SUMBER-SUMBER BURNOUT DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Tabah Aris Nurjaman Mahasiswa Psikologi Universitas Paramadina.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SUMBER-SUMBER BURNOUT DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Tabah Aris Nurjaman Mahasiswa Psikologi Universitas Paramadina."

Transkripsi

1 SUMBER-SUMBER BURNOUT DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Tabah Aris Nurjaman Mahasiswa Psikologi Universitas Paramadina Abstrak Fenomena burnout dan prokrastinasi sudah merambah ke bidang pengajaran, sehingga berdampak buruk terhadap pelajar. Penelitian ini bertujuan untuk memberi informasi mengenai uraian sumber-sumber burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Metode yang digunakan penelitian ini adalah studi literatur, yaitu dengan menguraikan hasil penelitian-penelitian terdahulu mengenai burnout dan prokrastinasi akademik. Studi literatur ini menemukan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat menimbulkan munculnya burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa, yaitu perfeksionis, minat belajar, dan self efficacy. Kata Kunci: Burnout, Prokrastinasi Akademik, Mahasiswa. Daftar Pustaka: 27, Abstract The phenomenon of burnout and procrastination has penetrated into the field of education, which adversely affects students. This study aims to provide information about the description of the sources of burnout and academic procrastination in college students. The research method used is the study of literature, namely by describing the results of previous studies on burnout and academic procrastination. The literature review found that there are three factors that can lead to the emergence of burnout and academic procrastination in college students: the perfectionist, interest in learning, and self-efficacy. Keywords: Burnout, Academic Procrastination, Students. Bibliography: 27,

2 Pendahuluan Mahasiswa pada dasarnya tidak dipekerjakan oleh universitas, namun kegiatan mereka terstruktur dan sering koersif, seperti menghadiri kelas perkuliahan dan mengerjakan tugas (Hu dan Schaufeli, 2009). Secara garis besar, tugas-tugas akademik bagi mahasiswa ditentukan oleh Kementrian Pengajaran Nasional, seperti jumlah SKS, batasan IPK (Indeks Prestasi Kumulatif), batasan waktu perkuliahan, pembuatan makalah yang diterbitkan, dan tugas akhir/ skripsi. Pasal 5 pada Keputusan Menteri Pengajaran Nasional, Nomor 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pengajaran Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa menyebutkan bahwa beban studi program sarjana sekurang-kurangnya 144 SKS dan sebanyak-banyaknya 160 SKS yang dijadwalkan untuk 8 semester dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari 8 semester dan selama-lamanya 14 semester. Kemudian pada Pasal 14 ayat 1 disebutkan bahwa syarat kelulusan program pengajaran ditetapkan atas pemenuhan jumlah SKS yang disyaratkan dan IPK minimum 2,00. Jumlah SKS yang harus dipenuhi bergantung pada ketetapan masing-masing perguruan tinggi yang didasarkan pada Pasal 5. Surat Keputusan Kementerian Pengajaran dan Kebudayaan, Nomor 152/E/T/2012, tanggal 27 Januari 2012 menambahkan bahwa untuk lulusan program sarjana mahasiswa harus menghasilkan makalah yang diterbitkan pada jurnal ilmiah. Jacob dan Dodd (2003) menyebutkan bahwa beban akademik yang berlebihan dapat menimbulkan burnout pada mahasiswa. Rostami, Abedi, dan Schaufeli (2012) mendefinisikan burnout sebagai perasaan lelah karena tuntutan belajar, timbulnya perasaan sinis pada materi perkuliahan, dan merasa canggung sebagai pelajar. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah penelitian mengenai burnout bertambah pesat dan meluas ke hampir setiap pekerjaan, dan bahkan bidang non-pekerjaan, seperti pelajar. Meskipun pada umumnya pelajar tidak bekerja dan tidak memiliki pekerjaan, namun perspektif psikologis melihat bahwa inti kegiatan mereka itu bekerja. Hal itu disebabkan karena pada kenyatannya mereka terlibat secara struktural (sebagai pelajar), melakukan kegiatan koersif (seperti mengerjakan tugas) yang berujung pada tujuan tertentu (seperti ujian akhir atau skripsi) (Noushad, 2008). Burnout di bidang pengajaran tergambar dengan adanya tuntutan yang besar dari lingkungan sekolah kepada pelajarnya. Proses belajar yang dapat menyebabkan kelelahan emosional; memunculkan kecenderungan desensitisasi; dan merasa memiliki prestasi yang rendah. Burnout yang terus menerus berlanjut pada akhirnya menyebabkan pelajar bolos sekolah, berkurangnya motivasi untuk bersekolah, hingga berhenti sekolah. Adapun faktor sumber timbulnya burnout menunjukan bahwa pelajar mengalami burnout disebabkan 2

3 kegiatan sekolah mencapai 24,2%, keluarga 11,95%, ketidakcakapan di sekolah 11,34%, dan kehilangan minat sekolah 11,34% (Aypay, 2011). Maslach (1998 dalam Sianifar dan Mufattahah, 2008) mengungkapkan bahwa secara fisik burnout akan menyebabkan penurunan kekebalan tubuh individu sehingga rentan terhadap penyakit seperti demam dan sakit kepala. Sedangkan dampak psikis menyebabkan individu menilai dirinya rendah dan bila berlanjut dapat menyebabkan depresi. Dari sisi sosialnya, individu akan menarik diri lingkungan dan terlibat dalam penyalahgunaan obatobatan untuk mengatasi masalah. Adapun dari fungsi kognitifnya, individu mengalami penurunan tingkat konsentrasi dan penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah. Qadariah, Manan, dan Ramdhayani (2012) pun menemukan bahwa mahasiswa yang sulit mengambil keputusan akan melakukan prokrastinasi sebagai bentuk penghindaran dari rasa takut akan kegagalan. Rothblum, Solomon, dan Murakami (1986) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai: (a) kecenderungan yang hampir selalu atau selalu ditunjukan individu untuk menunda tugas akademik; (b) pengalaman yang hampir selalu atau selalu menimbulkan kecemasan yang diasosiasikan dengan prokrastinasi. Adapun bentuk prokrastinasi akademik menurut Kachgal, Hansen, dan Nutter (2001, dalam Jiao, Daros-Voseles, Collins, dan Onwuegbuzie, 2011) adalah mengulur waktu dalam tugas membaca materi perkuliahan, melebihi batas waktu yang ditentukan dalam pengerjaan tugas, menunda persiapan ujian, dan menolak masuk kelas perkuliahan. Lebih spesifik, Solomon dan Rothblum (1984) membagi area prokrastinasi akademik pada mahasiswa diantaranya: menulis, belajar, membaca, kegiatan administratif, menghindari pertemuan, dan kegiatan secara keseluruhan. Di Indonesia sendiri, Kartadinata dan Sia (2008) menemukan bahwa 95% dari 60 mahasiswa yang ditelitinya telah melakukan prokrastinasi. Secara spesifik, 42% dari jumlah tersebut beralasan karena rasa malas dalam mengerjakan tugas, 25% disebabkan banyak tugas lain yang harus dikerjakan, dan 28% karena ada hal-hal lain. Fenomena prokrastinasi tersebut berbuntut pada konsekuensi negatif terhadap pelajar yang melakukannya, seperti tugas-tugas menjadi terbengkalai, menghasilkan tugas yang kurang maksimal, waktu menjadi terbuang sia-sia, bahkan berdampak pada penurunan prestasi akademik. Selain itu juga prokrastinasi akan berdampak buruk pada kondisi kesehatan fisik dan psikologis seperti menimbulkan kecemasan dan tingkat stres yang tinggi (Chu dan Choi, 2005). 3

4 Paparan tersebut menggambarkan bahwa burnout dan prokrastinasi akadmeik berdampak buruk terhadap mahasiswa. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguraikan sumber-sumber burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa, dengan harapan dapat menjadi bahan informasi dalam pengurangan atau pencegahan timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Pembahasan Hu dan Schaufeli (2009) menyebutkan bahwa tingginya tingkat gejala burnout terjadi di beberapa tingkat pengajaran baik sekolah menengah atas, sekolah keperawatan maupun universitas. Slivar (2001) yang melakukan penelitian dengan menggunakan Maslach Burnout Inventory Student Survey (MBI-SS) menemukan bahwa pelajar sekolah bahasa di Slovenia mengalami burnout. Dalam penelitiannya, ditemukan bahwa citra diri yang negatif (negative self-image) berhubungan dengan burnout pada pelajar. Kutsal dan Bilge (2012) menemukan bahwa pelajar yang mendapatkan dukungan sosial memiliki tingkat burnout yang rendah. Dukungan guru lebih efektif dirasakan pelajar daripada dukungan keluarga dan temantemannya. Schwenke (2012) menemukan dari hasil penelitiannya bahwa individu yang maladaptif perfeksionis memiliki hubungan yang signifikan dengan burnout, sedangkan individu yang adaptif perfeksionis tidak memiliki hubungan dengan burnout. Lopez, Bolano, Marino, dan Pol (2010) menyebutkan bahwa individu yang merasa tidak puas dengan hasil kinerjanya akan mengalami stres. Kemudian bila stres berlanjut, ia akan mengalami burnout. Stephenson (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa individu dengan level stres lebih tinggi akan lebih mudah burnout daripada individu yang memiliki level stres rendah. Selain itu, individu yang memiliki self efficacy rendah cenderung mengalami burnout daripada individu yang memiliki self efficacy tinggi. Dalam aspek lain, Rostami, Abedi, dan Schaufeli (2012) menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara minat belajar dengan burnout. Individu yang memiliki tingkat minat belajar tinggi memiliki burnout rendah dan sebaliknya. Terkait perfeksionis, minat belajar, dan tingkat self efficacy yang berkorelasi dengan burnout, ketiga konstruk itu pun berhubungan dengan prokrastinasi akademik. Egan, Wade, dan Shaufran (2011, dalam Rice, Richardson, dan Clark, 2012) menyatakan bahwa prokrastinasi berhubungan dengan perfeksionis. Individu yang memiliki kepribadian perfeksionis cenderung menunda-nunda pekerjaannya. Umumnya dilakukan karena individu mempersiapkan bahan-bahan terhadap tugasnya dengan harapan dapat diselesaikan dengan sempurna. Qadariah, Manan, dan Ramdhayani (2012) menambahkan bahwa untuk merasa 4

5 aman dari rasa takut, cemas, dan gagal; dan untuk melupakan ancaman-ancaman seperti tidak lulus kuliah, tidak menjadi sarjana, dan tidak bisa membanggakan orang tua, mahasiswa menghindari pengerjaan skripsi dengan melakukan prokrastinasi. Mereka merasa lebih baik tidak mengerjakan skripsi daripada gagal, karena merasa bila pengerjaan skripsi harus sempurna. Sehingga, mereka tidak mempedulikan batas waktu yang harus mereka selesaikan dalam pengerjaan skripsi. Milgram, Sroloff, dan Rosenbaum, (1988) mengungkapkan bahwa tanpa adanya minat, individu akan melakukan prokrastinasi karena tugas yang dihadapi tidak memberi rasa nyaman, melainkan penuh pemaksaan dan sulit. Sehingga, mereka memilih kegiatan lain yang lebih mudah dan lebih menyenangkan untuk dirinya. Steel (2007) menyebutkan bahwa rendahnya self efficacy dan rendahnya self esteem berhubungan dengan prokrastinasi. Individu dengan self efficacy dan self esteem tinggi memiliki nilai prokrastinasi rendah. Sebaliknya, individu dengan self efficacy dan self esteem rendah memiliki nilai prokrastinasi tinggi. Hampton (2005) menemukan korelasi yang signifikan antara prokrastinasi dengan locus of control. Pelajar dengan orientasi eksternal locus of control memiliki nilai prokrastinasi yang tinggi. Sementara pelajar dengan orientasi internal locus of control memiliki nilai prokrastinasi yang rendah. Klingsieck, Fries, Horz dan Hofer (2012) menemukan bahwa prokrastinasi berhubungan dengan rendahnya tingkat performa akademik, dan rendahnya strategi belajar dan rendahnya kepuasan hidup. Deniz, Tras, dan Aydogan (2009) menemukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara prokrastinasi dan kecemasan. Individu yang memiliki tingkat kecemasan tinggi memiliki nilai prokrastinasi tinggi pula. Sementara individu dengan tingkat kecemasan rendah memiliki nilai prokrastinasi rendah pula. Beberapa penelitian mengenai burnout ditemukan bahwa burnout berhubungan dengan tiga faktor lain yang memiliki hubungan dengan prokrastinasi akademik, yaitu perfeksionis, minat belajar, dan self efficacy. Individu dengan kepribadian perfeksionis cenderung mengalami burnout (Schwenke, 2012); dan cenderung mengalami prokrastinasi akademik (Egan, Wade, dan Shaufran, 2011, dalam Rice, Richardson, dan Clark, 2012; Qadariah, Manan, dan Ramdhayani, 2012). Faktor minat belajar berhubungan dengan burnout (Rostami, Abedi, dan Schaufeli, 2012); dan berhubungan juga dengan prokrastinasi (Milgram, Sroloff, dan Rosenbaum, 1988). Selain itu, individu yang memiliki self efficacy rendah cenderung mengalami burnout (Stephenson, 2012); dan mengalami prokrastinasi pada tugasnya (Steel, 2007). Uraian mengenai beberapa hasil penelitian tersebut menggambarkan bahwa burnout dan prokrastinasi akademik berhubungan dengan tiga faktor yang sama, yaitu perfeksionis, 5

6 minat belajar, dan self efficacy. Individu dengan perfeksionis tinggi cenderung mengalami burnout dan prokrastinasi akademik. Sementara individu dengan kurangnya minat belajar dan rendahnya self efficacy cenderung mengalami burnout dan prokrastinasi akademik. Ketiga faktor tersebut dapat dijadikan sebagai dimensi pengurangan atau pencegahan timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Menurut Shafran, Cooper, dan Fairburn (2002, dalam Kearns, Forbes, dan Gardiner, 2007) bahwa untuk mengurangi tingkat perfeksioneis individu dapat dilakukan dengan empat tahapan, yaitu (1) membantu individu dalam mengidentifikasi perfeksionisme yang merupakan masalah, (2) memperluas skema individu untuk mengevaluasi diri dan mengurangi ketergantungannya terhadap kesempurnaan, (3) melakukan eksperimen, seperti trial-error, dan (4) menggunakan metode perilaku kognitif untuk berurusan dengan ketidakakuratan kognitif. Tahapan tersebut membutuhkan individu lain, khususnya pengajar, teman, dan keluarga sehingga proses pengurangan atau pencegaran dapat dilakukan. Untuk meningkatkan daya minat belajar pada mahasiswa dibutuhkan kontribusi dari pengajar. Menurut Abrantes, Seabra, dan Lages (2007), untuk meningkatkan minat belajar pada pelajar dapat dilakukan dengan memberikan pengajaran yang baik. Pengaran yang baik dapat dilakukan dengan (1) menggunakan metode instruksional sehingga pelajar dapat terlibat, (2) menciptakan suanasa menyenangkan dan penuh perhatian kepada pelajar, (3) efisiensi waktu belajar-mengajar, dan (4) menyajikan program yang baik dan terorganisir. Adapun cara meningkatkan self efficacy pada individu dapat dilakukan dengan (1) memberikan apresiasi atau penghargaan, (2) belajar dari pengalaman, (3) persuasi verbal, dan (4) menumbuhkan emosi (Bandura, 1877). Proses ini dapat dilakukan dengan melibatkan pengajar dalam memberikan penghargaan, persuasi verbal, dan penumbuhan emosi. Proses pengurangan tingkat perfeksionis dan peningkatan daya minat belajar serta self efficacy pada mahasiswa dapat dilakukan baik secara individual maupun dengan intervensi pengajar. Sehingga, ketiga proses tersebut dapat mengurangi atau mencegah timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Kesimpulan Burnout memiliki hubungan dengan citra diri (self-image), dukungan sosial, perfeksionis, stres, self efficacy, dan minat beajar. Sementara prokrastinasi akademik berhubungan dengan perfeksionis, minat belajar, self efficacy, self esteem, locus of control, performa akademik, strategi belajar, kepuasan hidup, dan kecemasan. Aspek-aspek yang 6

7 berhubungan dengan burnout dan prokrastinasi akademik tersebut dapat dirincikan berdasarkan tabel berikut: Tabel Sumber-sumber Burnout dan Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Mahasiswa yang memiliki citra diri yang negatif, kurang Burnout mendapatkan dukungan sosial, dan mudah stres cenderung mengalami burnout Mahasiswa yang memiliki external locus of control, mudah cemas, Prokrastinasi rendahnya tingkat performa akademik, rendahnya strategi belajar, dan Akademik kurangnya kepuasan hidup cenderung melakukan prokrastinasi akademik Burnout dan Mahasiswa yang memiliki tingkat perfeksionis tinggi, kurangnya Prokrastinasi minat belajar, dan rendahnya self efficacy cenderung mengalami Akademik burnout dan melakukan prokrastinasi akademik Terdapat tiga faktor yang berhubungan dengan burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa secara bersamaan, yaitu perfeksionis, minat belajar, dan self efficacy. Mahasiswa dengan perfeksionis tinggi cenderung mengalami burnout dan prokrastinasi akademik. Sementara mahasiswa dengan kurangnya minat belajar serta rendahnya self efficacy cenderung mengalami burnout dan prokrastinasi akademik. Proses pengurangan atau pencegahan timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa dapat dilakukan dengan mengurangi tingkat perfeksionis, meningkatkan minat belajar, dan menumbuhkan self efficacy. Saran Adapun saran dari penelitian ini adalah: a. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat mengurangi atau menghindari timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik dengan mengurangi tingkat perfeksionis, seperti mengikuti pelatihan CBC (Cognitive Behavioural Coaching); meningkatkan minat belajar, seperti memilih metode belajar yang menyenangkan; dan menumbuhkan self efficacy, seperti melakukan atau mengikuti pelatihan relaksasi. b. Bagi pengajar, diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam proses pengurangan atau penghindaran terhadap timbulnya burnout dan prokrastinasi akademik dengan mengurangi tingkat perfeksionis pada mahasiswa, seperti menyadarkan mahasiswa bahwa perilaku perfeksionis merupakan masalah; meningkatkan minat belajar pada 7

8 mahasiswa, seperti melibatkan kontribusi mahasiswa dalam proses belajar-mengajar dengan mengadakan diskusi atas presentasi kelompok; dan menumbuhkan self efficacy pada mahasiswa, seperti memuji kelompok presentasi yang terbaik dalam kelas. c. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan studi litelatur ini dapat menjadi salah satu informasi untuk kepentingan peneitian selanjutnya dalam mengkaji burnout dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Daftar Pustaka Abrantes, J., Seabra, C. and Lages, L. (2007). Pedagogical Affect, Student Interest, and Learning Performance. Journal of Business Research, Vol Aypay, A. (2011). Elementary School Student Burnout Scale for Grades 6-8: A Study of Validity and Reliavility. Educational Science: Theory & Practise, Vol. 11. No Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a Unifying Theory of Behavioral Change. Psychological Review, Vol. 84. No Chu, A. and Choi, L. (2005). Rethinking Procrastination: Positive Effects of Active Procrastination Behavior on Attitudes and Performance. The Journal of Social Psychology, Vol No Deniz, E., Tras, Z. and Aydogan, D. (2009). An Investigation of Academic Procrastination, Locus of Control, and Emotional Intelligence. Educational Science: Theory & Practice, Vol. 9. No Hampton, A. (2005). Locus of Control and procrastination. Epistimi, 3-5 Hu, Q. and Schaufeli, W. (2009). The Factorial Validity of the Maslach Burnout Inventory- Student Survey in China. Psychological Report, Vol Jacobs, S. and Dodd, D. (2003). Student Burnout as a Fuction of Personality, Social Support, and Workload. Journal of College Student Development, Vol. 44. No Jiao, Daros-Voseles, Collins, and Onwuegbuzie. (2011). Academic Procrastination and the Performance of Graduate-level Cooperative Groups in Research Methods Courses. Journal of the Scholarship of Teaching and Learning, Vol. 11. No Kartadinata dan Sia. (2008). Prokrastinasi Akademik dan Manajemen Waktu. Anima, Indonesia Psychologycal Journal, Vol. 23. No. 2 8

9 Kearns, H., Forbes, A. and Gardiner, M. (2007). A Cognitive Behavioural Coaching Intervention For The Treatment Of Perfectionism and Self-Handicapping in a Non- Clinical Population. Behaviour Change, Vol. 24. No Kemdiknas (Kementrian Pendidikan Nasional). (2000). Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 232/U/2000. Dalam 11 April (2012). Surat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nomor 152/E/T/2012. Dalam 11 April 2013 Klingsieck, K., Fries, S., Horz, C. and Hofer, M. (2012). Procrastination in a Distance University Setting. Distance Education, Vol. 33. No Kutsal, D. and Bilge, F. (2012). A Study on the Burnout and Social Support Levels of High School Students. Education and Science, Vol. 37. No Lopez, J., Bolano, C., Marino, M. and Pol, E. (2010). Exploring Stress, Burnout, and job Dissatisfaction in Secondary School Teachers. International Journal of Psychology and Psychology Therapy, Vol. 10. No Milgram, N., Sroloff, B. and Rosenbaum, M. (1988). The Procrastination of Everyday Life. Journal of Research in Personality, Vol Noursad. (2008). From Teacher Burnout to Student Burnout. Dalam http// 21 Februari 2013 Qadariah, S., Manan, S. dan Ramdhayani, D. (2012). Gambaran Faktor Penyebab Prokrastinasi pada Mahasiswa Prokrastinator yang Mengontrak Skripsi. Journal Sosial, Ekonomi, dan Humaniora Universitas Islam Bandung, Vol. 3. No Rostami, Z., Abedi, M. and Schaufeli, W. (2012). Does Interest Predicts Academic Burnout?. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol. 3. No Rothblum, E., Solomon, L. and Murakami, J. (1986). Affective, Cognitive, and Behavioral Differences Between High and Low Procrastinators. Journal of Counseling Prychology, Vol Schwenke, T. (2012). The Relationships Bertween Perfectionism, Stess, Coping Resources, and Burnout among Sigh Language Interpreters. Counseling and Psychological Services Dissertations, Georgia State University Sianipar, A., dan Mufattahah, S. (2008). Burnout on Medical Community Health Centers (Community Health). Universitas Gunadarma 9

10 Slivar, B. (2001). The Syndrome of Burnout, Self-Image, and Anxiety with Grammar School Students. Horizons of Psychology, Vol. 10. No Solomon, L., and Rothblum, L. (1984). Academic Procrastination: Frequency and Cognitive-Behavioral Correlates. Journal of Conseling Psychology, Vol. 31. No Steel, P. (2007). The Nature of Procrastination: A Meta-Analytic and Theoretical Review of Quintessential Self-Regulatory Failure. Psychological Bulletin Journal, Vol No Stephenson, T. (2012). A Quantitative Study Examining Teacher Stress, Burnout, and Self- Efficacy. University of Phoenix 10

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI

2014 GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI AKAD EMIK D ALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PAD A MAHASISWA PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa dalam Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah: Peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu. Mahasiswa akhir program S1 harus

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG

HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI UNIKA SOEGIJAPRANATA SEMARANG Nindya Prameswari Dewi dan Y. Sudiantara Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

NEVER BE AFRAID HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE

NEVER BE AFRAID HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE NEVER BE AFRAID HUBUNGAN ANTARA FEAR OF FAILURE DAN PROKRASTINASI AKADEMIK Ivan Sebastian Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Sebastian.ivan28@gmail.com ABSTRAK Prokrastinasi merupakan kecenderungan

Lebih terperinci

Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya. Ricky Pangestu Fakultas Psikologi

Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya. Ricky Pangestu Fakultas Psikologi Hubungan Prokrastinasi dan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Ubaya Ricky Pangestu Fakultas Psikologi Pangestu_ricky@yahoo.com Abstrak Penelitian ini merupakan yang bertujuan untuk memperjelas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA. Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Wheny Ervita Sari Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara

Lebih terperinci

Hubungan antara Impusiveness dan Perilaku Prokrastinasi pada Mahasiswa Universitas Airlangga yang sedang Mengerjakan Tugas Akhir (Skripsi)

Hubungan antara Impusiveness dan Perilaku Prokrastinasi pada Mahasiswa Universitas Airlangga yang sedang Mengerjakan Tugas Akhir (Skripsi) Hubungan antara Impusiveness dan Perilaku Prokrastinasi pada Mahasiswa Universitas Airlangga yang sedang Mengerjakan Tugas Akhir (Skripsi) Sakina Dini Kurniawati Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Tuntutlah ilmu setinggi bintang di langit, merupakan semboyan yang sering didengungkan oleh para pendidik. Hal ini menekankan pentingnya pendidikan bagi setiap

Lebih terperinci

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO PROKRASTINASI AKADEMIK DITINJAU DARI EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN LAMA STUDI PADA MAHASISWA JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO Adelia Dyah Pratiwi, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi Self Efficacy Menurut Bandura self efficacy adalah kepercayaan individu pada kemampuannya untuk berhasil melakukan tugas tertentu (Bandura, 1997).

Lebih terperinci

Prokrastinasi dan Task Aversiveness Tugas Makalah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya

Prokrastinasi dan Task Aversiveness Tugas Makalah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Prokrastinasi dan Task Aversiveness Tugas Makalah Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Dianrika Premadyasari Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Prokrastinasi adalah suatu perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta cakupan dan batasan masalah. BAB I PENDAHULUAN Bab pendahuluan ini berisi mengenai gambaran dari penelitian secara keseluruhan. Isi dalam bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Solihah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu fenomena yang kerap terjadi di kalangan mahasiswa adalah prokrastinasi akademik. Menurut Lay (LaForge, 2005) prokrastinasi berarti menunda dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa kini semakin banyak orang menyadari arti pentingnya pendidikan. Orang rela membayar mahal untuk dapat mengecap pendidikan di perguruan tinggi. Salah

Lebih terperinci

Rhendy Christian Sutjipto Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya. Pendahuluan

Rhendy Christian Sutjipto Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya. Pendahuluan Prokrastinasi Dan Kecemasan Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Surabaya Rhendy Christian Sutjipto Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Abstrak Prokrastinasi menurut Steel (2007) adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan dapat bertanggung jawab di dunia sosial. Mengikuti organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pengetahuan akademik bagi mahasiswanya. Mahasiswa tidak hanya dituntut secara akademik, tetapi

Lebih terperinci

MEREDUKSI PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA MELALUI TEKNIK TOKEN ECONOMY

MEREDUKSI PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA MELALUI TEKNIK TOKEN ECONOMY MEREDUKSI PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA MELALUI TEKNIK TOKEN ECONOMY Mujiyati Bimbingan dan Konseling, STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung email: muji_sof1@yahoo.com Abstract The research is motivated

Lebih terperinci

SELF-REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PURWOKERTO

SELF-REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PURWOKERTO SELF-REGULATED LEARNING DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 PURWOKERTO Windriya Sri Santika, Dian Ratna Sawitri Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional

BAB III METODE PENELITIAN Variabel penelitian dan definisi operasional BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Hipotesis 3.1.1 Variabel penelitian dan definisi operasional Variabel yang akan diteliti pada penelitian ini adalah prokrastinasi akademik sebagai

Lebih terperinci

Self Efficacy dan Prokrastinasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya.

Self Efficacy dan Prokrastinasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Self Efficacy dan Prokrastinasi pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya. Prokrastinasi merupakan perilaku penundaan saat memulai, mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia, melalui upaya pengajaran dan pelatihan, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perilaku belajar seorang siswa sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pembelajarannya. Sesuai dengan pendapat Roestiah (2001), belajar yang efisien dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan bisa berupa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fakultas Psikologi merupakan salah satu Fakultas yang berada di Universitas X Bandung didirikan berdasarkan pertimbangan praktis, yakni melengkapi syarat untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF EFFICACY AKADEMIK DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYELESAIKAN SKRIPSI

HUBUNGAN SELF EFFICACY AKADEMIK DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG SEDANG MENYELESAIKAN SKRIPSI Hubungan Self Efficacy Akademik Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Yang Sedang Menyelesaikan Skripsi (Annisa Rosni Z, Sari Zakiah A) HUBUNGAN SELF EFFICACY AKADEMIK DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Baik itu tuntutan dari orang tua yang ingin segera melihat putra-putrinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dituntut untuk menyelesaikan studinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Baik itu tuntutan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL

HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL 1 HUBUNGAN ANTARA INTERNAL LOCUS OF CONTROL DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA ANGKATAN 2008 YANG MENGHADAPI SKRIPSI DI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Septian Ade Purnomo

Lebih terperinci

Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam Di Universitas Islam 45 Bekasi

Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam Di Universitas Islam 45 Bekasi Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Pendidikan Agama Islam Di Universitas Islam 45 Bekasi 1) Jimmi Putra, 2) Lilim Halimah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab ini akan dibahas beberapa landasan teori sebagai dasar untuk melihat gambaran prokrastinasi pada mahasiswa Jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara. Landasan teori ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Tuhan yang diberi berbagai kelebihan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia adalah akal pikiran

Lebih terperinci

Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Flow Akademik. Karolina Arif

Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Flow Akademik. Karolina Arif Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Flow Akademik Karolina Arif Fakultas Psikologi Karolina.ubaya@yahoo.com Abstrak Motivasi berprestasi merupakan motif yang mengarahkan perilaku individu pada tujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN SELF CONTROL DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN TUGAS PERKULIAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN SELF CONTROL DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN TUGAS PERKULIAHAN SKRIPSI i HUBUNGAN SELF CONTROL DENGAN PROKRASTINASI PADA MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN TUGAS PERKULIAHAN SKRIPSI Oleh : Mellysha Mugista Aji P. 09810193 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2014

Lebih terperinci

BAB III METODELOGIPENELITIAN. Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti

BAB III METODELOGIPENELITIAN. Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti BAB III METODELOGIPENELITIAN Setelah menguraikan teori-teori yang digunakan pada penelitian ini, selanjutnya peneliti akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Pada bab ini, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin, dan karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perguruan tinggi merupakan jenjang pendidikan formal yang menjadi bagian dari sistem pendidikan nasional dan mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didik

Lebih terperinci

Dahlia Novarianing Asri, Noviyanti Kartika Dewi 1. FakulitasIlmuPendidikan, IKIP PGRI Madiun 2

Dahlia Novarianing Asri, Noviyanti Kartika Dewi 1. FakulitasIlmuPendidikan, IKIP PGRI Madiun   2 PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING IKIP PGRI MADIUN DITINJAU DARI EFIKASI DIRI, FEAR OF FAILURE, GAYA PENGASUHAN ORANG TUA, DAN IKLIM AKADEMIK 1) 2) Dahlia Novarianing

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... vii. Daftar Bagan... x. Daftar Tabel... xi. Daftar Lampiran... xiii

DAFTAR ISI. Abstrak... i. Kata Pengantar... ii. Daftar Isi... vii. Daftar Bagan... x. Daftar Tabel... xi. Daftar Lampiran... xiii ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran derajat prokrastinasi akademik pada mahasiswa pencinta alam di Universitas X Bandung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB PROKRASTINASI PADA MAHASISWA PROKRASTINATOR YANG MENGONTRAK SKRIPSI 1 Siti Qadariah, 2 Sukarti Hilmi Manan, 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prokrastinasi merupakan salah satu masalah dalam lingkungan akademis dan siswa sering melakukan prokrastinasi tugas-tugas akademik. Burka dan Yuen (dalam Dahlan,

Lebih terperinci

PERAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

PERAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN PERAN REGULASI DIRI DALAM BELAJAR TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN AGITA RACHMAWATI SETIATI SURYA CAHYADI ABSTRAK Tugas merupakan salah satu proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Ada yang menginginkan pekerjaan agar cepat selesai, ada pula yang menunda dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

Validasi Alat Ukur Irrational Procrastination Scale (IPS)

Validasi Alat Ukur Irrational Procrastination Scale (IPS) Validasi Alat Ukur Irrational Procrastination Scale (IPS) Galih Eko Prayitno, Ide Bagus Siaputra, Hari K. Lasmono Fakultas Psikologi, Universitas Surabaya Prokrastinasi merupakan suatu tindakan menunda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai sektor kehidupan semakin pesat, sebagai dampak dari faktor kemajuan di bidang teknologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA ANGKATAN 2010 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SURABAYA

HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA ANGKATAN 2010 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SURABAYA HUBUNGAN ANTARA SELF ESTEEM DAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA ANGKATAN 2010 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SURABAYA Marvel Joel Tetan. El Psikologi marveltetanel@yahoo.com Abstrak - Prokrastinasi

Lebih terperinci

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama Dewi Rosiana Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan kualitas sumber daya manusia Indonesia tidak terlepas dari dunia pendidikan. Perguruan Tinggi sebagai salah satu jenjang pendidikan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara psikologi peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP) tengah memasuki masa pubertas, yakni suatu masa ketika individu mengalami transisi dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pendidikan tinggi yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DANGAN PROKRASTINASI MENYELESAIKAN TUGAS PADA ASISTEN MATA KULIAH PRAKTIKUM NASKAH PUBLIKASI Diajukan Oleh: Evita Tri Purnamasari F 100 100 145 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut untuk memiliki keahlian dalam bidang tertentu. Semakin tinggi penguasaan seseorang terhadap suatu bidang, semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang dan karenanya kita dituntut untuk terus memanjukan diri agar bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan dan merupakan kunci utama untuk mencapai kemajuan suatu bangsa. Pendidikan dapat memotivasi terciptanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tingggi (KBBI, 1991). Tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dalam berbagai bidang, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni menciptakan persaingan yang cukup ketat dalam dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang semakin meningkat. Individu dituntut untuk semakin maju agar dapat mengikuti persaingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap harinya manusia dihadapkan dengan berbagai macam tugas, mulai dari tugas rumah tangga, tugas dari kantor ataupun tugas akademis. Banyaknya tugas yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. non-formal dan informal. Setiap jenis pendidikan tersebut memiliki tujuan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh manusia. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal, non-formal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan pembangunan di berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, teknologi dan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan masa yang memasuki masa dewasa, pada masa tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan peserta didik yang terdaftar dan sedang menempuh proses pendidikan di Perguruan Tinggi. Pada umumnya mahasiswa berusia antara 18-24 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting bagi kehidupan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal (1) ayat 1, pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prokrastinasi Akademik 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik. Secara etimologis atau menurut asal katanya, istilah prokrastinasi berasal dari bahasa latin yaitu pro atau forward

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ

HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP UNJ Hubungan Antara Self Efficacy Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan... HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK MAHASISWA JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FIP

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Studi Deskriptif mengenai Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa yang Mengontrak Kembali Usulan Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung. Penelitian ini

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DAYA JUANG DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG MENGERJAKAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DAYA JUANG DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG MENGERJAKAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DAYA JUANG DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR YANG MENGERJAKAN SKRIPSI PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Lebih terperinci

SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Agus Subaidi Program Studi Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Madura Alamat: Jalan Raya Panglegur 3,5 KM Pamekasan Email : agusunira@yahoo.com

Lebih terperinci

Tingkat Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 9 Yogyakarta

Tingkat Prokrastinasi Akademik Siswa Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 9 Yogyakarta 26 Jurnal Jurnal Kajian Kajian Bimbingan Bimbingan dan Konseling, dan Konseling, 2(1), 2017, 2(1), 26 31 2017, 26 31 Tersedia online di http://journal2.um.ac.id/index.php/jkbk ISSN 2503-3417 (online) ISSN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh. berharap agar sekolah dapat mempersiapkan anak-anak untuk menjadi warga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan dari pendidikan adalah membantu anak mengembangkan potensinya semaksimal mungkin. Oleh karena itu pendidikan sangat dibutuhkan baik bagi

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Self Efficacy dengan pada Mahasiswa Teknik Prodi Teknik Industri Angkatan 2012 di Unisba Coralation of Self Efficacy with Adjustmen Academic to Engineering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada populasi atau sampel yang diambil adalah seluruh subjek yang menjadi anggota populasi, oleh karena itu metode analisis yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan suatu bangsa dapat dilihat dari sumber daya manusia yang kompeten dan berkualitas khususnya generasi muda. Salah satu jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga mahasiswa dapat memilih perguruan tinggi yang hendak mereka masuki. Dalam memilih perguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengangguran lulusan pendidikan tinggi di Indonesia semakin hari semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai 626.600 orang.

Lebih terperinci

A B S T R A K Solomon & Rothblum

A B S T R A K Solomon & Rothblum A B S T R A K Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat Prokrastinasi Akademik pada mahasiswa Fakultas X Departemen Y ITB. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas X

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang

BAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Perguruan Tinggi di Indonesia menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang menyatakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PROKRASTINASI DALAM MENYELESAIKAN SKRIPSI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS MURIA KUDUS Aliya Noor Aini Iranita Hervi Mahardayani 1 2 Abstract This study aims to examine the

Lebih terperinci

GAMBARAN DISONANSI KOGNITIF PADA MAHASISWA PELAKU PROKRASTINASI AKADEMIK DI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

GAMBARAN DISONANSI KOGNITIF PADA MAHASISWA PELAKU PROKRASTINASI AKADEMIK DI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA GAMBARAN DISONANSI KOGNITIF PADA MAHASISWA PELAKU PROKRASTINASI AKADEMIK DI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Annisa Fitriani Rahayu Annisafr91@gmail.com Dosen Pembimbing : Rani Agias Fitri, S.Psi, M.Si Binus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Di Indonesia, pendidikan terbagi menjadi tiga jenis, yang pertama adalah pendidikan non formal (seperti kursus dan les), yang kedua adalah pendidikan informal

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA CORRELATION BETWEEN SELF-EFFICACY AND ACADEMIC PROCRASTINATION ON

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Self efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sehari-hari manusia. Nevid (2005) berpendapat bahwa kecemasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemasan adalah reaksi normal terhadap stressor yang membantu seorang individu untuk menghadapi situasi yang menuntut motivasi untuk mengatasinya, tetapi ketika

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) Hubungan Antara Self - Efficacy dan Self Regulated Learning Dengan Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Surabaya Dessy Annastia Sari Fakultas Psikologi Des.sychology@gmail.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT RINGKASAN SKRIPSI HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN EMOTIONAL INTELLIGENCE DENGAN PROKRATINASI MENGERJAKAN TUGAS AKHIR PADA MAHASISWA JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DI UIN MALIKI MALANG PUTRI ROISA ALFIANI HUSNA

Lebih terperinci

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. i Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara locus of control dan prokrastinasi akademik pada mahasiswa yang sedang menempuh Usulan Penelitian di Fakultas Psikologi Universitas X Bandung.

Lebih terperinci

PROKRASTINASI DAN PENGGUNAAN INTERNET BERMASALAH. Dessy Nur Utami ( )

PROKRASTINASI DAN PENGGUNAAN INTERNET BERMASALAH. Dessy Nur Utami ( ) PROKRASTINASI DAN PENGGUNAAN INTERNET BERMASALAH Dessy Nur Utami (5090858) Psikologi dessynurutami@gmail.com Abstrak -Prokrastinasi merupakan penundaan yang irasional, ketika seseorang melakukan penundaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah jenjang pendidikan yang merupakan lanjutan dari pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk mempersiapkan peserta

Lebih terperinci

Rancangan Intervensi Berbasis Cognitive-Behavioral Therapy untuk Menanggulangi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Unisba

Rancangan Intervensi Berbasis Cognitive-Behavioral Therapy untuk Menanggulangi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Unisba Prosiding SNaPP2011: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 Rancangan Intervensi Berbasis Cognitive-Behavioral Therapy untuk Menanggulangi Prokrastinasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS

KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS KONTRIBUSI SELF CONCEPT MATEMATIS TERHADAP KEMAMPUAN AKADEMIK MAHASISWA PADA PEMBELAJARAN KALKULUS Rifqi Hidayat, Jajang Rahmatudin Universitas Muhammadiyah Cirebon rifqi.math@gmail.com, j.rahmatudin@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah Dasar(SD), Sekolah Menengah Pertama(SMP), Sekolah Menengah Atas(SMA), maupun Perguruan Tinggi(PT),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Universitas merupakan salah satu institusi yang mempersiapkan sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya (www.ui.ac.id). Oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Procrastination 1. Pengertian Procrastination Istilah procrastination berasal dari bahasa latin procrastinare dengan awalan pro yang berarti mendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu syarat tercapainya Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh setiap negara. Maju tidaknya suatu negara dipengaruhi oleh faktor pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

Pengaruh Perfeksionisme Terhadap Prokrastinasi Akademik pada Siswa Program Akselerasi

Pengaruh Perfeksionisme Terhadap Prokrastinasi Akademik pada Siswa Program Akselerasi Pengaruh Perfeksionisme Terhadap Prokrastinasi Akademik pada Siswa Program Akselerasi Nicky Yudha Ananda Endah Mastuti Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Abstract. The aimed of this study was to

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Mahasiswa adalah label yang diberikan kepada seseorang yang sedang menjalani jenjang pendidikan di universitas atau sekolah tinggi (KBBI, 1991). Dalam peraturan

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS STRATEGI COPING SKILLS UNTUK MENGURANGI KEJENUHAN BELAJAR (BURNOUT) SISWA

EFEKTIVITAS STRATEGI COPING SKILLS UNTUK MENGURANGI KEJENUHAN BELAJAR (BURNOUT) SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Secara filosofis dan historis, pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan umum pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan

Lebih terperinci

Usnaziqyah Raqfika 1 Awaluddin Tjalla 2 Indira Chanum 3. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ,

Usnaziqyah Raqfika 1 Awaluddin Tjalla 2 Indira Chanum 3. Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNJ, 126 Penerapan Konseling Individu dengan Teknik Instruksi Diri dalam Pendekatan Terapi Kognitif-Per- PENERAPAN KONSELING INDIVIDU DENGAN TEKNIK INSTRUKSI DIRI DALAM PENDEKATAN TERAPI KOGNITIF-PERILAKU UNTUK

Lebih terperinci