BAB III KWH METER SEBAGAI ALAT UKUR ENERGI LISTRIK. dan ampermeter. Jika V volt yang ditunjukkan oleh voltmeter dan I amper yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KWH METER SEBAGAI ALAT UKUR ENERGI LISTRIK. dan ampermeter. Jika V volt yang ditunjukkan oleh voltmeter dan I amper yang"

Transkripsi

1 BAB III KWH METER SEBAGAI ALAT UKUR ENERGI LISTRIK 3.1. Pengukuran Daya Dan Energi Listrik Daya dalam rangkaian arus searah dapat diukur dengan bantuan voltmeter dan ampermeter. Jika V volt yang ditunjukkan oleh voltmeter dan I amper yang ditunjukkan oleh ampermeter, maka daya P pada rangkaian tersebut adalah : P = V x I (watt) (3.1). Tetapi pada rangkaian arus bolak-balik dayanya dinyatakan oleh persamaan : P = V x I x Cos (watt)...(3.2). dimana V dan I adalah harga effektif dari tegangan dan arus, sedangkan adalah beda sudut fasa antara tegangan V dengan arus I. Daya pada persamaan (3.2) adalah daya nyata dengan satuan watt, daya yang dinyatakan oleh persamaan (3.1) adalah daya buta dengan satuan VA. Seperti kita ketahui, cos adalah faktor daya dari rangkaian arus bolakbalik yang didifinisikan sebagai perbandingan antara daya nyata dengan daya buta. Oleh karena adanya faktor daya inilah maka Wattmeter dipakai untuk mengukur daya dalam rangkaian arus bolak-balik, karena metoda voltmeter dan ampermeter tidak dapat mengukur faktor daya. Sedangkan energi adalah hasil perkalian dari daya dan waktu, maka : Energi = daya x waktu = V x I x t.. (3.3) 30

2 Jika V dalam volt, I dalam amper dan t dalam detik maka satuan energi adalah joule atau watt-detik. Jika satuan waktu dalam jam, maka energi dalam watt-jam, tetapi di dalam praktek satuan watt-jam ini relatif kecil, maka dalam keadaan normal kita pakai satuan Kilo-watt-jam atau disingkat KWH, artinya energi yang digunakan adalah daya rata-rata yang disalurkan sama dengan 1000 watt selama satu jam. Jadi pada dasarnya pengukuran energi adalah pengukuran daya untuk jangka waktu tertentu, maka kwh meter juga disebut alat ukur intergrasi yang dipakai untuk mengukur banyaknya energi yang telah digunakan pada suatu rangkaian beban untuk jangka waktu tertentu Pengukuran Daya Satu Phasa. Kejadian yang umum pada sistem arus bolak-balik adalah suatu tegangan sesaat V = V m Sin t, menghasilkan arus sesaat i = I m Sin (t - ), dimana adalah beda sudut fasa antara tegangan dan arus. Untuk kejadian arus ketinggalan tegangan seperti pada gambar 3.1, diperoleh : Daya sesaat : p = v. i = V m Sin t. I m Sin (t - ) = V m. I m Sin t. Sin (t -) 31

3 maka daya rata-rata : P = V I Sint.Sin t - 0 m m dt P = V m I m Cos t - Cos (2t -) dt 2 = V m I m Sin (2t - Cos - 4 t = V m I m 2 Cos = V. I. Cos dimana : V = V m 2 = tegangan effektif I = I m 2 = arus effektif Gambar 3.1. Kurva arus dan tegangan 32

4 Dari persamaan diatas terlihat bahwa suatu wattmeter satu fasa dapat langsung mengukur daya yang diserap beban, karena semua besaran tegangan, arus dan cos sudah tercakup di dalamnya. Rangkaian pengukuran dengan wattmeter satu fasa seperti gambar 3.2 di bawah ini. Gambar 3.2. Rangkaian pengukuran dengan wattmeter satu fasa Pengukuran Daya Tiga Phasa Sistem pengukuran Sistem tiga fasa dapat terdiri dari tiga kawat fasa atau empat kawat R,S,T,N. Pengukuran daya dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain : a. Pengukuran dengan satu wattmeter tiga fasa Pada sistem pengukuran seperti ini besarnya daya tiga fasa langsung dapat dibaca pada wattmeter. Sistem rangkaian dalam wattméter tiga fasa ini pada dasarnya memakai sistem Aron atau penjumlahan tiga wattmeter satu fasa. b. Pengukuran dengan voltmeter, ampermeter dan Cos meter. Pengukuran seperti ini hanya dapat dilakukan khusus untuk daya yang seimbang saja, karena pada dasarnya adalah sistem pengukuran daya satu fasa. 33

5 c. Pengukuran dengan tiga wattmeter satu fasa. Sistem pengukuran ini dapat dilakukan untuk tiga kawat atau empat kawat. Pada sistem tiga kawat dipakai bantuan titik normal buatan. Gambar rangkaian pengukuran ini seperti gambar 3.3, di bawah ini : Gambar 3.3. Pengukuran daya tiga fasa, tiga kawat dengan tiga buah wattmeter. Titik c adalah titik netral buatan. Dengan mengambil ketiga wattmeter tersebut indentik dapat diharapkan tegangan netral buatan c sama dengah netral aslinya N. Dari gambar 3.3 terlihat bahwa wattmeter 1, 2 dan 3 masing-masing mengukur data di fasa 1, 2 dan 3. Daya yang diukur oleh masing-masing wattmeter adalah : P 1 = V 1. i 1 P 2 = V 2. i 2 P 3 = V 3. i 3 34

6 sedangkan daya yang diserap oleh masing-masing fasa pada beban adalah : P 1 = V 1. i 1 P 2 = V 2. i 2 P 3 = V 3. i 3 misalkan terjadi beda tegangan antara titik c dan N sebesar v maka : P 1 = (V 1 v). i 1 P 2 = (V 2 v). i 2 P 3 = (V 3 v). i 3 Jadi : P 1 + P 2 + P 3 = V 1 i 1 + V 2 i 2 + V 3 i 3 v(i 1 + i 2 + i 3 ) Berdasarkan hukum Kirrchoff : i 1 + i 2 + i 3 = 0, maka : P 1 + P 2 + P 3 = V 1 i 1 + V 2 i 2 + V 3 i 3 = P 1 + P 2 + P 3 = P 3 phasa (3.4) Untuk sistem empat kawat, rangkaian seperti Gbr. 3.4 di bawah ini : Gambar 3.4. Pengukuran daya tiga fasa, empat kawat dengan tiga buah wattmeter. 35

7 Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa dalam keadaan seimbang tegangan c sama dengan N sehingga v = 0, maka dengan jalan yang sama didapat : P3 = P 1 + P 2 + P 3 = V 1 i 1 + V 2 i 2 + V 3 i 3. (3.5) d. Pengukuran dengan dua buah wattmeter satu fasa. Metode ini lazim disebut metoda ARON, dimana tegangan yang diambil kedua wattmeter adalah tegangan fasa-fasa. Di bawah ini akan diuraikan untuk hubungan beban Y dan. Hubungan bintang (Y) seperti gambar 3.5 di bawah ini : Gambar 3.5. Pengukuran metoda ARON hubungan bintang. Dari gambar di atas terlihat bahwa daya yang diukur oleh masing-masing wattmeter : Hukum Kirchoff untuk arus : i 1 + i 2 + i 3 = 0, maka i 3 = - (i 1 + i 2 )... (3.7) 36

8 Substitusi (3.7) ke (3.6) didapat P 1 + P 2 = V 1 i 1 + V 2 i 2 + V 3 i 3 = P 3... (3.8) Untuk hubungan delta () seperti gambar 3.6 dibawah ini Gambar 3.6. Pengukuran metoda ARON hubungan delta. Daya yang diukur oleh masing-masing wattmeter. : P 1 = - V 3 (i 1 - i 3 ) P 2 = V 2 (i 2 - i 1 ) P 1 + P 2 = - V 3 (i 1 - i 3 ) + V 2 (i 2 - i 1 ) = V 3 i 3 + V 2 i 2 -i 1 (V 2 + V 3 )... (3.9) Berdasarkan hukum Kirchoff untuk tegangan : V 1 + V 2 + V 3 = 0, maka V 1 = - (V 2 + V 3 ).(3.10) 37

9 Substitusi (3.10) ke (3.9) didapat P 3 = P 1 + p 2 = V 3 i 3 + V 2 i 2 + V 1 i 1... (3.11) Pengaruh Cos terhadap pengukuran Pengukuran cara ARON lebih effisien, karena hanya memerlukan dua buah wattmeter satu fasa. Tetapi diperlukan ketelitian dalam merangkai, khususnya polaritas arus dan tegangan. Karena bila salah dalam merangkai kemungkinan akan terjadi kesalahan pengukuran. Untuk lebih jelas lihat diagram vektor seperti pada gambar 3.7 di bawah ini : Gambar 3.7. Diagram vektor metoda ARON Untuk sistem seimbang, tegangan V 1 = V 2 = V 3 = v, tegangan fasa-fasa, V 12 = V 23 = V 31 = 3. V dan arus I 1 = I 2 = I 3 = I, faktor kerja = cos. Berdasarkan diagram vector diatas dan gambar 3.5 didapat bahwa wattmeter P 1 mengukur arus I I dan tegangan V 13 dan wattmeter P 2 mengukur arus 1 2 dan 38

10 tegangan V 23. Sedangkan sudut antara I I dan V 13 = dan sudut antara I 2 dan V 23 = , maka : P 1 = V 13. I 1. Cos (30 - ) = 3 V. I. Cos ( 30 - )... (3.12) dan P 2 = V 23. I 2. Cos ( ) = 3 V. I. Cos ( )... (3.13) jumlah P 1 + P 2 = V 23.V. I [Cos ( ) + cos ( )] = 3 V. I. cos..(3.14) jadi daya total P 3 = P 1 + P 2 = 3 V. I. Cos selisih P 1 - P 2 = 3 V. I [cos ( ) - Cos ( )] = 3 V. I. Sin (3.15) Maka : P1 P 1 P2 P 2 = 3 V. I.Sin 3V. I.Sin tan 3 tan = P1 P 3 P1 P

11 Jadi = arc tan P1 P 3 P1 P 2 2 (3.16) * Untuk cos = 1 atau = 0 0, maka : 0 P 1 = 3 V. I. cos (30 ) = 0 3 V. I. cos 30 3 = V. I 2 0 P 2 = 3 V. I. cos (30 ) = 0 3 V. I. cos 30 3 = V. I 2 Jadi daya tiga phasa P 30 = P 1 + P = V. I V. I 2 2 = 3 V. I * Untuk cos = 0,5 atau = 60 0, maka : 0 P 1 = 3 V. I. cos (30 ) = 3 V. I.cos ( ) 3 = V. I 2 0 P 2 = 3 V. I. cos (30 ) = 3 V. I. cos ( ) = 0 40

12 Jadi daya tiga phasa P 30 = P 1 + P 2 3 = V. I = V. I 2 Dari analisis tersebut diatas terlihat bahwa salah satu wattmeter akan menunjuk nol pada cos = 0,5. Pengukuran Energi Metode pengukuran energi pada dasarnya adalah sama dengan metode pengukuran daya, baik untuk satu fasa maupun tiga fasa.. Bila daya yang diukur dengan wattmeter konstan sepanjang waktu pengukuran, maka energi yang disalurkan merupakan hasil kali dari daya yang ditunjukan wattmeter dengan lamanya waktu pengukuran. Tetapi pada umumnya daya yang diukur selalu berubah-ubah, sehingga wattmeter tidak dapat dipakai untuk mengukur besarnya energi yang telah disalurkan. Untuk itu harus dipakai alat ukur intergrasi yaitu meter KWH yang dapat mencatat besarnya daya yang diserap beban setiap saat. Jika pencatatan meter KWH itu benar, jumlah putaran piringan atau rotor harus sebanding dengan energi, atau N = C 1. W..(3.17) Dimana : N = jumlah putaran piringan meter KWH W = besarnya energi yang disalurkan ke beban C 1 = konstanta 41

13 Daya sesaat pada suatu rangkaian arus bolak-balik dimana energi disalurkan dinyatakan oleh persamaan : p (t) = dw... (3.18) dt Sebaliknya, energi adalah intergral terhadap waktu dari daya t W = 0 p( t). dt. (3.19) Daya nyata, P adalah harga rata-rata dari daya sesaat p (t), bila harga ratarata diambil pada satu periode T dari frekuensi dasarnya, maka : P = T 1 T 0 p( t). dt. (3.20) Umumnya, energi adalah sebanding dengan intergral terhadap waktu dari daya sesaat, p (t) atau daya nyata, P (t), karena di dalam praktek daya adalah berubah-ubah terhadap waktu, karena itu : t W = 0 p (t). dt..(3.21) dengan substitusi (3.21), ke (3.17), didapat : t N = C 1 0 P (t). dt (3.22) 42

14 Untuk suatu beban yang tetap atau daya nyata, P konstan, energi adalah sebanding dengan waktu, atau W = P. t Jadi : N = C 1. P. t..(3.23) Dari persamaan (3.23) dapat dilihat bahwa jumlah putaran piringan suatu meter KWH adalah sebanding dengan daya dan waktu. 3.2 Kesalahan Pengukuran Pengertian kesalahan Keakuratan dan ke presisian suatu alat sangat tergantung pada desain, material dan kemampuan orang membuat alat ukur tersebut. Masalah yang diutamakan pada alat ukur adalah keakuratan, makin tinggi nilai akurat suatu alat makin baik alat tersebut. Akan tetapi makin akurat suatu alat makin mahal harga pembuatannya. Hal ini karena diperlukan suatu desain, material dan kemampuan pembuat yang tinggi. Sehingga bila dinilai harganya sangat mahal dan tidak ekonomis. Oleh karena itu pabrik pembuat memberikan suatu garansi terhadap nilai keakuratan suatu alat. Perbedaan harga benar dengan harga pengukuran dinyatakan sebagai kesalahan. Sebenarnya dalam suatu pengukuran nilai kesalahan tidak sangat berarti, karena belum menyatakan tingkat keberhasilan suatu pengukuran. Harga yang paling penting adalah perbandingan nilai kesalahan tersebut terhadap nilai 43

15 sebenarnya. Untuk kwh meter kesalahannya dinyatakan dalam prosentase yang dirumuskan sebagai berikut : Prosentase kesalahan = W W m W s s x 100 % dimana : W m = Energi yang dicatat oleh meter W s = Energi sebenarnya Macam kesalahan Dalam suatu pengukuran tidak dapat dihindari adanya kesalahan, akan tetapi harus diusahakan nilai kesalahan tersebut sekecil mungkin. Studi masalah kesalahan ini penting artinya, khususnya untuk pengukuran energi listrik. Penjelasan mengenai kesalahan ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut : - Kesalahan Sistematik - Kesalahan Random. Kesalahan Sistematik Kesalahan sistematik dapat dibagi dalam dua katagori yaitu kesalahan alat dan kesalahan lingkungan. Kesalahan alat dapat disebabkan konfigurasi mekanik, konstruksi, kalibrasi, umur pengoperasian alat ukur dan lain-lain. Kesalahan alat ini dapat dikurangi dengan jalan : a. Memilih peralatan yang sesuai dengan macam pengukuran yang akan dilakukan. b. Kalibrasi alat terhadap standar secara periodik. 44

16 Kesalahan lingkungan merupakan kesalahan diluar alat yang disebabkan antara lain panas, tekanan, kelembaban, vibrasi, polusi, medan magnit, medan listrik dan lain-lain. Kesalahan Random Semua kesalahan yang tidak diketahui penyebabnya dinamakan kesalahan Random. Suatu desain pengukuran yang baik dapat mengurangi kesalahan ini, tetapi juga harus ditunjang oleh ketrampilan pelaksana dan bekerja berdasarkan standard yang berlaku. Batas kesalahan Bila kwh meter dalam kondisi acuan seperti tersebut pada lampiran A kesalahan prosentase tidak boleh melebihi batas seperti tersebut pada tabel 3.1 dan 3.2 untuk masing-masing kelas. 45

17 Tabel 3.1 Batas kesalahan prosentase (Meter fasa tunggal dan meter fasa tiga dengan beban seimbang) NO BESAR ARUS FAKTOR DAYA BATAS KESALAHAN METER KELAS ( % ) 0, ,05 I d 1 + 1,0 + 1,5 + 2,5 2 Dari 0,1 I d sampai I m 1 + 0,5 + 1,0 + 2,5 3 0,1 I d 0,5 lag 0,8 lead + 1,3 + 1,3 + 1,5 + 1,5 + 2,5 4 Dari 0,2 I d sampai I m 0,5 lag 0,8 lead + 0,8 + 0,8 + 1,0 + 1,0 + 2,0 Keterangan : I d = Arus dasar. I m = Arus maksimum 46

18 Tabel 3.2 Batas Kesalahan Prosentase (Motor tiga phasa hanya dibebani satu phasa dengan rangkaian tegangan mendapat tegangan yang seimbang) BATAS KESALAHAN METER NO BESAR ARUS FAKTOR DAYA KELAS ( % ) 0, Dari 0,2 I d sampai I d 1 + 1,5 + 2,0 + 3,0 2 0,5 I d 0,5 lag + 1,5 + 1,0 3 I d 0,5 lag + 1,5 + 2,0 + 3,0 4 Dari I d sampai I m 1 0,8 lead + 4,0 Beda kesalahan prosentase antara meter dibebani 1 fasa, arus dasar, faktor daya 1 dengan meter dibebani 3 fasa, arus dasar, faktor daya 1, tidak boleh lebih besar dari 1%, 1,5 % dan 2,5 % berturut-turut untuk meter kelas 0,5, 1 dan 2. Batas-batas kesalahan prosentase yang dipergunakan dalam peneraan untuk masing-masing kelas adalah seperti tersebut pada tabel

19 Tabel 3.3 Batas kesalahan prosentase yang diijinkan BATAS KESALAHAN METER NO BESAR ARUS FAKTOR DAYA KELAS ( % ) 0, % I d 1 + 0,5 + 1,0 + 2, % I d 0,5 lag + 0,8 + 1,0 + 2,0 3 50% I d 1 + 0,5 + 1,0 + 2,0 4 50% I d 0,5 lag + 0,8 + 1,0 + 2,0 5 10% I d 1 + 0,5 + 1,0 + 2,0 6 5% I d 1 + 1,0 + 1,5 + 2,5 Jika ternyata kesalahannya melebihi batas yang diijinkan tabel 3.3, maka harus dilakukan penyetelan yaitu : a) Pada arus 100% Id, factor daya 1 penyetelan dilakukan dengan mengatur shunt magnetis rem magnet. b) Pada arus 100% Id, factor daya 0,5 penyetelan dilakukan dengan mengubah kedudukan alat penyetel factor daya. c) Untuk beban 5% Id factor daya 1 penyetelan dilakukan pada alat 48

20 penyetelan beban rendah. Catatan : - Untuk kwh meter yang mempunyai arus maksimum disamping arus dasar penandaan pada papan meter adalah 5/20A, 5A adalah arus dasar (Id), 20A adalah batas maksimum (I maks) yang diperbolehkan. - Kalibrasi pada arus maksimum ini harus dilakukan dengan cara mengalirkan arus maksimum pada setiap kumparan arus dan memberikan tegangan acuan pada setiap kumparan tegangan, baik factor daya 1, maupun 0.5 induktif dan kapasitif (hanya untuk meter tiga phasa). 3.3 Persyaratan KWH Meter KWH Meter sebagai alat ukur listrik yang dipasang di tempat konsumen tentu akan mendapat perlakuan, situasi dan kondisi yang berbeda-beda, maka selain meter harus memenuhi ketelitian sesuai dengan kelasnya juga harus memenuhi beberapa persyaratan lainnya demi keselamatan manusia dan peralatan itu sendiri. Persyaratan tersebut antara lain : Persyaratan konstruksi Persyaratan elektrik Persyaratan Konstruksi KWH Meter harus didesain untuk kondisi iklim seperti yang tercantum pada Publikasi IEC 521 (1976) dan harus memperhatikan kondisi spesifik di Indonesia, sebagai berikut : 49

21 a. Secara geografis dekat pantai dan terletak pada daerah ekuator (iklim tropis). b. Keadaan udara sebagian rnengandung uap garam dengan kelembaban nisbi antara 70 % sampai 95 %. c. Suhu udara rata-rata harian sepanjang tahun 26 0 C. Sehingga semua bagian dari meter harus tahan terhadap korosi dan oksidasi dalam kondisi kerja normal dan mempunyai kekuatan mekanis yang cukup serta ketahanan terhadap suhu abnormal yang mungkin terjadi. Selain itu motor harus didesain dan dibuat sedemikian sehingga dalam penggunaan normal tidak membahayakan manusia, khususnya terhadap bahaya listrik, suhu yang tinggi dan loncatan api Persyaratan Elektrik Rugi-Rugi Daya Rugi daya tiap rangkaian tegangan pada tegangan, frekwensi dan suhu acuan tidak boleh melampui nilai tercantum pada tabel 3.4. Rugi daya tiap rangkaian arus pada arus dasar, frekwensi dan suhu acuan tidak boleh melampui nilai yang tercantum pada tabel

22 Tabel 3.4 Rugi daya pada rangkaian tegangan METER KWH KELAS METER 0,5 dan 1 2 Fasa tunggal 3 W dan 12 VA 2 W dan 8 VA Fasa tunggal 3 W dan 12 VA 2 W dan 8 VA Tabel 3.5 Rugi daya pada rangkaian arus METER KWH KELAS METER 0,5 1 2 Fasa tunggal dan fasa banyak 6,0 VA 4,0 VA 2,5 VA Kenaikan Suhu Pada kondisi pemakaian normal, suhu kumparan dan isolasi tidak boleh mencapai nilai sedemikian sehingga menimbulkan pengaruh negatif terhadap kerja meter. Kuat Dielektrik KWH Meter beserta peralatan bantunya dalam keadaan pemakaian normal (dengan memperhitungkan pula pengaruh cuaca), harus mempunyai sifat 51

23 dielektrik yang cukup pada tegangan yang.berbeda. Untuk itu meter harus lulus pengujian tegangan tinggi. Pengujian tersebut dilaksanakan secara berurutan sebagai berikut : a. Pengujian tegangan impuls (1,2/50 (s) dengan nilai puncak 6 KV b. Pengujian tegangan tinggi bolak-balik sinus 50 Hz selama 1 menit, seperti tersebut pada lampiran B. Selama pengujian tidak boleh terjadi tembus tegangan, loncatan api, pelepasan yang kontinu. Sesudah pengujian tegangan tinggi kesalahan meter tidak boleh melebihi ketidak pastian pengukuran meter sesuai kelasnya Syarat Pemasangan KWH Meter Cara pemasangan Meter harus dipasang dengan posisi tegak. Meter harus dipasang di tempat yang terlindung dari sengatan sinar matahari dan air hujan. Syarat ini harus dipenuhi juga bila meter dipasang di dinding bagian luar bangunan, dengan memperhitungkan kemiringan jatuh air hujan 45 0, seperti terlihat pada contoh dalam gambar 3.8. KWH Meter harus dipasang sedemikian hingga petugas pencatat mudah mencapainya dan dapat membaca angka register dengan jelas. Penyambungan kawat instalasi listrik pada kwh meter harus diperiksa dengan cermat, untuk menghindarkan penyambungan yang tidak baik. Bila meter harus ditempatkan di suatu lokasi dekat dengan mesin, maka amplitudo getaran yang dialami meter tidak boleh lebih dari 0,15 mm 52

24 pada frekwensi getaran tidak lebih dari 55 Hz. Lokasi meter harus dihindarkan dari tempat-tempat yang banyak debu, berasap, mengandung gas kimia yang korosif dan suhu yang melebihi 40 0 C. Meter yang dipasang pada bangunan di tepi pantai, harus berada paling dekat 20 meter dari garis partai. Gambar 3.8. Perlindungan kwh Meter Cara pengawatan Cara pengawatan KWH meter dibedakan menurut jumlah elemennya : KWH Meter fasa tunggal, 2 kawat mempunyai 1 elemen KWH Meter fasa tiga, 3 kawat mempunyai 2 elemen KWH Meter fasa tiga, 4 kawat mempunyai 3 elemen 53

25 Diagram rangkaian dan cara penyambungan, dapat dilihat pada gambar 3.9 sampai dengan Gambar 3.9. Diagram pengawatan meter KWH fasa tunggal 2 kawat sambungan langsung. Gambar Diagram pengawatan meter KWH fasa tiga 4 kawat sambungan langsung. 54

26 Gambar Diagram pengawatan meter KWH fasa tiga 4 kawat sambungan melalui trafo arus, tarif tunggal. Gambar Diagram pengawatan meter KWH fasa tiga 3 kawat sambungan melalui trafo tegangan dan trafo arus tarif tunggal. 55

27 3.5 Peneraan KWH Meter Kalibrasi instrumen ukur energi listrik untuk pelanggan dilaksanakan di kamar uji sedangkan pengujian lapangan hanya dilakukan untuk memeriksa kemungkinan terjadinya penyipanga dari kerja instrument ukur tersebut, setelah dipasang pada instalasinya. Pengujian lapangan dapat dilaksanakan khusus untuk instrument ukur listrik yang terpasang di pusat pembangkit / gardu induk. Menera kwh meter pada dasarnya adalah membandingkan meter tersebut dengan kwh meter standar yang derajat ketelitiannya sudah diketahui atau membandingkan dengan besaran tertentu dari hasil perhitungan. Tujuan peneraan adalah pertama untuk mengetahui apakah suatu meter bekerja dengan baik dan benar, kedua membuat kesalahan prosentasenya dalam batas-batas yang diizinkan oleh standard yang berlaku. Sehingga dengan peneraan ini dapat diketahui dengan pasti derajat ketelitian kwh meter tersebut. Derajat ketelitian kwh meter ini ditentukan oleh besarnya kesalahan dibandingkan dengan standar atau dengan besaran tertentu pada peneraan Cara Peneraan Ada dua cara dalam melaksanakan peneraan kwh meter, yaitu : Peneraan dengan menggunakan kwh meter standar Peneraan dengan wattmeter dan stopwatch Peneraan Dengan Menggunakan KWH Meter Standar Pada peneraan dengan cara ini yaitu dengan membandingkan kwh meter 56

28 yang ditera dengan kwh meter standar yang telah diketahui derajat ketelitiannya. Kedua kwh meter dihubung seri pada suatu rangkaian beban, sehingga arus yang mengalir indentik dan dalam waktu yang sama. Gambar 3.13.Rangkaian peneraan. Keterangan gambar : W 1 = kwh meter standar W 2 = kwh meter yang ditera. Misalkan : c 1 = konstanta kwh meter standar n 1 = jumlah putaran kwh meter standar c 2 = konstanta kwh meter yang ditera n 2 = jumlah putaran kwh meter yang ditera. Maka jika kwh meter itu tidak mempunyai kesalahan dibandingkan dengan kwh meter standar, akan didapat n1 c 1 n c 2 2, menyatakan jumlah kwh yang dicatat selama jangka waktu untuk n putaran itu. Tetapi jika kwh meter yang ditera itu mempunyai kesalahan, 57

29 maka : n1 tidak sama dengan 2 c1 c2 n. Sehingga kesalahan dari kwh meter yang ditera tersebut dapat dinyatakan dengan persamaan dibawah ini : S = n / c n / c 2 2 ) n 1 / c x100% = n2 / c2 ( n1 / c1) 1 x100 % Peneraan Dengan Wattmeter dan Stopwatch Menentukan kesalahan kwh meter dengan membandingkannya terhadap wattmeter dan pengukur waktu (stop watch) sebagai standar (cara mutlak). Jumlah energi yang dicatat oleh kwh meter pada n putaran piringan adalah n kwh, c dimana c adalah konstanta meter (put/kwh). Nilai kwh sebenarnya adalah perkalian dari daya (W) yang ditunjukan oleh wattmeter dengan waktu (. t) yang diperlukan untuk n putaran piringan, dan t ini ditunjukan oleh stop watch. Jika kwh meter tanpa kesalahan maka waktu yang diperlukan untuk n putaran adalah disebut t dasar (t d ), t d ini sebanding dengan jumlah kwh yang dicatat meter dan besarnya dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini : W = V. I. Cos 58

30 n c V.I.Cos. td Catatan : 1 kwh = 1000 Wh 1 jam = 3600 detik Jadi : n t d =, untuk kwh meter fasa tunggal c. V. I. Cos n t d =, untuk kwh meter fasa tiga. 3. c. V. I. Cos dimana : n = jumlah putaran t d = waktu dalam detik V = tegangan fasa-fasa untuk meter fasa tiga c = konstanta meter (put/kwh). Jika kwh meter itu mempunyai kesalahan, maka waktu yang diperlukan untuk n putaran adalah t detik, yang besarnya tidak sama dengan t d hasil perhitungan. Besarnya t adalah hasil penunjukkan stopwatch, sehingga kesalahan prosentasenya adalah sebagai berikut : t S = d t x 100 % t 59

31 3.5.2 Alat-Alat Penyetelan Pada kwh Meter Setiap kwh meter fasa tunggal atau fasa tiga selalu dilengkapi dengan alatalat penyetelan sebagai sarana untuk mengadakan penyesuaian terhadap berbagai kondisi beban, yaitu dengan melakukan pengaturan tempat kedudukan dari alatalat tersebut agar didapat kesalahan prosentase yang diinginkan. Beberapa kondisi beban yang memerlukan penyesuaian pada saat meter ditera adalah : beban nominal beban induktif beban ringan Penyetelan pada beban nominal Dengan memberikan tegangan tera pada kumparan tegangan, arus nominal dengan faktor daya 1 pada kumparan arus kita lakukan penyetelan posisi magnit permanen. Karena posisi magnit berubah maka besarnya momen redam juga berubah, sehingga dengan mengatur posisi magnit ini akan didapat kesalahan prosentase yang kita inginkan untuk beban nominal Penyetelan pada beban induktif Penyetelan ini dilakukan dengan memberikan tegangan tera pada kumparan tegangan dan arus nominal dengan faktor daya 0,5 induktif pada kumparan arus. Kita atur alat penyetelan beban induktif yaitu dengan cara merubah besarnya tahanan R yang disambung seri dengan shading coil pada kumparan tegangan seperti terlihat pada gambar 3.11, sampai mencapai batas 60

32 kesalahan yang diizinkan. Posisi R tersebut harus diperiksa untuk arus 50 % nominal dengan faktor daya 0,5 induktif, untuk kedua harga arus ini harus mempunyai kesalahan prosentase yang sama. Gambar Alat penyetel beban induktif Penyetelan pada beban ringan Bila piringan berputar, maka momen-momen gesek mekanis akan terjadi dan juga menyebabkan kesalahan-kesalahan negatif. Kesalahan ini akan lebih penting pada beban ringan yaitu bila arus yang mengalir pada kumparan arus kecil. Untuk mengkompensasikan kesalahan ini, alat penyetelan beban ringan berupa cincin tembaga ditempatkan diantara kumparan tegangan dengan piringan seperti terlihat pada gambar Penyetelan beban ringan ini dilakukan dengan memberikan tegangan tera pada kumparan tegangan dan arus sangat kecil (+ 5 % arus nominal) dengan faktor daya 1 pada kumparan arus. Atur sedemikian rupa posisi cincin sampai didapat batas kesalahan meter yang diizinkan Gambar Kumparan Tegangan 61

33 3.5.3 Langkah-Langkah Peneraan Pemeriksaan Visual dan Mekanis Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat ada tidaknya cacat pada meter. Tutup meter dilepas dan bagian yang diperiksa antara lain : Kotak meter. Rangkaian register sambungan patri dan las. Kekencangan sekrup Kebersihan bagian dalam meter terutama sela pada bagian magnet peredam Bagian lain yang dianggap perlu Pemanasan Awal Sebelum kalibrasi dilaksanakan, dilakukan pemanasan awal lebih dulu guna memperoleh kestabilan hingga kesalahan akibat perbedaan suhu menjadi minimum. Maksud pemanasan ini adalah memanaskan meter supaya setelah pemanasan awal ini diharapkan suhu tidak berubah lagi, sesuai dengan suhu kerja, sehingga kesalahan akibat beda suhu menjadi minimum. Lama pemanasan awal adalah 30 menit, yaitu caranya adalah dengan memberikan tegangan tera pada kumparan tegangan dan arus nominal dengan faktor daya 1 pada kumparan arus Pengujian Register Maksud dari pengujian ini adalah untuk membuktikan kebenaran dari konstanta meter yang dikalibrasi. Pengujian ini dapat dilaksanakan pada waktu 62

34 pemanasan awal. Cara pengujian konstanta meter dengan satuan jumlah putaran per kwh : Menghitung jumlah putaran piringan dan selisih penunjukkan register Menghitung selisih penunjukkan register dan membandingkannya dengan energi pada meter standar. Apabila konstanta adalah Wh/putaran harus sikonversi terlebih dulu menjadi jumlah putaran per kwh. Menghitung Jumlah Putaran Piringan dan Selisih Penunjukkan Register Mula-mula posisi awal register A dicatat kemudian kwh meter diberi tegangan sesuai dengan tegangan pengenalnyadan diberi arus sesuai dengan arus dasar (arus maksimum bila ada), factor daya 1. Jumlah putaran piringan N dihitung sesuai dengan konstantanya. Bersamaan dengan akhir hitungan putaran saklar tegangan dan arus dibuka. Catat posisi akhir register B kemudian hitunglah perbandingannya antara jumlah putaran piringan dan selisih pencatatan register dan bandingkanlah dengan konstanta meter pada pelat nama. Menghitung Selisih Penunjukan Register dan Membandingkannya Dengan Energi Pada Meter Standar Pada pemeriksaan ini meter standar yang digunakan dapat berupa meter energi atau meter daya. Bila menggunakan meter energi sebagai standar maka energi yang ditunjukkan oleh selisih penunjukkan awal dan akhir dari register meter yang diperiksa, tidak boleh berselisih dengan energi yang ditunjukkan oleh meter standar lebih besar dari kesalahan meter yang diperiksa. 63

35 Bila menggunakan meter daya sebagai standar maka energi standar adalah nilai daya konstan yang ditunjukkan meter daya dikalikan dengan waktu yang sesuai dengan waktu perpindahan awal dan akhir dari meter yang diperiksa. Membandingkan energi yang ditunjukkan register yaitu selisih angka register pada saat awal A dan akhir B dengan energi yang dicatat meter standar E. (B-A) harus sama atau mendekati E dengan kesalahan sesuai dengan kesalahan pembebanan kwh meter tersebut pada beban tertentu. Membandingkan energi yang ditunjukkan register yaitu selisih angka register pada saat awal A dan akhir B dengan penunjukkan watt meter standar P dikalikan waktu tertentu (E=Pxt). (B-A) harus sama atau mendekati E dengan kesalahan sesuai dengan kesalahan kwh meter tersebut pada beban tertentu. Kelemahan cara ini adalah bahwa suplai daya harus stabil Pemeriksaan Perputaran Tanpa Beban (Kopel Penahan) Pemeriksaan ini dimaksud untuk menye1idiki apakah putaran piringan meter berputar tidak melebihi satu putaran penuh dalam keadaan tanpa arus pada kumparan arus dan kumparan tegangan diberi tegangan antara % Cara pelaksanaan : Tutup meter terpasang kuat ditempatnya Kumparan tegangan diberi tegangan yang nilainya antara 80 s/d 110 % tegangan pengenal Kumparan arus tidak diberi arus Perhatikan bahwa tanda hitam pada sisi piringan aan diam pada posisi tertentu, karena piringan tidak berputar lagi 64

36 Dilaksanakan hanya pada waktu drum terakhir saja yang berputar Tutup meter harus terpasang Piringan tidak boleh berputar melebihi satu putaran penuh. Apabila piringan berputar melebihi satu putaran penuh maka perlu dilakukan penyetelan dengan cara menyetel ulang penyetel beban rendah bagi meter yang menggunakan lubang kopel penahan pada piringannya. Bagi kwh meter yang masih menggunakan kail, penyetelan dilakukan dengan mengubah jarak kait Pemeriksaan Arus Mula Tujuan dari pengujian ini adalah untuk memeriksa nilai arus terkecil suatu kwh meter yang sanggup memutar piringan terus menerus. Cara pelaksanaan : Kumparan tegangan diberi tegangan pengenal Kumparan arus diberi arus sesuai tabel 1 dibawah ini dengan faktor daya 1 Sebagai contoh pengujian arus mula kwh meter kelas 2.0 dengan arus dasar 5A maka besarnya arus mula : 0,5% Id = 0,5/100 x 5 A = 0,025 A 65

37 Tabel 3.6 Batas arus mula maksimum Meter Arus mula (%) Id meter kelas Meter tarif tunggal tanpa alat penahan putaran balik Meter lainnya Catatan : Pengujian ini tutup kwh meter harus terpasang,dilaksanakan pada saat angka register terakhir saja yang berputar. Jika ternyata pada arus mula tersebut piringan belum berputar berarti arus mula melebih ketentuan tabel diatas, untuk memperbaikinya perlu penyetelan ulang pada beban rendah atau menyetel jarak kait, bagi meter yang masih menggunakan kait. Tes ini untuk rnenyelidiki arus mula dari motor kwh, sehingga pada beban yang rendahpun piringan sudah mulai berputar. Besarnya arus mula maksimum yang diizinkan pada tegangan tera, frekuensi nominal dan faktor daya 1, dimana piringan sudah mulai berputar secara teratur adalah seperti tersebut pada tabel Pemeriksaan Keseimbangan Kopel Penahan Pengujian ini hanya dilakukan pada kwh meter tiga phasa, tujuan pengujian ini adalah untuk menghindarkan meter dari kesalahan ukur yang melampaui batas, bila meter dibebani tak seimbang. Kopel dari semua elemen penggerak harus seimbang satu sama lain. 66

38 Keseimbangan ini diperiksa dengan memberikan tegangan pengenal pada dua kumparan tegangan secara paralel dan arus dasar Id = 1 pada dua kumparan arus yang dihubung seri tetapi dengan arah yang berlawanan. Elemen penggerak yang tidak diperiksa rangkaiannya dibiarkan terbuka. Keseimbangan kopel tercapai bila piringan tidak berputar. Pada pengujian ini sumber yang digunakan adalah satu phasa, jika terjadi ketidak seimbangan dilakukan penyetelan dengan mengatur penyetel keseimbangan kopel. Cara Pelaksanaan - Pemeriksaan keseimbangan kopel pada elemen penggerak I dan elemen penggerak II, kumparan arus I dan arus II dipasang seri. Arah arus pada kumparan arus I berlawanan dengan arah arus pada kuparan arus II, kumparan arus III tidak diberi arus. Kumparan tegangan I dipasang paralel dengan kumparan tegangan II kumparan tegangan III tidak dberi tegangan. - Pemeriksaan keseimbangan kopel pada elemen penggerak I dan elemen penggerak III dilakukan seperti pada (a) dengan kumparan arus II diganti kumparan arus III. Kumparan tegangan II diganti dengan kumparan tegangan III, tidak diberi arus dan tidak diberi tegangan. Catatan : Bila keseimbangan kopel antara elemen penggerak I dan II baik (a), sedangkan keseimbangan kopel antara elemen penggerak I dan II (b) tidak baik maka penyetelan dilakukan terhadap elemen penggerak III saja. Selanjutnya pemeriksaan terhadap kopel antara elemen penggerak II dan III tidak diperlukan lagi. 67

39 Cara lain untuk menguji keseimbangan kopel adalah kwh meter tiga phasa hanya dibebani satu phasa dengan rangkaian tegangan mendapat tegangan seimbang tiga phasa, batas kesalahan dalam persentase seperti tabel Pengujian Karakteristik Beban Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kesalahan ukur suatu meter untuk berbagai nilai arus dengan batas kesalahan yang diijinkan. Dalam pengujian ini penyetelan dilakukan untuk membuat kwh meter tersebut kesalahannyamasih dalam batas-batas yang diijinkan. Pengujian dilakukan dengan cara memberikan tegangan pengenal dan memberikan arus seperti dalam daftar serta batas kesalahan kwh meter yang diijinkan seperti dalam tabel

TUGAS AKHIR PENGARUH USIA KWH METER YANG TERPASANG TERHADAP PENYIMPANGAN KESALAHAN UKUR

TUGAS AKHIR PENGARUH USIA KWH METER YANG TERPASANG TERHADAP PENYIMPANGAN KESALAHAN UKUR TUGAS AKHIR PENGARUH USIA KWH METER YANG TERPASANG TERHADAP PENYIMPANGAN KESALAHAN UKUR Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) Disusun Oleh : Nama : Irwan

Lebih terperinci

Imasuk = I keluar atau n Imasuk = ni keluar...(2.1)

Imasuk = I keluar atau n Imasuk = ni keluar...(2.1) BAB II LANDASAN TEORI 2.1. HUKUM KIRCHOF I Adalah: jumlah kuat arus yang masuk dalam titik percabangan sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik percabangan. Secara matematis dinyatakan : Imasuk

Lebih terperinci

Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya

Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya Elektrodinamometer dalam Pengukuran Daya A. Wattmeter Wattmeter digunakan untuk mengukur daya listrik searah (DC) maupun bolak-balik (AC). Ada 3 tipe Wattmeter yaitu Elektrodinamometer, Induksi dan Thermokopel.

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komponen Pengukuran Tidak Langsung pada Tegangan Rendah 2.1.1 kwh Meter kwh meter merupakan alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung hasil kali tegangan, arus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Untuk menjaga agar faktor daya sebisa mungkin mendekati 100 %, umumnya perusahaan menempatkan kapasitor shunt pada tempat yang bervariasi seperti pada rel rel baik tingkat

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP)

BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) BAB III ALAT PENGUKUR DAN PEMBATAS (APP) 3.1 Alat Ukur Listrik Besaran listrik seperti arus, tegangan, daya dan lain sebagainya tidak dapat secara langsung kita tanggapi dengan panca indra kita. Untuk

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

ALAT UKUR BESARAN LISTRIK. Jenis dan Prinsip Kerjanya

ALAT UKUR BESARAN LISTRIK. Jenis dan Prinsip Kerjanya ALAT UKUR BESARAN LISTRIK Jenis dan Prinsip Kerjanya Alat ukur besaran listrik : Galvanometer Ampermeter arus searah Voltmeter arus searah ohmmeter Galvanometer Prinsip kerja PMMC (Permanent magnet moving

Lebih terperinci

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC)

DAYA ELEKTRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) DAYA ELEKRIK ARUS BOLAK-BALIK (AC) 1. Daya Sesaat Daya adalah energi persatuan waktu. Jika satuan energi adalah joule dan satuan waktu adalah detik, maka satuan daya adalah joule per detik yang disebut

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik

Analisis Rangkaian Listrik Sudaryatno Sudirham nalisis Rangkaian Listrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalisis Rangkaian Listrik () Rangkaian Pemroses Energi (rus Searah) Dalam bab ini kita akan melihat beberapa contoh aplikasi analisis

Lebih terperinci

BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN. 3.1 Rangkaian dan Peralatan Pengujian

BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN. 3.1 Rangkaian dan Peralatan Pengujian BAB 3 PENGUJIAN DAN HASIL PENGUKURAN 3.1 Rangkaian dan Peralatan Pengujian Pengujian dilakukan di Laboratorium Tegangan Tinggi dan Pengukuran Listrik (TTPL) Fakultas Teknik. Secara umum, pengujian terbagi

Lebih terperinci

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 5.1 Pendahuluan Gerak d Arsonval akan memberi respons terhadap nilai rata-rata atau searah (dc) melalui kumparan putar. Jika kumparan tersebut

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

Prinsip Pengukuran Besaran Listrik

Prinsip Pengukuran Besaran Listrik Bab 3 Prinsip Pengukuran Besaran Listrik www.themegallery.com LOGO www.themegallery.com LOGO Materi Bab 3 1 Pengukuran Arus dan Tegangan 2 Pengukuran Daya dan Faktor Daya 3 Pengukuran Energi Listrik 4

Lebih terperinci

atau pengaman pada pelanggan.

atau pengaman pada pelanggan. 16 b. Jaringan Distribusi Sekunder Jaringan distribusi sekunder terletak pada sisi sekunder trafo distribusi, yaitu antara titik sekunder dengan titik cabang menuju beban (Lihat Gambar 2.1). Sistem distribusi

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk melihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan menggunakan KWh-meter analog 3 fasa dan KWh-meter digital 3 fasa. Perbandingan yang dilihat

Lebih terperinci

1.KONSEP SEGITIGA DAYA

1.KONSEP SEGITIGA DAYA Daya Aktif, Daya Reaktif dan Dan Pasif 1.KONSEP SEGITIGA DAYA Telah dipahami dan dianalisa tentang teori daya listrik pada arus bolak-balik, bahwa disipasi daya pada beban reaktif (induktor dan kapasitor)

Lebih terperinci

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN

BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 39 BAB III KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN 3.1 Sistem Distribusi Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP, dan PLTP dan yang lainnya, dengan tegangan yang

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran

1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran 1. Hasil pengukuran ketebalan plat logam dengan menggunakan mikrometer sekrup sebesar 2,92 mm. Gambar dibawah ini yang menunjukkan hasil pengukuran tersebut adalah.... A B. C D E 2. Sebuah perahu menyeberangi

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA ALAT UKUR

PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA ALAT UKUR PRINSIP KERJA kwh dan kvarh meter : sistem induksi kw / kva max meter Volt meter Amper meter : sistem elektrodinamis : sistem elektro magnit, kumparan putar, besi putar : sistem

Lebih terperinci

COS PHI (COS φ) METER

COS PHI (COS φ) METER COS PHI (COS φ) METER Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Alat Ukur Dan Pengukuran Listrik Dosen Pengampu Achmad Hardito, B.Eng., M.Kom. Disusun Oleh kelompok 3 kelas LT 1D : 1. 2. 3.

Lebih terperinci

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC MOTOR DC Karakteristik Motor DC Karakteristik yang dimiliki suatu motor DC dapat digambarkan melalui kurva daya dan kurva torsi/kecepatannya, dari kurva tersebut dapat dianalisa batasanbatasan kerja dari

Lebih terperinci

Cos φ = V.I. Cos φ. PRINSIP DASAR kwh METER

Cos φ = V.I. Cos φ. PRINSIP DASAR kwh METER PRINSIP DASAR kwh METER kwh meter adalah alat pengukur energi listrik yang mengukur secara langsung hasil kali tegangan, arus factor kerja, kali waktu yang tertentu (UI Cos φ t) yang bekerja padanya selama

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II1 Umum Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. listrik, dan tegangan listrik (V). Gaya bertanggung jawab terhadap adanya

BAB II LANDASAN TEORI. listrik, dan tegangan listrik (V). Gaya bertanggung jawab terhadap adanya BAB II LANDASAN TEORI Gaya gerak elektron dalam kelistrikan mempunyai beberapa macam sebutan : Gaya gerak listrik (ggl), potensial listrik, perbedaan potensial, tekanan listrik, dan tegangan listrik (V).

Lebih terperinci

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK

TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK TUGAS MAKALAH INSTALASI LISTRIK Oleh: FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS NEGERI MALANG Oktober 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring jaman

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron

BAB II MOTOR SINKRON. 2.1 Prinsip Kerja Motor Sinkron BAB II MTR SINKRN Motor Sinkron adalah mesin sinkron yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi mekanik. Mesin sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder TRANSFORMATOR PENGERTIAN TRANSFORMATOR : Suatu alat untuk memindahkan daya listrik arus bolak-balik dari suatu rangkaian ke rangkaian lainnya secara induksi elektromagnetik (lewat mutual induktansi) Bagian-bagian

Lebih terperinci

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa

Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri ( ) Ryan Rezkyandi Saputra ( ) Hardina Hasyim ( ) Jusmawati ( ) Aryo Arjasa Pengaruh Perubahan Beban Terhadap Frekuensi dan Tegangan Disusun oleh Muh. Wiji Aryanto Nasri (421 13 019) Ryan Rezkyandi Saputra (421 13 018) Hardina Hasyim (421 13 017) Jusmawati (421 13 021) Aryo Arjasa

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA

BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA BAB II MOTOR INDUKSI 3 FASA 2.1 Umum Motor listrik merupakan beban listrik yang paling banyak digunakan di dunia, motor induksi tiga fasa adalah suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik menjadi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini BAB III MEODE PENELIIAN III.. Peralatan yang Digunakan Dalam mengumpulkan data hasil pengukuran, maka dilakukan percobaan pembebanan pada sistem tenaga listrik tiga fasa. Percobaan pembebanan ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI 4.1 UMUM Proses distribusi adalah kegiatan penyaluran dan membagi energi listrik dari pembangkit ke tingkat konsumen. Jika proses distribusi buruk

Lebih terperinci

PENGERTIAN KWH METER, JENIS-JENIS DAN PRINSIP KERJANYA

PENGERTIAN KWH METER, JENIS-JENIS DAN PRINSIP KERJANYA PENGERTIAN KWH METER, JENIS-JENIS DAN PRINSIP KERJANYA A. Pengertian KWH Meter adalah alat penghitung pemakaian energi listrik. Alat ini bekerja menggunakan metode induksi medan magnet dimana medan magnet

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 UMUM Faraday menemukan hukum induksi elektromagnetik pada tahun 1831 dan Maxwell memformulasikannya ke hukum listrik (persamaan Maxwell) sekitar tahun 1860. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel

Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel Percobaan 1 Hubungan Lampu Seri Paralel A. Tujuan Mahasiswa mampu dan terampil melakukan pemasangan instalasi listrik secara seri, paralel, seri-paralel, star, dan delta. Mahasiswa mampu menganalisis rangkaian

Lebih terperinci

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK.

RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Arus Bolak-balik RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. Dalam pembahasan yang terdahulu telah diketahui bahwa generator arus bolakbalik sebagai sumber tenaga listrik yang mempunyai GGL : E E sinω t Persamaan di atas

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA II.1. Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (alternator)

Lebih terperinci

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA

KARTU SOAL BENTUK PILIHAN GANDA Gambar detail meliputi, kecuali: Simbol pada alat ukur listrik 1 Lengkapi table prosentase kesalahan pada skala penuh meter, berikut: Klas meter 0,2 0,5 1,0 1,5 2,5 Prosentase kesalahan a. ±0,2, ± 0,5,

Lebih terperinci

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK

TRAFO TEGANGAN MAGNETIK TRAFO TEGANGAN Pada Gambar 6.1 diperlihatkan contoh suatu trafo tegangan. Trafo tegangan adalah trafo satu fasa step-down yang mentransformasi tegangan sistem ke suatu tegangan rendah yang besarannya sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia di bumi ini. Mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi manusia tidak terlepas dari yang namanya listrik. Di

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1].

BAB II DASAR TEORI. melalui gandengan magnet dan prinsip induksi elektromagnetik [1]. BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Transformator merupakan suatu alat listrik statis yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu rangkaian listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui gandengan

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Umum Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang merubah enargi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Hampir pada semua prinsip pengoperasiannya,

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo

JOB SHEET MESIN LISTRIK 2. Percobaan Paralel Trafo JOB SHEET MESIN LISTRIK 2 Percobaan Paralel Trafo UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO JOB SHEET PRAKTIKUM MESIN LISTRIK 2 Materi Judul Percobaan Waktu : Transformator : Percobaan

Lebih terperinci

4.3 Sistem Pengendalian Motor

4.3 Sistem Pengendalian Motor 4.3 Sistem Pengendalian Motor Tahapan mengoperasikan motor pada dasarnya dibagi menjadi 3 tahap, yaitu : - Mulai Jalan (starting) Untuk motor yang dayanya kurang dari 4 KW, pengoperasian motor dapat disambung

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat

BAB II TRANSFORMATOR. elektromagnet. Pada umumnya transformator terdiri atas sebuah inti yang terbuat BAB II TRANSFORMATOR 2.1 UMUM Transformator merupakan suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkain listrik ke rangkaian listrik lainnya melalui suatu

Lebih terperinci

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA. 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator. BAB II MESIN INDUKSI TIGA FASA II.1. Umum Mesin Induksi 3 fasa atau mesin tak serempak dibagi atas dua jenis yaitu : 1. Motor Induksi 3 fasa 2. Generator Induksi 3 fasa, yang pada umumnya disebut alternator.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik Generator Transformator Pemutus Tenaga Distribusi sekunder Distribusi Primer 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Secara garis besar, suatu sistem tenaga listrik yang lengkap

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN

PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER PERBAIKAN REGULASI TEGANGAN Distribusi Tenaga Listrik Ahmad Afif Fahmi 2209 100 130 2011 REGULASI TEGANGAN Dalam Penyediaan

Lebih terperinci

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk

AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk AVOMETER 1 Pengertian AVO Meter Avometer berasal dari kata AVO dan meter. A artinya ampere, untuk mengukur arus listrik. V artinya voltase, untuk mengukur voltase atau tegangan. O artinya ohm, untuk mengukur

Lebih terperinci

BAB III KEBUTUHAN GENSET

BAB III KEBUTUHAN GENSET BAB III KEBUTUHAN GENSET 3.1 SUMBER DAYA LISTRIK Untuk mensuplai seluruh kebutuhan daya listrik pada bangunan ini maka direncanakan sumber daya listrik dari : A. Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) B.

Lebih terperinci

ALAT UKUR ANALOG ARUS SEARAH

ALAT UKUR ANALOG ARUS SEARAH ALAT UKU ANALOG AUS SEAAH Alat Ukur dan Pengukuran Telekom Pokok Bahasan Penunjuk Analog Arus Searah Voltmeter DC Ampermeter DC Ohmmeter Multimeter Efek pembebanan 1. Penunjuk Analog Arus Searah (1/6)

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik

Gambar 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik 30%. 1 Alat penghemat daya listrik bekerja dengan cara memperbaiki faktor daya Politeknik Negeri Sriwijaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alat Penghemat Daya Listrik Alat penghemat daya listrik adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh. BAB II DASAR TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Pada dasarnya dalam sistem tenaga listrik, dikenal 3 (tiga) bagian utama seperti pada gambar 2.1 yaitu : a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya BAB MOTOR KAPASTOR START DAN MOTOR KAPASTOR RUN 2.1. UMUM Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya tidak sama dengan putaran medan stator, dengan kata lain putaran

Lebih terperinci

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan 1

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan 1 TOPIK 14 MESIN SINKRON PRINSIP KERJA MESIN SINKRON MESIN sinkron mempunyai kumparan jangkar pada stator dan kumparan medan pada rotor. Kumparan jangkarnya berbentuk sarna dengan mesin induksi. sedangkan

Lebih terperinci

PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20

PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 Laporan Penelitian PENGUJIAN TAPPING TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2013 Kata Pengantar Puji

Lebih terperinci

TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Pengukuran sering dilakukan dalam melakukan analisis rangkaian. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai besaran listrik, seperti : nilai arus yang melalui suatu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan.

MESIN ASINKRON. EFF1 adalah motor listrik yang paling efisien, paling sedikit memboroskan tenaga, sedangkan. MESIN ASINKRON A. MOTOR LISTRIK Motor listrik yang umum digunakan di dunia Industri adalah motor listrik asinkron, dengan dua standar global yakni IEC dan NEMA. Motor asinkron IEC berbasis metrik (milimeter),

Lebih terperinci

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik

Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Kajian Tentang Efektivitas Penggunaan Alat Penghemat Listrik Rita Prasetyowati Jurusan Pendidikan Fisika-FMIPA UNY ABSTRAK Masyarakat luas mengenal alat penghemat listrik sebagai alat yang dapat menghemat

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 5 WORKSHOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Mahasiswa dapat melakukan pemasangan KWH meter 2. Mahasiswa dapat melakukan penyambungan kabel twist dari tiang listrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal. Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang BAB II LANDASAN TEORI 2. 1 Tinjauan Hukum Pemakaian Arus Listrik Ilegal Penertiban Pemakaian Tenaga Listrik adalah singkatan dari (P2TL), yang merupakan salah satu program kerja PT PLN untuk mengurangi

Lebih terperinci

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK )

MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) MESIN SINKRON ( MESIN SEREMPAK ) BAB I GENERATOR SINKRON (ALTERNATOR) Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga. Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah 24 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangkit Harmonisa Beban Listrik Rumah Tangga Secara umum jenis beban non linear fasa-tunggal untuk peralatan rumah tangga diantaranya, switch-mode power suplay pada TV,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Umum Pada dasarnya penggunaan energi listrik di industri dibagi menjadi dua pemakaian yaitu pemakaian langsung untuk proses produksi dan pemakaian untuk penunjang proses produksi.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Analisa teknis pencurian energi listrik pada kwh Meter 1 Phasa dilakukan dalam rangka penertiban pemakaian tenaga listrik oleh PT.PLN (Persero) terhadap konsumen. Pemakaian

Lebih terperinci

Koreksi Faktor Daya. PDF created with FinePrint pdffactory trial version

Koreksi Faktor Daya. PDF created with FinePrint pdffactory trial version Bab 10 Koreksi Faktor Daya Apa yg dimaksud faktor daya arus listrik yang digunakan oleh hampir semua perlengkapan arus listrik bolak-balik dapat dibedakan menjadi dua bagian : q arus listrik yang dikonversikan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

Pengukuran dan Istrumentasi

Pengukuran dan Istrumentasi Minggu ke 4 Pengukuran dan Istrumentasi FE UDINUS Alat Ukur Listrik - Alat Ukur Kumparan Putar bekerja atas dasar prinsip kumparan listrik yang ditempatkan dalam medan magnet yang berasal dari magnet permanen.

Lebih terperinci

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya

Pemasangan Kapasitor Bank untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani, Pemasangan... Pemasangan untuk Perbaikan Faktor Daya Ahmad Yani Staf Pengajar Teknik Elektro STT-Harapan email: yani.ahmad34@yahoo.com Abstrak seri dan parallel pada system daya menimbulkan

Lebih terperinci

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE

UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE UNIT II INSTALASI PENERANGAN RUANG PENTAS SATU FASE I. TUJUAN 1. Agar praktikan dapat menginstalasi lampu pijar dengan hubungan seri-paralel (DIM). 2. Agar praktikan dapat menginstalasi penerangan satu

Lebih terperinci

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT)

BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) BAB III DEFINISI DAN PRINSIP KERJA TRAFO ARUS (CT) 3.1 Definisi Trafo Arus 3.1.1 Definisi dan Fungsi Trafo Arus (Current Transformator) yaitu peralatan yang digunakan untuk melakukan pengukuran besaran

Lebih terperinci

Sub Pokok Bahasan dan TIK

Sub Pokok Bahasan dan TIK SATUAN ACARA PERKULIAHAN TEKNIK ELEKTRO ( IB ) MATA KULIAH / SEMESTER : PENGUKURAN BESARAN ELEKTRIK / 4 KODE MK / SKS / SIFAT: IT041235 / 2 SKS / LOKAL Pertemuan Pokok Bahasan dan ke TIU 1 Alat-alat Ukur

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA I. MOTOR LISTRIK 1 FASA Pada era industri modern saat ini, kebutuhan terhadap alat produksi yang tepat guna sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan effesiensi waktu dan biaya.

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi

BAB II GENERATOR SINKRON. bolak-balik dengan cara mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Energi BAB II GENERATOR SINKRON 2.1. UMUM Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator) merupakan

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA ALAT UKUR GAYA, TORSI, DAN DAYA

PRINSIP KERJA ALAT UKUR GAYA, TORSI, DAN DAYA PRINSIP KERJA ALAT UKUR GAYA, TORSI, DAN DAYA 1. ALAT UKUR GAYA Alat ukur gaya yang paling sederhana dan dapat mengukur secara langsung adalah dinamometer. Dalam laboratorium fisika, nama lain dari dinamometer

Lebih terperinci

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda

BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA. daya aktif (watt) dan daya nyata (VA) yang digunakan dalam sirkuit AC atau beda 25 BAB III PENGGUNAAN KAPASITOR SHUNT UNTUK MEMPERBAIKI FAKTOR DAYA 3.1 Pengertian Faktor Daya Listrik Faktor daya (Cos φ) dapat didefinisikan sebagai rasio perbandingan antara daya aktif (watt) dan daya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. induk agar keandalan sistem daya terpenuhi untuk pengoperasian alat-alat. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi daya Beban yang mendapat suplai daya dari PLN dengan tegangan 20 kv, 50 Hz yang diturunkan melalui tranformator dengan kapasitas 250 kva, 50 Hz yang didistribusikan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Kostruksi dasar meter listrik

Gambar 3.1 Kostruksi dasar meter listrik ALAT-ALAT 3 UKU LISTIK Telah dipahami bahwa elektron yang bergerak akan menghasilkan medan magnet yang tentu saja dapat ditarik atau ditolak oleh sumber magnetik lain. Keadaan inilah yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV

ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV ANALISA RUGI-RUGI PADA GARDU 20/0.4 KV Oleh Endi Sopyandi Dasar Teori Dalam penyaluran daya listrik banyak digunakan transformator berkapasitas besar dan juga bertegangantinggi. Dengan transformator tegangan

Lebih terperinci