TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Mahasiswa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Mahasiswa"

Transkripsi

1 101 TINJAUAN PUSTAKA Remaja dan Mahasiswa Remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses kematangan manusia, pada masa ini terjadi perubahan yang sangat unik dan berkelanjutan (Yuniastuti 2008).Pada usia remaja banyak perubahan yang terjadi, diantaranya adalah perubahan fisik karena bertambahnya massa otot, bertambahnya jaringan lemak dalam tubuh, dan perubahan hormonal. Perubahan-perubahan itu mempengaruhi kebutuhan gizi dan makanan mereka (Moehji 2003). Menurut Hurlock (1999) remaja sering kali disebut adolescence yang secara luas berarti masa tumbuh kembang untuk mencapai kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Tahapan perkembangan remaja dibagi menjadi dua yaitu tahap remaja awal (14 17 tahun untuk laki-laki dan tahun untuk wanita), tahap remaja akhir (18 21 tahun untuk laki-laki dan wanita). Penentuan kisaran umur remaja menurut PBB adalah tahun, maka mahasiswa merupakan bagian dari remaja (Riyadi 2003). Manusia pada masadewasa awal, yang dalam hal ini adalah mahasiswa berusia diatas 18 tahun. Menurut Sarwono (1993) usia tahun merupakan tahap remaja akhir dengan ciri-ciri yaitu lebih stabil dalam emosi, minat, konsentrasi dan cara berfikir bertambah realistis, meningkatkan kemampuan untuk memecahkan masalah, tidak terganggu lagi dengan perhatian orang tua yang kurang, dan pertumbuhan fisik pada tahap ini mulai lamban dibandingkan dari remaja tahap awal yaitu anak yang berusia antara tahun. Sebagai pedoman umum remaja di Indonesia dapat digunakan batasan usia11 24 tahun dan belum menikah. Batasan usia tersebut didasarkan pada pertimbanganpertimbangan yaituusia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tanda-tanda seksual sekunder mulai tampak (kriteria fisik), usia 11 tahun dianggap oleh masyarakat Indonesia sebagai masa akil balig, baik menurut adat maupun agama, sehingga mereka tidak diperlakukan sebagai anak-anak(kriteria sosial), pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas (ego identity), tercapainya fase genital dari perkembangan kognitif maupun moral, batas usia 24 merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberikan peluang bagi mereka kriteria sampai pada usia tersebut masih menggantungkan diri pada orang lain, belum mempunyai hak-hak penuh sebagai orang dewasa (secara tradisi, status perkawinan sangat menentukan,

2 102 karena arti perkawinan masih sangat penting di masyarakat Indonesia secara menyeluruh(sunarto1999). Batasan usia diatas adalah sebagian pendapat dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli psikologi, sedangkan WHO memberikan batasan usia remaja usia tahun. WHO menyatakan walaupun definisi remaja utamanya didasarkan pada usia kesuburan (fertilitas) wanita, namun batasan itu juga berlaku pada remaja pria, dan WHO membagi kurun usia dalam dua bagian yaitu remaja awal tahun dan remaja akhir tahun.kondisi-kondisiyang mempengaruhi pertumbuhanfisikremaja antara lain pengaruh keluarga, pengaruh gizi, gangguan emosional jenis kelamin, status sosial ekonomi, kesehatan,dan pengaruhbentuk tubuh. Ada bebrapa alasan yang menyebabkan mengapa remaja dikategorikan pada kelompok yang rawan. Pertama, remaja memerlukan energi dan zat gizi yang lebih banyak untuk percepatan pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Kedua, perubahan kebiasaan pangan menuntut penyesuaian masukan energi dan gizi. Ketiga, perubahan dalam perkembangan sosial dan psikologi seringkali berimplikasi langsung terhadap kesehatan (Arisman 2004). Pada masa ini memelihara kesehatan, mencegah defisisensi gizi, dan penyakit serta mengurangi resiko penyakit kronis adalah tujuan gizi yang utama. Remaja memiliki resiko kesehatan paling tinggi karena faktor kecelakaan, alkohol, narkoba, hamil diluar nikah, kebiasaan makan (diet) dan perilaku hidup sehat yang buruk (Latifah 2008). Konsekuensi penyakit yang berhubungan dengan gizi dapat dihindari atau setidaknya ditunda dan keparahnnya dikurangi jika praktek gaya hidup sehat dipraktikkan sejak awal dan diterapkan sepanjang hidup. Praktek gaya hidup sehat dapat dilihat pada perilaku makan mahasiswa yang meliputi kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi. Negara Indonesia yang kaya raya dengan aneka ragam makanan masih tinggi tingkat kekurangan gizi. Penyebab kekurangan gizi bukan saja karena kekurangan bahan pangan, tetapi pola makan yang tidak tepat disebabkan tingkat kepedulian, pengetahuan tentang gizi di Indonesia masih rendah. Pola makan yang benar dan sehat sangat ditentukan oleh faktor ekonomi dan pendidikan (pengetahuan) tentang gizi.pola makan yang teratur dan mengkonsumsi makanan seimbang serta beragam adalah kunci menuju sehat (Rubianto 2010). Menurut Moehji (2003) faktor yang memicu terjadinya masalah gizi pada usia remaja antara lain kebiasaan makan yang buruk, pemahaman gizi yang keliru, kesukaan

3 103 yang berlebihan terhadap makanan tertentu, promosi yang berlebihan melalui media masa, dan masuknya produk-produk makanan baru yang berasal dari negara lain secara bebas. Berdasarkan SURKESNAS 2011 masalah gizi pada remaja akan berdampak negatifpada tingkat kesehatan masyarakat, misalnya penurunan konsentrasi belajar, risiko melahirkan bayi dengan BBLR,penurunan kesegaran jasmani. Banyak penelitian telah dilakukan menunjukkan kelompok remaja menderita/mengalamibanyak masalah gizi. Masalah gizi tersebut antara lain Anemia dan IMT kurang dari batas normal atau kurus. Prevalensianemia berkisar antara 40% dan 88%, sedangkan prevalensi remaja dengan IMT kurus berkisar antara 30% dan 40% (Permaisih 2003). Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Kesehatan tubuh belum terjamin hanya dengan mengkonsumsi makanan yang berkualitas baik. Tanpa mengetahui jumlah dan jenis bahan makanan yang baik dikonsumsi untuk kesehatan mustahil kesehatan tubuh dapat terjaga dengan baik. Untuk mengetahui hal itu dapat dilakukan dengan meningkatkan pengetahuan gizi (Hardinsyah dan Nadiya M 2008). Suhardjo (2003) menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan, kemiskinan dan kekurangan faktor persediaan pangan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi. Penyebab lain gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan gizi merupakan landasan penting untuk terjadi perubahan sikap dan perilaku gizi. Perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama, oleh sebab itu penting bagi remaja untuk memperoleh pengetahuan gizi dari berbagai sumber seperti sekolah, media cetak, maupun media elektronik. Tingkat pengetahuan gizi seseorang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan (Amelia 2008). Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

4 104 menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan, dan energi, serta ilmu gizi memeberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi (Suhardjo 2003). Sikap Sikap adalah ekspresi sederhana dari bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap beberapa hal (Rahayuningsih 2008). Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutupterhadap suatu stimulus atau objek. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media masa, institusi atau lembaga pendidikan dan agama, serta faktor emosional. Menurut Suhardjo (1989) sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman dan respon-respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa kanak-kanak. Pengalaman yang diperoleh ada yang dirasakan menyenangkan atau sebaliknya tidak menyenangkan, sehingga setiap individu dapat mempunyai sikap suka atau tidak suka (like or dislike) terhadap makanan. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat/ pernyataan respondenterhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataanhipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoatmodjo 2007). Pendidikan tidak akan berhasil kalau tidak disertai suatu pengetahuan mengenai sikap, kepercayaan dan nilai dari masyarakat yang akan dijadikan sasaran dan cara mereka menerapkannya kepada anak-anak mereka dan juga pengertian terhadap konsep tingkah laku yang dihubungkan dengan pilihan makanan. Biasanya makan mempunyai hubungan dengan perasaan seseorang. Sikapnya terhadap makanan dipengaruhi oleh pelajaran dan pengalaman yang diperoleh sejak masa kanak-kanak tentang apa dan bagaimana makan (Khumaidi 1988). Praktek Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang akan cenderung memilih makanan yang murah dengan nilai gizi yang lebih tinggi sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil, sehingga kebutuhan gizinya terpenuhi. Hal ini sesuai dengan Sanjur (1982) menyebutkan bahwa pengetahuan gizi menentukan atau membentuk praktek secara langsung. Praktek adalah respon seseorang terhadap suatu rangsangan (stimulus). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, kemudian mengadakan

5 105 penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya/dinilai baik (Notoatmodjo 2003). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Praktek terjadi setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, dan selanjutnya ia akan melaksanakan dan mempraktekkan apa yang sudah diketahuinya. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu tindakan nyata diperlukan suatu faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas (Notoadmodjo 2007). Pengukuran praktek dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. Kebiasaan Makan Konsumsi pangan dipengaruhi oleh kebiasaan makan seseorang (Suhardjo 1989). Kebiasaan makan berasal dari kata kebiasaan dan makan. Kebiasaan adalah perilaku yang diperoleh dari pola praktek. Kebiasaan makan merupakan tindakan manusia terhadap makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan atau apa yang dirasakan (Khumaidi 1988). Suhardjo (1989) juga menyebutkan bahwa kebiasaan makan adalah suatu perilaku yang berhubungan dengan makan seseorang, pola makanan atau susunan hidangan yang dimakan, pantangan, distribusi makanan dalam anggota keluarga. Kebiasaan makan yang baik dimulai dirumah, atas bimbingan dari orang tua baik ibu, ayah dan anggota keluarga lainnya seperti kakak, abang, atau nenek serta pembantu. Kebiasaan makan terbentuk dari empat komponen, yaitu (1) konsumsi makanan (pola konsumsi), meliputi jumlah, jenis frekuensi dan proporsi makanan yang dikonsumsi atau komposisi makanan; (2) freferensi terhadap makanan, mencakup sikap terhadap makanan (suka atau tidak suka terhadap makanan); (3) ideologi atau pengetahuan terhadap makanan, terdiri atas kepercayaan dan tabu; (4) sosisal budaya makanan, meliputi umur, asal, pendidikan, kebiasaan membaca, besar keluarga, mata pencaharian atau pekerjaan, luas pemilikan lahan, dan ketersediaan makanan (Sanjur 1982). Kebiasaan makan remaja sangat khas dan berbeda jika dibandingkan dengan usia lannya, kebiasaan makan mereka seperti tidak makan, terutama makan pagi atau sarapan, kegemaran makan snack dan kembang gula, mereka cenderung memilih-milih makanan, ada makanan yang disukai dan ada makanan yang tidak disukai. Jenis makanan tersebut berbeda untuk tiap budaya antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, remaja putri

6 106 biasanya percaya bahwa mereka dapat mengontrol berat badannya dengan cara tidak makan pagi atau siang (Robert & Williams 1996 dalam Waluya 2007). Kebiasaan makan dapat berubah karena pendidikan dan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, serta aktivitas perdagangan makanan. Selain itu tingkat pendapatan juga merupakan salah satu faktor utama dalam mempengaruhi kebiasaan makan, dimana secara signifikan, dengan meningkatnya pendidikan, konsumsi makan mahal akan dibeli dan dikonsumsi lebih banyak (Hartog et al 1995 dalam Waluya 2007). Penilaian konsumsi pangan dilakukan sebagai cara untuk mengukur keadaan konsumsi pangan yang kadang-kadang merupakan salah satu cara yang digunakan untuk menilai status gizi. Berdasarkan data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makan. Metode kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM), Daftar Peneyerapan Minyak (DPM). Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu yang bersifat kuantitatif adalah metode recall 24 jam (Supariasa et al 2002). Kebiasaan Jajan Kebiasaan jajan adalah salah satu bentuk makan baik pada anak-anak, remaja ataupun dewasa. Menurut Winarno (1993) makanan jajanan adalah makanan yang diproduksi atau dijual oleh pengusaha sektor informal dengan modal terbatas dan dijajakan di tempat keramaian, sepanjang jalan, dan pemukiman atau perkampunagan dengan cara berjualan keliling, menetap atau kombinasi dari kedua cara tersebut. Makanan jajanan pada umunya ada empat kelompok yaitu (1) makanan utama atau sepinggancontohnya nasi rames, nasi rawon, nasi pecel, dan lain-lain; (2) panganan atau snack, contohnya kuekue, aneka gorengan, dan lain-lain; (3) golongan minuman, contohnya es teler, es buah, kopi, dan sebagainya; (4) buah-buahan segar, contohnya mangga, durian, dan sebagainya. Kebiasaan jajan memiliki segi positif dan negatif. Segi positifnya adalah jika makanan yang dibeli sudah memenuhi syarat kesehatan, bisa melengkapi ataupun menambah kebutuhan gizi anak. Disamping itu juga mengisi kekosongan lambung, karena 3 4 jam sesudah makan, lambung mulai kosong. Selain itu dapat pula digunakan untuk mendidik anak dalam memilih jajanan sehat. Adapun segi negatif dari kebiasaan ajajan ini diantaranya adalah dengan jajan yang terlalu banyak bisa mengurangi nafsu makan di rumah. Jajan yang dibeli juga tidak terjamin kebersihannya, mungkin kurang bersih cara

7 107 mencuci atau memasaknya, karena debu atau kotoran-kotoran, dikerumuni lalat, dan lainlain (PERSAGI 1973 diacu dalam Astuti 2010). Aktivitas Fisik Aktivitas fisik adalah pergerakkan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga secara sederhana yang sangat penting bagi pemeliharaan fisik, mental, dan kualitas hidup sehat. Secara umum setiap orang tahu bahwa berolah raga atau melakukan aktvitas fisik bermanfaat bagi kesehatan (Anonim 2010). Penelitian Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja menjadi penyebab 1 dari 10 kematian dan kecacatan dan lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak/aktivitas fisik. Aktivitas fisik adalah pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik dan mental, serta mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik secara teratur yang dilakukan paling sedikit 30 menit dalam sehari sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru, serta alat tubuh lainnya, jika lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktivitas fisik, maka manfaat yang diperoleh juga lebih banyakkegiatan ini dilakukan setiap hari secara teratur dalam waktu 3 bulan ke depan akan terasa hasilnya (Anonim 2008). Ada 3 tipe/macam/sifat aktivitas fisik yang dapat dilakukan untuk mempertahankan kesehatan tubuh yaitu: 1.Ketahanan (endurance) Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita lebih bertenaga. Untuk mendapatkan ketahanan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari perminggu).contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti berjalan kaki, misalnya turunlah dari bus lebih awal menuju tempat kerja kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang berhenti di halte yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah, lari ringan, berenang, senam, dan lain-lain. 2. Kelenturan (flexibility) Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari perminggu).contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa kekuatan atau sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-30

8 108 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki, senam taichi, yoga, mencuci pakaian, mobil, mengepel lantai. 3. Kekuatan (strength Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis (keropos pada tulang). Untuk mendapatkan kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari perminggu). Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan sendi dari kecelakaan, naik turun tangga, angkat berat/beban, membawa belanjaan, mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness). Pedoman Umum Gizi Seimbang Pada dasarnya masalah gizi timbul karena perilaku gizi seseorang yang salah, yaitu ketidakseimbangan antara konsumsi gizi dan kecukupan gizinya.hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari, sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derjat kesehatannya, tumbuh kembang, serta produktivitasnya yang optimal. Namun dengan pergeseran gaya hidup, akibat pengaruh urbanisasi, globalisasi, dan industralisasi dapat menyebabkan sebagian masyarakat Indonesia untuk cenderung menyukai makanan siap santap yang kandungan gizinya tidak seimbang. Pada umumnya makanan siap santap ini mengandung lemak dan garam yang tinggi, tetapi kandungan seratnya rendah (Depkes 1996). Apabila konsumsi makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul ketidakseimbangan antaraasupan makanan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif. Dengan mengkonsumsi makanan sehari-hari yang beranekaragam, kekurangan zat gizi pada jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang (Depkes 2005). Perilaku makan yang salah harus dihindari karena akan berhubungan dengan status gizi dan kesehatan seseorang. Pada tahun 1992 diselenggarakan kongres gizi internasional di Roma yang membahas tentang pentingnya gizi seimbang untuk menghasilkan manusia yang berkualitas. Salah satu rekomendasi kongres adalah anjuran kepada setiap negara untuk menyusun Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Di

9 109 Indonesia pernah diperkenalkan pedoman 4 sehat 5 sempurna pada tahun Slogan 4 sehat 5 sempurna saat ini sebenarnya merupakan implentasi PUGS (Depkes 2005). Dalam PUGS ini terdapat 13 (tiga belas) pesan dasar gizi seimbang. Semua zat gizi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dengan cara mengkonsumsi anekaragam makanan dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Hal ini disebabkan karena tidak ada satu jenis makanan yang dapat menyediakan zat gizi secara lengkap, kecuali Air Susu Ibu (ASI). Konsumsi makanan yang beranekaragam dapat melengkapi kekurangan zat gizi pada jenis makanan lain sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang terdapat beberapa anjuran mengenai perilaku makan yang baik agar tubuh tetap sehat, anjuran mengenai perilaku makan tersebut antara lain adalah tiga belas pesan dasar yang perlu diperhatikan tersebut yaitu makanlah anekaragam makanan, makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi, makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi, batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, gunakan garam beriodium,makanlah makanan sumber zat besi,berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan penambahan MPASI sesudahnya, biasakan makan pagi, minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya,lakukan aktivitas fisik secara teratur, hindari minum minuman beralkohol, makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, dan bacalah label pada makanan yang dikemas(depkes 2005): Makanlah anekaragam makanan. Tidak ada satu pun jenis makanan yang mengandung semua zat gizi, yang mampu membuat seseorang hidup sehat. Oleh karena itu mengkomsumsi bahan makanan yang beragam akan memberikan nilai gizi yang lebih baik daripada makanan yang dikonsumsi secara tunggal. Makin beranekaragam bahan makanan yang dikonsumsi, makin terjamin keseimbangan zat gizi dalam tubuh. Kekurangan zat gizi dalam konsumsi makanan sehari-hari akan menyebabkan pengguanaan zat gizi lainnya tidak optimal. Makanan yang beranekaragam minimal terdiri dari satu jenis dari masing-masing golongan pangan, yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur, dan buah (Hardinsyah dan Nadiya M 2002). Makanan yang beranekaragam sangat bermanfaat bagi kesehatan. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantitasnya yang biasanya disebut triguna makanan, yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun, dan pengatur. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi dari makanan yang lain. Jadi mengkonsumsi makanan yang beranekaragam akan lebih menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, pembangun dan pengatur (Depkes 2005).

10 110 Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi. Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung sumber zat tenaga atauenergi. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi sumber karbohidrat, lemak, dan protein. Kecukupan energi bagi seseorang ditandai dengan berat badan yang normal.kekurangan energi akan mengakibatkan penurunan berat badan (Hardinsyah dan Nadiya M 2002). Kekurangan energi yang berlangsung lama pada seseorang akan mengakibatkan penurunaan berat badan dan kekurangan zat gizi lain. Penurunan berat badan yang berlanjut akan menyebabkan keadaan gizi kurang. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh kembang pada anak. Dampaknya pada saat ia mencapai usia dewasa, tinggi badannya tidak mencapai ukuran normal dan kurang tangguh. Selain itu ia mudah terkena penyakit infeksi (Depkes 2005).. Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energi. Makanan sumber karbohidrat merupakan sumber energi utama. Sumber karbohidrat ini kurang memberikan zat gizi lain seperti lemak, protein, vitamin, dan mineral. Terdapat dua kelompok sumber karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks (padi-padian dan umbi-umbian) dan karbohidrat sederhana misalnya gula dan sirup. Pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks lebih lama sehingga tidak segera merasa lapar jika telah mengkonsumsinya. Sebaliknya karbohidrat sederhana lebih mudah diserap sehingga cepat menimbulkan rasa lapar (Hardinsyah dan Nadiya M 2002).Apabila energi yang diperoleh dari makanan sumber karbohidrat kompleks (sumber karbohidrat selain gula) melebihi 60% atau 2/3 bagian dari energi yang dibutuhkan anak, kebutuhan protein, vitamin, dan mineral sulit dipenuhi (Depkes 2005). Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi. Lemak dan minyak terdapat dalam makanan berperan sebagai sumber dan cadangan energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak yang dianjurkan dalam makanan sehari-hari paling sedikit 10% tetapi tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi atau jika dalam bentuk minyak antara 3 4 sendok makan sehari. Dalam hidangan sehari-hari cukup 2-4 jenis makanan yang berminyak atau berlemak. Konsumsi lemak atau minyak yang berlebihan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan penyakit jantung koroner (Hardinsyah dannadiya M 2002). Potensi lemak dan minyak sebagai sumber energi terhitung lebih tinggi daripada karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak menghasilkan 9 kilo kalori, sedangkan karbohidrat dan protein masing-masing hanya menghasilkan 4 kilo kalori. Selain berpotensi

11 111 tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistim pencernaan dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama (Depkes 2005). Gunakan garam beriodium. Iodium merupakan salah satu zat gizi yang berperan untuk pembentukan hormon tiroksin, yang diperlukan bagi perkembangan fisik dan mental, serta pertumbuhan dan perkembangan anak. Oleh karena itu kekurangan iodium dalam makanan sehari-hari dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan seseorang. Salah satu sumber iodium dalam makanan sehari-hari adalah garam beriodium (Hardinsyah dan Nadiya M 2002). Dengan mengonsumsi garam beriodium ± 6 gram sehari, kebutuhan iodium dapat terpenuhi, namun ambang batas penggunaan natrium tidak terlampaui. Dalam kondisi tertentu, misalnya keringat yang berlebihan, dianjurkan mengonsumsi garam sampai 10 gram atau dua sendok teh per orang per hari. Selain itu dianjurkan untuk tetap mengonsumsi makanan dari laut yang kaya iodium (Depkes 2005). Makanlah makanan sumber zat besi. Zat besi merupakan unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah. Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi besi (AGB). Anemia gizi besi terutama banyak diderita oleh wanita hamil, menyusui, wanita usia subur, anak sekolah, remaja, pekerja berpenghasilan rendah, dan balita. Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani, kacang-kacangan, dan sayuran berwarna hijau tua. Sumber zat besi dari hewani lebih mudah diserap tubuh dibandingkan dari nabati (Hardinsyah dan Nadiya M 2002). Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Adanya protein hewani (seperti daging, ikan, dan telur), vitamin C, vitamin A, Zink (Zn), asam folat, serta zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Manfaat lain mengonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya kecukupan vitamin A, karena memakan sumber zat besi biasanya juga merupakan sumber vitamin A (Depkes 2005). Berikan ASI saja pada bayi sampai umur 6 bulan dan penambahan MPASI sesudahnya. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi karena ASI dapat memenuhi semua kebutuhan zat gizi bagi pertumbuhan dan kesehatan bayi sampai umur 6 bulan. Pemberian ASI saja pada usia 6 bulan disebut pemberian ASI ekslusif. Apabila selama periode tersebut diberikan makanan selain ASI maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi, seperti diare, alergi, dan bahaya lain yang fatal (Hardinsyah dan Nadiya M 2002).

12 112 Biasakan makan pagi. Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Makan pagi yang cukup bagi orang dewasa sangat penting untuk memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, makan pagi untuk meningkatkan konsentrasi belajar. Jika makan pagi tidak biasa dilakukan maka akan mengalami resiko menderita gangguan kesehatan berupa menurunnya kadar gula darah. Makan pagi sebaiknya terdiri dari makanan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur (Hardinsyah dan Nadiya M 2002). Minumlah air bersih yang aman dan cukup jumlahnya. Fungsi air dalam tubuh adalah melancarkan transportasi zat gizi, mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral tubuh, mengatur suhu tubuh, mengeluarkan bahan sisa dari dalam tubuh, sebagai pelarut, katalisator, pelumas, fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu, serta peredam benturan (Almatsier 2004). Untuk memenuhi fungsi tersebut dibutuhkan paling sedikit 2 liter air atau setara 8 gelas sehari. Bagi orang dewasa, air yang diminum harus terjamin keamanannya supaya tidak menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare dan keracunan. Air bersih dan aman adalah jernih, tidak mengandung kuman dan bahan beracun, tidak berasa, tidak berwarna dan tidak berbau serta sebelum diminum harus dimasak sampai mendidih (Hardinsyah dan Nadiya M 2002). Lakukan aktivitas fisik secara teratur. Kegiatan fisik dan olahraga bermanfaat untuk meningkatkan kebugaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan fungsi jantung, paru-paru dan otot serta memperlambat proses penuaan. Kegiatan fisik dan olah raga yang tidak seimbang dengan jumlah energi yang dikonsumsi dapat mengakibatkan berat badan lebih atau kurang. Oleh karena itu diupayakan kegiatan fisik dan olah raga selalu seimbang dengan masukan energi yang diperoleh dari makanan sehari-sehari (Hardinsyah dan Nadiya M 2002). Seseorang yang sehat dapat melakukan aktivitas fisik setiap hari tanpa kelelahan yang berarti. Olah raga harus dilakukan teratur. Macam dan takaran olah raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan, dan kondisi kesehatan. Salah satu pesan PUGS adalah olahraga secara teratur minimal 3 kali dalam satu minggu selama 30 menit. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dan aktivitas fisik, banyak dijumpai pada kalangan tertentu, misalnya kalangan eksekutif (Depkes 2005). Hindari minum minuman beralkohol. Kebiasaan minum minuman beralkohol sangat berbahaya bagi kesehatan. Hal ini disebabkan karena dapat mengakibatkan terhambatnya penyerapan zat gizi, hilangnya zat gizi penting meskipun telah mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup, menyebabkan kurang gizi, gangguan hati serta kerusakan otak dan jaringan. Minuman beralkohol ini hanya

13 113 mengandung energi dan tidak mengandung zat gizi lainnya (Hardinsyah dan Nadiya M 2002). Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. Makanan yang dikonsumsi selain harus mengandung zat gizi yang lengkap dan seimbang juga harus aman bagi kesehatan. Makanan yang aman adalah makanan yang bebas kuman dan bahan kimia berbahaya, serta tidak bertentangan dengan masyarakat (halal). Agar makanan dapat memenuhi syarat aman dan halal maka bahan makanan tersebut harus diperlakukan secara baik dan benar, baik pada tahap budidaya atau tahap pengolahan. Secara umum makanan yang tidak aman bagi kesehatan antara lain berlendir, berjamur, aroma, dan rasa atau warna berubah, melewati tanggal kadaluarsa, terjadi kerusakan pada kemasan, dan dalam pengolahannya ditambahkan bahan tambahan berbahaya (Hardinsyah dan Nadiya M 2002). Bacalah label pada makanan yang dikemas. Label adalah keterangan tentang isi, jenis, komposisi zat gizi, tanggal kadaluarsa, dan keterangan penting lain yang dicantumkan pada kemasan. Semua keterangan tersebut sangat membantu konsumen untuk mengetahui bahan-bahan yang terkandung dalam makanan dan dapat memperkirakan bahaya yang mungkin terjadi pada konsumen beresiko tinggi karena menderita penyakit (Hardinsyah dan Nadiya M 2002). Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunakan makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen (Depkes 2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Faktor yang melatarbelakangi masalah gizi di negara berkembang diantaranya adalah keadaan sosial ekonomi. Faktor-faktor sosial ekonomi seperti besar keluarga, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan dapat berpengaruh secara tidak langsung terhadap timbulnya masalah gizi (Khumaidi 1989). Pendidikan Orang Tua Khumaidi (1989) berpendapat bahwa pendidikan orang tua terutama ibu erat kaitannya dengan pemilihan makanan yang bergizi baik untuk keluarganya. Pendidikan ibu juga berpengaruh terhadap tingkat perawatan kesehatan, higiene, kesadaran terhadap anak dan keluarga. Pendidikan akan mempengaruhi tingkat pengetahuan individu. Pengetahuan gizi dan kesehatan merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dapat diperoleh melalui pendidikan. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan akan berpengaruh

14 114 terhadap pola konsumsi pangan. Pengetahuan tentang gizi dan kesehatan yang semakin baik dapat mempengaruhi jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan mempertahankan kesehatan individu (Suhardjo 1989). Menurut Syarief (1997) diacu dalam Astuti (2010) tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola asuh anak termasuk pemberian makan, pola konsumsi pangan, dan status gizi. Umumnya pendidikan seseorang akan mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih memilih makanan yang kandungan gizinya tinggi, sesuai dengan jenis pangan yang tersedia dan kebiasaan makan sejak kecil sehingga kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi dengan baik. Pekerjaan dan Pendapatan Orang Tua Pekerjaan merupakan salah satu faktor yang merupakan masukan (input) bagi terbentuknya suatu gaya hidup keluarga. Keluarga dan masyarkat yang berpenghasilan rendah mempergunakan sebagian besar dari keuangannya untuk membeli makanan dan bahan makanan, dan semakin tinggi penghasilan itu, semakin menurun bagian penghasilan yang dipakai untuk membeli makanan (Suhardjo 1989). Penelitian di Banglades oleh Roushan (1996)diacu dalam Yuliansyah (2006) menyebutkan bahwa status gizi anak dipengaruhi oleh pekerjaan orang tua, jarak kelahiran dan jumlah anggota keluarga. Bagi ibu-ibu yang bekerja menunjukkan adanya kecenderungan makanan yang lebih baik (Suhardjo 2003). Semakin tinggi tingkat ekonomi keluarga semakin tinggi pula kualitas gizi konsumsi pangannya (Khumaidi 1988).Keadaan ekonomi akan mempengaruhi daya beli seseorang dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini akan mengakibatkan seseorang yang berpendapatan lebih tinggi akan memiliki kemampuan membeli bahan pangan yang berkualitas dengan jumlah yang cukup dibandingkan dengan orang yang berpendapatan lebih rendah (Sanjur 1982). Menurut Berg (1986) tingkat pendapatan keluarga atau pendapatan perkapita sangat menentukan kualitas dankuantitas makanan. Pendapatan juga berhubungan erat dengan gizi dan kesehatan dimana peningkatan pendapatan akan memperbaiki status gizi dan kesehatan anggota keluarga. Pendapatan keluarga merupakan hasil penjumlahan dari masing-masing pendapatan anggota keluarga yang bekerja. Faktor pendapatan keluarga mempunyai peranan besar dalam masalah gizi dan kebiasaan makan masyarakat. Rendahnya pendapatan merupakan kendala yang menyebabkan orang tidak mampu membeli, memilih pangan yang bermutu gizi baik dan beragam (Rodiah 2010).

15 115 Besar Keluarga Menurut Suhardjo (1989), secara garis besar keluarga dapat dibagi atas keluarga inti dan keluarga dalam arti luas. Keluarga inti yaitu keluarga yang terdiri atas sepasang suami istri dengan anak-anaknya. Sedangkan keluarga dalam arti luas yaitu keluarga yang tidak terbatas hanya pada keluarga inti, melainkan terdiri dari beberapa generasi, selain orang tua dan anak-anaknya terdapat pula kakek, nenek, paman, bibi, saudara, sepupu, menantu, dan cucu. Menurut BKKBN (1998), besar keluarga dapat dikelompokkan berdasarkan jumlah anggota keluarga, yaitu keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota kurang dari 5 orang, keluarga sedang memilki jumlah anggota 5 7 orang, sedangkan keluarga besar memiliki jumlah anggota lebih dari 7 orang. Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya jika yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi di antara seluruh anggota keluarga. Seandainya besar keluarga bertambah, maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan pangan relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua (Suhardjo 2003). Besar keluaraga juga akan mepengaruhi kesehatan seseorang atau keluarga dan besar keluarga ini akan mempengaruhi konsumsi zat gizi dalam suatu keluarga (Sukarni 1989). Pangan yang tersedia untuk satu keluarga besar mungkin hanya cukup untuk jumlah anggota keluarga yang kecil. Penambahan besar keluarga akan menyebabkan pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang tua yang tidak menyadari bahwa anak-anak yang sedang tumbuh memerlukan pangan relatif tinggi daripada golongan yang lebih tua (Suhardjo 1989). Konsumsi Energi dan Zat Gizi Energi Salah satu tujuan dari pembangunan adalah menyediakan pangan sesuai dengan kebutuhan penduduk, baik jumlah maupun mutunya. Pangan yang diperoleh digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, lemak,protein, vitamin, mineral, dan air yang berguna untuk mempertahankan kelangsungan hidup (Suhardjo 1989). Pangan merupakan kebutuhan dasar yang paling esensial bagi manusia untuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai sumber energi dan zat gizi (karbohidrat, lemak, protein,

16 116 vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Janin dalam kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun usia lanjut membutuhkan makanan yang sesuai dengan syarat gizi untuk mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang, serta mencapai prestasi kerja (Karsin2004). Secara umum zat gizi dihubungkan dengan kesehatan tubuh, yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh, serta mengatur prosesproses kehidupan dalam tubuh. Kebutuhan akan zat gizi pada setiap orang berbeda, hal ini tergantung kepada umur, jenis kelamin, aktivitas, dan faktor koreksi lainnya. Manusia membutuhkan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktifitas fisik. Energi diperoleh dari karbohidrat, lemak, dan protein yang ada di dalam bahan makanan. Kandungan karbohidrat, lemak, dan protein menentukan nilai energinya (Almatsier 2004). Data Biro Pusat Statistik tahun 1990 menunjukkan, bahwa komposisi umum energi makanan rata-rata sehari orang Indonesia 9,6% berasal dari protein, 20,6% dari lemak dan 68,8% dari karbohidrat. Untuk memelihara kesehatan yang baik suatu penduduk, WHO (1990) menganjurkan rata-rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15% berasal dari protein, 15-30% dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat. Dengan demikian, komposisi konsumsi makanan rata-rata di Indonesia sudah mendekati komposisi konsumsi yang dianjurkan WHO (Almatsier2004). Menurut Muhilal & Hardinsyah (2004) diacu dalam Rizki (2010) angka kecukupan gizi adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi yang diperlukan dalam tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tertentu, saperti hamil dan menyusui. Manusia membutuhkan energi untuk mepertahankan hidup, menunjang pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Pada usia remaja (10-18 tahun), terjadi proses pertumbuhan jasmani yang pesat serta perubahan bentuk dan susunan jaringan tubuh, di samping aktifitas fisik yang tinggi. Besar kecilnya angka kecukupan energi sangat dipengaruhi oleh lama serta intensitas kekuatan jasmani tersebut(almatsier 2004). Tingkat kecukupan energi adalah (TKE) adalah rata-rata tingkat kecukupan energi dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat), dan tingkat kegiatan fisik agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial yang diharapkan (Novitasari 2010). Angka kecukupan energi (AKE) bagi orang dewasa didasarkan pada Oxford Equation, yang

17 117 merupakan hasil analisis untuk estimasi energi basal metabilosme (EBM) berdasarkan berat badan (WNPG 2004). Potein Protein merupakan bagian terbesar tubuh setelah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara selsel dan jaringan tubuh. Selain itu, protein juga berperan dalam pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh, mengatur keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh, pembentukan antibodi, mengangkut zat-zat gizi, serta sebagai sumber energi (Almatsier 2004). Menurut WNPG (2004), angka kecukupan protein (AKP) bagi orang dewasa didasarkan pada rata-rata kebutuhan protein orang dewasa (yang berbeda menurut umur dan jenis kelamin) dikalikan dengan berat badan, ditambah sejumlah safe level(24%) dan dikoreksi dengan mutu (faktor koreksi mutu 1,2). Tambahan 24% berasal dari nilai coefficient of variation 12% (2 x CV =24%), koreksi mutu protein didasarkan pada kenyataan bahwa pangan hewani hanya berkontribusi sekitar 4% terhadap total energi, artinya mutu protein makanan penduduk Indonesia masih rendah, sehingga diasumsikan mutunya 85%, sehingga melahirkan faktor koreksi 1,17 yang dibulatkan menjadi 1,2. DKP (2009) menyatakan untuk menilai apakah penduduk telah terpenuhi kebutuhan pangannya secara kuantitatif dapat didekati dari konsumsi dan tingkat kecukupan energi dan proteinnya. Kekurangan protein umumnya banyak terdapat pada masyarakat dengan golongan sosial ekonomi rendah. Kekurangan protein murni pada stadium berat menyebabkan kwashiorkor pada anak-anak dibawah lima tahun (balita). Namun, defisiensi protein dalam jangka waktu yang lama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan kondisi tubuh (Almatsier 2004). Kabohidrat Dalam kehidupan sehari-hari kita melakukan aktivitas, baik yang telah merupakan kebiasaan misalnya berdiri, berjalan, mandi, makan dan sebagainya atau yang hanya kadang-kadang saja kita lakukan. Untuk melakukan aktivitas tersebut perlu energi diperoleh dari makanan yang kita makan. Pada umumnya bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia, yaitu karbohidrat, protein, dan lemak. Di Indonesia bahan makanan pokok yang biasa dikonsumsi adalah beras, jagung, sagu, dan kadang-kadang juga singkong atau ubi. Bahan makanan tersebut berasal dari tumbuhan atau senyawa yang terkandung di dalamnya sebagian besar adalahkarbohidrat (Poedjiadi A dan Supriyanti 2006).

18 118 Karbohidrat memegang peranan penting dalam alam karena merupakan sumber energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan (Almatsier 2004). Terdapat dua kelompok karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Karbohidrat kompleks adalah padipadian (beras, jagung, gandum); umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang); dan makanan lainnya seperti tepung;sagu; dan pisang. Tetapi makanan sumber karbohidrat kompleks ini kurang memberikan zat gizi lain yang diperlukan tubuh, oleh karena itu makanan sumber karbohidrat ini harus dibatasi konsumsinya sekitar 50 60% dari kebutuhan energi. Sedangkan gula sebagai karbohidrat sederhana tidak mengandung zat gizi lain. Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam tubuh berlangsung lebih lama daripada karbohidrat sederhana. Sehingga dengan mengkonsumsi karbohidrat kompleks, orang tidak segera merasa lapar. Sedangkan gula atau karbohidrat sederhana langsung dapat diserap dan dipergunakan tubuh sebagai energi, sehingga cepat menimbulkan rasa lapar (Depkes 2005). Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi atau sekitar 3 4 sendok makan setiap hari. Konsumsi gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih dan disimpan dalam jaringan tubuh atau lemak. Apabila hal ini berlangsung lama dapat mengakibatkan kegemukan (Depkes 2005). Fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh. Selain itu karbohidrat juga berfungsi sebagai pemberi rasa manis pada makanan, penghemat protein, pengatur metabolisme lemak, dan membantu pengeluaran feses (Almatsier 2004). Lemak Salah satu kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, atau manusia dan yang sangat berguna bagi kehidupan adalah lemak (Poedjiadi A dan Supriyanti 2006). Lemak dan minyak yang terdapat dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin A, D, E, K, serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi minyak dan lemak paling sedikit 10% dari kebutuhan energi. Seyogyanya menggunakan minyak dan lemak nabati, karena minyak nabati mudah dicerna oleh tubuh (Depkes 2005). Potensi minyak dan lemak sebagai sumber energi dihitung lebih tinggi daripada karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak menghasilkan 9 kkal, sedangkan karbohidrat dan protein hanya 4 kkal. Selain berpotensi tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistim pencernaan dibandingkan karbohidrat dan protein, sehingga lemak menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama. Bila seseorang mengkonsumsi minyak dan lemak secara

19 119 berlebihan akan mengurangi konsumsi makanan lain, akibatnya kebutuhan zat gizi yang lain tidak terpenuhi. Konsumsi minyak dan lemak yang dianjurkan dalam makanan seharihari tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi (Depkes 2005)

20 120 Vitamin A Vitamin A adalah suatu kristal alkohol berwarna kuning dan larut dalam lemak maupun pada pelarut lemak (Almatsier 2004). Vitamin A merupakan zat gizi yang tidak dapat diproduksi sendiri di dalam tubuh. Oleh karena itu, kebutuhan vitamin A harus dapat dicukupi dari makanan yang dimakan setiap hari. Angka kecukupan vitamin A biasanya dinyatakan dalam satuan retinol ekivalen (RE). Konsumsi vitamin A yang baik adalah jika setengahnya bisa disimpan di dalam tubuh (Muhilal, Jalal & Hardinsyah 1998). Bentuk aktif vitamin A hanya terdapat pada bahan pangan hewani. Sedangkan pro vitamin A (karoten) banyak terdapat pada bahan pangan nabati, yang terdapat dalam beberapa jenis, yaitu α-, βntin-, γ- karoten, dan kriptoxantin (Winarno 1984). Menurut Olson (1990) diacu dalam Arafah (2008) vitamin A banyak terdapat pada susu, keju, mentega, es krim, telur, dan hati. Selain itu vitamin A juga banyak terdapat pada ikan seperti ikan tuna sarden. Vitamin A merupakan zat gizi yang penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup. Vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali tubuh, antara lain berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya terang, diferensiasi sel, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, serta pencegahan kanker dan penyakit jantung (Almatsier 2004). Vitamin A yang efisien disimpan dihati dan orang yang menyusui dengan baik, sedikitnya beberapa bulan sebelumnya menyuplai vitamin A ke dalam tubuhnya. Kecukupan vitamin A bagi anak-anak dan remaja diinterpolasi dari kecukupan vitamin A bayi dan laki-laki dewasa. Hal ini didasarkan pada pertimbangan berat badan yang diperlukan untuk pertumbuhan. Bagaimanapun tidak ada hubungan yang pasti antara ukuran tubuh dengan kecukupan yang ditetapkan. Peningkatan kebutuhan selama anakanak menjadi dewasa merupakan hal yang pasti (Hardinsyah dan Martianto 1992). Vitamin C Vitamin C adalah kristal putih yang mudah larut dalam air. Dalam keadaan kering vitamin C cukup stabil, tetapi dalam kedaan larut, vitamin C mudah rusak karena bersentuhan dengan udara (oksidasi) terutama bila terkena panas. Oksidasi dipercepat dengan kehadiran tembaga dan besi. Vitamin C tidak stabil dalam larutan alkali, tetapi cukup stabil dalam larutan asam. Vitamin C merupakan vitamin yang paling labil (Almatsier 2004). Vitamin C dikenal sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting, mulai dari pembuatan kolagen (protein berserat yang membentuk jaringan ikat pada tulang), pengangkut lemak, pengangkut elektron dari berbagai reaksi enzimatik, pemacu gusi yang sehat, pengatur tingkat kolesterol, serta pemacu imunitas. Penelitian

21 121 tentang asupan vitamin C yang dapat mencegah skorbut (penyakit kudis) menyebutkan dosis 60 mg per hari dianggap cukup. Namun, beberpa bukti lain menunjukkan, anjuran tersebut tidak dapat digunakan untuk mencapai tingkat kesehatan prima (Khomsan 2002). Zat besi (Fe) Besimerupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh manusia dan hewan, yaitu sebanyak 3 5 gram dalam tubuh manusia dewasa. Zat besi sangat penting bagi tubuh manusia karena keberadaannya dalam banyak hemoprotein (hemoglobin, mioglobin, dan sitokrom). Penyerapan besi diatur ketat pada tingkat mukosa intestinal dan ditentukan oleh kebutuhan tubuh. Jika tubuh memerlukan banyak besi, transferin menjadi titik jenuh dan dapat mengikat lebih banyak besi. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi adalah asam organik (vitamin C), zat penghambat penyerapan (asam fitat, asam oksalat, dan tanin), tingkat keasaman lambung, faktor intrinsik, dan kebutuhan tubuh (Almatsier 2004). Kalsium (Ca) Kalsium berfungsi untuk katalisatorreaksi-reaksi biologi seperti absorpsi vitamin B12, tindakan enzim pemecah lemak, lipase pankreas, pembentukan dan pemecahan asetilkolin yaitu bahan yang diperlukan dalam pemindahan suatu rangsangan dari suatu serabut ke serabut saraf yang lain. Selain itu, kalsium diperlukan dalam proses pembekuan darah. Bila konsumsi kalsium rendah dapat terjadi kekurangan kalsium yang dapat menyebabkan osteomalacia dan osteoporosis (Almatsier 2004). Penyerapan kalsium dalam tubuh dipengaruhi oleh keasaman perut. Produk perut itu sendiri menurun dengan bertambahnya usia. Itu sebabnya mengapa orang dewasa hanya mampu menyerap 30 50% Ca yang dikonsumsinya, sementara anak-anak mampu menyerap sampai 75%. Sumber kalsium yang baik adalah susu. Di negara maju dimana masyarakatnya banyak mengkonsumsi produk olahan dari susu, ternyata osteoporosis tetap menjadi masalah. Hal ini disebabkan oleh konsumsi produk olahan susu yang diikuti dengan tingginya konsumsi gula (Khomsan 2002).Angka kecukupan energi dan zat gizi orang dewasa berdasarkan WNPG (2004) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Angka kecukupan energi dan zat gizi orang dewasa (per hari) No Umur AKE AKP Vit. Vit. Besi Ca A C (kkal) (g) (mg) (mg) (mg) (mg) Pria:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pola Nutrisi Seimbang Pola makanan adalah pilihan makanan secara rutin yang lazim kita makan. Nutirisi seimbang adalah makanan yang memberikan semua nutrien dalam

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes GIZI DAUR HIDUP Rizqie Auliana, M.Kes rizqie_auliana@uny.ac.id Pengantar United Nations (Januari, 2000) memfokuskan usaha perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok

Lebih terperinci

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG 12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG Makanlah Aneka Ragam Makanan Kecuali bayi diperlukan tubuh baik kualitas maupun kuantintasnya Triguna makanan; - zat tenaga; beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi adalah makanan atau minuman yang memberikan energi dan zat gizi lain yang dikonsumsi pada waktu pagi hari. Makan pagi ini penting karena makanan yang

Lebih terperinci

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan. Peningkatan energi dan zat gizi tersebut dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman langsung maupun dari pengalaman orang lain (Notoatmodjo, 2005, hal. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya apa air, apa alam, dan sebagainya, yang dapat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsumsi Energi dan Protein 1. Energi Tubuh memerlukan energi sebagai sumber tenaga untuk segala aktivitas. Energi diperoleh dari makanan sehari-hari yang terdiri dari berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarapan pagi merupakan makanan yang dimakan setiap pagi hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen penting dalam mencapai tujuan pembangunan kesehatan.sumber daya manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja didefinisikan oleh WHO sebagai suatu periode pertumbuhan dan perkembangan manusia yang terjadi setelah masa anak-anak dan sebe lum masa dewasa dari usia 10-19

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA. Sosial Ekonomi Keluarga TINJAUAN PUSTAKA Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengelolaan sumberdaya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin 4 TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Beastudi Etos merupakan sebuah beasiswa yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani Dompet Dhuafa. Beasiswa ini berdiri sejak tahun 2005 hingga sekarang dengan jumlah

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. Menumbuhkan Minat Baca Anak. Mendidik Anak Di Era Digital

DAFTAR ISI. Kata Pengantar. Daftar Isi. Pencegahan Kekerasan Terhadap Anak. Menumbuhkan Minat Baca Anak. Mendidik Anak Di Era Digital KATA PENGANTAR Pada tahun anggaran 2016 PP-PAUD dan DIKMAS Jawa Barat melaksanakan Pengembangan Kemitraan Keluarga dengan Sekolah Dasar yang diujicobakan di dua lokasi labsite bagi para orangtua dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi pada periode tahun 2012 mencapai 50-63% yang terjadi pada ibu hamil, survei yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Indonesia,

Lebih terperinci

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA

BAB II T1NJAUAN PUSTAKA BAB II T1NJAUAN PUSTAKA A. Pola Konsumsi Anak Balita Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola konsumsi makan harus memperhatikan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa : BAB V PEMBAHASAN A. Sistem Penyelenggaraan Makan Siang Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan yang mempekerjakan 22.563 orang telah menyediakan kantin untuk tenaga kerja, hal ini

Lebih terperinci

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi

PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi Tanggal 16 Oktober 2014 PEMBERIAN MP ASI SETELAH ANAK USIA 6 BULAN Jumiyati, SKM., M.Gizi PENDAHULUAN Usia 6 bulan hingga 24 bulan merupakan masa yang sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I PROGRAM PG PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 Pendahuluan Setiap orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak Balita Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan yang pesat sehingga memerlukan zat gizi yang tinggi setiap kilogram berat badannya. Anak balita ini justru

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi pembangunan di masa datang. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumsi Pangan Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang di makan oleh seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara tahun. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan salah satu kelompok usia yang memiliki tingkat kerentanan cukup tinggi disaat masa pertumbuhan dan pada masa ini terjadi proses kehidupan menuju kematangan

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung orang tua. Pengalaman-pengalaman baru di sekolah. dimasa yang akan datang (Budianto, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak SD (sekolah dasar) yaitu anak yang berada pada usia 6-12 tahun, memiliki fisik yang lebih kuat dibandingkan dengan balita, mempunyai sifat individual dalam banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Pra-Sekolah Anak pra-sekolah / anak TK adalah golongan umur yang mudah terpengaruh penyakit. Pertumbuhan dan perkembangan anak pra-sekolah dipengaruhi keturunan dan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anemia defisiensi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang dan negara miskin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc Tujuan Pembelajaran Mengetahui ruang lingkup gizi Mengetahui hubungan gizi dengan kesehatan Mengetahui Pengelompokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai

Lebih terperinci

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG

EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG LEMBAR BALIK PENDIDIKAN GIZI UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR EMPAT PILAR GIZI SEIMBANG Disusun Oleh: Iqlima Safitri, S. Gz Annisa Zuliani, S.Gz Hartanti Sandi Wijayanti, S.Gz, M.Gizi Supported by : Pedoman Gizi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas yang memiliki fisik tanggung, mental yang kuat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pola Konsumsi Makanan Dalam kehidupan sehari-hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Fungsi pokok makanan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anemia pada remaja putri merupakan salah satu dampak masalah kekurangan gizi remaja putri. Anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat gizi yang berperan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang berperan penting terhadap pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Secara umum pangan diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan pangan dalam GBHN 1999 adalah terwujudnya ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut Undang-Undang No. 18 Tahun

Lebih terperinci

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi

DIIT SERAT TINGGI. Deskripsi DIIT SERAT TINGGI Deskripsi Serat makanan adalah polisakarida nonpati yang terdapat dalam semua makanan nabati. Serat tidak dapat dicerna oleh enzim cerna tapi berpengaruh baik untuk kesehatan. Serat terdiri

Lebih terperinci

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR

BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR BATASI KONSUMSI GULA, GARAM, LEMAK UNTUK MENGHINDARI PENYAKIT TIDAK MENULAR Latar Belakang Perubahan pola makan menjurus ke sajian siap santap yang tidak sehat dan tidak seimbang, karena mengandung kalori,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Gizi Besi Anemia gizi besi adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan cadangan besi dalam hati, sehingga jumlah hemoglobin darah menurun dibawah normal. Sebelum terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tingkat Konsumsi Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas serta kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh di dalam susunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gizi Kurang Zat gizi adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998

BAB I PENDAHULUAN. sampai usia lanjut (Depkes RI, 2001). mineral. Menurut Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI 1998 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan terganggu, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang lebih modern. Dimana saat ini telah berkembang berbagai teknologi canggih yang dapat membantu

Lebih terperinci

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003). Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asupan Gizi Ibu Hamil 1. Kebutuhan Gizi Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah terutama bagi remaja putri usia sekolah. Hal ini dilakukan karena pada remaja putri usia sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan gizinya serta aktif dalam olahraga (Almatsier, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah mereka yang berusia 10-18 tahun. Usia ini merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab, yaitu remaja memerlukan zat gizi yang lebih tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan

Lebih terperinci

PERILAKU KONSUMSI IKAN PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Nia Kurniawati

PERILAKU KONSUMSI IKAN PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Nia Kurniawati PERILAKU KONSUMSI IKAN PADA WANITA DEWASA DI WILAYAH PANTAI DAN BUKAN PANTAI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nia Kurniawati PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA

Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Lauk Nabati Sayuran TINJAUAN PUSTAKA Kontribusi Pangan : Lauk Hewani Kontribusi Tingkat Kontribusi Tingkat Protein Konsumsi Zat Pemilihan Konsumsi Protein Besi Besar Lauk Zat Lauk Daya Protein Hewani Pengetahuan Keluarga Lauk Sayuran Besi

Lebih terperinci

POLA PANGAN HARAPAN (PPH)

POLA PANGAN HARAPAN (PPH) PANDUAN PENGHITUNGAN POLA PANGAN HARAPAN (PPH) Skor PPH Nasional Tahun 2009-2014 75,7 85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 Kacangkacangan Buah/Biji Berminyak 5,0 3,0 10,0 Minyak dan Lemak Gula 5,0 Sayur & buah Lain-lain

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

BAB II TINJAUAN TEORI. dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Status Gizi Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Perhatian utama adalah untuk mempersiapkan dan meningkatkan kualitas penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Visi baru pembangunan kesehatan direfleksikan dalam bentuk motto yang berbunyi Indonesia Sehat 2010. Tahun 2010 dipilih dengan pertimbangan bahwa satu dasawarsa merupakan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN MENU SEHAT SEIMBANG BAGI GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEVI NAWANGSASI. Abstrak

PENYUSUNAN MENU SEHAT SEIMBANG BAGI GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEVI NAWANGSASI. Abstrak PENYUSUNAN MENU SEHAT SEIMBANG BAGI GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DEVI NAWANGSASI Abstrak Pemerintah sangat menyadari perlunya sumber daya manusia yang berkualitas untuk membangun bangsa. Kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga yang sehat merupakan kebahagian bagi kehidupan manusia. Hal ini memang menjadi tujuan pokok dalam kehidupan. Soal kesehatan ditentukan oleh makanan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Sosial Ekonomi Sampel dalam penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia 20-55 tahun. Menurut Hurlock (2004) rentang usia sampel penelitian ini dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

19/02/2016. Siti Sulastri, SST

19/02/2016. Siti Sulastri, SST Siti Sulastri, SST Usia 0 12 bulan Fase atau tahap awal untuk menentukan kondisi serta perkembangan bayi untuk tahun yang akan datang/ tahun perkembangan bayi berikutnya Tumbuh dengan sangat cepat Mulai

Lebih terperinci

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri)

kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) kekurangan energi kronik (pada remaja puteri) BAB I PENDAHALUAN A. LATAR BELAKANG Masalah gizi masih merupakan beban berat bagi bangsa, hakekatnya berpangkal dari keadaan ekonomi dan pengetahuan masyarakat,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sayuran merupakan salah satu sumber mineral mikro yang berperan sangat penting dalam proses metabolisme tubuh (Indira, 2015). Mineral mikro sendiri merupakan mineral

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia pada Remaja Putri Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dan dewasa yaitu antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja menunjukkan ke masa

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Dewasa: Karakteristik Usia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi Kecukupan Tingkat Kecukupan Asupan Kebiasaan Protein Pengetahuan Pendidikan energi Perilaku Energi Energi makan BAB dan ibu di dan protein Gizi sekolah pagi II Pengetahuan gizi Ibu Protein ibu Sarapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18 tahun, sarapan berfungsi sumber energi dan zat gizi agar dapat berpikir, belajar dan melakukan aktivitas

Lebih terperinci

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup 7 II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka 1. Pola makan anak balita Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup khususnya manusia. Pangan merupakan bahan yang

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG

PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG PENYUSUNAN DAN PERENCANAAN MENU BERDASARKAN GIZI SEIMBANG Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang

Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang Penyusunan dan Perencanaan Menu Berdasarkan Gizi Seimbang By. Jaya Mahar Maligan Laboratorium Nutrisi Pangan dan Hasil Pertanian PS Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan THP FTP UB Menu France : daftar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program kesehatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan dalam tiga dekade ini telah cukup berhasil meningkatkan derajat kesehatan. Namun demikian derajat kesehatan

Lebih terperinci

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui

Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Penting Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui 1 / 11 Gizi Seimbang Untuk Ibu Hamil Dan Menyusui Perubahan Berat Badan - IMT normal 18,25-25 tambah : 11, 5-16 kg - IMT underweight < 18,5 tambah : 12,5-18 kg - IMT

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner Penelitian KUESIONER PENELITIAN STUDI TENTANG PENGETAHUAN GIZI, KEBIASAAN MAKAN, AKTIVITAS FISIK,STATUS GIZI DAN BODYIMAGE REMAJA PUTRI YANG BERSTATUS GIZI NORMAL DAN GEMUK

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan

I PENDAHULUAN. juta penduduk Indonesia (Siagian, 2003). Asupan yang cukup serta ketersediaan I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT

AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT AWAL YANG SEGAR: KIAT-KIAT POLA MAKAN YANG SEHAT Ingin menerapkan pola makan yang sehat tapi tidak tahu harus memulai dari mana? Artikel ini adalah panduan mudah untuk mengiring anda ke arah yang tepat.

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA

GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 1 GIZI SEIMBANG PADA USIA DEWASA 2 PENDAHULUAN Keberhasilan pembangunankesehatan Tdk sekaligus meningkat kan mutu kehidupan terlihat dari meningkatnya angka kematian orang dewasa karena penyakit degeneratif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anemia merupakan masalah gizi yang sering terjadi di dunia dengan populasi lebih dari 30%. 1 Anemia lebih sering terjadi di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun

Program Studi : Ilmu Gizi / Ilmu Kesehatan Masyarakat (Lingkari salah satu) Umur Sampel : tahun 70 KUESIONER PENGUMPULAN DATA PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN ASUPAN SARAPAN ANTARA MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU GIZI DENGAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT DI UNIVERSITAS ESA UNGGUL KUESIONER DATA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan harta yang sangat berharga dan patut dipelihara. Gaya hidup sehat harus diterapkan untuk menjaga tubuh tetap sehat. Salah satu cara agar kesehatan

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA CICA YULIA, S.Pd, M.Si Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual

Lebih terperinci

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif dr. Yulia Megawati Tenaga Kerja Adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kekurangan zat-zat gizi esensial tertentu yang akhirnya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 LAMPIRAN 60 61 Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Kode: KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN GIZI, KONSUMSI PANGAN, DAN TINGKAT KECUKUPAN GIZI TERHADAP KEBUGARAN ATLET BOLA BASKET DI SMP/SMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik yang cepat. Pertumbuhan yang cepat pada tubuh remaja membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang dibutuhkan setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan atau kelebihan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas faktor gizi memegang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sarapan Pagi Sarapan pagi yaitu makanan yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktifitas, yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Energi dari sarapan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan satu dari empat masalah gizi yang ada di indonesia disamping tiga masalah gizi lainya yaitu kurang energi protein (KEP), masalah gangguan akibat kurangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia tersebut merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan perkembangan terutama fungsi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 23 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Contoh Karakteristik contoh meliputi usia, pendidikan, status pekerjaan, jenis pekerjaan, riwayat kehamilan serta pengeluaran/bulan untuk susu. Karakteristik contoh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak sekolah merupakan generasi penerus dan modal pembangunan. Oleh karena itu, tingkat kesehatannya perlu dibina dan ditingkatkan. Salah satu upaya kesehatan tersebut

Lebih terperinci

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Lampiran 2. Kuesioner Penelitian UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, SIKAP DAN FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU MAKAN BERDASARKAN PEDOMAN UMUM GIZI

Lebih terperinci

MAKALAH GIZI ZAT BESI

MAKALAH GIZI ZAT BESI MAKALAH GIZI ZAT BESI Di Buat Oleh: Nama : Prima Hendri Cahyono Kelas/ NIM : PJKR A/ 08601241031 Dosen Pembimbing : Erwin Setyo K, M,Kes FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PENDAHULUAN

Lebih terperinci