BAB II LANDASAN TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Kepala Sekolah Kepala Sekolah adalah pemimpin bagi guru dan peserta didiknya. Pola kepemimpinan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan lembaga atau organisasi termasuk lembaga pendidikan. Kepemimpinan dalam pendidikan adalah cara atau usaha pemimpin untuk menggerakkan dengan mempengaruhi, membimbing, mengarahkan, dan mendorong guru, staf, peserta didik, dan pihak lain yang terkait untuk bekerja atau berperan serta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Wahjo Sumijo (2003:83) kepala sekolah adalah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran. Kepala sekolah merupakan kedudukan resmi suatu pemimpin, maka perlu disadari bahwa setiap kata yang terucap dan setiap langkah yang dibuat, akan menimbulkan suatu pengaruh bagi orang lain yang berada di sekitarnya, yaitu guru dan peserta didik. 11

2 Seorang pemimpin bagaimana pun tipikal dan gaya memimpinnya, semua sangat tergantung dengan prinsip yang dianut. Prinsip yang benarlah yang akan membuat kepala sekolah menjadi pemimpin sejati, yang diharapkan mampu menggerakkan atau memotivasi guru sehingga memiliki kinerja yang baik. Dalam pelaksanaannya keberhasilan kepala sekolah sangat dipengaruhi oleh: (a) Kepribadian yang kuat; (b) pengetahuan yang luas; (c) keterampilan yang profesional terkait dengan tugasnya sebagai kepala sekolah, antara lain: memiliki keterampilan teknis, memiliki keterampilan kemanusiaan, dan memiliki keterampilan konseptual. Kepala sekolah Taman Kanak-Kanak atau pemimpin harus mempunyai kepimpinan. Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang atau perspektif ahli/peneliti. Misalnya dari perspektif individual dan fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Berikut ini beberapa definisi kepemimpinan dari beberapa ahli. Sergiovani (1992) mendefinisikan kepemimpinan sebagai sebuah sikap yang menggambarkan perilaku, bukan sejumlah keahlian dan sikap yang merupakan bawaan sejak lahir maupun diperoleh kemudian. Baginya, yang lebih penting dalam kepemimpinan di sekolah adalah adanya hubungan antara anak-anak dan orang dewasa belajar dan tetap belajar, serta membangun komunitas belajar, 12

3 Handoko (1995), kepemimpinan manajerial dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengarahan dan pemberian pengaruh pada kegiatan-kegiatan dari sekelompok anggota yang saling berhubungan tugasnya. Ada tiga implikasi penting dari definisi tersebut. Pertama, kepemimpinan menyangkut orang lain, bawahan atau pengikut. Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin membantu menentukan kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan/guru, semua fasilitas kepemimpinan seorang kepala sekolah Taman Kanak-Kanak menjadi tidak relevan. Kedua, kepemimpinan menyangkut suatu pembagian kekuasaan yang tidak seimbang di antara pemimpin dan anggota kelompok. Para pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan para anggota kelompok, tetapi para anggota kelompok tidak dapat mengarahkan kegiatan-kegiatan pemimpin secara langsung, meskipun dapat juga melalui sejumlah cara tidak langsung. Ketiga, pemimpin dapat menggunakan pengaruh, artinya pemimpin dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan dan juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Menurut Purwanto (2003: 26) yang menyarikan pendapat dari Atmosudirjo mengartikan kepemimpinan adalah suatu seni (art), kesanggupan (ability) atau teknik (technique) untuk membuat sekelompok orang/ bawahan dalam organisasi formal atau para pengi- 13

4 kut/simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikuti atau bahkan mungkin berkorban untuknya. Menurut Purwanto (2003: 26) kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk mencapai tujuan kelompok secara sukarela. Kartono (2001:49) juga berpendapat sama bahwa pada kepemimpinan terhadap unsure-unsur, kemampuan mempengaruhi orang lain, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau orang lain untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok. Dari berbagai definisi yang ada, maka dapat dikatakan bahwa kepemimpinan adalah: (1) seni untuk menciptakan kesesuaian paham, (2) bentuk persuasi dan inspirasi, (3) kepribadian yang mempunyai pengaruh, (4) tindakan dan perilaku, (5) titik sentral kegiatan kelompok, (6) hubungan kekuatan/ kekuasaan, (7) saran pencapaian tujuan, (8) hasil dari interaksi, (9) peranan yang dipolakan, (10) inisiasi struktur. Semua orang adalah pemimpin. Guru adalah pemimpin bagi peserta didiknya, Kepala sekolah adalah pemimpin bagi guru dan peserta didiknya, ibu pun pemimpin bagi anak-anaknya. Hampir setiap orang adalah pemimpin di lingkungannya masingmasing. Manusia adalah khalifah di muka bumi. 14

5 Agustian (2005:96) menyatakn bahwa selama ini banyak kekeliruan pemahaman tentang arti kepemimpinan. Pada umumnya orang melihat pemimpin adalah sebuah kedudukan atau sebuah posisi semata, sehingga berbagai cara dilakukan untuk menjadi seorang pemimpin. Mulai dari membeli kedudukan dengan uang, menjilat atasan, menyikut pesaing atau teman, atau cara-cara lain demi mengejar posisi pemimpin. Akibatnya melahirkan pemimpin yang tidak dicintai, tidak disegani, tidak ditaati, dan bahkan dibenci. Pola kepemimpinan akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan terhadap kemajuan lembaga atau organisasi termasuk lembaga pendidikan. Kepemimpinan dalam pendidikan adalah cara atau usaha pemimpin untuk menggerakkan dengan mempengaruhi, membimbing, mengarahkan dan mendorong guru, staf, peserta didik, dan pihak lain yang terkait untuk bekerja atau berperanserta guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makna kepala sekolah menurut Wahjosumidjo (2003:83) adalah sebagai seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah, tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan peserta didik yang menerima pelajaran. 15

6 Kepala sekolah merupakan kedudukan resmi sebagai pemimpin, maka perlu disadari bahwa setiap kata yang terucap dan setiap langkah yang dibuat, akan menimbulkan suatu pengaruh kepada orang lain yang berada di sekitarnya, yaitu guru dan peserta didik. Seorang pemimpin, bagaimana pun tipikal dan gaya memimpinnya, semua sangat tergantung dengan prinsip yang dianut. Namun prinsip yang benarlah yang akan membuat kepala sekolah menjadi pemimpin sejati, yang diharapkan mampu menggerakkan atau memotivasi guru sehingga memiliki kinerja yang baik. Ditambahkan bahwa kata memimpin dalam praktik organisasi mengandung konotasi menggerakkan, mengarahkan, membimbing, melindungi, membina, memberikan teladan, memberikan dorongan, memberikan bantuan, dan sebagainya. Dalam pelaksanaanya, keberhasilan kepemimpinan seorang pemimpin dalam pendidikan sangat dipengaruhi oleh: (a) kepribadian yang kuat, (b) berpengetahuan yang luas, (c) ketrampilan profesional yang terkait dengan tugasnya sebagai pemimpin, antara lain: memiliki keterampilan teknis, memiliki keterampilan hubungan kemanusiaan, dan memiliki keterampilan konseptual. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan dan seni kepala sekolah dalam menggerakkan, mengarahkan, mempengaruhi, membimbing, mem- 16

7 bina, dan mendorong orang lain (guru, karyawan, peserta didik, orang tua peserta didik, dan warga sekolah lainnya) agar mau dan mampu bekerja atau berperan serta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sekolah. Definisi di atas hampir sama dengan definisi kepemimpinan kepala sekolah dalam buku Panduan Manajemen Sekolah. Dijelaskan dalam buku tersebut bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah cara atau usaha kepala sekolah dalam menggerakkan, membimbing, mempengaruhi, mendorong, dan mengarahkan orang lain (guru, staf TU, peserta didik, orang tua peserta didik dan stakeholders lainnya) untuk bekerja dan berperan serta guna mencapai tujuan yang ditetapkan sekolah. Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan dan seni kepala sekolah sebagai tokoh kunci dalam mempengaruhi, mengarahkan, dan menggerakkan semua SDM sekolah terutama guru untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai tokoh kunci, kepala sekolah merupakan pemimpin tertinggi di sekolah dan pemegang tanggung jawab tunggal atas semua kegiatan sekolah. Untuk itu agar berhasil dalam kepemimpinnya, kepala sekolah sebagai pemimpin harus menjiwai dan senantiasa menerapkan konsep filosofis kepemimpinan pendidikan Ki Hajar Dewantara yaitu ing ngarso sung 17

8 tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (Kartono 2001:285) Di samping itu dalam paradigma baru pendekatan MBS, kepala sekolah sebagai pemimpin harus kreatif. Artinya kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki banyak gagasan dan inisiatif serta mampu berpikir kreatif untuk mencari berbagai kemungkinan pemecahan masalah dalam meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Sebagai pemimpin, kepala sekolah harus berani melakukan pembaharuan di sekolah dan membangkitkan semangat kerja guru dan stafnya. Ia juga harus bersifat terbuka dan memberi dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada seluruh warga sekolah agar mau mengajukan gagasan-gagasannya dan berpatisipasi aktif dalam memajukan sekolah sehingga setiap guru dan staf dapat terampil dan menunjukkan potensi yang dimilikinya. Pada umumnya pemimpin yang menerapkan filosofi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara memilki sifat dan kepribadian yang teguh, bertanggung jawab, selalu menjadi perintis atau pemrakarsa, membangkitkan semangat kerja, memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi, mampu berpikir serta bertindak cepat dan tepat, dan memberi dorongan dan kebebasan yang luas kepada bawahannya. Sifat dan kepribadian pemimpin yang menerapkan filosofi kepemimpinan Ki Hajar Dewantara ter- 18

9 nyata sesuai dengan ciri-ciri manajer atau pemimpin kreatif yang dikemukakan Timpe (1999: 219). Disebutkan bahwa pada umumnya manajer, atau pemimpin kreatif adalah orang yang penuh gairah, memancarkan antusiasme yang menular (ing ngarso sung tulodho), memberi semangat kepada orang-orang yang dipimpinnya serta memberi hidup kepada lingkungannya (ing madya mangun karso), dan memiliki kepribadian dan emosi yang baik, memberi kebebasan luas, memberi kepercayaan penuh kepada orang-orangnya (tut wuri handayani), dan mau menanggung resiko jika terjadi kesalahan dan kegagalan dari bawahan melaksanakan tugasnya, Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah yang berhasil adalah kepala sekolah yang dapat menempatkan posisi dirinya sebagai pemimpin kreatif, yaitu seorang pemimpin yang mempunyai sifat dan kepribadian yang kuat dan tangguh, bertanggung jawab, mampu menjadi perintis atau pemrakarsa pembaharuan di sekolah, membangkitkan semangat kerja, memiliki semangat juang dan etos kerja yang tinggi. Ia juga mampu berpikir dan bertindak cepat serta memberikan dorongan dan kebebasan luas kepada guru dan stafnya untuk mengembangkan gagasan dan potensinya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepala sekolah adalah kepemimpinan kepala sekolah adalah kemampuan dan seni kepala sekolah dalam menggerakkan, mengarahkan, mempengaruhi, 19

10 membimbing, membina dan mendorong orang lain. Agar mau dan mampu bekerja atau berperan serta dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 2.2 Pengertian Kewirausahaan Kewirausahaan (entrepreneurship) adalah proses menciptakan sesuatu yang baru, berani mengambil resiko, dan mendapatkan keuntungan. Kewirausahaan menyangkut tiga perilaku yaitu kreatif, komitmen (motivasi tinggi dan penuh tanggung jawab), dan berani mengambil resiko dan kegagalan. Kewirausahaan adalah proses inovasi dan kreasi. Orang yang berwirausaha disebut wirausahawan (entrepreneur) (Depdiknas 2009). Menurut Putra (2008) kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu nilai yang berbeda dengan mencurahkan waktu dan upaya yang diperlukan, memikul risiko-risiko finansial, psikis, dan sosial yang menyertai, serta menerima penghargaan/imbalan moneter dan kepuasan pribadi. Menurut Hakim (1984: 34), ada empat unsur yang membentuk pola dasar kewirausahaan yang benar dan luhur, yaitu: (1) sikap mental, (2) kepemimpinan, (3) ketatalaksanaan, (4) keterampilan. Dengan demikian, wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat tertentu sehingga dapat disebut wirausahawan. Secara umum, seorang wirausahawan perlu memiliki ciri percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, 20

11 berani mengambil resiko, memiliki jiwa kepemimpinan, orisinalitas dan berorientasi masa depan. Sunyoto dan Wahyuningsih (2009) memberikan empat definisi tentang kewirausahaan: (1) kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan; (2) kewirausahaan adalah mental dan sikap jiwa yang selalu aktif berusaha meningkatkan penghasilan; (3) kewirausahaan juga diartikan sebagai suatu sikap, jiwa dan kemampua untuk menciptakan sesuatu yang baru yang sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain; (4) kewirausahaan adalah suatu proses seseorang guna mengejar peluang-peluang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui inovasi, tanpa memperhatikan sumber daya yang mereka kendalikan. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan bahwa kewirausahaan adalah sikap seseorang yang berusaha dengan keras untuk mendapatkan hal-hal yang diinginkan dengan memberdayakan peluangpeluang yang ada. Seseorang yang berusaha secara mandiri, berani mengambil resiko, senang berpetualang, senang menghadapi tantangan, innovator dengan memperhatikan nilai waktu dan usaha, memperkirakan keuangan, keuntungan finansial, kepuasan pribadi, kebebasan, dan creator. 2.3 Wirausahawan Istilah kewirausahawan berasal dari terjemahan entrepeneurship, yang dapat diartikan sebagai the 21

12 book bone of economy yaitu syaraf pusat perekonomian atau tailbone of security yaitu pengendali perekonomian suatu bangsa (Soeharto Wirakusuma, 1997). Secara epistomologi, kewirausahawan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha atau proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru dan berbeda. Menurut Zimmerer (1996), kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan inovasi untuk memecahkan masalah dan upaya memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari (applying creativity and innovation to solve the problems and to exploit opportunities that people face everyday). Kewirausahaan merupakan gabungan dari kreativitas, inovasi, dan keberanian manghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk membentuk dan memelihara usaha baru. Kreativitas, oleh Zimmerer (1996), diartikan sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang (creativity is the ability to develop new ideas and to discover new ways of looking at problems and opportunities), sedangkan inovasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan (innovation is the ability to apply creative solutions to those problems and opportunities to enchance or to enrich people`s live). Menurut Levitt yang dikutip Zimmerer (1996), kreativitas adalah 22

13 berpikir sesuatu yang baru, sedangkan inovasi adalah melakukan sesuatu yang baru. Wirausaha akan berhasil apabila berpikir dan melakukan sesuatu yang baru atau sesuatu yang lama yang dilakukan dengan cara yang baru. Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1965, mencantumkan pengertian wirausaha dan kewirausahaan sebagai berikut: Wirausaha adalah orang yang mempunyai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan kewirausahaan. Kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih besar. Wirausaha mengarah kepada orang yang melakukan usaha/kegiatan sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan kewirausahaan menunjuk kepada sikap mental yang dimiliki seorang wirausaha dalam melaksanakan usaha/kegiatan. Kewirausahaan menurut Suryana (2003:13) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukes. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan inovatif. Pada hakikatnya kewirausahaan adalah sifat, 23

14 ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemampuan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Berdasarkan pemahaman tersebut, Suryana (2003: 13) mengidentifikasi enam hakikat penting dari kewirausahaan sebagai berikut: 1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis; 2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different); 3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menenumak peluang untuk memperbaiki kehidupan; 4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaa (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth); 5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (innovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih. 6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber sumber melalui cara cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengebangkan teknologi bari, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen. Berdasarkan pemahaman mengenai pengertian kewirausahaan, maka kompetensi kewirausahaan 24

15 kepala sekolah dapat didefinisikan sebagai kemampuan kepala sekolah dalam menangani aktivitas yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik kepada stakeholder. Dapat disimpulkan bahwa wirausahawan adalah seseorang yang mempunyai naluri kewirausahaan yaitu inovatif, kreatif, berpikiran ke depan, selalu mencari cara yang lebih baik, mengubah peluang menjadi tantangan, dan selalu berpikiran positif. 2.4 Ciri Usahawan Sukses Ada tiga ciri utama seorang entrepreneur menurut Ciputra dalam Rokhmaniyah (2009). Pertama, seorang entrepreneur mampu melihat peluang bisnis yang tidak dilihat atau diperhitungkan oleh orang lain, ia melihat kemungkinan dan memiliki visi untuk menciptakan sesuatu yang baru yang memicu semangatnya untuk bertindak. Kedua, seorang entrepreneur adalah orang yang bertindak untuk melakukan inovasi, mengubah keadaan yang tidak/kurang menyenangkan menjadi keadaan yang diinginkan. Tindakanlah yang membuat entrepreneur menjadi inovator. Ketiga, seorang entrepreneur adalah pengambil resiko, baik resiko yang bersifat finansial (rugi), maupun yang bersifat mental (gagal). 25

16 Menurut Meredith et.al (dalam Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia 2009) dan Marbun dalam Alma (2009), keberhasilan seorang wirausaha dapat dilihat dari enam ciri. Keenam ciri tersebut meliputi percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, pengambil resiko, kepemimpinan, keorisinilan, dan berorientasi ke masa depan. Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, dimana dalam proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang lebih baik dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan tugas kepala sekolah, kebanyakan di antaranya tidak menyadari keragaman dan keluasan bidang yang menentukan tindakannya guna memajukan sekolah. Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi kebanyakan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha. Bagi kepala sekolah yang realistik hasil yang dapat diterima lebih penting darippada hasil yang sempurna. Setiap orang termasuk kepala sekolah yang kreatif dan inovatif adalah individu yang unik dan spesifik 2.5 Kewirausahaan dalam Pendidikan Pandangan berwirausaha, sekarang tampaknya lebih maju dan memasuki sektor pemerintah (Alma, 2009). Di dalam dunia pendidikan, kewirausahaan 26

17 merupakan hal yang harus dilaksanakan oleh kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya sebagi pimpinan sekolah. Kewirausahaan di sini dalam makna untuk kepentingan pendidikan yang bersifat sosial bukan untuk kepentingan pendidikan yang bersifat komersial. Kewirausahaan dalam bidang pendidikan yang diambil adalah karakteristiknya (sifatnya) seperti inovatif, bekerja keras, motivasi yang kuat, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dan memiliki naluri kewirausahaan; bukan mengkomersilkan sekolah. Semua karakteristik tersebut bermanfaat bagi kepala sekolah dalam mengembangkan sekolah, mencapai keberhasilan sekolah, melaksanakan tugas pokok dan fungsi sebagai pemimpin, menghadapi kendala sekolah, dan mengelola kegiatan sekolah sebagai sumber belajar siswa (Depiknas 2009). Seorang wirausaha dapat terbentuk dengan latihan, dan setiap institusi pendidikan meyakini bahwa seorang entrepreneur itu dapat dibentuk atau dilatih. Jadi, seorang kepala sekolah dapat menjadi seorang entrepreneur, yang bertugas mewirausahakan pendidikan di sekolahnya. 2.6 Derajat Pelaksanaan Kewirausahaan Kepala Sekolah Murphy & Peck (1980:8) menggambarkan delapan anak tangga untuk puncak karir. Delapan 27

18 anak tangga ini dapat pula digunakan oleh seorang kepala sekolah selaku wirausaha dalam mengembangkan profesinya. Kedelapan anak tangga yang dimaksud adalah: (1) mau bekerja keras; (2) bekerjasama dengan orang lain; (3) penampilan yang baik; (4) percaya diri; (5) pandai membuat keputusan; (6) mau menambah ilmu pengetahuan; (7) ambisi untuk maju; (8) pandai berkomunikasi. Rokhmaniyah (2009) menyatakan bahwa pengamatan sekilas di lapangan, selama ini menunjukkan bahwa sebagian besar kepala sekolah agaknya masih belum memainkan peranannya secara optimal. Salah satunya ditunjukkan bahwa kepala sekolah sebagai entrepreneur belum mampu bertindak kreatif dan inovatif, membaca peluang sekolah dalam meningkatkan minat calon siswa masuk ke sekolahannya, bekerja sama dengan pengusaha, mengembangkan unit produksi sekolah, memperbaiki sistem insentif, dan memasarkan hasil unit produksi sekolah. Sedangkan menurut Nyanyi (2009) menyimpulkan bahwa derajat entrepreneurship para kepala sekolah dalam mengelola unit-unit usaha sekolah pada SMK-SMK di kota Boyolali termasuk tinggi. Penilitian ini hanya melihat penerapan di dalam mengelola unit-unit usaha sekolah, sehingga hasil penelitian ini masih sulit menggambarkan derajat kewirausahaan kepala sekolah di dalam mengelola sekolah secara keseluruhan. Belum tentu kepala 28

19 sekolah mampu mengelola dengan baik unit-unit usaha sekolah, maupun dalam mengelola seluruh kegiatan atau bidang yang terdapat di sekolahannya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa derajat pelaksanaan kewirausahaan kepala sekolah tidak bersifat mutlak di setiap daerah dan jenjang pendidikan, akan tetapi bisa berbeda di setiap daerah yang digunakan sebagai sampel penelitian. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah, bahwa seorang kepala sekolah harus memiliki lima kompetensi di antaranya: kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supersvisi, dan sosial. Secara rinci kemampuan atau kinerja kepala sekolah yang mendukung terhadap perwujudan kompetensi kewirausahaan yaitu menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah, bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/ madrasah sebagai organisasi pembelajaran yang efektif, memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah, pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah/madrasah, dan memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar peserta didik (Aqib 2008). 29

20 Berikut ini diuraikan kemampuan atau kinerja kepala sekolah Taman Kanak-Kanak yang mendukung terhadap perwurjudan kompetensi kewirausahaan berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No tahun Menciptakan Inovasi yang Berguna bagi Pengembangan Sekolah/Madrasah Inovasi adalah fungsi utama kewirausahaan. Inovasi adalah menciptakan sesuatu yang baru atau tampil beda (Depdiknas 2009). Menurut Sunyoto dan Wahyuningsih (2009) inovasi adalah penerapan praktis dari gagasan-gagasan yang tercipta karena adanya kreativitas yang tinggi. Zimmerer (dalam Alma 2009) menyatakan bahwa: innovation is the ability to apply creative solutions to those problems and opportunities to enhance or to enrich people`s lives (inovasi adalah kemampuan untuk menggunakan solusi kreatif dalam mengisi peluang sehingga membawa manfaat dalam kehidupan masyarakat). Ciri-ciri innovator antara lain mengerjakan tugas dengan cara yang tidak umum, menemukan masalah dan memecahkannya dengan cara yang tidak umum, lebih tertarik pada hasil daripada proses, tidak senang pada pekerjaan yang bersifat rutinitas, kurang senang pada kesepakatan, dan kurang sensitif pada orang lain. Adapun cara melakukan inovasi di antaranya mampu ke luar dari kawasan yang membuat nyaman, 30

21 jangan berpikir apa adanya (yang sudah umum), bergerak lebih cepat dibanding orang lain (pesaing) agar tudak didahului orang lain, dengarkan ide stakeholders sekolah, bertanyalah kepada warga sekolah dan stakeholders apa yang perlu diubah di sekolah ini secara berkala, dorong diri sendiri dan orang lain untuk cepat bergerak tetapi selamat, berharap untuk menang, dan memiliki kesehatan dan kekuatan, dan rekreasi secukupnya untuk mendapatkan ide-ide baru. Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan melakukan inovasi adalah adanya ide baru atau cara baru, kemampuan berpikir ke depan, orientasi pada hasil, bergerak cepat, dan kemauan mendengarkan ide atau masukan Bekerja Keras Untuk Mencapai Keberhasilan Sekolah/Madrasah Sebagai Organisasi Pembelajaran Yang Efektif Menurut Sunyoto dan Wahyuningsih (2009) kerja keras adalah, dalam bekerja kita harus mempunyai sifat mampu kerja atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Kerja keras ialah kegiatan yang banyak menguras tenaga, pikiran, dan waktu untuk menyelesaikan sesuatu (Depdiknas 2009). Sikap kerja keras dapat ditunjukkan dengan memanfaatkan waktu yang optimum sehingga kadangkadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan 31

22 yang dihadapi. Kerja keras, menanamkan keyakinan bahwa banyak bukti keberhasilan seseorang karena kerja keras, menanamkan keyakinan jika ingin jadi orang harus menunjukkan kerja keras dan tidak mengenal lelah. Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur kegigihan dalam mencapai keberhasilan adalah berkerja keras, melakukan hal-hal yang bermanfaat, menentukan target, dan menunjukkan sikap kerja keras sebagai tauladan bagi bawahan Memiliki Motivasi yang Kuat untuk Sukses dalam Melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya sebagai Pemimpin Sekolah/Madrasah Motivasi adalah keinginan yang melatarbelakangi seseorang untuk melakukan sesuatu (Depdiknas 2009). Sedangkan Alma (2009) menyatakan motivasi adalah kemampuan untuk berbuat sesuatu, yang tergantung kepada kekuatan motifnya (kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls). Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Pengetahuan tentang motivasi membantu para kepala sekolah untuk menumbuhkan motivasi kerja yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pemimpi sekolah/ madrasah. Teori cara memotivasi diri sendiri ini bukan hanya bermanfaat untuk diri sendiri tetapi juga bagi 32

23 bawahan kepala sekolah/madrasah. Motivasi membantu wirausaha dalam menggunakan sikap mereka untuk mengendalikan situasi. Kepala sekolah sebagai wirausaha harus memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai sukses. Mereka bekerja keras untuk mencapai tujuan yang mulia. Mereka menetapkan sendiri tujuannya dan berusaha keras untuk mencapainya. Cara menumbuhkan motiasi yang kuat untuk diri sendiri adalah berpikiran positif, menciptakan perubahan yang kuat, membangun harga diri, banyak kelebihan sendiri yang tidak dimiliki orang lain, memantapkan pelaksanaan dengan jadwal yang jelas dan dilaksanakan, membina keberanian, kerja keras, bersedia belajar dari orang lain, ingin selalu melakukan yang terbaik, dan membasmi sikap suka menunda-nunda. Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur adanya motivasi kuat untuk mencapai sukses adalah berpikiran positif, memberi dorongan positif kepada bawahan, menciptakan perubahan, memiliki harga diri, memiliki kelebihan tertentu, memiliki jadwal yang terencana (time schedule), membina keberanian, kerja keras, dan bersedia belajar dengan orang lain, melakukan yang terbaik, dan tidak menunda-nunda pekerjaan. 33

24 2.6.4 Pantang Menyerah Dan Selalu Mencari Solusi Terbaik Dalam Menghadapi Kendala Yang Dihadapi Sekolah/Madrasah Menurut Sunyoto dan Wahyuningsih (2009) pantang menyerah adalah sikap mental yang mencerminkan ketabahan dan keteguhan serta kemampuan memotivasi diri dalam menghadapi cobaan, rintangan, gangguan, kegagalan dalam melakukan usaha untuk meraih kesuksesan dan kemajuan untuk mencapai tujuan yan diimpikan. Pantang menyerah adalah daya tahan seseorang dalam bekerja keras sampai sesuatu yang diinginkannya tercapai (Depdiknas 2009). Pantang menyerah adalah kombinasi antara bekerja keras dengan motivasi yang kuat untuk sukses. Orang yang pantang menyerah selalu bekerja keras dan motivasi kerjanya tak penah pudar. Kepala sekolah perlu memiliki sifat pantang menyerah agar tidak mudah putus asa dalam menghadapi kendala yang dihadapi sekolah. Cara untuk menumbuhkan sifat pantang menyerah adalah selalu menjaga kesehatan tubuh agar tidak mudah letih atau sakit dan menguatkan hati agar tidak mudah berputus asa dalam mencapai sesuatu yang diinginkan. Salah satu tugas kepala sekolah adalah mendapatkan solusi terbaik dalam menghadapi kendalakendala di sekolah. Untuk mendapatkan solusi terbaik tersebut minimal ada dua hal yang dapat dipraktikkan yaitu kreativitas dan pemecahan masalah (solusi) (Depdiknas 2009). 34

25 Kreativitas adalah kemampuan untuk merancang, membentuk, membuat, atau melakukan sesuatu dengan cara baru atau berbeda (Depdiknas 2009). Menurut Sunyoto dan Wahyuningsih (2009) kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Alma (2009) menyatakan kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubunganhubungan baru antara unsur, data, variabel yang sudah ada sebelumnya. Zimmerer (dalam Alma 2009) menyatakan bahwa :creativity is the ability to develop new ideas and to discover new ways of looking at problems and opportunities (kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide baru dan menemukan cara baru dalam melihat peluang ataupun problem yang dihadapi). Kemampuan menghasilkan solusi yang kreatif atas kebutuhan sekolah atau masalah yang ada di sekolah dan memasarkannya. Sering menjadi indikator pembeda antara kesuksesan dan kegagalan dalam mewirausahakan sekolah. Juga membedakan sekolah yang sudah tumbuh pesat dengan sekolah yang biasa-biasa saja. Agar memiliki kreativitas, kepala sekolah perlu membuka pikiran dan mata. Seseorang yang kreatif memiliki ciri-ciri yaitu cenderung melihat suatu 35

26 persoalan sebagai tantangan untuk menunjukkan kemampuan diri, cenderung memikirkan alternatif solusi/tindakan yang tidak dilakukan oleh orangorang pada umumnya atau bukan sesuatu yang sudah biasa dilakukan, tidak takut untuk mencoba hal-hal baru, mau belajar mempergunakan cara, teknik dan peralatan baru, tidak takut dicemoohkan oleh orang lain karena berbeda dari kebiasaan, tidak malu bertanya berbagai informasi tentang sesuatu hal yang dianggap menarik, tidak cepat puas terhadap hasil yang diperoleh, toleran terhadap kegagalan dan frustasi, memikirkan apa yang mungkin dapat dilakukan dengan tetap berdasar pada intergritas, kejujuran, menjunjung sistem nilai, dan bertujuan positif, dan tindakan yang dilakukan efektif, efisien, dan produktif. Cara berkreativitas antara lain adalah meningkatkan kesadaran, berarti belajar untuk memperhatikan hal-hal yang biasanya tidak kita hiraukan sehingga dapat membuka pikiran kita. Curah pendapat (brain storming) adalah sebuah teknik untuk menghasilkan banyak ide baru, mengubah ide-ide yang sudah ada, mempelajari teknik berpikir kreatif dari buku-buku, mengikuti diklat kreativitas dan mempraktikkannya, mencatat ide-ide baru kemudian mengembangkannya, bergaul dengan orang-orang yang kreatif, mengubah sudut pandang orang-orang menjadi kreatif, mempelajari proses perubahan ide, teratur berolahraga untuk menjaga kesehatan, apre- 36

27 siasi terhadap seni, dan mencari pembimbing yang dapat membantu menemukan ide baru. Pada penelitian ini indikator yang digunakan untuk mengukur kegigihan dalam usaha untuk menghadapi kendala adalah tidak mudah putus asa, perhatian pada hal-hal yang sederhana, melakukan curah pendapat (brain storming), mengubah ide-ide yang sudah ada, mempelajari teknik berpikir kreatif dari buku-buku atau orang lain, mengikuti diklat kreativitas dan mempraktikkannya, mencatat ide-ide baru kemudian mengembangkannya, bergaul dengan orang yang kreatif dan mengubah sudut pandang orang menjadi kreatif Memiliki Naluri Kewirausahaan dalam Mengelola Kegiatan Produksi/Jasa Sekolah/ Madrasah sebagai Sember Belajar Peserta Didik Naluri atau jiwa kewirausahaan adalah sifatsifat yang dimiliki oleh seorang wirausaha. Setiap kepala sekolah harus memiliki naluri kewirausahaan sebagai sumber belajar peserta didik. Artinya, untuk menghasilkan guru dan siswa yang bernaluri wirausaha sejak usia dini, maka kepala sekolah harus menjadi contoh bagaimana kita bernaluri kewirausahaan. Sebelum naluri kewirausahaan kepala sekolah menjadi contoh para guru dan siswanya, maka kepala sekolah harus menilai potensi dirinya 37

28 terlebih dahulu apakah ia memang sudah memiliki jiwa kewirausahaan. Dengan penilaian ini, kepala sekolah dapat merefleksikan dirinya untuk meningkatkan naluri kewirausahaan. Ciri-ciri wirausaha yang berhasil (Depdiknas 2009) adalah: inisiatif, pantang menyerah (ulet), memiliki standar mutu yang tinggi, hemat, selalu mencari solusi terbaik (kreatif memecahkan masalah), berani mengambil risiko yang diperhitungkan, persuasif, berindak jika ada peluang, haus informasi, sistematis, percaya diri, tegas, menggunakan strategi yang berpengaruh, mandiri, optimis, dinamis, inovatif, cerdik, mau belajar sepanjang hayat, supel atau luwes, umpan balik ditanggapi responsif, berorientasi pencapaian tujuan, membangun masa depan, komunikatif (termasuk pendengar yang baik), enerjetik, berorientasi pada keuntungan, integritas, agresif, kompetetitif, egoistis, petualang, perfeksionis, kooperatif, imajinatif, pribadi yang menyenangkan, jujur, orientasi pada perubahan, disiplin, visioner, pengelola perubahan, ingin berpatisipasi, organisator, pekerja keras, motivasi kuat, antusias, dan negosiatif, mampu memasarkan jasa/produk. Dari ciri-ciri wirausaha yang disebutkan di atas untuk kepala sekolah dibatasi pada inovatif, pekerja keras, motivasi tinggi, pantang menyerah, selalu mencari solusi terbaik. Naluri kewirausahaan menyangkut semua sifat-sifat di atas. Kepala sekolah itu berjiwa kewirausahaan adalah mereka yang memiliki kebera- 38

29 nian, berjiwa kepahlawanan dan mengembangkan cara-cara kerja mandiri. Untuk menjadi wirausaha yang sukses harus memiliki pengetahuan kewirausahaan, keterampilan kewirausahaan, dan sifat-sifat wirausaha. 39

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan anak, pendidikan di Taman kanak-kanak memegang peranan yang sangat penting. Alasan pendidikan di taman kanak-kanak: (1) memberikan rangsangan pendidikan

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management KEWIRAUSAHAAN DAN KARAKTER WIRAUSAHA (ENTREPRENEUR) Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id 1.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan I. PENDAHULUAN TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan ABSTRAK Pilihan masa depan buat negara kita, dalam mengatasi persoalan tenaga kerja, tidak lain adalah membuka lapangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan. nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (startup phase) atau 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Enterpreneurship atau Kewirausahaan Suryana (2003) menyatakan bahwa istilah kewirausahaan dari terjemahan entrepreneurship, yang dapat diartikan sebagai the backbone

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Pengertian Kewirausahaan Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang niilai, kemampuan (ability) dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan

Lebih terperinci

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Bab 4 Hakekat, Karakteristik dan Nilai-nilai Hakiki Kewirausahaan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Mahasiswa dapat menjelaskan hakekat, karakteristik dan nilai-nilai hakiki kewirausahaan 2. Tujuan Instruksional

Lebih terperinci

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI Modul ke: 01Fakultas FASILKOM KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM Matsani, S.E, M.M Program Studi SISTEM INFORMASI DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN Menurut Thomas W. Zimmerer, Kewirausahaan adalah hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pejuang. Sedangkan usaha artinya kegiatan yang dilakukan terus-menerus dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Karakteristik Kewirausahaan 2.1.1.1 Pengertian Kewirausahaan Secara harfiah wira artinya utama, gagah, luhur, berani, teladan

Lebih terperinci

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA B. ANALISIS SITUASI Menjadi wirausaha yang handal tidaklah mudah. Tetapi

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. seperti petani, karyawan, mahasiswa, pegawai pemerintah, guru, dan lain sebagainya. Hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) ialah ciri-ciri atau sifat kemandirian yang dimiliki seseorang atau individu, baik itu kalangan usahawan maupun masyarakat

Lebih terperinci

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3 Pengenalan Diri Instropeksi SALAH Dilazimkan Menyalahkan: Orang lain Lingkungan akibatnya Tidak percaya diri Tidak

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2009), melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan Kemandirian Pribadi Terhadap

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN 1 PENDAHULUAN Jika dahulu kewirausahaan merupakan bakat bawaan sejak lahir dan diasah melalui pengalaman langsung di lapangan, maka sekarang ini paradigma tersebut telah

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN:

KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN: Wirausaha adalah seseorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya system ekonomi perusahaaan yang bebas. Karir kewirausahaan dapat mendukung kesejahteraan masyarakat, menghasilkan

Lebih terperinci

MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN

MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN MATA KULIAH KEWIRAUSAHAAN Tujuan perkuliahan : Mahasiswa mampu memahami pengertian, perkembangan wirausaha di Negara luar dan di Indonesia, konsepsi wirausaha dan kewirausahaan, karakteristik, jiwa, semangat,

Lebih terperinci

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M Nama : Mizha zhulqurnain NIM : 10.12.5327 Jurusan : S1.SI.M 1.Pendahuluan Harapan untuk diterima di dunia kerja tentunya tidaklah keliru, namun tidak dapat dipungkiri bahwa kesempatan kerja pun sangat

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN I Konsepsi Dasar Kewirausahaan

KEWIRAUSAHAAN I Konsepsi Dasar Kewirausahaan Modul ke: 02Fakultas Didin EKONOMI KEWIRAUSAHAAN I Konsepsi Dasar Kewirausahaan Hikmah P, SE, MM Program Studi MANAJEMEN Pengertian Wirausaha Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal dari terjemahan

Lebih terperinci

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D

KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D KONSEP DASAR KEWIRAUSAHAAN DAN PROSES KEWIRAUSAHAAN Kelompok 1: Kelas D 1. Dwi Putri Esthirahayu ( 105030201111006 ) 2. Shella Ekawati L ( 105030200111015 ) 3. Rizkya Haerani ( 105030201111001 ) 4. Nela

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Keberhasilan Usaha Baru (Studi Kasus pada Crispo Accessories Grand Palladium

Lebih terperinci

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan BAB II PARADIGMA WIRAUSAHA PELAJAR SMK Pengetahuan tentang wirausaha di kalangan pelajar SMK saat ini sangat minim, hal ini disebabkan karena SMK dibuat untuk mencetak lulusan-lulusan yang siap bekerja.

Lebih terperinci

TUGAS. Lingkungan BISNIS

TUGAS. Lingkungan BISNIS TUGAS Lingkungan BISNIS Di susun oleh: Nama : Fiona Mardiyana riyani NIM : 10.12.4768 Kelas :S1 SI 2E STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MERENCANAKAN BISNIS Membangun Mindset berbisnis Kampus sebagai tempat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan Fajrinur (2007) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA DAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA DAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA DAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN MAKALAH Oleh Herwan Abdul Muhyi NIP. 132310585 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NIAGA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2007 1.

Lebih terperinci

Materi Kewirausahaan dan Prakarya Kelas X SMA Semester 1

Materi Kewirausahaan dan Prakarya Kelas X SMA Semester 1 Materi Kewirausahaan dan Prakarya Kelas X SMA Semester 1 1. Dasar dasar kewirausahaan bidang kerajianan tekstil a. Perbedaan konsep kewirausahaan dengan wirausahawan Kewirausahaan adalah suatu sikap, jiwa,

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN A. Pilih salah satu jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang pada salah satu huruf a, b, c atau d pada lembar jawaban yang tersedia!. 01. Saat kita merasa

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis karakter yang cukup memperihatinkan. Demoralisasi mulai merambah ke dunia pendidikan yang tidak pernah memberikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. SUB POKOK BAHASAN INTI DAN HAKIKAT KEWIRAUSAHAAN JIWA DAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN PROSES KEWIRAUSAHAAN FUNGSI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Penelitian Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai dengan saat ini jumlah angkatan kerja berbanding terbalik dengan kesempatan kerja yang

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN I. Pengertian Kewirausahawan. M. Rizal Situru, S.H.,M.B.L. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

KEWIRAUSAHAAN I. Pengertian Kewirausahawan. M. Rizal Situru, S.H.,M.B.L. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen Modul ke: KEWIRAUSAHAAN I Pengertian Kewirausahawan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Rizal Situru, S.H.,M.B.L. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Kuliah minggu pertama A. Kompetensi Pemahaman Materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wirausaha menurut bahasa adalah seorang yang berani berusaha secara mandiri dengan mengerahkan segala sumber daya dan upaya meliputi kepandaian mengenali produk baru,

Lebih terperinci

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan.

Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi ke dalam kehidupan. EKO HANDOYO MEMBANGUN KADER PEMIMPIN BERJIWA ENTREPRENEURSHIP DAN BERWAWASAN KEBANGSAAN 12-12 2012 Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Kewirausahaan atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan,

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN KEWIRAUSAHAAN I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN KEWIRAUSAHAAN I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN KEWIRAUSAHAAN I Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 02 90024 Abstract Kewirausahaan adalah mata kuliah yang membahas tentang pengetahuan-pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut : A. Sikap Kewirausahaan : a) Percaya diri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian tentang penerapan sikap dan kepribadian wirausaha dilakukan di kalangan mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan sumber daya manusia

Lebih terperinci

Saifoe El Unas. Bekerja Melanjutkan studi Lain-lain. PNS Pegawai/staf perusahaan(bumn, swasta) Wirausaha Lain-lain

Saifoe El Unas. Bekerja Melanjutkan studi Lain-lain. PNS Pegawai/staf perusahaan(bumn, swasta) Wirausaha Lain-lain Saifoe El Unas Bekerja Melanjutkan studi Lain-lain PNS Pegawai/staf perusahaan(bumn, swasta) Wirausaha Lain-lain 1 1. Pekerjaan apa yang anda inginkan setelah selesai studi? 2. Jelaskan mengapa anda berminat

Lebih terperinci

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN 1 KEWIRAUSAHAAN Disampaikan dalam Siaran Langsung Interaktif TV Edukasi 18 AGUSTUS 2010 oleh : Dr. Siti Nurjanah, SE, M.Si DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH Kompetensi Kepribadian 1. Memiliki integritas kepribadian yang kuat sebagai pemimpin : Selalu konsisten dalam berfikir, bersikap, berucap, dan berbuat dalam setiap melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan setiap peluang untuk sukses. Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. memanfaatkan setiap peluang untuk sukses. Kewirausahaan adalah padanan kata dari entrepreneurship dalam bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan karakteristik yang melekat pada setiap individu yang memiliki kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan

Lebih terperinci

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN Oleh : IRWAN ADI RIANTO Dosen Fakultas Ekonomi-UNTAG Cirebon ABSTRAKSI Kewirausahaan adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi

Lebih terperinci

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA. Menteri Pendidikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan

BAB 11 KAJIAN PUSTAKA. Menteri Pendidikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan BAB 11 KAJIAN PUSTAKA A. Inovasi Kepala Sekolah Menteri Pendidikan Nasional menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah. Bahwa untuk diangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena dalam berwirausaha kreativitas, inovasi dan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena dalam berwirausaha kreativitas, inovasi dan pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini kreativitas, inovasi dan pengetahuan kewirausahaan sangat penting, karena dalam berwirausaha kreativitas, inovasi dan pengetahuan kewirausahaan merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). hasil yang dapat dibanggakan (Sadono Sukirno, 2004:367). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kewirausahaan 2.1.1 Definisi Kewirausahaan Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan kompetensi yang dimilikinya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam pembukaan undangundangdasar tahun 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudakan tujuan tersebut,

Lebih terperinci

RITA PATRIASIH, S.Pd., M.Si Prodi Pend Tata Boga PKK FPTK UPI

RITA PATRIASIH, S.Pd., M.Si Prodi Pend Tata Boga PKK FPTK UPI RITA PATRIASIH, S.Pd., M.Si Prodi Pend Tata Boga PKK FPTK UPI Keunggulan suatu bangsa terkait dengan kemampuan daya saingnya dengan bangsa-bangsa lain. Daya saing mengacu pada kemampuan bersaing seseorang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi kedalam kehidupan. Visi ini

BAB I PENDAHULUAN. mengidentifikasi, mengembangkan, membawa visi kedalam kehidupan. Visi ini BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Kewirausahaan merupakan kekuatan atau kemampuan seseorang untuk mendirikan, mengelola, mengembangkan usaha dan melembagakan perusahannya sendiri. Selain itu kewirausahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan mempengaruhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan mempengaruhi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebudayaan 2.1.1 Definisi Kebudayaan Budaya merupakan nilai-nilai yang dimiliki manusia, bahkan mempengaruhi sikap dan perilaku manusia. Dengan kata lain, semua manusia merupakan

Lebih terperinci

URAIAN MATERI A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN

URAIAN MATERI A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN URAIAN MATERI A. PENGERTIAN KEWIRAUSAHAAN Menurut Geoffrey G.Meredith (dalam sukardi,2009) wirausaha adalah orang yang mempunyai kemampuan melihat dan menilai kesempatan-kesempatan usaha (bisnis), mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Indra Hakim Matondang dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha

Lebih terperinci

KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI. Kemampuan Profesional Guru. Mampu:

KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI. Kemampuan Profesional Guru. Mampu: KONSEP KEPAHLAWANAN DRS. R. A. ANGGORO RAHARDJO HARRY ANWAR, SH., MH. Peran Pendidik dalam Penerapan Konsep Kepahlawanan di Lingkungan Sekolah KOMPETENSI HAKIKAT KOMPETENSI PEDAGOGIK SOSIAL KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

Pengertian Prakarya dan Kewirausahaan. 1. Prakarya

Pengertian Prakarya dan Kewirausahaan. 1. Prakarya Pengertian Prakarya dan Kewirausahaan 1. Prakarya Prakarya berasal dari istilah pra dan karya, pra mempunyai makna belum dan karya adalah hasil kerja. prakarya didefinisikan sebagai hasil kerja yang belum

Lebih terperinci

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer

Kewirausahaan I. Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Modul ke: Kewirausahaan I Berisi tentang Konsepsi Dasar Kewirausahaan. Fakultas Fakultas Ilmu Komputer Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id Hakikat dan

Lebih terperinci

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd

KEPEMIMPINAN. OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd KEPEMIMPINAN OLEH: Drs. Yunyun Yudiana, M.Pd Apa itu Kepemimpinan? Suatu kemampuan untuk berproses dari seseorang untuk dapat membawakan tujuan dari kelompok yang dipimpinnya. Profil Pemimpin Tanggung

Lebih terperinci

BAB I. pasien selama 24 jam. Gillies (1994), menyatakan bahwa 60-70% sumber daya

BAB I. pasien selama 24 jam. Gillies (1994), menyatakan bahwa 60-70% sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang sangat kompleks karena sumber daya manusia yang bekerja terdiri dari multi disiplin dan berbagai jenis keahlian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini dalam dunia usaha terjadi persaingan yang ketat dan tajam, sehingga berbagai peluang pasar akan menjadi ajang perebutan yang seru.

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management POLA PIKIR DAN KARAKTER WIRAUSAHA, PERBEDAAN WIRAUSAHA VS MANAJER Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan Anak Usia Dini pada hakikatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan global begitu cepat dan sangat dinamis. Pendidikan menjadi alat untuk mengatasi keadaan tersebut dan hal itu dapat dilakukan apabila anak didik

Lebih terperinci

Disusun Oleh : Nama : Novika Ginanto (23) Kelas : II TEL 6 SMK TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA

Disusun Oleh : Nama : Novika Ginanto (23) Kelas : II TEL 6 SMK TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA Disusun Oleh : Nama : Novika Ginanto (23) Kelas : II TEL 6 SMK TELKOM SANDHY PUTRA JAKARTA KEWIRAUSAHAAN Latar belakang mengapa perlu berwirausaha adalah agar mampu menatap masa depan yang lebih baik.

Lebih terperinci

Kewirausahaan I. Putra Boediman. Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi MANAJEMEN

Kewirausahaan I. Putra Boediman. Modul ke: Fakultas EKONOMI & BISNIS. Program Studi MANAJEMEN Modul ke: 03 Eko Fakultas EKONOMI & BISNIS Kewirausahaan I Putra Boediman Program Studi MANAJEMEN Merealisasikan Mimpi Menjadi Kenyataan Dalam hitung-hitungan bisnis, tidak banyak yang gratis pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satu cara untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia perlu untuk bekerja. Setiap manusia

Lebih terperinci

Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella

Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA. Karakteristik Wirausaha. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Magister Akuntansi

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA. Karakteristik Wirausaha. Dr. Achmad Jamil M.Si. Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Magister Akuntansi KEWIRAUSAHAAN, ETIKA dan HUKUM BISNIS Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis Karakteristik Wirausaha Dr. Achmad Jamil M.Si Program Studi Magister Akuntansi Memiliki Motif Berprestasi Tinggi Seorang wirausaha

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh BAB V A. Kesimpulan PENUTUP Dalam upaya mewujudkan Pendidikan yang secara sederhana dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanti, 2003:21), kata entrepreneur berasal dari kata kerja entreprende. Kata

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Riyanti, 2003:21), kata entrepreneur berasal dari kata kerja entreprende. Kata BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 URAIAN TEORITIS 2.1.1 Wirausaha Kata wirausaha dalam bahasa Indonesia adalah padanan kata bahasa Perancis entrepreneur, yang sudah dikenal sejak abad ke 17. Menurut Holt (dalam

Lebih terperinci

PROFIL DAN FUNGSI WIRAUSAHA

PROFIL DAN FUNGSI WIRAUSAHA PROFIL DAN FUNGSI WIRAUSAHA OLEH: KELOMPOK 2 Fatmasari E. (115030200111011) Sagita Sukma (115030201111011) Nur Avni Rozalia (115030207111070) Ami Angelia Pratama Putri (115030207111060) KEMENTRIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA PEMILIK

PANDUAN WAWANCARA PEMILIK 52 PANDUAN WAWANCARA PEMILIK 1. Mengapa Anda memilih bergerak di bidang ini? Apa alasannya? Berpikir teliti, inovatif dan kreatif: 2. Dalam setiap transaksi, apakah Anda selalu melakukan pengecekan ulang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi Sumber Daya Manusia dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komitmen pegawai merupakan kesungguhan dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan tujuan dan prosedur kerja yang telah ditentukan serta budaya kerja yang dianut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN I. Konsepsi Dasar Kewirausahawan. M. Rizal Situru, SH, MBL. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen

KEWIRAUSAHAAN I. Konsepsi Dasar Kewirausahawan. M. Rizal Situru, SH, MBL. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Manajemen Modul ke: KEWIRAUSAHAAN I Konsepsi Dasar Kewirausahawan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Rizal Situru, SH, MBL. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Kuliah minggu ke dua A. Kompetensi Pemahaman Materi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kewirausahaan Pada hakikatnya setiap insan telah tertanam jiwa wirausaha yang berarti memiliki kreativitas dan mempunyai tujuan tertentu, serta berusaha untuk mencapai

Lebih terperinci

Dr. Sri wahyu Lelly Hana Setyanti, SE., M.Si

Dr. Sri wahyu Lelly Hana Setyanti, SE., M.Si Dr. Sri wahyu Lelly Hana Setyanti, SE., M.Si KETERAMPILAN DASAR Memiliki mental & spiritual tinggi Memiliki kepribadian unggul Pandai berinisiatif Dapat mengkoordinasikan kegiatan usaha KETERAMPILAN KHUSUS

Lebih terperinci

UMIYATI A

UMIYATI A PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN FASILITAS SEKOLAH TERHADAP SEMANGAT KERJA GURU DI SEKOLAH LANJUTAN TINGKAT PERTAMA SE KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I MERENCANAKAN BISNIS SYAFRIZAL HELMI

BAB I MERENCANAKAN BISNIS SYAFRIZAL HELMI BAB I MERENCANAKAN BISNIS SYAFRIZAL HELMI Membangun Mindset berbisnis Kampus sebagai tempat untuk Merubah Paradigma cara berfikir mahasiswa dari mencari pekerjaan menjadi pencipta lapangan pekerjaan Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam baru dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu PENDAHULUAN Latar Belakang Guna meningkatkan pendapatan, pembudidaya rumput laut perlu mengembangkan kompetensinya. Kompetensi merupakan karakteristik mendalam dan terukur pada diri seseorang, dan dapat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 KEWIRAUSAHAAN MUHAMMAD WADUD

PERTEMUAN 6 KEWIRAUSAHAAN MUHAMMAD WADUD PERTEMUAN 6 KEWIRAUSAHAAN MUHAMMAD WADUD PERCAYA DIRI BERORIENTASI TUGAS DAN HASIL PENGAMBILAN RESIKO KEPEMIMPINAN KEORISINILAN BERORIENTASI KE MASA DEPAN KREATIFITAS KONSEP 10 D DARI BYGRAVE BEBERAPA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian lapangan dan pembahasan, maka kesimpulan penelitian sebagai berikut:

Lebih terperinci

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Persaingan di dunia dalam berbagai aspek semakin mendapatkan perhatian yang serius, berbagai negara menggunakan berbagai cara agar negara mereka tidak kalah bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang pribumi maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dimana terletak di garis katulistiwa ujung dari Sumatera hingga Papua. Salah satu keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (www.republika.co.id: 2015). Sementara itu, McClelland dalam

BAB I PENDAHULUAN. penduduk (www.republika.co.id: 2015). Sementara itu, McClelland dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki jumlah wirausaha berkisar 1,65% dari jumlah penduduk (www.republika.co.id: 2015). Sementara itu, McClelland dalam Purnomo (2013:1) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

MAHASISWA DAN ENTREPRENEURSHIP (Sebuah Wacana Pembangkit Minat Dan Pembuka Wawasan Bagi Mahasiswa)

MAHASISWA DAN ENTREPRENEURSHIP (Sebuah Wacana Pembangkit Minat Dan Pembuka Wawasan Bagi Mahasiswa) MAHASISWA DAN ENTREPRENEURSHIP (Sebuah Wacana Pembangkit Minat Dan Pembuka Wawasan Bagi Mahasiswa) Oleh : Hadi Wijaya, ST Dosen Prodi Manajemen Informatika, AMIK Labuhanbatu Rantauprapat, Medan; hadiwijaya48@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor

BAB II URAIAN TEORITIS. Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai Usaha Kecil (Studi Kasus Pada Pajak USU Kampus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan peneliti terhadap "Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengembangkan Sekolah Efektif (Studi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

KARAKTERISTIK KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. KARAKTERISTIK PERTEMUAN KETIGA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si. SUB POKOK BAHASAN MEMAHAMI KARAKTERISTIK CIRI-CIRI UMUM NILAI-NILAI HAKIKI CARA BERPIKIR KREATIF DALAM SIKAP DAN KEPRIBADIAN

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kewirausahaan Menurut Fahmi (2013:1) Kewirausahaan adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang pengembangan dan pembangunan semangat kreativitas serta berani menanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang ada saat ini akan membawa dampak kemajuan dalam berbagai bidang, oleh karena itu pembangunan terencana dan terprogram harus dilakukan.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ranto (2007), dengan judul

BAB II URAIAN TEORITIS. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ranto (2007), dengan judul BAB II URAIAN TEORITIS A. Peneliti Terdahulu Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ranto (2007), dengan judul penelitian Analisis Hubungan Motivasi, Pengetahuan Kewirausahaan, dan Kemandirian Usaha

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SAKAMOTO UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika Kelas VIII E SMP Negeri 3 Patebon Kendal Pokok Bahasan Balok

Lebih terperinci

Prinsip Prinsip Wirausaha

Prinsip Prinsip Wirausaha Prinsip Prinsip Wirausaha 1. Mengenal potensi diri sebelum melangkah untuk melakukan usaha seseorang harus mampu mengenal dirinya sendiri baik mengenal kelemahan maupun potensi yang ada dalam dirinya 2.

Lebih terperinci