Jurnal Khasanah Ilmu - Volume 7 No khasanah.bsi.ac.id. Strategi Pemasaran Pengusaha Event Organizer Dalam Pariwisata MICE Di Yogyakarta
|
|
- Lanny Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Strategi Pemasaran Pengusaha Event Organizer Dalam Pariwisata MICE Di Yogyakarta Yitno Purwoko MKP UGM Yogyakarta Abstract - Exhibition business grows rapidly in Yogyakarta. This is triggered by increasing business competition among companies, so they need space to market their products. Accessibility, amenity and attractions also trigger the growth of exhibition industry in Yogyakarta, which was awarded with The Most Popular MICE Destination by the Ministry of Tourism and Creative Economy. This condition is captured by exhibition businesspeople. In its development, new event organizers emerge to join exhibition business in Yogyakarta, so competition grows among them. Marketing strategy is a tool for businesspeople to market their products to consumers. Marketing strategy has a marketing mix called 7P, which is promotion, product, process, price, place, physical evidence, people. There are only a few studies on marketing strategies of event organizers. This study was aimed to determine the marketing strategy performed by event organizers in Yogyakarta. The method used was qualitative with categorization of themes in 7P dimension in marketing mix. The data collection technique was indepth interview with event organizers. Data analysis process was performed by collecting data (indepth interview, observation and documentation). After the data was collection, data reduction and data selection were performed. Then, coding was performed to find keywords and group keywords with the same meanings into certain categories. The next step was combining categories on dimensions of marketing strategy performed by event organizers. This method determined that the marketing mix dimensions used by most event organizers were promotion, place, and product. Several event organizers also added price and people into the marketing mix. Physical evidence dimension wasn t found in the marketing mix of event organizers. Marketing strategy outside of 7P marketing mix was also found, i.e. cooperation, maintenance customer, and evaluation. Keywords: marketing strategy, event organizer, MICE tourism Abstrak - Penelitian ini mengeksplorasi strategi pemasaran yang diterapkan oleh para pelaku bisnis MICE di Yogyakarta. Eksplorasi dilakukan dengan metode kualitatif. Dengan memahami strategi pemasaran yang selama ini diterapkan oleh para pelaku bisnis EO dalam memasarkan wisata MICE, maka dimungkinkan untuk dilakukannya evaluasi untuk meningkatkan pemasaran wisata MICE sehingga kualitas wisata MICE di Yogyakarta dapat terus meningkat.penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, eknik pengumpulan data yang utama dilakukan melalui wawancara terhadap 7 narasumber dari beberapa perusahaan EO yang berbeda.penulis menggunakan bauran pemasaran 7p (promotion, place, people, product, price, proses dan physical evidence). Meskipun tidak semua aspek bauran pemasaran sesuai dengan hasil riset, meskipun demikian penelitian ini telah mengungkap berbagai strategi baru dalam pengembangan perusahaan.kerjasama antar perusahaan dan customer harus dijaga dengan baik, disamping itu penelitian ini juga mengungkapkan seberapa besar kepuasan yang diberikan kepada pengunjung.saat ini EO perlu melakukan berbagai inovsi dan memunculkan ide-ide kreatif, sehingga kerjasama perusahaan dengan para sponsor juga dianggap sebagai aspek terpenting. Keywords: marketing strategy, event organizer, MICE tourism 1.1. PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu industri raksasa dunia yang mendorong pertumbuhan sektor ekonomi paling cepat(diktipari.org, 2010 dalam Prayudi, 2011).Pariwisata diharapkan dapat menjadi sektor yang dapat mengurangi angka kemiskinan, mengingat seluruh lapisan masyarakat dengan berbagai macam kemampuan dapat memanfaatkan setiap peluang yang ada dalam kegiatan pariwisata. Yogyakarta merupakan daerah tujuan wisata yang dianggap sangat potensial.berbagai macam objek wisata disajikan dari wisata alam, religi, edukasi dan budaya.pertumbuhan pariwisata yang cukup pesat juga mendorong Yogyakarta mulai merambah kegiatan wisata yang cukup modern seperti meeting, incentive, conference dan exhibition. Yogyakarta telah menjadi salah satu dari empat kota tujuan MICE di Indonesia (Statistical Report on Visitor Arrivals to Indonesia 2007-Passenger Exit Surveys,2007). Terdapat banyak EO dan kontraktor pameran yang ada di Yogyakarta, tentunya muncul kompetisi dalam usaha. Adanya persaingan diantara pelaku bisnis EO secara tidak langsung akan mendukung perkembangan wisata MICE di Yogyakarta. Hal tersebut dikarenakan pelaku bisnis EO akan berusaha memasarkan produknya sebaik mungkin sehingga pada akhirnya kualitas ISSN :
2 wisata MICE di Yogyakarta dapat semakin meningkat. Adapun penelitian sebelumnya dalam bidang MICE diantaranya: (1). Darmadi (2010), menyatakan bahwa faktor-faktor pengembangan komponen produk kepariwisataan yang berpengaruh terhadap perkembanangan Yogyakarta sebagai MICE adalah aspek amenitas, aksesibilitas dan atraksi wisata. (2). Kalalo (2009) kualitas produk wisata MICE kota Surabaya mempunyai nilai above average dan berada pada area kelompok destinasi evoked set. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam perencanaan dan pengembangan destinasi wisata MICE adalah Jumlah hotel berbintang 3-5, kualitas SDM bidang MICE, fasilitas meeting, aksesibilitas, pemerintah, permodalan, extra-conference opportunities, EO MICE lokal, ketersediaan informasi wisata MICE, dan citra wilayah. (3). Nursanty (2008), stabilitas perekonomian, amenitas dan keamanan merupakan faktor penyebab wisata bisnis dan MICE Jakarta berkembang pesat jika dibandingkan wisata rekreasi. Kurangnya keterpaduan promosi, managemen produk terpadu wisata, citra, transportasi dan harga merupakan faktor yang menyebabkan wisata bisnis MICE cenderung menrun.stabilitas perekonomian, keamanan suatu destinasi wisata, teknik operasional dan pemeliharaan, keterpaduan pemngembangan produk (atraksi, amenitas, aksesibilitas), promosi dan pemasaran merupakan faktor-faktor untuk membuat suatu destinasi wisata menjadi destinasi terpadu wisata bisnis, MICE dan rekreasi. Penelitian terdahulu terfokus pada pengembangan wisata MICE, sehingga penulis akan mmelihat sudut pandang berbeda yaitu dengan mengeksplorasi strategi pemasaran yang diterapkan oleh para pelaku bisnis MICE di Yogyakarta. Untuk mengetahui lebih jauh maka peneliti telah menetukan 7 pelaku EO MICE yang akan di wawancarai secara mendalam Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara menggunakan judgement sampling dalam penentuan responden wawancara, yaitu peneliti menentukan narasumber dengan pertimbangan seberapa banyak calon narasumber mengetahui informasi terkait topik wawancara. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara dan observasi terhadap narasumber, yaitu EO wisata MICE. Sementara itu, data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari studi pustaka terkait topik penelitian.jenis analisis kualitatif dalam penelitian ini yang bersifat deskriptif analitik. Setelah data diperoleh kemudian dianalisis untuk menghasilkan keluaran berupa pemaparan gambaran mengenai gejala atau situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data meliputi editing, kategorisasi, dan interpretasi data, yaitu melakukan kegiatan menghubungkan, membandingkan, dan mendeskripsikan data sesuai fokus masalah untuk diberi makna Tinjauan pustaka Pariwisata Pariwisata dalam Undang-undang RI No. 10 tahun 2009 merupaakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.industri pariwisata telah menciptakan berbagai macam produk wisata yang memiliki dampak positif dalam perkembangannya.salah satu produk dari industri pariwisata adalah wisata MICE. MICE merupakan salah satu produk wisata yang tercipta dari tren pasar industri pariwisata yang terus berkembang. Hingga saat ini di negara-negara maju, wisata MICE telah menjadi sebuah produk andalan dari industri pariwisata yang patut diperhitungkan dan dikembangkan mengingat produk pariwisata ini memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan suatu negara atau wilayah. Hal ini diperkuat dengan penjelasan Indrajaya (2015) bahwa dampak besar bisnis MICE dapat dilihat dari perolehan devisa pariwisata dengan diadakannya sejumlah kegiatan konvensi nasional ataupun internasional dalam skala besar Wisata MICE Wisata MICE adalah jenis wisata masa (mass tourism) karena dilakukan secara kelompok dan terjadi karena adanya banyak pertemuan nasional maupun internasional untuk membicarakan berbagai masalah. MICE diartikan sebagai wisata konvensi, dengan batasan usaha jasa konvensi, perjalanan insentif dan pameran yaitu dengan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan dan cendekiawan) untuk membahas masalahmasalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. MICE merupakan akronim dari meeting, insentive, conference dan exhibition.meeting merupakan suatu pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan oleh kelompok orang yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau perserikatan dengan tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan sumber daya manusia, menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan informasi terbaru, ISSN :
3 publikasi, hubungan kemasyarakatan. Insentivediartikan sebagai hadiah atau penghargaan yang diberikan oleh suatu perusahaan kepada karyawan, klien, atau konsumen, bentuknya bisa berupa uang, paket wisata atau barang. Konferensi dan meeting memiliki makna yang sama, akronim MICE sendiri megngambarkan perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan meeting, incentive, conference dan exhibition Wisatawan MICE Berdasarkan UU no. 10 tentang Kepariwisataan tahun 2009, wisatawan adalah orang yang melakukan wisata. Wisatawan MICE memiliki tujuan yang berbeda dengan wisatawan dalam produk wisata lainnya. Wisatawan MICE mengunjungi suatu destinasi wilayah atau negara dikarenakan tujuan bisnis, disamping itu wisatawan MICE memiliki karakter-karakter khusus yang tidak dapat disamakan dengan wisatawan produk wisata lain dalam indusri pariwisata. Wisatawan MICE memiliki indikator yang berdampak besar bagi suatu wilayah maupun negara dari sektor ekonomi antara lain jumlah wisatawa dalam sebuah kegiatan MICE, domisili wisatawan MICE dan lama tinggal Motivasi Wisatawan MICE Swarbrooke dan Horner (2007) menyebutkan bahwa motivasi menjadi hal yang cukup kompleks karena banyak faktor yang memberikan pengaruh terhadap motivasi seseorang dalam melakukan perjalanan wisata a)kepribadian dan gaya hidup; b)pengalaman; c)teman seperjalanan; d)karakteristik demografi dan e)perencanaan perjalanan yang telah matang Beberapa hal yang menjadi motivasi wisatawan MICE antara lain (1) Pengalaman dan faktor demografi, wisatawan cenderung akan mencari hal-hal yang bertolak belakang dengaan apa yang ditemuinya setiap hari. (2) Faktor sosial seperti interaksi, dalam hal ini berkaitan dengan beberapa hal seperti gengsi dan peningkatan nilai diri. (3) Efektifitass dan ekonomis. Dalam satu event pameran akan diikuti banyak peserta yang kemungkinan datang dari luar daerah, hal ini menjadi kesempatan bagi pengunjung untuk menemukan produk daerah tanpa harus berkunjung ke daerah teersebut Destinasi Wisata MICE Destinasi merupakan suatu tempat yang dikunjungi dengan waktu yang signifikan selama perjalanan seseorang dibandingkan dengan tempat lain yang dilalui selama perjalanan (misalnya daerah transit). Destinasi dalam kegiatan wisata MICE merupakan sebuah produk. Produk yang dihasilkan oleh destinasi antara lain: pemandangan, atraksiatraksi, keramahan penduduk setempat, akomodasi dan lain-lain. Secara umum, unsur-unsur destinasi yang mesti dipenuhi oleh objek wisata agar memiliki daya tarik yang berhubungan dengan kualitas jasa (Suwantoro, 2001), antara lain danya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah dan bersih. Adanya aksebilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. Adanya ciri khusus/spesifikasi yang bersifat langka. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam, pegunungan, sungai, pasir, hutan dan sebagainya.objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi kerena memilki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara adap, nilai luhur, yang terkandung dalam suatu objek buah karya manusia masa lampau. Rahayu (2015) menyampaikan bahwa apabila suatu kota atau wilayah memenuhi 9 kriteria berikut ini, maka layak dianggap sebagai destinasi wisata MICE: 1. Aksebilitas 2. dukungan stakeholder(asosiasi profesi dan industri, Destination Marketing Organization, pemerintah) 3. atraksi 4. akomodasi 5. fasilitas meeting 6. fasilitas pameran 7. citra destinasi 8. keadaan lingkungan 9. Profesionalitas sdm EO Sebagai Profesi Daya tarik MICE saat ini bukan hanya terbatas pada peluang ekonomi secara lebar, akan tetapi integritas EO yang menyelenggarakan MICE semakin meningkat. Hal ini diketahui melalui upaya pemerintah dalam penyelenggaraan sertifikasi dan peningkatan kompetensi EO serta SDM industri MICE (Suparta, 2015). Sertifikasi profesi EO dan SDM MICE tidak ditangani secara langsung oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP), hal ini karena begitu banyaknya jenis dan ragam profesi. Dalam skala nasional, lembaga yang akan melakukan sertifikasi tersebut melakukan presentasi di hadapan BNSP untuk memperoleh sertifikasi kerja. Di Indonesia terdapat Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) MICE dan Pusat Kajian dan Pengembangan Program MICE, pada taraf internasional sudah terdapat beberapa lembaga yang menaungi industri MICE ASEAN (Maharani, Hari dan Azelia: 2009). 1. International Congres and Convention Association (ICCA) 2. International Associaotion Professional Conference Organizer (ISPCO) 3. Meeting Professional Internasional (MPI) 4. Union of International Fairs (UFI) ISSN :
4 5. National Bussiness Travel Association (NBTA) EO Sebagai Salah Satu Stakeholder Wisata MICE Pihak yang berpotensi mendapatkan keuntungan besar bisnis MICE adalah percetakan, hotel, perusahaan souvenir, biro perjalanan wisata, transportasi, professional conference organizer (PCO), usaha kecil dan menengah (UKM), dan event organizer (EO). Natodirjo (2011) menjelaskan bahwa EO adalah sebuah bisnis dan profesi yang menawarkan jasa. EO mengumpulkan dan mempertemukan khalayak untuk sebuah tujuan. Bertanggung jawab melakukan penelitian, membuat desain event, merencanakan, melakukan koordinasi, supervisi, dan pengawasan terhadap pelaksanaan, kelangsungan, realisasi dan keberhasilan sebuah event. EO adalah pelaksana acara yang melakukan pekerjaannya atas permintaan klien (orang yang memiliki hajat atau penyelenggara acara) Strategi Pemasaran Strategi dapat didefinisikan sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya. Makna yang terkandung dari strategi ini adalah bahwa para manager memainkan peranan aktif, sadar dan rasional dalam merumuskan strategi organisasi. Marketing mix merupakan strategi mencampur kegiatankegiatan marketing agar dicari kombinasi maksimal sehingga mendatangkan hasil yang paling memuaskan.kotler dan Amstrong (2012) menambahkan bahwa di dalam pemasaran usaha jasa, bauran pemasaran memiliki 7 elemen yaitu product, price, place, promotion, physical evidence, people dan process.elemen dalam bauran pemasaran tersebut digunakan sebagai alat analisis untuk memahami strategi pemasaran yang dilakukan oleh pelaku bisnis EO dalam memasarkan wisata MICE Hasil dan Pembahasan Penelitian ini bersumber dari tujuh studi kasus, Event Organizer (EO) di Yogyakarta. Tujuh EO tersebut adalah PT. Dyandra Promosindo, CV. Suluh Media Kreasi, PT. GM Production, PT. Mavindo Pratama, Mahkota Event Organizer, PT. Klapa Production, PT. Interpro Reka Cipta Media, dan PT. Medialink International. Dari hasil penelitian, diperoleh data berupa Produk EO, Pasar Jasa EO, Strategi Pemasaran EO, integrasi Strategi Pemasaran EO. 1. Produk Event Organizer a. PT. Dyandra Promosindo memiliki produk exhibition yang mencakup beberapa bidang seperti IT, otomotif, franchaise, tour & travel. Selain exhibition, PT. Dyandra promosindo juga melayani gathering dan launching. b. CV. Suluh Media Kreasi menjadi Event Organizer dalam exhibition IT. c. GM promosindo memiliki produk jasa launching product, expo gathering, dan rental equioment. d. PT. Mavindo Pratama memiliki peluang bisnis dalam bidang pameran dan fokus padabiding property dan furniture, interior. e. Mahkota Event Organizer memberikan produk jasa pengurusan pernikahan dan sebagai Event Organizer yang menyelenggarakan pameran tentang pernikahan. f. Klapa Production memiliki produk berupa wedding organizer dan fokus pada bidang tersebut. g. PT. Interpro Media Reka Cipta Media memberikan produk berupa kepengurusan pameran terkait dengan sarana dan prasarana. Kemudian, seiring berjalannya waktu PT. Interpro Reka Cipta Media juga mengadakan pameran. 2. Strategi Pemasaran Evebt Organizer a. PT Dyandra Promosindo memiliki 5 aspek pemasaran penting yaitu promosi, produk, proses, harga dan tempat. b. CV Suluh Media Kreasi memiliki 3 aspek yang digunakan dalam pemasaran yaitu promosi, penentuan waktu dan tempat. Strategi pemasaran lainnya yang tidak termasuk dalam teori 7P antara lain maintaining peserta dan evaluasi. Menurut pemilik EO, kepuasan peserta merupakan hal yang penting untuk dievaluasi dan menjadi strategi promosi event berikutnya, sehingga peserta tetap hadir atau mengikuti event selanjutnya. c. GM Production, aspek yang digunakan dalam melakukan strategi pemasaran meliputi promosi, proses, produk dan evaluasi. d. PT. Mavindo Pratama, Strategistrategi pemasaran yang menonjol berdasarkan hasil wawancara meliputi produk, promosi, dan tempat. Produk merupakan barang atau jasa yang diberikan oleh perusahaan. Menurut hasil wawancara, produk yang dijual dari Event Organizer tersebut adalah pameran property dan furniture. Dengan adanya segmentasi produk tersebut, Event Organizer ini juga sudah memiliki segmentasi pengunjung. Selain itu, dalam ISSN :
5 pameran tersebut, Event Organizer ini memiliki peran sebagai pemborong. Strategi pemasaran lainnya yang tidak termasuk dalam teori 7P meliputi konsep pemasaran yang dibuat oleh beberapa pihak seperti marketing dan direktur, kerjasama dengan mall dan mewaspadai kompetitor baru yang mungkin juga bisa memiliki bounding dengan mall lain e. Mahkota Event Organizer, strategi pemasaran yang menonjol berdasarkan hasil wawancara meliputi produk, proses, dan promosi. f. Klapa Production, hasil penelitian menunjukkan beberapa strategi pemasaran yang menonjol yang digunakan PT. Klapa Production antara lain promosi, tempat dan kerjasama. PT. Klapa Production juga memaksimalkan strategi pemasaran melalui kerjasama dengan pihak atau agency lain untuk memelihara eksistensi Klapa Production. g. PT. Interpro Reka Cipta Media menggunakan beberapa strategi pemasaran untuk memaksimalkan penjualan produk pameran. Beberapa strategi pemasaran tersebut antara lain fokus pada produk, promosi, harga, tempat, dekorasi, kerjasama dengan pihak lain untuk penyediaan media promosi, bertahan untuk memasarkan event yang sudah ada atau tidak memunculkan event baru, membuat sistem pembayaran, menggunakan SDM untuk bidang marketing termasuk account executive Integrasi Strategi Pemasaran Event Organizer Berdasarkan teori bauran pemasaran 7P, enam dimensi bauran pemasaran yang ditemukan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua perusahaan menggunakan ketujuh bauran pemasaran secara utuh.terdapat satu dimensi yaitu sarana fisik (physical evidence) yang tidak ditemukan dari hasil penelitian ini.dengan demikian masing-masing perusahaan dalam penelitian ini memiliki bauran pemasaran yang berbeda-beda. Dimensi bauran pemasaran yang digunakan oleh semua perusahaan dalam penelitian ini adalah promosi (promotion). Dimensi lain dalam strategi pemasaran yang ada pada beberapa perusahaan adalah tempat (place) dan orang (people), dimensi produk (product) proses (process) dan harga (price). Akan tetapi dimendi-dimensi proses (process) dan harga (price) tidak banyak digunakan oleh perusahaan dan dimensi dalam strategi pemasaran yang tidak muncul pada setiap perusahaan adalah sarana fisik (physical evidence). Hal ini mengindikasikan bahwa tidak semua perusahaan menggunakan semua bauran pemasaran seperti teori Katler & Amstrong (2012), ada yang menitikberatkan pada satu atau beberapa dimensi, dan tidak menggunakan beberapa dimensi yang termasuk pada teori baruan pemasaran. Dalam teori bauran pemasaran, dimensi proses (process) dan sarana fisik (physical evidence) merupakan dimensi tambahan dalam bauran pemasaran. Dengan demikian dimensi-dimensi tersebut tidak terlalu terlihat dalam bauran pemasaran dalam perusahaanperusahaan yang menjadi responden dalam penelitian ini, karena dimensi proses (process) dan sarana fisik (physical evidence) bersifat dimensi tambahan dalam pemasaran jasa. Selain itu, terdapat beberapa dimensi yang tidak termasuk dalam teori bauran pemasaran 7P berdasarkan hasil penelitian ini. Dimensi-dimensi tersebut antara lain kerjasama, evaluasi, maintaining peserta, kompetitor. Dimensi kerjasama menjadi dimensi baru yang dipakai oleh sebagian besar perusahaan untuk mendukung pemasaran produk perusahaan.kerjasama tersebut meliputi kerjasama dengan agency atau asosiasi di luar perusahaan untuk mempromosikan pameran pada peserta atau memelihara komitmen peserta pameran agar tetap mengikuti pameran selanjutnya. Selain itu, dalam kerjasama tersebut juga dibutuhkan pemeliharaan hubungan atau relasi yang baik dengan beberapa rekanan atau instansi tertentu seperti mall. Evaluasi dipandang sebagai salah satu dimensi strategi pemasaran yang dapat mendukung promosi karena evaluasi menghasilkan penilaian tentang event atau pameran yang diproduksi oleh perusahaan dan digunakan sebagai dasar untuk memproduksi event atau pameran berikutnya.maintaining peserta juga merupakan hal yang dipandang penting dalam strategi pemasaran pada perusahaanperusahaan di penelitian ini. Disamping itu, beberapa perusahaan juga mewaspadai beberapa kompetitor, yaitu perusahaan yang mengerjakan produk dalam bidang yang sama. Tabel 1. Kategorisasi Dimensi Pemasaran No. Tema Kategori Responden Jumlah responden 1. Promosi / promotion 1) Media 2) Promosi pada peserta 3) Promosi pada pengunjung GM Production ISSN :
6 2. Tempat / place 3. Orang / people 4. Produk / product 5. Proses / process 6. Harga / price 4) Menonjolkan kemasan produk 5) Branding 6) Ide-ide menarik 7) Target 8) Proses promosi 1) Ukuran tempat 2) Akses jalan 3) Akses transportasi 4) Tempat parkir 5) Kategori tempat (mall/gedung) 1) Divisi 2) Operasional 3) SDM inti 4) Biaya promosi 5) Account Executive 1) Business to business 2) Business to costumer 1) Menggunakan supplier 2) Implementasi masing-masing divisi 1) Biaya pameran untuk pengunuung 2) Harga booth 3) Biaya promosi 7. Kerjasama 1) Asosiasi 2) Hotel 3) Agency 4) Rekanan 8. Evaluasi 1) Evaluasi kepuasan peserta dan pengunjung PT. Klapa P. PT. Interpro R C M. GM Production PT. Klapa P. PT. Interpro R C M. GM Production PT. Interpro R C M. GM Production PT. Interpro R C M PT. Klapa P. PT. Interpro R C M. 9. Peserta 1) Maintaining peserta 10. Kompetitor 1) Kompetitor baru 2) Spesifikasi 4.1. Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan 1. Profile Event Organizer yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini memiliki karakteristik dan cirikas masing-masing. Cirikhas tersebut terdapat pada segmen market dan core bisnis. Hal tersebut tidak bisa lepas dari sejarah perkembangan yang mewarai perusahaan tersebut. Kebijakan yang dibuat manajemen turut andil dalam membentuk karakter masing masing Event Organizer. Sebagai contoh CV. Suluh Media Kreasi, berawal dari distributor komputer lalu berkembang menjadi penyelenggara pameran, demikian juga PT. Interpro Reka Cipta Media, berawal dari stand kontraktor, seiring waktu berkembang menjadi pelaksana pameran. Berbeda dengan dua perusahaan di atas, PT. Dyandra Promosindo dan PT. Mavindo Pratama, merupakan EO yang produk utamanya adalah pameran. Mereka memiliki banyak anak perusahaan sebagai penunjang pameran. 2. Hasil penelitian tentang strategi pemasaran Event Organizer, menemukan bahwa tidak semua dimensi bauran pemasaran dalam teori bauran pemasaran 7P diterapkan oleh para pelaku Event Organizer. Salah satu P yang tidak ditemukan adalah Physical Evidence (sarana fisik). Hal ini disebabkan karena Event Organizer dalam menyampaikan produknya melalui telemarketing atau datang langsung menawarkan ke peserta. Peserta maupun pengunjung dalam membeli produkpun tidak mempertimbangkan sarana fisik dan lingkungan tempat kantor EO berdiri. Jadi sarana fisik tidak menjadi bagian penting ISSN :
7 dalam pertimbangan memutuskan membeli atau tidak membeli produk yang ditawarkan Event Organizer tersebut. 3. Penelitian ini juga menemukan beberapa strategi baru diluar bauran pemasaran 7 P, antara lain : a. Menjalin kerjasama dengan Asosiasi. Salah satu strategi yang digunakan event organizer untuk memenuhi target peserta pameran adalah dengan menjalin kerjasama dengan asosiasi yang menaungi peserta, antara lain; Apkomindo (asosiasi perusahaan komputer indonesia), REI (real estate Indonesia), ASITA (association Indonesian Tours & Travel Agencies), Asosiasi pengusaha mebel & furniture, dan sebagainya. Jalinan kerjasama ini dilakukan oleh EO, karena asosiasi punya power untuk menghimbau anggotanya mengikuti pameran. b. Menjalin hubungan yang intensif (maintenance customer) dengan para pelanggan yaitu para peserta pameran, sehingga diharapkan setiap kali EO menyelenggarakan pameran, pelanggan tersebut selalu mengikuti. c. Mengukur tingkat kepuasan peserta melalui wawancara, sehingga dari hasil wawancara tersebut digunakan untuk evaluasi untuk penyelenggaraan event yang akan datang. d. Menjalin kerjasama dengan sponsor, dengan jalan barter produk, dalam hal ini Event Organizer memberikan potongan tertentu kepada peserta pameran dan peserta pameran memberikan produknya sebagai doorprize pengunjung. e. Waktu/ timing penyelenggaraan pameran menjadi salah satu kunci kesuksesan pameran. Tanggal merah, weekend dan longweekend menjadi waktu waktu favorit penyelenggaraan pameran. Sementara tahun ajaran baru, dimana mahasiswa sudah mulai masuk, menjadi waktu favorit bagi penyelenggaraaan pameran komputer. f. Pameran bersama atau kolaborasi menjadi salah satu fenomena baru dan kunci sukses sebuah even pameran, seperti yang dilakukan PT. Medialink, yang sebagian besar segmennya adalah pameran kuliner. EO ini selalu menyelenggarakan pameran ditempat yang sama dan waktu yang sama dengan pameran yang diselenggarakan EO lain. Strategi ini terbukti ampuh untuk membujuk peserta mengikuti pameran dan dapat menarik banyak pengunjung. Selain itu dengan menyelenggarakan pameran bersama, maka budget promosi bisa ditekan. g. Strategi menjalin kontrak eksklusif dengan pengelola venue, ternyata menjadi salah satu kunci sukses dalam pemasaran maupun persaingan. Seperti yang selama ini dilakukan PT. Mavindo, EO yang selalu menyelenggarakan pameran di mall ini berusaha menjalin kontrak eksklusif dengan 2 mall yang segmennya midlle up yaitu Ambarukmo Plaza dan Hartono Mall. EO yang sudah berpengalaman ini mampu mengunci waktu waktu favorit penyelenggaraan pameran di dua mall tersebut, sehingga terkesan memonopoli. Salah satu strategi inilah yang membuat Mavindo selalu sukses menyelenggarakan pameran. Selain itu, dengan paparan hasil penelitian ini, tampak bahwa masing-masing Event organizer memiliki implementasi strategi pemasaran yang terdiri dari dimensi-dimensi yang relevan dengan teori yang ada, maupun dimensidimensi strategi pemasaran lainnya yang menjadi kebaruan yang ditemukan dalam implementasi strategi pemasaran selama ini Saran Saran-saran berdasarkan hasil penelitian yang telah ditemukan, antara lain: 1. Kebaruan hasil penelitian berupa dimensidimensi strategi yang baru dalam bauran pemasaran membutuhkan penelitian yang lebih dalam agar dapat menjelaskan dinamika strategi pemasaran di tengah Event Organizer di Yogyakarta. 2. Bagi Event Organizer di Yogyakarta, dapat lebih memperhatikan dan mengevaluasi bauran pemasaran yang digunakan selama ini, sehingga dapat memperbaharui strategi pemasaran menjadi lebih komprehensif dan terarah. 3. Event Organizer dituntut tidak selalu kreatif dan inovatif dalam melihat setiap peluang, sehingga mampu menciptakan produk produk pameran yang baru dan berbeda. Seperti dilakukan Creative expo, yang menyelenggarakan Toys Bazaar berkolaborasi dengan festival kuliner dunia dan Jogja gadget expo. 4. Penelitian ini menemukan fakta bahwa pameran dengan skala internasional masih jarang diselenggarakan di Yogyakarta. Hal ini harus menjadi perhatian para pemangku kepetingan yaitu para pengusaha dan pemerintah. Karena pameran dengan skala internasional akan membawa dampak yang besar yaitu devisa. Daftar Pustaka [1] Indrajaya, Titus Potensi Industri ISSN :
8 MICE (Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition) di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Jurnal Ilmiah Widya, Volume 3 Nomor 2 September- Desember Universitas Respati Indonesia. [2] Kalalo, Rocky. B Thesis: Faktor- Faktor Pengaruh Dalam Perencanaan Dan Pengembangan Destinasi Wisata MICE. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. [3] Kotler, Bowen J dan Gary Amstrong Principles Of Marketing, Global Edition, 14 Edition, Pearson Education. [4] Maharani, Tiara; Bayu Hari dan Dian Era Azelia Zaman Baru Dunia MICE dalam Venue No.9/ Maret [5] Prayudi, Agus Bisnis MICE Sebagai Potensi Unggulan Pariwisara di Yogyakarta.Jurnal Vol. 2 No. 2 September Yogyakarta. [6] Rahayu, Anita Strategi Komunikasi Pemasaran Kota Solo Sebagai Destinasi MICE (Meeting, Incentive Trip, Conference, Exhibition). Tesis Studi Ilmu Komunikasi Minat Utama: Manajemen Komunikasi. Universitas Sebelas Maret Surakarta. (tidak diterbitkan). [7] Suparta, I Komang Kemenpar Upaya Sertifikasi Lokasi Wisata MICE dalam menpar-upaya-sertifikasi-lokasi-wisatamice. [8] Suwantoro, Gamal Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi. [9] Swarbrooke, John dan Susan Horner Consumer Behaviour in Tourism Second Edition. Oxford: Elsevier. [10] Undang-undang Republik Indonesia No 10 Tahun 1999 tentang Kepariwisataan. Jakarta: Setneg Republik Indonesia. ISSN :
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki karakteristik dan cirikas masing-masing. Cirikhas tersebut
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan, 1. Profile Event Organizer yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini memiliki karakteristik dan cirikas masing-masing. Cirikhas tersebut terdapat pada segmen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. SDM yang baik atau SDA yang menguntungkan. Banyak sekali sektor pariwisata
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan ekonomi di Indonesia sangat berkembang pesat. Banyak hal yang mempengaruhi perkembangan ekonomi di Indonesia. Salah satu hal yang mempengaruhi
Lebih terperinciANALISIS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PT WAHYU PROMO CITRA, JAKARTA (STUDI KASUS PADA EVENT 12 TH GEBYAR WISATA DAN BUDAYA NUSANTARA 2014)
ANALISIS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PT WAHYU PROMO CITRA, JAKARTA (STUDI KASUS PADA EVENT 12 TH GEBYAR WISATA DAN BUDAYA NUSANTARA 2014) Skripsi ini Disusun sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri jasa yang bergerak di bidang kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak perusahaan baru hadir dan berkompetisi dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini industri kepariwisataan Indonesia berkembang semakin pesat terutama dalam sektor industri perhotelan dan sektor wisata konvensi, atau yang biasa disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. konvensi diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan pertemuan asosiasi,
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Wisata konvensi adalah pertemuan sekelompok orang yang secara bersama-sama bertukar pengalaman dan informasi melalui pembicaraan, mendengar, belajar dan mendiskusikan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri pariwisata di dunia saat ini sangat pesat dan memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Oleh karena itu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata dunia kini sedang dalam upaya pertumbuhan global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG. Dilihat dari perkembanganya, industri jasa penyelenggara MICE (meeting,
BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Lingkungan Eksternal Perusahaan Dilihat dari perkembanganya, industri jasa penyelenggara MICE (meeting, incentive, conference and exhibition) memberikan kontribusi tinggi secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan suatu daerah terutama dengan adanya hubungan dengan otonomi daerah khususnya di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari oleh masyarakat. Perkembangan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive,
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kegiatan kepariwisataan yang saat ini dianggap sangat potensial adalah Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penerimaan devisa Negara di Indonesia disamping minyak dan gas bumi,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor utama dalam sumber penerimaan devisa Negara di Indonesia disamping minyak dan gas bumi, kelapa sawit, batu bara, dan karet olahan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan tercepat dalam hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan tercepat dalam hal perkembangan. Sektor pariwisata memberikan kontribusi yang besar untuk perkembangan ekonomi,
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI PROMOSI PT MEDIATAMA BINAKREASI PADA EVENT INACRAFT 2014
PENERAPAN STRATEGI PROMOSI PT MEDIATAMA BINAKREASI PADA EVENT INACRAFT 2014 Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh : CUT ARFAH SORAYA NIM 1005121005
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta semakin banyak dan berkembang pesat guna menunjang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini pembangunan hotel baik hotel melati maupun hotel berbintang di Yogyakarta semakin banyak dan berkembang pesat guna menunjang perkembangan industri pariwisata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini dengan mendatangi event tourism fair. Melalui acara tersebut para wisatawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berwisata tidak semata-mata hanya mengunjungi pantai, gunung, dan objek wisata saja. Tetapi wisatawan juga dapat mengenal potensi wisata lain di Indonesia ini dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Kotler dalam buku yang dikarang oleh Gera (2012), event adalah suatu kejadian yang dirancang atau diatur untuk menyampaikan pesan kepada target penonton. Perancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Industri pariwisata telah berkembang dengan pesat di berbagai negara dan menjadi sumber devisa yang cukup besar. Di Indonesia pariwisata menjadi suatu bukti keberhasilan
Lebih terperinciSemua informasi tentang buku ini, silahkan scan QR Code di cover belakang buku ini
PENGELOLAAN WISATA KONVENSI, oleh Nyoman Dini Andiani, S.St. Par., M.Par. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-889398; Fax: 0274-889057; E-mail: info@grahailmu.co.id
Lebih terperinciLAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN SOSIALISASI / WORKSHOP PARIWISATA DAN MICE MENUNJANG PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL. Surakarta, 26 Nopember 2015
LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN SOSIALISASI / WORKSHOP PARIWISATA DAN MICE MENUNJANG PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Surakarta, 26 Nopember 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2015 BAB
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,
DRAFT 24 agt 2016_nett_1 SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERTEMUAN, PERJALANAN INSENTIF, KONVENSI DAN PAMERAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat menjanjikan dalam meraih devisa negara. Salah satu komponen industri pariwisata yang besar peranannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri jasa yang memiliki pertumbuhan paling pesat dan merupakan salah satu industri terbesar di dunia. Pariwisata merupakan ujung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (mobil, komputer, handycraft), sampai wedding pun tersedia. Event Organizer
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Event Organizer yang diartikan sebagai penyedia jasa profesional penyelenggara acara merupakan salah satu bagian dari gaya hidup masyarakat modern. Event Organizer
Lebih terperinciSTRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PT. UBS TOUR AND TRAVEL DI DENPASAR BALI
Jurnal IPTA ISSN : 2338-8633 Vol. 3 No. 2, 2015 STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PT. UBS TOUR AND TRAVEL DI DENPASAR BALI Herlita Br Tarigan Ni Putu Eka Mahadewi I Putu Sudana Email : herlitatarigan@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kegiatan pemasaran merupakan ujung tombak keberhasilan perusahaan dalam usaha untuk menjual serta meningkatkan nilai perusahaan di mata konsumen terhadap
Lebih terperinciPELUANG BISNIS EVENT ORGANIZER (EO)
PELUANG BISNIS EVENT ORGANIZER (EO) Dwiky Darmawan Putra S1 TI 2L / 10.11.4399 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2010 2011 ABSTRAK Persaingan bisnis dalam lingkup penyedia jasa seperti Event Organizer (EO) di era
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP A. Kesimpulan
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam bab hasil penelitian dan pembahasan maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Strategi komunikasi pemasaran terpadu Dinas Kebudayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh Menteri Pariwisata kepada Kompas.com, bahwa berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakan oleh pemerintah. Hal ini disebabkan pariwisata mempunyai peran yang sangat penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan nyata dalam memberikan konstribusinya terhadap kehidupan ekonomi, sosial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan industri yang mendunia dan menjadi suatu bisnis yang semakin berkembang. Di Indonesia pariwisata telah memperlihatkan perannya dengan nyata dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan masyarakat suatu negara yang telah maju pada sektor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan masyarakat suatu negara yang telah maju pada sektor ekonomi, industri, niaga dan perdagangannya, penyelenggaraan suatu pameran mendapatkan perhatian
Lebih terperinciBab VI. Penutup. Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan
Bab VI Penutup 1.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan analisis yang telah dipaparkan, menunjukkan bahwa wisata MICE menjadi salah satu wisata yang menjanjikan bagi Daerah Istimewa Yogyakarta. Faktor-faktor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi sangat besar bagi Indonesia yang kini banyak dikembangkan di berbagai daerah. Kepariwisataan di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kepariwisataan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang semakin tampak serta
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS
BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Penelitian Terdahulu Mica (2005) melakukan penelitian dengan judul Analisis Segmentasi Pasar Wisatawan Mancanegara Terhadap Daerah Tujuan Wisata Sumatera Utara tentang adakah
Lebih terperinciSTRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PADA PT. MERRYS TOUR AND TRAVEL SERVICE
STRATEGI PEMASARAN PAKET WISATA PADA PT. MERRYS TOUR AND TRAVEL SERVICE Aulia Sanggili I Putu Sudana Ni Made Sofia Wijaya Email : egisanggili@ymail.com PS. S1 Industri Perjalanan Wisata Fakultas Pariwisata
Lebih terperinciIn concurrent event: November Ma Joly Beach Tuban - Kuta
In concurrent event: 14-15 November Ma Joly Beach Tuban - Kuta PENYELENGGARA BALI CARNAVAL 2015 diselenggarakan atas prakarsa Asosiasi Karnaval Indonesia bekerjasama dengan RajaMICE serta didukung oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan ± 18.110 pulau yang dimilikinya dengan garis pantai sepanjang 108.000 km. (Yerik Afrianto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan perekonomian suatu daerah. Kota Bandung melalui Dinas Pariwisata dan Budaya berupaya untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kontribusi aktivitas pariwisata yang dilakukan oleh masyarakat. Dalam MICE
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan sektor industri pariwisata di dunia saat ini sangat pesat dan memberi kontribusi yang besar terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Pesatnya perkembangan
Lebih terperinciBAB III PROFIL INSTITUSI MITRA. Kota Yogyakarta adalah salah satu kota yang bisa dibilang menjadi icon
BAB III PROFIL INSTITUSI MITRA A. Sejarah Berdirinya CV. PLATINUM MULTI KREASI Kota Yogyakarta adalah salah satu kota yang bisa dibilang menjadi icon khususnya budaya Jawa karena memang kota Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis MICE (Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata dan muncul pada dekade tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Travel & Tourism Competitiveness Report dari World Economic Forum disebutkan bahwa peringkat Pariwisata Indonesia naik dari peringkat ke- 70 pada tahun 2013 menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis pariwisata. karena saat ini semua orang butuh berwisata. Berbagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dalam bisnis pariwisata. karena saat ini semua orang butuh berwisata. Berbagai tujuannya yang ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karena pariwisata merupakan gabungan dari berbagai sektor yang bekerja
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata, terlepas dari sekedar kegiatan bersenang-senang di waktu luang untuk mendapatkan kembali kesegaran jiwa dan fikiran, lebih dari itu merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pemasaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA Menurut Stanton dalam Tambajong (2013:1293), pemasaran adalah suatu sistem dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan maupun
Lebih terperinciRENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA II.L.040.1
RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PER KEMENTERIAN/LEMBAGA KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Kebudayaan
Lebih terperincikepada budi adi luhur masyarakat Bali sendiri. Penetapan pariwisata budaya yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali sebagai Daerah Tujuan Wisata yang sudah dikenal secara luas, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, telah memberikan dampak positif terhadap perkembangan
Lebih terperinciSTRATEGI PROMOSI EVENT INACRAFT 2015 UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN PADA PT MEDIATAMA BINAKREASI JAKARTA
STRATEGI PROMOSI EVENT INACRAFT 2015 UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN PADA PT MEDIATAMA BINAKREASI JAKARTA Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Oleh:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak pulau
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak pulau sebagai salah satu aset untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dengan mengembangkan pariwisata yang
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI INSTANSI. PT. BeCom SOLO. dukungan dan kerjasama untuk membuat sebuah event organizer. Mulai dari
BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. BeCom SOLO A. Sejarah Singkat Perusahaan Perusahaan ini berdiri pada tanggal 28 April 2001. Berawal dari sebuah kumpulan dari teman-teman Bapak Ginda Ferachtriawan mendapat
Lebih terperinciBAB 2. Landasan Teori
BAB 2 Landasan Teori 2.1 Services Marketing Marketing (pemasaran) adalah mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Manajemen pemasaran (marketing management) sebagai seni dan ilmu memilih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring waktu berlalu, kondisi dunia bisnis yang kian kompetitif membuat banyak perusahaan harus mengatasi beratnya kondisi tersebut dengan membuat strategi
Lebih terperinciBUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN
BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014-2029 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal yang merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian. Kesimpulan tersebut dikompilasi berdasarkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perjalananan wisatawan dunia mencapai 1 miliar pada tahun 2012. Menurut Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara ataupun pemerintah daerah tempat objek wisata itu berada mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Citra dan reputasi perusahaan, erat kaitannya dengan aktivitas-aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Citra dan reputasi perusahaan, erat kaitannya dengan aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Dimana sebuah perusahaan atau organisasi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap orang akan selalu berusaha untuk terus memenuhi kebutuhannya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang akan selalu berusaha untuk terus memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan atau mengkonsumsi barang atau jasa yang ada. Dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
RINGKASAN RENJA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA TANGERANG TAHUN 2017 Rencana Kerja Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tangerang Tahun 2017 yang selanjutnya disebut Renja Disbudpar adalah dokumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga. keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk memberikan kepuasan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan yang menghasilkan barang dan jasa perlu menjaga kepuasaan pelanggan untuk memaksimalkan laba dan menjaga keberlangsungan perusahaanya. Hal ini juga untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya dan dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pengaruh era globalisasi berdampak cukup tinggi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini pengaruh era globalisasi berdampak cukup tinggi pada perkembangan industri pariwisata. Dengan didukung oleh banyaknya informasi yang dapat diperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan aset sebuah negara yang tidak ada habisnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah dengan negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain dikenal sebagai kota pelajar dan kota budaya, Yogyakarta juga dikenal juga sebagai kota pariwisata. Banyak potensi wisata yang dimiliki kota ini seperti pusat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pariwisata di dunia dewasa ini berkembang dengan sangat cepat dan dikatakan berada ada tingkat sekunder, artinya keberadaan pariwisata bisa di sejajarkan dengan kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pariwisata, untuk sebagian negara industri ini merupakan pengatur dari roda
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara pada saat ini lebih fokus berorientasi kepada industri non migas seperti industri jasa yang didalamnya termasuk industri pariwisata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh dan berkembang menjadi sumber penghasilan devisa Negara dan menjadi penunjang perkembangan pembangunan Negara. Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan industri pariwisata yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan industri pariwisata yang semakin berkembang pesat membuat berkembang pesatnya industri travel agent di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri jasa telah mendominasi perekonomian hampir semua kota besar di Indonesia, termasuk Bandung. Industri ini bahkan mampu menciptakan lapangan kerja dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun wilayahnya sebagai daerah wisata hingga mampu meningkatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu daya tarik bagi setiap negara maupun daerahnya masing-masing. Pariwisata adalah industri jasa yang menanggani mulai dari transportasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi adalah dengan mengikuti organisasi. Dengan berorganisasi manusia dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, perlu berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesama. Salah satu cara yang digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana merupakan suatu cara untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam industri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemasaran merupakan hal yang penting bagi perusahaan, di mana merupakan suatu cara untuk mencapai sebuah tujuan. Dalam industri jasa peran pemasaran menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri pariwisata sebagai bagian dari sektor ekonomi yang merupakan salah satu industri terbesar dan terpesat dalam pembangunanya di dunia. Sementara itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata telah menjadi industri terbesar dan memperlihatkan pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism Organization memperkirakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan manusia yang berlangsung dalam hubungannya denga pasar. Pemasaran berarti bekerja denga pasar untuk mewujudkan pertukaran potensial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masing-masing baik dari situs bersejarah, taman rekreasi, kuliner sampai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau, diantaranya ada beberapa pulau-pulau besar yang terkenal di Indonesia yakni
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia memiliki potensi wisata yang sangat banyak dan beraneka ragam, yang tersebar di seluruh penjuru tanah air dengan ciri dan kelebihan masing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas
121 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas penunjang bagi masyarakat itu sendiri. Fasilitas penunjang yang di maksud,
Lebih terperinciPUSAT KONVENSI DAN EKSHIBISI DI SURABAYA (CONVENTION AND EXHIBITION CENTER DISURABAYA) Dengan penekanan desain Arsitektur Post Modern
LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KONVENSI DAN EKSHIBISI DI SURABAYA (CONVENTION AND EXHIBITION CENTER DISURABAYA) Dengan penekanan desain Arsitektur Post Modern Diajukan untuk
Lebih terperinciStrategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1
Strategi Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1 Hasil kajian Tim Inisiasi ( taskforce) Ekonomi Kreatif Propinsi Jawa Barat 2011, bersama Bappeda Jawa Barat, dimana penulis terlibat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa (goods and service)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa (goods and service) yang dibutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan Travel and Tourism Competitiveness Report 2015, lonjakan posisi daya saing Indonesia yang berada
Lebih terperinciDr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.
Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA. Referensi Utama: Utama, I Gusti Bagus Rai. (2015). Pengantar Industri Pariwisata. Penerbit Deepublish Yogyakarta CV. BUDI UTAMA. Url http://www.deepublish.co.id/penerbit/buku/547/pengantar-industri-pariwisata
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. yang mempengaruhi intensitas persaingan pada industri perhotelan kelas
BAB V PENUTUP Pada bab ini akan dipaparkan kesimpulan penelitian mengenai kekuatankekuatan yang mempengaruhi intensitas persaingan pada industri perhotelan kelas bintang tiga dan empat di DIY, kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gunan di bidang pariwisata, salah satunya yaitu Tour and Travel. Terlebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia industri pariwisata di Indonesia telah tumbuh dan semakin berkembang. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan keberhasilan pemban gunan di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka pariwisata adalah sebagai suatu proses yang dapat menciptakan nilai tambah barang atau jasa sebagai
Lebih terperinciCrafting Creative Event. pt. trijaya komunika
Crafting Creative Event pt. trijaya komunika Introduction Situasi dunia usaha yang makin kompetitif dewasa ini menuntut keberadaan perusahaan business partner yang sangat dibutuhkan oleh setiap perusahaan,
Lebih terperinciINTEGRATED MARKETING COMMUNICATION
INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION Pada pertemuan ini, pembahasan focus kepada materi-materi komunikasi untuk pemasaran terpadu, yang antara lain meliputi : 1. Advertising ( Periklanan ) 2. Sales promotion
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi saat ini, industri pariwisata telah menjadi sektor utama yang diandalkan setiap negara. Seiring dengan permintaan pariwisata yang
Lebih terperinci2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sarana yang tepat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dan global. Pariwisata mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Alasan penelitian pertama, berdasarkan penelitian sebelumnya (Anwar, 2009) bahwa viral marketing terhadap image Perbankan Syariah di Indonesia berpengaruh
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA
BAB II DESKRIPSI PROGRAM STUDI VOKASI PARIWISATA UNIVERSITAS INDONESIA 2.1 Sejarah Program Studi Vokasi Universitas Indonesia Program Vokasi Universitas Indonesia atau disingkat Vokasi UI dibentuk tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapatan daerah maupun bagi devisa negara, bahkan negara-negara maju
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kepariwisataan dunia telah mengalami peningkatan yang pesat dalam beberapa dekade terakhir. Sektor pariwisata merupakan alternatif pemasukan bagi pendapatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terkenal di Indonesia. Hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Yogyakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup terkenal di Indonesia. Hampir setiap tahun mengalami peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Dari
Lebih terperinciPentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda
Pentingnya Penerapan Teori Marketing 7P dalam Usaha Anda 7P Dalam Bauran Pemasaran, Dalam komunikasi pemasaran diperlukan suatu pendekatan yang mudah dan fleksibel yang terdapat pada bauran pemasaran (marketing
Lebih terperinci