PENGGUNAAN PESTISIDA BAGI TANAMAN PANGAN DALAM PERSPEKTIF USHUL FIQH. Oleh : Misbahul Anam, S.H.I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN PESTISIDA BAGI TANAMAN PANGAN DALAM PERSPEKTIF USHUL FIQH. Oleh : Misbahul Anam, S.H.I"

Transkripsi

1 PENGGUNAAN PESTISIDA BAGI TANAMAN PANGAN DALAM PERSPEKTIF USHUL FIQH Oleh : Misbahul Anam, S.H.I Bismillaah ar-rahman ar-rahim A. Mengenal Pestisida 1. Pengertian Pestisida Nama pestisida berasa dari kata pest (yang berarti hama) dan cide (yang berarti pembasmi). Dalam kamus besar bahasa Indonesia, pestisida diartikan sebagai zat yang beracun untuk membunuh hama; racun pembasmi hama; racun hama. 1 Pestisida adalah substansi kimia dan bahal lain, serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama seperti serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, nematode (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Jadi, pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Karena sifatnya sebagai bahan kimia yang berfungsi untuk mengendalikan, menolak, memikat dan atau membasmi, maka pestisida dikalangan masyarakat luas lebih dikenal sebagai racun untuk., walaupun memang terdapat pula pestisida yang tidak mengandung racun. 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Digital Ofline, v.01. 1

2 2. Aneka Pestisida dan Kegunaannya Dilihat dari nama dan fungsinya, terdapat aneka pestisida sebagaimana berikut ini: a. Akarisida, berasal dari kata akari yang dalam bahasa Yunani berarti tungau atau kutu. Akarisida sering juga disebut sebagai mitesida. Fungsinya untuk membunuh tungau atau kutu. b. Algisida, berasal dari kata alga yang dalam bahasa latinnya berarti ganggang laut. Berfungsi untuk melawan alge. c. Avisida, berasal dari kata avis yang dalam bahasa latinnya berarti burung. Berfungsi sebagai pembunuh atau zat penolak burung serta pengontrol populasi burung. d. Bakterisida, berasal dari kata latin bacterium atau kata Yunani bacron. Berfungsi untuk melawan bakteri. e. Fungisida, berasal dari kata latin fungus atau kata Yunani spongos yang berarti jamur. Berfungsi untuk membunuh jamur atau cendawan. f. Herbisida, berasal dari kata latin herba yang berarti tanaman setahun. Berfungsi membunuh gulma (tumbuhan pengganggu). g. Insektisida, berasal dari kata latin insectum yang berarti potongan, keratan atau segmen tubuh. Berfungsi untuk membunuh serangga. h. Larvisida, berasal dari kata Yunani lar. Berfungsi untuk membunuh ulat atau larva. i. Molluksisida, berasal dari kata Yunani molluscus yang berarti berselubung tipis lembek. Berfungsi untuk membunuh siput. 2

3 j. Nematisida, berasal dari kata latin nematoda atau bahasa Yunani nema yang berarti benang. Berfungsi untuk membunuh nematoda (semacam cacing yang hidup di akar). k. Ovisida, berasal dari kata latin ovum yang berarti telur. Berfungsi untuk membunuh telur. l. Pedukulisida, berasal dari kata latin pedis berarti kutu, tuma. Berfungsi untuk membunuh kutu atau tuma. m. Piscisida, berasal dari kata Yunani piscis yang berarti ikan. Berfungsi untuk membunuh ikan. n. Rodentisida, berasal dari kata Yunani rodera yang berarti pengerat. Berfungsi untuk membunuh binatang pengerat, seperti tikus. o. Predisida, berasal dari kata Yunani praeda yang berarti pemangsa. Berfungsi untuk membunuh pemangsa (predator). p. Silvisida, berasal dari kata latin silva yang berarti hutan. Berfungsi untuk membunuh pohon. q. Termisida, berasal dari kata Yunani termes yang berarti serangga pelubang daun. Berfungsi untuk membunuh rayap. 2 Selain dari nama-nama tersebut, masih terdapat bahan kimia yang termasuk pestisida namun namanya tiak menggunakan akhiran sida. Bahan tersebut adalah: a. Atraktan, zat kimia yang baunya dapat menyebabkan serangga menjadi tertarik. Sehingga dapat digunakan sebagai penarik serangga dan menangkapnya dengan perangkap. b. Kemosterilan, zat yang berfungsi untuk mensterilkan serangga atau hewan bertulang belakang

4 c. Defoliant, zat yang dipergunakan untuk menggugurkan daun supaya memudahkan panen, digunakan pada tanaman kapas dan kedelai. d. Desiccant. zat yang digunakan untuk mengeringkan daun atau bagian tanaman lainnya. e. Disinfektan, zat yang digunakan untuk membasmi atau menginaktifkan mikroorganisme. f. Zat pengatur tumbuh. Zat yang dapat memperlambat, mempercepat dan menghentikan pertumbuhan tanaman. g. Repellent, zat yang berfungsi sebagai penolak atau penghalau serangga atau hama yang lainnya. Contohnya kamper untuk penolak kutu, minyak sereb untuk penolak nyamuk. h. Sterilan tanah, zat yang berfungsi untuk mensterilkan tanah dari jasad renik atau biji gulma. i. Pengawet kayu, biasanya digunakan pentaclilorophenol (PCP). j. Stiker, zat yang berguna sebagai perekat pestisida supaya tahan terhadap angin dan hujan. k. Surfaktan dan agen penyebar, zat untuk meratakan pestisida pada permukaan daun. l. Inhibitor, zat untuk menekan pertumbuhan batang dan tunas. m. Stimulan tanaman, zat yang berfungsi untuk menguatkan pertumbuhan dan memastikan terjadinya buah. 4

5 Jadi, berdasarkan fungsi atau sasaran penggunaannya pestisida dibagi kedalam enam jenis 3 : a. Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh : basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat, diazinon,dll. b. Fungisida adalah pestisida untuk memberantas/mencegah pertumbuhan jamur/cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh: tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat. c. Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salahsatu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang meyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu. d. Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena 3 sida.html 5

6 dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya. Contohnya warangan. e. Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet. f. Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh ammonium sulfonat dan pentaklorofenol. Dari berbagai macam pestisida yang telah penulis sebutkan di atas, hampir selurunya digunakan oleh petani agar nilai modal berbanding lurus dengan nilai panen, sehingga petani tidak merugi. 3. Bahaya Pestisida Bagi Kesehatan Penelitian terbaru mengenai bahaya pestisida terhadap keselamatan nyawa dan kesehatan manusia sangat mencengangkan. WHO (World Healt Organisation) dan program lingkungan PBB memperkirakan ada 3 juta orang yang bekerja pada sector pertanian di negara-negara berkembang terkena racun pestisida. Dan sekitar orang diantaranya meninggal setiap tahunnya. (Miller, 2004). Di cina diperkirakan setiap tahunnya ada setengah juta orang keracunan pestisida dan 500 orang di antaranya meninggal dunia. (Lawrence, 2007). 6

7 Pada dasarnya beberapa pestisida memang bersifat karsinogenik yang dapat memicu terjadinya kanker. Berdasarkan penelitian terbaru dalam environmental health perspective menemukan adanya kaitan kuan antara pencemaran DDT pada masa muda dengan menderita kanker payudar pada masa tuanya. (Barbara and Mary, 2007). Menurut NRDC (Natural Recources Defense Council), tahun 1998, hasil penelitian menunjukkan bahwa kebanyakan penderita kanker otak, leukimia, dan cacat pada anak-anak pada awalnya disebabkan tercemar pestisida kimia. Menurut Watterson (1988) secara umum telah banyak sekali bukti-bukti yang ditemukan pengaruh samping senyawa kimia pestisida terhadap kesehatan manusia. Beberapa jenis penyakit yang telah diteliti dapat diakibatkan oleh pengaruh samping penggunaan senyawa pestisida antara lain leukemia, myaloma ganda, lymphomas, sarcomas jaringan lunak, kanker prostae, kanker kulit, kanker perut, melanoma, penyakit otak, penyakit hati, kanker paru, tumor syaraf dan neoplasma indung telur. Selain dari pada itu, beberapa senyawa pestisida telah terbukti dapat menjadi faktor "carsinogenic agent" baik pada hewan dan manusia, yakni tercatat ada 47 jenis bahan aktif pestisida ditemukan terbukti sebagai carsinogenic agent pada hewan, dan 12 jenis lagi terbukti sebagai carsinogenic agent pada manusia (Gosselin, 1984: IARC, 1978: Saleh, 1980). Fakta lain ditemukan pula bahwa ternyata tercatat 80 jenis bahan aktif pestisida juga dapat menjadi penyebab atau sebagai faktor "mutagenic agent" (Moriya, 1983; Weinstein, 1984; Sandhu, 7

8 1980; Simmon, 1980). Lebih jauh ditemukan lagi fakta bahwa senyawa pestisida juga dapat menjadi penyebab penyakit peradangan kulit dan penyakit kulit lainnya sebagai akibat timbulnya alergi dan iritasi. Yang dapat menyebabkan alergi pada kulit tercatat ada 20 jenis bahan aktif sedangkan yang menyebabkan iritasi tercatat ada 42 jenis bahan aktif (Weinstein, 1984: Gosselin, 1984). Jadi, berdasarkan fakta dan kajian ilmiah di atas, telah terbukti bahwa penggunaan pestisida berdampak nyata terhadap penurunan kualitas kesehatan manusia bahkan rusaknya ekosistem lingkungan sebagaimana hal itu telah diketahui. B. Penggunaan Pestisida Pada Tanaman Pangan Dalam Perspektif Ushul Fiqh Berdasarkan kajian ilmiah sebagaimana diatas dan fakta penggunaan pestisida pada tanaman pangan maka dapatlah dimengerti bahwa penggunaan pestisida adalah untuk mengendalikan hama yang menyerang tanaman dan bahkan membunuh hama yang menyerang tanaman. Namun demikian, ternyata efek daripada penggunaan pestisida tidak selesai pada matinya hama tanaman yang dimaksud, akan tetapi pestisida memiliki dampak secara langsung dan bertahap bagi tanaman dan juga manusia yang memakan tanaman tersebut. Jadi, dalam kasus penggunaan pestisida pada tanaman pangan terdapat dua dloror yakni: hama tanaman yang merugikan; dan pestisida itu sendiri yang menimbulkan bahaya laten bagi kesehatan manusia dan ekosistem lingkungan. Memang, dalam Islam sangat tampak jelas, bahwa bahaya harus dihilingkan dengan berbagai upaya 8

9 yang tentu tidak menimbulkan bahaya yang serupa atau bahkan bahaya (dloror) yang lebih besar. Secara etimologi, kata dloror adalah antonim atau kebalikan dari manfaat (khilaf al-naf i). sedangakn secara etimologi sebagaimana yang disampaikan oleh Abdullaah bin Said Muhammad al-lahji, bahwa yang dimaksud dengan dloror adalah seseorang tidak boleh menghilangkan bahaya pada dirinya dengan menimbulkan bahaya pada diri orang lain. 4 Jadi, bila bercocok tanam adalah aktivitas yang dapat mendukung terpenuhinya kebutuhan pokok makanan seseorang, maka tidak bercocok tanam adalah dloror, atau jika panen merupakan sarana terpenuhinya kebutuhan pangan seseorang, maka gagal panen adalah dloror, jika tanpa hama petani dapat panen maksimal, maka hama adalah dloror, karena itu hama supaya dihilangkan. Demikian juga dengan efek yang ditimbulkan pestisida baik pada ekosistem lingkungan hidup atau pada manusia yang dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung hal itu merupakan dloror, karena itu hama tanaman pangan harus dihilangkan dan juga penggunaan pestisida harus diganti dengan senyawa yang tidak membahayakan bagi manusia dan ekosistem alam 5. Sebab dloror yang dihilangkan dengan menggunakan dloror yang lain tidak dinamakan menghilangkan dloror, melainkan membiarkan dloror, seperti sediakala walapun menggunakan sarana yang berbeda. Disinilah kemudian kaidah fiqh dloror la yuzalu bid dloror, dapat digunakan. Sehingga dengan menggunakan kaidah ini, 4 Mughinl Muhtaj, III/262 5 Zayn al-din Muhammad bin Abu Bakar al-razi, Mukhtar as-shibhah, I/159. 9

10 hukumnya haram menggunakan pestisida dalam pertanian, ataupun aktivitas apapun, sebab pestisida telah terbukti dapat menimbulkan bahaya laten bagi kesehatan, kelangsungan hidup manusia, dan keberlangsungan ekosistem lingkungan. Namun demikian, tampaknya memasukkan hama pada tumbuhan pangan dalam kategori dloror, adalah terlalu berlebihan dan seolah memaksakan dalil kaidah fiqh. Sebab hama tanaman bukanlah obyek hukum, mereka diakherat kelak tidak akan mendapatkan hisab atas apa yang telah dilakukannya apalagi pembalasan, manusialah yang dikenai hisab dan pembalasan di akherat kelak atas perbuatanperbuatannya. Oleh karena itu sepertinya lebih tepat dikatakan bahwa perbuatan manusia yang menggunakan pestisida itulah yang termasuk dalam katergori dloror. Termasuk juga pengusaha pembuat pestisida, distributor, masuk didalam kategori dloror. Jadi, aktivitas di dalam pembuatan pestisida, penggunaan, penyebarluasan inilah yang lebih tepat disebut sebagai dloror. Dan manusia yang menjalankan aktivitas itu berdosa, karena ia melakukan hal-hal yang membahayakan bagi ekosistem alam dan keberlangsungan kehidupan manusia. Oleh karena aktivitas itu berbahaya dan berdosa (mengandung dloror), maka aktivitas tersebut harus dihilangkan diganti dengan aktivitas yang sama sekali tidak terdapat dloror. Jadi, penggunaan kaidah yang tepat dalam pesoalan ini bukanlah dengan kaidah adloror la yuzalu bid dloror, melainkan dengan kaidah al-dloror yuzalu. Kemudian, akibat hukum yang timbul dari kaidah ini adalah haramnya memproduksi pestisida, haram mendistribusikan pestisida, haram menggunakan pestisida. 10

11 Oleh sebab itu, dalam upaya memajukan hasil pertanian haruslah menggunakan produk-produk yang tidak mengandung dloror dan produk tersebut memiliki kualitas yang mumpuni untuk mengkondisikan hama dan memaksimalkan hasil pertanian. Hanya pemerintahlah yang bisa dan berkewajiban untuk mengatur kebijakan pertanian sebagaimana dimaksud. Melalui kementerian pertanian dan beragai lembaga negara yang bergerak dalam bidang pertanian, tentu pemerintah mampu untuk mengupayakan terwujudnya senyawa-senyawa kimia yang ramah lingkungan dan bermanfaat untuk keberlangsungan kehidupan manusia. Tidak kemudian justru malah pemerintah turut andil di dalam peredaran senyawa kimia yang merugikan masyarakat dan kehiduban berbangsa negara. Bila upaya itu dilaksanakan oleh pemerintah, maka pada hakikatnya pemerintah sedang mengamalkan hadits Nabi SAW, yang masyhur, hadits nomor 32 dalam kitab arba in nawawi, riwayat Ibnu Majah, Ahmad dan Daaruqutni. Imam an-nawawi mengatakan, Hadis ini hasan, diriwayatkan oleh Ibn Majah, ad-daraquthni dan yang lain secara musnad. Imam Malik meriwayatkan hadis ini dalam Al- Muwatha secara mursal dari Amru bin Yahya, dari bapaknya, dari Nabi saw., dan ia menggugurkan Abu Said. Hadits ini memiliki beberapa jalur periwayatan yang saling menguatkan sebagian dengan yang lain. Az-Zayla i mengatakan di dalam Nasb ar-râyah, hadis ini diriwayatkan dari Ubadah bin ash-shamit, Ibn Abbas, Abu Said al- Khudzri, Abu Hurairah, Abu Lubabah, Tsa labah bin Malik, Jabir bin Abdullah dan Aisyah ra. 11

12 Abu Said al-khudzri ra. juga menuturkan bahwa Nabi saw. pernah bersabda: ال ال ال الا ال ال ض ال الا ال ن ال را ال را ه ه ال ال ن ال را ال ر ه ال ال ن ض Tidak boleh ada madarat (bahaya) dan tidak boleh ada yang menimpakan bahaya. Siapa saja yang menimpakan kemadaratan niscaya Allah menimpakan kemadaratan atas dirinya dan siapa saja yang menyusahkan niscaya Allah akan menyusahkan dirinya (HR al-hakim, al-baihaqi dan ad- Daraquthni). Inilah hadits, yang menjadi landasan tumbuhnya kaidah fiqh tersebut di atas. Jadi, mengamalkan hadits di atas, dan atau mengamalkan kaidah fiqh di atas, pada hakikatnya dalah bentuk ketaatan terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, meninggalkan hadits di atas, dan atau meninggalkan kaidah di atas, adalah bentuk kemungkaran dan maksiat terhadap Allah SWT. Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk dan hidayah-nya. Amien. Wallahhu A lam Bil As-Shawab 12

DAMPAK SOSIAL PENGGUNAAN PESTISIDA BAGI PETANI Persfektif Sosiologi Pedesaan. Mansur

DAMPAK SOSIAL PENGGUNAAN PESTISIDA BAGI PETANI Persfektif Sosiologi Pedesaan. Mansur DAMPAK SOSIAL PENGGUNAAN PESTISIDA BAGI PETANI Persfektif Sosiologi Pedesaan Mansur Abstrak: Tulisan ini menitik beratkan kajiannya pada dampak penggunaan pestisida bagi petani dampak sosial sebagai efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama tanaman. Penggunaannya yang sesuai aturan dan dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang

Lebih terperinci

Peta Konsep. Tujuan Pembelajaran. gulma biologi hama predator. 148 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Tikus. Hama. Ulat. Kutu loncat. Lalat. Cacing.

Peta Konsep. Tujuan Pembelajaran. gulma biologi hama predator. 148 IPA SMP/MTs Kelas VIII. Tikus. Hama. Ulat. Kutu loncat. Lalat. Cacing. Peta Konsep Hama Tikus Mengidentifikasi hama dan penyakit pada tumbuhan Penyakit Ulat Kutu loncat Lalat Cacing Wereng Burung Virus Bakteri Jamur Pengendalian Hama Gulma Biologis Mekanis Kimia Pola tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat,

BAB I PENDAHULUAN. hama karena mereka menganggu tumbuhan dengan memakannya. Belalang, kumbang, ulat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan tidak selamanya bisa hidup tanpa gangguan. Kadang tumbuhan mengalami gangguan oleh binatang atau organisme kecil (virus, bakteri, atau jamur). Hewan dapat disebut

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 2. BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGALatihan soal 2.4. Jamur. Cacing. Serangga. Tikus

SMP kelas 8 - KIMIA BAB 2. BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGALatihan soal 2.4. Jamur. Cacing. Serangga. Tikus SMP kelas 8 - KIMIA BAB 2. BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGALatihan soal 2.4 1. Nematisida merupakan zat kimia yang digunakan untuk memberantas... Jamur Cacing Serangga Tikus Kunci Jawaban : B Nematisida

Lebih terperinci

Bahan kimia tersebut disebut Pestisida (pest=hama. Sida=racun)

Bahan kimia tersebut disebut Pestisida (pest=hama. Sida=racun) DASAR DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN Oleh: Tim Dosen HPT Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan - Fakultas Pertanian - Universitas Brawijaya - 2013 Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia beracun untuk melindungi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sejarah manusia kaya dengan peperangan melawan rganisme pengganggu tumbuhan (OPT). Lebih dari sepuluh ribu spesies insekta, gulma, nematda dan penyakit yang dapat menyerang

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Nematisida Untuk Membasmi Parasit Nematoda Pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogae L)

Pengaruh Penggunaan Nematisida Untuk Membasmi Parasit Nematoda Pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogae L) ISSN:2089-320 Pengaruh Penggunaan Nematisida Untuk Membasmi Parasit Nematoda Pada Tanaman Kacang Tanah (Arachis hypogae L) di Desa Kalodu Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima Bakhtiar Abstrak; Nematisida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara

BAB I PENDAHULUAN. faktor struktur tanah, pencemaran, keadaan udara, cuaca dan iklim, kesalahan cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada tanaman dapat disebabkan oleh faktor biotik ataupun abiotik. Faktor pengganggu biotik adalah semua penyebab gangguan yang terdiri atas organisme atau makhluk

Lebih terperinci

Pestisida dan Teknik Aplikasi

Pestisida dan Teknik Aplikasi Pestisida dan Teknik Aplikasi Dr. Akhmad Rizali Pestisida Definisi: pest hama, sida racun Penggolongan: OPT sasaran: insektisida, bakterisida, herbisida bahan: kimia, botanis, minyak, IGR, mikroba cara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya alam hayati sekaligus sebagai penyedia senyawa kimia yang

TINJAUAN PUSTAKA. sumber daya alam hayati sekaligus sebagai penyedia senyawa kimia yang TINJAUAN PUSTAKA Hutan tropis Indonesia memiliki berbagai jenis tumbuhan yang merupakan sumber daya alam hayati sekaligus sebagai penyedia senyawa kimia yang berkhasiat sebagai obat atau racun.walaupun

Lebih terperinci

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut:

Untuk mengatasi serangan hama tikus, dapat dilakukan cara cara sebagai berikut: Berikut merupakan beberapa contoh hama. a. Tikus Tikus merupakan hama yang sering kali membuat pusing para petani. Hal ini diesbabkan tikus sulit dikendalikan karena memiliki daya adaptasi, mobilitas,

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 10. HAMA DAN PENYAKIT TANAMANlatihan soal 10.1 1. Berikut ini yang merupakan tanda bahwa tanaman dirusak oleh cacing, kecuali.. Bintil akar B. Bercak akar Busuk akar Lubang pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan,

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi untuk bahan pangan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan flora dan fauna. Kekayaan sumber daya alam hayati itu baru sebagian yang sudah dimanfaatkan. Tumbuhan yang digunakan meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat yang paling baik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanaman kedelai di Indonesia merupakan tanaman pangan penting setelah padi dan jagung. Kedelai termasuk bahan makanan yang mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi.

Lebih terperinci

Bahan Kimia. Rumah Tangga

Bahan Kimia. Rumah Tangga Bab 9 Bahan Kimia Rumah Tangga Sumber: Encarta 2005 Gambar 9.1 Detergen Detergen merupakan salah satu contoh bahan kimia yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Selain detergen, bahan kimia

Lebih terperinci

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu

tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu tanam, tanamlah apa saja maumu aku akan tetap datang mengganggu karena kau telah merusak habitatku maka aku akan selalu menjadi pesaingmu ttd. Organisme Pengganggu 1 Agroekologi (Ekologi Pertanian) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan produksi sayuran meningkat setiap tahunnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sayuran adalah produk pertanian yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan memiliki beragam manfaat kesehatan bagi manusia.bagi kebanyakan orang, sayuran memberikan

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN JENIS DAN DOSIS PESTISIDA DI LAHAN PERTANIAN RAPAK DALAM SAMARINDA SEBERANG. Oleh NATALIA SANDA MANGLILI NIM.

STUDI PENGGUNAAN JENIS DAN DOSIS PESTISIDA DI LAHAN PERTANIAN RAPAK DALAM SAMARINDA SEBERANG. Oleh NATALIA SANDA MANGLILI NIM. STUDI PENGGUNAAN JENIS DAN DOSIS PESTISIDA DI LAHAN PERTANIAN RAPAK DALAM SAMARINDA SEBERANG Oleh NATALIA SANDA MANGLILI NIM. 100500172 PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM (2010) menyatakan bahwa

TINJAUAN PUSTAKA. Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM (2010) menyatakan bahwa TINJAUAN PUSTAKA Sentra Informasi Keracunan Nasional BPOM (2010) menyatakan bahwa banyak spesies tumbuhan di dunia tidak dapat dimakan karena kandungan racun yang dihasilkannya. Proses domestikasi atau

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS ULAT BAMBU (Erionota thrax) Oleh :

PENGGUNAAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS ULAT BAMBU (Erionota thrax) Oleh : i PENGGUNAAN DAUN PEPAYA (Carica papaya L) SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS ULAT BAMBU (Erionota thrax) Oleh : BAGUS RHAMADI NIM. 120 500 113 PROGRAM STUDI MANAJEMEN LINGKUNGAN JURUSAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)

CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam kondisi pertanian Indonesia saat ini dengan harga pestisida tinggi, menyebabkan bahwa usaha tani menjadi tidak menguntungkan sehingga pendapatan tidak layak. Kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pare (Momordica ) merupakan tumbuhan dataran rendah yang seluruh bagian dari tanaman ini dimanfaatkan sebagai obat bagi manusia (Deptan, 2002 dalam Irwanto, 2008).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat bersifat racun, menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan cida, yang berarti pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan untuk membunuh atau mengendalikan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU

PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU PENGELOLAAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN SECARA TERPADU Oleh : Awaluddin (Widyaiswara) I. LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Program peningkatan produksi dan produktivitas tanaman masih banyak kendala yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan

BAB I PENDAHULUAN. 1993). Yang dimaksud dengan hama ialah semua binatang yang mengganggu dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama menjadi bagian budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu. Mula-mula manusia membunuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pengendalian hama dan penyakit melalui insektisida sintetik telah menimbulkan banyak efek yang membahayakan bagi kesehatan. Salah satunya adalah timbulnya

Lebih terperinci

PESTISIDA» BIOSIDA. Dr Sugiyarto, M.Si. Pemberantasan Pengendalian Pengelolaan

PESTISIDA» BIOSIDA. Dr Sugiyarto, M.Si. Pemberantasan Pengendalian Pengelolaan PESTISIDA» BIOSIDA Pemberantasan Pengendalian Pengelolaan Dr Sugiyarto, M.Si Jurusan Biologi FMIPA UNS Surakarta Prodi Biosains PPs UNS Surakarta Bidang Biodiversitas Puslibang Bioteknologi & Biodiversitas

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 3. Polusi Tanah Polusi tanah banyak diakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus.

BAB I PENDAHULUAN. Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Vektor demam berdarah adalah Aedes aegypti dan Aedes Albopictus. Ciri yang khas dari species ini adalah bentuk abdomen nyamuk betina yang lancip ujungnya dan memiliki

Lebih terperinci

Pembuatan Pestisida Nabati

Pembuatan Pestisida Nabati Pestisida Nabati Pembuatan Pestisida Nabati Pestisida yg bahan dasarnya dari tumbuhan Bukan utk meninggalkan pestisida buatan melainkan sbg alternatif menghindarkan ketergantungan & meminimalisir pestisida

Lebih terperinci

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan PESTISIDA 1. Pengertian Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1973, tentang Pengawasan atas Peredaran dan Penggunaan Pestisida yang dimaksud dengan Pestisida adalah sebagai berikut: Semua zat kimia

Lebih terperinci

RENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN CABAI

RENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN CABAI RENDAMAN DAUN PEPAYA (Carica papaya) SEBAGAI PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA ULAT GRAYAK (Spodoptera litura) PADA TANAMAN CABAI Prehatin Trirahayu Ningrum, Rahayu Sri Pujiati, Ellyke, Anita Dewi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencemaran lingkungan yang diakibatkan dari kegiatan pertanian merupakan salah satu masalah lingkungan yang telah ada sejak berdirinya konsep Revolusi Hijau. Bahan kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior

TINJAUAN PUSTAKA. Theory of Planned Behavior TINJAUAN PUSTAKA Theory of Planned Behavior Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa niat merupakan satu faktor internal (individual) yang memengaruhi perilaku konsumen. Salah satu teori yang membahas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro,

BAB I PENDAHULUAN. atau jasad renik yang terdapat pada manusia dan binatang lainnya (Parwiro, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pestisida di Indonesia telah memusnahkan 55% jenis hama dan 72% agen pengendali hayati. Pestisida adalah zat khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan serangga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Forensik adalah cabang ilmu kedokteran yang memberikan bantuan kepada penyidik untuk mendapatkan salah satu alat bukti baik untuk perkara pidana maupun perkara perdata

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL (MUI) setelah: Menimbang : 1. bahwa pewarna makanan dan minuman yang banyak dipakai

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM LAPORAN KEMAJUAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PENYULUHAN PROGRAM 5T CARA CERDAS PETANI MENGGUNAKAN PESTISIDA GUNA MEMINIMALISASI PENCEMARAN LINGKUNGAN BIDANG KEGIATAN: PKM-M Diusulkan oleh:

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SADD AŻ-ŻARI< AH TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KIMIA DI DESA DADAPAN KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS SADD AŻ-ŻARI< AH TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KIMIA DI DESA DADAPAN KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN BAB IV ANALISIS SADD AŻ-ŻARI< AH TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KIMIA DI DESA DADAPAN KECAMATAN SOLOKURO KABUPATEN LAMONGAN A. Dampak Penggunaan Pupuk Kimia di Desa Dadapan 1. Dampak Positif Penggunaan pupuk

Lebih terperinci

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP

VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI. Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP PEMBUATAN PESTISIDA NABATI VI. PEMBUATAN PESTISIDA NABATI Yos. F. da Lopes, SP, M.Sc & Ir. Abdul Kadir Djaelani, MP MODUL-06 Department of Dryland Agriculture Management, Kupang State Agriculture Polytechnic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hama adalah organisme yang menginfeksi tanaman dan merusaknya sehingga mengakibatkan penurunan hasil pertanian, perkebunan maupun sayursayuran. Infeksi hama dan penyakit

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang penting dibudidayakan, karena

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi merupakan tanaman yang penting dibudidayakan, karena I. PENDAHULUAN A. Latar Balakang Tanaman padi merupakan tanaman yang penting dibudidayakan, karena menghasilkan sumber makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Menanam padi sudah menjadi tugas pokok petani

Lebih terperinci

F. Pengendalian Kimiawi

F. Pengendalian Kimiawi PENGENDALIAN HAMA F. Pengendalian Kimiawi Yaitu penggunaan pestisida untuk mengendalikan hama agar hama tidak menimbulkan kerusakan bagi tanaman yang diusahakan. Kelebihannya : 1. Cepat menurunkan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern,

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prinsip ekologi telah diabaikan secara terus menerus dalam pertanian modern, akibatnya agroekosistem menjadi tidak stabil. Kerusakan-kerusakan tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty.

I. PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang. berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakann penyakit yang berkaitan erat dengan kenaikan populasi vektor Aedes aegypty. Menurut Wijana, (1982) Ae. aegypty adalah satu-satunya

Lebih terperinci

TOKSIKOLOGI PESTISIDA. Shinta Rosalia Dewi

TOKSIKOLOGI PESTISIDA. Shinta Rosalia Dewi TOKSIKOLOGI PESTISIDA Shinta Rosalia Dewi Pengertian Pestisida pest : hama; sida (caeda) : pembunuh pembunuh hama Menurut Food and Agriculture Organization (FAO), pestisida : campuran bahan kimia yg digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang

I. PENDAHULUAN. lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Padi (Oryza sativa L.) di Indonesia merupakan tanaman pangan terpenting karena lebih dari setengah penduduk menggantungkan hidupnya pada beras yang dihasilkan tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kedelai (Glycine max L.Mer) merupakan salah satu komoditi pangan dari famili leguminoseae yang dibutuhkan tubuh. Kedelai memiliki kandungan gizi tinggi yang berperan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyawa makhluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak

BAB I PENDAHULUAN. nyawa makhluk hidup karena mempunyai beberapa kelebihan seperti hampir tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Racun merupakan salah satu senjata pembunuh makhluk hidup yang sudah sangat tua, setua kehidupan manusia. Racun menjadi favorit untuk melenyapkan nyawa makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar yang terus meningkat. Menurut Trubus (2012), permintaan

Lebih terperinci

Oleh : HENDRA SASMITHA NIM

Oleh : HENDRA SASMITHA NIM i STUDI PENGGUNAAN CABAI (Capsicum frustescens L) DAN KENIKIR (Cosmos caudatus) SEBAGAI PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS JANGKRIK (Gryilulus mitratus) Oleh : HENDRA SASMITHA NIM. 100500162 PROGRAM

Lebih terperinci

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk

Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk AgroinovasI FLORA RAWA PENGENDALI HAMA SERANGGA RAMAH LINGKUNGAN Insektisida sintetik dianggap sebagai cara yang paling praktis untuk mengendalikan hama serangga karena hasilnya cepat terlihat dan mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman

BAB I PENDAHULUAN. mudah ditembus oleh alat-alat pertanian dan hama atau penyakit tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi karena berbagai manfaat yang terdapat di dalam kubis. Kubis dikenal sebagai sumber vitamin A, B, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan,

BAB I PENDAHULUAN. makanan sangat terbatas dan mudah rusak (perishable). Dengan pengawetan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan pengawet berbahaya dalam bahan makanan seperti ikan dan daging menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh pemerintah. Penggunaan bahan pengawet

Lebih terperinci

tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008).

tersebut mencapai miliaran rupiah setiap tahun (Setiawati et al., 2008). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor pembatas penting dalam upaya peningkatan produksi sayuran. Serangan OPT terjadi di semua tahap pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. petani melakukan pencampuran 2 6 macam pestisida dan melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan pestisida sintetis dilingkungan pertanian khususnya tanaman Hortikultural menjadi masalah yang dilematis. Rata-rata petani sayuran masih melakukan penyemprotan

Lebih terperinci

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman.

1.2 Tujuan Untuk mengetahui etika dalam pengendalian OPT atau hama dan penyakit pada tanaman. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan hama dan penyakit pada tanaman merupakan salah satu kendala yang cukup rumit dalam pertanian. Keberadaan penyakit dapat menghambat pertumbuhan dan pembentukan

Lebih terperinci

PENGARUH KEGIATAN MANUSIA TERHADAP KESEIMBANGAN

PENGARUH KEGIATAN MANUSIA TERHADAP KESEIMBANGAN BAB 3 PENGARUH KEGIATAN MANUSIA TERHADAP KESEIMBANGAN LINGKUNGAN Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, kalian diharapkan dapat: 1. Menjelaskan kegiatan manusia yang dapat memengaruhi keseimbangan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. STANDAR KOMPETENSI Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan MATA PELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN. STANDAR KOMPETENSI Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan MATA PELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI Memahami kegunaan bahan kimia dalam kehidupan MATA PELAJARAN KOMPETENSI DASAR Mencari informasi tentang kegunaan dan efek samping bahan kimia dalam ILMU

Lebih terperinci

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI

Pestisida Nabati dan Aplikasinya. Oleh: YULFINA HAYATI Pestisida Nabati dan Aplikasinya Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Prospek pengembangan pestisida nabati masih sangat menjanjikan, banyak hal yang bisa dihematdengan menggantikan pestisida sintesis dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Samadi (1997) tanaman cabai (Capsicum annum L) merupakan. klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Samadi (1997) tanaman cabai (Capsicum annum L) merupakan. klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Cabai, Pestisida dan Pupuk 2.1.1. Cabai Menurut Samadi (1997) tanaman cabai (Capsicum annum L) merupakan salah satu komoditi hortikultura yang tergolong pada tanaman semusim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman penduduk serta tempat-tempat umum lainnya. Pada saat ini telah 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lingkungan mempunyai pengaruh serta kepentingan yang relatif besar dalam hal peranannya sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan produksi kubis di Indonesia banyak mengalami hambatan, di antaranya disebabkan serangan hama tanaman. Banyak hama yang menyerang tanaman kubis, salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae) yang lebih dikenal dengan ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum L.) (Natawigena,

Lebih terperinci

Oleh : Nur Fariqah Haneda

Oleh : Nur Fariqah Haneda 7 MODULE PELATIHAN HAMA DAN PENYAKIT HUTAN Oleh : Nur Fariqah Haneda ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menggunakan Metode Forward Chaining diperoleh berdasarkan referensi yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menggunakan Metode Forward Chaining diperoleh berdasarkan referensi yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam perancangan Sistem Pakar Diagnosa Hama dan Penyakit Menggunakan Metode Forward diperoleh berdasarkan referensi yang sejenis dengan melihat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Padi Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia. Produksi padi dunia menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Qur an adalah kitab suci umat Islam yang membahas segala macam masalah yang ada di dunia dan isinya, serta terdapat berbagai petunjuk ilmu pengetahuan modern di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulat grayak (Spodoptera litura F., Lepidoptera, Noctuidae) merupakan salah satu hama daun yang penting karena hama ini bersifat polifag atau mempunyai kisaran inang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) banyak ditanam oleh para petani dan dikonsumsi masyarakat karena sayuran tersebut dikenal sebagai sumber vitamin (A, B dan

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN (MUI) setelah: Menimbang : 1. bahwa seiring dengan dinamika yang terjadi di masyarakat, beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari,

TINJAUAN PUSTAKA. Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, TINJAUAN PUSTAKA Eksplorasi adalah kegiatan pelacakan atau penjelajahan guna mencari, mengumpulkan, dan meneliti jenis plasma nutfah tertentu untuk mengamankan dari kepunahan. Langkah pertama pengeksplorasian

Lebih terperinci

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3 1. Meningkatnya permukiman kumuh dapat menyebabkan masalah berikut, kecuali... Menurunnya kualitas kesehatan manusia Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam pengembangannya di Indonesia (Wattimena, 2000 dalam

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1995 TENTANG PERLINDUNGAN TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tingkat produksi budidaya tanaman yang mantap sangat menentukan

Lebih terperinci

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami kegiatan pertanian

Lebih terperinci

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag. Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam Presented By : Saepul Anwar, M.Ag. Pengertian Hadits Sunnah : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan,taqrir (peretujuan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyimpanan merupakan salah satu tahap penting karena periode tersebut padi atau beras mengalami proses penurunan kualitas dan kuantitas. Kerusakan saat penyimpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk

BAB I PENDAHULUAN. hari berikutnya hujan lagi. Kondisi tersebut sangat potensial untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Memasuki musim hujan, demam berdarah dengue (DBD) kembali menjadi momok menakutkan bagi masyarakat. Lebih-lebih bila kondisi cuaca yang berubah-ubah, sehari hujan,

Lebih terperinci

I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN

I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN I. TOLAK PIKIR PERLINDUNGAN TANAMAN 1.1 Arti Penting Pengganggu Tanaman Kehidupan manusia boleh dikatakan sangat tergantung kepada tumbuhan. Ketergantungan tersebut disebabkan karena banyaknya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani dan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A dan C, minyak atsiri, zat warna kapsantin, karoten. Cabai merah juga mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A dan C, minyak atsiri, zat warna kapsantin, karoten. Cabai merah juga mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cabai digunakan sebagai bumbu untuk menambahkan rasa pedas pada makanan. Di dalam cabai diketahui terkandung kapcaisin, dihidrokapcaisin, vitamin A dan C, minyak atsiri,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang hijau adalah tanaman budidaya palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan ini memiliki banyak manfaat dalam kehidupan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max (L) Meriill) merupakan salah satu komoditi tanaman yang penting dalam pertanian di Indonesia karena memiliki berbagai manfaat, baik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan jumlah konsumsi pangan, sehingga Indonesia mencanangkan beberapa program yang salah satunya adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan,

I. PENDAHULUAN. Aktivitas penyerbukan terjadi pada tanaman sayur-sayuran, buah-buahan, kacangkacangan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Serangga merupakan golongan hewan yang dominan di muka bumi. Dalam jumlahnya serangga melebihi jumlah semua hewan melata yang ada baik di darat maupun di air, dan keberadaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara berkembang dan Negara Agraris yang sebagian penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Petani merupakan kelompok kerja

Lebih terperinci

Dampak Perubahan Iklim

Dampak Perubahan Iklim Pemanasan Global, Perubahan Iklim, pencemaran lingkungan Bab Pemanasan III Dampak Global, Perubahan Perubahan Iklim Iklim, & pencemaran lingkungan Dampak Perubahan Iklim Menteri Negara Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman

Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 1995 Tentang : Perlindungan Tanaman Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 6 TAHUN 1995 (6/1995) Tanggal : 28 PEBRUARI 1995 (JAKARTA) Sumber : LN 1995/12; TLN NO. 3586

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian berupa buah dan sayur semakin tinggi sejalan dengan pertambahan penduduk. Untuk mengantisipasi kebutuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tikus

TINJAUAN PUSTAKA Tikus 5 TINJAUAN PUSTAKA Tikus Tikus merupakan salah satu satwa liar yang menjadi hama penting bagi kehidupan manusia baik dalam bidang pertanian, perkebunan, maupun permukiman. Lebih dari 150 spesies tikus

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR(PTH 1507) (Dampak Negatif Pestisida Kimia Terhadap Hama) OLEH: YUDHA WISANDI NPM

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR(PTH 1507) (Dampak Negatif Pestisida Kimia Terhadap Hama) OLEH: YUDHA WISANDI NPM TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR(PTH 1507) (Dampak Negatif Pestisida Kimia Terhadap Hama) OLEH: YUDHA WISANDI NPM.10712037 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan tanaman secara preventif dan kuratif merupakan bagian yang sangat penting dalam upaya menekan kehilangan hasil pertanian yang diakibatkan oleh Organisme

Lebih terperinci

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea.

Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak. Bahan pembuatan pupuk dalam bentuk urea. Langkah 3 Penggunaan formalin: Pembunuh kuman sehingga dimanfaatkan untuk pembersih: lantai, kapal, gudang, pakaian. Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain. Bahan pada pembuatan sutra buatan, zat pewarna,

Lebih terperinci

BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGA. Nur Moh Ahadi

BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGA. Nur Moh Ahadi BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGA Nur Moh Ahadi Penggolongan Bahan Kimia Bahan kimia digolongkan menjadi 2 yaitu: 1. Bahan kimia alami, biasanya bersifat ramah lingkungan. 2. Bahan kimia sintesis/ buatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman sayuran cukup penting di Indonesia, baik untuk konsumsi di dalam negeri maupun untuk ekspor. Komoditas sayuran dapat tumbuh dan berproduksi di dataran rendah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gadjah Mada University Press, 2007), hlm Abdul Rohman dan Sumantri, Analisis Makanan, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Gadjah Mada University Press, 2007), hlm Abdul Rohman dan Sumantri, Analisis Makanan, (Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan hewan yang memiliki kandungan nutrisi tinggi dan dikenal sebagai sumber protein hewani. Protein pada ikan merupakan sumber energi dan asam amino

Lebih terperinci