhi criteria bulimia nervosa. Pada 31 %- 44% pasien menglami kekambuhan dalam waktu 4 bulan setelah terapi CBT (Cognitive behavioral therapy). kekambuhan ini diduga akibat motivasi rendah selama terapi dan makanan yang terlalu khusus yang menyebabkan peningkatan frequensi muntah sebelum terapi. Umumnya dokter melakukan terapi kognitif, yang bertujuan untuk : Merubah persepsi dan cara berpikir pasien mengenai tubuhnya. Dokter mendorong pasien untuk berpikir secara benar terhadap dirinya sehingga menjadi lebih obyektif melihat suatu masalah, dan menghilangkan sikap serta reaksi yang salah terhadap makanan. 17

18 Memberi kepercayaan kepada pasien sehingga pasien mau bekerjasama dalam pengobatan. Menghentikan kebiasaan makan yang salah dan episode muntah serta diare : Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi jumlah dan jenis makanan pasien bulimia nervosa. Namun sedikit sulit bila pasien tinggal dirumah tanpa pengawasan. Selain terapi kognitif, pasien bulimia biasanya juga akan mendapatkan konseling dan terapi tingkah laku. Sebagian besar gangguan makan permasalahannya bukanlah pada makanan itu sendiri, tetapi pada kepercayaan diri dan persepsi diri. Terapi akan efektif jika ditujukan pada penyebabnya, bukan pada gangguan makannya. Terapi individu, dikombinasikan dengan terapi kelompok dan terapi keluarga seringkali sangat membantu. Terapi kelompok adalah terapi dimana penderita penyakit yang sama saling membagi pengalaman mereka. b. Terapi Nutrisi Ahli gizi dapat mengatur jadwal makan, memberikan penjelasan mengenai tujuan terapi nutrisi, pentingnya diet sehat dan akibat buruk dari pola makan yang salah terhadap kesehatan. Pengaturan diet untuk penderita bulimia nervosa dilakukan secara bertahap tergantung tingkat keparahan serta ada tidaknya komplikasi dengan penyakit penyerta. Selain dengan pengaturan makan yang sehat dan berimbang diperlukan juga olahraga secara tepat dan teratur. 2. Terapi Farmakologis - Untuk penderita bulimia umumnya diberikan obat-obatan jenis antidepresan bersama dengan pengobatan psikoterapi. Obat yang diberikan umumnya dari jenis trisiklik seperti imipramine (dengan merek dagang Tofranil) dan desipramine hydrochloride (Norpramin); atau jenis selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) seperti fluoxetine (Antiprestin, Courage, Kalxetin, Nopres, dan Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Seroxat). - Obat fluoxetine dengan dosis 60 mg / hari yang mempunyai efek dapat menurukan respon muntah dan memperbaiki gangguan makan. Fluoxetine dilaporkan dapat menurunkan respon muntah 18

19 dan memperbaiki gangguan makanan dalam 4 minggu dalam terapi. Dan pada penggunaan terapi fluoxetine selama 1 tahun di laporkan dapat menurunkan kekambuhan dan efeknya lebih tinggi dari pada placebo. Berbagai kasus 5 pasien kurus dengan gangguan makan dilaporkan bahwa sertraline memiliki efek dapat memulihkan berat badan dan mengurangi gangguan makan. Pada citalopram memiliki efek dalam mengobati gangguan makan. Sedangkan pada milnacipran, obat anti depresan, kedua serotonergik dan noradrenergic mempunyai efek dalam menguangi gejala bulimia pada beberapa kasus yg tidak tertangani. Tetapi sampai saat ini hanya fluoksetin, yang merupakan satu-satunya obat yang dibenrkan Oleh U.S food and Drug Administration sebagai terapi Bulimia Nervosa. (Rushing, 2003) Berikut adalah adalah usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mempertahankan keadaan yang sudah membaik : a. Setelah pengobatan biasanya pasien akan mengulangi kebiasaannya untuk makan lagi, maka kita jangan menentangnya, tapi kita anggap bahwa hal itu merupakan respon yang fisiologis. b. Agar pasien mau makan, maka kita katakankepadanya bahwa rasa lapar yang timbul itu, karena tubuhnya memerlukan nutrisi. c. Kalau pengobatan berhasil, maka pasien akan mengurangi ketergantungan terhadap kebiasaan jeleknya dan gejala depresinya akan teratasi, ini dapat berlangsung untuk beberapa bulan. d. Oleh karena kebiasaan makan yang jelek pada bulimua nervosa ini mudah berulang kembali, maka pengobatan yang paling efektif adalah dengan memberikan rasa percaya diri kepada pasien terhadap penampilan dan berat badannya Pencegahan Program pemerintah terkait penganggulangan kasus bulimia pada remaja belum ditemukan. Namun, dapat dilakukan tindakan pencegahan yang yaitu dengan mengamati ada-tidaknya gejala pada keluarga maupun orang-orang terdekat. Ketika beberapa gejala ditemui dapat dilakukan pendekatan secara interpersonal, berempati dan mendorong untuk makan 19

20 dan berolahraga secara normal, serta memberitahukan dampak negatif bulimia. penderita bulimia tidak dapat sembuh dengan sendirinya oleh karena itu tindakan pertolongan yang harus segera diberikan yaitu disarankan untuk berkonsultasi langsung ke para ahli kesehatan. Saran lain yang dapat diberikan kepada penderita bulimia yaitu: 1. Rajin berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk mendiskusikan tentang kesehatan, berat badan dan gizi yang benar. 2. Meningkatkan rasa percaya diri dengan mengikuti kegiatan yang disukai dan memberi kepuasan diri, misalnya mempelajari keahlian baru, mengembangkan hobi atau aktif di kegiatan sosial di lingkungan sekitar. 3. Meningkatkan dinamika lingkungan, diusahakan agar tercipta suasana yang nyaman dan kondusif di lingkungan keluarga atau pekerjaan. 4. Bersikap realistis dengan tidak mudah percaya pada apa yang digambarkan oleh media tentang berat dan bentuk badan ideal (Ayu Punarsih, Rahmi Nurmadinisia dan Rima Zeinnnamira, 2011) Komplikasi Menurut Lynn 2009 dan Parakrama 2005 dampak Bulimia Nervosa adalah 1. Fisik a. Kehilangan selera makan, hingga tidak mau mengkonsumsi makanan apapun b. Luka pada tenggorokan dan infeksi saluran pencernaan akibat terlalu sering memuntahkan makanan c. Lemah, tidak bertenaga d. Sulit berkonsentrasi.gangguan menstruasi e. Kematian f. Erosi dan lubang pada gigi serta penyakit gusi g. Dehidrasi h. Iritasi dan pembengkakan tenggorokan i. Pembengkakan pada pipi j. Rambut rontok dan kulit kering k. Masalah pencernaan 2. Psikologis a. Perasaan tidak berharga b. Sensitif, mudah tersinggung, mudah marah c. Mudah merasa bersalah d. Kehilangan minat untuk berinteraksi dengan orang lain e. Tidak percaya diri, canggung berhadapan dengan orang banyak f. Cenderung berbohong untuk menutupi perilaku makannya 20

21 g. Minta perhatian orang lain h. Depresi (sedih terus menerus) Prognosis Bulimia Angka kematian lebih rendah dan tingkat pemulihan lebih tinggi dari anoreksia nervosa. Kematian dari bulimia nervosa diperkirakan pada 0% hingga 3% tetapi dapat dianggap remeh karena beberapa jangka panjang tindak lanjut penelitian yang melibatkan pasien bulimia. Sekitar 50% dari pasien bebas dari seluruh gejala bulemia 5 tahun setelah treatment. Meskipun hasil penelitian pada bulemia nervosa adalah jarang, dengan perkiraan statistik terbatas, telah menunjukkan bahwa angka kematian dan pemulihan secara langsung berhubungan dengan intervensi dini dan treatment. (Rushing, 2003) 2.2. Konsep Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Pencernaan: Bulimia Nervosa Pengkajian 1. Data demografi Usia remaja atau dewasa muda,sering mengalami masalah bulimia, namun mempunyai rentang umur antara tahun. Sekitar % bulimia nervosa mengenai kelompok masyarakat dengan status sosial ekonomi tinggi, namun belakangan dilaporkandapat mengenai semua kelompok masyarakat. Perkiraan bulimia nervosa berkisar dari 1 hingga 3 persen pada perempuan muda. Kaji faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, antara lain; keterlibatan dengan atletik dan pekerjaan yang berfokus pada berat badan. 2. Keluhan utama Biasanya pasien jarang mengungkapkan keluhan utama yang dirasakan, dan pasien merasa tidak menderita bulimia nervosa. 3. Riwayat penyakit sekarang Sejak kapan pasien mengalami bulimia (dusertai tanda binge dan purge)? Klien biasanya mengalami peristiwa makan yang sangat banyak terutama makanan yang mengandung karbohidrat dan dihabiskan dalam jangka waktu yang singkat, tetapi untuk mencegah terjadinya kegemukan maka setelah makan ada tahap untuk 21

22 mengurangi/.mengeluarkan makanan dan terjadilah muntah atau mengkonsumsi obat penurun berat badan dan diet yang ketat (Sidenfeld dan Ricket, 2001). 4. Riwayat penyakit dahulu Apakah pasien pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya? kapan waktunnya? Apakah penangan mandiri pasien sebelum berobat/dirawat di RS? Kaji adanya riwayat gangguan elektrolit, ketidakteraturan menstruasi, atau gejala GI seperti sembelit, memberikan petunjuk penting jika ini merupakan penyebab yang tidak jelas. (Rushing, 2003). Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat sebelumnya, kapan waktu terjadinya, dan penangan yang dilakukan sendiri sebelum di rawat. Klien bulimia nervosa sering berfokus pada cara menyenangkan orang lain dan menghindari konflik. Klien dengan bulimia sering memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat, ansietas, depresi, dan gangguan kepribadian. 5. Riwayat penyakit keluarga Mengkaji apakah ada keluarga pasien yang pernah menderita penyakit bulimia nervosa? Apakah pasien mengalami disfungsi dalam keluarga? Apakah mempunyai riwayat kekerasan fisik maupun seksual semasa kanak-kanak? Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit bulimia nervosa. Kebanyakan, penderita bulimia berasal dari keluarga yang tidak bahagia, umumnya mereka memiliki orang tua yang gemuk, atau mereka sendiri kegemukan pada masa kanak-kanak. Namun hingga kini masih belum jelas apakah gangguan emosional ini sebagai sebab atau akibat dari bulimia. (Kaplan, 1997) 6. Riwayat sosial Pasien bulimia cenderung memiliki standar yang tinggi dan memberikan respon terhadap tekanan sosial yang menuntut orang untuk ramping. 7. Riwayat psikososial Klien dengan bulimia nervosa tidak bangga dengan perilaku mereka. Setelah makan berlebihan, biasanya mereka akan merasa bersalah dan depresi. Setelah itu mereka akan menjadi rendah diri dan merasa tak 22

23 berdaya dengan situasi yang mereka alami (Wardlaw dan Hampl, 2007). Kaji apakah pasien memiliki perilaku impulsif seperti penyalahgunaan zat dan pencurian, ansietas, depresi, dan gangguan kepribadian? Apakah pasien memiliki perilaku makan berlebihan (binge) dan pengurasan/pengeluaran makanan setelah makan (purge)? Apakah pasien menyadari bahwa perilakunya abnormal dan berusaha keras untuk menyembunyikan dari orang lain? Apakah pasien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tersebut. 8. Keadaan umum Banyak pasien bulimia memiliki berat badan yang normal. Catat kehilangan BB 15% dibawah normal atau lebih. Pasien bulimia nervosa dapat kelebihan berat badan atau kekurangan berat badan, tetapi biasanya mendekati berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan ukuran tubuhnya. 9. Pemeriksaan fisik a. Kepala Lihat kebersihan kepala, bentuk kepala simetris atau tidak, adakah lesi, adakah massa, adakah kelainan pada kepala. b. Leher Lihat bentuk leher simetris atau asimetris, adakah pemesaran kelenjar tiroid, adakah pembesaran vena jugularis. Biasanya ditemukan adanya luka pada daerah tenggorokan, karena rangsangan muntah secara manual oleh penderita bulimia c. Mulut Biasanya pada pasien bulimia nervosa ditemukan karies gigi, lidah kotor, membran mukosa mulut kering, dan perut agak cekung atau semua ini tidak dapat dikaji karena dirahasiakan oleh pasien. Pembesaran kelenjar ludah, terutama kelenjar parotis bilateral tanpa nyeri. Erosi gigi (perimolisis), biasanya pada permukaan gigi bagian lingual, palatal dan posterior. d. Abdomen Terasa penuh, mual-mual, Diare berdarah (penyalahgunaan laksan) 1) Nutrisi: Mengkaji intake dan output nutrisi, porsi makan, nafsu makan, pola makan, dan aktifitas setelah makan. Pasien bulimia biasanya mempunyai perilaku makan berlebihan (binge) dan pengurasan/pengeluaran makanan setelah makan (purge). 23

24 2) Cairan: Mengkaji tentang intake cairan yang berkurang dan output cairan yang berlebihan, keseimbangan cairan dan elektrolit (natrium, kalsium, albumin), turgor kulit tidak elastis dan membran mukosa kering. e. Ekstermitas 1) Perubahan kulit: terutama bagian dorsum jari berhubungan dengan penggunaan jari untuk membuat muntah meliputi hiperpigmentasi, kalus atau luka parut. 2) Mengkaji aktivitas sehari-hari, kesulitan mengatur pola makan (binge/makan berlebihan), mencegah terjadinya pengurasan/pengeluaran (purge) dan kekuatan otot. Hal ini membuat pasien cepat lelah karena asupan nutrisi dan cairan yang cukup. 3) Rasa lelah, lemah dan pembengkakan pada tangan serta kaki 4) Kram otot f. Psikologis Mengkaji emosi, penegtahuan terhadap penyakit, dan suasana hati pasien. Pasien mengalami gangguan makan, mempunyai mood yang labil, biasanya berhubungan dengan perilaku makan atau diet pasien. Makanan yang dapat menggemukkan akan memberikan perasaan kuat dan kendali dalam tubuhnya, sedangkan makan berlebihan atau pengurasan menimbulkan ansietas, depresi, dan perasaan lepas kendali. Pasien sering tampak sedih, cemas dan khawatir. Pasien bulimia awalnya tampak senang dan gembira, seolah-olah tidak ada yang salah. Wajah yang menyenangkan biasanya hilang saat pasien menunjukkan perilaku makan berlebihan dan pengurasan, dan psien mungkin menunjukkan emosi yang intens tentang perasaan bersalah, malu, dan memalukan. Pasien merasa lepas kendali dan tidak mampu merubah perilaku tsb meskipun pasien mengakui perilaku tersebut sebagai hal yang patologis. Hal ini yang menyebabkan pasien menjalani hidup yang rahasia, dengn diam-diam melakukan makan yang berlebihan dan pengurasan dibelakang teman dan keluarganya. Jumlah waktu yang 24

25 diluangkan untuk membeli dan memakan makanan dan kemudian melakukan pengurasan dapat mengganggu performa peran baik di rumah maupun di lingkungan. g. Pemeriksaan penunjang Menurut Wong (2008), pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain 1) Laboratorium Darah rutin, kadar elektrolit (Bisa muncul hipokalemia, hiponatremia, alkalosis metabolik, hipokloremik), kadar kalsium dan fosfat serum, pemeriksaan fungsi hati dan tiroid, Kadar amilase serum mungkin meningkat. 2) Pemeriksaanelektrokardiografi dilakukan bila ada gangguan fungsi jantung atau mendapat pengobatan antidepresan. 3) Foto rontgen dapat membantu menentukan densitas tulang dan keadaan dari jantung dan paru-paru, juga bisa menemukan kelainan saluran pencernaan yang disebabkan oleh malnutrisi Diagnosa Keperawatan Menurut Kneisl dan Trigoboff (2013) dan Townsend (2011), sesuai dengan NANDA, diagnosa keperawatan yang sering muncul pada bulimia nervosa adalah: 1. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mengubah perilaku 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis, rangsangan muntah sendiri, penggunaan laksatif yang berlebihan 3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar 4. Penurunan harga diri kronik berhubungan dengankurang percaya diri dan merasa rendah 5. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih, muntah yang diinduksikan sendiri secara konsisten, penggunaan laksatif atau diuretik berlebihan, erosi esofagus atau robekan esofagus 25

26 6. Cemas (sedang sampai berat) berhubungan dengan harga diri yang rendah, gangguan pada sistem keluarga dan merasa tidak berdaya 7. Kerusakan membran mukosa oral berhubungan dengan perlukaan mukosa kerongkongan, malnutrisi atau defisiensi vitamin, hygiene oral yang buruk 8. Kerusakan gigi berhubungan dengan kebiasaan diet, hygiene oral yang buruk, muntah kronik Intervensi Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis, rangsangan muntah sendiri, penggunaan laksatif yang berlebihan DS: - Nyeri abdomen - Muntah - Kejang perut - Rasa penuh tiba-tiba setelah makan DO: - Diare - Rontok rambut yang berlebih - Kurang nafsu makan - Bising usus berlebih - Konjungtiva pucat - Denyut nadi lemah Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NOC: a. Nutritional status: Adequacy of nutrient b. Nutritional Status : food and Fluid Intake c. Weight Control Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam keburuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria hasil: Nilai Laboratorium: a. Albumin serum >3,5gr/dl b. Hematokrit : Laki-laki: 40-48% Wanita: 37-43% c. Hemoglobin Wanita: 12-16gr/dl Laki-laki: 14-18gr/dl d. BUN serum Dewasa 5-25mg/dl Berat badan dalam rentang normal dari perhitungan berat badan ideal BMI=BB Intervensi 1. Berikan pengawasan pasien dengan tetap tinggal diruangan tanpa kamar mandi 2. Hindari pemberian laktasif 3. Berikan terapi nutrisi dalam program pengobatan 4. Libatkan pasien dalam melakukan program perubahan perilaku 5. Timbang berat badan tiap hari dan buat jadwal teratur 6. Rujuk ke ahli gizi 7. Catat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan sebelumnya 8. Lakukan pengkajian nutrisi dengan seksama 9. Auskultasi bising usus 10.Berikan tambahan makanan / nutrisi 11. Kaji TTV, membra 26

27 (TB) 2 (dalam meter) Asupan nutrisi seimbang sesuai berat badan - Bising usus 5 30 x/menit - Abdomen tidak terdapat nyeri tekan - Konjungtiva merah muda (tidak anemis) mukosa, turgor kulit 12.Dorong klien untuk makan semua makanan yang telah disajikan 13.Awasi pemeriksaan laboratorium, antara glukosa serum, albumin dan total protein Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan output yang berlebih, muntah yang diinduksikan sendiri secara konsisten, penggunaan laksatif atau diuretik berlebihan, erosi esofagus atau robekan esofagus DS : - Haus DO: - Penurunan turgor kulit/lidah - Membran mukosa/kulit kering - Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi - Pengisian vena menurun - Perubahan status mental - Konsentrasi urine meningkat - Temperatur tubuh meningkat - Kehilangan berat badan secara tiba-tiba Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NOC: Fluid balance Hydration Nutritional Status : Food and Fluid Intake Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam defisit volume cairan teratasi dengan kriteria hasil: Mempertahankan urine output, dengan cara : Balance cairan (intake = output): Intake+ air metabolisme= output + IWL (IWLdewasa=15cc/kgBB/jam) (Air metabolisme= 5cc/kgBB/jam) Tidak ada tanda-tanda dehidrasi: Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan Vital sign dalam batas normal: S: C BP: /70 mmhg RR:16-20 x/menit HR : x/menit Pemeriksaan laboratorium: Intervensi NIC : 1. Awasi vital sign, status membran mukosa turgor kulit 2. Awasi jumlah masukan cairan (intake & output) 3. Indentifikasi rencana untuk meningkatkan / mempertahankan keseimbangan cairan 4. Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa, penurunan turgor kulit. 5. Memberikan cairan sesuai indikasi 6. Auskultasi bising usus 7. Awasi pemeriksaan laboratorium tentang elektrolit 8. Menimbang berat badan tiap hari 9. Kaji riwayat klien atau orang terdekat 27

28 - Penurunan urine output - Hematokrit meningkat - Kelemahan a. Elektrolit : Na: meq/l Ca: 4-5mEq/L K : meq/l: b. Hematokrit Laki-laki: 40-48% Wanita: 37-43% c. Hemoglobin Wanita: 12-16gr/dl Laki-laki: 14-18gr/dl sehubungan lamanya dari muntah 10. Monitor suhu, warna kulit, kelembapan kulit 11. Kolaborasi pemberian cairan infus Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengubah perilaku Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NOC: Coping 1302 Setelah dilakukan tindakan keperwatan 4 x 24 jam ketidakefektifan koping individu dapat terpenuhi. Kriteria hasil: a. Mengidentifikasi metode yang tidak berhubungan dengan makanan dalam menghadapi stress atau krisis b. Menggunakan perasaan bersalah, ansietas, marah, atau kebutuan yang berlebihan akan kontrol c. Menunjukkan hubungan interpersonal yang lebih memuaskan d. Mengungkapkan citra tubuh yang lebih realitas e. Menunjukkan metode alternatif dalam menghadapi stress atau krisis f. Mengungkapkan Intervensi NIC 1. Menerapkan batasan dengan pasien tentang kebiasaan makan 2. Dorong pasien makan dengan pasien lain atau keluarganya, jika ditoleransi 3. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya (ansietas dan rasa bersalah tentang makan) 4. Dorong pasien untuk membuat catatan harian guna menuliskan tipe dan jumlah makanan yang dimakan/ 5. Identifikasi perasaan yang dialami sebelum, sesudah dan setealha makan terutama tentang perilaku makan yang berlebihan dan pengurasan. 6. Diskusikan makanan yang menyenangkan bagi pasien dan mengurangi ansietas 7. Bantu pasien menggali cara mengatasi emosi (marah, ansietas, dan frustasi) 28

29 peningkatan harga diri dan percaya diri. 8. Berikan umpan balik positif terhadap klien. 9. Ajarkan pasien tentang penggunaan proses penyesalan masalah. 10. Eksplorasi bersam pasien tentang kekuatan personalnya. 11. Diskusikan dengan pasien tentang ide menerima berat badan yang kurang ideal 12. Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaannya tentang anggota keluarga dan orang terdekat, peran, dan hubungan dengan mereka. Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan rasa takut kegemukan yang tidak wajar DS: - Depersonalisasi bagian tubuh - Perasaan negatif tentang tubuh - Secara verbal menyatakan perubahan gaya hidup DO : - Perubahan aktual struktur dan fungsi tubuh - Kehilangan bagian tubuh - Bagian tubuh tidak berfungsi Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NOC: Body image Self esteem Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam gangguan body image pasien teratasi dengan kriteria hasil: Body image positif Mampu mengidentifikasi kekuatan personal Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh Mempertahankan interaksi sosial Intervensi NIC : Body image enhancement 1. Kaji secara verbal dan nonverbal respon klien terhadap tubuhnya 2. Monitor frekuensi mengkritik dirinya 3. Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan dan prognosis penyakit 4. Dorong klien mengungkapkan perasaannya 5. Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu 6. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok kecil 7. dan menerima diri sendiri. 8. Libatkan dalam program pengembangan pribadi 29

30 9. Anjurkan konsultasi pada konsultan citra diri. 10. Gunakan pendektan psikoterapi daripada terapi penafsiran. Diagnosa Keperawatan/ Masalah Kolaborasi Defisiensi Pengetahuan Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, interpretasi terhadap informasi yang salah, kurangnya keinginan untuk mencari informasi, tidak mengetahui sumber-sumber informasi. DS: Menyatakan secara verbal adanya masalah DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi, perilaku tidak sesuai Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil NOC: Kowlwdge : disease process Kowledge : health Behavior Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam, pasien menunjukkan pengetahuan tentang proses penyakit dengan kriteria hasil: Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya Intervensi NIC : 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat. 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat 6. Sediakan informasi pada pasien dan kelurga tentang kondisi, dengan cara yang tepat 7. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan 8. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan 30

31 Evaluasi 1. Kebutuhan nutrisi terpenuhi 2. Kebutuhan cairan terpenuhi 3. Koping individu efektif 4. Konsep diri positif 5. Klien mempunyai pemahaman yang baik terhadap penyakitnya 31

32 BAB III TINJAUAN KASUS Nn G berusia 17 tahun datang ke RS pada tanggal 3 Mei 2016 jam 20:00 wib, dengan keluhan diare yang bercampur dengan darah lebih dari 2 hari. Pasien tampak lemah, pucat, kurus, membran mukosa dan kulit tampak kering. Pasien tampak murung. BB: 40 Kg dan TB 158 cm. Keluarga pasien sering menemukan obat pencahar di kamar pasien akhir-akhir ini dan pasien sehabis makan sering ke kamar mandi dan muntah-muntah. Dirumah pasien muntah >6x/hari Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 3 Mei 2016: Albumin 2,7 mg/dl, Hb: 10 gr/dl, HCT 40 %, Kalium 3,0 meq/dl, Natrium 120 meq/dl. Vital sign: T: 38 0 C, HR: 112x/m, BP: 100/80 mmhg, R: 24x/m. Urin output 1000 cc/24 jam 3.1. Pengkajian PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA LEMBAR PENGKAJIAN KEPERAWATAN Tanggal MRS : 3 Mei 2016 Jam Masuk : 20:00 wib Tanggal Pengkajian : 4 Mei 2016 No. RM : Jam Pengkajian : 08:00 wib Diagnosa Masuk : Bulimia Nervosa + Dahidrasi Sedang IDENTITAS 1. Nama Klien : Nn G Penanggung jawab Biaya 2. Umur : 17 th Nama : Bp Hadi 3. Suku/ Bangsa : Jawa/Indonesia Alamat : Dharmahusada XI, Surabaya 4. Agama : Islam 5. Pendidikan : SMU (kelas 3) 6. Pekerjaan : Pelajar 7. Alamat : Dharmahusada XI, Surabaya 8. BB saat ini : 40kg 9. BB sebelum sakit: 58kg 10. TB : 158cm RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 1. Keluhan Utama : keluhan diare bercampur darah sudah lebih dari 2 hari. 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Klien mengalami diare bercampur darah sudah 2 hari, badan lemah, pucat, kurus, membran mukosa dan kulit tampak kering RIWAYAT PENYAKIT DAHULU 1. Pernah dirawat : ya tidak kapan : diagnosa : 2. Riwayat penyakit kronik dan menular ya tidak jenis: 32

RESENSI FILM MISS CONGENIALITY

RESENSI FILM MISS CONGENIALITY K A M I S, 1 6 D E S E M B E R 2 0 1 0 GANGGUAN MAKAN - "BULIMIA NERVOSA" RESENSI FILM MISS CONGENIALITY Dalam film ini seorang agen FBI yang bernama Hart (Sandra Bullock) ditugaskan untuk menyamar sebagai

Lebih terperinci

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating

BULIMIA NERVOSA. 1. Frekuensi binge eating Kesehatan remaja sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa. Hal ini disebabkan karena remaja yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, generasi yang sehat, dan manula yang sehat. Sedangkan remaja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi terhadap tubuh karena dalam hierarki Maslow kebutuhan fisiologis salah satunya yaitu

Lebih terperinci

Eksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti

Eksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti Eksistensi Bulimia Nervosa Pada Remaja Dekade Ini Oleh: Ni Made Karisma Wijayanti Gangguan Makan sebagai Gangguan Kejiwaan Kebutuhan dasar manusia untuk bertahan hidup salah satunya adalah pemenuhan nutrisi

Lebih terperinci

EATING DISORDERS. Silvia Erfan

EATING DISORDERS. Silvia Erfan EATING DISORDERS Silvia Erfan Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan

Lebih terperinci

37.3% Anorexia Nervosa

37.3% Anorexia Nervosa S E S I 1 Penelitian oleh Makino et al (2004), prevalensi AN meningkat tiap tahun. Lebih tinggi pada negara barat 37.3% Anorexia Nervosa Penelitian oleh Ahmad Syafiq (2008) di Jakarta pada remaja periode

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisis seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. ( Yosep, 2007 ). Harga

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi

REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi REACHING YOUR ULTIMATE BEAUTY GOALS THROUGH BALANCED NUTRITION Beta Sindiana Dewi BODY IMAGE (CITRA TUBUH) Citra tubuh adalah persepsi dan sikap seseorang tentang dirinya sendiri, juga bagaimana ia menganggap

Lebih terperinci

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut:

A. lisa Data B. Analisa Data. Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai. berikut: A. lisa Data B. Analisa Data berikut: Analisa data yang dilakukan pada tanggal 18 April 2011 adalah sebagai No. Data Fokus Problem Etiologi DS: a. badan terasa panas b. mengeluh pusing c. demam selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Obesitas Obesitas adalah kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbun lemak yang melebihi 25 % dari berat tubuh, orang yang kelebihan berat badan biasanya karena kelebihan

Lebih terperinci

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

Gangguan makan. Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan binge-eating Reverse anorexia

Gangguan makan. Anorexia nervosa Bulimia nervosa Gangguan binge-eating Reverse anorexia Gangguan makan Gangguan makan Menjelaskan etiologi dan faktor-faktor yang menyebabkan gangguan makan Menjelaskan gambaran klinik gangguan makan anoreksia dan bulimia Menjelaskan prinsip pengelolaan pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dimana seorang remaja mengalami perubahan baik secara fisik, psikis maupun sosialnya. Perubahan fisik remaja merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyimpangan perilaku makan, seperti anoreksia nervosa dan bulimia nervosa, pada umumnya dialami oleh wanita serta berhubungan dengan beberapa masalah kesehatan lainnya.

Lebih terperinci

Bulimia A. PENDAHULUAN. 1. Definisi Bulimia

Bulimia A. PENDAHULUAN. 1. Definisi Bulimia Bulimia A. PENDAHULUAN 1. Definisi Bulimia Bulimia merupakan bahasa latin dari sebuah kata Yunani boulimia, yang artinya extreme hunger alias lapar yang amat sangat. Ini sesuai dengan gambaran para bulimics

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model

TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Model Masa remaja merupakan jalan panjang yang menjembatani periode kehidupan anak dan orang dewasa, yang berawal pada usia 9-10 tahun dan berakhir di usia 18 tahun. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makan adalah suatu kebutuhan bagi setiap individu untuk menunjang aktivitas sehari-hari dan mendukung proses metabolisme tubuh. Kebiasaan dan perilaku makan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Halusinasi adalah gangguan terganggunya persepsi sensori seseorang,dimana tidak terdapat stimulus. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien merasa

Lebih terperinci

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI

OLEH : KELOMPOK 5 WASLIFOUR GLORYA DAELI OLEH : KELOMPOK 5 HAPPY SAHARA BETTY MANURUNG WASLIFOUR GLORYA DAELI DEWI RAHMADANI LUBIS SRI DEWI SIREGAR 061101090 071101025 071101026 071101027 071101028 Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa dewasa. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk Pelayanan Kesehatan bagi Anak Bab 7 Gizi Buruk Catatan untuk fasilitator Ringkasan kasus Joshua adalah seorang anak laki-laki berusia 12 bulan yang dibawa ke rumah sakit kabupaten dari rumah yang berlokasi

Lebih terperinci

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU?

DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? DIABETES MELITTUS APAKAH DIABETES ITU? Diabetes Melitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat menghasilkan atau menggunakan insulin secara efektif. Insulin

Lebih terperinci

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan Resiko Tinggi Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013 Kehamilan adalah masa di mana seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007) BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merasakan stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, baubauan, pengecapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada remaja khususnya remaja putri kerap kali melakukan perilaku diet untuk menurunkan berat badannya, hal ini dikarenakan remaja putri lebih memperhatikan bentuk tubuhnya

Lebih terperinci

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap. perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap BABI PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang selalu berkembang mengikuti tahaptahap perkembangan tertentu. Manusia hams melewati satu tahap ke tahap

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx. Tindakan dan Evaluasi Lampiran 1 Senin/ 17-06- 2013 21.00 5. 22.00 6. 23.00 200 7. 8. 05.00 05.30 5. 06.00 06.30 07.00 3. Mengkaji derajat kesulitan mengunyah /menelan. Mengkaji warna, jumlah dan frekuensi Memantau perubahan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai penelitian mengenai penyimpangan perilaku makan telah banyak dilakukan dan menunjukkan hasil yang cukup mencengangkan. Sebuah penelitian kohort berbasis rumah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Diet 2.1.1 Pengertian Perilaku Diet Perilaku adalah suatu respon atau reaksi organisme terhadap stimulus dari lingkungan sekitar. Lewin (dalam Azwar, 1995) menyatakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. OBESITAS. 2.1.1. Pengertian Obesitas. Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar organ tubuh dan kadang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gangguan makan digambarkan sebagai gangguan berat dalam perilaku makan dan perhatian yang berlebihan tentang berat dan bentuk badan. Onsetnya biasanya pada usia remaja. Menurut DSM-IV,

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA

PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Artikel PERSOALAN DEPRESI PADA REMAJA Mardiya Depresi merupakan penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. Saat ini diperkirakan ratusan juta jiwa penduduk di dunia menderita depresi. Depresi dapat terjadi

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR A.

BAB I KONSEP DASAR A. BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah radang dari lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa muntah (muntah berak) (Junaedi, dkk. 1995:585). Diare adalah buang air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah penduduk di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2007 sekitar seperlima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pada masa dewasa awal, kondisi fisik mencapai puncak bekisar antara usia 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari 30 tahun.

Lebih terperinci

PENYEBAB. Penyebab Obsesif Kompulsif adalah:

PENYEBAB. Penyebab Obsesif Kompulsif adalah: Penyakit Obsesif-Kompulsif ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi. Obsesi adalah gagasan, khayalan atau dorongan yang berulang, tidak diinginkan dan mengganggu, yang tampaknya konyol, aneh atau menakutkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada fungsi ginjal, dimana tubuh tidak mampu untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat mengganggu aktivitas sehari hari, yang bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis merupakan radang pada jaringan dinding lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi, infeksi dan ketidakteraturan dalam pola makan misalnya makan terlalu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan. perubahan fisik seperti meningkatnya tekanan darah. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kazdin (2000) dalam American Psychological Association mengatakan kecemasan merupakan emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi antara anak dan dewasa yang terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Sukarmin (2012) gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung. Peradangan ini dapat mengakibatkan pembengkakan mukosa lambung sampai terlepasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Neuropati otonom Neuropati otonom mempengaruhi saraf otonom, yang mengendalikan kandung kemih,

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea

BAB IV PEMBAHASAN. memberikan asuhan keperawatan terhadap Ny. A post operasi sectio caesarea 38 BAB IV PEMBAHASAN Berdasarkan hasil kasus asuhan keperawatan yang di lakukan pada Ny. A post operasi sectio caesarea dengan indikasi fetal distres di bangsal Annisa RS PKU Muhammadyah Surakarta, maka

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mengalami proses perkembangan semasa hidupnya, mulai dari janin sampai dewasa. Proses perkembangan antara individu satu dengan yang lainya tidak sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status nutrisi Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan manfaat zat zat gizi. Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia

BAB III TINJAUAN KASUS. Jenis kelamin : Laki-laki Suku bangsa : Jawa, Indonesia BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian ini dilakukan pada tanggal 20 Juni 2011 di Ruang Lukman Rumah Sakit Roemani Semarang. Jam 08.00 WIB 1. Biodata a. Identitas pasien Nama : An. S Umur : 9

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini depresi menjadi jenis gangguan jiwa yang paling sering dialami oleh masyarakat (Lubis, 2009). Depresi adalah suatu pengalaman yang menyakitkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada tanggal 21 Januari 2012 sampai dengan tanggal 28 Januari 2012. Pengambilan data dilakukan

Lebih terperinci

GANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA

GANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA GANGGUAN MAKAN BULIMIA NERVOSA Oleh : Mohammad Haniif Satrio Legowo NPM : 11310229 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG 2013 KATA PENGANTAR Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri ( Stuart, 2006 ). Gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Darah Karbohidrat merupakan sumber utama glukosa yang dapat diterima dalam bentuk makanan oleh tubuh yang kemudian akan dibentuk menjadi glukosa. Karbohidrat yang dicerna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN A. Pengertian Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

Social Anxiety Disorder (Social Fobia)

Social Anxiety Disorder (Social Fobia) Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Social Anxiety Disorder (Social Fobia) Oleh: TirtoJiwo, Juni 2012 TirtoJiwo

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan seseorang mengalami masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, pada masa ini seseorang

Lebih terperinci

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT Dr. Suparyanto, M.Kes GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH Cairan tubuh adalah larutan isotonik yang tersusun atas air dan zat terlarut (mineral)

Lebih terperinci

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado

Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Hesti Lestari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat RSUP Prof dr R.D. Kandou Manado Genetik Nutrisi dengan kualitas dan kuantitas sesuai kebutuhan Lingkungan Tumbuh kembang Optimal 3 } perilaku makan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran. Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia, makanan merupakan kebutuhan paling dasar yang harus dipenuhi oleh manusia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Gangguan hubungan sosial merupakan suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel dan menimbulkan perilaku maladaptif

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU Lampiran FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI KOMUNITAS I. BIODATA Identitas Pasien Nama : Tn.D Jenis Kelamin : Laki-laki Umur : 67 Tahun Status Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan upaya pembangunan kesehatan dapat diukur dengan menurunnya angka kesakitan, angka kematian umum dan bayi, serta meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH). Pada

Lebih terperinci

Karakter remaja & Pubertas Kebutuhan gizi pada remaja Mengapa timbul gangguan makan pd remaja Gangguan makan pd remaja

Karakter remaja & Pubertas Kebutuhan gizi pada remaja Mengapa timbul gangguan makan pd remaja Gangguan makan pd remaja GIZI PADA REMAJA Karakter remaja & Pubertas Kebutuhan gizi pada remaja Mengapa timbul gangguan makan pd remaja Gangguan makan pd remaja USIA REMAJA Masa diantara 12 21 tahun 12 15 tahun masa remaja awal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada beberapa wanita masa menstruasi merupakan masa-masa yang sangat menyiksa. Itu terjadi akibat adanya gangguan-gangguan pada siklus menstruasi. Gangguan menstruasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu akan melewati tahap-tahap serta tugas perkembangan mulai dari lahir hingga lansia. Ketika memasuki usia dewasa awal tugas perkembangan individu

Lebih terperinci

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT VENTRIKEL SEPTAL DEFECT 1. Defenisi Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan 2. Patofisiologi Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan kategori penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara global, regional, nasional maupun lokal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 400 per kematian (WHO, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit gangguan pada jantung dan pembuluh darah, termasuk penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, penyakit vaskular

Lebih terperinci

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan)

Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping. Anxiety (kecemasan) Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Anxiety (kecemasan) Oleh: TirtoJiwo, Juni 2012 TirtoJiwo 1 Gelisah atau cemas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

Metodologi Asuhan Keperawatan

Metodologi Asuhan Keperawatan Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima. Menjelang haid atau menstruasi biasanya beberapa wanita mengalami gejala yang tidak nyaman, menyakitkan, dan mengganggu. Gejala ini sering disebut dengan sindrom pra menstruasi atau PMS, yakni kumpulan

Lebih terperinci