PENERAPAN MODEL SAVI PADA DIKLAT GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA/SMK DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO. Oleh : R U S L I
|
|
- Yohanes Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENERAPAN MODEL SAVI PADA DIKLAT GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SMA/SMK DI BALAI DIKLAT KEAGAMAAN MANADO Oleh : R U S L I Abstrak Penulisan artikel ini bertujuan untuk mengetahui kemempuan guru pendidikan agama islam SMA/SMK untuk memahami konsep serta penyusunan langkah-langkah penerapan model SAVI dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Istilah SAVI sendiri adalah singkatan dari ; Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands on, aktivitas fisik) dimana cara belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna belajar haruslah dengan melalui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat, dan menaggapi; Visualisation yang bermakna belajar haruslah menggunakan indera mata melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intelectually yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan menggunakan kemampuan berfikir (minds-on), belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengindentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan. Penggunaan model SAVI sangat tepat diterapkan pada pembelajaran materi Pendidikan agama islam, yang meliputi: Fiqh, SKI, Al-Qur an Hadits, Aqidah Akhlak. Penulisan artikel ini berdasarkan aktivitas peserta dalam proses pendidikan dan pelatihan sehingga mereka menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan dan pada akhirnya menarik kesimpulan. Kata Kunci : Penerapan, Model SAVI, Guru PAI, SMA/SMK. 1
2 Pendahuluan A. Latar Belakang Lembaga pendidikan dan pelatihan (Diklat) merupakan salah satu instrument yang dipakai oleh pemerintah dalam meningkatkan kompetensi aparatur Negara, di seluruh kementerian yang ada di Indonesia. Lembaga pendidikan dan pelatihan termasuk didalamnya Kementerian Agama. Tuntutan stakeholder dalam peningaktan kualitas diklat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan atau ditindaklanjuti. Diklat dapat dipandang sebagai suatu system, dilihat dengan pendekatan Input Proses output. Sebagai inputnya adalah calon peserta, tenaga pengajar, administrator, dana, sarana dan prasarana, kurikulum, buku-buku perpustakaan, laboratorium serta alat-alat pembelajaran baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Dan konten proses kediklataan meliputi mengelola lembaga diklat, mengelola program diklat, mengelola kegiatan belajar-mengajar dengan menggunakan berbagai metode. Sedangkan outputnya adalah lulusan yang kompetensi kerjanya mengalami kemajuan sesuai dengan standar yang diharapkan. Karena dipandang sebagai suatu sistem maka antara unsur yang satu dengan unsur yang lain saling berkaitan, artinya semua unsur dalam diklat berperan dalam pencapaian tujuan kediklatan. Strategi pembelajaran akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pembelajaran. Apabila proses pembelajaran dapat efektif maka akan meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, proses pembelajaran yang kurang efektif akan menjadikan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran kurang optimal. Hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran sangat menentukan pencapaian tujuan pembelajaran. Efektifitas proses pembelajaran sangat tergantung pada straategi yang digunakan. Apabila strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik akan menumbuhkan partisipasi, sehingga akan tercapai hasil pembelajaran yang efektif. Diklat Guru Pendidikan agama islam SMA/SMK merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kompetensi guru. Sedangkan guru merupakan salah satu unsure penting terhadap penanaman dan pembiasaan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari dirumah maupun di sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan diberi tugas dan tanggung jawab oleh pemerintah untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional Berkembangnya potensi peserta 2
3 didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Berdasarkan tujuan pendidikan nasioal pemerintah mempersiapkan anak bangsa agar mampu menghadapi persoalan yang muncul, kadangkala bertentangan dengan tujuan pendidikan yang tertuang dalam pancasila dan UUD 1945, hal tersebut membutuhkan pemecahan. Oleh karena itu masyarakat memberikan harapan besar pada dunia pendidikan dalam rangka membentuk karakter bangsa. Hal ini merupakan peluang dan tantangan bagi Balai Diklat Keagamaan untuk dapat memberikan pendidikan dan pelatihan yang berkualitas terhadap guru. Widyaiswara sebagai pendidik dan pengajar yang mempunyai wewenang, tugas dan tanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan/atau melatih peserta diklat sebagaimana tertuang dalam peraturan MENPAN No. 14 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, maka peran widyaiswara dalam keberlangsungan suatu diklat sangat menentukan. Serta bertanggung jawab dalam proses pembelajaran, karena melalui proses pembelajaran itulah peserta dapat memiliki pengalaman belajar yang nantinya akan meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. Dan salah satu komponen yang turut berperan dalam keberhasilan dari proses pembelajaran tersebut adalah penggunaan pendekatan yang tepat. Diantara pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh Widyaiswara pada diklat GPAI SMA/SMK yaitu model SAVI. Menurut Dave Meier Adapun Unsurunsur SAVI antara lain 1 : somatic, auditori, visual dan intelektual.sesuai dengan singkatan dari SAVI sendiri yaitu Somatic, Auditori, Visual dan Intektual, maka karakteristiknya ada empat bagian yaitu: 2 1. Somatis : Belajar dengan bergerak dan berbuat Somatic berasal dari bahasa yunani yaitu tubuh soma. Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh. 2. Auditori : Belajar dengan berbicara dan mendengar. 1 Dave Meier, The Accelerated Learning HandBook: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Progra Pendidkan dan Pelatihan, (Bandung: Kaifa, 2005), hal Herdian, Model Pembelajaran SAVI, di akses 17 September 2009, dari 3
4 Belajar dengan berbicara dan mendengar. Pikiran kita lebih kuat daripada yang kita sadari, telinga kita terus menerus menangkap dan menyimpan informasi bahkan tanpa kita sadari. Ketika kita membuat suara sendiri dengan berbicara beberapa area penting di otak kita menjadi aktif. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, menerjemahkan pengalaman siswa dengan suara. Mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, atau menciptakan makna-maknan pribadi bagi diri mereka sendiri. 3. Visual : Belajar dengan mengamati. Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Dalam otak kita terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang lain. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang sedang dibicarakan seorang penceramah atau sebuah buku atau program computer. Secara khususnya pembelajar visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, ikon dan sebagainya ketika belajar. 4. Intelektual : Belajar dengan memecahkan masalah dan berfikir. Belajar dengan memecahkan masalah dan merenung. Tindakan pembelajar yang melakukan sesuatu dengan pikiran mereka secara internal ketika menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan, makna, rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang merenung, mencipta, dan memecahkan masalah. Berdasarkan uraian di atas, maka penulisan makalah dengan judul : Penerapan Model SAVI pada Diklat Guru Pendidikan agama islam SMA/SMK di Balai Diklat Keagamaan Manado. B. Identifikasi Masalah 1. Proses pembelajaran di kelas masih berjalan monoton 2. Metode yang digunakan bersifat konvensional 3. Tingkat penguasaan materi peserta diklat yang masih rendah 4. Pembelajaran berpusat pada guru, 5. Para guru kurang AKIC (aktif, kreatif,inovatif dan cerdas)(pen) 4
5 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka permasalahan yang muncul dan menjadi pokok penting dalam kajian ini adalah : Bagaimana Menerapkan Model SAVI Dalam Pembelajaran pada Diklat Guru Pendidikan agama islam SMA/SMK di Balai Diklat Keagamaan Manado. D. Tujuan Penulisan Penulisan ini bertujuan untuk : Mendeskripsikan Penerapan Model SAVI pada Diklat Guru Pendidikan agama islam SMA/SMK di Balai Diklat Keagamaan Manado. 5
6 KERANGKA TEORITIK A. Medel SAVI Model pembelajaran SAVI sangat memperhatikan kegembiraan dalam belajar. Kegembiraan ini berarti bangkitnya minat siswa, adanya keterlibatan penuh, dan terciptanya makna, pemahaman, dan nilai yang membahagiakan pada diri siswa. Dengan adanya kegembiraan inilah perhatian dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran akan meningkat. Kualitas perhatian dan motivasi individu terhadap belajar sangat mempengaruhi terhadap kualitas proses dan hasil belajarnya. 3 Belajar bukanlah peristiwa kognitif yang terpisah, melainkan sesuatu yang melibatkan dri seseorang secara utuh (tubuh, pikiran dan jiwa) dan seluruh kecerdasan seseorang yang unik. Siswa tidak lagi dipandang sebagai konsumen pasif atas informasi orang lain, melainkan kreator aktif dari pengetahuan keterampilan mereka sendiri. Perpaduan gerakan Fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan indra dapat berpengaruh besar pada pembelajaran dengan unsur somatic(gerak tubuh), auditory (pendengaran), visualization,dan intellectually (intelektual) 4 Dari konsep diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran SAVI diartikan menggabungkan segala aspek gaya belajar yang dimiliki siswa sesuai dengan keadaan kelas dan juga proporsi gaya belajar yang ada di dalam kelas. Dengan penerapan konsep belajar tersebut dapat meningkat sesuai keterlibatan dengan indicator ; 1. unsur somatic(gerak tubuh), 2. auditory (pendengaran), 3. visualization,(penglihatan) dan 4. intellectually (intelektual) dalam proses pembelajaran. Sedangkan pengajaran biasa dimana kegiatan belajar mengajar jarang memperhatikan gaya belajar siswa dengan anggapan bahwa setiap siswa mempunyai gaya belajar yang sama sehingga pembelajarannya akan berdasarkan keinginan guru tanpa melihat keinginan siswa. Pada dasarnya guru yang mengajar 3 Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 4 Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Handbook. Terj. Rahmani Astuti. Bandung: Penerbit Kaifa. (Buku asli diterbitkan 2000) 6
7 terkadang sudah memunculkan aspek SAVI tetapi penerapannya kurang sesuai karena tidak mengetahui karakteristik siswanya. B. Tahapan Pendekatan SAVI. Menurut Meier, pembelajaran SAVI akan tercapai dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan baik, jika empat tahap berikut dilaksanakan dengan baik (Rahmani Astuti, 2002: ). Empat tahapan tersebut adalah sebagai berikut Tahap Persiapan (Kegiatan Pendahuluan) Pada tahap ini guru membangkitkan minat siswa, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Secara spesifik meliputi hal sebagai berikut. a. Memberikan sugesti positif b. Memberikan pernyataan yang memberi manfaat kepada siswa c. Memberikan tujuan yang jelas dan bermakna d. Membangkitkan rasa ingin tahu e. Menciptakan lingkungan fisik yang positif f. Menciptakan lingkungan emosional yang positif g. Menciptakan lingkungan sosial yang positif h. Menenangkan rasa takut i. Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar j. Banyak bertanya dan mengemukakan berbagai masalah k. Merangsang rasa ingin tahu siswa l. Mengajak pembelajar terlibat penuh sejak awal. 2. Tahap Penyampaian (Kegiatan Inti) Pada tahap ini guru membantu siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindra, dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal yang dapat dilakukan guru adalah berikut. a. Uji coba kolaboratif dan berbagi pengetahuan b. Pengamatan fenomena dunia nyata 5 Rahmani Astuti The Accelerated Learning Handbook - Panduan Kreatif Dan efektif Merancang Program Pendidikan Dan Pelatihan (Dave Meier.Terjemahan). Bandung: Kaifa. 7
8 c. Pelibatan seluruh otak dan seluruh tubuh d. Presentasi interaktif e. Grafik dan sarana yang presentasi berwarna-warni f. Aneka macam cara untuk disesuaikan dengan seluruh gaya belajar g. Proyek belajar berdasar kemitraan dan berdasar tim h. Latihan menemukan (sendiri, berpasangan, berkelompok) i. Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual j. Pelatihan memecahkan masalah 3. Tahap Pelatihan (Kegiatan Inti) Pada tahap ini guru membantu siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Secara spesifik, yang dilakukan guru adalah sebagai berikut. a. Aktivitas pemrosesan siswa b. Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali c. Simulasi dunia-nyata d. Permainan dalam belajar e. Pelatihan aksi pembelajaran f. Aktivitas pemecahan masalah g. Refleksi dan artikulasi individu h. Dialog berpasangan atau berkelompok i. Pengajaran dan tinjauan kolaboratif j. Aktivitas praktis membangun keterampilan k. Mengajar balik. 4. Tahap Penampilan Hasil (Kegiatan Penutup) Pada tahap ini guru membantu siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang dapat dilakukan guru adalah sebagai berikut. a. Penerapan dunia nyata dalam waktu yang segera, b. Penciptaan dan pelaksanaan rencana aksi, c. Aktivitas penguatan penerapan, d. Materi penguatan pascasesi kegiatan inti, 8
9 e. Pelatihan terus menerus, f. Umpan balik dan evaluasi kinerja, g. Aktivitas dukungan kawan. Dari konsep pembelajaran model SAVI tersebu di atas, mengemukakan bahwa ada beberapa tahapan yang harus dilalui; tahapan persiapan, tahapan penyampaian, tahapan pelatihan, dan tahapan penampilan hasil, hal tersebut dianggap sebagai langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh seorang guru untuk mempraktekkan model pendekatan SAVI. Dari tahapan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1).Pembukaan, 2).Penguasaan Kelas, 3)Memotivasi siswa, 4)Penguasaan Materi, 5)Pendekatan model, 6)Penggunaan media sederhana, 7)Mengatifkan siswa, 8)Penggunaan waktu, 9)Keterampilan mengevaluasi, 10)Menyimpulkan dan menutup pelajaran. 9
10 A. Temuan. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Mata diklat methodologi pembelajaran dan micro teaching salah satu materi pada diklat Guru Pendidikan Agama Islam SMA/SMK. Proses pembelajaran berlangsung secara aktif dan menyenangkan karena konsep materi sekalikus praktek. Tatkala penyajian konsep materi methodology pembelajaran berakhir dan peserta dipersilahkan untuk mempersiapkan diri pada pelaksanaan micro teaching di hari berikutnya. Menjelang pelaksanaan micro teaching suasana peserta mulai tegang sehingga konsep metodologi pembelajaran yang sudah di ajarkan terlupakan, tetapi kebiasaan cara mengajar sebelumnya yang muncul, misalnya: Proses pembelajaran di kelas masih berjalan monoton, Metode yang digunakan bersifat konvensional, Tingkat penguasaan materi peserta diklat yang masih rendah, Pembelajaran berpusat pada guru, Para guru kurang AKIM (aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan)(pen). Merubah kebiasaan memang sulit, tapi untuk meningkatkan kualitas hasil belajar siswa para guru haru mau memperbaiki cara mendidik, melatih, membimbing dan mengajar. Sebelum micro teaching di mulai peseta dibekali dengan rambu-rambu atau aturan pelaksanaan, misalnya: 1. Rambu- rambu pelaksanaan micro teaching. a. Pembukaan, b. Penguasaan Kelas, c. Memotivasi siswa, d. Penguasaan Materi, e. Pendekatan model, f. Penggunaan media sederhana, g. Mengatifkan siswa, h. Penggunaan waktu, i. Keterampilan mengevaluasi, j. Menyimpulkan dan menutup pelajaran, k. Alokasi waktu 20 menit setiap peserta. Rambu-rambu pelaksanaan micro teaching tersebut diatas sekaligus menjadi unsur-unsur penilaian, sehingga memudahkan para peserta untuk mempokuskan kegiatan pembelajaran. Kemudian bagi tim penilai micro teaching dibuatkan indicator unsur penilaian agar hasil penilaian obyektif. Adapun unsur penilaian dapat dilihat pada format sebagai berikut. 10
11 N O 2. Format penilaian pelaksanaan micro teaching. Nama : No Absen : Diklat : Unsur yang di Nilai 1 Pembukaan Penguasaan Kelas Penguasaan Materi Pendekatan model, Penggunaan media Mengatifkan siswa Memotivasi siswa Penggunaan waktu Keterampilan mengevaluasi Menyimpulkan dan menutup pelajaran Jumlah Keterangan: = a ( sangat baik) = b ( baik ) = c ( cukup ) = d ( kurang ) Indicator Penilaian Total Nilai Perolehan Nilai Salam, doa, obrolan 100 ringan, apersepsi, tokoh inspiratif. Absen, kebersihan, 100 petugas, informasi, janji siswa. Konsep materi, soal, 100 jawaban, dipajang. Penanya penjawab. Kelompok, ketua, 100 penyaji, diskusi, presentasi. Papan tulis, alat 100 peraga, kertas, gambar, dll sesuai dengan materi. Ice breaking, diskusi, 100 tugas, jawaban, tanggapan Cerita Inspiratif, 100 memberikan perhtian, pujian, penghargaan, Pembukaan, kegian 100 inti, penutup. Pertanyaan individu, 100 pasangan, kelompok Kesimpulan, menutup 100 pembelajaran. Nilai akhir, Nilai Perolehan Unsur MANADO, Tim Penilai, II, I,.. 11
12 3. Hasil micro teaching. Jumlah yang mengikuti micro teaching 30 orang. N O Unsur yang di Nilai Pencapaian Indicator 1 Pembukaan Penguasaan Kelas Penguasaan Materi Pendekatan model, Penggunaan media Mengatifkan siswa Memotivasi siswa Penggunaan waktu Keterampilan mengevaluasi Menyimpulkan dan menutup pelajaran Jlh guru Indikator Real dipraktekkan Guru Persentase Salam, % doa, % obrolan ringan, % apersepsi, % tokoh inspirasi % Absen, % kebersihan, % petugas, % informasi, % janji siswa % Konsep materi, % soal, % jawaban, % dipajang % Penanya penjawab % Kelompok, % ketua, % penyaji, % diskusi, % presentasi % Papan tulis, % alat peraga, % kertas, % gambar, dll sesuai materi % Ice breaking, % deseminasi, % tugas, % jawaban, % tanggapan % Inspiratif, % memberikan perhtian, % pujian, % penghargaan, % Pembukaan, % kegian inti, % penutup % Pertanyaan individu, % pasangan, % kelompok % Kesimpulan kelompok, % guru % menutup pembelajaran % 12
13 Dari tabel terseut dapat diklasifikasi : a. 30 Peserta yang melaksanakan indikator : 1. Salam, 2. Doa, 3. Apersepsi, 4. Abesn, 5. Pembentukan kelompok, 6. Presentasi, 7. Membuat kesimpulan, 8. Menutup pembelajaran b. 15 peserta yang melaksanakan indikator : 1. Memeriksa kebersihan, 2. Cek siapa petugas kebersihan, 3. Membuat konsep materi, 4. Konsen materi di pajang, 5. Membentuk ketua kelompok, 6. Penyaji, 7. Pembukaan tepat waktu, 8. Kegiatan inti tepat waktu, 9. Penutup, 10. Kesimpulan kelompok. c. 13 peseta yang melaksanakan indikator: 1. Obrolan ringan, 2. Diskusi, 3. Deseminasi, 4. Tugas, 5. Jawaban, 6. Tanggapan, 7. Insfiratif, 8. Memberikan perhatian, 9. Pujian, 10. Penghargaan, 13
14 11. Pertanyaan individu, 12. Pertanyaan pasangan, 13. Pertanyaan kelompok. d. 2. peseta yang melaksanakan indikator: 1. Informasi, 2. Alat peraga, e. 9 peseta yang melaksanakan indikator: 1. Cerita Inspiratif, 2. Janji siswa, 3. Soal, 4. Jawaban, 5. Penanya penjawab, 6. Papan tulis, 7. Kertas, 8. Gambar, 9. Ice breaking. Menurut pemetaan dari indikator penilaian micro teaching diklat guru PAI SMA/SMK terdiri dari a, sampai e, menunjukkan bahwa para guru perlu: 1. Peningkatan pengetahuan tentang : a. Kompetensi guru, b. Gaya belajar siswa, c. Multi kecerdasan siswa, 2. Peningkatan skill tentang model pembelajaran. a. Aktif learning, b. Pendekatan scientific c. Pendekatan SAVI, d. Dan lain-lain. 3. Pembiasaan mempraktekkan model dalam pembelajaran. Dari uraian diatas bahwa kelemahan- kelemahan para guru membuat aktivitas pembelajaran kurang menarik. 14
15 B. PEMBAHASAN 1. Metodologi pembelajaran. Penerapan metodologi pembelajaran menjadi suatu keharusan dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi, memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada diri peserta didik, dan juga proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Keberadaan metodologi pembelajaran merupakan salah satu solusi yang dapat dijadikan guru dalam memecahkan persoalan belajar dan pembelajaran, karena merupakan hasil pengkajian dan pengujian melalui metode ilmiah. Penerapan metodologi pembelajaran di sekolah atau di madrasah harus dibarengi dengan penguasaan kompetensi paedagogi, profesional, sosial dan kepribadian, menguasai tentang gaya belajar siswa serta kecerdasan mereka. Jika para guru kurang memahami kompetensi guru, maka kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik kurang baik. Salah satu aspek kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi pedagogik. Dalam kompetensi pedagogik guru dituntut untuk dapat memahami peserta didik serta memahami bagaimana memberikan pengajaran yang benar pada peserta didik. Kompetensi pedagogik adalah keterampilan atau kemampuan yang harus dikuasai seorang guru dalam melihat karakteristik siswa dari berbagai aspek kehidupan, baik itu moral, emosional, maupun intelektualnya. Implikasi dari kemampuan ini tentunya dapat terlihat dari kemampuan guru dalam menguasai priinsip-prinsip belajar, mulai dari teori belajarnya hingga penguasaan bahan ajar. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, lebih rinci dijelaskan apa saja yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru terkait dengan Kompetensi Pedagogik. a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik. c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu/diajarkan. d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik. 15
16 e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki. g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik. h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Dengan menguasai kompetensi pedagogik oleh guru, dapat memahami siswa dan melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan peraturan yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan lebih baik dan lebih menyenangkan. 2. Model Pembelajaran. Para guru harus mau meningkatkan skill tentang model pembelajaran, misalnya aktif learning, pendekatan scientific, pendekatan SAVI, dan lainnya. Jika para guru kurang menguasa model- model pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran kurang menarik perhatian siswa. Model adalah sebuah pola yang secara mendasar dapat menunjukkan gambaran utuh dari sesuatu yang akan dikerjakan dan hasil yang akan dicapai. Model merupakan patron yang membimbing seseorang agar mudah mengerjakan sesuatu tugas dan tepat sasaran, tepat waktu, tepat guna dan tepat tujuan. Model secara umum dapat dimengerti oleh siapa saja karena model memang sudah mendekati hasil sebenarnya dan orang lain dapat membaca seperti apa produk yang bakal dihasilkan. Dalam dunia pendidikan model pembelajaran telah lama dikenal dan dipakai di Negara-negara maju. Di Indonesia model pembelajaran oleh banyak orang hampir diidentikkan dengan metode sehingga menyebabkan pengertian model menjadi kurang jelas. Mengajar dengan Model Pembelajaran tertentu yang dikenal secara luas menjadi tuntutan zaman, apalagi jika kita kaitkan dengan banyaknya indikasi menurunnya gairah belajar siswa. Model pembelajaran lebih terfokus pada upaya mengaktifkan siswa lebih banyak dibandingkan guru namun tetap dalam ruang lingkup pembelajaran satu tema tertentu yang jelas dapat mencapai tujuan pada saat tertentu tersebut dengan 16
17 pembuktian indikator-indikator sebagai berikut; Memudahkan dalam melaksanakan tugas pembelajaran sebab telah jelas langkah-langkah yang akan ditempuh sesuai dengan waktu yang tersedia, tujuan yang hendak dicapai, kemampuan daya serap siswa, serta ketersediaan media yang ada. Dapat dijadikan sebagai alat untuk mendorong aktifitas siswa dalam pembelajaran. Memudahkan untuk melakukan analisa terhadap perilaku siswa secara personal maupun kelompok dalam waktu relative singkat. Dapat membantu guru pengganti untuk melanjutkan pembelajaran siswa secara terarah dan memenuhi maksud dan tujuan yang sudah ditetapkan (tidak sekedar mengisi kekosongan). Pemanfaatan Model Pembelajaran sebagai kelengkapan kerja guru harus terus didorong sebab sudah mendesak sifatnya. Keberhasilan penggunaan Model pembelajaran sangat tergantung kemampuan guru dalam menganalisi materi pembelajaran dan kemampuan mengkreasikan materi tersebut kedalam bentuk audiovisual dan grafis. Pemanfaatan Model Pembelajaran mempersingkat tenggang waktu pencapaian sasaran dan tujuan pendidikan. 3. Micro teaching. Pembelajaran micro teaching dapat diarrtikan sebagai cara dalam melatih keterampilan keguruan atau praktik mengajar dalam lingkup kecil atau terbatas. Jumlah pesertanya sekitar 5 sampai 10 orang, ruang kelasnya terbatas, waktu pelaksanaanya berkisar antara 10 dan 15 menit, terfokus kepada keterampilan mengajar tertentu, dan pokok pembahasannya disederhanakan. Fungsi micro teaching ialah untuk memperkuat pengalaman. Berlatih micro teaching menyebabkan merasa lebih terampil serta yakin dalam melaksanakan tugas. Adapun pengajaran mikro bertujuan membekali atau mempermahir tenaga pendidik beberapa keterampilan dasar mengajar dan pembelajaran serta memahami kapan dan bagaimana menerapkan dalam program pembelajaran. Dalam pelaksanaan micro teaching, para peserta memahami teori, mendiskusikan prinsip, mempraktekkan, direkam dengan video kalau memungkinkan, dan diputar untuk intropeksi. Adapun kendala yang terjadi dalam pelaksanaan micro teaching sebagai berikut : terbatas pengetahuan tentang kompetensi guru, gaya belajar siswa, dan kecerdasan mereka, kurang aktif dan interaktif dalam pengelolaan kelas, dengan adanya pembelajaran micro teaching kelemahan para guru dapat di perbaiki melalui refleksi pembelajaran, dengan melihat hasil micro teaching. 17
18 C. Kesimpulan Berdasarkan paparan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan hal hal sebagai berikut : 1. Para guru menguasai metodologi pembelajaran dibarengi dengan penguasaan kompetensi paedagogi, profesional, sosial dan kepribadian, gaya belajar siswa serta kecerdasan mereka. 2. Para guru menguasai skill tentang model pembelajaran, misalnya aktif learning, pendekatan scientific, pendekatan SAVI, dan lainnya 3. Model merupakan patron yang membimbing seseorang agar mudah mengerjakan sesuatu tugas dan tepat sasaran, tepat waktu, tepat guna dan tepat tujuan. 4. Model SAVI sangat tepat pada pembelajaran Pendidikan agama islam yang membahas materi Fiqh, SKI, Aqidah Akhlak, Qur an Hadits yang saling terkat. 5. Micro teaching pada diklat metodologi pembelajaran merupakan rangkaian yang tak dapat dipisahkan. D. Rekomendasi. 1. Para guru harus menerapkan metodologi pembelajaran dalam dunia pendidikan dan pembelajaran dibarengi dengan penguasaan kompetensi paedagogi, profesional, sosial dan kepribadian, menguasai tentang gaya belajar siswa serta kecerdasan mereka. 2. Para guru harus meningkatkan skill tentang model pembelajaran, misalnya aktif learning, pendekatan scientific, pendekatan SAVI, dan lainnya 3. Model harus dijadikan patron agar seseorang mudah mengerjakan sesuatu tugas dan tepat sasaran, tepat waktu, tepat guna dan tepat tujuan dalam pembejaran. 4. Model SAVI harus menjadi salah satu pilihan model pembelajaran pendidikan agama islam. 5. Para guru harus mengikuti micro teaching untuk melatih keterampilan mengajar. 18
19 E. Daftar Pustaka 1. Dave Meier, The Accelerated Learning HandBook: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Progra Pendidkan dan Pelatihan, (Bandung: Kaifa, 2005), hal Herdian, Model Pembelajaran SAVI, di akses 17 September 2009, dari 3. Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 4. Meier, D. (2002). The Accelerated Learning Handbook. Terj. Rahmani Astuti. Bandung: Penerbit Kaifa. (Buku asli diterbitkan 2000) 5. Rahmani Astuti The Accelerated Learning Handbook - Panduan Kreatif Dan efektif Merancang Program Pendidikan Dan Pelatihan (Dave Meier.Terjemahan). Bandung: Kaifa. 19
PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI
PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI Nur Eka Setiowati Abstrak Pendidikan dan pengajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori ini merupakan uraian dari pendapat beberapa ahli yang mendukung penelitian. Dari beberapa teori para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori 1. Pendekatan pembelajaran Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (SAVI) Menurut Hermowo (Firti, 2012:17) SAVI adalah singkatan dari Somatis (bersifat raga), Auditori
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 1. Pelaksanaan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI
BAB V PEMBAHASAN 1. Pelaksanaan Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visualization, Intellectualy) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar PAI Siswa di SD Islam Al Badar Tulungagung. Pelaksanaan model
Lebih terperinciALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA
ALTERNATIF PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA SD/MI TERHADAP MATERI MEMBANDINGKAN PECAHAN SEDERHANA WARTA RIANA IRAWATI PGSD UPI Kampus Sumedang Abstrak Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang produktif. Pendidikan adalah usaha
Lebih terperinciJarianto SMP Negeri 01 Ranuyoso No. Telp.(0334)
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SAVI PADA PESERTA DIDIK KELAS IX B SMP NEGERI 1 RANUYOSO LUMAJANG SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Jarianto SMP Negeri 01
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebuah soal pemecahan masalah biasanya memuat suatu situasi yang dapat mendorong seseorang untuk menyelesaikanya akan tetapi tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan sebagai
Lebih terperinciFembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK
MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) BERBANTUAN MAKE A MATCH SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Fembriani Universitas Widya Dharma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Salah satu indikator tingginya kualitas sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
777 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Aktif Peran aktif merupakan partisipasi siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Siswa dipandang sebagai obyek dan subyek, maksudnya yaitu selain siswa mendengarkan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)
BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual) Model pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki
1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dan pertumbuhan yang pesat dalam berbagai aspek kehidupan menuntut tersedianya sumber daya manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses mengubah tingkah laku anak didik menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menentukan perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Pengembangan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Belajar Terdapat tiga kategori utama yang berkaitan dengan teori belajar, diantaranya adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruktivisme.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam atau biasa yang disebut dengan IPA membutuhkan sebuah pengalaman langsung, agar tujuan dari pembelajaran IPA tersebut dapat tercapai dengan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) a. Pengertian Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual Menurut Meier (2002) pembelajaran SAVI merupakan pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Matematika Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mendukung dan mendorong perkembangan teknologi. Ilmu-ilmu dasar tidak dapat timbuh dan berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dengan melibatkan siswa secara aktif mengembangkan potensi yang dimiliki, mengubah sikap,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Aktivitas menurut Mulyono, Anton (2001 : 26) dalam http://cahyarbsd.blogspot.com/2012/08/pengertian-aktivitas-belajar.html aktivitas artinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan pendidikan potensi diri yang dimiliki oleh seseorang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, pendidikan memegang peranan yang sangat penting yaitu menjamin kelangsungan dan perkembangan bangsa itu sendiri. Dengan pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang selalu muncul pada setiap jenjang pendidikan. Permasalahan pendidikan akan membuat manusia mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu tujuan pembangunan nasional Indonesia, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Saat ini bidang pendidikan merupakan salah satu bidang
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL
BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL A. PERSIAPAN Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) merupakan mata kuliah yang diprogramkan dalam rangka mempersiapkan mahasiswa sebagai calon pendidik untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha agar individu dapat mengembangkan kepribadian dan potensinya baik dalam segi fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spiritual
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan analisis refleksi terhadap tindakan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam meningkatkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran SAVI SAVI singkatan dari Somatic, Auditori, Visual dan Intelektual. Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan. sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Arends (dalam Trianto,
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang amat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Negara, juga merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa. Pendidikan merupakan wahana
Lebih terperinciPENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU
PENERAPAN PENDEKATAN SAVI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 8 PALU Sakka, Yusuf Kendek dan Kamaluddin e-mail: sakha_rahma@yahoo.com Program Studi Pendidikan Fisika
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. matematika, perlu diciptakan situasi-situasi di mana siswa dapat aktif, kreatif
11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Matematika Mengetahui matematika adalah melakukan matematika. Dalam belajar matematika, perlu diciptakan situasi-situasi di mana siswa dapat aktif, kreatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah telah lama memprogramkan wajib belajar pendidikan dasar 6 tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan Madrasah Ibtidaiyah)
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN PENDEKATAN SAVI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 KEPOHBARU TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Endang Tri Bawani
Abstrak: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA DENGAN PENDEKATAN SAVI SISWA KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 KEPOHBARU TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Endang Tri Bawani Kemampuan menulis teks berita siswa kelas
Lebih terperinciPEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Sumarni
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 2, April 2016 ISSN 0854-2172 PEMAHAMAN SISTEM PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI METODE DISKUSI DENGAN SD Negeri 02 Wuluh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Fatmawati, 2015
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan memiliki peran penting dalam mempersiapkan dan membina sumber daya manusia. Pendidikan juga berperan bagi kelangsungan pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciMATERI PELATIHAN 1: KONSEP TEMATIK INTEGRATIF
MATERI PELATIHAN 1: KONSEP TEMATIK INTEGRATIF A. KOMPETENSI Peserta pelatihan dapat: 1. Memahami secara utuh perubahan pendekatan pembelajaran ke pendekatan tematik integratif. 2. Memahami secara utuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang diatur di dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai peranan penting dalam kehidupan dan kemajuan manusia. Pendidikan berfungsi menyiapkan generasi yang terdidik, mandiri dan memiliki keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini pembelajaran di sekolah harus bervariasi agar bisa menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dimana siswa dapat tertarik pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Metode Ceramah Ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang paling banyak digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah ini dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan dari fakta dilapangan, siswa seringkali merasa cepat
20 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan dari fakta dilapangan, siswa seringkali merasa cepat bosan ketika dihadapkan pada satu metode saja misalnya; metode ceramah. Hal tersebut biasanya akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika kita berbicara tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang diharapkan, hal ini dikarenakan oleh banyak komponen yang mempengaruhi mutu tersebut. Komponen-komponen
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS. Pembelajaran IPA akan dipaparkan sebagai berikut: 1. Landasan Teori mengenai Model Pembelajaran SAVI
5 BAB II KERANGKA TEORETIS DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori Landasan teori mengenai Penerapan Model Pembelajaran SAVI (Somatis Auditori Visual Intelektual) untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan peran aktif tersebut manusia menjadi dinamis. Demikian juga tentang prestasi belajar, semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bidang yang memiliki peran penting dalam peningkatan daya saing suatu negara adalah pendidikan. Pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan yang sangat pesat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL)
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORI, VISUAL, INTELEKTUAL) [ 286 ] P a g e Wahyu Aris Setyawan & Yoyok Susatyo Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau melatih keterampilan. Pendidikan mempunyai fungsi penting untuk perkembangan hidup manusia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan pembangunan di masa mendatang, melalui pengembangan potensi dan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Konsep
Lebih terperinciDiajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A
-USAHA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN BELAJAR SOMATIS, AUDITORI, VISUAL DAN INTELEKTUAL (SAVI) ( PTK Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP N II Wuryantoro)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam Conant (Patta Bundu, 2006: 10) mengemukakan pendapatnya bahwa sains adalah bangunan atau deretan konsep dan skema konseptual (conseptual
Lebih terperinciBAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA
BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Penelitian Proses penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA), atau bentuk lain yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia terus dilakukan sampai saat ini secara berkesinambungan. Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan kualitas pendidikan bangsa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran menurut Asmani (2012:17) merupakan salah satu unsur penentu baik tidaknya lulusan yang dihasilkan oleh suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut
Lebih terperinciABSTRAK
PENERAPAN PENDEKATAN SOMATIC, AUDITORY, VISUALIZATION, AND INTELLECTUALY (SAVI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DI KELAS VII SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI Syarinah Intan Harahap 1), Menza
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diwujudkan dalam bentuk proses belajar mengajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Proses belajar ini berlangsung melalui interaksi antara guru
Lebih terperinciRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : SMP Negeri 3 Pajangan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah Mata Pelajaran Kelas/semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP Negeri 3 Pajangan : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) : VII/I : Berkomitmen terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik yang bertujuan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Sebagaimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan. dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dapat ditempuh untuk mengembangkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh individu, sehingga dengan
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBELAJARAN. C. Prinsip Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini sebagai berikut.
SALINAN LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PEDOMAN PEMBELAJARAN I. PENDAHULUAN Pendekatan pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan
Lebih terperinciDESAIN DAN PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SAINTIFIK PROBLEM SOLVING TEORI SEMIKONDUKTOR
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi yang penting karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara pada kurikulum. Kurikulum dikatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan dan keterampilan, serta manusia manusia yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini memiliki peran penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas sangat diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang sangat penting. Melalui pendidikan, seseorang akan belajar untuk mengetahui, memahami dan akan berusaha
Lebih terperinciBAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL
BAB II PERSIAPAN, PELAKSANAAN, DAN ANALISIS HASIL Program PPL adalah program kegiatan yang memadukan antara program kegiatan Kuliah Kerja Nyata dengan program kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan. Kedua
Lebih terperinciOleh Indah Fajrina
Pengaruh Model Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual) terhadap Kemampuan Bermain Drama pada Siswa Kelas XI MAN 1 Tanjung Pura Tahun Pembelajaran 2013/2014 Oleh Indah Fajrina 2102111011
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses komunikasi antara guru, siswa dan materi pembelajaran. Oemar Hamalik dalam Hernawan dkk. (2007, hlm. 3) mengemukakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, dengan teknologi dan komunikasi yang canggih tanpa mengenal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuntutan dan tantangan dalam dunia pendidikan saat ini semakin kompleks, karena harus berpacu dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu mengadakan refleksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan UU tentang Pendidikan Nasional yang sudah ditetapkan pada Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Peningkatkan kualitas pendidikan harus selalu diusahakan dari waktu ke waktu baik dari segi sarana
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG
BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PAI MATERI SEJARAH ISLAM BERBASIS MULTIMEDIA DI KELAS VII SMPN 36 SEMARANG A. Analisis Terhadap Pembelajaran PAI di SMPN 36 Semarang Perpindahan kurikulum
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK
BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK A. Analisis Aspek-Aspek yang Diteliti Antara Pembelajaran Tutor Sebaya dan Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu kegiatan antara peserta didik dengan pendidik, antar peserta didik, ataupun peserta didik dengan berbagai sumber belajar guna mencapai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat
Lebih terperinciKurikulum Berbasis TIK
PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciPENINGKATAN KREATIVITAS BERMAIN MUSIK ANSAMBEL. Erlin Sofiyanti
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah ISSN 0854-2172 SMP Negeri 1 Wiradesa Kabupaten Pekalongan Abstrak Tujuan penelitian ini yaitu (1) Untuk mengetahui peningkatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperincirangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah proses kegiatan yang khas dilakukan oleh manusia. Pendidikan merupakan produk kebudayaan manusia. Kegiatan pendidikan dilakukan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari peran guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas. Namun secara khusus keberhasilan dalam belajar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
25 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pra Siklus Sebelum penelitian dilakukan, dalam kegiatan pembelajaran IPS di Kelas 4 guru masih menggunakan metode pembelajaran tradisional.
Lebih terperinci