RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR WAKTU PADA KARAKTERISTIK RELE ARUS LEBIH ABB TIPE SPAJ 140C BERBASIS MIKROKONTROLER

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR WAKTU PADA KARAKTERISTIK RELE ARUS LEBIH ABB TIPE SPAJ 140C BERBASIS MIKROKONTROLER"

Transkripsi

1 RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR WAKTU PADA KARAKTERISTIK RELE ARUS LEBIH ABB TIPE SPAJ 140C BERBASIS MIKROKONTROLER BUILD AND DESIGN TIME MEASUREMENT TOOL ON CHARACTERISTIC OF OVER CURRENT RELAY ABB TYPE SPAJ 140C BASED ON MICROCONTROLER Disusun oleh : Ahmad Somantri ( ) Pembimbing 1 : Supriyanto, ST., M.T. Pembimbing 2 : Kartono W., Drs., ST., M.T POLITEKNIK NEGERI BANDUNG JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK 2012 ABSTRAK Rele arus lebih adalah suatu rele yang bekerjanya berdasarkan adanya kenaikan arus yang melewatinya. Rele ini dapat digunakan sebagai pengaman utama pada jaringan distribusi dan sub-transmisi. Pada proyek akhir ini akan dibuat alat ukur rele khususnya untuk rele ABB tipe SPAJ 140C berbasis mikrokontroler. Alat ukur ini dirancang untuk mengukur dan memastikan respon dari rele ABB tipe SPAJ 140C atau pun terhadap gangguan arus lebih, Waktu pemutusan rele sangat diperlukan untuk mengetahui respon dari rele itu sendiri dan dapat mengukur handal atau tidaknya rele tersebut bila terjadi gangguan. Pada kenyataan di lapangan, data waktu pemutusan rele didapat dengan cara perhitungan dan pembacaan dari data spesifikasi alat yang ada dan belum tentu menunjukan waktu pemutusan rele yang sebenarnya dengan pembulatan waktu sebesar 1/10 detik, dengan adanya alat ukur ini pun kita bisa melakukan pengukuran karakteristik OCR tipe SPAJ 140C khususnya jenis karakteristik Inverse dengan display LCD 2x16 dan dapat membaca waktu dari orde 1/100 detik sampai dengan 24 jam. Kata Kunci : Respon Relay, Karakteristik OCR, Mikrokontroler

2 ABSTRACT Overcurrent relay is a relay that works based on the increase in current through it. This relay can be used as the primary security in the distribution network and sub transmission. At the end of this project will be made in particular to measure rele type ABB 140C SPAJ based microcontroller. Measuring instrument is designed to measure and ensure the response of the relay ABB SPAJ type 140C or more of the current noise, relay disconnection time is needed to evaluate the response of the relay itself and can measure is reliable or not rele when an interruption occurs. In the reality on the ground, the data relay time of termination obtained by calculation and readout of the data specifications of existing tools and do not necessarily show the actual time of disconnection relay with time rounding of1/10 second, with this measure we were able to perform measurements of the characteristics OCR 140C particular type SPAJ 4 different types of inverse characteristics with 2x16 LCD display and can read the time of the order of 1/100 second up to 24 hours. Keywords: Response Relay, Characteristic OCR, Microcontroller BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rele arus lebih adalah suatu rele yang bekerjanya berdasarkan adanya kenaikan arus yang melewatinya. Rele ini berfungsi untuk mengamankan peralatan terhadap gangguan hubung singkat antar fase, hubung singkat satu fase ketanah dan dapat digunakan sebagai pengaman beban lebih. Ada 3 jenis rele arus lebih berdasarkan karakteristik waktu kerja, yaitu : 1. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu kerja high-set ( momentinstantaneous). 2. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu kerja tertentu ( definite time overcurrent relay ). 3. Rele arus lebih dengan karakteristik waktu kerja terbalik (Inverse time overcurrent relay). Ketiga karakteristik diatas adalah karakteristik umum yang dimiliki oleh rele arus lebih, tetapi karakteristik tersebut didapatkan dari hasil penarikan titik pada grafik besaran arus dan besaran waktu. Besaran waktu yang dimaksud ini adalah

3 waktu respon suatu rele dari mulai rele tersebut mendeteksi adanya arus gangguan hingga terjadinya pemutusan sistem jaringan. Dari data spesifikasi di atas,maka dari itu untuk mendapatkan besaran waktu perlu adanya alat ukur rele yang dapat mengukur dan memastikan waktu respon kerja rele. Pada proyek akhir ini akan dibuat alat ukur rele khususnya untuk rele ABB tipe SPAJ 140C berbasis mikrokontroler. dengan adanya alat ukur ini pun kita bisa melakukan pengukuran karakteristik OCR tipe SPAJ 140C khususnya jenis karakteristik Inverse dengan display LCD 2x16 dan dapat membaca waktu dari orde 1/100 detik sampai dengan 24 jam. Berdasarkan data-data yang tertulis diatas maka penulis membuat Proyek Akhir ini dengan judul: RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR WAKTU PADA KARAKTERISTIK RELE ARUS LEBIH ABB TIPE SPAJ 140C BERBASIS MIKROKONTROLER. 1.2 Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari pembuatan Proyek Akhir ini adalah: Membuat alat ukur waktu untuk rele arus lebih yang dapat membaca waktu dari orde 1/100 detik sampai dengan 24 jam berbasis mikrokontroler. Menampilkan waktu untuk menghasilkan 4 macam karakteristik inverse yang terdapat pada fitur rele ABB SPAJ 140C. Mengukur kecepatan waktu respon rele ABB SPAJ 140C yang disimulasikan menggunakan simulator pengujian beban lebih di jaringan. Pengukuran dan analisa hasil pembuatan alat pengukur waktu untuk rele ABB SPAJ 140C berbasis mikrokontroler guna mendapatkan karakteristik rele tersebut dengan cara membandingkan hasil pengukuran dan perhitungan. 1.3 Ruang Lingkup Bahasan Rumusan Masalah Penulis membuat perumusan masalah dalam pembuatan proyek akhir ini adalah sebagai berikut : Bagaimana Membuat alat ukur waktu untuk rele arus lebih yang dapat membaca waktu dari orde 1/100 detik sampai dengan 24 jam. Bagaimana Menampilkan waktu untuk menghasilkan berbagai karakteristik yang terdapat pada fitur rele ABB SPAJ 140C. Bagaimana Mengukur kecepatan waktu respon rele ABB SPAJ 140C yang disimulasikan menggunakan simulator pengujian beban lebih di jaringan. Bagaimana pengukuran dan analisa hasil pembuatan alat pengukur waktu untuk rele ABB SPAJ 140C berbasis mikrokontroler guna mendapatkan karakteristik rele dengan membandingkan hasil pengukuran dan perhitungan.

4 1.3.2 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini dibagi menjadi lima bab, yaitu : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menguraikan tinjauan umum perusahaan, antara lain meliputi latar belakang, tujuan Proyek Akhir, ruang lingkup bahasan dan sistematika penulisan laporan. BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini menjelaskan dasar-dasar teori yang menunjang judul proyek akhir tentang pembuatan alat ukur waktu berbasis mikrokontroler untuk pengukuran rele arus lebih ABB tipe SPAJ 140C dengan tampilan atau display LCD 16x2 yang dapat membaca waktu dari mulai orde 1/100 detik sampai dengan 24 jam. BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang persiapan dalam pembuatan proyek akhir seperti pemilihan komponen, rancangan konstruksi pembuatan alat ukur waktu berbasis mikrokontroler untuk pengukuran rele arus lebih ABB tipe SPAJ 140C. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini berisikan tentang data pengukuran karakteristik kerja rele tersebut ditambah dengan selisih dan %error, kemudian data dari hasil pengukuran dan perhitungan akan dianalisa. BAB V PENUTUP Sebagai penutup dari uraian laporan Proyek Akhir ini, maka bab ini berisikan kesimpulan yang didapat dari Proyek Akhir yang telah dibuat serta saran-saran yang diharapkan untuk perkembangan lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rele Pengaman ( Rele Arus Lebih ) Rele pengaman adalah suatu peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan atau mengukur adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidaknormalan pada peralatan atau bagian sistem tenaga listrik dan segera secara otomatis membuka Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) untuk memisahkan peralatan atau bagian dari sistem yang terganggu dan memberi isyarat berupa lampu atau alarm (bel). Syarat-syarat rele proteksi untuk melaksanakan fungsifungsi di atas maka rele pengaman harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Dapat diandalkan ( Reliable) Selektif Cepat Peka (Sensitif) 2.2 Pengertian Rele Arus Lebih Rele arus lebih adalah suatu rele yang bekerjanya berdasarkan kenaikan arus yang melebihi suatu nilai pengamanan tertentu dan dalam jangka waktu tertentu, sehingga rele ini dapat dipakai sebagai pola pengaman arus lebih. Rele ini pada dasarnya mengamankan adanya arus lebih yang disebabkan oleh gangguan hubung singkat atau beban lebih. Rele arus lebih akan

5 bekerja bila besarnya arus input melebihi suatu harga tertentu (arus kerja) yang dapat diatur dan dinyatakan menurut kumparan sekunder dari trafo arus. Rele arus lebih akan memberi isyarat kepada PMT (Pemutus Tenaga) bila terjadi gangguan hubung singkat untuk membuka rangkaian sehingga kerusakan alat akibat gangguan dapat dihindari. 2.3 Cara Kerja Rele Arus Lebih Rele arus lebih adalah suatu rele proteksi yang dikerjakan oleh suatu besaran arus gangguan akibat hubung singkat yang mengalir pada rangkaian kumparan geraknya. Apabila besarnya arus yang dideteksi melebihi batas settingnya, maka akan bekerja (Pick Up), kemudian dalam waktu tertentu akan memberikan perintah trip ke PMT untuk mengeliminir gangguan tersebut. memutus sirkit pada saat itu juga. Biasanya rele ini dipakai bersama dengan rele arus lebih karakteristik lainnya, misalnya rele arus lebih karakteristik waktu terbalik. Keuntungan pemakaian rele seketika akan tampak jelas pada saluran panjang atau trafo daya, yang disuplai oleh pembangkitan yang besar. Untuk gangguan didekat rele, dimana arus gangguan sangat besar, waktu pemutusannya akan seketika, sehingga peralatan yang dilindungi menjadi aman dari kerusakan t ImI I > I(Ampere) Gambar 2.2 Karakteristik Rele Arus Lebih Waktu Seketika (Instantaneous)[5]. I Rele Arus Lebih Karakteristik Waktu Tertentu (Definite Time) Gambar 2.1 Rangkaian Rele Arus Lebih [5]. 2.5 Jenis Rele Arus Lebih Berdasarkan karakteristik arus terhadap waktu kerja, rele arus lebih terbagi atas beberapa jenis, antara lain: Rele Arus Lebih Karakteristik Waktu Sesaat/Moment Instantaneous. Adalah rele yang bekerja seketika. Setiap arus pick-up, maka rele akan langsung memberi perintah pada CB untuk Karakteristik arus waktu definite time (waktu tertentu) waktu pemutusannya tetap, besar arus gangguan tidak berpengaruh pada kecepatan pemutusan. Sehingga rele jenis ini cocok dipakai pada sistem tenaga listrik yang arus gangguannya sangat bervariasi akibat perubahan kapasitas pembangkitan. Selain itu pula rele ini sangat baik digunakan pada jaringan yang panjang, dimana gangguan pada seksi tersebut baik diujung maupun dipangkalnya, diamankan dengan waktu kerja yang tetap, tetapi rele jenis ini tidak cocok dipakai pada jaringan yang mempunyai seksi didepannya, karena bila dikoordinasikan dengan baik, maka rele

6 didekat sumber pembangkit/trafo daya akan memiliki waktu kerja rele yang sama, padahal arus gangguannya akan semakin besar. Pada gambar 2.1 diberikan contoh gambar rangkaian dan Karakteristik Rele Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time). I I > Gambar 2.3 Karakteristik Rele Arus Lebih Waktu Tertentu (Definite Time)[5] Rele Arus Lebih Karakteristik Waktu Terbalik (Invers Time) Rele arus lebih karakteristik waktu terbalik adalah rele arus lebih yang mempunyai elemen pengukur waktu dependent terhadap arus yang dideteksi. Besarnya waktu kerja rele berbanding terbalik dengan besarnya arus gangguan yang dideteksi, makin besar arus gangguan, maka makin cepat waktu kerja rele dan sebaliknya. I I > Gambar 2.4 Karakteristik Rele Arus Lebih Waktu Terbalik (Inverse Time)[5]. Terdapat 4 macam karakteristik Rele Inverse, yaitu : Normal Inverse : karakteristik yang menunjukan perbandingan antara besar arus dengan waktu kerja rele yang standard, ditulis dengan rumus (IEC ) [10] : t =, ( ),... (2.1) Ket : t = Waktu Pemutusan (detik) K = Faktor Karakteristik Waktu I = Arus yang terbaca / arus gangguan (Ampere) I> = Seetelan Arus Pick-Up (Ampere) Very Inverse, yaitu karakteristik yang menunjukkan perbandingan antara besar arus dengan waktu kerja rele yang lebih cepat/tinggi dari standard invers, ditulis dengan rumus rumus (IEC ) [10]: t =,... (2.2) ( ) Extremely Inverse, yaitu karakteristik yang menunjukkan perbandingan antara besar arus dengan waktu kerja rele yang lebih cepat dari standard dan very invers, ditulis dengan rumus rumus (IEC ) [10]: t = ( )... (2.3) Long Time Inverse, yaitu karakteristik yang menunjukkan perbandingan antara besar arus dengan waktu kerja rele yang lebih lambat diantara karakteristik yang lain, ditulis dengan rumus(iec ) [10]: t = ( )... (2.4) 2.6 Rele OCR ABB SPAJ 140 C Setting Rele OCR ABB SPAJ 140 C Rele OCR ABB SPAJ 140 C adalah alat pengaman gangguan arus lebih dan

7 gangguan pentanahan. Sistem proteksi jaringan tegangan menengah umumnya diamankan oleh rele SPAJ 140 C, dimana rele ini bekerja pada satu phasa, dua phasa maupun tiga phasa Unit Arus Lebih Rele ini mempunyai dua tahap pengaman yang pertama adalah tahap lowset arus lebih I> dan yang kedua adalah tahap high-set arus lebih I>>. Tahap low-set arus lebih I> dan tahap high set arus lebih I>> kedua-duanya akan bekerja apabila arus phasa melebihi arus stelan rele. Ketika salah satu tahap tersebut bekerja maka pada tahap tersebut layar mengindikasikan start. Jika time delay berakhir, lampu LED berwarna merah TRIP pada panel depan rele itu menyala. Lampu LED tersebut akan terus menyala walaupun tahap tersebut telah direset. Indikator (lampu LED TRIP ) dapat direset dengan menekan tombol RESET/STEP. Kerja tahap low-set arus lebih berdasarkan karakteristik waktu definite atau inverse Karakteristik Arus Waktu Karakteristik IDMT Jika karakteristik IDMT dipilih maka waktu kerja pada rele tersebut merupakan fungsi dari arus, dimana semakin besar arus gangguan maka semakin cepat (pendek) pula waktu pemutusan. Kerja dari tahap lowset arus lebih dan tahap low-set gangguan pentanahan ini berdasarkan karakteristik IDMT (Inverse or Definite Minimum Time), yaitu karakteristik waktu tertentu (definite) dan karakteristik waktu terbalik (inverse). Unit low-set arus lebih dan unit unit low-set gangguan pentanahan dapat dilihat dari karakteristik IDMT yang terdiri 5 jenis kurva, yaitu: 1. Karakteristik waktu definite 2. Karakteristik waktu normal inverse 3. Karakteristik waktu very inverse 4. Karakteristik extremely inverse 5. Karakteristik waktu long time inverse Panel Rele SPAJ 140C Apabila kita ingin melihat indikasi kerja rele kita dapat melihatnya pada beberapa menu atau lampu indicator yang terdapat pada panel depan rele SPJC 4D29, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.5 Gambar 2.5 Panel Depan Rele SPAJ 140 C [10] Output Rele 1. A : TRIP (TS2) Terhubung di terminal Fungsi : a. Trip Contact arus lebih dan gangguan pentanahan. b. Latching unit arus lebih dan gangguan pentanahan. Switchgroup SGB switch 6 dan 7. c. Memberi sinyal perintah kepada CB untuk bekerja. Switchgroup SGR 1 sitch 2,4,6, dan 8.

8 2. B : SIGNAL 2 (SS3) Terhubung di terminal Fungsi : Sinyal trip low-set atau high-set arus labih Switchgroup SGR switch 2,4,6, dan 8 3. C : SIGNAL1 (SS2) Terhubung di terminal Fungsi : Sinyal trip low-set atau high-set gangguan pentanahan. Switchgroup SGR 2 switch 1,3,5, dan 7 4. D : START 2( SS1) Terhubng di terminal Fungsi : a. Sinyal trip low-set atau high-set arus labih Switchgroup SGR 1 switch 1 dan 3 b. Sinyal alarm low-set atau high-set gangguan pentanahan. Switchgroup SGR 1 switch 5 dan 7 5. E : START 1 (TS1) Terhubung di terminal Fungsi : a. Pengontrol CB b. Output trip CBFP Switchgroup SGR 3 switchgroup 1 sampai dengan Lampu Indikator (LED) 1. I L1, I L2, I L3 = Arus phasa pada R (L1), S (L2), dan T (L3) 2. I L0 = Arus phasa pada N atau Ground 3. U aux = Rele dalam posisi ON atau power supply AC/DC telah terhubung dengan rele 4. IRF = Internal Rele Faulth ( Keselahan Internal Rele) 5. I>I n = Nilai low-set arus lebih 6. t> (s) = Waktu kerja low-set arus lebih 7. I>>/I n = Nilai high-set arus lebih 8. t>> (s) = Waktu kerja high-set arus lebih 9. I O > (S) /I n = Nilai low-set gangguan pentanahan 10. t> (s) = Waktu kerja low-set gangguan pentanahan 11. I o >>/I n = Nilai high-set gangguan pentanahan 12. t o >> (s) = Waktu kerja high-set gangguan pentanahan 13. SGF = Switchgroup For Function = Switch untuk perhitungan 14. SGB = Switchgroup For Blocking = Switch untuk memblokir atau mengontrol 15. SGR = Switchgroup For Rele = Switch untuk member sinyal start atau trip 16. TRIP = Rele bekerja/aktif Singkatan Nama I L1, I L2, I L3 = Arus phasa pada R (L1), S (L2), dan T (L3) U aux = Rele dalam posisi ON atau power supply AC/DC telah terhubung dengan rele A,B,C,D,E,F = Keluaran Rele IRF = Internal Rele Faulth ( Keselahan Internal Rele) TRIP= Rele bekerja/aktif SIGNAL 1= Sinyal arus lebih SIGNAL 2= Sinyal gangguan pentanahan START 1 = Sinyal TRIP melalui SGR3 START 2 = Start(pick-up) tahap low-set arus lebih I> BS = Sinyal yang berfungsi untuk memblok trip U1 = Rele SPCJ 4D29 U2 = Power supply dan keluaran dari rele SPTU 240 RI atau SPTU 48 RI U3 = Masukan rele SPTE 4E2 SS1 = Sinyal Start 1 SS2 = Sinyal Start 2

9 SS3 = Sinyal Start 3 TS1= Sinyal Trip 1 TS2 = Sinyal Trip 2 TS3= Sinyal Trip 3 T1..T8 = Indikator start (Pick-up) dan TRIP SPA-ZC = Terminal penghubung RX = Terminal bus penerima TX = Terminal bus pengirim SPCJ 4D29 Rele SPAJ 140 C mempunyai pemrograman data yaitu SPCJ 4D29 yang berfungsi untuk mengolah data yang ada pada rele SPAJ 140 C, artinya bahwa setiap fungsi-fungsi masukan seperti arus phasa, arus netral, indikator kerja (display), switchgroup (SGF, SGB, dan SGR) tombol RESET/STEP tombol PROGRAM dan lain sebagainya gambarnya dapat dilihat pada gambar 2.6 Gambar 2.6 SPCJ 4D29 [10] Untuk arus lebih SPCJ 4D29 (gambar 2.20) berfungsi pada phasa tunggal, dua phasa atau 3 phasa. Tahap low-set atau high-set ini akan bekerja apabila salah satu arus phasa maupun beberapa arus phasa melebihi arus setelan rele. Jika salah satu tahap ini bekerja, maka akan menghasilkan sinyal start SS1 atau TS1, juga pada layar akan mengindikasikan start. Kemudian akan menghasilkan sinyal trip TS2 jika time delay-nya telah berakhir, pada saat itu pula pada panel depan mengindikasikan trip (lampu LED berwarna merah), situasi ini dapat dihilangkan dengan cara menekan tombol RESET/STEP. Situasi tahap arus lebih untuk member sinyal start maupun trip dapat dihilangkan (block) dengan mengaktifkan BS melalui switchgroup SGB. Kerja tahap low-set arus lebih berdasarkan karakteristik waktu tertentu atau waktu terbalik, kerja karakteristik ini ada pada SGF 1 switch 1,2, dan 3, dimana switch ini digunakan untuk memilih jenis karakteristik yang diinginkan. Pada karakteristik waktu tertentu, waktu kerja (t) diatur dengan jarak 0.05 detik sampai dengan 300 detik. Unit gangguan pentanahan berfungsi untuk meproteksi arus netral. Tahap low-set atau high-set ini bekerja apabila arus netral melebihi arus setelan rele. Jika salah satu tahap ini bekerja, maka akan menghasilkan sinyal start SS1 atau TS1, juga pada layar akan mengindikasikan start. Kemudian akan menghasilkan sinyal trip TS2 jika time-delay nya telah berakhir, pada saat itu juga pada panel depan mengindikasikan trip (lampu LED berwarna merah), situasi ini dapat dihilangkan dengan cara menekan tombol RESET/STEP.

10 Situasi tahap unit gangguan pentanahan untuk memberi sinyal start maupun trip dapat dihilangkan (block) dengan mengaktifkan BS melalui switchgroup SGB. Kerja dari tahap low-set gangguan pentanahan ini berdasarkan karakteristik waktu tertentu (definite) atau waktu terbalik (inverse). Kerja karakteristik ini ada pada SGF 1 switch 6,7 dan 8, dimana switch ini digunakan untuk memilih jenis karakteristik yang diinginkan. Pada karakteristik waktu tertentu, waktu kerja (t) disetel dangan jarak 0,05 detik sampai dengan 300 detik Indikasi Kerja Setiap tahap arus lebih yaitu low-set dengan high-set mempunyai indikasi start dan kerja seperti yang ditunjukkan layar. Dengan kata lain, lampu indikator LED berwarna merah dengan nama TRIP pada bagian bawah pojok kanan dari panel depan SPCJ 4D29, yaitu untuk semua tahap-tahap proteksi. Apabila rele bekerja, dapat direset dengan menekan tombol RESET/STEP. Sedangkan fungsi lainnya tidak akan berpengaruh (akan tetap bekerja) apabila rele belum direset. Jika bekerjanya suatu tahap tidak menyebabkan kerja rele tersebut, indikasi start biasanya akan mereset dengan sendirinya melalui switch SGF 2/1 sampai dengan SGF 2/4 dimana indikasi start bisa diatur untuk mereset secara manual. Tabel dibawah ini menunjukkan indikasi start maupun trip dan rele. Tabel 2.1 Tabel Operation Indicator Pada Panel Depan Rele [10] OPER.IND. I > START KETERANGAN Setting minimum arus unit I > TRIP I >> START I >> TRIP Io > START Io > TRIP Io >> START Io >> TRIP CBFP overcurrent sudah start Setting minimum arus unit overcurrent sudah beroperasi Setting maksimum arus unit overcurrent sudah start Setting maksimum arus unit overcurrent sudah beroperasi Setting minimum arus unit earth fault sudah start Setting minimum arus unit earth fault sudah beroperasi Setting maksimum arus unit earth fault sudah start Setting maksimum arus unit earth fault sudah beroperasi Proteksi kesalahan CB sudah beroperasi Jika salah satu dari tahap proteksi rele tersebut bekerja, maka lampu indikator LED arus masukan phasa (I L1, I L2, I L3 ) akan aktif tergantung dari phasa yang terganggu. Sebagai contoh, apabila angka pada layar menunjukkan angka 2 warna merah berkedip, juga lampu indikator I L1 dan I L2 menyala, maka ini berarti rele bekerja disebabkan oleh adanya gangguan arus lebih pada phasa I L1 dan phasa I L2. Indikasi gangguan tersebut dapat direset dengan menggunakan tombol RESET/STEP Tombol Kontrol Ada dua jenis tombol panel depan rele yaitu : 1. RESET/STEP : Digunakan untuk mereset apabila rele bekerja dan untuk bergerak maju atau mundur pada menu atau submenu. 2. PROGRAM : Digunakan untuk masuk dari menu utama kedalam submenu,

11 untuk menyimpan hasil setelan lainnya tekan secara bersamaan dengan tombol RESET/STEP Menu 1. Menu Utama : Semua data yang diperlukan dalam kondisi normal ada pada menu utama seperti nilai perhitungan, nilai setelan rele dan nilai parameter lainnya yang masuk ke rele. Data pada menu utama dapat dipilih dengan menekan tombol RESET/STEP, apabila menekan tombol RESET/STEP sekitar satu detik maka lampu LED akan maju/turun bersamaan dengan berubahnya nilai pada layar display, sebaliknya apabila menekan tombol RESET/STEP sekitar 0,5 detik maka lampu LED naik/mundur bersamaan dengan berubahnya nilai pada layar display digital. 2. Submenu : Submenu adalah menu yang ada didalam menu utama, untuk memasuki submenu yaitu dnegan cara menekan tombol PROGRAM sekitar 1 detik. Ketika tombol tersebut dilepas, muncul angka merah pada layar yang mengindikasikan bahwa telah memasuki submenu dari rele CBFP Rele ini mempunyai satu fungsi lain yaitu CBFP (Circuit Breaker Failure Protection) yaitu gangguan pada CB. Unit CBFP menghasilkan sinyal trip melalui TS1 setelah 0,1.1 detik, dilanjuti sinyal trip TS2, apabila arus gangguan belum hilang setelah waktu pemutusan berakhir. Unit CBFP ini bekerja atas dasar switchgroup SGF 1/ Switchgroup Kerja rele SPAJ 140 C diatur melalui SGF, SGB, dan SGR. Switchgroup merupakan gabungan switch dimana setiap switch mempunyai fungsi yang berlainan, switchgroup terindikasi dengan berkedipnya angka pada layar apabila lampu indikator mengarah ke salah satu SGF, SGB, atau SGR. Untuk menghasilkan keluaran reali yang kita inginkan atau sesuai kebutuhan, kita harus mengatur switch satu per satu dengan menggunakan dasar matematika biner. Penomeran adalah switch 1 sampai dengan switch 8 dengan 0 berarti OFF dan 1 berarti ON. 2.7 Mikrokontroler ATMEGA 16 AVR (Atmel) merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC (Reduced Instruction Set Computer). Hampir semua instruksi dieksekusi dalam satu siklus clock. AVR mempunyai 32 register general-purpose, timer/counter fleksibel dengan mode compare, interrupt internal dan eksternal, serial UART, programmable Watchdog Timer, dan mode power saving, ADC dan PWM internal. AVR juga mempunyai In-System Programmable Flash on-chip yang mengijinkan memori program untuk deprogram ulang sistem menmakai hubungan serial SPI. ATMega16mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz membuat disainer sistem untuk mengoptimasi konsumsi daya versus kecepatan proses. [7]

12 Gambar 2..7 Pin ATMega16 kemasan 40-pin [7] Pin-pin pada ATMega16 dengan kemasan 40-pin DIP (dual in- line package) ditunjukkan oleh gambar 2.18 Guna memaksimalkan performa, AVR menggunakan arsitektur Harvard (dengan memori dan bus terpisah untuk program dan data) Port Sebagai Input/Output Digital ATMega16 mempunyai empat buah port yang bernama PortA, PortB, PortC, dan PortD. Keempat port tersebut merupakan jalur bi- directional dengan pilihan internal pull-up. Tiap port mempunyai tiga buah register bit, yaitu DDxn, PORTxn, dan PINxn. Huruf x mewakili nama huruf dari port sedangkan huruf n mewakili nomor bit. Bit DDxn terdapat pada I/O address DDRx, bit PORTxn terdapat pada I/O address PORTx, dan bit PINxn terdapat pada I/O address PINx. Bit DDxn dalam register DDRx (Data Direction Register) menentukan arah pin. Bila DDxn diset 1 maka Px berfungsi sebagai pin output. Bila DDxn diset 0 maka Px berfungsi sebagai pin input.bila PORTxn diset 1 pada saat pin terkonfigurasi sebagai pin input, maka resistor pull-up akan diaktifkan. Untuk mematikan resistor pull-up, PORTxn harus diset 0 atau pin dikonfigurasi sebagai pin output. Pin port adalah tri-state setelah kondisi reset. Bila PORTxn diset 1 pada saat pin terkonfigurasi sebagai pin output maka pin port akan berlogika 1. Dan bila PORTxn diset 0 pada saat pin terkonfigurasi sebagai pin output maka pin port akan berlogika 0. Saat mengubah kondisi port dari kondisi tri-state (DDxn=0, PORTxn=0) ke kondisi output high (DDxn=1, PORTxn=1) maka harus ada kondisi peralihan apakah itu kondisi pullup enabled (DDxn=0, PORTxn=1) atau kondisi output low (DDxn=1, PORTxn=0). Biasanya, kondisi pull-up enabled dapat diterima sepenuhnya, selama lingkungan impedansi tinggi tidak memperhatikan perbedaan antara sebuah strong high driver dengan sebuah pullup. Jika ini bukan suatu masalah, maka bit PUD pada register SFIOR dapat diset 1 untuk mematikan semua pull-up dalam semua port. Peralihan dari kondisi input dengan pull-up ke kondisi output low juga menimbulkan masalah yang sama. Kita harus menggunakan kondisi tri-state (DDxn=0, PORTxn=0) atau kondisi output high (DDxn=1, PORTxn=0) sebagai kondisi transisi [7].

13 Tabel 2.2 Konfigurasi pin port [7] Bit 2 PUD : Pull-up Disable Bila bit diset bernilai 1 maka pull-up pada port I/O akan dimatikan walaupun register DDxn dan PORTxn dikonfigurasikan untuk menyalakan pull-up (DDxn=0, PORTxn=1) Timer Timer/counter adalah fasilitas dari ATMega16 yang digunakan untuk perhitungan pewaktuan. Beberapa fasilitas chanel dari timer counter antara lain: counter channel tunggal, pengosongan data timer sesuai dengan data pembanding, bebas -glitch, tahap yang tepat Pulse Width Modulation (PWM), pembangkit frekuensi, event counter external. [7] Gambar diagram block timer / counter 8 bit ditunjukan pada gambar 2.8 Untuk penempatan pin I/O telah di jelaskan pada bagian I/O di atas. CPU dapat diakses register I/O, termasuk dalam pin-pin I/O dan bit I/O. Device khusus register I/O dan lokasi bit terdaftar pada deskripsi timer / counter 8 bit. Gambar 2.8 Blok Diagram Timer/Counter [7] Timing Diagram Timer/Counter Timer/counter didesain sinkron clock timer (clkt0) oleh karena itu ditunjukkan sebagai sinyal enable clock pada gambar 2.19 Gambar ini termasuk informasi ketika flag interrupt dalam kondisi set. Data timing digunakan sebagai dasar dari operasi timer/counter. Gambar 2.9 Timing Diagram Timer/Counter, Tanpa Prescaling [7] Sesuai dengan gambar 2.20 timing diagram timer/counter dengan prescaling maksudnya adalah counter akan menambahkan data counter (TCNTn) ketika terjadi pulsa clock telah mencapai 8 kali pulsa dan sinyal clock pembagi aktif clock dan ketika telah mencapai nilai maksimal maka nilai TCNTn akan kembali ke nol dan kondisi flag timer akan aktif ketika TCNTn maksimal.

14 BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI Gambar 2.10 Timing diagram timer/counter, dengan prescaling [7] Sama halnya timing timer diatas, timing timer/counter dengan seting OCFO timer mode ini memasukan data ORCn sebagai data input timer. Ketika nilai ORCn sama dengan nilaitcntn maka pulsa flag timer akan aktif. TCNTn akan bertambah nilainya ketika pulsa clock telah mencapai 8 pulsa. Dan kondisi flag akan berbalik (komplemen) kondisi ketika nilai TCNTn kembali kenilai 0 (overflow). 2.8 LCD Liquid Crystal Display Pada sebuah LCD dapat ditampilkan angka-angka, huruf-huruf, bahkan simbol tertentu. Sebagian besar modul LCD memenuhi suatu standar interface tertentu. Ada 14- pin yang dapat diakses, meliputi delapan line data, tiga line control dan tiga line power. Posisi pin LCD dapat diketahui dengan membaca nomor yang biasanya tercetak di PCB-nya (Printed Circuit Board). [9] 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teori dasar yang mendukung. Proses perancangan dilakukan dengan cara pemilihan komponen yang digunakan, mempelajari karakteristik dan data fisiknya, membuat rangkaian skematik dengan melihat fungsi-fungsi komponen yang dipelajari, sehingga dapat dibuat alat yang sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. 3.2 Tujuan Perancangan Tujuan dilakukannya perancangan adalah sebagai berikut : 1. Menyiapkan segala sesuatu untuk merealisasikan ide dengan berlandaskan pada teori yang telah dipelajari. 2. Proses perancangan dilakukan supaya proses realisasi lebih mudah dan terstruktur, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan kerugian waktu serta materil. 3. Agar sistem yang akan dibuat dapat bekerja sesuai dengan yang diharapkan dan memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan Deskripsi Cara Kerja Modul Praktikum Pengukuran kecepatan waktu respon rele sangat dibutuhkan untuk dapat menentukan setingan karakteristik pada suatu rele meskipun cara seting dan data skarakteristik rele sudah tertera pada buku panduannya.

15 Dibuatnya alat ukur waktu ini kita dapat memastikan kecepatan waktu respon rele dengan akurat, sehingga pemilihan setingan dan karakteristiknya pun akan semakin tepat dengan tujuan yang ingin dicapai. Adapun alat ukur ini, yaitu alat penghitung waktu yang di desain berbasis mikrokontroler yang dapat membaca waktu dari orde 1/100 detik sampai dengan 24 jam dengan tampilan LCD 16x2. Alat ini mulai menghitung per 10 mili detik sehinggan pada display menunjukan dua angka dibelakang koma. Perhitungan untuk mendapatkan tampilan hitungan setiap 10 millidetik didapatkan dari persamaan sebagai berikut: = 2.(3.1) [9] Dimana : t : Waktu yang diinginkan 2 8 : Besar bit dari jenis timer Timer 0 = 8 bit Timer 1 = 16 bit Prescaler: 8, 64, 128, 256, 512, 1024 Frekuensi Crystal : 16Mhz = Hz 79 : Pengali hitungan (ada pada program) Maka : = 2.. t = x 79 t = detik Jadi, Timer/counter pada ATmega16 akan menghitung atau mencacah dengan tampilan setiap 10 milidetik. Berdasarkan rumus 3.1 hasil hitungan tidak sesuai dengan tujuan yaitu menampilkan waktu setiap 10 milidetik, maka dari itu penulis menambahkan pengali tambahan sebesar 79 kali pada program agar hasil dari pengalian tersebut sesuai dengan tujuan yaitu penampilan hitungan setiap 10 milidetik dan setiap satu kali penambahan hitungannya pun akan bertambah 10 milidetik. Alat ukur waktu ini akan mulai befungsi pada saat adanya arus lebih ( pick up) yang dihasilkan oleh sumber arus (current injector) yang selanjutnya terdeteksi oleh OCR. Alat ukur waktu akan mulai menghitung ketepatan dan kecepatan respon rele melalui kontak pick up dari rele yang dihubungkan dengan kontak start pada alat ukur waktu hingga ahirnya perhitungan respon berhenti dan menampilkan hasil perhitungan pada layar LCD melalui kontak trip dari OCR yang dihubungkan dengan kontak stop pada alat ukur waktu Pemilihan Komponen dan Spesifikasi ikasi komponen yang ingin dicapai dalam pembuatan Proyek Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Sistem minimum AT MEGA LCD 16x Sistem minimum AT MEGA 16 Sistem minimum (sismin) mikrokontroler adalah rangkaian elektronik minimum yang diperlukan untuk beroperasinya IC mikrokontroler. Sismin ini kemudian bisa dihubungkan dengan rangkaian lain untuk menjalankan fungsi tertentu. Spesifikasi rangkaian sismin Atmel AVR AT MEGA16 yaitu: 16K byte ISP flash program memory. Frekuensi 16 Mhz. 1k byte SRAM. 32 I/ O. Dua 8 bit timer/counter dan satu 16 bit timer/counter IC mikrokontroler ATmega16

16 1 XTAL 16 MHz (XTAL1) kapasitor kertas yaitu dua 22 pf (C2 dan C3) serta 100 nf (C4) 1 kapasitor elektrolit 4.7 uf (C12) 2 resistor yaitu 100 ohm (R1) dan 10 Kohm (R3) 1 tombol reset pushbutton (PB1) seperti: clear screen, positioning cursor. Saat RS high, data yang ada di data bus diperlakukan sebagai karakter yang kemudian ditampilkan ke LCD. Selain itu tentunya diperlukan power suply yang bisa memberikan tegangan 5V DC. Rangkaian sistem minimum ini i sudah siap untuk menerima sinyal analog (fasilitas ADC) di port A. Gambar sistem minimum dapat dilihat pada gambar 3.1 Gambar 3.2 LCD 16x2 Gambar 3.1 Sistem Minimum ATmega LCD 16x2 Sebagian besar modul LCD memenuhi suatu standar interface tertentu. Ada 14- pin yang dapat diakses, meliputi delapan line data, tiga line control dan tiga line power. Pin Vdd terhubungung dengan positive supply 5V DC, Vss dengan 0 V supply atau ground. Pin 3 (Vee) adalah pin control yang digunakan untuk mengatur ketajaman karakter yang tampil di LCD. Pin terhubung dengan resistor variable. Pin 4 adalah line RS (Register Select). Saat RS low, data yang ada di data bus diperlakukan sebagai instruksi khusus Gambar 3.3 Wiring Alat Ukur Waktu OCR ABB SPAJ 140 C. Gambar 3.3 adalah rangkaian sistem minimum (sismin) yang dihubungkan dengan sebuah LCD 16x2 guna menampilkan program alat ukur waktu yang dapat membaca waktu dari orde 10 millidetik hingga 24 jam. Program yang dibuat pada rangkaian sistem minimum (sismin) tersebut menggunakan software bascom AVR yang bahasa pemogramannya sudah menggunakan bahasa tingkat tinggi atau bahasa yang mudah dimengerti.

17 3.3.6 Perancangan Fisik/Konstruksi 3. Current Injector. 4. Alat ukur waktu rele arus lebih. 5. Kabel penghubung secukupnya. 4.3 Gambar Rangkaian Pengukuran Berikut adalah gambar peralatan yang dipakai saat pengukuran karakteristik OCR pada rele ABB tipe SPAJ 140 : Gambar 4.1 Peralatan Pengujian Karakteristik OCR ABB tipe SPAJ 140 C Gambar 3.4 Perancangan Fisik/Konstruksi Alat Pengukur Waktu Rele Arus Lebih BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Karakteristik OCR & GFR ABB Tipe ABB SPAJ 140 C Tujuan 1.Melaksanakan praktikum pengukuran karakteristik rele OCR ABB tipe SPAJ 140 C. 2.Mengetahui selisih antara waktu perhitungan dan waktu pengukuran 3.Mengetahui cara membuat kurva karakteristik rele. 4.Mampu menganalisa hasil waktu pengukuran yang dibandingkan dengan hasil waktu perhitungan Sasaran 1.Mendeskripsikan berbagai jenis karakteristik OCR&GFR. 2.Melakukan pengukuran dan menghitung selisih atau error dari perhitungan dan waktu hasil pengukuran 3.Menganalisa selisih atau eror antara waktu hasil perhitungan dan waktu hasil pengukuran. 4.2 Peralatan Yang Digunakan 1. Simulator jaringan sumber 3 phasa. 2. Rele OCR ABB tipe SPAJ 140 C. Berikut ini adalah fungsi dari alat yang dipakai pada pengujian karakteristik GFR pada rele ABB tipe SPAJ 140C : 1. Rele ABB tipe SPAJ 140 C Rele SPAJ 140C adalah alat yang menjadi objek pada projek akhir ini, dimana rele ini akan diukur kecepatan waktu pemutusannya guna mendapatkan kurva karakteristik yang terdapat pada fitur rele tersebut. Cara untuk mendapatkan waktu yang akan diukur pada rele ini yaitu dengan menggunakan kontak start I> I>> sebagai kontak adanya arus Pick-Up dan kontak trip. Kontak pick up membuat alat ukur waktu mulai bekerja sedangkan kontak trip pada rele berfungsi sebagai kontak untuk memberhentikan perhitungan waktunya.

18 Gambar 4.2 OCR ABB tipe SPAJ 140 C. 2. Simulator Sumber Jaringan 3 fasa Pada pengujian karakteristik rele ini simulator sumber jaringan 3 fasa berfungsi sebagai power supply. Untuk pengujian karakteristik GFR, hanya memerlukan 1 phasa saja oleh karena itu cukup menggunakan 1 line dan netral saja. Gambar 4.3 adalah gambar dari simulator sumber jaringan 3 fasa : Gambar 4.4 Current Injector 4. Alat Ukur Waktu Alat ukur waktu berfungsi alat penghitung waktu pemutusan yang dilakukan oleh rele ABB tipe SPAJ 140C. Alat ini dapat mencatat waktu mulai dari rele mendeteksi adanya arus lebih sampai rele dalam keadaan trip. Alat ukur waktu ini akan mulai befungsi pada saat adanya arus lebih ( pick up) yang dihasilkan oleh sumber arus (current injector) dan berhenti menampilkan perhitungan waktu melalui kontak trip yang ada pada rele itu sendiri. Gambar 4.3 Simulator Sumber Jaringan 3 fasa. 3. Current Injector Pada pengujian karakteristik rele, current injector digunakan sebagai sumber arus. Current Injector diatur sedemikan rupa sehingga arus yang dikeluarkan melebihi dari nilai dari arus settingan di rele. Current injector ini juga diibaratkan sebagai simulasi gangguan arus lebih. COMMON Gambar 4.5 Alat Ukur Waktu

19 Gambar 4.6 Rangkaian Pengukuran Karakteristik OCR ABB Tipe SPAJ 140 C. 4.4 Langkah Percobaan 1.Persiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2.Rangkai peralatan sesuai dengan gambar rangkaian pengukuran. 3.Pastikan peralatan dan wiring terpasang dengan benar. 4.Periksa, ON-kan dan uji simulator jaringan sumber 3 fasa, current injector, alat ukur waktu dan rele OCR ABB tipe SPAJ 140 C. 5.Pengujian simulator peralatan harus pada kondisi ON dan pastikan lampu indikator pada masing-masing peralatan simulator menyala. 6.Cek current injector, atur pada kondisi beban maksimum 100%. 7.ON-kan current injector, setelah itu akukan pengukuran untuk Iuji dari 0,75;1,0;1,,25;1,5;1,75 dengan melihat indikator amperemeter pada modul OCR&GFR tipe ABB SPAJ 140 C. 8.Setelah menetapkan nilai Iuji-nya, OFF-kan current injector. 9.Atur dan setting relai OCR ABB tipe ABB SPAJ 140 C dengan : Iset = 0,5A. 10. Lakukan pengukuran untuk variabel waktu pemutusan OCR (poin 7) dimulai dengan TMS 0,1;0,5;1,0 menggunakan alat ukur waktu rele arus lebih. 11. Lakukan pengukuran waktu pemutusan OCR, caranya tekan tombol ON pada current injector dan secara otomatis alat ukur waktu rele arus lebih pun akan mulai berfungsi, sehingga akan diperoleh nilai waktu pemutusannya. 12. Catat hasil pengujian pada tabel. 13. Lalu lakukan perhitungan waktu kerja dengan rumus 14. t =, ( ), 15. Catat hasil perhitungan dan susun pada tabel hasil perhitungan untuk dibandingkan nilainya. Lalu buat kurva perbandingannya. 4.5 Kurva Perhitungan dan Pengukuran Karakteristik 4.6 Pengukuran dan Analisa Pengukuran Karakteristik Standar Inverse Gambar 4.7 Kurva Perhitungan dan Pengukuran Untuk Karakteristik SI (Standard Inverse)

20 Pengukuran Karakteristik Very Inverse 4.7 Analisa Pengukuran Berdasarkan hasil pengukuran dan data-data dari hasil pengukuran yang menunjukkan bahwa karakteristik rele ini adalah karakteristik rele arus lebih karakteristik waktu terbalik (invers time) ada 4 jenis karakteristik yang didapat pada pengukuran OCR ABB SPAJ 140C, yaitu : Gambar 4.8 Kurva Perhitungan dan Pengukuran Untuk Karakteristik VI (Very Inverse) Pengukuran Karakteristik Extremly Inverse Gambar 4.8 Kurva Perhitungan dan Pengukuran Untuk Karakteristik EI (Extremly Inverse) Pengukuran Karakteristik Long Time Inverse Gambar 4.8 Kurva Perhitungan dan Pengukuran Untuk Karakteristik LTI (Long Time Inverse) 1. Standar Inverse 2. Very Inverse 3. Extremly Inverse 4. Long time Inverse Berdasarkan data pengukuran pada tabel dan kurva karakteristik yang dihasilkan oleh rele gangguan fasa ke tanah ABB tipe SPAJ 140C, didapatkan : 1. Semakin besar arus uji pada sebuah rele, maka akan semakin cepat waktu dari sebuah rele untuk melakukan pemutusan. Sebaliknya, semakin kecil arus uji pada sebuah rele, maka akan semakin lama juga waktu dari sebuah rele untuk melakukan pemutusan. 2. Semakin besar setting untuk nilai TMS pada sebuah rele, maka waktu rele untuk melakukan sebuah pemutusan akan semakin lama. Sebaliknya, apabila setting nilai TMS semakin kecil, maka waktu rele untuk melakukan sebuah pemutusan akan semakin cepat. 3. Semakin cepat waktu yang diperlukan rele untuk melakukan sebuah pemutusan, maka akan semakin besar error yang didapatkan. Sebaliknya, semakin lama waktu yang diperlukan rele untuk melakukann pemutusan maka semakin kecil error yang didapatkan.

21 No Hasil Pengukuran dan Analisa Error Untuk hasil pengukuran, diambil dari seluruh data pada saat pengukuran. Tabel 4.13 Rata-rata error pengukuran hasil perhitungan dan pengukuran dalam % Jenis Kurva Standa r Inverse Very Inverse Extrem ly Inverse Long Time Inverse TMS % % % % TMS % % % % Rata-rata error keseluruhan TMS % % % % Ratarata % % % % % Dilihat pada tabel 4.7 data hasil pengukuran dan perhitungan memiliki error sebesar % ini menandakan keakuratan pada rele dan alat ukur waktu itu sendiri karena alat ukur waktu ini langsung dihubungkan dengan rele ABB SPAJ 140C, dimana kontak Pick-Up dan trip dari rele ABB SPAJ 140C-nya pun langsung dihubungkan dengan kontak Start dan Stop pada alat ukur waktunya. Timbulnya perbedaan selisih atau error ini disebabkan Karena adanya rugirugi elektronik (delay) dari rele dan alat ukurnya,dimana kedua alat tersebut dirancang secara elektronik dan berbasis mikrokontroler. Selain karena rugi-rugi elektronik pada saat pengukuran pun terdapat rugi-rugi yang cukup mempengaruhi nilai selisih atau error tersebut. Rugi-rugi yang terjadi pada saat pengukuran yaitu rugi-rugi yang ditimbulkan pada saat pengontakan kontak Pick-Up (start) dan kontak trip dari rele ABB SPAJ 140C yang membutuhkan waktu pada saat perpindahan kontak dari keadaan awal sampai dengan keadaan mengontak saat mendapat perintah start atau stop dari rele itu sendiri. Waktu yang dibutuhkan pada saat perpindahan kontak dari keadaan awal sampai dengan keadaan mengontak saat mendapat perintah start atau stop relatif konstan, maka dari itu pada pengukuran yang menghasilkan waktu (delay) cukup panjang rugi-rugi tersebut tidak terlalu banyak pengaruh pada perhitungan error, akan tetapi bila pada pengukuran yang menghasilkan waktu (delay) cukup pendek pengaruhnya akan terlihat besar. Berikut adalah persamaanan untuk mendapatkan hasil dari waktu pemutusan dari hasil pengukuran yang ditambah dengan rugi-rugi pada saat pengoperasiannya. = koil + t Operating + t triping koil

22 Keterangan : t pemutusan = waktu rele untuk melakukan pemutusan (detik) t starting coil = waktu rele untuk melakukan kontak pada saat start (detik) t operating = waktu kerja rele sebenarnya (detik) t tripping coil = waktu rele untuk melakukan kontak pada saat trip (detik) Nilai waktu pemutusan kerja rele pada hasil pengukuran dan pada hasil perhitungan memiliki beda selisih dan % error yang kecil dan kedua nilainya pun saling mendekati, yakni dibawah 1%. Hal ini menandakan keakuratan pada rele itu sendiri dan pada alat ukur waktu rele. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil uraian dan pengukuran proyek akhir ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu : 1. Alat ukur waktu untuk pengukuran kecepatan waktu respon rele ABB tipe SPAJ 140C terhadap adanya gangguan arus lebih yang berbasis mikrokontroler (AT MEGA16) telah berhasil dirancang sesuai dengan perancangan awal. dari orde 0.04 detik sampai dengan 300 detik. 3. Pengukuran kecepatan respon rele lebih tepat dibandingkan pengukuran manual karena kontak Pick-Up serta trip dari rele ABB tipe SPAJ 140C yang langsung dihubungkan dengan kontak start dan stop dari alat ukur waktu. 4. Error dari keseluruhan data pada pengukuran OCR ABB SPAJ 140C adalah sebesar 0,8301%. 5.2 Saran Berikut ini adalah saran-saran untuk pengembangan sistem lebih lanjut: 1. Alangkah baiknya alat ukur waktu ini diuji terlebih dulu pada sisi ketepatan perhitungannya agar pengukuran pada karakteristik menjadi lebih tepat. 2. Akan lebih bagus bila alat ukur waktu ini dapat menyimpan data pada memori mikrokontrolernya dan menampilkan data yang sebelumnya. 2. Kemampuan alat ukur waktu ini dapat menampilkan waktu dari mulai orde 1/100 detik (2 angka dibelakang koma) sampai 24 jam dengan tampilan LCD 16x2 untuk menampilkan waktu operasi rele yaitu

RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR WAKTU PADA KARAKTERISTIK RELE GANGGUAN FASA KE TANAH ABB TIPE SPAJ 140C BERBASIS MIKROKONTROLER

RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR WAKTU PADA KARAKTERISTIK RELE GANGGUAN FASA KE TANAH ABB TIPE SPAJ 140C BERBASIS MIKROKONTROLER RANCANG BANGUN ALAT PENGUKUR WAKTU PADA KARAKTERISTIK RELE GANGGUAN FASA KE TANAH ABB TIPE SPAJ 140C BERBASIS MIKROKONTROLER BUILD AND DESIGN TIME MEASUREMENT TOOL ON CHARACTERISTIC OF GROUND FAULT RELAY

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rele Pengaman

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rele Pengaman BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rele Pengaman Rele pengaman adalah suatu peralatan yang direncanakan untuk dapat merasakan atau mengukur adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidaknormalan pada peralatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009

Mikrokontroler AVR. Hendawan Soebhakti 2009 Mikrokontroler AVR Hendawan Soebhakti 2009 Tujuan Mampu menjelaskan arsitektur mikrokontroler ATMega 8535 Mampu membuat rangkaian minimum sistem ATMega 8535 Mampu membuat rangkaian downloader ATMega 8535

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. arsitektur Reduced Instruction Set Computer (RISC). Hampir semua instruksi

BAB III TEORI PENUNJANG. arsitektur Reduced Instruction Set Computer (RISC). Hampir semua instruksi BAB III TEORI PENUNJANG Pada bab tiga penulis menjelaskan tentang teori penunjang kerja praktek yang telah dikerjakan. 3.1 Mikrokontroler ATMega16 AVR merupakan seri mikrokontroler CMOS 8-bit buatan Atmel,

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Jenis Mikrokontroler AVR dan spesifikasinya Flash adalah suatu jenis Read Only Memory yang biasanya diisi dengan program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Energi listrik disalurkan melalui penyulang-penyulang yang berupa saluran udara atau saluran kabel tanah. Pada penyulang distribusi ini terdapat

Lebih terperinci

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS

Sistem Mikrokontroler FE UDINUS Minggu ke 2 8 Maret 2013 Sistem Mikrokontroler FE UDINUS 2 Jenis jenis mikrokontroler Jenis-jenis Mikrokontroller Secara teknis, hanya ada 2 macam mikrokontroller. Pembagian ini didasarkan pada kompleksitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Relai Proteksi Relai proteksi atau relai pengaman adalah susunan peralatan yang berfungsi untuk mendeteksi atau merasakan adanya gangguan atau mulai merasakan adanya ketidak

Lebih terperinci

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535

MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 MICROCONTROLER AVR AT MEGA 8535 Dwisnanto Putro, S.T., M.Eng. MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perancangan dari perangkat keras, serta perangkat lunak dari alat akuisisi data termokopel 8 kanal. 3.1. Gambaran Sistem Alat yang direalisasikan

Lebih terperinci

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor

Sistem Minimum Mikrokontroler. TTH2D3 Mikroprosesor Sistem Minimum Mikrokontroler TTH2D3 Mikroprosesor MIKROKONTROLER AVR Mikrokontroler AVR merupakan salah satu jenis arsitektur mikrokontroler yang menjadi andalan Atmel. Arsitektur ini dirancang memiliki

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada Bab III ini akan diuraikan mengenai perancangan perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk membangun sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. [10]. Dengan pengujian hanya terbatas pada remaja dan didapatkan hasil rata-rata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebelumnya pernah dilakukan penelitian terkait dengan alat uji kekuatan gigit oleh Noviyani Agus dari Poltekkes Surabaya pada tahun 2006 dengan judul penelitian

Lebih terperinci

Analisa Kinerja Sensor Suhu NTC dan LM35 Dalam Sistem Pendeteksian Suhu Ruangan Berbasis Mikrokontroler AVR ATmega 16

Analisa Kinerja Sensor Suhu NTC dan LM35 Dalam Sistem Pendeteksian Suhu Ruangan Berbasis Mikrokontroler AVR ATmega 16 Analisa Kinerja Sensor Suhu NTC dan LM35 Dalam Sistem Pendeteksian Suhu Ruangan Berbasis Mikrokontroler AVR ATmega 16 Yunidar 1 *, Alfisyahrin 2 dan Yuli Rahmad 3 1 Program Studi Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C.

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. software arduino memiliki bahasa pemrograman C. BAB II DASAR TEORI 2.1 ARDUINO Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gangguan pada Sistem Distribusi Tenaga Listrik 2.1.1 Jenis Gangguan Jenis gangguan utama dalam saluran distribusi tenaga listrik adalah gangguan hubung singkat. Gangguan hubung

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Sistem sensor infra merah terdiri dari LED infra merah dan fotodioda. Fotodioda merupakan detektor cahaya infra merah yang dibantu penguat transistor. Dalam perancangan ini digunakan untuk mendeteksi

Lebih terperinci

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di

BAB III TEORI PENUNJANG. Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di BAB III TEORI PENUNJANG 3.1. Microcontroller ATmega8 Microcontroller adalah sebuah sistem fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti proccesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan

BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS. dapat berjalan sesuai perancangan pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dilakukan BAB V PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan diuraikan tentang proses pengujian sistem yang meliputi pengukuran terhadap parameter-parameter dari setiap komponen per blok maupun secara keseluruhan, dan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat

Gambar 3.1 Diagram Blok Alat BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen (uji coba). Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah membuat suatu alat yang dapat menghitung biaya pemakaian

Lebih terperinci

Pengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI1-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro

Pengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI1-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro Pengujian Relay Arus Lebih Woodward Tipe XI-I di Laboratorium Jurusan Teknik Elektro Said Abubakar, Muhammad Kamal Hamid Staf Pengajar Politeknik Negeri Lhokseumawe, Aceh Utara Abstrak Relay woodward tipe

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih

BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM. secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam memilih BAB III METODE PENELITIAN DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Penelitian Pada perancangan tugas akhir ini menggunakan metode pemilihan locker secara otomatis. Sistem ini dibuat untuk mempermudah user dalam

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK

BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 21 BAB III PERENCANAAN PERANGKAT KERAS DAN LUNAK 3.1 Gambaran umum Perancangan sistem pada Odometer digital terbagi dua yaitu perancangan perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software). Perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem yang digunakan dari alat pengukur tinggi bensin pada reservoir SPBU. Dalam membuat suatu sistem harus dilakukan analisa mengenai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN

BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN BAB II KONSEP DASAR PERANCANGAN Pada bab ini akan dijelaskan konsep dasar sistem keamanan rumah nirkabel berbasis mikrokontroler menggunakan modul Xbee Pro. Konsep dasar sistem ini terdiri dari gambaran

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Sensor MLX 90614[5] BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan skripsi yang dibuat. Teori-teori yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini adalah sensor

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT Pada bab ini menjelaskan tentang perancangan sistem alarm kebakaran menggunakan Arduino Uno dengan mikrokontroller ATmega 328. yang meliputi perancangan perangkat keras (hardware)

Lebih terperinci

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 MIKROKONTROLER Arsitektur Mikrokontroler AT89S51 Ringkasan Pendahuluan Mikrokontroler Mikrokontroler = µp + Memori (RAM & ROM) + I/O Port + Programmable IC Mikrokontroler digunakan sebagai komponen pengendali

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Uraian Umum Dalam perancangan alat akses pintu keluar masuk menggunakan pin berbasis mikrokontroler AT89S52 ini, penulis mempunyai pemikiran untuk membantu mengatasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Konsep dasar mengendalikan lampu dan komponen komponen yang digunakan pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan perancangan sistem

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 27 BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR) 4.1 Umum Sistem proteksi merupakan salah satu komponen penting dalam system tenaga listrik secara keseluruhan yang tujuannya untuk menjaga

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat score, setelah BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Diagram Blok Sistem Blok diagram dibawah ini menjelaskan bahwa ketika juri dari salah satu bahkan ketiga juri diarea pertandingan menekan keypad pada alat pencatat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari modifikasi kelistrikan pada kendaraan bermotor, perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu : Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI ALAT Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan sistem dan realisasi perangkat keras dan perangkat lunak dari setiap modul yang mendukung alat secara keseluruhan.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Pustaka P a g e

DAFTAR ISI. Daftar Pustaka P a g e DAFTAR ISI Halaman I. DASAR TEORI Mikrokontroler ATmega16 1. Pengertian Mikrokontroler... 2 2. Arsitektur ATmega16... 2 3. Konfigurasi Pena (PIN) ATmega16... 4 4. Deskripsi PIN Mikrokontroler ATmega16...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi dari perangkat keras maupun perangkat lunak dari setiap modul yang dipakai pada skripsi ini. 3.1. Perancangan dan

Lebih terperinci

BAB III METODA SIMULASI

BAB III METODA SIMULASI 2 BAB III METODA SIMULASI 3.1 Metoda Pengujian Karakteristik Waktu Tunda Rele MCGG 52 3.1.1 Tujuan 1. Mengetahui cara menggunakan perangkat current injector. 2. Mengetahui cara setting rele MCGG 52. 3.

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI 3.1 Perancangan Blok Diaram Metode untuk pelaksanaan Program dimulai dengan mempelajari sistem pendeteksi kebocoran gas pada rumah yang akan digunakan. Dari sini dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem proteksi sangat dibutuhkan untuk meningkatkan TMP (Tingkat Mutu Pelayanan) sehingga dapat mencegah atau membatasi kerusakan peralatan akibat gangguan, dan kelangsungan

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan

Gambar 3.1. Diagram alir metodologi perancangan 19 BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Berikut merupakan diagram alur kerja yang menggambarkan tahapantahapan dalam proses rancang bangun alat pemutus daya siaga otomatis pada Peralatan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT KERAS 3.1. Pendahuluan Perangkat pengolah sinyal yang dikembangkan pada tugas sarjana ini dirancang dengan tiga kanal masukan. Pada perangkat pengolah sinyal

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana

BAB II DASAR TEORI. mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno. memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O, dimana BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino Uno R3 adalah papan pengembangan mikrokontroler yang berbasis chip ATmega328P. Arduino Uno memiliki 14 digital pin input / output (atau biasa ditulis I/O,

Lebih terperinci

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar

BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED. Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar BAB III RANCANG BANGUN SISTEM KARAKTERISASI LED 3.1. Rancang Bangun Perangkat Keras Rancangan sistem karakterisasi LED diperlihatkan pada blok diagram Gambar 3.1. Sistem ini terdiri dari komputer, antarmuka

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Sistem yang dirancang adalah sistem yang berbasiskan mikrokontroller dengan menggunakan smart card yang diaplikasikan pada Stasiun Kereta Api sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah yang akan digunakan didalam menyelesaikan pembuatan alat elektrostimulator.perencanaan tersebut meliputi dua bagian yaitu perencanaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN ALAT III.1. Analisa Masalah Rotating Display adalah alat untuk menampilkan informasi berupa tulisan bergerak dengan menggunakan motor DC. Hal ini berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32

BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroler AVR ATmega32 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan menerangkan beberapa teori dasar yang mendukung terciptanya skripsi ini. Teori-teori tersebut antara lain mikrokontroler AVR ATmega32, RTC (Real Time Clock) DS1307,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM

BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM BAB III ANALISIS MASALAH DAN RANCANGAN PROGRAM III.1. Analisa Masalah Dalam perancangan sistem otomatisasi pemakaian listrik pada ruang belajar berbasis mikrokontroler terdapat beberapa masalah yang harus

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Permasalahan Dalam Perancangan Alat Pengaduk Adonan Kue ini, terdapat beberapa masalah yang harus dipecahkan. Permasalahan-permasalahan tersebut antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Motor DC dan Motor Servo 2.1.1. Motor DC Motor DC berfungsi mengubah tenaga listrik menjadi tenaga gerak (mekanik). Berdasarkan hukum Lorenz bahwa jika suatu kawat listrik diberi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1. Gambaran Umum Sistem Sistem ini terdiri dari 2 bagian besar, yaitu, sistem untuk bagian dari panel surya ke baterai dan sistem untuk bagian dari baterai ke lampu jalan. Blok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN PENGUJIAN ALAT SISTEM PENGONTROL BEBAN DAYA LISTRIK 4.1 Pengukuran Alat Pengukuran dilakukan untuk melihat apakah rangkaian dalam sistem yang diukur sesuai dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. baik pada perangkat keras maupun pada komputer. Buffer. Latch

BAB III METODE PENELITIAN. baik pada perangkat keras maupun pada komputer. Buffer. Latch BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam perancangan perangkat keras adalah studi kepustakaan berupa data-data literatur dari masing-masing komponen, informasi dari internet dan

Lebih terperinci

Sistem Tertanam. Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno. Dennis Christie - Universitas Gunadarma

Sistem Tertanam. Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno. Dennis Christie - Universitas Gunadarma Sistem Tertanam Pengantar Atmega328 dan Arduino Uno 1 Arsitektur Atmega328 Prosesor atau mikroprosesor adalah suatu perangkat digital berupa Chip atau IC (Integrated Circuit) yang digunakan untuk memproses

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI

BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI 3.1 Pendahuluan Pada tugas akhir ini akan membahas tentang pengisian batere dengan metode constant current constant voltage. Pada implementasinya mengunakan rangkaian konverter

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega16

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega16 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas as mengenai teori-teori yang mendukung. Materi yang akan dibahas adalah mikrokontroler atmega 16, solenoid, LCD (Liquid Crystal Display), RTC (Real Time Clock),

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1. Spesifikasi Sistem Sebelum merancang blok diagram dan rangkaian terlebih dahulu membuat spesifikasi awal rangkaian untuk mempermudah proses pembacaan, spesifikasi

Lebih terperinci

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay

Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Ground Fault Relay and Restricted Earth Faulth Relay Seperti telah disebutkan sebelumnya, maka tentang relay akan dilanjutkan dengan beberapa tipe relay. Dan kali ini yang ingin dibahas adalah dua tipe

Lebih terperinci

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut.

Blok sistem mikrokontroler MCS-51 adalah sebagai berikut. Arsitektur mikrokontroler MCS-51 diotaki oleh CPU 8 bit yang terhubung melalui satu jalur bus dengan memori penyimpanan berupa RAM dan ROM serta jalur I/O berupa port bit I/O dan port serial. Selain itu

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI MASALAH

BAB III DESKRIPSI MASALAH BAB III DESKRIPSI MASALAH 3.1 Perancangan Hardware Perancangan hardware ini meliputi keseluruhan perancangan, artinya dari masukan sampai keluaran dengan menghasilkan energi panas. Dibawah ini adalah diagram

Lebih terperinci

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU

Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Bidang Information Technology and Communication 336 PERANCANGAN DAN REALISASI AUTOMATIC TIME SWITCH BERBASIS REAL TIME CLOCK DS1307 UNTUK SAKLAR LAMPU Adhe Ninu Indriawan, Hendi Handian Rachmat Subjurusan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Definisi Perancangan Perancangan adalah proses menuangkan ide dan gagasan berdasarkan teoriteori dasar yang mendukung. Proses perancangan dapat dilakukan dengan cara pemilihan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN Pada bab ini akan membahas mengenai perancangan dan pemodelan serta realisasi dari perangkat keras dan perangkat lunak untuk alat pengukur kecepatan dengan sensor infra

Lebih terperinci

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X

Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di Perusahaan X Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Januari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Teknik Elektro Itenas Vol.1 No.1 Perhitungan Setting Rele OCR dan GFR pada Sistem Interkoneksi Diesel Generator di

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN RELE ARUS BEBAN LEBIH UNTUK MOTOR LISTRIK TEGANGAN RENDAH BERBASIS MICROCONTROLLER

RANCANG BANGUN RELE ARUS BEBAN LEBIH UNTUK MOTOR LISTRIK TEGANGAN RENDAH BERBASIS MICROCONTROLLER RANCANG BANGUN RELE ARUS BEBAN LEBIH UNTUK MOTOR LISTRIK TEGANGAN RENDAH BERBASIS MICROCONTROLLER Putri Humaira, Budhi Anto, Dian Yayan Sukma Jurusan Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Riau KM 12.5

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan perancangan tugas akhir ini telah dimulai sejak bulan Juli 2009 dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Elektrik dan Laboratorium

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mikrokontroler ATmega8535 Mikrokontroler ATmega8535 merupakan salah satu jenis mikrokontroler keluarga AVR (Alf and Vegard s Risc Processor) yang diproduksi oleh Atmel Corporation.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PEANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Pendahuluan Dalam Bab ini akan dibahas pembuatan seluruh sistem perangkat yang ada pada Perancangan Dan Pembuatan Alat Aplikasi pengendalian motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

BAB IV HASIL DAN UJI COBA BAB IV HASIL DAN UJI COBA Pada bab ini, akan dibahas pengujian alat mulai dari pengujian alat permodul sampai pengujian alat secara keseluruhan. Pengujian tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Minimum AVR USB Sistem minimum ATMega 8535 yang didesain sesederhana mungkin yang memudahkan dalam belajar mikrokontroller AVR tipe 8535, dilengkapi internal downloader

Lebih terperinci

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS 3.1. Pendahuluan Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk menghidupkan HPL (High Power LED) dengan watt

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung yang dilaksanakan mulai dari bulan

Lebih terperinci

PERANCANGAN RELE ARUS LEBIH DENGAN KARAKTERISTIK INVERS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535

PERANCANGAN RELE ARUS LEBIH DENGAN KARAKTERISTIK INVERS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 8535 No Vol: September 0 ISSN : 0-99 PERANCANGAN RELE ARUS LEBIH DENGAN KARAKTERISTIK INVERS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 855 Cahayahati, Mirza Zoni Program Studi Teknik Elektro, Universitas Bung Hatta Program

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 RANCANGAN PERANGKAT KERAS 3.1.1. DIAGRAM BLOK SISTEM Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem Thermal Chamber Mikrokontroler AT16 berfungsi sebagai penerima input analog dari sensor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan Agustus 2015. Perancangan dan pembuatan dilaksanakan di laboratorium Elektronika

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada

BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER. program pada software Code Vision AVR dan penanaman listing program pada BAB III PERANCANGAN ALAT DAN PROGRAM MIKROKONTROLER Pada tahap perancangan ini dibagi menjadi 2 tahap perancangan. Tahap pertama adalah perancangan perangkat keras (hardware), yang meliputi rangkaian rangkaian

Lebih terperinci

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka Erwin Dermawan 1, Dimas Nugroho 2 1) 2) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga

BAB III PERANCANGAN SISTEM. sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1. Blok Diagram Sistem Untuk dapat membandingkan LM35DZ dengan DS18B20 digunakan sebuah alat pemroses data yang sama, ruang kerja yang sama sehingga perbandinganya dapat lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi PWM Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, namun, lebar pulsanya bervariasi. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1PHOTODIODA Dioda foto adalah jenis dioda yang berfungsi mendeteksi cahaya. Berbeda dengan dioda biasa, komponen elektronika ini akan mengubah cahaya menjadi arus listrik. Cahaya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang digunakan dalam perancangan sistem ini antara lain studi kepustakaan, meninjau tempat pembuatan tahu untuk mendapatkan dan mengumpulkan sumber informasi

Lebih terperinci

DISAIN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN BERMOTOR SECARA OTOMATIS

DISAIN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN BERMOTOR SECARA OTOMATIS DISAIN DAN IMPLEMENTASI PENGENDALI LAMPU JARAK JAUH DAN DEKAT PADA KENDARAAN BERMOTOR SECARA OTOMATIS Edy susanto, Yudhi Gunardi Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jakarta

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Bab ini akan membahas tentang perancangan sistem deteksi keberhasilan software QuickMark untuk mendeteksi QRCode pada objek yang bergerak di conveyor. Garis besar pengukuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Permasalahan Di era globalisasi ini perkembangan teknologi berkembang begitu pesat seiring dengan kemajuan pola pikir sumber daya manusia yang semakin maju. Keinginan

Lebih terperinci

BAB III MIKROKONTROLER

BAB III MIKROKONTROLER BAB III MIKROKONTROLER Mikrokontroler merupakan sebuah sistem yang seluruh atau sebagian besar elemennya dikemas dalam satu chip IC, sehingga sering disebut single chip microcomputer. Mikrokontroler merupakan

Lebih terperinci

R ANCANG BANGUN JAM DIGITAL DE NGAN KE LUAR AN S UAR A S E BAGAI ALAT BANTU TUNA NE TR A MENGGUNAKAN MIKR OKONTR OLLE R

R ANCANG BANGUN JAM DIGITAL DE NGAN KE LUAR AN S UAR A S E BAGAI ALAT BANTU TUNA NE TR A MENGGUNAKAN MIKR OKONTR OLLE R R ANCANG BANGUN JAM DIGITAL DE NGAN KE LUAR AN S UAR A S E BAGAI ALAT BANTU TUNA NE TR A MENGGUNAKAN MIKR OKONTR OLLE R Click Muhammad to edit Master Ardhiyan subtitle Mukaffi style NRP 2207039020 Dosen

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol)

Gambar 2.1 Mikrokontroler ATMega 8535 (sumber :Mikrokontroler Belajar AVR Mulai dari Nol) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikrokontroler Mikrokontroler merupakan keseluruhan sistem komputer yang dikemas menjadi sebuah chip di mana di dalamnya sudah terdapat Mikroprosesor, I/O Pendukung, Memori

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB I PENGUJIAN DAN ANALISA 4.1 Pengujian Fungsi Relay Tegangan Lebih Tipe BE4-27/59 4.1.1 Tujuan 1. Melaksanakan praktikum pengujian fungsi relay tegangan lebih tipe BE4-27/59. 2. Mengetahui cara fungsi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Penyaluran Energi Listrik Energi listrik hanya dibangkitkan pada tempat-tempat tertentu saja. Sedangkan pemakai tenaga listrik atau pelanggan tenaga listrik tersebar diberbagai

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Prinsip Kerja Sistem Yang Dirancang Pada dasarnya alat yang dibuat ini adalah untuk melakukan suatu transfer data karakter menggunakan gelombang radio serta melakukan pengecekan

Lebih terperinci

PERTEMUAN IV PEMOGRAMAN SEVEN SEGMEN DAN LCD

PERTEMUAN IV PEMOGRAMAN SEVEN SEGMEN DAN LCD PERTEMUAN IV PEMOGRAMAN SEVEN SEGMEN DAN LCD TUJUAN: - Mahasiswa mampu memprogram mikrokontroller untuk menampilkan Informasi pada perangkan output Seven Segmen dan LCD. PERALATAN: Modul-modul/perangkat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan

BAB III PERANCANGAN Bahan dan Peralatan BAB III PERANCANGAN 3.1 Pendahuluan Perancangan merupakan tahapan terpenting dari pelaksanaan penelitian ini. Pada tahap perancangan harus memahami sifat-sifat, karakteristik, spesifikasi dari komponen-komponen

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global.

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM. Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI PERANGKAT KERAS DAN PERANGKAT LUNAK SISTEM 3.1 Perancangan Perangkat Keras 3.1.1 Blok Diagram Dari diagram sistem dapat diuraikan metode kerja sistem secara global. Gambar

Lebih terperinci