PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI
|
|
- Devi Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang) (Jurnal Skripsi) Oleh : Ahmad Hirliansyah FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2013
2 2 PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang) Ahmad Hirliansyah Jurusan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum Universitas Lampung, Jl Soemantri Brojonegoro No.1 Gedung Meneng Bandar Lampung ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menetahui pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industry dan faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pengawasannya tersebut. Pendekatan masalah yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Hasil penelitian dan pembahasan menunjukan bahwa pelaksanaan pengawasan BPPLH Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri dilakukan dengan cara sebagai memberlakukan prosedur wajib untuk memperoleh izin tempat penyimpanan sementara LB3 bagi pelaku industri yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3. Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung. Terdapat faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan BPPLH Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri adalah keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur professional yang dimiliki oleh BPPLH Kota Bandar Lampung untuk melakukan pengawasan. Terbatasnya sarana mobilitas atau operasional lapangan untuk melakukan pengawasan. Kata Kunci: Pengawasan, Pengelolaan Limbah, Batubara. I. PENDAHULUAN Salah satu dampak negatif pembangunan yang menonjol adalah timbulnya berbagai macam pencemaran, akibat penggunaan mesin-mesin dalam industri maupun mesin-mesin sebagai hasil produksi dari industry tersebut. Ada berbagai bentuk pencemaran, antara lain pencemaran udara yang diakibatkan oleh asap yang dihasilkan sisa pembakaran dari mesin, pencemaran air yang diakibatkan pembuangan sisa industri yang bersifat cair secara langsung tanpa melalui proses daur ulang, pencemaran tanah akibat sampah plastik yang tidak dapat diuraikan oleh tanah dan pencemaran suara dari suara mesin-mesin. Akibat semakin gencarnya para pengusaha berproduksi untuk memproduksi barang dalam jumlah yang sangat besar, maka semakin meningkat sisa pembakaran berupa gas CO, yang berbahaya bagi manusia juga bertambah jumlah, sisa produksi berupa bahan kimia yang berbahaya juga bertambah jumlahnya. Selain itu masyarakat yang mengkonsumsi produk tersebut akan membuang kemasannya dalam jumlah besar maka terjadilah pencemaran akumulasi dari berbagai bentuk pencemaran dalam suatu daerah. 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 1 diakses 12 Desember 2012
3 3 (UUPLH) adalah payung di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang dijadikan dasar bagi pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia dewasa ini. 2 Sebagai penyempurnaan UUPLH 1997 lahir dalam bentuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup lebih baik dibandingkan UUPLH Salah satu sektor dominan sebagai pendukung pembangunan ekonomi adalah industri. Proses industri di samping dibutuhkan bahan baku baik local maupun impor, juga dibutuhkan energi bahan bakar sebagai tenaga penggerak peralatan ataupun mesin-mesin industri. Ada beberapa macam sumber energy sebagai tenaga penggerak mesin antara lain berupa bahan bakar minyak dan batubara. Dengan semakin mahalnya harga bahan bakar minyak, maka penggunaan bahan bakar batubara terbukti lebih efisien untuk meningkatkan produktifitas proses industri. Batubara adalah sumber energi yang paling mudah diambil dari alam. Dewasa ini banyak industri yang beralih menggunakan batubara sebagai bahan bakar dalam menghasilkan uap, hal ini disebabkan karena pemakaian batubara dianggap lebih efisien dibandingkan dengan pemakaian minyak yang terus meningkat. Selain itu, batubara merupakan bahan yang siap dieksploitasi secara ekonomis karena terdapat dalam jumlah yang banyak sehingga menjadi bahan bakar yang dapat mendukung kebutuhan energy dunia dalam jangka waktu yang relatif lama. Bertolak dari kondisi tersebut, banyak kegiatan industri di Kota Bandar Lampung 2 Muhamad Erwin, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup, Refika Aditama, Jakarta. 2008, hlm 13 yang menggunakan batubara sebagai sumber energi. Salah satunya adalah penggunaan batubara, di samping menghasailkan energi yang efisien ternyata yang menyisakan permasalahan yakni pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara (fly ash dan bottom ash) yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan limbah seharusnya disesuaikan dengan baku mutu limbah, sehingga diharapkan tidak mengancam pencemaran dan perusakan lingkungan di sekitarnya. Selain dibutuhkan adanya kesadaran dari para pelaku industri itu, pemerintah juga sangat berperan penting, khususnya institusi yang berwenang dalam pengelolaan lingkungan. Limbah batubara itu disebut dengan Fly Ash dan Bottom Ash yaitu abu terbang yang ringan dan abu relatif berat yang timbul dari proses pembakaran suatu bahan yang lazimnya menghasilkan abu. Sesuai Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) bahwa Fly Ash dan Bottom Ash termasuk dalam jenis limbah B3 yang pemanfaatannya harus mendapat izin pemanfaatan dari Kementerian Lingkungan Hidup. 3 Peraturan perundang-undangan dapat berlaku efektif apabila didukung oleh perangkat penegakan hukum. Penegakan hukum lingkungan berkaitan dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku, yang meliputi tiga bidang hukum, yaitu adminstratif, pidana dan perdata. Dengan demikian, penegakan hukum lingkungan merupakan upaya untuk mencapai ketaatan terhadap peraturan dan persyaratan dalam ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan individual, 3 diakses 12 Desember 2012
4 4 melalui pengawasan dan penerapan (atau ancaman) sanksi administratif, kepidanaan, dan keperdataan. 4 Penegakan hukum salah satunya adalah dapat berupa kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah yaitu institusi lingkungan hidup. Pelaksanaan pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara oleh beberapa industri di Kota Bandar Lampung ternyata masih dijumpai hal-hal yang belum atau bahkan tidak sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sementara itu, efektivitas fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat sangat besar peranannya dalam rangka mengawal peraturan perundangundangan tersebut. Samapai dengan tahun 2012, dari data Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung terdapat kurang lebih 10 (sepuluh) perusahaan yang mempunyai izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. PT. Indah Kiat Pulp & Paper misalnya, perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan kertas terletak di Panjang. Perusahaan ini adalah pemakai batu bara terbanyak, karena memiliki pembangkit listrik sendiri berkapasitas 45 MW dengan kebutuhan batu bara rata-rata ton per hari. Berdasarkan uraian diatas, maka masalah yang hendak diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : a. Bagaimana pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri? b. Faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah 4 Muhamad Erwin, Op, Cit., hlm 113 hasil pembakaran batubara bagi industri? II. PEMBAHASAN B. Pelaksanaan Pengawasan BPPLH Kota Bandar Lampung Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara Bagi Industri Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup telah dijelaskan dalam Pasal 15 bahwa setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan wajib melakukan pengelolaan limbah hasil usaha dan/atau kegiatan, kemudian lebih diperjelas dalam Pasal 17 yaitu setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang menghasilkan B3 wajib melakukan pengelolaan Bahan Berbahaya dan Bercun (B3). Berdasarkan hasil penelitin penulis di BPPLH Kota Bandar Lampung, menurut Bapak Cik Ali Ayub (Kabid Penawasan dan Penegakan Lingkungan Hidup BPPLH Kota Bandar Lampung), proses dan cara pembuangan limbah yang bersifat cair, padat, gas, debu serta penanggulangan kebisingan suara dan/atau getaran (vibrasi) wajib dijelaskan pada saat pengajuan perohonan izin. Pembuangan limbah tersebut wajib dilakukan melalui proses pengolahan terlebih dahulu sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan. Setiap orang atau badan yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimapan sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun wajib memperoleh izin dari Wali Kota. Izin dari Wali Kota yang kemudian diterbitkan dalam suatu Keputusan Wali Kota tersebut berlaku selama 3 (tiga) tahun. Bapak Cik Ali Ayub menjelaskan, pemohon atau pengusaha yang ingin mengajukan permohonan Izin penyimpanan sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) mendatangi
5 5 Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung untuk kemudian memperoleh formulir. Tata cara pengajuan izin penyimpanan sementara LB3 sebagai berikut : a. Pemohon diwajibkan mengisi Formulir Permohonan Izin Penyimpanan Sementara LB3. Formulir tersebut diantaranya memuat: 1) Keterangan Pemohon meliputi nama, alamat dan nomor telepon. 2) Deksripsi Perusahaan secara rinci meliputi : nama perusahaan, alamat perusahaan, nomor telepon, bidang usaha, akte pendirian, nomor izin usaha industri, NPWP, izin-izin yang telah dimiliki (izin lokasi, IMB, HO, SIUP, TDP, izin usaha industri, Dokumen UKL-UPL) 3) Keterangan Lokasi (Letak dan Luas) 4) Keterangan Pengelolaan Limbah B3 meliputi : jenis pengelolaan, spesifikasi pengelolaan dan peralatan yang digunakan, jenis dan karakteristik limbah yang disimpan, tata letak saluran pengelolaan LB3, alat pencegah pencemaran, serta perlengkapan sistem tanggap darurat. 5) Dokumen yang harus disampaikan pemohon izin kepada Kementerian Lingkungan Hidup meliputi : akte pendirian perusahaan, izin lokasi, izin mendirikan bangunan, izin gangguan (HO), dokumen UKL-UPL, peta lokasi tempat kegiatan, uraian tentang bahan baku dan proses kegiatan, uraian tentang spesifikasi alat pengolahan limbah batubara. b. Formulir permohonan disertai dengan kelengkapan persyaratan yang ditandai dengan cek list. c. Pra Verifikasi, dilakukan oleh pihak terkait dalam hal ini Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota BandarLampung mengadakan suatu rapat intern untuk melihat kelengkapan berkas Pemohon, untuk kemudian dilanjutkan verifikasi. d. Verifikasi. Wali Kota menetapkan Tim Pengkaji dan Peneliti Pemberian Izin Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3) di Kota BandarLampung. Tim tersebut tidak hanya beranggotakan pihak dari Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup saja, melainkan juga melibatkan pihak-pihak terkait lainnya yang sedikitnya terdiri dari unsur : a. Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai Ketua dan Sekretaris; b. Badan Pelayanan Perizinan terpadu sebagai anggota; c. Dinas Kesehatan sebagai anggota; d. Dinas Pekerjaan Umum sebagai anggota; e. Satuan Polisi Pamong Praja sebagai anggota; f. Bagian hukum sebagai anggota; g. Camat setempat sebagai anggota tidak tetap. e. Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup melaui Tim melakukan penelitian terhadap kelengkapan berkas permohonan dari ketentuan yang dipersyaratkan. f. Berdasarkan hasil penelitian oleh Tim apabila dokumen dinyatakan tidak lengkap, maka pihak BPPLH akan memberitahukan kepada pemohon dalam waktu selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya permohonan izin. Kemudian pemohon wajib melengkapi dokumen yang dipersyaratkan dalam waktu selambatlambatnya 10 (sepuluh) hari sejak diterimanya surat pemberitahuan yang dimaksud. g. Apabila dalam kajian Tim menyatakan tidak sesuai dengan hasil penelitian di lapangan maka Kepala BPPLH dapat memberikan penolakan permohonan izin yang diajukan dengan memberikan alasan. h. Apabila dalam kajian lapangan Tim menyatakan layak dan tidak keberatan yang dibuatkan dengan Berita Acara
6 6 Pemeriksaan maka Kepala BPPLH menyiapkan konsep Naskah Keputusan Wali Kota tentang Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Data tersebut di atas merupakan daftar perusahaan yang telah memperoleh izin Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (LB3), dengan urutan nomor 1 s/d 6 merupakan perusahaan yang telah memperoleh persetujuan Wali Kota dengan diterbitkannya Surat Keputusan (SK) Wali Kota Tahun 2013, sedangkan 4 perusahaan lainnya pada saat berlangsungnya penelitian masih dalam proses penandatanganan. Menurut Ibu Hartati, pemegang izin dalam hal ini setiap orang atau badan yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3 mempunyai kewajiban sebagai berikut : a. Menyiapkan Hidrant (saluran air untuk mengatasi apabila terjadi kebakaran) b. Ditempat pengolahan dengan batu bara, debu yang dihasilkan disitam dengan air. c. Limbah cair yang berasal dari air hujan yang dipakai menyiram batu bara dialirkan ke kolam pengendalian, setelah tingkat keasaman 6ph baru dapat dialirkan ke perairan umum/laut. d. Permohonan perpanjangan izin harus diajukan paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya masa iziin dengan disertai pemenuhan persyaratan. e. Dilarang memindahtangankan izin tanpa seizin Wali Kota. Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa peraturan perundangundangan dapat berlaku efektif apabila didukung oleh perangkat penegakan hukum. Penegakan hukum lingkungan berkaitan dengan kemampuan aparatur dan kepatuhan warga masyarakat terhadap peraturan yang berlaku yang menghindarkan keadaan lingkungan yang tercemar. Ditambah lagi, efektifitas fungsi pengawasan yang dilakukan baik oleh pemerintah dalam hal ini Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung maupun oleh masyarakat sangat besar peranannya dalam rangka mengawal peraturan perundang-undangan tersebut. Pelaksanaan pengawasan Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara bagi industri Kota BandarLampung dilaksanakan oleh Pemerintah dan Masyarakat. a. Pemerintah Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Perda Kota Bandar Lampung Nomor 12 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 21 bahwa dalam pelaksanaan tugas pengawasan untuk tertibnya perlu adanya pengawasan operasional, yang diatur oleh Wali Kota dengan mengikut sertakan instansi badan/lembaga dan masyarakat terkait sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Instansi badan/lembaga yang berwenang dalam hal yang berhubungan dengan Lingkungan Hidup pada umumnya dan pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara pada khususnya adalah Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung. Berkenaan dengan masalah pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh adanya limbah dari industri dalam hal ini limbah hasil pembakaran batubara, merupakan kewenangan dan tugas dari Bidang Pengendalian, yang membawahi: 1) Sub Bidang Pengendalian Lingkungan 2) Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan Kepala Bidang Pengendalian mempunyai tugas membantu Kepala Badan dalam merumuskan kebijakan, mengkoordinasikan, membina dan
7 7 mengendalikan kegiatan di Bidang Pengendalian. Kepala Sub Bidang Pengendalian Lingkungan mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Pengendalian dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub Bidang Pengendalian Lingkungan. Uraian tugas secara keseluruhan sama dengan tugas dari Bidang Pengendalian, hanya yang membedakan adalah sub Bidang ini menyusun kegiatan Sub Bidang Pengendalian Lingkungan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan. Kepala Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan mempunyai tugas membantu kepala Bidang pengendalian dalam melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, pembinaan, dan pengendalian kegiatan Sub Bidang Penegakan Hukum Lingkungan. Menurut Peraturan Nomor 99 Tahun 2009 tentang Pedoman Pemberian Izin Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di Kota Bandar Lampung, Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup melakukan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian pelaksanaan izin. Hal tersebut dimaksudkan agar : 1) Memahami dan meningkatkan kesadaran pelaku industri agar memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 2) Mengendalikan pengumpulan dan penyimpanan sementara LB3; 3) Meningkatkan kualitas lingkungan hidup; 4) Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap potensi dampak yang akan timbul terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya akibat adanya kegiatan pengelolaan B3. Menurut Ibu Hartati selaku Kasubbid Litbang Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung, bentuk pelaksanaan pengawasan yang dilakukan olehnya dalam pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri antara lain berupa : 1) Pemberlakuan prosedur wajib untuk memperoleh izin tempat penyimpanan sementara LB3 bagi pelaku industri yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3; 2) Adanya Tim Pengarah, Tim Pengkaji dan Peneliti Penerbitan Izin Tempat Pengumpulan dan Penyimpanan Sementara LB3. Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung. Dasarnya adalah dengan menerbitkan Keputusan Kepala Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Selaku Pengguna Anggaran Nomor 660.1/593 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Nomor 660.1/20.3 Tahun 2013 tentang Pembentukan Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung. 1) Mewajibkan pelaku industri yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3 untuk membuat laporan dalam bentuk manivest (dokumen limbah B3) ke BPPLH setiap tiga (3) bulan sekali. 2) BPPLH melakukan pengawasan lingkungan Hidup dengan mendatangi ke perusahaan-perusahaan dengan intensitas satu (1) kali dalam seminggu. Ibu Hartati menjelaskan, pihaknya tiap seminggu sekali melakukan pengawasan lingkungan hidup secara umum, yang
8 8 mulai tahun 2013 ini diagendakan akan melakukan pengawasan lebih intensif. Agenda yang ingin dilakukan tidak hanya berupa pengawasan, tetapi juga pembinaan dan pengarahan. Target pada tahun ini adalah dengan melakukan pengawasan, pembinaan dan pengarahan ke 67 perusahaan lebih. Pengawasan BPPLH diarahkan sebagai suatu pembinaan yang tidak mencari-cari kesalahan dari perusahaan dan/atau pelaku industri. BPPLH menganggap semua perusahaan atau pelaku usaha sebagai mitra. Setiap terjadi kesalahan selalu diupayakan untuk dibina terlebih dahulu, baru apabila terjadi pelanggaran, BPPLH mempunyai wewenang untuk melaporkan kepada Institusi Lingkungan Hidup Propinsi. b. Masyarakat Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup merupakan instansi yang berwenang dalam pelaksanaan pengawasan pengelolaan limbah, dalam hal ini limbah hasil pembakaran batubara bagi industri. Selain BPPLH, partisipasi masyarakat juga sangat penting demi terciptanya lingkungan hidup yang sehat dan tidak tercemar. Permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan semakin lama akan semakin kompleks, tidak mungkin semuanya dapat diakomodir oleh satu instansi dalam waktu yang bersamaan. Sangat mungkin terjadi suatu bentuk pelanggaran misalnya suatu perusahaan yang tidak mengelola limbahnya sesuai aturan, sehingga mengakibatkan kerugian bagi masyarakat sekitar industri tersebut. Menurut Bapak Cik Ali Ayub, laporan masyarakat sangat berperan dalam hal ini, karena tidak mustahil terdapat suatu pelanggaran yang tidak diketahui oleh Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bnadar Lampung, tetapi hal tersebut diketahui atau bahkan merugikan masyarakat itu sendiri. B. Faktor Penghambat Dalam Pelaksanaan Pengawasan BPPLH Bandar Lampung Terhadap Pengelolaan Limbah Hasil Pembakaran Batubara Bagi Industri. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Cik Ali Ayub, Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung dalam rangka menangani masalah-masalah lingkungan hidup melalui kegiatan pengawasan terdapat beberapa hambatan. Adapun hambatanhambatan tersebut, yaitu : 1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur. Menurut Bapak Cik Ali Ayub, pihaknya hanya mempunyai 38 Pegawai Negeri Sipil (PNS), dimana dari 38 yang ada baru 5 orang yang mengikuti pendidikan pelatihan pengawas lingkungan (Diklat Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup), dan semua belum dikukuhkan sebagai Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD). 2. Terbatasnya sarana mobilitas atau operasional lapangan. BPPLH Kota Bandar Lampung hanya mempunyai 3 unit kendaraan roda empat, 1 kendaraan khusus untuk pimpinan, sedangkan 2 unit lainnya untuk kegiatan operasional dalam bentuk Tim yang digunakan oleh Sekretariat dan 3 bidang secara bergantian dengan system penjadwalan untuk masing-masing bidang. Menurut Ibu Hartati, keadaan ini mengakibatkan intensitas kegiatan pengawasan yang dilakukannya dan Tim Pengawas Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung sangat kurang, demikian juga kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan sosialisasi terutama di Bidang Penegakan Hukum. 3. Kurangnya kesadaran para pelaku usaha. Selama ini para pelaku usaha kebanyakan hanya berorientasi pada keuntungan perusahaan (profit-oriented), dengan demikian anggaran yang digunakan untuk mengelola lingkungan hidup dalam
9 9 perusahaan tersebut (internal-cost) menjadi terabaikan atau ditekan seminimal mungkin, walaupun sebenarnya para pelaku usaha tersebut tahu tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan. Akibatnya beban pengelolaan lingkungan harus ditanggung oleh masyarakat yang terkena dampak. 4. Tingginya biaya operasional. Sebagaimana diketahui bahwa biaya untuk mengelola lingkungan hidup khususnya limbah industri sangatlah mahal, apalagi untuk mengelola Limbah B3. Hal tersebut karena perusahaan yang dapat dan sudah mempunyai Izin untuk mengelola Limbah B3 berada di Propinsi Lampung. Akibatnya, biaya pengangkutan menjadi sangat besar dan banyak pelaku usaha yang merasa keberatan. 5. Kurangnya partisipasi atau kesadaran masyarakat. Masyarakat yang terkena dampak negatif dari kegiatan usaha biasanya enggan untuk melaporkan kepada Institusi yang berwenang. Hal ini disebabkan karena disamping ketidaktahuan tentang prosedur dan mekanisme pelaporan, juga disebabkan karena tidak mau terbebani (tidak mau dipusingkan) dengan urusanurusan yang tidak langsung menyentuh kepentingannya. III. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pengawasan Badan Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri dilakukan oleh Institusi yang berwenang dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup pada umumnya di Kota Bandar Lampung yaitu BPPLH Kota Bandar Lampung, pelaksanaan pengawasan BPPLH Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri dilakukan dengan cara: Memberlakukan prosedur wajib untuk memperoleh izin tempat penyimpanan sementara LB3 bagi pelaku industri yang mempunyai kegiatan di bidang pengumpulan dan/atau penyimpanan sementara LB3; Membentuk Tim Pengawas Pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung, 2. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pengawasan BPPLH Kota Bandar Lampung terhadap pengelolaan limbah hasil pembakaran batubara bagi industri, antara lain: Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) aparatur professional yang dimiliki oleh BPPLH Kota Bandar Lampung; Terbatasnya sarana mobilitas atau operasional; Kurangnya kesadaran para pelaku usaha dalam hal ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku. Sebaiknya para pegawai BPPLH Kota Bandar Lampung mengikuti Diklat Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup sebagai Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah (PPLHD) agar kapasitas dan profesionalitas mereka dalam melakukan pengawasan akan lebih maksimal. Menambah sarana operasional yang digunakan untuk pengawasan di lapangan. Minimal disediakan 1 unit kendaraan untuk masing-masing bidang. DAFTAR PUSTAKA Erwin, Muhamad, 2008, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan Lingkungan Hidup, Refika Aditama, Jakarta.
10 10 Sumartono, R. M. Gatot P. 1996, Hukum Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Supriadi, 2006, Hukum lingkungan di Indonesia :sebuah pengantar, Sinar Grafika, Jakarta. Suprapto, Slamet, 2009, Penanganan Limbah Pembakaran Batubara pada PabrikTekstll, tekmira, Bandung. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai harganya, sehingga harus senantiasa dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 13 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 13 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan itu memang sudah direncanakan tetapi dalam setiap kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia sebagai negara yang berkembang saat ini dihadapkan pada masa perubahan sebagai akibat dari transformasi kearah masyrakat industri. Di abad 21 ini Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa pengelolaan limbah
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2010 SERI E ------------------------------------------------------------------ PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN
2 Desember 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Nomor 1 Seri E
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG
WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR 5 TAHUN 2017 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 106 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 106 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PENYIMPANAN DAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa beberapa
Lebih terperinciBUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH CAIR BAGI USAHA MIKRO BATIK DENGAN INSTALASI PENGOLAH AIR LIMBAH KOMUNAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,
Lebih terperinci- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
- 1 - PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNG MAS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,
Lebih terperinciBUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENGADUAN DAN PENANGANAN PENGADUAN AKIBAT DUGAAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN, UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27
BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27 PERATURAN WALI KOTA CILEGON NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG IZIN PEMBUANGAN DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR LIMBAH WALI KOTA CILEGON, Menimbang : a. bahwa air merupakan
Lebih terperinciBUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN
1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN URAIAN TUGAS DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN
Lebih terperinciBUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS
BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANYUMAS, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINTANG
PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang : a. bahwa air merupakan
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KAB UPATENCI LAC AP NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DAN IZIN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CIREBON
BERITA DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 27 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA CIREBON NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG PERIJINAN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) WALIKOTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG Menimbang NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR DI KABUPATEN TABALONG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN
- 1 - WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN TEMPAT USAHA DAN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-68/BAPEDAL/05/1994 TENTANG
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-68/BAPEDAL/05/1994 TENTANG TATA CARA MEMPEROLEH IZIN PENYIMPANAN, PENGUMPULAN, PENGOPERASIAN ALAT PENGOLAHAN, PENGOLAHAN, DAN PENIMBUNAN
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa pertambahan penduduk
Lebih terperinciC. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN
C. BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 2. Analisis Mengenai Dampak (AMDAL) 3. Pengelolaan Kualitas
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE SUMBER AIR DAN/ATAU IZIN PEMANFAATAN AIR LIMBAH KE TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,
Lebih terperinciW A L I K O T A Y O G Y A K A R T A
W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 63TAHUN 2008 TENTANG FUNGSI, RINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 39 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciWALI KOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG
SALINAN WALI KOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR I TAHUN 2004 TENTANG IZIN GANGGUAN WALIKOTA SURABAYA Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN TATA KERJA KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYERAHAN PRASARANA, SARANA, DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN
BUPATI LUWU TIMUR PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa pencemaran
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAN UPAYA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DI KABUPATEN TABALONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO
BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 5 TAHUN 2003 TENTANG TINDAKAN ADMINISTRATIF BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN YANG MELAKUKAN PELANGGARAN LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP
WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 128 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI,
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2000 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN TATA KERJA KOMISI PENILAI ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang
Lebih terperinci-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG
-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,
Lebih terperinci- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAH 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa udara sebagai sumber daya alam yang mempengaruhi kehidupan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
LAMPIRAN (II) KEPUTUSAN PIMPINAN DEWAN PERWAKILAM RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 06 TAHUN 2010 TANGGAL : APRIL 2010 TENTANG : PENYESUAIAN HASIL EVALUASI GUBERNUR TERHADAP 2 (DUA) BUAH RAPERDA
Lebih terperinciPERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TETAP PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DOKUMEN KAJIAN LINGKUNGAN WALIKOTA MALANG,
SALINAN NOMOR 10/E, 2009 PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR TETAP PENYUSUNAN DAN PENGESAHAN DOKUMEN KAJIAN LINGKUNGAN WALIKOTA MALANG, Menimbang : bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR
LAMPIRAN (I) KEPUTUSAN PIMPINAN DEWAN PERWAKILAM RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 07 TAHUN 2010 TANGGAL : APRIL 2010 TENTANG : PENYESUAIAN HASIL EVALUASI GUBERNUR TERHADAP 2 (DUA) BUAH RAPERDA KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa air permukaan mempunyai peran
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI PELANGGARAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 40 TAHUN 2015
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 40 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN
Lebih terperinciIJIN GANGGUAN (HO) BARU/PERLUASAN DAN PERUBAHAN IJIN / GANTI NAMA
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SELUMA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU Jl. Letjend Soeprapto Padang Ba i Tais ` IJIN GANGGUAN (HO) BARU/PERLUASAN DAN PERUBAHAN IJIN / GANTI
Lebih terperinciBUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciWALIKOTAA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN GANGGUANN IZIN GANGGUAN. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTANN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN GANGGUANN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYIMPANAN DAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 5 TAHUN 2009
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA SUKABUMI
BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 13 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI TANGGAL : 3 JULI 2009 NOMOR : 13 TAHUN 2009 TENTANG : PEDOMAN PELAKSANAAN UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (UKL) DAN UPAYA
Lebih terperinci-2- Pasal 68 ayat huruf c dan Pasal 69 ayat UndangUndang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2017 KEMEN-LHK. Pengelolaan Pengaduan Dugaan Pencemaran. Perusakan Lingkungan Hidup dan/atau Perusakan Hutan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN
Lebih terperinciW A L I K O T A B A N J A R M A S I N
W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PERIZINAN UNTUK AGEN, SUB AGEN, PANGKALAN PENYALURAN MINYAK TANAH DAN GAS DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH
BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang :
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENETAPAN STATUS KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN SIDOARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 77 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEBERSIHAN KABUPATEN
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH REGIONAL JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang :
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berintegrasi dengan lingkungan dimana tempat mereka hidup. Dengan demikian
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya. Manusia dalam hidupnya baik secara pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat selalu berintegrasi dengan
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI
Lebih terperinciH. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
LAMPIRAN VIII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 H. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Pengendalian Dampak 1. Pengelolaan
Lebih terperinciII. TATA CARA PENGADUAN.
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TATA CARA PENGADUAN DAN PENANGANAN PENGADUAN AKIBAT DUGAAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI JAWA TENGAH I. PEDOMAN UMUM.ww.hukumonline.com A. Dalam
Lebih terperinciH. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
- 283 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN
Lebih terperinciDASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3
DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3 Oleh : Setiyono* Abstrak Berbagai jenis limbah industri B3 yang tidak memenuhi baku mutu yang dibuang langsung ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH
Lebih terperinciDAFTAR ISIAN UNTUK PERMINTAAN IZIN USAHA INDUSTRI TANPA MELALUI TAHAP PERSETUJUAN PRINSIP *) (BARU, RUSAK, HILANG)
Diisi oleh pemohon Model SP II DAFTAR ISIAN UNTUK PERMINTAAN IZIN USAHA INDUSTRI TANPA MELALUI TAHAP PERSETUJUAN PRINSIP *) (BARU, RUSAK, HILANG) A. KETERANGAN PEMOHON/ PERUSAHAAN I. KETERANGAN UMUM 1.
Lebih terperinciH. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
- 216 - H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP 1. Pengendalian Dampak Lingkungan 1. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 1. Menetapkan kebijakan mengenai pengelolaan Limbah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR : 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan
Lebih terperinciMENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGADUAN DAN PENANGANAN PENGADUAN AKIBAT DUGAAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN
Lebih terperinciBUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG
BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN, PEMROSESAN, DAN PENERBITAN IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,
Lebih terperinciBUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN
BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH KE AIR ATAU SUMBER AIR DI KABUPATEN SUKOHARJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa dinamika perkembangan
Lebih terperinci