TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-bangsa Kelinci

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-bangsa Kelinci"

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-bangsa Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) yang ada saat ini berasal dari kelinci liar dari Eropa dan Afrika Utara. Beberapa bangsa kelinci ditemukan pada abad ke 16 yang menyebar di Perancis dan Italia. Pada mulanya kelinci diklasifikasikan dalam ordo rodensia (binatang mengerat) yang bergigi seri empat, tetapi akhirnya dimasukkan dalam ordo lagomorpha karena bergigi seri enam (Cheeke et al. 1987). Kelinci (Oryctolagus cuniculus) diklasifikasikan dalam Kerajaan Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Lagomorpha, famili Leporidae, genus Oryctolagus dan spesies O. cuniculus (Spacerad.com 2004). Awalnya kelinci merupakan objek perburuan, budidaya kelinci sebagai hewan pelihaaraan baru dilakukan pada abad ke-16, diawali dari negara-negara Eropa yaitu Perancis, Italia, dan Inggris. Pada awal abad ke-19, kelinci mulai dipelihara di bagian barat Eropa dan negara-negara perbatasan, juga di beberapa negara seperti Australia dan New Zealand. Pengembangbiakan kelinci terus meningkat pada perang Dunia Kedua karena kekurangan pangan (Lebas et al. 1986). Kromosom kelinci berjumlah 44 buah, umur hidupnya (life span) 5-10 tahun dengan umur produktif 2-3 tahun dan memiliki kemampuan beranak 10 kali per tahun. Bobot lahir kelinci antara g/ekor (rataan g/ekor), bobot dewasa 5-10 kg/ekor (Harris 1994). Ditambahkannya bahwa kelinci beraktivitas secara umum pada tengah malam dan di kala hari mulai senja tetapi dapat menyesuaikan diri terhadap pengaruh lingkungan. Menurut Cheeke et al (1987), kelinci memiliki kemampuan biologis yang menonjol terletak pada sistem reproduksi dan sistem pencernaannya, yaitu (1) umur empat bulan kelinci sudah dapat mencapai dewasa kelamin dan dapat dikawinkan, (2) setiap pejantan dapat dikawinkan dengan 8-10 betina dengan tingkat keberhasilan pembuahan 95%, (3) lama bunting kelinci rata-rata hari, (4) rataan jumlah anak per kelahiran 6-7 ekor dengan tingkat keselamatan 85-95%, dan (5) anak kelinci disapih oleh

2 5 induknya rata-rata pada umur 6-8 minggu, serta (6) segera setelah melahirkan, induk kelinci dapat dikawinkan kembali. Produktivitas kelinci New Zealand White, Lokal dan Rex yang dipelihara di lingkungan tropis Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Kelinci memiliki kemampuan beranak setiap 40 hari dengan jumlah anak lahir (litter size at birth) lebih dari 8 ekor. Kelinci Rex memiliki interval beranak yang dapat mencapai 40 hari, tetapi jumlah anak lahir dan jumlah anak sapih hanya 7.1 ekor dan 5.2 ekor. Tingginya tingkat kematian (23-43%) masih saja terjadi pada masa menyusui. Pemeriksaan post-mortem membuktikan kejadian yang tertinggi akibat enteritis (Raharjo 1994). Tabel 1. Performa produksi kelinci New Zealand White, Lokal dan Rex (Raharjo 1994) Peubah NZW 1 NZW 2 Lokal 3 Rex 4 Rex 5 Rex 6 Laju kebuntingan (%) Periode kebuntingan (hari) Interval beranak (hari) >75 Bobot induk saat beranak (kg) LS saat lahir (ekor) LS saat sapih (ekor) Bobot sapih (g) 410* ** Mortalitas, lahir-sapih (%) Sumber : 1 Partridge (1988) Inggris; 2 Raharjo et al. (1986), Oregon, USA; 3 Sartika dan Diwyanto (1986), Bogor, Indonesia; 4 Raharjo dan Tangenjaya (1988), Bogor, Indonesia; 5 Sartika dan Raharjo (1992), Bogor, Indonesia; 6 Sastrodihardjo et al (1992), Brebes, Indonesia. Keterangan : LS = litter size; * sapih umur 25 hari; ** sapih umur 35 hari; a pakan premiks ad lib.; b pakan premik terbatas + hijauan. Menurut Fekete (1985), kelinci adalah ternak herbivora non-ruminansia yang mempunyai lambung tunggal dengan pembesaran unik di bagian caecum dan colon. Kedua bagian alat pencernaan ini berfungsi mirip dengan rumen, sehingga kelinci disebut sebagai hewan ruminansia semu (pseudo-ruminant). Ditambahkannya, bahwa kelinci juga bersifat coprophagy, yaitu dapat mengkonsumsi kotoran lunaknya sendiri langsung dari anus, sehingga protein

3 6 dalam hijauan dapat dimanfaatkan secara efisien. Ditegaskan oleh Cheeke et al. (1987), bahwa pemanfaatan protein yang efisien tersebut disebabkan oleh penyerapan ulang terhadap zat-zat makanan yang telah mengalami pencernaan awal oleh bakteri-bakteri yang berada di dalam caecum dan colon yang dapat mensintesis beberapa zat makanan antara lain protein dan vitamin. Lebas et al. (1986), mengelompokkan kelinci menjadi kelinci besar, kelinci medium, kelinci ringan dan kelinci kecil berdasarkan ukuran tubuh dewasa, pertumbuhan rata-rata, dan umur mulai dewasa. Kelinci besar adalah kelinci dengan bobot dewasa lebih dari 5.0 kg, potensi pertumbuhan bangsa ini dapat dieksploitasi terutama untuk persilangan. Termasuk kelompok ini adalah kelinci Bouscat Giant White, French Lop, Flemish Giant dan French Giant Papillon. Bangsa ini secara genetik dapat memperbaiki pertumbuhan pada bangsa lain. Kelinci medium adalah kelinci dengan bobot dewasa kg, kelinci ini merupakan kelinci yang dapat dipelihara secara intensif untuk produksi daging. Kelinci ini memilki nilai productivitas unggul yaitu fertilitas yang tinggi, pertumbuhan cepat, perkembangan perototan yang bagus, kualitas daging yang baik. Bangsa kelinci yang termasuk kedalam bangsa ini adalah English Silver, German Silver, Champagne d Argent, New Zealand Red, New Zealand White dan Grand Chinchilla. Kelinci ringan adalah kelinci dengan bobot dewasa kg, kelinci tipe ringan dapat berkembang dengan sangat cepat dan merupakan induk yang baik. Konsumsi pakan lebih sedikit daripada kelinci tipe besar dan medium, dan bisa disilangkan untuk menghasilkan tipe ringan dengan berat karkas kg. Tipe ini terdiri atas Himalaya, Small Chinchilla, Dutch, dan French Havana. Kelinci kecil adalah kelinci dengan bobot dewasa 1 kg, kelinci banyak digunakan sebagai kelinci pertunjukkan dan sebagai hewan kesenangan. Rex Mutasi yang terjadi pada kelinci Rex saat ini menjadikannya bangsa kelinci yang menarik. Fenomena yang ada pada struktur bulu kelinci Rex, yaitu kondisi genetik yang resesif, pertama kali ditemukan di Perancis pada tahun Adanya mutasi pada kelinci Rex ini menjadi kesuksesan pada perlombaan yang diselenggarakan diseluruh Eropa. Amerika Serikat pertama kali mengimpor

4 7 kelinci pada tahun 1929, atau berselang 10 tahun sejak ditemukannya mutasi tersebut (Lukefahr dan Robinson 1988). Cheeke et al. (1987), menerangkan bahwa kelinci Rex pertama kali dikembangkan di Perancis dan berkembang di dinegara-negara lain, seperti Amerika pada tahun 1929, dengan tujuan utama sebagai hewan hobi, kontes dan pameran. Lama-kelamaan berkembang menjadi penghasil kulit-bulu (Fur), daging (Food) dan keindahan (Fancy) yang dikelola secara komersial. Menurut Lukefahr dan Robinson (1988), secara genetik, terdapat tiga pasang gen yang unik pada kelinci Rex yang sudah ditemukan, yaitu r-1, r-2 dan r-3. Setiap pasang gen terletak pada lokus atau kromosom yang berbeda. Gen kelinci Rex dari Perancis disebut r-1, umumnya ditemukan pada kelinci Rex di Eropa dan Amerika. Gen r-2, disebut sehagai gen German short-hair (bulu pendek Jerman) dan gen r-3 disebut gen Normandy (Normandia). Gen r-2 dan r-3 telah hilang dari populasi kelinci akibat ketidak hati-hatian karena tidak adanya ketertarikan pembibit untuk mempertahankan keragamannya. Ditambahkannya, bahwa pengaruh gen Rex adalah mereduksi panjang semua ukuran bulu, terutama guard hair, menjadikan panjangnya menyerupai underfur. Prasetyo (1999), menyatakan bahwa kehalusan bulu kelinci Rex disebabkan oleh dua faktor, yaitu diameter bulu kasar dan struktur kutikula. Rataan diameter bulu kasar kelinci Rex relatif kecil. Helai kutikula bulu relatif pendek, tidak banyak menutup helai kulikula bulu di depannya, dengan demikian gerak ruas helai bulu di depannya tidak tertahan sehingga helai bulu lemas, tidak kaku. Tsukiyo.org (2004), menerangkan bahwa, genotipik kelinci Rex adalah ekspresi sepasang alel rr, dengan alel r bersifat resesif terhadap bulu normal R. Kelinci Rex akan terlihat berfenotipik bulu normal bila memiliki genotipik RR dan Rr, sedang kelinci yang memiliki bulu rex bergenotipik rr. Genotipik kelinci Rex secara lengkap adalah F_L_mmrrSa_ (berbulu, pendek, tidak mane, rex dan tidak berkilap). Dalam rangka memperkenalkan jenis kelinci baru di Indonesia, untuk produksi kulit bulu, telah didatangkan jenis kelinci Rex dari Amerika pada tahun 1988 dan dari uji coba di laboratorium (Balai Penelitian Ternak, Ciawi dan Sub- Balai Penelitian Ternak Klepu, Ungaran) dan beberapa tempat di lapangan

5 8 (misalnya, di Pandansari (Brebes), Wonosobo (Jawa Tengah), Ujung Pandang (Sulawesi Selatan), Cisarua dan Bandung (Jawa Barat)). Ternak kelinci Rex dapat cepat beradaptasi dengan lingkungan berhawa dingin dan perlu adanya perhatian yang baik dalam proses pemeliharaannya (Raharjo et al. 1995). Kelinci Rex mempunyai bulu yang halus, tebal, panjangnya seragam/uniform ( cm), tidak mudah rontok dan tampak sangat menarik (Raharjo 1988). Ditambahkannya bahwa bobot kelinci Rex yang dewasa bisa mencapai kg, tetapi kecepatan pertumbuhannya tidak begitu baik dibandingkan dengan kelinci New Zealand White. Interval kelahiran kelinci Rex + 40 hari, mortalitas 3.45%, waktu sapih 28 hari, jumlah anak perkelahiran 5 ekor dan bobot sapih 480 g.. Satin Menurut Lukefahr (1981), penampilan pertama kelinci Satin ditemukan pada tahun 1931, dari anakan kelinci havana coklat. Bangsa kelinci ini diternakkan untuk diambil daging dan kulit bulu dengan berat dewasa 4.3 kg untuk jantan dan 4.5 kg untuk betina. Menurut Rabbitandcavydirectory.com (2006), kelinci Satin dikenal baik sebagai kelinci yang dikembangkan sebagai ternak produksi dan pertunjukan. Secara komersial, kelinci Satin dipelihara sebagai produsen fur dan daging. Kelinci Satin berasal dari kekhususan fur yang menjadikan bulunya berbeda dibanding kelinci jenis lain. Kelinci Satin memiliki helai bulu yang mengkilap dan memantulkan cahaya yang menjadikan bulu berkilat unik. Dinyatakan oleh Lukefahr (1981), bahwa gen Satin sa diturunkan secara resesif sederhana. Pada keadaan homosigot resesif (sasa), permukaan bulu kelinci Satin memantulkan cahaya seperti cermin, pantulan ini berasal dari kehalusan kutikula yang tidak biasa, yaitu tiadanya sebagian sel medula dan adanya kecenderungan bulu yang lebih tipis dibandingkan normal. Ditambahkannya bahwa gen Satin menyebabkan robohnya sel bulu yang berisi udara sebagaimana bulu yang normal sehingga menghasilkan bulu yang indah, berkilauan dan transparan penampilannya menjadikan warna bulu yang sangat indah. Genotipik kelinci Satin secara lengkap adalah F_L_mmR_sasa (berbulu,

6 9 pendek, tidak mane, tidak rex dan berkilap) (Tsukiyo.org. 2004). Bulu kelinci Satin tidak membutuhkan perhatian berlebih dalam perawatannya selain penyisiran yang rutin. Warna bulu kelinci Satin bervariasi dari hitam, biru, kelompok broken, californian, chinchillla, coklat, otter, merah, tembaga, siamese dan putih (Rabbitandcavydirectory.com 2006). Kelinci Satin didatangkan pertama kali ke Indonesia (Balitnak-Ciawi) dari Amerika Serikat pada bulan Agustus 1996 (Prasetyo 1999). Kelinci Satin ini selanjutnya dipergunakan sebagai materi pembentukan kelinci jenis baru melalui persilangan dengan kelinci Rex. Persilangan ini telah berhasil menghasilkan kelinci jenis baru yang memiliki kualitas kulit bulu gabungan karakteristik kelinci Satin yang berkilau dengan kelinci Rex yang lembut bagai beludru. RS Kelinci RS adalah kelinci hasil persilangan antara kelinci Rex dan Satin. Prasetyo (1999) mencoba membentuk kelinci RS dengan harapan diperoleh kelinci yang memiliki kulit bulu yang halus kilap yang merupakan perpaduan gen halus dari kelinci Rex (F_L_mmrrSa_) dan bulu yang mengkilap dari kelinci Satin (F_L_mmR_sasa). Sifat bulu kelinci RS terbentuk karena terkumpulnya pasangan gen homosigot resesif untuk bulu halus (rr) dan bulu kilap (sasa). Struktur bulu yang terbentuk dari pasangan gen tersebut menyebabkan hilangnya sel-sel pada medula batang bulu. Selanjutnya ditambahkan bahwa dengan kondisi genotipik yang homosigot resesif ganda (F_L_mmrrsasa), bila kelinci berbulu halus kilap dikawinkan sesamanya berdasarkan teori Mendel tidak akan terjadi keragaman sifat, karena segregasi gen tidak akan menghasilkan kombinasi baru. Semua anak yang dihasilkan akan berbulu halus kilap. Prasetyo (1999) telah menghasilkan sejumlah 23 ekor (5.42%) kelinci RS dari total 424 ekor anak sapih (573 ekor anak lahir) dari kelinci F2 hasil persilangan resiprokal antara kelinci Rex dan Satin. Rataan bobot kelinci RS umur 0, 4, 8, 12, 16 dan 20 minggu berturut-turut adalah 49.8 g, g, g, 1454 g, 1968 g dan 2513 g. Ditambahkannya bahwa pada umur empat minggu macam tipe bulu kelinci sudah dapat dideteksi sehingga kelinci berbulu normal dapat dikeluarkan dan dijadikan kelinci potong.

7 10 New Zeland White New Zealand White (NZW) adalah kelinci yang berasal dari Amerika. Pada tahun 1916, WS Preshaw pertama kali membibitkan kelinci New Zealand White dengan tujuan membentuk kelinci penghasil daging dan kulit yang unggul. Asal-usul tetuanya tidak diketahui, namun dipercaya bahwa Angora turut berperan dalam pembentukannya (Wikipedia 2007). Lebas et al. (1986), menerangkan bahwa kelinci ini berwarna putih polos, mata merah, bobot dewasa kg. Umur kawin pertama 144 hari, rataan litter size lahir 8.5 ekor, litter size hidup 8.0 ekor dan litter size sapih 6.5 ekor. Menurut Cheeke et al. (1987), kelinci New Zealand White dikenal sebagai produsen daging komersial. Ditambahkannya bahwa banyak karakteristik pada kelinci ini yang sesuai, yaitu laju pertumbuhan yang cepat, kualitas karkas yang baik, tingkat kesuburan yang tinggi, dan sifat keindukan yang baik. Keunggulan lain dari kelinci New Zealand White adalah kelinci yang umum dipergunakan dalam penelitian sebagai hewan percobaan untuk penelitian biomedis (Cheeke et al. 1987). Menurut Wikipedia (2007), kelinci NZW menampilkan respon yang sama sebagaimana manusia pada penyakit dan pengobatannya. Ditambahkan, reaksi ini menjadikan kelinci NZW selalu dipergunakan di laboratorium pharmasi pada rumah sakit umum di Amerika Serikat, pusat penelitian kanker, dan rumah sakit universitas. Kelinci NZW dipergunakan untuk menguji dan pengobatan untuk penyakit seperti diabetes, difteria, tuberkulosis, kanker dan penyakit jantung. Pengaruh krim kulit, kosmetika, pangan khusus dan makanan tambahan juga diujikan terlebih dahulu pada kelinci NZW. Flemish Giant Kelinci Flemish Giant diduga merupakan keturunan dari kelinci Patagonian di Argentina. Kelinci Patagonian ini dibawa ke Eropa pada abad ke- 16 dan 17 oleh pedagang dari Belanda dan dikembangkan sebagai penghasil daging (Horn Rapids Rabbitry 2004). Ditambahkannya, pertama kali tercatat mengenai Flemish Giant sekitar tahun 1860, pada waktu itu petualang dari Inggris kembali dari Flanders membawa data karakteristik kelinci yang dikembangkan

8 11 disana. Kelinci Flemish Giant diimport ke Amerika pada awal tahun Kelinci ini merupakan kelinci terbesar yang diperkenalkan oleh American Rabbit Breeders Association dengan bobot senior (umur lebih dari 8 bulan) untuk betina sebesar 14 lbs dan 13 lbs untuk jantan. Menurut petplanet.co.uk (2004), kelinci Flemish Giant memiliki panjang usia mencapai 5 tahun bahkan lebih. Umur mulai dikawinkan sekitar 9 bulan dan anak-anak kelinci harus sudah dilahirkan sebelum induknya mencapai umur satu tahun karena apabila induk beranak pada umur lebih dari satu tahun tulang pelvisnya akan menyempit sehingga sulit untuk beranak secara alamiah dan induk-induk tersebut tidak akan mampu beranak lagi setelah berumur tiga tahun. Kelinci ini beranak cukup banyak, yaitu antara 5 12 ekor per litter. Lama kebuntingan antara hari dengan rataan hari. Kelinci ini termasuk bangsa kelinci raksasa dengan warna yang umum abu-abu besi (steel grey) bertubuh panjang dengan kepala yang tegak dan telinga panjang serta tegak. Bobot badannya minimal 5 kg dan tercatat dapat mencapai bobot badan 9.5 kg/ekor. Kelinci ini sangat disukai dan bangsa ini secara genetik dapat memperbaiki pertumbuhan pada bangsa lain dengan persilangan (Lebas et al. 1986). English Spot English Spot rata-rata dapat hidup sampai dengan 5 tahun bahkan lebih. Betina dapat dikawinkan pada umur 5-6 bulan. Induk English Spot dapat beranak sejumlah 3-5 ekor, namun berdasarkan laporan dapat pula lebih dari 6 ekor. Lama bunting antara hari dengan rataan hari. Bobot badan rataan jantan dan betina sebesar 3 kg (Petplanet.co.uk. 2004). Kelinci English Spot memiliki bulu pendek dengan warna dasar putih dan bercak warna lain. Bercak ini dapat berwarna hitam, biru, coklat, abu-abu dan tortoirseshell. Ciri spesifiknya adalah telinga yang berwarna, warna melingkari mata dan terdapat bercak di sekitar pipi. Terdapat garis warna sepanjang punggung dengan titik-titik dari telinga sampai kaki belakang. Kelinci ini berasal dari Inggris (Petplanet.co.uk. 2004; Rabbitandcavydirectory.com 2006). Menurut Lebas et al. (1986), warna spot pada populasi kelinci ini umumnya berwarna

9 12 coklat dengan pendugaan genotipiknya EnEn aabbc_d_e_. Genotipik En merupakan genotipik yang mengatur pola warna broken yang merupakan mutasi pada lokus English. Dalam keadaan homosigot dominant (EnEn) memunculkan pola yang bagian putihnya lebih banyak dari pada warna spot-nya, dan dalam keadan homosigot resesif enen memunculkan pola yang bagian berwarna lebih banyak dari pada bagian putihnya. Warna coklat diatur oleh gen b yang muncul dalam keadaan homosigot resesif (bb) dan bersifat epistasis terhadap gen a yang muncul dalam keadaan homosigot resesif (aa), dan menutupi ekspresi gen lain dalam keadaan heterosigot. Karakter Morfologi Menurut (Wiley 1981), karakter morfologi adalah tanda struktural dari satu mahluk hidup yang merupakan sumber utama karakter kebanyakan kelompok mahluk hidup. Karakter ini dapat berupa sifat-sifat yang relatif sederhana atau sangat rumit dan karakter ini telah terbukti bermanfaat untuk membedakan taxa mahluk hidup pada berbagai tingkatan, mulai dari phyla sampai spesies. Ukuran dan bentuk tubuh merupakan penduga yang menyeluruh dari bentuk dan deskripsi khas dari berbagai gambaran tubuh yang terbukti bermanfaat dalam menganalisa banyak mahluk hidup. Kesamaan fenotipik dapat menunjukkan identitas genetik, walau terdapat batasan, antara lain fenotipik yang identik dapat disebabkan oleh alel-alel yang berbeda datau oleh gen-ten pada lokus yang berbeda (Baker dan Manwell 1991). Ukuran-ukuran tubuh sangat berguna untuk menentukan asal-usul dan hubungan filogenetik antara spesies, bangsa atau tipe ternak yang berbeda (Martojo 1983; Warwick et al. 1995; Ischii et al dan Mulliadi 1996). Pengukuran panjang tulang-tulang mempunyai ketelitian yang lebih baik dibandingkan dengan pengukuran bobot badan (Mansjoer 1981). Ukuran-ukuran tubuh dengan keragaman yang tinggi memberikan petunjuk bahwa ukuran tubuh tersebut dapat digunakan sebagai kriteria seleksi untuk meningkatkan produksi dimasa yang akan datang (Mulliadi 1996).

10 13 Genetik Keragaman sifat morfologis dapat terjadi karena adanya proses mutasi akibat seleksi, perkawinan silang dan bencana alam yang dapat berakibat hilang atau hanyutnya gen tertentu (Falconer dan Mackay 1996). Menurut Nei (1987), proses hilang atau hanyutnya gen tertentu tersebut berpengaruh pada tingkat genetik yang pada akhirnya diekspresikan dalam bentuk karakteristik kualitatif dan kuantitatif dari sifat morfologis. Ditambahkannya, bahwa proses tersebut menimbulkan evolusi yang mendasari adanya keanekaragaman, dengan pemahaman bahwa perubahan sifat hayati ternak akan diturunkan secara genetik oleh tetuanya, sehingga generasi selanjutnya merupakan generasi hasil evolusi sebelumnya. Dalam memahami proses evolusi genetik suatu bangsa ternak, dilakukan penelitian tentang karakter genetik dan pendugaan jarak genetik dengan pendekatan analisis morfometrik (Taylor et al. 1977) dan analisis molekuler seperti analisis DNA (Zhu et al. 2004). Analisa jarak genetik kelinci yang berasal dari delapan wilayah dengan mengukur 20 ukuran tulang bagian cranium, mandibula dan gigi-geligi. Kelinci yang berasal dari Australia dan British Isles terlihat berbeda nyata, jarak morphometrik meningkat secara klinis pada kelinci di bagian timur Australia dengan jarak geografik dari awal pemasukannya (Geelong, Victoria) (Taylor et al. 1977). Analisis DNA juga dapat menggambarkan hubungan kekerabatan antar populasi ternak. Zhu et al. (2004) menggunakan lima lokus mikrosatelit (Sat3, Sat4, Sat7, Sat8 and Sat 12) untuk menganalisa keragaman genetik diantara 5 (lima) bangsa atau galur populasi kelinci lokal (galur kelinci Rex Vc-I (Vc-I), galur kelinci Rex Vc-II (Vc-II), bangsa kelinci NZW (NZW), bangsa kelinci Qingzilan (QZL), dan bangsa kelinci Japanese White (JAW). Hasil penggambaran kelompok menampilkan populasi yang memiliki hubungan terdekat adalah populasi kelinci Rex Vc-I dan VcII, diikuti oleh populasi JAW, populasi QZL dan populasi NZW. Hal ini menjelaskan riwayat pembibitan kelinci Rex Vc yang merupakan hasil persilangan Rex dan JAW dan adanya

11 14 pembatas alam serta jarak geografik yang cukup jauh antara China dan New Zealand. Pertumbuhan Kelinci Pada umur sebelum sapih, terutama pada umur lahir sampai dengan tiga minggu, anak kelinci sangat bergantung pada produksi susu induknya. Menurut McNitt dan Lukefahr (1990), bahwa rataan produksi susu induk harian dipengaruhi oleh bangsa, produksi susu harian kelinci Californian (CAL), New Zealand White (NZW), Palomino (PAL) dan White Satin (WS) berturut-turut sebesar g, g, g, dan g. Produksi susu induk terus meningkat sampai hari ke-20 setelah beranak dan selanjutnya menurun. Rataan bobot sapih pada umur empat minggu pada kelinci CAL, NZW, PAL dan WS berturut-turut sebesar g, g, g, dan g. Selama ini NZW dikenal lebih unggul dibandingkan CAL, tetapi dalam penelitian ini terjadi hal yang berbeda karena perbedaan rumpun (strain) dari galur (breed) yang dipergunakan berbeda, adanya interaksi lingkungan dan galur kelinci, perbedaan dalam metodologi penelitian, atau kombinasi dari faktorfaktor tersebut di atas. Prasetyo (1999) menerangkan rataan bobot badan lahir, sapih (lima minggu) dan dewasa (20 minggu) pada kelinci Rex adalah g, g dan g, pada kelinci Satin adalah g, g, dan g. Menurut Raharjo et al. (1993), rataan bobot lahir kelinci Rex adalah g/ekor dan bobot sapih umur lima minggu sebesar g/ekor. Yani dan Winaya (2007) melaporkan performa bobot sapih, dan bobot dewasa kelinci New Zealand White (NZW), Rex (RR) dan Flemish Giant (FG) yang dipelihara peternak anggota koperasi "AKUR" di kota Batu, Malang berturut-turut sebesar g dan g, g dan g, serta g dan g. Ditambahkan bahwa perbedaan performa bobot lahir dan sapih dari kelinci NZW, RR dan FG tersebut karena peternak belum melakukan seleksi terhadap ternaknya dan pengaruh rendahnya kualitas pakan yang diberikan. Menurut Sartika et al. (1988), pertumbuhan kelinci lokal yang

12 15 dicerminkan dengan bobot badan saat sapih, 8 minggu, 12 minggu dan 16 berturut-turut sebesar g, g, g dan g. Ditambahkan pertambahan bobot badan harian dari sapih-umur 8 minggu, 8-12 minggu, minggu berturut-turut sebesar g/hari, g/hari, dan g/hari. Pertambahan bobot harian kelinci Rex tampaknya bervariasi, dapat disebabkan berbagai faktor, antara lain berbedanya kondisi bibit kelinci, pemberian pakan dan lingkungan (Raharjo et al. 1995). Pendugaan Kurva Pertumbuhan Kurva pertumbuhan merupakan cerminan kemampuan suatu individu untuk mengaktualisasikan diri dan sekaligus sebagai ukuran akan berkembangnya bagian-bagian tubuh sampai mencapai ukuran maksimal (dewasa) pada kondisi lingkungan yang ada. Model matematik dari kurva pertumbuhan merupakan hubungan fungsi perubahan bobot badan pada umur tertentu. Model matematik ini sangat berguna untuk memperkirakan bobot dugaan dari kelompok ternak pada umur tertentu. Salah satu model matematis yang cukup baik dalam menduga kurva pertumbuhan kelinci adalah model Gompertz (Blasco dan Gomez 1993; Piles et al. 2000; dan Larzul dan de Rochambeau 2004). Teori Gompertz telah ada sejak abad ke 18 atau tepatnya tahun 1825 (Myers 1990). Dijelaskannya bahwa pertumbuhan sigmoid yang ditawarkan Gompertz dapat diterapkan pada berbagai situasi pertumbuhan. Sebagai catatan bahwa model ini memiliki eksponensial ganda. Oleh karenanya parameter A (bobot asimtot) merupakan pertumbuhan yang terbatas. Penggunaan persamaan model Gompertz cenderung lebih umum untuk dapat diterapkan ke dalam berbagai pertumbuhan mahluk hidup. Model gompertz cukup baik untuk menduga kurva pertumbuhan pada rumpun kelinci yang memiliki keragaman tinggi. Setelah dewasa kelamin, peningkatan bobot badan dikarenakan peningkatan penimbunan lemak. Pada kejadian seperti ini, mengakibatkan kurva pertumbuhan tidak mencapai titik plateu dan bobot masih meningkat seiring bertambahnya umur. Larzul dan de Rochambeau (2004) melakukan pengamatan kurva pertumbuhan pada 10 galur

13 16 kelinci berdasarkan bobot badan dari yang terberat sampai teringan (L1 sampai L10). Model Gompertz digunakan untuk menduga kurva pertumbuhan tersebut, dari semua galur kelinci, titik belok (infleksi) terjadi pada umur 41.3 hari dan yang paling lambat terjadi pada umur 52.6 hari. Bobot dewasa berkisar antara 2.9 kg untuk teringan (L10) sampai 5.2 kg untuk terberat (L1). Disimpulkan bahwa seiring peningkatan laju pertumbuhan akan menurunkan umur potong. Perbandingan rumpun kelinci seleksi dan tidak diseleksi atas laju pertumbuhan menampilkan kurva pertumbuhan model gompertz yang sama (Piles et al. 2000), artinya ternak seleksi memiliki kurva pertumbuhan yang sama dengan kontrol. Seleksi terhadap laju pertumbuhan mendorong dewasa kelamin yang lebih dini jika pemotongan ditentukan berdasarkan bobot badan. Jika ternak dipotong pada umur yang ditentukan, umur dewasa tidak berpengaruh. Larzul dan du Rochambeau (2004) menyatakan bahwa pola pertumbuhan diwariskan kepada turunannya, ternak yang memiliki tetua galur berbobot badan besar akan menurunkan anak yang bobot badannya besar pula. Konsekuensi pada efisiensi pakannya sebagaimana pola pertumbuhannya, keturunan dari pejantan berbobot besar memiliki rasio konversi pakan yang rendah dibandingkan dengan keturunan dari pejantan berbobot ringan, pola yang sama terjadi pada deposit lemak dan tidak terjadi pada rasio daging/tulang. Karkas dan Komponen Karkas Perdagangan produk peternakan umum mengenal karkas, baik itu kambing, domba, sapi, babi dan kelinci sebagai bagian-bagian dari tubuh ternak setelah dibersihkan dari darah, kepala, keempat kaki bagian bawah, kulit, saluran pencernaan, usus, saluran urine, tenggorokan, paru-paru, jantung, limpa, hati dan jaringan-jaringan lemak yang melekat pada bagian-bagian tubuh, sedangkan ginjal sering dimasukkan sebagai karkas. Komponen-komponen karkas terdiri atas otot, lemak dan tulang. Dari ketiga komponen itu, tulang sebagai kerangka tubuh tumbuh dan berkembang paling dini, kemudian disusul oleh otot dan yang paling akhir jaringan lemak (Forrest et al. 1975).

14 17 Hasil karkas seekor ternak dinyatakan dalam persentase, yaitu perbandingan antara bobot karkas dengan bobot potong. Karkas dipengaruhi oleh bobot potong, jenis kelamin, umur, bangsa, pakan, penyakit dan stres (cekaman) serta keadaan ternak sebelum dipotong (Bowker et al. 1978). Blasco et al. (1992) membagi karkas dalam potongan komersial, yaitu potongan kaki depan (Fore legs /FLW, termasuk sebagian otot bagian toraks), bagian dada (Thoracic cage/tw, yaitu rusuk ke tujuh yang awal, tanpa otot bagian fore legs), loin (Loin/LWW, termasuk dinding perut, dan rusuk setelah rusuk ke tujuh), dan paha belakang (Hind legs/hlw, termasuk tulang sakral dan tulang lumbar vetebrae setelah tulang lumbar vetebrae ke enam). Potongan ini dikelompokkan lagi ke dalam potongan utama yang terdiri atas hind legs, loin dan fore legs, dan potongan kedua adalah bagian toraks. Lukefahr et al. (1981) melakukan pendugaan terhadap bobot karkas, yaitu bobot karkas kelinci (%) umumnya 50% dari bobot hidupnya (W) dan dapat dihitung dari umur dengan persamaan W. Sehingga apabila bobot hidup kelinci 2 kg, maka bobot karkasnya adalah (6.09 x 2) = 53.7%. Sartika et al. (1988) melaporkan persentase karkas, karkas tanpa lemak dan bobot yang dapat dimakan dari kelinci lokal yang dipotong pada bobot 1.5 kg, 1.75 kg dan 2.0 kg berturut-turut sebesar 41.48%, 44.86% dan 48.38%; 38.39%, 40.97% dan 44.93%; 46.02%, 49.61% dan 53.09%. Adapun bobot potong dan persentase karkas kelinci Rex yang dipelihara peternak kelinci dengan skala pemilikan 25, 20 dan 15 ekor adalah g dan 49.6%; g dan 45.18%; g dan 49.2% (Raharjo et al. 1995) Pemuliabiakan Ternak Dalam pemuliaan yang dihadapi adalah sekelompok individu yang pada umumnya merupakan individu-individu yang menunjukkan perbedaan, karena itu yang dihadapi pemulia dalam hal ini adalah keragaman. Keragaman sifat kuantitatif bersifat kontinyu, berkisar diantara nilai minimum dan maksimum dan menggambarkan distribusi normal. Pengaruh genetik dan pengaruh lingkungan keduanya penting dalam menghasilkan keragaman dalam fenotipik yang terlihat pada individu-individu dalam sekelompok ternak (Martojo 1992).

15 18 Sifat Kuantitatif Sifat kuantitatif adalah sifat-sifat yang dapat diukur dengan satuan-satuan seperti kilogram, liter, butir dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut juga dikenal dengan sifat produksi dan reproduksi atau kedua-duanya disebut produktivitas (Martojo 1992). Menurut Warwick et al. (1995), sifat kuantitatif dipengaruhi oleh beberapa (banyak) pasang gen dan perbedaan lingkungan. Gen-gen tersebut terdapat dalam sel-sel jaringan dari berbagai bagian tubuh dan organ-organ vital yang saling berinteraksi dalam proses biokimia faali dalam tubuh, maka tidak sulit membayangkan bahwa jumlah gen yang berperanan dalam proses tumbuh kembang ini dapat mencapai ratusan bahkan ribuan (Martojo 1992). Beberapa sifat kuantitatif yang sangat penting karakteristiknya pada kelinci adalah fertilitas, pertumbuhan dan efisiensi pakan, produksi susu, kepadatan fur, ketahanan terhadap penyakit, dan kualitas karkas (Cheeke et al. 1987). Diterangkan oleh Lebas et al. (1986), bahwa pengaruh lingkungan yang mempengaruhi sifat kuantitatif antara lain iklim, habitat, kelembaban, aliran udara, peralatan pemeliharaan, teknik pemuliabiakan, pemberian pakan, dan faktor manusia (peternak). Heritabilitas Menurut Warwick et al. (1995), heritabilitas adalah proporsi keragaman total suatu sifat pada kelompok ternak yang merupakan penampilan dari gen-gen. Ditambahkannya, bahwa heritabilitas dapat diperhitungkan dalam dua konteks yaitu (a) secara luas, pengaruh keturunan termasuk semua pengaruh gen yaitu aditif, dominan dan epistatis, dan (b)secara sempit, hanya taksiran bagian aditif dari ragam keturunan dan dilambangkan dengan h 2. Untuk banyak tujuan, h 2 merupakan dugaan yang paling banyak berguna karena menunjukkan laju perubahan yang dapat dicapai dengan seleksi untuk sifat tersebut dalam populasi. Beberapa nilai heritabilitas sifat bobot badan kelinci ditampilkan pada Pada Tabel 2. Nilai heritabilitas suatu sifat akan bervariasi antar populasi, perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan faktor genetik (ragam genetik), perbedaan lingkungan (ragam lingkungan), metoda yang digunakan dan

16 19 jumlah cuplikan data yang digunakan (Falconer dan Mackay 1996). Ditambahkan oleh Khalil et al. (1986), bahwa adanya perbedaan nilai dugaan heritabilitas disebabkan oleh (a) metoda analisa yang digunakan untuk menduga, (b) ekspresi genetik setiap bangsa di dalam populasi yang berbeda, (c) jumlah data yang digunakan, dan (d) faktor koreksi untuk sifat non-genetik yang dibuat pada setiap data. Tabel 2. Heritabilitas beberapa sifat produksi kelinci Sifat Produksi Pertumbuhan catatan litter Heritabilitas (persen) Pustaka Rataan bobot per kelinci 21 hari 36.0 Leplege hari 65.0 Leplege 1970 Bobot total litter, 56 hari 0.0 Rollins et al Lukefahr 1982 Penyesuaian untuk litter size 69.4 Lukefahr 1982 Pertumbuhan catatan individu 1 hari 40.0 Bogdan hari 17.0 Rouvier hari 22.6 Mostageer 60 hari 54.0 Patras hari 38.0 Rouvier hari 44.0 Rouvier 1981 Sumber : Lukefahr 1988; Lukefahr dan Cheeke (1990). Besaran nilai heritabilitas berkisar antara nol sampai satu. Suatu sifat dengan nilai heritabilitas nol adalah sifat yang semua keragamannya disebabkan pengaruh lingkungan, sedang nilai heritabilitas satu menunjukkan sifat kuantitatif yang semua keragamannya disebabkan oleh keturunan (Warwick et al. 1995). Menurut Martojo (1992) nilai dugaan heritabilitas dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yaitu nilai heritabilitas tergolong rendah, nilai heritabilitas tergolong sedang dan nilai lebih dari 0.4 tergolong tinggi. Seleksi Seleksi diartikan sebagai suatu tindakan untuk memberi peluang pada ternak-ternak tertentu bereproduksi, sedangkan ternak lainnya tidak diberi

17 20 kesempatan bereproduksi (Noor 2000). Ditambahkannya, bahwa seleksi akan meningkatkan frekuensi gen-gen yang diinginkan dan menurunkan frekuensi gengen yang tidak diinginkan. Perubahan frekuensi gen-gen ini tentunya akan mengakibatkan rataan fenotipik dari populasi terseleksi akan meningkat dibandingkan rataan fenotipik populasi sebelumnya. Perbedaan antara rataan performan dari ternak yang terseleksi dengan rataan performan populasi sebelum diadakan seleksi disebut diferensial seleksi, yang dinyatakan dengan rumus (Hardjosubroto 1994). S = Xs - X Keterangan : S = diferensial seleksi, Xs = rataan fenotip populasi terseleksi X = rataan fenotip sebelum seleksi Perbedaan performan tidak seluruhnya diturunkan ke generasi selanjutnya, proporsi diferensial seleksi yang dapat diwariskan hanya yang bersifat genetik saja, yaitu sebesar angka pewarisannya (heritabilitas). Besarnya diferensial seleksi yang diwariskan merupakan respon seleksi yang akan muncul pada generasi berikutnya. (Hardjosubroto 1994; Falconer dan Mackay 1996). Persamaan respon seleksi : h 2 R = S Keterangan : R = respon seleksi per generasi h 2 = heritabilitas sifat yang diseleksi S = diferensial seleksi Kriteria seleksi bobot sapih pada kelinci Rex, Satin dan RS di Balitnak dan kelinci Flemish Giant di Magelang dipilih karena memiliki nilai dugaan heritabilitas yang cukup tinggi, yaitu antara (Lukefahr 1988) dan (Ibrahim et al. 2007). Lukefahr et al (1996) menyatakan kecenderungan meningkat secara genetik pada seleksi dengan kriteria bobot umur 70 hari selama lima generasi sebesar 29.1 g per generasi. Menurut Blasco et al. (1996), terdapat kecenderungan peningkatan rata-rata sebesar 1.5% per generasi selama enam generasi pada kelinci yang diseleksi atas bobot potong umur 10 minggu.

TINJAUAN PUSTAKA. Potensi Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA. Potensi Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kelinci Kelinci memiliki kelebihan yaitu laju pertumbuhan yang cepat, potensi reproduksi yang tinggi, dan memiliki kemampuan dalam mencerna pakan hijauan karena memiliki sifat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Ternak Kelinci Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo: Lagomorpha, Genus: 1.Lepus (22 species)=genuine Hare, 2.Orictolagus (1 species)=o. Cuniculus/European

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Orytologus cuniculus) yang ada saat ini berasal dari kelinci liar dari Eropa dan Afrika Utara. Beberapa bangsa kelinci ditemukan diabad 16 yang menyebar di Perancis

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI GENETIK TERNAK KELINCI (Oryctolagus cuniculus) DI BOGOR, JAWA BARAT DAN DI MAGELANG, JAWA TENGAH BRAM BRAHMANTIYO

KAJIAN POTENSI GENETIK TERNAK KELINCI (Oryctolagus cuniculus) DI BOGOR, JAWA BARAT DAN DI MAGELANG, JAWA TENGAH BRAM BRAHMANTIYO KAJIAN POTENSI GENETIK TERNAK KELINCI (Oryctolagus cuniculus) DI BOGOR, JAWA BARAT DAN DI MAGELANG, JAWA TENGAH BRAM BRAHMANTIYO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 DAFTAR ISI Halaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Kelinci 2.2 Klasifikasi dan Jenis-jenis Kelinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Kelinci 2.2 Klasifikasi dan Jenis-jenis Kelinci II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Perkembangan Kelinci Kelinci semula merupakan hewan liar yang sulit dijinakkan. Kelinci dijinakkan sejak 2000 tahun silam dengan tujuan keindahan, bahan pangan dan sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua

KAJIAN KEPUSTAKAAN. berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua 6 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Klasifikasi Domba Berdasarkan taksonominya, domba merupakan hewan ruminansia yang berkuku genap dan termasuk sub-famili Caprinae dari famili Bovidae. Semua domba termasuk kedalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Domba merupakan ternak yang keberadaannya cukup penting dalam dunia peternakan, karena kemampuannya untuk menghasilkan daging sebagai protein hewani bagi masyarakat. Populasi

Lebih terperinci

Dari hasil Lokasi Pengamatan : dilakukan terletak wilayah Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat Kabupaten Pekalongan adalah daerah

Dari hasil Lokasi Pengamatan : dilakukan terletak wilayah Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat Kabupaten Pekalongan adalah daerah INVENTARISASI DAN KARAKTERISASI KELINCI DI DAERAH DIENG - JAWA TENGAH ROSSUARTINI DAN I WAYAN PASEK SUMADIA Balai Penelitian Ternak Ciawi, P O Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Salah satu kegiatan plasma nutfah

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang

KAJIAN PUSTAKA. (Ovis amon) yang berasal dari Asia Tenggara, serta Urial (Ovis vignei) yang II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Asal-Usul dan Klasifikasi Domba Domba yang dijumpai saat ini merupakan hasil domestikasi yang dilakukan manusia. Pada awalnya domba diturunkan dari 3 jenis domba liar, yaitu Mouflon

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003) TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci Kelinci merupakan hewan yang mempunyai potensi sebagai penghasil daging yang baik. Hewan ini merupakan herbivore non ruminansia yang mempunyai sistem lambung sederhana

Lebih terperinci

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009

LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009 ANALISIS HERITABILITAS POLA REGRESI LAPORAN PRAKTIKUM Oleh Adi Rinaldi Firman 200110070044 LABORATORIUM PEMULIAAN DAN BIOMETRIKA FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADAJARAN JATINANGOR 2009 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) merupakan kelinci hasil persilangan dari Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing 1. Kambing Boer Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang terregistrasi selama lebih dari 65 tahun. Kata "Boer" artinya petani. Kambing Boer

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ayam Bangkok merupakan jenis ayam lokal yang berasal dari Thailand dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia

TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Bangsa Domba di Indonesia TINJAUAN PUSTAKA Asal Usul dan Klasifikasi Domba Domestikasi domba diperkirakan terjadi di daerah pegunungan Asia Barat sekitar 9.000 11.000 tahun lalu. Sebanyak tujuh jenis domba liar yang dikenal terbagi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak

PENDAHULUAN. mendorong para peternak untuk menghasilkan ternak yang berkualitas. Ternak I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi protein hewani seperti daging, telur dan susu, semakin meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan pendapatan.

Lebih terperinci

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi

TINJAUAN KEPUSTAKAAN. merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Perkembangan Domba Asia merupakan pusat domestikasi domba. Diperkirakan domba merupakan ruminansia yang berasal dari Asia dan pertama kali di domestikasi oleh manusia kira-kira

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Sapi adalah salah satu hewan yang sejak jaman dulu produknya sudah dimanfaatkan oleh manusia seperti daging dan susu untuk dikonsumsi, dimanfaatkan untuk membajak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan

TINJAUAN PUSTAKA. menurut Pane (1991) meliputi bobot badan kg, panjang badan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Bali Sapi bali adalah sapi lokal Indonesia keturunan banteng yang telah didomestikasi. Sapi bali banyak berkembang di Indonesia khususnya di pulau bali dan kemudian menyebar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Peranakan Etawah Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo Ruminansia, Famili Bovidae, dan Genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burns,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Peranakan Etawah (PE) Kambing Peranakan Ettawa (PE) merupakan hasil persilangan antara Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu,

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Asal Usul dan Klasifikasi Domba Garut Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos

TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Sapi Bali Abidin (2002) mengatakan bahwa sapi bali merupakan sapi asli Indonesia yang berasal dari pulau Bali. Asal usul sapi Bali ini adalah banteng ( Bos Sondaicus)

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Perah Fries Holland (FH) Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai klasifikasi taksonomi sebagai berikut : Phylum Subphylum Class Sub class Infra class

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA

KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA (Reproduction Characteristics of Rex, Satin and Reza Rabbit) B. BRAHMANTIYO 1, Y.C. RAHARJO 1, N.D. SAVITRI 2 dan M. DULDJAMAN 2 1 Balai Penelitian

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut II KAJIAN KEPUSTAKAAN 1.1 Puyuh Jepang dan Klasifikasinya Burung puyuh liar banyak terdapat di dunia, nampaknya hanya baru Coturnix coturnix japonica yang mendapat perhatian dari para ahli. Menurut Nugroho

Lebih terperinci

PLASMA NUTFAH KELINCI SEBAGAI SUMBER PANGAN HEWANI DAN PRODUK LAIN BERMUTU TINGGI

PLASMA NUTFAH KELINCI SEBAGAI SUMBER PANGAN HEWANI DAN PRODUK LAIN BERMUTU TINGGI PLASMA NUTFAH KELINCI SEBAGAI SUMBER PANGAN HEWANI DAN PRODUK LAIN BERMUTU TINGGI YONO C. RAHARJO dan BRAM BRAHMANTIYO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 email: brahmantiyo@cbn.net.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Wonosobo Domba Wonosobo merupakan domba hasil persilangan antara domba Texel yang didatangkan pada tahun 1957 dengan Domba Ekor Tipis dan atau Domba Ekor Gemuk yang secara

Lebih terperinci

Performa Produksi Kelinci Rex, Satin dan Persilangannya

Performa Produksi Kelinci Rex, Satin dan Persilangannya Performa Produksi Kelinci Rex, Satin dan Persilangannya BRAM BRAHMANTIYO 1, Y.C. RAHARJO 1, H. MARTOJO 2 dan S.S. MANSJOER 2 1 Balai Penelitian Ternak, PO Box 221 Bogor 16002 2 Fakultas Peternakan, IPB,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih Bobot Lahir HASIL DAN PEMBAHASAN Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih Rataan dan standar deviasi bobot lahir kambing PE berdasarkan tipe kelahiran dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak kelinci mempunyai beberapa keunggulan sebagai hewan percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan penghasil daging. Selain itu kelinci

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

TINJAUAN PUSTAKA Kuda TINJAUAN PUSTAKA Kuda Kuda (Equus caballus atau Equus ferus caballus) memiliki klasifikasi ilmiah yaitu kerajaan Animalia (hewan), filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mammalia (menyusui), ordo Perissodactylater

Lebih terperinci

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VIII VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui peranan ternak babi dalam usaha penyediaan daging. Mengetahui sifat-sifat karakteristik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Kambing Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah dikenal secara luas di Indonesia. Ternak kambing memiliki potensi produktivitas yang cukup

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet

TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan Sapi Pedet 4 TINJAUAN PUSTAKA Pemeliharaan Sapi Pedet Umur 1-8 bulan sapi masih digolongkan pedet. Pada fase sapi pedet pertumbuhan mulai memasuki fase percepatan, dimana fase ini sapi akan tumbuh dengan maskimal

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK REPRODUKSI PADA KELINCI REX, SATIN, DAN REZA AKIBAT SELEKSI BERDASARKAN TOTAL BOBOT SAPIH SKRIPSI NIKEN DEWI SAVITRI

KARAKTERISTIK REPRODUKSI PADA KELINCI REX, SATIN, DAN REZA AKIBAT SELEKSI BERDASARKAN TOTAL BOBOT SAPIH SKRIPSI NIKEN DEWI SAVITRI KARAKTERISTIK REPRODUKSI PADA KELINCI REX, SATIN, DAN REZA AKIBAT SELEKSI BERDASARKAN TOTAL BOBOT SAPIH SKRIPSI NIKEN DEWI SAVITRI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kambing merupakan mamalia yang termasuk dalam ordo artiodactyla, sub ordo ruminansia, famili Bovidae, dan genus Capra atau Hemitragus (Devendra dan Burn, 1994). Kambing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Kacang Kambing Kacang, kambing Peranakan Etawa (PE) dan kambing Kejobong merupakan bangsa-bangsa kambing yang terdapat di wilayah Jawa Tengah (Dinas Peternakan Brebes

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Domba Priangan Domba adalah salah satu hewan yang banyak dipelihara oleh masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang sangat potensial untuk dikembangkan.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang

TINJAUAN PUSTAKA. penting diberbagai agro-ekosistem, karena memiliki kapasitas adaptasi yang TINJAUAN PUSTAKA SistematikaTernak Kambing Ternak kambing merupakan ruminansia kecil yang mempunyai arti besarbagi rakyat kecil yang jumlahnya sangat banyak. Ditinjau dari aspek pengembangannya ternak

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan,

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Itik Rambon Ternak unggas yang dapat dikatakan potensial sebagai penghasil telur selain ayam adalah itik. Itik memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, melihat

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Definisi Puyuh ( Coturnix Coturnix Japonica) Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan terus berkembang hingga ke penjuru dunia, dikenal dengan

Lebih terperinci

KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN SKRIPSI DWI VENTRI DAMAYANTI

KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN SKRIPSI DWI VENTRI DAMAYANTI KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN SKRIPSI DWI VENTRI DAMAYANTI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1.

TINJAUAN PUSTAKA. Rataan sifat-sifat kuantitatif domba Priangan menurut hasil penelitian Heriyadi et al. (2002) terdapat pada Tabel 1. TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Domba Priangan Domba Priangan atau lebih dikenal dengan nama domba Garut merupakan hasil persilangan dari tiga bangsa yaitu antara domba merino, domba kaapstad dan domba lokal.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba

I PENDAHULUAN. Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu sumber daya genetik asli Indonesia adalah domba Garut, domba Garut merupakan salah satu komoditas unggulan yang perlu dilestarikan sebagai sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg

TINJAUAN PUSTAKA. dunia dengan hidup yang sangat beragam dari yang terkecil antara 9 sampai 13 kg TINJAUAN PUSTAKA Asal dan Klasifikasi Ternak Kambing Kingdom Bangsa Famili Subfamili Ordo Subordo Genus Spesies : Animalia : Caprini : Bovidae :Caprinae : Artiodactyla : Ruminansia : Capra : Capra sp.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba. 1 I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ternak unggas merupakan ternak yang sangat populer di Indonesia sebagai sumber daging. Selain cita rasanya yang disukai, ternak unggas harganya relatif lebih murah dibandingkan

Lebih terperinci

SELEKSI BOBOT BADAN UMUR 10 MINGGU PADA KELINCI PERSILANGAN FLEMISH GIANT DAN REZA SKRIPSI LUSIA NINDYA GUTAMI

SELEKSI BOBOT BADAN UMUR 10 MINGGU PADA KELINCI PERSILANGAN FLEMISH GIANT DAN REZA SKRIPSI LUSIA NINDYA GUTAMI SELEKSI BOBOT BADAN UMUR 10 MINGGU PADA KELINCI PERSILANGAN FLEMISH GIANT DAN REZA SKRIPSI LUSIA NINDYA GUTAMI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT P a g e 1 MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT TERNAK DOMBA POTONG EKOR GEMUK (DEG) DAN DOMBA EKOR TIPIS (DET )DI INDONESIA UNTUK SIFAT PRODUKSI DAGING MELALUI

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998).

KAJIAN KEPUSTAKAAN. (tekstil) khusus untuk domba pengahasil bulu (wol) (Cahyono, 1998). II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Deskripsi Domba Domba merupakan jenis ternak potong yang tergolong ternak ruminansia kecil, hewan pemamah biak dan merupakan hewan mamalia. Disamping sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing

TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing TINJAUAN PUSTAKA Klasifkasi Kambing Kambing diklasifikasikan ke dalam kerajaan Animalia; filum Chordata; subfilum Vertebrata; kelas Mammalia; ordo Artiodactyla; sub-ordo Ruminantia; familia Bovidae; sub-familia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kegiatan seleksi famili yang dilakukan telah menghasilkan dua generasi yang merupakan kombinasi pasangan induk dari sepuluh strain ikan nila, yaitu TG6, GIFT F2 dan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEMBIBITAN KELINCI DI PEDESAAN DALAM MENUNJANG POTENSI DAN PROSPEK AGRIBISNIS KELINCI

PENGEMBANGAN PEMBIBITAN KELINCI DI PEDESAAN DALAM MENUNJANG POTENSI DAN PROSPEK AGRIBISNIS KELINCI PENGEMBANGAN PEMBIBITAN KELINCI DI PEDESAAN DALAM MENUNJANG POTENSI DAN PROSPEK AGRIBISNIS KELINCI BRAM BRAHMANTIYO DAN Y.C. RAHARJO Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 Email: brahmantiyo@cbn.net.id

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kelinci merupakan salah satu komoditas ternak yang mempunyai

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kelinci merupakan salah satu komoditas ternak yang mempunyai PENDAHULUAN Latar Belakang Kelinci merupakan salah satu komoditas ternak yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan, baik sebagai usaha sambilan untuk menambah penghasilan, maupun sebagai usaha komersial.

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar

PENDAHULUAN. terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang pertama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Kelinci Kelinci (Oryctologus cuniculus) diklasifikasikan dengan dunia Animalia, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Legomorpha, famili Leporidae,genus Oryctologus dan spesies

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari

I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari 1 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Susu merupakan salah satu hasil ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Ketersediaan susu sebagai salah satu bahan pangan untuk manusia menjadi hal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Domba Lokal Domba lokal dapat didefinisikan sebagai domba hasil perkawinan murni atau silangan yang mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi iklim tropis dan diketahui sangat produktif

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

PEMBAHASAN UMUM. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 79 PEMBAHASAN UMUM Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kuda di Sulawesi Utara telah dikenal sejak lama dimana pemanfatan ternak ini hampir dapat dijumpai di seluruh daerah sebagai ternak tunggangan, menarik

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum BBPTU-HPT Baturraden Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden merupakan pusat pembibitan sapi perah nasional yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus. Sapi potong adalah sapi yang dibudidayakan untuk diambil dagingnya atau dikonsumsi. Sapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Potensi Ternak Kelinci Konsumsi daging kelinci di Indonesia dimasa mendatang diprediksikan akan meningkat. Hal tersebut disebabkan meningkatnya jumlah penduduk dan berkurangnya

Lebih terperinci

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis

lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua famili, yakni Ochtonidae (jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah kelinci Menurut Kartadisatra (2011) kelinci merupakan hewan mamalia dari family Leporidae yang dapat ditemukan di banyak bagian permukaan bumi. Dulunya, hewan ini adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba  Domba Lokal Indonesia Domba Ekor Tipis TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Domba Menurut Tomaszewska et al. (1993) domba berasal dari Asia, yang terdiri atas 40 varietas. Domba-domba tersebut menyebar hampir di setiap negara. Ternak domba merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5 TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci domestik (Oryctolagus cuniculus) merupakan keturunan dari kelinci liar Eropa yang berasal dari negara sekitar Laut Mediterania dan dibawa ke Inggris pada awal abad 12 (NRC,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kambing Kacang Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang cukup banyak dan tersebar luas di wilayah pedesaan. Menurut Murtidjo (1993), kambing Kacang memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan antara lain karena pertumbuhannya yang cepat, konversi ransum yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keunggulan antara lain karena pertumbuhannya yang cepat, konversi ransum yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Babi Ternak babi adalah ternak monogastrik penghasil daging yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi masyarakat. Hal

Lebih terperinci

INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera

INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera INJAUAN PUSTAKA Domba Komposit Sumatera Domba Sumatera merupakan domba asli yang terdapat di daerah Sumetera Utara. Domba ini termasuk jenis domba ekor tipis dan merupakan jenis penghasil daging walaupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Peranakan Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki komposisi darah kambing

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan Keadaan hewan pada awal penelitian dalam keadaan sehat. Sapi yang dimiliki oleh rumah potong hewan berasal dari feedlot milik sendiri yang sistem pemeriksaan kesehatannya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Lokal di Indonesia Menurut Hardjosubroto (1994) bahwa sapi potong asli indonesia adalah sapi-sapi potong yang sejak dulu sudah terdapat di Indonesia, sedangkan sapi lokal

Lebih terperinci

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011)

Gambar 1. Grafik Populasi Sapi Perah Nasional Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (2011) TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan Produksi Susu Sapi Perah Nasional Industri persusuan sapi perah nasional mulai berkembang pesat sejak awal tahun 1980. Saat itu, pemerintah mulai melakukan berbagai usaha

Lebih terperinci

Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005 Metode pengukuran karakteristik Reproduksi (selang beranak, lama bunting, jumlah anak

Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005 Metode pengukuran karakteristik Reproduksi (selang beranak, lama bunting, jumlah anak Prosiding'femu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005 METODE PENGUKURAN KARAKTERISTIK TERNAK KELINCI DEDI MUSLIH, WAYAN PASEK DAN ROSUARTINI Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box. 221 Bogor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White (NZW) bukan berasal dari New Zealand, tetapi dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. dibedakan dari bangsa lain meskipun masih dalam spesies. bangsa sapi memiliki keunggulan dan kekurangan yang kadang-kadang dapat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keragaman Bangsa Sapi Lokal Bangsa (breed) adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tersebut, suatu bangsa dapat dibedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Babi domestik (Sus scrofa) merupakan hewan ternak yang dikembangbiakkan dengan tujuan utama untuk menghasilkan daging. Menurut Sihombing (2006), daging babi sangat digemari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Burung puyuh (Coturnix coturnix japonica) merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek. Burung ini merupakan burung liar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ternak Kambing Kambing adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak dipelihara oleh peternakan rakyat dan merupakan salah satu komoditas kekayaan plasma nutfah (Batubara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang

II. TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi. Pembentukan Kabupaten Kuantan Singingi didasari dengan Undang-undang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Kabupaten Kuantan Singingi Kabupaten Kuantan Singingi adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Riau, hasil pemekaran dari Kabupaten induknya yaitu Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur

I PENDAHULUAN. sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puyuh merupakan salah satu jenis ternak unggas yang dikembangkan sebagai alternatif sumber protein hewanidi masyarakat baik sebagai penghasil telur maupun daging. Sejak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ayam Jantan Tipe Medium Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping (by product) berupa anak ayam jantan petelur. Biasanya, satu hari setelah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban

TINJAUAN PUSTAKA Kurban Ketentuan Hewan Kurban TINJAUAN PUSTAKA Kurban Menurut istilah, kurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah baik berupa hewan sembelihan maupun yang lainnya (Anis, 1972). Kurban hukumnya sunnah,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan

PENDAHULUAN. prolifik (dapat beranak lebih dari satu ekor dalam satu siklus kelahiran) dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba mempunyai arti penting bagi kehidupan dan kesejahteraan manusia karena dapat menghasilkan daging, wool, dan lain sebagainya. Prospek domba sangat menjanjikan untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Domba

TINJAUAN PUSTAKA. Domba TINJAUAN PUSTAKA Domba Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal-hal tertentu, diantaranya berdasarkan perbandingan banyak daging atau wol, ada tidaknya tanduk atau berdasarkan asal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan merupakan indikator terpenting dalam meningkatkan nilai ekonomi untuk budidaya sapi pedaging. Sapi Pesisir dan sapi Simmental merupakan salah satu jenis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KambingKacang Kambing Kacang merupakan salah satu kambing lokal di Indonesia dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh yang relatif kecil,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. murni yang masih sedikit dan wawasan peternak masih sangat minim dalam 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Lokal Ayam lokal di Indonesia telah lama dikembangkan oleh masyarakat Indonesia dan biasanya sering disebut dengan ayam buras. Ayam buras di Indonesia memiliki perkembangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795. Walaupun demikian semuanya termasuk dalam genus Bos dari famili Bovidae (Murwanto, 2008).

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang

PENDAHULUAN. Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas. Kelompok Ternak Palasidin sebagai Villa Breeding Center yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia kecil dan termasuk komoditas penghasil daging. Domba memiliki keuunggulan diantaranya yaitu memiliki daya adaptasi yang baik terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Babi Babi adalah binatang yang dipelihara dari dahulu, dibudidayakan, dan diternakkan untuk tujuan tertentu utamanya untuk memenuhi kebutuhan akan daging atau

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi

KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan. Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil estimasi heritabilitas calving interval dengan menggunakan korelasi saudara tiri dan regresi anak-induk berturut turut 0,60±0,54 dan 0,28±0,52. Nilai estimasi heritabilitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan merupakan bagian penting dari sektor pertanian dalam sistem pangan nasional. Industri peternakan memiliki peran sebagai penyedia komoditas pangan hewani. Sapi

Lebih terperinci