PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Edisi 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Edisi 2013"

Transkripsi

1 PROFIL KESEHATAN TAHUN 2012 Edisi 2013 DINAS KESEHATAN Jalan Pelita Raya No. 01 Telp/Fax [0525]21236 Buntok

2 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas bimbingan dan petunjuk-nya sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 ini dapat tersusun dengan baik. Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan Kabupaten Barito Selatan, maka Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada para pihak yang membutuhkan informasi mengenai kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Barito Selatan. Kondisi kesehatan yang digambarkan dalam Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 ini disusun berdasarkan masukan dari data Kesehatan Kecamatan dan Desa yang merupakan gambaran kondisi dan situasi kesehatan di wilayah Kabupaten Barito Selatan, ditambah dengan data dari Puskesmas di Kabupaten Barito Selatan, Laporan Rumah Sakit Umum Daerah Buntok serta dari beberapa buku terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Barito Selatan. Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan tahun ini menggunakan format yang baru sesuai dengan Petunjuk Teknis Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Edisi Data Terpilah menurut Jenis Kelamin Tahun Namun Karena keterbatasan sistem informasi yang ada, profil kali ini hanya bisa menyajikan sebagian data terpilah dan akan disempurnakan dalam profil kesehatan di tahun-tahun berikutnya. Dalam kesempatan ini, Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pimpinan puskesmas yang telah menyampaikan Profil Kesehatan tingkat puskesmas tahun 2012 sebagai manifestasi dari laporan pencapaian kegiatan di bidang kesehatan. Penghargaan yang setinggi-tingginya, juga saya sampaikan kepada semua pihak yang i

3 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 telah membantu dan memberikan konstribusi sehingga Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2103 dapat tersusun dengan baik. Dengan telah terbitnya Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 saya harapkan dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan yang didasari pada data dan informasi (evidence based) serta digunakan sebagai salah satu rujukan data dan informasi yang diperlukan. Buntok, 12 Agustus 2013 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Selatan drg. Daryomo Sukiastono, M.AP NIP ii

4 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... i iii iv vi vii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN UMUM... 3 A. Keadaan Geografis... 3 B. Wilayah Administrasi... 4 C. Keadaan Penduduk... 5 D. Keadaan Pendidikan... 6 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN... 7 A. Mortalitas... 7 B. Morbiditas C. Status Gizi D. Umur Harapan Hidup (UHH) BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan B. Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan C. Perilaku Masyarakat D. Keadaan Lingkungan BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana Kesehatan B. Tenaga Kesehatan C. Pembiayaan Kesehatan BAB VI PENUTUP LAMPIRAN iii

5 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 DAFTAR GAMBAR 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Barito Selatan Proporsi Penduduk Kabupaten Barito Selatan yang Berumur 10 Tahun Ke atas menurut Status Pendidikan Tahun Angka Kematian Bayi Per Kelahiran Hidup Kabupaten Barito Selatan Tahun Angka Kematian Balita Per Kelahiran Hidup Kabupaten Barito Selatan Tahun Angka Kematian Ibu Per Kelahiran Hidup Kabupaten Barito Selatan Tahun Penemuan Penderita BTA + Kabupaten Barito Selatan Tahun Kasus Diare Kabupaten Barito Selatan Tahun Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten Barito Selatan Tahun Trend Angka Kesakitan Malaria Per 1000 Penduduk Kabupaten Barito Selatan Tahun Cakupan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Kabupaten Barito Selatan Tahun Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Barito Selatan Tahun Cakupan K-1 dan K-4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun Cakupan Fe-3 Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun Cakupan Vitamin A Pada Anak Balita Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun Persenatse Peserta KB Aktif Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Kabupaten Barito Selatan Tahun iv

6 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Cakupan Kunjungan Bayi Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun Jumlah Bayi Imunisasi DPT-1 dan Campak Kabupaten Barito Selatan Tahun Cakupan Indikator D/S dan N/ D Kabupaten Barito Selatan Tahun Cakupan ASI Eksklusif Kabupaten Barito Selatan Tahu Jumlah Rumah Sehat Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun Distribusi Akses Air Bersih Menurut Sarana Air Bersih Kabupaten Barito Selatan Tahun Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan Berdasarkan Sarana Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun Persentase Anggaran Kesehatan Berdasarkan Total APBD Kabupaten Barito Selatan Tahun v

7 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 DAFTAR TABEL 2.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Tahun Jumlah Desa dan Kelurahan Tahun ` Target Ratio Tenaga Kesehatan Per Penduduk Tahun Jenis dan Rasio Tenaga Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun vi

8 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 DAFTAR LAMPIRAN TABEL 1 Resume Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kel, Jumlah Penduduk, Jumlah Rumah Tangga dan Kepadatan Penduduk menurut Kecamatan Tahun Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin, Kelompok Umur, Rasio Beban Tanggungan, Rasio Jenis Kelamin, dan Kecamatan Tahun Jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur Tahun Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke atas yang Melek Huruf Menurut Jenis Kelamin dan Kecamatan Tahun Persentase Penduduk Laki-Laki dan Berumur 10 Tahun ke atas menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Tahun Jumlah Kelahiran menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kematian Bayi dan Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kematian Ibu menurut Kelompok Umur, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kasus AFP(Non Polio) dan AFP Rate (Non Polio) menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Jumlah Kasus Baru TB Paru dan Kematian Akibat TB Paru menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kasus dan Angka Penemuan Kasus TB Paru BTA+ menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kasus dan Kesembuhan TB Paru BTA+ menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Penemuan Kasus Pneumonia Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kasus Baru HIV, AIDS, dan Infeksi Menular Seksual Lainnya menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Persentase Donor Darah Diskrining Terhadap HIV menurut Jenis Kelamin Tahun Kasus Diare yang Ditangani menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kasus Baru Kusta menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Kasus Baru Kusta 0 14 Tahun dan Cacat Tingkat 2 menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kasus dan Angka Prevalensi Penyakit Kusta menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Persentase Penderita Kusta Selesai Berobat menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kasus Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kasus DBD menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun vii

9 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Penderita Filariasis Ditangani menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Bayi Berat Badan Lahir Rendah menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Status Gizi Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Kunjungan Ibu Hamil, Persalinan Ditolong Tenaga Kesehatan, dan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Persentase Cakupan Imunisasi TT pada Ibu Hamil menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Jumlah Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe-1 dan Fe-3 menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Jumlah dan Persentase Ibu Hamil dan Neonatur Risiko Tinggi/Komplikasi Ditangani menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi, Anak Balita, dan Ibu Nifas menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Proporsi Peserta KB Aktif menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Proporsi Peserta KB Baru menurut Jenis Kontrasepsi, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Peserta KB Baru dan KB Aktif menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Cakupan Kunjungan Neonatus menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Kunjungan Bayi menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Desa/Kelurahan UCI menurut Kecamatan dan Puskesmas Cakupan Imunisasi DPT, HB, dan Campak pada Bayi menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Imunisasi BCG dan Polio pada Bayi menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Bayi yang Diberi ASI Eksklusif menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Pemberian Makanan Pendamping ASI Anak Usia 6-23 Bulan Keluarga Miskin menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Pelayanan Anak Balita menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Balita Ditimbang menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Balita Gizi Buruk yang Mendapat Perawatan menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD & Setingkat menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Pelayanan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat (Gadar) Level 1 Tahun viii

10 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Jumlah Penderita dan Kematian pada KLB menurut Jenis KLB Tahun Desa/Kelurahan Terkena KLB yang Ditangani < 24 Jam menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat menurut Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kegiatan Penyuluhan Kesehatan Tahun Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar menurut Jenis Jaminan, Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Cakupan Pelayanan Rawat Jalan Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Cakupan Pelayanan Rawat Inap Masyarakat Miskin (dan Hampir Miskin) menurut Strata Sarana Kesehatan, Jenis Kelamin, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Jumlah Kunjungan Rawat Jalan, Rawat Inap, dan Kunjungan Gangguan Jiwa di Sarana Pelayanan Kesehatan Tahun Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit Tahun Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit Tahun Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Persentase Rumah Sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Persenatse Rumah/Bangunan Bebas Jentik Nyamuk Aedis menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Persentase Keluarga menurut Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Persentase Keluarga menurut Sumber Air Minum yang Digunakan, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Persentase Keluarga dengan Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Persentase Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Sehat menurut Kecamatan dan Puskesmas Tahun Persentase Institusi Dibina Kesehatan Lingkungannya menurut Kecamatn dan Puskesmas Tahun Ketersediaan Obat menurut Jenis Obat Tahun Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan menurut Kepemilikan Tahun Sarana Pelayanan Kesehatan dengan Kemampuan Labkes dan Memiliki 4 Spesialis Dasar Tahun Jumlah Posyandu menurut Strata, Kecamatan, dan Puskesmas Tahun Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) menurut Kecamatan Tahun Jenis Tenaga Medis di Sarana Kesehatan Tahun Jumlah Tenaga Keperawatan di Sarana Kesehatan Tahun Jumlah Tenaga Kefarmasian di Sarana Kesehatan Tahun Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat dan Sanitasi di Sarana Kesehatan Tahun Jumlah Tenaga Teknis Medis dan Fisioterapis di Sarana Kesehatan Tahun Anggaran Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun ix

11 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Dalam kerangka tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan dengan berdasarkan perikemanusiaan, keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, nondiskriminatif, dan norma-norma agama. Selanjutnya, dalam rangka peningkatan kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan maka perlu adanya informasi kesehatan yang akurat, tepat waktu, dan lengkap sebagai bahan dalam proses pengambilan keputusan, dalam pengolahan pembangunan kesehatan, serta menyediakan informasi untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan, dan meningkatkan kewaspadaan di semua tingkat administrasi. Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan merupakan salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan yang memberikan gambaran situasi kesehatan di Kabupaten Barito Selatan yang diterbitkan setiap tahun. Dalam Profil Kesehatan ini memuat berbagai data tentang kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan program kesehatan. Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan diperlukan indikatorindikator kinerja kesehatan antara lain adalah Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Kesehatan yang merupakan indikator yang dapat memantau hasil pencapaian penyelenggaraan pelayanan minimal. Sehingga dasar acuan pembuatan profil kesehatan kabupaten ini adalah Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) dan indikator kesehatan lain yang telah ditetapkan berdasarkan petunjuk teknis Pembuatan Profil Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Tujuan umum disusunnya Profil Kesehatan Kabupaten ini adalah diperolehnya gambaran tentang situasi kesehatan di Kabupaten Barito Selatan dan tujuan khususnya adalah diperolehnya gambaran tentang derajat kesehatan masyarakat, situasi lingkungan kesehatan, upaya kesehatan, dan kondisi Sumber Daya Kesehatan. 1

12 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya buku Profil Kesehatan Kabupaten adalah sebagai wahana penilaian (evaluasi) dari program maupun permasala han kesehatan yang ada juga sebagai sarana evaluasi keberhasilan program kesehatan secara menyeluruh di masyarakat sebagai upaya pengendalian, monitoring dan evaluasi program kesehatan masyarakat, diharapkan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan bagi stakeholder. Dengan kedudukan yang cukup strategis, maka penyusunan profil kesehatan perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak yang terlibat didalamnya dan diharapkan agar data dan informasi yang terkandung di dalamnya konsisten, valid, reliabel, dan dapat dipertanggungjawabkan serta dapat dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan di tahun berikutnya. Sistimatika penulisan Profil Kesehatan Kabupaten Barito Selatan ini terdiri dari BAB I Pendahuluan, BAB II Gambaran Umum Daerah, BAB III Situasi Derajat Kesehatan BAB IV. Situasi Upaya Kesehatan, BAB V Situasi Sumber Daya Kesehatan, BAB VI Penutup. Sedangkan untuk pengolahan dan analisis data digunakan analisis deskriptif, komparatif, dan kecendrungan yang disajikan dalam bentuk narasi, tabel, dan grafik. 2

13 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 BAB II GAMBARAN UMUM A. KEADAAN GEOGRAFIS Kabupaten Barito Selatan dengan Ibu kota Kabupaten di Buntok terletak antara 1º 20 Lintang Utara, 2 º 35 Lintang Selatan, 114 º º Bujur Timur. Diapit oleh tiga Kabupaten tetangga yaitu di sebelah utara dengan sebagian wilayah Kabupaten Barito Utara, sebelah timur dengan sebagian wilayah Kabupaten Barito Timur, di bagian selatan dengan wilayah Kabupaten Kapuas dan Propinsi Kalimantan Selatan dan sebelah barat dengan wilayah Kabupaten Kapuas. Gambar 2.1 Peta Wilayah Kabupaten Barito Selatan Luas wilayah Kabupaten Barito Selatan adalah km² yang meliputi enam kecamatan. Kecamatan Dusun Hilir dan Kecamatan Gunung Bintang Awai merupakan kecamatan terluas masing-masing km² dan km² atau luas kedua kecamatan 3

14 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 tersebut mencapai 45,28 % dari seluruh wilayah Kabupaten Barito Selatan, sedangkan kecamatan yang luasnya paling sedikit adalah Kecamatan Jenamas yaitu 708 km² atau 8,02 % luas wilayah kabupaten. Luas wilayah berdasarkan kecamatan di Kabupaten Barito Selatan dapat dilihat dalam tabel 2.1 berikut. NO Tabel 2.1 Luas Wilayah Berdasarkan Kecamatan Tahun 2012 KECAMATAN LUAS WILAYAH % LUAS KABUPATEN (KM 2 ) BARITO SELATAN Jenamas 708 8,02 Dusun Hilir ,39 Karau Kuala ,45 Dusun Selatan ,71 Dusun Utara ,54 Gg. Bintang Awai ,89 Jumlah ,00 Sumber BPS Kabupaten Barito Selatan, 2012 Sebagian besar wilayah Kabupaten Barito Selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 40 meter di atas permukaan laut. Kecuali sebagian wilayah kecamatan Gunung Bintang Awai dan sebagian Kecamatan Dusun Utara yang merupakan daerah perbukitan. Kabupaten Barito Selatan mempunyai satu sungai besar (sung ai Barito) dan beberapa sungai kecil / anak sungai, dan keberadaannya menjadi salah satu ciri khas Kabupaten Barito Selatan. Sungai Barito yang memiliki panjang mencapai 900 Km dengan rata rata kedalaman + 8 m merupakan sungai terpanjang dan dapat dilayari hingga Km. Sebagai daerah yang beriklim tropis, wilayah Kabupaten Barito Selatan udaranya relatif panas. Pada siang hari suhu mencapai 34 o C dan malam hari 23 o C, sedangkan rata rata curah hujan pertahunnya relatif tinggi yaitu mencapai 252, 25 mm. B. WILAYAH ADMINISTRASI Secara administratif, Kabupaten Barito Selatan di bagi menjadi 6 kecamatan, yang selanjutnya terdiri dari desa dan kelurahan yang jumlah keseluruhannya adalah 93 Desa dan Kelurahan yang secara rinci dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut. 4

15 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 No Tabel 2.2 Jumlah Desa dan Kelurahan Tahun 2012 Kecamatan Jumlah Desa Kelurahan Jumlah Jenamas Dusun Hilir Karau Kuala Dusun Selatan Dusun Utara Gg. Bintang Awai Jumlah Sumber LKPJ Kab. Barito Selatan, 2012 C. KEADAAAN PENDUDUK Kabupaten Barito Selatan memiliki luas wilayah sebesar Km 2. Sedangkan jumlah penduduk tahun 2011 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Barito Selatan sebesar jiwa. Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk tahun 2010 adalah sebesar jiwa, maka terjadi peningkatan jumlah penduduk pada tahun Jumlah penduduk terdiri dari jiwa (51,0 %) laki -laki dan jiwa (49,0 %) perempuan, sehingga ratio jenis kelamin atau perbandingan jumlah penduduk laki-laki per 100 penduduk perempuan adalah 104,09 yang artinya jumlah penduduk laki-laki empat persen lebih banyak dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Bila dibandingkan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah, maka kepadatan penduduk Kabupaten Barito Selatan tergolong jarang, yaitu hanya sekitar 14,06 jiwa /km²-nya. Kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Dusun Selatan yang juga merupakan tempat ibu kota Kabupaten Barito Selatan yaitu 27,20 jiwa / km² dan kepadatan terendah terdapat pada dua kecamatan yaitu Kecamatan Dusun Hilir 7,56 Jiwa/Km² dan Kecamatan Gunung Bintang Awai dengan kepadatan 9,31 jiwa / km². Komposisi penduduk Kabupaten Barito Selatan bila dirinci menurut kelompok umur dan jenis kelamin, menunjukkan penduduk laki-laki sedikit lebih banyak dari pada perempuan yaitu 51,0 % sedangkan perempuan 49,0 % dan jumlah terbanyak berada pada kelompok umur tahun (49,93 %) dan paling sedikit berada pada kelompok umur 64 tahun lebih ( 3,39 %) dan angka ketergantungan (rasio beban tanggungan) 5

16 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 hanya sebesar 0,54, setiap penduduk produktifitas menanggung kurang dari 1 orang penduduk usia tidak produktif. D. KEADAAN PENDIDIKAN Keadaan pendidikan seseorang mempunyai pengaruh terhadap pembangunan kesehatan dalam arti yang luas, baik individu, keluarga, masyarakat, lingkungan dan lain sebagainya. Persentase penduduk berusia 10 tahun ke atas yang tidak / belum pernah bersekolah sesuai data BPS Kabupaten Barito Selatan, dengan jenis kelamin laki-laki adalah 10,95 % dan angka persentase tertinggi di Kecamatan Karau Kuala yaitu 3,41 % dan yang terendah di Kecamatan Jenamas adalah 1,05%, dan perempuan berusia 10 tahun ke atas yang belum atau tidak pernah bersekolah adalah 12,34% dimana porsentase tertinggi di kecamatan Dusun Selatan yaitu 3,02% dan terendah pada kecamatan Karau Kuala yaitu 1,13%. Selanjutnya di Kabupaten Barito Selatan, persentase penduduk yang berusia 10 tahun ke atas bila dirinci menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan adalah tamat SD/MI merupakan yang terbesar yaitu 24,82 %; SLTP/MTs, 17,01 % ; SLTA/MA, 14,11 % dan Perguruan Tinggi baru mencapai 0,61 %. Bila dibandingkan menurut jenis kelamin terlihat penduduk perempuan yang tidak / belum pernah sekolah lebih kecil dari penduduk laki-laki ( 1,64 % berbanding 2,35 % ). Gambar 2.2 Proporsi Penduduk Kabupaten Barito Selatan yang Berumur 10 Tahun ke atas menurut Status Pendidikan Tahun ,11 1,720,61 17,13 17,01 24,82 Pendidikan Tidak/Belum Pernah Sekolah SD/MI SLTP/ MTs SLTA/ MA AK/ DIPLO MA UNIVERSITAS Sumber BPS Kabupaten Barito Selatan,

17 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Untuk mengetahui gambaran derajat kesehatan masyarakat dapat diukur dari indikator-indikator yang digunakan antara lain angka kematian (mortalitas), an gka kesakitan (morbiditas), status gizi, serta umur harapan hidup. Indikator tersebut dapat diperoleh melalui laporan dari fasilitas kesehatan (fasility based) dan dari masyarakat (community based). Perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dan kesakitan dalam masyarakat dari waktu ke waktu. Di samping itu kejadian kematian juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan melakukan berbagai survey dan penelitian. A. MORTALITAS Peristiwa kematian pada dasarnya merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab penyakit, baik kematian langsung maupun tidak langsung yang berhubungan erat dengan masalah kesehatan secara umum dan juga dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan bidang kesehatan, di Kabupaten Barito Selatan angka kematian ini dirasa belum mampu merepresentasikan angka sebenarnya karena data kematian hanya didapat dari pencatatan kematian yang terjadi di sarana kesehatan yang ada, baik di puskesmas maupun rumah sakit. 1. Angka Kematian Bayi Bayi merupakan golongan masyarakat yang dianggap paling rawan dari aspek kesehatan. Indikator yang berkaitan dengan kematian bayi merupakan indikator penting dan sering dipakai untuk mengukur kemajuan suatu daerah. Selain itu, Angka kematian bayi merupakan indikator dalam menentukan status kesehatan masyarakat karena 7

18 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 indikator ini mencerminkan pelayanan kesehatan dasar yang paling awal, menentukan kualitas pelayanan kebidanan, keadaan kesehatan lingkungan, keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan juga sangat menentukan kualitas generasi yang akan datang. Angka kematian bayi didefinisikan sebagai jumlah bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Berdasarkan laporan puskesmas, jumlah kematian bayi di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 tercatat 21 orang dan Angka Kematian Bayi tahun 2012 yaitu sebesar 10,6 per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi pada tahun 2012 terjadi sedikit peningkatan dibanding tahun 2011 sebesar 8,2 per 1000 kelahiran hidup. Bila dibandingkan dengan Angka Kematian Bayi Propinsi Kalimantan Tengah sebesar 21,9 per 1000 kelahiran hidup, maka Kabupaten Barito Selatan memiliki angka kematian bayi yang lebih rendah. Apalagi bila dibandingkan dengan target Indikator Kementerian Kesehatan RI sebesar 40 per 1000 kelahiran hidup, maka Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 berada di bawah target Indikator Kementerian Kesehatan RI. Lebih jelas perkembangan angka kematian bayi dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut : Gambar 3.1 Angka Kematian Bayi Per Kelahiran Hidup Kabupaten Barito Selatan Tahun Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 3.1, Angka Kematian Bayi per kelahiran selama tiga tahun terakhir mengalami kenaikan (tahun 2010 sampai 2012). Semua data kematian bayi hanya diperoleh dari sarana kesehatan, bukan dari hasil survey sehingga belum mencerminkan kondisi kematian bayi secara keseluruhan. Bila dilihat berdasarkan jumlah kematian bayi menurut Kecamatan, maka dari seluruh kasus kematian yaitu 21 8

19 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 bayi, yakni terjadi di Kecamatan Dusun Hilir 5 orang, Karau Kuala 6 orang, Dusun Selatan 5 orang, Dusun Utara 3 orang, dan Kecamatan Gunung Bintang Awai 2 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel Angka Kematian Anak Balita Jumlah kematian anak balita berdasarkan laporan pencatatan di sarana kesehatan pada tahun 2012 sebanyak 2 orang sehingga angka kematian anak balita pada tahun 2012 adalah 1,1 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian anak balita tahun 2012 bila dibandingkan dengan angka kematian anak balita tahun 2011 sebesar 1,2 per 1000 kelahiran hidup telah terjadi penurunan angka kematian anak balita. Sedangkan bila dibandingkan dengan indikator MDGs maksimal sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup, maka angka kematian anak balita di Kabupaten Barito selatan sudah memenuhi target tersebut. Semua data kematian balita hanya diperoleh dari sarana kesehatan, bukan dari hasil survey sehingga belum mencerminkan kondisi kematian balita secara keseluruhan. Perkembangan angka kematian balita di Kabupaten Barito Selatan selama tahun dapat dilihat pada Gambar 3.2 Berikut. Gambar 3.2 Angka Kematian Balita Per Kelahiran Hidup Kabupaten Barito Selatan Tahun Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, Angka Kematian Ibu Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidental) selama kehamilan, melahirkan, dan 9

20 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup. Sebagian besar penyebab kematian ibu melahirkan disebabkan oleh pendarahan, kejang-kejang, infeksi kehamilan, persalinan macet/lama, absorbsi/keguguran dan rata-rata karena terlambat di bawa ke Rumah Sakit rujukan. Angka Kematian Ibu bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. Indikator ini dipengaruhi oleh status kesehatan secara umum, pendidikan, pelayanan selama kehamilan, persalinan, dan setelah persalinan. Jumlah Kematian Ibu dalam hal ini kematian ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas pada tahun 2012 yaitu 1 orang. Kalau dibanding dengan tahun sebelumnya, 2011 yang sebanyak 3 orang maka jumlah kematian ibu pada tahun 2012 mengalami penurunan kasus kematian ke arah perbaikan. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, kematian ibu terjadi di wilayah Puskesmas Mengkatip. Sebaliknya di Puskesmas lainnya tidak terjadi kasus kematian ibu hamil, bersalin, maupun nifas. Berdasarkan jumlah kematian ibu, maka Angka Kematian Ibu pada tahun 2012 adalah 50,4/ kelahiran hidup. Bila dibanding dengan target Kementerian Kesehatan RI sebesar maksimal 150/ kelahiran hidup, maka Kabupaten Barito Selatan sudah memenuhi target tersebut. Gambar 3.3 Angka Kematian Ibu Per Kelahiran Hidup Kabupaten Barito Selatan Tahun Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 3.3 di atas kecendrungan Angka Kematian Ibu per kelahiran hidup selama empat tahun terakhir di Kabupaten Barito Selatan terjadi 10

21 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 penurunan Angka Kematian Ibu secara berarti, terutama pada rentang waktu tahun 2010 sampai dengan tahun B. MORBIDITAS Morbiditas adalah angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian terhadap derajat kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penduduk bisa diketahui melalui dua metode, yang pertama didapat dari data yang berasal dari masyarakat (community based data) yang da pat diperoleh dengan melalui studi morbiditas. Sedangkan yang kedua melalui hasil pengumpulan data baik dari Dinas Kesehatan Kabupaten maupun dari data sarana pelayanan kesehatan (Facility Based Data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Perolehan data untuk menentukan angka kesakitan (Morbiditas) di Kabupaten Barito Selatan didapat melalui cara yang kedua yaitu berdasarkan laporan dari sarana pelayanan kesehatan di wilayah Kabupaten Barito Selatan. 1. AFP (Acute Flaccid Paralysis) Erapo dilaksanakan melalui gerakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan merupakan wujud dari kesepakatan global dalam membasmi penyakit polio di Indonesia. Kejadian AFP pada saat ini diproyeksikan sebagai indikator untuk menilai program eradikasi polio (erapo). Upay a memantau keberhasilan erapo adalah dengan melaksanakan surveilans secara aktif untuk menemukan kasus AFP sebagai upaya mendeteksi secara dini munculnya virus polio liar yang mungkin ada di masyarakat agar dapat segera dilakukan penanggulangan, cakupan vaksinasi polio rutin yang tinggi, dan sanitasi lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. Selama empat tahun terakhir, di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus AFP sehingga dapat dikatakan sudah mencerminkan cakupan vaksinasi polio yang tinggi dan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan. (lampiran tabel 9). 2. TB Paru BTA Positif Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini dapat menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil TB. Bersama dengan Malaria dan HIV / AIDS, TB menjadi salah satu penyakit yang pengendaliannya menjadi komitmen global dalam MDGs. 11

22 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Pengendalian TB di Kabupaten Barito Selatan menggunakan strategy Direcly Observed Treatment Shortcourse (DOTS). Dengan program ini kita berusaha mencapai target penemuan penderita (CDR) sebesar > 70 % dari perkiraan penderita TB BTA positif kasus baru dengan tingkat kesembuhan sebesar > 85 %. Berdasarkan data hasil kegiatan Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular pada tahun 2012 terjadi kasus BTA+ sebanyak 155 orang. Tahun 2012 yang diobati sebanyak 138 orang dan dievaluasi kesembuhannya pada tahun 2012 sebanyak 114 orang (82,61 %). Berdasarkan jumlah kasus TB Paru diperoleh Angka Insiden TB Paru sebesar 122,2 per penduduk, Angka Prevalensi TB Paru sebesar 124 per penduduk, Angka Penemuan Kasus (CDR) sebesar akibat TB Paru (CFR) sebesar 0,0 per penduduk. 79,77 %, dan Angka Kematian Untuk penemuan kasus BTA+ (CDR), bila dibanding dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 70 %, maka pada tahun 2012 CDR sudah memenuhi target. Namun Angka Kesembuhan (Success Rate) sebesar 82,61 %, masih belum memenuhi target yang diharapkan yakni sebesar 85 %. (lampiran tabel 10, 11, dan 12). Gambar 3.4 Penemuan Penderita TB BTA+ Kabupaten Barito Selatan Tahun Sumber Bidang Pengndalian Masalah Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar di atas, penemuan penderita TB BTA + sejak tahun 2009 sampai tahun 2011 selalu berada di bawah target yang ditetapkan dalam Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM). Dan untuk tahun 2012 penemuan penderita BTA+ telah mengalami peningkatan yang signifikan dan mencapai target yakni 79,8% dari Target CDR BTA+ 70 %. 12

23 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru (alveoli), infeksi dapat disebabkan oleh bakteri, virus maupun jamun. Pneumonia juga dapat terjadi akibat kecelakaan karena menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi yang rentan terserang adalah Pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun, usia lanjut lebih dari 65 tahun, atau orang yang memiliki masalah kesehatan (malnutirsi, gangguan imunologi). Pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian balita yang utama, selain diare. Penyakit ini merupakan bagian dari penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA sebagai salah satu penyebab utama kematian pada bayi dan balita diduga karena pneumonia dan merupakan penyakit yang akut dan kualitas penatalaksanaannya masih belum memadai. Upaya pemberantasan penyakit ISPA dilaksanakan dengan fokus penemuan dini dan tata laksana kasus secara cepat dan tepat. Upaya ini dikembangkan melalui Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jumlah balita pada tahun 2012 di wilayah Kabupaten Barito Selatan adalah orang dan jumlah perkiraan kasus Pneumonia adalah orang. Kasus Pneumonia pada Balita pada tahun 2012 sebanyak 10 orang ( 0,8 % dari perkiraan jumlah penderita). Bila dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 1,8 %, maka jumlah kasus di tahun 2012 telah terjadi penurunan kasus Pneumonia dari tahun sebelumnya. Kasus Pneumonia terjadi hanya di 3 (tiga) Puskesmas yaitu Mengkatip, Babai, dan Patas I. (lampiran tabel 9). 4. HIV/AIDS dan IMS HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain. Upaya penemuan kasus/penderita HIV/AIDS di Kabupaten Barito Selatan terus dilakukan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah yaitu terhadap kelompok pekerja dengan resiko tinggi HIV/AIDS pada Pekerja Seks Komersial (PSK). Berdasarkan laporan dari Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, pada tahun 2012 terdapat kasus untuk HIV sebanyak 3 orang dan kasus Infeksi Menular Seksual 13

24 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 (IMS) sebanyak 0 orang. Semua kasus baik HIV berasal dari wilayah kerja Puskesmas Buntok dan tidak terjadi kasus kematian akibat HIV/AIDS. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang ditemukan kasus HIV 1 orang, maka pada tahun 2012 terlihat terjadi perubahan jumlah kasus (lampiran tabel 14). Kegiatan donor darah dilakukan di Rumah Sakit Umum Buntok. Pada tahun 2012, jumlah pendonor adalah 455 orang. Berdasarkan jumlah pendonor telah dilakukan pemeriksanaan sampel darah (diskrining) sebanyak 455 orang ( 100 %) dengan hasil tidak ditemukan sampel darah dengan positif HIV (lampiran tabel 15). 5. Diare Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam. Kegiatan pokok dari upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit diare adalah Penemuan dan pengobatan diare dengan menitikberatkan pada penatalaksanaan penderita secara tepat sesuai standar baik di sarana kesehatan maupun di rumah tangga. Jumlah perkiraan kasus diare di Kabupaten Barito Selatan berdasarkan jumlah penduduk pada tahun 2012 adalah kasus. Sedangkan kasus diare yang terjadi selama kurun waktu yang sama tercatat ada kasus. Hal ini berarti cakupan penemuan penderita Diare sebesar 66,6 %. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang memiliki cakupan sebesar 69,1 %, maka terjadi penurunan penemuan kasus Diare pada tahun Namun demikian pencapaian cakupan penemuan kasus diare masih di bawah target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang menetapkan sebesar 85 %. Selain itu, dari semua kasus diare yang terjadi tidak terdapat kasus kematian karena semua kasus diare telah mendapat penanganan yang tepat sesuai standar. 14

25 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Gambar 3.5 Kasus Diare Kabupaten Barito Selatan Tahun Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 3.5 diatas, diketahui bahwa jumlah kasus diare keseluruhan baik pada dewasa maupun balita selama 4 (empat) tahun terakhir terlihat fluktuatif, pada periode tahun 2009 dan 2010 terjadi penurunan, namun terjadi peningkatan pada tahun 2011, dan di tahun 2012 terjadi lagi penurunan jumlah kasus yang berarti dibandingkan dengan tahun Kusta Kusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium Leprae. Penatalaksanaan kasus yang buruk dapat menyebabkan Kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Diagnosa Kusta dapat ditegakkan dengan adanya kondisi sebagai berikut : a. Kelainan pada kulit (bercak) putih atau kemerahan disertai mati rasa. b. Penebalan saraf tepi yang disertai gangguan fungsi saraf berupa mati rasa dan kelemahan/kelumpuhan otot. c. Adanya kuman tahan asam di dalam kerokan jaringan kulit (BTA Positif). Pada tahun 2012, tidak ditemukan kasus baru kusta di Kabupaten Barito Selatan. Terakhir ditemukan Pada tahun 2010, terdapat 1 orang penderita dengan jenis kusta basah yang telah selesai menjalani pengobatan (RFT).( lampiran tabel 17, 18, 19, dan 20). 15

26 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Difteri Dipteri termasuk penyakit menular yang jumlah kasusnya relatif rendah, rendahnya kasus difteri sangat dipengaruhi adanya program imunisasi. Dipteri adalah penyakit yang disebabkan corynebacterium diptheriae dengan gejala panas lebih kurang 30 C disertai adanya pseudo membran (selaput tipis) putih keabu -abuan pada tenggorokan (laring, faring, dan tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai nyeri menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bull neck) sesak nafas disertai bunyi (stridor) dan pada pemeriksaan apusan tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri. Selama tahun 2012 di Kabupaten Barito Selatan tidak terdapat kasus difteri. b. Tetanus Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh clostridium tetani, biasanya dengan gejala riwayat luka, demam, kejang rangsang, risus sardonicus (muka setan) dan kadang-kadang disertai perut papan dan opistotonus (badan melengkung) pada umur di atas 1 bulan. Selama tahun 2012 di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus tetanus yang terlapor. c. Tetanus Neonatorum Tetanus neonatorum adalah penyakit bayi lahir hidup normal dan dapat menangis dan menetek selama 2 hari kemudian timbul gejala sulit menetek disertai kejang rangsang pada umur 3-28 hari. Selama empat tahun terakhir ( 2009, 2001, 2011 dan 2012) di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus tetanus neonatorum. d. Campak Campak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus measles, disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita, gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh, tangan, serta kaki. Pada tahun 2012, kasus campak tidak ditemukan di Kabupaten Barito Selatan. 16

27 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 e. Polio Polio adalah salah satu penyakit menular yang termasuk ke dalam PD3I. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang sistem syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit yang pada umumnya menyerang anak berumur 0-3 tahun ini ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku dileher dan sakit ditungkai dan tangan. Selama empat tahun terakhir, di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus penyakit polio. f. Hepatitis B Penyakit Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada adalah lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan cirrhosis hepatis, kanker hati, dan menimbulkan kematian. Selama empat tahun terakhir, di Kabupaten Barito Selatan tidak ditemukan kasus Hepatitis B (lampiran tabel 21 dan 22). 8. DBD Demam Berdarah Dengue adalah penyakikt yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes Aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang angak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Penyakit ini sering muncul sebagai KLB dengan angka kesakitan dan kematian yang relatif tinggi. Penyakit ini biasanya muncul pada musim hujan yaitu antara bulan Oktober sampai dengan Maret, dimana banyak terjadi genangan air bersih yang merupakan suatu kondisi yang cocok untuk perkembangbiakan jentik nyamuk Aedes Aegypty. Di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). 17

28 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Gambar 3.6 Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten Barito Selatan Tahun Sumber Bidang Penendalian Masalah Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 3.6 di atas kasus DBD di Kabupaten Barito Selatan selama dua tahun terakhir tidak terjadi kasus. Kasus terakhir terjadi pada tahun 2010 yakni 17 orang penderita yang telah ditangani dan sembuh. 9. Malaria Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang upaya pengendaliannya menjadi komitmen global dalam Millenium Development Goals (MDGs). Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles) betina, dapat menyerang semua orang bail laki-laki maupun perempuan pada semua golongan umur dari bayi, anak-anak, dan dewasa. Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pengendalian malaria di tingkat pelayanan kesehatan dasar selama ini adalah penemuan dan pengobatan disertai pemberantasan vektor yang terbatas. Penemuan penderita malaria dilakukan secara pasif di sarana kesehatan. Tujuan pemberantasan penyakit malaria adalah menurunkan angka kesakitan dengan mengobati seluruh penderita klinis dan positif dengan pengobatan yang standar. Jumlah penderita malaria dengan pemeriksaan sediaan darah positif pada tahun 2012 sebanyak sebanyak 225 orang. Berdasarkan data tersebut diperoleh angka kesakitan malaria (API) sediaan dahak positif tahun 2012 sebesar 1,8 per 1000 penduduk. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 dengan angka kesakitan malaria (API) 18

29 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 sediaan dahak positif sebesar 2,0, maka pada tahun 2012 terjadi penurunan angka kesakitan malaria. Bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan RI yang hanya 0,5 per 1000 penduduk, maka Kabupaten Barito Selatan perlu menurunkan angka kasus malaria dengan upaya yang lebih serius lagi. Gambar 3.7 Angka Kesakitan Malaria Per 1000 Penduduk Kabupaten Barito Selatan selama tahun Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 3.7, terlihat Angka Kesakitan Malaria yang cendrung Menurun selama tiga tahun terakhir. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka penemuan kasus Malaria positif tertinggi adalah di Puskesmas Mengkatif dengan jumlah kasus positif 114 orang, sedangkan yang terendah adalah di Puskesmas Kalahien dengan kasus 1 orang (lampiran tabel 24). 10. Filariasis (Kaki Gajah) Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit berupa cacing filariasis, yang terdiri dari 3 (tiga) spesies yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugai timori. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening). Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing filaria dalam tubuhnya. Dalam tubuh manusia, cacing tersebut tumbuh menjadi cacing dewasa dan menetap di jaringan limfe sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan, dan organ genital. Di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 tidak ditemukan kasus baru Filariasis. 19

30 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 C. STATUS GIZI Status gizi seseorang mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan kesehatan secara umum, di samping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan individu. Status gizi pada janin/bayi sangat ditentukan oleh status gizi ibu hamil atau ibu menyusui. Indikator- indikator yang dapat mencerminkan keadaan/status gizi masyarakat diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Bayi yang lahir dengan BBLR merupakan manifestasi dari keadaan kurang gizi pada janin saat dalam kandungan. BBLR (kurang dari gram) merupakan salah satu faktor utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR dibedakan dalam 2 kategori yaitu: BBLR karena prematur (usia kandungan kurang dari 37 minggu) dan BBLR karena intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak kasus BBLR disebabkan oleh ibu berstatus gizi buruk, Anemia, Malaria, dan menderita Penyakit Menular Seksual (PMS) sebelum konsepsi atau pada saat hamil. Sementara itu data BBLR yang dihimpun dari Rumah Sakit Umum Buntok dan Puskesmas Di Kabupaten Barito Selatan. Pada tahun 2012, bayi lahir yang ditimbang berat badannya sebanyak orang. Karena jumlah bayi lahir hidup sebanyak 1.982, maka cakupan bayi lahir yang ditimbang berat badannya adalah 100,0 %. Berdasarkan jumlah bayi yang ditimbang tersebut ditemukan kasus bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) sebanyak 52 orang (2,6 %). Semua kasus BBLR sudah tertangani dengan baik. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang cakupan BBLR sebanyak 2,5 %, maka pada tahun 2012 mengalami sedikit peningkatan. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka Puskesmas Buntok memiliki kasus tertinggi yaitu 21 orang, yang disusul dengan Puskesmas Mengaktif sebanyak 8 orang. Sebaliknya Puskesmas Kalahien tidak ditemukan kasus BBLR. Selain itu, Bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan untuk persentase bayi dengan BBLR maksimal 5 %, maka Kabupaten Barito Selatan telah berada di bawah target tersebut. Untuk mengetahui trend cakupan bayi BBLR dapat dilihat pada gambar 3.8 berikut. 20

31 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Gambar 3.8 Cakupan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah Kabupaten Barito Selatan Tahun Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 3.8 diketahui bahwa pada periode terjadi peningkatan cakupan bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Pada tahun 2012 terjadi sedikit peningkatan cakupan bayi BBLR. (lampiran tabel 26). 2. Status Gizi Balita Status gizi balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu cara penilaian status gizi balita adalah pengukuran secara antropometrik yang menggunakan Indeks Berat Badan menurut Umur balita kemudian disetarakan dengan standar baku rujukan WHO-NCHS untuk mengetahui status gizinya. Berdasarkan kegiatan Pemantaun Status Gizi (PSG) yang dilaksanakan di wilayah Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 diperoleh hasil sebagai berikut : Jumlah balita yang disurvei adalah orang dengan katagori status gizi : Status Gizi Gemuk sejumlah 189 orang ( 10,50 %) Status Gizi Normal sejumlah orang (81,00 %) Status Gizi Kurus sejumlah 159 orang (9,0 %) Status Gizi Sangat Kurus sejumlah 11 (0,61 %) Cakupan balita dengan gizi normal (gizi baik) adalah 81 %, hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Barito Selatan telah memenuhi target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan yaitu persentase balita dengan gizi baik minimal 80 %. 21

32 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 D. UMUR HARAPAN HIDUP (UHH) Salah satu cara untuk menilai tingkat kesehatan secara umum adalah dengan melihat umur harapan hidup waktu lahir. Angka ini sekaligus memperlihatkan keadaan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada dalam suatu masyarakat, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk akhir dari hasil upaya peningkatan taraf kesehatan secara keseluruhan. Di samping itu, umur harapan hidup ini sangat erat korelasinya dengan angka kematian bayi. Umur harapan hidup waktu lahir merupakan gambaran rata-rata umur yang mungkin dapat dicapai oleh seorang bayi yang baru lahir. Berdasarkan laporan Statistik Kabupaten Barito Selatan, Umur Harapan Hidup di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2010 adalah sebesar 68,21 tahun. Bila dibandingkan dengan tahun 2009 adalah sebesar 68,14 tahun, maka pada tahun 2010 tidak mengalami banyak perubahan. Namun bila dibandingkan dengan Umur Harapan Hidup Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2008 sebesar 71 tahun, maka Kabupaten Barito Selatan masih perlu meningkatkan umur harapan hidup. Begitu juga bila dibandingkan dengan target Indikator Indonesia 2010 yaitu angka harapan hidup waktu lahir sebesar 70 tahun. Untuk mengetahui perkembangan umur harapan hidup selama 3 (tiga) tahun terakhir dapat dilihat pada gambar 3.9 berikut. Gambar 3.9 Trend Umur Harapan Hidup (UHH) Kabupaten Barito Selatan Selama Tahun Sumber BPS Kabupaten Barito Selatan Berdasarkan gambar 3.9 diketahui bahwa terjadi kecendrungan peningkatan umur harapan hidup (UHH) di Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2008, 2009, dan Hal ini cukup menggembirakan karena semakin tinggi usia harapan hidup semakin 22

33 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 meningkat kualitas kesehatan masyarakat. Di samping itu, kenaikan umur harapan hidup menunjukkan bahwa tingkat kematian semakin rendah. 23

34 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, telah dilakukan berbagai upaya kesehatan baik upaya kesehatan masyarakat (UKM) maupun upaya kesehatan perorangan (UKP) dengan menghimpun seluruh potensi yang ada. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif). Situasi upaya kesehatan digambarkan dengan indikator-indikator pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku masyarakat, dan keadaan lingkungan. Berikut ini diuraikan situasi upaya kesehatan untuk tahun A. PELAYANAN KESEHATAN 1. Kunjungan Ibu Hamil Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan profesional (dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter umum, bidan dan perawat) kepada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang mengikuti program pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari indikator cakupan K-1 dan K-4. K-1 merupakan gambaran besaran ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal. Sedangkan K-4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali kunjungan, dengan distribusi sekali pada trimester pertama, sekali pada trimester dua dan dua kali pada trimester ketiga. Pada tahun 2012, sasaran ibu hamil di Kabupaten Barito Selatan adalah orang. Berdasarkan laporan hasil pelayanan, cakupan pelayanan K-1 sebesar 98,4 % dan cakupan pelayanan K-4 nya sebesar 79,2 %. Khusus cakupan pelayanan K-4, bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka Puskesmas Buntok memiliki cakupan tertinggi yaitu sebesar 621 Ibu Hamil (Angka Cakupan 90,7 %), sebaliknya cakupan terendah ada di Puskesmas Tabak Kanilan hanya sebesar 40 Ibu Hamil (Angka Cakupan 43,0 %). Jika dibandingkan dengan cakupan K-4 pada tahun 2011 yang sebesar 72,9 %, maka di tahun 2012 terjadi peningkatan cakupan. Namun, jika dibandingkan dengan target 24

35 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Indikator Standar Pelayanan Minimal sebesar 90 % cakupan K-4, maka Kabupaten Barito Selatan masih belum memenuhi target tersebut. (lampiran tabel 28). Gambar 4.1 Cakupan K-1 dan K-4 Ibu Hamil Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Gambar 4.1 diatas menunjukkan cakupan pelayanan K-1 dan K-4 menurut puskesmas. Terlihat bahwa konstribusi terbesar dalam pelayanan K-1 terhadap ibu hamil terdapat di Puskesmas Kalahien dan untuk pelayanan K-4 terhadap ibu hamil di Puskesmas Buntok. (lampiran Tabel 28). 2. Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki Kompetensi Kebidanan Pertolongan persalinan oleh bidan atau tenaga kesehatan juga merupakan salah satu kualitas pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan (profesional). Proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan (nakes) merupakan salah satu upaya untuk penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan. Berdasarkan jumlah sasaran ibu hamil yang ada, maka jumlah ibu yang melahirkan selama tahun 2012 di Kabupaten Barito Selatan adalah orang. Sedangkan jumlah ibu melahirkan yang ditolong oleh tenaga kesehatan adalah orang atau cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 84,6 %. Bila dibandingkan 25

36 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 dengan tahun 2011 yaitu 81,6 %, maka di tahun 2012 mengalami peningkatan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan yang cukup berarti. Sementara jika dilihat berdasarkan puskesmas, maka cakupan tertinggi ada di Puskesmas Babai yaitu 106,8 % dan terendah di Puskesmas Tabak Kanilan yaitu 40,4 %. Namun, bila dilihat dari target Indikator Standar Pelayanan Minimal sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan belum memenuhi target tersebut. Gambar 4.2 menampilkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan berdasarkan puskesmas tahun Gambar 4.2 Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Gambar 4.2 merupakan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan. Diketahui bahwa ada 5 puskesmas yang telah memenuhi target Indikator Standar Pelayanan Minimal (90 %) pada tahun 2012 dan sisanya sebanyak 5 puskesmas masih belum memenuhi target. (lampiran Tabel 28). 3. Pelayanan Ibu Nifas Pelayanan ibu nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada 6 jam pasca persalinan s.d. 3 hari, pada minggu ke II, dan pada minggu ke VI. Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi : 1) pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3) pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 4) pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul Vitamin A IU sebanyak dua kali; dan 6) pelayanan KB pasca persalinan. 26

37 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Jumlah ibu nifas di Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2012 adalah sebanyak orang. Sedangkan yang mendapat pelayanan kesehatan adalah sebesar orang atau cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas sebesar 76,7 %. Bila dibandingkan dengan cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas tahun 2011 sebesar 65,8 %, maka pada tahun 2012 mengalami peningkatan cakupan. Bila dibandingkan dengan target indikator Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan belum mencapai target tersebut. Sementara, bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka ada 4 Puskesmas yang telah mencapai target yaitu Puskesmas Jenamas, Puskesmas Bangkuang, Puskesmas Buntok dan Puskesmas Babai. (lampiran tabel 28). Gambar 4.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 4.3 di atas, diketahui bahwa Puskesmas Jenamas merupakan puskesmas tertinggi cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas dan sebaliknya Puskesmas Tabak Kanilan merupakan puskesmas dengan cakupan terendah. 4. Ibu Hamil yang mendapat TT Tetanus disebabkan oleh toksin yang diproduksi oleh bakteri yang disebut Clostridium tetani. Tetanus juga bisa menyerang pada bayi baru lahir (Tetanus Neonatorum) pada saat persalinan dan perawatan tali pusat. Tetanus merupakan salah satu penyebab kematian bayi di Indonesia. Masih banyak calon ibu di masyarakat terutama yang tinggal di daerah-daerah terpencil berada dalam kondisi yang bisa disebut masih jauh dari kondisi steril saat 27

38 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 persalinan. Hal inilah yang bisa menimbulkan risiko ibu maupun bayinya terkena tetanus. Pada tahun 2012, sasaran ibu hamil di Kabupaten Barito Selatan adalah orang. Berdasarkan sasaran yang ada, jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-1 adalah orang atau cakupan imunisasi TT-1 untuk ibu hamil sebesar 110,9 %, dan jumlah ibu hamil yang mendapat imunisasi TT-2 adalah orang atau cakupan imunisasi TT-2 sebesar 100,3 %. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, untuk cakupan imunisasi TT-2 pada tahun 2012 Puskesmas Babai memiliki cakupan yang paling tinggi yaitu 146,8 %, sebaliknya Puskesmas Patas I memilki cakupan yang paling rendah yaitu 54,0 % (lampiran tabel 29). 5. Pemberian Tablet Besi Pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, selain pemeriksaan kehamilan juga disertai dengan pemberian tablet besi (Fe) untuk mencegah terjadinya anemia besi pada ibu hamil. Tujuan pemberian tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia besi pada ibu hamil. Selama masa kehamilan, ibu hamil harus mendapatkan tablet besi sebanyak 90 tablet. 30 tablet pertama dinyatakan dengan cakupan Fe-1 dan untuk ibu hamil yang telah mendapat tablet besi sebanyak 90 tablet dinyatakan sebagai cakupan Fe-3. Jumlah ibu hamil yang di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah orang. Berdasarkan jumlah sasaran tersebut, jumlah ibu hamil yang mendapat Fe-1 adalah orang atau cakupan Fe-1 pada ibu hamil sebesar 93,74 %. Sedangkan ibu hamil yang mendapat Fe-3 adalah orang atau cakupan Fe-3 sebesar 83,96 %. Bila dibandingkan dengan cakupan Fe-3 tahun sebelumnya sebesar 74,67 %, maka pada tahun 2012 yang sebesar 83,96 % telah terjadi peningkatan cakupan Fe-3 pada tahun Bila dilihat berdasarkan puskesmas, untuk pencapaian cakupan Fe-3 tertinggi adalah Puskesmas Mengkatip yaitu 102,65 %. Sebaliknya pencapaian cakupan Fe-3 terendah adalah Puskesmas Tabak Kanilan yaitu 36,56 %. Bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan sebesar 90 %, maka cakupan Fe-3 di Kabupaten Barito Selatan belum memenuhi target yang diharapkan. Untuk lebih jelasnya pencapaian cakupan pemberian Fe-3 menurut puskesmas dapat dilihat pada Gambar 4.4 berikut. 28

39 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Gambar 4.4 Cakupan Fe-3 Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Berdasarkan Gambar 4.4, diketahui bahwa hanya ada 6 puskesmas yang telah memenuhi target Kementerian Kesehatan untuk cakupan pemberian Fe-3 sebesar 90 % yaitu Puskesmas Mengkatip, Baru, Babai, Jenamas, Kalahien, dan Puskesmas Buntok. Sebaliknya ada puskesmas Bangkuang, Pendang, Tabak Kanilan, dan Puskesmas Patas I yang belum memenuhi target tersebut. 6. Bumil Risti yang Ditangani Resiko tinggi atau komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi. Ibu hamil dengan resiko tinggi atau komplikasi diantaranya ditandai dengan keadaan HB kurang dari 8 gr %, tekanan darah tinggi, oedema yang nyata, eklamsia, perdarahan per vaginan, dan kehamilan ganda. Berdasarkan jumlah ibu hamil di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 terdapat ibu hamil dengan resiko tinggi atau komplikasi sebanyak 142 orang dengan kata lain cakupan sebesar 6,04 %. Bila dibanding dengan tahun 2011 sebesar 9,34 %, maka cakupan ibu hamil resiko tinggi pada tahun 2012 terdapat penurunan. Sementara ibu hamil resiko tinggi yang ditangani ada sebanyak 142 orang (100 %). Indikator kinerja Standar Pelayanan Minimal (SPM) menetapkan target 100 % cakupan ibu hamil resiko tinggi yang ditangani, hal ini berarti Kabupaten Barito Selatan sudah memenuhi target tersebut. 29

40 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka Puskesmas Buntok merupakan puskesmas tertinggi kasus bumil risti yaitu 68 orang, sebaliknya Puskesmas Pendang dan Tabak Kanilan hanya memiliki 2 kasus bumil risti (lampiran tabel 31). 7. Neonatal Risti yang Ditangani Jumlah bayi (neonat us) di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah orang, sedangkan yang terdeteksi dengan resiko tinggi atau komplikasi adalah 46 orang (1,6 %). Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 1,88 %, maka pada tahun 2012 mengalami penurunan kasus neonatal resiko tinggi. Semua neonatal dengan resiko tinggi atau komplikasi telah ditangani dan mendapat perawatan sesuai dengan standar oleh tenaga kesehatan terlatih (100,00 %). Hal ini berarti cakupan neonatal dengan resiko tinggi yang ditangani sudah memenuhi target Standar Pelayanan Minimal sebesar 100 %. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka puskesmas yang paling banyak ditemukan kasus neonatal resiko tinggi atau komplikasi adalah Puskesmas Buntok dengan jumlah kasus 12 bayi, sebaliknya untuk Puskesmas Kalahien dan Tabak Kanilan tidak ditemukan kasus neonatal resiko tinggi atau komplikasi (lampiran tabel 31). 8. Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi Tujuan pemberian kapsul vitamin A pada balita adalah untuk menurunkan prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada balita. Kapsul vitamin A dosis tinggi terbukti efektif untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A (KVA) pada masyarakat apabila cakupan tinggi. Vitamin A penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan serta meningkatkan daya tahan tubuh. Sasaran pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi adalah bayi (umur 6-11 bulan) diberikan kapsul vitamin A SI, anak balita (umur 1-4 tahun) diberikan kapsul vitamin A SI, dan ibu nifas diberikan kapsul vitamin A SI, sehingga bayinya akan memperoleh vitamin yang cukup melalui ASI. Pada tahun 2012 di Kabupaten Barito Selatan, jumlah sasaran bayi adalah orang dan yang memperoleh vitamin A dosis tinggi sebanyak orang (45,8 %). Jumlah anak balita (usia 1-4 tahun) adalah orang dan yang memperoleh vitamin A sebanyak orang (83,45 %). Sedangkan jumlah sasaran ibu nifas adalah orang dan yang memperoleh vitamin A dosis tinggi sebanyak orang (63,87 %). Bila dibandingkan dengan cakupan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi untuk anak balita pada tahun 2011 sebesar 81,58 %, maka pada tahun 2012 yang sebesar 30

41 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi ,45 % telah terjadi peningkatan. Namun bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan sebesar 100 %, maka Kabupaten Barito Selatan belum mencapai target cakupan pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi pada anak balita. (lampiran tabel 32). Gambar 4.5 Cakupan Vitamin A pada Anak Balita menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 4.5 diketahui bahwa semua puskesmas belum ada yang memenuhi target Kementerian Kesehatan. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, cakupan tertinggi ada di Puskesmas Tabak Kanilan sebesar 98,22 %, sebaliknya cakupan terendah ada di Puskesmas Jenamas yaitu 58,11 %. 9. Keluarga Berencana Peserta Keluarga Berencana terbagi menjadi peserta KB Baru dan peserta KB Aktif. Berdasarkan laporan dari Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP) Kabupaten Barito Selatan selama tahun 2012 sebagai berikut. Jumlah Pasangan Usia Subur sebesar pasangan. Jumlah peserta KB Baru adalah (7,8 % dari PUS) sedangkan peserta KB Aktif adalah (68,6 % dari PUS). Bila dilihat berdasarkan puskesmas untuk peserta KB Baru, Puskesmas Patas I merupakan puskesmas tertinggi cakupannya yaitu sebesar 16,2 %, sebaliknya Puskesmas Buntok merupakan puskesmas terendah cakupannya yaitu hanya 3,9 %. Bila dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal yang cakupan peserta KB aktif sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 yang hanya 68,6 %, belum memenuhi target tersebut. 31

42 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Berdasarkan jenis kontrasepsi yang digunakan, Peserta KB Aktif dibedakan menjadi menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) yang jenisnya adalah IUD, MOP/MOW, implan dan Non Metode Konrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) yang jenisnya adalah suntik, pil, kondom, obat vagina, dan lainnya. Di Kabupaten Barito Selatan, untuk Metode Kontrasepsi Jangka Panjang paling banyak menggunakan jenis implan (7,9 %). Sedangkan untuk Non Metode Kontrasepsi jangka Panjang paling banyak menggunakan jenis suntik (4 6,9 %). Untuk mengetahui distribusi jenis kontrasepsi untuk peserta KB Aktif dapat disimak pada Gambar 4.6 berikut. Gambar 4.6 Persentase Peserta KB Aktif Berdasarkan Jenis Kontrasepsi Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 4.6, diketahui bahwa jenis kontrasepsi yang terbanyak digunakan oleh peserta KB Aktif adalah Suntik yaitu sebanyak orang (4 8 %), sebaliknya jenis kontrasepsi yang paling jarang digunakan adalah MOP/MOW dengan jumlah 81 orang (1 %). Untuk mengetahui distribusi penggunaan jenis kontrasepsi berdasarkan kecamatan dapat disimak pada lampiran tabel 33, 34, dan Kunjungan Neonatus Bayi hingga usia kurang dari satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut antara lain dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dan pelayanan kepada neonatus (0-28 hari). Dalam pelayanan kesehatan neonatus, petugas selain melakukan pemeriksaan kesehatan bayi juga memberikan konseling perawatan bayi kepada ibu. 32

43 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Jumlah bayi lahir hidup di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah orang. Jumlah kunjungan neonatus 1 kali (KN -1) adalah orang atau Cakupan KN-1 sebesar 91,5 %. Sedangkan jumlah kunjungan neonatus lengkap adalah orang atau cakupan KN lengkap sebesar 88,3 %. Bila cakupan KN lengkap tahun 2012 dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 sebesar 58,3 %, maka pada tahun 2012 mengalami peningkatan cakupan KN lengkap secara signifikan. Namun, bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan sebesar 90 % untuk persentase bayi baru lahir yang mendapat kunjungan tenaga kesehatan, maka Kabupaten Barito Selatan belum memenuhi target tersebut. Sementara bila dilihat dari puskesmas, cakupan KN lengkap tertinggi yaitu pada Puskesmas Buntok yaitu sebesar 96,8 % (lampiran tabel 36). 11. Kunjungan Bayi Pelayanan Kesehatan Bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (Dokter, Bidan, dan Perawat) minimal 4 kali dalam setahun, yaitu satu kali pada umur 29 hari- 3 bulan, satu kali pada umur 3-6 bulan, satu kali pada umur 6-9 bulan, dan satu kali pada umur 9 11 bulan. Pelayanan kesehatan yang diberikan meliputi pemberian imunisasi dasar (BCG, DPT/HB1-3, Polio 1-4, dan Campak), stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) bayi, dan penyuluhan perawatan kesehatan bayi. Indikator ini merupakan penilaian terhadap upaya peningkatan akses bayi memperoleh pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin adanya kelainan atau penyakit, pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit serta peningkatan kualitas hidup bayi. Berdasarkan hasil kompilasi data dari laporan puskesmas tahun 2012, Jumlah bayi sebanyak orang. Sedangkan jumlah kunjungan bayi (minimal 4 kali) sebanyak orang atau cakupan kunjungan bayi di Kabupaten Barito Selatan sebesar 80,1 %. Bila dibandingkan dengan cakupan kunjungan bayi tahun 2011 sebesar 80,5 %, maka pada tahun 2012 terjadi sedikit penurunan cakupan kunjungan bayi. Bila dibandingkan dengan target Indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebesar 90 %, maka Kabupaten Barito Selatan belum mencapai target tersebut. 33

44 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Gambar 4.7 Cakupan Kunjungan Bayi menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa Puskesmas Babai memperoleh cakupan yang tertinggi yaitu 97,7 %, sebaliknya Puskesmas Pendang memperoleh cakupan yang terendah yaitu 72,6 %. Pencapaian target cakupan kunjungan bayi sangat dipengaruhi oleh keaktifan posyandu tiap bulannya, peran kader, dan partisipasi keluarga untuk membawa bayi ke posyandu, serta keaktifan tenaga puskesmas dalam membina posyandu. 12. Imunisasi Bayi dan anak-anak memiliki risiko yang lebih tinggi terserang penyakit menular yang dapat mematikan, seperti : Dipteri, Tetanus, Hepatitis B, radang selaput otak, radang paru-paru, dan masih banyak penyakit lainnya. Untuk itu salah satu pencegahan yang terbaik dan sangat vital agar kelompok berisiko ini terlindung adalah melalui imunisasi. Pencapaian Universal Child Immunization merupakan suatu gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Bila cakupan UCI dikaitkan dengan batasan wilayah tertentu, berarti dalam wilayah tersebut dapat digambarkan besarnya tingkat kekebalan masyarakat terhadap penularan PD3I. Indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat pencapaian program imunisasi adalah persentase desa yang mencapai UCI. Pada tahun 2012, dari 93 desa yang ada di Kabupaten Barito Selatan dilaporkan 90 desa telah mencapai UCI atau cakupan desa UCI 96,8 %. 34

45 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Bila dibandingkan dengan pencapaian UCI tahun 2011 sebesar 58,1 %, maka pada tahun 2012 mengalami peningkatan cakupan UCI secara signifikan. Namun bila dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang 100 % desa/kelurahan UCI, maka Kabupaten Barito Selatan masih belum mencapai target. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka ada 8 Puskesmas yang telah mencapai desa UCI 100 % yaitu Puskesmas Jenamas, Bangkuang, Babai, Buntok, Kalahien, Baru, Tabak Kanilan, Patas I, sebaliknya Puskesmas Pendang dan Puskesmas Mengkatip hanya mencapai desa/kelurahan UCI sebesar 89,5 dan 90,0 %. Pelayanan imunisasi bayi mencakup vaksinasi BCG, DPT-HB (3 kali), Polio (4 kali), Hepatitis B ( 1 kali ) dan imunisasi Campak ( 1 kali ), yang dilaksanakan melalui pelayanan rutin di Posyandu dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Jumlah bayi sasaran program imunisasi pada tahun 2012 adalah orang. Berdasarkan jumlah bayi sasaran diperoleh cakupan imunisasi BCG sebanyak orang (79,4 %), DPT-1+HB-1 sebanyak orang (82,2 %), DPT-3+HB-3 sebanyak orang ( 82,4 %), POLIO-4 sebanyak orang ( 79,6 %), dan CAMPAK sebanyak orang (76,7 %). Target Kementerian Kesehatan menetapkan persentase bayi yang mendapat imunisasi campak sebesar 100 %, hal ini berarti Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 belum mencapai target tersebut. Gambar 4.8 Jumlah Bayi Imunisasi DPT-1 dan Campak Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan,

46 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Cakupan Penimbangan Balita di Posyandu (D/S) Cakupan penimbangan balita di posyandu (D/S) merupakan indikator yang berkaitan dengan cakupan pelayanan gizi pada balita, cakupan pelayanan kesehatan dasar khususnya imunisasi serta penanganan prevalensi gizi kurang pada balita. Semakin tinggi cakupan D/S, seyogyanya semakin tinggi pula cakupan vitamin A, semakin tinggi cakupan imunisasi, dan diharapkan semakin rendah prevalensi gizi kurang. Khusus untuk anak di bawah lima tahun (balita) yang merupakan anak pra sekolah perlu mendapat perhatian dari orang tua, karena sedang mengalami tumbuh kembang yang cepat. Orang tua perlu selalu mengamati pertumbuhannya, menimbang berat badannya secara teratur, memberi makanan yang bergizi dengan tidak membedakan anak laki-laki dan perempuan. Partisipasi orang tua membawa anaknya ke posyandu setiap bulan perlu didorong terus. Pada usia balita, pertumbuhan fisik merupakan suatu indikator keadaan gizi dan kesehatan seorang anak. Selain itu, keterlambatan pertumbuhan anak dapat merupakan indikasi keterlambatan perkembangan intelektual. Penggunaan kartu menuju sehat (KMS) balita adalah untuk meningkatkan kewaspadaan dan pengetahuan keluarga terhadap status gizi dan kesehatan anaknya, serta menentukan tindakan perbaikan pengasuhan dan pemberian makan kepada anak balita. Upaya pemantauan terhadap pertumbuhan balita dilakukan melalui kegiatan penimbangan di posyandu secara rutin tiap bulannya. Berdasarkan laporan hasil penimbangan bulanan balita di posyandu diketahui bahwa jumlah balita yang ada di wilayah Kabupaten Barito Selatan tahun 2012 adalah orang, dari jumlah tersebut, balita yang ditimbang berat badannya sebanyak (41,7 %), balita yang naik berat badannya sebanyak (72,5 %), dan balita dengan berat badan di bawah garis merah (BGM) sebanyak 61 (0,9 %). Untuk mengetahui lebih rinci dapat dilihat pada lampiran tabel 44. Sementara untuk balita dengan status gizi buruk pada tahun 2012, tidak terdapat kasus yang dilaporkan. (Lampiran tabel 45). Untuk mengevaluasi kegiatan pemantauan pertumbuhan balita ada 4 indikator yang biasa digunakan, yaitu cakupan program (K/S), tingkat partisipasi masyarakat (D/S), tingkat keberhasilan program (N/S) dan tingkat pencapaian program (N/D). 36

47 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Gambar 4.9 Cakupan Indikator D/ S dan N/ D Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 4.9 diatas diketahui bahwa tingkat indikator partisipasi masyarakat (D/S) terhadap penimbangan balita yang tertinggi dan mencapai target yaitu di Puskesmas Babai. Begitu juga untuk indikator tingkat pencapaian program (N/D) yang tertinggi ada di Puskesmas Babai. 14. Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan setingkat Pelayanan kesehatan pada kelompok anak pra sekolah, usia sekolah dan remaja dilakukan dengan pelaksanaan pemantauan dini terhadap tumbuh kembang dan pemantauan kesehatan anak pra sekolah, pemeriksaan anak sekolah/ sederajat, serta pelayanan kesehatan remaja, baik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun peran serta tenaga terlatih lainnya seperti kader kesehatan, guru UKS, dan dokter kecil. Berdasarkan hasil pengumpulan data dari puskesmas-puskesmas di Kabupaten Barito Selatan tahun 2012 menunjukkan jumlah siswa SD/MI kelas 1 sebanyak orang. Sedangkan yang mendapat pelayanan/ penjaringan kesehatan sebanyak orang atau cakupan pelayanan/penjaringan kesehatan murid kelas 1 SD/MI sebesar 51,5 %. Bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 sebesar 52,2 %, maka pada tahun 2012 terjadi sedikit penurunan cakupan penjaringan kesehatan untuk siswa SD kelas I. (Lampiran tabel 46). 37

48 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut Untuk memantau keadaan kesehatan golongan usia lanjut dilakukan program pemeriksaan kesehatan usia lanjut yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu pra usila dengan usia tahun dan usila dengan usia 60 tahun ke atas. Jumlah sasaran usila di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah orang. Berdasarkan data dari Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar, jumlah usila yang mendapat pelayanan dan pemeriksaan kesehatan sebanyak orang atau cakupan pelayanan usila sebesar 49,09 %. Bila dibandingkan dengan cakupan usila tahun 2011 sebesar 40,46 %, maka pada tahun 2012 mengalami sedikit peningkatan. 16. Desa Terkena KLB yang Ditangani <24 Jam Jumlah desa di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah 93 desa/kelurahan. Berdasarkan jumlah desa/kelurahan tersebut pada tahun 2012 tidak terdapat desa/ kelurahan yang terkena Kejadian Luar Biasa (KLB). 17. Kesehatan Gigi dan Mulut Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas dilaksanakan secara rutin seperti pelayanan kesehatan lainnya. Jumlah tumpatan gigi tetap selama tahun 2012 adalah 210 kasus, sedangkan jumlah pencabutan gigi tetap adalah 598 kasus. Rasio tambal / cabut adalah 0,4 (lampiran tabel 52). Selain itu, dilakukan juga pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar /sederajat. Jumlah sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyyah di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah 194 buah. Sedangkan jumlah sekolah dasar/madrasah ibtidaiyyah yang mendapat pelayanan gigi sebanyak 71 buah. Sementara jumlah anak murid dari 71 sekolah dasar/madrasah ibtidaiyyah yang mendapat pelayanan gigi sebanyak orang dan dari jumlah murid tersebut murid yang diperiksa adalah orang ( 8,2 %). Sedangkan jumlah murid yang perlu perawatan sejumlah 836 orang dan yang mendapat perawatan adalah 716 orang. (lampiran tabel 53). 38

49 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Penyuluhan Kesehatan Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diselenggarakan upaya kesehatan mulai dari peningkatan / promosi kesehatan, pencegahan / preventif, pengobatan / kuratif, dan pemulihan / rehabilitatif Kegiatan penyuluhan kesehatan / promosi kesehatan dilakukan secara berkala setiap bulan di posyandu, puskesmas pembantu dan puskesmas, sedangkan penyuluhan secara langsung telah dilakukan oleh Petugas Kesehatan pada saat melayani / memeriksa pasien. Frekuensi penyuluhan kesehatan selama tahun 2012 adalah untuk seluruh kegiatan penyuluhan kelompok adalah 480 kali sedangkan untuk kegiatan penyuluhan massa adalah 60 kali. Bila dilihat berdasarkan puskesmas, puskesmas dengan frekuensi penyuluhan kelompok terbanyak adalah di Puskesmas Buntok dengan jumlah 185 kali, sebaliknya puskesmas yang paling rendah frekuensi penyuluhan kelompoknya adalah Puskesmas Baru dengan jumlah 2 kali. (lampiran tabel 54). B. AKSES DAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN 1. Pemanfaatan Sarana Kesehatan Jumlah kunjungan rawat jalan baik di puskesmas maupun rumah sakit selama tahun 2012 sebanyak kunjungan (70,8 % ), sedangkan jumlah kunjungan rawat inap di tempat yang sama sebanyak kunjungan. Bila dibandingkan dengan kunjungan rawat jalan tahun 2011 sebanyak kunjungan, maka pada tahun 2012 terjadi penurunan pemanfaatan sarana kesehatan. Bila dirinci menurut sarana yaitu kunjungan rawat jalan di puskesmas sebesar (52,27 %) dan kunjungan rawat jalan di rumah sakit sebesar (18,6 %). Dari seluruh kunjungan, jumlah kunjungan jiwa di puskesmas sebanyak kasus (1,11 %). Untuk lebih jelas, data kunjungan pasien terdapat pada lampiran tabel Keluarga Miskin yang Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan bagi keluarga miskin dapat diperoleh dengan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Miskin di sarana kesehatan baik Puskesmas maupun Rumah Sakit. Jumlah seluruh keluarga miskin yang ada di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah jiwa (18,1 % penduduk) dan seluruh dari keluarga miskin dicakup dalam Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). 39

50 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Jumlah keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan rawat jalan di puskesmas (strata 1) sebesar jiwa (35,2 %) sedangkan yang mendapat pelayanan kesehatan rawat jalan di rumah sakit (strata 2) sebanyak jiwa (4,6 %). Sementara jumlah keluarga miskin yang mendapat pelayanan kesehatan rawat inap di puskesmas (strata 1) sebesar 23 jiwa (0,1 %) sedangkan yang mendapat pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit (strata 2) sebanyak jiwa (4,7 %). Untuk pelayanan kesehatan masyarakat miskin dengan rawat jalan strata 1, bila dilihat berdasarkan puskesmas, maka Puskesmas Kalahien merupakan puskesmas dengan cakupan tertinggi adalah 73,4 % sebaliknya Puskesmas Patas I memiliki cakupan terendah yaitu 9,2 % (lampiran tabel 56 dan 57). 3. Rumah Sakit Sampai tahun 2012 jumlah rumah sakit di Kabupaten Barito Selatan masih tetap 1 (satu) buah yaitu Rumah Sakit Umum Buntok yang merupakan rumah sakit yang dikelola pemerintah daerah dengan jumlah tempat tidur sebanyak 90 buah. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pelayanan rumah sakit, diperlukan berbagai indikator. Selain itu agar informasi yang ada dapat bermakna harus ada nilai parameter yang akan dipakai sebagai nilai banding antara fakta dengan standar yang diinginkan. Terdapat banyak sekali indikator yang dipakai untuk menilai suatu rumah sakit. Yang paling sering dipergunakan diantarannya adalah Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length of Stay (ALOS), Bed Turn Over (BTO), dan Turn Over Interval (TOI). Nilai parameter untuk masing-masing indikator adalah BOR idealnya antara %, ALOS idealnya antara 6-9 hari, BTO idealnya antara kali, dan TOI idealnya antara 1-3 hari. Berdasarkan laporan tahun 2012 Rumah Sakit Umum Buntok dan dengan memformulasikan jumlah tempat tidur, jumlah pasien, dan jumlah hari rawat diketahui hasil masing-masing indikator adalah BOR sebesar 70,9 %, LOS sebesar 6,7 hari, dan TOI sebesar 2,7 hari. Bila dibandingkan dengan cakupan tahun 2011, BOR sebesar 63,8 %, LOS sebesar 7,6 hari, dan TOI sebesar 4,3 hari, maka pada tahun 2012 cakupan BOR terjadi peningkatan, sedangkan untuk LOS dan TOI mengalami penurunan. Begitu juga bila dibandingkan dengan nilai ideal parameter, semua parameter telah memenuhi target harapan (lampiran tabel 59 dan 60). 40

51 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Sarana Kesehatan dengan Kemampuan Pelayanan Gawat Darurat Level 1 Sarana kesehatan yang mempunyai kemampuan gawat darurat merupakan bagian dari fasilitas pelayanan kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di masyarakat. Jumlah sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah 11 buah. Sedangkan jumlah sarana pelayanan kesehatan yang memiliki kemampuan pelayanan gawat darurat level 1 sebanyak 6 buah yang terdiri dari 1 (satu) rumah sakit umum dan 5 (lima) puskesmas perawatan. Sementara untuk sarana kesehatan lain seperti rumah sakit jiwa dan rumah sakit khusus tidak terdapat di Kabupaten Barito Selatan (lampiran tabel 49). 5. Ketersediaan Obat Pelayanan kesehatan di bidang farmasi, makanan, dan minuman di sarana pemerintah dan swasta dimaksudkan agar dalam pengadaan, pendistribusian, pengawasan, dan penggunaan produk farmasi, makanan, dan minuman dapat meningkatkan mutu, ketersediaan, dan kuantitasnya. Jumlah jenis obat yang dibutuhkan di Puskesmas sebagai sarana pelayanan dasar terdiri dari obat esensial, sangat esensial, dan generik. Secara keseluruhan jenis obat yang dibutuhkan sebanyak 35 jenis dengan rata-rata persentase tingkat ketersediaan lebih dari 100,00 % dari jumlah obat yang dibutuhkan. Hal ini disebabkan adanya obat dropping dari Propinsi dan Pusat untuk obat program. Untuk lebih jelasnya ketersediaan obat di Kabupaten Barito Selatan dapat dilihat pada lampiran tabel 69. C. PERILAKU MASYARAKAT Perilaku masyarakat berpengaruh positif terhadap derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat diperlukan beberapa indikator yaitu persentase penduduk yang mempunyai keluhan kesehatan menurut cara pengobatan, persentase penduduk yang melakukan aktifitas fisik, dan kebiasaan mengkonsumsi jenis makanan sehat. Sedangkan indikator komposit rumah tangga sehat terdiri dari 10 indikator yaitu persalinan oleh nakes, balita diberi ASI Eksklusif, mempunyai jaminan pemeliharan kesehatan, tidak merokok, melakukan aktifitas fisik setiap hari, tersedianya akses terhadap air bersih, tersedianya jamban, kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni dan lantai rumah bukan dari tanah. 41

52 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Rumah Tangga Ber-PHBS Program terpadu untuk mengetahui perilaku masyarakat tentang kesehatan adalah Program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), dimana program ini pendekatannya lebih dititikberatkan pada penilaian terhadap indikator perilaku di tatanan rumah tangga. Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Selatan terakhir melakukan pemantauan rumah tangga yang ber-phbs pada tahun Sebanyak 360 rumah tangga yang dipantau (1,06 % dari jumlah rumah tangga yang ada) dan hanya sejumlah 63 rumah tangga yang telah dianggap ber-phbs (17,5 %). Jika dibandingkan dengan target Indonesia Sehat 2010 sebesar 80%, masih cukup besar kesenjangannya. Untuk itu perlu upaya program terkait untuk meningkatkan persentase rumah tangga sehat. 2. ASI Eksklusif ASI Eksklusif adalah perilaku dimana kepada bayi sampai dengan umur 6 (enam) bulan hanya diberikan Air Susu Ibu (ASI) saja, tanpa makanan dan atau minuman lain kecuali sirup obat. Pemberian ASI secara eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Jumlah bayi yang ada di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 sebanyak orang. Sedangkan jumlah bayi yang diberi ASI eksklusif sebanyak orang atau cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 53,1 %. Bila dibandingkan dengan cakupan ASI Eksklusif tahun 2011 sebesar 54,6 %, maka pada tahun 2012 cakupan ASI Eksklusif mengalami sedikit penurunan. Untuk lebih rinci dapat disimak pada lampiran tabel

53 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Gambar 4.10 Cakupan ASI Eksklusif Kabupaten Barito Selatan Tahun Sumber Bidang Pelayanan Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 4.10 di atas diketahui bahwa pada tahun 2012 terjadi sedikit penurunan cakupan ASI Eksklusif dibanding tahun Bila dibandingkan dengan target Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk cakupan pemberian ASI Eksklusif yaitu sebesar 80 %. Hal ini berarti Kabupaten Barito Selatan masih perlu kerja keras untuk meraih target tersebut. D. KEADAAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator seperti akses terhadap air bersih, persentase rumah sehat, tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan, dan kepemilikan sarana sanitasi dasar. 1. Rumah Sehat Rumah Sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah. 43

54 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Di Kabupaten Barito Selatan Pada tahun 2012 dari penduduknya yang berjumlah jiwa terdapat jumlah rumah sebanyak buah dengan angka hunian rumah sebesar lebih kurang 3 10 jiwa per rumah. Berdasarkan hasil kompilasi laporan kegiatan petugas sanitarian di puskesmas tahun 2012, jumlah rumah yang diperiksa sebanyak buah atau sebesar 45,2 % dari seluruh jumlah rumah yang ada. Berdasarkan rumah yang diperiksa diketahui bahwa rumah dengan kategori sehat sebanyak buah (51,4 %). Bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang cakupan rumah sehat hanya 43,8 %, maka telah terjadi peningkatan persentase rumah sehat di tahun Namun bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan sebesar 70 %, maka Kabupaten Barito Selatan masih jauh dari target yang diharapkan. Gambar 4.11 Cakupan Rumah Sehat Menurut Puskesmas Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, 2012 Berdasarkan Gambar 4.11, Puskesmas Buntok memperoleh cakupan rumah sehat tertinggi yaitu 83,9 %, sebaliknya puskesmas Baru memperoleh cakupan rumah sehat terendah yaitu 8,0 %. Namun tidak ada satu puskesmas pun yang memenuhi target Kementerian Kesehatan sebesar 70 %. Sementara untuk cakupan rumah /bangunan bebas jentik di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 dari rumah/bangunan yang diperiksa, ada rumah/bangunan yang bebas jentik atau cakupan sebesar 97,33 %. (lampiran tabel 62 dan 63). 44

55 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi Sarana Air Bersih Pada tahun 2012 di Kabupaten Barito Selatan, terdata jumlah keluarga yang ada sebanyak KK dan diperiksa akses air bersihnya sebanyak KK (48,6 %). Berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut : jumlah keluarga yang mendapat akses air bersih sebesar (71,6 %) dengan perincian sebagai berikut : menggunakan ledeng sebanyak KK (29 %), Sumur Pompa Tangan (SPT) sebanyak 98 KK (0,6 %), Sumur Gali (SGL) s ebanyak KK (25,8 %), Sumur BOR sebanyak 16 KK (0, 3 %), Penampungan Air Hujan (PAH) sebanyak 3 KK (0,0 %), lainnya sebanyak (16,1 %). Gambar 4.12 Distribusi Akses Air Bersih Menurut Sarana Air Bersih Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan, 2012 Tabel di atas menggambarkan sebagian besar kepala keluarga memperoleh air bersih yang bersumber dari ledeng (29 %) dan sumur gali (25,8 %), namun yang cukup besar juga proporsinya air bersih yang berasal dari sumber lainnya (16,1 %). 3. Kepemilikan Sarana Sanitasi Dasar Kepemilikan sarana sanitasi dasar yang dimiliki oleh keluarga meliputi jamban, tempat sampah dan pengelolaan air limbah (PAL). Dalam tahun 2012, pelaksanaan pemeriksaan sarana sanitasi dasar dilaksanakan dengan 3 (tiga) indikator yaitu jamban, tempat sampah, dan sarana pengelolaan air limbah. Jumlah Kepala Keluarga pada tahun 2012 sebesar KK. Karena keterbatasan sumber daya, jumlah kepala keluarga yang diperiksa keadaan sanitasi dasarnya berjumlah (42,8 %). Namun bila dibandingkan dengan tahun 45

56 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 sebelumnya yang hanya 29,3 %, terjadi peningkatan jumlah kepala keluarga yang diperiksa sarana sanitasi dasarnya. Berdasarkan jumlah kepala keluarga yang diperiksa diperoleh hasil sebagai berikut jumlah kepala keluarga yang memiliki jamban sebesar KK (53,2 %) dan jamban yang memenuhi syarat kesehatan adalah KK (54 %). Bila dibandingkan dengan tahun 2011, jumlah kepala keluarga yang memiliki jamban sebesar 50,0 %, maka terjadi peningkatan cakupan jamban sehat di tahun Namun bila dibandingkan dengan target Kementerian Kesehatan RI sebesar 80 %, maka Kabupaten Barito Selatan masih perlu upaya keras untuk meraih target tersebut. Sedangkan jumlah kepala keluarga yang memiliki tempat pembuangan sampah sebesar KK (32,8 %) dan jumlah tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan adalah KK ( 40,5 %). Bila dibandingkan dengan tahun 2011, jumlah kepala keluarga yang memiliki tempat sampah yang sehat sebesar (cakupan 59,2 %), maka terjadi penurunan cakupan tempat pembuangan sampah yang sehat di tahun 2012 Sementara jumlah kepala keluarga yang memiliki sarana pengelolaan air limbah berjumlah KK (9,0 %) dan memenuhi syarat kesehatan sebesar 924 KK (71,2 %). (lampiran tabel 66). Kedua indikator terakhir masih jauh dari target Kementerian Kesehatan RI yang menetapkan untuk persentase keluarga yang mengelola sampah dengan baik sebesar 80 % dan persentase keluarga yang mengelola air limbahnya dengan aman sebesar 86 %. 4. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) Tempat Tempat Umum (TTU) dan Tempat Umum Pengelolaan Makanan (TUPM) adalah suatu tempat atau sarana umum yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum seperti hotel, terminal, pasar, pertokoan, bioskop, jasa boga, tempat wisata, kolom renang, tempat ibadah, restoran, dan lain-lain. Tempat umum yang memenuhi syarat adalah terpenuhinya akses air bersih dan sanitasi dasar (air, jamban, limbah, sampah), terlaksananya pengendalian vector, hygiene sanitasi makmin, pencahayaan dan ventilasi sesuai dengan kriteria, persyaratan dan atau standar kesehatan. Tempat tempat umum juga berpotensi menjadi tempat penyebaran penyakit. Jumlah TUPM di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah 576 buah. Sementara dalam tahun yang sama diperiksa sebanyak 390 buah (67,71%). Berdasarkan 46

57 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 jumlah TUPM yang diperiksa diperoleh hasil sebanyak 192 buah ( 49,23 %) yang memenuhi syarat kesehatan. Bila dibandingkan dengan tahun 2011 yang terdapat sebanyak 210 buah ( 53,44 %) TUPM yang memenuhi syarat kesehatan, maka pada tahun 2012 terjadi sedikit penurunan cakupan jumlah TUPM yang sehat. Namun bila dibandingkan dengan target cakupan TUPM sehat Standar Pelayanan Minimal sebanyak 80 %, maka Kabupaten Barito Selatan harus bekerja lebih keras lagi dalam upaya mencapai target tersebut. (lampiran tabel 67). 47

58 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 BAB V SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber Daya Kesehatan terbagi atas 3 kelompok yaitu Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan, dan Pembiayaan Kesehatan. Gambaran mengenai situasi sumber daya kesehatan Kabupaten Barito Selatan tahun 2012 dapat diketahui dalam sajian data dan informasi di bawah ini. A. SARANA KESEHATAN Sarana kesehatan merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, baik peningkatan, pencegahan, pengobatan, maupun pemulihan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat termasuk swasta. Sarana kesehatan meliputi puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, dan sarana kesehatan yang bersumber daya masyarakat. 1. Puskesmas Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Selatan yang berada di wilayah kecamatan yang melaksanakan tugas-tugas operasional pembangunan kesehatan. Pembangunan puskesmas di tiap kecamatan memiliki peran yang sangat penting dalam memelihara kesehatan masyarakat. Pada tahun 2012 jumlah Puskesmas di Kabupaten Barito Selatan sebanyak 10 buah. Secara konseptual, Puskesmas menganut konsep wilayah dan diharapkan dapat melayani sasaran penduduk rata-rata penduduk. Dengan jumlah Puskesmas tersebut berarti 1 puskesmas di Kabupaten Barito Selatan rata-rata melayani sebanyak jiwa. Berdasarkan target yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI, rasio puskesmas terhadap penduduk ( per penduduk) adalah 8. Dengan data di atas, Kabupaten Barito Selatan memiliki rasio puskesmas terhadap penduduk sebesar 7,8. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Barito Selatan telah memenuhi target rasio tersebut. Untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas, beberapa puskesmas telah ditingkatkan menjadi puskesmas perawatan. Jumlah puskesmas perawatan di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah 5 buah (50,00 %) dari total puskesmas yang ada. Sedangkan untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan, setiap puskesmas ditunjang oleh puskesmas pembantu. Jumlah Puskesmas Pembantu pada tahun

59 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 adalah 59 buah. Rasio Puskesmas Pembantu terhadap Puskesmas pada tahun 2011 ratarata 5,9 : 1, artinya setiap Puskesmas didukung oleh 5 sampai 6 Puskesmas Pembantu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini berarti, Kabupaten Barito Selatan telah memenuhi target rasio puskesmas pembantu terhadap puskesmas sesuai yang ditetapkan Kementerian Kesehatan RI. Di samping itu dalam melaksanakan tugas operasionalnya Puskesmas di Kabupaten Barito Selatan didukung juga oleh Puskemas Keliling sebanyak 12 buah. (lampiran Tabel 70). 2. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit yang terdapat di wilayah Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 hanya 1 (satu) buah yaitu Rumah Sakit Umum Buntok dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 90 buah. Sedangkan jenis pelayanan yang dilaksanakan adalah pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dengan jumlah rumah sakit yang ada, berarti rasio rumah sakit di Kabupaten Barito Selatan terhadap penduduk (per penduduk) adalah 3,9. Hal ini berarti rasio yang ada masih belum memenuhi target Kementerian Kesehatan RI yang menetapkan sebesar 6 (2 rumah sakit untuk Kabupaten Barito Selatan). Begitu juga untuk rasio tempat tidur rumah sakit terhadap penduduk (per penduduk) masih belum mencapai target Kementerian Kesehatan RI yang menetapkan sebesar 75, sedangkan Rumah Sakit Buntok dengan jumlah tempat tidur sebanyak 90 buah, berarti rasio terhadap penduduk adalah 70,9. 3. Sarana Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), Poskesdes (Pos Kesehatan Desa), dan POD (Pos Obat Desa), dan sebagainya. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang paling dikenal oleh masyarakat. Posyandu menyelenggarakan minimal 5 program prioritas yaitu kesehatan 49

60 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 ibu dan anak, keluarga berencana, perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare. Untuk memantau perkembangannya posyandu dikelompokkan menjadi 4 strata yaitu posyandu strata pratama, posyandu strata madya, posyandu strata purnama, dan posyandu strata mandiri. Jumlah Posyandu di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 sebanyak 159 buah dengan perincian sebagai berikut, posyandu pratama sebanyak 52 buah (32,70 %), posyandu madya sebanyak 76 buah (47,80 %), posyandu purnama sebanyak 30 buah (18,87 %), dan posyandu mandiri sebanyak 1 buah (0,63 %).(lampiran tabel 72). Poskesdes merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam rangka mendekatkan pelayanan kebidanan, melalui penyediaan tempat pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk Keluarga Berencana. Jumlah poskesdes di Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah 71 buah. B. TENAGA KESEHATAN Berdasarkan Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, ratio tenaga kesehatan per penduduk berdasarkan kategori pada tahun 2012 diharapkan mencapai angka rasio sebagai berikut. Tabel 5.1 Target Ratio Tenaga Kesehatan Per Penduduk Tahun 2012 No Jenis Tenaga Rasio 1 Dokter Spesialis 9 2 Dokter Umum 30 3 Dokter Gigi 11 4 Perawat Bidan 75 6 Perawat Gigi 16 7 Apoteker 9 8 Asisten Apoteker 18 9 Sarjana Kesehatan 8 10 Sanitarian Gizi Keterapin Fisik 4 13 Keteknisan Medis 6 Sumber Kementerian Kesehatan RI Menurut data ketenagaan dari Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan (PSDMK) Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Selatan tahun 2012, di mana 50

61 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 data yang dikumpulkan meliputi data jumlah dan jenis sumber daya manusia kesehatan yang ada di berbagai sarana kesehatan (Dinas Kesehatan, RSUD, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan Poskesdes). Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Barito Selatan adalah 617 orang. Sedangkan jenis tenaga kesehatan yang ada sebagai berikut : Tabel 5.2 Jenis dan Rasio Tenaga Kesehatan Per Penduduk Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 No Jenis Tenaga Jumlah Rasio 1 Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Perawat Gigi Apoteker Asisten Apoteker Sarjana Kesehatan Masyarakat Sanitarian Gizi Keterapin Fisik Keteknisan Medis Sumber Bidang Pengembangan SDM Kesehatan, 2012 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa ada 6 (enam) jenis tenaga kesehatan yang sudah memenuhi target rasio per penduduk Kementerian Kesehatan RI tahun 2012 yaitu perawat, bidan, perawat gigi, sarjana kesehatan masyarakat, sanitarian, dan teknisi medis. Sebaliknya ada 7 (enam) jenis tenaga kesehatan yang masih di bawah target rasio per penduduk yaitu dokter spesialis, dokter umum, dokter gigi, apoteker, asisten apoteker, gizi dan keterapian fisik (lampiran tabel 74 78). Kementerian Kesehatan menetapkan 4 (empat) jenis tenaga kesehatan yang harus diperhatikan keberadaannya yaitu dokter umum, dokter gigi, perawat, dan bidan. Bila dilihat pencapaian rasio keempat jenis tenaga tersebut, maka jumlah dokter umum dan dokter gigi masih dibawah target yang diharapkan. Namun untuk jumlah perawat dan bidan telah memenuhi target yang ditetapkan. Distribusi tenaga kesehatan yang ada di Kabupaten Barito Selatan berdasarkan sarana kesehatan ( tempat kerja), maka yang terbanyak adalah di sarana kesehatan puskesmas (termasuk pustu dan polindes) sebanyak 6 0 %, sedangkan yang bekerja di 51

62 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2012 Edisi 2013 Rumah Sakit Umum sebanyak 36,9 %, dan sisanya sebanyak 4,2 % bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Barito Selatan. Gambar 5.1 Distribusi Jenis Tenaga Kesehatan Berdasarkan Sarana Kesehatan Kabupaten Barito Selatan Tahun 2012 Sumber Bidang Pengembangan SDM Kesehatan, 2012 Berdasarkan gambar 5.1 di atas, hampir semua jenis tenaga kesehatan proporsi terbesar ada di Puskesmas, kecuali untuk dokter spesialis, apoteker, terapi fisik, dan terapi medik yang proporsi terbanyaknya ada di Rumah Sakit. C. PEMBIAYAAN KESEHATAN Guna mendukung penyelenggaraan pembangunan kesehatan dibutuhkan pembiayaan kesehatan yang dapat menjamin kecukupan, pembelanjaan, transfaransi, berkelanjutan, efektif, efisien, dan akuntabilitas. Pembiayaan kesehatan merupakan suatu proses yang terus-menerus dan terkendali agar tersedia dana kesehatan yang memadai dan berkesinambungan. Penggalian dana sektor kesehatan diperoleh dari sumber dana APBD dan APBN. Dana yang bersumber dari APBD Kabupaten Barito Selatan pada tahun 2012 adalah sebesar Rp ,- yang terdiri dari belanja langsung sebesar Rp ,- dan belanja tidak langsung sebesar Rp Bila dibandingkan dengan anggaran kesehatan dari APBD tahun 2011 yang sebesar Rp ,- maka pada tahun 2012 terjadi peningkatan dana APBD.. Sementara dana kesehatan yang bersumber dari APBN adalah sebesar Rp ,- yang terdiri dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sebesar Rp , serta Jamkesmas dan Jampersal Rp Berdasarkan dua 52

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN 2013 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN TAHUN 2013 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN PROFIL KESEHATAN DINAS KESEHATAN Jl. Pelita Raya No.01 Buntok 73712 Telp. (0525) 21041. Faksimil 21236 Profil Kesehatan Kab. Barito Selatan Tahun 2013 Edisi 2014 KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN Jalan Bandara Sanggu 73751 Buntok-Kalimantan Tengah PROFIL KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN BARITO SELATAN

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan

cita-cita UUD Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan cita-cita UUD 1945. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321)

DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) , FAX. (0321) DINAS KESEHATAN KABUPATEN MOJOKERTO JLN. R. A BASOENI NO. 4 SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO TELP. (0321) 321957, FAX. (0321) 390113 Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto Kata Pengantar Puji syukur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KOTA PADANG TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 695 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 104 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 421.900 424.831

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN DALAM PENCAPAIAN RPJMD KABUPATEN MALANG 2010-1015 Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Jalan Poros Andoolo Kel.

Lebih terperinci

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN

TABEL 2 JUMLAH PENDUDUK JUMLAH PENDUDUK KECAMATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT TAHUN 2011 NO KECAMATAN LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA

Lebih terperinci

Penyakit Endemis di Kalbar

Penyakit Endemis di Kalbar Penyakit Endemis di Kalbar 1. Malaria Penyakit Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2009 (tabel 11) terdapat

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R

DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R DINAS KESEHATAN BUKU SAKU DINAS KESEHATAN 2012-2016 P R O V I N S I K A L I M A N T A N T I M U R KATA PENGANTAR KEPALA DINAS KESEHATAN Assalamu alaikum Wr.Wb. Segala Puji Syukur kita panjatkan Kehadirat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO DINAS KESEHATAN

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP

Malang, April 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MALANG. dr. ABDURRACHMAN, M.Kes. Pembina Tk I NIP Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun 2015. Profil Kesehatan Kabupaten Malang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Judul Tabel

DAFTAR TABEL. Judul Tabel DAFTAR TABEL Tabel Judul Tabel Tabel 1 : Tabel 2 : Luas wilayah, jumlah desa/kelurahan, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga dan kepadatan penduduk menurut kecamatan Kota Depok tahun 2007 Jumlah penduduk

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2012 Profil Kesehatan Tahun 2013 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran

NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran NO INDIKATOR ANGKA/NILAI No. Lampiran C.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 85 Sarkes yang memiliki Labkes 100 % C.3 Perilaku Hidup Masyarakat 86 Rumah Tangga ber-phbs 64.56 % 87 Posyandu Aktif 53.07

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2013 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 586.021

Lebih terperinci

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si

PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENANGGUNG JAWAB : dr. DEVIE C. BITJOLI, M.Si PENYUSUN : ROSMERI PALEBA, S.Si., Apt SAID KUDO, SKM., MPH YONGKI ANU, SST DEBBY JUALITA LEAUA JAMES MAKANONENG PENGUMPUL DATA : JOHANA AIPIPIDELI, SKM Hj.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi KATA PENGANTAR Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini disusun untuk menyediakan beberapa data/informasi kesehatan secara garis besar pencapaian program-program kesehatan di Indonesia. Pada edisi ini selain

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan bidang kesehatan menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas berkat dan rahmat-nya, buku Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diterbitkan. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN

TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN TREND JAWA TIMUR TREND PEMBANGUNAN KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2000 2011 Jl. A. Yani 118 Surabaya HTTP://dinkes.jatimprov.go.id Email : info@dinkesjatim.go.id DINAS Tahun KESEHATAN 2012 PROVINSI

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 1.281 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 460 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 581.947

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu

dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu dr. ZULMAN ZURI AMRAN Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu TIM PENYUSUN Penasehat (Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu) Pengarah (Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan) Penanggung Jawab (Kepala

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 2

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 2 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 2 3.297 Km 2 Jumlah Desa/Kelurahan 852 Desa/Kel 3 Jumlah Penduduk 262.351 267.400 529.751 Jiwa 4 Rata-rata

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2011 Kepala Pusat Data dan Informasi. dr. Jane Soepardi NIP KATA PENGANTAR Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan pelayanan minimal di

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN DINAS KESEHATAN KABUPATEN DHARMASRAYA KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, atas anugerah, rahmat dan karunia-nya akhirnya profil Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT A.UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK Salah satu komponen penting dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat adalah pelayanan kesehatan dasar. UU no.3 tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN

PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL TAHUN 2013 PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KESEHATAN Jl. Proklamasi No. 16 Tegal (0283) 353351 Website : http://dinkes.tegalkota.go.id PROFIL KESEHATAN KOTA TEGAL PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 PEMERINTAH KOTA PALEMBANG

PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 PEMERINTAH KOTA PALEMBANG PEMERINTAH KOTA PALEMBANG PROFIL KESEHATAN KOTA PALEMBANG TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KOTA PALEMBANG JL. MERDEKA NO. 72 PALEMBANG www.dinkes.palembang.go.id DAFTAR ISI HALAMAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN

MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN MANAJEMEN TERPADU BALITA SAKIT MODUL - 2 PENILAIAN DAN KLASIFIKASI ANAK SAKIT UMUR 2 BULAN SAMPAI 5 TAHUN PENDAHULUAN Seorang ibu akan membawa anaknya ke fasilitas kesehatan jika ada suatu masalah atau

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan Hidayah-Nya, Profil Kesehatan Kabupaten Madiun tahun 2013 ini dapat diselesaikan dan

Lebih terperinci

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012

BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 Dinas Kesehatan BUKU PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Hunting) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-nya Buku Profil Kesehatan Kabupaten Grobogan Tahun 2015 dapat diterbitkan.

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci