BAB II DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS DI KECAMATAN HUTABARGOT KABUPATEN MANDAILING NATAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS DI KECAMATAN HUTABARGOT KABUPATEN MANDAILING NATAL"

Transkripsi

1 BAB II DAMPAK PERTAMBANGAN EMAS DI KECAMATAN HUTABARGOT KABUPATEN MANDAILING NATAL A. Sejarah Mulainya Pertambangan Emas Tanpa Izin Di Kec. Hutabargot, Kab Mandailing Natal Mandailing Natal khususnya Kecamatan Hutabargot merupakan kawasan yang memiliki sumber daya alam yang sangat besar terutama di sektor pertambangan. Hutabargot sendiri 13 Desa dan 8 desa diantaranya yang memilki titik sektor pertambangan emas dan 8 desa tersebut terdapat kegiatan pertambangan emas tanpa izin. 8 Desa yang melakukan kegiatan Pertambangan tersebut yaitu: Binanga 2. Sabaopur 3. Hutabargot Dolok 4. Huta Julu 5. Saba Injang 6. Saba Padang 7. Sayur Maincat 8. Simalagi 5 (lima) Desa yang terdapat di Hutabargot tetapi tidak memiliki sumber pertambangan ataupun tidak melakukan kegiatan pertambangan tanpa izin yaitu: 1. Pasar Hutabargot 27 Hasil Wawancara Dengan Bapak Sahron Rangkuti. Selaku Tokoh Masyarakat Dan Pengawasan Terhadap Pertambangan Di Lokasi Pertambangan Hutabargot Desa Huta Julu. Pada Tanggal 26 Agustus 2015

2 2. Hutabargot Lombang 3. Hutarim Baru 4. Mondan 5. Hutanaingkan Masyarakat Kabupaten Mandailing Natal khususnya Kecamatan Hutabargot hanya mengetahui bahwa sungailah yang mengasilkan atau memiliki kandungan emas, mereka melakukan pendulangan dengan menggunakan wadah yang berupa wajan seperti kuali guna memisahkan butiran-butiran emas dari pasir-pasir yang ada di sungai. Akan tetapi lambat laun masyarakat menyadari potensi kandungan emas yang lebih besar berada di gunung ataupun bukit-bukit dimana dari kegiatan mendulang masyarakat mulai mengenal kegiatan penambangan terlebih lagi dari kegiatan penambangan ini penghasilan dari kegiatan pertambangan lebih besar daripada hanya melakukan pendulangan di sungai-sungai yang diperkirakan penghasilan dari pendulangan ini bekisar 1-2 gram emas yang di peroleh dari kurun waktu satu minggu. 28 Kegiatan pertambangan emas tanpa izin (PETI) mulai dilakukan masyarakat Hutabargot pada tahun 2008 tetapi itu hanya dilakukan oleh beberapa orang saja karena hanya sebagian orang yang mengetahui bagaiamana cara melakukan pertambangan tradisonal. Kegiatan PETI ini pertama kali bukan dilakukan oleh masyarakat sekitar akan tetapi dilakukan masyarakat yang berada diluar Kecamatan karena mengenai ilmu pertambangan masyarakat belum mengetahui dimana titik-titik yang memilki kandungan emas. Pengelola PETI 28 Hasil Wawancara Dengan Bapak Sahron Rangkuti. Selaku Tokoh Masyarakat Dan Pengawasan Terhadap Pertambangan Di Lokasi Pertambangan Hutabargot Desa Huta Julu.. Pada Tanggal 26 Agustus 2015

3 dalam melakukan kegiatan pertambangan menggunakan alat-alat tradisonal dimana alat tersebut hanya berupa pahat dan palu, dari kegiatan tersebut mereka mendapatkan hasil yang besar dibandingkan pendulangan di sungai. Masyarakat mulai tertarik oleh kegiatan PETI ini setelah mengetahui kabar mengenai keberhasilan pengelolaan pertambangan yang dilakukan di gunung dan mulai meninggalkan kegiatan pendulangan di sungai. Umumnya lokasi pertambangan ini adalah kebun milik masyarakat sekitar yang mana kebun tersebut telah dikelola oleh masyarakat berpuluh-puluh tahun lalu karena penghasilan utama masyarakat sekitar adalah perkebunan, lahan yang digunakan pengelola PETI telah mendapatkan izin dari pemilik kebun. Antara pemilik lahan yang dijadikan tempat pertambangan dan pengelola telah membuat kesepakatan dengan perjanjian bagi hasil yang diperoleh dari lahan yang dipergunakan yaitu dari hasil 10 karung goni batu yang dikeluarkan maka pemilik lahan akan mendapatkan 2 karung goni sementara itu pengelola dan pekerja juga melakukan perjanjian bagi hasil dimana pembagian tersebut 50:50 dari hasil bersih setelah biaya pengolahan dikeluarkan karena sebelum pertambangan memperoleh hasil semua kebutuhan pekerja akan ditanggung oleh pemodal baik biaya keperluan sehari-hari pekerja maupun keperluan untuk pengolahan hasil pertambangan itu sendiri. Lokasi yang akan dijadikan titik pertambangan biasanya mereka menyebutnya dengan lubang, lokasi atau titik itu akan dicari oleh orang yang memang memilki pengetahuan tentang ilmu pertambangan dimana lokasi yang memiliki kandungan emas akan ditumbuhi oleh beberapa tanaman-tanaman yang

4 hidup diatas permukaan tanah yaitu pakis hutan, pisang hutan dan selain itu posisi terbitnya matahari ataupun struktur tanah yang mengahadap ke aras matahari karena proses mineralisasi akan sangat dibantu oleh panas matahari dan panas bumi itu sendiri. Kesemua itu dijadikan patokan sebagai petunjuk dimana lokasi yang diduga lokasi yang memiliki kandungan emas karena tidak semua lokasi memiliki kandungan emas dan biasanya lokasi yang sudah memiliki kandungan emas akan lebih diketahui kalau lobang tersebut sudah digali diatas kedalaman 10 meter karena diatas kedalaman tersebut akan sudah terlihat jalur-jalur emas. Tanah yang dijadikan lokasi pertambangan akan digali dengan menggunakan pahat dan martil karena setelah kedalaman 2 meter itu sudah akan menemui bebatuan keras karena alat yang digunakan adalah martil dan pahat para pekerja akan bergantian untuk menggalinya. Para pekerja yang menggali lubang akan bekerja siang dan malam secara bergantian, masing-masing pekerja memiliki tugasnya yaitu: 1) Pekerja menggali lubang 2) Pekerja mengumpulkan hasil pahatan di dalam lubang 3) Pekerja yang menarik bebatuan keluar dari lubang 4) Pekerja yang melihat kandungan batu yang memiliki kandungan emas Jumlah para pekerja itu sendiri tergantung kepada tingkat keberhasilan lubang itu karena semakin menghasilkan suatu lubang maka para pekerja akan semakin banyak karena kegiatan menggali akan semakin meningkat dan produksi akan semakin banyak dimana jumlah pekerja berkisar antara 8-40 orang tergantung kepada kebutuhan untuk menggali lubang tersebut. Biasanya jika suatu

5 lubang sudah menghasilkan maka para pekerja meminta pemilik lubang untuk menambah pekerjanya biasanya para pekerja meminta teman-teman mereka untuk ikut bergabung. Para pekerja itu sendiri bukanlah dari daerah sekitar tetapi didatangkan dari pulau jawa karena penduduk sekitar tidak mengerti tentang tehnik menggali dan mengetahui jalur-jalur emas yang terdapat di bebatuan, pekerja itu datang dari berbagai daerah seperti Tasik, Bogor dimana mereka mengenal ilmu pertambangan karena pernah menjadi pekerja di sebuah loaksi pertambangan dan banyak juga yang menjadi penambang emas tanpa izin. Tetapi karena mendengar dari rekan-rekan mereka yang merantau di Mandailing Natal dan ajakan rekanrekan mereka untuk melakukan penambangan. Mereka berdatangan untuk mengadu nasib yang mengejutkan adalah jumlah pendatang dari luar Sumatera bekisar lebih dari 2000 orang. Hasil dari galian pekerja tidak semuanya memiliki kandungan emas karena sebelum mereka menemukan batu yang memiliki kandungan emas mereka akan menemukan terlebih dahulu perak dan perunggu. Maka dari itu kedalaman lubang itu sendiri relatif berberda tergantung wilayah dan lokasi yang dijadikan pertambangan lubang itu sendiri ada yang mencapai 120 meter karena walaupun sudah memiliki kedalam yang panjang kandungan emasnya masih tinggi akan tetapi jika sudah tidak memiliki kandungan emas maka lubang akan ditinggalkan karena jika diteruskan tidak akan membuahkan hasil. Setelah kedalaman 20 meter para pekerja akan meminta mesin pompa udara atau mereka menyebutnya dengan Blower karena setelah kedalaman 20 meter pasokan udara akan berkurang dengan

6 mesin itu mereka menyanbungkan pipa sampai keujung lubang yang digali agar udara dapat mengalir dari dalam lubang itu. Bentuk lubang itu sendiri bermacam-macam mulai dari turun ke bawah, kesamping, sampai berbelok tergantung kepada jalur emas yang terdapat di bebatuan yang ada didalam lubang tetapi tujuan dari lubang itu adalah tetap mengacu kepada titik emas yang mereka sebut sebagai batang emas karena sebelum menemukan batangan emas tersebut pekerja akan terlebih dahulu medapatkan serpihan-serpihan atau butiran emas yang terdapat didalam batu kemudian jika sudah mulai mendekati batang emas para pekerja akan menemukan emas yang sudah mulai berbentuk lempengan didalam batu-batu tersebut. Lubang yang dibuat oleh para pekerja itu hanya berukuran bekisar 1x1 meter dimana pengamanan di setiap dinding-dinding lubang mereka menggunakan kayu yang telah disusun sedemikian rupa agar dinding-dinding lubang tidak longsong ataupun ambruk karena tekanan tanah dan pembuatan lobang yang membuat unsur tanah menjadi tidak stabil. Kerjasama diantara para pekerja adalah hal yang diwajibkan karena keberhasilan ataupun faktor keamanan mereka sangat tergantung kepada seluruh pekerja. Penyebab kecelakaan kerja yang terjadi ketika kegiatan PETI itu dilakukan berdasarkan kejadian-kejadian yang berlangsung di Kecamatan Hutabargot, tetapi yang paling sering terjadi adalah longsornya lubang galian. Pertambangan secara tradisonal ini memang memiliki tingkat keamanan yang sangat rendah karena alatalat yang digunakan masih tergolong sangat sederhana mereka melakukan

7 kegiatan pertambangan dengan bekal pengetahuan yang sedikit sehingga kurangnya pengetahuan tentang pengamanan terhadap pertambangan. B. Dampak Pertambangan Emas Di Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal 1. Dampak Ekonomi Kegiatan pertambangan emas tanpa izin ini masih kerap dilakukan bahkan semakin banyaknya masyarakat melakukannya disebabkan oleh dorongan ekonomi dan menjanjikannya pengahasilan yang diperoleh dari sektor pertambangan. Secara nyata kehidupan masyarakat di Kecamatan Hutabargot meninggat dimana masyarakat secara langsung maupun tidak langsung turut dalam melakukan penambangan ini seperti kuli angkut, dimana proses pengangkatan batu dari lubang galian yang berada diatas bukit ataupun gunung dilakukan secara manual yaitu batu dimasukkan kedalam karung goni kemudian diangkat sampai turun ke kaki gunung. Dari kegiatan mengangkat batu tersebut maka jasanya akan diupah sebesar Rp. 2000/Kg dan rata-rata isi dari satu karung goni tersebut seberat 60 kg jadi dari satu karung goni batu masyarakat yang mengangkat batu tersebut mendapatkan upah sebesar Rp dan dalam satu hari masyarakat dapat tiga kali mengangkut batu tersebut. Sedangkan pada kaum wanita seperti ibu-ibu juga secara tidak langsung turut serta dimana kaum ibu melakukan kegiatan memecah batu menjadi serpihan yang lebih kecil guna batu tersebut dapat diolah lebih lanjut kembali dari hasil kerja kaum ibu maka setiap kilogram batu yang dipecah maka akan mendapatkan

8 upah sebesar Rp setiap harinya para kaum ibu memperoleh penghasilan dari memecahkan batu berkisar Rp , penghasilan tersebut jauh dari rata-rata penghasilan yang diperoleh sebelum adanya pertambangan dimana kaum ibu hanya bekerja sebagai buruh tani yang hanya mendapatkan upah antar Rp tergantung lahan yang dikerjakan. Masyarakat juga meminta kepada para pengelola pertambangan untuk kepentingan desa dimana setiap satu karung goni akan dikutip sebesar Rp , pengutipan ini dilakukan masyarakat sekitar guna untuk pembangunan seperti sekolah dan kesehatan masyarakat sekitar Dampak Lingkungan Setelah batu menjadi potongan-potongan yang kecil proses selanjutnya adalah penggilingan biasanya masyarakat sekitar menyebutnya dengan menggalundung, penggilingan ini dimaksudkan untuk memisahkan antara batubatuan dengan logam ataupun kandungan emas. pecahan batu tersebut akan dimasukkan kedalam mesin yang berupa tabung kecil dimana satu buah tabung dapat menampung batu berkisar antara 2-3 kg tergantung masing-masing ukuran tabung dan permintaan pemilik batu karena rata-rata pemilik mesin penggilingan ini adalah masyarakat yang berada disekitar pertambangan dan ada juga beberapa pemilik pertambangan mempunyai mesin penggilingan sendiri Penggilingan batu itu sendiri akan diproses didalam tabung tersebut dimana di setiap tabung akan dimasukkan 2 atau 3 buah batangan besi untuk dapat menghacurkan pecahan batu tersebut sampai menjadi seperti bubur. Pemisahan 29 Hasil Wawancara Dengan Bapak Aswat Nst. Selaku Masyarakat Dan Pengangkut Batu Di Lokasi Pertambangan Kecamatan Hutabargot Desa Huta Julu. Pada Tanggal 26 Juli 2015

9 antara bebatuan itu dibantu dengan cairan kimia yaitu merkuri yang dicampurkan bersamaan di dalam tabung, merkuri ini akan memisahkan antara batu dan kandungan logam dimana merkuri tersebut bersifat mengikat logam-logam baik itu perunggu, perak dan emas. Proses penggilingan akan berlangsung selama 4-5 jam, tabung penggilingan akan diputar dengan mesin seperti dongfeng dimana dongfeng ini mampu memutar hingga 20 tabung penggilingan. Setelah proses penggilingan selesai maka hasil yang diperoleh adalah berupa air yang bercampur dengan lumpur ataupun tanah karena selama proses penggilingan di dalam tabung itu dimasukkan air agar proses penggilingan menjadi maksimal, dari air lumpur tersebut akan di jernihkan dengan menggunakan air bersih hingga kandungan lumpur hilang. Merkuri dan logam akan tinggal di dasar air karena merkuri memiliki massa jenis yang lebih berat dibangdingkan air, selanjutnya proses penyaringan dilakukan terhadapat merkuri yang mengandung butiran emas dimana emas yang terkandung di dalam merkuri akan di saring dengan menggunakan kain halus sehingga merkuru yang tidak mengandung butiran emas akan terpisah, biasanya mereka menggunakan kain terpal yang tekstur kain terpal ini lebih halus dan rapat sehingga merkuri dapat tersaring dan akan menyisakan logam yang tinggal di dalam kain penyaring. Pemisahan antara perunggu dan emas yang menyatu didalam merkuri dapat dilakukan dengan cara-cara seperti menaruh rerumputan yang memiliki kandungan pemisah antara perunggu dan emas ataupun dapat menggunakan pemutih pakaian, walaupun cara ini dilakukan antara emas dan merkuri tidak akan terpisahkan karena merkuri ini lebih mengikat kepada emas. Emas yang diperoleh

10 dari proses penyaringan tidak dapat langsung djual melainkan akan dibakar terlebih dahulu agar bentuknya lebih padat dan kadar dari emas tersebut dapat diketahui. Dari hasil pembakaran maka dapat diketahui berat dan kadar sehingga penaksiran harga dapat di hitung, harga semas tersebut relatif sangat tergantung kepada kadar emas dimana kadar emas di pertambangan yang berada di Kecamatan Hutabargot berkisar antar 40-80% dimana setiap wilayah akan berbeda kandungannya karena proses pembentukan emas sendiri tergantung kepada letak dan posisi wilayahnya Dampak yang timbul terhadap akibat pencemaran limbah bahan berbahaya dan beracun dari penggunaan merkuri yang digunakan para penggelundung emas untuk memurnikan emasnya dengan bahan logam lainnya mengakibatkan pencemaran lingkungan, misalnya dalam proses galundung cairan merkuri yang dimasukkan kedalam mesin mesin galundung tersebut, air pembuangannya ada yang dialirkan ke sungai tempat masyarakat untuk kehidupan sehari hari seperti mandi dan mencuci. Dengan demikian air sungai tersebut dapat tercemar dan terkontaminasi dari cairan merkuri tersebut, yang apabila digunakan oleh masyarakat maka akan dapat menimbulkan bahaya bagi lingkungan. Kemudian sebagian ada juga yang dialirkan ke daerah tanaman padi dan kolam ikan yang akan membuat air tersebut menjadi tercemar sehingga dapat menyebabkan tanaman padi rusak dan ikan yang ada dikolam menjadi mati. Bahaya lainnya dari penggunaan bahan berbahaya dan beracun dalam pemisahan emas dengan zat logam lainnya dalam penggembosan (pembakaran emas), ialah tercemarnya udara. Penggembosan yang hanya membuat cara

11 sederhana untuk mengurangi bahaya dan dampak yang ditimbulkan dari merkuri tidak menjamin, sebab bahan yang sederhana dan kemungkinan besar masih sering terjadi kesalahan. Dengan demikian merkuri dapat mencemarkan udara yang apabila ada masyarakat yang berada di sekitar daerah penggembosan emas tersebut maka akan menghirup udara yang sudah tercemar dari limbah bahan berbahaya dan beracun yaitu merkuri maka akan berbahaya dan membahayakan kesehatan. 3. Dampak Keselamatan Pekerja Tambang Penyebab-penyebab meninggalnya pekerja pada lokasi pertambangan karena pertambangan yang dilakukan atau dikelola tidak memiliki izin dimana faktor keamanan pada lokasi pertambangan tidak memenuhi standart keamanan pada pertambangan yang sudah memiliki izin. Faktor keamanan pada lokasi pertambangan tanpa izin hanya dilakukan secara manual atau dengan sederhana dan menggunakan fasilitas yang tergolong sangat sederhana dan termasuk dalam kategori sangat kurang cukup mengamankan segala kegiatan pertambangan yang dikelola. Kecelakaan kerja dapat diakibatkan beberapa faktor yaitu: 30 a) Longsor atau runtuhnya dinding lubang, dinding lubang walaupun sudah dipasangi oleh kayu-kayu penahan longsor tetap saja kayu tersebut masih belum cukup untuk menahan tekanan tanah dan dapat juga disebabkan oleh hujan dan gempa bumi yang dapat menambah 30 Hasil Wawancara Dengan Bapak Sahron Rangkuti. Selaku Tokoh Masyarakat Dan Pengawasan Terhadap Pertambangan Di Lokasi Pertambangan Hutabargot Desa Huta Julu.. Pada Tanggal 26 Juli 2015

12 besarnya tekanan terhadap volume tanah. Longsornya tanah itu bisanya terjadi pada kedalam di bawah 20 meter karena pada kedalam tersebut merupakan struktur tanah belum sepenuhnya bebatuan tetapi jika sudah di atas 20 meter struktur sudah merupakan bebatuan keras sehingga jarangnya terjadi longsoran tanah. Pengamanan terhadap lubang di bawah 20 meter lebih diutamakan karena pada posisi tersebut sangat sering terjadinya longsor. Pengamanan terhadap lubang itu mereka sebut juga dengan RAM dimana kayu dipasang disekeliling lubang sampai semua sisi lubang terlapisi oleh kayu-kayu penahan. Jenis kayu yang digunakan untuk pengamanan lubang juga merupakan kayu-kayuan keras seperti meranti, ulin dan jenis-jenis kayu lainnya agar dimungkinkan pengamanan terhadap lubang dapat mencapai hasil yang maksimal. b) Kurangnya oksigen, karena dalamnya atau panjangnya suatu lubang yang digali kedalam tanah menyebabkan kandungan oksigen ataupun sirkulasi udara didalam lubang menjadi berkurang. Pemasangan mesin blower untuk memompa udara kedalam lubang terkadang memiliki masalah mulai dari matinya mesin, tidak tersalurkannya udara, sampai gas pembuangan mesin tersebut malah masuk kedalam lubang tersebut semua faktor itu dapat menyebabkan kecelakaan kerja bagi pekerja yang sedang menggali didalam lubang. c) Zat asam, kandungan yang terdapat didalam tanah memiliki banyak unsur yang dapat membahayakan manusia karena sudah jauhnya

13 pekerja tambang menggali tanah maka secara langsung mereka akan turut menggali unsur-unsur asam yang terdapat didalam tanah. Unsur asam tersebut jika di hirup oleh manusia akan dapat membahayakan kesehatannya terlebih lagi jika terlalu lama menghirup zat tersebut maka akan membahayakan jiwa dari pekerja tersebut. d) Faktor bibit penyakit dari efek bahan kimia yang terkandung di dalam lubang maupun bahan kimia yang digunakan pekerja tambang dalam mengelola emas yang terkandung di dalam bebatuan tersebut dimana dalam pengelolaanya biasanya pekerja tidak menggunakan standart keamanan baik menggunakan atau pun memegang bahan kimia tersebut walaupun dampak dari bahan kimia ini tidak langsung bereaksi tetapi lambat laun akan timbul mulai dari gatal-gatal sampai dengan kematian. Walaupun kematian pekerja di lokasi pertambangan dianggap sebagai hal yang biasa dikarenakan kematiannya dianggap sebagai tumbal atas pembukaan lokasi tambang. Terlebih lagi permasalahan kematian dianggap sebagai resiko yang ditanggung oleh pekerja karena mereka bukan menerima upah dari hasil menggali lubvang di lokasi tambang melainkan mendapatkan bagi hasil jadi segala kegiatan atau pun hubungan antara pemodal dan para pekerja adalah hubungan kerja sama

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya alam merupakan salah satu kekayaan alam yang harus tetap dijaga kelestariannya. Saat ini banyak daerah yang memanfaatkan sumber daya alamnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kandungan mineral logam ( khususnya emas) sudah sejak lama tersimpan di daerah Kabupaten Mandailing Natal. Cadangan bahan tambang emas yang terdapat di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. yang maju identik dengan tingkat kehidupan yang lebih baik. Jadi, kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan industri dan teknologi dimanfaatkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Sudah terbukti bahwa industri dan teknologi yang maju identik dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan kualitas lingkungan dan derajat kesehatan masyarakat disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pembangunan disektor industri terus meningkat sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kegiatan manusia di dalam mengelola dan mengolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar permukaan bumi terdiri atas air, luas daratan memang lebih kecil dibandingkan dengan luas lautan. Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao

Gambar. Diagram tahapan pengolahan kakao PENDAHULUAN Pengolahan hasil kakao rakyat, sebagai salah satu sub-sistem agribisnis, perlu diarahkan secara kolektif. Keuntungan penerapan pengolahan secara kolektif adalah kuantum biji kakao mutu tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah yang dibatasi punggungpunggung gunung dimana air hujan yang jatuh pada daerah aliran sungai akan ditampung oleh punggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. udara, air dan tanah berupa kegiatan industri dan pertambangan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Lajunya pembangunan dan penggunaan berbagai bahan baku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan antara lain, Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 tentang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam berupa tambang merupakan salah satu andalan negara Indonesia setelah pertanian. Beberapa peraturan nasional baik berupa undangundang, peraturan pemerintah

Lebih terperinci

Kompos Cacing Tanah (CASTING)

Kompos Cacing Tanah (CASTING) Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan

Lebih terperinci

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran K-13 Geografi K e l a s XI BARANG TAMBANG INDONESIA II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut. 1. Memahami kegiatan pertambangan. 2. Memahami

Lebih terperinci

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS

BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS BAB PENGOLAHAN AIR LIMBAH INDUSTRI TEPUNG BERAS 13.1. Pendahuluan Tepung beras merupakan bahan baku makanan yang sangat luas sekali penggunaannya. Tepung beras dipakai sebagai bahan pembuat roti, mie dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. buruh timah. Dampak positif selalu disertai dampak negatif, hal tersebut berupa

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. buruh timah. Dampak positif selalu disertai dampak negatif, hal tersebut berupa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Bangka merupakan pulau penghasil timah terbesar di Indonesia. Hampir mayoritas penduduk di sana bekerja sebagai penambang timah. Pada awalnya penambangan timah di

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DESA DALAN LIDANG. Kecamatan Linggabayu Kabupaten Mandailing Natal. Tabel 2. 1 Potensi Desa Dalan Lidang No Potensi Luas

BAB II PROFIL DESA DALAN LIDANG. Kecamatan Linggabayu Kabupaten Mandailing Natal. Tabel 2. 1 Potensi Desa Dalan Lidang No Potensi Luas A. Kondisi Geografis dan Demografis. Kondisi Geografis BAB II PROFIL DESA DALAN LIDANG Desa Dalan Lidang adalah salah satu dari 2 desa yang terletak di Kecamatan Linggabayu Kabupaten Mandailing Natal.

Lebih terperinci

Mengapa Air Sangat Penting?

Mengapa Air Sangat Penting? Mengapa Air Sangat Penting? Kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sangat bergantung pada air. Kita banyak menggunakan air untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, memasak, mencuci, 1 mandi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendahuluan Penelitian ini merupakan penelitian tentang kemungkinan pemakaian limbah hasil pengolahan baja (slag) sebagai bahan subfistusi agregat kasar pada TB sebagai lapis

Lebih terperinci

Arang Tempurung Kelapa

Arang Tempurung Kelapa Arang Tempurung Kelapa Mengapa harus arang tempurung? Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), terutama minyak tanah, membuat masyarakat mencari alternatif lain untuk keperluan memasak. Salah satu yang

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal

Gambar 3.1 Arang tempurung kelapa dan briket silinder pejal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Energi Biomassa, Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiayah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1) Desa Tulabolo Desa Tulabolo adalah bagian dari wilayah Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Boalngo, Provinsi

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENCEGAHAN PENCEMARAN DAN/ATAU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP AKIBAT PERTAMBANGAN EMAS RAKYAT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa Lokasi penambangan Desa Hulawa merupakan lokasi penambangan yang sudah ada sejak zaman Belanda.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada semester genap kalendar akademik tahun 2010-2011 Universtias Lampung. Lokasi penelitian dilaksanakan di dua tempat berbeda yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Air merupakan zat kehidupan, dimana tidak satupun makhluk hidup di planet bumi ini yang tidak membutuhkan air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65 75% dari berat

Lebih terperinci

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!

Soal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5%

BAB I PENDAHULUAN. ini. Terdapat kira-kira sejumlah 1,3-1,4 milyard Km 3 air dengan persentase 97,5% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan pokok untuk semua makhluk hidup tanpa terkecuali, dengan demikian keberadaannya sangat vital dipermukaan bumi ini. Terdapat kira-kira

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK

PETUNJUK UMUM UNTUK MERAWAT SISTEM SEPTIK TANK SISTEM BARU Sistem apapun yang anda pilih, baik sitem septik konvensional maupun jenis aerobik, tangki penampungan yang baru harus melalui masa tenang di mana bakteri-bakteri yang diperlukan mulai hidup

Lebih terperinci

Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas

Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas Sistem Pengeringan Dorset untuk biomassa dan limbah unggas n Pengeringan Biomass Biogasdigestate Serpih kayu Lumpur limbah Kotoran unggas Limbah sisa makanan, dll. n Kompak dan fleksibel n Mesin pelet

Lebih terperinci

Jenis Bahaya Geologi

Jenis Bahaya Geologi Jenis Bahaya Geologi Bahaya Geologi atau sering kita sebut bencana alam ada beberapa jenis diantaranya : Gempa Bumi Gempabumi adalah guncangan tiba-tiba yang terjadi akibat proses endogen pada kedalaman

Lebih terperinci

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL

BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL BUDIDAYA IKAN LELE DI KOLAM TERPAL Siapa yang tak kenal ikan lele, ikan ini hidup di air tawar dan sudah lazim dijumpai di seluruh penjuru nusantara. Ikan ini banyak dikonsumsi karena rasanya yang enak

Lebih terperinci

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN

PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN PENGARUH PERSENTASE PEREKAT TERHADAP KARAKTERISTIK PELLET KAYU DARI KAYU SISA GERGAJIAN Junaidi, Ariefin 2, Indra Mawardi 2 Mahasiswa Prodi D-IV Teknik Mesin Produksi Dan Perawatan 2 Dosen Jurusan Teknik

Lebih terperinci

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI SUMUR GALI Cetakan 1-2014 Modul disusun oleh : Ir. Sri Darwati,

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian sampah Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,

TINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah, II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah manusia berhasil menguasai sebidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah tidak berguna atau diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air adalah kebutuhan pokok bagi semua makhluk hidup di dunia. Air dapat berbentuk padat, cair, dan gas. Air di bumi digolongkan menjadi 3 bagian pokok, yaitu air hujan,

Lebih terperinci

Pada banyak kasus pekerjaan dilakukan pada pipa atau alat yang salah. Contoh:

Pada banyak kasus pekerjaan dilakukan pada pipa atau alat yang salah. Contoh: 1.2 IDENTIFIKASI 1.2.1 Perlunya Label Pada banyak kasus pekerjaan dilakukan pada pipa atau alat yang salah. Contoh: (a) Sambungan yang harus dipotong ditandai dengan kapur. Mekanik memotong sambungan lain

Lebih terperinci

PENGELOLAAN AIR LIMBAH

PENGELOLAAN AIR LIMBAH PENGELOLAAN AIR LIMBAH 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan buangan/bekas

Lebih terperinci

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total produksi selama tahun adalah sebesar ,73 kg,

BAB I PENDAHULUAN. besar. Total produksi selama tahun adalah sebesar ,73 kg, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi produksi pertambangan emas di Indonesia termasuk kategori cukup besar. Total produksi selama tahun 1990-2011 adalah sebesar 2501849,73 kg, sedangkan produksi

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut. BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Klasifikasi Gedung dan Risiko Kebakaran Proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Pendidikan Universitas Brawijaya Malang merupakan bangunan yang diperuntukkan untuk gedung rumah sakit.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo diawali dengan berkembangnya aspirasi masyarakat terutama dari BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran Umum Kecamatan Kota Tengah Kecamatan Kota Tengah merupakan pemekaran dari Kecamatan Kota Utara, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunitas Tumbuhan Bawah Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Hidram Pompa merupakan salah satu jenis alat yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya

Lebih terperinci

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Mata Pencaharian Penduduk Indonesia Pertanian Perikanan Kehutanan dan Pertambangan Perindustrian, Pariwisata dan Perindustrian Jasa Pertanian merupakan proses untuk menghasilkan bahan pangan, ternak serta

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. UUD 1945 menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

Bab I. Pendahuluan. UUD 1945 menegaskan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pertambangan rakyat merupakan rangkaian kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan oleh rakyat, dengan memakai peralatan dan cara yang sederhana untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI CV. INOTEK KIMIA UTAMA

MEMPELAJARI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI CV. INOTEK KIMIA UTAMA MEMPELAJARI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) DI CV. INOTEK KIMIA UTAMA Disusun oleh: Muchamad Firdaus T 32411607 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA BEKASI 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi berperan penting dalam pembangunan di Indonesia sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan kemajuan teknologi. Dalam

Lebih terperinci

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960

RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR. Oleh DEDY BAHAR 5960 RANCANGAN PENGOLAHAN LIMBAH CAIR Oleh DEDY BAHAR 5960 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 (STM PEMBANGUNAN) TEMANGGUNG PROGRAM STUDY KEAHLIAN TEKNIK KIMIA KOPETENSI KEAHLIAN KIMIA

Lebih terperinci

CARA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN

CARA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN CARA PENGELOLAAN PEMBANGUNAN PERTAMBANGAN keberadaan UU No.32 Tahun 2009 KHLS (Kajian Lingkungan hidup Strategis) Tata ruang Baku mutu lingkungan Kreteria baku kerusakan lingkungan Amdal UKL-UPL Perizinan

Lebih terperinci

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR

ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR NASKAH PUBLIKASI ANALISA KOMPOSIT ARANG KAYU DAN ARANG SEKAM PADI PADA REKAYASA FILTER AIR Tugas Akhir ini disusun Guna Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S1 pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik

BAB I PENDAHULUAN. Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Logam berat merupakan salah satu komponen pencemar lingkungan, baik di darat, perairan maupun udara. Logam berat yang sering mencemari lingkungan terutama adalah merkuri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan hidup adalah satu kesatuan ruang dengan kesemua benda, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan

Lebih terperinci

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT

PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT MODUL: PENYARINGAN (FILTRASI) AIR DENGAN METODE SARINGAN PASIR CEPAT I. DESKRIPSI SINGKAT A ir dan sanitasi merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi kehidupan manusia, karena itu jika kebutuhan tersebut

Lebih terperinci

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar

Standart Kompetensi Kompetensi Dasar POLUSI Standart Kompetensi : Memahami polusi dan dampaknya pada manusia dan lingkungan Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi jenis polusi pada lingkungan kerja 2. Polusi Air Polusi Air Terjadinya polusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik

BAB I PENDAHULUAN. serius. Penyebabnya tidak hanya berasal dari buangan industri pabrikpabrik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, sudah menunjukkan gejala yang cukup serius. Penyebabnya tidak hanya berasal

Lebih terperinci

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER)

GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER) GENTONG PENAMPUNGAN CARA CETAKAN (KAPASITAS 250 LITER) 1. PENDAHULUAN Untuk daerah tropis seperti Indonesia, sebuah keluarga akan membutuhan puluhan liter air bersih per hari untuk minum, membasuh mulut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia terhadap kayu sebagai konstruksi, bangunan atau furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk, sementara ketersediaan

Lebih terperinci

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA

Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA Pengolahan Air Gambut sederhana BAB III PENGOLAHAN AIR GAMBUT SEDERHANA 51 Nusa Idaman Said III.1 PENDAHULUAN Air merupakan kebutuhan pokok bagi kehidupan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu

Lebih terperinci

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan

sumber daya alam yang tersimpan di setiap daerah. Pengelolaan dan pengembangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi sumber daya mineral yang sangat besar. Sumber daya mineral terbentuk melalui pembentukan pegunungan, aktivitas magma pada gunung api danproses

Lebih terperinci

JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF, VOLUME 01, NOMOR 01

JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT KREATIF, VOLUME 01, NOMOR 01 46 KELOMPOK PEREMPUAN PENAMBANG PASIR DI DESA SUNJU KEC. MARAWOLA KAB. SIGI BIROMARU Rosmala Nur 1, M. Rusydi 2, Abd.Gani Hadi 3 1 Fakultas KIK Universitas Tadulako 2 Fakultas MIPA Universitas Tadulako

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tapioka Tapioka merupakan salah satu bentuk olahan berbahan baku singkong, Tepung tapioka mempunyai banyak kegunaan, antara lain sebagai bahan pembantu dalam berbagai industri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa

BAB I PENDAHULUAN. air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia. Kebutuhan akan air bersih semakin meningkat dan sumber-sumber air konvensional yang berupa air permukaan semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata

BAB I PENDAHULUAN. haves and the have nots. Salah satu sumberdaya alam yang tidak merata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memang diberi karunia oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan sumberdaya alam yang kaya raya. Namun penyebaran sumberdaya alam di Indonesia tidak merata, hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber air baku bagi pengolahan air minum adalah air sungai. Air sungai secara umum memiliki tingkat turbiditas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Lokasi Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Bahan, JurusanTeknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK

2. DETONATOR 1. DEFINISI BAHAN PELEDAK UNDANGUNDANG No. 1 Tahun 1970, Tentang Keselamatan Kerja UNDANGUNDANG No. 4 Tahun 2009, Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara PP No. 19 Tahun 1973, Tentang Pengaturan dan Pengawasan K3 Pertambangan

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA

PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA 1. PENDAHULUAN Limbah rumah tangga adalah limbah yang berasal dari dapur, kamar mandi, cucian, limbah bekas industri rumah tangga dan kotoranmanusia. Limbah merupakan

Lebih terperinci

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU

BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 63 BAB VI RESPON MASYARAKAT LOKAL ATAS DAMPAK SOSIO-EKOLOGI HADIRNYA INDUSTRI PENGOLAHAN TAHU 6.1 Pendahuluan Dampak Sosio-Ekologi Kampung Cikaret memiliki dua buah sungai yang mengaliri kawasan RW 01

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Mulai tahap perencanaan hingga tahap analisis, penelitian dilaksanakan berdasarkan sumber yang berkaitan dengan topik yang dipilih, yaitu penelitian tentang agregat

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.2

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.2 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.2 1. Perhatikan tabel berikut! Kota Jumlahpenduduk Luaswilayah (km 2 ) A 2500 50 B 3520 80 C 1250 120 D 4500 75 Berdasarkan tabel tersebut kota manakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penebangan liar, penggundulan hutan, pengerukan tambang, lahan kritis,

BAB I PENDAHULUAN. Penebangan liar, penggundulan hutan, pengerukan tambang, lahan kritis, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penebangan liar, penggundulan hutan, pengerukan tambang, lahan kritis, kematian biota air karena zat kimia, dan penyakit-penyakit serta virus baru yang tumbuh di dunia

Lebih terperinci

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan

tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat. Pembuangan limbah ke tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan pencemaran tanah.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dan siklus PTK sebagai berikut : Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Untuk pelajaran IPA sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian dan siklus PTK sebagai berikut : Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Untuk pelajaran IPA sebagai BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Setting dalam penelitian ini meliputi 3 : langkah penelitian, waktu penelitian dan siklus PTK sebagai berikut : 1. Tempat penelitian Penelitian Tindakan

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa AY 12 TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa tanah ke tempat yang relatif lebih rendah. Longsoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan

BAB I PENDAHULUAN. potensial yang ada seperti sektor pertanian, perkebunan, perikanan, kehutanan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu dari 34 provinsi di Indonesia yang dianugrahi kekayaan alam yang berlimpah. Provinsi ini adalah daerah agraris yang menjadi pusat

Lebih terperinci

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK A. DEFINISI - Pengangkutan Pekerjaan pemindahan pipa dari lokasi penumpukan ke

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar Lampung dan pengujian sampel dilaksanakan di laboratorium Analisis Bahan dan

Lebih terperinci

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 1. Cara aman membawa alat gelas adalah dengan... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.4 Satu tangan Dua tangan Dua jari Lima jari Kunci Jawaban : B Alat-alat

Lebih terperinci

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan Industri Tahu 1. Faktor Penyebab Terjadinya Pencemaran

Lebih terperinci

BAB. Kesehatan Lingkungan

BAB. Kesehatan Lingkungan BAB 4 Kesehatan Lingkungan Pada Minggu pagi yang cerah, Siti beserta seluruh anggota keluarganya bekerja bakti membersihkan rumah dan lingkungan sekitar. Ibu bertugas menyapu rumah, ayah memotong rumput,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

Lebih terperinci

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH

BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH BAB 12 BATUAN DAN PROSES PEMBENTUKAN TANAH Tujuan Pembelajaran Kamu dapat mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan dan mengidentifikasi jenis-jenis tanah. Di sekitar kita terdapat berbagai

Lebih terperinci

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia PENYEDIAAN AIR BERSIH 1. Pendahuluan Air bersih merupakan kebutuhan yang tidak dapat dilepaskan dari kegiatan di rumah sakit. Namun mengingat bahwa rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan

BAB I PENDAHULUAN. pada kerak bumi. Merkuri sangat jarang dijumpai sebagai logam murni (native mercury) dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Merkuri secara alamiah berasal dari kerak bumi, konsentrasi merkuri dikerak bumi sebesar 0,08 ppm. Kelimpahan merkuri di bumi menempati urutan ke 67 diantara elemen

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN

KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN KAJIAN KARAKTERISTIK MORTAR DENGAN MENGGUNAKAN TAILING DAN ADDITIVE SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN RONNY PANDALEKE Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado Email:ronny_pandaleke@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beton Beton merupakan bahan bangunan yang dihasilkan dari campuran atas semen Portland, pasir, kerikil dan air. Beton ini biasanya di dalam praktek dipasang bersama-sama

Lebih terperinci